bab 5 revisi.doc

Upload: iputupratyapermana

Post on 08-Jan-2016

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, tingkat pendidikan formal, jenis pekerjaan pokok, luas lahan, dan jumlah anggota rumah tangga. 5.1.1Umur

Umur digunakan sebagai parameter untuk menentukan usia petani yang produktif atau non produktif. Menurut Biro Pusat Statistik (Darmada, 2011), penggolongan umur dibawah 15 tahun dan diatas 64 tahun dikelompokkan kedalam umur non produktif sedangkan penduduk yang dikelompokkan kedalam umur produktif yaitu antara umur 15 tahun sampai dengan 64 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata umur responden adalah 51,56 tahun yang terdapat pada kisaran kelompok umur 35 tahun s.d 75 tahun. Sebanyak 26 (86,67%) orang petani termasuk dalam umur produktif dan sebanyak 4 (13,33%) orang petani termasuk dalam umur nonproduktif.5.1.2Tingkat pendidikan formal

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal di antaranya, a) SD, b) SMP, c) SMA, d) DI/DII/DIII/DIV/S1. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mendorong seseorang untuk menyerap ilmu pengetahuan dan mengasah keterampilannya. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan formal pada anggota Subak Durentaluh di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan , disajikan pada Tabel 5.1.Tabel 5.1

Tingkat Pendidikan Formal Responden pada Subak Durentaluh di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, tahun 2015

NoTingkat Pendidikan FormalJumlah

Orang(%)

1SD1033,33

2SMP930

3SMA723,33

4DI/DII/DIII/DIV/S1413,33

Total 30100

Sumber: diolah dari data primer, 2015Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata pendidikan responden tertinggi pada tingkat SD sebesar 33,33% (10 orang), dan yang terendah pada tingkat DI/DII/DIII/DIV/S1 sebesar 13,33% (empat orang). Walaupun tingkat pendidikan tertinggi hanya sampai jenjang SD hal ini tidak menjadi halangan bagi petani untuk dapat mengolah tanah mereka. Yang diperlukan bukan pendidikan yang tinggi, melainkan ketekunan dan kerja keras. Walau petani hanya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, namun umumnya mereka belajar dari pengalaman dan juga secara turun temurun dari orang tua sebelumnya. Realita di lapangan, responden yang memiliki tingkat pendidikan jenjang DI/DII/DIII/DIV/S1, sebagian besar memiliki pekerjaan pokok lainnya, seperti PNS, pedagang dan lainnya, sehingga lahan pertanian mereka digarap oleh orang lain, dimana mereka biasanya menggunakan sistem bagi hasil, sehingga pertanian hanya mereka gunakan sebagai pekerjaan sampingan. Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani, dimana pendapatan petani saat ini, baik secara nominal maupun riil relatif masih sangat rendah jika dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Hal ini disebabkan sebagian besar petani Indonesia adalah petani kecil yang dicirikan oleh terbatasnya pengetahuan terhadap penguasaan sumber daya, seperti tingkat pendidikan yang masih sangat rendah, sehingga keterbatasan tersebut menyebabkan rendahnya penerapat teknologi, sehingga produktifitas sumber daya dan pendapatan petani juga rendah. 5.1.3Jenis pekerjaan pokok

Jenis pekerjaan pokok yang diusahakan oleh para responden cukup bervariasi. Jenis pekerjaan yang diusahakan oleh responden antara lain petani, pegawai negeri sipil (PNS), wiraswasta, dan pedagang. Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 5.2.Tabel 5.2Jenis Pekerjaan Pokok Responden pada Subak Durentaluh di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, tahun 2015No

Jenis Pekerjaan PokokJumlah

Orang(%)

1Petani2480

2PNS310

3Pedagang26,67

4Wiraswasta13,33

Total30100

Sumber: diolah dari data primer, 2015Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar responden memiliki perkerjaan sebagai petani dengan persentase sebesar 80%, 10% sebagai PNS, 6,66% sebagai pedagang dan 3,33% sebagai wiraswasta. Hal ini menandakan pada Subak Durentaluh 80% anggotanya mendapatkan penghasilan utama dari bidang pertanian. Mereka hanya menggantungkan hidup dari hasil bertani di sawah maupun kebun. Hasil sawah hanya cukup mereka konsumsi untuk keperluan keluarga sampai panen berikutnya, hanya sebagian kecil dari sisa panen yang kadang bisa mereka jual, sedangkan hasil panen di kebun yang sifatnya musiman mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan seperti pendidikan/sekolah anak serta keperluan lainnya. Hanya sebagian kecil dari anggota subak yang bekerja memiliki pekerjaan pokok sebagai PNS, pedagang maupun wiraswasta, hal ini dikarenakan tingkat pendidikan mereka yang masih rendah (Tabel 5.2).5.1.4Luas lahan

Menurut Purwowidodo (1983) lahan mempunyai pengertian suatu lingkungan fisik yang mencakup iklim, relief tanah, hidrologi, dan tumbuhan yang sampai pada batas tertentu akan mempengaruhi kemampuan penggunaan lahan. Seluruh responden dalam penelitian ini adalah anggota Subak Durentaluh dengan luas lahan yang dimiliki terdiri dari lahan sawah dan kebun/tegalan adalah 4619 are. Untuk mengetahui distribusi responden berdasarkan luas lahan dapat dilihat pada Tabel 5.3.Tabel 5.3Luas Penguasaan Lahan Petani Responden pada Subak Durentaluh di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, tahun 2015

No.Jenis LahanKepemilikan LahanBagi HasilPenguasaan LahanLahan Tidak Digarap

(are)(%)(are) (%)(are)(%)(are)(%)

1Sawah 43,86 36,371018,3353,8630,58--

2Tegalan/kebun 76,76 63,6344,581.67122,2669,42--

Total120.63100,0054,5100,00176,12100,00

Sumber: diolah dari data primer, 2015Berdasarkan tabel 5.3, dapat disimpulkan jenis penguasaan lahan yang dimiliki responden terdiri atas lahan milik sendiri dan sistem bagi hasil. Total penguasaan lahan responden dengan rata-rata 176,12 are yang terdiri dari lahan sawah 53,86 are (30,58%) dan lahan tegalan/kebun 122,26 are (69,42%). Penguasaan lahan milik sendiri terdiri dari lahan sawah dan tegalan/kebun, yaitu dengan luas rata-rata penguasaan lahan sawah 43,86 are (36,37%) dan penguasan lahan tegalan/kebun seluas 76,76 are (63,63%). Sedangkan rata-rata penguasan lahan dengan sistem bagi hasil yang terdiri dari lahan sawah 10 are (18,33%) dan lahan kebun/tegalan 44,5 are (81,67%).Jenis penguasaan lahan yang paling banyak dimiliki oleh seluruh responden adalah lahan kebun/tegalan dengan luas rata-rata 122,26 are (69,42). Lahan kebun/tegalan tersebut biasanya ditanami kelapa, manggis, kopi, cengkeh, pisang, durian, kakao dan lainnya. Sedangkan lahan sawah lebih dominan ditanami padi dipadukan dengan pola tanam padi-padi-padi, hal ini dilakukan karena semua sawah petani di Subak Durentaluh teraliri air sepanjang tahun, sehingga tidak memungkinkan untuk ditanami palawija, karena topografi sawah yang berteras, jika lahannya kering setelah dialiri air akan longsor. 5.1.5Jumlah anggota rumah tangga

Jumlah anggota rumah tangga akan mempengaruhi tingkat produktivitas kerja dikaitkan dengan jumlah penggunaan (sumbangan) tenaga kerja terhadap kegiatan produksi usahatani. Untuk mengetahui jumlah rumah tangga petani responden pada Subak Durentaluh dapat dilihat pada Tabel 5.4.Tabel 5.4

Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani Responden pada Subak Durentaluh di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan, tahun 2015 Jumlah

Ang-

gota Rumah Tangga

Rumah

Tangga

(%)

Laki-

Laki

Perem-Puan

L

+

P

Usia

Pro-Tif

Usia Non Produk-tifUsia

Produktif

+

Non Produktif

< 326,66224224

3-52376,6651531047826104

> 5516,669132215722

Total3010062681309535130

Sumber: diolah dari data primer, 2015

Banyaknya anggota rumah tangga non produktif juga merupakan suatu faktor yang dapat mempengaruhi beban keluarga. Secara keseluruhan jumlah tanggungan responden sebanyak 130 orang yang terdiri atas 62 orang laki-laki dan 68 orang perempuan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden mempunyai anggota rata-rata tiga sampai dengan lima orang dalam satu rumah tangga.

Sebagian besar responden atau sebanyak 23 rumah tangga (76,66%) tergolong ke dalam kelompok dengan anggota keluarga antara tiga hingga lima orang, sebanyak lima rumah tangga (16,66%) yang beranggotakan lebih dari lima orang, dan dua rumah tangga (6,66%) yang beranggotakan kurang dari tiga orang. Dari data keseluruhan, anggota keluarga yang berusia produktif lebih banyak dibandingkan anggota keluarga yang berusia non-produktif. Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, rata-rata anggota keluarga responden yang berusia produktif sudah bekerja. Pendapatan keluarga lebih banyak didapatkan dari hasil pekerjaan pokok responden sendiri, sedangkan anggota keluarga lain hanya memberikan pendapatan tambahan.5.2 Uji Reliabilitas dan Validitas

5.2.1 Uji Reliabilitas

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 5.5.Tabel 5.5Reliability StatisticsCronbachs AlphaItems

.91219

Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa nilai Cronbachs Alpha 0,912 dan jumlah item pertanyaan 22 (X1 sampai X19). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuisioner penelitian reliable, karena nilai Cronbachs Alpha 0,912>0,60.5.2.2 Uji Validitas

Menurut Sarjono dan Julianita (2011:35), sebuah instrument dikatakan valid apabila koefisien korelasi product moment melebihi 0,3. Perbandingan pertama r hitung dengan r tabel dapat dilihat pada Lampiran . Berdasarkan Lampiran ...., dapat diketahui bahwa seluruh pernyataan yang digunakan dikategorikan valid yang kemudian layak dipergunakan dalam penelitian ini.5.3Tingkat Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan PPL pada Subak Durentaluh, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Penelitian ini meliputi persepsi petani terhadap kualitas layanan penyuluh pertanian lapangan pada Subak Durentaluh. Persepsi diukur dari dimensi kualitas jasa, yaitu 1) keandalan (reliability), 2) kesigapan (responsiveness), 3) jaminan (assurance), 4) empati (emphaty), dan 5) bukti fisik (tangible). Kendala-kendala penyuluh pertanian dalam melaksanakan tugas pokok diukur dari ; (1) aspek sosial, (2) ekonomi, dan (3) teknis.

Berikut adalah data mengenai persentase hasil penelitian tingkat persepsi petani Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.6.Tabel 5.6

Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh Terhadap Kualitas Layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan Tahun 2015No.Variabel Kualitas Layanan PPL Terhadap PetaniPencapaian SkorKategori

Rata-rata(%)

1.Keandalan (reliability)4,3086Sangat baik

2.Kesigapan (responsiveness)3,9579Baik

3Kepastian (assurance)3,8977,8Baik

4Empati (emphaty)4,3887,6Sangat baik

5Bukti Fisik (tangible)4,1783,4Sangat baik

Tingkat Kualitas Layanan4,1382,76Baik

Sumber: diolah dari data primer, 2015Berdasarkan data dari hasil penelitian pada Tabel 5.6, tingkat persepsi petani Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan termasuk kategori baik, dengan pencapaian total skor rata-rata sebesar 4,13 (82,76%) dari total skor maksimal. Skor ini didapat melalui penjumlahan skor rata-rata variabel kualitas layanan yang terdiri dari keandalan (reliability), kesigapan (responsiveness), jaminan (assurance), empati (emphaty), dan bukti fisik (tangible). Untuk lebih jelasnya, hasil mengenai tingkat persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL akan dijelaskan sebagai berikut.5.3.1Keandalan (Reliability)Berikut merupakan data mengenai tingkat tingkat persepsi petani tehadap kualitas layanan PPL dalam aspek keandalan (reliability) yang secara rinci dijelaskan pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7

Tingkat Persepsi Petani Subak Durentaluh Tehadap Kualitas Layanan PPL Pada Variabel Keandalan (Reliability) di Desa Belimbing, Tahun 2015

No Indikator N Rata-rata skorPersentase pencapaian skor terhadap skor maksimalKategori

1PPL selalu memberikan perkembangan informasi teknologi dan inovasi usahataniX14,284Sangat Baik

2PPL melaksanakan pelatihan dan kunjungan secara teraturX24,2384,67Sangat Baik

3PPL dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas sesuai dengan tugas pokoknyaX33,876,67Baik

4PPL membantu petani dalam bidang administrasi kelompokX44,591,33Sangat Baik

5PPL pengupayaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani.X54,794 Sangat Baik

Rata-rata4,386,13Sangat Baik

Sumber: diolah dari data primer, 2015

Untuk lebih jelasnya, hasil mengenai tingkat persepsi petani dalam variabel keandalan dirujuk pada Gambar 5.1.

Gambar 5.2 Grafik Tingkat Persepsi Petani Tehadap Kualitas Layanan PPL Pada Variabel Keandalan (Reliability) di Desa Belimbing, Tahun 2015

Hasil dari penelitian yang tertera pada Tabel 5.7 menunjukkan, bahwa tingkat persepsi petani tehadap kualitas layanan PPL pada variabel keandalan (reliability) di Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan termasuk kategori sangat baik dengan pencapaian skor rata-rata 4,3 (86,13%) dari total skor maksimal.

Tingkat persepsi petani yang tertinggi berasal dari persepsi petani terhadap keandalan PPL dalam hal pengupayaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani, seperti pengadaan traktor, alsintan, pupuk, benih, dan lain-lain, dengan pencapaian skor rata-rata 4,7 (94%) dari total skor maksimal dan termasuk kategori sangat baik. Pencapaian skor ini didapat karena PPL selalu berusaha untuk menyediakan kebutuhan pokok petani dalam hal pengadaan pupuk, benih maupun sarana penunjang seperti membantu memfasilitasi subak dalam hal pengadaan traktor yang merupakan bantuan dari pemerintah. PPL selalu berupaya mencarikan petani pupuk, baik itu pupuk bantuan dari pemerintah dengan menyusun RDKK terlebih dahulu, sehingga setiap menjelang musim tanam petani tidak kesulitan mencari pupuk. Pupuk yang diperoleh petani merupakan pupuk bersubsidi pemerintah yang harganya jauh lebih murah dibandingkan petani membeli langsung di kios-kios. Selain pupuk, petani juga mendapat benih bersubsidi sehingga dengan adanya subsidi ini petani merasa terbantu sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Dari hasil wawancara dengan responden, sebagian besar responden menyatakan sangat terbantu semenjak adanya PPL, petani tidak kesulitan mencari pupuk atau benih saat akan musim tanam atau saat diperlukan karena PPL mampu membantu memfasilitasi maupun mencarikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan akan kebutuhan pokok dalam bertani. Hal ini menandakan PPL memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan akan kebutuhan pokok petani dengan tepat.

Persepsi petani terhadap keandalan PPL dalam hal membantu petani/subak dalam bidang administrasi kelompok seperti pembuatan proposal, buku administrasi, laporan bulanan dan lain sebagainya tergolong kategori sangat baik dengan skor rata-rata 4,5 (91,33%) dari total skor maksimal. Hal ini dikarenakan PPL selalu membantu dan mendampingi petani dalam hal pembuatan proposal pengajuan bantuan dari mulai membimbing petani dalam hal penyusunan proposal sampai pengajuan ke instansi terkait, membantu petani dalam hal pembuatan laporan pertanggungjawaban dana bantuan maupun laporan-laporan seperti laporan bulanan maupun laporan akhir tahun. Penataan buku administrasi, seperti buku tamu, buku kas subak dan lainnya.

Sedangkan pencapaian skor terendah yaitu persepsi petani terhadap keandalan PPL dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani secara tuntas sesuai dengan tugas pokoknya, dengan pencapaian skor sebesar 76%. PPL bukannya tidak dapat menyeselasikan permasalahan yang ada, hanya saja terkadang permasalah tersebut tidak bisa diselesaikan dengan cepat karena suatu keadaan. Misalnya perbaikan jaringan irigasi yang rusak, tidak dapat diselesaikan dengan cepat karena harus mengajukan proposal terlebih dahulu agar dapat dibantu oleh pemerintah maupun pihak terkait dalam hal pendanaan, dalam pengajuan proposal harus melewati beberapa birokrasi terlebih dahulu yang menyebabkan petani harus menunggu terlebih dahulu.

Persepsi petani terhadap keandalan PPL dalam hal memberikan informasi perkembangan teknologi dan inovasi usahatani tergolong kategori baik, dengan pencapaian skor 84%. Hal ini menandakan PPL sering meberikan informasi perkembangan teknologi baru kepada petani. Dari hasi wawancara dengan petani, jika ada perkembangan teknologi baru, seperti melakukan teknik pola tanam yang baru jajar legowo, teknologi pengendalian hama penyakit dengan sistem terpadu, teknik pemupukan yang baik dan lainnya.

Persepsi petani terhadap keandalan PPL dalam hal melaksanakan pelatihan dan kunjungan secara teratur tergolong kategori baik, dengan pencapaian skor 84,67%. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden bahwa PPL sering melaksanakan kunjungan ke lapangan untuk membina petani dalam melakukan teknik budidaya padi, PPL sering melakukan sharing dengan petani, terutama saat petani mengalami suatu permasalahan. Hampir setiap tahun PPL selalu berupaya mengadakan pelatihan, baik pelatihan pola tanam padi, pelatihan penanggulangan hama penyakit, bahkan sampai pelatihan pembuatan mol, dan pupuk organik dan pestisida alami sendiri dengan harapan petani dapat memproduksi sendiri dari berbagai bahan organik yang tersedia di alam yang mudah ditemui, seperti penanggulangan hama menggunakan pestisida alami dari daun sungenge yang sangat banyak dan mudah didapatkan di areal Subak Durentaluh.

Secara keseluruhan persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL di Subak Durentaluh dari segi keandalan (reliability) termasuk dalam kategori baik. Hasil ini didapat dari tiga indikator keandalan yaitu PPL selalu memberikan perkembangan informasi dan inovasi usahatani, PPL melaksanakan pelatihan dan kunjungan secara teratur, PPL dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi petani secara tuntas sesuai dengan tugas pokoknya tergolong dalam ketegori baik. Sedangkan dua indikator lainnya, yaitu keandalan PPL dalam membatu petani daalam bidang administrasi kelompok dan pengupayaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani tergolong dalam kategori sangat baik. 5.3.2

Kesigapan (Responsiveness)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi petani di Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL dalam hal kesigapan tergolong dalam kategori baik, dengan skor rata-rata 4,13 (79,14%). Data selengkapnya sesuai dengan rincian pada Tabel 5.8. Tabel 5.8

Tingkat Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan PPL di Subak Durentaluh Tentang Daya Tanggap (responsiveness) PPL.NoIndikatorNRata-rata skorPersentase pencapaian skor terhadap skor maksimalKategori

1PPL selalu tanggap terhadap kebutuhan petani dalam kegiatan di subakX64,1383,33Baik

2PPL dapat melayani kebutuhan/keperluan petani dengan cepat dalam bidang pertanianX73,7675,33Baik

3PPL cepat dalam menangani keluhan/pengaduan yang dihadapi petani dalam kegiatan disubakX83,9679,33Baik

Rata-rata3,9579,14Baik

Persentase pencapaian skor tertinggi adalah persepsi petani terhadap daya tanggap PPL terhadap kebutuhan petani dalam kegiatan di subak yakni dengan pencapaian skor rata-rata 4,13 (83,33%) yang tergolong kategori baik. Karena rata-rata responden menganggap daya tanggap PPL terhadap pemenuhan kebutuhan petani dalam kegiatan subak tergolong dalam kategori baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan usaha PPL yang selalu dapat memfasilitasi petani dalam penyediaan pupuk atau bibit saat diperlukan, misalnya menjelang akan menanan PPL membantu mencarikan benih dan pupuk baik itu bantuan dari pemerintah maupun harus bekerjasama dengan kios-kios penjual pupuk atau benih agar petani mudah mendapatkannya.

Sedangkan pencapaian skor terendah adalah persepsi petani terhadap daya tanggap PPL dalam hal melayani kebutuhan/keperluan petani dengan cepat dalam bidang pertanian dengan persentase skor 75,33% yang tergolong baik. Hal ini dikarenakan tidak semua kebutuhan petani dapat dipenuhi dengan cepat, ada beberapa permasalahan atau kebutuhan petani yang harus melalui serangkaian proses birokrasi yang panjang sehingga tidak memungkinkan bisa diatasi dengan cepat. Seperti misalnya kelangkaan pupuk atau benih, jika tidak mendapat pupuk atau benih yang bersubsidi dari pemerintah maka petani akan kesulitan untuk mencarinya, sedangkan harga di kios pengecer sangat tinggi yang dirasa sangat memberatkan petani. Biasanya ika hal tersebut terjadi, maka PPL akan berupaya mencarikan petani pupuk di kios pengepul, dimana harganya sedikit lebih murah dari kios pengecer namun hal ini dirasa sangat membantu mengurangi pengeluaran petani. Dari 30 responden, satu orang (3,33%) menyatakan daya tanggap PPL dalam hal melayani kebutuhan/keperluan petani dengan cepat dalam bidang pertanian tergolong dalam kategori sangat baik, 21 orang (70%) tergolong dalam kategori baik, dan delapan orang (26,67%) tergolong kategori sedang.

Kualitas layanan PPL dalam hal menangani keluhan/pengaduan yang dihadapi petani dalam kegiatan di subak tergolong dalam kategori baik, dengan pencapaian skor 79,33%. PPL dapat menangani keluhan petani dengan baik, seperti misalnya penurunan hasil panen, jika petani mengalami kebingungan tentang hasil panen yang terus menurun, maka PPL senantiasa memberikan arahan dan saran tentang teknologi budidaya yang benar dengan mengadakan sekolah lapang. Dari 30 responden, tiga orang (10%) menyatakan daya tanggap PPL dalam menangani keluhan/pengaduan yang dihadapi petani dalam kegiatan subak tergolong kategori sangat baik, 23 orang (76,67%) kategori baik, dan empat orang (13,33%) kategori sedang.

Secara keseluruhan persepsi petani terhadap daya tanggap PPL dalam hal menanggapi dan menangani keluhan dan kebutuhan petani dalam kegiatan di Subak Durentaluh tergolong baik. PPL mampu mencarikan solusi dari setiap permasalahan yang dihadapi petani di Subak sesuai dengan kewajibannya sebagai pendamping. Dari 30 responden, satu orang (3,33%) menyatakan daya tanggap PPL dalam menangani permasalahan subak tergolong kategori sangat baik, 21 orang (70%) dalam kategori baik, dan delapan orang (26,67%) dalam kategori sedang. 5.3.3

Jaminan (Assurance)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi petani di Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL dalam hal jaminan tergolong dalam kategori baik, dengan persentase pencapaian skor sebesar 77,8%. Data selengkapnya sesuai dengan rincian pada Tabel 5.9.Tabel 5.9Tingkat Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan PPL di Subak Durentaluh Tentang Jaminan (assurance) PPL.

NoIndikatorNRata-rata skorPersentase pencapaian skor terhadap skor maksimalKategori

1PPL memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada petaniX94,182,67Baik

2PPL dapat menjamin semua kebenaran tentang inovasi dan informasi mengenai perkembangan teknologi baru yang disampaikan kepada petaniX103,774Baik

3PPL dapat menjamin keberhasilan terhadap kegiatan penyuluhan yang diberikan kepada petaniX113,774,67Baik

4PPL memiliki pengetahuan dan kemampuan menyelesaikan permasalahan di lapangan(penyakit, hama, dll)X12480Baik

Rata-rata3,89

77,83Baik

Pencapaian skor tertinggi adalah jaminan PPL memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti kepada petani dengan pencapaian skor tertinggi mencapai 82,67% yang tergolong dalam kategori baik. Hal ini dikarenakan responden (petani) menganggap PPL memiliki pengetahuan dan kecakapan dalam membarikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti. PPL memiliki cara tersendiri dalam menyampaikan setiap informasi kepada petani, apabila berhadapan dengan petani yang memiliki usia tua atau tingkat pengetahuan kurang PPL menyampaikannya dengan bahasa yang mudah dimengerti, misalnya tidak monoton menggunakan bahasa indonesia atau bahasa Bali, PPL menggunakan banyak contoh-contoh sehingga apa yang dijelaskan mudah dimengerti dan dibayangkan oleh petani. Pengetahuan yang dimiliki oleh PPL ini mengantarkan beliau hingga mendapat penghargaan sebagai PPL teladan tingkat nasional pada tahun 2013, meskipun tergolong PPL baru, karena baru dikontrak semenjak tahun 2009 namun hal itu tidak menyurutkan semangat beliau untuk mengabdi dan senantiasa mendampingi petani. Dari 30 responden, sebanyak enam orang (20%) menyatakan sangat baik, 22 orang (73,33%) dalam kategori baik, dan dua (6,67%) orang dalam kategori sedang.

Pencapaian skor terendah adalah persepsi petani tentang daya tanggap PPL dalam hal menjamin semua kebenaran tentang inovasi dan informasi mengenai perkembangan teknologi baru yang disampaikan kepada petani, dengan pencapaian skor 74% yang tergolong kategori baik. Dalam hal ini bukan berarti PPL tdak mampu menjamin kebenaran tentang informasi, namun terkadang ada beberapa informasi yang didapat dari berbagai sumber yang sifatnya simapang siur atau masih dalam pengembangan. Antara teori di atas meja dengan kenyataan di lapangan terkadang berbeda, oleh karena itu semua kebenaran informasi tidak sepenuhnya dapat dipercaya begitu saja, baik petani maupun PPL akan terus dan selamanya belajar di lapangan. Dari 30 responden, sebanyak dua orang (6, 67%) menyatakan sangat baik, 17 orang (56,67%) dalam kategori baik, dan 11 (36,67%) orang dalam kategori sedang.

Persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL dalam memberikan jaminan terhadap keberhasilan kegiatan penyuluhan yang diberikan kepada petani mendapatkan skor 74,67, tergolong dalam kategori baik. Dari hasil wawancara dengan responden, petani sendiri sebagian besar tidak berani mencoba langsung inovasi yang diberikan oleh PPL, jika apa yang diberikan oleh PPL tidak ada bukti nyata akan keberhasilan inovasi tersebut dan tidak sesuai dengan tradisi. Keberhasilan suatu penyuluhan sangat ditentukan oleh sikap petani yang mau atau tidak menerapkan apa yang diberikan oleh PPL. Dari 30 responden, sebanyak dua orang (6, 67%) menyatakan sangat baik, 17 orang (56,67%) dalam kategori baik, dan 11 (36,67%) orang dalam kategori sedang.

Persepsi petani terhadap jaminan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki PPL dalam menyelesaikian permasalahan di lapangan mendapatkan skor 80% yang tergolong dalam kategori baik. Dari hasil wawancara dengan responden, sebagian besar petani sangat mengapresiasi kinera PPL dalam menyelesaikan permasalahan di lapangan karena PPL memiliki cukup kemampuan untuk mengatasinya. Misalnya dalam pengendalian hama tikus, PPL mengadakan kegiatan pengropyokan secara bersama-sama dengan seluruh petani di Subak Durentaluh. Selain melakukan gropyokan, PPL juga menyarankan kepada petani untuk mencari dan menutup setiap lubang tikus yang ada sehingga dapat mengurangi pertumbuhan dan populasi tikus di sawah. Selain itu hal yang dilakukan adalah melakukan pegendalikan hama walang sangit dengan menggunakan ekstrak daun sungenge sebagai pestisida alami yang sangat banyak dan mudah ditemukan oleh petani di areal Subak Durentaluh yang bersifat ramah lingkungan, sehingga permasalahan akan walang sangit yang meyerang padi petani dapat diatasi. Dari 30 responden, sebanyak empat orang (13,33%) menyatakan sangat baik, 22 orang (73,33%) dalam kategori baik, dan empat (13,33%) orang dalam kategori sedang.

Secara keseluruhan persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL dalam hal memberikan jaminan kepada masyarakat tergolong dalam kategori baik. Dari segi pengetahuan PPL memiliki pengetahuan yang baik dalam memberikan informasi kepada petani, dapat menjamin semua kebenaran tentang inovasi dan informasi perkembangan teknologi baru, dapat menamin keberhasilan terhadap kegiatan yang diberikan, serta memiliki kemampuan dan kemampuan menyelesaikan masalah di lapangan, secara keseluruhan tergolong dalam kategori baik. Dari 30 responden, dua orang (6,67%) menyatakan kenerja PPL dalam hal memberikan jaminan terhadap petani tergolong dalam kategori sangat baik, 21 orang (70%) tergolong kategori baik, dan sisanya tujuh orang (23,33%) masuk dalam kategori sedang. Dalam masing-masing kategori jaminan disajikan pada Tabel. 13.5.3.4

Empati (Empathy)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi petani di Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL dalam hal jaminan tergolong dalam kategori sangat baik, dengan persentase pencapaian skor sebesar 87,67%. Data selengkapnya sesuai dengan rincian pada Tabel 5.1.1Tabel 5.1.1Tingkat Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan PPL di Subak Durentaluh Tentang Empati (Empathy) PPL.

NoIndikatorNRata-rata skorPersentase pencapaian skor terhadap skor maksimalKategori

1PPL memberikan perhatian penuh terhadap petani yang belum bisa menerapkan inovasi dan teknologi baruX134,183,3Baik

2PPL selalu bersikap ramah terhadap petaniX144,692Sangat Baik

3PPL menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh petaniX154,590Sangat Baik

4PPL mudah ditemui/dihubungi untuk berkonsultasi masalah pertanianX164,285,3Sangat Baik

Rata-rata4,387,67Baik

Persentase pencapaian skor tertinggi adalah persepsi petani terhadap empati PPL yang selalu bersikap ramah terhadap petani dengan pencapaian skor 92% yang tergolong dalam ketegori sangat baik. Dari hasil wawancara yang dilakukan, PPL memiliki sikap yang sangat ramah dengan semua petani tanpa terkecuali. Begitupula sebaliknya, petani sangat menerima keberadaan PPL, bersikap seolah-olah PPL adalah bagian dari mereka sehingga terbangun rasa kekeluargaan yang sangat erat. Dari 30 responden, sebanyak 19 orang (63,33%) menyatakan sangat baik, 10 orang (33,33%) dalam kategori baik, dan satu (3,33%) orang dalam kategori sedang.

Persentase terendah dengan skor 83,3%, yaitu persepsi petani terhadap kinerja PPL dalam hal memberikan perhatian penuh terhadap petani yang belum bisa menerapkan inovasi dan teknologi baru, namun masih tergolong dalam kategori baik. Dalam hal ini PPL sudah berusaha memberikan perhatian khusus terhadap petani yang masih belum bisa menerapkan teknologi baru, namun keberhasilannya tergantung dari petani itu sendiri yang terkadang enggan unuk menerapkan teknologi baru karena masih memiliki pola pikir yang belum modern dan masih menerapkan apa yang menjadi kebiasaan bagi mereka, hal ini terjadi terutama bagi petani yang memiliki pendidikan yang sangat rendah dan usianya tergolong non produktif (>64 tahun), misalnya dalam hal pemberian dosis pupuk yang benar, meskipun sudah disarankan oleh PPL tentang takaran pemupukan yang benar, namun ada juga beberapa petani yang masih menggunakan pupuk yang melebihi dosis, karena bagi mereka, semakin banyak memupuk maka mereka berharap hasilnya akan banyak pula, padahal kenyataannya tidak demikian. Dari 30 responden, sebanyak sembilan orang (30%) menyatakan sangat baik, 17 orang (56,67%) dalam kategori baik, dan empat (3,33%) orang dalam kategori sedang.

Persepsi petani terhadap PPL menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh petani dengan pencapaian skor 90% yang tergolong kategori sangat baik. Hal ini didukung dari pernyataan responden bahwa setiap kali PPL menyampaikan suatu informasi dengan petani, PPL menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami oleh semua kalangan petani baik usia muda maupun usia lanjut yang notabene sebagian besar dari mereka adalah petani yang memiliki latar belakang pendidikan yang masih sangat rendah, sehingga diperlukan suatu pemahaman dan pemakaian tata bahasa yang sesuai agar petani mudah memahami apa yang disampaikan oleh PPL. Bahasa yanng digunakan oleh PPL biasanya adalah bahasa campuran, terkadang memakai bahasa Indonesia, bahasa Bali halus maupun bahasa Bali biasa. Dari 30 responden, sebanyak 16 orang (53,33%) menyatakan sangat baik, 13 orang (43,33%) dalam kategori baik, dan satu (3,33%) orang dalam kategori sedang.

Persepsi petani terhadap PPL mudah ditemui atau dihubungi untuk berkonsultasi tentang masalah pertanian dengan pencapaian skor 85,33% yang tergolong kategori baik. Dari hasil wawancara, PPL sangat mudah dihubungi, hampir semua responden yang di wawancarai memiliki nomor hp PPL sehingga kapanpun jika ada permasalahan yang mendesak tentang pertanian petani dengan mudah dapat menghubungi PPL. Dari 30 responden, sebanyak 10 orang (30,33%) menyatakan sangat baik, 18 orang (60%) dalam kategori baik, dan dua (6,67%) orang dalam kategori sedang.

Secara keseluruhan persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL dari kategori empati tergolong sangat baik. Dalam hal memberikan perhatian penuh terhadap petani yang belum bisa menerapkan inovasi dan teknologi baru, serta PPL mudah untuk dihubungi tergolong dalam kategori baik, sedangkan PPL selalu bersikap ramah dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami tergolong dalam kategori sangat baik. Dari 30 responden yang diwawancarai, 17 orang (56,67%) menyatakan kualitas layanan PPL tergolong dalam kategori sangat baik, 12 orang (40%) kategori baik, dan satu orang (3,33%) termasuk kategori sedang. Dalam masing-masing kategori empati disajikan pada Tabel 15.5.3.5

Bukti Fisik (Tangible)

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persepsi petani di Subak Durentaluh terhadap kualitas layanan PPL dalam hal bukti fisik tergolong dalam kategori sangat baik, dengan persentase pencapaian skor sebesar 83,55%. Data selengkapnya sesuai dengan rincian pada Tabel 5.1.2.Tabel 5.1.2

Tingkat Persepsi Petani Terhadap Kualitas Layanan PPL di Subak Durentaluh Tentang Bukti Fisik (Tangible) PPL.

NoIndikatorNRata-rata skorPersentase pencapaian skor terhadap skor maksimalKategori

1PPL memiliki peralatan penunjang kegiatan penyuluhan yang lengkap (modul, materi pembelajaran, buku-buku tentang pertanian)X173,877,33Baik

2PPL berhasil memberikan bukti nyata tentang keberhasilan suatu inovasi kepada petaniX18481,33Baik

3PPL selalu berpenampilan sopanX194,692Sangat Baik

Rata-rata4,1783,55Baik

Persentase tertinggi terhadap kualitas layanan PPL dari bukti fisik adalah PPL selalu berpenampilan sopan, dengan persentase skor 92% yang tergolong dalam ketegori sangat baik. Seperti yang seharusnya, dalam menjalankan tugasnya PPL selalu berpenampilan sopan memakai seragam yang seharusnya sesuai kegiatan yang dilakukan, misalnya jika ada kegiatan resmi seperti rapat-rapat, maka PPL mengenakan pakaian seragam rapi, jika turun langsung ke lapangan atau sawah biasanya mengenakan pakaian kaos PPL atau seragam lapangan. Dari hasil wawancara dengan responden, PPL tidak hanya sopan dalam berpenampilan, namun sikapnyapun sangat sopan. Dari 30 responden, sebanyak 20 orang (66,67%) menyatakan sangat baik, delapan orang (26,67%) dalam kategori baik, dan dua (6,67%) orang dalam kategori sedang.

Pencapaian skor terendah dari bukti fisik adalah kualitas PPL dari segi bukti fisik dalam hal kepemilikan peralatan penunjang kegiatan penyuluhan yang lengkap, dengan persentase 77,33% yang tergolong dalam kategori baik. Responden menuturkan apabila melaksanakan kegiatan seperti diskusi atau sekolah lapang kurangnya peralatan penunjang seperti LCD proyektor yang digunakan PPL dalam menjelaskan. Biasanya petani hanya diberi modul atau print out yang dimana dengan kurangnya pengetahuan petani dalam membaca terutama untuk usia lanjut menjadi kendala dalam proses pembelajaran, jika penjelasan memakai tampilan di layar yang besar (memakai LCD Proyektor) maka penjelasan dapat dilakukan secara bersama dan mudah dipahami oleh semua petani karena PPL tidak perlu menjelaskan ke satu per satu petani yang belum mengerti, sehingga diskusi secara dua arah dapat dilakukan. Dari 30 responden, sebanyak dua orang (6,67%) menyatakan sangat baik, 22 orang (73,33%) dalam kategori baik, dan enam (20%) orang dalam kategori sedang.

Keberhasilan PPL dalam memberikan bukti nyata tentang suatu inovasi kepada petani mendapat skor 81,33% yang tergolong dalam ketegori baik. Dari hasil wawancara dengan responden, PPL memberikan bukti fisik suatu keberhasilan inovasi dengan memberi contoh suatu inovasi yang telah diterapkan oleh subak lain yang memiliki kesamaan dengan Subak Durentaluh sehingga penerapan di lapangan tidak akan jauh berbeda. Dari 30 responden, sebanyak lima orang (16,67%) menyatakan sangat baik, 22 orang (73,33%) dalam kategori baik, dan tiga (10%) orang dalam kategori sedang.

Secara keseluruhan persepsi petani terhadap kualitas layanan PPL dalam hal bukti fisik tergolong dalam kategori sangat baik. PPL memiliki peralatan penunjang kegiatan penyuluhan yang lengkap dan berhasil memberikan bukti nyata tentang keberhasilan suatu inovasi kepada petani tergolong dalam kategori baik, sedangkan PPL selalu berpeenampilan sopan tergolong dalam kategori sangat baik. Dari 30 responden tentang kualitas pelayanan PPL, tiga orang (10%) menyatakan kualitas PPL dari segi bukti fisik tergolong sangat baik, 23 orang (76,67%) menyatakan baik, empat orang (13,33%) menyatakan sedang. 5.4 Kendala-kendala PPL dalam melaksanakan tugas pokok

5.3.1 Aspek Sosial dan Budaya

1. Keadaan sosial budaya masyarakat di Subak Durentaluh, Desa Belimbing masih sangat tradisional. Budaya tradisional yang masih terasa sangat kental dapat dilihat dari setiap kegiatan yang dilakukan petani masih mempertahankan budaya dari jaman ke jaman secara berkelanjutan. Dari segi aspek sosial budaya masyarakat/petani di Subak Durentaluh selalu dan akan mendahulukan kepercayaan yang telah ada secara turun temurun dibandingkan dengan menerapkan atau merubah sesuatu yang telah diyakini dengan suatu teknologi yang baru. Meskipun terdapat teknologi baru, namun bila itu bertentangan dengan keyakinan mereka, teknologi tersebut tidak akan dipakai.2. Keterbukaan masyarakat petani terhadap inovasi terbaru terasa sangat lambat hal ini dikarenakan sebagian besar masyarakat petani berusia non produktif, serta tingkat pendidikan yang tergolong masih sangat rendah. Selain itu petani takut gagal dengan hasil yang telah dicapainya, walaupun hasil tersebut masih sangat jauh dari target, sehingga untuk penerapan teknologi baru petani selalu meminta contoh nyata di lapangan.3. Inovasi baru yang ada tidak semuanya sesuai dengan keadaan sosial budaya masyarakat petani di Subak Durentaluh, hal ini dikarenakan setiap teknologi yang ada harus dikaji terlebih dahulu, karena suatu teknologi yang baik dan sukses di suatu tempat belum tentu berhasil bila diterapkan di tempat lain5.4.2 Aspek Ekonomi

1. Gaji PPL

a) Gaji yang diterima PPL masih belum mencukupi bila disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan, hal ini dikarenakan pekerjaan yang sangat banyak. PPL saat ini tidak hanya mendampingi petani di suatu subak saja, melainkan mendampingi di beberapa desa dengan bidang yang tidak hanya pertanian saja, melainkan juga bidang perkebunan, perikanan dan peternakan dengan banyak kelompok-kelompok tani dari masing-masing bidang tersebut.b) Gaji yang diterima PPL secara umum memang tepat, tetapi kadang-kadang terjadi keterlambatan, sehingga bisa dirapel sampai tiga kali. Meskipun pasti dibayarkan, namun jika dirapel menjadi beberapa bulan, ada banyak keperluan yang harus dipenuhi, seperti keperluan dapur dan biaya sekolah anak.

c) Gaji yang diterima masih belum dapat memenuhi keperluan keluarga yang terdiri dari 1 orang istri dan 3 orang anak, mengingat kebutuhan sekarang semua serba mahal.d) Gaji yang diterima memang tergantung dari jenjang pendidikan, misalnya jika pendidikan S1 maka akan menerima gaji yang lebih besar dari yang hanya tamatan SMA.2. Tunjangan PPL

a) Tunjangan yang diterima oleh PPL di luar gaji hanya sebatas fasilitas 1 unit kendaraan bermotor saja sebagai penunjang kegiatan di lapangan.b) Tunjangan yang diterima belum sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang dibebankan, meningat banyak kelompok tani dan ribuan petani yang dibina hanya oleh seorang PPL saja.c) Belum ada bonus yang diberikan kepada PPL, kecuali saat mengikuti lomba PPL berprestasi dan menjadi juara PPL tingkat nasional mewakili provinsi bali pada tahun 2013 dan mendapatkan bonus berupa sejumlah uang dan penghargaan.3. Biaya OperasionalBiaya operasional yang diberikan masih sangat kecil jika dibandingkan dengan kegiatan yang dilakukan di lapangan, terkadang memakai uang sendiri untuk fotocopy atau urunan dari petani5.4.3 Aspek Teknis

1. Jalur KomandoPPL jarang mendapatkan pelatihan dari dinas terkait, hanya beberapa kali dalam setahun bahkan bisa tidak ada pelatihan dalam setahun. Tiap bulan diharuskan menyetor rencana kegiatan dan realisasi kegiatan di lapangan. Saat melakukan penyuluhan sangat jarang mendapat dukungan dari penyuluh lain, namun pernah melakukan studi banding dengan petani binaan PPL lain.2. Tenaga PPL masih mampu mengemban tugas yang dibebankan, namun seiring bertambahnya usia secara perlahan kemampuan itu akan menurun, saat ini PPL masih mampu mengemban tugasnya dikarenakan tekad dan semangat mengabdi kepada petani, dimana dulunya sebelum menjadi PPL beliau adalah seorang petani dan terlahir dari keluarga petani, sehingga besar keinginan untuk membagi ilmu kepada petani lainnya. Semua program penyuluhan sudah dilaksanakan dengan sangat maksimal. Melakukan kunjungan rutin ke lapangan dan menyelesaikan semua permasalahan yang dihadapi petani merupakan tugas pokok seorang penyuluh.3. Peralatan Penyuluhan

Alat bantu penyuluhan di wilayah kerja penyuluh hanya memakai papan tulis dan spidol saja. Ketika memberikan penyuluhan hanya disampaikan secara lisan atau dengan beberapa print out materi yang dipersiapkan sendiri, namun dengan print out petani sangat sulit untuk memahami karena ada beberapa petani yang berusia lanjut yang tidak mengerti baca tulis sehingga sangat sulit dalam penyampaian. Tidak adanya peralatan penyuluhan, seperti komputer atau laptop maupun LCD proyektor._1502449014.xlsChart1

4.284

4.2384.67

3.876.67

4.591.33

4.794

rata-rata

persentase (%)

Grafik Tingkat Persepsi Petani Tehadap Kualitas Layanan PPL Pada Variabel Keandalan (Reliability) di Desa Belimbing, Tahun 2015

Sheet1

rata-ratapersentase (%)

PPL selalu memberikan perkembangan informasi teknologi dan inovasi usahatani4.284

PPL melaksanakan pelatihan dan kunjungan secara teratur4.2384.67

PPL dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas sesuai dengan tugas pokoknya3.876.67

PPL membantu petani dalam bidang administrasi kelompok4.591.33

PPL pengupayaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan petani.4.794

To resize chart data range, drag lower right corner of range.