askep keluarga uut

Upload: isnaini-amaliah

Post on 29-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

nain

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASTRITIS REUMATROID

A. Konsep dasar keluarga2.1 PengertianMenurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap anggota.Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah, ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan budaya.1. Tipe Keluargaa. Menurut Maclin, 1988 (dalam Achjar, 2010) pembagian tipe keluarga, yaitu :1). Keluarga Tradisional Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang hidup dalam rumah tangga yang sama. Keluarga dengan orang tua tunggal yaitu keluarga yang hanya dengan satu orang yang mengepalai akibat dari perceraian, pisah, atau ditinggalkan. Pasangan inti hanya terdiri dari suami dan istri saja, tanpa anak atau tidak ada anak yang tinggal bersama mereka. Bujang dewasa yang tinggal sendiri Pasangan usia pertengahan atau lansia, suami sebagai pencari nafkah, istri tinggal di rumah dengan anak sudah kawin atau bekerja. Jaringan keluarga besar, terdiri dari dua keluarga inti atau lebih atau anggota yang tidak menikah hidup berdekatan dalam daerah geografis.2). Keluarga non tradisional Keluarga dengan orang tua yang mempunyai anak tetapi tidak menikah (biasanya terdiri dari ibu dan anaknya). Pasangan suami istri yang tidak menikah dan telah mempunyai anak Keluarga gay/ lesbian adalah pasangan yang berjenis kelamin sama hidup bersama sebagai pasangan yang menikah Keluarga kemuni adalah rumah tangga yang terdiri dari lebih satu pasangan monogamy dengan anak-anak, secara bersama menggunakan fasilitas, sumber dan mempunyai pengalaman yang sama.b. Menurut Allender dan Spradley (2001)1) Keluarga tradisional Keluarga Inti (Nuclear Family) yaitu keluarga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau anak angkat Keluarga besar (extended family) yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman, dan bibi Keluarga dyad yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak Single parent yaitu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian. Single adult yaitu rumah tangga yang hanya terdiri dariseorang dewasa saja Keluarga usia lanjut yaitu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut2) Keluarga non tradisional Commune family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah Orang tua (ayah/ ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah Homoseksual yaitu dua individu yang sejenis kelamin hidup bersama dalam satu rumah tanggac. Menurut Carter dan Mc Goldrick (1988) dalam Setiawan dan Darmawan (2005) Keluarga berantai (sereal family) yaitu keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. Keluarga berkomposisi yaitu keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama. Keluarga kabitas yaitu keluarga yang terbentuk tanpa pernikahan

2. Struktur KeluargaStruktur keluarga terdiri dari bermacam-macam struktur, diantaranya :a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan hubungan itu dususun melalui jalur garis ibu.c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.Berdasarkan kemampuan untuk pemenuhan kebutuhan dasar, psikososial, ekonomi, dan aktualisasi keluarga dalam masyarakat keluarga dikelompokkan menjadi 5 tahap, yaitu sebagai berikut :a. Keluarga Pra SejahteraAdalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, yaitu kebutuhan penhgajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih indicator keluarga sejahtera tahap Ib. Keluarga Sejahtera tahap IAdalah keluarga yang telah memeuhi kebutuhan dasar secara minimal serta memenuhi kebutuhan sosial psikologinya, yaitu kebutuhan pendidikan, Keluarga Berencana (KB), interaksi dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal atau transportasic. Keluarga Sejahtera Tahap IIAdalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan secara minimal serta telah memenuhi seluruh kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi.d. Keluarga Sejahtera Tahap IIIAdalah keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikososial dan pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan baik internal atau keluarga, serta berfikir dengan menjadi pengurus lembaga masyarakat, yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olah raga, pendidikan dan sebagainya.e. Keluarga Sejahtera Tahap III (Plus)Adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan baik yang bersifat dasar, sosial, psikologis, pengembangan, serta telah mampu memberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.3. Fungsi KeluargaFungsi keluarga merupakan hasil atau konsekuensi dari struktur keluarga atau sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarganya : Fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Setiawati dan Darmawan (2005), yaitu:a. Fungsi afektifFungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian anggota keluarga.b. Fungsi sosialisasiFungsi sosialisasi bercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi pada anak, membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya anak.c. Fungsi perawatan kesehatanFungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental, dan spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.d. Fungsi ekonomiFungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan, dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber daya keluarga.e. Fungsi biologisFungsi biologis bukan hanya ditujukan untuk meneruskn keturunan tetapi untuk memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.f. Fungsi psikologisFungsi psikologis terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih saying dan rasa aman/ memberikan perhatian diantara anggota keluarga, membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga.g. Fungsi pendidikanFungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengetahuan, keterampilan membentuk perilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa mendidik anak sesuai dengan tingkatan perkembangannya.4. Ciri-ciri Keluargaa. Diikat dalam suatu tali perkawinanb. Ada hubungan darahc. Ada ikatan batind. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanyae. Ada pengambilan keputusanf. Kerjasama diantara anggota keluargag. Komunikasi interaksi antar anggota keluargah. Tinggal dalam suatu rumah5. Tugas Keluarga Dalam Bidang KesehatanFriedman (2010) membagi lima tugas keluarga dalam bidang kesehatannya :a. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotannyab. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepatc. Merawat anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendirid. Memelihara lingkungan rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan anggota keluargae. Mempertahankan hubungan timbale balik antar keluarga dan lembaga-lembaga kesehatan yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik, fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan yang baik.6. Keperawatan Kesehatan Keluargaa. PengertianKeperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan masyarakat yang ditunjukkan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai saran/penyalur (Friedman, 2010).b. Keluarga sebagai unit pelayanan yang dirawatKeluarga dijadikan sebagai unit pelayanan, karena masalah kesehatan keluarga saling berkaitan dan saling mempengaruhi antara sesame anggota keluarga dan akan mempengaruhi pula keluarga-keluarga disekitarnya atau masyarakat secara keseluruhan. Alasan keluarga sebagai unit pelayanan (Friedman, 2010) :a. Keluarga sebagai unit utama masyarakat dan merupakan lembaga yang menyangkkut kehidupan masyarakatb. Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah, mengembalikan atau memperbaiki masalah-masalah kesehatan dalam kelompoknyac. Masalah-masalah kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan apabila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lainnyad. Dalam memelihara kesehatan anggota keluarganya sebagai individu (pasien), keluarga tetap berperan sebagai pengambilan keputusan dalam memelihara kesehatan para anggotanya.e. Keluarga merupakan prantara yang efektif dan mudah untuk berbagai upaya keehatan masyarakatc. Status penyakit dan kemiskinan dalam keluargaDalam pemberian asuhan keperawatan terhadap keluarga lebih ditekankan kepada keluarga-keluarga dengan keadaan sosial ekonomi yang rendah. Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi, disebabkan karena ketidakfahaman dan ketidakmampuan dalam mengatasi berbagai masalah yang mereka hadapi.Masalah kemiskinan akan sangat mempengaruhi kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga mereka terhadap gizi, perumahan dan lingkungan yang sehat, pendidikan dan kebutuhan-kebuthan lainnya. Jelas kesemuanya itu akan dengan mudah dapat menimbulkan penyakit.Berikut ini merupakan penyakit yang menimbulkan kemiskinan :

Kecemderungan yang terjadi :Kurang giziLingkungan jelekPendidikan rendahkebiasaan kesehatanPenghasilan rendahProduktifitas berkurangDaya tahan tubuh lebih pekaDaya tahan tubuh terhadap penyakit

d. Keluarga Kelompok Resiko TinggiDalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga. Keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan meliputi :1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut : Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan2) Keluarga dengan ibu dengan resiko tinggi kebidanan waktu hamil : Umur ibu 16 tahun atau lebih 35 tahun Mendeita kekurangan gizi/anemia Menderita hipertensi Perimpra atau multipora Riwayat persalinan dengan komplikasi3) Keluarga dimana anak menjadi resiko tinggi, karena : Lahir premature/BBLR Berat badan sukar naik Lahir dengan cacat bawaan ASI ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam jiwa bayi4) Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga Anak yang tidak dihendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering timbul ketegangan Ada anggota keluarga yang sering sakit Salah satu orang tua meninggal atau ceraie. Prinsip-prinsip Keperawatan KeluargaAda beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga :1) Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan2) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan kesehatan keluarga3) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, sehat sebagai tujuan utama4) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, perawat melibatkan peran serta aktif seluaruh keluarga dalam merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya5) Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kreatif dan rehabilitatif6) Dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkkin untuk kepentingan kesehatan keluarga7) Sasaran asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara keseluruhan8) Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan9) Kegiatan utama dalam memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan keperawatan kesehatan dasar/perawatan di rumah10) Diutamakan terhadap keluarga uang termasuk resiko tinggif. Keluarga Sebagai Suatu SistemAlasan keluarga disebut suatu system adalah sebagai berikut :1) Keluarga mempunyai subsistem anggota peran, aturan, budaya dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga2) Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antara subsistem3) Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang mempengaruhi supra-sistemnya.Keluarga sebagai system mempunyai karakteristik dasar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :1) Keluarga sebagai system terbuka yang mempunyai kesempatan dan mau menerima/memperhatikan lingkungan (masyarakat) sekitarnya2) Keluarga sebagai system tertutup merupakan suatu system yang kurang mempunyai kesempatan, kurang atau mau menerima/memberi perhatian kepada lingkungan (masyarakat) sekitar.g. Peran dan Fungsi PerawatPerawat yang memberikan askep keluarga mempunyai peran dan fungsi sebagai berikut :1) Sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien (keluarga) dengan menggunakan proses keperawatan2) Sebagai advokad klien (keluarga) perawat berfungsi sebagai penghubung antara klien dengan tenaga kesehatan lain dalam upaya pemenuhan kebutuhan klien, membela kepentingan klien dan membantu keluarga untuk memenuhi semua informasi dan upaya kesehatan yang diberikan oleh tim kesehatan dengan pendekatan tradisional maupun professional3) Sebagai pendidik klien, perawat membantu klien meningkatkan kesehatannya, pemberian pengetahuan yang terkait dengan keperawatan dan kesehatan/tindakan medik yang diterima sehingga keluarga dapat menerima dan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang diketahui4) Sebagai koordinator, perawat memanfaatkan semua sumber-sumber dan potensi yang ada baik materi maupun kemampuan keluarga secara terkoordinir sehingga tidak ada intervensi yang terlewatkan maupun tumpang tindih5) Sebagai kolabolator, perawat bekerjasama dengan tim kesehatan lai dengan keluarga dalam menentukan rencana maupun pelaksanaan asuhan keperawatan guna memenui kebutuhan dasar keluarga6) Sebagai pembaharu, perawat menyebabkan inovasi dalam cara berfikir, bersikap, bertingkah laku dan meningkatkan keterampilan keluarga agar mampu sehat7) Sebagai pengelola, perawat menata kegiatan dalam upaya mencapai tujuan yang diharapkan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga dan kepuasan perawat dalam melaksanakan tugas.

2.2 Konsep Dasar Penyakit Atritis Reumatoid2.2.1 Pengertian Istilah Reumatis berasal dari bahasa yunani, Reumatismos yang berarti mukus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke sendi dan struktur tubuh, sehingga menimbulkan rasa nyeri atau dengan kata lain setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku pada sistem muskuloskletal disebut reumatik, termasuk jaringan ikat.Atritis Reumatoid merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)Atritis Reumatoid adalah penyakit inflamasi non bakterial yang bersifat sitemik, progresif, cendrung kronis yang menyerang berbagai sistem organ. Penyakit ini adalah salah satu kelompok penyakit jaringan penyambung difus yang diperantari oleh imunitas dan tidak diketahui sebabnya. Biasanya terjadi destruksi sendi dapat mengalami masa remisi.Atritis Reumatoid merupakan inflamasi kronis yang paling sering ditemukan pada sendi. Insiden puncak antara usia 40-60 tahun, lebih sering pada wanita daripada pria dengan perbandingan 3:1. Penyakit ini menyerang sendi kecil pada tangan, pergelangan kaki, dan sendi besar pada lutut, panggul serta pergelangan tangan. Penyebab utama kelainan ini tidak diketahui. Beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab Atritis. Atritis Reumatoid adalah infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non hemolitikus, endokrin, autoimun, metabolik, faktor genetik, atau faktor lingkungan. (Muttaqin, 2008)

2.2.2. Penyebab Penyebab pasti Atritis Reumatoid tidak diketahui. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal, dan factor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti, mikoplasma dan virus ( Lemone & Burke, 2001). Penyebab utama kelainan ini ini tidak diketahui. Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai penyebab Atritis Reumatoid, yaitu :1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus non-hemolitikus2. Endokrin3. Autoimun4. Metabolik5. Faktor genetik serta faktor pemicu lainnya.Pada saat ini, Atritis Reumatoid diduga disebab kan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II: faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan organisme mikoplasma atau grup diftreioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.2.2.3. Klasifikasi.Kelainan yang dapat terjadi pada Atritis Reumatoid adalah sebagai berikut :1. Kelainan pada sinovia. Kelainan Atritis Reumatoid dimulai dari sinovia berupa sinovitis. Pada tahap awal terjadi hyperemia dan pembengkakan pasa sel-sel yang meliputi sinovia yang disertai inflamasi limfosit pada sel-sel plasma. Selanjutnya terjadi pembentukan vilus yang berkembang keruang sendi. Pemeriksaan mikroskopik, ditemukan daerah nekrosis fibrinoid yang diliputi oleh jaringan fibroblast membentuk garis radial kearah bagian nekrosis.2. Kelainan pada tendo. Pada tendo terjadi tenosinovitis disertai infasi kolagen yang dapat menyebabkan rupture tendo secara parsial atau total.3. Kelainan pada tulang. Kelainan yang terjadi pada daerah artikular dibagi dalam tiga stadium :a. Stadium I ( stadium sinovitis ) pada tahap awal terjadi kongesti vascular, proliferasi synovial disertai infiltrasi lapisan subsinovial oleh sel-sel polimorfi limfosit dan sel plasma. Selanjutnya terjadi penebalan struktur kapsul sendi disertai pembentukan vili pada sinovium dan efusi pada sendi pembungkus tendo.b. Stadium II ( stadium destruksi ). Pada stadium ini inflamasi berlanjut menjadi kronis serta terjadi destruksi sendi dan tendo. Kerusakan pada tulang rawan sendi disebabkan oleh enzim sendi dan tendo. Kerusakan pada tulang rawan disebabkan oleh enzim proteolitik dan jaringan vaskuler pada lipatan sinovia serta jaringan granulasi yang terbentuk pada permukaan sendi ( panus ) erosi tulang terjadi pada bagian sendi akibat infasi jaringan granulasi dan resorpsi osteoklas. Pada tendo terjadi tendosinovitis disertai invasi kolagen yang dapat menyebabkan ruptur tendo, baik parsial ataupun total.c. Stadium III ( stadium deformitas ). Pada stadium ini kombinasi antara destruksi sendi, ketegangan selaput sendi, dan ruptur tendo akan menyebabkan instabilitas dan deformitas sendi, kelainan yang mungkin ditemukan pada sendi yang mungkin ditemukan ditemukan pada stadium ini adalah ankilosis tulang-tulang. Inflamasi yang yang terjadi mungkin sudah berkurang dan kelainan yang timbul terutama karena gangguan mekanisme dan fungsional pada sendi.4. Kelainan pada jaringan ekstra-artikular. Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikularadalah sebagai berikut :a. Otot. Pada otot terjadi miopati yang pada elektromoigraf menunjukkan adanya degenerasi serabut otot. Degenerasi ini berhubungan dengan fragmentasi serabut otot serta gangguan retikulum sarkoplasma dan partikel glikogen. Selain itu, umumnya pada Atritis Reumatoid terjadi pengecilan, atrofi otot yang disebabkan oleh kurangnya penggunaan otot akibat inflamasi sendi yang ada.b. Pembuluh darah kapiler. Pada pembuluh darah kapiler terjadi proliferasi tunika intima, lesi pada pembuluh darah arterol dan venosa. Terjadi perubahan pada pembuluh darah sedang dan kecil berupa atritis nekrotik. Akibatnya, terjadi gangguan respon sendi yang ada.c. Nodul subkutan. Nodul subkutan terdiri ats unit jaringan yang nekrotik dibagian sentral dan kelilingi oleh lapisan sel mononuklear yang tersusun secara radial dengan jaringan ikat padat dan diinfiltrasi oleh sel-sel bulat. Nodul subkutan hanya ditemukan pada 25% dari seluruh klien Atritis Reumatoid. Gambaran ekstra-artikular yang khas adalah adanya nodul subkutan yang merupakan tanda patognomonik dan ditemukan pada 25% dari klien Atritis Reumatoid.d. Kelenjar limfe. Terjadi pembesaran kelenjar limfe yang berasal dari aliran limfe sendi, hyperplasia folikular, peningkatan aktivitas sistem retikoleundotel, dan proliferasi jaringan ikat yang mengakibatkan splenomegali.e. Saraf. Pada saraf terjadi perubahan jaringan periuneal berupa nekrosis fokal, reaksi epiteloid, serta infiltrasi leokosit yang menyebabkan neorupati sehingga terjadi gangguan sensorik.f. Organ visera. Kelainan Atritis Reumatoid juga dapat terjadi pada organ visera seperti jantung dengan adanya demam reumatik yang kemungkinan akan menyebabkan gangguan pada katup jantung dan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung sebagai pompa darah.2.2.4. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala setempata. Sakit persendian disertai kaku terutama pada pagi hari (morning stiffness) dan gerakan terbatas, kekakuan berlangsung tidak lebih dari 30 menit dan dapat berlanjut sampai berjam-jam dalam sehari. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan osteoartritis yang biasanya tidak berlangsung lama.b. Lambat laun membengkak, panas merah, lemahc. Poli artritis simetris sendi perifer Semua sendi bisa terserang, panggul, lutut, pergelangan tangan, siku, rahang dan bahu. Paling sering mengenai sendi kecil tangan, kaki, pergelangan tangan, meskipun sendi yang lebih besar seringkali terkena jugad. Artritis erosif sifat radiologis penyakit ini. Peradangan sendi yang kronik menyebabkan erosi pada pinggir tulang dan ini dapat dilihat pada penyinaran sinar Xe. Deformitas pergeseran ulnar, deviasi jari-jari, subluksasi sendi metakarpofalangea, deformitas boutonniere dan leher angsa. Sendi yang lebih besar mungkin juga terserang yang disertai penurunan kemampuan fleksi ataupun ekstensi. Sendi mungkin mengalami ankilosis disertai kehilangan kemampuan bergerak yang totalf. Rematoid nodul merupakan massa subkutan yang terjadi pada 1/3 pasien dewasa, kasus ini sering menyerang bagian siku (bursa olekranon) atau sepanjang permukaan ekstensor lengan bawah, bentuknya oval atau bulat dan padat.g. Kronik Ciri khas rematoid artritisTanda dan Gejala Sistemika. Lemah, demam tachikardi, berat badan turun, anemia, anoreksiab. Bila ditinjau dari stadium, maka pada Atritis Reumatoid terdapat tiga stadium yaitu:1. Stadium SinovitisPada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai adanya hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun saat bergerak, bengkak, dan kekakuan.2. Stadium DestruksiPada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon. Selain tanda dan gejala tersebut diatasterjadi pula perubahan bentuk pada tangan yaitu bentuk jari swan-neck.

3. Stadium DeformitasPada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas dan ganggguan fungsi secara menetap. Perubahan pada sendi diawali adanya sinovitis, berlanjut pada pembentukan pannus, ankilosis fibrosa, dan terakhir ankilosis tulang 2.2.5. Patofisiologi Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat.

2.2.6. Pemeriksaan Penunjanga. Tes serologib. Sedimentasi eritrosit meningkatc. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosisd. Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderitae. Pemerikasaan radiologif. Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosig. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosish. Aspirasi sendii. Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.2.2.7. PenatalaksanaanPenatalaksanaan medik pada Atritis reumatoid diantaranya a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab dan prognosis penyakit b. Istirahat : karena pada atritis reumatoid ini disertai rasa lelah yang hebat c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien.d. Termoterapie. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat f. Pemberian obat-obatan:1. Anti Inflamasi non steroid ( NSAID), contoh : aspirin yang diberikan pada dosis yang telah ditentukan. Obat-obat Atritis reumatoid :2. Acetyl salicylic acid, Cholyn salicylate ( Analgetik, Antipiretik, Anti Inflamasi )3. Indomethacin / Indocin ( Analgetik, Anti Inflamasi )4. Ibufropen / motrin ( Analgetik, Anti Inflamasi )5. Tolmetin sodium / Tolectin ( Analgetik, Anti Inflamasi) 6. Naproxsen / naprosin ( Analgeti, Anti Inflamsi )7. Sulindac / Clinoril ( Analgetik, Anti Inflamasi )8. Piroxicam / Feldene ( analgetik, Anti inflamasi )2.2.8.KomplikasiKelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada Artritis Reumatoid.Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat vaskulitis.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Atritis Reumatoida. PengkajianPengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisa sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan keperawatan seorang klien.1. IdentitasIdentitas klien mencakup nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status, alamat, tanggal masuk rumah sakit, cara masuk Rumah Sakit, nomor medical record, diagnosa masuk Rumah Sakit. Identitas penanggung jawab mencakup nama, hubungan dengan klien, pekerjaan dan alamat.2. Riwayat Kesehatana. Keluhan UtamaKeluhan utama yang sering ditemukan pada klien dengan osteoporosis adalah nyeri pada daerah tulang vertebrata. klien (terutama wanita tua) biasanya datang dengan nyeri tulang belakang, bungkuk dan sudah menopause sedangkan gambaran klinis setelah terjadi patah tulang, klien biasanya datang dengan keluhan punggung terasa sangat nyeri (nyeri punggung akut), sakit pada pangkal paha, atau bengkak pada pergelangan tangan setelah jatuh. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat juga dapat menggunakan metode PQRST Provoking Incident : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri peradangan Quality of Pain : Nyeri yang dirasakan atau gambarkan klien bersifat menusuk.Region, Radiation, Relief : Nyeri dapat menjalar atau menyebar dan nyeri terjadi disendi yang mengalami masalah.Severity ( Scale ) of Pain : Nyeri yang dirasakan ada diantara 1-4 pada rentang skala pengukuran 0-5.Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk pada malam hari atau siang hari.b. Riwayat Penyakit SekarangPada pengumpulan riwayat kesehatan atau keperawatan sekarang yang perlu ditanyakan faktor yang melatarbelakangi atau hal-hal yang mempengaruhi atau mendahului keluhan, bagaimana sifat terjadinya gejala (mendadak, perlahan-lahan, terus menerus atau berupa serangan, hilang timbul atau berhubungan dengan waktu), lokalisasi gejalanya di mana dan sifatnya bagaimana (menjalar, menyebar, berpindah-pindah, atau menetap), bagaimana berat ringannya keluhan dan perkembangannya apakah menetap, cenderung bertambah atau berkurang, lamanya keluhan berlangsung atau mulai kapan serta upaya yang telah dilakukan apa saja dan lain-lain.

c. Riwayat penyakit dahulu Pada `pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya Osteoporosis. Pada Osteoporosis hal yang perlu diperhatikan adalah usia, jenis kelamin, ras, status haid, fraktur pada trauma minimal, imobilisasi lama, penurunan tinggi badan pada orang tua, kurangnya paparan sinar matahari, asupan kalsium, fosfat dan vitamin D, latihan yang teratur dan bersifat weight bearing. Obat-obatan yang diminum pada jangka panjang harus diperhatikan seperti kortikosteroid, hormon tiroid, anti konvulsan, antasid yang mengandung aluminium, natrium flourida dan etidronat bifosfonat, alkohol dan merokok merupakan faktor risiko terjadinya osteoporosis.Penyakit lain yang harus dipertanyakan dan berhubungan dengan osteoporosis adalah penyakit ginjal, saluran cerna, hati, endokrin, dan insufiensi pankreas. Riwayat haid, usia menarke dan menopause, penggunaan obat kontrasepsi juga diperhatikan. d. Riwayat penyakit keluargaKaji tentang riwayat keluarga dengan osteoporosis karena ada beberapa penyakit tulang metabolik yang bersifat herediter.3. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual Menurut Virginia HandersonDalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, penulis menggunakan konseptual Virginia Handerson, dimana terdapat 14 komponen meliputi : a. BernapasPada klien dengan atritis reumatoid tidak menunjukkan kelainan sitem pernafasan pada saat inspeksi. Palpasi thoraks menunjukkan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi tidak ada suara nafas tambahan

b. NutrisiYang perlu dikaji adalah bagaimana kebiasaan makanan yang dikonsumsi dan hal apa saja yang dirasakan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi seperti rasa haus, rasa lapar dan lemah. Gangguan gastrointesstinal yang sering adalah mual, nyeri lambung yang mneybabkan klien tidak nafsu makan, terutama jika klien menggunakan obat reumatik dan NSAID. c. EliminasiUmumnya kien dengan Atritis Reumatoid BAK dan BAB dalam batas normal dan tidak ada keluhan.d. AktivitasKegiatan klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari pada klien dengan Atritis reumatoid tidak dapat terpenuhi . Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan dan keletihan.e. Istirahat dan tidurPerlu dikaji kebiasaan tidur dan istirahat klien dan hal-hal yang dirasakan yang dapat mengganggu istirahat dan tidur klien.

f. Personal HygieneKebiasaan klien dengan pemeliharaan dan perawatan kesehatan diri sendiri misalnya kebiasaan mandi, ganti pakaian, memakai alas kaki. g. Mempertahankan temperatur tubuh dan suhu tubuhBagaimana respon klien terhadap suhu ruangan di Rumah Sakit dan bagaimana cara klien mengatasi dalam hal perubahan cuaca, misalnya bila cuaca panas atau dingin.h. Kebutuhan berpakaianPakaian merupakan kebutuhan yang sangat penting untuk menutupi tubuh sehubungan dengan diri klien.i. Rasa aman dan nyamanMasing-masing individu mempunyai pandangan berbeda mengenai kenyamanan diri, rasa nyaman dan aman dapat terganggu bila terjadi nyeri pada sendi.j. Berkomunikasi dengan orang lain / sosialisasiDalam hubungan dengan keluarga, teman, tetangga, klien dengan Atritis Reumatoid dapat menjadi labil karena selalu memikirkan penyakit yang dideritanya sehingga akan berpengaruh pada sosialisasi klien.

k. Pekerjaan / kebutuhan bekerjaDikaji pekerjaan apa saja yang selalu dilakukan oleh klien dan apakah pekerjaannya bersifat ringan, sedang atau berat.l. Kebutuhan spiritual / beribadahKebiasaan dalam melaksanakan dan menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaannya.m. BelajarDikaji mengenai pentingnya belajar tentang kesehatan terutama yang berhubungan dengan pengelolaan penderita atritis reumatoid.n. RekreasiDikaji mengenai pentingnya rekreasi untuk mengurangi pikiran-pikiran tentang penyakit yang diderita.4. Pemeriksaan Fisika. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovialc. Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)d. Catat bila ada krepitasie. Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkanf. Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateralg. Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurangh. Ukur kekuatan ototi. Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainyaj. Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari4. Pemeriksaan Penunjanga. Pemeriksaan Radiologi . Pada tahap awal, foto rontgent tidak menunjukkan kelainan yang mencolok. Pada tahap lanjut, terlihat rarefaksi korteks sendi yang difus dan disertai dengan trabeklasi tulang, obliterasi ruang sendi yang memberi perubahan degeneratif berupa densitas, iregularitas permukaan sendi, serta spurring marginal. Selanjutnya bila terjadi destruksi tulang rawan, akan terlihat penyempitan ruag sendi dengan erosi pada beberapa tempat.b. Pemeriksaan Laboratorium. Ditemukan peningkatan laju endap darah, anemia normosilik hipokrom, reaksi protein C positif dan mukoprotein meningkat, faktor reumatoid positif 80%, tetapi kedua uji ini tidak spesifik.Gambar 2.4 ( Pathway Atritis Reumatoid)WOC : Wab Of Cautions

Gambararan nodul subkutanPerubahan bentuk tubuh pada tulang dan sendiAnsietasKebutuhan informasi kurangDeficit perawatan diriNyeri Hambatan mobilitas fisikInstabilitas dan deformitas sendiGangguan mekanisme & fungsional pada sendi Kelemahan fisikAnemia osteoporosis generalisata Neoropati perifer Slegnomegali Atrofi otot sarafKelenjar limfeSistemikMiopatiGambaran khas nodul subkutanKelainan pada jaringan ekstra-artikularKelainan pada tulang Tenosinovilis Sinovilis Atritis ReumatoidInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkunganAnemia osteoporosis generalisata Neoropati perifer Slegnomegali Atrofi otot sarafKelenjar limfeSistemikMiopatiGambaran khas nodul subkutanKelainan pada jaringan ekstra-artikularKelainan pada tulang Tenosinovilis Sinovilis Atritis ReumatoidInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkungansarafKelenjar limfeSistemikMiopatiGambaran khas nodul subkutanKelainan pada jaringan ekstra-artikularKelainan pada tulang Tenosinovilis Sinovilis Atritis ReumatoidInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkunganAtritis ReumatoidInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkunganAtritis ReumatoidInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkunganAtritis ReumatoidInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkunganInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkunganInflamasi non- bakteri disebabkan oleh infeksi, endocrine, autoimun, metabolik, dan factor genetic, serta factor lingkungan

Atritis Reumatoid

Invasi kolagenErosi tulang & kerusakan pada tulang rawanHyperemia dan pembengkakkan

Atrofi otot Ruptur tendo secara parsial atau totalNekrosis dan kerusakan dalam ruang sendi

Kelemahan fisik

Resiko trauma

Gambararan nodul subkutan

Gambararan nodul subkutan

Gangguan konsep diri, citra diri.

( Muttaqin.2008 )2.3.1 Diagnosa KeperawatanDiagnosa keperawatan adalah penelitian klinik tentang respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar untuk pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat. Analisa Data.Tabel 2.1 Analisa DataSYMPTOMETIOLOGIPROBLEM

D/S: Klien mengeluh kesakitanD/O: Klien tampak meringis, sendi terasa panas.Atritis Reumatoid

Sinovilis

Hiperemia

Nekrosis dan kerusakan dalam ruang sendiGangguan rasa nyaman/nyeri

D/S: Klien mengeluh kesakitan saat beraktifitas.D/O: Bengkak, terbatasnya pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.Atritis Reumatoid

Tenosivilis

Invasi kolagen

Ruptur tendo secara parsial atau total.Hambatan mobilitas fisik

D/S: Klien mengeluh kesulitan saat beraktifitas.D/O: Bengkak, terbatasnya pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normalAtritis reumatoid

Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler

Miopati

Atrofi otot

KelemahanDefisit perawatan diri

D/S: klien mengeluh cemas dengan penyakitnya.D/O: klien tampak gelisah, klien tidak tenang.Atritis reumatoid

Kelainan pada tulang

Erosi tulang dan kawasan pada tulang rawan

Instabilitas dan deformitas sendi.

Gangguan mekanisme dan fungsional pada sendi

Gambaran khas nodul subkutan

Ansietas

D/S: Klien mengeluh tidak percaya diri dengan keadaannya.D/O: klien tidak mau bergaul,klien menghindari diri dari keramaian, klien tampak menyendiri.Atritis reumatoid

Kelainan pada tulang

Erosi tulang dan kurasakan pada tulang rawan

Instabilasi dan deformitas sendi.

Gangguan mekanisme dan fungsional sendi.

Peruahan bentuk tubuh pada tulang dan sendi.

Gangguan konsep diri, citra diri.

D/S: klien tidak dapat melakukan aktifitas. D/O: terbatasnya pergerakan, bengkak, kekakuan pada sendi, sendi, lemah, klien tampak pucat.Atritis reumatoid

Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler

Sistemik

Anemia osteoporosis generalisasi

Resiko trauma .

D/S : Klien mengatakan tidak mengetahui penyebab penyakit yang dideritanya.D/O : Klien tampak bingung, cemas dan gelisah.Gambaran khas nodul subkutan Kebutuhan informasi

2.3.1 Perumusan Diagnosa Keperawatan. Berdasarkan atas analisa data di atas dapat dirumuskan beberapa diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas masalah keperawatan yaitu:1. Nyeri berhubungan dengan nekrosis dan kerusakan dalam tulang ditandai dengan Klien mengeluh kesakitan, klien tampak meringis, sendi terasa panas.2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan ruptur tendo secara parsial, ditandai dengan klien mengeluh kesakitan saat beraktifitas, adanya bengkak, terbetasnya pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan klien mengeluh kesulitan beraktifitas, adanya bengkak, terbatasnya pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.4. Ansietas berhubungan dengan gambaran khas subkutan, ditandai dengan klien mengeluh cemas, klien tampak cemas, klien tampak tidak tenang.5. Gangguan konsep diri, citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tulang pada sendi, ditandai dengan klien mengeluh tidak percaya diri dengan keadaannya, klien tidak mau bergaul, klien menghindari diri dari keramaian, klien tampak menyendiri.6. Resiko trauma sehubungan dengan anemia osteoporosis generalisata, ditandai dengan klien tidak dapat melaku- kan aktifitas, terbatasnya, bengkak, kekakuan pada sendi, lemah, klien tampak pucat.7. Kebutuhan informasi kurang berhubungan dengan gambaran khas nodul subkutan, ditandai dengan ketidak tahuan klien tentang penyakit yang dideritanya, klien tampak bingung, cemas, dan gelisah.2.3.2 Rencana KeperawatanPerencanaan keperawatan adalah suatu penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah kesehatan sesuai dengan diagnosa keperawatan yang timbul atau telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan klien.Rencana keperawatan dapat berupa upaya promotif, preventif, dan rehabilitatif dalam meningkatkan derajat kesehatan lansia. Rencana keperawatan ditentukan dalam upaya membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup, serta untuk mempersiapkan diri dalam menjelang kematian secara damai. ( Fatma ekasari, Mia. Hal. 52. 2006 )Adapun rencana keperawatan sesuai dengan Diagnosa keperawatan di atas yaitu : Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan nekrosis dan kerusakan dalam tulang ditandai dengan Klien mengeluh kesakitan, klien tampak meringis, sendi terasa panas.Tujuan nyeri berkurang, hilang atau teratasi.Kriteria hasil :Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrolTerlihat rileks, dapat tidur atau beristirahat dan berpartisipasi dalam aktifitas sesuai kemampuan.Mengikuti program farmakologis yang diresepkan.Rencana tindakan :a. Kaji lokasi, intensitas, dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah yang baru. Kaji nyeri dengan skala 0-4.R/ nyeri merupakan respons subyektif yang dapat dikaji dengan menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.b. Bantu klien dalam mengidentifikasi factor pencetus.R/ nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.c. Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri nonfarmakologi dan noninvasive.R/ pendekatan dengan menggunakan relaksasi den tindakan nonfarmakologi lain menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.d. Ajarkan relaksasi, teknik mengurangi ketegangan otot rangka yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan tingkatan relaksasi masase.R/ akan melancarkan peradaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri. e. Ajarkan metode distraksi selama nyeri.R/ mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang menyenangkan.f. Beri kesempatan dan waktu istirahat bila terasa nyeri dan berikan posisi yang nyaman ( misalnya, ketika tidur beri bantal kecil dipunggung klien.)R/ istirahat merelaksasi semua jaringan sehingga akan meningkatkan kenyamanan.g. Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri akan berlangsung.R/ pengetahuan tersebut membantu mengurangi nyeri dan dapat membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.h. Kolaborasikan dengan dokter dalam pemberian NSAID oral.R/ NSAID menghambat sintesis prostaglandin yang mempunyai efek analgesic efektif sebagai perada nyeri atritis rheumatoid.Diagnosa II : Hambatan mobilitas fisik sehubungan dengan ruptur tendo secara parsial, ditandai dengan klien mengeluh kesakitan saat beraktifitas, adanya bengkak, terbetasnya pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.Tujuan : klien mampu melaksanakan aktifitas sesuai dengan kemampuanKriteria hasil :Klien ikut program latihan, tidak mengalami kontarktur sendi, kekuatan otot bertambah, klien menunjukkan peninfkatan mobilitas, dan mempertahankan koordinasi optimal.Rencana tindakan :a. Kali mobilitas fisik dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji secara teratur fungsi motorik.R/ mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.b. Atur posisi fisiologis.R/ pengaturan posisi fisiologis dapat membantu perbaikan sirkulasi oksigen local dan mengurangi penekanan local jaringan.c. Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak sakit.R/ gerakan aktif member massa , tonus, dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung dan pernafasan.d. Bantu klien dalam melakukan latihan ROM dan perawatan diri sesuai intoleransi.R/ untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesusi dengan kemampuan.e. Pantau kemajuan dan perkembangan kemampuan klien dalam melakukan aktifitas.R/ untuk mendeteksi perkembangan klien.f. Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk melatih fisik klien.R/ kemampaun mobilitas ekstremitas dapat ditingkatkan denagn latihan fisik dari tim fisioterapi.Diagnosa III : Defisit perawatan diri sehubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan klien mengeluh kesulitan beraktifitas, adanya bengkak, terbatasnya pergerakan, perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal.Tujuan : klien dapat memenuhi perawatan dirinya.Kriteria hasil : klien mampu melaksanankan aktifitas perawatn diri pada tingkat yang konsistensidengan kemampuan individual, mendemonstrasikan perubahan teknih gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri.Rencana tindakan :a. Diskusikan tingkat fungsi umum ( 0-4 ) sebelum timbul awitan atau eksaserbasi penyakit dan potensil perubahan yang sekarang diantisipasi.R/ Mungkin dapat melanjutkan aktifitas umum dengan melakukan adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan ini.b. Pertahankan mobilitas, control terhadap nyeri dan program latihan.R/ Mendukung kemandirian fisik dan emosional)c. Kaji hambatan terhadap partisifasi dalam perawatan diri.R/ Menyiapkan untuk meningkat kemandirian, yang akan meningkatkan harga diri.d. Kolaborasi : konsul dengan ahli okupasi.R/ berguna untuk menentukan alat Bantu untuk memenuhi kebutuhan individual. Misalnya memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai sepatu.e. Kolaborasi : atur evaluasi kesehatan dirumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnyaR/ Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat kemampuan aktual.f. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, misalnya : pelayanan perawatan rumah,ahli nutrisi.R/ Mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk mempersiapkan situasi dirumah.Diagnosa IV : Ansietas berhubungan dengan gambaran khas subkutan, ditandai dengan klien mengeluh cemas, klien tampak cemas, klien tampak tidak tenang.Tujuan : Ansietas berkurang atau menghilang.Kriteria hasil :Klien mengenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau faktor yang mempengaruhinya, atau menyatakan ansietasnya berkurang atau hilang.Rencana Keperawatan : a. Kaji tanda verbal dan non verbal ansietas, dampingi klien, dan lakukan tindakan bila klien menunjukkan perilaku merusak.R/ Reaksi verbal nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi, marah, dan gelisah.b. Hindari konfrontrasiR/ Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah, menurunkan kerjasama, dan mungkin memperlambat penyembuhan.c. Mulai lakukan untuk mengurangi ansietas. Beri lingkungan yang tenang.R/ Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak.d. Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan ansietasnya.R/ Dapat menghilangl\kan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak dapat diekspresikan.e. Berikan privasi kepada klien dan orang terdekat.R/ Memberikan waktu untuk mengekspresikan perasaannya serta menghilangkan ansietas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien untuk melakukan aktivitas dan pengalihan perhatian ( misalnya : membaca ), akan mengurangi perasaan terisolasi.Diagnose V : Gangguan konsep diri, citra tubuh sehubungan dengan perubahan bentuk tulang pada sendi, ditandai dengan klien mengeluh tidak percaya diri dengan keadaannya, klien tidak mau bergaul, klien menghindari diri dari keramaian, klien tampak menyendiri.Tujuan : citra diri klien meningkat.Kriteria hasil : klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri mengakui dan menggabungkan perubahan ke dalam konsep diri dengan cara yang akurat.Rencana tindakan :a. Kaji perubahan persepsi dan hubungan dengan ketidak mampuan.R/ menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan atau pemilihan intervensi. b. Anjurkan klien mengekspresikan perasaan termasuk sikap bermusuhan dan marah.R/ menunjukkan penerimaan, membantu klien untuk mengenai dan mulai menyesuaikan dengan perasaan tersebut.c. Ingatkan kembali realitas bahwa klien masih dapat menggunakan sisi yang sakit dan belajar mengontrol sisi yang sehat.R/ membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua begian sebagai keseluruhan tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya harapan dan mulai menerima situasi baru.d. Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan dan memperbaiki kebiasaan.R/ membantu meningkatkan perasaan harga diri serta mengontrol lebih dari satu area kehidupan.e. Bersama klien mencari alternatif koping yang positif.R/ dukungan perawat kepada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri.f. Anjurkan orang terdekat mengizinkan klien melakukan sebanyak mungkin hal untuk dirinya.R/ menghidupkan kembali perasaan mandiri dan membantu perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi.g. Dukung perilaku atau usaha, seperti peningkatkan minat atau partisifasi dalam aktifitas rehabilitasi.R/ klien dapat beradaptasi terhadap perubahan dan pengertian tentang peran individu di masa mendatang.h. Rujuk ke ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi.R/ dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk perkembangan perasaan.Diagnosa VI : Resiko trauma sehubungan dengan anemia osteoporosis generalisata, ditandai dengan klien tidak dapat melakukan aktifitas, terbatasnya, bengkak, kekakuan pada sendi, lemah, klien tampak pucat.Tujuan : Resiko trauma tidak terjadi. Kriteria hasil : klien mau berpartisi dalam pencegahan trauma.Rencana tindakan :a. Pertahankan tirah baring dan imobilisasi sesuai indikasi.R/ Meminimalkan rasa nyeri akibat gesekan fragmen tulang dengan jaringan lunak yang ada disekitarnya.b. Gunakan bantal air atau pengganjal yang lunak dibawah daerah-daerah yang nyeri.R/ Mengurangi tekana yang berlebih pada daerah yang nyeri.c. Evaluasi tanda dan gejala perluasan cedera jaringan ( peradangan lokal/ sistemik, seperti peningkatan nyeri, demam atau edema ).R/ Menilai perkembangan masalah klien.Diagnose VII : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penalaksanaan perawatan dirumah.Tujuan : klien dan keluarga dapat memahami cara perawatan dirumahKriteria hasil : Klien mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit, rencana pengobatan, dan gejala kemajuan penyakit, mengekpresikan pengertian tentang jadwal pengobatan.Rencana tindakan :a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang perawatan dirumah.R/ menjadi data dasar bagi perawat untuk menjelaskan sesuai pengetahuan klien dan dapat menghindari pembicaraan yang tidak perlu karena klien dan keluarga sudah mengetahuinya.b. Diskusikan tentang pengobatan : nama, jadwal , tujuan, dosis dan efek samping.R/ member pengetahuan dasar tentang obat-obatan yang akan digunakan sehingga dapat mengurangi dampak dampak komplikasi dan efek samping obat.c. Diskusikan tanda dan gejala kemajuan penyakit, peningkatan nyeri dan mobilitas.R/ membantu klien dan keluarga dalam penatalaksanaan perawatan atritis rheumatoid.d. Beri dukunan psikologis agar klien menjalankan apa yang sudah disepakati.R/ meningkatkan kemauan klien dan keluarga

2.3.3 Implementasi/PelaksanaanPelaksanaan perawatan merupakan realisasi dari rencana tindakan perawatan yang telah ditetapkan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal.Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana perawatan yang telah dibuat. Perawat memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan keperawatan berdasrkan rencana keperawatan dari setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat, dengan didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik. (Fatma Ekasari. 2006. hal. 54 ) Di dalam pelaksanaan diperlukan adanya kerjasama antara klien, keluarga serta tenaga kesehatan khususnya perawat. Pelaksanaan tindakan keperawatan menjadi tanggung jawab perawat untuk menolong klien agar mau menerima tindakan yang dilakukan dengan berusaha mengurangi rasa takut, bsingung terhadap tindakan keperawatan tersebut serta menjelaskan tata cara perawatan yang baik

2.3.4 EvaluasiEvaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara :a. Hasil implementasi dengan criteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilan.b. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian perlu disusun keperawatan yang baru.c. Perlu diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.d. Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian :S: Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara objektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.O:Keadaaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat yang menggunakan pengamat yang objektif setelah implementasi keperawatanA: Merupakan analisa perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif yang dibandingkan dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan keluarga. P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis40