daftar isisejarah.fkip.unej.ac.id/.../05/proposal-skripsi-fix.docx · web viewproposal skripsi oleh...
TRANSCRIPT
STUDI KOMPARASI ANTARA METODE ACTIVE KNOWLEDGE SHARING DENGAN METODE COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP COMMUNICATING DAN HASIL BELAJAR
MATA PELAJARAN SEJARAH PESERTA DIDIK KELAS X IPS DI MAN 3 JEMBER
TAHUN AJARAN 2017/2018
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Vina Himaturrofi’ahNIM 130210302078
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAHJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS JEMBER
2018
i
DAFTAR ISI
Halaman
COVER ........................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................. ii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 7
2.1 Pembelajaran Sejarah.................................................................... 7
2.2 Metode Pembelajaran Active Knowledge Sharing........................ 9
2.3 Metode Pembelajaran Cooperative Script.................................... 12
2.4 Communicating (Kemampuan Berkomunikasi)........................... 15
2.5 Hasil Belajar.................................................................................. 19
2.6 Hubungan Antara Metode Active Knowledge Sharing dengan
Communicating dan Hasil Belajar Peserta Didik.......................... 23
2.7 Hubungan Antara Metode Cooperative Script dengan
Communicating dan Hasil Belajar Peserta Didik ......................... 24
2.8 Penelitian-Penelitian yang Relevan ............................................. 26
2.9 Kerangka Berpikir ........................................................................ 27
2.10 Hipotesis....................................................................................... 29
BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................ 30
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................. 30
3.2 Desain Penelitian ......................................................................... 30
3.3 Definisi Operasional .................................................................... 32
3.4 Variabel Penelitian........................................................................ 33
3.5 Populasi......................................................................................... 33
3.6 Metode Pengumpulan Data........................................................... 34
ii
3.7 Instrumen Penelitian .................................................................... 36
3.8 Uji Instrumen Penelitian............................................................... 36
3.8.1 Uji Validitas ........................................................................ 36
3.8.2 Uji Reliabilitas .................................................................... 37
3.9 Analisis Data ................................................................................ 37
3.10 Uji Hipotesis ................................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 40
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Matriks Penelitian ...................................................................... 43
Lampiran B. Data Peserta Didik..................................................................... 47
Lampiran C. Pedoman Pengumpulan Data ...................................................... 51
Lampiran D. Pedoman Wawancara ................................................................. 53
Lampiran E. Hasil Wawancara ........................................................................ 54
Lampiran F. Pengisian Instrumen Angket Communicating ............................ 56
Lampiran G. Instrumen Penilaian Hasil Belajar ............................................. 64
Lampiran H. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................................... 72
Lampiran I. Uji Validitas dan Reliabilitas....................................................... 97
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran dalam kurikulum 2013 mengharapkan pendidik mampu
memberikan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
berpusat kepada peserta didik (student centered) menjadikan pendidik hanya
berperan sebagai fasilitator dan mediator bagi peserta didik. Pendidik pun dituntut
untuk melakukan proses pembelajaran yang aktif, kreatif, dan inovatif sehingga
peserta didik mempunyai peranan yang besar dalam proses pembelajaran.
Pendidik dapat menggunakan model, strategi, dan metode pembelajaran yang
bervariasi untuk melibatkan peserta didik aktif dalam proses pembelajaran.
Semakin besar peranan peserta didik dalam proses pembelajaran, peluang
keberhasilan pembelajaran juga akan besar.
Salah satu komponen dalam pembelajaran adalah metode pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran yang tepat akan berdampak pada tercapainya
tujuan pembelajaran (Sani, 2013:158). Penerapan metode pembelajaran yang tidak
tepat akan membuat peserta didik sulit menerima dan memahami materi pelajaran.
Akibatnya peserta didik menjadi tidak konsentrasi dan tidak tertarik dengan
pembelajaran yang sedang berlangsung. Hal ini dapat menjadikan hasil belajar
peserta didik rendah. Berdasarkan hal inilah pendidik harus pintar-pintar memilih
dan menerapkan metode pembelajaran yang akan digunakan agar peserta didik
dapat menerima materi pembelajaran dengan baik dan tujuan pembelajaran juga
dapat terpenuhi dan tercapai.
Penerapan metode pembelajaran dalam pembelajaran sejarah sangat
diperlukan bagi peserta didik untuk menunjang proses belajarnya. Sejarah menjadi
kajian yang berorientasi ke masa depan dalam kaitannya dengan permasalahan
yang terjadi di masa kini. Sejarah merupakan suatu ilmu sosial yang mengkaji
tentang kenyataan dan pengalaman hidup manusia. Sejarah berkaitan dengan
berbagai rangkaian peristiwa yang masing-masing peristiwa mempunyai keunikan
sendiri (Kochhar, 2008:13-14). Pembelajaran sejarah dalam kurikulum 2013
1
2
mengharuskan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran. Oleh karena itu,
pendidik harus mampu menerapkan berbagai macam metode dalam pembelajaran
sejarah.
Pembelajaran sejarah mempunyai tujuan untuk menyadarkan peserta didik
tentang adanya perubahan dan perkembangan di kehidupan masyarakat dalam
dimensi waktu dan membangun kesadaran sejarah dalam menemukan,
memahami, dan menjelaskan jati diri bangsa di masa lalu, masa kini, dan masa
depan. Pembelajaran sejarah mengajak peserta didik untuk memahami dan
menerapkan nilai-nilai yang terkandung dalam suatu peristiwa di masa lalu untuk
dijadikan sebagai pedoman di kehidupan masa kini dan masa yang akan datang.
Tujuan pembelajaran menurut Kochhar (2008:51-53) bahwa pembelajaran sejarah
harus membuat peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
pemikiran kritis, keterampilan praktis, minat, serta perilaku dalam proses
pembelajaran sejarah. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum 2013 lebih
menekankan aspek afektif dari peserta didik itu sendiri. Hal ini berarti pendidikan
karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan. Untuk mewujudkan hal
tersebut, diperlukan suatu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif
terlibat dalam pembelajaran.
Pembelajaran sejarah yang baik adalah pembelajaran sejarah yang mampu
menumbuhkan kemampuan peserta didik dalam mengkonstruksi peristiwa sejarah
di masa lampau. Peristiwa sejarah dapat menjadi basis topik pembelajaran sejarah
dengan mengaitkannya dengan kondisi di masa sekarang (Subakti, 2010:4).
Pembelajaran sejarah harus dilakukakan secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif. Selain itu
pembelajaran sejarah juga harus memberikan ruang yang cukup bagi kreativitas
dan kemandirian peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik (Mulyasa, 2015:22).
Pembelajaran sejarah kelas X IPS di MAN 3 Jember seringkali dilaksanakan
tanpa menggunakan metode pembelajaran. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
peneliti akan menerapkan beberapa metode yang dapat digunakan dalam
pembelajaran sejarah. Peneliti ingin mengetahui metode apa yang dapat
3
meningkatkan keaktifan dan keterampilan peserta didik dalam berkomunikasi.
Metode pembelajaran merupakan sarana interaksi antara pendidik dan peserta
didik. Interaksi yang baik antara pendidik dan peserta didik ditandai dengan
adanya komunikasi belajar yang baik antara pendidik dengan peserta didik,
peserta didik dengan pendidik, serta peserta didik dengan peserta didik.
Penggunaan metode pembelajaran yang tepat diharapkan juga akan meningkatkan
hasil belajar peserta didik.
Metode-metode pembelajaran yang mungkin cocok diterapkan dalam
pembelajaran sejarah untuk melibatkan peserta didik agar dapat berperan aktif
serta melatih kemampuan berbicara dalam pembelajaran diantaranya adalah
metode STAD, jigsaw, TGT, TAI, problem solving, active knowledge sharing,
cooperative script, dll. Namun, dalam penelitian ini peneliti memilih
menggunakan metode pembelajaran active knowledge sharing dan cooperative
script yang digunakan untuk mengembangkan communicating (kemampuan
berbicara) dan hasil belajar peserta didik. Metode active knowledge sharing
(berbagi pengetahuan aktif) adalah metode pembelajaran dimana peserta didik
akan dibawa untuk menerima materi pembelajaran dengan baik (Zaini, 2011:22).
Metode active knowledge sharing dapat digunakan untuk melihat kemampuan
peserta didik dalam membentuk kerja sama bersama dengan teman sekelompok.
Penerapan metode active knowledge sharing dapat menambah kemampuan yang
akan dimiliki peserta didik, diantaranya adalah kemampuan mendengarkan,
kemampuan berbicara, menunjukkan penerimaan jawaban atau pendapat,
menerima jawaban atau pendapat (receiving), berperan dalam diskusi kelompok
melalui kegiatan menanggapi (responding), mendukung atau menentang suatu
gagasan (valuing), mendiskusikan permasalahan, merumuskan masalah,
menyimpulkan suatu gagasan (organizing), serta kemampuan dalam menacari
suatu penyelesaian masalah (caracterizing) (Dewi, dkk, 2011:81). Tujuan utama
metode active knowledge sharing adalah meningkatkan pemahaman peserta didik
tentang konsep-konsep pembelajaran yang disampaikan oleh pendidik didalam
kelas.
4
Pembelajaran sejarah dengan metode active knowledge sharing menarik
peneliti untuk membuat suatu perbandingan atau studi komparasi dengan metode
pembelajaran lain yang dipilih oleh peneliti yaitu metode cooperative script.
Metode cooperative script menurut Slavin (2003:273) adalah salah satu metode
pembelajaran yang dapat membangun kerjasama antar peserta didik. Kerjasama
ini dapat terbangun saat peserta didik berdiskusi dengan pasangan belajarnya
menngenai materi pembelajaran yang telah diberikan oleh pendidik. Pembelajaran
dengan metode cooperative script membagi peserta didik untuk berkelompok
dengan cara berpasang-pasangan. Satu peserta didik akan berperan sebagai
pembicara yang akan membacakan hasil dari pemecahan masalah yang
diperolehnya. Sementara satu peserta didik lain akan berperan sebagai pendengar
yang akan menyimak dan mendengarkan penjelasan dari pembicara, serta
mengoreksi hasil pemecahan masalah yang disampaikan oleh pembicara apabila
ada kekurangan dan kesalahan (Muniroh, 2010:30). Metode cooperative script
juga dapat memudahkan peserta didik dalam melakukan interaksi sosial, sehingga
dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi dan berdiskusi peserta didik.
Selain itu, pembelajaran dengan menggunakan metode cooperative script akan
membuat peserta didik lebih menghargai pendapat orang lain.
Alasan peneliti memilih metode cooperative script sebagai pembanding dari
metode active knowledge sharing karena pada metode cooperative script peserta
didik juga diarahkan untuk melakukan diskusi dan komunikasi dengan pasangan
belajarnya. Adanya diskusi tersebut juga akan menambah pemahaman peserta
didik tentang materi pembelajaran. Peran pendidik dalam pembelajaran dengan
menggunakan metode active knowledge sharing dan cooperative script ialah
sebagai fasilitator. Pendidik hanya mengarahkan dan membimbing peserta didik
pada saat diskusi berlangsung.
Perbedaanmya ialah pada metode active knowledge sharing peserta didik
saling bertukar pikiran secara berkelompok. Setiap kelompok diwakili oleh satu
peserta didik untuk menjelaskan materi diskusi kelompoknya kepada kelompok
yang lain. Sedangkan pada metode cooperative script setiap peserta didik
mempunyai ide dan pendapat masing-masing, dan akan menjelaskan materi
5
diskusi kepada peserta didik lain yang menjadi pasangan belajarnya. Kedua
metode tersebut dapat melatih kemampuan peserta didik dalam mengemukakan
pendapat kepada orang lain secara lisan. Pendidik juga dapat mengetahui seberapa
besar pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran dengan melihat
hasil diskusi peserta didik.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk membuat judul penelitian
“Studi Komparasi antara Metode Active Knowledge Sharing dengan Metode
Cooperative Script Terhadap Communicating dan Hasil Belajar Mata
Pelajaran Sejarah Peserta Didik Kelas X IPS di MAN 3 Jember Tahun
Ajaran 2017/2018”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
1) apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara metode active
knowledge sharing dengan metode cooperative script terhadap
communicating peserta didik?
2) apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara metode active
knowledge sharing dengan metode cooperative script terhadap hasil
belajar sejarah peserta didik?
3) metode pembelajaran manakah yang lebih baik antara metode active
knowledge sharing dan metode cooperative script terhadap
communicating dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran
sejarah?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran sejarah
antara metode active knowledge sharing dengan metode cooperative
script terhadap communicating peserta didik pada pembelajaran sejarah;
6
2) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran
sejarah antara metode active knowledge sharing dengan metode
cooperative script terhadap hasil belajar peserta didik pada pembelajaran
sejarah;
3) untuk mengetahui metode pembelajaran yang lebih baik dalam
pembelajaran sejarah antara metode active knowledge sharing dengan
metode cooperative script.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diharapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1) bagi peserta didik, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
meningkatkan communicating dan hasil belajar terhadap mata pelajaran
sejarah;
2) bagi pendidik, sebagai masukan dan alternatif yang dapat digunakan pada
saat pembelejaran sejarah berlangsung;
3) bagi peneliti lain, diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
tambahan terkait penerapan metode active knowledge sharing dan
metode cooperative script terhadap communicating dan hasil belajar,
khususnya pada pembelajaran sejarah;
4) bagi sekolah yang diteliti, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan sebagai masukan dalam meningkatkan kualittas pembelajaran
di sekolah khususnya di MAN 3 Jember.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran adalah suatu upaya untuk membelajarkan sesorang atau
sekelompok orang melalui berbagai upaya dan berbagai startegi, metode dan
pendekatan ke arah pencapaian tujuan. Pembelajaran dapat dipandang sebagai
kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat
peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada ketersediaan sumber
belajar. Pada prinsipnya, pembelajaran tidak hanya mencakup event-event yang
dilakukan oleh pendidik, tetapi mencakup seluruh events yang berpengaruh
langsung terhadap proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan
terencana untuk mengkondisikan seseorang agar dapat belajar dengan baik dan
mencapai tujuan pembelajaran (Majid, 2014:4). Sedangkan menurut Jihad dan
Haris (2012:11) pembelajaran adalah suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua
aspek, yaitu belajar dan mengajar. Belajar berorientasi kepada apa yang harus
dilakukan oleh peserta didik, serta mengajar yang berorientasi kepada pendidik
yang memberikan pelajaran kepada peserta didik. Tujuan pembelajaran dapat
tercapai apabila terjadi perubahan perilaku atau kompetensi peserta didik setelah
mengikuti pembelajaran (Rachmawati dan Daryanto, 2015:39).
Karakteristik pembelajaran sejarah menurut Susanto (2014:59-61) adalah
sebagai berikut:
a) pembelajaran sejarah mengajarkan tentang kesinambungan dan perubahan.
Dengan mengajarkan kesinambungan dan perubahan, dapat membangkitkan
kesadaran akan waktu dan menghadirkannya dalam pembelajaran sejarah
akan menjadi refleksi untuk kehidupan yang akan datang;
b) pembelajaran sejarah mengajarkan tentang jiwa zaman. Mempelajari sejarah
berarti juga mempelajari semangat, ide, dan semnagat jiwa manusia pada
masanya;
c) pembelajaran sejarah bersifat kronologis. Pembelajaran yang kronologis
mengajarkan kepada peserta didik untuk berfikir sistematis, runtut, dan
memahami hukum kausalitas;
7
8
d) pembelajaran sejarah pada hakikatnya adalah mempelajari tentang
bagaimana perilaku manusia. Memahami dan menghayati perilaku manusia
akan membuat kita mampu untuk mengambil nilai-nilai positif dan
menerapkannya dalam kehidupan;
e) kulmulasi dari pembelajaran sejarah adalah memberikan pemahaman akan
hukum-hukum sejarah.
Tujuan pembelajaran sejarah pada umumnya ialah memperkenalkan kepada
peserta didik tentang riwayat perjuangan manusia untuk mencapai kehidupan yang
bebas, bahagia, adil, dan makmur (Ali, 2012:360). Sedangkan tujuan
pembelajaran sejarah menurut Kochhar (2008:27-37) diantaranya adalah:
a) mengembangkan pemahaman tentang diri sendiri;
b) memberikan gambaran yang tepat tentang konsep waktu, ruang, dan
masyarakat;
c) membuat masyarakat mampu mengevaluasi nilai-nilai dan hasil yang telah
dicapai oleh generasinya;
d) mengajarkan toleransi;
e) menanamkan sikap intelektual;
f) memperluas cakrawala intelektualitas;
g) mengajarkan prinsip-prinsip moral;
h) menanamkan oreientasi ke masa depan;
i) memberikan pelatihan mental;
j) melatih peserta didik menangani isu-isu kontroversial;
k) membantu mencari jalan keluar dari berbagai masalah sosial dan
perseorangan;
l) memperkokoh rasa nasionalisme;
m)mengembangkan pemahaman internasional;
n) mengembangkan ketrampilan-ketrampilan yang berguna.
9
2.2 Metode Pembelajaran Active Knowledge Sharing
Metode active knowledge sharing merupakan metode pembelajaran yang
dapat membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran di kelas.
Metode active knowledge sharing adalah metode pembelajaran yang dapat
membawa peserta didik untuk siap belajar materi pembelajaran dengan cepat serta
dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta didik dalam bekerja sama
(Zaini, 2008:22). Kerjasama baik yang terjadi dalam kelompok ini dapat
menjadikan anggota kelompok saling bertukar pikiran sehingga pembelajaran
aktif akan terlaksana dengan baik. Tujuan utama metode active knowledge
sharing adalah untuk meningkatkan pemahaman tentang konsep-konsep yang
dibahas dalam pembelajaran dikelas (Majid & Chitra, 2013:1292). Sedangkan
tujuan penggunaan metode active knowledge sharing dalam pembelajaran
menurut Zaini, dkk (2008:23) adalah:
a) mengembangkan kemampuan bertindak dengan memuncullkan rasa ingin
tahu yang tinggi dalam suatu permasalahan yang ada;
b) mengembangkan sikap untuk dapat mendengarkan dan menanggapi dengan
kemampuan bertanya dan menyatakan pendapat;
c) memberikan ide dalam mendiskusikan permasalahan, merumuskan masalah,
serta menyimpulkan suatu gagasan;
d) mencari penyelesaian suatu masalah dengan orisinalitas jawaban yang
akurat.
Metode active knowledge sharing (berbagi pengetahuan aktif) adalah salah
satu metode pembelajaran yang dapat membawa peserta didik untuk siap belajar
dengan materi pelajaran yang akan diajarkan (Zaini, dkk, 2008:22). Metode active
knowledge sharing ini juga dapat digunakan untuk melihat kemampuan peserta
didik dalam membentuk kerjasama tim. Dewi, dkk (2011:81) mengatakan bahwa
melalui metode active knowledge sharing kemampuan yang dapat dimiliki peserta
didik antara lain mendengarkan, menunjukkan penerimaan jawaban atau pendapat
dengan menyetujui jawaban atau pendapat tersebut, menerima jawaban atau
pendapat (receiving), berperan serta dalam disukusi melalui kegiatan menanggapi
(responding), mendukung atau menentang suatu gagasan (valuing),
10
mendiskusikan permasalahan, merumuskan masalah, menyimpulkan suatu
gagasan (organizing), dan kemampuan dalam mencari penyelesaian masalah
(caracterizing). Yaghi, dkk (2011) mengatakan bahwa berbagi pengetauhan atau
knowledge sharing dapat melibatkan individu, kelompok, dan organisasi untuk
mengirim informasi antar peserta didik atau peserta didik dengan pendidik.
Penerapan metode active knowledge sharing menjadikan peserta didik
saling berinteraksi. Interaksi antar peserta didik yang terjadi didalam kelas
merupakan komponen yang penting dalam proses pembelajaran. Interaksi antar
peserta didik didalam kelas dapat diterapkan dengan cara membentuk beberapa
kelompok belajar. Kelompok belajar inilah yang akan membentuk kerjasama
sehingga dapat saling membantu pada saat proses pembelajaran, serta dapat
meningkatkan hubungan interpersonal antar peserta didik (Majid & Wey,
2009:22).
Prinsip saling tukar pengetahuan (knowledge sharing) seperti diungkapkan
oleh Bechina dan Bommen (2006:110) adalah mentransfer pengetahuan kepada
orang lain. Saling tukar pengetahuan dapat didefinisikan sebagai suatu proses
pertukaran pengetahuan antara paling sedikit dua orang melalui suatu proses
timbal balik. Penjelasan tersebut dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran
yaitu peserta didik yang mengetahui tentang materi pembelajaran menyampaikan
kepada teman yang tidak mengetahui. Sedangkan peserta didik yang tidak
mengetahui berusaha mencari tahu kepada teman yang lebih tahu agar dapat
memecahkan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran. Metode
active knowledge sharing ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan
oleh peserta didik. Peserta didik akan terlibat secara langsung untuk saling
bertukar pengetahuan. Melalui metode active knowledge sharing peserta didik
diharapkan mampu menguasai pengetahuan mengenai fakta-fakta khusus dari
peristiwa-peristiwa masa lampau sesuai dengan waktu dan tempat terjadinya
pesristiwa tersebut (Pradeta, 2014:17).
11
Adapun langkah-langkah dari metode pembelajaran active knowledge
sharing adalah sebagai berikut:
a) siapkan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang
akan diajarkan. Kategori pertanyaan yang dapat digunakan diantaranya
adalah:
kata-kata untuk didefinisikan;
pertanyaan pilihan ganda mengenai fakta atau konsep;
orang-orang yang harus dikenali atau didefinisikan;
pertanyaan-pertanyaan mengenai tindakan yang bisa diambil oleh peserta
didik dalam situasi tertentu;
kalimat-kalimat yang tidak lengkap.
b) perintahkan peserta didik untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut;
c) mintalah peserta didik untuk menyebar ke seluruh ruangan dan mencari
peserta didik lain yang dapat membantu menjawab pertanyaan yang tidak
diketahuinya. Pendidik meminta peserta didik untuk saling membantu;
d) perintahkan peserta didik untuk kembali ke tempat semula dan pendidik
mengulas jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut. Gunakan informasi itu
untuk memperkenalkan topik-topik penting dalam pembelajaran (Silberman,
2014:101).
Metode active knowledge sharing mempunyai beberapa kelebihan dalam
suatu pembelajaran, diantaranya adalah:
a) meningkatkan keterampilan peserta didik;, diantaranya adalah keterampilan
berpikir, keterampilan memecahkan masalah, serta keterampilan
berkomunikasi;
b) peserta didik terlibat secara aktif dan kreatif dalam pembelajaran;
c) meningkatkan ingatan peserta didik pada konsep yang dipelajari;
d) mengajarkan peserta didik agar berani untuk mengemukakan pendapat dan
pertanyaan;
e) membantu memunculkan ide atau gagasan terhadap permasalahan yang
muncul (Pradeta, 2014:19).
12
2.3 Metode Pembelajaran Cooperative Script
Metode pembelajaran cooperative script adalah suatu metode pembelajaran
yang membangun kerjasama antar peserta didik, khususnya peserta didik yang
menjadi pasangan belajarnya untuk mendiskusikan materi belajar yang telah
diberikan oleh pendidik (Slavin, 2003:273). Metode cooperative script merupakan
metode pembelajaran kooperatif yang dapat melatih peserta didik dalam hal
berbicara (mengemukakan pendapat) serta meningkatkan daya ingat peserta didik.
Metode cooperative script adalah metode pembelajaran yang menuntut peserta
didik untuk saling bekerja sama dalam memecahkan masalah (Shoimin, 2014:49).
Metode cooperative script cocok digunakan dalam pembelajaran sejarah karena
metode cooperative script dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan
serta mengaitkan fakta-fakta serta konsep-konsep yang didapatkan dari
pemecahan masalah.
Pendidik dan peserta didik membuat kesepakatan untuk menjalankan peran
masing-masing dalam penerapan metode cooperative script. Peserta didik yang
berperan sebagai pembicara mengemukakan pendapat dari materi bagiannya
dengan jelas agar peserta didik yang menjadi pendengar dapat mengoreksi hasil
ringkasannya. Sedangkan peserta didik yang berperan sebagai pendengar bertugas
untuk menyimak, mendengar, menambahkan, serta mengoreksi penjelasan dari
pembicara apabila ada kesalahan (Slavin, 2003:273). Cooperative script menuntut
peserta didik memiliki kemampuan menganalisis dan bekerja sama dengan
pasangan belajaranya dalam membuat ringkasan materi yang dipelajari, dimana
hal ini dilakukan oleh sepasang peserta didik dengan saling bergantian peran
sebagai pembicara dan pendengar agar kefektifan pembelajaran tercapai (Qur-
aniyah, 2016:28). Pendidik berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan peserta
didik untuk mencapai tujuan belajar. Selain itu, pendidik juga mengontrol
jalannya pembelajaran dan mengarahkan peserta didik jika merasa kesulitan.
Pembelajaran dengan metode cooperative script menuntut adanya
komunikasi antar peserta didik dalam satu kelompok atau dengan pasangan
belajarnya. Peserta didik dapat menggunakan gaya bahasa mereka sendiri dalam
13
berkomunikasi. Komunikasi dalam pembelajaran sangatlah penting untuk
dikembangkan. Komunikasi dapat digunakan untuk menyampaikan ide dan
gagasan melalui perasaannya karena komunikasi merupakan faktor penting guna
menunjang keberhasilan dalam pembelajaran (Suryani, 2013:5). Komunikasi yang
dilakukan dalam pembelajaran dengan metode cooperative script akan melatih
peserta didik untuk berani menyampaikan ide ke sesama teman, berani
mengungkapkan kesalahan teman dengan jujur secara lisan, dan berbagi informasi
yang dimiliki kepada orang lain sehingga masalah dalam pembelajaran dapat
terpecahkan (Qur-aniyah, 2016:29).
Aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dengan menerapkan
metode cooperative script memberdayakan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan pengetahuan dan keterampilannya, baik itu keterampilan
berbicara (mengemukakan pendapat) maupun keterampilan mendengarkan
(Shoimin, 2014:50). Selain itu, metode cooperative script dapat memunculkan
sifat ulet, meningkatkan kemandirian peserta didik, meningkatkan ketajaman
analisis peserta didik, memunculkan sikap demokratis, menambah ketelitian
peserta didik, peserta didik dapat menghargai pendapat orang lain, memunculkan
sikap kritis dalam diri peserta didik, serta sikap saling bekerja sama antar peserta
didik (Boleng, 2014:81). Hal ini berdampak pada pembuatan kesimpulan oleh
peserta didik dan juga pemilihan alternatif pemecahan masalah dalam
pembelajaran sejarah.
Langkah-langkah penerapan metode cooperative script menurut Nurochim
(2013:63) adalah sebagai berikut:
a. pendidik membagi peserta didik secara berpasangan;
b. pendidik membagikakn materi pembelajaran kepada peserta didik untuk
dibaca dan dibuat ringkasannya;
c. pendidik dan peserta didik menentukan yang pertama berperan sebagai
pembicara dan sebagai pendengar;
d. pembicara membacakan ringkasan materinya selengkap mungkin, serta
memasukkan ide-ide pokok kedalam ringkasan materinya. Sementara
pendengar melakukan hal berikut:
14
menyimak, mengoreksi, dan menambahkan ide pokok yang kurang
lengkap;
membantu mengingat dan menghafal ide-ide pokok dengan
menghubungan dengan materi pembelajaran sebelumnya ataupun dengan
materi pembelajaran yang lain.
e. peserta didik bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar, begitu juga sebaliknya. Peserta didik melakukan
kegiatan seperti yang telah dikemukakan sebelumnya;
f. pendidik dan peserta didik membuat kesimpulan dari materi pembelajaran;
g. penutup.
Metode cooperative script juga memiliki kelebihan dan kekurangan dalam
penerapannya pada pembelajaran. Adapun kelebihan dari metode pembelajaran
cooperative script menurut Huda (2014:214) adalah sebagai berikut:
a. dapat menumbuhkan ide-ide dan gagasan baru, menumbuhkan daya berpikir
kritis, serta berani menyampaikan hal-hal baru atau berani menyampaikan
pendapat yang diyakini benar;
b. memotivasi peserta didik yang kurang berani dalam menyampaikan
pemikirannya agar berani dalam menyampaikan pemikirannya;
c. mengajarkan peserta didik untuk percaya dengan kemampuan sendiri dalam
berpikir, mencari informasi dari sumber lain, dan belajar dari peserta didik
lain;
d. mendorong peserta didik yang lemah untuk tetap belajar dan saling bekerja
sama dengan peserta didik yang mempunyai kemampuan lebih tinggi untuk
mencari celah dalam pemahamannya;
e. mendorong peserta didik untuk memecahkan masalah dengan
mengungkapkan pendapatnya secara lisan dan membandingkan ide antar
peserta didik;
f. memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar keterampilan
bertanya dan mengomentari suatu permasalahan;
g. memudahkan peserta didik dalam melakukan diskusi dan melakukan
interaksi sosial;
15
h. meningkatkan kemampuan berpikir kreatif.
Selain mempunyai kelebihan, metode cooperative script juga mempunyai
kekurangan. Kekurangan dalam metode cooperative script menurut Huda
(2014:215) adalah sebagai berikut:
a. ada beberapa peserta didik yang takut mengemukakan pendapatnya karena
akan dinilai oleh temannya;
b. ketidakmampuan peserta didik dalam menerapkan metode pembelajaran
cooperative script, sehingga banyak waktu yang terbuang untuk
menjelaskan mengenai metode pembelajaran cooperative script;
c. pendidik harus menilai setiap penampilan peserta didik untuk mengetahui
hasil prestasi kelompok;
d. kesulitan membentuk kelompok yang dapat bekerja sama dengan baik;
e. kesulitan menilai peserta didik secara individu karena berada dalam
kelompok.
2.4 Communicating (Kemampuan Berkomunikasi)
Secara etimologis atau menurut asal katanya, komunikasi berasal dari
bahasa Latin communicatio, yang bersumber pada kata communis. Perkataan
communis tersebut berarti sama, dalam arti sama makna, yaitu sama makna
mengenai suatu hal. Komunikasi dapat terjadi apabila antara orang-orang yang
terlibat komunikasi mempunyai kesamaan makna tentang hal yang
dikomunikasikan (Effendy, 2015:3-4).
Secara terminologis komunikasi berarti suatu proses penyampaian pesan
atau pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dari penjelasan diatas, dapat
diketahui bahwa komunikasi melibatkan sejumlah orang, dimana seseorang
menyatakan sesuatu kepada orang lain. Komunikasi yang dimaksudkan disini
adalah komunikasi manusia (human communication) atau yang sering disebut
dengan komunikasi sosial. Komunikasi manusia sebagai singkatan dari
komunikasi antarmanusia dinamakan komunikasi sosial atau komunikasi
kemasyarakatan karena hanya pada manusia yang bermasyarakat komunikasi
16
dapat terjadi. Masyarakat terbentuk dari dua orang atau lebih yang saling
berhubungan dengan komunikasi sebagai penjalinnya (Effendy, 2015:4).
Komunikasi adalah proses, yang artinya sedang berlangsung dan selalu
bergerak, bergerak semakin maju dan berubah secara terus menerus. Komunikasi
juga sistemis, yang berarti bahwa komunikasi terjadi dalam suatu sistem pada
bagian yang saling berhubungan yang dapat memengaruhi satu sama lain (Wood,
2013:3). Sedangkan menurut Effendy (2015:5) komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pernyataan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain
sebagai akibat dari hubungan sosial. Komunikasi adalah proses sosial, artinya
komunikasi selalu melibatkan manusia (pengirim dan penerima informasi) dalam
berinteraksi dan memainkan peranan penting dalam proses komunikasi (Rohim,
2009:12). Komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator (orang
yang menyampaikan pesan) kepada komunikan (orang yang menerima pesan)
dengan maksud dan tujuan tertentu. Jika dianalisis, pesan komunikasi terdiri atas
dua aspek, yaitu isi pesan dan lambang. Isi pesan dapat berupa pikiran atau
perasaan, sedangkan lambang adalah bahasa (Suryanto, 2015:14). Dari beberapa
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses
penyampaian informasi (pesan, ide, maupun gagasan) yang terjalin antara dua
orang atau lebih yang mempunyai maksud dan tujuan yang sama.
Syarat terjadinya komunikasi adalah adanya komponen atau unsur
komunikasi. Komponen-komponen yang ada dalam komunikasi menurut Effendy
(2015:6) diantaranya adalah komunikator (orang yang menyampaikan pesan),
pesan (pernyataan yang didukung oleh lambang), komunikan (orang yang
menerima pesan), media (sarana yang mendukung pesan apabila komunikan
berada di tempat yang jauh atau banyak jumlahnya), efek (pengaruh dari pesan
yang disampaikan).
Penyampaian pesan yang dilakukan oleh komunikator dapat menimbulkan
dampak tertentu bagi komunikan. Pesan yang disampaikan oleh komunikator
merupakan suatu pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan dapat berupa
ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya. Pesan yang
disampaikan menggunakan lambang atau umumnya bahasa. Selain bahasa,
17
lambang dapat berupa gerakan anggota tubuh, gambar, warna, dan sebagainya.
Melambaikan tangan, mengedipkan mata, atau menganggukkan kepala juga
merupakan lambang untuk menunjukkan perasaan atau pikiran seseorang. Hal
yang penting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar pesan yang
disampaikan oleh komunikator dapat menimbulkan dampak atau efek tertentu
bagi komunikan (Effendy, 2015:6).
Komunikasi bertujuan untuk mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan,
dan tindakan. Setiap akan mengadakan komunikasi, komunikator perlu
mempertanyakan tujuan komunikasi tersebut. Secara umum, komunikasi
mempunyai beberapa tujuan antara lain:
a. informasi atau pesan yang disampaikan dapat dimengerti. Komunikator
harus menyampaikan informasi atau pesan kepada komunikan (penerima
pesan) dengan baik dan tuntas, sehingga komunikan dapat mengerti dan
mengikuti apa yang komunikator maksud;
b. memahami orang lain;
c. gagasan atau pendapat komunikator dapat diterima oleh komunikan;
d. menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu (Widjaja, 2010:10-11).
Melalui komunikasi yang intensif dan tepat, makna yang ingin disampaikan oleh
komunikator dapat tersampaikan dengan tepat. Hasil atau respons yang
diharapkan oleh komunikator sangat bergantung pada proses dan strategi
komunikasi yang dilakukan oleh komunikan (Suryanto, 2015:27-28).
Komunikasi dalam dunia pendidikan merupakan unsur yang sangat penting
kedudukannya. Peranan komunikasi sangat besar dalam menentukan keberhasilan
pendidikan. Pembelajaran di sekolah sebagian besar terjadi karena proses
komunikasi, baik komunikasi yang berlangsung secara intrapersona maupun
secara antarpersona. Komunikasi intrapersona terlihat pada saat berpikir,
mengapersepsi, mengingat, dan mengindera. Sedangkan komunikasi antarpersona
merupakan suatu bentuk komunikasi yang berproses dari adanya ide atau gagasan
informasi seseorang kepada orang lain (Yusup, 1990:14).
Keefektifan komunikasi ditentukan oleh kemampuan komunikator dalam
memadukan nilai kognisi (cognition), afeksi (affection), dan konasi (conation).
18
Kognisi adalah proses memahami yang bersangkutan dengan pikiran. Afeksi
adalah perasaan yang ditimbulkan oleh perangsang dari luar. Sementara konasi
adalah aspek psikologis yang berkaitan dengan upaya atau perjuangan. Suatu
informasi atau pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan
akan komunikatif apabila terjadi proses psikologis yang sama antara komunikator
dan komunikan atau orang-orang yang terlibat dalam komunikasi (Effendy,
2015:16-17).
Indikator communicating (kemampuan berkomunikasi) menurut (Effendy,
2015:17-19) ada tujuh, yaitu:
a) kesiapan (preparadness)
peserta didik mempunyai kesiapan pada saat berbicara atau menyampaikan
pendapat. Kesiapan peserta didik pada saat berbicara akan tampak pada
gaya komunikasinya yang meyakinkan. Selain itu kesiapan peserta didik
dalam berkomunikasi juga akan tampak pada penguasaan materi yang
disampaikan.
b) kesungguhan (seriousness)
peserta didik yang berbicara dan menyampaikan pendapatnya akan
menunjukkan kesungguhan dan menimbulkan kepercayaan pihak
komunikan.
c) ketulusan (sincerity)
peserta didik yang berbicara harus membawakan kesan kepada peserta didik
lain (komunikan) bahwa ia berhati tulus dalam niat perbuatannya.
Komunikator harus berhati-hati dalam berbicara agar terhindar dari kata-
kata yang mengarah pada kecurigaan ketidaktulusan.
d) kepercayaan (confidence)
peserta didik harus senantiasa menunjukkan kepastian dalam berbicara. Hal
ini harus muncul dengan penguasaan diri dan situasi secara sempurna.
Peserta didik harus mampu menghadapi segala situasi yang ada.
e) ketenangan (poise)
peserta didik yang bersikap tenang dalam penampilan dan menyampaikan
pendapat atau materi pembelajaran cenderung akan menaruh kepercayaan
19
kepada komunikan. Ketenangan yang ditunjukan oleh peserta didik dalam
berbicara ini akan memberikan kesan bahwa ia merupakan orang yang
berpengalaman dalam berkomunikasi. Apabila peserta didik bersikap
tenang, ia dapat melakukan pengorganisasian pikiran, perasaan, dan hasil
penginderaannya secara terpadu sehingga akan terlontar jawaban yang
argumentatif.
f) keramahan (friendship)
keramahan peserta didik dalam berkomunikasi akan menimbulkan rasa
dimpati bagi pendengarnya. Keramahan bukan berarti kelemahan,
melainkan pengekspresian sikap etis. Keramahan tidak hanya ditunjukkan
dengan ekspresi wajah, tetapi juga dengan gaya dan cara pengutaraan
pikiran dan perasaannya.
g) kesederhanaan (moderation)
kesederhanaan ini menyangkut penggunaan bahasa sebagai alat untuk
menyalurkan pikiran dan perasaan dalam gaya berkomunikasi.
Kesederhanaan akan menunjukkan keaslian dan kemurnian sikap.
2.5 Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan bagian yang penting dalam suatu pembelajaran.
Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.
Menurut Sudjana (1995: 22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh
peserta didik setelah peserta didik menerima pengalaman belajarnya. Dari sisi
pendidik, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
Sedangkan dari sisi peserta didik, hasil belajar merupakan puncak proses belajar
(Dimyati dan Mudjiono, 2006:3). Hasil belajar menurut Kunandar (2014:62)
adalah kompetensi atau kemampuan tertentu dari peserta didik baik kognitif,
afektif, maupun psikomotorik yang dicapai peserta didik setelah mengikuti proses
pembelajaran.
Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional baik itu
tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional menggunakan klasifikasi hasil
20
belajar dari Bloom yang membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik (Sudjana, 1995:22).
1. Ranah Kognitif
Ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis, dan evaluasi. Aspek pertama dan kedua disebut kognitif tingkat rendah,
sedangkan keempat aspek berikutnya disebut kognitif tingkat tinggi (Sudjana,
1995:22).
2. Ranah Afektif
Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai. Para ahli berpendapat bahwa
sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya jika telah menguasai kognitif
tingkat tinggi.`Hasil belajar afektif terlihat pada peserta didik dalam berbagai
tingkah laku seperti perhatian peserta didik terhadap pelajaran, disiplin, motivasi
belajar, menghargai pendidik dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan
sosial (Sudjana, 1995:29-30).
Ranah afektif sebagai hasil belajar dibagi menjadi beberapa kategori yang
dimulai dari tingkat dasar atau sederhana sampai tingkat komplek. Beberapa
kategori tersebut diantaranya adalah:
a) Receiving/Attending
Peka dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang kepada
peserta didik. Dalam tipe ini berkaitan dengan kesadaran dan keinginan
untuk menerima stimulus (rangsangan), serta mengontrol dan menyeleksi
terhadap gejala atau rangsangan yang datang dari luar.
b) Responding atau Jawaban
Reaksi seseorang terhadap rangsangan (stimulus) yang datang dari luar. Hal
ini meliputi ketepatan reaksi, perasaan, serta kepuasan dalam menjawab
rangsangan (stimulus) yang datang dari luar.
c) Valuing atau Penilaian
Berkaitan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus yang
diterima. Beberapa hal yang termasuk didalam penilaian atau evaluasi ini
21
diantaranya adalah kesediaan menerima nilai, latar belakang atau
pengalaman untuk menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.
d) Organisasi
Pengembangan dari suatu nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk
hubungan antara satu nilai dengan nilai lain, pemantapan, dan prioritas nilai
yang telah dimiliki.
e) Karakteristik nilai
Keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang
berpengaruh terhadap pola kepribadian dan tingkah lakunya (Sudjana,
1995:30).
3. Ranah Psikomotor
Hasil belajar psikomotor terlihat dalam bentuk keterampilan (skill) dan
kemampuan bertindak peserta didik. Terdapat enam tingkatan keterampilan, yaitu:
a) gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang dilakukan secara tidak
sadar);
b) keterampilan pada gerakan dasar;
c) kemampuan perseptual, diantaranya adalah membedakan visual,
membedakan auditif, motoris, dan lain-lain;
d) kemampuan di bidang fisik, diantaranya kekuatan, keharmonisan, dan
ketepatan;
e) gerakan-gerakan keterampilan (skill), mulai dari keterampilan sederhana
hingga pada keterampilan yang kompleks;
f) kemampuan yang berkaitan dengan komunikasi non-decursive seperti
gerakan ekspresif dan interpretatif (Sudjana, 1995:30-31).
Hasil belajar mempunyai makna tersendiri bagi peserta didik dan pendidik.
Bagi peserta didik hasil belajar dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana
mereka telah berhasil mengikuti proses pembelajaran yang disajikan oleh
pendidik. Sedangkan bagi pendidik hasil belajar mempunyai beberapa makna,
diantaranya adalah: (1) pendidik dapat mengetahui peserta didik yang sudah
berhasil mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan juga peserta didik yang
belum berhasil mencapai KKM. Dengan hasil belajar ini, pendidik dapat lebih
22
memusatkan perhatiannya kepada peserta didik yang belum berhasil mencapai
KKM; (2) pendidik dapat mengetahui apakah materi pembelajaran yang disajikan
sudah tepat bagi peserta didik sehingga untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya
tidak diperlukan perubahan; (3) pendidik dapat mengetahui apakah metode
pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum (Widoyoko, 2016:36-38).
Ciri-ciri hasil belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam diri
individu atau peserta didik. Seseorang atau peserta didik yang telah mengalami
proses belajar akan berubah tingkah lakunya. Namun, tidak semua perubahan
tingkah laku adalah hasil belajar. Perubahan tingkah laku sebagai akibat dari hasil
belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) perubahan yang disadari, artinya peserta didik yang melakukan proses
pembelajaran menyadari bahwa pengetahuan dan ketrampilannya telah
mengalami perubahan atau telah bertambah;
b) perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan), artinya suatu
perubahan yang telah terjadi akan menyebabkan terjadinya perubahan
tingkah laku yang lainnya;
c) perubahan yang bersifat fungsional, artinya perubahan yang telah diperoleh
sebagai hasil dari pembelajaran memberikan manfaat bagi peserta didik
yang bersangkutan;
d) perubahan yang bersifat positif, artinya adanya pertambahan perubahan
dalam peserta didik. Perubahan itu senantiasa bertambah sehingga dapat
merubah keadaan sebelumnya
e) perubahan yang bersifat aktif, artinya perubahan yang terjadi karena adanya
aktivitas dari peserta didik;
f) perubahan yang bersifat permanen (menetap), artinya perubahan yang
terjadi sebagai hasil dari pembelajaran akan kekal dalam diri peserta didik;
g) perubahan yang bertujuan dan terarah, artinya perubahan itu terjadi karena
adanya sesuatu yang akan dicapai (Rachmawati dan Daryanto, 2015:37-38).
23
2.6 Hubungan Antara Metode Active Knowledge Sharing dengan
Communicating dan Hasil Belajar Peserta Didik
Metode active knowledge sharing dalam pembelajaran sejarah dapat
membantu peserta didik untuk mengungkapkan pemikiran tentang materi
pembelajaran. Penerapan metode active knowledge sharing juga membangun
pemahaman konsep yang dibahas. Prinsip saling tukar pengetahuan yang
diterapkan dalam metode active knowledge sharing dapat meningkatkan interaksi
antar peserta didik (Bechina dan Bommen, 2006:110). Selain itu metode active
knowledge sharing juga mengajarkan peserta didik untuk mengembangkan sikap
dalam mendengarkan dan menanggapi sesuatu, merumuskan masalah, serta
menyimpulkan suatu gagasan, dan mencari penyelesaian suatu masalah (Pradeta,
2014:17).
Berbagi pengetahuan memungkinkan semua peserta didik mengungkapkan
pendapatnya dan saling tukar informasi dengan temannya, sehingga akan terjadi
pembelajaran yang aktif dan saling bekerja sama. Pembelajaran active knowledge
sharing ini membentuk peserta didik dalam suatu kelompok yang bertujuan agar
semua peserta didik mampu mengungkapkan pendapat dan berbagi pengetahuan
dengan peserta didik lain. Selanjutnya masing-masing perwakilan kelompok akan
menyebar ke kelompok lain untuk saling berbagi pengetahuan dengan anggota
kelompoknya. Dengan adanya diskusi dalam kelompok-kelompok kecil akan
memberikan peluang yang besar kepada peserta didik untuk mengembangkan
komunikasinya (Satriawati, 2018:46-47).
Metode pembelajaran merupakan sarana interaksi antara pendidik dengan
peserta didik dalam pembelajaran. Interaksi yang baik antara pendidik dan peserta
didik dapat ditandai dengan adanya komunikasi belajar yang baik antara pendidik
dengan peserta didik, peserta didik dengan pendidik, serta komunikasi antar
peserta didik. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode active
knowledge sharing memungkinkan terjadinya komunikasi yang baik antara
pendidik dan peserta didik maupun antar peserta didik. Menurut Sutaryo (2008:2)
setiap peserta didik mempunyai tanggung jawab untuk mengungkapkan pendapat
atau pengetahuannya, karena dalam metode active knowledge sharing peserta
24
didik akan saling tukar pengetahuan yang mereka ketahui. Peserta didik yang
tidak dapat menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pendidik diharuskan untuk
mencari jawaban dari teman yang mengetahui jawaban tersebut. Sedangkan
peserta didik yang mengetahui jawabannya dituntut untuk membantu peserta didik
yang kesulitan.
Metode active knowledge sharing dapat menjadikan pembelajaran sejarah
lebih aktif dan menyenangkan. Peserta didik dapat lebih percaya diri dalam
menjawab pertanyaan dan mengungkapkan pendapatnya karena setiap peserta
didik dapat bertukar pengetahuan dengan peserta didik lainnya yang lebih
mengerti. Peserta didik juga akan lebih siap dengan materi yang akan diajarkan,
karena sebelum pembelajaran dimulai peserta didik harus mencari materi yang
akan diajarkan terlebih dahulu. Kemampuan peserta didik dalam memahami
materi pembelajaran menjadi lebih baik karena peserta didik akan terus mencari
informasi pengetahuan kepada peserta didik yang lain apabila mereka belum
mengerti. Dengan menerapkan metode active knowledge sharing berbagai
keterampilan peserta didik juga dapat meningkat, diantaranya adalah keterampilan
berpikir, keterampilan memecahkan masalah, serta keterampilan komunikasi.
Hasil belajar peserta didik juga akan meningkat karena kemampuan peserta didik
dalam memahami materi pembelajaran menjadi lebih baik.
2.7 Hubungan Antara Metode Cooperative Script dengan Communicating dan
Hasil Belajar Peserta Didik
Metode pembelajaran cooperative script merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Penerapan metode cooperative script ini mengaharuskan
peserta didik untuk berpasangan dan setiap peserta didik akan berperan sebagai
pembicara dan pendengar. Peserta didik yang berperan sebagai pembicara akan
meringkas materi pembelajaran yang akan dibahas dan menyampaikannya kepada
pendengar. Sementara pendengar akan menyimak materi yang disampaikan oleh
pembicara serta mengoreksi dan menambahkan ide-ide pokok yang kurang
lengkap (Rifa’i, 2015:30). Metode cooperative script menekankan kepada peserta
didik agar berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dengan cara membuat
25
rangkuman dan menjelaskan kepada temannya. Dengan adanya proses ini
diharapkan akan terjadi pemahaman konsep yang matang karena setelah
merangkum peserta didik juga harus menjelaskan kepada temannya (Rahmatullah,
2016:4).
Aktivitas pembelajaran dengan menerapakan metode cooperative script
benar-benar memberdayakan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
pengetahuan yang telah mereka dapatkan dan juga meningkatkan keterampilan
berbicara atau komunikasi peserta didik (Muniroh, 2010:5). Moteode cooperative
script melatih peserta didik untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan
membandingkan dengan ide teman diskusinya. Selain itu, metode cooperative
script mengajarkan kepada peserta didik untuk menghargai pendapat dari peserta
didik lain (Rahmatullah, 2016:4). Penerapan metode cooperative script
memudahkan peserta didik mengingat materi pembelajaran yang bersangkutan
dalam penyelesaian masalah karena setiap peserta didik diberikan kebebasan
untuk menuangkan pemikirannya pada saat merangkum dan memecahkan
masalah (Rahmatullah, 2016:10).
Komunikasi dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat penting.
Komunikasi dalam pembelajaran dikembangkan untuk menyampaikan ide dan
gagasan kepada peserta didik untuk menunjang keberhasilan pembelajaran.
Penerapan metode coooperative script juga menuntut adanya suatu komunikasi
antara pendidik dan peserta didik maupun komunikasi antar peserta didik
(Suryani, 2013:5). Komunikasi yang dilakukan pada penerapan metode
pembelajaran cooperative script akan melatih peserta didik untuk berani
menyampaikan ide-ide pokok kepada teman. Peserta didik juga akan dilatih untuk
berani mengungkapkan kesalahan orang lain secara langsung dan secara lisan.
Peserta didik dapat berbagi pengetahuan yang diketahui kepada teman
sekelompoknya sehingga permasalahan yang ada dalam pembelajaran dapat
dipecahkan bersama. Pemahaman materi pembelajaran oleh peserta didik akan
lebih baik karena materi pembelajaran yang terlalu banyak dapat dibagikan
kepada peserta didik lain dan dipelajari melalui diskusi kecil dengan cara
membuat rangkuman, maupun menganalisis materi pembelajaran (Muniroh,
26
2010:31). Adanya komunikasi antar peserta didik melalui diskusi yang
dilakukannya akan memudahkan peserta didik dalam menyerap materi
pembelajaran dengan baik. Apabila peserta didik memahami materi pembelajaran
dengan baik, maka akan berpengaruh juga terhadap hasil belajar peserta didik.
2.8 Penelitian-Penelitian yang Relevan
Penelitian terdahulu yang menggunakan metode active knowledge sharing
adalah penelitian yang dilakukan oleh Fandu Dyangga Pradeta yang berjudul
“Penerapan Metode Pembelajaran Active Knowledge Sharing untuk Meningkatkan
Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Peserta Didik Kelas XI IPS 3
SMA Negeri 1 Balung Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa penerapan metode Active Knowledge Sharing memperoleh
hasil yang lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.
Penelitian terdahulu yang menggunakan metode cooperative script adalah
penelitian dilakukan oleh Rusidah Binta Qur-aniyah dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative Script dengan Menggunakan Media Audio-
Visual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Mata
Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS 3 MAN 2 Jember Tahun Ajaran 2015/2016”.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan metode cooperative
script dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran sejarah di MAN 2 Jember.
Penelitian yang relevan ini peneliti jadikan dasar untuk melakukan
penelitian. Peneliti membandingkan communicating dan hasil belajar peserta didik
yang diajar dengan menggunakan metode pembelajaran active knowledge sharing
dan peserta didik yang diajar dengan menggunakan metode cooperative script.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui metode pembelajaran yang lebih baik
digunakan dalam pembelajaran sejarah.
2.9 Kerangka Berpikir
27
Pembelajaran sejarah yang diharapkan adalah pembelajaran yang dapat
membangun peserta didik untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam
suatu peristiwa sejarah. Peserta didik dapat belajar secara aktif apabila pendidik
merancang suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar secara
aktif baik mental maupun fisik. Mengaktifkan kegiatan belajar peserta didik,
mengharuskan pendidik untuk kreatif dalam merancang kegiatan pembelajaran
(Supriyadi, 2013:174). Salah satu cara yang dapat diterapkan oleh pendidik untuk
meningkatkan communicating dan hasil belajar peserta didik adalah dengan
menggunakan metode pembelajaran active knowledge sharing dan cooperative
script.
Prinsip saling menukar dan berbagi pengetahuan antar peserta didik dalam
penerapan metode active knowledge sharing mengakibatkan peserta didik aktif
dalam pembelajaran yang berlangsung. Peserta didik dituntut untuk bekerja sama
dan berperan aktif dalam diskusi kelompok. Setiap peserta didik mempunyai hak
untuk mengemukakan pendapatnya. Peserta didik yang kurang memahami tentang
materi pembelajaran yang didiskusikan dapat bertanya kepada peserta didik yang
lebih memahami. Sementara peserta didik yang lebih memahami materi
pembelajaran diwajibkan untuk memberikan informasi kepada peserta didik yang
kurang memahami. Keikutsertaan peserta didik dalam diskusi kelompok membuat
peserta didik menjadi aktif dan tidak takut untuk berbicara atau mengemukakan
pendapatnya sehingga peserta didik dapat memahami materi pembelajaran dengan
baik. Hal ini juga akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik. Apabila
pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran baik, maka hasil belajar
peserta didik akan baik pula.
Penerapan metode cooperative script dalam pembelajaran sejarah
mengajarkan kepada peserta didik untuk menjadi pembicara dan pendengar yang
baik. Selain itu penerapan metode cooperative script ini juga dapat melatih
peserta didik untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya mengenai materi
pembelajaran. Sementara peserta didik yang menjadi pendengar akan memberikan
koreksi terhadap ringkasan materi pembelajaran yang dibuat oleh peserta didik
yang menjadi pembicara, sehingga permasalahan yang ada dalam pembelajaran
28
dapat dipecahkan bersama. Peserta didik akan lebih memahami materi
pembelajaran karena adanya diskusi yang aktif dan menyenangkan. Pembelajaran
yang aktif dan menyenangkan juga akan berdampak kepada hasil belajar peserta
didik yang lebih baik.
Pembelajaran Sejarah
Kelas Eksperimen 1 Kelas Eksperimen 2Kondisi
kelas sama
Pre-test Pre-test
Pembelajaran sejarah menggunakan metode
Active Knowledge Sharing
Pembelajaran sejarah menggunakan metode
Cooperative Script
Post-test Post-test
Metode pembelajaran yang lebih baik terhadap communicating dan
hasil belajar peserta didik
29
2.10 Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis yang dapat diambil
adalah sebagai berikut:
1) terdapat perbedaan yang signifikan communicating peserta didik dalam
pembelajaran sejarah antara penggunaan metode active knowledge sharing dan
metode cooperative script;
2) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik dalam
pembelajaran sejarah antara penggunaan metode active knowledge sharing dan
metode cooperative script;
3) penerapan metode active knowledge sharing dalam pembelajaran sejarah lebih
baik dibandingkan dengan metode cooperative script.
30
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sukardi
(2011:16) dalam penelitian eksperimen ada tiga hal yang harus dilakukan dalam
penelitian eksperimen, yaitu mengontrol, memanipulasi, dan observasi. Dalam
penelitian eksperimen ini, peneliti harus membagi subjek penelitian menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok treatment (kelompok yang mendapatkan perlakuan)
dan kelompok kontrol (yang tidak mendapatkan perlakuan). Sedangkan menurut
Sugiyono (2015:107) metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu dari adanya suatu
perlakuan.
Penelitian eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif. Metode
kuantitatif ini sering disebut sebagai metode tradisional, metode positivistik,
metode ilmiah / scientific, dan juga metode discovery. Metode ini dikatakan
kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan juga analisis yang
menggunakan statistik. Metode kuantitatif digunakan untuk meneliti pada
populasi tertentu, teknik pengambilan sampel dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2015:107). Penelitian eksperimen ini mempunyai ciri khas tersendiri,
yaitu adanya kelompok kontrol.
3.2 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan menggunakan
desain true experimental design (eksperimen yang benar). Ciri utama dari true
experimental design adalah sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun
sebagai kelompok kontrol diambil secara acak dari populasi tertentu (Sugiyono,
2015:112). Bentuk true experimental design yang digunakan peneliti adalah
bentuk pretest-posttest control group design. Desain penelitian ini kelas
30
31
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 diberikan pretest berupa soal-soal untuk
mengetahui keadaan awal peserta didik. Kemudian kelas eksperimen 1 diberikan
pembelajaran dengan menggunakan metode active knowledge sharing, sedangkan
kelas eksperimen 2 menggunakan metode pembelajaran cooperative script.
Setelah penerapan metode dilaksanakan di kedua kelas tersebut, maka kedua kelas
tersebut diberikan posttest.
Tabel 3.1 Desain Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan (X) Posttest
Kelas
Eksperimen
1
O1
Pembelajaran menggunakan
metode active knowledge sharingO2
Kelas
Eksperimen
2
O3
Pembelajaran menggunakan
metode cooperative scriptO4
Keterangan:
O1 : Pretest kelas eksperimen 1
O2 : Posttest kelas eksperimen 1
O3 : Pretest kelas eksperimen 2
O4 : Posttest kelas eksperimen 2
X : Perlakuan
Desain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan communicating
(kemampuan berbicara) dan hasil belajar peserta didik yang menggunakan metode
pembelajaran active knowledge sharing dan peserta didik yang menggunakan
metode pembelajaran cooperative script.
32
3.3 Definisi Operasional
Definisi operasional bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam
penafsiran judul penelitian. Definisi operasional juga digunakan untuk
memberikan gambaran terhadap variabel-variabel yang akan diteliti. Adapun
definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Metode active knowledge sharing
Metode active knowledge sharing atau metode berbagi pengetahuan aktif
merupakan metode pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk
berkerjasama dengan baik dengan teman sekelompok. Kerjasama inilah
yang akan membuat peserta didik saling bertukar informasi dengan teman
satu kelompok sehingga proses pembelajaran yang aktif dapat terlaksana.
Kelompok belajar inilah yang akan membentuk kerjasama sehingga dapat
saling membantu pada saat proses pembelajaran, serta dapat meningkatkan
hubungan interpersonal antar peserta didik (Majid & Wey, 2009:22).
2) Metode cooperative script
Metode cooperative script merupakan salah satu metode pembelajaran yang
membantu peserta didik untuk bekerjasama memecahkan suatu
permasalahan dalam pembelajaran (Shoimin, 2014:49). Peserta didik dapat
mengaitkan fakta-fakta dan konsep-konsep yang didapat dari permasalahan
tersebut. Peserta didik akan menjalankan peran masing-masing dalam
penerapan metode cooperative script. Peserta didik akan bekerja sama
dengan cara berpasang-pasangan dan bergantian secara lisan dalam
menyampaikan bagian dari materi yang dipelajari. Peserta didik yang
berperan sebagai pembicara akan membacakan pemecahan masalah yang
diperoleh. Sedangkan peserta didik yang berperan sebagai pendengar akan
menyimak, mendengar, menambahkan, serta mengoreksi penjelasan yang
telah dibacakan oleh pembicara.
3) Communicating (Kemampuan Berbicara)
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi dan pengertian dari
seseorang kepada orang lain. Komunikasi yang baik adalah komunikasi
yang dapat menimbulkan saling pengertian, yaitu jika pengirim dan
33
penerima informasi dapat saling memahami (Widjaja, 2010:8). Komunikasi
dalam dunia pendidikan berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan
yang dapat mendorong perkembangan intelektual, pembentuk watak,
pendidikan keterampilan, serta kemahiran yang diperlukan dalam semua
bidang kehidupan (Widjaja, 2010:10).
4) Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
yang dimiliki oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran.
Kemampuan kognitif berkaitan dengan pengetahuan peserta didik, afektif
berkaitan dengan sikap peserta didik, serta psikomotorik berkaitan dengan
ketrampilan peserta didik.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:
a) Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel pengganti yang sengaja dibuat oleh
peniliti untuk mengetahui dampak yang akan terjadi pada variabel terikat
(Nazir, 2009:124). Variabel bebas dalam penelitian ini nadalah metode
active knowledge sharing dan metode cooperative script.
b) Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang muncul akibat dari dampak yang
ditimbulkan oleh variabel bebas (Nazir, 2009:124). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah communicating (kemampuan berbiacara) dan hasil
belajar.
3.5 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang dipelajari oleh peneliti
dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015:117). Populasi pada
penelitian ini adalah peserta didik MAN 3 Jember kelas X IPS. Dari keseluruhan
populasi kelas X IPS, kemudian akan diambil beberapa sampel yang akan
34
digunakan sebagai sampel penelitian. Sampel penelitian merupakan bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2015:118).
Penentuan sampel penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji homogenitas
terhadap populasi peserta didik kelas X IPS. Uji homogenitas dilakukan
berdasarkan hasil nilai ulangan harian pada sub pokok bahasan sebelumnya. Uji
homogenitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kemampuan dari keseluruhan
peserta didik kelas X IPS. Kemampuan yang dibandingkan adalah kemampuan
kognitif peserta didik yang dilihat dari hasil nilai ulangan harian pada sub pokok
bahasan sebelumnya.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian eksperimen ini
diantaranya adalah metode tes, angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3.6.1 Metode Tes
Tes merupakan salah satu alat penilaian yang berupa pertanyaan yang
diberikan kepada peserta didik untuk mendapatkan jawaban baik secara tulisan
maupun secara lisan (Sudjana, 2011:35). Tes diberikan kepada peserta didik untuk
mengetahui dan mengukur pengetahuan, keterampilan, bakat, serta kemampuan
peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Tes merupakan suatu alat
atau prosedur yang digunakan untuk mengukur sesuatu sesuai dengan cara dan
aturan yang telah ditentukan (Arikunto, 2012:66).
Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post test yang
berbentuk esay. Metode tes digunakan untuk mengetahui performansi dan hasil
belajar peserta didik di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Soal yang
digunakan pada metode tes ini telah disusun sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
3.6.2 Metode Angket
Angket atau kuisioner menurut Sugiyono (2015:199) merupakan teknik
untuk mengumpulkan data dengan cara memberikan beberapa pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Dalam penelitian ini angket
dibuat dalam bentuk pernyataan yang sesuai dengan indikator communicating
35
peserta didik. Pada angket communicating peserta didik terdiri dari 25 pernyataan
dengan pilihan jawaban sesuai dengan skala likert. Angket tersebut kemudian
dibagikan kepada peserta didik di kelas X IPS 1 dan kelas X IPS 2 MAN 3
Jember. Tujuan dari penyebaran angket pada peserta didik yaitu untuk
mendapatkan data atau informasi terkait kemampuan komunikasi peserta didik
terhadap mata pelajaran sejarah selama proses pembelajaran berlangsung.
3.6.3 Metode Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
kegiatan mengamati. Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap
subjek yang akan diteliti. Observasi dilaksanakan pada bulan Januari 2018
bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran
sejarah serta mengamati aktivitas peserta didik pada saat pembelajaran sejarah
didalam kelas. Observasi dilakukan sebelum penerapan metode active knowledge
sharing dan metode cooperative script untuk mengetahui communicating
(kemampuan berbicara) peserta didik serta untuk memperoleh data-data berupa
nilai dan nama-nama peserta didik yang dibutuhkan peneliti dari pendidik.
3.6.4 Metode Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab secara lisan yang
dilakukan untuk mendapatkan informasi atau keterangan tertentu. Wawancara
dilakukan oleh peneliti kepada pendidik yang mengajar pelajaran sejarah di MAN
3 Jember yakni Nadiyah, S.Pd dan juga kepada peserta didik. Jenis wawancara
yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu wawancara
yang hanya menanyakan secara garis besar saja dan tidak menggunakan pedoman
wawancara secara terperinci (Arikunto, 2013:270).
3.6.5 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan cara pencarian data melalui variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,
agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2013:274). Dalam penelitian ini metode
dokumentasi dipergunakan untuk memperoleh data berupa nama-nama peserta
didik kelas X IPS MAN 3 Jember tahun ajaran 2017/2018 serta nilai-nilai dari
36
populasi penelitian dan nilai sampel penelitian untuk kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2. Selain itu peneliti juga menggunakan dokumentasi berupa foto-foto
pada saat proses pembelajaran sejarah berlangsung.
3.7 Instrumen Penelitian
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur. Pengukuran yang baik, harus menggunakan alat ukur yang baik pula.
Alat ukur dalam penelitian dinamakan dengan instrumen penelitian. Jadi,
instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena
alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2015:148). Pada penelitian ini,
instrumen penelitian digunakan untuk mengukur communicating dan hasil belajar
peserta didik.
Penelitian ini menggunakan tiga instrumen yang terdiri dari: 1) instrumen
pedoman wawancara untuk memperoleh data saat pelaksanaan studi pendahuluan;
2) instrumen data communicating atau kemampuan berkomunikasi peserta didik;
dan 3) instrumen tes untuk data hasil belajar peserta didik. Instrumen data
communicating peserta didik menggunakan angket dengan skala likert dari skor
terendah 1 hingga skor tertinggi 4. Untuk instrumen hasil belajar peserta didik
menggunakan instrumen tes.
3.8 Uji Instrumen Penelitian
3.8.1 Uji Validitas
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan
data tersebut valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan uji validitas konstruk dan validitas isi. Validitas konstruk
digunakan untuk instrumen-instrumen yang mengukur konsep, baik yang berupa
performansi untuk mengukur sikap, minat, konsep diri, gaya kepemimpinan,
motivasi, dan lain-lain. Uji validitas konstruk digunakan untuk melakukan uji
validitas pada instrumen communicating peserta didik (Arikunto, 2011:83).
Sedangkan uji validitas isi digunakan untuk melakukan uji validitas pada butir
37
soal hasil belajar peserta didik sesuai dengan indikator pembelajaran yang
disampaikan pada saat proses pembelajaran (Sugiyono, 2015:182).
Uji coba validitas instrumen dilakukan pada peserta didik sejumlah 67 orang
dari sampel yang akan diteliti. Setelah data ditabulasikan, maka pengujian
validitas dilakukan dengan analisis faktor, yaitu dengan cara mengkorelasikan
jumlah skor faktor dengan skor total dengan teknik korelasi Product Moment
Pearson pada program software IBM SPSS Statistic 25. Bila hasil korelasi tiap
faktor > 0,240 yang diperoleh dari r tabel, maka faktor tersebut dikatakan valid.
3.8.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur berkali-kali dan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2015:175).
Hasil penelitian harus tetap sama meskipun dilakukan oleh orang, tempat, dan
waktu yang berbeda. Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik koefisien Cronbach Alpha dengan program software IBM
SPSS Statistic 25.
Tinggi rendahnya reliabilitas ditunjukkan oleh suatu angka yang disebut
koefisien reliabilitas. Untuk menentukan reliabel instrumen penelitian dapat
menggunakan kategori koefisien reliabilitas Guilford (1956:145), yaitu:
1) 0,80 – 1,00: reliabilitas sangat tinggi
2) 0,60 – 0,80: reliabilitas tinggi
3) 0,40 – 0,60: reliabilitas sedang
4) 0,20 – 0,40: reliabilitas rendah
Uji reliabilitas pada instrumen penelitian communicating dan hasil belajar
yang telah valid, selanjutnya akan diuji menggunakan teknik koefisien Cronbach
Alpha dengan program software IBM SPSS Statistic 25. Setelah mengetahui hasil
dari uji reliabilitas, instrumen yang reliabel dapat digunakan dalam penelitian.
3.9 Analisis Data
Menurut Sugiyono (2011:207) analisis data merupakan kegiatan
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data
berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang
38
akan diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah
diajukakan. Menurut Arikunto (2013:354) secara umum penelitian dilakukan
terhadap dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen (kelas eksperimen 1) dan
kelompok pembanding (kelas eksperimen 2). Analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui perbedaan antara communicating dan hasil belajar peserta
didik kelas eksperimen 1 yang diterapkan metode active knowlwdge sharing
dengan kelas eksperimen 2 yang diterapkan metode cooperative script.
Perbedaan antara kedua kelas tersebut dapat diperoleh melalui analisis data
yang didapatkan dari hasil belajar peserta didik kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2 yang selanjutnya akan dianalisis menggunakan rumus t-test.
Adapun rumus yang digunakan menurut Arikunto (2013:354) adalah sebagai
berikut:
ttest = M x−M y
√[ Σ x2+Σ y2
N x+N y−2 ][ 1N x
+ 1N y ]
Keterangan:
Mx : rata-rata perbedaan nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen 1
My : rata-rata perbedaan nilai pre-test dan post-test kelas eksperimen 2
Σx2 : jumlah kuadrat deviasi nilai kelas eksperimen 1
Σy2 : jumlah kuadrat deviasi nilai kelas eksperimen 2
Nx : banyaknya sampel pada kelas eksperimen 1
Ny : banyaknya sampel pada kelas eksperimen 2
2) Untuk mengetahui metode pembelajaran yang lebih baik terhadap
communicating dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran sejarah
antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dianalisis dengan
cara mencari rata-rata (mean).
39
Rumus yang digunakan menurut Sukardi (2011:146) adalah sebagai berikut:
X = Σxn
Keterangan:
X : nilai rata-rata yang diperoleh peserta didik
Σx : jumlah nilai yang diperoleh peserta didik
n : jumlah peserta didik
3.10 Uji Hipotesis
Uji hipotesis atau uji dua kesamaan rata-rata digunakan untuk
membandingkan antara dua keadaan, yaitu nilai rata-rata pre-test dan post-test
peserta didik antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Untuk mencari
perbedaan tersebut digunakan rumus t-test. Selanjutnya hasil perhitungan t-test
akan dibandingkan dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut:
a) Jika thitung ≤ ttabel , maka H0 diterima dan Ha ditolak
b) Jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan Ha diterima
Keterangan:
Ha = terdapat perbedaan yang signifikan antara communicating dan hasil belajar
peserta didik yang menggunakan metode active knowledge sharing dan
metode cooperative script.
H0 = tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara communicating dan hasil
belajar peserta didik yang menggunkan metode active knowledge sharing
dan cooperative script.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, R.M. 2012. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. Yogyakarta: LKiS.
Arikunto, S. 2012. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bechina, A.A. & Bommen, T. 2006. Knowledge Sharing Practices: Analysis ofa Global Scandinavian Consulting Company. The Electronic Journal of Knowledge Management, 4(2):109-116.
Boleng, D.T. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Script dan Think-Pair-Share Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Sikap Sosial, dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Multietnis. Jurnal Pendidikan Sains. Vol.2, No.2, hal.76-84.
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kurikulum dan Hasil Belajar Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial SMP dan MTS. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.
Dewi, R.K., Muzayyinah, Maridi. 2011. Pengaruh Penggunaan Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Disertai Modul Hasil Penelitian pada Sub Pokok Bahasan Metodologi Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMAN 2 Sukoharjo Thun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi UNS, 3(2):77-84.
Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Effendy, O.U. 2015. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Guilford, J.P. 1956. Terjemahan. Fundamental Statistics Psychology and Education. New York: McGraw Hill.
Huda, M. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kochhar, S.K. 2008. Pembelajaran Sejarah. Terjemahan oleh Purwanta dan Yovita Hardiwati. Jakarta: Grasindo.
Kunandar. 2014. Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan Kurikulum 2013: Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rajawali Pers.
Madjid, Dien & Wahyudhi, J. 2014. Ilmu Sejarah: Sebuah Pengantar. Jakarta: Kencana.
Majid, S. & Panchapakesan Kumari Chitra. 2013. Role of Knowledge Sharing in the Learning Process. Literacy Information and Computer Education Journal, 2(1):1292-1928.
40
41
Majid, S. & Sim Mong Wey . 2009. Perceptions and Knowledge Sharing Practice of Graduate Students in Singapore. International Journal of Knowledge Management, 5(2):21-23.
Mulyasa, E. 2015. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muniroh, K. 2010. Implementasi Pembelajaran dengan Model Cooperative Script Sebagai Usaha untuk Mengingkatkan Kreativitas dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas VIII MTs Wahid Hasyim Sleman Yogyakarta. Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta.
Nazir, M. 2009. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nurochim. 2013. Perencanaan Pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pradeta, F.D. 2014. Penerapan Metode Pembelajaran Active Knowledge Sharing untuk Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Peserta Didik Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 1 Balung Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi: Universitas Jember.
Qur-aniyah, R.B. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Script dengan Menggunakan Media Audio-Visual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Didik Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI IPS 3 MAN 2 Jember Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi. Universitas Jember.
Rachmawati, T & Daryanto. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Yogyakarta: Gava Media.
Rahmatullah. 2016. Pengaruh Penerapan Metode Cooperative Script Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016). Skripsi: Universitas Lampung.
Rifa’i, R. 2015. Penggunaan Model Cooperative Script Terhadap Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa. Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran, 1(1):28-36.
Rohani, A. 2010. Pengelolaan Pengajaran: Sebuah Pengantar Menuju Guru Profesional. Jakarta: Rineka Cipta.
Rohim, S. 2009. Teori Komunikasi: Perspektif, Ragam, dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta.
Satriawati, G, dkk. 2018. Pengaruh Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa. Jurnal Riset Pendidikan Matematika Jakarta. 1(1):45-51.
Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
42
Silberman, M.L. 2014. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Terjemahan oleh Raisul Muttaqien. Bandung: Nuansa Cendekia.
Slavin, R. 2003. Educational Psychology (Theory and Practice, 7/E). Boston: Pearson.
Sudjana, N. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Alfabeta: Bandung.
Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan (Kompetensi dan Praktiknya). Jakarta: Bumi Aksara.
Supriyadi. 2013. Strategi Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Jaya Ilmu.
Suryanto. 2015. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Pustaka Setia.
Susanto, H. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Aswaja Pessindo.
Sutaryo. 2008. Strategi Pembelajaran Active Knowledge Sharing. Bondowoso: KGPAI Kabupaten Bondowoso.
Widjaja, H.A.W. 2010. Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara.
Widoyoko, S.E.P. 2016. Evaluasi Program Pembelajaran: Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wood, J.T. 2013. Komunikasi: Teori dan Praktik (Komunikasi dalam Kehidupan Kita). Terjemahan oleh Putri Aila Idris. Jakarta: Salemba Humanika.
Yaghi, K, dkk. 2011. Knowledge Sharing Degree Among The Undergraduate Students: A Case Study at Applied Science Private University. International Journal of Academic Research, 3(1): 20-25.
Yusup, P.M. 1990. Komunikasi Pendidikan dan Komunikasi Instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Zaini, H, dkk. 2008. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Pustaka Madani.
43
Lampiran A. Matrik Penelitian
Judul Permasalahan Kata Kunci Indikator Sumber DataMetode
Penelitian
Hipotesis
Tindakan
Studi Komparasi antara Metode Active Knowledge Sharing dengan Metode Cooperative Script Terhadap Communicating dan Hasil Belajar Mata Pelajaran Sejarah Peserta Didik Kelas X IPS di MAN 3 Jember
1) apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara metode active knowledge sharing dengan metode cooperative script terhadap communicating peserta didik?
2) apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara metode active knowledge sharing dengan metode
1) metode active knowledge sharing;
2) metode cooperative script;
3) communi-cating;
4) hasil belajar.
1) Communicatinga) kesiapan
(preparedness);b) kesungguhan
(seriousness);c) ketulusan
(sincerity);d) kepercayaan
(confidence);e) ketenangan
(poise);f) keramahan
(friendship);g) kesederhanaan
(moderation).
2) Hasil Belajara) mengingat (C1);b) memahami
(C2);
1) tes: tertulis;2) observasi:
mengamati kegiatan pembelajaran sejarah sebelum diterapkan metode active knowledge sharing dan metode cooperative script;
3) wawancara: bertanya kepada pendidik dan peserta didik
1) jenis penelitian: penelitian eksperimen;
2) setting penelitian: kelas X IPS 1 dan kelas X IPS 2 di MAN 3 Jember;
3) metode pengumpulan data: metode tes, observasi, wawancara, dan dokumentasi
1) terdapat perbedaan communi-cating perserta didik yang siginifikan dalam pembelajar-an sejarah antara pengguna-an metode active knowledge sharing dan metode coopera-tive script;
44
Judul Permasalahan Kata Kunci Indikator Sumber DataMetode
Penelitian
Hipotesis
Tindakan
Cooperative script terhadap hasil belajar sejarah peserta didik?
3) metode pembelajaran manakah yang lebih baik antara metode active knowledge sharing dan metode cooperative script terhadap communicating dan hasil belajar peserta didik dalam
c) mendeskripsi-
kan (C3);
d) menganalisis
(C4).
tentang kegiatan pembelajaran sejarah, metode yang digunakan pada saat pembelajaran sejarah, serta situasi kelas saat kegiatan pembelajar-an sejarah berlangsung;
2) dokumen-tasi: daftar nama peserta didik, daftar nilai peserta didik, RPP
4) analisis data:a) uji t non-
indepen-dent
b) uji one way anova
2) terdapat perbedaan hasil belajar perserta didik yang siginifikan dalam pembelajar-an sejarah antara pengguna-an metode active knowledge sharing dan metode coopera-tive script;
45
Judul Permasalahan Kata Kunci Indikator Sumber Data
Metode
Penelitian
Hipotesis
Tindakan
pembelajaran sejarah?
pendidik, foto kegiatan pembelajar-an sejarah.
3) communi-cating dan hasil belajar peserta didik dalam pembela-jaran sejarah dengan mengguna-kan metode active knowledge sharing lebih baik dibandingkan dengan metode
46
Judul Permasalahan Kata Kunci Indikator Sumber Data
Metode
PenelitianHipotesis Tindakan
coopera-tive script.
47
Lampiran B. Data Peserta Didik
B1. Data Peserta Didik Kelas X IPS 1 (Kelas Eksperimen 1)
No.
AbsenNama Peserta Didik
Jenis Kelamin
(L/P)
1. Agus Tomy Faizal L
2. Ahmad Fiqih Khamdani L
3. Afiqro Zaniska Putri P
4. Berni Indra Setiawan L
5. Devicha Dwi Mahmudah P
6. Fahrur Rozi L
7. Ika Oktaviana P
8. Imas Fitriani P
9. Indri Kurniawati P
10. Intan Sayyidah Hanim P
11. Izzatul Muslimah P
12. Khusnuliyah Oktoviyana P
13. Liya Nailus Sa’adah P
14. M. Yoga Aries Saputra L
15. M. Arief Rahman Hakim L
16. M. Thoriq Aziz L
17. Mega Amelia P
18. Moh. Dani Al Khafi L
19. Moh. Reza Wicaksana L
No. Nama Peserta Didik Jenis Kelamin
48
Absen (L/P)
20. Moh. Zidni Nur Rifqi L
21. Mohammad Imam Suwandi L
22. Nadia Lutfia Asari P
23. Nurul Ardila P
24. Rahma Sari P
25. Shohibus Surur L
26. Sinta P
27. Siti Ahsanul Qori’ah P
28. Siti Uswatun Hasanah P
29. Tamara Wulandari P
30. Umi Mudhaifah P
31. Valentino Egant Haris Hertanto L
32. Zidan Eka Widianto L
33. Zuhairina Laila P
B2. Data Peserta Didik Kelas X IPS 2 (Kelas Eksperimen 2)
No. Nama Peserta Didik Jenis Kelamin
49
Absen (L/P)
1. Ahmad Fajar Wahyudi L
2. Ahmad Alfan Khoirun L
3. Aldi Wahyu Septian L
4. Alfin Ainur Rafiq L
5. Andi Dwi Darma Saputra L
6. Bayu Nata Permadi L
7. Emalia Putri Hadi P
8. Fina Rohmatul Ummah P
9. Hilmi Amar Alfabait L
10. Irmawati P
11. Izza Afkarina P
12. Jimy Agung Prabowo L
13. M. Imron Rosadi L
14. M. Saiful Anam L
15. Ma’rifatul Khoiro P
16. Moch. Sabdana Ramadhan L
17. Moch. Andreansyah L
18. Moh. Yusril Amri Habibi L
19. Mohamad Izazun Hilmi L
No.
AbsenNama Peserta Didik
Jenis Kelamin
(L/P)
20. Mohammad Andre Setiawan L
50
21. Muhamad Andre Setiawan L
22. Muhamad Kholil Lutfi L
23. Muhammad Alan Muzaqih L
24 Muhammad Alfaiq Aries Hidayat L
25. Nabila Zamzami Maghfiroh P
26. Nia Siti Kharomah P
27. Putra Abimanyu L
28. Renanda Kelvin Samfiano L
29. Rizky Ibnu Fajar L
30. Silvia Damayanti P
31. Tryas Nur Azizah P
32. Viola Nindhiya Aguilera Dinata P
33. Wilna Izza Fariha P
34. Zilfa Maulidah P
Lampiran C. Pedoman Pengumpulan Data
C1. Pedoman Observasi
No Data yang Diperoleh Sumber Data
51
.
1. Pembelajaran yang dilakukan oleh pendidik
di kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen
2
Pendidik mata pelajaran
sejarah kelas X IPS 1 dan
X IPS 2
2. Kegiatan peserta didik selama pembelajaran
berlangsung
Peserta didik kelas X IPS
1 dan X IPS 2
C2. Pedoman Wawancara
No
.Data yang Diperoleh Sumber Data
1. Metode pembelajaran yang sering
digunakan pada saat pembelajaran sejarah
Pendidik mata pelajaran
sejarah kelas X IPS
2. Kesulitan peserta didik dalam mempelajari
sejarah
Pendidik dan peserta didik
kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen 2
3. Tanggapan peserta didik mengenai proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
active knowledge sharing
Peserta didik kelas
eksperimen 1
4. Tanggapan peserta didik mengenai proses
pembelajaran dengan menggunakan metode
cooperative script
Peserta didik kelas
eksperimen 2
C3. Pedoman Tes
No Data yang Diperoleh Sumber Data
52
.
1. Hasil pre-test dan post-test peserta didik
pada mata pelajaran sejarah
Peserta didik kelas
eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2
C4. Pedoman Angket
No
.Data yang Diperoleh Sumber Data
1. Communicating atau kemampuan berbicara
peserta didik
Peserta didik kelas
eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2
C5. Pedoman Dokumenter
No
.Data yang Diperoleh Sumber Data
1. Daftar peserta didik kelas X IPS 1 dan X
IPS 2 di MAN 3 Jember
Pendidik mata pelajaran
sejarah kelas X IPS 1 dan
X IPS 2 di MAN 3 Jember
2. Lembar observasi atau pengamatan
communicating dan hasil belajar peserta
didik dalam pembelajaran sejarah
Pendidik, peneliti, dan
observer
3. Foto kegiatan pembelajaran sejarah peserta
didik kelas eksperimen 1 dan kelas
eksperimen 2
Peneliti dan observer
53
Lampiran D. Pedoman Wawancara
Tujuan : untuk mengetahui metode pembelajaran yang sering dipakai
oleh pendidik dalam pembelajaran sejarah, kendala yang
sering dihadapai dalam pembelajaran sejarah, karakteristik
peserta didik, mengetahui kemampuan komunikasi peserta
didik.
Bentuk : wawancara terbuka
Nama pendidik : Nadiyah, S.Pd.
1. Bagaimana kondisi peserta didik di kelas selama proses pembelajaran sejarah
berlangsung?
2. Apakah ibu juga menerapkan berbagai macam metode pembelajaran dalam
pembelajaran sejarah?
3. Apakah jenis metode pembelajaran yang biasanya digunakan ibu dalam
pembelajaran sejarah?
4. Apa alasan ibu menggunakan metode tersebut?
5. Apa saja kendala yang sering ibu hadapi selama pembelajaran sejarah
berlangsung?
6. Apakah ibu pernah menggunakan metode active knowledge sharing atau
metode cooperative script selama pembelajaran sejarah di kelas?
7. Bagaimana pendapat ibu tentang kemampuan berkomunikasi dan berdiskusi
peserta didik selama ini?
8. Apakah menurut ibu pembelajaran sejarah dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi peserta didik?
9. Bagaimana cara ibu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi peserta
didik dalam pembelajaran sejarah di kelas?
10. Bagaimana nilai yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran sejarah?
11. Apakah menurut ibu tujuan pembelajaran sejarah sudah tercapai?
54
Lampiran E. Hasil Wawancara
Peneliti : Bagaimana kondisi peserta didik di kelas selama proses
pembelajaran sejarah berlangsung?
Pendidik : Kondisi peserta didik selama pembelajaran sejarah cenderung
kondusif, namun terkadang juga ramai ketika sudah mulai jenuh.
Peneliti : Apakah ibu juga menerapkan berbagai macam metode
pembelajaran dalam pembelajaran sejarah?
Pendidik : Iya, saya terkadang menerapkan metode pembelajaran.
Peneliti : Apakah jenis metode pembelajaran yang biasanya digunakan ibu
dalam pembelajaran sejarah?
Pendidik : Saya sering menggunakan metode diskusi kelompok dalam
pembelajaran sejarah. Selain menggunakan metode pembelajaran
saya juga menyuruh peserta didik untuk menghafal beberapa
materi pembelajaran.
Peneliti : Apa alasan ibu menggunakan metode tersebut?
Pendidik : Saya menerapkan metode diskusi agar peserta didik dapat saling
bekerjasama dengan temannya dan berbagi informasi dalam
mempelajari materi sejarah. Selain itu agar peserta didik tidak
bosan dengan pembelajaran yang konvensional.
Peneliti : Apa saja kendala yang sering ibu hadapi selama pembelajaran
sejarah berlangsung?
Pendidik : Kendala biasanya peserta didik itu ada yang nggak fokus, atau
merasa bosan. Apalagi kalau jam pembelajaran sejarah diwaktu
jam terakhir, banyak peserta didik yang ngantuk.
Peneliti : Apakah ibu pernah menggunakan metode active knowledge
sharing atau metode cooperative script selama pembelajaran
sejarah di kelas?
Pendidik : Belum pernah, yang sering saya gunakan hanya diskusi kelompok
sama hafalan.
55
Peneliti : Bagaimana pendapat ibu tentang kemampuan berkomunikasi dan
berdiskusi peserta didik selama ini?
Pendidik : Kalau menurut saya hanya beberapa peserta didik saja yang aktif
dalam diskusi dan berkomunikasi menyampaikan pendapatnya.
Selebihnya masih banyak peserta didik yang diam. Ada beberapa
peserta didik yang malu untuk menyampaikan pendapat, ada juga
peserta didik yang memang malas untuk menyampikan pendapat
maupun berdiskusi.
Peneliti : Apakah menurut ibu pembelajaran sejarah dapat mengembangkan
kemampuan komunikasi peserta didik?
Pendidik : Iya bisa. Menurut saya dengan pembelajaran sejarah itu
seharusnya peserta didik bisa saling sharing dengan teman-
temannya.
Peneliti : Bagaimana cara ibu untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
peserta didik dalam pembelajaran sejarah di kelas?
Pendidik : Bisa dengan diskusi kelompok itu. Jika setiap peserta didik
mempunyai pendapat yang berbeda-beda justru mereka juga akan
belajar bagaimana cara menyatukan pendapat dan menyelesaikan
permasalahan itu. Dengan begitu kan peserta didik juga sudah
bisa berkomunikasi. Namun untuk membuat peserta didik bisa
berdiskusi dengan teman-temannya itu yang susah.
Peneliti : Bagaimana nilai yang diperoleh peserta didik dalam pembelajaran
sejarah?
Pendidik : Masih ada beberapa peserta didik yang nilainya dibawah KKM.
Bagi peserta didik yang belum tuntas itu saya berikan remidial
terus sampai hasilnya lebih baik. Tapi untuk nilainya saya berikan
sesuai KKM.
Peneliti : Apakah menurut ibu tujuan pembelajaran sejarah sudah tercapai?
Pendidik : Masih belum tercapai.
56
Lampiran F. Pengisian Instrumen Angket Communicating
F1. Kisi-Kisi Instrumen Angket Communicating Peserta Didik
No. Indikator Deskriptor Pernyataan No. Item
1. Kesiapan
(Preparedness)
Memiliki kesiapan
pada saat
berkomunikasi atau
menyampaikan
pendapat di waktu
pembelajaran
sejarah
a. Saya mempelajari materi sejarah sebelum pembelajaran dimulai
b. Sebelum menyampaikan pendapat, saya meringkas materi
pembelajaran sejarah terlebih dahulu
c. Saya membaca ringkasan materi yang saya buat terlebih dahulu
sebelum menyampaikan kepada teman-teman
d. Saya selalu siap jika pendidik menyuruh saya untuk
menyampaikan pendapat atau berargumentasi
1
2
10
17
2. Kesungguhan
(seriousness)
Bersungguh-
sungguh dalam
berbicara dan
menyampaikan
pendapat
a. Ketika saya berargumentasi, saya akan menyisipkan suatu
humor dalam argumen saya
b. Saya menyampaikan pendapat dengan bersungguh-sungguh
agar pendapat saya tidak diragukan
c. Saya tidak akan menyampaikan pendapat apabila masih banyak
peserta didik lain yang tidak memperhatikan
11
3
18
57
No. Indikator Deskriptor Pernyataan No. Item
3. Ketulusan
(sincerity)
Melakukan
komunikasi dengan
tulus dan ikhlas
a. Saya hanya akan menyampaikan pendapat apabila pendidik
menyuruh
b. Saya akan membantu menjelaskan materi pembelajaran kepada
peserta didik yang belum memahami tanpa diminta oleh
pendidik
c. Pada saat diskusi, saya menyuruh teman untuk menjelaskan
hasil pembahasan kepada kelompok lain
19
4
20
4. Kepercayaan
(confidence)
Percaya diri dan
yakin dengan apa
yang disampaikan
a. Saya menyampaikan pendapat dengan penuh keyakinan dan
kepastian
b. Saya selalu percaya diri dalam menyampaikan pendapat dan
selalu yakin dengan materi yang saya sampaikan
c. Saya ragu-ragu ketika menyampaikan pendapat karena takut
salah
d. Saya selalu menyuarakan pendapat saya ketika diskusi
kelompok dilaksanakan
5
6
12
21
58
No. Indikator Deskriptor Pernyataan No. Item
5. Ketenangan
(poise)
Melakukan
komunikasi dengan
tenang
a. Ketika berkomunikasi atau menyampaikan pendapat, saya
menunjukkan sikap yang tenang
b. Ketika berkomunikasi atau menyampaikan pendapat, saya
selalu tergesa-gesa
c. Saya menggerakkan anggota tubuh (kaki dan tangan) ketika
berbicara untuk mengurangi rasa gugup
d. Saya bersikap tenang apabila mendapat pertanyaan yang sulit
dari teman dalam melaksanakan diskusi
7
13
14
22
6. Keramahan
(friendship)
Menunjukkan sikap
ramah dan etis
dalam
berkomunikasi
a. Saya berbicara dengan sopan pada saat diskusi dengan teman
b. Apabila terjadi perdebatan dalam diskusi, saya akan diam
c. Saya mengkritik pendapat orang lain sesuai dengan suasana hati
saya
d. Apabila pada saat diskusi ada teman yang berbeda pendapat
dengan saya, saya akan menentang pendapatnya
8
23
24
25
59
No. Indikator Deskriptor Pernyataan No. Item
7. Kesederhanaan
(moderation)
Menggunakan gaya
bahasa yang
sederhana dan
mudah dipahami
dalam
berkomunikasi
a. Ketika menyampaikan pendapat, saya menggunakan bahasa
yang sederhana dan mudah dipahami
b. Saya menggunakan kata-kata motivator dalam berkomunikasi
agar lebih berkesan
c. Saat berdiskusi, saya menyampaikan pendapat saya dengan kata
yang muluk-muluk
9
15
16
60
F2. Lembar Angket Communicating
Nama :
Kelas / No. Absen :
I. Petunjuk Pengisian Angket
1. Pengisian angket ini tidak akan mempengaruhi prestasi atau nilai raport anda.
Mohon anda memberi jawaban sejujurnya dan sesuai dengan apa adanya.
2. Instrumen ini terdiri dari pernyataan dan pilihan jawaban. Silahkan beri
jawaban anda dengan memberi tanda ( √ ) sesuai dengan kondisi anda!
3. Serahkan jawaban anda jika anda sudah selesai mengerjakan angket ini!
4. Untuk menjawab pernyataan, pilihlah 4 (empat) alternatif di bawah ini dengan
menggunakan tanda ( √ ) pada kolom yang telah disediakan.
a. 1 = jika anda tidak pernah melakukannya / sangat tidak setuju
b. 2 = jika anda jarang melakukannya / tidak setuju
c. 3 = jika anda sering melakukannya / setuju
d. 4 = jika anda selalu melakukannya / sangat setuju
II. Kuisioner
No
.Pernyataan
Pilihan
1 2 3 4
1. Saya mempelajari materi sejarah sebelum
pembelajaran dimulai
2. Sebelum menyampaikan pendapat, saya
meringkas materi pembelajaran sejarah terlebih
dahulu
3. Saya menyampaikan pendapat dengan
bersungguh-sungguh agar pendapat saya tidak
diragukan
61
No
.Pernyataan Pilihan
1 2 3 4
4. Saya akan membantu menjelaskan materi
pembelajaran kepada peserta didik yang belum
memahami tanpa diminta oleh pendidik
5. Saya menyampaikan pendapat dengan penuh
keyakinan dan kepastian
6. Saya selalu percaya diri dalam menyampaikan
pendapat dan selalu yakin dengan materi yang
saya sampaikan
7. Ketika berkomunikasi atau menyampaikan
pendapat, saya menunjukkan sikap yang tenang
8. Saya berbicara dengan sopan pada saat diskusi
dengan teman
9. Ketika menyampaikan pendapat, saya
menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami
10. Saya membaca ringkasan materi yang saya buat
terlebih dahulu sebelum menyampaikan kepada
teman-teman
11. Ketika saya berargumentasi, saya akan
menyisipkan suatu humor dalam argumen saya
12. Saya ragu-ragu ketika menyampaikan pendapat
karena takut salah
62
No
.Pernyataan Pilihan
1 2 3 4
13. Ketika berkomunikasi atau menyampaikan
pendapat, saya selalu tergesa-gesa
14. Saya menggerakkan anggota tubuh (kaki dan
tangan) ketika berbicara untuk mengurangi rasa
gugup
15. Saya menggunakan kata-kata motivator dalam
berkomunikasi agar lebih berkesan
16. Saat berdiskusi, saya menyampaikan pendapat
saya dengan kata yang muluk-muluk
17. Saya selalu siap jika pendidik menyuruh saya
untuk menyampaikan pendapat atau
berargumentasi
18. Saya tidak akan menyampaikan pendapat apabila
masih banyak peserta didik lain yang tidak
memperhatikan
19. Saya hanya akan menyampaikan pendapat
apabila pendidik menyuruh
20. Pada saat diskusi, saya menyuruh teman untuk
menjelaskan hasil pembahasan kepada kelompok
lain
21. Saya selalu menyuarakan pendapat saya ketika
diskusi kelompok dilaksanakan
No Pernyataan Pilihan
63
. 1 2 3 4
22. Saya bersikap tenang apabila mendapat
pertanyaan yang sulit dari teman dalam
melaksanakan diskusi
23. Apabila terjadi perdebatan dalam diskusi, saya
akan diam
24. Saya mengkritik pendapat orang lain sesuai
dengan suasana hati saya
25. Apabila pada saat diskusi ada teman yang
berbeda pendapat dengan saya, saya akan
menentang pendapatnya
5. Pertanyaan positif
a. jika peserta didik menjawab tidak pernah (1), maka skor yang didapat
adalah 1
b. jika peserta didik menjawab jarang (2), maka skor yang didapat adalah 2
c. jika peserta didik menjawa sering (3), maka skor yang didapat adalah 3
d. jika peserta didik menjawab selalu (4), maka skor yang didapat adalah 4
6. Pertanyaan negatif
a. jika peserta didik menjawab tidak pernah (1), maka skor yang didapat
adalah 4
b. jika peserta didik menjawab jarang (2), maka skor yang didapat adalah 3
c. jika peserta didik menjawab sering (3), maka skor yang didapat adalah 2
d. jika peserta didik menjawab selalu (4), maka skor yang didapat adalah 1
64
Lampiran G. Instrumen Penilaian Hasil Belajar
G1. Kisi-Kisi Soal Tes
Jenis Sekolah : SMA/MA Alokasi Waktu : 15 menit
Mata Pelajaran : Sejarah Jumlah Soal : 20 soal
Kurikulum : 2013
Kompetensi IntiKompetensi
DasarKelas /
SemesterMateri Indikator Bentuk Tes Nomor Soal
3. Memahami,
menerapkan, dan
menganalisis
pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural,
dan metakognitif
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi,
seni, budaya, dan
3.11 Menganalisis
perbandingan
peradaban
awal dunia
dan
Indonesia
serta
keterkaitan-
nya dengan
manusia,
X IPS /
Genap
Peradaban awal
Indonesia dalam
bidang
pencapaian ilmu
pengetahuan dan
teknologi
Menganalisis
peradaban awal
Indonesia dalam
bidang pencapaian
ilmu pengetahuan
dan teknologi
Pilihan
Ganda
2, 8, 13, dan
17
Peradaban awal
Indonesia dalam
bidang
Menganalisis
peradaban awal
Indonesia dalam
5, 10, 14, dan
18
65
Kompetensi IntiKompetensi
DasarKelas /
SemesterMateri Indikator Bentuk Tes Nomor Soal
humaniora dengan
wawasan kemanusiaan,
kebangsaan,
kenegaraan, dan
peradaban terkait
penyebab fenomena
dan kejadian, serta
menerapkan
pengetahuan prosedural
pada bidang kajian
yang spesifik sesuai
dengan bakat dan
minatnya untuk
memecahkan masalah.
masa kini
dalam cara
berhubungan
dengan
lingkungan,
hukum,
kepercayan,
pemerintahan
dan sosial
kepercayaan bidang
kepercayaan
Peradaban awal
Indonesia dalam
bidang sosial
Menganalisis
peradaban awal
Indonesia dalam
bidang sosial
3, 6, 7, dan
12
Peradaban awal
Indonesia dalam
bidang
perekonomian
Menganalisis
peradaban awal
Indonesia dalam
bidang
perekonomian
1, 9, 16, dan
20
Peradaban awal
Indonesia dalam
bidang
kebudayaan
Menganalisis
peradaban awal
Indonesia dalam
bidang kebudayaan
4, 11, 15, dan
19
66
67
G2. Soal Penilaian Hasil Belajar
Nama :Kelas / No. Absen :
Berilah tanda silang ( X ) pada salah satu jawaban yang benar!
1. Ciri-ciri utama masyarakat pada masa food gathering adalah ....a. Memiliki tempat tinggal tetapb. Tinggal pada goa-goac. Berburud. Bercocok tanam di ladange. Mengenal perdagangan
2. Perhatikan keterangan-keterangan berikut!1) Alat-alat yang ditemukan bercorak kasar dan sederhana2) Alat-alat batu ini digolongkan sebagai alat paleolitik3) Alat-alat yang ditemukan bercorak halus4) Kapak perimbas ini terkenal dengan nama budaya Pacitan5) Alat-alat batu ini digolongkan sebagai alat neolitikKeterangan yang berhubungan dengan penemuan alat-alat batu oleh Von Koenigswald ditunjukkan oleh nomor ....a. 1, 2, dan 4b. 2, 3, dan 4c. 3, 4, dan 5d. 1, 4, dan 5e. 1, 2, dan 3
3. Ciri-ciri kehidupan manusia di awal peradaban Indonesia pada masa berburu dan meramu adalah ....a. Nomaden dan Food Gatheringb. Primus Interparesc. Food Producing d. Nomaden dan Food Producinge. Bercocok tanam
4. Untuk mempelajari kehidupan manusia pada awal peradaban di Indonesia dipergunakan sumber sejarah berupa ....a. Prasastib. Dokumentasi
68
c. Candid. Hasil kebudayaane. Monumen
5. Perhatikan keterangan berikut!1) Cap tangan dengan latar belakang merah mengandung arti kekuatan.2) Cap tangan dengan jari yang tidak lengkap mengandung arti berkabung.3) Bercocok tanam dilakukan dengan sederhana dan berpindah-pindah.4) Adanya lukisan di dinding-dinding goa atau dinding-dinding karang.5) Adanya tumpukan sampah dapur berupa kulit kerang.Berdasarkan keterangan diatas, yang menggambarkan kehidupan spiritual masyarakat pada masa berburu dan meramu ditunjukkan pada nomer ....a. 1, 2, dan 3.b. 1, 2, dan 4.c. 2, 3, dan 4d. 1, 3, dan 5.e. 3, 4, dan 5.
6. Perhatikan ciri-ciri zaman prasejarah berikut ini!1) Peternak hewan2) Bercocok tanam3) Menangkap ikan4) Membangun rumah sederhana5) Hidup menetap6) Membuat gerabahCiri-ciri diatas merupakan ciri dari zaman ....a. Arkhaikum b. Peradabanc. Berburu dan mengumpulkan makanand. Bercocok taname. Perundagian
7. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, kebudayaan Kjokkenmoddinger banyak ditemukan. Hal ini menunjukkan adanya ....a. Tempat tinggal di goa-goab. Bukti bahwa manusia purba mengkonsumsi kerang dan siputc. Manusia melakukan perburuan hewan di hutand. Telah ditemukannya api dan cara memasak makanane. Manusia purba pandai membuat alat-alat serpih
69
8. Beliung persegi, kapak lonjong, mata panah, dan gerabah adalah beberapa alat yang dibuat dan digunakan pada masa ....a. Arkhaikum b. Peradabanc. Berburu dan mengumpulkan makanand. Bercocok taname. Perundagian
9. Pada masa bercocok tanam telah muncul bentuk perdagangan yang dilakukan dengan cara ....a. Barterb. Perdagangan tetapc. Pinjamand. Bagi hasile. Titip barang
10. Perhatikan pernyataan berikut!1) Pelaksanaan penguburan dilakukan dengan cara langsung maupun tidak
langsung2) Si mati biasanya dibekali barang keperluan sehari-hari3) Roh dianggap mempunyai kehidupan dialamnya tersendiri sesudah
meninggalBerdasarkan ciri-ciri diatas, kepercayaan yang dianut masyarakat terhadap alam kehidupan sesudah mati terjadi pada masa .... a. Arkhaikum b. Peradabanc. Berburu dan mengumpulkan makanand. Bercocok taname. Perundagian
11. Bagunan megalithik sangat berkembang pada masa bercocok tanam. Diantara beberapa bangunan berikut ini, yang merupakan bangunan megalithik, kecuali....a. Dolmenb. Sarkofagusc. Warugad. Peti kubur batue. Nekara
70
12. Perhatikan ciri-ciri berikut!1) Berbagai macam artefak logam;2) Benda dari tanah liat telah dibuat dengan menggunakan roda pemutar;3) Masyarakat sudah menetap dan mempunyai keahlian kerja masing-masing;4) Mata pencaharian dengan beternak, bertani, bertenun, dan berdagang;5) Pembuatan perahu, pembuatan benda dari tanah liat, batu, maupun logam;6) Pemujaan kepada arwah nenek moyang dan alam.Berdasarkan ciri-ciri diatas, masyarakat hidup pada masa ....a. Arkhaikum b. Peradabanc. Berburu dan mengumpulkan makanand. Bercocok taname. Perundagian
13. Pada masa perundagian, teknologi pembuatan benda-benda jauh lebih tinggi tingkatnya dibangdingan dengan masa sebelumnya. Hal ini dibuktikan dengan penemuan-penemuan berbagi teknik baru seperti dibawah ini, kecuali....a. Pewarnaanb. Peleburanc. Pencampurand. Penempaane. Pencetakan
14. Pada masa perundagian, yang sangat menonjol adalah kepercayaan terhadap pengaruuh arwah nenek moyang terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Oleh karena itu, arwah nenek moyang harus selalu diperhatikan dan dipuaskan melalui ....a. Penguburan langsungb. Upacarac. Penguburan tidak langsungd. Pemujaane. Pengiriman doa
15. Pada masa perundagian, sebagian besar alat-alat terbuat dari bahan ....a. Batub. Logamc. Besid. Perunggue. Emas
71
16. Masa perundagian merupakan awal adanya kegiatan perdagangan yang ditandai dengan adanya hal-hal berikut, kecuali....a. Melakukan kegiatan pertanian dan perternakanb. Membuat keranjangc. Membuat gerabahd. Masyarakat pergi ke tempat lain untuk menukar barang-barang yang tidak
dihasilkan di tempat tinggalnyae. Melakukan kegiatan perburuan
17. Berikut ini yang merupakan alat-alat yang terbuat pada masa berburu dan meramu yaitu ....a. Beliung persegib. Kapak lonjongc. Kapak perimbasd. Gerabahe. Mata panah
18. Manusia purba pada waktu itu sudah mempunyai keyakinan akan adanya dunia arwah yang ditandai dengan ....a. Penempatan kepala mayat yang diarahkan ke tempat asal b. Si mati diberikan bekal kuburc. Penguburan dilakukan secara langsungd. Penguburan dilakukan secara tidak langsunge. Mayat diletakkan pada peti kubur batu
19. Perhatikan keterangan berikut!1) Benda ini merupakan peninggalan pada masa perundagian2) Bentuknya seperti dandang dan berpinggang pada bagian tengah3) Di kabupaten Alor benda ini digunakan sebagai alat pembayaran4) Di Pulau Bali kedudukan benda ini disejajarkan dengan dewa5) Benda ini dianggap mengandung kekuatan magis6) Benda ini juga dijadikan sebagai benda pusakaBerdasarkan ciri-ciri diatas, benda yang dimaksud adalah ....a. Bejanab. Kapakc. Patung perunggud. Nekara e. Waruga
72
20. Sistem perdagangan manusia zaman praaksara berupa barter dimulai pada masa ....a. Arkhaikumb. Peradabanc. Berburu dan mengumpulkan makanand. Bercocok taname. Perundagian
73
Lampiran H. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
H1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 1
Satuan Pendidikan : MAN 3 Jember
Kelas / Semester : X / Genap
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan)
Jumlah Pertemuan : 4 x 45 menit
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
1.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat
beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
74
2.3 Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah.
3.11 Menganalisis perbandingan peradaban awal dunia dan Indonesia serta
keterkaitannya dengan manusia masa kini dalam cara berhubungan
dengan lingkungan, hukum, kepercayaan, pemerintahan, dan sosial.
4.11 Menyajikan hasil analisis peradaban awal dunia dan Indonesia serta
keterkaitannya dengan manusia masa kini dalam cara berhubungan
dengan lingkungan, hukum, kepercayaan, pemerintahan, dan sosial dalam
presentasi.
C. Indikator
1. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang pencapaian ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang kepercayaan.
3. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang sosial.
4. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang perekonomian.
5. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang kebudayaan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode active knowledge
sharing serta diskusi kelompok, peserta didik kelas X IPS 1 diharapkan
mampu menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang pencapaian
ilmu pengetahuan dan teknologi dengan tepat.
2. Setelah mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode active knowledge
sharing serta diskusi kelompok, peserta didik kelas X IPS 1 diharapkan
mampu menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang kepercayaan
dengan baik.
3. Melalui metode pembelajaran active knowledge sharing serta diskusi
kelompok, peserta didik kelas X IPS 1 diharapkan mampu menganalisis
peradaban awal Indonesia dalam bidang sosial dengan benar.
75
4. Melalui metode pembelajaran active knowledge sharing serta diskusi
kelompok, peserta didik kelas X IPS 1 diharapkan mampu menganalisis
peradaban awal Indonesia dalam bidang perekonomian dengan tepat.
5. Melalui metode pembelajaran active knowledge sharing serta diskusi
kelompok, peserta didik kelas X IPS 1 diharapkan mampu menganalisis
peradaban awal Indonesia dalam bidang kebudayaan dengan tepat.
E. Materi Ajar
1. Peradaban awal Indonesia dalam pencapaian ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Peradaban awal Indonesia dalam sistem kepercayaan.
3. Peradaban awal Indonesia dalam bidang sosial.
4. Peradaban awal Indonesia dalam bidang perekonomian.
5. Peradaban awal Indonesia dalam bidang kebudayaan.
F. Pendekatan, Metode, dan Media
Pendekatan : Saintifik
Metode : Active Knowledge Sharing
Media : PPT
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
Pendahuluan 1. Pendidik
menyampaikan salam
dan berdoa bersama
peserta didik
1. Peserta didik
menjawab salam dan
berdoa bersama
pendidik
15 menit
2. Pendidik
mengkondisikan
2. Peserta didik
mengkondisikan
Kegiatan Deskripsi Alokasi
76
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
peserta didik agar
siap menerima
pembelajaran
diri untuk mengikuti
kegiatan
pembelajaran
3. Pendidik
memberikan
apersepsi / pre-test
terkait materi yang
akan dipelajari
3. Peserta didik
mengerjakan soal
pre-test yang
diberikan oleh
pendidik
4. Pendidik
mengeksplorasi
pengetahuan peserta
didik berkaitan
dengan materi yang
akan dipelajari
4. Peserta didik
mengeksplorasi
pengetahuan
berkaitan dengan
materi yang akan
dipelajari
5. Pendidik
menyampaikan topik
yang akan dipelajari
sekaligus
menanamkan konsep
kepada peserta didik
5. Peserta didik
memperhatikan
pendidik dan
menyampaikan
topik dan konsep
yang akan dipelajari
6. Pendidik
memfokuskan peserta
didik pada materi
6. Peserta didik
memfokuskan diri
pada materi
7. Pendidik
menyampaikan
tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai
7. Peserta didik
memperhatikan
pendidik
menyampaikan
Kegiatan Deskripsi Alokasi
77
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
tujuan pembelajaran
8. Pendidik membagi
peserta didik menjadi
5 kelompok
8. Peserta didik
berkumpul dengan
kelompok masing-
masing
Inti 1. Pendidik menyajikan
peta konsep dari
materi yang akan
disampaikan
1. Peserta didik
memperhatikan
dengan seksama
60 menit
2. Pendidik
menyampaikan
materi secara garis
besar
2. Peserta didik
memperhatikan
penjelasan dari
pendidik
3. Pendidik mendorong
peserta didik untuk
bertanya seputar
materi
3. Peserta didik
bertanya seputar
materi
4. Pendidik
membimbing peserta
didik dalam
mengembangkan
pemahaman konsep
dari materi yang
disajikan
4. Peserta didik
mengembangkan
pemahaman konsep
dari materi yang
disajikan
5. Pendidik
menjelaskan strategi
pembelajaran
5. Peserta didik
mendengarkan dan
Kegiatan Deskripsi Alokasi
78
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
yang akan
dilaksanakan, yaitu
metode active
knowledge sharing
memperhatikan
6. Pendidik meyajikan
masalah kepada
peserta didik
6. Peserta didik
mengerjakan tugas
yang disajikan oleh
pendidik
7. Pendidik
membimbing peserta
didik dalam
memecahkan
masalah yang
disajikan
7. Peserta didik
memecahkan
masalah yang
disajikan pendidik
8. Pendidik
memberikan
kesempatan kepada
tiap kelompok untuk
mempresentasikan
hasil diskusinya
didepan kelas
8. Peserta didik
mempresentasikan
hasil kerja
kelompoknya
didepan kelas
Penutup 1. Pendidik
memberikan post-test
kepada peserta didik
1. Peserta didik
mengerjakan post-
test
15 menit
2. Pendidik
mengarahkan peserta
didik untuk
memberikan
2. Peserta didik
memberikan
kesimpulan terhadap
permasalahan yang
79
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
kesimpulan terhadap
permasalahan yang
telah dianalisis
telah dianalisis
3. Pendidik
memberikan umpan
balik terhadap proses
pembelajaran yang
berlangsung
3. Peserta didik
menjawab umpan
balik yang diberikan
pendidik
4. Pendidik
memberikan
penekanan pada
materi yang penting
4. Peserta didik
memperhatikan
pendidik
memberikan
penekanan pada
materi yang penting
5. Pendidik
memberikan refleksi
sekaligus
memberikan motivasi
agar peserta didik
lebih giat belajar
5. Peserta didik
memperhatikan
pendidik
memberikan refleksi
serta motivasi
6. Pendidik
menyampaikan
rencana pembelajaran
selanjutnya
6. Peserta didik
memperhatikan
pendidik
7. Pendidik bersama
peserta didik
menutup
pembelajaran dengan
7. Peserta didik
bersama pendidik
menutup
pembelajaran
80
berdoa bersama dengan berdoa
bersama
H. Sumber Belajar
1. Hapsari dan Adil. 2014. Sejarah untuk Kelas 1 SMA/MA. Jakarta: Erlangga.
2. Poesponegoro dan Nugroho. 2010. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta:
Balai Pustaka.
3. Modul Sejarah Peminatan Kelas X
81
H2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen 2
Satuan Pendidikan : MAN 3 Jember
Kelas / Semester : X / Genap
Mata Pelajaran : Sejarah (Peminatan)
Jumlah Pertemuan : 4 x 45 menit
A. Kompetensi Inti (KI)
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan
pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan
prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
82
2.2 Menghayati keteladanan para pemimpin dalam toleransi antar umat
beragama dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Berlaku jujur dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari
pembelajaran sejarah.
3.11 Menganalisis perbandingan peradaban awal dunia dan Indonesia serta
keterkaitannya dengan manusia masa kini dalam cara berhubungan
dengan lingkungan, hukum, kepercayaan, pemerintahan, dan sosial.
4.11 Menyajikan hasil analisis peradaban awal dunia dan Indonesia serta
keterkaitannya dengan manusia masa kini dalam cara berhubungan
dengan lingkungan, hukum, kepercayaan, pemerintahan, dan sosial dalam
presentasi.
C. Indikator
1. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang pencapaian ilmu
pengetahuan dan teknologi.
2. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang kepercayaan.
3. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang sosial.
4. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang perekonomian.
5. Menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang kebudayaan.
D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode cooperative script
serta diskusi kelompok, peserta didik kelas X IPS 2 diharapkan mampu
menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang pencapaian ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan tepat.
2. Setelah mengikuti pembelajaran sejarah dengan metode cooperative script
serta diskusi kelompok, peserta didik kelas X IPS 2 diharapkan mampu
menganalisis peradaban awal Indonesia dalam bidang kepercayaan dengan
baik.
83
3. Melalui metode pembelajaran cooperative script serta diskusi kelompok,
peserta didik kelas X IPS 2 diharapkan mampu menganalisis peradaban
awal Indonesia dalam bidang sosial dengan benar.
4. Melalui metode pembelajaran cooperative script serta diskusi kelompok,
peserta didik kelas X IPS 2 diharapkan mampu menganalisis peradaban
awal Indonesia dalam bidang perekonomian dengan tepat.
5. Melalui metode pembelajaran cooperative script serta diskusi kelompok,
peserta didik kelas X IPS 2 diharapkan mampu menganalisis peradaban
awal Indonesia dalam bidang kebudayaan dengan tepat.
E. Materi Ajar
1. Peradaban awal Indonesia dalam pencapaian ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Peradaban awal Indonesia dalam sistem kepercayaan.
3. Peradaban awal Indonesia dalam bidang sosial.
4. Peradaban awal Indonesia dalam bidang perekonomian.
5. Peradaban awal Indonesia dalam bidang kebudayaan.
F. Pendekatan, Metode, dan Media
Pendekatan : Saintifik
Metode : Cooperative Script
Media : PPT
G. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
Pendahuluan 1. Pendidik
menyampaikan salam
dan berdoa bersama
peserta didik
1. Peserta didik
menjawab salam
dan berdoa
bersama pendidik
15 menit
84
2. Pendidik
mengkondisikan
2. Peserta didik
mengkondisikan
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
peserta didik agar
siap menerima
pembelajaran
diri untuk
mengikuti
kegiatan
pembelajaran
3. Pendidik memberikan
apersepsi / pre-test
terkait materi yang
akan dipelajari
3. Peserta didik
mengerjakan soal
pre-test yang
diberikan oleh
pendidik
4. Pendidik
mengeksplorasi
pengetahuan peserta
didik berkaitan
dengan materi yang
akan dipelajari
4. Peserta didik
mengeksplorasi
pengetahuan
berkaitan dengan
materi yang akan
dipelajari
5. Pendidik
menyampaikan topik
yang akan dipelajari
sekaligus
menanamkan konsep
kepada peserta didik
5. Peserta didik
memperhatikan
pendidik dan
menyampaikan
topik dan konsep
yang akan
dipelajari
6. Pendidik
memfokuskan peserta
didik pada materi
6. Peserta didik
memfokuskan diri
pada materi
7. Pendidik 7. Peserta didik
85
menyampaikan tujuan
pembelajaran yang
memperhatikan
pendidik
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
ingin dicapai menyampaikan
tujuan
pembelajaran
8. Pendidik membagi
peserta didik menjadi
17 kelompok /
pasangan
8. Peserta didik
berpasangan
dalam kelompok
9. Pendidik menetapkan
peserta didik yang
berperan sebagai
pembicara dan
pendengar
9. Peserta didik
menyesuaikan
perannya sebagai
pembicara dan
pendengar
Inti 1. Pendidik menyajikan
peta konsep dari
materi yang akan
disampaikan
1. Peserta didik
memperhatikan
dengan seksama
60 menit
2. Pendidik
menyampaikan
materi secara garis
besar
2. Peserta didik
memperhatikan
penjelasan dari
pendidik
3. Pendidik mendorong
peserta didik untuk
bertanya seputar
materi
3. Peserta didik
bertanya seputar
materi
4. Pendidik 4. Peserta didik
86
membimbing peserta
didik dalam
mengembangkan
pemahaman
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
mengembangkan
pemahaman konsep
dari materi yang
disajikan
konsep dari materi
yang disajikan
5. Pendidik menjelaskan
strategi pembelajaran
yang akan
dilaksanakan, yaitu
metode cooperative
script
5. Peserta didik
mendengarkan dan
memperhatikan
6. Pendidik
membagikan
wacana / materi yang
dipelajari dan
menetapkan bagian
materi pada masing-
masing peserta didik
yang berperan
sebagai pembicara
dan pendengar
6. Peserta didik
membaca dan
menyimak wacana
atau materi yang
telah ditetapkan
7. Pendidik meminta
peserta didik untuk
membuat ringkasan
materi di LKPD
7. Peserta didik
membuat
ringkasan materi
di LKPD
8. Pendidik memberikan
kesempatan kepada
8. Peserta didik
memainkan peran
87
peserta didik
memainkan peran
sebagai pembicara
dan pendengar
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
sebagai pembicara
dan pendengar
9. Pendidik memberikan
kesempatan kepada
peserta didik untuk
bertukar peran
9. Peserta didik
bertukar peran
10. Pendidik memilih
kelompok /
pasangan secara
acak untuk
mempresentasikan
hasil diskusinya
didepan kelas
10. Peserta didik
mempresentasi-
kan hasil kerja
kelompoknya
didepan kelas
Penutup 1. Pendidik memberikan
post-test kepada
peserta didik
1. Peserta didik
mengerjakan post-
test
15 menit
2. Pendidik
mengarahkan peserta
didik untuk
memberikan
kesimpulan terhadap
wacana / materi yang
telah dianalisis
2. Peserta didik
memberikan
kesimpulan
terhadap wacana /
materi yang telah
dianalisis
3. Pendidik memberikan
umpan balik terhadap
3. Peserta didik
menjawab umpan
88
pembelajaran yang
berlangsung
balik yang
diberikan pendidik
Kegiatan
DeskripsiAlokasi
WaktuKegiatan PendidikKegiatan Peserta
Didik
4. Pendidik memberikan
penekanan pada
materi yang penting
4. Peserta didik
memperhatikan
pendidik
memberikan
penekanan pada
materi yang
penting
5. Pendidik memberikan
refleksi sekaligus
memberikan motivasi
agar peserta didik
lebih giat belajar
5. Peserta didik
memperhatikan
pendidik
memberikan
refleksi serta
motivasi
6. Pendidik
menyampaikan
rencana pembelajaran
selanjutnya
6. Peserta didik
memperhatikan
pendidik
7. Pendidik bersama
peserta didik
menutup
pembelajaran dengan
berdoa bersama
7. Peserta didik
bersama pendidik
menutup
pembelajaran
dengan berdoa
bersama
89
H. Sumber Belajar
1. Hapsari dan Adil. 2014. Sejarah untuk Kelas 1 SMA/MA. Jakarta: Erlangga.
2. Poesponegoro dan Nugroho. 2010. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta:
Balai Pustaka.
3. Modul Sejarah Peminatan Kelas X
90
Lampiran 1. Materi Pembelajaran
Peradaban Indonesia
1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Masa berburu dan meramu atau mengumpulkan makanan untuk
memperoleh bahan-bahan makanan mereka menggunakan alat-alat yang
terbuat dari batu, tulang, tanduk, dan lain-lain. Alat-alat dari tulang dan
tanduk misalnya, digunakan untuk mengorek umbi-umbian dan melepas
kulitnya. Alat dari batu seperti kapak genggam digunakan untuk mencukil
tanah, memecah kulit kerang, memotong daging, atau untuk menguliti
binatang. Manusia pada masa ini sudah melakukan upaya menjinakkan
anjing untuk berburu. Hal itu terlihat dari temuan gigi anjing di goa
Cakondo Sulawesi Selatan. Alat-alat yang dipakai pada waktu itu adalah
kapak perimbas, alat serpih dan alat-alat tulang. Dengan alat-alat tulang ini
mereka mempertahankan hidupnya. Dari temuan yang didapat, ternyata
mereka mengumpulkan mayat didalam goa. Mereka mengenal pula batu-
batuan yang dapat dicairkan untuk dipergunakan sebagai cat. Pada beberapa
goa yang diteliti ditemukan gambar-gambar pada dinding goa dan cat
merah. Penelitian pada alat-alat masa berburu dan meramu mula-mula
dilakukan oleh Von Koenigswald di Punung (kabupaten Pacitan, Jawa
Timur). Alat-alat itu berupa kapak perimbas, yaitu kapak batu yang tidak
bertangkai dan menggunakannya dengan menggenggam dalam tangan.
Karena alat-alat semacam ini banyak ditemukan di Pacitan, maka disebut
budaya Pacitan. Oleh Von Koenigswald alat-alat batu semacam itu
digolongkan sebagai alat-alat paleolithik. Daerah Punung adalah tempat
yang terkaya akan kapak-kapak perimbas dan hingga sekarang merupakan
tempat penemuan yang terpenting di Indonesia.
91
b. Bercocok Tanam
Pada masa bercocok tanam, teknologi pembuatan alat mengalami
kemajuan pesat apalagi ketika ditemukannya teknik peleburan,
percampuran, penempaan, dan pencetakan logam. Semula jenis-jenis logam
seperti besi, tembaga, timah, dan emas dibuat dengan teknik peleburan
sederhana, kemudian dengan teknik percampuran menghasilkan perunggu
yang lebih kuat. pembuatan alat-alat dari logam semula menggunakan cara
ditempa dan dipanaskan, kemudian menggunakan teknik setangkup
(bevalve) dan cetakan lilin (a cire perdue). teknik setangkup dengan
menggunakan model cetakan dari tanah liat, sedangkan cetakan lilin
modelnya dibuat dari lilin, kemudian dibungkus dengan tanah liat. Setelah
dipanaskan lilin akan mencair keluar dan terbentuk rongga. Pembuatan alat
dan benda-benda pusaka serta gelang dari bahan besi agaknya terbatas pada
daerah-daerah tertentu di Pulau Jawa. Jenis-jenis benda besi itu berupa mata
kapak, mata pisau, mata sabit, mata alat penyiang rumput, mata pedang,
mata tombak, dan gelang besi. Pada masa bercocok tanam telah ada
kemampuan membuat barang-barang dari gerabah, barang anyaman, dan
barang-barang tenun. Barang-barang gerabah pada mulanya dibuat dengan
cara yang sederhana, setelah banyak pengalaman mutunya makin diperbaiki,
demikian pula hiasan dan warnanya.
c. Masa Perundagian
Pada zaman perundagian, tingkatan dan kemampuan orang-orang
Nusantara makin lama makin meningkat. Cara berpikir dan peningkatan
kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari pun bertambah. Kebiasaan dan
teknik membuat perkakas juga berkembang. Maka pemakaian barang-
barang yang dibuat dari logam muncul. Alat-alat dan perkakas dari logam
yang daya tahannya lebih baik mulai dipergunakan. Dengan pengenalan
terhadap perkakas dari logam itu maka mulailah orang-orang Indonesia
92
menginjak babak baru dalam kehidupan berbudaya. Secara berangsur-
angsur tradisi pemakaian alat-alat perkakas dari batu mulai mulai
ditinggalkan orang. Dengan demikian, bangsa Indonesia mulai menginjak
zaman logam. Pada zaman perundagian ini, dikenal teknik pembuatan alat-
alat dari logam yaitu:
A cire perdue yang caranya, mula-mula benda yang dimaksud dibuat dari
lilin. setelah itu benda ditutup dengan tanah liat basah, lalu dibakar, lilin
meleleh keluar dari lubang yang dibuat di bagian bawah. Cetakan selesai
dibuat, kemudian logam cair dituangkan kedalam cetakan melalui lubang
tadi.
Menggunakan cetakan dua setangkap terbuat dari tanah liat basah.
Setelah kering logam cair dituangkan kedalamnya dan didiamkan sampai
dingin lalu cetakan dibuka.
2. Kepercayaan
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia purba telah
percaya adanya kekuatan-kekuatan gaib, seperti animisme, dinamisme, dan
totemisme. Keyakinan akan adanya dunia arwah terlihat dari penempatan
kepala mayat yang diarahkan ke tempat asal atau tempat bersemayamnya
roh nenek moyang. Tempat yang biasanya diyakini sebagai tempat roh
nenek moyang adalah arah matahari terbit atau terbenam dan tempat-tempat
yang tinggi misalnya gunung dan bukit. Bukti-bukti mengenai hal itu
terlihat dari hasil penggalian kuburan-kuburan kuno di beberapa tempat,
seperti Bali dan Kematian, menunjukkan arah kepala mayat selalu ke arah
timur atau barat atau ke puncak-puncak gunung dan bukit.
b. Masa Bercocok Tanam
Pada masa bercocok tanam, kepercayaan manusia purba masih bersifat
animisme, dinamisme, dan totemisme. Namun, sudah lebih meningkat
dibandingkan masa sebelumnya. Salah satu segi yang menonjol dalam
93
masyarakat adalah sikap terhadap alam kehidupan sesudah mati.
Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal
sangat memengaruhi kehidupan manusia. Roh dianggap mempunyai
kehidupan dialamnya tersendiri sesudah orang meninggal.
Upacara yang paling mencolok adalah upacara pada waktu penguburan,
terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat.
Pelaksanaan penguburan dilaksanakan dengan cara langsung maupun tidak
langsung, di tempat yang sering dihubungkan dengan asal usul anggota atau
tempat masyarakat atau tempat-tempat yang sudah dianggap sebagai tempat
tinggal arwah nenek moyang. Orang yang mati biasanya dibekali dengan
bermacam-macam barang keperluan sehari-hari, seperti perhiasan dan
periuk yang dikubur bersama-sama, dengan maksud agar perjalanan si mati
ke dunia arwah dan kehidupan selanjutnya akan terjamin sebaik-baiknya.
Jika tempat-tempat tersebut terlalu jauh atau sukar dicapai, si mati cukup
dikuburkan di suatu tempat dengan meletakkan mayat yang diarahkan ke
suatu tempat yang dimaksud. Tujuannya adalah agar roh si mati tidak
tersesat dalam perjalanan menuju tempat arwah nenek moyang atau tempat
asal mereka.
c. Masa Perundagian
Kepercayaan pada masa perundagian merupakan kelanjutan
kepercayaan pada masa bercocok tanam. Pada masa perundagian, terdapat
kepercayaan bahwa arwah nenek moyang mempunyai pengaruh besar
terhadap perjalanan hidup manusia dan masyarakatnya. Karena itu, arwah
nenek moyang harus selalu diperhatikan dan dipuaskan melalui upacara-
upacara. Benda upacara terbuat dari perunggu. Upacara-upacara dilakukan
sesuai dengan tempat tinggalnya dan intinya sama, yaitu penghormatan atau
pemujaan pada leluhur. Orang memuja roh nenek moyang untuk meminta
perlindungan. Upacara-upacara tersebut erat kaitannya dengan kehidupan
masyarakat. Banyaknya peninggalan bangunan untuk pemujaan masa
94
perundagian menunjukkan bahwa kedudukan kepercayaan masa itu sangat
penting.
3. Sosial
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, mereka telah mulai
lebih lama tinggal di suatu tempat. Ada kelompok-kelompok yang
bertempat tinggal di daerah pantai, ada pula yang memilih tempat tinggal di
daerah pedalaman. Mereka yang tinggal di daerah pantai makanan utamanya
berupa kerang dan ikan laut. Bekas tempat tinggal mereka dapat ditemukan
kembali, karena dijumpai sejumlah besar kulit-kulit kerang yang
menyerupai bukit kerang serta alat-alat yang mereka gunakan. Sisa-sisa
makanan yang berupa timbunan atau gugusan kulit kerang itu, yang arinya
sampah dapur. Adapun sisa-sisa alat yang ditemukan dalam gugusan kulit
kerang antara lain berupa anak panah atau mata tombak yang berbentuk
khusus untuk menangkap ikan.
b. Masa Bercocok Tanam
Kehidupan masyarakat menjadi lebih kompleks setelah mereka tidak
saja tinggal di goa-goa, tetapi juga memanfaatkan lahan-lahan terbuka
sebagai tempat tinggal. Dengan bertempat tinggal menetap mereka
mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk mengembangkan
teknologi pembuatan alat dari batu. Perubahan cara hidup dari mengembara
ke menetap akhirnya berpengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan lainnya.
Cara hidup berburu dan meramu secara berangsur-angsur mulai
ditinggalkan. Mereka memasuki tahapan baru yaitu bercocok tanam ini
merupakan peristiwa penting dalam sejarah dan peradaban manusia. Dengan
penemuan-penemuan baru, mereka dapat menguasai alam, terutama yang
berhubungan langsung dengan kebutuhan hidup mereka. Ada jenis-jenis
tumbuhan mulai dibudidayakan dan bermacam-macam bidang mulai
dijinakkan.
95
c. Masa Perundagian
Pada masa perundagian, masyarakat telah hidup di desa-desa di daerah
pegunungan, dataran rendah, dan tepi pantai.Susunan masyarakatnya makin
teratur dan terpimpin. Masyarakat dipimpin oleh ketua adat yang merangkap
sebagai kepala daerah. Ketua adat dipilih oleh masyarakat, yaitu orang tua
yang banyak pengetahuan dan pengalamannya mengenai adat dan
berwibawa terhadap masyarakat. Kepala daerah besar wibawanya kemudian
membawahi kepala-kepala daerah lainnya dan makin besar kekuasaannya.
Ia bertindak seperti seorang raja dan itulah permulaan timbulnya raja-raja di
Indonesia.
4. Perekonomian
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan mereka belum
mengenal cara memasak makanan, karena mereka belum mengenal
bagaimana menggunakan periuk belangga, yang dibuktikan dari
peninggalan-peningggalan mereka. Untuk memasak makanan diperlukan
api, namun kita belum mengetahui dengan pasti sejak kapan manusia
prasejarah mulai menggunakan api dalam kehidupannya. Api mula-mula
dikenal dari gejala alam, misalnya percikan gunung berapi, kebakaran hutan
yang kering ditimbulkan oleh halilintar atau nyala api yang bersumber dari
dalam bumi, karena mengandung gas. Secara lambat laun, mereka dapat
menyalakan api dengan cara menggosok-gosokkan batu dengan batu yang
mengandung unsur besi, sehingga menimbulkan percikan api. Percikan-
percikan api ditampung dengan semacam lumut kering, sehingga terjadi
bara api.
b. Masa Bercocok Tanam
96
Pada masa bercocok tanam, manusia sudah melakukan usaha pertanian
secara berpindah-pindah menurut kesuburan tanah. Pertanian berbentuk
perladangan dengan cara membakar hutan terlebih dahulu, kemudian
dibersihkan dan ditebarkan benih-benih tanaman. Tumbuh-tumbuhan yang
mula-mula ditanam adalah kacang-kacangan, mentimun, umbi-umbian dan
biji-bijian seperti jewawut, jenis padi, dan sebagainya. Adanya kegiatan
bercocok tanam ini didasarkan pada beberapa temuan di kawasan Asia
Tenggara. Orang-orang di Asia Tenggara sudah menemukan suatu bentuk
pertanian sederhana, yaitu pertanian ladang. Di Asia Tenggara sistem
perladanagan berpindah sudah dilakukan manusia pada masa akhir
Plestosen atau kira-kira 9000 SM. Cara manusia bercocok tanam pada
sistem perladangan adalah pertama-tama mereka menebang hutan lalu
membakar ranting-ranting, daun, dan pohonnya. Sesudah dibersihkan baru
mereka menanam sejenis umbi-umbian. Setelah masa panen, mereka akan
meninggalkan tempat itu dan mencari tempat yang baru dengan cara yang
sama, yakni tebang dan bakar. Oleh karena itu, sistem perladangan ini
disebut slash and burn yang artinya tebang dan bakar.
c. Masa Perundagian
Pada zaman perundagian, kemampuan manusia dalam kegiatan
ekonomi semakin maju. Kegiatan ekonomi makin beraneka ragam
diantaranya pertanian, peternakan, membuat keranjang, membuat gerabah,
bepergian ke tempat-tempat lain untuk menukar barang-barang yang tidak
dihasilkan di desa tempat tinggalnya. Kegiatan mereka merupakan
permulaan dari kegiatan perdagangan. Pada masa perundagian, dalam
masyarakat timbul golongan-golongan para ahli dalam mengerjakan
kegiatan tertentu, misalnya ahli mengatur upacara keagamaan, ahli
pertanian, ahli perdagangan, dan ahli membuat barang-barang dari logam
dan sebagainya.
5. Kebudayaan
97
a. Masa Berburu dan Mengumpulkan Makanan
Pada masa berburu dan mengumpullkan makanan ternyata telah
menghasilkan budaya yang belum ada pada masa sebeblumnya, seperti
lukisan-lukisan di dinding-dinding goa tempat tinggal mereka atau di
dinding karang. Di luar Indonesia, seni lukis yang berupa lukisan-lukisan di
dinding-dinding karang atau goa-goa ditemukan di Eropa, misalnya di
negara Perancis, Afrika, Australia. di tempat-tempat tersebut seni lukis
berasal dari masa yang lebih tua daripada yang ditemukan di Indoensia. Di
Indonesia seni lukis adalah suatu hasil budaya yang baru dicapai pada masa
berburu tingkat lanjut dan ditemukan tersebar di daerah Sulawesi Selatan,
kepulauan Maluku, dan Irian.
b. Masa Bercocok Tanam
Masyarakat masa bercocok tanam sudah memperhatikan tentang
kesenian misalnya ditemukannya kulit kerang yang digunakan sebagai
kalung, gelang-gelang dari batu indah dan manik-manik. Didalam goa-goa
yang menjadi tempat tinggal mereka ditemukan lukisan-lukisan dengan
beberapa warna. Hasrat untuk mengekspresikan keindahan muncul ketika
manusia mulai menetap sementara di goa-goa. Ekspresi keindahan itu
dituangkan dalam bentuk seni lukis dengan media dinding-dinding goa atau
permukaan batu. Ketika manusia sudah mulai hidup menetap, ekspresi
keindahan bertambah variasinya. Seiring dengan perkembangan teknik
tuang logam dan pembuatan gerabah, dalam aspek seni muncul seni lukis
dalam bentuk relief dan seni patung.
c. Masa Perundagian
Dari keseluruhan hasil-hasil kebudayaan masa perundagian, sebagian
besar hasil-hasil tersebut berwujud benda-benda berupa alat-alat. Pada masa
perundagian kemahiran membuat alat-alat semakin berkembang sebagai
akibat terjadinya golongan-golongan dalam masyarakat yang bertugas
secara khusus membuat alat-alat. Pada masa perundagian, teknologi
98
pembuatan benda-benda makin meningkat, terutama setelah ditemukannya
campuran antara timah dan tembaga yang menghasillkan logam perunggu.
Lampiran I. Uji Validitas dan Reliabilitas
I1. Hasil Uji Validitas Angket Communicating
Correlations
Skor
total
Skor
total
Item 1 Pearson Correlation
.873**Item 6 Pearson
Correlation.526**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 2 Pearson Correlation
.804**Item 7 Pearson
Correlation.494**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 3 Pearson Correlation
.728**Item 8 Pearson
Correlation.516**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 4 Pearson Correlation
.612**Item 9 Pearson
Correlation.502**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 5 Pearson Correlation
.608** Item 10 Pearson Correlation
.620**
99
Skor
total
Skor
total
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
11Pearson Correlation
.495**Item 17 Pearson
Correlation.574**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
12Pearson Correlation
.463**Item 18 Pearson
Correlation.639**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
13Pearson Correlation
.572**Item 19 Pearson
Correlation.598**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
14Pearson Correlation
.460**Item 20 Pearson
Correlation.656**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
15Pearson Correlation
.353**Item 21 Pearson
Correlation.567**
Sig. (2-tailed) .003 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
16Pearson Correlation
.412**Item 22 Pearson
Correlation.445**
Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
100
Skor
total
Skor
total
Item
23 Pearson Correlation
.556**
Item 25
Pearson Correlation
.373**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .002
N 67 N 67
Item
24Pearson Correlation
.573**Skor
TotalPearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed)
N 67 N 67
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
101
I2. Hasil Uji Validitas Tes Soal Hasil Belajar
Correlations
Skor
total
Skor
total
Item 1 Pearson Correlation
.886**Item 6 Pearson
Correlation.529**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 2 Pearson Correlation
.823**Item 7 Pearson
Correlation.498**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 3 Pearson Correlation
.733**Item 8 Pearson
Correlation.553**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 4 Pearson Correlation
.616**Item 9 Pearson
Correlation.540**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item 5 Pearson Correlation
.636**Item 10 Pearson
Correlation.620**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
102
Skor
total
Skor
total
Item
11
Pearson Correlation
.515** Item 17 Pearson Correlation
.587**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
12Pearson Correlation
.454**Item 18 Pearson
Correlation.620**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
13Pearson Correlation
.609**Item 19 Pearson
Correlation.610**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
14Pearson Correlation
.467**Item 20 Pearson
Correlation.670**
Sig. (2-tailed) .000 Sig. (2-tailed) .000
N 67 N 67
Item
15Pearson Correlation
.408**Skor
TotalPearson Correlation
1
Sig. (2-tailed) .001 Sig. (2-tailed)
N 67 N 67
Item
16Pearson Correlation
.481**
Sig. (2-tailed) .000
N 67
103
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
I3. Hasil Uji Reliabilitas Angket Communicating
Reliability
Scale : ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 67 100,0Excludeda 0 ,0Total 67 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,910 25
Item-Total Statistics
No Item Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item_1 60,28 102,327 ,850 ,899
item_2 60,49 105,466 ,775 ,902
item_3 60,64 107,294 ,692 ,904
item_4 60,42 109,611 ,566 ,906
104
item_5 60,19 108,735 ,557 ,906
Item-Total Statistics
No Item Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item_7 60,30 111,273 ,437 ,909
item_8 60,06 111,451 ,464 ,908
item_9 60,36 110,991 ,444 ,908
item_10 60,25 109,132 ,573 ,906
item_11 60,36 111,658 ,441 ,908
item_12 60,30 111,819 ,403 ,909
item_13 60,30 109,728 ,520 ,907
item_14 60,25 111,707 ,399 ,909
item_15 60,22 113,601 ,286 ,912
item_16 60,25 113,313 ,356 ,910
item_17 60,31 109,703 ,521 ,907
item_18 60,24 109,063 ,594 ,905
item_19 60,22 109,752 ,550 ,906
item_20 60,36 109,052 ,614 ,905
item_21 60,25 110,253 ,516 ,907
item_22 60,31 112,612 ,390 ,909
item_23 60,18 111,664 ,513 ,907
item_24 60,13 110,542 ,526 ,907
item_25 59,79 113,804 ,315 ,911
105
I4. Hasil Uji Reliabilitas Tes Hasil Belajar
Reliability
Scale : ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 67 100,0Excludeda 0 ,0Total 67 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
,904 20
Item-Total Statistics
No Item Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item_1 46,84 71,503 ,861 ,889
item_2 47,01 74,500 ,792 ,892
item_3 47,21 75,925 ,690 ,895
item_4 46,96 77,983 ,563 ,899
item_5 46,76 76,700 ,577 ,898
item_6 47,04 78,680 ,463 ,901
106
Item-Total Statistics
No Item Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
item_8 46,64 78,839 ,494 ,900
item_9 46,94 78,512 ,474 ,901
item_10 46,82 77,452 ,564 ,899
item_11 46,93 79,343 ,452 ,901
item_12 46,85 80,008 ,385 ,903
item_13 46,88 77,622 ,552 ,899
item_14 46,82 79,543 ,395 ,903
item_15 46,81 80,553 ,333 ,905
item_16 46,85 80,250 ,421 ,902
item_17 46,87 77,754 ,526 ,900
item_18 46,78 77,873 ,567 ,899
item_19 46,76 78,033 ,556 ,899
item_20 46,90 77,398 ,624 ,897