bab ii oks

38
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Jembatan Pengertian jembatan menurut (Bridge Managemen System, 1993) adalah jembatan, lintasan basah, lintasan kereta api, lintasan ferry, gorong-gorong yang memiliki ukuran panjang total atau lebar rentang (dalam hal gorong- gorong) lebih dari 2 meter. Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, dan selat atau laut, jalan raya dan jalan kereta api (SK SNI T-06-1993-06). Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, atau suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang saluran air, lembah atau menyilang jalan lainnya yang tidak sama tinggi permukaanya dan lalu lintas jalan itu tak terputus oleh karenanya (Imam S, 1979). Menurut (SNI 03-2833-1992) jembatan adalah bangunan pelengkap jalan raya yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas. Dari berbagai pengertian di atas, maka definisi jembatan dapat disimpulkan sebagai salah satu bangunan pelengkap jalan yang dibuat untuk meneruskan dan memperlancar arus lalu lintas barang dan jasa. (Honing, 2003) 4

Upload: mauko-khristian

Post on 02-Aug-2015

130 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

D4 TEKNIK PERANCANGAN & PEMELIHARAAN JALAN / JEMBATAN POLITEKNIK NEGERI KUPANG

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II Oks

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Jembatan

Pengertian jembatan menurut (Bridge Managemen System, 1993) adalah

jembatan, lintasan basah, lintasan kereta api, lintasan ferry, gorong-gorong yang

memiliki ukuran panjang total atau lebar rentang (dalam hal gorong-gorong) lebih

dari 2 meter. Jembatan adalah bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai

penghubung dua ujung jalan yang terputus oleh sungai, saluran, lembah, dan selat

atau laut, jalan raya dan jalan kereta api (SK SNI T-06-1993-06).

Jembatan adalah suatu konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan

melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, atau suatu bangunan yang

memungkinkan suatu jalan menyilang saluran air, lembah atau menyilang jalan

lainnya yang tidak sama tinggi permukaanya dan lalu lintas jalan itu tak terputus

oleh karenanya (Imam S, 1979). Menurut (SNI 03-2833-1992) jembatan adalah

bangunan pelengkap jalan raya yang berfungsi untuk melewatkan lalu lintas. Dari

berbagai pengertian di atas, maka definisi jembatan dapat disimpulkan sebagai

salah satu bangunan pelengkap jalan yang dibuat untuk meneruskan dan

memperlancar arus lalu lintas barang dan jasa. (Honing, 2003)

2.2. Klasifikasi Jembatan

Klasifikasi jembatan dapat dibedakan menurut : fungsinya, material

pembentuk, serta kondisi strukturalnya.

2.2.1. Fungsinya

Klasifikasi jembatan menurut fungsinya dibagi menjadi empat bagian,

yakni :

1) Jembatan jalan raya yaitu jembatan bagi kendaraan bermotor;

2) Jembatan kereta api yaitu jembatan diperuntukkan bagi kereta api;

3) Jembatan penyeberangan orang yaitu jembatan khusus pejalan kaki;

4) Jembatan-jembatan khusus antara lain untuk jaringan irigasi, jaringan

pipa minyak, jaringan utilitas, dan lain – lain.

4

Page 2: BAB II Oks

2.2.2. Material Pembentuk

Klasifikasi jembatan menurut bahan – bahan yang digunakan pada

bangunan atas jembatan dibedakan ke dalam enam kategori yakni:

1) Jembatan rangka (Truss Bridge) yaitu jembatan yang terbuat dari baja,

dihubungkan pada titik-titik sambung dengan menggunakan baut atau

paku keling. Panjang jembatan ini umumnya berkisar 40 m sampai 60

m atau lebih.

2) Jembatan Kayu yaitu jembatan yang material pembentuknya terbuat

dari kayu yang biasa digunakan untuk bentangan jembatan yang relatif

pendek.

3) Jembatan Bambu yaitu jembatan yang material pembentuknya terbuat

dari Bambu yang biasa digunakan untuk bentangan jembatan yang

relatif pendek antara 5 sampai 8 meter

5

Gambar 2.1. Jembatan Rangka

Gambar 2.2. Jembatan Kayu & jembatan Lantai Kayu

Gambar 2.3. Jembatan Bambu

Page 3: BAB II Oks

4) Jembatan batu yaitu jembatan yang terbuat dari bahan batu, dimasa

lampau batu merupakan bahan yang umum yang biasa digunakan

untuk jembatan pelengkung.

5) Jembatan komposit (Composite Bridge) yaitu jembatan yang material

pembentuknya terbuat gabungan dari beton dan baja. Baja dan beton

dapat bekerja sama karena adanya suatu median Shear conector atau

penghubung geser yang berada di atas gelagar dan lantai beton

Panjangnya berkisar antara 8 m - 30 m.

6) Jembatan gelagar baja (Steel Girder Bridge) yaitu jembatan yang

bangunan atasnya menggunakan gelagar baja, sementara lantai terbuat

dari baja gelombang atau deckplate yang diisi dengan beton. Biasanya

jembatan ini memiliki bentang yang relatif pendek, antara 6 m - 12 m.

6

Gambar 2.4. Jembatan Batu

Gambar 2.5. Jembatan Composit

Gambar 2.6. Jembatan Gelagar Baja

Page 4: BAB II Oks

7) Jembatan slab beton bertulang yaitu jembatan slab pada tumpuan

sederhana yang tersusun dari plat monolit dengan bentang diukur dari

tumpuan ke tumpuan tanpa didukung oleh gelagar atau balok

melintang (stringer). Kategori ini lebih efisien jika digunakan untuk

bentang pendek ( ± 10 m).

8) Jembatan cable stayed yaitu Jembatan yang menggunakan sistem

cable stayed terbuat dari baja berkekuatan tinggi dan tipe deck-

orthotropik. Keberhasilan jembatan ini tergantung pada kemajuan

teknik pengelasan.

9) Gorong-gorong (box culvert), dimana bila dilihat dari fungsinya,

gorong-gorong juga digolongkan sebagai jembatan. Jenis gorong-

gorong dilihat dari bentuknya dibedakan atas : (a) Gorong-gorong

persegi; (b) Gorong-gorong pipa; (c) Gorong-gorong pelengkap.

7

Gambar 2.7. Jembatan Slab Beton

Gambar 2.8. Jembatan Kable

Gambar 2.9. Gorong - gorong

Page 5: BAB II Oks

2.2.3. Struktur

Soemargono (1995) membedakan jembatan kedalam 2 (dua) golongan

yaitu Jembatan Tetap (Gol I) dan Jembatan Bergerak (Gol II). Jembatan–

jembatan tetap bagi atas tiga kategori, yakni :

1) Jembatan kayu yaitu jembatan khusus yang digunakan untuk lalu lintas biasa

pada bentangan kecil dan juga sebagai jembatan pembantu.

Gambar 2.10 Jembatan Lantai Deck Kayu dan Jembatan Kayu Sederhana

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/jembatan-wikipedia

2) Jembatan baja, dimana jembatan ini dibedakan lagi menjadi lima kategori,

sebagai berikut :

a. Jembatan sederhana dimana lantai kendaraannya langsung berada di atas

gelagar-gelagar (gelagar canal).

b. Jembatan-jembatan gelagar kembar, khusus untuk lalu lintas kereta api,

dengan batang rel diantara balok-balok.

c. Jembatan dengan pemikul lintang dan pemikul memanjang dengan

gelagar induknya ialah gelagar dinding penuh.

d. Jembatan pelengkungan dengan lantainya didukung oleh gelagar

melengkung.

e. Jembatan gantung dimana plat lantai jembatan ini digantungkan pada

kabel – kabel baja struktur.

3) Jembatan-jembatan dari beton bertulang, dalam golongan ini termasuk juga

jembatan-jembatan yang gelagar-gelagarnya di dalam beton.

8

Page 6: BAB II Oks

Jembatan yang dapat digerakan dibagi dalam empat bagian yakni :

1) Jembatan-jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar yaitu jembatan

angkat, jembatan baskul, jembatan lipat strauss.

2) Jembatan yang dapat berputar di atas poros mendatar juga termasuk poros-

poros yang dapat berpindah sejajar dan mendatar seperti jembatan baskul

beroda.

3) Jembatan-jembatan yang dapat berputar atas suatu poros tegak atau jembatan

putar.

4) Jembatan yang dapat bergerak ke arah tegak lurus atau mendatar yaitu

jembatan angkat, jembatan beroda dan jembatan gojah atau ponts trasbordeur.

Gambar 2.11. Jembatan Gerak (movable bridge)

Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/jembatan-wikipedia

2.3. Bagian Bangunan Jembatan

Bagian dari bangunan jembatan secara garis besar terdiri atas dua bagian

yakni bangunan atas dan bangunan bawah, dengan penjelasan dapat dibaca pada

point berikut:

2.3.1. Bangunan Atas (upper structure)

Gambar 2.12. Bangunan atas jembatan

Sumber : Bridge Management System, 1993

9

Page 7: BAB II Oks

Bangunan atas jembatan adalah bagian struktur jembatan yang secara

langsung menerima tekanan beban lalu lintas. Beban lalu lintas ini adalah

kendaraan beserta muatannya yang lewat di atas jembatan yang diperhitungkan

terhadap jembatan dan mempunyai beban total yang harus lebih kecil atau sama

dengan peraturan yang berlaku. Bangunan atas jembatan terdiri dari beberapa

bagian antara lain:

1. Lantai kendaraan (deck),

Lantai deck kendaraan adalah bagian atas yang secara langsung

menerima tekanan beban lalu lintas dan disalurkan ke gelagar induk yang

kemudian ke bangunan bawah.

Beban lalu lintas ini adalah kendaraan beserta muatannya yang lewat

di atas, diperhitungkan harus lebih kecil atau sama sesuai peraturan yang

berlaku, lantai kendaraan dapat terbuat dari plat baja, beton maupun kayu.

Jembatan dengan deck di atas akan lebih mudah dibebani, lebih sederhana

perencanaannya karena kebetulan strukturnya simple sendi-rol sehingga

bagian tengah di atas adalah bagian desak, jadi deck dapat sekaligus

dimanfaatkan sebagai pertambatan lateral untuk batang desak.

Pada abad ke-18, mulai banyak pembaruan dalam pembuatan

jembatan kayu oleh Hans Ulrich, Johannes Grubenmann dan lain-lain, pada

umumnya kayu yang biasa digunakan sebagai bahan bangunan dan pada deck

jembatan harus memiliki bagian-bagian dalam tubuh pohon kayu seperti :

a. harus mengandung kambium, lapisan tipis dan bening semacam lendir

yang terdapat diantara kulit kayu dan kayu.

b. Kayu Gubal, bagian kayu yang masih muda yang terdapat di sebelah

dalam kambium yang berfungsi sebagai penyalur cairan dan zat makanan.

c. Kayu teras, suatu jaringan sel yang membentuk suatu batang kayu agar

menjadi keras dan kuat.

10

Gambar 2.13. Lantai Deck Kendaraan

Page 8: BAB II Oks

d. Hati kayu ( Pitch ), bagian kayu yang terletak pada pusat lingkaran

tahunan kayu, yang biasa digunakan untuk menentukan jenis suatu pohon.

e. Lingkaran tahunan, bagian kayu yang membatasi antara kayu yang

terbentuk pada permulaan dan pada akhir suatu musim, dan melalui

lingkaran tahunan kita dapat mengetahui umur suatu pohon kayu.

2. Gelagar induk/gelagar memanjang (primary members)

Gelagar induk/gelagar memanjang adalah gelagar yang membentang

antar kepala jembatan/abutmen dan pilar, yang berfungsi meneruskan beban

lantai ke kepala jembatan/pilar.

3. Gelagar melintang (secondary members).

Gelagar melintang adalah gelagar yang dipasang melintang jembatan

dan berfungsi untuk meneruskan beban dari lantai ke gelagar induk, sekaligus

memberikan kestabilan dari kekakuan pada gelagar induk.

4. Ikatan angin.

Ikatan angin biasanya terdapat pada gelagar baja atau rangka yang

berfungsi untuk mengurangi goyangan ke samping pada jembatan dengan cara

mengikat gelagar yang satu dengan yang lainnya.

11

Gambar 2.14. Gelagar Memanjang

Gambar 2.15. Gelagar Melintang

Gambar 2.16. Ikatan Angin

Page 9: BAB II Oks

5. Trotoar.

Trotoar merupakan bangunan pelengkap dari jembatan yang

berfungsi sebagai pembatas lantai kendaraan sehingga kendaraan tidak mudah

menabrak tiang sandaran serta berfungsi untuk pejalan kaki. Dengan lebar

berkisar antara 0.5 meter sampai dengan 1.5 meter.

6. Tiang sandaran.

Tiang Sandaran merupakan bagian yang terletak pada trotoar untuk

keamanan kendaraan maupun manusia yang mengunakan jembatan.

7. Pipa cucuran (drainase lantai).

Pipa Cucuran adalah pipa yang ditanam pada pinggir lantai deck

kendaraan yang berfungsi untuk: (1) Mengalirkan genangan air di atas lantai

jembatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan; (2) Menjamin air secara

tidak langsung mengenai bagian strukstur, seperti gelagar yang berada

dibawahnya.

12

Gambar 2.17. Trotoar

Gambar 2.18. Tiang Sandaran

Gambar 2.19. Pipa Cucuran

Page 10: BAB II Oks

8. Expantion joint.

Expantion joint (bidang pertemuan antara bangunan atas dengan

abutmen bangunan bawah) yang dibuat untuk menampung berbagai gesekan

bangunan atas baik rotasi, arah memanjang dan melintang sebagai akibat

beban hidup maupun gesekan muai dan susut akibat perubahan temperatur.

Menurut jenis bahan expantion joint dibedakan atas 2 macam yaitu: (1)

Expantion joint baja; (2) Expantion joint karet.

9. Perlengkapan Jembatan.

Perlengkapan Jembatan lain seperti: lampu-lampu, rambu-rambu,

lalu lintas, papan nama jembatan, marka jalan, tiang lampu, dan kabel listrik.

2.3.2. Bangunan bawah (sub structure).

Adapun Fungsi bangunan bawah jembatan adalah Suatu bangunan pada

jembatan yang berfungsi untuk menerima beban dari bangunan atas dan beban

tersebut akan diteruskan ke tanah dasar, adapun bagiannya terdiri atas:

1) Abutment (kepala jembatan) yakni elemen yang berfungsi untuk memikul

beban mati dan beban hidup serta beban-beban lain yang antara lain berasal

13

Gambar 2.20. Expantion Joint

Gambar 2.21. Perlengkapan Jembatan

Page 11: BAB II Oks

dari bangunan atas serta beban dari berat sendiri. Abutment juga berfungsi

sebagai tembok penahan tanah.

Pier (pilar) yakni elemen yang berfungsi untuk memikul beban mati, beban hidup, gaya gesekan, gaya aliran atau benda hanyutan, gaya rem dan gempa;

2) Perletakan (bearing), dapat berupa :

a. Perletakan roll (Roller Bearing)

b. Perletakan goyang (Rocker Bearing)

c. Perletakan sendi (Kmuckle Bearing)

d. Perletakan bidang geser (Plane Sliding Bearing)

e. Perletakan elastomer (Elastomeric Bearing)

f. Perletakan blok berongga (Pot Bearing)

3) Pondasi yakni bagian dari struktur jembatan yang berfungsi memikul serta

melimpahkan seluruh beban dan gaya-gaya yang diperhitungkan ke lapisan

tanah pendukung. Lapisan tanah pendukung adalah lapisan tanah yang mantap

dan kuat sebagai perletakan dasar pondasi langsung. Seluruh beban dan gaya-

gaya yang diterima tidak akan mengakibatkan deformasi vertikal,lateral,

guling, geser dan longsor. Pondasi jembatan terbagi atas 4 jenis yakni (SK

SNI T-06-1993-03):

a. Pondasi langsung (spread footings), adalah salah satu tipe pondasi yang

mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya lainnya ke lapisan tanah

pendukung melalui dasar bangunan bawah.

14

Gambar 2.22. Abutmen

Gambar 2.23. Pier Jembatan

Page 12: BAB II Oks

Abutmen

Pondasi

Perletakan

b. Pondasi Sumuran (caissons), adalah salah satu tipe pondasi yang

mekanisme pelimbahan beban dan gaya-gaya lainnya ke lapisan tanah

pendukung melalui struktur sumuran, yang dimaksud struktur sumuran

adalah struktur bangunan yang dimasukkan kedalam tanah sampai

kedalaman tertentu, mempunyai bentuk penampang bundar, segi empat,

atau oval dimana ratio panjang dan lebar lebih kecil dari 4.

c. Pondasi tiang pancang (driven piles), adalah bagian dari struktur jembatan

dengan mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya melalui struktur

tiang pondasi dari kayu, beton pracetak, baja atau komposit, dimasukkan

kedalam tanah dengan cara ditumbuk.

d. Pondasi tiang bor (Bored piles), adalah bagian dari struktur jembatan

dengan mekanisme pelimpahan beban dan gaya-gaya lainnya melalui

struktur tiang pondasi dari beton, pembuatannya dilakukan dengan cara

dibor, lalu dicor dengan beton.

Gambar 2.25. Bangunan Bawah jembatan

15

Gambar 2.24. Pondasi Sumuran

Page 13: BAB II Oks

2.4. Sistem Manajemen dan Pemeriksaan Jembatan

2.4.1.Sistem Manajemen Jembatan (Bridge Management System) BMS:

Sistem manajemen jembatan dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bina

Marga Departemen Pekerjaan Umum dalam manajemen kejembatanan. Tahap

pertama BMS yang dikembangkan adalah Sistem Manajemen Jembatan Antar

Kota (IBMS) yaitu untuk jembatan-jembatan pada jalan Nasional dan jalan

Propinsi. Dalam BMS ini tercakup Sistem Manajemen Informasi Komputer

(IBMS-MIS), dimana di dalamnya terdapat database jembatan.

2.4.2. Pemeriksaan Jembatan:

Pemeriksaan jembatan mempunyai beberapa tujuan, antara lain sebagai

berikut:

1) Memeriksa keamanan jembatan pada waktu jembatan masih berfungsi.

2) Mencegah terjadinya penutupan traffic pada jembatan.

3) Mendata kondisi jembatan pada saat itu.

4) Menyiapkan feed back untuk personil perencanaan, pelaksanaan dan

pemeliharaan.

5) Memeriksa pengaruh akibat beban kendaraan dan jumlah kendaraan.

6) Memantau keadaan jembatan dalam jangka waktu yang lama.

7) Menyediakan informasi untuk rating pembebanan jembatan.

Data dari pemeriksaan jembatan digunakan untuk merencanakan

pemeliharaan, rehabilitasi, perkuatan dan penggantian jembatan. Terdapat empat

jenis pemeriksaan jembatan yang dilaksanakan di bawah BMS, yaitu sebagai

berikut :

1) Pemeriksaan Inventarisasi

Pemeriksaan inventarisasi adalah pengumpulan data dasar

administrasi, geometrik, material, dan data-data tambahan lainnya pada setiap

jembatan, termasuk lokasi jembatan, panjang bentangan dan jenis konstruksi

untuk setiap bentang. Kondisi secara keseluruhan diberikan pada komponen-

komponen utama bangunan atas dan bangunan bawah jembatan.

16

Page 14: BAB II Oks

Pemeriksaan inventarisasi dilakukan oleh inspektur dari Dinas/Sub

Dinas atau Cabang Dinas Bina Marga yang sudah dilatih atau seorang sarjana

yang berpengalaman dalam bidang jembatan.

2) Pemeriksaan Detail

Pemeriksaan detail dilakukan untuk mengetahui kondisi jembatan dan

elemennya guna mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual

jembatan dan membuat urutan prioritas jembatan sesuai dengan jenis

penanganannya.

Pemeriksaan detail dilakukan paling sedikit sekali lima tahun atau

dengan interval waktu yang lebih pendek tergantung pada kondisi jembatan.

Pemeriksaan Detail juga dilakukan setelah dilaksanakan pekerjaan rehabilitasi

atau pekerjaan perbaikan besar jembatan, guna mencatat data yang baru, dan

setelah pelaksanaan konstruksi jembatan baru, untuk mendaftarkan ke dalam

database BMS dan mencatatnya dalam format pemeriksaan detail.

Untuk melaksanakan pemeriksaan detail, struktur jembatan dibagi

dalam suatu hirarki elemen jembatan. Hirarki jembatan ini dibagi menjadi 5

level (tingkatan) elemen. Level tertinggi adalah level 1, yaitu jembatan itu

sendiri secara keseluruhan dan level yang paling terendah adalah level 5 yaitu

individual elemen dengan lokasinya yang tertentu seperti tebing sungai

sebelah kanan, tiang pancang ke 3 pada pilar ke 2, dan sebagainya.

Pemeriksaan detail mendata semua kerusakan yang berarti pada

elemen jembatan, dan ditandai dengan nilai kondisi untuk setiap elemen,

kelompok elemen dan komponen utama jembatan. Nilai kondisi untuk

jembatan secara keseluruhan didapat dari nilai kondisi setiap elemen

jembatan. Pemeriksaan detail ini dilaksanakan oleh inspektur jembatan dari

Dinas/Sub Dinas Bina Marga yang sudah dilatih dan dibantu oleh staf dari

Cabang Dinas.

3) Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan rutin dilakukan setiap tahun sekali yaitu untuk memeriksa

apakah pemeliharaan rutin dilaksanakan dengan baik atau tidak dan apakah

harus dilaksanakan tindakan darurat atau perbaikan untuk memelihara

jembatan supaya tetap dalam kondisi aman dan layak. Pemeriksaan ini

17

Page 15: BAB II Oks

dilaksanakan diantara pemeriksaan detail. Pemeriksaan rutin dilaksanakan

oleh inspektur jembatan dari Cabang Dinas Bina Marga yang sudah dilatih.

Semua pemeriksaan di awali dari sebelah kiri kepala jembatan 1 (a1)

seperti terlihat pada gambar dibawah ini :

4) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus biasanya disarankan oleh inspektur jembatan pada

waktu pemeriksaan detail, karena pada saat pemeriksaan kurang mendapatkan

datanya, pengalaman atau keahlian untuk menentukan kondisi jembatan.

Pemeriksaan khusus juga dapat ditentukan dengan cara proses BMS MIS.

Pemeriksaan khusus ini dilakukan oleh seorang sarjana yang berpengalaman

dalam bidang jembatan atau oleh staf teknik yang mempunyai keahlihan

dalam bidang jembatan.

2.5. Pemeliharaan Rutin dan Berkala

2.5.1.Pemeliharaan Rutin

Pada dasarnya pemeliharaan rutin adalah untuk menjaga jembatan dalam

keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan berulang, yang secara

teknis cukup sederhana, Bridge Management System, 1993. Pemeliharaan rutin

harus dimulai pada waktu jembatan selesai dibangun (jembatan masih dalam

keadaan baru dan dilanjutkan selama umur jembatan tersebut). Hal ini

memerlukan suatu pengalokasian dana yang efektif dalam hal pemeliharaan.

18

Ara

h ai

r su

ngai

Ara

h ai

r su

ngai

Atas jembatanAtas jembatan

Akhir

Awal

Arah

Jalan

Arah

JalanB

awah jembatan

Bawah jembatan

Gambar 2.26. Petunjuk alur pemeriksaan

Sumber : Bridge Management System, 1993

Page 16: BAB II Oks

Pemeliharaan rutin jembatan biasanya dimasukkan dalam pekerjaan rutin

jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan pemeliharaan rutin jalan tersebut.

Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah sebagai berikut:

1) Pembersihan secara umum.

2) Membuang tumbuhan liar dan sampah.

3) Pembersihan dan melancarkan drainase.

4) Penanganan kerusakan ringan.

5) Pengecatan sederhana.

6) Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan.

7) Pembersihan secara umum.

Agar dapat mengenali dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang

mungkin timbul, maka harus diketahui letak dan jenis kerusakan yang mungkin

terjadi:

1) Pada bangunan atas jembatan :

a. Kotor, yang dapat menyebabkan karat.

b. Retak atau kerusakan beton.

c. Lapisan cat atau galvanis terkelupas.

d. Pin, baut kurang kencang atau hilang.

2) Pada bangunan bawah jembatan :

a. Kotor, yang dapat menyebabkan karat.

b. Kerusakan pasangan batu.

c. Retak atau kerusakan beton.

d. Karat pada tiang pancang beton.

e. Penurununan Mutu Batu/Bata

Batu atau bata dapat mengalami penurunan mutu secara strruktur, adukan

pengikat biasanya akan menurun mutunya terlebih dahulu jika

dibandingkan dengan bata atau batu. Penurunan mutu dapat diperiksa

dengan penglihatan, memukul-mukul untuk mendengarkan bunyinya.

Perbaikan terbatas atau penggantian bagian-bagian dari struktur atas

jembatan yang menunjukkan tanda-tanda kerusakan struktural atau

nonstruktural, dilakukan terhadap struktur jembatan beton, baja atau kayu.

19

Page 17: BAB II Oks

f. Pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan mencakup operasi seperti

pemeriksaan secara teratur dan pelaporan semua kondisi komponen utama

dari struktur jembatan maupun pembersihan saluran dan lubang drainase,

perbaikan kotoran dan sampah pada sambungan ekspansi, perletakan dan

komponan logam lain yang peka terhadap karat dan pembuangan

akumulasi sampah yang diakibatkan oleh banjir pada saluran air.

g. Perbaikan, pengembalian kondisi dan penggantian beton, komponan baja

atau kayu yang rusak pada struktur jembatan, pengecatan kembali baja

struktur atau baja lainnya atau struktur kayu.

Pekerjaan pemeliharaan rutin untuk jembatan harus berlaku untuk semua

jembatan yang ada, dan pada pemeriksaan secara teratur terhadap komponan

utama struktur dilaksanakan dalam interval waktu yang teratur. Pemeriksaan

terhadap daerah aliran sungai harus dilaksanakan setelah hujan lebat yang

mengakibatkan banjir dan demikian pula setelah air banjir surut. Pemeriksaan

yang akurat dan teratur serta pelaporan pada struktur jembatan memiliki arti

penting karena umur pelayanan jembatan akan banyak berkurang jika bagian-

bagian yang memerlukan pemeliharaan, baik rutin maupun berkala, tidak

diketahui selama kegiatan teratur.

Untuk semua jenis struktur jembatan, kelembapan bersama dengan

akumulasi debu dan sampah adalah sebab utama kerusakan yang dapat segera

dihentikan dengan operasi pembersihan dalam pemeliharaan rutin yang sederhana.

Kondisi ini terjadi terutama di dalam bagian-bagian jembatan yang paling gelap

dan sulit dijangkau. Oleh karena itu pemeriksaan menyeluruh pada setiap celah

sangatlah perlu, terutama setelah banjir.

2.5.2. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga jembatan tetap dalam

kondisi dan daya layan yang baik setelah pembangunan, yang mencakup beberapa

kegiatan yaitu :

1) Kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga.

Kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga, mencakup hal-hal sebagai

berikut :

20

Page 18: BAB II Oks

a. Pengecatan ulang.

b. Penggantian lapisan permukaan .

c. Penggantian lantai.

d. Penggantian gelagar jalur roda kendaraan.

e. Pembersihan jembatan secara keseluruhan.

f. Pemeliharaan perletakan/landasan.

g. Penggantian (expantion joint).

2) Kegiatan Perbaikan Sederhana.

Perbaikan sederhana, mencakup hal-hal sebagai berikut ;

a. Penggantian bagian-bagian yang kecil dan elemen yang kecil.

b. Perbaikan tiang dan sandaran.

c. Perawatan bagian-bagian yang bergerak.

d. Perbaikan tebing yang longsor dan terkena erosi.

e. Perbaikan bangunan pengaman yang sederhana.

2.6. Perbaikan Darurat dan Penanganan Sementara

Perbaikan jembatan darurat pada dasarnya merupakan kejadian yang tak

pernah diduga, sehingga sangat penting apabila pada setiap daerah tersedia

sumber-sumber yang diperlukan untuk dapat bertindak secara cepat dan pasti bila

terjadi keadaan darurat. Perbaikan darurat dapat terbentuk dari pekerjaan yang

paling sederhana yaitu pekerjaan perbaikan sandaran jembatan ( Ralling ) yang

rusak atau pemasangan jembatan sementara di atas jembatan yang runtuh akibat

banjir atau beban yang berlebihan. Karena dana pemeliharaan sering kali terbatas

jumlahnya, maka biasanya diprioritaskan jembatan-jembatan untuk pemeliharaan

berkala, rehabilitasi dan perbaikan atau pergantian.

Beradasarkan Petunjuk Panduan Pemeliharaan dan Rehabilitasi Jembatan

tahun 1993, penanganan kerusakan jembatan secara umum terbagi atas 3 bagian

yaitu: Pemeliharaan rutin jembatan, Pemeliharaan berkala, dan Rehabilitasi /

perbaikan besar.

Apabila kondisi jembatan berdasarkan kriteria penilaian kondisi jembatan

berada pada kondisi dengan nilai 4 atau 5, maka harus dipersiapkan rencana

jembatan baru sebagai pengganti jembatan lama. Berikut ini penjelasan singkat

mengenai penanganan kerusakan jembatan, yakni :

21

Page 19: BAB II Oks

1. Pemeliharaan Rutin Jembatan. Pemeliharaan rutin jembatan pada dasarnya

menjaga agar jembatan dalam kondisi semula dan mencakup beberapa

pekerjaan berulang, yang secara teknis cukup sederhana. Pekerjaan ini dapat

berupa pengecatan, perbersihan secara umum dari kotoran dan sampah,

pemeliharaan permukaan lantai jembatan.

2. Pemeliharaan Berkala. Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga

jembatan tetap dalam kondisi daya layan yang baik. Kegiatan ini dapat

meliputi pengantian lapisan permukaan, penggantian expantion joint,

perbaikan tiang sandaran, dan perkuatan pada bagian struktur.

3. Rehabilitasi / Perbaikan Besar. Rehabilitasi atau perbaikan besar adalah

kegiatan yang dilakukan pada bagian struktur jembatan yang mengalami

kerusakan sehingga elemen tersebut tetap dalam kondisi daya layan.

Kegiatan ini dapat berupa perbaikan elemen beton yang keropos,

penggantian bangunan atas jembatan / lantai jembatan, perbaikan abutmen

jembatan yang retak, penanganan scouring pada pondasi jembatan.

4. Penggantian Jembatan. Penggantian jembatan dilakukan dengan

pertimbangan apabila jembatan berada pada kondisi kritis, dengan umur

jembatan telah melampaui umur layan jembatan. Penggantian jembatan

dilakukan dengan mempertimbangkan letak jembatan tetap pada lokasi

jembatan lama, atau pindah kelokasi lain.

Kita tak akan dapat menghindari bahwa beberapa jembatan tidak akan

tetap berada pada tingkat kemampuan yang diinginkan, hingga diselesaikannya

tindakan-tindakan perbaikan dan mungkin suatu bentuk pekerjaan sementara

dibutuhkan untuk mempertahankan struktur tersebut tetap dapat dipakai walaupun

kemampuannya pada tingkat yang lebih rendah. Adapun jenis-jenis penanganan

yaitu:

1) Penanganan sementara kerusakan jembatan yang disebabkan oleh kecelakaan,

untuk menjamin keselamatan struktur itu sendiri dan pemakai jalan.

Penanggulangan darurat dapat mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Perbaikan pada bagian awal guard rail (pengaman).

b. Pembuatan bangunan penahan tanah untuk menahan timbunan dan

sebagainya.

22

Page 20: BAB II Oks

c. Perbaikan bangunan pengaman aliran sungai.

d. Pembuatan pembatasan lainnya atau mengalihkan lalu-lintas ke jalan

alternatif.

e. Pemasangan jembatan sementara.

f. Penggantian komponen jembatan.

2) Penanganan sementara dapat mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a. Membuat gelagar sementara dari bagian bawah gelagar.

b. Penambahan baut untuk memperkuat komponen.

c. Penambahan tiang pancang pada tiang pancang yang sudah ada.

d. Memasang bangunan sementara di atas bangunan yang sudah ada guna

memindahkan beban bangunan atas yang ada.

2.7. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan

2.7.1. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan untuk Pemeriksaan

Inventarisasi

Dalam suatu pemeriksaan inventarisasi, kondisi komponen jembatan

ditentukan secara subyektif, yakni menggunakan penilaian dan pengalaman

teknisnya (engineering) untuk menentukan kondisi kelima komponen utama

bangunan atas dan bangunan bawah dalam setiap bentangan.

Nilai kondisi melalui pemeriksaan inventarisasi jembatan secara umum

dibagi dalam 5 (lima) tingkatan, yaitu:

0 : Baik sekali

1 : Baik

2 : Rusak ringan

3 : Rusak

4 : Rusak kritis

5 : Runtuh / tidak berfungsi.

23

Page 21: BAB II Oks

Tabel 2.1. Kriteria Kondisi Jembatan

NILAI KRITERIA KONDISI JEMBATAN

0Jembatan dalam keadaan baru, tanpa kerusakan cukup jelas,

elemen jembatan berada dalam kondisi baik.

1

Kerusakan sedikit (kerusakan dapat diperbaiki melalui perbaikan

rutin, dan tidak berdampak keamanan atau fungsi jembatan)

Contoh : scouring sedikit, karat pada permukaan, papan kayu yang

longsor.

2

Kerusakan yang memerlikan pemantauan atau pemeliharaan pada

masa yang akan datang

Contoh : pembusukan sedikit pada struktur kayu, penurunan mutu

pada elemen pasangan batu, penumpukan tanah atau sampah di

sekitar perletakan yang memerlukan tanda-tanda perbaikan.

3

Kerusakan yang membutuhkan perhatian (kerusakan yang

mungkin terjadi serius selama 12 bulan)

Contoh : struktur beton dengan sedikit retak, rangka kayu yang

membusuk, lubang pada permukaan lantai kendaraan, adanya

gundukan aspal pada permukaan lantai kendaraan dan pada kepala

jembatan, scouring dalam jumlah sedang pada pilar/kepala

jembatan, rangka baja berkarat.

4

Kondisi kritis (kerusakan serius yang membutuhkan perhatian

segera)

Contoh : kegagalan rangka, keretakan atau kerontokan lantai

beton, pondasi yang terkikis, kerangka beton yang memiliki

tulangan yang terlihat dan berkarat.

5Elemen runtuh atau tidak berfungsi

Contoh : bangunan atas yang runtuh, timbunan tanah yang hanyut.

Sumber : Bridge Management System, 1993.

24

Page 22: BAB II Oks

Tabel 2.2 Laporan Pemeriksaan Inventarisasi Jembatan

No. Jembatan

KETERANGAN TAMBAHAN

1. Batasan Fungsional

Batasan muatan gandar, (ton) – Beban gandar maksimum yang diijinkan (MST) sesuai dengan kelas jalan

Batasan lebar jalan (m) – Lebar jalur lalulintas sesuai kelas/ status jalan

Batasan lain (uraikan)

2. Arus Lalu lintas

Dampak lebar jembatan terhadap arus lalu lintas : Pilih 1, 2, atau 3

1 Longgar - kendaraan bebas melintas diatas jembatan

2 Cukup lebar - kendaraan melaju perlahan diatas jembatan

3 Sempit - kendaraan harus sering berhenti dan antri

3. Jalan Alternatif dan Jalan Memutar

jika jembatan ditutup untuk lalu lintas setiap saat apakah ada jalan alternatif

Ya Tidak

melalui suatu lintasan atau penyeberangan sungai lainnya? (lingkari jawaban)

Jika Ya, berapa jarak tambahan yang harus ditempuh (km)

4. Data Banjir Terbesar

Muka air banjir terbesar yang diketahui : pilih + jika diatas lantai atau - jika dibawah lantai (m)

Tanggal terjadinya banjir terbesar (bulan, tahun)

Sumber keterangan dari

5. Tipe Jembatan dan Gambar Konstruksi

Apakah ada gambar konstruksi setelah jembatan selesai dibagun?(lingkari jawaban)

Ya Tidak

Apakah bangunan atas merupakan tipe standar?(lingkari jawaban)

Ya Tidak

Apakah jembatan telah mengalami pelebaran?(lingkari jawaban)

Ya Tidak

25

Page 23: BAB II Oks

Sebutkan kode tipe standar bangunan atas dan tipe pelebarannya

Standar Pelebaran

Sumber : Bridge Management System, 1993

Nama JembatanNo. Jembatan

Fot

o Je

mb

atan

dan

Ker

usa

kan

Pad

a E

lem

en

Nomor Foto Jenis kerusakanTanggal Pengambilan

Nama elemen

Kode kerusakan

Catatan :Kode elemen Nilai kondisi

Nomor Foto Jenis kerusakanTanggal Pengambilan

Nama elemen

Kode kerusakan

Catatan :Kode elemen Nilai kondisi

26

Page 24: BAB II Oks

Sumber : Bridge Management System, 1993

27

Page 25: BAB II Oks

2.7.2. Kriteria Penilaian Kondisi Jembatan untuk Pemeriksaan Detail

Dasar dari sistem pemeriksaan secara detail adalah penilaian kondisi

elemen dan kelompok elemen menurut keadaannya dan keseriusan dari

kekurangan atau kelemahannya. Untuk setiap elemen yang memiliki keruskan

yang berarti, 5 nilai ditentukan yaitu: Nilai Struktur, Nilai Perkembangannya

(volume), Nilai Kerusakannya, Nilai Fungsi, Nilai Pengaruh.

Suatu nilai sebesar 1 atau 0 diberikan kepada elemen sesuai dengan setiap

kerusakan yang ada.

Tabel 2.3 Kriteria Penentuan Nilai Kondisi

Nilai Kriteria Nilai

Struktur (S) Berbahaya 1

Tidak berbahaya 0

Kerusakan (R) Dicapai sampai kerusakan parah 1

Dicapai sampai kerusakan ringan 0

Perkembangan (K) Meluas-50% atau lebih mempengaruhi

kerusakan

1

T Tidak Meluas-kurang dari 50%

mempengaruhi kerusakan 0

Fungsi (F) Elemen tidak berfungsi 1

Elemen berfungsi 0

Pengaruh (P) Dipengaruhi elemen lain 1

Tidak dipengaruhi elemen lain 0

Nilai kondisi (NK) NK = S + R + K + F + P 0 – 5

Sumber : Bridge Management System, 1993

28

Page 26: BAB II Oks

Nilai kondisi melalui pemeriksaan inventarisasi jembatan secara detail juga dibagi

dalam 5 (lima) tingkatan seperti pada pemeriksaan inventarisasi jembatan secara

umum, yaitu:

0 : Baik sekali

1 : Baik

2 : Rusak ringan

3 : Rusak

4 : Rusak kritis

5 : Runtuh / tidak berfungsi.

Tabel 2.4. Laporan Pemeriksaan Detail Jembatan

No. Jembatan

Nama Jembatan :

Lokasi Jembatan : Dari : kota asal

Km jarak dari kota asal tersebut

Tanggal Pemeriksaan : Nama Pemeriksa NIP

DATA INVENTARISASI

Apakah Data Inventarisasi Betul? (lingkari jawaban) Ya Tidak

Apabila data tidak benar, perbaikan dapat dibuat pada Lapran Data Inventarisasi dengan tinta merah

PEMERIKSAAN KHUSUS

Apakah Pemeriksaan Khusus Disarankan? (Lingkari Jawaban) Ya Tidak

Elemen-elemen yang memerlukan Pemeriksaan Khusus

Kode Elemen Lokasi Alasan untuk melakukan Pemeriksaan Khusus

TINDAKAN DARURAT

Apakah Tindakan Darurat Disarankan? (lingkari jawaban) Ya Tidak

Elemen-elemen yang memerlukan Tindakan Darurat

Kode Elemen Lokasi Alasan untuk melakukan Tindakan Darurat

Gambar dan Foto

29

Page 27: BAB II Oks

Ya Tidak

Apakah Foto Memanjang (Sisi kiri / kanan) Jembatan telah Diambil ?

Apakah Foto Tampak Depan (jalan masuk / keluar) Jembatan telah Diambil ?

Apakah Foto Kondisi Lingkungan telah Diambil ?

Apakah Foto Kondisi Aliran Sungai telah Diambil ?

Apakah Foto Elemen yang mengalami kerusakan telah Diambil ?

Hanya untuk Keperluan pengamatan studi kasus

Tanggal Memamsukkan Data Pemeriksaan Detail

Sumber : Bridge Management System, 1993

Nama JembatanNo. Jembatan

No.Kota/Kabupaten Status Nomor No.Urut No TambahanJalan Ruas Jalan Jembtan

Fot

o Je

mb

atan

dan

Ker

usa

kan

Pad

a E

lem

en

Nomor Foto Jenis kerusakanTanggal Pengambilan

Nama elemen

Kode kerusakan

Catatan :Kode elemen Nilai kondisi

Nomor Foto Jenis kerusakanTanggal Pengambilan

Nama elemen

Kode kerusakan

Catatan :Kode elemen Nilai kondisi

Sumber : Bridge Management System, 1993

30