bimbingan dan konseling di sekolah

26
BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH makalah disajikan sebagai salah satu syarat memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling oleh Dyah Larasati 4201412042 dosen pengampu Dra. Ninik Setyowani M.Pd Carti S.Pd UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

Upload: dyah-larasati

Post on 26-Dec-2015

64 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Oemar Hamalik (2000: 193) bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.

TRANSCRIPT

Page 1: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

makalah

disajikan sebagai salah satu syarat

memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan Konseling

oleh

Dyah Larasati

4201412042

dosen pengampu

Dra. Ninik Setyowani M.Pd

Carti S.Pd

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis memiliki

kekuatan dan kemampuan untuk dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Bimbingan dan Konseling di Sekolah”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan dan

Konseling Semester Genap Rombel 24 Universitas Negeri Semarang.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan

hambatan. Akan tetapi, dengan bantuan dari berbagai pihak, hal itu bisa teratasi.

Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ninik Setyowani dan Ibu Carti, selaku dosen pengampu mata kuliah

Bimbingan dan Konseling.

2. Serta kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan

makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari

Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.

Untuk itu, kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan demi tercapainya

makalah yang lebih baik. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terimakasih.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya

dan penulis pada khususnya.

Semarang, 15 Juni 2014

Penulis

Page 3: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

DAFTAR ISI

JUDUL …………………………………………………..…………………... i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI...……………………………………………………………...... iii

BAB I PENDAHULUAN……..………………………………………... 1

A. Latar Belakang……………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah.………………………………………… 1

C. Tujuan Penulisan…………………………………………… 1

D. Manfaat Penulisan ……………………………………………

BAB II PEMBAHASAN .………………………………….……….…… 2

A. Mengapa Supervisi Pendidikan itu Perlu …..……………. 2

B. Hakikat Supervisi …..…………………………...................... 5

C. Tujuan Supervisi ...................................................................... 6

D. Fungsi dan Peranan Supervisi ..................................................

E. Teknik Supervisi ......................................................................

F. Prinsip-Prinsip Supervisi ..........................................................

BAB III PENUTUP……...………………………………………………,,, 9

A. Simpulan ….………………………………………………...... 9

B. Saran ...……………………………………………………….. 9

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 10

Page 4: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pendidikan, semua stakeholder yang terkait dengan

proses tersebut mempunyai peran dan tanggungjawab sesuai dengan apa yang

dibutuhkan. Masing-masing peran tersebut harus berjalan secara sinergis dan

saling melengkapi sehingga membentuk sustu sistem yang harmonis. Dari

peran-peran yang ada, peran guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan

sehingga kegiatan belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan apa

yang diharapkan. Bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dari, untuk,

dan oleh manusia memiliki pengertian yang khas. Dengan bimbingan dan

konseling tersebut, siswa akan melakukan aktifitas belajar sesuai dengan apa

yang telah ditentukan, atau telah diatur dalam suatu aturan (norma).

Berdasarkan undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis

serta bertanggung jawab.

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan

pendidikan dasar yakni memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk

mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga

negara dan anggota umat manusia serta mempersiapkan siswa untuk

mengikuti pendidikan menengah (pasal 3 PP nomor 28 tahun 1990 tentang

Pendidikan Dasar). Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam

rangka pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan sebuah modal

Page 5: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

dasar bagaimana bangsa bisa tumbuh dan berkembang dalam menghadapi

berbagai macam perkembangan dunia dan perkembangan masa yang semakin

menantang. Dalam pendidikan terkandung berbagai macam aspek, salah satu

diantaranya adalah proses belajar mengajar yang menjadi ujung tombak

dimana para peserta didik yakni generasi muda bangsa mendapatkan sebuah

ilmu dan berbagai pemahaman tentang berbagai macam pengetahuan.

Bimbingan dan konseling merupakan bantuan kepada individu peserta

didik dalam menghadapi persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam

hidupnya atau dalam proses belajarnya. Bantuan semacam itu sangat tepat

jika diberikan di sekolah, agar setiap peserta didik dapat lebih berkembang ke

arah yang seoptimal mungkin. Dengan demikian bimbingan dan konseling

menjadi bidang layanan khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan

sekolah yang ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut,

termasuk seorang guru.

Berdasar latar belakang tersebut di atas, penulis tergerak untuk

melakukan pengkajian terhadap mengenai peran guru mata pelajaran dalam

pelaksanaan bimbingan dan konseling khususnya di SMP Negeri 2 Prembun.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah hakikat bimbingan dan konseling di sekolah?

2. Apa sajakah prinsip-prinsip bimbingan dan konseling?

3. Apa sajakah kode etik bimbingan dan konseling?

4. Apa sajakah fungsi pembimbing di sekolah?

5. Apa sajakah syarat seorang pembimbing di sekolah?

6. Siapa sajakah yang dapat menjadi pembimbing di sekolah?

C. Tujuan Penulisan

1. Memahami hakikat bimbingan dan konseling di sekolah

2. Mengetahui prinsip-prinsip bimbingan dan konseling

3. Mengetahui dan memahami kode etik bimbingan dan konseling

Page 6: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

4. Mengetahui dan memahami fungsi pembimbing di sekolah

5. Mengetahui dan memahami syarat seorang pembimbing di sekolah

6. Mengetahui orang yang dapat menjadi pembimbing di sekolah

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah wawasan kepada penulis sebagai calon guru di sekolah.

2. Memenuhi tugas mata kuliah BK

Page 7: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya

apabila seseorang melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang

membimbing; sebaliknya apabila seseorang melakukan aktivitas

membimbing (memberikan pelayanan bimbingan), berarti ia juga sedang

mendidik. Berkenaan dengan pernyataan di atas, timbul pertanyaan:

“Mengapa pelayanan bimbingan dan konseling masih diperlukan dalam dunia

pendidikan”? atau “Mengapa pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan

dalam proses pendidikan baik di sekolah”?

Prayitno dan Erman Amti (2008: 99) bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau

beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang

yang dibimbinga dapat mengembnagkan kemampuan dirinya sendiri dan

mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dapat

dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan menurut

Oemar Hamalik (2000: 193) bimbingan ialah penolong individu agar dapat

mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya.

Dari dua pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa

bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang

diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya

seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self

understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya

(self direction) , dan merealisasikan dirinya (self realization).

Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara

konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu

masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien

(Prayitno, 1997:106). Sedangkan menurut Mungin Eddy Wibowo (1986:39)

Page 8: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya

dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk

dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang

akan datang.

Dari pengertin tersebut, dapat peneliti sampaikan ciri-ciri pokok

konseling, yaitu:

1. Adanya bantuan dari seorang ahli

2. Bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar

memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah

guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.

3. Proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling

Pelayanan bimbingan dan konseling (disingkat BK) bisa dilakukan dalam

setting lembaga pendidikan (sekolah atau madrasah), keluarga, masyarakat,

organisasi, industri, dan lain sebagainya. Awalnya bimbingan dan konseling

tidak diperuntuukan di dunia pendidikan. Tetapi, dalam perkembangannya

diterapkan dalam dunia pendidikan (Tohirin, 2007: 2).

Sedangkan konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan

melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada

individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang

bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.

B. Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Yang dimakasud dengan prinsip-prinsip di sini adalah hal-hal yang

menjadi pegangan dalam proses bimbingan dan konseling. Haditono (1967)

dalam bukunya mengemukakan 12 prinsip bimbingan sebagai berikut:

1. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang

dewasa, dan orang yang sudah tua.

2. Tiap aspek daripada kepribadian seseorang menentukan tingkah laku

orang itu. Oleh karena itu bimbingan harus berusaha memajukan

individu itu dalam semua aspek-aspek tadi.

Page 9: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

3. Usaha-usaha bimbingan harus menyeluruh ke semua orang karena

semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.

C. Kode Etik Bimbingan dan Konseling

Yang dimaksud dengan kode etik ialah ketentuan-ketentuan atau

peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh siapa saja yang berkecimpung

dalam bidang bimbingan dan konseling demi untuk kebaikan. Kode etik bagi

sesuatu jabatan bukan merupakan hal yang baru. Tiap-tiap jabatan pada

umumnya mempunyai kode etik sendiri-sendiri, sekalipun tetap ada

kemungkinan bahwa kode etik itu tidak secara formal diadakan. Kita

mengetahui bahwa para dokter mempunyai kode etik, para guru mempunyai

kode etik, bahkan tukang becakpun mempunyai kode etik tersendiri.

Dengan adanya kode etik di dalam bimbingan dan konseling

dimaksudkan agar bimbingan dan konseling tetap dalam keadaan baik dan

diharapkan akan menjadi semakin baik, lebih-lebih di Indonesia di mana

bimbingan dan konseling masih relatif baru. Kode etik ini mengandung

ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilanggar ataupun diabaikan tanpa

membawa akibat yang tidak menyenangkan.

Di dalam makalah ini dikemukakan beberapa kode etik dalam

bimbingan dan konseling diharapkan paling tidak dapat memberikan suatu

garis yang dapat menolong di dalam memberikan bimbingan dan konseling.

Antara lain sebagai berikut :

1. Pembimbing atau pejabat lain yang memegang jabatan dalam bidang

bimbingan dan konseling harus memegang teguh prinsip-prinsip

bimbingan dan konseling.

2. Pembimbing harus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat mencapai

hasil yang sebaik-baiknya, dengan membatasi diri pada keahliannya atau

wewenangnya. Karena itu pembimbing jangan sampai mencampuri

wewenang serta tanggung jawab yang bukan wewenang serta tanggung

jawabnya.

Page 10: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

3. Oleh karena pekerjaan pembimbing berhubungan langsung dengan

kehidupan pribadi orang maka seorang pembimbing harus:

a. Dapat memegang atau menyimpan rahasia klien dengan sebaik-

baiknya

b. Menunjukkan sikap hormat kepada klien

c. Menghargai sama terhadap bermacam-macam klien. Jadi di dalam

menghadapi klien pembimbing harus menghadapi klien dalam

derajat yang sama.

4. Pembimbing tidak diperkanankan:

a. Menggunakan tenaga pembantu yang tidak ahli atau tidak terlatih.

b. Menggunakan alat-alat yang kurang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Mengambil tindakan-tindakan yang mungkin akan menimbulkan

hal-hal yang tidak baik bagi klien.

d. Mengalihkan klien pada konselor lain tanpa persetujuan klien.

5. Meminta bantuan kepada ahli dalam bidang lain di luar kemampuan atau

di luar keahliannya ataupun di luar keahlian stafnya yang diperlukan

dalam bimbingan dan konseling.

6. Pembimbing haruslah selalu menyadari akan tanggung jawabnya yang

berat yang memerlukan pengabdian sepenuhnya

7. Kode-kode etik seperti dikemukakan di atas itu mempunyai hubungan

yang erat satu dengan yang lain, yang tidak dapat dilepaskan satu dari

yang lainnya apabila hendak mencapai tujuan bimbingan dan konseling

sebaik-baiknya.

D. Fungsi Bimbingan dan Pembimbing di Sekolah

Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi

bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu

konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan

lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).

Page 11: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu

mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.

2. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor

untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi

dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh konseli.

Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli

tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang

membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah

pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok. Beberapa

masalah yang perlu diinformasikan kepada para konseli dalam rangka

mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan, diantaranya:

bahayanya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat -obatan, drop

out, dan pergaulan bebas (free sex).

3. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa

berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang

memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor dan personel Sekolah/

Madrasah lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau

bekerjasama merencanakan dan melaksanakan program bimbingan

secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli

mencapai tugas-tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat

digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok

atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata.

4. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian

bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut

aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yang dapat

digunakan adalah konseling, dan remedial teaching.

5. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau

Page 12: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang

sesuai dengan minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.

Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor perlu bekerja sama dengan

pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.

6. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,

kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk

menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan,

minat, kemampuan, dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan

informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat

membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik

dalam memilih dan menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih

metode dan proses pembelajaran, maupun menyusun bahan pelajaran

sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

7. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan

lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.

8. Fungsi Perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk

membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam

berfikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan

intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konseli supaya memiliki

pola berfikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat

sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak

yang produktif dan normatif.

9. Fungsi Fasilitasi, memberikan kemudahan kepada konseli dalam

mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras

dan seimbang seluruh aspek dalam diri konseli.

10. Fungsi Pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk

membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan

situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini

memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi -kondisi yang akan

menyebabkan penurunan produktivitas diri. Pelaksanaan fungsi ini

Page 13: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif dan

fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli.

Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di

sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., adalah sebagai berikut :

1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya;

2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan

kecakapan anak-anak;

3. Memberi nasehat kepada anak yang akan berhenti dari sekolahnya;

4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya dan

sebagainya.

Fungsi seorang pembimbing di sekolah adalah menbantu kepala

sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakn kesejahteraan sekolah

(schoolwelfare). Sehubungan dengan fungsi ini maka seoranhg pembimbing

mempunyai tugas-tugas tertentu, yaitu :

1. Mengadakan penelitian ataupun observasi situasi atau keadaan sekolah,

baik mengenai peralatan, tenaga, penyelenggaraan maupun aktivitas-

aktivitas yang lain.

2. Berdasarkan pada hasil penelitian atau observasi tersebt maka

pembimbing berkewajiban memeberikan saran-saran ataupun pendapat

kepada kepala sekolah ataupun kepada staf pengajar yang lain demi

kelancaran dan kebaikan sekolah.

3. Menyelenggarakn bimbingan terhadap anak-anak, baik yang bersifat

preventif, preservatif, maupun yang bersifat korektif aupun kuratif.

a. Yang bersifat preventif yaitu dengan tujuan menjaga jangan sampai

anak-anak mengalami kesulitan , menghibndarkan hal-hal yang tidak

diinginkan. Hal ini dapat ditempu antara lain dengan:

1) mengadakan papan bimbingan untuk berita-berita atau

pedoman-pedoman yang perlu mendapatkan perhatian dari

anak-anak

Page 14: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

2) mengadakan kotak maslah atau koak tanya untuk menampung

segala persoalan dan pertanyaan yang diajukan secara tertulis,

sehingga dengan demikian jika ada maslah maka dapat dengan

segera diatasi.

3) menyelenggaran kartu pribadi sehingga dengan demikian

pembimbing ataupun staf pengajar yang lain dapat mengetahui

data dari anak apabila memerlukannya.

4) memberikan penjelasan-penjelasan atau ceramah-ceramah yang

dianggap penting, diantaranya cara belajar efisien

5) mengadakan kelompok belajar , sebagai salah satu cara atau

teknik belajar yang cukup baik apabila dilaksanakan dengan

sebaik-baiknya.

6) mengadakan diskusi dengan anak-anak secra kelompok atau

perseorangan mengenai cita-cita, kelanjutan studi atau pemilihan

pekerjakaan.

7) Mengadakan hubungan yang harmonis, dengan orang tua atau

walimurid agar ada kerjasa yang baik antara sekolah dengan

orang tua.

Masih banyak lagi langkah-langkah yang dapat diambil dalam

rangka bimbingan preventif.

b. Yang bersifat preservatif ialah usaha untuk menjaga keadaan yang

telah baik agar tetap baik; jangan sampai keadaan yang baik menjadi

keadaan yang tidak baik.

c. Yang bersifat korektif ialah mengadakan konseling kepada anak-

anak yang mengalami kesulitan yang tidak dapat dipecahkan sendiri

dan yang membutuhkan pertolongan dari pihak lain.

4. Kecuali hal tersebut di atas , pembimbing dapat mengambil langkah-

langkah lain yang dianggap perlu demi kesejahteraan sekolah atas

persetujuan kepala sekolah

Page 15: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Menginagt begitu banyaknya tugas pembimbing,di sekolah, maka

banyak syarat yang harus dipenuhi pembimbing.

E. Syarat-Syarat bagi Seorang Pembimbing

1. Seorang pembimbing harus mempunyai pengetahuan yang cukup luas,

baik segi teori maupun praktik. Segi teori merupakan hal yang penting

karena segi inilah yang menjadi landasan di dalam praktik. Praktik tanpa

teori merupakan praktik yang ngawur. Segi praktik adalah perlu dan

penting, karena bimbingan dan konseling merupakan applied science,

ilmu yang harus diterapkan dalam praktik sehari-hari, sehingga seorang

pembimbing akan canggung apabila ia hanya menguasai teori saja tanpa

memiliki kecakapan didalam praktik.

2. Di dalam segi psikologis, seorang pembimbing akan dapat mengambil

tindakan yang bijaksana jika pembimbing telah cukup dewasa secara

psikologis, yaitu adanya kemantapan atau kestabilan di dalam psikisnya,

terutama dalam segi emosi.

3. Seorang pembimbing harus sehat jasmani maupun psikisnya, apabila

jasmani dan psikis tidak sehat, maka hal itu akan mengganggu di dalam

menjalankan tugasnya.

4. Seorang pembimbing harus mempunyai kecintaan terhadap pekerjaannya

dan juga terhadap anak atau individu yang dihadapinya. Sikap ini akan

menimbulkan kepercayaan pada anak. Tanpa adanya kepercayaan dari

anak maka tidaklah mungkin pembimbing dapat menjalankan tugas

dengan sebaik-baiknya.

5. Seorang pembimbing harus mempunyai inisiatif yang baik sehingga

dapat diharapkan usaha bimbingan dan konseling berkembang ke arah

keadaan yang lebih sempurna demi untuk kemajuan sekolah.

6. Karena bidang gerak dari pembimbing tidak terbatas pada sekolah saja,

maka seorang pembimbing harus supel, ramah tamah, sopan santun di

dalam segala perbuatannya, sehingga pembimbing dapat bekerja sama

dan memberikan bantuan secukupnya untuk kepentingan anak-anak.

Page 16: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

7. Seorang pembimbing diharapkan mempunyai sifat-sifat yang dapat

menjalankan prinsip-prinsip serta kode etik bimbingan dan konseling

dengan sebaik-baiknya.

F. Yang Dapat Menjadi Pembimbing di Sekolah

Sipakah yang dapat menjadi pembimbing di sekolah? Untuk menjawab

pertanyaan ini ada 2 kemungkinan yang dapat ditempuh, yaitu:

1. Pembimbing di sekolah dipegang oleh orang yang khusus dididik

menjadi konselor, jadi merupakan tenaga khusus yang ditugaskan untuk

melaksanakan pekerjaan itu dengan tidak menjabat pekerjaan lain.

2. Pembimbing di sekolah dipegang oleh guru pembimbing (teacher

conselor), yaitu guru yang di samping menjabat guru juga menjadi

pembimbing

Dari dua kemungkinan di atas, masing-masing mempunyai keuntunagn

maupun kelemahan, yaitu:

a. Kalau pembimbing di sekolah dipegang oleh seorang pembimbing

atau konselor yang khusus:

Keuntungan-keuntungannya:

1. Ada kemungkinan bagi pembimbing untuk memusatkan segala

perhatian dan kemampuannya pada soal-soal bimbingan karena ia

terlepas dari kewajiban mengajar. Dengan demikian bimbingan dan

konseling akan berlangsung lebih sempurna.

2. Perhatian pembimbing dapat menyeluruh, meliputi seluruh kelas dan

seluruh anak dengan perhatian yang sama.

3. Anak dapat secara bebas menyatakan segala sesuatu kepada

pembimbing, karena tidak ada prasangka di dalam menyatakan

problemnya, tidak terhalang persoalan nilai karena hal ini merupakan

hal yang penting bagi anak. Ini disebabkan pembimbing tidak secara

langsung berhubungan dengan nilai anak-anak.

Page 17: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Kelemahan-kelemahannya:

1. Pembimbing tidak mempunyai alat yang praktis untuk dapat

mengadakan hubungan secara menyeluruh dengan anak-anak. Hal

ini merupakan suatu kepincangan karena sebenarnya pembimbing

harus selalu melakukan hubungan dengan anak-anak. Namun

demikian kelemahan ini dapat diatasi dengan menyediakan jam-jam

tertentu untuk mengadakan bimbingan kelompok, kelas per kelas.

2. Kadang-kadang keadaannya bersifat kaku karena sering lebih

menitikberatkan pada struktur daripada fungsi.

3. Kalau pembimbing dipegang oleh tenaga khusus maka dibutuhkan

waktu untuk mendidiknya, sehingga pelaksanaan bimbingan dan

konseling di sekolah tidak dapat dilaksanakan secepatnya.

b. Kalau pembimbing di sekolah dipegang oleh guru pembimbing

(teacher conselor)

Keuntungan-keuntungannya:

1. Guru mempunyai alat yang praktis untuk mengadakan pendekatan

dengan anak-anak sehingga dengan demikian dapat melihat

keadaan anak-anak dengan lebih seksama. Di dalam kelas, guru

pembmbing dapat mengamati perilaku dan keadaan anak yang

sebenarnya.

2. Berkaitan dengan butir saru di atas, situasi menjadi luwes, tidak

kaku, dan setiap guru dapat bertindak sebagai pembimbing.

3. Kebutuhan tenaga pembimbing dapat segera dipenuhi karena

sekolah dapat melaksanakan job training bagi guru-guru.

Kelemahan-kelamahannya:

1. Karena guru berhubungan dengan mata pelajaran, dan hal ini

berhubungan langsung dengan nilai, maka anak-anak akan menjadi

Page 18: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

kurang terbuka untuk menyatakan problemnya, lebih-lebih kalau

berhubungan dengan staf pengajar.

2. Tanpa disadari ada kemungkinan guru pembimbing akan lebih

berfokus pada kelas-kelas yang diajarnya melebihi kelas-kelas yang

lain.

3. Dengan adanya tambahan tugas baru, ini berarti juga menambah

beban pertanggungjawaban guru.

4. Pelaksanaan bimbingan mungkin akan menjadi simpang siur.

Setelah melihat keuntungan dan kelemahan di atas maka timbul

pertanyaan, bentuk manakah yang merupakan bentuk yang sebaik-baiknya

karena keduanya masing-masing mempunyai keuntungan dan kelemahan.

Untuk menjawab pertanyaan di atas dapatlah dikemukakan bahwa

untuk menentukan cara mana yang sebaiknya diambil, harus diingat dan

dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Tingkat sekolah. Hal ini akan merupakan faktor yang turut menentukan

cara mana yang sebaiknya diambil. Tingkat SLTA mempunyai perbedaan

dengan tingkat SLTP dan demikian juga dengan tingkat Sekolah Dasar.

2. Keadaan besar kecilnya sekolah. Besar kecilnya sekolah juga

berpengaruh pada cara mana yang akan diambil. Sekolah yang jumlah

muridnya besar tentu berbeda dengan sekolah yang memiliki murid

sedikit.

3. Fasilitas yang tersedia. Hal ini jelas sangat berpengaruh karena segala

sesuatunya tidak akan dapat terlepas dari fasilitas yang ada serta situasi

yang dihadapi.

E. Bimbingan Di Sekolah

Secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya

oleh siswa di sekolah dan madrasah sehingga memerlukan bimbingan dan

konseling adalah: (1) masalah-masalah pribadi, (2) masalah belajar (masalah-

Page 19: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

masalah yang menyangkut pembelajaran), (3) masalah pendidikan, (4)

masalah karir atau pekerjaan, (5) penggunaan waktu senggang, (6) masalah-

masalah sosial dan lain sebagainya.

Permasalahan yang dialami para siswa di sekolah sering kali tidak dapat

dihindari, meski dengan pengajaran yang baik sekalipun. Hal ini terlebih lagi

disebabkan karena sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terkletak

di luar sekolah. Dalam kaitan itu, permasalahan siswa tidak boleh dibiarkan

begitu saja. Apabila misi sekolah adalah menyediakan pelayanan yang luas

untuk secara efektif membantu siswa mencapai tujuan-tujuan

perkembangannya dan mengatasi permasalahannya, maka segenap kegiatan

dan kemudahan yang diselenggarakan sekolah perlu diarahkan ke sana. Di

sinilah dirasakan perlunya pelayanan bimbingan dan konseling di samping

kegiatan pengajaran. Dalam tugas pelayanan yang luas, bimbingan dan

konseling di sekolah adalah pelayanan untuk semua murid yang mengacu

pada keseluruhan perkembangan mereka, yang meliputi keempat dimensi

kemanusiaannya dalam rangka mewujudkan manusia seutuhnya.

Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya

telah dirintis sejak tahun 1960-an. Mulai tahun 1975 pelayanan bimbingan

dan konseling telah secara resmi memasuki sekolah-sekolah, yaitu dengan

dicantumkannya pelayanan tersebut pada kurikulum 1975 yang berlaku di

sekolah-sekolah seluruh Indonesia, pada jenjang SD, SLTP dan SLTA. Pada

kurikulum 1984 keberadaan bimbingan dan konseling lebih dimantapkan lagi.

Undang-undang No. 2 tahun 1989 menjelaskan bahwa tenaga

kependidikan meliputi tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, pemilik,

pengawas, peneliti dan pengembang dibidang pendidikan, pustakawan,

laboran dan teknisi sumber belajar (pasal 27 ayat 2). Tenaga pendidik

bertugas membimbing, mengajar dan/atau melatih peserta didik (pasal 1 ayat

8). Dalam pengertian tersebut jelaslah bahwa pekerjaan bimbingan di sekolah

merupakan salah satu tugas dari tenaga pendidik. Dengan kata lain, tugas

pendidik salah satu di antaranya adalah membimbing.

Page 20: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Surat Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, No. 026

tahun 1989 menyebutkan secara eksplisif pekerjaan bimbingan dan

penyuluhan (konseling) dan pekerjaan mengajar yang satu sama lain

berkedudukan seimbang dan sejajar. Dalam SK tersebut disebutkan bahwa

seorang guru di sekolah dapat mengerjakan kegiatan mengajar atau kegiatan

pelayanan bimbingan dan penyuluhan. Keberadaan pelayanan bimbingan dan

penyuluhan di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 28

tahun 1990 (tentang Pendidikan Dasar) dan No. 29 tahun 1990 (tentang

Pendidikan Menengah). Dalam kedua peraturan pemerintah itu disebutkan

dalam Bab X, bahwa:

1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam

rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan

merencanakan masa depan;

2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.

3. Dalam penjelasannya Peraturan Pemerintah No. 29 tahun 1990

menyebutkan bahwa: Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi

siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan

kekurangan yang ada pada dirinya;

4. Bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk

membantu siswa menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi,

budaya serta alam yang ada;

5. Bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan

diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah

menengah serta kariernya di masa depan.

Peraturan perundangan tersebut di atas memberikan legalisasi yang

cukup mantap tentang keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di

sekolah. Dan uraian di atas juga menegaskan, bahwa pelayanan bimbingan

dan konseling di sekolah telah diterima dan menjadi suatu pekerjaan yang

tugas dan ruang lingkupnya jelas.

Page 21: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

F. Arah dan Tujuan Bimbingan dan Konseling Di Sekolah

Arah bimbingan dan konseling di sekolah adalah memungkinkan siswa

mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima

lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil

keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan

produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya dimasa depan.

Adapun tujuan bimbingan dan konseling di sekolah adalah agar tercapai

perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing, dengan perkataan

lain agar individu (siswa) dapat mengembangkan dirinya secara optimal

sesuai dengan potensi atau kapasitasnya dan agar individu dapat berkembang

sesuai lingkungannya.

Secara khusus tujuan bimbingan dan konseling di sekolah, diuraikan

H.M. Umar, dan kawan-kawan (1998:21-21) sebagai berikut:

Tujuan bimbingan bagi siswa:

1. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan pemahaman diri sesuai

dengan kecakapan, minat, pribadi, hasil belajar, serta kesempatan yang

ada

2. Membantu siswa-siswa untuk mengembangkan motif-motif dalam

belajar, sehingga tercapai kemajuan pengajaran yang berarti

3. Memberikan dorongan di dalam pengarahan diri, pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, dan keterlibatan diri dalam proses pendidikan

4. Membantu siswa-siswa untuk memperoleh kepuasan pribadi dalam

penyesuaian diri secara maksimum terhadap masyarakat

5. Membantu siswa untuk hidup di dalam kehidupan yang seimbang dalam

berbagai aspek fisik, mental dan sosial.

Tujuan bimbingan bagi guru adalah sebagai berikut:

1. Membantu guru dalam berhubungan dengan siswa-siswa

2. Membantu guru dalam menyesuaikan keunikan individual dengan

tuntutan umum sekolah dan masyarakat

Page 22: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

3. Membantu guru dalam mengenal pentingnya keterlibatan diri dalam

keseluruhan program pendidikan

4. Membantu keseluruhan program pendidikan untuk menemukan

kebutuhan-kebutuhan seluruh siswa

Adapun tujuan bimbingan bagi sekolah:

1. Menyusun dan menyesuaikan data tentang siswa yang bermacam-macam

2. Mengadakan penelitian tentang siswa dari latar belakangnya

3. Membantu menyelenggarakan kegiatan penataran bagi para guru dan

personil lainnya, yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan

4. Mengadakan peneltian lanjutan terhadap siswa-siswa yang telah

meninggalkan sekolah.

Tujuan bimbingan dan konseling dalam Islam secara rinci dapat

disebutkan sebagai berikut:

1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan

kebersihan jiwa dan mental, jiwa menjadi tenang, jinak dan damai

(mutmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah), dan mendapatkan

pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).

2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah

laku yang dapat memberikan manfaat, baik pada diri sendiri, lingkungan

keluarga, lingkungan kerja, maupun lingkungan sosial dan alam

sekitarnya.

3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga

muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong

menolong dan rasa kasih sayang.

4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga

muncul dan berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada

Page 23: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

Tuhannnya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan

menerima ujian-Nya.

5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu

individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan

benar, ia dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup,

dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya

pada berbagai aspek kehidupan.

Page 24: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

1. Bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang

diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya

seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self

understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan

dirinya (self direction) , dan merealisasikan dirinya (self realization).

2. Ada 12 prinsip bimbingan sebagai berikut:

a. Bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk anak-anak, orang

dewasa, dan orang yang sudah tua.

b. Tiap aspek daripada kepribadian seseorang menentukan tingkah

laku orang itu. Oleh karena itu bimbingan harus berusaha

memajukan individu itu dalam semua aspek-aspek tadi.

c. Usaha-usaha bimbingan harus menyeluruh ke semua orang karena

semua orang mempunyai berbagai masalah yang butuh pertolongan.

3. Kode etik ialah ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang harus

ditaati oleh siapa saja yang berkecimpung dalam bidang bimbingan dan

konseling demi untuk kebaikan.

4. Secara umum, fungsi bimbingan dan konseling yaitu: Fungsi

pemahaman, fungsi preventif, fungsi pengembangan, fungsi

penyembuhan, fungsi penyaluran, fungsi adaptasi, fungsi penyesuaian,

fungsi perbaikan, fungsi fasilitasi, dan fungsi pemeliharaan,

Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di

sekolah adalah: Menolong anak dalam kesulitan belajarnya; berusaha

memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-

anak; memberi nasehat kepada anak yang akan berhenti dari sekolahnya;

memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya dan

sebagainya.

Page 25: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

5. Syarat-syarat bagi seorang pembimbing di sekolah menurut Arifin dan

Eti Kartikawati (1994/1995) dipilih atas dasar kualifikasi : (1)

Kepribadian, (2) Pendidikan, (3) Pengalaman, dan (4) Kemampuan.

6. Syarat bagi seorang pembimbing di sekolah ada dua kemungkinan yaitu

pembimbing di sekolah dipegang oleh seorang pembimbing atau

konselor yang khusus dan pembimbing di sekolah dipegang oleh guru

pembimbing (teacher conselor) Dari dua kemungkinan di atas, masing-

masing mempunyai keuntunagn maupun kelemahan. Dan untuk

menentukan cara mana yang sebaiknya diambil, harus diingat dan

dipertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut: Tingkat sekolah, keadaan

besar kecilnya sekolah, dan fasilitas yang tersedia di sekolah.

Secara khusus arah dan tujuan bimbingan dan konseling di sekolah ada

tiga macam, yaitu: Tujuan bimbingan bagi siswa, tujuan bimbingan bagi

guru dan tujuan bimbingan bagi sekolah.

B. Saran

Saran yang bisa penulis berikan kepada pembaca yang nantinya akan

menyusun makalah dengna tema yang sama, yaitu harus melakukan tinjauan

pustaka dahulu agar pembahasan yang dilakukan dapat menyeluruh.

Page 26: Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah

DAFTAR PUSTAKA

Prayitno dan Erman Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling.

Jakarta: Rineka Cipta.

Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karir). Yogyakarta:

Andi.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah (Berbasis

Integrasi). Jakarta: RajaGrafindo Persada.