bab i1

5
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer, 2007). Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000 mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua pertiga berusia dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah wanita, lebih dari setengah semua pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainya (Smeltzer and Bare, 2002 ). Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan cedera kepala atau askep cidera kepala baik cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat harus ditangani secara serius. Cedera pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga dapat terjadi penurunan kesadaran. Berbagai pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma dari fungsi otak yang diakibatkan dari cedera kepala. Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit, penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala, menjadi ringan segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit (Sjahrir, 2004). Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus kelolaan kelompok dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada An. F dengan Cedera Kepala Berat di Ruang ICU (Intensive Care Unit) Rumah Sakit Saras Husada Purworejo Jawa Tengah.

Upload: aqila

Post on 18-Dec-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

cedera kepala

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Cedera kepala merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama pada

    kelompok usia produktif dan sebagian besar terjadi akibat kecelakaan lalu lintas (Mansjoer,

    2007). Diperkirakan 100.000 orang meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 700.000

    mengalami cedera cukup berat yang memerlukan perawatan dirumah sakit, dua pertiga berusia

    dibawah 30 tahun dengan jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah wanita, lebih dari

    setengah semua pasien cedera kepala mempunyai signifikasi terhadap cedera bagian tubuh lainya

    (Smeltzer and Bare, 2002 ).

    Ada beberapa jenis cedera kepala antara lain adalah cedera kepala ringan, cedera kepala

    sedang dan cedera kepala berat. Asuhan keperawatan cedera kepala atau askep cidera kepala baik

    cedera kepala ringan, cedera kepala sedang dan cedera kepala berat harus ditangani secara serius.

    Cedera pada otak dapat mengakibatkan gangguan pada sistem syaraf pusat sehingga dapat terjadi

    penurunan kesadaran. Berbagai pemeriksaan perlu dilakukan untuk mendeteksi adanya trauma

    dari fungsi otak yang diakibatkan dari cedera kepala.

    Di samping penanganan di lokasi kejadian dan selama transportasi korban ke rumah sakit,

    penilaian dan tindakan awal di ruang gawat darurat sangat menentukan penatalaksanaan dan

    prognosis selanjutnya. Tindakan resusitasi, anamnesis dan pemeriksaan fisik umum serta

    neurologis harus dilakukan secara serentak. Pendekatan yang sistematis dapat mengurangi

    kemungkinan terlewatinya evaluasi unsur vital. Tingkat keparahan cedera kepala, menjadi ringan

    segera ditentukan saat pasien tiba di rumah sakit (Sjahrir, 2004).

    Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil kasus kelolaan kelompok dengan judul

    Asuhan Keperawatan Pada An. F dengan Cedera Kepala Berat di Ruang ICU (Intensive Care

    Unit) Rumah Sakit Saras Husada Purworejo Jawa Tengah.

  • B. Tujuan Penulisan

    1. Tujuan umum

    Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan cedera kepala

    berat.

    2. Tujuan Khusus

    a. Mahasiswa mampu meningkatkan pengertian mengenai masalah yang berhubungan dengan

    cedera kepala ringan berat.

    b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan cedera kepala berat.

    c. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan cedera kepala berat.

    d. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan cedera kepala berat.

    e. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawatan pada klien dengan cedera kepala berat.

    f. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang dilakukan pada klien dengan cedera kepala

    berat.

    C. Metode Penulisan

    Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan

    penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur yang

    ada, baik di buku, jurnal maupun di internet.

    D. Sistematika Penulisan

    Makalah ini terdiri dari empat bab yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut :BAB I : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika

    penulisan.BAB II : Tinjauan teoritis terdiri dari : pengertian, anatomi fisiologis, klasifikasi, etiologi, patofisiologi dan

    pathway, manifestasi klinis, penatalaksanaan, komplikasi dan pemeriksaan penunjang.

    BAB III : Laporan kasus terdiri dari : pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi.

    BAB IV : Penutup terdiri dari : kesimpulan dan saran.

    BAB II

    TINJAUAN TEORITIS

    A. Pengertian

  • Cedera kepala adalah suatu gangguan trauma dari otak disertai/tanpa perdarahan intestinal

    dalam substansi otak, tanpa diikuti terputusnya kontinuitas dari otak (Nugroho, 2011).

    Cedera kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit kepala, tulang tengkorak

    atau otak yang terjadi akibat injury baik secara langsung maupun tidak langsung pada kepala

    (Suriadi dan Yuliani, 2001).

    Menurut Brain Injury Assosiation of America (2001), cedera kepala adalah suatu

    kerusakan pada kepala, bukan bersifat congenital ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh

    serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana

    menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.

    Cedera kepala adalah gangguan fungsi normal otak karena trauma baik trauma tumpul

    maupun trauma tajam. Deficit neorologis terjadi karena robekannya subtansia alba, iskemia, dan

    pengaruh massa karena hemorogik, serta edema serebral disekitar jaringan otak (Batticaca,

    2008).

    Berdasarkan defenisi cedera kepala diatas maka penulis dapat menarik suatu kesimpulan

    bahwa cedera kepala adalah suatu cedera yang disebabkan oleh trauma benda tajam maupun

    benda tumpul yang menimbulkan perlukaan pada kulit, tengkorak, dan jaringan otak yang

    disertai atau tanpa pendarahan.

    Gambar 1. Gambaran Umum Cedera Kepala

    B. Klasifikasi

    Cedera kepala dapat dilasifikasikan sebagai berikut :

    1. Berdasarkan Mekanisme

    a. Trauma Tumpul : adalah trauma yang terjadi akibat kecelakaan kendaraan bermotor, kecelakaan

    saat olahraga, kecelakaan saat bekerja, jatuh, maupun cedera akibat kekerasaan (pukulan).

    b. Trauma Tembus : adalah trauma yang terjadi karena tembakan maupun tusukan benda-benda

    tajam/runcing.

    2. Berdasarkan Beratnya Cidera

    The Traumatic Coma Data Bank mengklasifisikan berdasarkan Glasgow Coma Scale ( Mansjoer,

    dkk, 2000) :

    a. Cedera Kepala Ringan/Minor (Kelompok Risiko Rendah) yaitu, GCS 14-15, pasien sadar dan

    berorientasi, kehilangan kesadaran atau amnesia < dari 30 menit, tidak ada intoksikasi alkohol

  • atau obat terlarang, klien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing, tidak terdapat fraktur

    tengkorak, kontusio, hematom , tidak ada kriteria cedera sedang sampai berat.

    b. Cedera Kepala Sedang (Kelompok Risiko Sedang) yaitu GCS 9-13 (konfusi, letargi dan stupor),

    pasien tampak kebingungan, mengantuk, namun masih bisa mengikuti perintah sederhana, hilang

    kesadaran atau amnesia > 30 menit tetapi < 24 jam, konkusi, amnesia paska trauma, muntah,

    tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda battle, mata rabun, hemotimpanum, otorhea atau

    rinorhea cairan serebrospinal).

    c. Cedera Kepala Berat (Kelompok Risiko Berat) yaitu GCS 3-8 (koma), penurunan derajat

    kesadaran secara progresif, kehilangan kesadaran atau amnesia > 24 jam, tanda neurologis fokal,

    cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi cranium.

    C. Etiologi

    Penyebab cedera kepala adalah kecelakaan lalu lintas, perkelahian, jatuh, cedera olah raga,

    kecelakaan kerja, cedera kepala terbuka sering disebabkan oleh pisau atau peluru (Corwin,

    2000).

    D. Patofisiologi dan Pathway

    Adanya cedera kepala dapat menyebabkan kerusakan struktur, misalnya kerusakan pada

    parenkim otak, kerusakan pembuluh darah, perdarahan, edema dan gangguan biokimia otak

    seperti penurunan adenosis tripospat, perubahan permeabilitas vaskuler.

    Patofisiologi cedera kepala dapat terbagi atas dua proses yaitu cedera kepala primer dan

    cedera kepala sekunder, cedera kepala primer merupakan suatu proses biomekanik yang terjadi

    secara langsung saat kepala terbentur dan dapat memberi dampak kerusakan jaringan otat. Pada

    cedera kepala sekunder terjadi akibat dari cedera kepala primer, misalnya akibat dari hipoksemia,

    iskemia dan perdarahan.

    Perdarahan cerebral menimbulkan hematoma misalnya pada epidural hematoma,

    berkumpulnya antara periosteun tengkorak dengan durameter, subdura hematoma akibat

    berkumpulnya darah pada ruang antara durameter dengan subaraknoid dan intra cerebral,

  • hematoma adalah berkumpulnya darah didalam jaringan cerebral. Kematian pada penderita

    cedera kepala terjadi karena hipotensi karena gangguan autoregulasi, ketika terjadi autoregulasi

    menimbulkan perfusi jaringan cerebral dan berakhir pada iskemia jaringan otak (Tarwoto, 2007).