buletin dakwah mujahidin: kisah ammar bin yasir

28

Upload: remaja-masjid-mujahidin

Post on 06-Apr-2016

328 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Kisah penuh pelajaran yang sulit tertandingi.

TRANSCRIPT

1

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

Bab 1 Cerita Ringkas

Ammar ibn Yasir

Ammar ibn Yasir d merupakan sahabat yang tergolong as-sabiqun al-awwalun ‘kelompok sahabat yang terdahulu memelukIslam’. Setelah memeluk Islam, beliau berhasil mengajak ibu danayah beliau memperoleh hidayah yang sama. Ayah beliau, Yasiribn Amir a adalah perantau dari Yaman yang bersahabat de-ngan Abu Hudzaifah ibn Mughirah dan dinikahkan dengan saha-yanya, Sumayyah binti Khayyath s.

Karena mereka ini, Ammar dan kedua orang tua beliau f,termasuk keluarga miskin, kaum Quraisy menjadikan mereka se-bagai sasaran penyiksaan karena pilihan mereka memeluk Islam.Bani Makhzum, tempat mereka berlindung selama ini, sangat ma-rah ketika mengetahui keislaman Keluarga Yasir f. Penyiksaandemi penyiksaan dilakukan tanpa belas kasihan kepada keluargaini hanya demi memaksa mereka agar mau membuka bibir untukmengucapkan kalimat kufur. Namun, Ammar beserta keduaorang tua beliau f berjuang menahan lisan mereka dari menye-but sembahan orang-orang jahiliah. Ammar dan kedua orang tuabeliau f dibiarkan di terik matahari padang pasir, didera, disu-lut dengan api yang menyala-nyala, dan berbagai tindakan me-ngerikan di luar perikemanusiaan diberlakukan atas mereka su-paya mereka mengucapkan lafal kemurtadan. Namun, usaha ka-um Quraisy sia-sia belaka.

Ketika Abu Jahl ikut serta melakukan penyiksaan, ia begitujengkel dan berputus asa terhadap Sumayyah s ibunda Ammara. Seorang budak wanita yang hina dalam pandangan Abu Jahldan masyarakat Quraisy saat itu, dengan tegar menahan siksaanseolah-olah menantang kesombongan tokoh besar Quraisy terse-but. Karena tidak tertahankan lagi kejengkelannya, Abu Jahlmengambil tombak dan menusuk Sumayyah s dari selangkang-an hingga tembus ke punggungnya; jadilah beliau orang yang

2

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN mati syahid pertama dalam Islam. Tidak berapa lama kemudian,

sang ayah, Yasir ibn Amir a juga meninggal dalam penyiksaanorang-orang kair Quraisy. Kematian kedua orang tua Ammar aakibat siksaan tersebut tidak menyebabkan beliau berubah pikir-an, bahkan makin meneguhkan pendirian beliau. Siksaan punmakin ditingkatkan. Ammar a dibakar dengan besi panas, di-tenggelamkan dalam air hingga sesak napas, dan lain-lain.

Ketika Ammar a disiksa sedemikian rupa sehingga hampirtak sadarkan diri, dalam keadaan seperti itu ada yang menuntun(mentalqin) beliau untuk mengucapkan lafal kemurtadan yaitumemuja-muja berhala kaum Quraisy. Ammar a mengikutiucapan-ucapan tersebut, maka dibebaskanlah beliau. Saat me-nyadari semuanya itu, Ammar a menangis sejadi-jadinya, seo-lah-olah dunia kiamat bagi beliau. Kedukaan dan ketakutan beli-au karena telah mengucapkan kata-kata yang bisa mencabutiman di dada, terasa jauh lebih berat daripada siksaan demi sik-saan yang telah beliau alami.

Dalam puncak kesedihan yang serasa tidak tertahankan, da-tanglah Rasulullah n. Beliau menyampaikan irman Allah yangmembuat Ammar a sangat terhibur dan tenteram hatinya, bah-wa dia tidak berdosa mengucapkan lafal tersebut karena terpak-sa, sebagaimana yang diirmankan Allah dalam al-Qur'an:

چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎچڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ ک

چک ک ک گ گ گ گ“Barang siapa kair kepada Allah sesudah dia beriman (diamendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipak-sa kair padahal hatinya tetap tenang dalam beriman(dia tidak berdosa). Akan tetapi, orang yang melapang-kan dadanya untuk kekairan (kair tanpa dipaksa), makakemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yangbesar.” (QS an-Nahl 16:106)

Begitu tegar dan kokohnya Ammar a dalam mempertahan-kan iman walaupun cobaan dan siksaan harus dia alami, sehing-ga Nabi n sangat sayang kepadanya. Beliau n bersabda tentangdirinya, “Diri Ammar a dipenuhi oleh keimanan sampai ke tu-lang sumsumnya.”

Bab 2 Ibrah yang Diambil

dari Cerita Ammar

Mendalami cerita Ammar ibn Yasir d di atas, kami akanmengajak kaum Muslimin untuk mengambil ibrah bagaimana te-garnya Ammar a dalam mempertahankan lisannya agar tidakmengucapkan ucapan yang bisa membuatnya murtad. Begitulahsikap seorang muslim yang seharusnya. Walaupun terlihat mu-dah, meneladani ketegaran Ammar ibn Yasir d tidaklah mudah.

Sebagian umat muslim sekarang dengan mudah mengucapkanlafal yang membahayakan aqidahnya. Mereka tidak dalamkeadaan dipaksa sebagaimana yang dialami Ammar ibn Yasird. Namun, ucapan berbahaya tersebut keluar dari lisan hanyadikarenakan rasa tidak enak dengan tetangga, pimpinan, rekankerja, dan hanya demi “toleransi”. Ucapan yang membahayakanaqidah tersebut ialah “Selamat Natal”. Mungkin ada yang berka-ta, di mana letak bahayanya? Bukankah itu hanya sekadar kata-kata? Nah, sebelum membahas bagaimana ucapan Selamat Natalbisa dihukumi haram, maka kita bahas terlebih dahulu makna“selamat natal” tersebut pada Bab 3.

3

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

mati syahid pertama dalam Islam. Tidak berapa lama kemudian,sang ayah, Yasir ibn Amir a juga meninggal dalam penyiksaanorang-orang kair Quraisy. Kematian kedua orang tua Ammar aakibat siksaan tersebut tidak menyebabkan beliau berubah pikir-an, bahkan makin meneguhkan pendirian beliau. Siksaan punmakin ditingkatkan. Ammar a dibakar dengan besi panas, di-tenggelamkan dalam air hingga sesak napas, dan lain-lain.

Ketika Ammar a disiksa sedemikian rupa sehingga hampirtak sadarkan diri, dalam keadaan seperti itu ada yang menuntun(mentalqin) beliau untuk mengucapkan lafal kemurtadan yaitumemuja-muja berhala kaum Quraisy. Ammar a mengikutiucapan-ucapan tersebut, maka dibebaskanlah beliau. Saat me-nyadari semuanya itu, Ammar a menangis sejadi-jadinya, seo-lah-olah dunia kiamat bagi beliau. Kedukaan dan ketakutan beli-au karena telah mengucapkan kata-kata yang bisa mencabutiman di dada, terasa jauh lebih berat daripada siksaan demi sik-saan yang telah beliau alami.

Dalam puncak kesedihan yang serasa tidak tertahankan, da-tanglah Rasulullah n. Beliau menyampaikan irman Allah yangmembuat Ammar a sangat terhibur dan tenteram hatinya, bah-wa dia tidak berdosa mengucapkan lafal tersebut karena terpak-sa, sebagaimana yang diirmankan Allah dalam al-Qur'an:

چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌ ڌ ڎچڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ ک

چک ک ک گ گ گ گ“Barang siapa kair kepada Allah sesudah dia beriman (diamendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipak-sa kair padahal hatinya tetap tenang dalam beriman(dia tidak berdosa). Akan tetapi, orang yang melapang-kan dadanya untuk kekairan (kair tanpa dipaksa), makakemurkaan Allah menimpanya dan baginya adzab yangbesar.” (QS an-Nahl 16:106)

Begitu tegar dan kokohnya Ammar a dalam mempertahan-kan iman walaupun cobaan dan siksaan harus dia alami, sehing-ga Nabi n sangat sayang kepadanya. Beliau n bersabda tentangdirinya, “Diri Ammar a dipenuhi oleh keimanan sampai ke tu-lang sumsumnya.”

Bab 2 Ibrah yang Diambil

dari Cerita Ammar

Mendalami cerita Ammar ibn Yasir d di atas, kami akanmengajak kaum Muslimin untuk mengambil ibrah bagaimana te-garnya Ammar a dalam mempertahankan lisannya agar tidakmengucapkan ucapan yang bisa membuatnya murtad. Begitulahsikap seorang muslim yang seharusnya. Walaupun terlihat mu-dah, meneladani ketegaran Ammar ibn Yasir d tidaklah mudah.

Sebagian umat muslim sekarang dengan mudah mengucapkanlafal yang membahayakan aqidahnya. Mereka tidak dalamkeadaan dipaksa sebagaimana yang dialami Ammar ibn Yasird. Namun, ucapan berbahaya tersebut keluar dari lisan hanyadikarenakan rasa tidak enak dengan tetangga, pimpinan, rekankerja, dan hanya demi “toleransi”. Ucapan yang membahayakanaqidah tersebut ialah “Selamat Natal”. Mungkin ada yang berka-ta, di mana letak bahayanya? Bukankah itu hanya sekadar kata-kata? Nah, sebelum membahas bagaimana ucapan Selamat Natalbisa dihukumi haram, maka kita bahas terlebih dahulu makna“selamat natal” tersebut pada Bab 3.

4

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

Bab 3 Makna Ucapan

Selamat Natal

Ucapan “selamat natal” terdiri atas dua kata, yaitu “selamat”dan “natal”. Kata selamat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiamemiliki beberapa arti, yaitu:

1. Sebagai kata sifat, selamat berarti terbebas dari bahaya,malapetaka, dan bencana, serta tidak mendapat gangguanatau kerusakan. Selamat juga bisa berarti sehat, tercapaimaksud dan tidak gagal.

2. Sebagai kata kerja, selamat berarti do’a yang mengandungharapan supaya sejahtera, sukses, dan lain-lain.

Adapun makna “ucapan selamat” yang secara umum berlaku da-lam pergaulan sehari-hari adalah bentuk: keridhaan, penga-kuan, dan ungkapan rasa syukur dari pengucap selamat kepa-da yang diberi ucapan selamat. Contohnya ketika di arena olahraga atau kontes lainnya, kompetitor yang kalah mengucapkanselamat kepada pemenang, berarti dia telah mengakui apa yangtelah diraih oleh kompetitornya. Adapun contoh kata selamat se-bagai rasa syukur: selamat melahirkan, selamat naik kelas, sela-mat ulang tahun, dan lain-lain.

Adapun natal secara bahasa berarti “kelahiran”. Contoh peng-gunaan istilah natal ini adalah Dies Natalis yang berarti hari kela-hiran atau hari ulang tahun. Saat ini, istilah natal umum diguna-kan untuk merujuk kepada perayaan Natal yang dilakukan olehkaum Nasrani, yaitu perayaan hari lahirnya Yesus Kristus (Isa ibnMaryam) yang mereka anggap sebagai anak sekaligus jelmaanTuhan yang turun ke bumi sebagai juru selamat.

Bab 4 Hukum Mengucapkan

Selamat Natal

Di sini pembahasan dipecahkan menjadi tiga bagian, yaitu:(1) hukum untuk sekadar mengucapkan selamat natal, (2) hukumikut datang ke jamuan dalam perayaan natal, dan (3) hukum un-tuk ikut merayakan acara tahun baru.

4.1 Hukum mengucapkan selamat natal

Sebelum disampaikan apa hukumnya mengucapkan selamat na-tal, kita simak terlebih dahulu irman-irman Allah di bawah ini:Surah al-Ma'idah (5) ayat 72–74:

ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦڦچڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃڃ چ چ

چ چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌڌ ڎڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ ک ک

ک ک گگ گ گ ڳ ڳ ڳ ڳڱ ڱ ڱ ڱ ںں ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ

ہ ہ ہ ھ ھھ ھ ےچے ۓ

Sesungguhnya telah kairlah orang-orang yang berka-ta, “Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra Mar-yam”, padahal al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Isra'il,sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnyaorang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, ma-

5

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

Bab 3 Makna Ucapan

Selamat Natal

Ucapan “selamat natal” terdiri atas dua kata, yaitu “selamat”dan “natal”. Kata selamat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiamemiliki beberapa arti, yaitu:

1. Sebagai kata sifat, selamat berarti terbebas dari bahaya,malapetaka, dan bencana, serta tidak mendapat gangguanatau kerusakan. Selamat juga bisa berarti sehat, tercapaimaksud dan tidak gagal.

2. Sebagai kata kerja, selamat berarti do’a yang mengandungharapan supaya sejahtera, sukses, dan lain-lain.

Adapun makna “ucapan selamat” yang secara umum berlaku da-lam pergaulan sehari-hari adalah bentuk: keridhaan, penga-kuan, dan ungkapan rasa syukur dari pengucap selamat kepa-da yang diberi ucapan selamat. Contohnya ketika di arena olahraga atau kontes lainnya, kompetitor yang kalah mengucapkanselamat kepada pemenang, berarti dia telah mengakui apa yangtelah diraih oleh kompetitornya. Adapun contoh kata selamat se-bagai rasa syukur: selamat melahirkan, selamat naik kelas, sela-mat ulang tahun, dan lain-lain.

Adapun natal secara bahasa berarti “kelahiran”. Contoh peng-gunaan istilah natal ini adalah Dies Natalis yang berarti hari kela-hiran atau hari ulang tahun. Saat ini, istilah natal umum diguna-kan untuk merujuk kepada perayaan Natal yang dilakukan olehkaum Nasrani, yaitu perayaan hari lahirnya Yesus Kristus (Isa ibnMaryam) yang mereka anggap sebagai anak sekaligus jelmaanTuhan yang turun ke bumi sebagai juru selamat.

Bab 4 Hukum Mengucapkan

Selamat Natal

Di sini pembahasan dipecahkan menjadi tiga bagian, yaitu:(1) hukum untuk sekadar mengucapkan selamat natal, (2) hukumikut datang ke jamuan dalam perayaan natal, dan (3) hukum un-tuk ikut merayakan acara tahun baru.

4.1 Hukum mengucapkan selamat natal

Sebelum disampaikan apa hukumnya mengucapkan selamat na-tal, kita simak terlebih dahulu irman-irman Allah di bawah ini:Surah al-Ma'idah (5) ayat 72–74:

ٹ ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦڦچڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃڃ چ چ

چ چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍ ڍ ڌڌ ڎڎ ڈ ڈ ژ ژ ڑ ڑ ک ک

ک ک گگ گ گ ڳ ڳ ڳ ڳڱ ڱ ڱ ڱ ںں ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ

ہ ہ ہ ھ ھھ ھ ےچے ۓ

Sesungguhnya telah kairlah orang-orang yang berka-ta, “Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra Mar-yam”, padahal al-Masih (sendiri) berkata, “Hai Bani Isra'il,sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.” Sesungguhnyaorang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, ma-

6

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

ka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tem-patnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalimitu seorang penolong pun. Sesungguhnya kairlah orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya Allah salah se-orang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tu-han selain dari Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidakberhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kair di antara mereka akan ditimpa siksaanyang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepa-da Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pada ayat-ayat di atas, Allah telah menyatakan keputusan-Nyabahwa telah kairlah orang-orang yang mengatakan Isa ibn Mar-yam sebagai Tuhan, dan kairlah orang-orang yang mengatakanbahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga (yakni keyakinantrinitas).

Namun demikian, sebagian kaum Muslimin tetap saja tidakpeduli dengan keputusan Allah tersebut, bahkan dengan ringanhati mengucapkan selamat natal yang maknanya telah kita keta-hui: mengakui dan meridhai hari natal dan perayaan natal terse-but.

Dan ketahuilah dahsyatnya kemurkaan Allah terhadap ucapanmereka tentang Isa ibn Maryam tersebut dapat kita lihat pada ir-man Allah dalam surah Maryam (19) ayat 88–92:

ے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇچۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ

ۅ ۉ ۉ ې ې ې ې ى ى ائ ائ ەئچەئ وئ

Dan mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah mempu-nyai anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesu-atu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit

pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gu-nung-gunung runtuh, karena mereka menuduh AllahYang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layakbagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai)anak.

Dalam surah Maryam (19) ayat 88–92 di atas, digambarkan beta-pa dahsyatnya kemurkaan Allah terhadap keyakinan yang keliruini, sampai-sampai langit hampir pecah, bumi terbelah, dan gu-nung-gunung runtuh karena mereka menuduh Allah punya anak.

4.2 Hukum berkunjung ke acara natal

Pada bulan Desember, kaum Nasrani mulai bergembira untukmemperingati lahirnya “anak Tuhan” dan “Tuhan anak”. Berba-gai macam bentuk perayaan mereka adakan, seperti jamuan ma-kan, peribadatan, melantunkan kidung-kidung pujian, atau acara-acara lainnya yang diselenggarakan untuk meninggikan syiar me-reka; itu adalah bagian dari ritual mereka.

Maka celakalah orang-orang Muslim yang hadir mengunjungiacara dan jamuan mereka, karena kehadiran tersebut menanda-kan bahwa mereka telah mengikuti ritual, berbagi kebahagiaan,dan memberikan kehormatan atas sikap mereka yang sedangmerayakan kelahiran “anak Tuhan” di mana murka Allah yangsangat dahsyat sedang diturunkan. Allah melarang kita untuk du-duk bersama mereka selama mereka masih melakukan acara pe-rayaan tersebut, sesuai dengan irman Allah berikut:

ې ې ى ى ائ ائ ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ۇئچۆئ ۆئ ۈئ ۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئی ی

ی یجئ حئ مئ ىئ يئ جب حب خب مبچىب

7

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

ka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tem-patnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalimitu seorang penolong pun. Sesungguhnya kairlah orang-orang yang mengatakan, “Bahwasanya Allah salah se-orang dari yang tiga”, padahal sekali-kali tidak ada Tu-han selain dari Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidakberhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kair di antara mereka akan ditimpa siksaanyang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepa-da Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan AllahMaha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Pada ayat-ayat di atas, Allah telah menyatakan keputusan-Nyabahwa telah kairlah orang-orang yang mengatakan Isa ibn Mar-yam sebagai Tuhan, dan kairlah orang-orang yang mengatakanbahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga (yakni keyakinantrinitas).

Namun demikian, sebagian kaum Muslimin tetap saja tidakpeduli dengan keputusan Allah tersebut, bahkan dengan ringanhati mengucapkan selamat natal yang maknanya telah kita keta-hui: mengakui dan meridhai hari natal dan perayaan natal terse-but.

Dan ketahuilah dahsyatnya kemurkaan Allah terhadap ucapanmereka tentang Isa ibn Maryam tersebut dapat kita lihat pada ir-man Allah dalam surah Maryam (19) ayat 88–92:

ے ے ۓ ۓ ڭ ڭ ڭ ڭ ۇ ۇچۆ ۆ ۈ ۈ ٴۇ ۋ ۋ ۅ

ۅ ۉ ۉ ې ې ې ې ى ى ائ ائ ەئچەئ وئ

Dan mereka berkata, “Tuhan Yang Maha Pemurah mempu-nyai anak.” Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesu-atu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit

pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gu-nung-gunung runtuh, karena mereka menuduh AllahYang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layakbagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai)anak.

Dalam surah Maryam (19) ayat 88–92 di atas, digambarkan beta-pa dahsyatnya kemurkaan Allah terhadap keyakinan yang keliruini, sampai-sampai langit hampir pecah, bumi terbelah, dan gu-nung-gunung runtuh karena mereka menuduh Allah punya anak.

4.2 Hukum berkunjung ke acara natal

Pada bulan Desember, kaum Nasrani mulai bergembira untukmemperingati lahirnya “anak Tuhan” dan “Tuhan anak”. Berba-gai macam bentuk perayaan mereka adakan, seperti jamuan ma-kan, peribadatan, melantunkan kidung-kidung pujian, atau acara-acara lainnya yang diselenggarakan untuk meninggikan syiar me-reka; itu adalah bagian dari ritual mereka.

Maka celakalah orang-orang Muslim yang hadir mengunjungiacara dan jamuan mereka, karena kehadiran tersebut menanda-kan bahwa mereka telah mengikuti ritual, berbagi kebahagiaan,dan memberikan kehormatan atas sikap mereka yang sedangmerayakan kelahiran “anak Tuhan” di mana murka Allah yangsangat dahsyat sedang diturunkan. Allah melarang kita untuk du-duk bersama mereka selama mereka masih melakukan acara pe-rayaan tersebut, sesuai dengan irman Allah berikut:

ې ې ى ى ائ ائ ەئ ەئ وئ وئ ۇئ ۇئچۆئ ۆئ ۈئ ۈئ ېئ ېئ ېئ ىئ ىئ ىئی ی

ی یجئ حئ مئ ىئ يئ جب حب خب مبچىب

8

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

Dan sungguh Allah telah menurunkan ketentuan kepadakamu di dalam al-Qur'an bahwa apabila kamu mende-ngar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan(oleh orang-orang kair), maka janganlah kamu dudukbeserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraanyang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat de-mikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesung-guhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orangmunaik dan orang-orang kair di dalam Jahannam. (QSan-Nisa' 4:140)

Di saat merayakan natal, mereka telah mengingkari ayat-ayatAllah. Bahkan lebih dari sekadar mengolok-olok, mereka telahmenuduh Allah mempunyai anak dan menuhankan anak terse-but. Berdasarkan ayat di atas, selama mereka masih melakukanperayaan tersebut, jika kita duduk bersama mereka maka kitamenjadi serupa dengan mereka. Hadits Rasulullah n, di bawahini mempertegas ayat tersebut di atas:

مم.. هه من مم ووم هه وف ممم مو وق مب همو بب وش وت منم وم »

“Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasukgolongan mereka.” (HR Abu Dawud)

4.3 Hukum ikut merayakan tahun baru masehi

Dalam keyakinan kaum Nasrani, perayaan natal dan tahun baruMasehi saling berkait. Ini dikarenakan acara perayaan kelahiranal-Masih (Natal Kristus) dilakukan selama 1 minggu, diawali de-ngan ibadah Natal Kristus dan diakhiri dengan ibadah awal ta-hun baru Masehi. Karena peringatan natal tersebut dilakukan se-lama 1 minggu, akhir dari perayaan natal itu masuk ke dalamtahun baru Masehi. Makna simbolis dari hal ini adalah: ketikaYesus Kristus lahir di dalam hati kaum Nasrani, maka merekamemaknainya sebagai masa memasuki periode kehidupan yangbaru.

Kaum Nasrani membuat sistem penanggalan kalender Masehididasarkan pada tanggal kelahiran Yesus (Isa ibn Maryam). KaumNasrani memandang tahun baru Masehi bukan hanya sebagai ta-hun baru budaya, melainkan juga sebagai tahun baru religius,sehingga sebagian kaum Nasrani mengisi awal tahun baru de-ngan “ibadah tahun baru”.

Maka dari itu, merayakan tahun baru Masehi sama hukum-nya dengan merayakan Natal, karena ritual ibadah mereka anta-ra natal dan tahun baru saling berkait.

Masih banyak dalil-dalil lain dari al-Qur'an, Hadits, dan Atsaryang dapat digunakan sebagai bukti atas pelarangan untuk ber-partisipasi, baik sebatas ucapan maupun ikut meleburkan diri da-lam perayaan hari besar agama lain, namun dalil-dalil yang adadi atas kiranya sudah mencukupi untuk menjelaskan laranganikut serta dalam perayaan mereka.

Bab 5 Fatwa Ulama

Tentang Natal

Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin v pernah ditanya:Apa hukum ucapan selamat natal kepada orang kair (Nasrani)?Bagaimana cara kita menjawab ketika mereka mengucapkan sela-mat natal kepada kita? Bolehkah pergi ke pesta-pesta yang mere-ka adakan dalam rangka acara natal ini? Apakah berdosa jika se-seorang melakukan hal-hal tersebut tanpa maksud (menyelisihiIslam), tetapi untuk menunjukkan sikap ramah, atau karena ma-lu, atau tertekan (sungkan/tidak enak), atau karena sebab-sebablain? Dan bolehkah kita menyerupai mereka dalam perayaan ini?

Beliau v menjawab: Ucapan selamat natal kepada orang ka-ir (Nasrani) saat natal atau saat hari raya keagamaan merekayang lain hukumnya haram berdasarkan kesepakatan para ula-ma. Hal ini sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayyim v dalam ki-tabnya, Ahkamu Ahlidz-Dzimmah, beliau mengatakan, “Adapunmemberikan ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang

9

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

Dan sungguh Allah telah menurunkan ketentuan kepadakamu di dalam al-Qur'an bahwa apabila kamu mende-ngar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan(oleh orang-orang kair), maka janganlah kamu dudukbeserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraanyang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat de-mikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesung-guhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orangmunaik dan orang-orang kair di dalam Jahannam. (QSan-Nisa' 4:140)

Di saat merayakan natal, mereka telah mengingkari ayat-ayatAllah. Bahkan lebih dari sekadar mengolok-olok, mereka telahmenuduh Allah mempunyai anak dan menuhankan anak terse-but. Berdasarkan ayat di atas, selama mereka masih melakukanperayaan tersebut, jika kita duduk bersama mereka maka kitamenjadi serupa dengan mereka. Hadits Rasulullah n, di bawahini mempertegas ayat tersebut di atas:

مم.. هه من مم ووم هه وف ممم مو وق مب همو بب وش وت منم وم »

“Barang siapa menyerupai suatu kaum maka ia termasukgolongan mereka.” (HR Abu Dawud)

4.3 Hukum ikut merayakan tahun baru masehi

Dalam keyakinan kaum Nasrani, perayaan natal dan tahun baruMasehi saling berkait. Ini dikarenakan acara perayaan kelahiranal-Masih (Natal Kristus) dilakukan selama 1 minggu, diawali de-ngan ibadah Natal Kristus dan diakhiri dengan ibadah awal ta-hun baru Masehi. Karena peringatan natal tersebut dilakukan se-lama 1 minggu, akhir dari perayaan natal itu masuk ke dalamtahun baru Masehi. Makna simbolis dari hal ini adalah: ketikaYesus Kristus lahir di dalam hati kaum Nasrani, maka merekamemaknainya sebagai masa memasuki periode kehidupan yangbaru.

Kaum Nasrani membuat sistem penanggalan kalender Masehididasarkan pada tanggal kelahiran Yesus (Isa ibn Maryam). KaumNasrani memandang tahun baru Masehi bukan hanya sebagai ta-hun baru budaya, melainkan juga sebagai tahun baru religius,sehingga sebagian kaum Nasrani mengisi awal tahun baru de-ngan “ibadah tahun baru”.

Maka dari itu, merayakan tahun baru Masehi sama hukum-nya dengan merayakan Natal, karena ritual ibadah mereka anta-ra natal dan tahun baru saling berkait.

Masih banyak dalil-dalil lain dari al-Qur'an, Hadits, dan Atsaryang dapat digunakan sebagai bukti atas pelarangan untuk ber-partisipasi, baik sebatas ucapan maupun ikut meleburkan diri da-lam perayaan hari besar agama lain, namun dalil-dalil yang adadi atas kiranya sudah mencukupi untuk menjelaskan laranganikut serta dalam perayaan mereka.

Bab 5 Fatwa Ulama

Tentang Natal

Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsaimin v pernah ditanya:Apa hukum ucapan selamat natal kepada orang kair (Nasrani)?Bagaimana cara kita menjawab ketika mereka mengucapkan sela-mat natal kepada kita? Bolehkah pergi ke pesta-pesta yang mere-ka adakan dalam rangka acara natal ini? Apakah berdosa jika se-seorang melakukan hal-hal tersebut tanpa maksud (menyelisihiIslam), tetapi untuk menunjukkan sikap ramah, atau karena ma-lu, atau tertekan (sungkan/tidak enak), atau karena sebab-sebablain? Dan bolehkah kita menyerupai mereka dalam perayaan ini?

Beliau v menjawab: Ucapan selamat natal kepada orang ka-ir (Nasrani) saat natal atau saat hari raya keagamaan merekayang lain hukumnya haram berdasarkan kesepakatan para ula-ma. Hal ini sebagaimana dinukil oleh Ibnul Qayyim v dalam ki-tabnya, Ahkamu Ahlidz-Dzimmah, beliau mengatakan, “Adapunmemberikan ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang

1 0

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN khusus bagi orang-orang kair hukumnya haram berdasarkan ij-

ma’ (kesepakatan) para ulama. Seperti memberikan ucapan sela-mat pada hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan, ‘Se-moga hari raya ini berkah bagimu’, atau mengucapkan selamatpada hari raya tersebut, atau semisalnya. Meskipun orang yangmengucapkannya bisa selamat dari kekufuran, dia tidak bisa le-pas dari keharaman. Mengucapkan selamat hari raya seperti inisama artinya dengan engkau mengucapkan selamat kepadanyakarena telah sujud kepada salib, bahkan lebih besar dosanya disisi Allah dan lebih dibenci daripada ucapan selamat pada orangyang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atauucapan selamat pada perbuatan maksiat lainnya.Banyak orang yang kurang paham akan agama terjatuh dalamkesalahan tersebut. Mereka tidak mengetahui kejelekan dariamalan yang mereka lakukan. Maka, barang siapa memberikanucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah,atau kekufuran, maka sungguh dia telah berani menantang mur-ka Allah Ta’ala.’ Demikian perkataan Ibnul Qayyim v.

Alasan diharamkannya mengucapkan selamat pada hari rayakeagamaan orang kair, atau hal-hal lain yang disebutkan IbnulQayyim di atas, ialah karena dalam ucapan selamat itu terkan-dung pengakuan atas apa yang mereka lakukan berupa syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridha terhadapnya, meskipun ia tidak ridhaterhadap kekufuran itu sendiri. Dan diharamkan atas setiap mus-lim untuk ridha terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran atau mengucap-kan selamat atasnya, karena Allah tidak ridha terhadap hal ter-sebut. Allah Ta’ala berirman:

چ چ چ چ ڇ ڇڇ ڇ ڍ ڍ ڌڌ ڎچچڎ ڈ ڈژ

Jika kamu kair maka sesungguhnya Allah tidak memerlu-kan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekairan bagihamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia merid-hai bagimu kesyukuranmu itu. (QS az-Zumar 39:7)

Allah Ta’ala juga berirman:

چ چ چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍچچڍ ڌ ڌڎ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telahKuridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS al-Ma'idah 5:3)

Memberikan ucapan selamat semacam ini kepada mereka ada-lah sesuatu yang diharamkan, baik mereka rekan kerja atau yanglainnya. Jika mereka menyampaikan ucapan selamat hari rayamereka kepada kita maka kita tidak perlu menjawabnya karenaitu bukanlah hari raya kita, dan karena Allah tidak meridhainyadisebabkan hari raya tersebut adalah perkara baru yang merekabuat-buat sendiri, tidak ada syari’atnya dalam agama mereka(baca: bid’ah). Atau kalaupun disyari’atkan maka telah dihapusoleh ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi n yang ajarannya men-cakup seluruh makhluk. Allah Ta’ala sendiri berirman mengenaiagama Islam yang mulia ini:

ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃچچچ چ چ

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka se-kali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS AliImran 3:85)

Dan diharamkan memenuhi undangan mereka dalam peraya-an hari raya ini karena hal tersebut lebih parah daripada sekadarmengucapkan selamat kepada hari raya mereka, sebab ia akanikut langsung dalam acara tersebut bersama mereka.

Begitu pula diharamkan bagi kaum Muslimin menyerupaiorang-orang kair dengan mengadakan pesta dalam rangka mo-

1 1

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

khusus bagi orang-orang kair hukumnya haram berdasarkan ij-ma’ (kesepakatan) para ulama. Seperti memberikan ucapan sela-mat pada hari raya dan puasa mereka dengan mengatakan, ‘Se-moga hari raya ini berkah bagimu’, atau mengucapkan selamatpada hari raya tersebut, atau semisalnya. Meskipun orang yangmengucapkannya bisa selamat dari kekufuran, dia tidak bisa le-pas dari keharaman. Mengucapkan selamat hari raya seperti inisama artinya dengan engkau mengucapkan selamat kepadanyakarena telah sujud kepada salib, bahkan lebih besar dosanya disisi Allah dan lebih dibenci daripada ucapan selamat pada orangyang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atauucapan selamat pada perbuatan maksiat lainnya.Banyak orang yang kurang paham akan agama terjatuh dalamkesalahan tersebut. Mereka tidak mengetahui kejelekan dariamalan yang mereka lakukan. Maka, barang siapa memberikanucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid’ah,atau kekufuran, maka sungguh dia telah berani menantang mur-ka Allah Ta’ala.’ Demikian perkataan Ibnul Qayyim v.

Alasan diharamkannya mengucapkan selamat pada hari rayakeagamaan orang kair, atau hal-hal lain yang disebutkan IbnulQayyim di atas, ialah karena dalam ucapan selamat itu terkan-dung pengakuan atas apa yang mereka lakukan berupa syi’ar-syi’ar kekufuran dan ridha terhadapnya, meskipun ia tidak ridhaterhadap kekufuran itu sendiri. Dan diharamkan atas setiap mus-lim untuk ridha terhadap syi’ar-syi’ar kekufuran atau mengucap-kan selamat atasnya, karena Allah tidak ridha terhadap hal ter-sebut. Allah Ta’ala berirman:

چ چ چ چ ڇ ڇڇ ڇ ڍ ڍ ڌڌ ڎچچڎ ڈ ڈژ

Jika kamu kair maka sesungguhnya Allah tidak memerlu-kan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekairan bagihamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia merid-hai bagimu kesyukuranmu itu. (QS az-Zumar 39:7)

Allah Ta’ala juga berirman:

چ چ چ ڇ ڇ ڇ ڇ ڍچچڍ ڌ ڌڎ

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telahKuridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS al-Ma'idah 5:3)

Memberikan ucapan selamat semacam ini kepada mereka ada-lah sesuatu yang diharamkan, baik mereka rekan kerja atau yanglainnya. Jika mereka menyampaikan ucapan selamat hari rayamereka kepada kita maka kita tidak perlu menjawabnya karenaitu bukanlah hari raya kita, dan karena Allah tidak meridhainyadisebabkan hari raya tersebut adalah perkara baru yang merekabuat-buat sendiri, tidak ada syari’atnya dalam agama mereka(baca: bid’ah). Atau kalaupun disyari’atkan maka telah dihapusoleh ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi n yang ajarannya men-cakup seluruh makhluk. Allah Ta’ala sendiri berirman mengenaiagama Islam yang mulia ini:

ڦ ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃچچچ چ چ

Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka se-kali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya,dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. (QS AliImran 3:85)

Dan diharamkan memenuhi undangan mereka dalam peraya-an hari raya ini karena hal tersebut lebih parah daripada sekadarmengucapkan selamat kepada hari raya mereka, sebab ia akanikut langsung dalam acara tersebut bersama mereka.

Begitu pula diharamkan bagi kaum Muslimin menyerupaiorang-orang kair dengan mengadakan pesta dalam rangka mo-

1 2

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN men hari raya ini, atau saling tukar hadiah, atau membagi-bagi-

kan permen atau makanan, atau sengaja meliburkan kerja, atauyang semisalnya, karena Nabi n bersabda:

مم.. هه من مم ووم هه وف ممم مو وق مب همو بب وش وت منم وم »

‘Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasukbagian dari mereka.’ (HR Ahmad: 5115 dan Abu Dawud:4033 — Hasan)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v dalam kitabnya, Iqtidha'ash-Shirathil Mustaqim, mengatakan, ‘Menyerupai orang kair da-lam sebagian hari raya mereka bisa menyebabkan hati merasa se-nang kepada kebatilan yang mereka lakukan. Bisa jadi hal ituakan mendatangkan keuntungan bagi mereka karena hal itu ber-arti memberikan kesempatan kepada mereka untuk menghinakankaum Muslimin.’ Demikian perkataan Syaikhul Islam.

Barang siapa melakukan sebagian saja dari hal ini maka diaberdosa, baik dia melakukannya karena ingin bersikap ramah,atau ingin menjalin persahabatan, atau karena malu, atau karenasebab lain. Perbuatan seperti ini termasuk cari muka (menjilat)yang justru merendahkan agama Allah sehingga menyebabkanorang kair merasa semakin kuat dan mereka akan semakin bang-ga dengan agama mereka.

Kita memohon kepada Allah agar memuliakan kaum Musli-min dengan agama mereka, memberikan keistiqamahan di atas-nya, dan menolong mereka atas musuh-musuhnya. SesungguhnyaDia Maha Kuat lagi Maha Mulia.(Majmu’ Fatawa wa Rasa'il Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsai-min 3/44–46)

Bab 6 Himbauan Kepada

Kaum Muslimin

Mengucapkan selamat natal dan menghadiri perayaan natal,adalah bentuk penggiringan oleh orang-orang Nasrani untukmendekatkan kita ke agamanya sebagaimana irman Allah:

ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پڀ ڀ ڀ ڀچٺ ٺ ٺٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹڤ ڤ ڤ

چڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄOrang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senangkepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petun-juk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikutikemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu,maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong ba-gimu. (QS al-Baqarah 2:120)

Mengucapkan selamat natal dan menghadiri perayaan nataladalah bagian dari langkah kita untuk mengikuti mereka sejeng-kal demi sejengkal hingga kita larut dalam ajaran mereka seba-gaimana hadits dari Abu Sa’id al-Khudri a, beliau mengatakanbahwa Rasulullah n bersabda:

بت وح معم ورع مذ مب عمع ورع مذ وو مبم

م مش مب بعمعم مش ممم هك مل مب ق

و منم مم ونم لمب

م وونمع وس بنم هع مب تب ل

وو »

ود ههو لوم ملمآ ولمع هسو ور وم م ون م ل

مهق مم..م هه همو هت مع وب بت ل

وببم وض مرم مح هج مفم هلوعم وخ ود موم ول

من.. وم وف ول م« وق ور؟؟م وص بل ووع

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebe-lum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi se-

1 3

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

men hari raya ini, atau saling tukar hadiah, atau membagi-bagi-kan permen atau makanan, atau sengaja meliburkan kerja, atauyang semisalnya, karena Nabi n bersabda:

مم.. هه من مم ووم هه وف ممم مو وق مب همو بب وش وت منم وم »

‘Barang siapa menyerupai suatu kaum, maka dia termasukbagian dari mereka.’ (HR Ahmad: 5115 dan Abu Dawud:4033 — Hasan)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah v dalam kitabnya, Iqtidha'ash-Shirathil Mustaqim, mengatakan, ‘Menyerupai orang kair da-lam sebagian hari raya mereka bisa menyebabkan hati merasa se-nang kepada kebatilan yang mereka lakukan. Bisa jadi hal ituakan mendatangkan keuntungan bagi mereka karena hal itu ber-arti memberikan kesempatan kepada mereka untuk menghinakankaum Muslimin.’ Demikian perkataan Syaikhul Islam.

Barang siapa melakukan sebagian saja dari hal ini maka diaberdosa, baik dia melakukannya karena ingin bersikap ramah,atau ingin menjalin persahabatan, atau karena malu, atau karenasebab lain. Perbuatan seperti ini termasuk cari muka (menjilat)yang justru merendahkan agama Allah sehingga menyebabkanorang kair merasa semakin kuat dan mereka akan semakin bang-ga dengan agama mereka.

Kita memohon kepada Allah agar memuliakan kaum Musli-min dengan agama mereka, memberikan keistiqamahan di atas-nya, dan menolong mereka atas musuh-musuhnya. SesungguhnyaDia Maha Kuat lagi Maha Mulia.(Majmu’ Fatawa wa Rasa'il Syaikh Muhammad ibn Shalih al-Utsai-min 3/44–46)

Bab 6 Himbauan Kepada

Kaum Muslimin

Mengucapkan selamat natal dan menghadiri perayaan natal,adalah bentuk penggiringan oleh orang-orang Nasrani untukmendekatkan kita ke agamanya sebagaimana irman Allah:

ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ پ پڀ ڀ ڀ ڀچٺ ٺ ٺٺ ٿ ٿ ٿ ٿ ٹ ٹ ٹ ٹڤ ڤ ڤ

چڤ ڦ ڦ ڦ ڦ ڄ ڄOrang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senangkepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petun-juk (yang benar).” Dan sesungguhnya jika kamu mengikutikemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu,maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong ba-gimu. (QS al-Baqarah 2:120)

Mengucapkan selamat natal dan menghadiri perayaan nataladalah bagian dari langkah kita untuk mengikuti mereka sejeng-kal demi sejengkal hingga kita larut dalam ajaran mereka seba-gaimana hadits dari Abu Sa’id al-Khudri a, beliau mengatakanbahwa Rasulullah n bersabda:

بت وح معم ورع مذ مب عمع ورع مذ وو مبم

م مش مب بعمعم مش ممم هك مل مب ق

و منم مم ونم لمب

م وونمع وس بنم هع مب تب ل

وو »

ود ههو لوم ملمآ ولمع هسو ور وم م ون م ل

مهق مم..م هه همو هت مع وب بت ل

وببم وض مرم مح هج مفم هلوعم وخ ود موم ول

من.. وم وف ول م« وق ور؟؟م وص بل ووع

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebe-lum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi se-

1 4

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

hasta, hingga jika orang-orang yang kalian ikuti itu masukke lubang dhab (yang sempit sekalipun, Pen.), pasti kalianpun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) bertanya,“Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudidan Nasrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi (kalaubukan mereka)?” (HR Muslim No. 2669)

Walaupun sudah menjadi sunnatullah, bahwa kebanyakan ka-um Muslimin akan mengikuti jalan orang-orang Yahudi dan Nas-rani, bukan berarti kita berpasrah diri dengan hal tersebut. Kitaharus bisa memposisikan diri untuk tetap berada di jalanyang lurus yaitu jalan orang-orang yang telah Allah beri nikmat,bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan merekayang sesat. Sebagaimana do’a yang kita panjatkan ketika setiapshalat, yakni yang termuat di akhir surah al-Fatihah:

ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦچچڦ ڦ ڄ ڄ ڄ

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bu-kan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)mereka yang sesat.

Mengucapkan selamat natal dan menghadiri perayaan natalbukanlah bentuk toleransi antar umat beragama. Toleransi antarumat beragama tidaklah dengan mengucapkan selamat atau ikutmembaur di acara mereka. Dengan berakhlak islami nan muliadan memperhatikan hak mereka sebagai manusia, tetangga, ma-syarakat, dan lainnya sudah cukup mewakili iktikad baik kita un-tuk hidup damai, bersama mereka. Apalagi dalam Islam, masihbanyak momentum yang lebih ‘bersahabat’ untuk mengungkap-kan pengakuan kita terhadap keberagaman ini. Sebut saja al-Qur'an yang melarang kita untuk mencaci sembahan mereka, ha-dits Rasulullah n yang menganjurkan kita agar melebihkan ‘ku-ah sayuran’ untuk diberikan kepada tetangga, atau hadits lainnya

yang menunjukkan marahnya Rasulullah n kepada seseorangyang mendapati tetangganya kelaparan, tetapi tidak mengulur-kan bantuan. Berdirinya Rasulullah n ketika ada jenazah orangnonmuslim lewat. Hadits-hadits tersebut tidak mengkhususkanbagi sesama Muslim saja, tetapi umum bagi sesama manusia baikMuslim maupun nonmuslim.

Bab 7 Syubhat-Syubhat

yang Membolehkan Ucapan

Selamat Natal dan Menghadiri

Perayaan Natal

Tidak akan pernah kita temui dalil dari al-Qur'an maupun ha-dits dari Rasulullah n yang yang meridhai serta membenarkancara peribadatan umat umat terdahulu yang menyelisihi aqidahtauhid, bahkan mereka dianjurkan untuk bertaubat dari cara ber-ibadah mereka tersebut, sebagaimana yang diirmankan Allah:

ژ ڑ ڑ ک ک ک ک گگ گ گ ڳچڳ ڳ ڳڱ ڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ

چڻ ڻ ۀ ۀ ہSesungguhnya kairlah orang-orang yang mengatakan,“Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahalsekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang MahaEsa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka ka-takan itu, pasti orang-orang yang kair di antara merekaakan ditimpa siksaan yang pedih. (QS al-Ma'idah 5:73)

Ketahuilah bahwa di kalangan Nasrani pun ada yang tidak se-tuju tentang natal dan mereka mengatakan bahwa natal itu ha-ram. Mereka tidak mempermasalahkan ketidaksetujuan tersebut

1 5

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

hasta, hingga jika orang-orang yang kalian ikuti itu masukke lubang dhab (yang sempit sekalipun, Pen.), pasti kalianpun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) bertanya,“Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudidan Nasrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi (kalaubukan mereka)?” (HR Muslim No. 2669)

Walaupun sudah menjadi sunnatullah, bahwa kebanyakan ka-um Muslimin akan mengikuti jalan orang-orang Yahudi dan Nas-rani, bukan berarti kita berpasrah diri dengan hal tersebut. Kitaharus bisa memposisikan diri untuk tetap berada di jalanyang lurus yaitu jalan orang-orang yang telah Allah beri nikmat,bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan merekayang sesat. Sebagaimana do’a yang kita panjatkan ketika setiapshalat, yakni yang termuat di akhir surah al-Fatihah:

ٹ ٹ ٹ ڤ ڤ ڤ ڤ ڦ ڦچچڦ ڦ ڄ ڄ ڄ

Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bu-kan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)mereka yang sesat.

Mengucapkan selamat natal dan menghadiri perayaan natalbukanlah bentuk toleransi antar umat beragama. Toleransi antarumat beragama tidaklah dengan mengucapkan selamat atau ikutmembaur di acara mereka. Dengan berakhlak islami nan muliadan memperhatikan hak mereka sebagai manusia, tetangga, ma-syarakat, dan lainnya sudah cukup mewakili iktikad baik kita un-tuk hidup damai, bersama mereka. Apalagi dalam Islam, masihbanyak momentum yang lebih ‘bersahabat’ untuk mengungkap-kan pengakuan kita terhadap keberagaman ini. Sebut saja al-Qur'an yang melarang kita untuk mencaci sembahan mereka, ha-dits Rasulullah n yang menganjurkan kita agar melebihkan ‘ku-ah sayuran’ untuk diberikan kepada tetangga, atau hadits lainnya

yang menunjukkan marahnya Rasulullah n kepada seseorangyang mendapati tetangganya kelaparan, tetapi tidak mengulur-kan bantuan. Berdirinya Rasulullah n ketika ada jenazah orangnonmuslim lewat. Hadits-hadits tersebut tidak mengkhususkanbagi sesama Muslim saja, tetapi umum bagi sesama manusia baikMuslim maupun nonmuslim.

Bab 7 Syubhat-Syubhat

yang Membolehkan Ucapan

Selamat Natal dan Menghadiri

Perayaan Natal

Tidak akan pernah kita temui dalil dari al-Qur'an maupun ha-dits dari Rasulullah n yang yang meridhai serta membenarkancara peribadatan umat umat terdahulu yang menyelisihi aqidahtauhid, bahkan mereka dianjurkan untuk bertaubat dari cara ber-ibadah mereka tersebut, sebagaimana yang diirmankan Allah:

ژ ڑ ڑ ک ک ک ک گگ گ گ ڳچڳ ڳ ڳڱ ڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ

چڻ ڻ ۀ ۀ ہSesungguhnya kairlah orang-orang yang mengatakan,“Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga”, padahalsekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang MahaEsa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka ka-takan itu, pasti orang-orang yang kair di antara merekaakan ditimpa siksaan yang pedih. (QS al-Ma'idah 5:73)

Ketahuilah bahwa di kalangan Nasrani pun ada yang tidak se-tuju tentang natal dan mereka mengatakan bahwa natal itu ha-ram. Mereka tidak mempermasalahkan ketidaksetujuan tersebut

1 6

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN karena dianggap berkenaan dengan keyakinan. Namun, kenapa

ketika umat Islam mengharamkan ucapan selamat natal danmenghadiri perayaan natal dengan dalil-dalil syar’i dan demimenghindari syubhat, malah dihebohkan? Bahkan yang menghe-bohkan tersebut bukan orang Nasrani, melainkan orang-orangyang dijuluki ulama, orang-orang yang digelari ustadz, orangyang dianggap cendekiawan muslim. Ini adalah musibah karenadengan julukan dan gelar-gelar tersebut, apalagi di follow up olehmedia massa akan menggiring kaum Muslimin untuk mengikutipernyataan mereka. Mereka ingin mengambil hati orang di luarIslam dengan memusuhi dan menyakiti hati orang-orang Islam.

Bahkan ada di antara mereka, yang seolah-olah mempunyaifatwa yang paling benar, berkata dengan lantang bahwa ulamayang mengatakan haram mengucapkan selamat natal adalah ula-ma ekstrem. Tidak hanya itu, mereka melontarkan syubhat-syub-hat dengan menggunakan dalil dari al-Qur'an dan as-Sunnah, na-mun tafsirnya aneh/ganjil yang terlepas dari metode-metode il-miah para mufassir (ahli tafsir) terdahulu. Contoh syubhat-syub-hat tersebut akan kami ambil dari tokoh agama yang fatwanyasangat dihargai dan sering dijadikan hujjah oleh pengikutnya ba-ik di atas mimbar maupun di media cetak dan audiovisual. Con-toh syubhatnya sebagai berikut:

7.1 Syubhat pertama

Tokoh tersebut berkata:Sebenarnya, dalam al-Qur'an ada ucapan selamat atas kelahiranIsa p. Dalilnya:

چۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ ھ ےچ“Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku padahari kelahiranku, hari aku wafat, dan pada hari aku di-bangkitkan hidup kembali.” (QS Maryam 19:33)

Sang tokoh mengatakan bahwa surah ini mengabadikan dan me-restui ucapan selamat natal pertama yang diucapkan oleh Nabimulia itu…

Tanggapan:

Tidak ada seorang pun mufassir yang memahami bahwasanyaayat ini adalah untuk pemberian selamat ulang tahun bagi NabiIsa p. Ini adalah model tafsir baru yang merupakan kreasi to-koh tersebut. Dia telah menafsirkan al-Qur'an dengan mengguna-kan kata-kata di luar bahasa Arab. Walaupun kata “selamat” dia-dopsi dari bahasa Arab, ia sudah mengalami perubahan maknadalam bahasa Indonesia. Adapun para ahli tafsir menyebutkanmakna «السل علي» ‘keselamatan atasku’, yaitu Nabi Isa p tersela-matkan tatkala terlahirkan, terselamatkan tatkala meninggal, danterselamatkan tatkala dibangkitkan.

Sang tokoh telah mencampuradukkan antara bahasa Arab de-ngan bahasa Indonesia. Kata “selamat” dalam bahasa Indonesiadiucapkan untuk memberikan sambutan kegembiraan kepada se-seorang. Karenanya, orang Indonesia mengucapkan selamat ke-pada orang yang naik pangkat, atau orang yang lulus, atau orangyang merayakan tahun baru, atau orang yang merayakan ulangtahun, dan segala perkara yang menunjukkan kesenangan. Kata“selamat” dalam istilah orang Indonesia tersebut, kalau diartikandalam bahasa Arab adalah tahni'ah (ةة ئئ نن هه تت yaitu ungkapan “ikut (الbergembira” yang merupakan lawan dari ta’ziyah (ةة ئي نز هع تت yaitu (الungkapan “ikut bersedih dan belasungkawa”.

Adapun as-salam ( ة ئل تس (ال dalam bahasa Arab artinya “kesela-matan”; ini diungkapkan tatkala bertemu untuk menyapa seseo-rang dengan berkata “Assalamu’alaikum” yang artinya “(Semoga)keselamatan atas kalian”, dan bukan berarti ucapan ikut gembi-ra. Karenanya, merupakan adat orang Arab kalau mereka mende-ngar ada seseorang masuk rumah sakit maka mereka segera me-ngatakan salaamaat (ئمتت ئل ئس ) yang artinya “semoga orang tersebutselamat”. Perhatikan perbedaannya dengan pemakaian “selamat”dalam bahasa Indonesa!

1 7

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

karena dianggap berkenaan dengan keyakinan. Namun, kenapaketika umat Islam mengharamkan ucapan selamat natal danmenghadiri perayaan natal dengan dalil-dalil syar’i dan demimenghindari syubhat, malah dihebohkan? Bahkan yang menghe-bohkan tersebut bukan orang Nasrani, melainkan orang-orangyang dijuluki ulama, orang-orang yang digelari ustadz, orangyang dianggap cendekiawan muslim. Ini adalah musibah karenadengan julukan dan gelar-gelar tersebut, apalagi di follow up olehmedia massa akan menggiring kaum Muslimin untuk mengikutipernyataan mereka. Mereka ingin mengambil hati orang di luarIslam dengan memusuhi dan menyakiti hati orang-orang Islam.

Bahkan ada di antara mereka, yang seolah-olah mempunyaifatwa yang paling benar, berkata dengan lantang bahwa ulamayang mengatakan haram mengucapkan selamat natal adalah ula-ma ekstrem. Tidak hanya itu, mereka melontarkan syubhat-syub-hat dengan menggunakan dalil dari al-Qur'an dan as-Sunnah, na-mun tafsirnya aneh/ganjil yang terlepas dari metode-metode il-miah para mufassir (ahli tafsir) terdahulu. Contoh syubhat-syub-hat tersebut akan kami ambil dari tokoh agama yang fatwanyasangat dihargai dan sering dijadikan hujjah oleh pengikutnya ba-ik di atas mimbar maupun di media cetak dan audiovisual. Con-toh syubhatnya sebagai berikut:

7.1 Syubhat pertama

Tokoh tersebut berkata:Sebenarnya, dalam al-Qur'an ada ucapan selamat atas kelahiranIsa p. Dalilnya:

چۀ ہ ہ ہ ہ ھ ھ ھ ھ ےچ“Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku padahari kelahiranku, hari aku wafat, dan pada hari aku di-bangkitkan hidup kembali.” (QS Maryam 19:33)

Sang tokoh mengatakan bahwa surah ini mengabadikan dan me-restui ucapan selamat natal pertama yang diucapkan oleh Nabimulia itu…

Tanggapan:

Tidak ada seorang pun mufassir yang memahami bahwasanyaayat ini adalah untuk pemberian selamat ulang tahun bagi NabiIsa p. Ini adalah model tafsir baru yang merupakan kreasi to-koh tersebut. Dia telah menafsirkan al-Qur'an dengan mengguna-kan kata-kata di luar bahasa Arab. Walaupun kata “selamat” dia-dopsi dari bahasa Arab, ia sudah mengalami perubahan maknadalam bahasa Indonesia. Adapun para ahli tafsir menyebutkanmakna «السل علي» ‘keselamatan atasku’, yaitu Nabi Isa p tersela-matkan tatkala terlahirkan, terselamatkan tatkala meninggal, danterselamatkan tatkala dibangkitkan.

Sang tokoh telah mencampuradukkan antara bahasa Arab de-ngan bahasa Indonesia. Kata “selamat” dalam bahasa Indonesiadiucapkan untuk memberikan sambutan kegembiraan kepada se-seorang. Karenanya, orang Indonesia mengucapkan selamat ke-pada orang yang naik pangkat, atau orang yang lulus, atau orangyang merayakan tahun baru, atau orang yang merayakan ulangtahun, dan segala perkara yang menunjukkan kesenangan. Kata“selamat” dalam istilah orang Indonesia tersebut, kalau diartikandalam bahasa Arab adalah tahni'ah (ةة ئئ نن هه تت yaitu ungkapan “ikut (الbergembira” yang merupakan lawan dari ta’ziyah (ةة ئي نز هع تت yaitu (الungkapan “ikut bersedih dan belasungkawa”.

Adapun as-salam ( ة ئل تس (ال dalam bahasa Arab artinya “kesela-matan”; ini diungkapkan tatkala bertemu untuk menyapa seseo-rang dengan berkata “Assalamu’alaikum” yang artinya “(Semoga)keselamatan atas kalian”, dan bukan berarti ucapan ikut gembi-ra. Karenanya, merupakan adat orang Arab kalau mereka mende-ngar ada seseorang masuk rumah sakit maka mereka segera me-ngatakan salaamaat (ئمتت ئل ئس ) yang artinya “semoga orang tersebutselamat”. Perhatikan perbedaannya dengan pemakaian “selamat”dalam bahasa Indonesa!

1 8

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN Inilah kerancuan cara berpikir tokoh ini tatkala membolehkan

ucapkan selamat natal. Kalaupun kita tafsirkan sesuai dengan taf-sir dia, yang memaknai kata تسل -dengan pemahaman kata “sela الmat” dalam bahasa Indonesia, maka dianjurkan juga kita ber-gembira mengucapkan selamat atas kematian Nabi Isa p. Kare-na arti ayat yang dijadikan hujjah oleh sang tokoh ialah sebagaiberikut:“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku (Nabi Isa),pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan padahari aku dibangkitkan kembali.” (QS Maryam 19:33)

Nah, sejak kapan adanya dan dalam syari’at mana terdapatanjuran untuk bergembira atas kematian seorang nabi?

7.2 Syubhat kedua

Tokoh tersebut berpendapat:Bahwa larangan mengucapkan selamat tersebut muncul dalamrangka upaya memelihara aqidah, karena kekhawatiran kerancu-an pemahaman. Oleh karena itu, agaknya larangan tersebut lebihbanyak ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan kabur aqi-dahnya (perkataan dia dalam memaknai fatwa-fatwa pelaranganmengucapkan selamat natal oleh jumhur ulama). Nah, kalau de-mikian, jika seseorang ketika mengucapkannya tetap murni aqi-dahnya atau mengucapkannya sesuai dengan kandungan “Sela-mat Natal yang Qur'ani”, kemudian mempertimbangkan kondisidan situasi di mana ia diucapkan, sehingga tidak menimbulkankerancuan aqidah bagi dirinya dan Muslim yang lain, maka agak-nya tidak beralasanlah larangan itu. Adakah yang berwewenangmelarang seseorang membaca atau mengucapkan dan mengha-yati satu ayat al-Qur'an?

Tanggapan:

Pernyataan dia bahwa ucapan selamat natal yang difatwakanoleh para ulama “hanyalah untuk orang yang kabur aqidahnyasaja, sedangkan untuk orang yang mantap aqidahnya boleh saja”.Dari ucapan tokoh ini, dapat ditangkap kesimpulan bahwa yangberani mengucapkan natal adalah orang yang merasa iman dan

aqidahnya sudah kuat, padahal sikap merasa memiliki iman danaqidahnya kuat adalah merupakan salah satu sifat orang ujubdan sombong yang mana sifat ujub dan sombong itu sendiri tan-da lemahnya iman.

Lebih lanjut lagi, jika kita mengamati realitas di masyarakat,kita dapat melihat bahwa orang-orang yang berani mengucapkanselamat natal bukanlah orang-orang yang berilmu dan berhati-hati dalam menghindari masalah syubhat. Bukan pula orang-orang yang takut dan khawatir akan keselamatan iman dan aqi-dahnya. Akan tetapi, orang-orang yang berani mengucapkan sela-mat natal justru adalah orang-orang yang jahil dalam masalahagama, yang tidak tahu-menahu mengenai masalah halal-haram,yang tidak peduli dengan tauhid dan agamanya, serta segelintirpemuka-pemuka agama yang akibat perbuatannya berpartisipasidi acara tersebut bahkan memfatwakan bolehnya, disadari atautanpa disadari mereka telah menjadi penggembala untuk menggi-ring umat Islam sejengkal demi sejengkal ke dalam kekufuran.

7.3 Syubhat ketiga

Tokoh tersebut menyatakan bahwa boleh saja mengucapkan sela-mat natal asalkan sesuai dengan kandungan “Selamat Natal yangQur'ani”. Qur'ani di sini maksudnya sesuai dengan surah Maryamayat 30 (yang artinya), “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Diamemberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang na-bi.” Karena itu, dia mengatakan, kita boleh saja mengucapkan se-lamat Natal asalkan di dalam hati kita tetap dibarengi dengan ra-sa teguh dan meyakini bahwa Nabi Isa hanyalah seorang hambaAllah yang dijadikan sebagai nabi. Sebagaimana ucapan dia,“Nah, salahkah bila ucapan ‘Selamat Natal’ dibarengi dengan ke-yakinan itu? Bukankah al-Qur'an telah memberi contoh?”

Tanggapan:

Seandainya kita memahami sebagaimana yang dipahami olehsang tokoh, yakni boleh mengucapkan “Selamat Natal yangQur'ani”, maka seharusnya seseorang tatkala mengucapkan na-tal berkata dengan lafal di bawah ini:

1 9

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

Inilah kerancuan cara berpikir tokoh ini tatkala membolehkanucapkan selamat natal. Kalaupun kita tafsirkan sesuai dengan taf-sir dia, yang memaknai kata تسل -dengan pemahaman kata “sela الmat” dalam bahasa Indonesia, maka dianjurkan juga kita ber-gembira mengucapkan selamat atas kematian Nabi Isa p. Kare-na arti ayat yang dijadikan hujjah oleh sang tokoh ialah sebagaiberikut:“Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku (Nabi Isa),pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal, dan padahari aku dibangkitkan kembali.” (QS Maryam 19:33)

Nah, sejak kapan adanya dan dalam syari’at mana terdapatanjuran untuk bergembira atas kematian seorang nabi?

7.2 Syubhat kedua

Tokoh tersebut berpendapat:Bahwa larangan mengucapkan selamat tersebut muncul dalamrangka upaya memelihara aqidah, karena kekhawatiran kerancu-an pemahaman. Oleh karena itu, agaknya larangan tersebut lebihbanyak ditujukan kepada mereka yang dikhawatirkan kabur aqi-dahnya (perkataan dia dalam memaknai fatwa-fatwa pelaranganmengucapkan selamat natal oleh jumhur ulama). Nah, kalau de-mikian, jika seseorang ketika mengucapkannya tetap murni aqi-dahnya atau mengucapkannya sesuai dengan kandungan “Sela-mat Natal yang Qur'ani”, kemudian mempertimbangkan kondisidan situasi di mana ia diucapkan, sehingga tidak menimbulkankerancuan aqidah bagi dirinya dan Muslim yang lain, maka agak-nya tidak beralasanlah larangan itu. Adakah yang berwewenangmelarang seseorang membaca atau mengucapkan dan mengha-yati satu ayat al-Qur'an?

Tanggapan:

Pernyataan dia bahwa ucapan selamat natal yang difatwakanoleh para ulama “hanyalah untuk orang yang kabur aqidahnyasaja, sedangkan untuk orang yang mantap aqidahnya boleh saja”.Dari ucapan tokoh ini, dapat ditangkap kesimpulan bahwa yangberani mengucapkan natal adalah orang yang merasa iman dan

aqidahnya sudah kuat, padahal sikap merasa memiliki iman danaqidahnya kuat adalah merupakan salah satu sifat orang ujubdan sombong yang mana sifat ujub dan sombong itu sendiri tan-da lemahnya iman.

Lebih lanjut lagi, jika kita mengamati realitas di masyarakat,kita dapat melihat bahwa orang-orang yang berani mengucapkanselamat natal bukanlah orang-orang yang berilmu dan berhati-hati dalam menghindari masalah syubhat. Bukan pula orang-orang yang takut dan khawatir akan keselamatan iman dan aqi-dahnya. Akan tetapi, orang-orang yang berani mengucapkan sela-mat natal justru adalah orang-orang yang jahil dalam masalahagama, yang tidak tahu-menahu mengenai masalah halal-haram,yang tidak peduli dengan tauhid dan agamanya, serta segelintirpemuka-pemuka agama yang akibat perbuatannya berpartisipasidi acara tersebut bahkan memfatwakan bolehnya, disadari atautanpa disadari mereka telah menjadi penggembala untuk menggi-ring umat Islam sejengkal demi sejengkal ke dalam kekufuran.

7.3 Syubhat ketiga

Tokoh tersebut menyatakan bahwa boleh saja mengucapkan sela-mat natal asalkan sesuai dengan kandungan “Selamat Natal yangQur'ani”. Qur'ani di sini maksudnya sesuai dengan surah Maryamayat 30 (yang artinya), “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Diamemberiku al-Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang na-bi.” Karena itu, dia mengatakan, kita boleh saja mengucapkan se-lamat Natal asalkan di dalam hati kita tetap dibarengi dengan ra-sa teguh dan meyakini bahwa Nabi Isa hanyalah seorang hambaAllah yang dijadikan sebagai nabi. Sebagaimana ucapan dia,“Nah, salahkah bila ucapan ‘Selamat Natal’ dibarengi dengan ke-yakinan itu? Bukankah al-Qur'an telah memberi contoh?”

Tanggapan:

Seandainya kita memahami sebagaimana yang dipahami olehsang tokoh, yakni boleh mengucapkan “Selamat Natal yangQur'ani”, maka seharusnya seseorang tatkala mengucapkan na-tal berkata dengan lafal di bawah ini:

20

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN • Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang hanya merupakan se-

orang hamba Allah dan bukan anak Tuhan.1

• Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang diberi Al-Kitab dandijadikan Nabi oleh Allah dan bukan anak Tuhan.2

• Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang diperintahkan mendi-rikan shalat dan membayar zakat bukan untuk dipertuhan-kan.3

• Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang mengatakan bahwaAllah itu adalah Tuhannya dan Tuhan kalian bukan bapak-nya. Dan Nabi Isa diperintahkan untuk menyerukan me-nyembah Allah bukan untuk disembah.4

Adapun perkataan dia: “Nah, salahkah bila ucapan ‘SelamatNatal’ dibarengi dengan keyakinan itu?” Maka jawabannya: Ka-lau hanya membarengi saja, yakni lafal selamat natal diucapkandengan kata-kata yang sesuai dengan pemahaman mereka, se-dangkan ucapan yang disebut sang tokoh “selamat natal yangQur'ani” disembunyikan atau hanya sekadar dalam hati saja, ma-ka ini adalah bentuk taqiyah (penyamaran keyakinan) yang dila-rang (haram). Sebab, tidak ada paksaan yang dibarengi siksaanyang sangat berat atas diri kita untuk mengucapkan lafal terse-but. Hal tersebut dilakukan dengan suka rela hanya demi menda-patkan ridha dan hati mereka (kaum kair Nasrani) saja. Sungguhhal itu sangat berbeda dengan yang dialami kaum Muslimin keti-ka awal-awal Islam yang disiksa dan dibunuh, seperti kasus Am-mar ibn Yasir d.

* * *

Demikianlah syubhat-syubhat tersebut dibantah. Sebenarnyabanyak lagi syubhat-syubhat dari berbagai tokoh lainnya yang ti-dak dapat kami muat. Bagi orang yang memahami agama Islamtanpa diiringi hawa nafsu atau tanpa diiringi loyalitas yang ting-

1. Baca QS Maryam 19:30.2. Ibid.3. Baca QS Maryam 19:31.4. Baca QS Maryam 19:36.

gi kepada kaum nonmuslim, argumen-argumen yang menyertaisyubhat-syubhat para tokoh tersebut akan tampak sebagai perka-ra yang amat dipaksakan. Namun, karena yang menyampaikandan mempraktikkan syubhat-syubat tersebut adalah pemuka-pemuka di antara kaum Muslimin, terlihatlah bahwa hujjah-huj-jah mereka seolah-olah kuat, ditambah lagi oleh media informasiyang kebanyakan berpihak kepada mereka. Akibatnya, jadilahmereka penggembala yang menggiring umat Islam sejengkaldemi sejengkal ke dalam kekufuran yang berbuat untuk menji-lat dan menjalankan misi kaum nonmuslim seraya mengorban-kan aqidah umat Islam.

Yang jelas, semua seruan-seruan yang membolehkan mengu-capkan selamat dan ikut merayakan natal adalah seruan yang be-risiko/berbahaya. Jalan yang selamat adalah meninggalkan seru-an tersebut, sebagaimana hadits dari an-Nu’man ibn Basyir a, iamengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah n bersabda:

بن هه هم ول مع وي لموتتم وه مب ت

و مش هم وم م هه ون مي وب وو تييم وب ومم ورع لوم بنمع مإ و

و تييم وب ولم لولوم بنمع مإ »

من وم وو مهم مض مر مع وو مهم من مملم أموومب وت مس متمع وه هب شش وقمعل بت منمع وم وف مسم بل ونمع مم تيم مث ك

و

وم لمم ولمع مو وح وعم مر وم معم برع وكل ممم ورع ل

وم مفمع وعم وق وو متم وه هب شش مفمعل وعم وق وو

مل وممع مح بنم مإ وو لم

وأوعمم مح مكم مل وم يهكم مل بنم مإ و

و لموأومهم مفه وعم وت مر وم منم أ

وهكم مش همو

هه.. هم مر ووم

“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, sebagaimanayang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perka-ra syubhat yang masih samar yang tidak diketahui oleh ke-banyakan orang. Barang siapa menghindarkan diri dariperkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dankehormatannya. Barang siapa terjerumus dalam perkarasyubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Seba-gaimana ada penggembala yang menggembalakan ternak-nya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumus-kannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan

21

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

• Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang hanya merupakan se-orang hamba Allah dan bukan anak Tuhan.1

• Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang diberi Al-Kitab dandijadikan Nabi oleh Allah dan bukan anak Tuhan.2

• Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang diperintahkan mendi-rikan shalat dan membayar zakat bukan untuk dipertuhan-kan.3

• Selamat atas kelahiran Nabi Isa yang mengatakan bahwaAllah itu adalah Tuhannya dan Tuhan kalian bukan bapak-nya. Dan Nabi Isa diperintahkan untuk menyerukan me-nyembah Allah bukan untuk disembah.4

Adapun perkataan dia: “Nah, salahkah bila ucapan ‘SelamatNatal’ dibarengi dengan keyakinan itu?” Maka jawabannya: Ka-lau hanya membarengi saja, yakni lafal selamat natal diucapkandengan kata-kata yang sesuai dengan pemahaman mereka, se-dangkan ucapan yang disebut sang tokoh “selamat natal yangQur'ani” disembunyikan atau hanya sekadar dalam hati saja, ma-ka ini adalah bentuk taqiyah (penyamaran keyakinan) yang dila-rang (haram). Sebab, tidak ada paksaan yang dibarengi siksaanyang sangat berat atas diri kita untuk mengucapkan lafal terse-but. Hal tersebut dilakukan dengan suka rela hanya demi menda-patkan ridha dan hati mereka (kaum kair Nasrani) saja. Sungguhhal itu sangat berbeda dengan yang dialami kaum Muslimin keti-ka awal-awal Islam yang disiksa dan dibunuh, seperti kasus Am-mar ibn Yasir d.

* * *

Demikianlah syubhat-syubhat tersebut dibantah. Sebenarnyabanyak lagi syubhat-syubhat dari berbagai tokoh lainnya yang ti-dak dapat kami muat. Bagi orang yang memahami agama Islamtanpa diiringi hawa nafsu atau tanpa diiringi loyalitas yang ting-

1. Baca QS Maryam 19:30.2. Ibid.3. Baca QS Maryam 19:31.4. Baca QS Maryam 19:36.

gi kepada kaum nonmuslim, argumen-argumen yang menyertaisyubhat-syubhat para tokoh tersebut akan tampak sebagai perka-ra yang amat dipaksakan. Namun, karena yang menyampaikandan mempraktikkan syubhat-syubat tersebut adalah pemuka-pemuka di antara kaum Muslimin, terlihatlah bahwa hujjah-huj-jah mereka seolah-olah kuat, ditambah lagi oleh media informasiyang kebanyakan berpihak kepada mereka. Akibatnya, jadilahmereka penggembala yang menggiring umat Islam sejengkaldemi sejengkal ke dalam kekufuran yang berbuat untuk menji-lat dan menjalankan misi kaum nonmuslim seraya mengorban-kan aqidah umat Islam.

Yang jelas, semua seruan-seruan yang membolehkan mengu-capkan selamat dan ikut merayakan natal adalah seruan yang be-risiko/berbahaya. Jalan yang selamat adalah meninggalkan seru-an tersebut, sebagaimana hadits dari an-Nu’man ibn Basyir a, iamengatakan bahwa ia mendengar Rasulullah n bersabda:

بن هه هم ول مع وي لموتتم وه مب ت

و مش هم وم م هه ون مي وب وو تييم وب ومم ورع لوم بنمع مإ و

و تييم وب ولم لولوم بنمع مإ »

من وم وو مهم مض مر مع وو مهم من مملم أموومب وت مس متمع وه هب شش وقمعل بت منمع وم وف مسم بل ونمع مم تيم مث ك

و

وم لمم ولمع مو وح وعم مر وم معم برع وكل ممم ورع ل

وم مفمع وعم وق وو متم وه هب شش مفمعل وعم وق وو

مل وممع مح بنم مإ وو لم

وأوعمم مح مكم مل وم يهكم مل بنم مإ و

و لموأومهم مفه وعم وت مر وم منم أ

وهكم مش همو

هه.. هم مر ووم

“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, sebagaimanayang haram pun jelas. Di antara keduanya terdapat perka-ra syubhat yang masih samar yang tidak diketahui oleh ke-banyakan orang. Barang siapa menghindarkan diri dariperkara syubhat, maka ia telah menyelamatkan agama dankehormatannya. Barang siapa terjerumus dalam perkarasyubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Seba-gaimana ada penggembala yang menggembalakan ternak-nya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumus-kannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan

22

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-per-kara yang diharamkan-Nya.” (HR al-Bukhari No. 2051 danMuslim No. 1599)

Bab 8 Penutup

Memang telah menjadi sunnatullah bahwa di antara kita me-mang akan ada penyeru-penyeru kesesatan yang dikaruniai lisanyang fasih. Mereka akan menggiring kita ke jurang Jahanam apa-bila kita mengikuti seruan mereka itu. Demikianlah, hal itu me-rupakan ujian bagi orang-orang muslim. Sebagaimana hadits-hadits di bawah ini:

Hadits pertama. Dari Abu Dzar a, Rasulullah n bersabda,“Sesungguhnya kalian sekarang ada pada zaman yang banyakulama (ahli ilmu)nya dan sedikit khuthaba (penceramah)nya, ba-rang siapa meninggalkan sepersepuluh dari yang ia ketahui makadia telah tersesat. Dan akan datang suatu zaman ketika itu ba-nyak khuthaba (penceramah)nya dan sedikit ulama (ahliilmu)nya, barang siapa di antara mereka berpegang pada seper-sepuluh agamanya maka dia telah selamat.” (Riwayat Ahmad da-lam Musnad-nya 5/155)Merujuk dari hadits ini, Rasulullah n membedakan antara pen-ceramah dengan ulama. Apa yang membedakan ulama denganorang biasa? Tentu soal ketundukan kepada Allah. Firman Al-lah e:

چۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉېچSesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS Fathir 35:28)

Hadits kedua. Dari Hudzaifah ibnul Yaman a berkata, “Ma-nusia bertanya kepada Rasulullah n tentang kebaikan, sedang-kan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena kha-

watir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya, ‘Wahai Ra-sulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyyah dan kebu-rukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah sete-lah ini ada keburukan?’ Beliau bersabda, ‘Ada.’ Aku bertanya,‘Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan?’ Beliaubersabda, ‘Ya, tetapi di dalamnya ada dakhanun.’ Aku bertanya,‘Apakah dakhanun itu?’ Beliau menjawab, ‘Suatu kaum yang me-nyunnahkan selain sunnahku dan memberikan petunjuk denganselain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkari-lah.’ Aku bertanya, ‘Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?’Beliau bersabda, ‘Ya, para penyeru ke pintu-pintu neraka Jahan-nam. Barang siapa mengikutinya, maka akan dilemparkan ke da-lamnya.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, beri tahukan ciri-cirimereka kepada saya.’ Beliau bersabda, ‘Mereka punya kulit se-perti kita dan berbahasa dengan bahasa kita.’ Aku bertanya, ‘Apayang Tuan perintahkan kepada saya jika saya menemuinya?’ Be-liau bersabda, ‘Berpegangteguhlah pada jama’ah kaum Muslimindan imamnya.’ Aku bertanya, ‘Bagaimana jika tidak ada jama’ahmaupun imamnya?’ Beliau bersabda, ‘Hindarilah semua irqahitu, walaupun dengan menggigit pokok-pohon5 hingga mautmenjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu.’”

5. Pengertian “menggigit pokok-pokok pohon” ini bisa dilihat pada hadits la-in yaitu hadits al-’Irbadh bin Sariyah a. Berkata al-’Irbadh bin Sariyah a:Suatu hari, Rasulullah n pernah shalat bersama kami, kemudian beliaumenghadap kepada kami dan memberikan nasihat kepada kami dengannasihat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar,maka seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, nasihat ini seakan-akan nasi-hat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat.” MakaRasulullah n bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian supaya tetap ber-taqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat walaupun yang meme-rintah kamu adalah seorang budak Habasyiyyah. Sungguh, orang yang ma-sih hidup di antara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihanyang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dansunnah Khulafa'urrasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah ia dengan gigi ge-rahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, karena se-sungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah.” (HR Ahmad4/126–127; Abu Dawud No. 4607; at-Tirmidzi No. 2676; ad-Darimi 1/44;al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 1/205; al-Hakim 1/95; dishahihkan dandisepakati oleh al-Imam adz-Dzahabi)

23

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN

dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-per-kara yang diharamkan-Nya.” (HR al-Bukhari No. 2051 danMuslim No. 1599)

Bab 8 Penutup

Memang telah menjadi sunnatullah bahwa di antara kita me-mang akan ada penyeru-penyeru kesesatan yang dikaruniai lisanyang fasih. Mereka akan menggiring kita ke jurang Jahanam apa-bila kita mengikuti seruan mereka itu. Demikianlah, hal itu me-rupakan ujian bagi orang-orang muslim. Sebagaimana hadits-hadits di bawah ini:

Hadits pertama. Dari Abu Dzar a, Rasulullah n bersabda,“Sesungguhnya kalian sekarang ada pada zaman yang banyakulama (ahli ilmu)nya dan sedikit khuthaba (penceramah)nya, ba-rang siapa meninggalkan sepersepuluh dari yang ia ketahui makadia telah tersesat. Dan akan datang suatu zaman ketika itu ba-nyak khuthaba (penceramah)nya dan sedikit ulama (ahliilmu)nya, barang siapa di antara mereka berpegang pada seper-sepuluh agamanya maka dia telah selamat.” (Riwayat Ahmad da-lam Musnad-nya 5/155)Merujuk dari hadits ini, Rasulullah n membedakan antara pen-ceramah dengan ulama. Apa yang membedakan ulama denganorang biasa? Tentu soal ketundukan kepada Allah. Firman Al-lah e:

چۋ ۋ ۅ ۅ ۉ ۉېچSesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS Fathir 35:28)

Hadits kedua. Dari Hudzaifah ibnul Yaman a berkata, “Ma-nusia bertanya kepada Rasulullah n tentang kebaikan, sedang-kan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena kha-

watir jangan-jangan menimpaku. Maka aku bertanya, ‘Wahai Ra-sulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliyyah dan kebu-rukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah sete-lah ini ada keburukan?’ Beliau bersabda, ‘Ada.’ Aku bertanya,‘Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan?’ Beliaubersabda, ‘Ya, tetapi di dalamnya ada dakhanun.’ Aku bertanya,‘Apakah dakhanun itu?’ Beliau menjawab, ‘Suatu kaum yang me-nyunnahkan selain sunnahku dan memberikan petunjuk denganselain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkari-lah.’ Aku bertanya, ‘Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?’Beliau bersabda, ‘Ya, para penyeru ke pintu-pintu neraka Jahan-nam. Barang siapa mengikutinya, maka akan dilemparkan ke da-lamnya.’ Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, beri tahukan ciri-cirimereka kepada saya.’ Beliau bersabda, ‘Mereka punya kulit se-perti kita dan berbahasa dengan bahasa kita.’ Aku bertanya, ‘Apayang Tuan perintahkan kepada saya jika saya menemuinya?’ Be-liau bersabda, ‘Berpegangteguhlah pada jama’ah kaum Muslimindan imamnya.’ Aku bertanya, ‘Bagaimana jika tidak ada jama’ahmaupun imamnya?’ Beliau bersabda, ‘Hindarilah semua irqahitu, walaupun dengan menggigit pokok-pohon5 hingga mautmenjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu.’”

5. Pengertian “menggigit pokok-pokok pohon” ini bisa dilihat pada hadits la-in yaitu hadits al-’Irbadh bin Sariyah a. Berkata al-’Irbadh bin Sariyah a:Suatu hari, Rasulullah n pernah shalat bersama kami, kemudian beliaumenghadap kepada kami dan memberikan nasihat kepada kami dengannasihat yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati bergetar,maka seseorang berkata, “Wahai Rasulullah, nasihat ini seakan-akan nasi-hat dari orang yang akan berpisah, maka berikanlah kami wasiat.” MakaRasulullah n bersabda, “Aku wasiatkan kepada kalian supaya tetap ber-taqwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat walaupun yang meme-rintah kamu adalah seorang budak Habasyiyyah. Sungguh, orang yang ma-sih hidup di antara kalian setelahku maka ia akan melihat perselisihanyang banyak. Maka wajib atas kalian berpegang teguh kepada sunnahku dansunnah Khulafa'urrasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah ia dengan gigi ge-rahammu. Dan jauhilah oleh kalian perkara-perkara yang baru, karena se-sungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah.” (HR Ahmad4/126–127; Abu Dawud No. 4607; at-Tirmidzi No. 2676; ad-Darimi 1/44;al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah 1/205; al-Hakim 1/95; dishahihkan dandisepakati oleh al-Imam adz-Dzahabi)

24

BULETIN

DAKWAH

MUJAHIDIN (Riwayat al-Bukhari 6/615–616, 13/35; Muslim 12/135–238; al-

Baghawi dalam Syarhus Sunnah 15/14; Ibnu Majah No. 3979,3981; al-Hakim 4/432; Abu Dawud No. 4244–4247; Ahmad5/386–387, 403–404, 406.)

Nyatalah bagi kita, wahai kaum Muslimin, hanya dengankembali kepada agama Allah, dengan menaati perintah Allah,mengikuti sunnah Rasul-Nya n insya Allah kita akan selamat da-ri itnah ini. Marilah kita memohon kepada Allah agar diberi ke-kuatan menjalankan agama Allah dan diselamatkan dari gelom-bang itnah. Amin ya Rabbal’alamin.Akhirnya, marilah kita renungkan irman Allah:

ٺ ٺ ٺ ٺ ٿ ٿ ٿچٿ ٹ ٹ ٹ ٹڤ ڤ ڤ ڤ

ڦ ڦ ڦ ڦڄ ڄ ڄ ڄچڃ ڃ

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untukmanusia, menyuruh kepada yang makruf, mencegah dariyang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ah-lulkitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman, sedang kebanyakan me-reka adalah orang-orang yang fasik. (QS Ali Imran 3:110)

Sekiranya ada yang salah ataupun menyimpang dalam tulisanini, maka itu adalah karena kesalahan dan ketidaktahuan penu-lisnya sendiri, dan hukumnya adalah wajib bagi kita untuk men-jauhi dan meninggalkannya. Dan jika ada yang memang sesuaidengan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah n, maka sebenarnya ituhanyalah ketentuan dari Allah q, dan bukan atas kemampuanpenulisnya sendiri, karena sesungguhnya segala kebenaran, keku-atan, hidayah, dan tauiq hanyalah dari dan milik Allah semata.Ya Allah, berilah kami petunjuk untuk memiliki cahaya ilmu dansikap wara’. Wallahul Muwaiq.