bab iii analisa ekonomi
DESCRIPTION
tentang perhitungan analisa ekonomi perancangan pabrik metanol dari tandan kelapa sawitTRANSCRIPT
BAB III
ANALISA EKONOMI
3.1 Plant Cost Estimation
Evaluasi ekonomi dilakukan untuk mengetahui kelayakan rancangan pabrik
yang direncanakan. Modal investasi terdiri dari biaya pendirian pabrik (fixed capital
investment) dan biaya pengoperasian pabrik pada jangka waktu tertentu (working
capital investment). Biaya fixed capital investment meliputi: biaya langsung dan
biaya tak langsung. Biaya langsung merupakan biaya yang berkaitan langsung
dengan kinerja jalannya suatu pabrik yang berhubungan dengan proses dan segala
fasilitasnya. Sedangkan biaya tidak langsung merupakan kebalikan dari biaya tidak
langsung, yaitu biaya yang tidak terlibat secara langsung dengan material maupun
tenaga kerja. Modal yang dikeluarkan pada tahun konstruksi awal berasal dari seluruh
modal sendiri, sedangkan pada tahun konstruksi kedua menggunakan seluruh modal
pinjaman bank.
Berikut ini adalah bagian dari rincian modal tetap yang terdiri dari biaya
langsung (direct cost) dan tidak langsung (indirect cost) dari pabrik gula sukrosa
yang akan didirikan (rincian perhitungan dapat dilihat pada Lampiran B):
A. Direct Cost (DC)
a. Harga peralatan
b. Pemasangan peralatanc. Instrumentasi dan alat kontrold. Perpipaane. Insulasif. Instalasi Listrikg. Bangunan pabrik, proses & lain
h. Fasilitas pelayanan & yard impr.i. Tanah
B. Indirect Cost (IC)
a. Teknis dan superviseb. Legal expensesc. Biaya kontraktor & konstruksid. Biaya tak terduga
3.2 Production Cost Estimation
Biaya produksi yang diperkirakan adalah biaya pembuatan produk
(manufacturing cost) dan biaya-biaya umum lainnya (general expenses). Biaya
produksi yang dibutuhkan berdasarkan perkiraan biaya bahan baku. Manufacturing
cost terdiri dari biaya produksi langsung (biaya variabel), biaya pengeluaran tetap dan
plant overhead cost. Sedangkan general expenses terdiri dari biaya keperluan
administrasi, distribusi dan penjualan, serta penelitian dan pengembangan. Rincian
perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.
Direct Production Cost:
3.2.1 Manufacturing Cost
Direct Production Cost (DPC)a. Bahan bakub. Gaji karyawan (GK)c. Perburuhan & pengawasand. Utilitase. Perawatan & perbaikanf. Operating supplierg. Biaya laboratoriumh. Patent & royalty
3.2.2 General Expensesa. Biaya Administrasi
b. Biaya distribusi dan Pemasaran
c. Biaya Riset dan Pengembangan
3.3 Kelayakan Ekonomi Pabrik
Tujuan analisa ekonomi terhadap perancangan suatu pabrik adalah untuk
mengetahui apakah pabrik yang direncanakan layak untuk didirikan atau tidak.
Adapun variable-variabel yang digunakan dalam analisis kelayakan ekonomi pabrik
adalah:
a) Pay-Back Period
Pay-back period menunjukkan seberapa cepat proyek dapat mengembalikan
investasi awalnya (break event point, BEP). Nilai ini diperoleh dari perbandingan
antara investasi total pabrik yang dikurangi modal kerja dengan aliran kas masuk
(cash flow). Suatu cash flow dinyatakan mengalami break event jika semua biaya,
diluar depresiasi, sama dengan jumlah pemasukan dari pemasaran produk. Maka
pay-back period dari pabrik gula sukrosa ini diperkirakan selama 1,0916 tahun.
Fixed Charge (FC):a.b.c.
- Mesin & peralatan- Bangunan
d.e.
Pajak
Biaya sewaInterest/Financing
AsuransiDepresiasi
b) Internal Rate of Return, IRR
Adalah nilai yang menunjukkan laju maksimum dimana proyek dapat
mengembalikan investasi dan tetap mencapai BEP pada akhir umur proyek
tersebut.
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30%
PENJUALAN (IRR)
PENJUALAN (IRR)
Gambar 3.1 Grafik Penjualan (IRR)
Gambar di atas merupakan salah satu factor yang ditinjau dari Internal Rate of
Return (IRR) yang menunjukkan bahwa penjualan gula sukrosa meningkat seiring
dengan pemenuhan BEP hingga keuntungan dari pabrik ini mencapai 120%.
c) Return of Investment, ROI
Suatu nilai yang diperoleh dari pendapatan per tahun dibagi dengan total
investasi, termasuk modal kerja. Nilai ini menjadi dasar penentuan keekonomian
pabrik yang paling sederhana. Dalam bentuk dasarnya ROI dapat didefenisikan
sebagi rasio yang dinyatakan dalam persentase,dari keuntungan tahunan dengan
investasi modal. Nilai ROI dari pabrik gula sukrosa ini adalah 91,61%. Berikut
adalah persamaan untuk percent return on investment:
d) Break Even Point (BEP)
BEP dihitung guna mengetahui saat dimana perusahaan tidak mendapat untung
dan juga tidak mengalami kerugian (laba=0). Perhitungan BEP dapat dilihat pada
Lampiran F. Berikut ini adalah Gambar BEP pabrik gula sukrosa dari tebu.
0
500,000,000,000
1,000,000,000,000
1,500,000,000,000
2,000,000,000,000
2,500,000,000,000
3,000,000,000,000
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Pendapatan
Biaya Produksi
Fixed cost
Gambar 3.2 Grafik Break Even Point
e) Pay Out Time (POT)
Waktu pengembalian modal atau pay out time (POT) dari pabrik gula sukrosa
diperkirakan selama 5 tahun berdasarkan kumulatif cash flow.
f) Discounted Cash Flow (DCF)
Laju pengembalian modal atau DCF diperoleh dengan metode iterasi dengan
harga r yang memenuhi adalah 0,6618, dimana total DCF sampai akhir umur
pabrik sama dengan total investasi. Maka DCF yang memenuhi adalah 66,18%.
3.4 Analisa Sensitivitas
Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan keekonomian
pabrik dengan berubahnya harga jual produk, investasi, harga bahan baku, atau
kapasitas produksi.
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
120.00%
140.00%
-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30%
IRR
BAHAN BAKU
INVESTASI
PENJUALAN
KAPASITAS PRODUKSI
Gambar 3.3 Analisa Sensitivitas
Dari Gambar 3.3 dapat disimpulkan bahwa analisis sensitivitas sebuah pabrik
sangat dipengaruhi oleh harga jual produk, investasi, harga bahan baku dan kapasitas
produksi. Dimana setelah mencapai titik BEP (O%) keempat faktor analisis
sensitivitas mengalami peningkatan yang signifikan. Garis penjualan gula sukrosa,
pada tahun pertama dan kedua produksi garis ini menepati angka 0,00%. Nilai ini
mengidentifikasikan bahwa pada tahun tersebut perusahaan belum menjual gula ke
pasar. Pada tahun ketiga terjadi kecenderungan peningkatan dari penjualan pertama
dan kedua. Peningkatan ini, mengisyaratkan penjualan mula-mula pabrik gula
sukrosa ke pasar sebagai tahap promosi. Garis kapasitas produksi, garis ini
menggambarkan keadaan mula - mula proses produksi gula sukrosa, keadaan pada
titik BEP hingga akhir produksi. Pada awal proses, pabrik ini hanya mampu
beroperasi sebesar 630,42 ton/hari, dengan harga jual gula sukrosa yang diproduksi
sebesar Rp 7.340.000 per ton. Untuk mencapai kapasitas produksi yang sesuai dengan
rancangan awal pabrik gula sukrosa dari tebu dengan proses copersucar sugar
production ini diperlukan investasi sebesar Rp 89.888.573.834,460. Namun, nilai
investasi ini cenderung menurun dengan adanya peningkatan harga jual gula sukrosa
di pasaran. Sehingga pabrik gula sukrosa dari tebu ini mampu memenuhi seluruh
total capital investment dan mengembalikan sedikit demi sedikit pinjaman di bank.
Investasi yang dilakukan oleh bank terhadap pabrik merupakan salah satu bentuk
pengembangan dari sebuah bank, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Mentri
Keuangan yang bertujuan untuk menekan perputaran uang di dalam masyarakat dan
menghindari inflasi yang sangat tinggi. Garis bahan baku, menggambarkan keadaan
bahan baku yang digunakan pada proses pembentukan gula sukrosa dari tebu, pada
awal produksi nilai investasi sangat berdekatan dengan garis bahan baku. Hal ini
dikarenakan nilai investasi yang ada dipergunakan untuk pemenuhan bahan baku atau
total capital investment yang terdiri dari fixed capital investment dan working capital
investment.. Semakin lama terjadi peningkatan sampai mencapai titik BEP dan
memperoleh keuntungan setelah seluruh total capital investment terpenuhi. Seiring
dengan meningkatnya keuntungan yang diperoleh pabrik gula sukrosa maka, nilai
investasi pertahun mengalami penurunan dari investasi awal. Garis bahan baku yang
digunakan pada pabrik ini juga mengalami penurunan seiring penurunan garis
investasi. Hal ini dikarenakan pabrik telah mampu menekan biaya produksi
pertahunnya dan menekan penggunaan bahan baku. Dengan demikian, pabrik gula
sukrosa ini mengalami pergolakan ekonomi yang cukup bagus.