artikel sth

28
Gambaran Umum Kerbau Kita semua mungkin tidak ada yang tidak tahu kerbau. Kerbau dapat ditemukan di setiap desa di seluruh Indonesia. Kerbau termasuk salah satu ternak yang tidak dapat dipisahkan dengan petani. Dengan kata lain, selagi ada petani, kemungkinan besar ada kerbau. Namun demikian, faktanya cukup aneh tapi nyata. Sampai saat ini masih sangat langka buku atau tulisan mengenai kerbau. Karena itu, untuk ikut serta membantu mengurangi kelangkaan informasi perkerbauan ini, saya akan menyajikan tulisan mengenai gambaran umum kerbau sebagai tulisan pertama mengenai kerbau di blog ini. Kerbau, yang nama ilmiahnya Bubalus bubalis, merupakan spesies hewan bovin besar, yang biasanya dipelihara untuk mendapatkan daging, susu, tanduk, kulit, pengangkutan, dan juga kegiatan pertanian. Kerbau adalah hewan asli Asia yang kemudian dibawa ke Afrika, Australia, Amerika, Mesir, dan negara-negara Eropa. Diperkirakan lebih dari 90 persen populasi kerbau terdapat di Asia. Karena itu, hewan ini sering disebut kerbau Asia. Kulit kerbau berwarna kelabu tua; bulunya pendek, kasar dan jarang. Tinggi bahu kerbau mencapai sekitar 1,5 hingga 1,8 meter. Rata-rata, kerbau dewasa dapat mencapai berat sekitar 500-900 kilogram. Kerbau jantan lebih besar daripada kerbau betina. Selain ukurannya, karakteristik utama yang membedakan kerbau jantan dan kerbau betina adalah adanya lekuk-lekuk dalam pada badannya dan tanduk berbentuk bulan sabit yang melengkung panjang ke belakang. Meskipun kerbau betina juga bertanduk, tanduknya lebih kecil daripada tanduk kerbau jantan. Kerbau jantan mencapai

Upload: aini-ulfa

Post on 25-Jul-2015

72 views

Category:

Data & Analytics


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: artikel STH

Gambaran Umum Kerbau

Kita semua mungkin tidak ada yang tidak tahu kerbau. Kerbau dapat ditemukan di setiap desa di seluruh Indonesia. Kerbau termasuk salah satu ternak yang tidak dapat dipisahkan dengan petani. Dengan kata lain, selagi ada petani, kemungkinan besar ada kerbau. Namun demikian, faktanya cukup aneh tapi nyata. Sampai saat ini masih sangat langka buku atau tulisan mengenai kerbau.

Karena itu, untuk ikut serta membantu mengurangi kelangkaan informasi perkerbauan ini, saya akan menyajikan tulisan mengenai gambaran umum kerbau sebagai tulisan pertama mengenai kerbau di blog ini.

Kerbau, yang nama ilmiahnya Bubalus bubalis, merupakan spesies hewan bovin besar, yang biasanya dipelihara untuk mendapatkan daging, susu, tanduk, kulit, pengangkutan, dan juga kegiatan pertanian. Kerbau adalah hewan asli Asia yang kemudian dibawa ke Afrika, Australia, Amerika, Mesir, dan negara-negara Eropa. Diperkirakan lebih dari 90 persen populasi kerbau terdapat di Asia. Karena itu, hewan ini sering disebut kerbau Asia.

Kulit kerbau berwarna kelabu tua; bulunya pendek, kasar dan jarang. Tinggi bahu kerbau mencapai sekitar 1,5 hingga 1,8 meter. Rata-rata, kerbau dewasa dapat mencapai berat sekitar 500-900 kilogram. Kerbau jantan lebih besar daripada kerbau betina. Selain ukurannya, karakteristik utama yang membedakan kerbau jantan dan kerbau betina adalah adanya lekuk-lekuk dalam pada badannya dan tanduk berbentuk bulan sabit yang melengkung panjang ke belakang. Meskipun kerbau betina juga bertanduk, tanduknya lebih kecil daripada tanduk kerbau jantan. Kerbau jantan mencapai kematangan seksual pada umur 2 sampai 3 tahun. Kerbau jantan menghasilkan sperma sepanjang tahun, tapi produksi sperma ini sangat dipengaruhi oleh temperatur lingkungan dan kualitas pakan.

Kerbau liar betina mencapai kedewasaan kelamin pada usia 2 sampai 3 tahun. Kerbau ternak betina yang dipelihara dengan baik dan diberi pakan bermutu mencapai kematangan kelamin lebih cepat. Siklus birahi berkisar 21 hingga 29 hari. Lama birahi biasanya 24 jam tapi bisa bervariasi antara 12 sampai 72. Tanda birahi yang paling jelas adalah sering terjadinya urinasi. Tanda-tanda birahi kerbau kurang jelas dibandingkan dengan sapi. Kerbau umumnya memperlihatkan tanda birahi hanya pada malam hari sehingga sulit dideteksi oleh peternak.

Masa kebuntingan kerbau sekitar 9-11 bulan. Umumnya, tingkat keberhasilan inseminasi buatan pada kerbau lebih rendah daripada sapi. Penelitian di India membuktikan bahwa tingkat kebuntingan pada inseminasi pertama sekitar 40%, dan tingkat kebuntingan pada inseminasi

Page 2: artikel STH

ketiga sekitar 77%. Birahi pertama setelah melahirkan sangat dipengaruhi musim, jenis kerbau dan kondisi masing-masing kerbau. Sebagian kerbau mengalami birahi dalam waktu kurang dari 60 hari setelah melahirkan, dan sebagian kerbau lain 230 hari setelah melahirkan. Pada kerbau Murrah India, waktu birahi rata-rata setelah melahirkan adalah 100 hari. Birahi pertama setelah melahirkan tidak selalu subur, terutama bila birahi tersebut terjadi tidak lama setelah melahirkan. Kerbau betina menyusui anaknya selama lebih dari setahun. Selama sekitar 3-4 tahun, anak kerbau tetap bersama induknya. Setelah sekitar 3 tahun, anak kerbau jantan meninggalkan induknya dan berkumpul bersama kawanan kerbau jantan lainnya. Bila diternakkan, kerbau bisa hidup sampai hampir 25 tahun.

Berdasarkan daerah keberadaannya, kerbau dikelompokkan menjadi beberapa kategori. Kerbau Afrika terdiri dari dua jenis dalam spesies yang sama (Syncerus caffer), kerbau Cape dan kerbau kerdil. Jenis kerbau Cape jauh lebih besar daripada kerbau kerdil. Berbeda dengan kerbau Asia, kedua jenis kerbau Afrika ini tidak diternakkan karena sifatnya yang berbahaya. Pemangsa kerbau di alam liar adalah harimau, singa dan buaya.

Karena kerbau sudah terbiasa berendam di air, keberadaannya di habitat tertentu tergantung pada ketersediaan air. Kerbau termasuk herbivora dan memakan berbagai jenis rumput dan daun. Salah satu ciri adaptasi kerbau karena sering berendam di lumpur dan air adalah kuku kaki yang melebar. Kuku kaki seperti ini membuat kerbau tidak tenggelam terlalu dalam di dalam lumpur dan juga membuatnya mampu bergerak bebas di tanah basah dan rawa. Kerbau biasanya bermigrasi secara bergerombol bila terjadi kekurangan air.

Daging kerbau sangat liat, karena itu daging kerbau biasanya dimasak perlahan. Susu kerbau memberikan 5 persen dari pasokan susu dunia. Karena kadar lemak yang tinggi di dalam dagingnya, susu kerbau merupakan bahan baku ideal untuk membuat yogurt, keju, dadih dan berbagai produk susu lainnya. Tanduk kerbau digunakan untuk membuat alat musik tradisional, sedangkan kulitnya digunakan untuk pembuatan berbagai produk kulit. Tahi mamalia bovin ini juga digunakan sebagai pupuk yang ramah lingkungan.

Karena kerusakan habitat alami dan perburuan yang berlebihan untuk mendapatkan daging, populasi kerbau liar (yang nama ilmiahnya Bubalis arnee) sudah jauh berkurang. Menurut lembaga konservasi satwa liar, jumlah kerbau liar berkurang sekitar 20 persen dalam 14 tahun terakhir. Sekarang, kerbau termasuk dalam daftar Data Merah Serikat Konservasi Alam Internasional (IUCN, International Union for Conservation of Nature) untuk spesies yang terancam punah. Namun demikian, kerbau ternak dapat ditemukan di berbagai negara di Asia.

Referensi:http://www.buzzle.com/articles/water-buffalo-facts.htmlhttp://www.milkproduction.com/Library/Articles/Buffalo_Milk_Production_Chapter_2_Reproduction_and_Breeding.htm

SUMBER : http://area-peternakan.blogspot.com/2010/03/gambaran-umum-kerbau.html

Page 3: artikel STH

Water Buffalo FactsAs their name suggests, water buffaloes spend several hours of the day submerged in muddy water. While that is a peculiar behavior which earns them their common name, the interesting facts about this species go well beyond that.AdvertisementThe water buffalo (Bubalus bubalis) is a large bovine animal native to Asian countries; from where it has been introduced in Africa, Australia, America, Egypt, and other European countries. As per the data compiled by the United Nations Food and Agriculture Organization, around 97 percent of their population is in Asia (2000). Hence, it is commonly referred to as Asian buffalo. It has been domesticated for meat, milk, horns, hides, transportation, and also, for performing farming activities since a long time.

Physical DescriptionThe coat color of a water buffalo is dull gray; the hair are short, stiff, and scanty. The domesticated breed measures to about 5 - 6.2 feet at the shoulder height. On an average, an adult buffalo weighs about 500 - 900 kilograms. As expected, the wild water buffalo is much taller (about 6.6 feet) and heavier (about 1,200 kg) than the domesticated one.

Sexual DimorphismThe male buffalo is larger in size (height and weight) than the female. Other than the size difference, the main distinguishing features of a male buffalo are the presence of deep ridges on the body, and long backward curving, crescent-shaped horns that grow to about 5 feet long. Though a female possesses horns, they are quite shorter than that of a male.

Water Buffalo TypesBased on the area of occurrence, the water buffalo is grouped into different categories. The African water buffalo includes two forms of the same species (Syncerus caffer), namely, the cape water buffalo and dwarf forest water buffalo. The former type is much larger in size than the latter type. Unlike the Asian water buffalo, both the African forms are not domesticated due to their dangerous nature.

Habitat and AdaptationAs these buffaloes are naturally adapted to stay submerged in water, their occurrence in a particular habitat depends on the water availability. One of the adaptive features of a water buffalo for spending in muddy and swampy areas is the spreading hoofed feet. The feet prevent them from sinking deep in the mud and also, to move freely in wetlands and swamps. In case of water scarcity, they usually migrate in herds.

Diet and FeedingThe Asian buffalo is a true herbivore, which feeds on a wide variety of grasses, herbs, and other green vegetation. Since they spend most of the time in marshes and swamps, aquatic plants make up most of its diet. One can spot herds of this bovine animal in grasslands too. Being a ruminant animal, its

Page 4: artikel STH

digestive system is specifically modified for digestion of plant-based food.

Reproduction and CalfA female matures after about 4 - 5 years, after which it gives birth to one calf in alternate years. The gestation period of water buffalo is about 9 - 11 months. The female continues to suckle the young calves for more than a year. For about 3 - 4 years, the young calves remain together with their mother. After about 3 years, the male calf leave its mother and stay along with other male herds.

Farming ImportanceThe meat of a water buffalo is very tough, hence is usually cooked by slow cooking methods. Speaking about the milk, it accounts to about 5 percent of the world's milk supply. Due to high fat content in the milk, it is an ideal base ingredient for preparation of yogurt, cheese, and other dairy products. Its horns are used for making indigenous musical instruments, while the hides are used as a leather source. The feces of this bovine mammal is also used as an eco-friendly fertilizer.

In the wild, the predators of water buffalo are tigers, lions, and crocodiles. This coupled with the degradation of natural habitat and excessive hunting for meat are responsbile for the rapid declining population of the wild water buffalo (scientific name Bubalis arnee). As per the wildlife conservationists, the number of wild water buffaloes has reduced to about 20 percent in the last 14 years. Today, it is included in the IUCN Red Data list for endangered species. Nevertheless, domesticated water buffaloes can be found in different parts of Asia. In captivity, they live for nearly 25 years.By Ningthoujam SandhyaraniLast Updated: December 19, 2011

Read more at Buzzle: http://www.buzzle.com/articles/water-buffalo-facts.html

Page 5: artikel STH

Senin, 15 April 2013

RUSA TIMOR ( Cervus timorensis )

RUSA TIMOR ( Cervus timorensis )

klasifikasi rusa timor adalah sebagai berikut:

Phyllum : Vertebrata

Sub phyllum : Chordata

Class : Mammalia

Ordo : Artiodactyla

Familia : Cervidae

Genus : Cervus

Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)

Rusa merupakan salah sumber daya genetic yang ada di Negara Indonesia. Terdapat empat spesies rusa endemic di Inonesia yaitu : rusa sambar (Cervus unicolor), rusa timor (Cervus timorensis), rusa bawean (Axix kuhli) dan muncak (Muntiacus muntjak). Pada awalnya rusa merupakan satwa liar tetapi saat ini pemerintah telah menetapkan status rusa sebagai hewan liar yang dapat didomestikasi melalui SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei 1990.

Rusa timor merupakan salah satu rusa asli Indonesia selain rusa bawean, sambar, dan menjangan. Rusa timor yang mempunyai nama latin Cervus timorensis diperkirakan asli berasal dari Jawa dan Bali, kini ditetapkan menjadi fauna identitas provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Rusa timor sering juga disebut sebagai rusa jawa. Dalam bahasa Inggris, rusa timor mempunyai beberapa sebutan seperti Javan Rusa, Javan Deer, Rusa, Rusa Deer, dan Timor Deer. Sedangkan dalam bahasa latin (ilmiah) binatang ini disebut sebagai Cervus timorensis yang mempunyai beberapa nama sinonim seperti Cervus celebensis (Rorig, 1896), Cervus hippelaphus (G.Q. Cuvier , 1825), Cervus lepidus (Sundevall, 1846), Cervus moluccensis (Quoy & Gaimard, 1830), Cervus peronii (Cuvier, 1825), Cervus russa(Muller & Schlegel, 1845), Cervus tavistocki (Lydekker, 1900), Cervus timorensis(Blainville, 1822), dan Cervus tunjuc (Horsfield, 1830).

Page 6: artikel STH

Keadaan Morfologi Umum Rusa TimorRusa timor secara morfologi memiliki warna bulu coklat abu-abu sampai coklat tua kemerahan dan yang jantan warnanya lebih gelap. Warna di bagian perut lebih terang dari pada di bagian punggungnya.

Tinggi bahu rusa betina dewasa 100 cm, sedangkan yang jantan dapat mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala kira-kira 120 – 130 cm, panjang ekor 10 – 30 cm. Sedangkan bobot badannya dapat mencapai 100 kg.

Rusa jantan dewasa memiliki ranggah atau tanduk yang bercabang tiga, dengan ujung-ujungnya yang runcing , kasar dan beralur memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah rata-rata 80 – 90 cm, tapi ada yang mencapai 111,5 cm.

Pada musim kawin, perilaku rusa banyak mengalami perubahan. Pada awal musim kawin, rusa menjadi gelisah dan peka terhadap kedatangan mahluk asing di lingkungannya. Rusa jantan lebih peka terhadap kedatangan pejantan lain dan menantang pejantan lain untuk berkelahi dalam rangka memperebutkan atau mempertahankan betina. Meskipun hidup bersama dalam satu kelompok, setiap rusa mengikuti siklus seksualnya masing-masing. Berdasarkan beberapa hasil penelitian, terdapat kaitan erat antara musim birahi dengan terlepasnya tanduk-tanduk/ranggah rusa.

Rusa betina pada musim kawin akan mondar-mandir dari daerah teritori pejantan satu ke daerah teritori pejantan yang lain untuk memilih pejantan, dan akhirnya menetap pada daerah teritori pejantan yang dipilihnya sampai terjadi perkawinan. Pada umumnya kopulasi terjadi pada malam hari.

Masa reproduksi rusa dimulai dari umur 1,5 tahun sampai 12 tahun, rusa dapat bertahan hidup antara umur 15- 20 tahun. Anak rusa umur 4 bulan dapat mencapai bobot badan 17,35 kg untuk jantan dan 16,15 kg betina. Pada umur satu sampai dua tahun rusa sudah bereproduksi, dengan lama bunting antara 7,5 bulan sampai 8,3 bulan. Bila ditangani secara intensif, satu bulan setelah melahirkan rusa sudah dapat bunting lagi terutama bila dilakukan penyapihan dini dengan anak yang dilahirkan, umur sapih anak rusa secara alami yaitu 4 bulan. Setiap tahun rusa dapat menghasilkan anak, biasanya anak yang dilahirkan hanya satu ekor.

Sifat Kualitatif Rusa Timor

Sifat kualitatif lebih banyak diatur atau ditentukan oleh genotype individu. Pada rusa timor sifat kualitatif yang dapat dilihat dengan jelas adalah warna bulu, warna kulit, pola warna, bentuk kepala, bentuk badan dan bentuk tanduk.

Warna kulit rusa timor coklat kemerah-merahan sampai coklat gelap. Warna di bagian perut lebih terang dari pada di bagian punggungnya. Bila dibandingkan denga warna rusa sambar yang coklat kehitaman. Bentuk kepala lebih cekung dibandingkan dengan rusa sambar. Bentuk badan dan tanduk lebih kecil daripada rusa sambar

Page 7: artikel STH

Berdasarkan penelitian Thohari et al. (1993), dari hasil analisis polimorfisme protein darah yaitu pada lokus transferin,post albumin dan haemoglobin dapat digunakan sebagai indicator mengidentifikasi perbedaan genetic diantara rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean. Lokus post albumin dianggap dapat dijadikan sebagai gen penanda untuk mengidentifikasi karakteristik ketiga jenis rusa tersebut.

Perkembangan ukuran tanduk dapat digunakan untuk menduga umur rusa . Tanduk pertama kali tumbuh pada umur kira-kira 1 tahun yang terdiri atas tanduk tunggal. Tanduk rusa timor besar, langsing dan panjang. Velvet dan tanduk rusa timor merupakan salah satu sifat kualitatif yang mempunyai nilai ekonomik tinggi.

Table 1 : Perkembangan Tanduk Rusa Jantan

Umur (bulan) Keadaan

4 – 6

7 – 9

13 – 15

24

30

84

108

Mulai nampak ada yang menonjol

Tanduk tumbuh/muncul ke luar

Tanduk tunggal tumbuh sempurna (20-30 cm)

Tanduk mempunyai 2 cabang

Tanduk mempunyai 3 cabang

Perkembangan tanduk sempurna (panjang 80 – 90 cm)

Jarak diantara cabang tanduk bertambah lebar

Sifat Kuantitatif Rusa Timor

Sifat-sifat kuantitatif yang dapat diukur pada rusa timor antara lain panjang badan, tinggi badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, panjang kepala, panjang ekor dan lainnya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkar dada, tinggi pinggul, panjang badan dan tinggi badan memberikan kontribusi pada ukuran tubuh rusa. Secara umum dari hasil pengukuran tubuh terhadap rusa timor, rusa sambar dan rusa bawean menunjukkan bahwa rusa sambar relative lebih besar dari rusa timor kemudian rusa bawean (Thohari et al., 1993). Tubuh rusa jantan lebih besar dibandingkan dengan tubuh rusa betina.

Semakin tinggi panjang pinggul dan panjang femur maka skor bentuk tubuh yang diperoleh semakin tinggi. Hal yang sangat mempengaruhi keadaan sifat kuantitatif rusa disini adalah keadaan lingkungan. Keadaan morfologi rusa sangat dipengaruh oleh keadaan atau habitat dimana dia tinggal.

Page 8: artikel STH

Daging rusa (venison) mempunyai persentase karkas 58 % (sapi 41 % dan domba 43 %). Komposis energi yang dihasilkan dari lemak daging pada rusa 22 % (sapi 33 % dan domba 35-47 %), energi daging mencapai 628 jouls / 100 g. Kandungan protein daging 21 % (tetap dengan bertambahnya umur) dan 40 % dari bagian karkas belakang (3/4 bagian karkas belakang mempunyai harga tinggi).

Tingkah Laku Rusa Timor ( Cervus Timorensis )

Tingkah laku hewan adalah ekspresi suatu hewan yang ditimbulkan oleh semua faktor yang mempengaruhinya, baik faktor dari dalam maupun dari luar yang berasal dari lingkungannya . Untuk praktisnya, tingkah laku dapat diartikan sebagai gerak-gerik organisme. Sehingga perilaku merupakan perubahan gerak termasuk perubahan dari bergerak menjadi tidak bergerak sama sekali atau membeku, dan perilaku hewan merupakan gerak-gerik hewan sebagai respon terhadap rangsangan dalam tubuhnya dengan memanfaatkan kondisi lingkungannya.

Berbagai macam tingkah laku rusa timor yang telah diamati oleh peneliti-peneliti, baik tingkah laku harian maupun tingkah laku reproduksi. Tingkah laku seksual pada hewan, yang tidak saling memilih pasangannya, akan menguntungkan proses domestikasi suatu jenis, juga akan menguntungkan program pemuliaan yang menggunakan beberapa keturunannya yang terbatas. Jantan ruminansia akan agresif selama musim kawin. Sifat jantan untuk mengawini betina dan keberhasilan terjadinya perkawinan, tergantung pada: a) tingkat agresifitas yang terjadi pada jantan, b) daya tarik yang terjadi di antara jantan dan betina yang sedang berahi, c) tahapan interaksi tingkah laku sebagai hasil dari kesediaan betina untuk kawin (mating) yang ditunjukkan dengan posisi tubuhnya untuk dapat dikawini dan d) reaksi pejantan untuk menaiki betina untuk copulas.

Tingkah laku reproduksi sangat penting diketahui agar dapat mengembang serta meningkatkan produktifitas populasi rusa timor. Rusa timor memiliki tingkah laku memilih shelter (tempat berlindung) yang memiliki ketersediaan sumber pakan dan minum,serta tersedianya naungan yang jauh dari gangguan manusia. Rusa timor memiliki kebiasaan hidup berkelompok. Kebiasaan lain dari rusa timor ini adalah membuang kotoran (feses) bersamaan dengan mengkonsumsi pakan.Untuk tingkah laku reproduksi rusa timor dimulai dari mating ratio, jumlah rusa timor pejantan tiap kelompok berjumlah 1 : 5 dan memiliki sifat superior pejantan yang menjadi pemimpin dalam kelompok. Tingkah laku reproduksi pada betina diawali dengan tingkah laku berahi. Saat rusa timor betina berahi lebih sering menyendiri, nafsu makan menurun, dan relatif diam saat didekati pejantan. Berahi rusa timor dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Musim hujan dengan pakan yang melimpah akan meningkatkan kuantitas dan kualitas berahi betina.

Berbeda dengan betina, tingkah laku reproduksi pejantan apabila sedang libido, pejantan mengitari rombongan betina untuk mencari betina yang sedang berahi, apabila pada saat tersebut ada lebih dari satu pejantan yang libido, maka akan terjadi pertarungan. Hal ini dibuktikan oleh peneliti Daud Samsudewa,2006, bahwa ditemukan beberapa potongan tanduk dishelter rusa, sebagai bukti telah terjadinya pertarungan antar sesama pejantan. Libido rusa timor (Cervus timorensis) jantan dipengaruhi oleh ukuran tanduk. Jika pejantan dalam kondisi tanggalnya ranggah, maka pejantan tidak berani

Page 9: artikel STH

mendekati betina rusa timor (Cervus timorensis). Tanggalnya ranggah menyebabkan penurunan libido jantan pada rusa timor (Cervus timorensis).

Tingkah Laku Bercumbu

Rusa timor (Cervus timorensis), baik pejantan maupun betina sebelum terjadinya perkawinan, rusa timor betina dan pejantan memiliki tingkah laku percumbuan. Tingkah laku percumbuan terdiri dari Snifing (berteriak memanggil pasangan), Flehmen(mengendus-endus), Kissing (menciumi tubuh pasangan), kicking dan Nuding (menjilat dan menyepak pasangan). Tingkah laku percumbuan tersebut dilakukan secara berurutan selama 30±8 menit, 7±1,5 menit, 3±0,8 menit, 1±0,1menit. Tahapan terakhir tingkah laku reproduksi rusa timor (Cervus timorensis) tingkah laku coitus. Coitus pada rusa timor diawali dari proses mounthing (pejantan menaiki betina), dilanjutkan dengan penetrasi alat reproduksi jantan kealat reproduksi betina. Mounthing dilakukan oleh pejantan rusa timor pada saat perkawinan dilakukan sebanyak tiga kali sebelum terjadi coitus.

Pada pejantan, tingkah laku mencium/mengendus (Flehmen), dan menjilat (kicking) merupakan pola tingkah laku reproduksi mencumbu yang paling sering dilakukan. Hal ini merupakan salah satu fungsi yang sangat penting sebagai komunikasi secara kimiawi ( chemical communication) melalui indra penciuman. Tingkah laku rusa timor betina pada saat bercumbu dengan rusa jantan, lebih bersifat pasif, dalam arti kata membiarkan dicumbu oleh rusa jantan, hal ini hanya terjadi pada saat fase estrus. Namun sering juga sebaliknya, yang mencumbu yaitu rusa timor betina, dengan cara menggesek-gesekan kepalanya pada leher rusa jantan, kemudian menjilati bulu jantan disekitar perut yang menyebabkan penis jantan menjadi ereksi. Ereksi pejantan ditandai dengan keluarnya gland penis dari preputium.

Tingkah Laku Reproduksi Saat kawin

Perkawinan terjadi setelah proses mencumbu. Tingkah laku reproduksi pejantan saat kawin dengan usaha menaiki (mounting) rusa timor betina, dengan cata menaiki punggung betina dari arah samping dengan kaki depannya, dagunya diletakkan diatas punggung betina, kemudian intromission dan akhirnya ejakulasi, yang berlangsung singkat antara 2-3 detik. Waktu yang diperlukan dari mulai menaiki betina sampai terjadinya ejakulasi berlangsung selama 2-3 menit. Setelah ejakulasi rusa timor jantan turun dari punggung betina.

Rusa timor (Cervus Timorensis) betina siap untuk kawin ( mating), setelah terangsang seksual. Tingkah laku rusa betina pada saat kawin yaitu dengan berdiri tegak, bagian belakang pantat agak direndahkan, dan membiarkan dirinya dinaiki oleh pejantan. rusa betina yang masih muda dan dalam keadaan berahi, umumnya agak ”takut” untuk dikawini rusa pejantan. Hal ini dibuktikan pada saat jantan berusaha mendekat untuk mengawini rusa betina muda, rusa betina sering kali berlari cepat bahkan seringkali merebahkan dirinya ketanah, kemudian rusa jantan akan mendorongnya untuk bangun. Sedangkan rusa

Page 10: artikel STH

betina dewasa dan telah beranak, pada umumnya lebih tenang menghadapi rusa jantan. Rusa betina muda memiliki pola kurang sempurna, pada respon perkawinan dan tidak mencari pejantan

Hal lain yang perlu diketahui mengenai tingkah laku rusa timor selain tingkah laku reproduksinya adalah tingkah laku keseharian rusa timor (Cervus timorensis). Adapun tingkah laku harian rusa meliputi, tingkah laku makan dan minum (Ingesti), investigative, grooming (membersihkan diri), bergerak (movement) serta tingkah laku sosial.

Tingkah Laku Makan (Ingestive)

Secara umum baik rusa timor jantan maupun betina melakukan aktivitas ingestive (makan-minum) lebih banyak pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari lebih banyak waktu digunakan untuk istirahat. Secara relatif ada perbedaan alokasi waktu yang digunakan untuk aktivitas harian diantara rusa jantan dan betina. Untuk aktivitas makan, terlihat rusa betina relatif menggunakan waktu lebih lama dibanding rusa jantan baik pagi maupun sore hari, begitu pula untuk aktivitas lainnya.

Pada waktu merumput ini rusa akan lebih memilih hijauan yang paling disukai disekitar areal tempat habitat rusa sampai batas tertentu, kemudian akan kembali ketempat semula memilih jenis hijauan lainya. Rusa timor menyukai hijauan berdaun lunak dan basah serta bagian yang muda seperti jenis legum dan rumput-rumputan. Saat merumput terdapat rusa yang menjadi ketua rombongan yaitu betina tua. Hal ini dikarenakan rusa betian lebih tanggap dalam memilih rumput. Betina juga lebih tanggap terhadap bahaya luar dengan memberi tanda atau isyarat kepada anggotanya dengan mengeluarkan suara atau berhenti sejenak merumput. Jika telah aman betina akan menuntun kembali dalam merumput.

Tingkah Laku Sosial

Pada kondisi alam rusa timor merupakan hewan yang hidup berkelompok, aktif pada siang dan malam hari. Jumlah kelompok rusa dapat mencapai ratusan ekor apabila musim kawin. Rusa timor sangat sensitive pada keadaan. Tingkah laku investigative merupakan tingkah laku waspada terhadap gangguan yang mencurigakan, ditandai dengan menegakkan kepala tanpa bersuara serta memandang lurus kesatu arah yang dianggap berbahaya. Rusa betina lebih tanggap terhadap bahaya dan memberikan isyarat pada lainnya . Tingkah laku sosial rusa timor lainnya adalah sulitnya mendekati rusa jantan apabila ranggah sudah matang. Dalam hal ini rusa jantan menjadi lebih galak dan liar, jika didekati selalu ingin menyerang. Pada musim kawin rusa liar akan bergabung dengan rusa yang dipelihara. Rusa jantan akan beriringan dengan betina serta mengelilingi betina. Untuk mendapatkan betina, rusa jantan berkelahi sampai muncul pemenang, dan yang lemah akan tersingkir. Perkelahian berlangsung 3 jam, tergantung banyaknya saingan. Setelah perkawinan selesai, maka rusa-rusa tersebut akan berkumpul dan bermain seperti semula.

Page 11: artikel STH

Tingkah Laku Harian Lainnya

Aktivitas istirahat biasanya dilakukan sebagai aktivitas yang menyelingi aktivitas makan, yang dilakukan dengan berbaring di bawah pohon, semak atau hutan sambil memamahbiak. Aktivitas ini juga dilakukan untuk berteduh dan berlindung dari teriknya sinar matahari pada siang hari, untuk menjaga kestabilan suhu tubuh. Aktivitas bergerak (movement) biasa dilakukan rusa untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lain, umumnya dari satu areal vegetasi ke areal vegetasi lainnya untuk mencari makan, atau untuk mencari tempat berlindung yang lebih aman akibat ada gangguan. Aktivitas membersihkan diri (grooming) biasanya dilakukan antar induk betina dengan anak rusa, antara jantan dengan betina atau bahkan dilakukannya sendiri disela-sela aktivitas makan dan istirahat. Grooming biasa dilakukan rusa dengan cara menjilat-jilat bagian tubuhnya untuk menghilangkan kotoran yang melekat di bagian tubuhnya.

Habitat dan Persebaran

Rusa timor diperkirakan berasal dari pulau Jawa dan Bali yang kemudian tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Bahkan telah diintroduksi juga ke berbagai negara seperti Australia, Mauritius, Kaledonia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan Timor Leste.

Habitat rusa timor berupa hutan, dataran terbuka serta padang rumput pada daerah beriklim tropis dan subtropis dan savanna. namun binatang ini mampu beradaptasi di habitat yang berupa hutan, pegunungan, dan rawa-rawa. Rusa timor diketemukan di dataran rendah hingga pada ketinggian 2600 m di atas permukaan laut (Direktorat PPA, 1978). Padang rumput dan daerah-daerah terbuka merupakan tempat mencari makan, sedangkan hutan dan semak belukar merupakan tempat berlindung. Salah satu tempat berlindung yang disukai oleh rusa timor (Cervus timorensis) adalah semak-semak yang didominasi oleh kirinyuh (Eupatorium spp.), saliara (Lantana camara), gelagah (Saccarum spontaneum) dan alang-alang (Imperata cylindrica).

Rusa timor termasuk satwa yang mudah beradaptasi dengan lingkungan yang kering bila dibandingkan dengan jenis rusa yang lain, karena ketergantungan terhadap ketersediaan air relatif lebih kecil. Dengan kemampuan adaptasi yang baik ini rusa timor mampu berkembangbiak dengan baik di daerah-daerah meskipun bukan habitat aslinya.

Status Konservasi dan Perlindungan

Rusa (Cervus spp) merupakan hewan yang dilindungi menurut undang-undang Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar tahun 1931 No. 134 dan 266. Untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu suatu rumpun ternak maka sebelumnya telah terbit UU RI Nomor 6 Tahun 1967 pada pasal 13. Selanjutnya SK Menteri Pertanian No 362/KPTS/TN/12/V/1990 pada tanggal 20 Mei 1990, memasukkan rusa ke dalam kelompok aneka ternak yang dapat dibudidayakan seperti ternak lainnya, termasuk di

Page 12: artikel STH

dalamnya mengatur tentang peraturan ijin usaha. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999 memasukkan semua jenis dan genus Cervus kedalam Lampiran Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Selain itu Rusa termasuk hewan dalam kategori terancam punah dalam daftar Appendix I CITES, sehingga keberadaanya harus dijaga dan tidak dibenarkan melakukan perburuan apalagi memperjual belikan dagingnya.

Dalam kaitannya sebagai satwa liar, rusa timor keberadaanya juga diatur dalam UU RI nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Peraturan Menteri Pertanian nomor 35/Permentan/OT.140/8/2006 tentang Pedoman Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Ternak. Dan yang terakhir sebagai pengganti UU RI nomor 6 Tahun 1967, adalah dikeluarkannya UU RI nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pada bab III, pasal 9 ayat 3 tentang Sumber daya genetic asal satwa liar.

Konservasi

Populasi rusa timor secara keseluruhan diperkirakan sekitar 10.000 hingga 20.000 ekor dewasa. Berdasarkan jumlah populasi dan persebarannya, rusa timor dimasukkan dalam status konservasi “vulnerable” (Rentan) oleh IUCN Red List.

Populasi rusa timor terbesar terdapat di TN. Wasur, Papua dengan populasi sekitar 8.000 ekor (1992). Populasi di Jawa justru megalami pengurangan yang sangat besar. Seperti di TN. Baluran sekitar 1.000 ekor (2008).

Ancaman utama terhadap rusa timor berasal dari perburuan yang dilakukan oleh manusia untuk mengambil dagingnya. Penurunan populasi juga diakibatkan oleh berkurangnya lahan dan padang penggembalaan (padang rumput) di Taman Nasional yang menjadi habitat rusa timor. Hilangnya padang rumput ini ada yang diakibatkan oleh konversi menjadi lahan pertanian dan pemikiman juga oleh kesalahan pengelolaan seperti penanaman pohon

Pengelolahan satwa liar merupakan bagian dari upaya konservasi satwaliar. Untuk menjaga kelestarian populasi rusa maka diperlukan pengelolaan yang baik agar usaha-usaha pemanfaatan hasil tersebut dapat tetap berlangsung. Untuk menghindari kepunahan dan sekaligus memanfaatkan rusa secara optimal dan berkelanjutan dapat dilakukan melalui penangkaran (konservasi ex-situ) dengan sistim ranch. Penangkaran rusa mempunyai prospek karena rusa mudah beradaptasi dengan lingkungan di luar habitat alaminya, mempunyai tingkat produksi dan reproduksi yang tinggi. Dalam pembangunan penangkaran ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu komponen habitat yang terdiri dari pakan, air, naungan (cover), dan ruang.

Usaha penangkaran dilakukan untuk menghindari kepunahan dan dalam rangka memanfaatkan satwa liar secara optimal berazaskan kelestarian, karena dalam penangkaran kehidupan satwa liar dikendalikan sebaik mungkin.

Page 13: artikel STH

Subspesies Rusa Timor

Whitehead (Schroder dalam Nugroho, 1992; Semiadi, 2002) membagi jenis rusa timor (Cervus timorensis) menjadi 8 subspesies (anak jenis), yaitu:

1. Cervus timorensis russa (Mul.&Schl., 1844) biasa ditemukan di Pulau Jawa

2. Cervus timorensis florensis (Heude, 1896) biasa ditemukan Pulau Lombok dan Pulau Flores

3. Cervus timorensis timorensis (Martens, 1936) biasa ditemukan P. Timor, P. Rate, P. Semau, P. Kambing, P. Alor, dan P. Pantai

4. Cervus timorensis djonga (Bemmel, 1949) biasa ditemukan P. Muna dan P. Buton

5. Cervus timorensis molucensis (Q.&G.,1896) biasa ditemukan Kep. Maluku, P. Halmahera, P. Banda, dan P. Seram

6. Cervus timorensis macassaricus (Heude, 1896) biasa ditemukan P. Sulawesi

7. Cervus timorensis renschi (Sody, 1933)

8. Cervus timorensis laronesietes (Bemmel, 1949)

Diposkan oleh moh ridwan derwotubun di 01.06

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

Label: ridwan

Lokasi: Malang, Indonesia

SUMBER : http://mohridwanderwotubun.blogspot.com/2013/04/rusa-timor-cervus-timorensis_15.html

Page 14: artikel STH

Rusa: Terkenal Dengan Tanduknya

Pernahkah kalian menyentuh binatang bertanduk? Jika kalian pernah melakukannya, kalian pasti sangat kagum, karena tanduk yang muncul dari binatang berbulu, berkulit lembut ternyata keras seperti batu. Kalian dapat membandingkan tanduk dengan kukumu. Kuku keras yang muncul dari kulit halusmu tumbuh dengan cantiknya dan sungguh mengagumkan bagimu.

Pertumbuhan tanduk binatang mirip dengan pertumbuhan kuku, namun lebih tebal, lebih keras, dan lebih besar.

Kecuali rusa kutub, umumnya hanya rusa jantan yang memilki tanduk. Saat musim kawin tiba, tanduk-tanduk ini tanggal, dan diperbaharui oleh tanduk lain yang tumbuh dari bawahnya.

Ketika tumbuh, tanduk tertutup oleh lapisan kulit tipis seperti beludru. Saat tanduk tumbuh sempurna, uratnya terputus sehingga tidak dapat lagi memberi makan bagi lapisan kulit tersebut. Pada tahap ini, rusa menggarut kulitnya dengan menggosokkan tanduknya pada benda keras sehingga struktur tulang mucul. Setelah berumur enam tahun, tanduknya telah tumbuh sempurna. Setelah itu, tanduk rusa perlahan-lahan rusak. Panjang, bentuk dan jumlah cabang tanduk rusa berbeda-beda antara satu dengan yang lain.

Page 15: artikel STH

Barangkali kalian bertanya, “Mengapa rusa memiliki tanduk?” tanduk merupakan senjata penting bagi rusa. Dengan tanduknya mereka menjaga diri dari serangan musuh. Kadang-kadang hanya melihat tanduknya seekor pemangsa akan meninggalkan rusa seorang diri.

Rusa merah jantan membuat suatu batas di sekeliling wilayahnya dengan melumurkan zat yang berasal dari kelenjar baunya.

Dalam wilayah ini, ia membentuk kawanan yang terdiri atas rusa betina. Ia menjaga kawanannya dari musuh dengan tanduknya. Jika ada makhluk asing masuk ke wilayahnya, ia mendorongnya keluar dengan aumannya atau menyeruduknya dengan tanduk.

Allah telah menciptakan binatang-binatang ini dengan tanduk di kepalanya, karena itu mereka dapat melindungi diri dan kawan-kawannya. Jika Allah tak memberikan tanduk padanya, binatang ini akan lemah dan tak berdaya menghadapi musuh-musuhnya. Rusa jantan tak akan dapat melindungi betinanya dan dengan demikian kawanannya akan tercerai berai. Mereka tak akan memiliki senjata untuk melawan binatang buas.

Barangkali ada beberapa orang berpikir, “aku menginginkan binatang memiliki struktur bercabang, keras dan seperti tulang di atas kepalanya agar mereka mampu melindungi dirinya sendiri.” Jika ada yang berkeinginan seperti itu, mereka tak akan mampu mewujudkan keinginan tersebut. Hanya Allah-lah, yang menciptakan makhluk-makhluk dengan begitu cantiknya, yang melengkapi rusa dan binatang-binatang lainnya dengan mekanisme pertahanan diri yang sesuai dengan keperluan mereka.

SUMBER : http://id.harunyahya.com/id/Buku/1628/pesona-alam-satwa/chapter/15261

Penulis : Harun Yahya

Page 16: artikel STH

jerapah afrika JERAPAH AFRIKA

Sebagian besar jerapah tinggal di Afrika Timur atau di Angola dan Zambia di Afrika

Barat Daya. Sampai pertengahan abad ke-20 jerapah juga masih banyak ditemui di Afrika

Barat, sebelah selatan Gurun Sahara. Dulu, sekelompok jerapah dengan anggota lebih dari 100

ekor biasa ditemukan di daerah-daerah sabana di seluruh dunia, namun sekarang konsentrasi

jerapah hanya bisa ditemukan di Afrika Timur, terutama di Taman Nasional Serengeti,

Tanzania. Saat ini, jerapa termasuk dalam kategori hewan yang dilindungi oleh World

Conservation Union.

Jerapah Afrika hidup bersama dalam kelompok. Dalam satu kelompok biasanya

terdapat sepuluh jerapah. Kelompok tersebut tidak memiliki pemimpin, sehingga seekor jerapah

dapat meninggalkan kelompoknya dan bergabung dengan kelompok jerapah lain.

Jerapah Afrika tinggal di padang rumput yang luas dan hutan terbuka, di mana

persediaan makanan selalu ada setiap tahun. Jerapah tidak suka berpindah tempat terlalu jauh

dari habitatnya saat itu. Jerapah tidak dapat melewati daerah berawa-rawa karena kuku mereka

mudah tenggelam, dan mereka sangat jarang menyeberangi sungai. 

Badan Jerapah Afrika sebenarnya pendek, dengan kaki-kakinya yang kurus. Kaki depan

jerapah lebih panjang daripada kaki belakangnya. Jerapah Afrika memiliki tanduk kecil yang

tertutup kulit di kepala mereka. Tanduk jerapah jantan lebih besar daripada tanduk jerapah

betina, dan tubuh jerapah jantan biasanya juga lebih jangkung dibandingkan jerapah betina.

Selain memiliki tubuh yang tinggi, jerapah juga termasuk binatang yang besar dan berat.

Berat jerapah jantan bisa mencapai 1900 kilogram dan jerapah betina biasanya memiliki berat

badan setengah lebih ringan dari jerapah jantan. Meskipun berat, jerapah dapat berlari dengan

kecepatan 56 kilometer per jam. Ketika berlari, leher jerapah terayun ke depan dan ke belakang

agar tubuhnya tetap seimbang.

Kulit jerapah memiliki pola seperti tambalan berwarna cokelat. Pola dan warna pada kulit

jerapah membuat mereka terlihat membaur dengan warna-warna pohon dan dedaunan,

sehingga dapat mengecoh singa yang sering memburu mereka.

 INGGRIS

Page 17: artikel STH

Most giraffes live in East Africa or in Angola and Zambia in the South West Africa. Until the mid-

20th century giraffes are still mostly found in West Africa, south of the Sahara Desert. First, a

group of giraffes with a membership of more than 100 individuals are common in the savanna

regions across the world, but now the concentration of giraffe found only in East Africa,

especially in the Serengeti National Park, Tanzania. Currently, giraffes included in the category

of animals protected by the World Conservation Union.

African giraffes live together in groups. In one group there are usually ten giraffe. The

group has no leader, so that a giraffe can leave the group and joined the other giraffes.

African giraffes live in the vast grassland and open forest, where food supplies are

always there every year. Giraffes do not like to move too far from their habitat at the time.

Giraffes can not pass through marshy areas because they are easy to sink nails, and they rarely

cross the creek.

African Giraffes actual body short, with skinny legs. Giraffe's front legs are longer than its

hind legs. African Giraffes have small horns covered with skin on their heads. Horn male giraffe

giraffe horns larger than females, and male giraffe's body is also usually taller than female

giraffes.

Besides having a higher body, the giraffe is also included huge animals and heavy.

Heavy male giraffe can reach 1900 pounds and females usually have a giraffe and a half lighter

weight than male giraffe. Although heavy, the giraffe can run at speeds of 56 kilometers per

hour. When running, the giraffe's neck swung forward and backward so that his body stay

balanced.

Leather giraffes have a pattern such as brown patch. The pattern and color of the skin

makes them look a giraffe mingle with the colors of trees and foliage, so as to outwit the lions

often hunt them down.

Diposkan 17th October 2011 oleh Jeje

SUMBER : http://pitaijo.blogspot.com/2011/10/jerapah-afrika.html

Page 18: artikel STH

10 Fakta dan Informasi Menarik tentang Jerapah

Amazine.co - Online Popular Knowledge

Baca juga

Apa saja fakta unik & menarik tentang binatang? Perbedaan Hewan Berdarah Panas dengan Berdarah Dingin Dunia Satwa: 10 Fakta Unik & Menarik tentang Jaguar

Jerapah terkenal karena bentuk lehernya yang panjang dan motif kulitnya yang bertotol.

Jerapah memiliki mata besar, lidah panjang, telinga yang cukup besar, dan ekor berjumbai.

Berikut adalah fakta lain jerapah yang perlu Anda ketahui.

Page 19: artikel STH

1. Jerapah adalah hewan darat tertinggi.

Tinggi jerapah bisa mencapai 6 m. Uniknya leher yang panjang sebenarnya hanya terdir dari 7 ruas tulang belakang (tulang leher).

Jumlah ruas tulang leher jerapah sebenarnya sama dengan mamalia lain hanya saja ukuran tiap ruasnya jauh lebih panjang.

2. Okapi adalah kerabat terdekat jerapah.

Jerapah termasuk dalam famili Giraffidae. Giraffidae pada gilirannya dibagi menjadi dua subkelompok, yang genus Giraffa dan genus Okapia.

Genus Giraffa terdiri dari satu spesies yaitu Giraffa Camelopardalis. Demikian pula, genus Okapia juga hanya terdiri dari satu spesies, Okapia johnstoni.

3. Jerapah lebih memilih habitat di mana terdapat banyak pohon akasia yang merupakan makanan mereka.

Jerapah lebih suka makan daun muda dan tunas tetapi bersedia pula makan rumput dan tumbuhan lainnya.

Makanan favorit mereka antara lain daun muda pohon akasia.

Dengan leher dan lidah yang panjang, jerapah tidak akan kesulitan menjangkau daun muda yang berada di pucuk pohon.

4. Jerapah terutama hidup di sub-Sahara Afrika.

Jerapah merupakan hewan asli Afrika dan dapat ditemukan dari Chad di Afrika Tengah hingga Afrika Selatan.

Mereka terutama hidup di daerah kering seperti padang sabana, padang rumput, dan hutan terbuka.

Jerapah tidak lagi bertahan di sebagian besar Afrika Barat kecuali sisa populasi kecil di Nigeria.

5. Jerapah memiliki tanduk pendek di kepala.

Baik jerapah jantan dan betina memiliki tanduk. Tanduk terbentuk dari tulang rawan yang telah berubah menjadi tulang.

Tanduk jerapah ditutupi oleh kulit dan bulu dan bisa digunakan untuk membedakan antara jerapah jantan dan betina.

Jerapah betina memiliki jumbai bulu di bagian atas tanduk sedangkan jantan tidak memilikinya.

Page 20: artikel STH

6. Terdapat satu spesies jerapah dan banyak subspesies.

Para ahli belum sepakat mengenai jumlah subspesies jerapah.

Beberapa subspesies yang sudah diidentifikasi meliputi jerapah reticulated (G. c reticulata.), jerapah angola (G. c. Angolensis), jerapah masai(G. c. Tippelskirchi), jerapah rothschild (G. c. Rothschildi), jerapah Afrika Selatan (G. c. giraffa), jerapah Afrika Barat (G. c. peralta), jerapah thornicroft (G. c. thornicrofti), jerapah nubia (G. c. Camelopardalis) dan jerapah kordofan (G. c. antiquorum).

7. Jerapah putih sangat langka dan bukan merupakan albinino.

Pada tahun 1938, seekor jerapah berhasil difilmkan di Kenya yang hampir seluruhnya berwarna putih kecuali matanya yang gelap.

Jerapah putih memiliki pigmentasi, baik mata gelap atau pola bulu yang samar. Akibatnya, jerapah albino sejati belum pernah ditemukan.

8. Nenek moyang jerapah yang diketahui adalah Climacoceras.

Climacoceras tampak lebih mirip rusa dan memiliki tanduk seperti jerapah.

Climacoceras pertama kali diketahui muncul di awal jaman Miocene.

Pada pertengahan Miocene, kelompok lain jerapah juga berkembang termasuk Palaeotragus dan Samotherium.

Makhluk-makhluk ini masih memiliki leher agak pendek jika dibandingkan dengan jerapah masa kini.

9. Jerapah memiliki kaki depan lebih panjang dari kaki belakangnya.

Hal ini membuat bahu jerapah nampak lebih tinggi dari pinggul dan punggung mereka miring ke bawah seiring ke arah ekor.

10. Jantung jerapah beradaptasi khusus sehingga memungkinkannya memompa darah melalui leher panjang menuju kepala.

Jantung jerapah memiliki tugas berat memompa darah pada tekanan cukup tinggi sehingga dapat mengalirkan darah sampai ke otak.

Untuk melakukan hal ini, jantung jerapah berukuran besar hingga 10 kg sehingga menghasilkan dua kali tekanan darah lebih kuat dibandingkan mamalia besar lainnya.[]

SUMBER : http://www.amazine.co/24071/10-fakta-dan-informasi-menarik-tentang-jerapah/