deputi bidang pengawasan depwas...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. pada tahun...

40
LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 1 DEPUTI BIDANG PENGAWASAN

Upload: others

Post on 27-Sep-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 2: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karuniaNYA sehingga Deputi Bidang

Pengawasan mampu menjalankan tugas dan fungsinya dalam

pengawasan koperasi dan pada akhirnya tersusun Laporan Kinerja

Tahun 2019 ini. Laporan kinerja ini merupakan perwujudan

akuntabilitas pencapaian visi dan misi terhadap penggunaan

anggaran tahun 2019 yang mengacu pada Peraturan Presiden

Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan mewajibkan

setiap instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas dan fungsinya serta

pengelolaan sumber daya yang ada berdasar perencanaan strategis yang telah disusun.

Berdasarkan hasil pencapaian tugas dan fungsi Deputi Bidang Pengawasan tahun 2019,

seluruh kebijakan, program dan kegiatan yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik

dan mencapai target yang telah ditentukan dalam perjanjian kinerja tahun 2019.

Pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan selama tahun 2019 adalah hasil kerja

keras seluruh jajaran Deputi Bidang Pengawasan serta dukungan pemangku kepentingan di pusat

dan daerah, baik institusi pemerintan dan gerakan koperasi, walaupun masih terdapat kendala

dan permasalahan yang perlu perhatian untuk diperbaiki dan disempurnakan ke depannya.

Harapan ke depannya, melalui laporan ini, kinerja Deputi Bidang Pengawasan dapat

lebih ditingkatkan lagi melalui pengoptimalan sumber daya manusia dan anggaran yang ada,

serta meminimalisasi permasalahan yang mungkin terjadi, sehingga kinerja Deputi Bidang

Pengawasan lebih transparan dan akuntabel.

Jakarta, Februari 2020

Deputi Bidang Pengawasan

Suparno, SE, MM

Page 3: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 ii

Ringkasan Eksekutif

Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan ini merupakan gambaran kinerja dari seluruh Unit Eselon II di Deputi Bidang Pengawasan, sebagai bentuk pertanggungjawaban dan akuntabilitas atas kinerja dalam pencapaian sasaran yang telah ditetapkan pada tahun 2019. Laporan kinerja ini juga sebagai bentuk evaluasi terhadap capaian kinerja pelaksanaan program dan kegiatan serta pertanggungjawaban atas penggunaan anggaran Deputi Bidang Pengawasan yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut.

Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga) indikator kinerja utama dengan pencapaian. Secara umum, tahun 2019 ini dapat dilaksanakan dengan baik, dan memenuhi bahkan melebihi target yang telah ditentukan .

Masih melanjutkan tahun sebelumnya, dalam rangka meningkatkan sinergitas antara pusat dan daerah untuk pelaksanaan pengawasan koperasi, Kementerian Koperasi dan UKM c.q. masih menyelenggarakan Dana Dekonsentrasi Satuan Tugas Pengawas Koperasi.

Selain itu, proses pembentukan jabatan fungsional pengawas koperasi telah memasuki fase diundangkannya Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 43 Tahun 2019 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi. Hal ini merupakan langkah positif menuju terbentuknya Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi.

Dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi, Deputi Bidang Pengawasan terus menerus menyempurnakan diri dalam melaksanakan reformasi birokrasi dari tahun 2016 (awal terbentuknya Deputi Bidang Pengawasan) hingga saat ini, diantaranya yaitu:

a. Menyempurnakan proses bisnis dan cascading indikator kinerja dari level Menteri sampai dengan individu serta mekanisme pemantauannya.

b. Meningkatkan sinergitas, koordinasi, komunikasi dan kerjasama dalam mensinkronkan berbagai program pengawasan koperasi dengan OPD Pembina Koperasi melalui sosialisasi dan bimbingan teknis yang lebih intensif, serta penyelenggaraan Dana Dekonsentrasi.

c. Meningkatkan data base dan informasi koperasi melalui koordinasi dengan berbagai pihak, Deputi terkait maupun OPD Pembina Koperasi.

d. Meningkatkan disiplin kerja pegawai melalui sistem reward and punishment. e. Implementasi SKP online pada tahun 2019. f. Mengoptimalkan fungsi pengendalian program dan kegiatan untuk

memastikan pencapaian sesuai target.

Page 4: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . ..............................................................................................i

RINGKASAN EKSEKUTIF . ....................................................................................ii

DAFTAR ISI . ..........................................................................................................iii

DAFTAR TABEL .....................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR . ...............................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang . ..............................................................................................2

1.2 Maksud dan Tujuan . .......................................................................................3

1.3 Tugas dan Fungsi . .........................................................................................3

1.4 Struktur Organisasi .........................................................................................4

1.5 Sumber Daya Manusia . ..................................................................................6

1.8 Sistematika Penyajian Laporan Kinerja . .........................................................12

BAB II PERENCANAAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019-2024 . ..............15

2.2 Penetapan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 . ........................17

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Capaian Kinerja Tahun 2019 . .......................................................................20

3.3 Realisasi Anggaran Tahun 2019 . ..................................................................26

BAB IV PENUTUP .................................................................................................29

LAMPIRAN

Page 5: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 iv

Daftar Tabel

Tabel I.1 Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Sektor Usaha

Tabel II.1 Perbandingan Tingkat Pendidikan Pegawai Deputi Bidang Pengawasan Tahun

2019 Dibandingkan dengan Tahun 2018

Tabel II.1 Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Tahun 2018 dan 2019

Tabel II.2 Indikator Kinerja Utama Tahun 2018 dan 2019 Deputi Bidang Pengawasan

Tabel III.1 Persentase Jumlah Koperasi Yang Menurun Pelanggarannya Tahun 2019

Tabel III.2 Persentase Menurun Pelanggarannya Tahun 2019

Tabel III.3 Peningkatan Kesehatan Koperasi Hasil Penilaian Kesehatan

Tabel III.4 Data Jumlah LHP dan SK Sanksi tahun 2018 dan 2019

Tabel III.5 Rekapitulasi Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019

Page 6: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 v

Daftar Gambar

Gambar I.1. Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan

Gambar I.2. Komposisi Pegawai Deputi Bidang Pengawasan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Tahun 2019

Gambar I.3. Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Kewenangan

Gambar II.1. Visi dan Misi Presiden serta Arah Kebijakan Pengawasan Koperasi Tahun

2020-2024

Gambar III.1. Perbandingan Jumlah Koperasi Primer Nasional dengan Pelaksanaan Penilaian

Kesehaan USP Koperasi

Page 9: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 2

1.1. Latar Belakang

Deputi Bidang Pengawasan yang didirikan sebagai amanat dari Peraturan Presiden Nomor

62 Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM dan sebagai bentuk keseriusan

pemerintah dalam pembangunan koperasi di Indonesia untuk mewujudkan RPJP 2005-20025.

Pada tahap ketiga RPJP 2005-2025 dinyatakan mengenai pentingnya pembangunan perkoperasian.

Hal ini, sebagaimana amanat RPJMN 2015-2019 Buku Ketiga, bahwa pembangunan koperasi

merupakan salah satu strategi pembangunan perkotaan dan pengembangan desa dan kawasan

perdesaan 2015-2019, yaitu; (1) strategi pembangunan perkotaan adalah menyediakan dan

meningkatkan sarana ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan jasa termasuk perbaikan pasar

rakyat, koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) (hal. 2-23); (2) kebijakan

pembangunan desa dan kawasan perdesaan adalah membangun agribisnis kerakyatan melalui

pembangunan bank khusus untuk pertanian, UMKM, dan Koperasi (hal. 1-28).

Berdasarkan data ODS per 31 Desember 2018, jumlah koperasi di Indonesia saat ini

sebesar 138.140 unit. Jumlah ini terbagi lagi dalam wilayah kewenangan pusat sebesar 776 unit

dan daerah (prov, kab/kota) sebesar 137.364 unit. Jumlah tersebut terbagi dalam KSP sebanyak

20.852 unit (15,09%) dan non KSP sebesar 117.288 unit (84,91%). Jumlah non KSP terbagi lagi

dalam bidang usaha sektor riil dan unit usaha simpan pinjam. Adapun jumlah koperasi di

Indonesia berdasarkan sektor usaha adalah sebagai berikut:

Tabel I.1 Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Sektor Usaha

JENIS KSP Produsen Pemasaran Konsumen Jasa Total

Koperasi 16.316 2.861 43.636 3.394 66.207

KSP/USP 20.852 12.592 2.448 33.191 2.850 71.933

TOTAL 138.140

Sumber: ODS Per 31 Desember 2018

Kontribusi koperasi dalam perekonomian dirasa makin membaik dari tahun ke tahun dari

sebelumnya yang hanya 1,7% menjadi 3,99% kemudian meningkat menjadi 4,48%. Kontribusi ini

dirasa belum maksimal. Koperasi Indonesia dengan paham Pancasila yang berazaskan gotong

royong kekeluargaan jauh tertinggal dibandingkan dengan koperasi di negara-negara industri maju

yang menganut sistem ekonomi liberal/kapitalis. Koperasi di Indonesia akhir-akhir ini, justru

marak penyalahgunaan praktik perkoperasian banyak berkembang investasi illegal ataupun

praktik-praktik perbankan berkedok koperasi.

Page 10: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 3

Bertolak dari hal-hal tersebut, terbentuknya Deputi Bidang pengawasan diharapkan mampu

mendorong koperasi untuk lebih menerapkan prinsip-prinsip koperasi melalui pelaksanaan

peraturan perundang-undangan sehingga anggota dan masyarakat sekitar akan merasakan

kemanfaatan keberadaan koperasi di wilayah tersebut. Koperasi sebagai badan usaha yang

berlandaskan azas kekeluargaan, diharapkan mampu membawa perekonomian Indonesia maju dan

berkembang untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Melalui upaya-upaya pengawasan oleh

pemerintah diharapkan koperasi lebih maju dan berkembangnya, selain upaya-upaya penumbuhan

koperasi dikalangan muda dan milenial.

Dalam hal akuntabilitas kinerja, penyempurnaan terus dilakukan melalui upaya-upaya

pencapaian outcome pengawasan koperasi dengan penetapan indikator kinerja yang sesuai selain

tata kelola pemerintah yang baik dan bersih di Deputi Bidang Pengawasan yang dituangkan

melalui rencaka kerja dan rencana aksi setiap tahunnya. Implementasi kebijakan dilakukan melalui

serangkaian kegiatan dimulai dari koordinasi, pemantauan, evaluasi, dan, baik tingkat

pusat/daerah maupun sektoral/lintas sektor, dan pelaksanaan analisa kebijakan untuk rancangan

kebijakan selanjutnya.

Untuk itu, dalam rangka meningkatkan akuntabilitas dan kinerja pemerintah, Deputi

Bidang Pengawasan menerapkan aktif menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP). Salah satunya melalui evaluasi bulanan dalam laporan bulanan, triwulanan

dalam e-monev bappenas, dan tahunan dalam Laporan Kinerja agar pencapaian outcomes

mencapai hasil yang telah ditentukan. Hal ini ditunjukan melalui hasi penilaian akuntabilitas yang

dilakukan oleh Tim Inspektorat untuk kepentingan verifikasi lapangan tahun 2019, Deputi Bidang

Pengawasan memperoleh kategori penilaian A (memuaskan), dengan nilai 82.07.

1.2. Maksud dan Tujuan

Sebagaimana peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah mengamanatkan bahwa setiap Kementerian/Lembaga wajib

melaporkan pelaksanaan akuntabilitas kinerjanya sebagai wujud pertanggungjawaban dalam

mencapai misi dan tujuan organisasi, serta menyampaikan Laporan Kinerja pada setiap akhir

tahun kepada Presiden melalui Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi. Selanjutnya berdasarkan Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014,

Laporan Kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang

dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Komponen dalam

penilaian SAKIP adalah a) perencanaan kinerja, terdiri dari: Renstra, rencana kinerja tahunan, dan

penetapan kinerja; b) pengukuran kinerja, yang meliputi: pemenuhan pengukuran, kualitas

pengukuran, dan implementasi pengukuran; c) pelaporan kinerja yang terdiri dari: pemenuhan

laporan, penyajian informasi kinerja, serta pemanfaatan informasi kinerja; d) evaluasi kinerja yang

terdiri dari: pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi; dan e)

pencapaian kinerja yang terdiri dari kinerja yang dilaporkan (dan outcome), dan kinerja lainnya.

Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan

Page 11: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 4

evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran

kinerja.

Maksud penyusunan Laporan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2018 adalah

sebagai bentuk pertanggungjawaban atas pengelolaan anggaran dan pelaksanaan program dan

kegiatan selama satu tahun anggaran dalam rangka mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan

sebelumnya. Adapun tujuan penyusunan Laporan Kinerja adalah untuk menilai dan mengevaluasi

pencapaian kinerja dan sasaran Deputi Bidang Pengawasan selama tahun 2019, kemudian

memberikan informasi kinerja yang terukur kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan

seharusnya dicapai, dan sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah

untuk meningkatkan kinerjanya.

Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan kemudian dirumuskan suatu simpulan yang

dapat menjadi salah satu masukan dan feedback dalam rangka meningkatkan kinerja dan referensi

dalam menetapkan kebijakan dan strategi selanjutnya.

1.3. Tugas dan Fungsi

Sebagaimana amanat yang teruang dalam Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2015

tentang Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Deputi Bidang Pengawasan

mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan serta koordinasi dan sinkronisasi

pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,

pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan penilaian

kesehatan usaha simpan pinjam serta menyelenggarakan fungsi-fungsi sebagai berikut:

1. Perumusan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan perundang-undangan,

pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam, penindakan, dan

penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;

2. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan

perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam,

penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;

3. Pemantauan, analisis, evaluasi, dan pelaporan di bidang peningkatan kepatuhan peraturan

perundang-undangan, pemeriksaan kelembagaan koperasi, pemeriksaan usaha simpan pinjam,

penindakan, dan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam;

4. Pelaksanaan administrasi Deputi Bidang Pengawasan; dan

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Menteri.

1.4. Struktur Organisasi

Deputi Bidang Pengawasan dipimpin oleh Deputi yang berada di bawah dan bertanggung jawab

langsung kepada Menteri. Deputi Bidang Pengawasan terbentuk semenjak tahun 2016, serta

menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62

Page 12: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 5

Tahun 2015 tentang Kementerian Koperasi dan UKM, dan Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha

Kecil dan Menengah Republik Indonesia, Nomor 08/PER/M.KUKM/IX/2015 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Kementerian Koperasi dan Usaha kecil dan Menengah sebagaimana struktur

organisasi Deputi Bidang Pengawasan (Lampiran 1), dibantu oleh 6 (enam) Eselon II, yaitu:

Gambar I.1 Struktur Organisasi Deputi Bidang Pengawasan

Pada jajaran struktural, unit kerja Sekretariat Deputi meliputi Sekretaris Deputi yang

mengkoordinasikan Kepala Sub Bagian dan Kepala Sub Bagian. Sedangkan unit kerja Asisten

Deputi meliputi Asisten Deputi yang mengkoordinasikan para Kepala Bidang, dan Kepala Sub-

bidang. Implementasi dari tugas dan fungsi tersebut diterjemahkan ke dalam activity process

(proses kegiatan) di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan yang ditetapkan sebagai berikut :

1. Kajian kebijakan,

Dalam tahap ini, biasanya merupakan hasil suatu diskusi ataupun respons terhadap

perkembangan situasi yang terjadi yang diputuskan untuk perlu dibuatkan pedoman atau

peraturannya. Keberhasilan pelaksanaan aktivitas ini ditandai dengan banyaknya kajian

kebijakan yang diselesaikan;

2. Perumusan kebijakan/regulasi,

Pada tahap ini, dilakukan kegiatan perumusan dan penyusunan kebijakan yang telah

disepakati berdasarkan hasil kajian sebelumnya. Keberhasilan kegiatan ini ditandai dengan

banyaknya kebijakan yang disusun dan diselesaikan;

3. Sosialisasi kebijakan,

Tahap selanjutnya adalah melakukan sosialisasi kebijakan atau peraturan yang telah disusun

dengan maksud untuk memperkenalkan kebijakan/peraturan yang baru tersebut kepada para

stakeholders Deputi Bidang Pengawasan sehingga mereka memahami dan dapat

menerapkannya sesuai dengan keputusan Pemerintah. Keberhasilan dari kegiatan sosialisasi

ini ditandai dengan puasnya masyarakat terhadap kualitas informasi publik;

4. Implementasi kebijakan,

Setelah dilakukan sosialisasi, maka stakeholders yang berkepentingan atau terkait dengan

kebijakan tersebut segera menerapkan dan melaksanakan ketentuan atau aturan yang telah

ditetapkan tersebut. Aktivitas ini akan dinyatakan berhasil apabila dari hasil evaluasi,

DEPUTI

Asdep

Kepatuhan

Asdep

Pemeriksaan

Kelembagaan

Asdep

Pemeriksaan

USP

Asdep

Penilaian

Kesehatan

USP

Asdep

Penerapan

Sanksi

Sekretaris

Deputi

Page 13: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 6

menunjukkan bahwa jumlah stakeholders yang menerapkan kebijakan meningkat cukup

signifikan;

5. Monitoring dan evaluasi,

Pada tahap ini, dilakukan monitoring atas pelaksanaan kebijakan/peraturan oleh setiap

K/L/Pemda dan dievaluasi prosesnya. Apabila terjadi kelemahan atau kesalahan dalam

penerapannya yang ditandai dengan banyaknya komplain atas penerapan

kebijakan/peraturan yang harus diselesaikan, maka keberhasilan atas tahap ini ditunjukkan

dengan indikator Persentase penyelesaian gugatan produk hukum.

6. Laporan dan tindak lanjut,

Dalam tahap yang terakhir ini, berhubungan dengan kegiatan penyusunan laporan hasil

pelaksanaan implementasi kebijakan dan penyelesaian tindak lanjut atas permasalahan yang

timbul selama implementasi berjalan. Keberhasilan atas kegiatan ini ditunjukkan dengan

tersusunnya laporan atas implementasi dan tindak lanjut rekomendasi dengan baik.

1.5. Sumber Daya Manusia

Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2019 memiliki sumber daya manusia sebanyak 82

orang Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan 1 orang PNS diperbantukan di LPDB-KUMKM dan 1

orang pegawai mengalami sakit (tidak aktif di kantor). Saat ini, kualitas pegawai Deputi Bidang

Pengawasan cukup baik, tercermin dari peningkatan komposisi pegawai dari tingkat pendidikan,

yaitu:

Gambar I.2 Komposisi Pegawai Deputi Bidang Pengawasan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2019

Sumber: Data survei, 31 Desember 2019

Penempatan pegawai di Deputi Bidang Pengawasan belum berdasarkan kompetensi. Namun

demikian, Deputi Bidang Pengawasan aktif melakukan pengembangan kompetensi pegawai baik

melalui pemanfaatan pelatihan yang difasilitasi oleh Kementerian Koperasi dan UKM dan atau

difasilitasi langsung oleh Deputi Bidang Pengawasan sendiri. Selain itu, beberapa pegawai juga

melakukan pengembangan kapasitas secara mandiri melalui jenjang pendidikan/perkuliahan.

S226%

S162%

D36%

SMA6%

Page 14: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 7

Data tingkat pendidikan pegawai Deputi Bidang Pengawasan tahun 2019 dibandingkan tahun

2018 adalah sebagai berikut:

Tabel I.2 Perbandingan Tingkat Pendidikan Pegawai Deputi Bidang Pengawasan

Tahun 2019 Dibandingkan dengan Tahun 2018

Tingkat Pendidikan 2018 2019

S2 22 21

S1 53 51

D3 5 5

SMA 5 5

Jumlah 85 82

Sumber: Data survei, 31 Desember 2019

Terdapat penurunan jumlah pegawai dengan tingkat pendidikan S1 karena pada tahun 2019 karena

pada tahun ini terdapat 3 orang pegawai dengan tingkat pendidikan S1 yang telah menyelesaikan

pendidikan S2, dan terdapat 4 orang pegawai yang telah purna tugas, yaitu: 3 orang S2 adalah 2

orang Eselon 2 dan 1 orang Eselon 3, 1 orang S1 adalah 1 orang Eselon 3, selain terdapat 1 orang

pegawai dengan tingkat pendidikan S2 yang meninggal dunia dan penerimaan 5 orang CPNS

dengan tingkat pendidikan S1.

Terkait kedisiplinan pegawai, penerapan sistem reward and punishment pegawai Deputi

Bidang Pengawasan baru sebatas tidak hadir terlambat dan pulang cepat yang dikonversikan

melalui tunjangan kinerja atau dengan kata lain kriteria keuangan. Menurut Mahmudi (2015:177),

terdapat 2 (dua) kriteria kinerja sebagai dasar pemberian penghargaan, kriteria keuangan dan

nonkeuangan. Pegawai yang hadir sebelum batas waktu dan pulang setelah batas waktu yang

ditetapkan akan mendapatkan reward tunjungan kinerja sesuai dengan ketentuan. Sedangkan

pegawai yang tidak memenuhi jam kehadiran tersebut, akan mendapatkan punishment berupa

pemotongan tunjangan kinerjanya.

Selama Tahun 2019, terdapat beberapa hambatan dan permasalahan yang berkaitan dengan

Sumber Daya Manusia yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Deputi Bidang

Pengawasan, antara lain:

a. Komposisi SDM belum ideal sesuai dengan kebutuhan, baik secara kuantitas maupun kualitas

dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi unit kerja.

b. Belum optimalnya sistem jalur karier, promosi, rotasi dan mutasi untuk mendorong motivasi

kerja pegawai.

Potensi dan Isu Strategis

Jumlah koperasi yang cukup besar yaitu sebesar 138.140 unit merupakan potensi koperasi

untuk berperan dalam peningkatan perekonomian masyarakat Indonesia dengan catatan koperasi

menjalankan usahanya sesuai dengan peraturan perkoperasian dengan pemanfaatan sebesar-

Page 15: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 8

besarnya untuk kepentingan anggota. Hal ini tentu akan menjadi pendorong kesejahteraan

masyarakat di Indonesia.

Namun demikian, tidak semua koperasi menjalankan usahanya sesuai dengan peraturan

yang berlaku. Banyak koperasi melakukan praktik-praktik menyimpan misalnya koperasi

berpraktik selayaknya baik bank, atau investasi illegal. Adanya Deputi Bidang Pengawasan

diharapkan mampu mendongkrak kesejahteraan anggota koperasi melalui penerapan prinsip-

prinsip koperasi, dari-oleh-untuk anggota, sehingga lebih lanjut mampu mensejahterakan

masyarakat Indonesia dan berkontribusi terhadap perekonomian di Indonesia. Hal tersebut

tertuang jelas dalam Pasal 3 UU Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian bahwa koperasi

bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta

ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang

maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal ini

merupakan harapan yang panjang karena pembangunan koperasi hanya merupakan salah satu

faktor pendorong tidak langsung.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah

Daerah maka urusan Koperasi masuk dalam urusan pemerintahan wajib dengan pembagian sub

urusan pengawasan dan pemeriksaan koperasi sesuai dengan wilayah keanggotaan koperasi.

Kementerian Koperasi dan UKM c.q. Deputi Bidang Pengawasan bertanggung jawab terhadap

Koperasi dengan wilayah keanggotaan lintas provinsi. Adapun pembagian wewenang dan

tanggung jawab pengawasan koperasi berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014, dapat terlihat

dalam Gambar I.2.

Gambar I.3. Jumlah Koperasi di Indonesia Berdasarkan Kewenangan

Data ODS Per 31 Desember 2018

Pusat 776 (1%) Prov/DI 4,672

(3%)

Kab/Kota

132,692 (96%)

Page 16: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 9

UU nomor 23 tahun 2014 yang membawa implikasi pembagian kewenangan koperasi

tersebut, memerlukan tindak lanjut upaya koordinasi agar terjadi sinergi pengawasan koperasi di

pusat dan daerah. Upaya koordinasi dilakukan melalui pembentukan Satuan Tugas (Satgas)

Pengawas Koperasi Daerah Selindo, yang upaya peningkatan sinergitasnya dilakukan melalui

fasilitasi dana dekonsentrasi Satgas Pengawas Koperasi. Jumlah Satgas tahun 2018 dan 2019

tidak ada perubahan sebanyak 1.712 yang tersebar sampai tingkat Kabupaten/Kota Selindo.

Sementara itu, tantangan pengembangan koperasi ke depan yang saling berkaitan yaitu (i)

menjadikan koperasi sebagai wadah usaha bersama yang menjadi pilihan untuk meningkatkan

kualitas penghidupan masyarakat; (ii) meningkatkan kontribusi koperasi dalam perekonomian;

dan (iii) meningkatkan posisi tawar koperasi dalam kondisi pasar yang semakin dinamis yang

dirangkum dalam satu kata yaitu meningkatkan citra positif koperasi Indonesia.

Penanganan terhadap permasalahan dan tantangan pengembangan koperasi membutuhkan

perbaikan paripurna dari sistem perkoperasian di Indonesia. Hal ini mengingat kondisi koperasi

saat ini masih dipengaruhi oleh krisis ideologi, krisis jatidiri dan krisis kaderisasi. Krisis ideologi

merupakan dampak dari proses Amandemen UUD 1945 yang menjadikan posisi koperasi tidak

lagi menjadi salah satu pilar dalam struktur perekonomian nasional. Krisis jatidiri merupakan

dampak dari citra koperasi yang menurun karena berbagai masalah akuntabilitas. Sementara itu

krisis kaderisasi merupakan dampak dari krisis ideologi dan jatidiri yang muncul dalam bentuk

rendahnya pemahaman dan motivasi generasi muda untuk berkoperasi.

Penanganan berbagai tantangan dan permasalahan tersebut di atas juga membutuhkan

dukungan kebijakan yang seimbang antara keberpihakan dan pembangunan kemandirian. Hal ini

mengingat sebagian besar koperasi masih berada pada skala kecil, sehingga keberpihakan

dibutuhkan untuk membangun semangat dan keyakinan berkoperasi di kelompok akar rumput. Di

sisi lain, pembangunan kemandirian koperasi perlu dikedepankan mengingat koperasi merupakan

organisasi yang berbasis anggota serta memiliki nilai dan prinsip-prinsip partisipasi, kebersamaan

dan kemandirian. Pelaksanaan dua kebijakan tersebut membutuhkan koordinasi dan kerjasama

antara pemerintah dan gerakan koperasi, serta pemangku kepentingan lainnya.

Begitupun, pelaksanaan program dan kegiatan pengawasan koperasi juga menghadapi

tantangan dalam pengelolaan organisasi di Deputi Bidang Pengawasan sebagai berikut:

1. Peningkatan kapasitas SDM, peningkatan pemahaman dan pengetahuan teknis SDM tentang

regulasi dan aspek-aspek pengawasan koperasi perlu dilakukan secara terus-menerus dan

berjenjang. Hal ini penting mengingat aparatur pengawas koperasi di pusat sebelumnya lebih

banyak menangani UKM, dan tingginya tingkat mutasi di daerah yang mengakibatkan

kapasitas aparat pengawas koperasi di daerah harus di-maintenance terus menerus.

2. Peningkatan teknis pengawasan koperasi, tata kelola organisasi, sarana dan prasarana.

Perbaikan pelaksanaan program dan kegiatan melalui perbaikan prosedur perencanaan

kegiatan, pelaksanaan pengawasan, meliputi pemeriksaan rutin, sewaktu-waktu, dan penerapan

sanksi serta monitoring dan evaluasi kegiatan. Upaya perbaikan tersebut perlu didukung

Page 17: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 10

dengan keterbukaan informasi tentang program dan kegiatan yang dapat diakses koperasi dan

UMKM, serta masyarakat. Di sisi organisasi, pengoptimalan sumberdaya, sarana dan

prasarana dalam rangka meningkatkan kualitas hasil kerja. Tantangan ini perlu ditangani

seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi dimana Kementerian Koperasi dan UKM c.q.

Deputi Bidang Pengawasan dituntut untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara

tersistem dan terukur berdasarkan pedoman yang baku (standar kerja dan Standar Pelayanan

Minimal/SPM).

3. Penguatan basis data dan sistem informasi perlu didasarkan pada data dan informasi mengenai

koperasi dalam rangka meningkatkan ketepatan sasaran kebijakan dan program, serta efisiensi

penggunaan sumber daya. Penguatan basis data dan sistem informasi juga perlu melibatkan

Pemda dan gerakan koperasi.

4. Peningkatan koordinasi, sinergi dan kerjasama pengawasan koperasi, antara pusat dan daerah,

gerakan koperasi, dan masyarakat. Hal ini sebagai dampak dari kebijakan pengawasan

koperasi sesuai wilayah keanggotaannya dan otonomi daerah. Payung hukum pelaksanaan

pengawasan di pusat dan daerah perlu diperkuat, selain koordinasi yang lebih baik dalam

rangka mengevaluasi lingkup dan jangkauan pengawasan koperasi secara paripurna, serta

mengoptimalkan partisipasi pemangku kepentingan untuk perbaikan kinerja pengawasan

koperasi.

1.6. Sistematika Penyajian Laporan Kinerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor 53 Tahun 2014 mengenai Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata

Cara reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, maka Laporan Kinerja Deputi Bidang

Pengawasan Tahun 2017 disusun dengan sistematika sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan

Menyajikan penjelasan umum organisasi, dengan penekanan kepada aspek strategis organisasi

serta permasalahan utama (strategic issues) yang sedang dihadapi organisasi.

A. Latar Belakang

B. Maksud dan Tujuan

C. Tugas Poko dan Fungsi Unit Satker dan BLU

D. Sumber Daya Manusia

E. Sistematika Penyusunan Laporan Kinerja

2. Bab II Perencanaan Kinerja

Pada bab ini diuraikan ringkasan/ikhtisar perjanjian kinerja tahun yang bersangkutan.

A. Renstra Unit Satker

1. Sasaran, IKU, dan Target

2. Sasaran strategis dan program kegiatan yang mendukung pencapaian target sasaran

strategis

Page 18: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 11

3. Bab III

A. Capaian Kinerja Organisasi

Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja organisasi sesuai dengan hasil pengukuran

kinerja sasaran strategis tersebut dilakukan analisis capaian kinerja. Uraian pada masing-

masing sasaran strategis meliputi:

1. Membandingkan antara target dan realisasi kinerja tahun 2018

2. Membandingkan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun 2018 dengan 2017

3. Program/kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran strategis beserta hasilnya

4. Analisis penyebab keberhasilan dan/atau kegagalan serta peningkatan dan/atau

penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

5. Analisis atas efisiensi penggunaan anggaran

6. Analisis evaluasi dampak langsung (outcome).

B. Realisasi Anggaran

Pada sub bab ini diuraikan realisasi angaran yang digunakan dan yang telah digunakan

untuk mencapai target kinerja organisasi sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja.

4. Bab IV Penutup

Pada bab ini diuraikan simpulan umum atas capaian kinerja organisasi serta rekomendasi dan

langkah yang akan dilakukan organisasi di masa yang akan dating untuk meningkatkan

kinerja.

Lampiran:

1) Perjanjian Kinerja

2) Dokumen lain yang dianggap perlu

Page 20: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 13

1.1. Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019

A. Visi dan Misi

Dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan tahun 2015-2019 sebagaimana

tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-

2019, Deputi Bidang Pengawasan sebagai unit Pengawasan Koperasi di Deputi Bidang

Pengawasan menetapkan visi dan misi organisasi yang dituangkan dalam Rencana Strategis

(Renstra) Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2015-2019.

Rencana Strategis Deputi Bidang Pengawasan mencakup sasaran strategis yang merupakan

penjabaran dari sasaran umum dan gambaran pencapaian tujuan Deputi Bidang Pengawasan.

Sasaran strategis dilengkapi dengan target kinerja yang dapat menjadi ukuran keberhasilan dalam

pencapaian visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan, yang penetapannya memperhatikan sasaran

strategis nasional yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional

(RPJMN) 2015- 2019 bidang Koperasi dan UMKM untuk:

“Meningkatkan daya saing UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha

yang berkelanjutan dengan skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung

kemandirian perekonomian nasional”

Visi dan Misi Kementerian Koperasi dan UKM mengacu pada Visi dan Misi Presiden Joko

Widodo dan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla, yaitu:

“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan

Gotong Royong”

Untuk mendukung visi dan misi tersebut, maka sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, visi

Deputi Bidang Pengawasan adalah :

“Menjadi unit pengawas koperasi yang kredibel dan efektif yang mampu mewujudkan

koperasi yang Sehat, Kuat, Tangguh dan Mandiri”

Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 2 (dua) misi, yaitu:

1. Mewujudkan pengawasan koperasi yang kredibel dan efektif.

2. Meningkatkan koperasi yang sehat, tangguh, dan mandiri sesuai dengan jati diri koperasi.

Upaya pencapaian visi Deputi Bidang Pengawasan selain dilakukan secara bersama oleh

seluruh unit di Deputi Bidang Pengawasan juga harus dilakukan bersama-sama dengan Unit

Pembina Koperasi di Kementerian Koperasi dan UKM, yaitu terutama dengan Deputi Bidang

Kelembagaan, Deputi Bidang Pembiayaan, dan Deputi Bidang Pengembangan SDM.

Namun demikian, pada Kabinet Indonesia Maju jilid II tahun 2019-2024 Presiden Joko

Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan bahwa Visi dan Misi hanya ada pada

tingkat Pimpinan Kabinet (Presiden), sehingga Visi dan Misi tidak pada setiap K/L untuk

menghindari K/L berjalan sendiri-sendiri mengikuti Visi dan Misi masing-masing K/L tanpa

mempertimbangkan Visi dan Misi Presiden selaku Pimpinan Kabinet. Lima arahan Presiden Joko

Widodo untuk tahun 2021-2024 adalah: Pembangunan infrastruktur, Pembangunan SDM,

Page 21: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 14

Mendorong investasi, Reformasi birokrasi, dan Penggunaan APBN yang tepat, Kelima arahan atau

Visi dan Misi Presiden tersebut lebih lanjut dijabarkan dalam program strategis Deputi Bidang

Pengawasan yang akan dilaksanakan pada periode tahun 2020-2024.

Gambar II.1. Visi dan Misi Presiden serta Arah Kebijakan Pengawasan Koperasi Tahun

2020-2024

B. Tujuan dan Capaian Indikator Tujuan

Dalam rangka mencapai visi dan misi Deputi Bidang Pengawasan, maka visi dan misi

tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa rumusan

tujuan strategis (strategic goals) organisasi. Tujuan strategis merupakan penjabaran atau

implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu)

sampai 5 (lima) tahun. Sehingga, Deputi Bidang Pengawasan dapat secara tepat mengetahui apa

yang harus dilaksanakan oleh unit organisasi dalam memenuhi visi misinya untuk kurun waktu

satu sampai lima tahun ke depan dan mempertimbangkan sumber daya dan kemampuan yang

dimiliki. Lebih lanjut, perumusan tujuan strategis ini juga memungkinkan Deputi Bidang

Pengawasan untuk mengukur sejauhmana visi dan misi unit organisasi telah dicapai mengingat

tujuan strategis dirumuskan berdasarkan visi dan misi unit organisasi. Untuk itu, setiap tujuan

strategis yang ditetapkan akan memiliki indikator kinerja (performance indicator) yang terukur.

Adapun tujuan strategis Deputi Bidang Pengawasan adalah:

“Mewujudkan koperasi yang sesuai dengan peraturan perundangan”

Page 22: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 15

Tujuan strategis ini menekankan upaya untuk mewujudkan koperasi yang sesuai dengan

peraturan perundangan terhadap Koperasi Primer Nasional 776 unit (data ODS, 31 Desember

2018). Pengawasan koperasi dilakukan melalui pemeriksaan koperasi, penilaian kesehatan USP

koperasi, kerja sama dengan instansi terkait (OJK, PPATK & Bank Dunia), koordinasi dan

sinergitas dengan OPD Pembina Koperasi khususnya pengawas koperasi tingkat provinsin dan

kabupaten/kota, penyusunan kebijakan serta review atau evaluasi kebijakan pengawasan koperasi

yang menekankan terhadap terlaksananya pengawasan koperasi secara efektif dan efisiensi secara

menyeluruh melalui peningkatan kualitas tata kelola birokrasi dan profesionalisme kerja yang

baik. Selain itu, partisipasi pengawasan juga mengindikasikan adanya upaya perbaikan yang

dilakukan oleh gerakan koperasi untuk menjalankan aktivitas perkoperasiannya sesuai dengan

prinsip dan jatidiri koperasi. Upaya-upaya ini yang dilakukan melalui penerapan pembinaan

melalui sanksi administratif, penguatan terhadap sistem pengawasan internal koperasi, diseminasi

dan advokasi perkoperasian serta kerja sama dengan instansi pemerintah sehingga terjadi

peningkatan kesadaran dan kepatuhan koperasi terhadap peraturan perundangan yang berlaku.

Lebih lanjut, tujuan tersebut dapat dilihat pada tabel II.1.

Tabel II.1.

Tujuan dan Indikator Kinerja Tujuan Tahun 2018 dan 2019

2018 2019

Tujuan Indikator Kinerja

Tujuan Tujuan

Indikator Kinerja Tujuan

Terwujudnya

Koperasi yang sesuai

peraturan

Perundangan

Partisipasi pengawasan koperasi melalui Sistim Pengawasan Koperasi

Mewujudkan koperasi yang sesuai dengan peraturan perundangan

Menurunnya pelanggaran koperasi

1.2. Penetapan Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019

Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 merupakan perwujudan

kesepakatan dalam menetapkan kinerja sesuai tujuan dan sasaran pada Rencana Strategis Deputi

Bidang Pengawasan. Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 akan

menggambarkan capaian kinerja yang akan diwujudkan oleh Deputi Bidang Pengawasan dalam

suatu tahun tertentu dengan mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya. Perjanjian kinerja

Deputi Bidang Pengawasan yang merupakan pernyataan dari indikator kinerja dari tahun ke tahun

mengalami penyempurnaan sebagai ukuran capaian kinerja yang bersifat outcome dan

sebagaimana rekomendasi laporan kinerja tahun 2018, maka telah dilakukan pembahasan

untuk menentukan indikator kinerja Deputi Bidang Pengawasan yang lebih tepat untuk

pencapaian kualitas kerja yang lebih baik.

Penyusunan Perjanjian Kinerja ini dimulai dengan rumusan Rencana Strategis yang

dilanjutkan dengan menjabarkan rencana lima tahunan tersebut ke dalam rencana kerja tahunan.

Page 23: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 16

Berdasarkan rencana kerja tersebut, maka diajukan dan disetujui anggaran yang dibutuhkan untuk

membiayai rencana kerja tahunan, yang kemudian ditetapkan dalam suatu Perjanjian Kinerja yang

merupakan kesanggupan dari penerima mandat untuk mewujudkan kinerja seperti yang telah

direncanakan. Informasi yang disajikan dalam Perjanjian Kinerja ini meliputi Program, Sasaran

Strategis, Indikator Kinerja, Target Kinerja, dan Alokasi Anggaran. Perjanjian Kinerja Deputi

Bidang Pengawasan tahun 2019, diimplementasikan melalui 2 (dua) program sebagai berikut:

1) Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.

2) Program Penguatan Kelembagaan Koperasi.

1. Sasaran, IKU, dan Target

Sasaran Deputi Bidang Pengawasan merupakan penjabaran dari tujuan yang telah

ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan

dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui

serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja

(performance plan). Penetapan sasaran yang diperlukan untuk memberikan fokus pada

penyusunan program, kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau

operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran Deputi Bidang

Pengawasan merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis yang menjadi dasar

kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Deputi Bidang Pengawasan serta

lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh, yang

berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Deputi Bidang Pengawasan. Sasaran

yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan

demikian, apabila seluruh sasaran yang ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis

terkait juga dapat dicapai.

Sasaran strategis, indikator kinerja utama Deputi Bidang Pengawasan sebagaimana pada

Tabel II.2.

Tabel II.2 Indikator Kinerja Utama Tahun 2018 dan 2019

Deputi Bidang Pengawasan

2018 2019

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja

Target Sasaran Strategis Indikator Kinerja

Target

Terwujudnya

efektivitas

pengawasan

koperasi

1. Persentase

koperasi yang

kelembagaan dan

pengelolaan

usahanya sesuai

dengan peraturan

perkoperasian.

15% Terwujudnya

koperasi yang patuh

dan sehat

1. Persentase

menurunnya

pelanggaran koperasi.

15%

2. Persentase

sertifikat yang

diterbitkan dari

hasil penilaian

kesehatan.

70% 2. Persentase kesehatan

koperasi

10%

Page 26: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 19

1.1. CAPAIAN KINERJA TAHUN 2019

Salah satu fondasi utama dalam menerapkan manajemen kinerja adalah pengukuran kinerja

dalam rangka menjamin adanya peningkatan dalam pelayanan publik dan meningkatkan

akuntabilitas dengan melakukan klarifikasi output dan outcome yang akan dan seharusnya dicapai

untuk memudahkan terwujudnya organisasi akuntabel. Pengukuran kinerja dilakukan dengan

membandingkan antara kinerja yang (seharusnya) terjadi dengan kinerja yang diharapkan.

Pengukuran kinerja ini dilakukan secara berkala (bulanan/triwulan) dan tahunan. Pengukuran dan

pembandingan kinerja dalam laporan kinerja harus cukup menggambarkan posisi kinerja instansi

pemerintah. Evaluasi dan analisis pencapaian kinerja berdasarkan atas hasil pencapaian

pengukuran kinerja pada masing-masing pencapaian strategis yang telah ditetapkan dalam

Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019. Hal ini dimaksudkan untuk menilai

keberhasilan atau kegagalan pencapaian pelaksanaan kegiatan Deputi Bidang Pengawasan sesuai

dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Deputi Bidang

Pengawasan Tahun 2015-2019 (telah mengalami beberapa kali revisi dalam upaya untuk mencapai

optimalisasi kinerja berdasarkan ukuran kinerja yang dibuat) dalam mendukung keberhasilan

kinerja Kementerian Koperasi dan UKM. Hasil evaluasi kinerja utama dalam Perjanjian Kinerja

Deputi Bidang Pengawasan adalah sebagai berikut:

Sasaran Strategis: Terwujudnya efektivitas pengawasan koperasi

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian

2018 2019

Terwujudnya koperasi

yang patuh dan sehat

1. Persentase menurunnya

pelanggaran koperasi.

15% Belum dihitung

(baru menjadi

indikator kinerja

tahun 2019)

75% Aspek keptuhan

80% Aspek kelembagaan

100% Aspek USP

100% Aspek USP Syariah

2. Persentase kesehatan

koperasi

10% 20% 50%

3. Persentase koperasi yang

direhabilitasi

5% 8,51 18,52

Keterangan: Tidak dapat membandingkan kinerja antara tahun 2018 dengan tahun 2019 karena terjadi perubahan

indikator kinerja pada tahun 2019, selain itu koperasi yang dinilai kesehatannya berbeda dengan

koperasi tahun sebelumnya.

1. Indikator Kinerja 1 :

Persentase menurunnya pelanggaran koperasi sebesar 15%

a. Penurunan pelanggaran koperasi dari aspek kepatuhan koperasi adalah sebesar 45% pada 9

koperasi dari 20 koperasi yang diperiksa atau 75% dari 12 koperasi sama yang dinilai

kepatuhannya pada tahun 2019. Dengan kata lain skor kepatuhan mengalami peningkatan

mengalami peningkatan sebesar 23.88%.

b. Penurunan pelanggaran koperasi dari aspek kelembagaan koperasi sebesar 52,17% pada 12

koperasi dari 23 koperasi yang diperiksa atau 80% dari 15 koperasi sama yang diperiksa

kelembagaannya tahun 2019 (tahun 2018 sebanyak 126 temuan pelanggaran sedangkan

tahun 2019 sebanyak 57 temuan pelanggaran atau menurun 54.76%).

Page 27: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 20

c. Penurunan pelanggaran dari aspek usaha simpan pinjam adalah sebesar sebesar 60% pada

6 KSP/USP yang yang diperiksa kembali pada tahun 2019 (7 temuan pelanggaran pada

tahun 2019 dari sebelumnya sebanyak 18 temuan pelanggaran atau menurun 61.11%), dan

sebesar 80% pada 8 KSPPS/USPPS yang diperiksa kembali pada tahun 2019 (11 temuan

pelanggaran pada tahun 2019 dari sebelumnya sebanyak 21 temuan pelanggaran atau

menurun 47.62).

Tabel III.1 Persentase Jumlah Koperasi Yang Menurun Pelanggarannya Tahun 2019

No Uraian

Jumlah Koperasi

Total

penilaian/

pemeriksaan

Jumlah

koperasi

yang sama

Koperasi yang

berubah positif

% perubahan

dari total yang

diperiksa

% perubahan

dari total

yang sama

1 Aspek Kepatuhan 20 12 9 45 75

2 Aspek Kelembagaan 23 15 12 52,17 80

3 Asdep usaha simpan pinjam

koperasi 10 7 7 70 100

4 Aspek usaha simpan pinjam

koperasi syariah 10 8 8 80 100

Sumber: Asdep Penerapan Kepatuhan, Asdep Pemeriksaan Kelembagaan, dan Asdep Pemeriksaan Usaha

Simpan Pinjam tahun 2019

Tabel III.2 Persentase Menurun Pelanggarannya Tahun 2019

No Uraian

Skor kepatuhan/ temuan pelanggaran

kelembagaan dan usaha simpan pinjam

Tahun

sebelumnya 2019 % Perub

1 Aspek Kepatuhan 795.65 985.65 23.88

2 Aspek Kelembagaan 126 57 -54.76

3 Asdep usaha simpan pinjam

koperasi 18 7 -61.11

4 Aspek usaha simpan pinjam

koperasi syariah 21 11 -47.62

Sumber: Asdep Penerapan Kepatuhan, Asdep Pemeriksaan Kelembagaan, dan Asdep Pemeriksaan Usaha

Simpan Pinjam tahun 2019

Keterangan: Tabel III. 2 bahwa semakin tinggi skor kepatuhan semakin baik peringkat

kepatuhan. Hal ini berbanding terbalik dengan aspek kelembagaan dan aspek usaha simpan

pinjam yang menilai berdasarkan jumlah pelanggaran, yaitu semakin rendah pelanggaran

yang dilakukan oleh koperasi, maka semakin baik koperasi tersebut dengan kata lain koperasi

telah melakukan rekomendasi hasil pengawasan sehingga meminimalisir pelanggaran yang

dilakukan oleh koperasi (tanda minus artinya penurunan pelanggaran).

Page 28: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 21

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2019

Karena pada tahun 2019 terjadi perubahan indikator kinerja, maka perbandingan kinerja tahun

2018 dengan 2019 belum dapat dibandingkan. Namun demikian, penurunan pelanggaran

tersebut sudah menunjukan kinerja yang cukup memuaskan dilihat dari jumlah koperasi yang

mengalami perubahan positif (skor kepatuhan meningkat atau jumlah pelanggaran menurun).

Faktor-faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019

- Dukungan SDM yang kompeten dalam memeriksa koperasi dan USP Koperasi.

Rekomendasi

- Perlu dukungan anggaran yang memadai

- Dukungan data base koperasi yang valid

- Perlu pembahasan lebih lanjut untuk menetapkan IKU yang lebih tepat bagi Deputi

Bidang Pengawasan.

2. Indikator Kinerja 2 :

Persentase kesehatan koperasi sebesar 10%

Penilaian kesehatan pada 19 KSP/USP di 8 Provinsi, yaitu: Sumatera Selatan, Lampung,

Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara

Timur, dan Sulawesi Selatan; sedangkan penilaian kesehatan KSPPS/USPPS pada 15

KSPPS/USPPS, di 5 Provinsi, yaitu; Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa

Timur dapun hasil penilaian kesehatan tersebut adalah:

KSP/USP Koperasi :

1. Sehat : 7 KSP/USP

2. Cukup Sehat : 12 KSP/USP

3. Dalam Pengawasan : 0 KSP/USP

4. Tidak dapat dinilai kesehatan : 0 KSP/USP

KSPPS/USPPS Koperasi :

1. Sehat : 8 KSPPS/USPPS

2. Cukup Sehat : 7 KSPPS/USPPS

3. Dalam Pengawasan : - KSPPS/USPPS

4. Tidak dapat dinilai kesehatan : - KSPPS/USPPS

Data penilaian kesehatan koperasi tahun 2018 dan 2019 adalah sebagai berikut:

Gambar III.1 Perbandingan Jumlah Koperasi Primer Nasional dengan Pelaksanaan

Penilaian Kesehaan USP Koperasi

Page 29: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 22

Tabel III.3

Peningkatan Kesehatan Koperasi Hasil Penilaian Kesehatan

No Uraian 2018 2019

1 Koperasi yang dikunjungi 100 30

2 Koperasi yang berhasil dipenkes 97 34

3 Usaha SP Kop dinyatakan sehat 20 15

4 Usaha SP Kop dinyatakan cukup sehat 63 19

5 Usaha SP Kop dinyatakan dalam

pengawasan 14 0

6 Usaha SP Kop tidak dapat diperiksa 3 0

7 Sertifikat yang diterbitkan 83 34

Sumber: Asdep Penilaian Kesehatan Usaha Simpan Pinjam

Dari Tabel III.2 diketahui bahwa persentase koperasi dengan kategori sehat mengalami

peningkatan dari sebelumnya sebesar 20% dan pada tahun 2019 sebesar 50%. Namun, apabila

dibandingkan dengan jumlah Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi Nasional yaitu sebesar 558

USP Primer Nasional, jumlah tersebut masih sangat kecil.

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2019

Pelaksanaan penilaian kesehatan usaha simpan pinjam koperasi memerlukan koordinasi karena

persyaratan penilaian kesehatan bahwa koperasi yang dapat dinilai kesehatannya adalah

koperasi yang telah melaksanakan RAT, dan bagi koperasi yang volume usahanya sudah

mencapai Rp. 2,5 M atau lebih harus sudah dilakukan audit eksternal dari Kantor Akuntan

Publik. Selain itu, jumlah koperasi yang dikunjungi mengalami penurunan karena alokasi

dana/anggaran penilaian kesehatan mengalami penurunan dari tahun 2018. Hal ini

berpengaruh terhadap sertifikat yang diterbitkan.

Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:

- Dukungan SDM yang kompeten dalam melakukan penilaian kesehatan usaha simpan

pinjam koperasi.

Rekomendasi

0

200

400

600

558

34

USP Kop Nasional Penkes

Page 30: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 23

- Perlu dukungan anggaran yang memadai

- Dukungan data base koperasi yang valid

3. Indikator Kinerja 3 :

Persentase koperasi yang direhabilitasi sebesar 5%

LHP yang masuk berjumlah 91 (Sembilan puluh satu) sepanjang tahun 2019, terdiri

dari LHP yang berasal dari Asdep Pemeriksaaan Kelembagaan berjumlah 34 (tiga puluh

empat), dari Asdep Pemeriksaaan Usaha Simpan Pinjam berjumlah 53 (lima puluh tiga) LHP,

dan Pemeriksaan Terpadu berjumlah 4 LHP. Dari sejumlah LHP tersebut telah diterbitkan 54

(Lima puluh empat) Surat Keputusan Deputi Bidang Pengawasan Kementerian Koperasi dan

UKM tentang Pemberian Sanksi Administratif sepanjang tahun 2019, berupa Teguran Tertulis

I, terhadap Koperasi yang melakukan pelanggaran.

Tabel III.4 Data Jumlah LHP dan SK Sanksi tahun 2018 dan 2019

Variabel 2018 2019

LHP masuk 149 92

LHP yang dibahas 99 91

LHP yang tdk dikenakan sanksi 52 37

SK Sanksi 47 54

Pemantauan Kop Kena Sanksi 20 53

Rehabilitasi/penghapusan sanksi 4 10

% Rehabilitasi dari koperasi yang

dikenakan sanksi 8,51 18,52

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa terdapat 10 koperasi yang mendapatkan

rehabilitasi/penghapusan sanksi atau dengan kata lain Persentase koperasi yang

menindaklanjuti pelanggaran dari 54 SK Sanksi yang dikeluarkan atau sebesar 18,52%.

Sebagian besar LHP yang tidak diproses menjadi SK Sanksi berjumlah 37 (tiga puluh

tujuh) dikarenakan:

• Pembinaan terhadap koperasi

• Tidak ditemukan alamatnya

• Akan diperiksa kembali pada tahun 2020

• Dalam temuan LHP Tidak ada pelanggaran

• Sedang dalam masa pemantauan oleh Bidang Pemantauan Asdep Penerapan Sanksi

• Koperasi ada perbaikan terhadap pelanggaran yang dilakukan, tim pemeriksa

menyampaikan bahwa koperasi bertindak kooperatif dan bersedia melakukan perbaikan.

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target tahun 2019

Kendala dan permasalahan pencapaian target tahun 2019 adalah kesadaran koperasi untuk

menindaklanjuti hasil rekomendasi penerapan sanksi (faktor eksternal).

Page 31: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 24

Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:

- Dukungan SDM yang kompeten dalam penerapan sanksi.

Rekomendasi

- Dukungan anggaran yang memadai

- Dukungan data base koperasi yang valid

- Perlunya sinkronisasi dan kejelasan regulasi antara pemeriksaan dengan penerapan sanksi,

karena dalam peraturan penerapan sanksi tidak membedakan lamanya koperasi berdiri,

namun dari sisi pemeriksaan hal ini menjadi pertimbangan untuk tidak diberikan sanksi.

- Agar dilakukan pemilahan LHP yang masuk ke Asdep Penerapan Sanksi, yaitu berupa

temuan pelanggaran saja, sedangkan temuan pembinaan agar langsung dikirimkan kepada

Deputi Bidang Kelembagaan.

- Perlunya meningkatkan ketertiban dalam menjalankan SOP Deputi Bidang Pengawasan.

Selain itu, dalam upaya mendukung pelaksanaan indikator-indikator kinerja tersebut,

sebagaimana amanat UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah huruf Q mengenai

pembagian urusan pemerintahan bidang koperasi, usaha kecil, dan menengah, maka agar

pengawasan koperasi di Indonesia dapat berjalan dengan efektif dan efisien diperlukan

koordinasi yang baik antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah. Daerah sebagai

pemegang otonomi seluas-luasnya, diharapkan memerankan fungsi regulatornya untuk

menunjang pengawasan koperasi. Sedangkan fungsi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil

dan Menengah, diharapkan sebagai koordinator pengembangan koperasi dan Usaha Kecil dan

Menengah di Indonesia, selain fungsi regulator yang tetap ada.

Untuk itu, dalam upaya meningkatkan sinergitas tersebut, Kementerian Koperasi dan

UKM melalui Deputi Bidang Pengawasan membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengawas

Koperasi di daerah yang diberikan stimulant melalui pemberian dana dekonsentrasi Satgas

Pengawas Koperasi.

Adanya Dana Dekonsentrasi bagi Satgas Pengawas Koperasi ini, sangat diapresiasi

oleh OPD Pembina Koperasi. Beberapa daerah justru meminta agar alokasi dana dekonsentrasi

tersebut, dapat ditingkatkan, mengingat dibeberapa daerah/wilayah tidak mempunyai APBD

pengawasan koperasi. Untuk itu, Deputi Bidang Pengawasan mengajak Pemerintah Daerah

untuk mendukung pengawasan koperasi melalui keberpihakan dalam regulasi dan

penganggaran yang disampaikan melalui surat khusus ke kepala daerah ataupun saat

kunjungan DPRD ke Kementerian Koperasi dan UKM.

Harapannya dengan adanya Satuan Tugas Pengawas Koperasi, maka penyebaran

informasi mengenai pengawasan koperasi lebih mudah dan lebih fokus untuk dilaksanakan.

Namun demikian, fungsi koordinasi dari Pembentukan Satgas Pengawas Koperasi masih

belum optimal, sehingga memerlukan kegiatan khusus koordinasi untuk lebih mengoptimalkan

fungsi dan peran Satgas Pengawas Koperasi.

Beberapa tantangan lainnya selain tantangan eksternal (koperasi, misalnya investasi

Page 32: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 25

illegal, perbankan berkedok koperasi dll), juga terdapat tantangan internal, yaitu kapasitas

aparat pengawas koperasi. Apabila dilihat dari perbandingan rasio pengawasan dengan aparat

pengawas koperasi, didapatkan perbandingan Pusat 1:17, Provinsi 1:21, dan Kab/Kota 1:61.

Disampaing tantangan mengenai sistem mutasi/rotasi pegawai di daerah yang cukup tinggi,

maka telah dibentuk Jabatan Fungsional Pengawas Koperasi (JFPK) dan bahkan pada tahun

2019 telah diangkat beberapa Pejabat Fungsional Pengawas Koperasi di daerah. Kementerian

Koperasi dan UKM selaku instansi Pembina pada tahun 2019 telah menerima sebanyak 32

usulan inpassing JFPK dan telah mengeluarkan Surat Rekomendasi Pengangkatan JFPK

sebanyak 16 pengusul.

1.2. REALISASI ANGGARAN TAHUN 2019

Dalam kerangka penganggaran yang berbasis kinerja, penyerapan anggaran bukanlah

merupakan target alokasi anggaran. Perfomance Based Budget lebih memfokuskan pada kinerja

daripada penyerapan anggaran itu sendiri. Akan tetapi berdasarkan kondisi perekonomian saat ini,

variabel dominan pendorong pertumbuhan perekonomian adalah faktor konsumsi, sehingga

belanja pemerintah yang merupakan konsumsi pemerintah turut menjadi penentu pertumbuhan

tersebut. Kegagalan dalam target penyerapan anggaran memang akan berakibat hilangnya manfaat

belanja, karena dana yang telah dialokasikan ternyata tidak semuanya dapat dimanfaatkan yang

berarti terjadi iddle money. Padahal apabila pengalokasian anggaran efisien, maka keterbatasan

sumber dana yang dimiliki negara dapat dioptimalkan untuk mendanai kegiatan strategis. Sumber-

sumber penerimaan negara yang terbatas, dihadapkan pada kebutuhan masyarakat yang tidak

terbatas, mengharuskan Pemerintah menyusun prioritas kegiatan dan pengalokasian anggaran

yang efektif dan efisien. Oleh sebab itu, ketika penyerapan anggaran gagal memenuhi target,

berarti telah terjadi inefisiensi dan in-efektivitas pengalokasian anggaran. Namun demikian,

beberapa penyerapan yang maksimal bisa juga disebabkan oleh hal lain, misalnya efisiensi

pelaksanaan kegiatan.

Total pagu anggaran Deputi Bidang Pengawasan pada tahun 2019 sebesar Rp

11.625.000.000,- (sebelas milyar enam ratur lima puluh juta rupiah) dengan nilai realisasi per 31

Desember 2019 mencapai Rp. 11.564.778.259,- atau 99,48%. Apabila dilihat dari PAGU, maka

PAGU Deputi Bidang Pengawasan mengalami penurunan sebesar 36,16% jika dibandingkan pagu

tahun 2018. Namun, apabila dilihat dari realisasi sisa anggaran, maka terdapat kenaikan realisasi

anggaran dari tahun sebelumnya sebesar 99,16% dan tahun ini sebesar 99.48%. Hal ini merupakan

bentuk optimalisasi dan efisiensi dalam penganggaran.

Tabel III.5. Rekapitulasi Realisasi Anggaran Deputi Bidang Pengawasan

Tahun 2019

UNIT KERJA PAGU REALISASI % SISA %

4946. SESDEP 6 (Pengawasan)

4.450.000.000 4.437.945.883 99,73 12.054.117 0,27

Page 33: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 26

5675. ASDEP 1 (Kepatuhan) 1.200.000.000 1.183.529.801 98,63 16.470.199 1,37

2750. ASDEP 2 (Pemeriksaan Kelembgn)

1.375.000.000 1.366.466.777 99,38 8.533.223 0,62

5677. ASDEP 3 (Pemeriksaan USP)

1.600.000.000 1.595.722.825 99,73 4.277.175 0,27

5676. ASDEP 4 (Penilaian Kesehatan USP)

1.800.000.000 1.793.881.183 99,66 6.118.817 0,34

5678. ASDEP 5 (Penerapan Sanksi)

1.200.000.000 1.187.231.790 98,94 12.768.210 1,06

JUMLAH 11.625.000.000 11.564.778.259 99,48 60.221.741 0,52

Kendala dan permasalahan serta solusi dalam pencapaian target anggaran tahun 2019

Tidak ada kendala dan permasalahan yang berarti untuk mencapai target realisasi anggaran.

Namun demikian, terdapat ketidakkonsistenan penyerapan anggaran perbulannya. Hal ini karena

implementasi realisasi anggaran belum sepenuhnya mengacu pada POK. Selain itu, hambatan dan

permasalahannya pencapaian realisasi anggaran adalah:

- Perencanaan program/kegiatan dan anggaran yang kurang cermat, sehingga memerlukan revisi

anggaran.

- PAGU minus yang disebabkan kurangnya kontrol penyerapan anggaran di masing-masing

Asisten Deputi, pada akhirnya dilakukan revisi anggaran.

- Koreksi SPM.

- Keterlambatan penyelesaian administrasi oleh pihak ketiga.

Faktor pendukung dalam pencapaian target tahun 2019

Faktor-faktor yang mendukung pencapaian target adalah:

- Dukungan SDM yang profesional yang mana melalui dukungan ini penyerapan anggaran

dapat dioptimalkan hingga mencapai 99,48%.

Rekomendasi

- Perencanaan program/kegiatan dan anggaran secara cermat untuk meminimalisasi

kemungkinan revisi anggaran.

- Perlu komitmen dalam implementasi POK sehingga konsistensi penyerapan benar-benar

sesuai rencana.

- Kontrol anggaran yang baik di masing-masing unit Eselon II untuk meminimalisasi PAGU

minus dan koreksi SPM.

- Koordinasi yang baik dengan pihak ketiga

Page 35: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 28

Dari hasil penilaian dan evaluasi kinerja Deputi Bidang Pengawasan sampai dengan akhir

tahun 2019 menunjukkan hasil yang baik, karena mampu mencapai bahkan beberapa melebihi

target yang telah ditentukan.

4.1. Capaian

A. Indikator Kinerja

Deputi Bidang Pengawasan mempunyai tujuan strategis mewujudkan koperasi yang sesuai

dengan peraturan perundangan yang kemudian dijabarkan lebih lanjut ke dalam sasaran

strategis terwujudnya koperasi yang sehat dan patuh dengan 3 indikator kinerja utama dalam

Perjanjian Kinerja Deputi Bidang Pengawasan Tahun 2019 yang kesemuanya memenuhi

target yang telah ditentukan, yaitu:

a. Persentase menurunnya pelanggaran koperasi target 15%, tercapai aspek kepatuhan sebesar

75%, aspek kelembagaan sebesar 80%, aspek usaha simpan pinjam koperasi sebesar

100%, dan aspek usaha simpan pinjam koperasi syariah sebesar 100%.

b. Persentase kesehatan koperasi sebesar 10% tercapai sebesar 50% dari total pelaksanaan

penilaian kesehatan.

c. Persentase koperasi yang direhabilitasi sebesar 5% tercapai sebesar 18,52% dari 54

koperasi yang mendapatkan SK Sanksi.

B. Anggaran

Nilai realisasi per 31 Desember 2019 mencapai Rp. 11.564.778.259,- atau 99,48%, dengan

sisa anggaran sebesar Rp.60.221.741, atau 0,52%.

4.2. Kendala/hambatan

Secara umum kendala atau hambatan untuk mencapai indikator kinerja adalah data base

koperasi yang tidak valid serta kesiapan koperasi untuk diperiksa/dinilai. Sedangkan untuk

realisasi anggaran tidak terdapat permasalahan yang berarti, hanya berupa hambatan teknis,

yaitu: 1) kesalahan penempatan/pembebanan akun; 2) keterlampatan pihak bank dalam

menyampaikan biling sementara/biling statement menyebabkan tagihan dari kartu tidak dapat

segera terbayar; 3) konsistensi penyerapan anggaran perbulan belum sepenuhnya sesuai POK.

4.3. Rekomendasi

A. Rekomendasi dalam mencapai indikator kinerja

1. Perlu dukungan anggaran yang memadai

2. Dukungan data base koperasi yang valid

3. Perlunya pelaksanaan pengawasan koperasi yang komprehensif meliputi semua aspek

pengawasan sehingga melalui cara ini pengawasan koperasi akan lebih efektif dan

efisien. Efektif karena meliputi semua aspek dalam satu kali/setiap pemeriksaan dan

efisien karena setiap pegawai akan mampu melakukan pemeriksaan disemua aspek

sehingga akan efisien secara anggaran dan memperbanyak jumlah capaian output

koperasi yang periksa.

Page 36: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 29

4. Perlu pembahasan lebih lanjut untuk menetapkan IKU yang lebih tepat bagi Deputi

Bidang Pengawasan dari pemeriksaan kelembagaan, pemeriksaaan USP Koperasi, dan

penerapan sanksi.

B. Rekomendasi dalam mencapai anggaran

1. Perencanaan program/kegiatan dan anggaran agar lebih cermat lagi untuk meminimalisasi

revisi anggaran.

2. Perlu komitmen dalam implementasi POK sehingga konsistensi penyerapan benar-benar

sesuai rencana.

Beberapa isu-isu pengawasan koperasi yang masih memerlukan perhatian, yaitu:

1. Pengawasan dan Pemeriksaan Koperasi di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota belum

menggunakan standar peraturan pengawasan (pengawasaan saat ini masih menggunakan juknis

yang seharusnya diangkat menjadi peraturan menteri) dengan mempertimbangkan

risiko/berbasis risiko dalam hal ini perlu dibuat klasifikasi usaha koperasi (KUK).

2. Tidak adanya keterkaitan langsung dalam melakukan pengawasan antara pusat dan daerah. Ke

depannya diharapkan adanya Single Data dan Proses Pengawasan secara integrative sehingga

terjadi sharing data dan informasi bersama.

3. Proses pemeriksaan dan output yang dihasilkan berbeda-beda untuk masing-masing level

(Pusat-Daerah) tidak standar hasilnya.

4. Hubungan kerja antar unit kerja dalam pengawasan dan pemeriksaan sering terjadi

REDUNDANT. Sebagai langkah awal ke depannya (pada tahun 2020) pengawasan koperasi

tingkat pusat akan dilakukan secara terpadu sehingga hasil pengawasan lebih komprehensif

memuat semua aspek pengawasan koperasi.

Page 39: DEPUTI BIDANG PENGAWASAN DEPWAS...yang ditujukan untuk pencapaian visi dan misi tersebut. Pada tahun 2019 Deputi Bidang Pengawasan mempunyai 1 (satu) sasaran strategis dengan 3 (tiga)

LAKIP DEPUTI BIDANG PENGAWASAN TAHUN 2019 1

DEPUTI BIDANG

PENGAWASAN

Suparno, SE, MM

SEKRETARIS

Moh. Yusuf Cherullah, ST

Bagian Perencanaan

Saptiati Prihastuti, BSc

Bagian Umum

Edi Wahono, S.Sos

Kepala Bidang Pelaksanaan Sanksi

Dandy Bagus Ariyanto, SH, MH

-Kasubbid. Pemeriksaan

Penghimpunan Dana

Devi Yusdiana, SE

Kasubag Keuangan

Ria Apriani, S.Kom

-Kasubag. Rencana dan Program

Faizal Mhd. Alhaq, SE

-Kasubag Evaluasi & Pelaporan

Eko Sari Budirahayu, SE, MAP

/(III(III/b)

Eko Purwanto

Neiky Amanati Fitria, SE

Asdep Kepatuhan

Moh. Yusuf Choerullah, ST

Kepala Bidang Kepatuhan Legal

Mohamad Hidayat, SE, ME

Kepala Bidang Kepatuhan Usaha dan Keuangan

Hasanah, BSc

Kepala Bidang Kepatuhan Transaksi

Leonardi Pratama, SH, MP

Kasubbid. Kepatuhan Usaha

Sivanadira, SE

- Kasubbid. Kepatuhan Keuangan

Drs. Adi Abduddin Arfan

Kasubbid. Pencegahan Transaksi

Mencurigakan

A. Rhamdoni. M, S.Kom

Kasubbid. Pemeriksaan dan

Pelaporan

Milda Sari, SE

-Kasubbid. Penerapan Peraturan

dan Hukum

Netty Arbie, SE

-Plt Kasubbid. Evaluasi Penerapan

Peraturan dan Hukum

Mohamad Sofan Sova, S.Kom

Asdep Pemeriksaan Kelembagaan

Suparyono, SH, MM

Kepala Bidang Pemeriksaan Organisasi

Dra. Retno Satyatstuti

Kepala Bidang Pemeriksaan Kinerja

Ari Gunawan, SE

Kepala Bidang Pemeriksaan Laporan Keuangan

Heri Basuki, SE

-Kasubbid. Pemeriksaan

Manajemen Organisasi

Suryono Ahmad, ST

- Kasubbid. Pemeriksaan

Manajemen Usaha

Leny Hamiyati, S.Sos

Husni Kamal

- Kasubbid. Pemeriksaan

Kinerja Kelembagaan

Wahidin, SE, MM

-Kasubbid. Pemeriksaan

Kinerja Keuangan

Hendri Yansyah, SE

Debora JS, SH

-Kasubbid. Pemeriksaan

Eksternal

Stepen Stanley, SE

- Kepala Sub Bidang Pemeriksaan

Internal

Sholeh Gialhak, SE, MM

Winda

Anggraini, SE

Asdep Pemeriksaan Usaha Simpan Pinjam

Plt. Suparyono, SH, MM

Kepala Bidang Pemeriksaan USP

Konvensional

Ferrry Indraputra, SE

Kepala Bidang Pemeriksaan USP Syariah

Siti Aedah, S.Pt, MP

Kepala Bidang Pemeriksaan Laporan

Keuangan Simpan Pinjam

Yayah Rodiana, Sm.Hk

Budi Lesmana

Kasubbid. Pemeriksaan

Pembiayaan

Moh. Riza, S.Ag, MM

Immanuael

Ro T, SE

- Kasubbid. Audit Financial

Sri Sekar Ine, SE

Kasubbid. Audit Khusus

Devita Dwi Artanti, SE

Septina

Teguh F.

- Plt. Kasubbid. Pemeriksaan

Penghimpunan Dana

Indra Wiryawan, SE

Kasubbid. Pemeriksaan

Penyaluran Dana

Adie Setiawan, SE

Asdep Penilaian Kesehatan Usaha

Simpan Pinjam

Plt. Moh. Yusuf Choerullah

Kepala Bidang Penilaian Kesehatan USP

Konvensional

Niken Prasetyawati, S.Kom

Kepala Bidang Penilaian Kesehatan

USP Syariah

Mulyanto, S.Sos, MM

Kepala Bidang Tidak Lanjut Penilaian

Kesehatan

Cecep Setiawan, S.Kom, MM

Kasubbid. Penilaian Kesehatan KSP

Maria Cristina YR

Plt. Kasubbid. Penilaian

Kesehatan USP Koperasi

Rachmat Efendi ,SE

Kasubbid. Penilaian Kesehatan

KSP Pola Syariah

Agung Suyadi, SE

Kasubbid. Penilaian Kesehatan USP Pola Syariah

Bagus Dwi Yatmoko, SE, MM

-Kasubbid. Pelaksanaan Rekomondasi

Rahmat Wahyudi, SE

- Kasubbid. Pemantauan

Tindak Lanjut Rekomondasi

Kun Ismandari, S.Pt

Triastomo, SE

Kasubbid. Pelaksanaan Sanksi Administrasi

Meika Purnamasari, SSi

Asdep Penerapan Sanksi

Budi Suharto, SH, SE, M, Kn

Kepala Bidang Pemantauan

Keumala Dewi Hasan, SE, MM

Kepala Bidang Rehabilitasi

Rudy Witjaksono, SE

- Kasubbid. Pelimpahan

Perkara

Yori Andriani, SS

Suratno

Kasubbid. Pemantauan Pelaksanaan Sanksi Andri Febri Yadi, SE

- Kasubbid. Pemantauan Keputusan Hasil Limpahan

Ajeng Purwaningrum, S.Psi

Fajar Dwi L,

AMd

Kasubbid. Rehabilitasi Kelembagaan

M. Ibnu Aryanto, S.Kom, MAP

- - Kasubbid. Rehabilitasi

Usaha

Ahmad Fauzi, ST

Ade Guntur,SE

Kasubag Tata Usaha

Edi Yanto, S.Hut, ME Samsudin Saragih

Dian Stayaning

Asmoro, A.Md

Zulkifli Moh Said, SH.

M.Si

Syorswens Gerri, S.Kom

Ira

Dunggio,

S.STP.

Alice Besty,

SSi

Steven Rossenberg

Mega Bhakti, SSi

Albert Meder

Barapadang, SE

Manasye Dani

C, SE

Tutut Dwi

Laksanawati,

SE