bab ii tinjauan pustakaeprints.umm.ac.id/46122/3/bab ii.pdf11 bab ii tinjauan pustaka a. overweight...

26
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya lemak yang berlebih atau tidak normal sehingga menimbulkan risiko terhadap kesehatan. Overweight meningkatkan risiko gangguan kesehatan lain seperti hipertensi, jantung koroner, penyakit kantung empedu, diabetes melitus, gangguan muskuloskeletal dan sleep apnea (Flegal dkk., 2013). Terdapat dua jenis lemak tubuh yaitu lemak storage dan lemak esensial. Lemak storage adalah lemak yang terdapat pada jaringan subkutaneus merupakan hasil dari tambahan energi yang didapatkan dari makanan sedangkan lemak esensial adalah lemak yang diperlukan dalam menjalankan fungsi normal dari tubuh yang biasanya terdapat di jantung, paru-paru, hati, limpa, tulang dan sumsum tulang belakang. Pada tubuh seseorang yang sehat terdapat total lemak sebanyak 15-20% dari berat badan untuk laki-laki dan total lemak sebanyak 20-25% dari berat badan untuk perempuan (Polikandrioti dan Stefanou, 2009). Distribusi lemak terbagi menjadi dua jenis yaitu lemak sentral atau tipe android yang mana lokasi dari penumpukan lemak pada tubuh bagian atas seperti perut dan sering terjadi pada laki-laki sedangkan jenis lainnya adalah lemak regional atau tipe female yang mana lokasi dari penumpukan lemak pada paha dan pinggul yang sering terjadi pada perempuan (Polikandrioti dan Stefanou, 2009).

Upload: others

Post on 26-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Overweight

1. Definisi

Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan

terkumpulnya lemak yang berlebih atau tidak normal sehingga menimbulkan

risiko terhadap kesehatan. Overweight meningkatkan risiko gangguan

kesehatan lain seperti hipertensi, jantung koroner, penyakit kantung empedu,

diabetes melitus, gangguan muskuloskeletal dan sleep apnea (Flegal dkk.,

2013).

Terdapat dua jenis lemak tubuh yaitu lemak storage dan lemak

esensial. Lemak storage adalah lemak yang terdapat pada jaringan

subkutaneus merupakan hasil dari tambahan energi yang didapatkan dari

makanan sedangkan lemak esensial adalah lemak yang diperlukan dalam

menjalankan fungsi normal dari tubuh yang biasanya terdapat di jantung,

paru-paru, hati, limpa, tulang dan sumsum tulang belakang. Pada tubuh

seseorang yang sehat terdapat total lemak sebanyak 15-20% dari berat badan

untuk laki-laki dan total lemak sebanyak 20-25% dari berat badan untuk

perempuan (Polikandrioti dan Stefanou, 2009).

Distribusi lemak terbagi menjadi dua jenis yaitu lemak sentral atau

tipe android yang mana lokasi dari penumpukan lemak pada tubuh bagian

atas seperti perut dan sering terjadi pada laki-laki sedangkan jenis lainnya

adalah lemak regional atau tipe female yang mana lokasi dari penumpukan

lemak pada paha dan pinggul yang sering terjadi pada perempuan

(Polikandrioti dan Stefanou, 2009).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

12

2. Epidemiologi

Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 juta atau 39% dewasa berusia lebih

dari 18 tahun mengalami overweight dengan persentase 40% pada perempuan

dan 38% pada laki-laki (WHO, 2015). Dimana sebagian besar populasi

tinggal di negara dengan risiko kematian karena kelebihan berat badan lebih

tinggi dibandingkan kematian karena kekurangan berat badan. Sedangkan di

Indonesia berdasarkan hasil riset kesehatan dasar kementerian kesehatan RI

terjadi peningkatan persentase penduduk berumur lebih dari 18 tahun yang

mengalami overweight pada tahun 2010 sebesar 10% menjadi 13,5% pada

tahun 2013. Sebesar 19,7% kelebihan berat badan dan obesitas pada laki-laki

sedangkan sebesar 32,9% pada perempuan. Prevalensi penduduk dengan

berat badan berlebih atau obesitas tertinggi di Sulawesi Utara sebesar 24%.

3. Parameter Overweight

Indeks masssa tubuh adalah pengukuran yang paling sering digunakan

yang meliputi pengukuran tinggi badan (m2) dan berat badan (kg). Adapun

rumusan dari IMT adalah berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m2) kuadrat.

Kategori IMT overweight yaitu nilai >25 kg/m2, sedangkan untuk kriteria

orang Asia Pasifik dikatakan overweight jika memiliki nilai ≥23 kg/m2

(WHO). Pengukuran ini tidak meliputi informasi tentang massa otot dan

massa tulang (Polikandrioti dan Stefanou, 2009).

Indeks Massa Tubuh = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan (m2)

Rumus 2.1. Rumus Indeks Massa Tubuh

Sumber : Kolimechkov, 2016

Klasifikasi dari IMT ini dikembangkan untuk level populasi tapi

masih bisa digunakan untuk individu serta menggambarkan risiko kesehatan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

13

dalam jangka panjang dan penyakit kronis. Adapun kelemahan atau

keterbatasan dari IMT yaitu

a. Massa lemak yang tidak dibedakan dari massa tubuh tanpa lemak

b. Tidak menghitung distribusi lemak serta cacat fisik

c. Tergantung dari keakuratan pengukuran yang dilakukan

d. Dipengaruhi berat cairan

e. IMT tidak dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin

f. Tidak dapat digunakan pada wanita hamil dan anak-anak (Nutrition

Education Materials Online Queensland Goverment, 2017)

Tabel 2. 1 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Dewasa Asia (WHO, 2000)

Klasifikasi Indeks Massa

Tubuh (kg/m2) Risiko Morbiditi

Underweight < 18,5 Low

Normal 18,5 – 22,9 Average

Overweight :

Pre-obese

Obese I

Obese II

≥ 23

23 – 24,9

25 – 29,9

≥ 30

Increased

Moderate

Severe

4. Etiologi

Overweight adalah suatu keadaan yang dipengaruhi oleh berbagai

faktor seperti genetik dan lingkungan. Adanya kelebihan asupan energi tidak

sebanding dengan jumlah energi yang dikeluarkan merupakan dasar dari

penyebab terjadinya overweight.

a. Faktor Genetik

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Lia dkk menyatakan

bahwa adanya peningkatan risiko overweight atau obesitas pada anak

dengan kedua orangtua yang mengalami obesitas sebesar 10,5 kali.

Sekitar 80% risiko seorang anak mengalami overweight atau obesitas jika

kedua orang tuanya mengalami overweight atau obesitas, sedangkan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

14

sebesar 40% risiko seorang anak mengalami overweight atau obesitas

jika salah satu dari orang tuanya mengalami overweight atau obesitas

(Hidayati dkk dalam Anggraini, 2008). Terdapat enam mutasi gen

tunggal yang disebut sebagai faktor predisposisi adanya kelebihan lemak

yang menyebabkan overweight atau obesitas dengan onset dini (Nirmala

dkk., 2008 dalam Juliantini dkk., 2013).

b. Faktor Lingkungan

Faktor ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam peningkatan

massa tubuh. Adanya perilaku gaya hidup seperti pola makan aktivitas

fisik berpengaruh dalam peningkatan berat badan (Kurdanti dkk., 2015).

Selain itu lingkungan tempat tinggal juga berpengaruh seperti lingkungan

perkotaan dengan akses sarana transportasi dan pangan yang lebih mudah

mendukung gaya hidup sedentari dan mengurangi aktivitas fisik (Diana

dkk., 2013).

c. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik adalah tiap gerak yang dihasilkan oleh otot skeletal

dengan peningkatan penggunaan energi-istirahat. Seseorang berisiko

mengalami kenaikan berat badan sebesar 5 kg jika memiliki aktivitas

fisik rendah (Anggraini, 2008). Meningkatnya gaya hidup sedentari dan

peningkatan berat badan bersamaan dengan menurunnya aktivitas fisik

(WHO). Jika terjadi penurunan aktivitas fisik maka akan menurunkan

energi yang digunakan atau dikeluarkan sehingga terjadi penumpukan

energi (Anggraini, 2008).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

15

d. Faktor Usia

Semakin tua usia maka terjadi penurunan metabolisme tubuh akibat

dari perubahan biologis, penurunan fungsi otot, penurunan massa otot

sehingga terjadi keterlambatan pembakaran kalori yang mengakibatkan

penimbunan energi tubuh (Novitasasry dkk., 2013 dan Widiantini, 2014).

e. Pola Makan

Pola makan dipengaruhi beberapa hal seperti frekuensi makan,

asupan energi, konsumsi snack, konsumsi fast food, dan tren makanan

yang berkembang (Wulandari, 2016). Sebagian besar masyarakat

memilihi untuk mengkonsumsi fast food dengan kandungan lemak

sekitar 40-50% sehingga terjadi penimbunan lemak pada tubuh.

Kebiasaan makan snack disela waktu makan besar memberikan

kontribusi total intake kalori sebesar 20-75% di negara-negara barat

seperti Inggris dan Amerika Serikat (Swinburn dkk., 2004 dalam

Wulandari, 2016).

f. Faktor Mental Emosional

Seseorang akan cenderung untuk mengonsumsi makanan dengan

berlebihan jika dalam kondisi stres atau depresi. Peingkatan IMT,

penumpukan lemak tubuh dan lemak perut terjadi akibat perubahan

hormon dan reaktivitas heart rate saat mengalami depresi atau stres

(Kusteviani, 2015).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

16

B. Low Back Pain Myogenic

1. Anatomi Tulang Belakang

Fungsi dari tulang belakang adalah sebagai penyangga kepala, leher

dan badan serta pergerakannya, melindungi sumsum tulang belakang, dan

sebagai jalan keluar saraf. Tulang belakang berjumlah 24 tulang yang terdiri

dari 7 tulang cervical, 12 tulang thoracal, 5 tulang lumbal, 1 tulang sacrum

yang merupakan gabungan dari 5 tulang dan 1 tulang coccyx yang merupakan

gabungan dari 4 tulang (Waugh & Grant, 2017). Terdapat empat lengkungan

pada columna vertebralis yang berfungsi sebagai keseimbangan, menyerap

goncangan vertikal saat lari atau lompat serta mempertahankan postur tubuh

yang normal saat istirahat yaitu lordosis pada cervical, kifosis pada thoracal,

lordosis pada lumbal dan kifosis pada coccyx. Antar tulang belakang

dipisahkan oleh diskus intervertebra yang merupakan tulang rawan kartilago

berfungsi sebagai peredam kejut dengan cara menyebarkan beban dari corpus

vertebrae ke permukaan ujung tulang belakang. Diskus intervertebra terdiri

dari 2 bagian yaitu anulus fibrosus sebagai lapisan lingkar luar sebagai

pelindung dan nucleus pulposus sebagai inti gelatinosa (Lawry, 2016).

Gambar 2. 1 Tulang Belakang (lateral view)

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

17

Cervical memiliki tulang pertama yang berbeda disebut atlas yang

tidak memiliki corpus, tulang ini membentuk sendi dengan tengkorak disebut

juga sebagai atlanto-occipital joint atau yes joint karena gerakan yang

dihasilkan berupa fleksi dan ekstensi. Tulang kedua cervical disebut axis atau

disebut juga atlantoaxial joint atau no joint karena gerakan yang dihasilkan

berupa gerak rotasi. Terdapat dens berupa tonjolan panjang yang

berhubungan dengan foramen vertebrae C1. Pada cervical gerakan lebih luas

dibandingkan dengan thoracal. (VanPutte dkk., 2017). Prominens vertebrae

merupakan cervical ketujuh yang mudah diraba pada pangkal leher karena

memiliki tonjolan spinosa yang panjang dan bermuara di tuberkel (Waugh &

Grant, 2017).

Gambar 2. 2 Atlas Vertebrae (C1)

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Gambar 2. 3 Axis Vertebrae (C2)

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Gambar 2. 4 Cervical Vertebrae

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

18

Thoracal memiliki gerakan yang terbatas karena adanya tulang rusuk.

Berfungsi menopang berat badan lebih banyak dibanding cervical sehingga

memiliki ukuran yang lebih besar. Terbentuknya persendian dengan tulang

rusuk atau iga oleh corpus vertebrae dan processus transversum (Waugh dan

Grant, 2017).

Gambar 2. 5 Thoracal Vertebrae

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Lumbal berbentuk besar, tebal dan berat karena menahan

pembebanan dari badan dengan lingkup gerak yang semakin kecil pada

bagian bawah. Sekitar 40-50% berat badan pembebanan pada lumbal. Dalam

posisi berdiri, diskus intervertebralis menanggung 80% berat badan dan dua

facet joint menanggung 20% (Mourbas, 2018).

Gambar 2. 6 Lumbal Vertebrae

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Sacrum merupakan gabungan dari 5 tulang yang membentuk

persendian dengan coccyx pada bagian bawah dan lumbal pada bagian atas,

tulang ini juga membentuk sendi dengan os. illium kanan dan kiri. Coccyx

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

19

berbentuk triangular kecil yang terdiri dari 4 tulang yang menyatu (Waugh

dan Grant, 2017)

Gambar 2. 7 Sacral dan Coccyx

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Sebuah tulang belakang pada bagian depan terdapat corpus dan

bagian belakang terdapat arkus neuralis yang terbentuk dari sepasang pedikel

serta terdiri dari dua lamina yang membentuk processus spinosus dan

processus transversus (Lawry, 2016).

Persendian pada C2 hingga S1 pada umumnya sama. Pada bagian

belakang terdapat facet joint atau disebut juga apophyseal atau zygapophyseal

joint yang terbentuk dari processus articular superior dan processus articular

inferior.

Facet joint merupakan sendi sinovial yang membentuk membran

sinovial dan tertutupi oleh ligamen. Setiap tulang belakang terdiri dari dua

facet joint.

Ada beberapa ligamen pada tulang belakang yang berfungsi

mempertahankan posisi vertebrae yautu:

a. Ligamen longitudinal anterior pada bagian anterior corpus vertebrae dan

memanjang sepanjang tulang belakang berupa lembaran fibrosa yang

lebar dan kuat untuk mencegah terjadinya ekstensi berlebihan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

20

b. Ligamen longitudinal posterior pada bagian posterior tepatnya di kanal

vertebra dan berada disepanjang kolum berupa lembaran fibrosa yang

lebih lemah

c. Ligamen transverseum pada processus odontoid axis dan atlas untuk

mempertahankan artikulasi keduanya

d. Ligamen supraspinosa yang memanjang dari occiput ke sacrum untuk

menghubungkan processus spinosa

e. Ligamen flava yang menghubungkan antar lamina (Waugh dan Grant,

2017)

Pada tulang belakang terdapat otot yang melekat di mulai dari

cervical hingga lumbal.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

21

Tabel 2. 2 Otot-Otot Pada Vertebra-Trunk (VanPutte dkk., 2017)

Otot Origo Insersio Gerakan

m. trapezius

Posterior

surface os skull

dan upper

vertebral column

(C7-T12)

Os. clavicula,

processus

acromion dan

os. scapula

Ekstensi dan

lateral fleksi

leher

m. intercostalis

external Os. costae Os. costae

Inspirasi dan

elevasi os.

costae

m. intercostalis

internal Os. costae Os. costae

Ekspirasi dan

depresi os.

costae

Superficial

- m. Erector spine

• m. Iliocostalis

• m.

Longissimus

• m. spinalis

Os. Sacrum, os.

illium, os.

costae,

processus

spinosus,

procesus

transversus

Os. Sacrum, os.

Illiumm, os.

Costae,

vertebrae, dan

processus

spinosus,

processus

transversus

Ekstensi trunk

dan leher,

lateral fleksi

trunk dan leher

Deep back muscles

- m.

Transversalspinal

is

- m. Interspinal

- m.

Intertransversal

Processus

transversus

Processus

transversus

Ekstensi trunk

m. Rectus Abdominis Os. pubis Os. Costae V, VI

dan VII Fleksi trunk

m. Eksternal

Oblique

Lateral os.

Costae VIII

os. Illium dan

linea alba

Fleksi trunk,

lateral fleksi

trunk, rotasi

trunk

m. Internal Oblique

Ligamen

inguinal, os.

illium, fascia

thoracolumbal

Os. Costae X,

XI, XII

Fleksi trunk,

lateral fleksi

trunk, rotasi

trunk

m. Transversal

Abdominis

Ligamen

inguinal, os.

illium, fascia

thoracolumbal

dan os. Costae

VI

Abdominal

aponeurosis

Kompresi

abdomen

m. Quadratus

lumborum Os. Illium

Os. Costae XII,

processus

transversus

Lateral fleksi

trunk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

22

Gambar 2. 8 Otot Dinding Perut

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Gambar 2. 9 Otot Trunk

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Gambar 2. 10 m. Internal intercostalis dan m. Eksternal intercostalis

Sumber : VanPutte dkk., 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

23

Otot trunk terbagi menjadi bagian depan dan bagian belakang. Pada

bagian depan atau bagian perut terdapat empat lapisan otot yang mana m.

Rectus abdominis pada bagian superfisial dan tengah, m. Eksternal oblique

pada bagian superfisial sisi samping dinding perut, m. Internal oblique berada

dibawah m. Eksternal oblique, dan m. Transversal abdominis merupakan otot

terdalam pada dinding perut. Pada bagian belakang trunk otot paling luar

yaitu m. Erector spine, sedangkan otot terdalam yaitu grup otot

transversalspinalis yang membentang secara vertikal antara processus

transversus dan processus spinosus (Lippert, 2011).

2. Biomekanika

Lengkungan pada vertebrae dari lateral view terdiri atas cervical

lordosis sekitaar 2o-24o dengan rata-rata 9o, thoracal kifosis sekitar 22o-56o

dengan rata-rata 39o, lumbal lordosis sekitar 38o-75o dengan rata-rata 57o.

Lengkungan tersebut akan meningkatkan tahanan terhadap gaya kompresi

agar tulang belakang dalam orientasi lurus dengan diseimbangkan pada os.

sacrum yang mentransmisikan gaya dari vertebrae ke ekstremitas bawah

secara vertikal. Pelvis, os. ischium dan acetabulum akan menerima berat yang

didistribusikan dari L5. Ligamen longitudinal anterior menegang sehingga

membatasi derajat lordosis lumbal. Kurva fisiologi vertebrae berhubungan

erat dengan keseimbangan tulang belakang yang menghasilkan postur dan

derajat kurva vertebrae. Jika terdapat peningkatan sudut lumbosacral maka

akan meningkatkan lordosis pada lumbal sebagai kompenasi kurva cervical

thoracal yang mempertahankan kepala pada pusat gravitasi (Putera, 2008).

Bidang gerak pada lumbal antara lain bidang gerak sagital berupa

gerak fleksi dan ekstensi, bidang gerak transversal berupa gerak rotasi dan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

24

bidang gerak frontal berupa gerak lateral fleksi. Fleksi lumbal dengan rentang

45o-60o dengan gerakan terbesar pada L5-S1 sebesar 75% yang digerakkan

oleh otot fleksor yaitu m. rectus abdominis serta dibantu otot ekstensor

vertebrae, ekstensi lumbal dengan rentang 30o-35o dibatasi ligamen

longitudinal anterior yang digerakkan oleh m. spinalis dorsi, m. longisimus

dorsi dan m. iliocostalis lumborum, lateral fleksi lumbal dengan rentang 20o-

30o yang digerakkan oleh m. obliqus internus abdominis dan m. rektus

abdominis sedangkan rotasi dengan rentang 45o yang dibatasi oleh orientasi

vertikal sendi facet yang digerakkan oleh m. iliocostalis lumborum, m.

obliqus eksternus abdominis (Kapandji, 2010 dalam Guntara, 2016).

Sendi facet permukaannya akan cenderung pada bidang frontal. Pada

bidang melintang sudut facet antara kanan dan kiri meningkat pada L3-L4

menjadi 74o, L4-L5 menjadi 96o, L5-S1 menjadi 106o. Beban yang dapat

ditahan oleh sendi facet sebesar 10%-20% beban kompresi vertebrae saat

berdiri sedangkan saat posisi fleksi beban yang ditahan mencapai lebih dari

50%. Tekanan tertinggi pada facet terjadi saat gerak fleksi, kompresi dan torsi

serta jika terjadi penurunan tinggi diskus (Putera, 2008).

Overweight atau obesitas memengaruhi keseimbangan serta gaya

berjalan, perubahan postur, penurunan lingkup gerak sendi, perubahan center

of gravity (COG) serta penurunan fungsi ligamen dan otot (Salzman, 2010

dalam Sentoso, 2016). Adanya peningkatan berat badan menyebabkan

peningkatan beban pada vertebrae dan akumulasi lemak pada trunk, COG

yang berpindah ke depan, peregangan otot dinding perut lemah sedangkan

otot punggung cenderung untuk memendek sehingga menyebabkan

ketidakseimbangan otot (Ghezelbash dkk., 2016 dan Intarti, 2017).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

25

Peningkatan IMT diiringi dengan bertambahnya sudut lumbosacral

sehingga menyebabkan perubahan biomekanik tulang belakang seperti

degenerasi sendi facet, fleksi berlebihan sendi sacroilliac, peningkatan beban

yang membebani sendi serta torsi pada lumbal yang berlebihan (Sheng,

2016).

3. Definisi

Low back pain adalah keadaan nyeri kronik atau tidak menyenangkan

yang disertai keterbatasan aktivitas pergerakan atau mobilisasi yang

dikeluhkan minimal 3 bulan (Helmi, 2012). Adapun low back pain myogenic

adalah nyeri pada punggung bawah yang disebabkan faktor miogenik atau

otot menjadi sumber nyeri dan akan menimbulkan muscle imbalance

(Balague, 2012). Berdasarkan durasi nyeri dibedakan menjadi:

a. LBP akut: kurang dari enam minggu. LBP jenis ini bisa disebabkan

karena trauma, osteoporosis disertai fraktur atau kelebihan kortikosteroid

b. LBP subakut: lebih dari enam minggu dan kurang dari tiga bulan

c. LBP kronik: nyeri yang mengganggu aktivitas pasien dialami lebih dari

tiga bulan, faktor psikologi berpengaruh pada LBP kronik

d. LBP reccurent: pasien yang memiliki riwayat LBP, nyeri yang dirasakan

hilang timbul (Chiodo dkk., 2011)

4. Epidemiologi

Low back pain menjadi gangguan kesehatan yang sering terjadi di

dunia dan dapat mengganggu performa kerja serta aktivitas sehari-hari.

Sebesar 60% - 70% LBP non-spesifik terjadi di negara industri. Di Amerika

Serikat pada umur lebih dari 18 tahun terdapat 29,8% penderita LBP dengan

distribusi jenis kelamin laki-laki sebesar 27,6% dan perempuan sebesar

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

26

30,4% (U. S. Department of Health and Human Services 2016). Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Patrianingrum. M pada tahun 2014 pada

tenaga kesehatan lingkungan kerja anestesiologi RS Dr. Hasan Sadikin

Bandung didapatkan sebesar 79,5% dari 112 responden mengeluhkan LBP.

Prevalensi LBP pada perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki pada

semua kelompok umur terutama pada usia anak sekolah dan pasca

menopause (Wang dkk., 2016)

5. Etiologi

Terdapat dua penyebab dari LBP myogenic yaitu indirect muscle

problem yang dipengaruhi postur buruk akibat dari adanya keadaan atau

posisi tertentu dalam waktu lama yang menyebabkan kontraktur otot

punggung dan trauma kinesiologi. Sedangkan penyebab lainnya adalag direct

muscle problem yang menyebabkan penjepitan pembuluh darah daerah

punggung sehingga terjadi iskemia, hal tersebut terjadi karena adanya spasme

otot punggung (Paalanne, 2014 dalam Widnyana dkk., 2018).

Faktor penyebab LBP menurut Borenstein dan Wiesel (2004) yaitu

faktor statik dan faktor dinamik

a. Faktor statik berupa bertambahnya sudut lumbosakral akibat postur atau

sikap tubuh atau meningkatnya derajat lordosis lumbal dalam waktu lama

yang mengubah center of gravity (COG) sehingga terjadi peregangan

ligamen dan kontraksi otot yang berlebihan sehingga timbul sprain atau

strain pada otot atau ligamen dan menimbulkan nyeri (Pandono, 2008

dalam Guntara 2016).

b. Faktor dinamik atau kinetik. Saat melakukan gerakan terjadi beban

mekanik atau stres abnormal pada jaringan seperti otot dan ligamen

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

27

daerah punggung bawah yang melebihi toleransi fisiologis jaringan

(Pandono, 2008 dalam Guntara 2016).

Terdapat beberapa yang berubungan dengan risiko keluhan LBP yaitu

berupa faktor internal yang berasal dari individu itu sendiri dan faktor

eksternal yang berasal dari luar diri individu.

a. Faktor Internal

1) Jenis Kelamin

Laki-laki memiliki kemampuan otot yang lebih baik

dibandingkan perempuan dengan perbandingan 3 : 1 sehingga daya

tahan otot pada laki-laki lebih baik dibandingkan dengan perempuan.

Kekuatan otot pada perempuan sekitar 60% dari kekuatan otot laki-

laki dengan kelemahan otot pada lengan, punggung dan kaki.

(Tarwaka, 2014). Adanya siklus menstruasi yang meningkatkan

sensitivitas nyeri meningkat menjelaskan prevalensi LBP pada

perempuan muda. Selain itu perempuan memiliki ambang persepsi

nyeri yang lebih rendah dibanding laki-laki. Pasca menoause

perempuan cenderung memiliki diskus yang menyempit hal ini terkait

dengan perubahan fisiologis yaitu tingkat hormon yang lebih rendah

dan degenerasi diskus lumbal yang cepat (Wang YXJ 2016).

2) Usia

Pada usia 25-65 tahun mulai dirasakan keluhan gangguan

muskuloskeletal dan meningkat sejalan bertambahnya umur. Semakin

bertambah umur maka tubuh akan mengalami penurunan kemampuan

fisiologis seperti penurunan kekuatan dan ketahanan otot yang

meningkatkan risiko keluhan otot (Tarwaka, 2014).

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

28

3) Kebugaran Jasmani

Kemampuan untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan dengan

mudah tanpa kelelahan yang berlebihan dan masih memiliki cadangan

tenaga untuk istirahat dan aktivitas yang mendadak merupakan

definisi dari kebugaran jasmani. Seseorang yang dalam aktivitas

sehari-harinya memerlukan tenaga besar dan tidak memiliki waktu

yang cukup untuk beristirahat memiliki risiko mengalami keluhan otot

lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang memiliki waktu cukup

untuk beristirahat. Peningkatan risiko cedera punggung terjadi pada

orang dengan kekuatan yang lebih rendah dibanding tuntutan tugas

karena kurangnya daya tahan otot punggung (Munir, 2012).

4) Merokok

Kebiasaan merokok menurunkan lapasitas oksigen sehingga

tubuh kekurangan oksigen yang menyebabkan kebugaran tubuh

menurun, metabolisme karbohidrat melambat, nyeri otot akibat

penimbunan asam laktat (Tarwaka, 2014).

5) Antropometri

Faktor tinggi badan dan berat badan menjadi peyebab adanya

keluhan muskuloskeletal. Seseorang dengan badan yang tinggi

memiliki volume diskus intervertebralis lebih besar sehingga adanya

hambatan dalam nutrisi di diskus serta menimbulkan masalah

ergonomi saat bekerja. Sedangkan seseorang dengan berat badan

berlebih cenderung memiliki otot perut yang lemah sehingga

menyebabkan perpindahan center of gravity dan lordosis lumbal dan

berat badan disalurkan pada daerah perut yang menyebabkan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

29

peningkatan kerja lumbal dan bertambahnya tekanan pada tulang

belakang yang meningkatkan risiko kerusakan struktur tulang

belakang (Purnamasari dkk., 2010)

b. Faktor Eksternal

1. Sikap Kerja

Sikap kerja yang tidak sesuai dengan ergonomi atau tidak

alamiah adalah sikap kerja dengan posisi yang membuat tubuh

menjauhi posisi alamiah seperti gerakan mengangkat barang dengan

kepala terangkat, punggung terlalu membungkuk dan beban jauh dari

batang tubuh. Risiko keluhan muskuloskeletal semakin tinggi jika

posisi tubuh menjauhi pusat gravitasi tubuh. Adanya karakteristik alat

kerja, tuntutan tugas dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan

kemampuan pekerja (Tarwaka, 2014).

2. Masa Kerja

Adanya waktu kerja yang lama dan tidak sesuai dengan

kemampuan kerja selain menyebabkan tidak efisien, efektif dan

produktiv dalam pekerjaan juga menyebabkan gangguan kesehatan,

kelelahan, kecelakaan atau penyakit serta ketidakpuasan kerja. Tubuh

dipaksa untuk bekerja secara terus-menerus tanpa istirahat yang

cukup. Penurunan kinerja otot akibat tekanan fisik dalam kurun waktu

lama menimbulkan gejala rendahnya gerak, memperburuk kesehatan

dan kelelahan yang menyebabkan gangguan muskoloskeletal

(Koesyanto, 2013 dalam Riningrum, 2016)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

30

3. Gerakan Berulang

Gerakan berulang dan terus-menerus dalam jangka waktu yang

lama menyebabkan penggunaan berlebihan jaringan disekitar tulang

belakang hingga kelelahan dan ketegangan otot bahkan cedera

jaringan lunak dan saraf yang menimbulkan nyeri, pegal, kesemutan

dan pembengkakan (Utami dan Dewi, 2015).

6. Patofisiologi

Trauma mekanik akut sering menjadi penyebab dari LBP. Adanya

kerja berlebihan, ketegangan otot, penggunaan otot berlebih, cedera jaringan

pada daerah tulang belakang merupakan pemicu LBP. Elemen pada lumbal

seperti ligamen, tendon, otot, diskus dan tulang) memiliki intervensi sensorik

yang akan memicu sinyal nosiseptif jika terjadi stimulus kerusakan jaringan.

Sekitar 75% berat badan dibebankan pada lumbal khususnya L5-S1 dan

sekitar 75% gerakan fleksi dan ekstensi terjadi di L5-S1 yang menjadikan

daerah ini rawan untuk terjadi cedera (Winata, 2015).

Ketegangan otot punggung dapat menyebabkan nyeri punggung yang

sering disebut sebagai nyeri pegal. Aktivitas seperti duduk, tidur dan berdiri

terlalu lama atau salah dapat menyebabkan ketegangan otot. Otot yang

digunakan berlebihan menyebabkan inflamasi atau iskemia yang

meningkatkan mediator inflamasi seperti bradikini, histamine, serotinin,

prostaglandin (PGE 2) dan 5-hydroxytriptamine. Peningkatan mediator

inflamasi tersebut menyebabkan otot lebih sensitif sehingga dapat dirasakan

nyeri walaupun stimulasi yang diberikan harusnya tidak menimbulkan nyeri.

Dijumpai posisi lordosis dan spasme otot belakang yang meyebabkan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

31

ketidakseimbangan antara paravertebra dan otot abdominal (Hills, 2006

dalam Guntara, 2016).

Secara biomekanik ada perubahan titik berat badan sebagai

kompensasi dari posisi tubuh yang akhirnya menimbulkan nyeri. Lumbal

dalam keadaan mendatar keluar yang sering disebut sebagai postur kifosis

terjadi saat posisi duduk dengan tungkai atas pada posisi 90o, pada posisi

pelvis berotasi sebesar 30o kebelakang sebagai akibat dari desakan sendi

panggul yang berotasi sebesar 60o untuk menyesuaikan posisi tungkai.terjadi

peningkatan tegangan pada anulus posterior disertai penekanan pada nukleus

pulposus akibat peningkatan tekanan diskus intervertebralis dan peregangan

ligamen longitudinal posterior (Samara, 2004).

Tekanan pada diskus dalam posisi berdiri sebesar 100%, pada posisi

duduk tegak sebesar 140% dan pada posisi duduk dengan membungkukkan

badan kedepan sebesar 190%. Hal tersebut terjadi karena selama perpindahan

posisi dari berdiri keduduk terjadi perpindahan pada pelvis dan sakrum.

Perpindahan berupa rotasi ke belakang dari tepi atas pelvis, posisi lordosisi ke

posisi kifosis dan sakrum menjadi tegak yang meningkatkan tekanan pada

diksus intervertebralis (Samara, 2004).

7. Tanda dan Gejala

Adapun tanda dan gejala yang dijumpai pada low back pain myogenic berupa:

a. Nyeri otot atau nyeri myogenic yaitu nyeri pada otot sesuai dermatom dan

distribusi saraf dengan reaksi yang berlebihan

b. Nyeri tekan pada daerah otot punggung bawah (trigger point)

c. Penurunan lingkup gerak sendi

d. Spasme otot punggung bawah terutama pada daerah lumbosakral

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

32

e. Keterbatasan mobilitas lumbosakral

f. Ketidakseimbangan otot fiksator trunk dan otot stabilisator trunk

g. Jika dilakukan peregangan otot maka keluhan akan berkurang atau hilang

(Riyantania, 2010 dalam Guntara. 2016).

8. Pemeriksaan

a. Anamnesis

Adapun hal yang harus diperhatikan saat anamnesis yaitu:

1) Lokasi dan penyebaran

Nyeri biasanya berada pada daerah punggung bawah yaitu daerah

lumbosakral

2) Awitan

Robekan otot, iritasi permukaan sendi atau peregangan fascia dapat

terjadi karena penyebab mekanis seperti posisi yang salah dan

menimbulkan nyeri

3) Frekuensi dan lama

Nyeri yang dirasakan dapat bertahan selama beberapa hari hingga

beberapa bulan

4) Kualitas dan intensitas

Pada LBP myogenic nyeri pada daerah punggung bawah lebih dominan

dibanding nyeri pada tungkai dengan adanya periode tanpa gejala

(Sirajudin, 2017)

b. Pemeriksaan Fisik

1) Inspeksi

Adapun hal yang harus diperhatikan saat inspeksi yaitu:

a) Gerakan aktif yang menimbulkan nyeri

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

33

b) Bentuk tulang belakang serta kelainan postur

2) Palpasi

Adapun hal yang harus diperhatikan saat palpasi yaitu:

a) Nyeri (tenderness) pada kulit

b) Spasme otot punggung bawah (Sirajudin, 2017)

C. Nordic Body Map (NBM)

Pada tahun 1987, NBM dikembangkan oleh Kourinka dan dimodifikasi

oleh Dickinson pada tahun 1992. Nordic body map merupakan metode

pengukuran terstandarisasi yang sering digunakan untuk mengukur

ketidaknyamanan dan rasa nyeri pada otot yang bersifat subjektif sesuai dengan

keluhan yang dirasakan responden (Wilson dan Corlett, 1995 dalam Aghnia,

2017). Melalui kuesioner ini dapat mengidentifikasi musculoskeletal disorder

serta menhetahui secara detail area tubuh yang mengalami keluhan MSD

(Wahyudi dkk., 2015).

Terdapat gambar tubuh yang dilengkapi dengan nomor serta skoring dari

angka 1 hingga 4 yang menunjukkan tingkat keluhan mulai dari tidak sakit

hingga sangat sakit. Responden diminta untuk menunjukkan area tubuh yang

mengalami keluhan kemudian mengisi bagian skoring sesuai dengan yang

dirasakan.

Tabel 2. 3 Skor Nyeri Nordic Body Map

Sumber : Setyanto dkk., 2015

Skor Tingkat Nyeri

1 Tidak ada nyeri

2 Sedikit nyeri

3 Nyeri

4 Sangat nyeri

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

34

Tabel 2. 4 Total Skor Nordic Body Map dan

Risiko Musculoskeletal Disorder

Sumber : Setyanto dkk., 2015

Skor Total Skor Risiko MSD

1 28 – 49 Rendah

2 50 – 70 Sedang

3 71 – 91 Tinggi

4 92 – 112 Sangat tinggi

Gambar 2. 11 Nordic Body Map (NBM)

Sumber : Setyanto dkk., 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

35

D. International Physical Activity Questionaire (IPAQ)

Kuesioner ini digunakan untuk mengukur aktivitas fisik dengan tiga

kategori aktivitas fisik yaitu kategori berat, sedang dan ringan yang dihitung

dengan Metabolic Equivalent of Task (MET) (Christianto dkk., 2018). Adapun

kategori IPAQ sebagai berikut:

1. Aktivitas fisik tinggi dengan kriteria:

a. Minimal 1500 METs- menit/minggu dengan aktivitas intensitas berat

selama 3 hari atau lebih

b. Minimal 3000 METs-menit/minggu dengan kombinasi aktivitas intensitas

berat dan sedang serta berjalan

2. Aktivitas fisik sedang dengan kriteria

a. Melakukan aktivitas intensitas berat selama 20 menit/hari selama 3 hari

atau lebih

b. Melakukan aktivitas intensitas sedang atau berjalan selama 5 hari atau

klebih minimal 30 menit/hari

c. Melakukan aktivitas berat serta kombinasi berjalan selama 5 hari atau

lebih dengan mencapai 600 METs-menit/minggu

3. Aktivitas fisik rendah dengan kriteria jika tidak memenuhi kriteria diatas

(Booth dkk., 2003 dalam Sudibjo, 2013).

Kelebihan dari kuesioner ini yaitu:

1. Divalidasi diberbagai negara termasuk di Indonesia

2. Dilakukan secara masal

Kekurangan dari kuesioner ini yaitu:

1. Sulit untuk mengonversi informasi yang bersifat kualitatif menjadi kuantitatif

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/46122/3/BAB II.pdf11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Overweight 1. Definisi Menurut World Health Organization overweight dapat didefinisikan terkumpulnya

36

2. Data atau informasi yang didapat tergantung dari kemampuan subjek untuk

mengingat kebiasaan (Booth dkk., 2003 dalam Sudibjo, 2013).

Rumus 2.2. Rumus Pengukuran Aktivitas Fisik

Sumber : Mahadibya, 2015

E. Hubungan Overweight dengan Low Back Pain Myogenic

Penelitian yang dilakukan oleh Maria Septiana Setyaningrum (2014)

menyatakan adanya hubungan antara indeks massa tubuh dengan kejadian low

back pain serta overweight dan obesitas meningkatkan risiko terjadinya LBP.

Hal tersebut disebabkan karena adanya penimbunan lemak pada daerah perut

sehingga meningkatkan kerja lumbal dan tulang belakang menerima beban yang

berlebih sehingga terjadi kerusakan pada strukturnya. Selain itu terdapat

kelemahan otot perut sedangkan otot punggung belakang kaku kareba rendahnya

fleksibilitas tulang belakang.

Terdapat dua mekanisme terjadinya LBP yaitu dari segi biomekanik dan

dari segi subtansi endogen. Secara biomeknaik terjadi perubahan postural yang

menyebabkan perubahan center of gravity, penambahan kelengkungan thoracal

serta lumbal sehingga peningkatan massa tubuh pada ektremitas atas akan

meningkatkan beban pada vertebrae. Saat seseorang melakukan gerak fleksi

trunk maka otot punggung belakang bekerja lebih keras karena beban yang

ditahan lebih besar. Sedangkan dari segi subtansi endogen produksi dari sitokin

proinflamasi yang diinduksi oleh adipokin dan disekresi oleh adiposit

berhubungan dengan nyeri. Kadar sitokin seperti interleukin-6 meningkat pada

penderita overweight sehingga mudah terjadi inflamasi (Hashimoto dkk., 2017).

MET-menit/minggu = MET level x durasi aktivitas per hari (menit) x

hari perminggu