ca vesika urinari
DESCRIPTION
Sistem UrologiTRANSCRIPT
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang
berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki dari pada wanita
(3:1). Biasanya dijumpai sebagai tumor yang superfisial dan pada umumnya
belum disertai metastatis, namun rekurensinya tinggi. Ada dua bentuk kanker
kandung kemih, yaitu : bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan), dan
bentuk invasif.
Jenis histologi yang terbanyak adalah karisoma sel transisional (90%),
sedangkan jenis lain yaitu karsinoma sel skuamosa (5%-10%), mixed
carcinoma (4%-6%), adenocarcinoma (< 2%), undifferentiated carcioma (<
2%), dan yang sangat jarang dijumpai adalah adenoma, tumor karsinoid,
karsinosarkoma, melanoma, feokromositoma, limfoma, koriokarsinoma,
hemangioma, sarkoma osteogenik, dan miosarkoma.
B. Anatomi Fisiologi
Sistem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan
darah, sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh
dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh larut dalam air dikeluarkan berupa urin (air kemih.
Ginjal
Ginjal suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum
abdominalis di belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III,
melekat langsung pada dinding belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti
biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar
dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari
ginjal wanita.
Struktur ginjal
Setipa ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
renalis yang terdiri dari jaringan fibrus berwarna ungu tua. Lapisan luar
terdapat lapisan korteks (subtansia kortekalis), dan lapisan sebelah dalam
bagian medula (subtansia medularis) berbentuk kerucut yang disebut renal
piramid. Puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-
lubang kecil disebut papila renalis. Masing-masing piramid saling dilapisi
oleh kolumna renalis, jumlah renalis 15-16 buah.
Garis-garis yang terlihat pada piramid disebut tubulus nefron yang
merupakan bagian terkecil dari ginjal yang terdiri dari glomerulus, tubulus
proximal (tubulus kontorti satu), ansahenle, tubulus distal (tubuli kontorti
dua) dan tubulus urinarius (papila pateri).
Pada setiap ginjal diperkirakan ada 1.000.000 nefron, selama 24
jam dapat menyaring darah 170 L. Arteri renalis membawa darah murni
dari aorta ke ginjal, lubang-lubang yang terdapat pda piramid renal
masing-msaing membentuk simpul dan kapiler satu badan malfigi yang
disebut glomerulus. Pembuluh darah aferen yang bercabang membentuk
kapiler menjadi vena renalis yang membawa darah dari ginjal ke vena
kava inferior.
Fisiologi Ginjal
Ginjal berfungsi :
1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh. Kelebihan air dalam
tubuh akan ekskresikan oleh ginjal sebagai urin (kemih) yang encer
dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat)
menyebabkan urin yang diekskresikan berkurang dan
konsentyrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan
tubuh dapat dipertahankan relatif normal.
2. Mengatur keseimbangan osmotik dan mempertahankan
keseimbangan ion yang optimal dalam plasma (keseimbangan
elektrolit). Bila terjadi pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion-
ion akibat pemasukan garam yang berlihan/penyakit perdarahan
(diare, muntah ) gagal ginjal akan meningkatkan ekskresi ion-ion
yang penting (mis. Na, K, Cl, Ca dan fosfat).
3. Mengatur keseimbangan asam basah cairan tubuh bergantung pada
apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urin yang
bersifat agak asam, pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir
metabolisme protein. Apabila banyak makanan sayur-sayuran, urin
akan bersifat basa. pH urin bervariasi antara 4,8 – 8,2. Ginjal
menyekresi urin sesuai dengan perubahan pH darah.
4. Ekskresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat-zat
toksik, obat-obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia
asing (pestisida).
5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormon renin
yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (sistem
renin angiotensin aldesteron) membentuk eritropoiesis mempunyai
peranan penting untuk memperoses pembentukan sel darah merah
(eritropoiesis).
Disamping itu ginjal juga membentuk dihidroksi kolekalsiferol
(vitamin D aktif) yang diperlukan untuk absorpsi ion kalsium di usus.
Filtrasi Glomerulus
Kapiler glomerulus secara relatif bersifat impermiable terhadap
protein plasma yang lebih besar dan permiable terhadap air dan larutan
yang lebih kecil seprti elektrolit, asam amino, glukosa, dan sisa
nitrogen. Glomerulus mengalami kenaikan tekanan darah 90 mmHg.
Kenaikan ini terjadi karena arteriole aferan yang mengarah ke
glomerulus mempunyai diameter yang lebih besar dan memberikan
sedikit tahanan dari kapiler yang lain. Darah di dorong ke dalam
ruangan yang lebih kecil, sehingga darah mendrong air dan partikel
kecil yang terlarut dalam plasma masuk ke dalam kapsula bowman.
Tekanan darah terhadap dinding pembuluh ini disebut tekanan
hidrostatik (TH). Gerakan masuknya ke dalam kapsula bowman
disebut sebagai filtrasi glomerulus. Tiga faktor dalam proses filtrasi
dalam kapsula bowman menggambarkan integrasi ketiga faktor
tersebut yaitu :
a. Tekanan osmotik (TO). Tekanan yang dikeluarkan oleh air
(sebagai pelarut) pada membran semipermiable sebagai usaha
untuk menembus membran semipermiable ke dalam area yang
mengandung lebih banyak molekul yang dapat melewati membran
semipermiable. Pori-pori dalam kapiler glomerulus membuat
membran semipermiable memungkinkan untuk melewati yang
lebih kecil dan air tetapi mencegah molekul yang lebih besar,
misalnya protein dan plasma.
b. Tekanan hidrostatik (TH). Sekitar 15 mmHg dihasilkan oleh
adanya filtrasi dalam kapsula dan berlawanan dengan tekanan
hidrostatik darah. Filtrasi juga mengeluarkan tekanan osmotik 1-3
mmHg yang berlawanan dengan osmotik darah.
c. Perbedaan tekanan osmotik plasma dengan cairan dalam kapsula
bowman mencerminkan perbedaan konsentrasi protein, perbedaan
ini menimbulkan pori-pori kapiler mencegah protein plasma untuk
difiltrasi.
Tekanan hidrostatik plasma dan tekanan osmotik filtrat kapsula
bowman bekeja sama untuk meningkatkan gerakan air dan molekul
permeabel, molekul permeabel kecil dari plasma masuk ke dalam
kapsula bowman. Tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik fitrat
dalam kapsula bowman bersama-sama mempercepat gerakan air dan
molekul permeabel dari kapsula bowman masuk ke kapiler jumlah
tekanan (90-3)-(32-15) = 70 mmHg akan mempemudah pemindahan
filtrat dari aliran darah ke dalam kapsula bowman. Laju ini dinamakan
laju filtrasi glomerulus (LFG). Pada orang sehat jumlah pertukaran
filtrasi pemenit 125 ml, faktor klinis yang mempengaruhi LFG adalah
TH dan TO filtrat, hipoproteinemia terjadi pada kelaparan akan
menurunkan TO dan meningkatkan LFG.
Prose Pembentukan Urin
Glomerulus berfungsi sebagai ultrafiltrasi simpai bowman,
berfungsi untuk menampung hasil filtrasi, dari glomerulus. Pada
tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah
disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal
terus berlanjut ke ureter.
Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis yang masuk ke
dalam ginjal, darah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah
dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urin :
a. Proses filtrasi
Terjadi di glomerulus, proses ini terjado karena permukaan aferen
lebih besar dari permukaan eferen maka terjadi penyerapan darah.
Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai
bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat,
bikarbonat, dan lain-lain, yang diteruskan ke tubulus ginjal.
b. Proses reabsorpsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa,
natrium, klorida, fosfat, dan ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif yang dikenal dengan obligator reabsorpsi terjadi pada
tubulus atas, sedangkan pada tubulus ginjal bagian bawah terjadi
kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan
akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah.
Penyerapannya terjadi secara aktif dikenal dengan rebsorpsi
fakultatif dan sisanya dialirkan pada papila renalis.
c. Proses sekresi
Sisanya penyerapan urin kembali yang terjadi pada tubulus dan
diteruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk
ke dalam vesika urinaria.
Peredaran Darah
Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai
percabangan arteria renalis. Arteri ini berpasangan kiri dan kanan.
Arteria renalis bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian
menjadi arteri arkuata. Arteria interloburalis yang berada di tepi ginjal
bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan-gumpalan yang
disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi alat yang disebut
simpai Bowman. Di sini terjadi penyaringan pertama dan kapiler
darah yang meninggalkan simpai Bowman kemudian menjadi vena
renalis masuk ke vena kava inferior.
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapat persarafan dari fleksus rebalis (vasomotor). Saraf
ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke ginjal,
saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke
ginjal. Di atas ginjal terdapat kelenjar suprarenalis, kelenjar ini
merupakan sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam
hormon yaitu hormon adrenalin dan hormon kartison. Adrenalin
dihasilkan oleh medula.
Reabsorpsi dan Sekresi Tubulus
Sewaktu filtrat glomerulus memasuki tubulus ginjal, filtrat ini
mengalir melalui bagian-bagian tubulus. Sebelum dieksresikan
sebagai urine beberapa zat diabsorpsi kembali secara selektif dari
tubulus kembali ke dalam darah, sedangkan yang lain diekskresikan
dari darah ke dalam lumen tubulus. Pada akhirnya urine terbentuk dan
semua zat dalam urin akan menggambarkan penjumlahan dari tiga
proses dasar ginjal (filtrasi glomerulus, reabsorpsi tubulus dan sekresi
tubulus).
Ekskresi urin = filtrasi glomerulus – reabsorpsi tubulus + seksresi
tubulus.
Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa, masing-masing bersambung dari
ginjal ke vesika urinaria, panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ± 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari :
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltik setiap lima menit sekali yang akan mendorong air kemih
masuk ke dalam kandung kemih. Gerakan peistaltik mendorong
urin melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan
disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis
masuk ke dalam kandung kemih.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia
muskulus psoas dan dilapisi oleh peritonium. Penyempitan ureter
terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis, pembuluh
darah, saraf, dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
Ureter kanan terletak pada pars desendens duodenum. Sewaktu
turun ke bawah terdapat di kanan bawah dan disilang oleh kolon
dekstra dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis akan
dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium.
Ureter kiri disilang oleh vasa koplika sisnistra dekat apertura pelvis
superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan mesenterium.
Ureter pada pria terdapat dalam fisura seminalis atas dan
disilang oleh duktus deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis.
Selanjutnya ureter berjalan obliq sepanjang 2 cm di dalam dinding
vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu
menembus vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter
akan tertutup dan pada waktu vesika urinaria penuh akan
membentuk katup (vulva) dan mencegah pengambilan urin dari
vesika urinaria..
Ureter pada wanita terletak di belakang fossa ovarika dan
berjalan ke bagian medial dan ke depan bagian lateralis serviks
uteri bagian atas vagina untuk mencapai fundus vesika urinaria.
Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina
sepanjang 2,5 cm dan selanjutnya arteri ini menyilang ureter
menuju ke atas di antara lapisan ligamentum.
Pembuluh darah ureter
a. Arteri renalis
b. Arteri spermatika interna
c. Arteri hipogastrika
d. Arteri vesikalis inferior
Persarafan Ureter
Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus
mesentrikus inferior, pleksus spermatikus, dan pleksus pelvis;
sepertiga dari nervus vagus; rantai eferens dan nervus vagus rantai
eferens dari nervus torakali ke 11 dan ke 12, nervus lumbalis ke 1,
dan nervus vagus mempunyai rantai afren untuk ureter.
Vesika Urinaria
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet, terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk
kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat,
berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis medius.
Bagian vesika urinaria terdiri dari:
1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan
bawah, bagian ini terpisah dari rektum oleh spatium
rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen,
vesika seminalis, dan prostat.
2. Korpus yaitu bagian antara verteks dan fundus
3. Verteks bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan
dengan ligamentum vesika umbilikalis.
Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar
(peritonium), tunika muskularis (lapisan otot), tunika submukosa,
dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Pembuluh limfe vesika
urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nodi limfatik iliaka
interna dan eksterna.
Lapisan Otot Vesika Urinaria
Lapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos yang
tersusun dan saling berkaitan dan disebut muskulus detrusor
vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri
vesikalis superior dan inferior yang merupakan cabang dari arteri
iliaka interna. Venanya membentuk pleksus venosus vesikalis
yang berhubungan dengan pleksus prostatikus yang mengalirkan
darah ke vena iliaka interna.
Persarafan Vesika Urinaria
Persarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika
inferior. Serabut gangglion simpatikus berasal dari gangglion
lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke vesika urinaria
melalui pleksus hipogastrikus. Serabut pregangglion parasimpatis
yang keluar dari nervus splenikus pelvis yang berasal dari nervus
sakralis 2, 3 dan 4 berjalan melalui hipogastrikus inferior mencapai
dinding vesika urinaria.
Sebagian besar serabut aferen sensori yang keluar dari
vesika urinaria menuju sistem susunan saraf pusat melalui nervus
splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpatis melalui pleksus
hipogastrikus masuk ke dalam segmen lumbal ke-1 dan ke-2
medula spinalis.
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada
kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar.
Uretra Pria
Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah
prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang menembus
tulang pubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm. Lapisan uretra
laki-laki terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam) dan lapisan
submukosa. Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna di dalam
vesika urinaria sampai orifisium uretra eksterna. Uretra pada laki-
laki terdiri dari:
1. Uretra prostatia
Merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan hapir
vertikulum melalui glandula prostat, mulai dari basis sampai ke
apeks dan lebih dekat ke permukaan anterior. Bentuk
salurannya seperti kumparan yang bagian tengahnya lebih luas
dan makin ke bawah makin dangkal kemudian bergabung
dengan pars membran. Potongan transversal saluran ini
menghadap ke depan.
2. Uretra membranosa
Merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal,
berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apeks
glandula prostata dan bulbus uretra. Pars membran menembus
diafragma urogenitalis, panjangnya kira-kira 2,5 cm, di bawah
belakang simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra
membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena dorsalis penis
yang mencapai pelvis dan ligamentum arquarta pubis.
3. Uretra kavernosa
Merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di dalam
korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai
dari pars membranasea sampai ke orifisium dari diafragma
urogenitalis. Pars kavernosus uretra berjalan ke depan dan ke
atas menuju bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan penis
berkontraksi, pars kavernosus akan membelok ke bawah dan ke
depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis
6 mm dan berdilatasi ke belakang. Bagian depan berdilatasi di
dalam gland penis yang akan membentuk fossa navikularis
uretra.
Uretra Wanita
Uretra pada waita terletak di belakang simfisi pubis
berjalan miring sedikit ke arah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan
uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapisan
spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di
sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra disini
hanya sebagai saluran ekskresi. Apabila tidak berdilatasi
diameternya 6 cm. Uretra ini menembus fasia urogenitalis dan
orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagina, 2,5 cm di
belakang gland klitoris. Glandula uretra bermuara ke dalam
orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.
Uretra wanita jauh lebih pendek dari pada uretra pria dan terdiri
lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada
muaranya penonjolan berupa kelenjar dan jaringan ikat fibrosa
longgar yang ditandai dengan banyak sinus venosus mirip jaringan
kavernosus.
Berkemih
Distensi kandung kemih oleh air kemih akan merangsang
stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan
jumlah ±250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses
miksi). Akibatnya akan terjadi refleks kontraksi dinding kandung
kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi sfingter internus,
segera diikuti oleh relaksasi sfingter eksternus, akhirnya terjadi
pengosongan kandung kemih.
Rangsangan yang menyebabkan pengosongan kandung kemih dan
relaksasi sfingter internus dihantarkan oleh serabut-serabut saraf
parasimpatis. Kontraksi sfingter eksternus secara volunter
bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. Kontrol
volunter ini hanya mungkin bila saraf-saraf yang menangani
kandung kemih uretra, medula spinalis dan otak, masih utuh. Bila
tidak ada saraf-saraf tersebut maka akn terjadi inkontinensia urin
(kencing keluar terus-menerus tanpa disari) dan retensi urin
(kencing tertahan). Persarafan vesika urinaria diatur oleh
torakolumbar dan kranial dari sistem persrafan otonom.
Torakolumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi
sfingter interna.
C. Etiologi
Faktor resiko untuk kanker kandung kemih mencakup karsinogen dalam
lingkungan kerja, seperti bahan pewarna, karet, bahan kulit, tinta atau cat.
Faktor resiko lainnya adalah infeksi bakteri kambuhan atau kronis pada
saluran kemih dan kebiasaan merokok. Skistosomiasis kronis (infeksi parasit
yang meniritasi kandung kemih) juga merupakan faktor resiko. Kanker yang
tumbuh dari kelenjar prostat, kolon serta rektum pada laki-laki dan dari traktus
ginekologis bawah pada wanita dapat bermetastatis ke kandung kemih.
D. Klasifikasi
Ta : Tumor terbatas pada epitalium
Tis : Karsinoma in situ
T1 : Tumor sampai dengan lapisan subepitelium
T2 : Tumor sampai dengan lapisan otot superfisial
T3a : Tumor sampai dengan lapisan otot dalam
T3b: Tumor sampai dengan lapisan lemak perivesika
T4 : Tumor sampai dengan jaringan di luar buli-buli; prostat, uterus,
vagina, dinding pelvis, dan dinding abdomen.
Stadium Ta, Tis, dan T1 digolongkan sebagai tumor superfisial,
sedangkan stadium T2 sampai dengan T4 digolongkan sebagai tumor
invasif.
Stadium
Stadium 0a Ta N0 M0
Stadium 0is Tis N0 M0
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2a
T2b
N0
N0
M0
M0
Stadium III T3a
T3b
T4a
N0
N0
N0
M0
M0
M0
Stadium IV T4b
Setiap T
Setiap T
Setiap T
Setiap T
N0
N1
N2
N3
Setiap N
M0
M0
M0
M0
M1
E. Patofisiologi
BULI - BULI
CA BULI - BULI
ULSERASI METASTASE OKLUSI URETER/PELVIC RENAL
ULSERASI
Infeksi Sekunder :
- Panas Waktu Kencing
- Merasa panas dan tubuh lemah
- Kencing campur darah
METASTASE
Invasi pada bladder
Retensio urin :
- Sulit/sukar kencing
OKLUSI URETER/PELVIC
RENAL
Refluks
Hidronefrosis :
- nyeri suprapubi
- Nyeri pinggang
GINJAL MEMBESAR
F. Manifestasi Klinik
Keluhan yang paling utama adalah hematuri mikroskopik maupun
makroskopik tanpa disertai rasa nyeri. Selain itu dapat juga dijumpai adanya
keluhan disuria dan tanda-tanda iritasi buli lainnya atau obstruksi saluran
kemih bagian bawah bila tumor menyumbat muara urertra interna. Rasa nyeri
pinggang dapat terjadi bila tumor menyumbat muara ureter sehingga terjadi
hidronefrosis.
Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak dijumpai kelainan. Penebalan
kandung kemih atau terbalnya massa tumor baru didapatkan dengan perabaan
bimanual pada pasien dengan pengaruh obat anastesi bila tumor berukuran
besar atau invasif. Massa tumor teraba bila ukurannya sangat besar atau sudah
tumbuh keluar dinding kandung kemih. Bila telah terjadi metastatis dapat
ditemukan hepatomegali atau limfadenopati supraklavikula.
G. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium rutin
Biasanya tidak dijumpai kelainan selain dari adanya hematuria.
Anemia dapat dijumpai bila terjadi perdarahn yang umunya dijumapai
pada tumor yang sudah lanjut, sedangkan gangguan fungsi ginjal dapat
dijumpai bila tumor menyumbat kedua muara ureter.
b. Pemeriksaan radiologi
Dilakukan foto polos abdomen, pielografi intravena, dan foto toraks.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai keadaan traktus urinarius
yaitu berupa adanya gangguan fungsi ekskresi ginjal, hidronefrosis,
hidroureter, dan filling defect pada buli-buli; menilai infiltrasi tumor ke
dinding buli-buli; dan melihat adanya metastatis regional atau jauh.
c. Sistoskopi dan biopsi
Pada persangkaan adanya tumor buli-buli maka pemeriksaan
sistoskopi adalah mutlak dilakukan. Dengan ini dapat dilihat adanya
tumor dan sekaligus dapat dilakukan biopsy atau reseksi tumor yang
juga merupakan tindakan pengobatan pada tumor-tumor superficial.
H. Penatalaksanaan
Penanganan kanker kandung kemih bergantung pada derajat tumornya
(yang didasarkan pada derajat diferensiasi sel), stadium pertumbuhan tumor
(derajat invasi lokal serta ada tidaknya metastase), dan multisentrisitas tumor
tersebut (apakah tumor tersebut memiliki banyak pusat). Usia dan status fisik,
mental, serta emosional harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk
terapinya.
Stadium Terapi Inisial pilihan
Tis TUR diikuti imunoterapi/BCG intravesika
Ta (single, tidak rekurens) TUR
Ta (ukuran besar, multiple,
rekurens) TUR diikuti kemoterapi atau imunoterapi
intravesika
T1 TUR diikuti kemoterapi atau imunoterapi
intravesika
T2-T4 Sistektomi radikal
Kemoterapi neoajuvan diikuti
sistektomi radikal
Sistektomi radikal diikuti kemoterapi
ajuvan
Kemoterapi neoajuvan diikuti diikuti
kemoterpi dan radiasi secara bersamaan
T apapun dengan N+, M+ Kemoterapi sistemik diikuti pembedahan
atau radiasi paliatif.
TUR = transurethral resection
Terapi kanker kandung kemih dapat dibagi lagi berdasarkan pengertian
menjadi superfisialis, invasif, atau metastatik. Karsinoma superfisialis kandung
kemih meliputi pasien dengan karsinoma insitu, keterlibatan mukosa (stadium 0),
atau keterlibatan submukosa (stadium A). Pasien ini umumnya di terapi dengan
reseksi endoskopik dan biopsi kandung kemih dengan evaluasi sistoskopik
berulang setiap 3 sampai 6 bulan. Kurang lebih 50 sampai 70 persen paien ini
mengalami kekambuhan superfisialis (terbatas pada mukosa dan submukosa)
dalam periode waktu 3 tahun setelah diagnosis awal. Pasien dengan kekambuhan
superfisialis selanjutnya dilakukan terapi intravesikal, yaitu meliputi thiotepa,
doxorubisin, mitomisin, basil calmette-guerin (BCG) atau interferon, selain
resepsi sistokopik. BCG merupakan obat yang paling efektif untuk mengobati
karsinoma insitu pada kandung kemih. Cara lain meliputi terapi laser yang di
gunakan secara langsung pada lesi superfisial dan terapi fotodinamik, yaitu
dengan memberikan hematoporfirin secara intravesikal, dapat membantu
melokalisir karsinoma superfisialis. Penggunaan teapi intrafersikal pada pusat
kesehatan tertentu dapat menurrunkan jumlah kekambuhan superfisial dan
memperpanjang interval bebas-kambuh.
Suatu tambahan 12 persen dengan penyakit superfisialis awal akhirnya
mengalami penyakit yang progresif kedalam otot kandung kemih (stadium B) dan
lemak perifesikal (stadium C) atau metatase penyakit kelenjar getah bening
(stadium D1), tulang, atau visera lainnya (stadium D2). Secara alternatif, pasien
mula-mula datang dengan penyakit invasif atau metastatik.
Penyakit invasif : pasien ini umumnya mengalami penyebaran tumor
kedalam otot dan/atau lemak perivesikal. Terapi tradisional adalah sistektomi
(radikal atau sedehana) atau terapi radiasi. Terapi radiasi pra oprasi yang di ikuti
tindakan sistektomi tidak memberikan manfaat untuk bertahan hidup
dibandingkan bila di terapi dengan sistektomi saja. Rata-rata ketahanan hidup 5
tahun kurang lebih 50 persen dengan pengobatan seperti ini. Sebagian besar
pasien ini meninggal dengan penyakit metastatik jauh walaupun telah menjalani
terapi pembedahan yang radikal dan radiasi, namun sebagian besar pasien ini
meninggal akibat penyakit bermestatase-jauh dari pada akibat kekambuhan yang
bersifat lokal. Lagi pula, penggunaan terapi dengan berbagai cara, meliputi
kemotrapi yang di sertai terapi radiasi, dapat menyelamatkan individu pasien
penyakit invasif yang telah menjalani sistektomi radikal. Tenik pembedahan,
menggunakan bagian usus kecil sebagai reserfior telah meningkatkan kualitas
hidup individu yang menjalani sistektomi radikal. Prosedur kandung kemih yang
demikian memungkinkan deversi kantong urinarius (misalnya, kantong koch,
kantong indiana, atau kantong maimz), dengan demikian mengakhiri kebutuhan
alat ostomi eksternal. Sekarang ini, banyak penelitian klinis yang menggunakan
kemoterapi sistemik sebelum melakukan pembedahan definitif atau terapi radiasi
dalam upaya untuk “mengendalikan” penyakit yang di curigai bersifat mikro
metastatik sistemik, juga untuk meningkatkan pengendalian terhadap lesi
primernya. Data persiapan membesarkan hati.
Penyakit metastatik : pada pasien yang menderita penyakit metastatik jauh
pada limfonodus, visera, atau tulang, penggunaan kemoterapi sistemik
menghasilkan respon dari 30 sampai 70 persen pasien tapi biasanya tidak berakhir
lebih dari 6 bulan. Setelah timbul penyakit metastatik, sebagian besar pasien
meninggal dalam 2 tahun. Agen yang paling aktif adalah cisplatin, metotreksate,
doxsorodisin, siklofosfamit, dan vinblastin, serta kombinasi obat ini kadang-
kadang menghasilkan remisi yang berarti dan tahan lama. Mielosupresi, suatu
toksisitas yang umum terjadi pada program kemoterapi, dapat di peringan dengan
pemberian aritropoietin secara bersama-sama.
I. Komplikasi
o Infeksi sekunder bila tumor mengalami ulserasi
o Retensi urine bila tumor mengadakan invasi ke bladder neck
o Hydronephrosis oleh karena ureter menglami oklusi
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzanne C.dkk. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
& Suddarth edisi 8.Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta:
Syaifuddin, AMK. 2006. Anatomi Fisiologi untuk mahasiswa keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta:
Mansjoer, Arif.dkk.2000. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, jilid 2. Penerbit
Media Aesculapius Fakultas Kedokteran UI. Jakarta:
Isselbaher.dkk.2000.Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam edisi 13 volume 3.Alih
Bahasa:Prof.Dr.Ahmad,dkk. Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Jakarta.
http://dc366.4shared.com/doc/ZBUuQ1Ty/preview.html