deputi bidang pengawasan depwas...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. pada tahun...
TRANSCRIPT
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 1
DEPUTI BIDANG PENGAWASAN
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga Deputi Bidang
Pengawasan mampu menjalankan tugas dan fungsinya dalam
pengawasan koperasi dan pada akhirnya tersusun Laporan Kinerja
Tahun 2019 ini. Laporan kinerja ini merupakan perwujudan
akuntabilitas pencapaian visi dan misi terhadap penggunaan
anggaran tahun 2019 yang mengacu pada Peraturan Presiden
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan mewajibkan
setiap instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsinya serta
pengelolaan sumber daya yang ada berdasar perencanaan strategis yang telah disusun.
Berdasarkan hasil pencapaian tugas dan fungsi Deputi Bidang Pengawasan tahun 2019,
seluruh kebijakan, program dan kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik
dan mencapai target yang telah ditentukan dalam perjanjian kinerja tahun 2019.
Pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan selama tahun 2019 adalah hasil kerja
keras seluruh jajaran Deputi Bidang Pengawasan serta dukungan pemangku kepentingan di pusat
dan daerah, baik institusi pemerintan dan gerakan koperasi, walaupun masih terdapat kendala
dan permasalahan yang perlu perhatian untuk diperbaiki dan disempurnakan ke depannya.
Harapan ke depannya, melalui laporan ini, kinerja Deputi Bidang Pengawasan dapat
lebih ditingkatkan lagi melalui pengoptimalan sumber daya manusia dan anggaran yang ada,
serta meminimalisasi permasalahan yang mungkin terjadi, sehingga kinerja Deputi Bidang
Pengawasan lebih transparan dan akuntabel.
Jakarta, Februari 2020
Deputi Bidang Pengawasan
Suparno, SE, MM
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 ii
Ringkasan Eksekutif
Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas atas kinerja dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2019. Laporan kinerja ini juga sebagai bentuk evaluasi terhadap capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan serta pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran Deputi Bidang Pengawasan yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut.
Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga) indikator kinerja utama dengan pencapaian. Secara umum, tahun 2019 ini dapat dilaksanakan dengan baik, dan memenuhi bahkan melebihi target yang telah ditentukan .
Masih melanjutkan tahun sebelumnya, dalam rangka meningkatkan sinergitas antara pusat dan daerah untuk pelaksanaan pengawasan koperasi, Kementerian Koperasi dan UKM c.q. masih menyelenggarakan Dana Dekonsentrasi Satuan Tugas Pengawas Koperasi.
Selain itu, proses pembentukan jabatan fungsional pengawas koperasi telah memasuki fase diundangkannya Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 43 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi. Hal ini merupakan langkah positif menuju terbentuknya Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi.
Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi, Deputi Bidang Pengawasan terus menerus menyempurnakan diri dalam melaksanakan reformasi birokrasi dari tahun 2016 (awal terbentuknya Deputi Bidang Pengawasan) hingga saat ini, diantaranya yaitu:
a. Menyempurnakan proses bisnis dan cascading indikator kinerja dari level Menteri sampai dengan individu serta mekanisme pemantauannya.
b. Meningkatkan sinergitas, koordinasi, komunikasi dan kerjasama dalam mensinkronkan berbagai program pengawasan koperasi dengan OPD Pembina Koperasi melalui sosialisasi dan bimbingan teknis yang lebih intensif, serta penyelenggaraan Dana Dekonsentrasi.
c. Meningkatkan data base dan informasi koperasi melalui koordinasi dengan berbagai pihak, Deputi terkait maupun OPD Pembina Koperasi.
d. Meningkatkan disiplin kerja pegawai melalui sistem reward and punishment. e. Implementasi SKP online pada tahun 2019. f. Mengoptimalkan fungsi pengendalian program dan kegiatan untuk
memastikan pencapaian sesuai target.
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . ..............................................................................................i
RINGKASAN EKSEKUTIF . ....................................................................................ii
DAFTAR ISI . ..........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL .....................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR . ...............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . ..............................................................................................2
1.2 Maksud dan Tujuan . .......................................................................................3
1.3 Tugas dan Fungsi . .........................................................................................3
1.4 Struktur Organisasi .........................................................................................4
1.5 Sumber Daya Manusia . ..................................................................................6
1.8 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja . .........................................................12
BAB II PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019-2024 . ..............15
2.2 Penetapan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 . ........................17
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Kinerja Tahun 2019 . .......................................................................20
3.3 Realisasi Anggaran Tahun 2019 . ..................................................................26
BAB IV PENUTUP .................................................................................................29
LAMPIRAN
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 iv
Daftar Tabel
Tabel I.1 Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Sektor Usaha
Tabel II.1 Perbandingan Tingkat Pendidikan Pegawai Deputi Bidang Pengawasan Tahun
2019 Dibandingkan dengan Tahun 2018
Tabel II.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Tahun 2018 dan 2019
Tabel II.2 Indikator Kinerja Utama Tahun 2018 dan 2019 Deputi Bidang Pengawasan
Tabel III.1 Persentase Jumlah Koperasi Yang Menurun Pelanggarannya Tahun 2019
Tabel III.2 Persentase Menurun Pelanggarannya Tahun 2019
Tabel III.3 Peningkatan Kesehatan Koperasi Hasil Penilaian Kesehatan
Tabel III.4 Data Jumlah LHP dan SK Sanksi tahun 2018 dan 2019
Tabel III.5 Rekapitulasi Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 v
Daftar Gambar
Gambar I.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan
Gambar I.2. Komposisi Pegawai Deputi Bidang Pengawasan Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2019
Gambar I.3. Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Kewenangan
Gambar II.1. Visi dan Misi Presiden serta Arah Kebijakan Pengawasan Koperasi Tahun
2020-2024
Gambar III.1. Perbandingan Jumlah Koperasi Primer Nasional dengan Pelaksanaan Penilaian
Kesehaan USP Koperasi
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 vi
Daftar Lampiran
1. Indikator Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Utama Tahun 2019
2. Bagan Struktur Organisasi dan Pejabat Deputi Bidang Pengawasan
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 1
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 2
1.1. Latar Belakang
Deputi Bidang Pengawasan yang didirikan sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor
62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM dan sebagai bentuk keseriusan
pemerintah dalam pembangunan koperasi di Indonesia untuk mewujudkan RPJP 2005-20025.
Pada tahap ketiga RPJP 2005-2025 dinyatakan mengenai pentingnya pembangunan perkoperasian.
Hal ini, sebagaimana amanat RPJMN 2015-2019 Buku Ketiga, bahwa pembangunan koperasi
merupakan salah satu strategi pembangunan perkotaan dan pengembangan desa dan kawasan
perdesaan 2015-2019, yaitu; (1) strategi pembangunan perkotaan adalah menyediakan dan
meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan jasa termasuk perbaikan pasar
rakyat, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) (hal. 2-23); (2) kebijakan
pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah membangun agribisnis kerakyatan melalui
pembangunan bank khusus untuk pertanian, UMKM, dan Koperasi (hal. 1-28).
Berdasarkan data ODS per 31 Desember 2018, jumlah koperasi di Indonesia saat ini
sebesar 138.140 unit. Jumlah ini terbagi lagi dalam wilayah kewenangan pusat sebesar 776 unit
dan daerah (prov, kab/kota) sebesar 137.364 unit. Jumlah tersebut terbagi dalam KSP sebanyak
20.852 unit (15,09%) dan non KSP sebesar 117.288 unit (84,91%). Jumlah non KSP terbagi lagi
dalam bidang usaha sektor riil dan unit usaha simpan pinjam. Adapun jumlah koperasi di
Indonesia berdasarkan sektor usaha adalah sebagai berikut:
Tabel I.1 Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Sektor Usaha
JENIS KSP Produsen Pemasaran Konsumen Jasa Total
Koperasi 16.316 2.861 43.636 3.394 66.207
KSP/USP 20.852 12.592 2.448 33.191 2.850 71.933
TOTAL 138.140
Sumber: ODS Per 31 Desember 2018
Kontribusi koperasi dalam perekonomian dirasa makin membaik dari tahun ke tahun dari
sebelumnya yang hanya 1,7% menjadi 3,99% kemudian meningkat menjadi 4,48%. Kontribusi ini
dirasa belum maksimal. Koperasi Indonesia dengan paham Pancasila yang berazaskan gotong
royong kekeluargaan jauh tertinggal dibandingkan dengan koperasi di negara-negara industri maju
yang menganut sistem ekonomi liberal/kapitalis. Koperasi di Indonesia akhir-akhir ini, justru
marak penyalahgunaan praktik perkoperasian banyak berkembang investasi illegal ataupun
praktik-praktik perbankan berkedok koperasi.
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 3
Bertolak dari hal-hal tersebut, terbentuknya Deputi Bidang pengawasan diharapkan mampu
mendorong koperasi untuk lebih menerapkan prinsip-prinsip koperasi melalui pelaksanaan
peraturan perundang-undangan sehingga anggota dan masyarakat sekitar akan merasakan
kemanfaatan keberadaan koperasi di wilayah tersebut. Koperasi sebagai badan usaha yang
berlandaskan azas kekeluargaan, diharapkan mampu membawa perekonomian Indonesia maju dan
berkembang untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Melalui upaya-upaya pengawasan oleh
pemerintah diharapkan koperasi lebih maju dan berkembangnya, selain upaya-upaya penumbuhan
koperasi dikalangan muda dan milenial.
Dalam hal akuntabilitas kinerja, penyempurnaan terus dilakukan melalui upaya-upaya
pencapaian outcome pengawasan koperasi dengan penetapan indikator kinerja yang sesuai selain
tata kelola pemerintah yang baik dan bersih di Deputi Bidang Pengawasan yang dituangkan
melalui rencaka kerja dan rencana aksi setiap tahunnya. Implementasi kebijakan dilakukan melalui
serangkaian kegiatan dimulai dari koordinasi, pemantauan, evaluasi, dan, baik tingkat
pusat/daerah maupun sektoral/lintas sektor, dan pelaksanaan analisa kebijakan untuk rancangan
kebijakan selanjutnya.
Untuk itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja pemerintah, Deputi
Bidang Pengawasan menerapkan aktif menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP). Salah satunya melalui evaluasi bulanan dalam laporan bulanan, triwulanan
dalam e-monev bappenas, dan tahunan dalam Laporan Kinerja agar pencapaian outcomes
mencapai hasil yang telah ditentukan. Hal ini ditunjukan melalui hasi penilaian akuntabilitas yang
dilakukan oleh Tim Inspektorat untuk kepentingan verifikasi lapangan tahun 2019, Deputi Bidang
Pengawasan memperoleh kategori penilaian A (memuaskan), dengan nilai 82.07.
1.2. Maksud dan Tujuan
Sebagaimana peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah mengamanatkan bahwa setiap Kementerian/Lembaga wajib
melaporkan pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya sebagai wujud pertanggungjawaban dalam
mencapai misi dan tujuan organisasi, serta menyampaikan Laporan Kinerja pada setiap akhir
tahun kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014,
Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang
dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Komponen dalam
penilaian SAKIP adalah a) perencanaan kinerja, terdiri dari: Renstra, rencana kinerja tahunan, dan
penetapan kinerja; b) pengukuran kinerja, yang meliputi: pemenuhan pengukuran, kualitas
pengukuran, dan implementasi pengukuran; c) pelaporan kinerja yang terdiri dari: pemenuhan
laporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja; d) evaluasi kinerja yang
terdiri dari: pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi; dan e)
pencapaian kinerja yang terdiri dari kinerja yang dilaporkan (dan outcome), dan kinerja lainnya.
Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 4
evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran
kinerja.
Maksud penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018 adalah
sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program dan
kegiatan selama satu tahun anggaran dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan
sebelumnya. Adapun tujuan penyusunan Laporan Kinerja adalah untuk menilai dan mengevaluasi
pencapaian kinerja dan sasaran Deputi Bidang Pengawasan selama tahun 2019, kemudian
memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan
seharusnya dicapai, dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah
untuk meningkatkan kinerjanya.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu simpulan yang
dapat menjadi salah satu masukan dan feedback dalam rangka meningkatkan kinerja dan referensi
dalam menetapkan kebijakan dan strategi selanjutnya.
1.3. Tugas dan Fungsi
Sebagaimana amanat yang teruang dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015
tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengawasan
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi
pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,
pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan penilaian
kesehatan usaha simpan pinjam serta menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,
pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan
penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;
2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan
perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam,
penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;
3. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan
perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam,
penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;
4. Pelaksanaan administrasi Deputi Bidang Pengawasan; dan
5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.
1.4. Struktur Organisasi
Deputi Bidang Pengawasan dipimpin oleh Deputi yang berada di bawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Menteri. Deputi Bidang Pengawasan terbentuk semenjak tahun 2016, serta
menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 5
Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM, dan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha
Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor 08/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah sebagaimana struktur
organisasi Deputi Bidang Pengawasan (Lampiran 1), dibantu oleh 6 (enam) Eselon II, yaitu:
Gambar I.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan
Pada jajaran struktural, unit kerja Sekretariat Deputi meliputi Sekretaris Deputi yang
mengkoordinasikan Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bagian. Sedangkan unit kerja Asisten
Deputi meliputi Asisten Deputi yang mengkoordinasikan para Kepala Bidang, dan Kepala Sub-
bidang. Implementasi dari tugas dan fungsi tersebut diterjemahkan ke dalam activity process
(proses kegiatan) di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan yang ditetapkan sebagai berikut :
1. Kajian kebijakan,
Dalam tahap ini, biasanya merupakan hasil suatu diskusi ataupun respons terhadap
perkembangan situasi yang terjadi yang diputuskan untuk perlu dibuatkan pedoman atau
peraturannya. Keberhasilan pelaksanaan aktivitas ini ditandai dengan banyaknya kajian
kebijakan yang diselesaikan;
2. Perumusan kebijakan/regulasi,
Pada tahap ini, dilakukan kegiatan perumusan dan penyusunan kebijakan yang telah
disepakati berdasarkan hasil kajian sebelumnya. Keberhasilan kegiatan ini ditandai dengan
banyaknya kebijakan yang disusun dan diselesaikan;
3. Sosialisasi kebijakan,
Tahap selanjutnya adalah melakukan sosialisasi kebijakan atau peraturan yang telah disusun
dengan maksud untuk memperkenalkan kebijakan/peraturan yang baru tersebut kepada para
stakeholders Deputi Bidang Pengawasan sehingga mereka memahami dan dapat
menerapkannya sesuai dengan keputusan Pemerintah. Keberhasilan dari kegiatan sosialisasi
ini ditandai dengan puasnya masyarakat terhadap kualitas informasi publik;
4. Implementasi kebijakan,
Setelah dilakukan sosialisasi, maka stakeholders yang berkepentingan atau terkait dengan
kebijakan tersebut segera menerapkan dan melaksanakan ketentuan atau aturan yang telah
ditetapkan tersebut. Aktivitas ini akan dinyatakan berhasil apabila dari hasil evaluasi,
DEPUTI
Asdep
Kepatuhan
Asdep
Pemeriksaan
Kelembagaan
Asdep
Pemeriksaan
USP
Asdep
Penilaian
Kesehatan
USP
Asdep
Penerapan
Sanksi
Sekretaris
Deputi
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 6
menunjukkan bahwa jumlah stakeholders yang menerapkan kebijakan meningkat cukup
signifikan;
5. Monitoring dan evaluasi,
Pada tahap ini, dilakukan monitoring atas pelaksanaan kebijakan/peraturan oleh setiap
K/L/Pemda dan dievaluasi prosesnya. Apabila terjadi kelemahan atau kesalahan dalam
penerapannya yang ditandai dengan banyaknya komplain atas penerapan
kebijakan/peraturan yang harus diselesaikan, maka keberhasilan atas tahap ini ditunjukkan
dengan indikator Persentase penyelesaian gugatan produk hukum.
6. Laporan dan tindak lanjut,
Dalam tahap yang terakhir ini, berhubungan dengan kegiatan penyusunan laporan hasil
pelaksanaan implementasi kebijakan dan penyelesaian tindak lanjut atas permasalahan yang
timbul selama implementasi berjalan. Keberhasilan atas kegiatan ini ditunjukkan dengan
tersusunnya laporan atas implementasi dan tindak lanjut rekomendasi dengan baik.
1.5. Sumber Daya Manusia
Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2019 memiliki sumber daya manusia sebanyak 82
orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan 1 orang PNS diperbantukan di LPDB-KUMKM dan 1
orang pegawai mengalami sakit (tidak aktif di kantor). Saat ini, kualitas pegawai Deputi Bidang
Pengawasan cukup baik, tercermin dari peningkatan komposisi pegawai dari tingkat pendidikan,
yaitu:
Gambar I.2 Komposisi Pegawai Deputi Bidang Pengawasan
Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2019
Sumber: Data survei, 31 Desember 2019
Penempatan pegawai di Deputi Bidang Pengawasan belum berdasarkan kompetensi. Namun
demikian, Deputi Bidang Pengawasan aktif melakukan pengembangan kompetensi pegawai baik
melalui pemanfaatan pelatihan yang difasilitasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM dan atau
difasilitasi langsung oleh Deputi Bidang Pengawasan sendiri. Selain itu, beberapa pegawai juga
melakukan pengembangan kapasitas secara mandiri melalui jenjang pendidikan/perkuliahan.
S226%
S162%
D36%
SMA6%
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 7
Data tingkat pendidikan pegawai Deputi Bidang Pengawasan tahun 2019 dibandingkan tahun
2018 adalah sebagai berikut:
Tabel I.2 Perbandingan Tingkat Pendidikan Pegawai Deputi Bidang Pengawasan
Tahun 2019 Dibandingkan dengan Tahun 2018
Tingkat Pendidikan 2018 2019
S2 22 21
S1 53 51
D3 5 5
SMA 5 5
Jumlah 85 82
Sumber: Data survei, 31 Desember 2019
Terdapat penurunan jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan S1 karena pada tahun 2019 karena
pada tahun ini terdapat 3 orang pegawai dengan tingkat pendidikan S1 yang telah menyelesaikan
pendidikan S2, dan terdapat 4 orang pegawai yang telah purna tugas, yaitu: 3 orang S2 adalah 2
orang Eselon 2 dan 1 orang Eselon 3, 1 orang S1 adalah 1 orang Eselon 3, selain terdapat 1 orang
pegawai dengan tingkat pendidikan S2 yang meninggal dunia dan penerimaan 5 orang CPNS
dengan tingkat pendidikan S1.
Terkait kedisiplinan pegawai, penerapan sistem reward and punishment pegawai Deputi
Bidang Pengawasan baru sebatas tidak hadir terlambat dan pulang cepat yang dikonversikan
melalui tunjangan kinerja atau dengan kata lain kriteria keuangan. Menurut Mahmudi (2015:177),
terdapat 2 (dua) kriteria kinerja sebagai dasar pemberian penghargaan, kriteria keuangan dan
nonkeuangan. Pegawai yang hadir sebelum batas waktu dan pulang setelah batas waktu yang
ditetapkan akan mendapatkan reward tunjungan kinerja sesuai dengan ketentuan. Sedangkan
pegawai yang tidak memenuhi jam kehadiran tersebut, akan mendapatkan punishment berupa
pemotongan tunjangan kinerjanya.
Selama Tahun 2019, terdapat beberapa hambatan dan permasalahan yang berkaitan dengan
Sumber Daya Manusia yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang
Pengawasan, antara lain:
a. Komposisi SDM belum ideal sesuai dengan kebutuhan, baik secara kuantitas maupun kualitas
dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja.
b. Belum optimalnya sistem jalur karier, promosi, rotasi dan mutasi untuk mendorong motivasi
kerja pegawai.
Potensi dan Isu Strategis
Jumlah koperasi yang cukup besar yaitu sebesar 138.140 unit merupakan potensi koperasi
untuk berperan dalam peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia dengan catatan koperasi
menjalankan usahanya sesuai dengan peraturan perkoperasian dengan pemanfaatan sebesar-
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 8
besarnya untuk kepentingan anggota. Hal ini tentu akan menjadi pendorong kesejahteraan
masyarakat di Indonesia.
Namun demikian, tidak semua koperasi menjalankan usahanya sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Banyak koperasi melakukan praktik-praktik menyimpan misalnya koperasi
berpraktik selayaknya baik bank, atau investasi illegal. Adanya Deputi Bidang Pengawasan
diharapkan mampu mendongkrak kesejahteraan anggota koperasi melalui penerapan prinsip-
prinsip koperasi, dari-oleh-untuk anggota, sehingga lebih lanjut mampu mensejahterakan
masyarakat Indonesia dan berkontribusi terhadap perekonomian di Indonesia. Hal tersebut
tertuang jelas dalam Pasal 3 UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi
bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta
ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini
merupakan harapan yang panjang karena pembangunan koperasi hanya merupakan salah satu
faktor pendorong tidak langsung.
Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah maka urusan Koperasi masuk dalam urusan pemerintahan wajib dengan pembagian sub
urusan pengawasan dan pemeriksaan koperasi sesuai dengan wilayah keanggotaan koperasi.
Kementerian Koperasi dan UKM c.q. Deputi Bidang Pengawasan bertanggung jawab terhadap
Koperasi dengan wilayah keanggotaan lintas provinsi. Adapun pembagian wewenang dan
tanggung jawab pengawasan koperasi berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014, dapat terlihat
dalam Gambar I.2.
Gambar I.3. Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Kewenangan
Data ODS Per 31 Desember 2018
Pusat 776 (1%) Prov/DI 4,672
(3%)
Kab/Kota
132,692 (96%)
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 9
UU nomor 23 tahun 2014 yang membawa implikasi pembagian kewenangan koperasi
tersebut, memerlukan tindak lanjut upaya koordinasi agar terjadi sinergi pengawasan koperasi di
pusat dan daerah. Upaya koordinasi dilakukan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas)
Pengawas Koperasi Daerah Selindo, yang upaya peningkatan sinergitasnya dilakukan melalui
fasilitasi dana dekonsentrasi Satgas Pengawas Koperasi. Jumlah Satgas tahun 2018 dan 2019
tidak ada perubahan sebanyak 1.712 yang tersebar sampai tingkat Kabupaten/Kota Selindo.
Sementara itu, tantangan pengembangan koperasi ke depan yang saling berkaitan yaitu (i)
menjadikan koperasi sebagai wadah usaha bersama yang menjadi pilihan untuk meningkatkan
kualitas penghidupan masyarakat; (ii) meningkatkan kontribusi koperasi dalam perekonomian;
dan (iii) meningkatkan posisi tawar koperasi dalam kondisi pasar yang semakin dinamis yang
dirangkum dalam satu kata yaitu meningkatkan citra positif koperasi Indonesia.
Penanganan terhadap permasalahan dan tantangan pengembangan koperasi membutuhkan
perbaikan paripurna dari sistem perkoperasian di Indonesia. Hal ini mengingat kondisi koperasi
saat ini masih dipengaruhi oleh krisis ideologi, krisis jatidiri dan krisis kaderisasi. Krisis ideologi
merupakan dampak dari proses Amandemen UUD 1945 yang menjadikan posisi koperasi tidak
lagi menjadi salah satu pilar dalam struktur perekonomian nasional. Krisis jatidiri merupakan
dampak dari citra koperasi yang menurun karena berbagai masalah akuntabilitas. Sementara itu
krisis kaderisasi merupakan dampak dari krisis ideologi dan jatidiri yang muncul dalam bentuk
rendahnya pemahaman dan motivasi generasi muda untuk berkoperasi.
Penanganan berbagai tantangan dan permasalahan tersebut di atas juga membutuhkan
dukungan kebijakan yang seimbang antara keberpihakan dan pembangunan kemandirian. Hal ini
mengingat sebagian besar koperasi masih berada pada skala kecil, sehingga keberpihakan
dibutuhkan untuk membangun semangat dan keyakinan berkoperasi di kelompok akar rumput. Di
sisi lain, pembangunan kemandirian koperasi perlu dikedepankan mengingat koperasi merupakan
organisasi yang berbasis anggota serta memiliki nilai dan prinsip-prinsip partisipasi, kebersamaan
dan kemandirian. Pelaksanaan dua kebijakan tersebut membutuhkan koordinasi dan kerjasama
antara pemerintah dan gerakan koperasi, serta pemangku kepentingan lainnya.
Begitupun, pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan koperasi juga menghadapi
tantangan dalam pengelolaan organisasi di Deputi Bidang Pengawasan sebagai berikut:
1. Peningkatan kapasitas SDM, peningkatan pemahaman dan pengetahuan teknis SDM tentang
regulasi dan aspek-aspek pengawasan koperasi perlu dilakukan secara terus-menerus dan
berjenjang. Hal ini penting mengingat aparatur pengawas koperasi di pusat sebelumnya lebih
banyak menangani UKM, dan tingginya tingkat mutasi di daerah yang mengakibatkan
kapasitas aparat pengawas koperasi di daerah harus di-maintenance terus menerus.
2. Peningkatan teknis pengawasan koperasi, tata kelola organisasi, sarana dan prasarana.
Perbaikan pelaksanaan program dan kegiatan melalui perbaikan prosedur perencanaan
kegiatan, pelaksanaan pengawasan, meliputi pemeriksaan rutin, sewaktu-waktu, dan penerapan
sanksi serta monitoring dan evaluasi kegiatan. Upaya perbaikan tersebut perlu didukung
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 10
dengan keterbukaan informasi tentang program dan kegiatan yang dapat diakses koperasi dan
UMKM, serta masyarakat. Di sisi organisasi, pengoptimalan sumberdaya, sarana dan
prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas hasil kerja. Tantangan ini perlu ditangani
seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi dimana Kementerian Koperasi dan UKM c.q.
Deputi Bidang Pengawasan dituntut untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara
tersistem dan terukur berdasarkan pedoman yang baku (standar kerja dan Standar Pelayanan
Minimal/SPM).
3. Penguatan basis data dan sistem informasi perlu didasarkan pada data dan informasi mengenai
koperasi dalam rangka meningkatkan ketepatan sasaran kebijakan dan program, serta efisiensi
penggunaan sumber daya. Penguatan basis data dan sistem informasi juga perlu melibatkan
Pemda dan gerakan koperasi.
4. Peningkatan koordinasi, sinergi dan kerjasama pengawasan koperasi, antara pusat dan daerah,
gerakan koperasi, dan masyarakat. Hal ini sebagai dampak dari kebijakan pengawasan
koperasi sesuai wilayah keanggotaannya dan otonomi daerah. Payung hukum pelaksanaan
pengawasan di pusat dan daerah perlu diperkuat, selain koordinasi yang lebih baik dalam
rangka mengevaluasi lingkup dan jangkauan pengawasan koperasi secara paripurna, serta
mengoptimalkan partisipasi pemangku kepentingan untuk perbaikan kinerja pengawasan
koperasi.
1.6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 53 Tahun 2014 mengenai Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata
Cara reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Laporan Kinerja Deputi Bidang
Pengawasan Tahun 2017 disusun dengan sistematika sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi
serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Tugas Poko dan Fungsi Unit Satker dan BLU
D. Sumber Daya Manusia
E. Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja
2. Bab II Perencanaan Kinerja
Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.
A. Renstra Unit Satker
1. Sasaran, IKU, dan Target
2. Sasaran strategis dan program kegiatan yang mendukung pencapaian target sasaran
strategis
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 11
3. Bab III
A. Capaian Kinerja Organisasi
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi sesuai dengan hasil pengukuran
kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Uraian pada masing-
masing sasaran strategis meliputi:
1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2018
2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018 dengan 2017
3. Program/kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran strategis beserta hasilnya
4. Analisis penyebab keberhasilan dan/atau kegagalan serta peningkatan dan/atau
penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan
5. Analisis atas efisiensi penggunaan anggaran
6. Analisis evaluasi dampak langsung (outcome).
B. Realisasi Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi angaran yang digunakan dan yang telah digunakan
untuk mencapai target kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
4. Bab IV Penutup
Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta rekomendasi dan
langkah yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan dating untuk meningkatkan
kinerja.
Lampiran:
1) Perjanjian Kinerja
2) Dokumen lain yang dianggap perlu
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 12
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 13
1.1. Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019
A. Visi dan Misi
Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan tahun 2015-2019 sebagaimana
tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-
2019, Deputi Bidang Pengawasan sebagai unit Pengawasan Koperasi di Deputi Bidang
Pengawasan menetapkan visi dan misi organisasi yang dituangkan dalam Rencana Strategis
(Renstra) Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019.
Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan mencakup sasaran strategis yang merupakan
penjabaran dari sasaran umum dan gambaran pencapaian tujuan Deputi Bidang Pengawasan.
Sasaran strategis dilengkapi dengan target kinerja yang dapat menjadi ukuran keberhasilan dalam
pencapaian visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan, yang penetapannya memperhatikan sasaran
strategis nasional yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015- 2019 bidang Koperasi dan UMKM untuk:
“Meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha
yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung
kemandirian perekonomian nasional”
Visi dan Misi Kementerian Koperasi dan UKM mengacu pada Visi dan Misi Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla, yaitu:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan
Gotong Royong”
Untuk mendukung visi dan misi tersebut, maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, visi
Deputi Bidang Pengawasan adalah :
“Menjadi unit pengawas koperasi yang kredibel dan efektif yang mampu mewujudkan
koperasi yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri”
Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 2 (dua) misi, yaitu:
1. Mewujudkan pengawasan koperasi yang kredibel dan efektif.
2. Meningkatkan koperasi yang sehat, tangguh, dan mandiri sesuai dengan jati diri koperasi.
Upaya pencapaian visi Deputi Bidang Pengawasan selain dilakukan secara bersama oleh
seluruh unit di Deputi Bidang Pengawasan juga harus dilakukan bersama-sama dengan Unit
Pembina Koperasi di Kementerian Koperasi dan UKM, yaitu terutama dengan Deputi Bidang
Kelembagaan, Deputi Bidang Pembiayaan, dan Deputi Bidang Pengembangan SDM.
Namun demikian, pada Kabinet Indonesia Maju jilid II tahun 2019-2024 Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan bahwa Visi dan Misi hanya ada pada
tingkat Pimpinan Kabinet (Presiden), sehingga Visi dan Misi tidak pada setiap K/L untuk
menghindari K/L berjalan sendiri-sendiri mengikuti Visi dan Misi masing-masing K/L tanpa
mempertimbangkan Visi dan Misi Presiden selaku Pimpinan Kabinet. Lima arahan Presiden Joko
Widodo untuk tahun 2021-2024 adalah: Pembangunan infrastruktur, Pembangunan SDM,
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 14
Mendorong investasi, Reformasi birokrasi, dan Penggunaan APBN yang tepat, Kelima arahan atau
Visi dan Misi Presiden tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam program strategis Deputi Bidang
Pengawasan yang akan dilaksanakan pada periode tahun 2020-2024.
Gambar II.1. Visi dan Misi Presiden serta Arah Kebijakan Pengawasan Koperasi Tahun
2020-2024
B. Tujuan dan Capaian Indikator Tujuan
Dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan, maka visi dan misi
tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa rumusan
tujuan strategis (strategic goals) organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran atau
implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu)
sampai 5 (lima) tahun. Sehingga, Deputi Bidang Pengawasan dapat secara tepat mengetahui apa
yang harus dilaksanakan oleh unit organisasi dalam memenuhi visi misinya untuk kurun waktu
satu sampai lima tahun ke depan dan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang
dimiliki. Lebih lanjut, perumusan tujuan strategis ini juga memungkinkan Deputi Bidang
Pengawasan untuk mengukur sejauhmana visi dan misi unit organisasi telah dicapai mengingat
tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi dan misi unit organisasi. Untuk itu, setiap tujuan
strategis yang ditetapkan akan memiliki indikator kinerja (performance indicator) yang terukur.
Adapun tujuan strategis Deputi Bidang Pengawasan adalah:
“Mewujudkan koperasi yang sesuai dengan peraturan perundangan”
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 15
Tujuan strategis ini menekankan upaya untuk mewujudkan koperasi yang sesuai dengan
peraturan perundangan terhadap Koperasi Primer Nasional 776 unit (data ODS, 31 Desember
2018). Pengawasan koperasi dilakukan melalui pemeriksaan koperasi, penilaian kesehatan USP
koperasi, kerja sama dengan instansi terkait (OJK, PPATK & Bank Dunia), koordinasi dan
sinergitas dengan OPD Pembina Koperasi khususnya pengawas koperasi tingkat provinsin dan
kabupaten/kota, penyusunan kebijakan serta review atau evaluasi kebijakan pengawasan koperasi
yang menekankan terhadap terlaksananya pengawasan koperasi secara efektif dan efisiensi secara
menyeluruh melalui peningkatan kualitas tata kelola birokrasi dan profesionalisme kerja yang
baik. Selain itu, partisipasi pengawasan juga mengindikasikan adanya upaya perbaikan yang
dilakukan oleh gerakan koperasi untuk menjalankan aktivitas perkoperasiannya sesuai dengan
prinsip dan jatidiri koperasi. Upaya-upaya ini yang dilakukan melalui penerapan pembinaan
melalui sanksi administratif, penguatan terhadap sistem pengawasan internal koperasi, diseminasi
dan advokasi perkoperasian serta kerja sama dengan instansi pemerintah sehingga terjadi
peningkatan kesadaran dan kepatuhan koperasi terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
Lebih lanjut, tujuan tersebut dapat dilihat pada tabel II.1.
Tabel II.1.
Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Tahun 2018 dan 2019
2018 2019
Tujuan Indikator Kinerja
Tujuan Tujuan
Indikator Kinerja Tujuan
Terwujudnya
Koperasi yang sesuai
peraturan
Perundangan
Partisipasi pengawasan koperasi melalui Sistim Pengawasan Koperasi
Mewujudkan koperasi yang sesuai dengan peraturan perundangan
Menurunnya pelanggaran koperasi
1.2. Penetapan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 merupakan perwujudan
kesepakatan dalam menetapkan kinerja sesuai tujuan dan sasaran pada Rencana Strategis Deputi
Bidang Pengawasan. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 akan
menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh Deputi Bidang Pengawasan dalam
suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Perjanjian kinerja
Deputi Bidang Pengawasan yang merupakan pernyataan dari indikator kinerja dari tahun ke tahun
mengalami penyempurnaan sebagai ukuran capaian kinerja yang bersifat outcome dan
sebagaimana rekomendasi laporan kinerja tahun 2018, maka telah dilakukan pembahasan
untuk menentukan indikator kinerja Deputi Bidang Pengawasan yang lebih tepat untuk
pencapaian kualitas kerja yang lebih baik.
Penyusunan Perjanjian Kinerja ini dimulai dengan rumusan Rencana Strategis yang
dilanjutkan dengan menjabarkan rencana lima tahunan tersebut ke dalam rencana kerja tahunan.
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 16
Berdasarkan rencana kerja tersebut, maka diajukan dan disetujui anggaran yang dibutuhkan untuk
membiayai rencana kerja tahunan, yang kemudian ditetapkan dalam suatu Perjanjian Kinerja yang
merupakan kesanggupan dari penerima mandat untuk mewujudkan kinerja seperti yang telah
direncanakan. Informasi yang disajikan dalam Perjanjian Kinerja ini meliputi Program, Sasaran
Strategis, Indikator Kinerja, Target Kinerja, dan Alokasi Anggaran. Perjanjian Kinerja Deputi
Bidang Pengawasan tahun 2019, diimplementasikan melalui 2 (dua) program sebagai berikut:
1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.
2) Program Penguatan Kelembagaan Koperasi.
1. Sasaran, IKU, dan Target
Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan penjabaran dari tujuan yang telah
ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan
dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui
serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja
(performance plan). Penetapan sasaran yang diperlukan untuk memberikan fokus pada
penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau
operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran Deputi Bidang
Pengawasan merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis yang menjadi dasar
kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan serta
lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh, yang
berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan. Sasaran
yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan
demikian, apabila seluruh sasaran yang ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis
terkait juga dapat dicapai.
Sasaran strategis, indikator kinerja utama Deputi Bidang Pengawasan sebagaimana pada
Tabel II.2.
Tabel II.2 Indikator Kinerja Utama Tahun 2018 dan 2019
Deputi Bidang Pengawasan
2018 2019
Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Target Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target
Terwujudnya
efektivitas
pengawasan
koperasi
1. Persentase
koperasi yang
kelembagaan dan
pengelolaan
usahanya sesuai
dengan peraturan
perkoperasian.
15% Terwujudnya
koperasi yang patuh
dan sehat
1. Persentase
menurunnya
pelanggaran koperasi.
15%
2. Persentase
sertifikat yang
diterbitkan dari
hasil penilaian
kesehatan.
70% 2. Persentase kesehatan
koperasi
10%
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 17
2018 2019
Sasaran
Strategis Indikator Kinerja
Target Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Target
3. Persentase
penanganan
rekomendasi
laporan hasil
pemeriksaan
(LHP) terhadap
koperasi
50% 3. Persentase
koperasi yang
direhabilitasi
5%
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 18
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 19
1.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019
Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja
dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan
akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai
untuk memudahkan terwujudnya organisasi akuntabel. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan antara kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan.
Pengukuran kinerja ini dilakukan secara berkala (bulanan/triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan
pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerja instansi
pemerintah. Evaluasi dan analisis pencapaian kinerja berdasarkan atas hasil pencapaian
pengukuran kinerja pada masing-masing pencapaian strategis yang telah ditetapkan dalam
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019. Hal ini dimaksudkan untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pencapaian pelaksanaan kegiatan Deputi Bidang Pengawasan sesuai
dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Deputi Bidang
Pengawasan Tahun 2015-2019 (telah mengalami beberapa kali revisi dalam upaya untuk mencapai
optimalisasi kinerja berdasarkan ukuran kinerja yang dibuat) dalam mendukung keberhasilan
kinerja Kementerian Koperasi dan UKM. Hasil evaluasi kinerja utama dalam Perjanjian Kinerja
Deputi Bidang Pengawasan adalah sebagai berikut:
Sasaran Strategis: Terwujudnya efektivitas pengawasan koperasi
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian
2018 2019
Terwujudnya koperasi
yang patuh dan sehat
1. Persentase menurunnya
pelanggaran koperasi.
15% Belum dihitung
(baru menjadi
indikator kinerja
tahun 2019)
75% Aspek keptuhan
80% Aspek kelembagaan
100% Aspek USP
100% Aspek USP Syariah
2. Persentase kesehatan
koperasi
10% 20% 50%
3. Persentase koperasi yang
direhabilitasi
5% 8,51 18,52
Keterangan: Tidak dapat membandingkan kinerja antara tahun 2018 dengan tahun 2019 karena terjadi perubahan
indikator kinerja pada tahun 2019, selain itu koperasi yang dinilai kesehatannya berbeda dengan
koperasi tahun sebelumnya.
1. Indikator Kinerja 1 :
Persentase menurunnya pelanggaran koperasi sebesar 15%
a. Penurunan pelanggaran koperasi dari aspek kepatuhan koperasi adalah sebesar 45% pada 9
koperasi dari 20 koperasi yang diperiksa atau 75% dari 12 koperasi sama yang dinilai
kepatuhannya pada tahun 2019. Dengan kata lain skor kepatuhan mengalami peningkatan
mengalami peningkatan sebesar 23.88%.
b. Penurunan pelanggaran koperasi dari aspek kelembagaan koperasi sebesar 52,17% pada 12
koperasi dari 23 koperasi yang diperiksa atau 80% dari 15 koperasi sama yang diperiksa
kelembagaannya tahun 2019 (tahun 2018 sebanyak 126 temuan pelanggaran sedangkan
tahun 2019 sebanyak 57 temuan pelanggaran atau menurun 54.76%).
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 20
c. Penurunan pelanggaran dari aspek usaha simpan pinjam adalah sebesar sebesar 60% pada
6 KSP/USP yang yang diperiksa kembali pada tahun 2019 (7 temuan pelanggaran pada
tahun 2019 dari sebelumnya sebanyak 18 temuan pelanggaran atau menurun 61.11%), dan
sebesar 80% pada 8 KSPPS/USPPS yang diperiksa kembali pada tahun 2019 (11 temuan
pelanggaran pada tahun 2019 dari sebelumnya sebanyak 21 temuan pelanggaran atau
menurun 47.62).
Tabel III.1 Persentase Jumlah Koperasi Yang Menurun Pelanggarannya Tahun 2019
No Uraian
Jumlah Koperasi
Total
penilaian/
pemeriksaan
Jumlah
koperasi
yang sama
Koperasi yang
berubah positif
% perubahan
dari total yang
diperiksa
% perubahan
dari total
yang sama
1 Aspek Kepatuhan 20 12 9 45 75
2 Aspek Kelembagaan 23 15 12 52,17 80
3 Asdep usaha simpan pinjam
koperasi 10 7 7 70 100
4 Aspek usaha simpan pinjam
koperasi syariah 10 8 8 80 100
Sumber: Asdep Penerapan Kepatuhan, Asdep Pemeriksaan Kelembagaan, dan Asdep Pemeriksaan Usaha
Simpan Pinjam tahun 2019
Tabel III.2 Persentase Menurun Pelanggarannya Tahun 2019
No Uraian
Skor kepatuhan/ temuan pelanggaran
kelembagaan dan usaha simpan pinjam
Tahun
sebelumnya 2019 % Perub
1 Aspek Kepatuhan 795.65 985.65 23.88
2 Aspek Kelembagaan 126 57 -54.76
3 Asdep usaha simpan pinjam
koperasi 18 7 -61.11
4 Aspek usaha simpan pinjam
koperasi syariah 21 11 -47.62
Sumber: Asdep Penerapan Kepatuhan, Asdep Pemeriksaan Kelembagaan, dan Asdep Pemeriksaan Usaha
Simpan Pinjam tahun 2019
Keterangan: Tabel III. 2 bahwa semakin tinggi skor kepatuhan semakin baik peringkat
kepatuhan. Hal ini berbanding terbalik dengan aspek kelembagaan dan aspek usaha simpan
pinjam yang menilai berdasarkan jumlah pelanggaran, yaitu semakin rendah pelanggaran
yang dilakukan oleh koperasi, maka semakin baik koperasi tersebut dengan kata lain koperasi
telah melakukan rekomendasi hasil pengawasan sehingga meminimalisir pelanggaran yang
dilakukan oleh koperasi (tanda minus artinya penurunan pelanggaran).
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 21
Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2019
Karena pada tahun 2019 terjadi perubahan indikator kinerja, maka perbandingan kinerja tahun
2018 dengan 2019 belum dapat dibandingkan. Namun demikian, penurunan pelanggaran
tersebut sudah menunjukan kinerja yang cukup memuaskan dilihat dari jumlah koperasi yang
mengalami perubahan positif (skor kepatuhan meningkat atau jumlah pelanggaran menurun).
Faktor-faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019
- Dukungan SDM yang kompeten dalam memeriksa koperasi dan USP Koperasi.
Rekomendasi
- Perlu dukungan anggaran yang memadai
- Dukungan data base koperasi yang valid
- Perlu pembahasan lebih lanjut untuk menetapkan IKU yang lebih tepat bagi Deputi
Bidang Pengawasan.
2. Indikator Kinerja 2 :
Persentase kesehatan koperasi sebesar 10%
Penilaian kesehatan pada 19 KSP/USP di 8 Provinsi, yaitu: Sumatera Selatan, Lampung,
Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara
Timur, dan Sulawesi Selatan; sedangkan penilaian kesehatan KSPPS/USPPS pada 15
KSPPS/USPPS, di 5 Provinsi, yaitu; Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa
Timur dapun hasil penilaian kesehatan tersebut adalah:
KSP/USP Koperasi :
1. Sehat : 7 KSP/USP
2. Cukup Sehat : 12 KSP/USP
3. Dalam Pengawasan : 0 KSP/USP
4. Tidak dapat dinilai kesehatan : 0 KSP/USP
KSPPS/USPPS Koperasi :
1. Sehat : 8 KSPPS/USPPS
2. Cukup Sehat : 7 KSPPS/USPPS
3. Dalam Pengawasan : - KSPPS/USPPS
4. Tidak dapat dinilai kesehatan : - KSPPS/USPPS
Data penilaian kesehatan koperasi tahun 2018 dan 2019 adalah sebagai berikut:
Gambar III.1 Perbandingan Jumlah Koperasi Primer Nasional dengan Pelaksanaan
Penilaian Kesehaan USP Koperasi
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 22
Tabel III.3
Peningkatan Kesehatan Koperasi Hasil Penilaian Kesehatan
No Uraian 2018 2019
1 Koperasi yang dikunjungi 100 30
2 Koperasi yang berhasil dipenkes 97 34
3 Usaha SP Kop dinyatakan sehat 20 15
4 Usaha SP Kop dinyatakan cukup sehat 63 19
5 Usaha SP Kop dinyatakan dalam
pengawasan 14 0
6 Usaha SP Kop tidak dapat diperiksa 3 0
7 Sertifikat yang diterbitkan 83 34
Sumber: Asdep Penilaian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam
Dari Tabel III.2 diketahui bahwa persentase koperasi dengan kategori sehat mengalami
peningkatan dari sebelumnya sebesar 20% dan pada tahun 2019 sebesar 50%. Namun, apabila
dibandingkan dengan jumlah Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi Nasional yaitu sebesar 558
USP Primer Nasional, jumlah tersebut masih sangat kecil.
Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2019
Pelaksanaan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam koperasi memerlukan koordinasi karena
persyaratan penilaian kesehatan bahwa koperasi yang dapat dinilai kesehatannya adalah
koperasi yang telah melaksanakan RAT, dan bagi koperasi yang volume usahanya sudah
mencapai Rp. 2,5 M atau lebih harus sudah dilakukan audit eksternal dari Kantor Akuntan
Publik. Selain itu, jumlah koperasi yang dikunjungi mengalami penurunan karena alokasi
dana/anggaran penilaian kesehatan mengalami penurunan dari tahun 2018. Hal ini
berpengaruh terhadap sertifikat yang diterbitkan.
Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019
Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:
- Dukungan SDM yang kompeten dalam melakukan penilaian kesehatan usaha simpan
pinjam koperasi.
Rekomendasi
0
200
400
600
558
34
USP Kop Nasional Penkes
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 23
- Perlu dukungan anggaran yang memadai
- Dukungan data base koperasi yang valid
3. Indikator Kinerja 3 :
Persentase koperasi yang direhabilitasi sebesar 5%
LHP yang masuk berjumlah 91 (Sembilan puluh satu) sepanjang tahun 2019, terdiri
dari LHP yang berasal dari Asdep Pemeriksaaan Kelembagaan berjumlah 34 (tiga puluh
empat), dari Asdep Pemeriksaaan Usaha Simpan Pinjam berjumlah 53 (lima puluh tiga) LHP,
dan Pemeriksaan Terpadu berjumlah 4 LHP. Dari sejumlah LHP tersebut telah diterbitkan 54
(Lima puluh empat) Surat Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan
UKM tentang Pemberian Sanksi Administratif sepanjang tahun 2019, berupa Teguran Tertulis
I, terhadap Koperasi yang melakukan pelanggaran.
Tabel III.4 Data Jumlah LHP dan SK Sanksi tahun 2018 dan 2019
Variabel 2018 2019
LHP masuk 149 92
LHP yang dibahas 99 91
LHP yang tdk dikenakan sanksi 52 37
SK Sanksi 47 54
Pemantauan Kop Kena Sanksi 20 53
Rehabilitasi/penghapusan sanksi 4 10
% Rehabilitasi dari koperasi yang
dikenakan sanksi 8,51 18,52
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 10 koperasi yang mendapatkan
rehabilitasi/penghapusan sanksi atau dengan kata lain Persentase koperasi yang
menindaklanjuti pelanggaran dari 54 SK Sanksi yang dikeluarkan atau sebesar 18,52%.
Sebagian besar LHP yang tidak diproses menjadi SK Sanksi berjumlah 37 (tiga puluh
tujuh) dikarenakan:
• Pembinaan terhadap koperasi
• Tidak ditemukan alamatnya
• Akan diperiksa kembali pada tahun 2020
• Dalam temuan LHP Tidak ada pelanggaran
• Sedang dalam masa pemantauan oleh Bidang Pemantauan Asdep Penerapan Sanksi
• Koperasi ada perbaikan terhadap pelanggaran yang dilakukan, tim pemeriksa
menyampaikan bahwa koperasi bertindak kooperatif dan bersedia melakukan perbaikan.
Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2019
Kendala dan permasalahan pencapaian target tahun 2019 adalah kesadaran koperasi untuk
menindaklanjuti hasil rekomendasi penerapan sanksi (faktor eksternal).
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 24
Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019
Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:
- Dukungan SDM yang kompeten dalam penerapan sanksi.
Rekomendasi
- Dukungan anggaran yang memadai
- Dukungan data base koperasi yang valid
- Perlunya sinkronisasi dan kejelasan regulasi antara pemeriksaan dengan penerapan sanksi,
karena dalam peraturan penerapan sanksi tidak membedakan lamanya koperasi berdiri,
namun dari sisi pemeriksaan hal ini menjadi pertimbangan untuk tidak diberikan sanksi.
- Agar dilakukan pemilahan LHP yang masuk ke Asdep Penerapan Sanksi, yaitu berupa
temuan pelanggaran saja, sedangkan temuan pembinaan agar langsung dikirimkan kepada
Deputi Bidang Kelembagaan.
- Perlunya meningkatkan ketertiban dalam menjalankan SOP Deputi Bidang Pengawasan.
Selain itu, dalam upaya mendukung pelaksanaan indikator-indikator kinerja tersebut,
sebagaimana amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah huruf Q mengenai
pembagian urusan pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil, dan menengah, maka agar
pengawasan koperasi di Indonesia dapat berjalan dengan efektif dan efisien diperlukan
koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Daerah sebagai
pemegang otonomi seluas-luasnya, diharapkan memerankan fungsi regulatornya untuk
menunjang pengawasan koperasi. Sedangkan fungsi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil
dan Menengah, diharapkan sebagai koordinator pengembangan koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah di Indonesia, selain fungsi regulator yang tetap ada.
Untuk itu, dalam upaya meningkatkan sinergitas tersebut, Kementerian Koperasi dan
UKM melalui Deputi Bidang Pengawasan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengawas
Koperasi di daerah yang diberikan stimulant melalui pemberian dana dekonsentrasi Satgas
Pengawas Koperasi.
Adanya Dana Dekonsentrasi bagi Satgas Pengawas Koperasi ini, sangat diapresiasi
oleh OPD Pembina Koperasi. Beberapa daerah justru meminta agar alokasi dana dekonsentrasi
tersebut, dapat ditingkatkan, mengingat dibeberapa daerah/wilayah tidak mempunyai APBD
pengawasan koperasi. Untuk itu, Deputi Bidang Pengawasan mengajak Pemerintah Daerah
untuk mendukung pengawasan koperasi melalui keberpihakan dalam regulasi dan
penganggaran yang disampaikan melalui surat khusus ke kepala daerah ataupun saat
kunjungan DPRD ke Kementerian Koperasi dan UKM.
Harapannya dengan adanya Satuan Tugas Pengawas Koperasi, maka penyebaran
informasi mengenai pengawasan koperasi lebih mudah dan lebih fokus untuk dilaksanakan.
Namun demikian, fungsi koordinasi dari Pembentukan Satgas Pengawas Koperasi masih
belum optimal, sehingga memerlukan kegiatan khusus koordinasi untuk lebih mengoptimalkan
fungsi dan peran Satgas Pengawas Koperasi.
Beberapa tantangan lainnya selain tantangan eksternal (koperasi, misalnya investasi
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 25
illegal, perbankan berkedok koperasi dll), juga terdapat tantangan internal, yaitu kapasitas
aparat pengawas koperasi. Apabila dilihat dari perbandingan rasio pengawasan dengan aparat
pengawas koperasi, didapatkan perbandingan Pusat 1:17, Provinsi 1:21, dan Kab/Kota 1:61.
Disampaing tantangan mengenai sistem mutasi/rotasi pegawai di daerah yang cukup tinggi,
maka telah dibentuk Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi (JFPK) dan bahkan pada tahun
2019 telah diangkat beberapa Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi di daerah. Kementerian
Koperasi dan UKM selaku instansi Pembina pada tahun 2019 telah menerima sebanyak 32
usulan inpassing JFPK dan telah mengeluarkan Surat Rekomendasi Pengangkatan JFPK
sebanyak 16 pengusul.
1.2. REALISASI ANGGARAN TAHUN 2019
Dalam kerangka penganggaran yang berbasis kinerja, penyerapan anggaran bukanlah
merupakan target alokasi anggaran. Perfomance Based Budget lebih memfokuskan pada kinerja
daripada penyerapan anggaran itu sendiri. Akan tetapi berdasarkan kondisi perekonomian saat ini,
variabel dominan pendorong pertumbuhan perekonomian adalah faktor konsumsi, sehingga
belanja pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan
tersebut. Kegagalan dalam target penyerapan anggaran memang akan berakibat hilangnya manfaat
belanja, karena dana yang telah dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan yang
berarti terjadi iddle money. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka keterbatasan
sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan strategis. Sumber-
sumber penerimaan negara yang terbatas, dihadapkan pada kebutuhan masyarakat yang tidak
terbatas, mengharuskan Pemerintah menyusun prioritas kegiatan dan pengalokasian anggaran
yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, ketika penyerapan anggaran gagal memenuhi target,
berarti telah terjadi inefisiensi dan in-efektivitas pengalokasian anggaran. Namun demikian,
beberapa penyerapan yang maksimal bisa juga disebabkan oleh hal lain, misalnya efisiensi
pelaksanaan kegiatan.
Total pagu anggaran Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2019 sebesar Rp
11.625.000.000,- (sebelas milyar enam ratur lima puluh juta rupiah) dengan nilai realisasi per 31
Desember 2019 mencapai Rp. 11.564.778.259,- atau 99,48%. Apabila dilihat dari PAGU, maka
PAGU Deputi Bidang Pengawasan mengalami penurunan sebesar 36,16% jika dibandingkan pagu
tahun 2018. Namun, apabila dilihat dari realisasi sisa anggaran, maka terdapat kenaikan realisasi
anggaran dari tahun sebelumnya sebesar 99,16% dan tahun ini sebesar 99.48%. Hal ini merupakan
bentuk optimalisasi dan efisiensi dalam penganggaran.
Tabel III.5. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan
Tahun 2019
UNIT KERJA PAGU REALISASI % SISA %
4946. SESDEP 6 (Pengawasan)
4.450.000.000 4.437.945.883 99,73 12.054.117 0,27
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 26
5675. ASDEP 1 (Kepatuhan) 1.200.000.000 1.183.529.801 98,63 16.470.199 1,37
2750. ASDEP 2 (Pemeriksaan Kelembgn)
1.375.000.000 1.366.466.777 99,38 8.533.223 0,62
5677. ASDEP 3 (Pemeriksaan USP)
1.600.000.000 1.595.722.825 99,73 4.277.175 0,27
5676. ASDEP 4 (Penilaian Kesehatan USP)
1.800.000.000 1.793.881.183 99,66 6.118.817 0,34
5678. ASDEP 5 (Penerapan Sanksi)
1.200.000.000 1.187.231.790 98,94 12.768.210 1,06
JUMLAH 11.625.000.000 11.564.778.259 99,48 60.221.741 0,52
Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target anggaran tahun 2019
Tidak ada kendala dan permasalahan yang berarti untuk mencapai target realisasi anggaran.
Namun demikian, terdapat ketidakkonsistenan penyerapan anggaran perbulannya. Hal ini karena
implementasi realisasi anggaran belum sepenuhnya mengacu pada POK. Selain itu, hambatan dan
permasalahannya pencapaian realisasi anggaran adalah:
- Perencanaan program/kegiatan dan anggaran yang kurang cermat, sehingga memerlukan revisi
anggaran.
- PAGU minus yang disebabkan kurangnya kontrol penyerapan anggaran di masing-masing
Asisten Deputi, pada akhirnya dilakukan revisi anggaran.
- Koreksi SPM.
- Keterlambatan penyelesaian administrasi oleh pihak ketiga.
Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019
Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:
- Dukungan SDM yang profesional yang mana melalui dukungan ini penyerapan anggaran
dapat dioptimalkan hingga mencapai 99,48%.
Rekomendasi
- Perencanaan program/kegiatan dan anggaran secara cermat untuk meminimalisasi
kemungkinan revisi anggaran.
- Perlu komitmen dalam implementasi POK sehingga konsistensi penyerapan benar-benar
sesuai rencana.
- Kontrol anggaran yang baik di masing-masing unit Eselon II untuk meminimalisasi PAGU
minus dan koreksi SPM.
- Koordinasi yang baik dengan pihak ketiga
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 27
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 28
Dari hasil penilaian dan evaluasi kinerja Deputi Bidang Pengawasan sampai dengan akhir
tahun 2019 menunjukkan hasil yang baik, karena mampu mencapai bahkan beberapa melebihi
target yang telah ditentukan.
4.1. Capaian
A. Indikator Kinerja
Deputi Bidang Pengawasan mempunyai tujuan strategis mewujudkan koperasi yang sesuai
dengan peraturan perundangan yang kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam sasaran
strategis terwujudnya koperasi yang sehat dan patuh dengan 3 indikator kinerja utama dalam
Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 yang kesemuanya memenuhi
target yang telah ditentukan, yaitu:
a. Persentase menurunnya pelanggaran koperasi target 15%, tercapai aspek kepatuhan sebesar
75%, aspek kelembagaan sebesar 80%, aspek usaha simpan pinjam koperasi sebesar
100%, dan aspek usaha simpan pinjam koperasi syariah sebesar 100%.
b. Persentase kesehatan koperasi sebesar 10% tercapai sebesar 50% dari total pelaksanaan
penilaian kesehatan.
c. Persentase koperasi yang direhabilitasi sebesar 5% tercapai sebesar 18,52% dari 54
koperasi yang mendapatkan SK Sanksi.
B. Anggaran
Nilai realisasi per 31 Desember 2019 mencapai Rp. 11.564.778.259,- atau 99,48%, dengan
sisa anggaran sebesar Rp.60.221.741, atau 0,52%.
4.2. Kendala/hambatan
Secara umum kendala atau hambatan untuk mencapai indikator kinerja adalah data base
koperasi yang tidak valid serta kesiapan koperasi untuk diperiksa/dinilai. Sedangkan untuk
realisasi anggaran tidak terdapat permasalahan yang berarti, hanya berupa hambatan teknis,
yaitu: 1) kesalahan penempatan/pembebanan akun; 2) keterlampatan pihak bank dalam
menyampaikan biling sementara/biling statement menyebabkan tagihan dari kartu tidak dapat
segera terbayar; 3) konsistensi penyerapan anggaran perbulan belum sepenuhnya sesuai POK.
4.3. Rekomendasi
A. Rekomendasi dalam mencapai indikator kinerja
1. Perlu dukungan anggaran yang memadai
2. Dukungan data base koperasi yang valid
3. Perlunya pelaksanaan pengawasan koperasi yang komprehensif meliputi semua aspek
pengawasan sehingga melalui cara ini pengawasan koperasi akan lebih efektif dan
efisien. Efektif karena meliputi semua aspek dalam satu kali/setiap pemeriksaan dan
efisien karena setiap pegawai akan mampu melakukan pemeriksaan disemua aspek
sehingga akan efisien secara anggaran dan memperbanyak jumlah capaian output
koperasi yang periksa.
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 29
4. Perlu pembahasan lebih lanjut untuk menetapkan IKU yang lebih tepat bagi Deputi
Bidang Pengawasan dari pemeriksaan kelembagaan, pemeriksaaan USP Koperasi, dan
penerapan sanksi.
B. Rekomendasi dalam mencapai anggaran
1. Perencanaan program/kegiatan dan anggaran agar lebih cermat lagi untuk meminimalisasi
revisi anggaran.
2. Perlu komitmen dalam implementasi POK sehingga konsistensi penyerapan benar-benar
sesuai rencana.
Beberapa isu-isu pengawasan koperasi yang masih memerlukan perhatian, yaitu:
1. Pengawasan dan Pemeriksaan Koperasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota belum
menggunakan standar peraturan pengawasan (pengawasaan saat ini masih menggunakan juknis
yang seharusnya diangkat menjadi peraturan menteri) dengan mempertimbangkan
risiko/berbasis risiko dalam hal ini perlu dibuat klasifikasi usaha koperasi (KUK).
2. Tidak adanya keterkaitan langsung dalam melakukan pengawasan antara pusat dan daerah. Ke
depannya diharapkan adanya Single Data dan Proses Pengawasan secara integrative sehingga
terjadi sharing data dan informasi bersama.
3. Proses pemeriksaan dan output yang dihasilkan berbeda-beda untuk masing-masing level
(Pusat-Daerah) tidak standar hasilnya.
4. Hubungan kerja antar unit kerja dalam pengawasan dan pemeriksaan sering terjadi
REDUNDANT. Sebagai langkah awal ke depannya (pada tahun 2020) pengawasan koperasi
tingkat pusat akan dilakukan secara terpadu sehingga hasil pengawasan lebih komprehensif
memuat semua aspek pengawasan koperasi.
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 30
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 1
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 1
DEPUTI BIDANG
PENGAWASAN
Suparno, SE, MM
SEKRETARIS
Moh. Yusuf Cherullah, ST
Bagian Perencanaan
Saptiati Prihastuti, BSc
Bagian Umum
Edi Wahono, S.Sos
Kepala Bidang Pelaksanaan Sanksi
Dandy Bagus Ariyanto, SH, MH
-Kasubbid. Pemeriksaan
Penghimpunan Dana
Devi Yusdiana, SE
Kasubag Keuangan
Ria Apriani, S.Kom
-Kasubag. Rencana dan Program
Faizal Mhd. Alhaq, SE
-Kasubag Evaluasi & Pelaporan
Eko Sari Budirahayu, SE, MAP
/(III(III/b)
Eko Purwanto
Neiky Amanati Fitria, SE
Asdep Kepatuhan
Moh. Yusuf Choerullah, ST
Kepala Bidang Kepatuhan Legal
Mohamad Hidayat, SE, ME
Kepala Bidang Kepatuhan Usaha dan Keuangan
Hasanah, BSc
Kepala Bidang Kepatuhan Transaksi
Leonardi Pratama, SH, MP
Kasubbid. Kepatuhan Usaha
Sivanadira, SE
- Kasubbid. Kepatuhan Keuangan
Drs. Adi Abduddin Arfan
Kasubbid. Pencegahan Transaksi
Mencurigakan
A. Rhamdoni. M, S.Kom
Kasubbid. Pemeriksaan dan
Pelaporan
Milda Sari, SE
-Kasubbid. Penerapan Peraturan
dan Hukum
Netty Arbie, SE
-Plt Kasubbid. Evaluasi Penerapan
Peraturan dan Hukum
Mohamad Sofan Sova, S.Kom
Asdep Pemeriksaan Kelembagaan
Suparyono, SH, MM
Kepala Bidang Pemeriksaan Organisasi
Dra. Retno Satyatstuti
Kepala Bidang Pemeriksaan Kinerja
Ari Gunawan, SE
Kepala Bidang Pemeriksaan Laporan Keuangan
Heri Basuki, SE
-Kasubbid. Pemeriksaan
Manajemen Organisasi
Suryono Ahmad, ST
- Kasubbid. Pemeriksaan
Manajemen Usaha
Leny Hamiyati, S.Sos
Husni Kamal
- Kasubbid. Pemeriksaan
Kinerja Kelembagaan
Wahidin, SE, MM
-Kasubbid. Pemeriksaan
Kinerja Keuangan
Hendri Yansyah, SE
Debora JS, SH
-Kasubbid. Pemeriksaan
Eksternal
Stepen Stanley, SE
- Kepala Sub Bidang Pemeriksaan
Internal
Sholeh Gialhak, SE, MM
Winda
Anggraini, SE
Asdep Pemeriksaan Usaha Simpan Pinjam
Plt. Suparyono, SH, MM
Kepala Bidang Pemeriksaan USP
Konvensional
Ferrry Indraputra, SE
Kepala Bidang Pemeriksaan USP Syariah
Siti Aedah, S.Pt, MP
Kepala Bidang Pemeriksaan Laporan
Keuangan Simpan Pinjam
Yayah Rodiana, Sm.Hk
Budi Lesmana
Kasubbid. Pemeriksaan
Pembiayaan
Moh. Riza, S.Ag, MM
Immanuael
Ro T, SE
- Kasubbid. Audit Financial
Sri Sekar Ine, SE
Kasubbid. Audit Khusus
Devita Dwi Artanti, SE
Septina
Teguh F.
- Plt. Kasubbid. Pemeriksaan
Penghimpunan Dana
Indra Wiryawan, SE
Kasubbid. Pemeriksaan
Penyaluran Dana
Adie Setiawan, SE
Asdep Penilaian Kesehatan Usaha
Simpan Pinjam
Plt. Moh. Yusuf Choerullah
Kepala Bidang Penilaian Kesehatan USP
Konvensional
Niken Prasetyawati, S.Kom
Kepala Bidang Penilaian Kesehatan
USP Syariah
Mulyanto, S.Sos, MM
Kepala Bidang Tidak Lanjut Penilaian
Kesehatan
Cecep Setiawan, S.Kom, MM
Kasubbid. Penilaian Kesehatan KSP
Maria Cristina YR
Plt. Kasubbid. Penilaian
Kesehatan USP Koperasi
Rachmat Efendi ,SE
Kasubbid. Penilaian Kesehatan
KSP Pola Syariah
Agung Suyadi, SE
Kasubbid. Penilaian Kesehatan USP Pola Syariah
Bagus Dwi Yatmoko, SE, MM
-Kasubbid. Pelaksanaan Rekomondasi
Rahmat Wahyudi, SE
- Kasubbid. Pemantauan
Tindak Lanjut Rekomondasi
Kun Ismandari, S.Pt
Triastomo, SE
Kasubbid. Pelaksanaan Sanksi Administrasi
Meika Purnamasari, SSi
Asdep Penerapan Sanksi
Budi Suharto, SH, SE, M, Kn
Kepala Bidang Pemantauan
Keumala Dewi Hasan, SE, MM
Kepala Bidang Rehabilitasi
Rudy Witjaksono, SE
- Kasubbid. Pelimpahan
Perkara
Yori Andriani, SS
Suratno
Kasubbid. Pemantauan Pelaksanaan Sanksi Andri Febri Yadi, SE
- Kasubbid. Pemantauan Keputusan Hasil Limpahan
Ajeng Purwaningrum, S.Psi
Fajar Dwi L,
AMd
Kasubbid. Rehabilitasi Kelembagaan
M. Ibnu Aryanto, S.Kom, MAP
- - Kasubbid. Rehabilitasi
Usaha
Ahmad Fauzi, ST
Ade Guntur,SE
Kasubag Tata Usaha
Edi Yanto, S.Hut, ME Samsudin Saragih
Dian Stayaning
Asmoro, A.Md
Zulkifli Moh Said, SH.
M.Si
Syorswens Gerri, S.Kom
Ira
Dunggio,
S.STP.
Alice Besty,
SSi
Steven Rossenberg
Mega Bhakti, SSi
Albert Meder
Barapadang, SE
Manasye Dani
C, SE
Tutut Dwi
Laksanawati,
SE
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 1