bab ii kajian teoretis dan hipotesis tindakan 2.1...

26
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kecerdasan Interpersonal 2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang- menang atau menguntungkan. Sumber lain mendefinisikan bahwa kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain. Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, intense, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah, suara. Isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini. Safaria, ( 2005: 27). Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang disekitar kita, seperti kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak, Orang yang kuat dalam kecerdasan interpersonal biasanya sangat mudah bekerjasama dengan orang lain, mudah berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka menyenangkan dan sepertinya keluar begitu saja secara otomatis. Mereka dengan mudah mengenali dan membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain. Komunikasi baik verbal maupun non verbal dengan orang lain relative mudah.

Upload: doanhanh

Post on 25-Apr-2019

226 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2.1 Hakikat Kecerdasan Interpersonal

2.1.1 Pengertian Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal atau bisa dikatakan juga sebagai kecerdasan sosial, diartikan

sebagai kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi, membangun relasi

dan mempertahankan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam situasi menang-

menang atau menguntungkan. Sumber lain mendefinisikan bahwa kecerdasan interpersonal

adalah kemampuan berfikir lewat berkomunikasi dengan orang lain.

Inteligensi Interpersonal adalah kemampuan untuk mengerti dan menjadi peka terhadap

perasaan, intense, motivasi, watak, temperamen orang lain. Kepekaan akan ekspresi wajah,

suara. Isyarat dari orang lain juga masuk dalam inteligensi ini. Safaria,

( 2005: 27).

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang

disekitar kita, seperti kemampuan untuk memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen,

suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak, Orang yang

kuat dalam kecerdasan interpersonal biasanya sangat mudah bekerjasama dengan orang lain,

mudah berkomunikasi dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain bagi mereka

menyenangkan dan sepertinya keluar begitu saja secara otomatis. Mereka dengan mudah

mengenali dan membedakan perasaan serta apa yang dialami teman dan orang lain. Komunikasi

baik verbal maupun non verbal dengan orang lain relative mudah.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Anak yang mempunyai kecerdasan interpersonal tinggi mudah bergaul dan berteman.

Meskipun sebagai orang baru dalam suatu kelas atau sekolah, ia dengan cepat dapat masuk ke

dalam kelompok. Ia mudah berkomunikasi dan mengumpulkan teman lain. Bila dilepas seorang

diri, ia akan dengan cepat mencari teman. Dalam konteks belajar, ia lebih suka belajar bersama

orang lain, lebih suka mengadakan studi kelompok. Anak ini kadang mudah berempati dengan

teman yang sakit atau punya masalah dan kadang mudah untuk ikut membantu. Dalam suatu

kelas, bila guru memberikan pekerjaan atau tugas secara bebas, siswa-siswa yang mempunyai

inteligensi interpersonal akan dengan cepat berdiri dan mencari teman yang mau diajak

kerjasama. Safaria, ( 2005: 24).

Menurut Lwin et al (2008: 197), kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk

memahami dan memperkirakan perasaan, temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan

orang lain dan menanggapinya secara layak.

Kecerdasan interpersonal adalah kapasitas untuk memahami maksud, motivasi, dan keinginan

orang lain (Prasetyo dan Andriani, 2009: 74).

Kecerdasan interpersonal Menurut Safaria (2005: 23) individu yang tingggi kecerdasan

interpersonalnya akan mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain, berempati

secara baik, mengembangkan hubungan yang harmonis dengan orang lain, dapat dengan cepat

memahami temperamen, sifat, suasana hati, motif orang lain. Pilihan pekerjaan yang cocok untuk

seseorang yang memiliki kelebihan pada kecerdasan interpersonalnya antara lain: guru, konselor,

psikolog, psikiater, pekerja sosial, profesioal pengembangan sumber daya manusia, salesman,

mediator.

Setiap orang memilki kecerdasan yang berbeda. Gardener (1993: 67). seorang ahli riset

dari Amerika mengembangkan model kecerdasan "multiple intelligence". Multiple intelligence

Page 3: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

artinya bermacam-macam kecerdasan. Ia mangatakan bahwa setiap orang memilki bermacam-

macam kecerdasan, tetapi dengan kadar pengembangan yang berbeda. Menurut Gardener (1999:

30), bahwa kecerdasan adalah suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat

ditumbuh kembangkan.

Skala kecerdasan yang selama ini dipakai, ternyata memiliki banyak keterbatasan

sehingga kurang dapat meramalkan kinerja yang sukses untuk masa depan seseorang. Menurut

Howard Gardener (1999: 33), dalam setiap diri manusia ada 8 macam kecerdasan, yaitu:

1. Kecerdasan matematika-logika

Kecerdasan matematika-logika menunjukkan kemampuan seseorang dalam berpikir

secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan menganalisis pola

angka-angka, serta memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Peserta

didik dengan kecerdasan matematika-logika tinggi cenderung menyenangi kegiatan menganalisis

dan mempelajari sebab akibat terjadinya sesuatu.

Ia menyenangi berpikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis dan mengadakan

kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Peserta didik semacam ini cenderung

menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan tinggi dalam menyelesaikan problem

matematika. Apabila kurang memahami, mereka akan cenderung berusaha untuk bertanya dan

mencari jawaban atas hal yang kurang dipahaminya tersebut.

Peserta didik ini juga sangat menyukai berbagai permainan yang banyak melibatkan kegiatan

berpikir aktif, seperti catur dan bermain teka-teki.

2. Kecerdasan bahasa

Kecerdasan bahasa menunjukkan kemampuan seseorang untuk menggunakan bahasa dan

kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan, dalam berbagai bentuk yang berbeda untuk

Page 4: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

mengekspresikan gagasan-gagasannya. Peserta didik dengan kecerdasan bahasa yang tinggi

umumnya ditandai dengan kesenangannya pada kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan

suatu bahasa seperti membaca, menulis karangan, membuat puisi, menyusun kata-kata mutiara,

dan sebagainya.

Peserta didik seperti ini juga cenderung memiliki daya ingat yang kuat, misalnya

terhadap nama-nama orang, istilah-istilah baru, maupun hal-hal yang sifatnya detail. Mereka

cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi. Dalam hal

penguasaan suatu bahasa baru, peserta didik ini umumnya memiliki kemampuan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan peserta didik lainnya.

3. Kecerdasan musikal

Kecerdasan musikal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-

suara nonverbal yang berada di sekelilingnya, termasuk dalam hal ini adalah nada dan irama.

Peserta didik jenis ini cenderung senang sekali mendengarkan nada dan irama yang

indah, entah melalui senandung yang dilagukannya sendiri, mendengarkan tape recorder, radio,

pertunjukan orkestra, atau alat musik dimainkannya sendiri. Mereka juga lebih mudah mengingat

sesuatu dan mengekspresikan gagasan-gagasan apabila dikaitkan dengan musik.

4. Kecerdasan visual-spasial

Kecerdasan visual-spasial menunjukkan kemampuan seseorang untuk memahami secara

lebih mendalam hubungan antara objek dan ruang. Peserta didik ini memiliki kemampuan,

misalnya, untuk menciptakan imajinasi bentuk dalam pikirannya atau kemampuan untuk

menciptakan bentuk-bentuk tiga dimensi seperti dijumpai pada orang dewasa yang menjadi

pemahat patung atau arsitek suatu bangunan.

Page 5: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Kemampuan membayangkan suatu bentuk nyata dan kemudian memecahkan berbagai

masalah sehubungan dengan kemampuan ini adalah hal yang menonjol pada jenis kecerdasan

visual-spasial ini. Peserta didik demikian akan unggul, misalnya dalam permainan mencari jejak

pada suatu kegiatan di kepramukaan.

5. Kecerdasan kinestetik

Kecerdasan kinestetik menunjukkan kemampuan seseorang untuk secara aktif

menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan

berbagai masalah.

Hal ini dapat dijumpai pada peserta didik yang unggul pada salah satu cabang olahraga,

seperti bulu tangkis, sepakbola, tenis, renang, dan sebagainya, atau bisa pula dijumpai pada

peserta didik yang pandai menari, terampil bermain akrobat, atau unggul dalam bermain sulap.

6. Kecerdasan interpersonal

Kecerdasan interpersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap

perasaan orang lain. Mereka cenderung untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain

sehingga mudah bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

Kecerdasan semacam ini juga sering disebut sebagai kecerdasan sosial, yang selain

kemampuan menjalin persahabatan yang akrab dengan teman, juga mencakup kemampuan

seperti memimpin, mengorganisir, menangani perselisihan antar teman, memperoleh simpati dari

peserta didik yang lain, dan sebagainya.

7. Kecerdasan intrapersonal

Page 6: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Kecerdasan intrapersonal menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap

perasaan dirinya sendiri. Ia cenderung mampu untuk mengenali berbagai kekuatan maupun

kelemahan yang ada pada dirinya sendiri. Peserta didik semacam ini senang melakukan

instropeksi diri, mengoreksi kekurangan maupun kelemahannya, kemudian mencoba untuk

memperbaiki diri. Beberapa diantaranya cenderung menyukai kesunyian dan kesendirian,

merenung, dan berdialog dengan dirinya sendiri.

8. Kecerdasan naturalis

Kecerdasan naturalis menunjukkan kemampuan seseorang untuk peka terhadap

lingkungan alam, misalnya senang berada di lingkungan alam yang terbuka seperti pantai,

gunung, cagar alam, atau hutan.Peserta didik dengan kecerdasan seperti ini cenderung suka

mengobservasi lingkungan alam seperti aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah, aneka

macam flora dan fauna, benda-benda angkasa, dan sebagainya.

Melalui konsepnya mengenai multiple intelligences ini Gardner mengoreksi keterbatasan

cara berpikir yang konvensional mengenai kecerdasan dari tunggal menjadi jamak. Kecerdasan

tidak terbatas pada kecerdasan intelektual yang diukur dengan menggunakan beberapa tes

inteligensi yang sempit saja, atau sekadar melihat prestasi yang ditampilkan seorang peserta

didik melalui ulangan maupun ujian di sekolah belaka, tetapi kecerdasan juga menggambarkan

kemampuan peserta didik pada bidang seni, spasial, olah-raga, berkomunikasi, dan cinta akan

lingkungan.

Dari uraian 8 kecerdasan tersebut , maka penelitian ini saya fokuskan pada kecerdasan

interpersonal saja.

2.1.2 Pentingnya Kecerdasan Interpersonal Pada Anak Usia Dini

Page 7: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Berdasarkan pengertian yang telah dipaparkan di atas dapat ditegaskan bahwa kecerdasan

interpersonal merupakan kemampuan yang sangat penting bagi manusia. Menurut Lwin et al

(2008: 199 – 201) dengan kecerdasan interpersonal yang baik seseorang dapat : a. menjadi orang

dewasa yang sadar secara sosial dan mudah menyesuaikan diri, b. menjadi berhasil dalam

pekerjaan, dan c. mewujudkan kesejahteraan emosional dan fisik. Dan untuk itulah

pengembangan kecerdasan interpersonal merupakan usaha yang harus dilakukan oleh setiap

individu dengan: a. melatih dirinya berkomunikasi secara efektif, b. belajar bekerja sama dengan

orang lain, c. belajar untuk memahami pikiran, perasaan, dan maksud orang lain, d.

mengembangkan karakter yang mendukung aktivitas menjalin relasi dengan orang lain, misalnya

ramah, rendah hati, berpikiran positif, dst.

Kecerdasan ini berkait dengan kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang

lain. Pada saat berinteraksi dengan orang lain, seseorang harus dapat memperkirakan perasaan,

temperamen, suasana hati, maksud dan keinginan teman interaksinya, kemudian memberikan

respon yang layak. Orang dengan kecerdasan Interpersonal memiliki kemampuan sedemikian

sehingga terlihat amat mudah bergaul, banyak teman dan disenangi oleh orang lain. Di

dalam pergaulan mereka menunjukkan kehangatan, rasa persahabatan yang tulus, empati. Selain

baik dalam membina hubungan dengan orang lain, orang dengan kecerdasan ini juga berusaha

baik dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan perselihanan dengan

oranglain. Kecerdasan ini amat penting, karena pada dasarnya kita tidak dapat hidup sendiri (No

manis an Island). Orang yang memiliki jaringan sahabat yang luas tentu akan lebih mudah

menjalani hidup ini. Seorang yang memiliki kecerdasan “bermasyarakat” akan (a) mudah

Page 8: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

menyesuaikan diri, (b) menjadi orang dewasa yang sadar secara sosial, (b) berhasil dalam

pekerjaan.

2.1.3 Tiga Dimensi Kecerdasan Interpersonal

Menurut Anderson, sebagaimana pendapatnya dikutip oleh Safaria (2005, 24),

kecerdasan interpersonal mempunyai 3 dimensi, yaitu: social sensitivity, social insight, dan

communication.

a. Social sensitivity

Social sensitivity atau sensitivitas sosial merupakan kemampuan individu untuk bisa

merasakan dan mengamati reaksi-reaksi atau perubahan individu lain yang ditunjukkan baik

secara verbal maupun non verbal.

b. Social insight

Social insight merupakan kemampuan untuk memahami dan mencari pemecahan masalah

yang efektif dalam suatu interaksi social, sehingga masalah-masalah tersebut tidak

menghambat relasi sosial yang sudah terbentuk.

c. Social communication

Social communication merupakan kemampuan untuk berkomunikasi baik secara verbal

maupun non verbal. Kemampuan berkomunikasi mencakup keterampilan untuk

mendengarkan, berbicara, public speaking, dan menulis secara efektif.

Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dapat menumbuhkan potensi

tersembunyi dalam diri anak (hidden potency) dan mengembangkan kemampuan yang telah

tampak dalam diri anak (actual potency). Anak usia dini memiliki potensi dalam dirinya yang

dapat dikembangkan dengan stimulasi yang optimal, dengan mengembangkan kemampuan

Page 9: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

berbahasa, sosial emosi, kognitif, moral beragama dan motorik anak dengan melihat karakteristik

anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional yang menerangkan dasar hukum penyelenggaraan dan reformasi sistem pendidikan

nasional. Dalam undang-undang telah dijelaskan bahwa pendidikan usia dini merupakan

pendidikan yang dapat mengembangkan potensi anak bangsa secara menyeluruh sampai akhir

hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar. Anak usia dini merupakan individu yang

berbeda, unik, dan memililki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia

dini (0-6 tahun) merupakan masa keemasan dalam perkembangan otak anak sehingga dibutuhkan

stimulasi seluruh aspek perkembangan dan memiliki peran penting untuk pertumbuhan

kemampuan selanjutnya.

2.1.4 Konsep Dasar Permainan

Manusia pada dasarnya menyukai permainan, hal ini dibuktikan dengan beragam jenis

permaianan yang dimililiki oleh setiap daerah, provinsi, dan negara. Wood dan Goddard (dalam

Nandang Rusmana, 2009:1) mengungkapkan terdapat ratusan permainan dadu, permainan tebak-

tebakan, permaianan kartu, permainan papan, permainan tongkat dan gelindingan, permainan

hitungan, permainan kelompok, permainan kucing-kucingan, permainan kejar-kejaran,

permainan atletik di dalam ruangan, permainan atletik di luar ruangan, permainan

bernyanyi/sajak/tari, dan berbagai permaian lainnya telah dikatalogkan. Bahkan di Suku

Aborigin memainkan lebih dari 1.400 permainan.

Permainan telah menjadi bagian dari sejarah perkembangan sebuah peradaban atau

sekelompok manusia. Saat ini permainan sudah diadaptasi menjadi media pembelajaran dan

media teurapeutik, seperti yang dikaji dalam buku Game Play : therapeutic use of childhood

Page 10: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

games, Schaefer & E. Reid, 2001 (dalam Nandang Rusmana 2009:54) dibahas berbagai macam

permaian yang digunakan dalam mengatasi permasalahan psikologis seperti ADHD (attention

defisit and hyperactive disorder), permainan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi,

terapi permainan tradisional untuk permasalahan anak-anak, permaianan untuk membantu anak-

anak yang mengalami krisisi dan trauma, dan permaian untuk meningkatkan keterampilan sosial.

Istilah permaian merujuk pada dua kosa kata utama yaitu Play dan Game, dua kata ini

memiliki kecenderungan makna yang berbeda. Istilah Play sebagaimana dijelaskan oleh Reid

Schaefer & E. Reid, ( dalam Nandang Rusmana 2009:23-24), lebih mengarah pada aspek

kesenangan sebagai bentuk reaksi alamiah yang dimiliki oleh manusia dan binatang. Sedangkan

Beach Schaefer & E. Reid, (dalam Nandang Rusmana 2009:18) menjelaskan bahwa istilah Play

merupakan aktivitas spontan yang tidak memeliki target akhir atau tujuan, karena pada dasarnya

aktivitas bermain termotivasi oleh keinginan untuk memperoleh kesenangan.

Istilah kedua dalam permaian adalah Game, dalam pengertian ini permaian lebih

terstruktur serta memili aturan main. Serok & Blum (Nandang Rusmana, 2009:4) menjelaskan

bahwa Game pada intinya bersifat sosial dan melibatkan belajar dan mematuhi peraturan,

pemecahan masalah, disiplin diri, kontrol emosional, dan adopsi peran-peran pemimpin dan

pengikut, yang kesemuanya itu merupakan komponen-komponen penting dari sosialisasi.

Games, memiliki unsur kompetisi dalam pelaksanaannya. Sebagai contoh, E. Reid

Schaefer (dalam Nandang Rusmana 2009 : 27)menjelaskan bahwa pada masa bermain yaitu usia

kanak-kanak, hasil penting dari sebuah permainan adalah kompetisi untuk memperoleh

kemenangan.

Sutton-Smith (dalam Nandang Rusmana 2009:61) menjelaskan bahwa istilah Games

merupakan gambaran dari kekuatan sebuah kelompok “ Model of Power”, sebuah permainan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

menyediakan gambaran dari perilaku manusia dalam menghadapi konflik, karena dalam sebuah

kompetisi setiap individu yang bertanding, atau kelompok yang bersaing akan mengerahkan

segenap usaha dan kekuatan untuk memperoleh kemenangan.

Schlenker & Bonoma (dalam Nandang Rusmana 2009:59), bahkan menegaskan bahwa

kompetisi yang disediakan di dalam sebuah permainan merupakan analogi yang luar biasa dalam

menggambarkan konflik kepentingan dalam kehidupan nyata, seperti bisnis, politik, serta

interaksi interpersonal.

Paparan di atas memberikan gambaran bahwa permainan merupakan sebuah media

interaksi antar individu, secara esensial permaian menyediakan proses latihan untuk mengasah

keterampilan fisik dan psikis. Berbagai aturan dan target dalam sebuah permaian menjadi

batasan yang memberikan kesempatan secara adil kepada semua kontestan untuk mendapatkan

kemenangan. Nilai inilah yang bisa dijadikan landasan mengapa permaian bisa diadaptasi

menjadi sebuah media pembelajaran atau media teurapeutik. Nandang Rusmana (2009:19)

2.1.4.1 Tahap Perkembangan Bermain

Menurut Montolalu dkk (2001) tahap perkembangan bermain terdiri atas:

a. Tahap eksplorasi

Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain

b. Tahap permainan

Setelah tahu cara bermain,anak mulai masuk dalam tahap perminan.

c. Tahap bermin sungguhan

Anak sudah ikut dalam perminan.

d. Tahap melamun

Page 12: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan berikutnya.

2.1.4.2 Fungsi Bermain

Anak dapat melangsungkan perkembangannya:

a. Perkembangan Sensorimotor

Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,misalnya meraih pensil.

b. Perkembangan Kognitif

Membantu mengenal benda sekitar(warna,bentuk kegunaan)

c. Kreativitas

Mengembangkan kreatifitas mencoba ide baru misalnya menyusun balok.

d. Perkembangan Sosial

Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan mempelajari belajar dalam

kelompok.

e. Kesadaran Diri (Self Awarness)

Bermain belajar memahami kemampuan diri kelemahan dan tingkah laku terhadap orang

lain.

f. Perkembangan Moral

Intraksi dengan orang lain bertingkah laku sesuai harapan teman menyesuaikan dengan

aturan kelompok.Contoh : dapat menerapkan kejujuran.

g. Terapi

Page 13: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya :

marah,takut,benci.

h. Komunikasi

Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi nak yang belum dapat mengatakan secara

verbal, misalnya : melukis,menggambar,bermain peran. Nandang Rusmana (2009:17).

2.1.5 Pengertian Bermain Kelompok

Bermain menurut Sudono (2000:1) adalah “ suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau

tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan infomasi, memberi

kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. sedangkan menurut Hariwijaya

(2009:1030) bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan anak secara berulang-ulang

dari kesenangan tanpa adanya tujuan dan sasaran yang hendak dicapai.

Piaget dalam Sujiono (2009:144) mengatakan bahwa “bermain merupakan suatu kegiatan

yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan kesenangan atau kepuasan bagi diri sendiri,

dengan siapa ia hidup serta lingkungan tempat dimana ia hidup.Bermain (play) merupakan setiap

kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil

akhir. Bermain dilakukan secara sukarela dan tidak ada tekanan atau paksaan.

2.1.6 Manfaat bermain bagi perkembangan anak

Anak memerlukan waktu yang cukup banyak untuk mengembangkan dirinya melalui

bermain, hasil penelitian yang telah di lakukan para ilmuwan menyatakan bahwa bermain bagi

anak-anak mempunyai arti yang sangat penting karena melalui bermain anak dapat menyalurkan

segala keinginan dan kepuasan, kreativitas dan imajinasinya. Melalui bermain anak dapat

Page 14: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

melakukan kegiatan-kegiatan fisik, belajar bergaul dengan teman sebaya, membina sikap hidup

positif, mengembangkan peran sesuai jenis kelamin, menambah perbendaharaan kata,

menyalurkan perasaan tertekan.

Jelaslah bahwa selain bermanfaat untuk perkembangan fisik, kognitif, social emosional

dan moral, bermain juga mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan anak secara

keseluruhan. B.E.F. Montolalu, dkk ( 2001: 1.15 ). Bermain aktif penting bagi anak untuk

mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuhnya. Bermain juga berfungsi sebagai

penyaluran tenaga yang berlebihan yang bila terpendam terus akan membuat anak tegang,

gelisah dan mudah tersinggung.

Agar dapat bermain dengan baik bersama yang lain, anak harus belajar berkomunikasi

dalam arti mereka dapat mengerti dan sebaliknya mereka harus belajar mengerti apa yang

dikomunikasikan anak lain :

a. Penyaluran Bagi energi Emosional yang Terpendam

Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan oleh

pembatasan lingkungan terhadap perilaku mereka.

b. Penyaluran bagi Kebutuhan dan Keinginan

Kebutuhan dan keinginan yang tidak dapat dipenuhi dengan cara lain seringkali dapat

dipenuhi dengan bermain.anak yang tidak mampu mencapai peran pemimpin dalam

kehidupan nyata mungkin akan memperoleh pemenuhan keinginan itu dengan menjadi

pemimpin tentara mainan.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

c. Sumber Belajar

Bermain memberi kesempatan untuk mempelajari berbagai hal melalui buku, televisi, atau

menjelajah lingkungan yang tidak diperoleh anak dari belajar di rumah atau sekolah.

d. Rangsangan Bagi Kreativitas

Melalui eksperimentasi dalam bermain, anak-anak menemukan bahwa merancang sesuatu

yang baru dan berbeda dapat menimbulkan kepuasan. Selanjutnya mereka dapat mengalihkan

minat kreatifnya ke situasi di luar dunia bermain.

e. Perkembangan Wawasan Diri

Dengan bermain, anak mengetahui tingkat kemampuannya dibanding dengan temannya

bermain. Ini memungkinkan mereka untuk mengembangkan konsep dirinya dengan lebih

pasti dan nyata.

f. Belajar Bermasyarakat

Dengan bermain bersama anak lain, mereka belajar bagaimana membentuk hubungan sosial

dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan

tersebut.

g. Standar Moral

Walaupun anak belajar di rumah dan di sekolah tentang apa saja yang dianggap baik dan

buruk oleh kelompok , tidak ada pemaksaan standard moral paling teguh selain dalam

kelompok bermain.

h. Belajar Bermain sesuai dengan Peran Jenis Kelamin

Page 16: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Anak belajar di rumah dan di sekolah mengenai apa saja peran jenis kelamin yang disetujui.

Akan tetapi, mereka segera menyadari bahwa mereka juga harus menerimanya bila ingin

menjadi anggota kelompok bermain.

i. Perkembangan Ciri Kepribadian yang Diinginkan

Dari hubungan dengan anggota kelompok teman sebaya dalam bermain, anak belajar bekerja

sama, murah hati, jujur, sportif dan disukai orang. Teknik bermain kelompok dapat

mengembangkan kecerdasan interpersonal anak.

2.1.7 Manfaat Bermain Bagi Anak

Dunia anak adalah bermain. Anda pasti sudah tahu maksud dari kalimat tadi. Tapi

tahukah Anda jika banyak terdapat manfaat dibalik kesenangan anak dalam bermain, bermain

bukan hanya sekedar menjadi hiburan bagi si kecil. Bermain juga merupakan faktor amat

penting untuk memaksimalkan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental anak. Disamping

itu, bermain juga dapat menumbuhkan daya kreativitas dan imaginasi si kecil. Sebagai orang tua,

Anda pun dapat memetik banyak manfaat dengan ikut bermain bersama anak.

Di atas kasur, setiap kali mama menggoyang-goyangkan kepala di depan wajahnya,

Safira (10 bulan) selalu tertawa kegirangan. Dia senang melihat rambut panjang mamanya

berkibar-kibar dan menggelitik wajah mungilnya. Sementara kakaknya, Zahra (2) yang duduk

tidak jauh darinya, terlihat sibuk bicara dengan boneka ‘Teddy Bear’ nya yang berbulu lembut

dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh mereka berdua.

Di saat yang sama, di teras belakang, trio Pandawa cilik: Yudhistira (7), Bima (5), dan

Arjuna (3) sibuk mengaduk-aduk timbunan pasir yang sebenarnya memang disiapkan papa untuk

merenovasi rumah. Ada beberapa cetakan aneka bentuk di sekitar area tersebut yang sengaja

diambil dan dikumpulkan dari dapur oleh mereka.Mulai dari mug melamin ukuran sedang

Page 17: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

sampai cetakan agar-agar model kura-kura, beruang, dan mobil lengkap dengan sendok pasir dan

seember kecil air untuk menyiram pasir agar bisa menjadi lebih bersifat pekat. Di sisi sekitar

timbunan sudah terlihat beberapa hasil berupa pasir padat yang sudah tercetak dalam berbagai

bentuk. Alih-alih melarang mereka, papa justru terlihat ikut sibuk mencetak pasir dan main

bersama-sama.

Semua aktivitas yang dilakukan oleh anak-anak tersebut adalah bermain. Pada dasarnya

semua anak senang bermain. Mereka membutuhkannya, karena bermain menjadi salah satu

kunci kesehatan emosi anak.Tidak dapat dipungkiri, masih banyak orang tua yang meremehkan

kegiatan bermain anak. Lebih baik belajar daripada bermain. Pendapat macam ini tentu masih

sering kita dengar. Padahal, bermain merupakan aktivitas alami anak yang dapat memuaskan

rasa ingin tahu serta belajar mengenal diri sendiri dan dunia luar, dengan aktif, menyenangkan,

dan aman. Saat bermain, si kecil merasa menjadi pembuat kebijakan dan penentu keputusan bagi

dunianya sendiri.

Memang, ada kesan kalau bermain itu hanya sekedar hiburan yang menyenangkan

belaka. Namun penelitian membuktikan bahwa anak yang cukup mendapatkesempatan bermain

cenderung akan lebih mampu mengatasi stres, mengendalikan emosi, mengekspresikan

perasaannya, dan lebih terbentuk secara intelektual, fisik, dan sosial dibandingkan anak yang

kurang mendapatkan kesempatan yang sama.

Menurut Montolalu dkk (2001) ada beberapa manfaat dan keuntungan untuk Anda yang

bisa dipetik dari aktivitas bermain dengan anak antara lain adalah:

1. Membuat Anda bisa melihat ke dalam pikiran si kecil:minat anak akan suatu hal dapat

tercermin dari jenis permainan yang disukainya, dan Anda baru mengetahuinya setelah

terlibat langsung bermain dengan mereka.

Page 18: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

1 Mengurangi tekanan (stres):kreativitas dan imaginasi Anda ketika bermain dengan si kecil

akan membawa Anda keluar dari rutinitas dunia dan masuk ke dalam kesenangan. Anda akan

merasa muda dan lepas dari beban kehidupan sehari-hari.

2 Memberi Anda alat komunikasi yang efektif untuk berinteraksi dengan si kecil:dengan

bermain “peran”, anda bisa lebih efektif berkomunikasi. Misal, dengan menirukan karakter

suara binatang tertentu Anda bisa menyampaikan pesan atau nasehat kepada si kecil secara

lebih efektif. Dengan menggunakan karakter suara macan yang mengerang, anda bisa

“berperan” sebagai tokoh jahat yang mengancam anak anda (tokoh baik) yang tidak mau

segera tidur.

3 Membuat Anda belajar sesuatu yang baru:anda baru sadar kalau si kancil (tokoh fabel) kerap

berbuat licik dibanding cerdik. Anda baru sadar kalau nenek sihir selalu digambarkan

terbang dengan sapunya dan kerap kali memberikan permen yang akan membuat tidur anak

yang memakannya. Dan Anda baru menyadari semua itu setelah Anda melakukan aktivitas

bermain dengan anak.

4 Mengakrabkan Anda dengan si kecil:menemani anak Anda bermain adalah cara yang paling

baik untuk bisa lebih dekat secara emosi dengan mereka. Dengan bermain bersama, secara

otomatis akan membuat Anda dan si kecil saling berbagi kesenangan satu sama lain.

Sebagai orang tua, Anda pun dapat membantu anak menemukan permainan terbaik

mereka sesuai dengan tahapan usianya. Berikut beberapa tahapan usia anak dikaitkan dengan

jenis permainan yang sebaiknya Anda ketahui menurut Montolalu dkk (2001) yaitu :

1. Di bawah 18 bulan

Pada tahapan awal, tidak banyak alternatif permainan yang bisa Anda pilih. Kalau tidak

tidur atau makan, anak pada tahap usia ini pasti bermain. Permainan yang bisa dipilih pun masih

Page 19: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

sederhana, karena si kecil belum mengerti bahasa, belum bisa mengkoordinasikan ototnya, dan

belum mampu melakukan kreativitas ataupun berimaginasi. Permainan yang dilakukan biasanya

sebatas memandangi bola-bola yang berputar di atas boksnya dengan mengeluarkan bunyi-

bunyian (musik) yang menarik.

Sekitar usia tiga bulan, kontrol otot mulai berfungsi dan si kecil sudah mulai bisa

bermain. Mereka sudah bisa melempar mainan keluar dari boks dan mencium-cium jari kaki

sendiri. Si kecil pun sudah mulai bisa merasakan manfaat dari bermain sehingga terkadang bisa

mengalihkan perhatiannya dari perut kosong maupun popok basah. Permainan mulai

mengajarkan hal baru berupa pengetahuan tentang diri mereka sendiri (merasakan jari kaki

sendiri ketika dicium dan digigit), serta membuka pengalaman pancaindra secara lebih peka

(bunyi musik yang terdengar menjadi semakin menarik; melihat ekspresi wajahnya sendiri di

cermin yang dihadapkan di sepan wajahnya).

Pada usia 4 – 6 bulan, si kecil sudah mulai bisa melibatkan orang lain dalam

permainannya: Anda, atau pun saudaranya. Sekarang ia tahu bahwa aksinya akan menghasilkan

reaksi dari orang-orang di sekitarnya. Interaksi dengan orang di sekeliling ini akan dapat

membantu si kecil mengurangi kekhawatirannya terpisah dari komunitasnya: Anda, atau pun

saudaranya, dan ditinggal bermain sendiri.

Pada usia 6 – 18 bulan, kemampuan bermain si kecil akan lebih bervariasi lagi karena

fungsi otaknya sudah lebih kompleks dari sebelumnya. Daftar lagu-lagu yang bisa Anda

nyanyikan bersamanya sudah boleh ditambahbeberapa lagi. Hampir semua interaksi Anda

bersamanya bisa menjadi permainan. Mulai dari menggelindingkan bola, meniru suara-suara

binatang, menyanyi, berbicara dengan bonekanya, dan sebagainya.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

2. 18 bulan – 3 tahun

Pada usia ini si kecil sudah mulai belajar berjalan. Pikiran dan perasaannya pun mulai

berkembang. Namun demikian beberapa perasaan seperti marah, kesal, senang, dan lainnya

masih sulit untuk dinyatakan dan diungkapkan dengan benar sesuai dengan keinginannya.

Lakukanlah permainan “peran” dengan menciptakan karakter sebagai tokoh baik atupun jahat

sebagai sarana untuk mengungkapkan perasaan si kecil. “Aum! Aku adalah si belang. Aku akan

menggigit mama karena mama nakal.” Si kecil mencoba menunjukkan perasaan marahnya

kepada mamanya yang baru saja melarang dirinya makan permen.“Kenapa dedek mau gigit

mama?” Anda sudah bisa menimpali dengan pertanyaan supaya si kecil dapat mengungkapkan

alasannya: “Karena dedek ngga boleh makan permen.”

Dengan berperan sebagai macan, si kecil bisa menunjukkan emosinya yang marah tanpa

ada akibat yang bisa terjadi kalau dilakukan dalam keadaan sesungguhnya. Anak Anda dapat

melepaskan perasaan yang ingin diungkapkan tanpa ada resiko apa pun. Kalau saja ia benar-

benar marah kepada orang lain, mungkin ia akan mendapatkan balasan.

Permainan ini juga akan memberi anak perasaan sensasi hebat karena ia dapat mengontrol

dan mendapatkan apa yang diharapkannya dengan jalan memainkan daya imaginasinya. Dengan

berpartisipasi dan menjadi bagian dari permainan “peran” ini Anda pun bisa membuka jalur

komunikasi dua arah dengan si kecil. Anda juga bisa menggunakan mainan sebagai alat untuk

mengatasi si kecil yang sulit. Misalnya, apabila anak Anda susah dimandikan, Anda dapat

menggunakan bebek-bebekan untuk membujuknya mandi. “Nah, sekarang si Kwek-kwek mau

mandi dulu supaya bulunya bersih. Tapi si Kwek-kwek maunya mandi sama dedek. Yuk, kita

mandi sama-sama…” Mainan beroda (mobil-mobilan) atau pun tunggangan (kuda-kudaan) akan

Page 21: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

menjadi mainan favorit yang akan disukai anak yang baru belajar berjalan. Kemampuan

menggerakkan sesuatu muncul pada usia ini, hingga beberapa permainan yang melibatkan

gerakan bisa menjadi sensasi bagi si kecil.

Ada satu macam permainan lagi yang bisa merangsang pertumbuhan otak si kecil. Anak

usia tiga tahun akan bisa mengasah kemampuan melalui permainan puzzle (menyatukan kembali

potongan-potongan gambar) atau pun permainan menyusun balok hingga menjadi istana satu

dimensi. Mereka akan merasakan satu sensasi kepuasan tersendiri ketika melihat potongan-

potongan puzzle mulai terlihat sebagai satuan gambar. Anda bisa melibatkan diri dengan cara

ikut mencarikan keping demi keping yang sekiranya menyulitkan si kecil. Tugas Anda hanya

sampai dengan menemukan potongan, sementara biarkan mereka sendiri yang menyusun ke

posisinya di dalam wadah. Pancing imaginasinya, misalnya dengan mengatakan: “Potongan ini

tempatnya di bawah mata si bebek. Coba cari dulu matanya sudah ada di situ (wadah puzzle) atau

belum?” Permainan ini juga membangun kemampuan visual, motorik, konsentrasi, ketekunan,

dan kesabaran yang kesemuanya penting untuk menghadapi masa sekolah kelak.

3. Usia 3 – 6 tahun

Pada tahap usia 3 – 6 tahun, si kecil membutuhkan penyegaran dalam skala area

bermainnya. Mereka sudah mulai memerlukan interaksi dengan teman-teman sebayanya.

Semakin sering si kecil bermain di dunia luar, kesempatannya untuk berinteraksi sosial pun

meningkat. Si kecil akan mulai merasakan betapa menyenangkannya bermain di dalam

kelompok. Mereka akan merasa senang mempunyai teman,senang menjadi teman, serta senang

berbagi peran dengan teman.

Permainan petak umpet dan sepak bola, misalnya, bukan hanya memberi kesenangan,

tapi juga mengajarkan bagaimana menjadi bagian dari sebuah kelompok. Permainan macam ini

Page 22: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

dapat mengajarkan si kecil akan pentingnya saling menghargai kepada teman. Bagaimana

menyeimbangkan antara keinginan pribadinya dengan keinginan orang lain. Bagaimana cara

bekerja sama dan menggabungkan kekuatan untuk mencapai tujuan bersama. Bagaimana cara

menghargai teman, berbagi peran dan menghormati peran teman.

Permainan fantasi sangat dianjurkan pada tahap usia ini karena dapat membantu anak

untuk mengerti dan merasakan potensi kekuatannya sendiri. Ketika masih bayi, si kecil dijaga di

dalam lingkungan keluarga. Beberapa tahun kemudian si kecil tumbuh dan besar di lingkungan

yang penuh persaingan dan hidup berkelompok dengan teman sebayanya. Hal ini tentu sangat

bisa mengganggu stabilitas dan ketenangan di dalam diri si kecil. Permainan fantasi akan

menimbulkan impian akan sebuah karakter yang disukainya yang dapat memberinya kekuatan

atau rasa aman. “Dedek kanSuperman, jadi nggak boleh nangis kalau diledekin teman, ya.” Si

kecil pun mulai mengerti arti sesungguhnya dari diri sendiri. Mereka akan bermain “peran”

untuk mencoba pengalaman baru sekaligus mencocokkan peran dengan harapan sosial yang

berlaku. “Awas, polisi datang. Kamu (temannya) aku tangkap karena bolos sekolah… Makanya,

kamu jangan bolos lagi.”

Bermain gelembung terbang menjadi contoh permainan individu yang mereka sukai

karena bisa meciptakan imajinasi. Si kecil akan senang melihat kilauan gelembung sabun yang

melayang di udara, lalu pecah secara tiba-tiba. Ada sensasi kepuasan tersendiri yang timbul

apabila gelembung yang ditiupnya bisa bertahan lama di udara dan tidak pecah-pecah.

4. Usia 6 – 9 tahun

Ini adalah fase usia sekolah. Begitu anak mulai bersekolah, terdapat dua kebutuhan utama

yang harus dipenuhi, yakni bermain dan belajar. Si kecil harus sudah mulai dibiasakan untuk

Page 23: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

membagi waktu, kapan waktunya belajar dan kapan boleh bermain. Yang harus diperhatikan

oleh Anda, pastikan bahwa si kecil tetap memiliki waktu ‘luang’ untuk memenuhi

kesenangannya bermain di samping kewajibannya mengerjakan tugas-tugas sekolah. Hal ini

penting agar keseimbangan kesegaran antara pikiran dan tubuh si kecil tetap terjaga.

Permainan kelompok empat orang yang menggunakan biji dan dadu, seperti: ular tangga,

halma, ludo ataupun monopoli; serta permainan kelompok dua orang, seperti catur dan othelo

sangat disukai oleh anak-anak pada fase usia ini. Mereka akan mulai merasakan serunya

berkompetisi dengan teman-temannya hingga kemudian meraih kemenangan. Mereka akan

mendapatkan sensasi berupa kepuasan tersendiri ketika berhasil unggul dari teman-teman di

dalam kelompoknya. Contoh permainan lainnya yang mengandung unsur kompetisi antara lain

adalah: congklak, bola bekel, karambol ataupun kartu kwartet

Sosialisasi merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh Anda. Di usia sekolah, si

kecil akan lebih banyak berinteraksi dengan teman sebayanya dalam bermain. Mereka mendapat

kegembiraan bermain bersama teman-temannya. Olahraga di halaman yang membutuhkan

minimal dua orang pemain, seperti: sepakbola, kasti, dan lain-lain, sangat digemari si kecil usia

sekolah. Koordinasi motorik dan kemampuan intelektualnya akan terus meningkat tajam hingga

membuatnya bisa mengerti aturan-aturan yang rumit dalam permainan yang dilakukannya.

Tugas berat yang akan Anda hadapi selaku orang tua adalah menghadapi derasnya

pertanyaan-pertanyaan si kecil seputar permainan yang dilakukannya. “Pa, offside itu apa?”

“Kenapa kuda (catur) nggak boleh jalan lurus?” “Pemain ‘disuap’ itu apa, sih? Memang nggak

bisa makan sendiri.” Dan Anda harus mampu menjawab semua pertanyaan-pertanyaan mereka

dengan bijak dan bersahabat. Jangan sekali-kali Anda asal menjawab. Akibatnya akan sangat

fatal, karena jawaban Anda akan langsung disimpan di dalam memori otaknya sebagai

Page 24: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

informasi.Mereka akan menggunakan jawaban Anda sebagai referensi untuk di-share kepada

teman-teman di dalam kelompok bermainnya. Bisa dibayangkan jika ternyata temannya itu

mempunyai jawaban yang lebih benar, sementara si kecil Anda sudah terlanjur mempertahankan

pendapatnya yang salah yang diperolehnya dari Anda. Apabila Anda tidak/belum tahu

jawabannya, lebih baik menunda secara bijak: “Papa nggaktau, sayang, besok kita tanya sama

Om, ya…”

Disamping bemain, si kecil pada fase usia ini biasanya mempunyai minat khusus pada suatu

bidang tertentu, seperti: ketrampilan sulap, membaca komik, mengkoleksi kartu bergambar

pemain sepakbola, dan lain-lain. Anda pun tidak boleh mengabaikan minat ataupun hobby baru

si kecil tersebut.

5. Usia 9 – 12 tahun

Si kecil sekarang sudah besar. Pikirannya sudah mulai dipenuhi hal-hal abstrak serta

hubungan sebab akibat yang memungkinkannya untuk menikmati beberapa bentuk permainan

baru yang lebih kreatif. Membuat puisi, percobaan ilmiah, software komputer, merupakan

beberapa contoh bentuk permainan yang akan diminatinya di fase usia ini. Permainan mengisi

TTS juga disenangi anak usia pra-remaja karena memerlukan kemampuan berfikir yang cukup

rumit.

Anak pada usia ini juga lebih humoris, senang menggoda, serta sudah mulai mencoba

menarik perhatian teman lawan jenisnya. Dibanding bermain ”peran” menjadi Superman,

mereka lebih suka bergayutan pada pintu bis atau angkot. Dibanding bermain boneka Barbie,

mereka lebih suka mematut-matut dirinya sendiri di depan cermin. Karena saat ini merupakan

fase pertumbuhan, jangan sekali-kali Anda mencegah dan melarangnya bermain bersama teman-

teman sebayanya. Anda hanya perlu menempelnya lebih ketat dan menjadi “teman” berbagi

Page 25: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

cerita dan pengalaman. Kenali semua teman-temannya, cari tahu alamat dan nomor teleponnya,

serta lakukan pendekatan khusus dengan orang tua dari teman-teman mereka. Atau, agar lebih

aman dan mempermudah pengawasan, buatlah rumah Anda menjadi persinggahan atau base

camp favorit setelah anak Anda bersama teman-temannya pulang dari sekolah.

Bermain, apa pun bentuk dan jenisnya, merupakan bagian vital dari pertumbuhan fisik

dan mental si kecil. Bermain akan membuat mereka merasakan kegembiraan hidup dan menjaga

kesejahteraan jiwanya. Dengan melibatkan diri Anda di dalam permainan bersama si kecil, anda

pun bisa mendapatkan banyak keuntungan lain di samping kegembiraan. Yang perlu Anda ingat,

tidak pernah ada batasan usia bagi seseorang untuk bermain.

2.2 Penelitian yang Relevan

Judul : Penggunaan metode bercerita untuk meningkatkan kecerdasan

Interpersonal pada anak kelompok A di RA

Oleh : Sitti Aisyah

Tahun : 2010

Hasil Penelitiannya : Menunjukkan nilai rata-rata 59,2 % pada siklus I dan nilai rata-rata 72 %

pada siklus II maka metode bercerita dapat meningkatkan kecerdasan

interpersonal pada anak kelompok A di simpulkan bisa di terima. Judul

:Pengembangan kecerdasan interpersonal melalui metode bermain

peran pada anak kelompok B di RA Jamilah 45.

Oleh : Khusnul Khotimah

Tahun : 2010

Page 26: BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 …eprints.ung.ac.id/5717/6/2012-1-86207-153408269-bab2...secara induktif dan deduktif, berpikir menurut aturan logika, memahami dan

Hasil Penelitian : dari hasil analisis data kuantitaif pada siklus I yang di lakukan selama

dua kali pertemuan pada tanggal 15-16 November 2010 di peroleh skor

rata-rata sebesar 66,57 %, kemudian mengalami kenaikan skor pada

siklus II yang juga di lakukan selama dua kali pertemuan pada tanggal

19-20 November 2010 sebesar 84,87 % terdapat kenaikan skor sebesar

18,3 % dari siklus I ke siklus II.

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teoretis di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai

berikut: “Jika Guru menggunakan teknik bermain kelompok, maka kecerdasan interpersonal

anak di TK Bustanul Atfal VII Kecamatan Kota Utara Gorontalo dapat dikembangkan”

2.4 Indikator Kinerja

Yang menjadi indikator kinerja keberhasilan dalam penelitian tindakan ini adalah apabila

anak yang menjadi subyek penelitian, kecerdasan interpersonal yang di milikinya dapat di

tingkatkan melalui teknik bermain kelompok hingga mengalami peningkatan dari 50% menjadi

75% dalam kategori mampu sesuai dengan aspek yang di amati melalui proses pembelajaran.