bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi pembahasan tentang pemeriksaan data dari hasil
pengujian yang telah dilakukan, yaitu pengujian komposisi, kekerasan,
pengamatan struktur mikro pada baja karbon rendah,baik yang dilakukan
penambahan karbon atau yang tidak.Temperatur pemanasan yang dilakukan dan
waktu tahan (holding time) sangat berpengaruh terhadap sifat mekanik dan
srtuktur mikro bahan tersebut, oleh karena itu makaakan terlihat perbedaan pada
masing-masing material dengan holding time yang sama dengan temperature yang
berbeda.
4.1 Pengujian Komposisi Pada Pisau Timbangan Meja
4.1.1. Tujuan Pengujian
Tujuan dari di lakukannya pengujian ini adalah untuk
mengetahui komposisi yang terkandung di dalam baja karbon rendah
pada pisau timbangan meja. Pengujian komposisi dilakukan di
laboratorium POLMAN ceper, klaten dengan metode pengujian IK
5.4-1-1.
4.1.2. Studi Pengujian Komposisi Kimia
Hasil uji komposisi menunjukkan bahwa material pisau
timbangan mempunyai unsur paduan seperti padaTabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Komposisi Material Pisau Timbangan.
Paduan Fe C Si Mn P S Cr Ni Mo
Pisau
Timbangan 90,3 0,35 1,01 0,21 0,045 0,031 5,25 0,132 1,301
Sumber : Pengujian di POLMAN Ceper Klaten
Hasil pengujian komposisi kimia menunjukkan bahwa
kandungan unsur besi 90,3 % wt Fe, karbon 0,35 % wt C, silikon 1,01
% wt dan mangan 0,21 % wt Mn. Dilihat dari kadar karbon pada
komposisi kimia tersebut maka tergolong dalam baja karbon
54
menengah dengan tipe AISI 1035 dengan komposisi kimia seperti
pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 Hasil Uji Komposisi Material Pisau Timbangan Dan AISI 1035
Paduan C Si Mn P S
Pisau Timbangan 0.35 1,01 0,21 0,045 0,031
AISI 1035 0.32-0.39 0.40 0.50-0,80 0.045 0.045
Sumber : Pengujian di POLMAN Ceper Klaten
Berdasarkan hasil uji pada komposisi kimia, material pisau
timbangan unsur yang dominan adalah.(ASM vol.1 1995).
a. Unsur Silikon (Si)
Silikon merupakan unsur paduan yang ada pada setiap baja dengan
jumlah kandungan lebih dari 0,4% yang mempunyai pengaruh kenaikan
tegangan tarik dan menurunkan kecepatan pendinginan kritis (laju
pendinginan minimal yang dapat menghasilkan 100% martensite).
b. Unsur Mangan (Mn)
Unsur Mangan dalam proses pembuatan baja berfungsi sebagai
deoxider (pengikat O2) sehingga proses peleburan dapat berlangsung
baik. Kadar Mn yang rendah dapat menurunkan kecepatan pendinginan
kritis.
c. Nikel (Ni)
Nikel memberi pengaruh sama seperti Mn yaitu menurunkan suhu kritis
dan kecepatan pendinginan kritis. Ni membuat struktur butiran menjadi
halus dan menambah keuletan.
d. Unsur Krom (Cr)
Unsur krom meninggikan kekuatan tarik dan keplastisan, menambah
mampu keras, meningkatkan tahan korosi dan tahan suhu tinggi.
4.1.3 Pembahasan Komposisi kimia
Klasifikasi baja ditentukan berdasarkan pada unsur karbon yang
terkandung dalam suatu material yang dapat dibedakan menjadi
55
tiga.Pertama baja karbon rendah atau sering disebut baja ringan (mild
steel) merupakan baja dengan kandungan karbon kurang dari
0.3%.Kedua baja karbon sedang yaitu baja yang memiliki kandungan
karbon antara 0.3- 0.6%. Ketiga baja karbon tinggi, yaitu baja dengan
kandungan karbon 0,6 – 1.5%. (Amanto, 1999).
Komposisi kimia pada baja sangat mempengaruhi sifat-sifat baja
seperti keuletan, kekerasan, kekuatan dan lain sebagainya.Uji
komposisi dilakukan pada 1 spesimen, yaitu pada baja karbon rendah
(pisau timbangan meja), dari pengujian tersebut didapat komposisi
unsur-unsur kimia dalam bentuk prosentase.Hasil dari pengujian
komposisi kimia pada Tabel 4.1.
Hasil pengujian komposisi kimia untuk baja yang digunakan
dalam kondisi panas, kandungan karbon adalah faktor paling penting
dalam menentukan sifat mekanik, nilai-nilai besi 90,3 % Fe, sedangkan
unsur karbon 0,35 % C. Unsur Silikon 1,01% Si dan mangan 0, 21 %
Mn. Dari beberapa unsur yang paling berpengaruh terhadap sifat
mekaniknya yaitu unsur karbon, apabila mengalami penurunan unsur
maka sifat mekaniknya akan turun. (ASM Handbook1, 2005 )
4.2 Hasil Uji Struktur Mikro
Pengujian struktur mikro pada penelitian ini bertujuan untuk melihat
struktur dan karakteristik dari material pisau timbangan yang telah dilakukan
proses karburasi dan tidak dilakukan karburasi.
Struktur mikro logam dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop
logam untuk diambil gambar strukturnya dengan menggunakan foto mikro
yang sudah diperbesar beberapa kali, dengan perbesaran 100x, 200x, 300x,
dan 500x. pengujian ini dilakukan di lab POLMAN Ceper Klaten
4.2.1. Hasil Uji Struktur Mikro Pada Pisau TimbanganTanpa Perlakuan
Pada Gambar 4.1danGambar 4.2di bawah berikut adalah hasil
dari pengujian struktur mikro tanpa perlakuan.
56
Gambar 4.1 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Tanpa Perlakuan (200x).
Gambar 4.2 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Tanpa Perlakuan (300x).
4.2.2 Hasil Uji Struktur Mikro Pada Pisau Timbangan Dengan Temperatur
800 oC
Pada spesimen ketiga seperti ditunjukan pada Gambar 4.3dan
Gambar 4.4, dibawah dilakukan penahanan selama 6 jam pada
tempratur 800oC, kemudian dilakukan quenching dengan media oli
SAE 40.
Ferite Pearlite
Ferite
Pearlite
57
Gambar 4.3 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Dengan Penahanan Selama 6 jam,
Pada Teperatur 800 oC, Perbesaran 300x
Gambar 4.4 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Dengan Penahanan Selama 6 jam,
Pada Teperatur 800oC , Perbesaran 500x
4.2.3 Hasil Uji Struktur Mikro Pada Pisau Timbangan Dengan Temperatur
850 oC
Pada spesimen ketiga seperti ditunjukan pada Gambar 4.5dan
Gambar 4.6 dibawah dilakukan penahanan selama 6 jam pada
temperatur 850oC, kemudian dilakukan quenching dengan media oli
SAE 40.
Pearlite
Ferite
Pearlite
Ferite
58
Gambar 4.5 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Dengan Penahanan
Selama 6 jam, Pada Teperatur 850 oC, Perbesaran 200x
Gambar 4.6 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Dengan Penahanan
Selama 6 jam, Pada Teperatur 850 oC, Perbesaran 300x
4.2.4 Hasil Uji Struktur Mikro Pada Pisau Timbangan Dengan Temperatur
950 oC
Pada spesimen ketiga seperti ditunjukan pada Gambar 4.7dan
Gambar 4.8 dibawah dilakukan penahanan selama 6 jam pada
tempratur 950oC, kemudian dilakukan quenching dengan media oli
SAE 40.
martensite
Pearlite
Ferite
Ferite
Pearlite
martensite
59
Gambar 4.7 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Dengan Penahanan
Selama 6 jam, Pada Teperatur 950 oC, Perbesaran 200x
Gambar 4.8 Foto Struktur Mikro Baja Karbon Dengan Penahanan
Selama 6 jam, Pada Teperatur 950 oC Perbesaran 300x.
4.3 Pembahasan Hasil Pengujian Struktur Mikro Setelah Di Carburizing
Dari hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa Pisau
Timbangan dengan tapa perlakuan Gambar 4.1 danGambar 4.2mempunyai
struktur mikro yang tampak adalah perlit dan ferit, dimana ferit lebih merata
dibanding perlit, dikarenkan belumadanya penambahan carbon.Hal ini
Ferite
martensite
Pearlite
Ferite
martensite
Pearlite
60
menunjukkan pada spesimen pisau timbangandapat dilakukan treatment
dikarenakan kandungan ferrite yang masih banyak.
Hasil pengujian dengan variasi temperatur yaitu 800oC, 850
oC dan
950oCdengan penahanan selama 6 jam dilanjutkan di quenching dengan oli
SAE 40 dengan hasil sebagai berikut :
Dari Gambar 4.3 danGambar 4.4menunjukkan bahwa struktur-
struktur perlit jumlahnya semakin banyak dan ukuran butirannya mulai
merata di sepanjang penetrasi walaupun pada sisi perlitnya masih terdapat
banyak ferit. Peningkatan jumlah pearlite yang lebih banyak dibandingkan
dengan struktur mikro material awal dapat terjadi karena adanya pengaruh
penambahan unsur karbon ke dalam material selama proses difusi intertisi
karbon dengan cara pemanasan pada material pada temperatur 800⁰C dengan
lama waktu penahan 6 jam serta adanya penambahan serbuk Natrium
karbonat 40 % sebagai energizer yang merupakan unsur untuk mempercepat
proses difusi karbon ke dalam baja sehingga dapat membentuk struktur pearlit
lebih banyak.Dari Gambar 4.5danGambar 4.6menunjukkan bahwa struktur-
struktur ferite jumlahnya semakin sedikit dan ukuran butirannya mulai merata
di sepanjang penetrasi walaupun pada sisi perlitnya masih terdapat banyak
ferit. Peningkatan jumlah pearlite yang lebih banyak dibandingkan dengan
struktur mikro material awal dapat terjadi karena adanya pengaruh
penambahan unsur karbon ke dalam material selama proses difusi intertisi
karbon dengan cara pemanasan pada material pada temperatur 850⁰C dengan
lama waktu penahan 6 jam serta adanya penambahan serbuk tempurung
kelapa 60% dan natrium karbonat 40% sebagai energizer yang merupakan
unsur untuk mempercepat proses difusi karbon ke dalam baja sehingga dapat
membentuk struktur pearlit lebih banyak. Sehingga menjadikan spesimen ini
menjadi lebih keras dari sebelumnya dan juga di pengaruhi oleh terjadinya
proses pendinginan yang cepat sehingga dapat merubah sifat fisis menjadi
martensite dari pada baja.Dari Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan
bahwa peningkatan jumlah pearlite yang paling banyak dibandingkan dengan
struktur mikro yang lain, selai itu penetrasi dari karbon juga cukup dalam dan
butiran butiran pada perlit ukurannya lebih besar dibandingkan dengan
61
konsentrasi sebelumnya. Dengan ukuran butir yang lebih besar maka
kekerasan yang dihasilkan juga akan lebih besar. Ini terjadi karena adanya
perbandingan bahan tambahan yang berupa 60% arang tempurung kelapa dan
40% serbuk natrium karbonat sebagai energizer yang merupakan bahan
pembangkit tenaga dalam proses karburisasi, serta didukung dengan proses
quenching menggunakan media pendingin oli SAE 40. Hal ini dapat
meningkatkan jumlah karbon yang cukup banyak, sehinga pada saat
pemanasan berlangsung difusi karbon ke dalam baja menjadi lebih cepat
sehingga dapat merubah butir struktur mikro dan nilai kekerasan yang lebih
keras di bandingkan dengan material uji sebelumnya .
Struktur mikro pada permukaan bahan awal adalah fasa ferit (terang)
dan perlit (gelap).Fasa martensit yang terbentuk akibat pendinginan
mendadak hanya dapat terbentuk pada baja dengan kandungan karbon
medium dan tinggi (Callister, 2001).
Pada suhu 950 ⁰C material sudah berada pada suhu austenite (γ) yang
pada proses pendinginan akan kembali menjadi ferrite (α), struktur karbon
tersebut larut kedalam austenite, sedangkan ferrite hanya mampu melarutkan
0,025% karbon, maka terbentuklah struktur ferrite diperlebar atau karbon
dipaksa masuk atau larut dalam ferrite atau sering disebut struktur martensite.
(Van vlack :1984)
Spesimen yang mempunyai struktur martensite apabila dipanaskan
lagi maka akan membuat struktur martensite sangat labil dimana martensite
akan berubah warnanya dari putih menjadi hitam karena sudah mulai
terbentuk pearlite dan cementit yang halus. Pada waktu transformasi austenit
menjadi martensite akan ada austenite yang tidak dapat atau tidak sempat
mengadakan transformasi ke martensite ini disebut sisa austenite (retain
autenite) yang mempunyai sifat lunak (Palallo1995:50).
Pertumbuhan butir bertambah besar dengan bertambahnya waktu
apabila suhu menimbulkan gerakan atom yang cukup signifikan.Jika laju
pendinginan lambat atom karbon dapat berdifusi dan membentuk struktur
yang kasar.Pada suhu normal material berbutir halus lebih kuat dibandingkan
material yang berbutir kasar (Van vlack, 2001).Masukan panas dan waktu
62
pengelasan sangat tergantung dengan besar kecilnya temperatur, semakin
besar temperatur maka masukan panas akan semakin besar. Masukan panas
yang besar menyebabkan lambatnya pendinginan sehingga terbentuk struktur
ferit dan perlit yang kasar (Asfarizal, 2008).Kekuatan baja ferit – perlit
sangat tergantung pada besar kecilnya butir ferit, karena itu tindakan
memperhalus butir adalah tindakan tepat dalam usaha memperbaiki kekuatan
dan ketangguhan baja ferit – perlit (Wiryosumarto, 2008).
Martensit adalah struktur yang terbentuk akibat quenching yang
kekerasannya bergantung pada kadar karbon (Callister, 2001: 342).
Kekerasan dan kekuatan martensit tidak berkaitan dengan struktur mikro
yang terbentuk saat pendinginan cepat, tapi lebih berkaitan dengan efektivitas
atom-atom karbon yang terinterstisi dalam menghalangi gerak dislokasi
(seperti pada efek larutan padat) dan relatif sedikitnya sistem slip pada sel
satuan BCT. Hal ini berarti bahwa kekerasan yang semakin turun pada
pengujian kekerasan case depth merupakan fungsi jumlah atom karbon yang
terdifusi. Semakin tinggi jumlah atom karbon, maka akan semakin efektif
dalam menghalangi pergerakan dislokasi dan semakin sedikit sistem slip pada
sel satuan BCT pada struktur martensit.
4.3 Pengujian Kekerasan
Tujuan dari percoban pengujian kekerasan adalah untuk mengetahui
tingkat kekerasan baja karbon yang dicapai akibat penahanan selama 6
jamdengan berbagai variasi temperatur yaitu 800oC, 850
oC dan 950
oC antara
tanpa perlakuan dan yang di lakukan karburasikemudian di dinginkan dengan
menggunakan media oli. Pengujian kekerasan dilakukan dengan mengunakan
metode Vickers berskala dengan menggunakan skala HVN dengan beban
sebesar 200N dan Penetrator Kerucut Intan 120 o
4.4 Hasil Uji Kekerasan Pisau Timbangan
Pengujian kekerasan dilakukan dengan mengambil sebanyak 5 titik
dipermukaan pisau tibangan. Dengan menggunakan metode Vikers hardness
63
dengan beban 200N dan penetrator kerucut intan 120o.. Hasil nilai kekerasan
yang didapatkan seperti pada Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3.Hasil pengujian kekerasan material pisau timbagan
Spesimen Hasil Kekerasan (HVN)
Rata-
rata
(HVN)
Konversi
HRA
1 2 3 4 5
Tanpa Perlakuan 226,1 224,9 224,9 225,5 226,1 225,51 58,89
Pisau Timbangan 1 suhu 800
oC
261,6 262,3 261,5 262,9 262,3 262,14 63,21
Pisau Timbangan 2 Suhu 850
oC
556,6 557,1 559,2 557,1 559,2 557,84 77,53
Pisau Timbangan 3 Suhu 950
oC
660,2 660,2 660,2 662,9 662,9 661,27 80,67
4.5.1 Hasil kekerasan material pisau timbangan tanpa perlakuan
Data kekerasan spesimen pisau timbangan dalam bentuk grafik
ditunjukkan pada Gambar 4.9, yang berfungsi untuk menjelaskan
perubahan kekerasan disetiap area permukaan pisau timbangan
Gambar 4.9 Hasil kekerasan pisau timbangan dengan tanpa perlakuan
64
4.5.2 Hasil kekerasan material pisau timbangan setelah di karburasi
dengan temperature 800oC
Data kekerasan spesimen pisau timbangan dalam bentuk grafik
ditunjukkan pada Gambar 4.10, yang telah dilakukan karburasi
dengan temperature 800oC dan waktu penahanan 6 jam.
Gambar 4.10 Hasil kekerasan pisau timbangan dengan temperature 800oC
dan waktu penahanan 6 jam
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan di
banding sebelum dikarburasi.
4.5.3 Hasil kekerasan material pisau timbangan setelah di karburasi
dengan temperature 850oC
Data kekerasan spesimen pisau timbangan dalam bentuk grafik
ditunjukkan pada Gambar 4.11, yang telah dilakukan karburasi
dengan temperature 850oC dan waktu penahanan 6 jam.
65
Gambar 4.11 Hasil kekerasan pisau timbangan dengan temperature
850oC dan waktu penahanan 6 jam
Dari grafik diatas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kekerasan
pada titik 4 dan 5 dibanding pada grafik pada temperature 850oC
4.5.4 Hasil Kekerasan Material PisauTimbangan Setelah di Karburasi
Dengan Temperature 950oC
Data kekerasan spesimen pisau timbangan dalam bentuk grafik
ditunjukkan pada Gambar 4.12, yang telah dilakukan karburasi
dengan temperature 950oC dan waktu penahanan 6 jam.
Gambar 4.12 Hasil kekerasan pisau timbangan dengan temperature
850oC dan waktu penahanan 6 jam
66
4.5 Hasil Analisa Kekerasan Material Pisau Timbangan Sebelum dan
Setelah Di Karburasi
Data kekerasan spesimen pisau timbangan meja setelah dicarburizing
1,2 dan 3, dengan waktu penahan 6 jam dengan temperatur 800⁰C,850⁰Cdan
950⁰C, dalam bentuk grafik ditunjukkan pada Gambar 4.13
dibawahmenujukkan peningkatan kekerasan yang signifikan pada material
pisau timbangansetelah di carburizingbisa meningkatakan sifat mekaniknya.
Dari material sebelum dikalibrasi dan setelah di kalibrasi.Untuk temperatur
950⁰C, kekerasan pisau timbangan naik 3 kali lipat atau 193% dari sebelum
dikalibrasi nilai kekerasan rata-rata 225,51kg/mm2setelah dikalibrasi menjadi
661,27kg/mm2.
Gambar 4.13Hasil Kekerasan Timbangan Tanpa Perlakuan
dan Setelah Proses Karburasi
Dari hasil pengujian kekerasan yang telah digambarkan pada Gambar
4.13 dapat dilihat bahwa hasil pengujian pada pisau timbangan mejatanpa
perlakuan memiliki nilai kekerasan vickers sebesar 225,51 kg/mm2. Pada
spesimen dengan suhu pemanasan carburizing 800⁰C mengalami kenaikan
dengan nilai262,14kg/mm2
hal ini menandakan nilai kekerasannya lebih
67
tinggi dibandingkan dengan spesimen pisau timbangansebelum mengalami
quenching. selanjutnya pada setiap hasil pengujian mengalami kenaikan
prosentase secara terus menerus, sampai pada titik ke lima.
Pada spesimen suhu pemanasan carburizing 850⁰C memiliki nilai
kekerasan 357,84kg/mm2, hal ini menunjukkan nilai kekerasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan pisau timbangan mejadan spesimen dengan suhu
pemanasan 800⁰C naik 37%. selanjutnya pada setiap hasil pengujian
mengalami kenaiakan prosentase secara terus menerus, sampai pada titik ke
lima.
Nilai kekerasan dari specimen pisau timbangan mejapada spesimen
suhu pemanasan carburizing 950⁰C memiliki nilai kekerasan 661,27kg/mm2,
hal ini menunjukkan nilai kekerasan yang lebih tinggi 85% dibandingkan
dengan spesimen dengan suhu pemanasan 850⁰C Setelah pengujian ke lima
belas hasil dari pengujian ini pisau timbangan meja naik 3 kali lipat dari
sebelum dikalibrasi 225,51 kg/mm2 setelah dikalibrasi naik sebesar 661,27
kg/mm2 atau 193%. menunjukkan penambahan arang tempurung kelapa 60%
dan barium karbonat 40% berat media karburasi dengan variasi temperatur
950⁰Cdapat meningkatkan kekerasan pada pisau timbangan meja. Ketika
dipanaskan barium karbonat akan melepas gas CO2. Semakin banyak jumlah
barium karbonat yang ditambahkan, akan semakin banyak dilepaskan gas
CO2 yang akan mengikat atom-atom karbon dari arang bakau sehingga
sejumlah besar gas CO terbentuk. Hal ini akan meningkatkan gradien
konsentrasi yang akan menigkatkan fluks atau aliran atom pada baja(Budinski
dan Budinski, 1999)
Hasil penelitian menunjukkanbahwa karburasi dengan variasi
temperatur 950⁰Cmemberikan kekerasan permukaan yang tertinggi. Jika
dibandingkan dengan penelitian (Arianto Leman Soemowidagdo, 2009)
dengan judul Sekam Padi Untuk Proses Pack Karburising, dari hasil
penelitan. Baja KarbonRendah Kekerasan baja karbon rendah meningkat
sebesar 281% dari 122 VHN menjadi 465 VHN setelah dikarburising selama
6 jam dalam media arang sekam padi yang dilanjutkan dengan quenching
dalam air.(Syamsuir, 2002) yang menggunakan barium karbonat sebesar
68
10% berat media karburasi arang kayu pada temperatur karburasi 925⁰C
dilanjutkan dengan proses pengerasan menghasilkan kekerasan permukaan
sebesar 475 kg/mm2, (Jusuf Talaperu) degan judul Analisa Komperatif
Perubahan Nilai Kekerasan BajaST 42 Pada Pack Carburizing Dengan
Menggunakan Media Alternatif Penganti Bubuk Karbon Aktif. Dengan
perbandingan media padat dan barium karbonat sebesar (60:40) %.. Proses
karburasi dilakukan pada temperatur pemanasan sebesar 925⁰C dengan waktu
tahan selama 6 jam. Kemudian dicelupkan kedalam media berisi oli.Media
padat arang tempurung dapt digunakan sebagai pengganti bubuk karbon aktif.
Dengan besar kenaikan nilai kekerasan terhadap baja ST 42 adalah sebesar
52,88%.(Muhammad Sadat Hamzah dan Muh. Iqbal)media carburizing
digunakan serbuk arang batok kelapa dan material baja.Hasil pengujian
keausan menunjukaan bahwa semakin tinggi temperatur proses carburizing
akan menghasilkan ketahanan aus spesifik yang lebih baik dan Pada proses
carburizing dengan temperatur 950⁰C yang dilanjutkan dengan proses
pengerasan pada temperatur 840⁰C memberikan peningkatan ketahanan aus
tertingggi sebesar 83,6% dibandingkan dengan ketahanan aus raw material.