askep
DESCRIPTION
ASKEPTRANSCRIPT
BAB 4. ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
1. Biodata
Mengkaji identitas klien seperti nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, perkawinan, lamanya perkawinan dan alamat
tinggal pasien.
2. Keluhan utama
Kaji adanya menstruasi yang tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam
yang berulang.
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah
Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar
siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan, dsb.
b) Riwayat kesehatan masa lalu: Kaji adanya penyakit pada system
reproduksi yang pernah pasien alami pada beberapa waktu yang lalu.
c) Riwayat pembedahan: Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh
klien, jenis pembedahan , kapan.
d) Riwayat penyakit yang pernah dialami: Kaji adanya penyakit yang pernah
dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi
atau urinari, penyakit endokrin, dsb.
e) Riwayat kesehatan keluarga: Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari
genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan yang
terdapat dalam keluarga.
f) Riwayat kesehatan reproduksi: Kaji tentang adanya mennorhoe, siklus
menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya
dismenorhoe pada pasien, serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluhan lain yang menyertainya.
g) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas: Kaji bagaimana keadaan anak
klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, dan bagaimana keadaan
kesehatannya.
1
h) Riwayat seksual: Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi
yang digunakan serta keluhan yang menyertainya.
i) Riwayat pemakaian obat: Kaji riwayat penggunaan obat-obatan
kontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.
4. Pola aktivitas sehari-hari
Berikut ini hal- hal yang dapat dikaji berdasarkan aspek pengkajian menurut
Doengoes, 1999:
a. Aktivitas/istirahat.
Biasanya pasien akan mengalami insomnia, terjadi peningkatan
sensitifitas, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan berat.Selain itu,
akan muncul adanyaatrofi otot, dan tremor.
b. Sirkulasi.
Terjadi perdarahan pervaginam. Munculnya peningkatan pada tekanan
darah, dan takikardi saat istirahat.
c. Eliminasi.
Pada umumnya dalam tidak terjadi permasalahan.
d. Intergritas ego.
Pasien biasanya akan mengalami stress yang berat baik secara emosional
maupun fisik. Emosi pasien juga akan menjadi labil (euphoria sedang
sampai delirium), dan depresi.
e. Makanan/cairan.
Pasien akan kehilangan BB secara mendadak, terjadi penurunan nafsu
makan, serta adanya mual dan muntah. Terlihat tanda adanya distensi vena
jugularis, dan edema
f. Neurosensori.
Rasa ingin pingsan/pusing, tremor halus, kesemutan. Muncul adanya
gangguan pada status mental, bicara cepat/parau, perilaku seperti bingung,
gelisah, disorientasi, peka rangsang, delirium, psikosis, struktur koma.
2
g. Nyeri.
Pasien biasanya merasakan nyeri pada abdomen. Serta pasien akan
memberikan tanda seperti mengkerutkan muka, menjaga area yang sakit,
respon emosional terhadap nyeri, dsb.
h. Pernafasan.
Adanya frekuensi pernafasan yang meningkat. Selain itu munculnya tanda
fungsi mental seperti kegelisahan, serta kesadaran/rileks.
i. Keamanan.
Resiko akan infekski sangat tinggi yang dikarenakan luka akibat tindakan
invasif. Tidak toleransi terhadap panas, keringat berlebihan.Adanya
kenaikan pada suhu tubuh pasien sampai 37,40C lebih, diaporesis, kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis, mengkilap dan lurus.
j. Seksualitas.
Terjadi penurunan libido, dan hipomenorhea. Dan juga riwayat pernah
melakukan aborsi pada terimester pertama.
k. Integumen.
Adanya luka bekas operasi.
l. Verbal.
Terdapat gejala secara verbal seperti pernyataan yang tidak dapat
dimengerti. Pasien biasanya mengalami kerusakan pada kemampuan untuk
bicara, gagap, disastria, afasia, suara lemah atau bahkan tidak mendengar.
m. Penyuluhan
Adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah pada penyakit
trofoblast, terutama mola hidatidosa.
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Hal yang harus diinspeksi antara lain: Mengobservasi kulit terhadap warna,
perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap
kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,
penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.
3
b. Palpasi
Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan
jari.
1. Sentuhan: Merasakan adanya pembengkakan, mencatat suhu, derajat
kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi
uterus.
2. Tekanan: Menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema,
memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati
turgor.
3. Pemeriksaan dalam: Menentukan tegangan/tonus otot atau respon
nyeri yang abnormal.
c. Perkusi
Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada
permukaan tubuh tertentu untuk memastikan tentang organ atau jaringan
yang ada dibawahnya.
1. Menggunakan jari: ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang
menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.
2. Menggunakan palu perkusi: ketuk lutut dan amati ada tidaknya
refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah
ada kontraksi dinding perut atau tidak.
d. Auskultasi
Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin
(Johnson & Taylor, 2005).
4.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya kerusakan
jaringan.
2. Resiko ketidakseimbangan volume cairan kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan adanya perdarahan.
3. Resiko intoleransi aktivitas berhubungan dengan
4
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan
sekunder yang inadekuat.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan adanya keluhan (mual, anoreksia, dan pembatasan
medis).
5
4.3 Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut berhubungan
dengan adanya
kerusakan jaringan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan diharapkan klien
dapat beradaptasi dengan nyeri
yang dialami
1. Kaji kondisi nyeri yang
dialami klien
2. Berikan lingkungan yang
tenang dan aktivitas untuk
mengalihkan rasa nyeri
3. Terangkan nyeri yang diderita
klien dan penyebabnya.
4. Berikan tehnik relaksasi nyeri
5. Kolaborasikan pemberian
analgetika.
1. Pengukuran nilai ambang
nyeri dapat dilakukan dengan
skala maupun diskripsi
2. Membantu menurunkan skala
nyeri
3. Meningkatkan koping klien
dalam melakukan mengatasi
nyeri yang dirasakan
4. Sebagai relaksasi unruk
menurunkan skala nyeri
5. Mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh pasien
Resiko
ketidakseimbangan
volume cairan kurang
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan klien
Tidak terjadi devisit volume
1. Kaji kondisi status
hemodinamika
1. Pengeluaran cairan pervasinal
sebagai akibat abortus
memiliki karakteristik
6
dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
adanya perdarahan
cairan, seimbang antara intake
dan output baik jumlah
maupun kualitas.
2. Ukur pengeluaran harian
3. Catat haluaran intake dan
output cairan pasien
4. Observasi nadi dan tekanan
darah pasien
5. Berikan sejumlah cairan IV
sesuai indikasi
bervariasi
2. Jumlah cairan ditentukan dari
jumlah kebutuhan harian
ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3. Mengetahui penurunan
sirkulasi terhadap destruksi
sel darah merah
4. Mengetahui tanda hipovolume
(perdarahan)
5. Mempertahankan
keseimbangan cairan dan
elektrolit dan transfusi
mungkin diperlukan pada
kondisi perdarahan massif
Resiko intoleransi
aktifitas fisik yang
berhubungan dengan
kelemahan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan Klien dapat
menoleransi aktivitas &
1. Anjurkan klien membatasi
aktifitas dengan isrirahat yang
cukup.
1. Menghemat energi dan
menghindari pengeluaran
tenaga yang terus-menerus
untuk meminimalkan kelelahan.
7
melakukan ADL dengan baik,
dengan kriteria hasil:
a. Klien menunjukan
peningkatan kemampuan
dalam beraktivitas sesuai
kemampuan
b. Klien dapat melakukan
ADL dengan tanpa bantuan
2. Bantu klien beraktivitas secara
bertahap jika muntah
berkurang
3. Anjurkan Pasien untuk tirah
baring
2. Aktivitas bertahap
meminimalkan terjadinya
trauma dan meringankan klien
dalam memenuhi kebutuhannya
3. Tirah baring meningkatkan
mengurangi penggunaan energi.
Resiko tinggi terhadap
infeksi berhubungan
dengan tidak adekuat
pertahanan sekunder.
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan tidak
terjadi infeksi selama
perawatan perdarahan
1. Kaji kondisi keluaran/dischart
yang keluar; jumlah, warna,
dan bau
2. Terangkan pada klien
pentingnya perawatan vulva
selama masa perdarahan.
3. Lakukan perawatan
1. Perubahan yang terjadi pada
dischart dikaji setiap saat
dischartkeluar. Adanya warna
yang lebih gelap disertai bau
tidak enak mungkin
merupakan tanda infeksi.
2. Infeksi dapat timbul akibat
kurangnya kebersihan genital
yanglebih luar.
3. Berbagai manifestasi klinik
8
vulva.Terangkan pada klien
cara mengidentifikasi tanda
infeksi
4. Anjurkan pada suami untuk
tidak melakukan hubungan
senggama selama masa
perdarahan
5. Observasi suhu tubuh
6. Kolaborasi pemberian obat
sesuai terapi.
dapat menjadi tanda
nonspesifik infeksi; demam
dan peningkatan rasa nyeri
mungkin merupakangejala
infeksi.
4. Pengertian pada keluarga
sangat penting artinya untuk
kebaikanibu senggama dalam
kondisi perdarahan dapat
memperburuk kondisi sistem
reproduksi ibu sekaligus
meningkatkan resikoinfeksi
pada pasangan.
5. Mengetahui infeksi lanjut
6. Antibiotika profilaktik atau
pengobatan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 3x24 jam
1. Batasi intake oral hingga
muntah berhenti.
1. Memelihara keseimbangan
cairan elektfolit dan mencegah
9
kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan
intake nutrisi yang tidak
adekuat yang nausea dan
vomitus yang menetap
diharapkan Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria hasil:
a. Asupan nutrisi adekuat
b. Konsumsi asupan diet oral
adekuat
c. Porsi makanan yang
disediakan dihabiskan
d. Berat badan stabil
e. Mual muntah tidak ada
f. Tanda-tanda vital dalam
batas normal
2. Timbang berat badan pasien
3. Kaji kebutuhan nutrisi ibu.
4. Anjurkan makan dalam porsi
kecil tapi sering
5. Berikan makanan dalam
keadaan hangat dan berfariasi
muntah selanjutnya.
2. Dengan menimbang BB bisa
diketahui keseimbangan BB
sesuai usia kehamilan dan
pengaruh nutrisi.
3. Dengan mengetahui kebutuhan
nutrisi ibu dapat dinilai sejauh
mana kekurang nutrisi pada ibu
dan menetukan langkah
selanjutnya.
4. Makanan dalam porsi kecil
dapat memenuhi pemenuhan
lambung dan mengurangi kerja
peristaltik usus serta
memudahkan proses
penyerapan.
5. Makanan yang hangat
diharapkan dapat mengurangi
rasa mual dan makanan yang
10
6. Anjurkan untuk menghindari
makanan yang berlemak
7. Anjurkan untuk makan
makanan selingan seperti
biskuit, roti dan teh (panas)
hangat sebelum bagun tidur
pada siang hari dan sebelum
tidur
8. Kolaborasikan untuk
pemberian obat anti emetik,
misalnya
Phenergan10-20mg/i.v.
berfariasi untuk menambah
nafsu makan ibu, sehingga
diharapkan kebutuhan
nutrisinya bisa terpenuhi
6. dapat menstimulus mual dan
muntah
7. Makanan selingan dapat
mengurangi atau menghindari
rangsang mual muntah yang
berlebih
8. Mencegah muntah serta
memelihara keseimbangan
cairan dan elektrolit
11
4.4 Implementasi
Telah dilakukan semua perencanaan asuhan keperawatan pada masing-
masing diagnosa keperawatan pada pasien dengan mola hidatidosa.
4.5 Evaluasi
a. Nyeri akut teratasi
b. Resiko tinggi ketidakseimbangan volume cairan kurang
dari kebutuhan tubuh teratasi
c. Resiko intoleransi aktivitas
d. Resiko tinggi infeksi teratasi
e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
teratasi
12
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus
korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur.
Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi mola hidatidosa komplet (klasik),
jika tidak ditemukan janin dan mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai
janin atau bagian janin.
Penyebab Mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor
penyebabnya adalah Faktor ovum, Imunoselektif dari tropoblast, Keadaan sosio-
ekonomi yang rendah, paritas tinggie, kekurangan protein dan infeksi virus.
13
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes.2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Edisi 2. Jakarta: EGC
Johnson & Taylor. 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. Jakarta: EGC
Mansjoer, dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteranedisi 2 Jilid I. Jakarta: Media
Aesculapius
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. Jakarta: EGC
Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi 6
Vol 2. Jakarta: EGC
Sarwono, Prawirohardjo. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
14