bab ii new1

29
BAB II ORGANISASI DAN DATA TEKNIS 2.1 Lokasi Pekerjaan Pekerjaan tempat penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan adalah bagian dari PAB Cimanuk – Cisanggarung. Dalam pelaksanaannya di tangani oleh PPK-14 Penyedia Air Baku untuk tahun anggaran 2013. Dengan nama paket Pelaksanaan Pekerjaan Normalisasi Alur Sungai Jamblang di Desa Jamblang Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon. Pekerjaan tersebut terletak pada º65.75.9ˮ LS dan º108 52̛ 64.09” Eelevasi 15 m. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan petani agar tidak kekurangan air disaat musim kemarau, maka pihak yang berwewenang khususnya SNVT PJPA Cimanuk-Cisanggarung melalui PPK-14 Penyedia Air Baku mengupayakan agar daya tampung sungai tersebut lebih meningkat dibandingkan sebelumnya. Sehingga Petani bisa panen tepat waktu dan tidak terjadi gagal panen.

Upload: auriga2008

Post on 28-Dec-2015

34 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

rfkjvfdjkfd lknklrrb lkkkb lklknbng

TRANSCRIPT

BAB IIORGANISASI DAN DATA TEKNIS

2.1 Lokasi Pekerjaan

Pekerjaan tempat penulis melakukan Praktik Kerja Lapangan adalah

bagian dari PAB Cimanuk – Cisanggarung. Dalam pelaksanaannya di tangani

oleh PPK-14 Penyedia Air Baku untuk tahun anggaran 2013. Dengan nama paket

Pelaksanaan Pekerjaan Normalisasi Alur Sungai Jamblang di Desa Jamblang

Kecamatan Gunungjati Kabupaten Cirebon.

Pekerjaan tersebut terletak pada º65.75.9ˮ LS dan º108 520 64.09” Eelevasi

15 m. Salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan petani agar tidak kekurangan

air disaat musim kemarau, maka pihak yang berwewenang khususnya SNVT

PJPA Cimanuk-Cisanggarung melalui PPK-14 Penyedia Air Baku mengupayakan

agar daya tampung sungai tersebut lebih meningkat dibandingkan sebelumnya.

Sehingga Petani bisa panen tepat waktu dan tidak terjadi gagal panen.

Gambar 2.1 Lokasi Sungai Jamblang

2.2 Data Umum Pekerjaan

Berikut ini adalah data umum dari Pelaksanaan Pekerjaan Normalisasi Alur

Sungai di Kabupaten Cirebon.

-Nama Pekerjaan :Pengerukan Longe Storage Bendung Karet Jamblang Kecamatan Gunungjati

-Nama Satuan Kerja ( Satker ) :SNVT PJPA

-Pejabat Pembuat Komitmen :PPK-14 PAB

-Alamat Kantor :Jl. Bypass Km 3 Pilangsari,

Jatibarang Indramayu

-Nomor Telepon : ( 0234 ) 351073

-Tahun Anggaran : 2013

2.3 Struktur Organisasi

2.3.1 Umum

Organisasi Proyek adalah suatu susunan skematis yang menunjukan

fungsi departemen serta posisi dalam sebuah organisasi yang akan berhubungan,

yang pada hakekatnya struktur organisasi proyek adalah struktur organisasi

fungsional. Struktur organisasi proyek meliputi prosedur dan hubungan kerja

antara keseluruhan komponen dalam proyek serta dalam pelaksanaan Peningkatan

Bendung Karet Jamblang instansi yang terlibat adalah sebagai berikut:

a) Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk – Cisanggarung Pemerintahan

Pusat (Kementrian Pekerjaan Umum)

b) Kontraktor Pelaksana

c) Konsultan Supervisi

Hubungan Kerja dalam proyek dapat dilihat seperti diagram di bawah ini:.

Gambar diagram 2.2 Hubungan kerja

Keterangan Gambar :

Hubungan Kerjasama ( Kontrak )

Hubungan Fungsional

Gambar Diagram 2.3.1 Hubungan Kerja

Hubungan Kerjasama (Kontrak) merupakan suatu hubungan yang berdasarkan

atas kontrak dua pihak atau lebih yang terlibat kerjasama, dimana kontrak itu

sendiri adalah persetujuan antara kedua belah pihak atau lebih yang mempunyai

kekuatan hukum. Kesepakatan itu dapat tercapai setelah salah satu dari kedua

belah pihak tersebut menerima penawaran yang diajukan oleh pihak yang lain

untuk melakukan sesuatu seperti yang telah tercantum dalam dokumen

penawaran.

Pengguna Jasa

Konsultan supervisi

Konsultan Perencanaan

Kontraktor

KA. SATKER

PELAKSANATEKNIK

PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN (PPK)

PELAKSANAKEGIATAN

PELAKSANAADM

PEMEGANGUMK

STAFTEKNIK

PENGAWASLAPANGAN

STAFADM

2.3.2 Struktur Organisasi

I. Organisasi Pengguna Jasa

Gambar. 2.3 Struktur Organisasi Pengguna JasaSumber :Rencana Mutu Kontrak

Pemilik pekerjaan yaitu orang / perseorangan, badan hukum, perusahaan

atau instansi yang memiliki serta membiayai pembangunan pekerjaan. Dalam hal

ini pemilik pekerjaan adalah Pemerintah dengan memberi kepercayaan kepada

Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Sumber Daya Air. Penyediaan

Air Baku PPK 14 SNVT PJPA Cimanuk – Cisanggarung

Adapun tugas dan tanggung jawab pemilik pekerjaan adalah sbb :

a. Menyusun perencanaan pekerjaan, berupa gambar bestek, rencana

anggaran biaya (RAB) dan rencana kerja beserta dengan syarat –

syaratnya.

b. Memeriksa berkas mutual check (MC) sebagai dasar pembayaran.

c. Memimpin dan mengadakan pengawasan utama dalam pelaksanaan

pekerjaan sehingga sesuai dengan apa yang telah di rencanakan.

d. Berhak memperingatkan dan membatalkan suatu tahapan pekerjaan bila

terjadi penyimpangan yang tidak sesuai dengan syarat yang telah

disepakati bersama.

e. Berhak melakukan perubahan dalam pekerjaan yang disebabkan oleh

kondisi yang belum terbayangkan seluruhnya, untuk kemajuan pekerjaan.

f. Membuat dan mengirimkan dokumen penarikan dana yang harus

dilakukan menurut bentuk dan cara yang telah ditetapkan.

g. Bersama – sama dengan pihak kontraktor mengevaluasi kemajuan, mutu,

biaya dan keamanan pekerjaan.

h. Melaporkan setiap terjadinya kerugian negara menurut bentuk dan cara

yang ditetapkan tepat pada waktunya.

i. Membuat dan mengirim berita acara penyerahan pekerjaan selesai

(sebagian atau keseluruhan).

j. Bertanggung jawab baik dari segi keuangan maupun fisik untuk

pekerjaan yang dipimpinnya sesuai dengan Rencana Mutu Kontrak

(RMK) Surat Perjanjian untuk pekerjaan yang bersangkutan.

k. Bertanggung jawab untuk tidak mengadakan ikatan yang membawa

akibat terlampauinya batas anggaran yang tersedia dalam tolak ukur

anggaran pengeluaran sesuai dengan Daftar Isian Pekerjaan atau

Petunjuk Operasional yang bersangkutan.

PELAKSANAAN TEKNIK

Tugas :

Membantu PPK melakukan kegiatan :

1. Melaksanakan pekerjaan perencanaan teknik untuk pekerjaan-pekerjaan

yang akan dilaksanakan, termasuk penyusunan spesifikasi teknik dan

rencana anggaran biaya dan perubahannya.

2. Bersama-sama unit terkait lainnya menyusun perencanaan tahunan

(DUP/DIPA).

3. Menyusun TOR (term of referen) pekerjaan jasa konstruksi dan jas

konsultansi yang akan dilaksanakan.

4. Menyelenggarakan pekerjaan geologi teknik dan mekanika tanah

untuk mendukung/pembuatan detail desain dan pelaksanaan

pekerjaan.

5. Menyelenggarakan pekerjaan pengujian bahan/material, mutu

lainnya untuk menunjang pembuatan detail desain.

6. Menyelenggarakan perhitungan mutual chack volume pekerjaan

untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan.

7. Menyelenggarakan pekerjaan survey/pengukuran untuk

mendukung pembuatan detail desain dan pelaksanaan pekejaan

serta menyiapkan gambar pelaksanaan (construction drawing) dan

asbuilt drawing.

8. Menyelenggarakan administrasi teknik (kontrak,VO,dll).

9. Menyusun laporan pelaksanaan pekerjaan.

10. Melaksanakan pengelolaan peralatan untuk mendukung pekerjaan.

PELAKSANA ADMINISTRASI

Tugas :

1. Melaksanakan tugas kerumah tanggaan, kesekretariatan,

kehumasan dan keselamatan kerja.

2. Menyelenggarakan sebagian administrasi kepegawaian.

3. Menyusun rencana pengadaan barang kebutuhan satuan kerja.

4. Menyelenggarakan pengadaan, penatausahaan barang-barang

kebutuhan PPK.

5. Mengawasi dan mengendalikan administrasi serta pemakaian

barang PPK.

6. Menyelenggarakan administrasi pergudangan.

7. Menyelenggarakan kegiatan pengamanan proyek.

Membina sumber daya manusia yang ada di unitnya

II. Organisasi Kontraktor Pelaksana

Kontraktor adalah pihak pelaksana pekerjaan yang berbentuk badan

hukum yang mendapatkan kepercayaan dari pemilik pekerjaan untuk

melaksanaakan atau melakukan proses kegiatan dalam suatu pekerjaan.

Kontraktor secara langsung mengendalikan dan melaksanakan

pekerjaan dengan rencana.

Gambar. 2.4 Struktur Organisasi Penyedia JasaSumber :Rencana Mutu Kontrak

Adapun tugas dan tanggung jawab Penyedia Jasa adalah sbb :

a. Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan ketentuan dalam dokumen

kontrak.

b. Melaksanakan pekerjaan tepat waktu sesuai dengan yang direncanakan

dan mutu yang telah ditetapkan.

c. Mengerahkan semua keperluan tenaga kerja termasuk tenaga pelaksana

pelaksana dan bahan pelaksanaan konstruksi.

d. Melaporkan hasil kerja secara terperinci dan jelas.

MANAJER LAPANGAN

PELAKSANAPELAKSANAJURU UKUR

II.4 Spesifikasi Teknik

Dalam melaksanakan suatu proyek dibutuhkan standar mutu proyek

mengenai bahan dan peralatan yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan.

Adapun standar mutu proyek tersebut telah di sahkan oleh KA. SATKER SNVT

PELAKSANAAN JARINGAN SUMBER DAYA AIR CIMANUK-

CISANGGARUNG. Spesifikasi Teknik sebagai acuan dalam pelaksanaan

pekerjaan sehingga dapat terlaksana sesuai dengan yang direncanakan, sehingga

akan tercapai produk akhir yang sesui dengan keinginan Pemilik Proyek.

2.4.1 Alat

1. Excavator dipakai untuk galian tanah biasa.

Data Spesifikasi alat:- Operating Weight : OW= 20000

kg- Tenaga mesin : PW =

140 Hp- Kapasitas Bucket : V =

0,75 m3- Faktor efesiensi kerja : fa =

0,80- Factor bucket : fb =

0,85- Faktor konversi : fv =

0,90 dtk- Waktu siklus standar : Ts =

0,58 menit

Kapasitas produksi / jam = Ql

Ql = f x fa x fb x 60 = 0,75 x 0,80 x 0,85 x 60Ts x fv 0,58 x 0,95

Ql = 58,29 m3

Koefesien alat = E.10 = 1 : Ql = 0,0172 / jam

2. Dump Truck Untuk Pengangkutan Tanah Hasil Galian

Data Spesifikasi alat : - Kapasitas bak ( v) : Cp = 4 m3 6,2 Ton- Faktor efesiensi kerja : fa = 0,8- Berat jenis Galian : D = 1,55 ton/m3- Waktu Siklus Standar : Ts = T1 + T2 + T3 + T4

- Kecepatan Bermuatan: VF = 20,00 Km/jam- Kecepatan kosong : VR = 40,00 Km/jam

T1 = V X 60,00 menit D X Q Excavator

= 4 X 60,00 1,55 X 58,29

= 2,66 menit

T2 = L X 60,00 menit VF

= 0,025 X 60,00 menit 20

= 0,08 menit

T3 = L X 60,00 menit VR

= 0,025 X 60,00 menit 40

= 0,04 menit

T2 = tI + tI menit = 2,73 menit

Waktu siklus standar : Ts = T1 + T2 + T3 + T4 = 5,73 menit

Kapasitas Produksi = Q2

Q2 = V x Fa x Fb x 60 = 6,40 x 0,8 x 60 D x Ts 1,60 x 5,50 = 34,91 m3 Koefesien alat = E.08 = I : Q2

= 0,0286 Jam3. Buldozer untuk meratakan tanah hasil galian

Data Spesifikasi alat :- Tenaga Penggerak : Pw = 145 Hp- Sekar Pisau / Blade : L = 3,175 m- Tinggi Pisau : H = 1,3 m- Kapasitas Pisau : q = 5,4 m3- Faktor Efesiensi Kerja : Fa = 0,75 - Faktor Kemiringan : Fm = 1,00- Faktor pisau : Fb = 1,00- Kecepatan Maju : VF = 3,00 Km- Kecepatan Mundur : VR = 4,00 Km

- Jarak Kosrekan / keruk : / = 50m (Asumsi)Dimana Z = Waktu pasti (Fixed time) = 0,4

menit.Waktu Siklus : TS = / + / + Z

1 lintasan VF VR

TS = 30 x 60 + 30 x 60 + 0,4 3 x 1000 4 x 10000

= 2,15 (menit)

Kapasitas Produksi / jam = Q1

Q1 = q x Fb x Fm x Fa x 60 TS

= 5,4 x 1,0 x 1,0 x 0,75 x 60 2,15

Q1 = 113,02 m3

Koefesien alat / m3 = E.04 = 1 : Q1 = 0,0088

Alat- alat Pengukuran

1. Waterpass

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk mengukur elevasi datar

dan menentukan koordinat suatu titik. Alat yang digunakan sebanyak

1 unit.

2. Theodolite

Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur sudut

horizontal maupun vertikal dengan tingkat ketelitian yang tinggi.

Dalam pekerjaan ini dipakai 1 unit theodolite.

Dalam penggunaan bahan dan peralatan serta pelaksanaan pekerjaan,

selain harus memenuhi persyaratan mutu yang tercantum dalam spesifikasi

teknik juga harus mendapat persetujuan Direksi pekerjaan. Disini Direksi

pekerjaan dapat memerintahkan agar diadakan pemeriksaan terhadap

bahan dan kondisi peralatan yang dipakai.

2.4.2 Tenaga Kerja

Selain pengadaan bahan dan peralatan, pengadaan tenaga kerja juga merupakan

faktor penting dalam suatu pekerjaan karena pekerjaan apapun baik pekerjaan kecil

maupun besar tidak dapat terlaksana apabila tidak ada tenaga kerjanya dan secanggih

apapun peralatan yang digunakan dalam suatu pekerjaan tetap masih memerlukan tenaga

kerja manusia.

Pengadaan tenaga kerja di lapangan dilakukan oleh penyedia jasa (kontraktor)

dengan menggunakan tenaga kerja setempat/penduduk setempat yang memiliki kualitas

kerja yang baik sesuai dengan kebutuhan, kecuali pekerjaan tertentu yang memerlukan

penanganan khusus harus di datangkan dari luar lokasi pekerjaan. Pengadaan tenaga kerja

ini secara umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu tenaga ahli, tenaga terampil, dan tenaga

kasar. Tenaga Ahli ditempatkan sesuai pengetahuan, kemampuan dan pengalaman kerja

sebagai pimpinan. Tenaga Terampil adalah tenaga yang mampu menyelesaikan dan

mengawasi jalannnya suatu pekerjaan agar sesuai dengan yang direncanakan. Tenaga

terampil ditempatkan sebagai operator-operator, mandor dan tukang. Tenaga terampil

bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan yang mereka tangani terhadap kontraktor.

Tenaga Kasar adalah tenaga terlatih dalam mengerjakan hal-hal yang berhubungan

dengan tenaga kasar dalam pekerjaan bangunan. Tenaga Kasar merupakan tenaga buruh

yang terdiri atas tenaga-tenaga yang disediakan oleh mandor dan ditempatkan sebagai

pembantu tukang/kenek.

II.5 Metode pelaksanaan

Galian tanah biasa menggunakan alat berat adalah sebagai berikut :

Galian tanah biasa menggunakan alat berat untuk pekerjaan

normalisasi atau kurasan dan harus sesuai dengan petunjuk Direksi

Lapangan. Tanah hasil galian harus di angkat, dirapihkan untuk

membentuk tanggul saluran dan yang jelek harus dibuang ditempat

pembuangan atau ditempat telah ditentukan oleh Direksi Lapangan.

1. Semua pekerjaan galian harus dikerjakan menurut profil-profil dan

ukuran-ukuran seperti ditunjukan dalam gambar rencana atau perintah

Direksi

2. Selama pelaksanaan pekerjaan mungkin dijumpai perlunya pengguna

memberikan atau mengadakan perubahan-perubahan ukuran atau

kemiringan dari galian. Dalam hal ini penedia jasa tidak berhak untuk

mengajukan suatu tambahan harga atas harga satuan pekerjaan tersebut

diatas yang telah tercantum dalam Rencana Anggaran Biaya. Kecuali

apabila ditentukan lain oleh pengguna bahwa harga satuan dapat dirubah

sesuai dengan perubahan pekerjaan danpenyesuaian harga kontrak akan

diadakan menurut ketentuan-ketentua kontrak

3. Pekerjaan-pekerjaan galian lain yang diselenggarakan di galian terbuka

yang dikerjakan atas kehendak penyedia jasa harus di jaga agar dalam

batas-batas yang disetujui oleh Direksi pekerjaan harus atas tanggungan

pembiayaan oleh Penyedia jasa sendiri. Galian-galian yang demikian

bisa diperlukan untuk diurug kembali atas biaya penyedia jasa.

4. Semua galian dengan alat Excavator Ampibios maupun excavator

standar harus dilaksanakan sesuai dengan kontrak dan dengan detail

seperti yang di kehendaki untuk pekerjaan galian. Tidak diperbolehkan

ada bahan galian yang ketinggalan di atas garis rencana.

5. Sebelum mengadakan penggalian dengan alat excavator, penyedia harus

menyerahkan uraian lengkap dan metode-metode yang diusulkan kepada

pengguna untuk dapat persetujuanya.

6. Penyedia harus memperkerjaan enaga-tenaga operator yang ahli, berijasa

dan efisien untuk menangani mesin-mesin tersebut.

7. Daerah pembuangan harus dipersiapkan dan disetujui dulu oleh

pengguna jasa sebelum mengadakan pengalian dengan mesin. Persiapan

harus meliputi ketentuan volumenya cukup, tindakan untuk mengetahui

material yang tergali serta cara-cara untuk menangani kelebihan air.

8. Penyedia dianggap sudah cukup mengetahui tentang sifat bahan yang

akan digali oleh penyelidikanya sendiri.

9. Apabila selama pelaksanaan pekerjaan Direksi menghendaki adanya

penggalian tambahan pada lokasi antara profil,maka harus dilaksanakan

atas beban penyedia jasa.

10. Perhitungan volume pekerjaan terhadap galian alur sungai dilakukan

oleh Direksi atau wakilnya, setelah adanya permintaan tertulis dan pada

lokasi sampai batas maxsimum sesuai dengan jarak antara profil yang

ada, dari hasil galian yang terakhir.

11. Sehubungan pekerjaan dipengaruhi oleh pasang surut dan debit sungai

yang bervariasi maka ada kemungkinan gerakan dan aliran sungai akan

mengendapkan sedimen pada daerah yang telah digali. Untuk penggalian

ulang hasil pengendapan tidak dilakukan perhitungan volume.

12. Bahan hasil galian hanya diperbolehkan dibuang pada lokasi yang

disetujui Direksi dan Penyedia harus mengusahakan untuk mencegah

tertumpuknya bahan hasil galian ketambak perikanan, saluran irigasi

atau saluran drainase. Apabila terjadi klaim atas kesalahan ini, maka

menjadi tanggungjawab penyedia.

ALUR PELAKSANAAN KEGIATAN GALIAN DAN TIMBUNAN

TIDAK

YA

TIDAK TIDAK TIDAK

YA YA YA

TIDAKTIDAK TIDAK

YA YA YA

MOBILISASI SDMALAT & BAHAN

MENGGALI TANAH DENGAN EXCAVATOR

TANAHTERGALI

C

TANAH GALIAN DIBUANG 0-100 M

TANAH GALIAN DIBUANG 0-100 M

TANAH GALIAN DIBUANG 0-100 M

Tanah Terbuang

Tanah Terbuang

C C CC

TANAH BUANGANDIRATAKAN DOZER

TANAH BUANGANDIRATAKAN DOZER

TANAH BUANGANDIRATAKAN DOZER

Tanah Buangan Menjadi

Tanah Terbuang

Tanah Buangan Menjadi

Tanah Buangan Menjadi

C C C

PEKERJAAN SELESAI

MULAI

Pemeriksaan kegiatan untuk menghindari penyimpangan

Perencanaan dan Pengorganesasian proyek

Pelaksanaan Proyek

Pengendalian :PengukuranEvaluasiPerbandinganKinerja terhadap rencana

Pencapaian Jadwal kerja

Tindakan KoreksiAnalisis

Penyimpangan Proyek berhasil

2.6 Pengendalian

Selain melakukan perencanaan yang baik dan matang terhadap sumber

daya, perencanaan sistem pengendalian proyek harus mendapatkan perhatian yang

sama besarnya. Hal ini dikarenakan pengendalian proyek adalah suatu tahap

dimana dilakukan control terhadap pelaksanaan, apakah pelaksanaan proyek

sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Syarat penting untuk mencapai

keberhasilan suatu proyek adalah proses pengendalian yang efektif terhadap

biaya, waktu dan mutu.

Proses pengendalian proyek dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari tiga

langkah pokok (Dipohusodo, 1996) :

1. Menetapkan standar kinerja.

Proses pengendalian proyek dalam setiap kegiatan konstruksi terdiri dari tiga

langkah pokok (Dipohusodo, 1996) :

1. Menetapkan standar kinerja.

2. Mengukur kinerja terhadap standar.

3. Memperbaiki penyimpangan terhadap standar bila terjadi penyimpangan.

Gambar 2.5 Langkah-Langkah Proses Pengendalian

(Sumber : Istimawan Dipohusodo “Manajemen Proyek dan Konstruksi Jilid 2”,1996).

Pada prinsipnya setiap pelaksanaan pekerjaan selalu diawali dengan perencanaan,

kemudian selama pelaksanaan pekerjaan, dilakukan pengendalian agar hasil

pekerjaan yang dicapai sesuai dengan yang direncanakan.

1. Pengendalian waktu

Pengendalian waktu ditujukan agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat

berlangsung seperti yang direncanakan. Keterlambatan akan menjadi

kerugian bagi pemilik pekerjaan maupun bagi kontraktor.

Bagi pemilik, keterlambatan berarti mundurnya waktu pemanfaatan

bangunan, sedangkan bagi kontraktor akan

berakibat bertambahnya biaya tidak langsung yang diperlukan untuk

menyelesaikan konstruksi.

2. Pengendalian mutu pekerjaan

Pengendalian mutu proses konstruksi harus diarahkan pada upaya untuk

memenuhi persyaratan yang dinyatakan dalam bentuk kriteria

perencanaan dan penyusunan spesifikasi jenis pekerjaan. Pada prinsipnya

usaha pengendalian mutu pekerjaan mempunyai tujuan, yaitu :

a) Mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi

teknis dan dokumen kontrak.

b) Mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan

metode konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa

perencanaannya telah memenuhi syarat peraturan bangunan.

Singkatnya pengendalian mutu pekerjaan dilakukan melalui pengawasan

pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan gambar

konsruksi, persyaratan teknis dan peraturan-peraturan yang berlaku.

3. Pengendalian biaya

Posisi biaya proyek pada saat monitoring tidak terlepas dari status

(kemajuan) pada saat monitoring. Dengan kata lain, biaya proyek pada

saat monitoring diperoleh dengan membandingkan total pengeluaran

biaya (berdasarkan laporan keuangan) dengan rencana anggaran pada

tingkat kemajuan tercapai pada saat yang sama (berdasarkan laporan

kemajuan).

Dari sini akan dapat disimpulkan apakah biaya proyek pada tingkat

kemajuan tersebut lebih besar, sama atau lebih kecil dari proyeksi

anggaran yang telah direncanakan.

Pada prinsipnya setiap pelaksanaan pekerjaan selalu diawali dengan

perencanaan, kemudian selama pelaksanaan pekerjaan, dilakukan

pengendalian agar hasil pekerjaan yang dicapai sesuai dengan yang

direncanakan.

4. Pengendalian waktu

Pengendalian waktu ditujukan agar waktu pelaksanaan konstruksi dapat

berlangsung seperti yang direncanakan. Keterlambatan akan menjadi

kerugian bagi pemilik pekerjaan maupun bagi kontraktor.

Bagi pemilik, keterlambatan berarti mundurnya waktu pemanfaatan

bangunan, sedangkan bagi kontraktor akan berakibat bertambahnya biaya

tidak langsung yang diperlukan untuk menyelesaikan konstruksi.

5. Pengendalian mutu pekerjaan

Pengendalian mutu proses konstruksi harus diarahkan pada upaya untuk

memenuhi persyaratan yang dinyatakan dalam bentuk kriteria

perencanaan dan penyusunan spesifikasi jenis pekerjaan. Pada prinsipnya

usaha pengendalian mutu pekerjaan mempunyai tujuan, yaitu :

1. Mengarahkan agar pelaksanaan konstruksi sesuai dengan spesifikasi

teknis dan dokumen kontrak.

2. Mencakup pertimbangan ekonomi dalam penetapan jenis material dan

metode konstruksi yang dipakai dengan memastikan bahwa

perencanaannya telah memenuhi syarat peraturan bangunan.

Singkatnya pengendalian mutu pekerjaan dilakukan melalui pengawasan

pelaksanaan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan gambar

konsruksi, persyaratan teknis dan peraturan-peraturan yang berlaku.

Jadual Waktu Pelaksanaan / Time Schedule dan Kurva S

Adapun tujuan dan kegunaan Time Schedule adalah :

1. Memberikan pedoman kepada satuan pelaksana dilapangan mengenai batas

waktu suatu pekerjaan.

2. Memberi saran atau sebagai alat bagi pemimpin pelaksana dilapangan untuk

melakukan suatu koordinasi terutama untuk pekerjaan penting, mana yang harus

dilakukan terlebih dahulu dan mana yang bisa dikerjakan berikutnya.

3. Menjadi ukuran untuk menilai kemajuan pelaksanaan pekerjaan masing masing

sub kegiatan.

4. Menciptakan laju perkembangan / Rate of Progress yang seimbang dan merata.

5. Untuk menghindari perkiraan atas dasar intuisi atau perasaan saja bila terjadi

Crash Pogram.

Oleh karena itu pembuat Time Schedule haruslah orang yang berpengalaman,

tajam perasaan dan tajam prediksinya sehingga menghasilkan Time Schedule

yang baik.

Salah satu dari manajemen proyek agar pekerjaan dapat diselesaikan secara

efisien dan efektif adalah pengendalian waktu pelaksanaan dengan instrumen

yang digunakan adadlah S kurve yang datanya ditampilkan pada Lampiran

Time Schedule.

2.7 Perencanaan K3L

a) Pengendalian Bahaya dan Pengendalian Resiko

NoJENIS/TYPE PEKERJAAN

INDENTIFIKASI

JENIS BAHAYA DAN RESIKO K3

PEKERJAAN RESIKO K3

1 2 3 4

1 .

11.

Pekerjaan PersiapanMobilisasi / Demobilisasi

Pekerjaan KonstruksiPengerukan Alur dari jembatan ke Hulu

-Tertabrak Kendaraan-Terlindas Alat Berat

-Tertabrak Excavator-Terjepit oleh Excavator-Terjatuh dari alat-Mata terkena lumpur

-Memasang rambu-rambu LL-Menjauh dari areal alat berat

-Menjauh dari areal Excavator-pastikan posisi yang aman-Gunakan selalu Safety belt-Gunakan kaca mata pelindung

b) Pemenuhan Undang-undang dan persyaratan lainnya

1. UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja

2. UU No. 18 Tahun 1999 tentang jasa Konstruksi.

3. PP No. 28 Tahun 2000 tentang usaha dan peran. masyarakat Jasa Konstruksi.

4. PP No. 29 Tahun 2000 tentang penyelenggaraan jasa konstruksi.

5. Peraturan Menteri PU No. 09/PRT/M/2008 tentang pedoman sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) Konstruksi Bidang PU.

6. PERMENAKER & NO.01//1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja pada konstruksi bangunan.

7. SKB MENAKER & MEN PU 174/MEN/1986 & 104/KPTS/1986 tentang keselamatan dan kesehatan kerjapada tempat kegiatan konstruksi.

8. No. Per .23/MEN/1992 tentang kesehatan kerja

9. No:Per. 01/MENNAKERTRANS/1980 tentang keselamatan dan kesehatan kerja paada konstruksi bangunan.

10. PP.NO. 74/2011 tentang pengelolaan B3

11. Skep.Mennaker & Men. PU No tentang K3 pada tempat kegiatan konstruksi.

12. UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan

13. Kep.Menkes no. 1405/MENKES/SK/X1/2002 tentang persyaratan kesehatan lingkungan.

14. SkepMenKes & MenNaker No. 168/KPTS/1971 dan 207/Kab/B.Ch/1971 tentang hiegene perusahan dan kesehatan kerja.

c) Sasaran K3

1. Tidak ada kecelakaan kerja yang berdampak pada korban jiwa (ZERO FATAL ACCIDEN)

2. tingkat penerapan elemen SMK 3 minimal 80%

3. semua pekerjaan wajib memakai ADP yang sesuai bahaya dan resiko kerjaan masing-masing.

4. Insiden/ Near missim

5. Kecelakaan ringan

6. Kecelakaan berat.

7. Kecelakaan meninggal dunia

8. Kecelakaan kendaraan

d) Program K3

1. Melaksanakan Program K3 dengan menyediakan sumber daya K3 (APD, rambu- rambu, spanduk, poster, pagar pengaman dsb)secara konsisten

2. Melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi dan cara berbahaya.

3. Memastikan semua pekerjaan yang memenuhi peraturan yang telah ditetapkan.