rencana strategis deputi bidang pengembangan …

45
RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN PERPUSTAKAAN NASIONAL RI TAHUN 2020-2024 PERPUSTAKAAN NASIONAL TAHUN 2020

Upload: others

Post on 20-Feb-2022

39 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RENCANA STRATEGIS

DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER

DAYA PERPUSTAKAAN

PERPUSTAKAAN NASIONAL RI

TAHUN 2020-2024

PERPUSTAKAAN NASIONAL

TAHUN 2020

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perpustakaan

Tabel 2. Jumlah Perpustakaan berdasakan Jenis Perpustakaan

Tabel 3. Jumlah Perpustakaan Terakreditasi

Tabel 4. Jumlah Ketersediaan Koleksi Bahan Perpustakaan

Tabel 5. Tenaga Perpustakaan Berdasarkan Jenis Perpustakaan Per Provinsi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sebaran Perpustakaan Indonesia

Gambar 2. Tingkat Ketersediaan Perpustakaan

Gambar 3. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

GRAFIK

Grafik 1. Rasio Ketercukupan Jumlah Koleksi

Grafik 2. Rasio Ketercukupan Jumlah Tenaga

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Matriks Kinerja Dan Pendanaan Rencana Strategis Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Perpustakaan Tahun 2020-2024

Lampiran 2. Matriks Kerangka Regulasi Rencana Strategis Perpustakaan Nasional Tahun 2020-

2024

Lampiran 3. Indikator Kinerja Utama Rencana Strategis Deputi Bidang Pengembangan Sumber

Daya Perpustakaan

iii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ........................................................................................................................................ ii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................................... ii

GRAFIK ....................................................................................................................................................... ii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................... iv

BAB I ............................................................................................................................................................. 1

PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1

1.2 Kondisi Umum ............................................................................................................................... 3

1.3 Kerangka Berpikir .....................................................................................................................18

BAB II ..........................................................................................................................................................22

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS ...........................................................................................22

2.1 Visi ................................................................................................................................................22

2.2. Misi ...............................................................................................................................................22

2.3. Nilai-Nilai ......................................................................................................................................22

2.4. Sasaran Strategis ........................................................................................................................23

BAB III .........................................................................................................................................................25

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, ......................................................................25

3.1 Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Literasi untuk Kesejahteraan .............................25

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perpustakaan ..................................................28

3.3. Kerangka Regulasi .....................................................................................................................30

3.4. Kerangka Kelembagaan .............................................................................................................31

BAB IV .........................................................................................................................................................32

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ............................................................................32

4.1 Target Kinerja ...............................................................................................................................32

4.2 Kerangka Pendanaan .................................................................................................................35

BAB V ..........................................................................................................................................................36

PENUTUP ...................................................................................................................................................36

Commented [P1]: Ini urutan 1 Trus Daftar isi Baru yg lainnya

iv

KATA PENGANTAR

Renstra Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Tahun 2020-2024

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Rentra Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Tahun 2020-2024, sedangkan proses penyusunan dan analisisnya bermuara pada kebijakan yang

telah teruang dalam dokumen Renstra Lembaga. Renstra ini juga perpedoman pada Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dan peraturan dan perundang

undangan yang terkait seperti Undang- Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah dengan maksud untuk percepatan Indonesia cerdas melalui

pemberdayakan perpustakaan.

Rencana Strategis Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan 2020- 2024

merupakan dokumen rencana pembangunan yang berisi upaya-upaya dan langkah-

pembudayaan kegemaran membaca dan peningkatan kapasitas semua jenis perpustakaan

agar sesuai dengan Standar Nasional Perpustakan (SNP). Selain itu memuat penetapan sasaran

strategis, program, kegiatan, indikator, target dan kerangka pendanaan dan kerangka regulasi

yang akan menjadi dasar dalam penyelenggaraan pembangunan perpustakaan dalam kurun

waktu lima tahun ke depan dan disertai dengan pengukurannya.

Rencana Strategis Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan 2020-

2024 sebagai arah kebijakan teknis dalam pembangunan perpustakaan di tanah air baik lintas

sektor pusat maupun daerah. Renstra ini harus dipastikan menjadi arah kebijakan teknis

bersama yang tercermin dari keberpihakan dalam perencanaan dan penganggaran mulai

dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dan pengukurannya.

Jakarta, Oktober 2020

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan

Drs. Deni Kurniadi, M.Hum.

Commented [P2]: pemberdayaan

Commented [P3]: langkah-langkah

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan dinyatakan bahwa

perpustakaan merupakan wahana belajar sepanjang hayat mengembangkan potensi

masyarakat agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan

nasional. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5

ayat (5) menekankan bahwa setiap warga negara berhak mendapat kesempatan

meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Hal tersebut selaras dengan manifesto IFLA

(International Federation of Library Association) dan UNESCO (United Nations Educational

Scientific and Cultural Organization) yaitu perpustakaan umum merupakan pintu gerbang dari

masyarakat kepada ilmu pengetahuan, menyediakan faslitias dasar untuk tujuan

pembelajaran sepanjang hayat, pengambilan keputusan independen serta pengembangan

budaya individu dan kelompok. Dengan demikian, kesempatan meningkatkan pendidikan

sepanjang hayat merupakan hak seluruh warga negara.

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pasal 12 ayat

(2) mengatur pembagian urusan wajib dengan urusan pilihan pemerintah daerah.

Perpustakaan merupakan urusan wajib yang tidak terkait dengan pelayanan dasar. (lihat

tabel 1). Dilihat dari konteks pembangunan nasional dan peraturan dan perundang-

undangan yang ada, bahwa perpustakaan bukan pembangunan bersifat parsial di pusat saja

namun bersifat komprehensif menyangkut seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Oleh karena itu,Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan

sebagai pelaksana teknis kebijakan fokus pada pembinaan semua jenis perpustakaan

baik infrastruktur maupun sumber daya manusia, termasuk standardisasi dan akreditasi

perpustakaan, serta pembudayaan kegemaran membaca.

Commented [P4]: fasilitas

2

Tabel 1.1 Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perpustakaan

NO. SUB URUSAN PEMERINTAH PUSAT

PEMERINTAH DAERAH

(PROVINSI)

PEMERINTAH DAERAH

(KABUPATEN/KOTA)

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pembinaan Perpustakaan

a. Penetapan standar dan akreditasi perpustakaan.

b. Pengelolaan perpustakaan tingkat nasional.

c. Pembudayaan gemar membaca tingkat nasional.

a. Pengelolaan perpustakaan tingkat Daerah provinsi.

b. Pembudayaan gemar membaca tingkat Daerah provinsi.

a. Pengelolaan perpustakaan tingkat Daerah kabupaten/kota.

b. Pembudayaan gemar membaca tingkat Daerah kabupaten/kota.

adanya pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah tersebut, dapat

memenuhi Standar Nasional Perpustakaan (SNP) yang meliputi standar koleksi, standar

sarana dan prasarana, standar pelayanan perpustakaan, standar tenaga perpustakaan,

standar penyelenggaraan, dan standar pengelolaan. diharapkan dapat memberikan

layanan prima secara profesional dengan dukungan teknologi informasi

Dari aspek kelembagaan, semua jenis perpustakaan cukup besar jumlahnya sehingga

dapat mempercepat mendorong ke arah masyarakat berbasis pengetahuan yaitu society 5.0 yang

berfokus pada keseimbangan hidup meskipun berbasis pada kemajuan teknologi. Oleh karena itu,

transfromasi perpustakaan merupakan prioritas lembaga ke arah berbasis teknolog komunikasi dan

informasi sehingga dukungan semua stakeholder harus dijalin dengan baik untuk bersama-sama

penguatan kebijakan di bidang kepustakawanan.

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan menyusun Renstra secara terpadu dan terintegrasi dengan harapan dapat

menjadi acuan bagi Pemerintah Pusat maupun Daerah. meningkatkan kapasitas

masyarakat melalui berbagai akses dan layanan serta pengembangan pengetahuan,

Commented [P5]: pada pendahuluan ini apa kita tidak ambil lengkap saja tidak hanya terbatas yg D2 saja

Commented [P6]: dan pembudayaan kegemaran membaca dengan

Commented [P7]: Pembangunan perpustakaan dan penyediaan akses pengetahuan yang bermutu memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat. Perpustakaan sebagai pusat literasi informasi dan pusat kegiatan dapat menjadi wahana belajar sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi dan pemberdayaan masyarakat. Namun permasalahan umum penyelenggaraan perpustakaan pada saat ini yang masih tampak kepermukaan seperti kurangnya akses pada pengetahuan yang berkualitas dan walaupun sudah ketersediaan belum sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sedangkan Permasalahan lainnya adalah dukungan kebijakan teknis dari pemangku kepentingan masih parsial dan sampai saat ini konsep pustakawan sebagai penggerak literasi belum tuntas.

Commented [P8]: memberikan penguatan

3

informasi, ketrampilan masyarakat agar memiliki kecakapan dan wawasan yang luas

serta ketrampilan yang memadai sehingga membentuk masyarakat pembelajar

sepanjang hayat dan mampu untuk bersaing serta bersanding dengan masyarakat

global.

1.2 Kondisi Umum

pengembangan perpustakaan di tanah air, tidaklah mungkin dikerjakan sendiri oleh

lembaga Perpustakaan Nasional. Kerjasama dan peran semua pihak yang terkait dengan

kehidupan masyarakat harus dibangun, dibina dan didayagunakan. Perpustakaan

Nasional sebagai penggerak utama (prime mover) merupakan faktor penting dalam

mendukung suksesnya pembangunan perpustakaan di Indonesia. Oleh karena itu

diperlukan proses transformasi kelembagaan, transformasi ini hannya dapat berhasil jika

perpustakaan dapat memberdayaan masyarakat dan menyelenggarakan layanan prima

dengan keunggulan informasi yang bernilai tinggi, bermanfaat secara sosial dan

sekaligus menghasilkan nilai ekonomi. Keberhasilan transformasi, memerlukan

komitmen dari segenap stakeholders untuk dapat bekerjasama melakukan perubahan-

perubahan yang diperlukan berdasarkan visi yang telah disepakati bersama.

Sejauh ini kondisi perpustakaan di tanah air belum menunjukkann peran

strategisnya untuk terlibat dalam peningkatkan kualitas masyarakat secara masif hal ini

dipengaruhi oleh berbagai permasalahan baik secara internal maupun eksternal

perpustakaan.

1.2.1. Transformasi Perpustakaan

Persaingan di tingkat global, tantangan dan kendala semakin tinggi sehingga

diperlukan kesiapan sumber daya manusia yang terencana dan berkelanjutan baik

secara kelembagaan maupun individu. Urgensitas literasi dalam menghadapi

tantangan zaman pada masa kini dan masa depan, peningkatan daya saing bangsa

menempati posisi utama.

Transformasi perpustakaan ini lebih kompleks dibanding dari sekedar

upaya pengembangan lembaga karena transformasi perpustakaan berbasis inklusi

sosial merupakan sebuah lompatan perubahan dari budaya tutur menjadi budaya

berkarya. Berkarya harus menjadi pilar utama bagi pendidikan baik formal maupun

informal dalam rangka mewujudkan masyarakat berbasis keilmuan sesuai dengan

4

karakter bangsa.

Perpustakaan sebagai penciptaan tradisi berbasis keilmuan melalui

berkarya dan keunggulan secara inklusif (inclusive excellence), yang

memungkinkan segenap potensi terbaik masyarakat memperoleh akses dan

kesempatan memperoleh informasi dan pengetahuan. Hal ini, hannya dapat

dilakukan jika program transformasi perpustakan dapat dilaksanakan sesuai

dengan pendekatan layanan perpustakaan dan komitmen bersama semua lini

pemerintah dan masyarakat. Pengembangan transformasi hannya mungkin

berlangsung jika masyarakat dapat mengembangkan dirinya dengan ketersediaan

informasi, buku murah, kemudahan akses mendapatkan bahan bacaan, dan ilmu

pengetahuan yang bernilai tinggi dan bermanfaat, sehingga bermanfaat secara

sosial. Oleh karena itu, dalam proses transformasi ini diperlukan rekontruksi

paradigma, restrukturisasi, reposisi dan revitalisasi berbagai unsur kelembagaan

serta mindset. Keberhasilan transformasi berbasis inklusi sosial ini memerlukan

komitmen dan konsistensi dari segenap stakeholders untuk dapat berkerjasama

melakukan perubahan-perubahan yang diperlukan berdasarkan pendekatan

budaya yang dimiliki atau yang dianut oleh masyarakat. Memang saat ini sudah

banyak program perpustakaan yang mengarah pada penguatan literasi masyarakat

yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat namun masih bersifat parsial,

belum terpadu dan belum ada konsep secara nasional membangun literasi untuk

Negeri.

Berdasarkan pengalaman masa lalu terkait hambatan dan kendala yang

masih berlanjut sampai kini, mendorong pengelola perpustakaan untuk berani

meninggalkan cara lama dan berani melakukan terobosan-terobosan baru untuk

hidup lebih baik. Konsekuensi dari perpustakaan yang transformative adalah keluar

dari zona nyaman yang selama ini menjadi kebiasaan-kebiasaan perpustakaan

dengan memakai konsep lama. Dunia berubah begitu cepatnya, bila kita terlambat

berubah maka perpustakaan tidak relevan dan tidak significan . Hakikat

perpustakaan adalah pembaharuan dan sebagai pusat pengetahuan masyakat.

1.2.2. Perpustakaan untuk Kesejahteraan

Terciptanya kesejahteraan rakyat adalah salah satu tujuan utama pendirian

negara Republik Indonesia. Sejahtera merupakan keadaan sentosa dan makmur

Commented [P9]: dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

5

yang diartikan sebagai keadaan yang berkecukupan atau tidak berkekurangan,

yang tidak saja memiliki dimensi fisik atau materi, tetapi juga dimensi rohani. Dalam

istilah umum, sejahtera menunjuk ke keadaan yang baik, kondisi manusia di mana

orang-orangnya dalam keadaan makmur, dalam keadaan sehat dan damai.

Untuk meraih kondisi sejahtera bagi masyarakat, pemerintah telah

menetapkan Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat di dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian 5 (lima) sasaran pokok

dengan prioritas pembangunan nasional. Dari kelima sasaran tersebut di Renstra

ini hannya membatasi pada tiga sasaran yaitu sasaran pertama adalah

pengurangan kemiskinan dan pengangguran dengan target berkurangnya

persentase penduduk tergolong miskin. Sasaran kedua adalah meningkatnya

kualitas manusia yang tercermin dari terpenuhinya hak sosial rakyat. Untuk itu

prioritas pembangunan diletakkan pada: Peningkatan Akses Masyarakat terhadap

Pendidikan yang lebih berkualitas; Peningkatan Perlindungan dan Kesejahteraan;

Sasaran ketiga adalah meningkatnya dukungan infrastruktur yang ditunjukkan oleh

meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang pembangunan

dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan prioritas yang diletakkan

pada percepatan pembangunan Infrastruktur perpustakaan. Dari ketiga sasaran

tersebut perpustakan dapat mengambil bagian atau berkontribusi pada

kesejahteraan.

Walaupun berbagai program dan upaya telah dilakukan pemerintah untuk

mereduksi kemiskian ini melalui layanan perpustakaan masih banyak hambatan

dan kendala yang ditemu kenali dilapangan misalnya infrastruktur dan tenaga

pengelola perpustakaan masih terbatas. Bila kita Analisis situasi pada potret

pelayanan perpustakaan masa lalu dan masih berlansung sampai saat ini, akan

tertuju pada pengadaan koleksi tanpa mempertimbangkan kebutuhan masyarakat.

Perpustakaan hannya sekedar menjadi tempat penyimpanan buku. Ruang baca

sepi pengunjung/pemustaka dan sepi diskusi. Sementara teknologi informasi

perpustakaan sebagai bagian infrastruktur kurang memadai dalam pelayanan

informasi berbasis TIK. Sedangkan pustakawan sekedar kerja teknis administrasi

belum sebagai penggerak literasi.

Kesejahteraan dapat dicapai diantaranya dengan cara melalui program

6

transformasi perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial, merupakan suatu pendekatan

pelayanan perpustakaan yang berkomitmen meningkatkan kualitas hidup dan

kesejahteraan masyarakat dengan penguna perpustakaan. Konsep transformasi

ini adalah layanan perpustakaan akan dimanfaatkan dan menfasilitas masyarakat

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Sebagai pusat ilmu pengetahuan dan

pusat kegiatan masyarakat serta pusat kebudayaan, perpustakaan dirancang

lebih berdaya guna bagi keperluan masyarakat. Dengan demikian perpustakaan

dapat menjadi wadah untuk menemukan solusi dan permasalahan kehidupan

masyarakat.

Adapun tujuan program transformasi perpustakaan adalah untuk

meningkatkan literasi informasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi dalam

rangka meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab

itu, program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan Prioritas

nasional Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2019 dengan tema Pemerataan

pembangunan untuk pertumbuhan berkualitas. Program perpustakaan sebagai

bagian pembangunan nasional masuk pada tema pembangunan manusia melalui

pengurangan kemiskinan dan peningkatan pelayanan dasar.

Perpustakaan berbasis inklusi sosial ini, sebagai salah satu skala Prioritas

Nasional 1 (PN1) Pembangunan manusia melalui pengurangan kemiskinan dan

peningkatan pelayanan dasar. Maka penguatan literasi untuk kesejahteraan

berfokus pada literasi informasi terapan dan inklusi serta pendampingan

masyarakat untuk literasi informasi. Pemerataan layanan perpustakaan berbasis

inklusi sosial merupakan sebuah program yang sifatnya berkelanjutan dan stimulan.

Program ini, untuk mendukung prioritas pemerataan layanan pendidikan

berkualitas. Oleh karenanya, perpustakaan memiliki peran strategis dan garda

terdepan untuk mendukung Kegiatan Prioritas (KP) Penguatan Literasi untuk

kesejahteraan melalui Kebijakan transformasi pelayanan perpustakaan berbasis

inklusi sosial, yang berujung pada peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan

rakyat melalui perpustakaan.

Pembangunan perpustakaan memiliki peran penting dalam meningkatkan

kualitas sumber daya manusia dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Perpustakaan sebagai pusat literasi dan pusat kegiatan dapat menjadi wahana

7

belajar sepanjang hayat untuk mengembangkan potensi dan pemberdayaan

masyarakat. Rencana Kerja Pemerintah tahun 2020 dengan sasaran meningkatkan

kualitas pelayanan perpustakaan berbasis inklusi sosial untuk kesejahteraan

dengan indikator: peningkatan nilai kegemaran membaca, peningkatan pemustaka

yang memanfaatkan perpustakaan sebagai pusat literasi informasi dan pusat

kegiatan masyarakat; peningkatan pengunjung dan meningkatnya pengunaan

ruang diskusi; Perpustakaan Umum yang memberikan pelayanan berbasis inklusi

sosial semakin bertambah jumlahnya.

1.2.3. Kondisi Perpustakaan di Indonesia

Perpustakaan sebagai leading sector pengembangan dan pembinaan dan

kegemaran membaca diamanatkan untuk menjalankan sejumlah program terkait

dengan pengembangan budaya literasi. Berdasarkan data yang ada capaian

pengembangan perpustakaan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup

menggembirakan termasuk juga peningkatan akses jurnal elektronik setelah

melakukan berbagai inovasi layanan berbasis teknologi informasi.

Berdasarkan data sensus Perpustakaan Nasional tahun 2018, dapat

dirangkum jumlah perpustakaan secara nasional, sebagai berikut :

Tabel 1.2 Jumlah Perpustakaan Secara Nasional dirinci berdasarkan Jenis Perpustakaan

No. Jenis Perpustakaan Jumlah Perpustakaan

1 Perpustakaan Umum 42.460

a. Perpustakaan Umum Provinsi 34

b. Perpustakaan Umum Kabupaten/Kota 496

c. Perpustakaan Umum Kecamatan 1.685

d. Perpustakaan Umum Desa/Kelurahan 33.929

e. Perpustakaan Komunitas 1.018

f. Taman Bacaan 5.298

2 Perpustakaan khusus 6.552

3 Perpustakaan Sekolah/Madrasah 113.541

a. SD/MI 76.063

b. SMP/TS 19.995

c. SMA/SMK/MA 17.483

8

4 Perpustakaan Perguruan Tinggi 2.057

Jumlah Total Perpustakaan 164.610

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa jumlah total perpustakaan secara

nasional, yaitu sebanyak 164.610 yang tersebar di 34 provinsi di Indonesia. 164.610

perpustakaan tersebut, terdiri dari 42.460 perpustakaan umum, 6.552

perpustakaan khusus, 113.541 perpustakaan sekolah/madrasah, dan 2.057

perpustakaan perguruan tinggi. Jika dirinci berdasarkan pulau-pulau besar di

Indonesia, sebaran perpustakaan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1 Sebaran Perpustakaan di Indonesia

Sebanyak 47,89% dari jumlah perpustakaan berada di pulau Jawa,

selanjutnya sebanyak 23,55% berada di Sumatera dan sebanyak 11,62% berada

di Sulawesi. Selanjutnya, jika dihitung rasio ketersediaan perpustakaan umum

secara nasional adalah 0,00017, artinya hanya terdapat 17 perpustakaan per

100.000 penduduk

9

Gambar 1.2 Infografis Tingkat Ketersediaan Perpustakaan

Tingkat ketersediaan perpustakaan sekolah/madrasah adalah yang paling

tinggi, yaitu 0,00177, artinya terdapat 177 perpustakaan sekolah/madrasah per

100.000 penduduk usia sekolah/madrasah. Sedangkan tingkat ketersediaan

perpustakaan perguruan tinggi sebesar 0,00010 artinya hanya terdapat 10

perpustakaan perguruan tinggi per 100.000 penduduk usia pendidikan tinggi.

Data sebaran perpustakaan berbasis kewilayahan menunjukkan bahwa, wilayah

barat Indonesia yaitu Jawa dan Sumatera menempati posisi tertinggi sebaran

perpustakaan. Sementara itu, semakin ke wilayah timur Indonesia sebaran perpustakaan

semakin kecil. Hal ini disebabkan oleh orientasi pembangunan Indonesia di masa lampau

yang menitik beratkan di Indonesia bagian barat. Dengan demikian, fokus pembinaan

dan pengembangan perpustakaan ke depan perlu dilakukan perubahan orientasi,

dengan prinsip pemerataan dan berkeadilan, terutama pada kawasan timur Indonesia.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Undang-

undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, dalam pasal 9 ayat 1-3

menyatakan bahwa setiap penyelenggara perpustakaan wajib berpedoman pada

Standar Nasional Perpustakaan (SNP),yang telah ditetapkan oleh Perpustakaan

Nasional. Untuk itu, ketentuan dalam SNP juga menjadi indikator dalam penilaian

akreditas perpustakaan. Komponen penilaian akreditasi penyelenggaraan,

pengelolaan, dan pengembangan perpustakaan terdiri dari; (i) layanan; (ii) kerjasama;

(iii) koleksi; (iv) pengorganisasian bahan perpustakaan; (v) sumber daya manusia; (vi)

10

gedung atau ruangan; (vii) anggaran; dan (viii) manajemen perpustakaan. Standar

Nasional Perpustakaan dasar acuan pendirian, pengelolaan dan pengembangan

perpustakaan yang berlaku sama secara nasional. Dari jumlah perpustakaan sebanyak

164.610 perpustakaan yang tersebar di 34 provinsi baru 0,3% terakreditasi atau

sesuai dengan standarisasi nasional. Artinya, 99,7% keberadaan perpustakaan

belum terakreditasi. Secara terinci hal tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 1.3 Jumlah Perpustakaan Terakreditasi Secara Nasional

No. Jenis

Perpustakaan

Perpustakaan

Terakreditasi

Jumlah

Perpustakaan

%

1 Perpustakaan Umum 311 42.460 0,73%

2 Perpustakaan Khusus 172 6.552 2,63%

3 Perpustakaan Sekolah 1.943 113.541 1,71%

4 Perpustakaan

Perguruan Tinggi

382 2.057 18,57%

Jumlah 2.808 164.610 2%

Data di atas memperlihatkan bahwa perpustakaan sekolah merupakan jumlah

yang paling banyak terakreditasi yakni 1.943 perpustakaan, namun dari segi % masih

sangat kecil yaitu 1,71% dari 113.541 perpustakaan sekolah yang ada. Perpustakaan

perguruan tinggi merupakan urutan kedua yakni sebanyak 382 perpustakaan dari 2.057

jumlah perpustakaan perguruan tinggi yang ada atau dengan kata lain baru 18,57%.

Perpustakaan umum baru 311 dari 42.460 perpustakaan atau 0,73% dan perpustakan

khusus 172 dari 6.552 perpustakaan atau 2,63%.

Sebaran perpustakaan yang terakreditasi tersebut dapat dilihat pada gambar di

bawah ini:

Commented [P10]: 2%

Commented [P11]: 98%

Commented [P12]: Sebaiknya julah perpustakan dulu kemudian baru perpustakaan terakreditasi

11

Gambar 1.2 Infografis Hasil Akreditasi Perpustakaan tahun 2011-2020

Kondisi ini mempelihatkan Perpustakaan Nasional dalam menjalankan fungsi

sebagai pembina semua jenis perpustakaan, memerlukan strategi untuk

percepatan pembinaan dan pengembangan perpustakaan tersebut. Fokus utama

pembinaan pada jenis perpustakaan sekolah karena jumlahnya terbesar dan berbasis

kewilayahan, terrutama untuk wilayah pemekaran dan wilayah Indonesia bagian

Timur.dengan mencermati pelimpahan kewenangan penyelenggaraan pemerintah

berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014, tentang Pemerintahan Daerah

dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016, tentang Perangkat Daerah.

Upaya lain yang perlu dilakukan adalah kerjasama pemangku kepentingan

perpustakaan, khususnya pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota, masyarakat

dan dunia usaha dalam percepatan pengengembangan perpustakaan.

1.2.4. Ketersediaan Koleksi Perpustakaan

Salah satu komponen penting perpustakaan adalah ketersediaan koleksi

perpustakaan.Tanpa adanya koleksi perpustakaan secara memadai jumlah kualitas,

perpustakaan tidak akan mampu memberikan layanan yang baik bagi Koleksi

12

perpustakaan atau sumber informasi merupakaan salah satu kekuatan dan daya tarik

utama bagi pengguna untuk datang memanfaatkan perpustakaan. Berdasarkan hasil

sensus perpustakaan tahun 2018, ketersediaan koleksi perpustakaan dibanding jumlah

pengguna perpustakaan yang dilayani, tampak pada tabel 1.5 berikut:

Tabel 1.4 Jumlah Ketersediaan Koleksi Nasional

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa total jumlah koleksi buku yang

terdapat pada perpustakaan Kabupaten/kota di seluruh Indonesia yaitu sebanyak

16.077.296. Tiga Subjek koleksi yang terbanyak dimiliki adalah Ilmu Pengetahuan

Sosial, Teknologi dan Sastra.

Adapun jumlah koleksi yang dipinjam yaitu sebanyak 5.152.779 per tahun

atau sebanyak 32,05% dari koleksi buku yang ada. Tiga subjek koleksi yang

terbanyak dipinjam adalah: Sastra, Ilmu Pengetahuan Sosial dan Teknologi.

Secara nasional, rasio ketercukupan koleksi perpustakaan berdasarkan

IFLA/ Unesco sebesar 0,06213, sehingga dapat dikatakan bahwa rasio

ketercukupan jumlah koleksi perpustakaan berdasarkan IFLA/ Unesco kurang

mencukupi. Berdasarkan provinsinya, rasio ketercukupan jumlah koleksi

perpustakaan berdasarkan IFLA/ Unesco yang tertinggi yaitu terdapat pada provinsi

Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Kepulauan Bangka Belitung.

Sedangkan yang terendah yaitu terdapat pada Provinsi Banten, DKI Jakarta, Jawa

Barat, dan Papua Barat.

Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Rata2

Komputer, Informasi dan Karya Umum 1,233,402 304,537 396,347 474,695 314,226 372,451

Filsafat dan Psikologi 1,038,036 265,596 393,193 377,417 264,789 325,249

Agama 2,078,770 557,153 673,083 719,587 511,474 615,324

Ilmu Pengetahuan Sosial 2,537,513 677,586 780,832 854,179 575,756 722,088

Bahasa 945,711 228,166 334,507 347,909 240,076 287,665

Sains 1,386,249 377,795 544,374 508,143 371,570 450,471

Teknologi 2,506,650 674,307 700,467 710,989 496,394 645,539

Kesenian 1,042,607 260,952 376,988 405,945 293,211 334,274

Sastra 2,307,636 953,848 1,074,525 1,173,942 770,677 993,248

Geografi dan sejarah 1,000,722 711,502 319,580 352,538 242,261 406,470

Total 16,077,296 5,011,442 5,593,896 5,925,344 4,080,434 5,152,779

Jumlah Koleksi Jumlah Buku Jumlah koleksi yang dipinjam per tahun

Commented [P13]: pemustaka

Commented [P14]: pemustaka

Commented [P15]: judul tabelnya koleksi nasional kok ini mengatakan yang terdapat di kab/kota

13

Grafik 1.1 Rasio Ketercukupan Jumlah Koleksi Perpustakaan Berdasarkan Kategori Dari IFLA/Unesco Pada 34 Provinsi Di Indonesia Dan Secara Nasional

1.2.5. Tenaga Perpustakaan

Dalam pengelolaan perpustakaan, pustakawan dibantu oleh tenaga teknis

perpustakaan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 43 Tahun 2007 tentang

Perpustakaan, pasal 29 menyatakan bahwa tenaga perpustakaan terdiri atas

pustakawan dan tenaga teknis perpustakaan. Pustakawan adalah seseorang yang

memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan

kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan dan

pelayanan perpustakaan. Pustakawan memiliki kualifikasi sesuai dengan standar

nasional perpustakaan serta memiliki kompetensi sesuai dengan Standar Kompetensi

Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk pustakawan sedangkan tenaga teknis

perpustakaan sampai saat ini belum tercantum dalam SKKNI. Adapun tenaga teknis

perpustakaan adalah tenaga non-pustakawan yang secara teknis mendukung

pelaksanaan fungsi perpustakaan, misalnya: tenaga teknis komputer, tenaga teknis

audio-visual, dan tenaga teknis ketatausahaan.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2014, tentang Pelaksanaan Undang-

Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan, pasal 25 menyatakan bahwa

Pustakawan, tenaga teknis perpustakaan, tenaga ahli dalam bidang perpustakaan

0,0

45

88

0,0

22

3

0,0

20

92

0,0

38

14

0,0

61

32

0,0

62

44

0,0

48

74

0,0

22

13

0,0

69

42

0,0

64

44

0,0

04

14

0,0

07

78

0,0

26

04

0,0

27

04

0,0

23

68

0,0

08

1

0,0

43

53

0,0

29

23

0,0

22

66

0,0

43

83

0,0

38

61

0,2

90

19

0,0

72

81

0,0

22

8

0,0

17

12

0,0

24

63

0,0

32

5

0,1

39

62

0,0

39

66

0,0

17

8

0,0

19

42

0,0

65

97

0,0

06

71

0,0

56

0,0

62

13

AC

EH

SU

MA

TE

RA

UT

AR

A

SU

MA

TE

RA

BA

RA

T

RIA

U

JAM

BI

SU

MA

TE

RA

SE

LA

TA

N

BE

NG

KU

LU

LA

MP

UN

G

KE

PU

LA

UA

N B

AN

GK

A …

KE

PU

LA

UA

N R

IAU

DK

I JA

KA

RT

A

JAW

A B

AR

AT

JAW

A T

EN

GA

H

DI

YO

GY

AK

AR

TA

JAW

A T

IMU

R

BA

NT

EN

BA

LI

NU

SA

TE

NG

GA

RA

NU

SA

TE

NG

GA

RA

KA

LIM

AN

TA

N B

AR

AT

KA

LIM

AN

TA

N T

EN

GA

H

KA

LIM

AN

TA

N S

EL

AT

AN

KA

LIM

AN

TA

N T

IMU

R

KA

LIM

AN

TA

N U

TA

RA

SU

LA

WE

SI

UT

AR

A

SU

LA

WE

SI

TE

NG

AH

SU

LA

WE

SI

SE

LA

TA

N

SU

LA

WE

SI

TE

NG

GA

RA

GO

RO

NT

AL

O

SU

LA

WE

SI

BA

RA

T

MA

LU

KU

MA

LU

KU

UT

AR

A

PA

PU

A B

AR

AT

PA

PU

A

NA

SIO

NA

L

RASIO JUMLAH KOLEKSI BERDASARKAN IFLA/ UNESCO

14

dan kepala perpustakaan memiliki tugas pokok, kualifikasi, dan/atau kompetensi.

Selain itu, dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun

2008, tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah dinyatakan bahwa

kualifikasi tenaga perpustakaan setiap sekolah/madrasah untuk semua jenis dan

jenjang yang mempunyai jumlah tenaga perpustakaan sekolah/madrasah lebih dari

satu orang, mempunyai lebih dari enam rombongan belajar (rombel), serta memiliki

koleksi minimal 1.000 (seribu) judul materi perpustakaan dapat mengangkat kepala

perpustakaan sekolah/madrasah.

Perpustakaan dapat diselenggarakan secara optimal apabila tersedia jumlah dan

kualitas tenaga perpustakaan yang cukup. Jumlah dan kualitas tenaga perpustakaan

sangat menentukan keberhasilan layanan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan

masyarakat. Misalnya, dengan melihat profil tenaga perpustakaan dan koleksi bahan

perpustakaan pada sebuah perpustakaan sekolah, dapat dijadikan tolok ukur

pencapaian akademik murid di sekolah tersebut. Umumnya, sekolah yang memiliki

tenaga perpustakaan dan koleksi bahan perpustakaan yang baik pada perpustakaan

sekolahnya, siswa-siswa yang ada di sekolah tersebut mampu mencapai nilai lebih

tinggi dari standar ujian nasional, dibanding sekolah lain, dengan kondisi tenaga dan

koleksi perpustakaannya kurang mencukupi.

Kualitas tenaga perpustakaan memegang peranan penting dalam meningkatkan

kepuasan pemustaka. Kualitas tenaga perpustakaan dilihat dari kompetensi dan

profesionalisme. Kompetensi dan profesionalisme tenaga perpustakaan dapat

ditingkatkan dengan mengikuti pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan, serta

melalui evaluasi kualitas tenaga perpustakaan melalui uji kompetensi dan assesmen

sertifikasi. Sebaran jumlah tenaga perpustakaan di seluruh provinsi di Indonesia dapat

dilihat pada tabel 1.6 berikut.

Tabel 1.5 Sebaran Tenaga Perpustakaan Berdasarkan Jenis Perpustakaan Per Provinsi

No. Propinsi/

Daerah

Jumlah Tenaga Perpustakaan Jumlah

PS PT PK PP PN PU

1 Bali 14 49 15 14 0 13 105

2 Bangka

Belitung 0 4 1 12 0 14 31

15

3 Banten 0 27 12 12 0 10 61

4 Bengkulu 2 28 2 22 0 4 58

5 DI.

Yogyakarta 2 136 11 10 0 43 202

6 DKI Jakarta 0 21 179 17 516 0 733

7 Gorontalo 0 11 2 6 0 2 21

8 Jambi 4 17 4 23 0 1 49

9 Jawa Barat 0 188 76 34 0 40 338

10 Jawa

Tengah 23 151 10 31 0 67 282

11 Jawa Timur 2 160 9 33 2 60 266

12 Kalimantan

Barat 1 18 4 26 0 17 66

13 Kalimantan

Selatan 5 48 18 18 0 9 98

14 Kalimantan

Tengah 1 7 0 14 0 3 25

15 Kalimantan

Timur 3 32 3 27 0 14 79

16 Kalimantan

Utara 0 0 1 1 0 5 7

17 Kepulauan

Riau 0 0 0 5 0 1 6

18 Lampung 19 31 2 6 0 20 78

19 Maluku 0 7 0 22 0 0 29

20 Maluku

Utara 0 4 0 0 0 0 4

21 Aceh 16 62 7 34 0 38 157

16

22

Nusa

Tenggara

Barat

6 39 11 22 0 24 102

23

Nusa

Tenggara

Timur

0 15 7 16 0 4 42

24 Papua 0 13 3 30 0 0 46

25 Papua

Barat 0 1 0 0 0 0 1

26 Riau 6 36 1 48 0 6 97

27 Sulawesi

Barat 1 1 0 1 0 0 3

28 Sulawesi

Selatan 30 98 35 90 0 51 304

29 Sulawesi

Tengah 7 38 2 25 0 0 72

30 Sulawesi

Tenggara 12 17 4 26 0 8 67

31 Sulawesi

Utara 0 59 0 24 0 3 86

32 Sumatera

Barat 9 92 4 22 2 17 146

33 Sumatera

Selatan 8 30 3 26 0 27 94

34 Sumatera

Utara 1 42 3 42 0 5 93

JUMLAH 172 1482 429 739 520 506 3848

Keterangan:

PS : Perpustakaan Sekolah

PPT : Perpustakaan Perguruan Tinggi

PK : Perpustakaan Khusus

17

PP = Badan Perpustakaan (Perpustakaan Umum Provinsi)

PN : Perpustakaan Nasional

PS : Perpustakaan Sekolah

PU : Perpustakaan Umum

Sumber : Pusat Pengembangan Pustakawan Perpustakaan Nasional RI, 2019

Berdasar data pada Tabel 1.5 di atas, jumlah tenaga perpustakaan yang tersebar

di 34 provinsi Indonesia masih sangat terbatas sehingga perlu kuantitas dan kualitas

tenaga perpustakaan dapat ditingkatkan untuk memenuhi jumlah tenaga perpustakaan.

Grafik 1.2 Rasio Ketercukupan Tenaga Perpustakaan

Berdasarkan hasil sensus perpustakaan diketahui bahwa secara nasional 1

tenaga perpustakaan melayani 21.668 penduduk, sehingga dapat dikatakan bahwa

jumlah tenaga perpustakaan belum mencukupi. Berdasarkan grafik di atas,

diketahui bahwa pada Provinsi DKI Jakarta 1 tenaga perpustakaan harus melayani

81.391 orang penduduk. Semakin tinggi nilai rasio ini menunjukkan bahwa jumlah

penduduk yang harus dilayani oleh 1 orang tenaga perpustakaan. Apabila nilai

rasionya ≥2.500 atau 1 tenaga perpustakaan melayani lebih dari 2.500 penduduk

makan kondisinya dikatakan tidak ideal. Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa

tidak ada satupun yang mencapai kondisi ideal dalam hal ketercukupan tenaga

10

40

0

16

74

0

21

69

5

18

24

1

11

67

8

16

10

5

11

61

5 23

82

1

98

62

11

70

1

81

39

1

75

80

7

54

72

5

14

18

9 27

28

8

31

54

4

98

75

13

44

2

17

83

1

20

77

7

70

60 14

00

2

47

04

10

63

2

18

23

0

10

99

4

11

80

6

89

51

84

04

84

77

43

81 11

97

9

11

16

0

12

41

7

RASIO KETERCUKUPAN TENAGA PERPUSTAKAAN

18

perpustakaan.

1.3 Kerangka Berpikir

1.3.1. Revolusi Mental Melalui Budaya Baca

Pembudayaan kegemaran membaca dilakukan melalui keluarga, satuan

pendidikan dan masyarakat. Setiap komponen pasal 48 ayat 1 merupakan pembentuk

ekosistem yang mendukung pembudayaan kegemaran membaca. Selanjutnya, Pasal

50 menjelaskan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi dan

mendorong pembudayaan kegemaran membaca dengan menyediakan bahan

bacaan bermutu, murah dan terjangkau, serta menyediakan sarana dan prasarana

perpustakaan yang mudah diakses.

Melalui kebiasan membaca seseorang melakukan transformasi informasi

dan pengetahuan. Seseorang yang telah memiliki informasi dan penegtahuan secara

memadai, memungkinkan dirinya berfikir dan berindak secara kreatif dan inovatif.

Perpustakaan sebagai bagian sistem pembangunan nasional memiliki peran strategis

dalam perwujudan revolusi mental, melalui kegiatan pembudayaan kegemaran

membaca di masyarakat.

1.3.2. Pendayagunaan Perpustakaan

Fungsi perpustakaan adalah sebagai wahana pendidikan, penelitian,

pelestarian, informasi dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan

keberdayaan bangsa, dan diselenggarakan berdasarkan asas pembelajaran

sepanjang hayat (life long learning), demokratis, berkeadilan, keprofesionalan,

keterbukaan, keterukuran dan kemitraan. Selaras dengan amanah UNESCO SDG’s

2015 tentang Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Depelopment Goal)

menyebutkan sebagai berikut:

19

Gambar 1.3 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Tujuan pembangunan SDG’s meliputi 17 butir, yakni: 1 Pengentasan

kemiskinan; butir 2 tidak adanya kelaparan; 3 kesehatan dan kesejahteraan yang baik; 4

pendidikan berkualitas; 5 kesetaraan gender; 6 air bersih dan sanitasi; 7 energi bersih

dan terjangkau; 8 pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi; 9 industri, inovasi dan

infrastruktur; 10 mengurangi kesenjangan; 11 kota dan komunitas berkelanjutan; 12

konsumsi dan produksi yang dapat dipertanggung jawabkan; 13 mengenai perubahan

iklim; 14 pemeliharaan sumber daya laut; 15 pemeliharaan sumberdaya darat; 16

kedamaian, keadilan dan lembaga yang efektif instusi yang kuat; 17 kerja sama global

untuk mencapai tujuan. Program SDG’s yang diamanahkan PBB sangat sesuai

dengan transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Perpustakaan berbasis

inklusi sosial adalah sebuah program dimana perpustakaan bisa digunakan oleh

siapa saja tanpa mengenal gender, agama, suku, ras. Program ini

mengembangkan fungsi perpustakaan menjadi ranah publik sebagai ruang untuk

berbagi pengalaman, belajar kontekstual dan berlatih keterampilan hidup. Untuk

mendukung program transformasi perpustakaan, kinerja layanan perpustakaan

harus meningkat dengan meningkatkan kecukupan dan ketersediaan sumber daya

perpustakaan dan layanan. Penyediaan sarana aksesibiitas dengan menyediakan

infrastuktur internet/digital, kecepatan layanan perpustakaan juga harus dilakukan

sehingga pemanfaatan koleksi bisa terlihat dan kunjungan pemustaka perkapita.

Untuk dapat berperan aktif dalam mensukseskan tujuan SDGs, Deputi Bidang

20

Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan perlu melakukan penguatan profesionalitas

terhadap tenaga perpustakaan dan penguatan kelembagaan sesuai dengan tugas dan

fungsi Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan.

1.3.3. Potensi dan Permasalahan

Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 1.922.570 km²; perairan 3.257.483

km², termasuk negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau. Memiliki

jumlah penduduk sekitar 269 juta jiwa yang tersebar di 34 provinsi; 416 kabupaten 98

kota; 7.024 kecamatan; 81.626 desa. Melihat begitu luasnya wilayah dan jumlah

penduduk, merupakan potensi besar untuk dikelola secara komprehensif dan

terintegrasi. Oleh karenanya pendekatan pembangunan perpustakaan harus bersifat

nasional berbasis kewilayahan, sehingga tercipta rasa keadilan dan pemerataan

pertumbuhan diberbagai sektor. Pembangunan perpustakaan yang tidak merata,

secara umum berpotensi pada rendahnya kualitas sumber daya manusia dan daya

saing yang berakibat pada kurangnya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan permasalahan sebagai berikut:

Pertama,tidak meratanya pembangunan perpustakaan di Indonesia, berdasarkan data

sebaran perpustakaan (gambar 1.1), nampak bahwa jumlah perpustakaan di

Indonesia masih terkonsentrasi di pulau Jawa, yakni sebesar 74.183 atau 45%; Sumatera

sebesar 36.482 atau 24%; Sulawesi sebesar 16.920 atau 11%; Kalimantan sebesar 12.091

atau 8%; Bali dan Nusa Tenggara sebesar 10.112 atau 6%; Papua sebesar 3.216 atau

2%; Maluku sebesar 1.355 sebesar 1%.Dari jumlah perpustakaan sebanyak 164.359

perpustakaan yang tersebar di 34 provinsi baru 0,3% terakreditasi atau sesuai dengan

standarisasi nasional perpustakaan artinya, 99,7% keberadaan perpustakaan belum

terakreditasi.

Kedua, budaya baca masyarakat Indonesia masih dalam kategori tingkat

sedang. Sesuai dengan hasil Kajian Budaya Baca Masyarakat Indonesia oleh

Perpustakaan Nasional Tahun 2019, menyimpulkan bahwa tingkat budaya baca

Indonesia secara nasional kategori rendah dengan rata-rata 53,84. Hal ini berkaitan erat

dengan jumlah koleksi di Indonesia menurut standar IFLA/UNESCO terjadi kekurangan

koleksi sebesar 434,826,292 pada perpustakaan umum di seluruh Indonesia. Rasio

ketercukupan koleksi menurut standar IFLA/UNESCO pada perpustakaan umum masih

jauh dari yang diharapkan, yaitu hanya sebesar 18% dari koleksi yang ideal sesuai dengan

Commented [P16]: ada data terbaru

Commented [P17]: Sebaiknya diurut sesuai penjelasan di atas Ke dua, perpustakaan yang sudah sesuai SNP auat terakreditasi masih rendah yaitu baru 2% Ketiga, ….sesuai pembahan di atas

21

jumlah penduduk, atau pengguna potensial perpustakaan saat ini. Kekurangan koleksi

pada perpustakaan umum, berdampak pada tingkat literasi informasi pada masyarakat

secara umum.

Ketiga, Ketersediaan tenaga perpustakaan masih sangat kurang, baik dari segi

kualitas maupun kuantitas. 1 Tenaga Perpustakaan melayani 21.035 orang penduduk

dengan kesimpulan jauh dari kondisi ideal. Kondisi ini akan berakibat pada kurangya

percepatan layanan informasi bagi masyarakat dalam rangka peninigkatan kualitas

bangsa.

22

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS

2.1 Visi

Visi Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Tahun 2020-2024

yang disesuaikan dengan Visi Perpustakaan Nasional periode 2020-2024, yaitu:

“Terwujudnya Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian

berlandaskan gotong royong melalui penguatan budaya literasi”.

2.2. Misi

Misi Perpustakaan Nasional disesuaikan dengan 7 (tujuh) Agenda Pembangunan

Nasional dalam RPJMN Tahun 2020-2024, yaitu agenda ke-4 revolusi mental dan

pembangunan kebudayaan. Maka Perpustakaan Nasional merumuskan Misi:

“Terwujudnya Perpustakaan Sesuai Standar Nasional Perpustakaan dan Berbasis Inklusi

Sosial untuk Memperkuat Budaya Literasi”, melalui:

1. Tersedianya kebijakan dan pengkajian perpustakaan pembudayaan gemar

membaca dan literasi;

2. Pengembangan dan Pembinaan Semua Jenis Perpustakaan;

3. Tersedianya kebijakan dan pengkajian perpustakaan dan pembudayaan

gemar membaca dan literasi.

2.3. Nilai-Nilai

Sebagai landasan berfikir, bersikap, bertindak, dan pengambilan keputusan dalam

upaya pencapaian visi dan misi yang ditetapkan, Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan mengacu pada nilai-nilai organisasi Perpustakaan Nasional yang

menganut nilai "profesional, akuntabilitas, sinergi, transparan, dan integritas

(PASTI)":

23

a. Profesional; bekerja maksimal dan bertanggung jawab sesuai dengan

kapasitas, menjunjung tinggi kode etik profesi, terus mengembangkan potensi

diri, mampu mengambil keputusan yang tepat secara mandiri maupun dalam

tim.

b. Akuntabilitas; pemanfaatan sumber daya perpustakaan yang dapat

dipertanggung- jawabkan, dan tidak bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

c. Sinergi; komitmen membangun perpustakaan bekerja sama dengan semua

pemangku kepentingan, dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah

ditetapkan.

d. Transparan; bersikap terbuka terhadap kinerja yang dihasilkan.

e. Integritas; berkarya dan berbakti untuk organisasi dengan jujur, disiplin,

penuh tanggung jawab dan dedikasi, menjunjung tinggi etika dan norma sosial,

kesesuaian antara perkataan dan perbuatan, mengedepankan kepentingan publik

dan organisasi di atas kepentingan pribadi ataupun golongan, dan menjunjung

tinggi amanah.

2.4. Sasaran Strategis

Berdasarkan Rencana Strategis Perpustakaan Nasional 2020-2024, Deputi Bidang

Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan menetapkan Sasaran Strategis sebagai berikut:

“Terwujudnya Perpustakaan Sesuai Standar Nasional Perpustakaan dan

Berbasis Inklusi Sosial untuk Memperkuat Budaya Literasi”

Untuk menilai sejauh mana Sasaran Strategis tersebut dapat dicapai oleh Deputi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan, maka ditetapkan indikator kinerja

sebagai pengukur, sebagai berikut:

1. Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan dengan penduduk, dengan target

1:16 pada tahun 2020 menjadi 1:12 pada tahun 2024;

2. Persentase peningkatan perpustakaan sesuai standar dengan target 19,48%

24

pada tahun 2020 menjadi 23,36% pada tahun 2024;

3. Masyarakat yang dilibatkan dalam kegiatan layanan perpustakaan berbasis

inklusi sosial;

4. Peningkatan pemanfaatan Perpustakaan oleh masyarakat, dengan target 1%

pada tahun 2020 menjadi 2% pada tahun 2024.

25

BAB III

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

Pembangunan perpustakaan agar lebih terarah dan terukur serta adanya

kesinambungan pembangunan yang berkelanjutan dalam mencapai visi, misi, tujuan, dan

sasaran pembangunan yang telah ditentukan, maka dirumuskan arah kebijakan dan strategi

nasional pembangunan perpustakaan yang merupakan tuntutan pelaksanaan pembangunan

bidang perpustakaan dalam kurun waktu jangka menengah, sebagai berikut:

3.1 Arah Kebijakan Prioritas Pembangunan Literasi untuk Kesejahteraan

3.1.1. Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial

Transformasi perpustakan berbasis inklusi sosial merupakan sebuah

program inovasi baru di bidang perpustakan telah berhasil meningkatkan

kesejahteraan masyarakat. Program ini memberdayakan masyarakat untuk

memanfaatkan potensi perpustakaan dan telah menunjukkan kesuksesan

diberbagai daerah dengan berbagai kesaksian masyarakat.

Dengan kesuksesan transformasi berbasis inklusi sosial, pemerintah

merevitalisai perpustakaan desa sebagai pusat kegiatan masyarakat. Perwujudan

keseriusan pemerintah dalam mengejar kesejahteraan masyarakat melalui

perpustakaan telah ditetapkan diberbagai bentuk arah kebijakan strategis

perpustakaan misalnya dalam dokumen perencanaan dan penganggaran baik

lintas sektor maupun regional. Pembangunan infrastruktur dan suprastruktur

perpustakaan menjadi skala prioritas pemerintah baik di pusat maupun daerah.

Oleh karena itu, arah kebijakan pembangunan perpustakaan untuk mendukung

program transformasi berbasis inklusi sosial adalah

a. Pengembangan transformasi pelayanan perpustaaan berbasis inklusi sosial

melalui:

1) Pemerataan layanan perpustakaan berbasisi inklusi sosial

2) Peningkatan akses literasi informasi terapan dan inklusif

3) Pendampingan masyarakat untuk literasi informasi

26

4) Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dan jejaring

perpustakaan dengan berbagai lembaga pemerintah, dunia usaha dan

masyarakat

b. Meningkatkan budaya gemar membaca melalui:

1) Peningkatan peran keluarga, komunitas dan kader literasi

2) Peningkatan kualitas dan keberagaman koleksi perpustakaan

3) Peningkatan kampanye budaya kegemaran membaca

c. Meningkatkan pengelolaan dan pelestaraian fisik, serta kandungan informasi

bahan pustaka dan naskah kuno melalui konservasi fisik bahan pustaka dan

naskah kuno, pelestarian kandungan informasi bahan perpustakan dan

naskah kuno.

3.1.2. Pembangunan dan Modernisasi Fasilitas Layanan Perpustakaan

Pembangunan infrastruktur perpustakaan menjadi suatu keharusan sebagai

konsekuensi logis literasi sebagai program prioritas nasional. Dengan demikian

sinergitas perencanaan antara pusat dan daerah selaras dan hanya dapat

diwujudkan manakala perencanaan antara dokumen perencanaan nasional dan

daerah dirumuskan dan dilaksanakan secara konsisten.

Diharapkan dengan adanya program kegiatan ini peranan Perpustakaan

Nasional RI dalam memperkuat perpustakaan daerah semakin dirasakan

manfaatnya sebagai pembina semua jenis perpustakaan di Indonesia. Dalam

pengembangan perpustakaan di Indonesia, kegiatan ini harus memperhatikan

enam aspek, yaitu aspek pengelolaan perpustakaan, penyelenggaraan

perpustakaan, koleksi perpustakaan, layanan perpustakaan, sarana perpustakaan

dan tenaga perpustakaan yang tertuang dalam Standar Nasional Perpustakaan

yang merupakan hal yang sangat penting untuk dijadikan prioritas dalam

pengembangan perpustakaan. Aspek-aspek tersebut menentukan keberhasilan

suatu daerah dalam pengembangan perpustakaan di Indonesia.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada

Bagian Ketiga pasal 12 ayat (2) huruf q dijelaskan bahwa urusan pemerintahan di

bidang perpustakaan pada semua jenjang pemerintahan di Indonesia menjadi

urusan wajib non dasar. Sejalan dengan itu Perpustakaan Nasional RI di dalam

27

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah

menetapkan kebijakan untuk memperkuat perpustakaan umum mulai dari

Provinsi, Kabupaten/ Kota, Kecamatan sampai ke tingkat Kelurahan/ Desa

dengan melaksanakan program bantuan pengembangan perpustakaan melalui

pemberian Dana Alokasi Khusus (DAK).

Adapun kebijakan dalam Dana Alokasi Khusus tersebut adalah

pembangunan fasilitas layanan perpustakaan, rehabilitasi fasilitas layanan

perpustakaan, dan pengembangan koleksi perpustakaan. Menu dan kegiatan ini

dituangkan dalam petunjuk operasional DAK FisikSub Bidang Perpustakaan yang

akan menjadi landasan pelaksanaan kegiatan DAK Fisik Sub Bidang Perpustakaan.

Dana Alokasi Khusus Fisik Bidang Pendidikan Sub Bidang Perpustakaan

yang selanjutnya disebut DAK Fisik Sub Bidang Perpustakaan, adalah dana yang

dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara kepada daerah

tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan pengembangan

layanan perpustakaan daerah yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan

prioritas nasional demi terwujudnya pelayanan perpustakaan yang optimal dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa Mendukung pemenuhan sarana dan

prasarana dasar, yang mendukung pelayanan publik. Mendukung pemerataan

pelayanan dan mendorong percepatan pembangunan di daerah yang memiliki

karekteristik tertentu seperti derah tertinggal, terluar, perbatasan, kepulauan,dan

transmigrasi. Mendukung Tema prioritas nasional serta Arahan Bapak Presiden

lainnya.

Untuk percepatan perpustakaan untuk kesejahteraan, pemerintah telah

mendorong dan menggulirkan program diantaranya DAK perpustakaan. Program

ini untuk mendukung kebijakan penguatan literasi untuk kesejahteraan. Tahun 2019

dialokasikan anggaran DAK Perpustakaan Daerah untuk perpustakaan pemerintah

provinsi dan pemerintah kabupaten/ Kota. DAK perpustakaan digunakan untuk

mendukung kegiatan prioritas penguatan literasi untuk kesejateraan, melalui

kebijakan transformasi pelayanan perputakaan berbasis inklusi sosial.

Program/Kegiatan ini untuk penguatan infrastruktur perpustakaan seperti

pembangunan gedung layanan perpustakaan perpustakaan daerah,

pengembangan koleksi, pengembangan sarana dan prasarana layanan

28

perpustakaan dan pengembangan TIK.

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Perpustakaan

Arah kebijakan dan strategi pengembangan perpustakaan dapat direalisasikan dengan

melaksanakan initiative strategic sesuai dengan misi lembaga yang telah ditetapkan, sebagai

berikut :

1) Mewujudkan Perpustakaan Sesuai Standar Nasional Perpustakaan, melalui:

a) Meningkatan jumlah ketersediaan dan kemerataan perpustakaan di

seluruh wilayah Indonesia

Langkah operasional yang dilakukan adalah: (1) fasilitasi pendirian berbagai

jenis perpustakaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah 3T; (2).

stimulan untuk pembangunan dan penguatan berbagai jenis perpustakaan di

seluruh wilayah; (3). insentif pengembangan perpustakaan bergerak

menggunakan berbagai moda transportasi sesuai dengan karakter

kewilayahan.

b) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan perpustakaan sesuai

standar nasional perpustakaan

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah: (1) menyempurnakan

Standar Nasional Perpustakaan; (2) penyusunan panduan implementasi

standar nasional perpustakaan; (3) pembinaan dan pengembangan

perpustakaan umum, perpustakaan sekolah/madrasah,

perpustakaan pendidikan tinggi dan perpustakaan khusus; (4)

pengembangan fasilitas layanan Perpustakaan Nasional; (6) Fasilitasi dan

penguatan lembaga akreditasi perpustakaan di pusat dan daerah.

2) Melaksanakan pembinaan dan pengembangan tenaga perpustakaan;

a. Membangun ekosistem pembinaan dan pengembangan tenaga perpustakaan

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah: (1) Membuat Grand desain

pengembangan tenaga perpustakaan; (2) membuat grand design program

pendidikan dan latihan tenaga perpustakaan; (3) penguatan lembaga

pendidikan dan pelatihan bidang perpustakaan; (4) penguatan lembaga

sertifikasi profesi bidang perpustakaan; (5) kerjasama dengan stakeholder di

29

bidang perpustakaan (6) pengembangan sistem data kepustakawanan

Indonesia.

b. Meningkatkan jumlah dan sebaran tenaga perpustakaan yang memiliki

kompetensi

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah: (1) Pemetaan tenaga

perpustakaan se-Indonesia; (2) Kerjasama dengan lembaga terkait

(Kemdikbud, Kemenag, Kemdagri, Kemristekdikti, Pemerintah Daerah

Provinsi/Kabupaten/Kota dan Organisasi Profesi) untuk peningkatan jumlah

dan kualitas tenaga perpustakaan sesuai dengan tuntutan zaman; (3)

pengembangan dan pemasyarakatan jabatan fungsional pustakawan; (4)

koordinasi pengembangan jabatan fungsional pustakawan; (5) penyusunan

dan pengembangan kurikulum/bahan ajar; 6) penyelenggaraan

pendidikan dan pelatihan tenaga perpustakaan berbasis SKKNI-KKNI; (7)

Implementasi sistem pembelajaran jarah jauh tenaga perpustakaan berbasis

TIK; (9) Peningkatan kompetensi tenaga pengajar diklat kepustakawanan; (10)

c. Meningkatkan jumlah pustakawan tersertifikasi

Langkah operasional yang akan dilakukan adalah: (1) penyusunan pedoman

dan standar kompetensi pustakawan; (2) pengembangan kompetensi dan

pemberian sertifikasi pustakawan serta tim penilai; (3) Fasilitasi dan

peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga asesor (4) melaksanakan MRA

untuk “memperkuat” sertifikat kompetensi.

3) Mewujudkan ekosistem yang mendukung kegemaran budaya baca dilaksanakan

dengan strategi:

a. Menumbuh kembangkan budaya baca anak usia pra sekolah melalui keluarga

Langkah operasional yang dilakukan adalah: (1) membuat

pedoman pengembangan budaya baca untuk anak-anak usia pra-

sekolah; (2) bekerjasama dengan lembaga pemerintah maupun swasta;

(3) Bimbingan teknis dan workshop pengembangan budaya baca bersama

dengan instansi terkait ke Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) se-

Indonesia. (4) mengembangkan perpustakaan desa/komunitas.

30

b. Mengembangkan budaya baca anak usia sekolah melalui satuan pendidikan

Langkah operasional yang dilakukan adalah: (1) membuat pedoman

pengembangan budaya baca anak usia sekolah; (2) bekerjasama dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama; (3)

membuat pedoman pembinaan perpustakaan sekolah (4) bekerjasama dengan

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama untuk

mendorong pembentukan budaya baca yang merupakan bagian tidak

terpisahkan dari kurikulum sekolah.

c. Mengembangkan budaya baca masyarakat umum

Langkah operasional yang dilakukan adalah: (1) membuat pedoman

pengembangan perpustakaan umum; (2) bekerjsama dengan pemerintah

daerah terkait pendayagunaan perpustakaan; (3) melakukan safari budaya

baca; (4) bekerjasama dengan lembaga pemerintah dan swasta;

3.3. Kerangka Regulasi

Tugas, fungsi, dan kewenangan Perpustakaan Nasional RI, Deputi Bidang Pengembangan

Sumber Daya Perpustakaan, dapat berjalan dengan baik dalam pelaksanaan program dan

kegiatan, jika didukung oleh regulasi yang kuat. Kerangka regulasi yang telah disusun antara

lain adalah Peraturan Kepala sebagai tindak lanjut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun

2014 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan,

yaitu tentang: 1) Standar Tenaga Perpustakaan; dan 2) Standardisasi dan Akreditasi

Perpustakaan serta Peraturan Kepala tentang: 1) Pembudayaan gemar membaca; dan

2) Pembangunan perpustakaan model sebagaimana tercantum dalam tabel anak

lampiran.

Kerangka regulasi yang akan disusun pada tahun 2020-2024 antara lain adalah

Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional tentang :

1. Grand Desain Pengembangan Perpustakaan Umum;

2. Grand Desain Pengembangan Perpustakaan Khusus;

3. Grand Desain Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah;

4. Grand Desain Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi;

31

5. Grand Desain Pengembangan Tenaga Perpustakaan Lingkup Nasional;

6. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Perpustakaan;

7. Pedoman Literasi Untuk Kesejahteraan;

8. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Perpustakaan Sekolah/Madrasah;

9. Pedoman Pelaksanaan Penyelenggaraan Perpustakaan Perguruan Tinggi;

10. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Sekolah/Madrasah;

11. Pedoman Pembinaan dan Pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi;

12. Pedoman Pengukuran Indikator Kinerja Kunci Pemerintah Daerah Bidang Perpustakaan.

3.4. Kerangka Kelembagaan

Pelaksanaan pembangunan di bidang perpustakaan memerlukan dukungan

kelembagaan yang kuat sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007

tentang Perpustakaan. Prioritas kegiatan penguatan kelembagaan tahun 2020-2024 antara

lain melalui:

1. Penguatan kapasitas kelembagaan perpustakaan.

2. Penguatan lembaga akreditasi perpustakaan.

3. Penguatan lembaga sertifikasi pustakawan.

4. Pembinaan organisasi profesi pustakawan.

32

BAB IV

TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 Target Kinerja

4.1.1. Indikator Kinerja Sasaran Strategis

Sasaran strategis yang telah ditetapkan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan merupakan kondisi yang akan dicapai dan diharapkan membawa

pengaruh atau dampak (outcome/impact) baik bagi budaya baca di masyarakat.

Indikator Kinerja Sasaran Strategis Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan adalah sebagai berikut:

4.1.2. Target Kinerja Sasaran Program

Target kinerja Sasaran Program yang telah ditetapkan Perpustakaan

Nasional RI merupakan kondisi yang akan dicapai dan diharapkan dalam

mendukung keberhasilan target kinerja sasaran strategis yang membawa pengaruh

atau dampak (outcome/impact) dalam mewujudkan pembangunan literasi

masyarakat dan kegemaran membaca di lihat dari Customers Perspective

dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

SASARAN PROGRAM

INDIKATOR

SATUAN

TARGET

2020 2021 2022 2023 2024

SP1: Rasio Rasio 1:16 1:15 1:14 1:13 1:12

Terwujudnya Ketercukupan

Perpustakaan Koleksi

Sesuai Standar perpustakaan

Nasional Dengan

Perpustakaan Penduduk

dan Berbasis Inklusi Sosial untuk Memperkuat Budaya Literasi

Rasio ketercukupan

tenaga perpustakaan

dengan

Rasio 1 : 20.000

1 : 19.000

1 : 18.000

1 : 17.000

1 : 16.000

penduduk

Persentase % 19,48 20,45 21,42 22,39 23,36

peningkatan

perpustakaan

sesuai standar

33

Tingkat % 1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 kemanfaatan

perpustakaan

Oleh

masyarakat

4.1.3. Target Kinerja Sasaran Kegiatan

Target kinerja Sasaran Kegiatan yang telah ditetapkan Perpustakaan

Nasional merupakan kondisi yang akan dicapai dan diharapkan dalam mendukung

keberhasilan target kinerja sasaran program baik program perpustakaan dan literasi

(program teknis) dan program dukungan manajemen (program generic). Target

kinerja Sasaran Kegiatan yang membawa pengaruh berupa output/outcome

terhadap pencapaian sasaran program dilihat dari Internal Process Perspective,

dengan indikator keberhasilan sebagai berikut:

SASARAN KEGIATAN (SK)

INDIKATOR SATUAN TARGET

2020 2021 2022 2023 2024

SK1: Tersedianya kebijakan dan pengkajian perpustakaan, pembudayaan gemar membaca dan literasi

01-Perpustakaan yang memenuhi standard (Terakreditasi)

Perpus 900 900 1800 2700 4000

NSPK bidang perpustakaan yang diterbitkan

Naskah 6 6 7 8 9

SASARAN KEGIATAN (SK)

INDIKATOR SATUAN TARGET

2020 2021 2022 2023 2024

SK2: Prosentase Perpustakaan Umum yang Dibina dan Dikembangkan

% 3,77 3,77 3,53 4,29 4,06

Prosentase Perpustakaan KHusus yang Dibina dan Dikembangkan

% 3,05 3,05 5,34 7,02 9,92

Masyarakat yang dilibatkan dalam kegiatan layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial

Orang 54.000 54.000 37.500 45.000 45.000

34

SASARAN KEGIATAN (SK)

INDIKATOR SATUAN TARGET

2020 2021 2022 2023 2024

SK2: Pengembangan dan Pembinaan Semua Jenis Perpustakaan

Persentase perpustakaan Sekolah/Madrasah yang dibina dan dikembangkan

% 0,44 0,44 0,70 0,88 1,06

Persentase perpustakaan Perguruan Tinggi yang dibina dan dikembangkan

% 5,88 5,88 6,47 7,12 7,83

SASARAN KEGIATAN (SK)

INDIKATOR SATUAN TARGET

2020 2021 2022 2023 2024

SK2: Tersedianya kebijakan dan pengkajian perpustakaan dan pembudayaan gemar membaca dan literasi

Dokumen kajian perpustakaan, budaya baca. dan literasi

Dokumen 8 7 9 12 15

Lokus pembudayaan kegemaran membaca dan Literasi

Lokasi 77 115 130 145 160

Kegiatan pengembangan dan pembinaan kegemaran membaca dan literasi

Kegiatan 6 6 7 8 9

4.1.4. Indikator Kinerja Program

Indikator Kinerja Program merupakan alat ukur yang mengindikasikan

keberhasilan capaian hasil (outcome) program. Indikator Kinerja Program di

Perpustakaan telah ditetapkan untuk mengukur pencapaian kinerja yang berkaitan

dengan sasaran program (outcome). Indikator kinerja program juga merupakan

Kerangka Akuntabilitas Organisasi dalam mengukur pencapaian kinerja program. Deputi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan telah menetapkan Indikator Kinerja

program dalam Struktur Manajemen Kinerja yang merupakan sasaran kinerja

program yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi Eselon I a,

sebagaimana Anak Lampiran I.

4.1.5. Indikator Kinerja Kegiatan

Indikator Kinerja Kegiatan merupakan ukuran alat ukur yang

35

mengindikasikan keberhasilan pencapaian keluar (output) dari suatu kegiatan.

Indikator Kinerja Kegiatan di lingkungan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan telah menetapkan ke dalam Struktur Manajemen Kinerja yang merupakan

sasaran kinerja yang secara akuntabilitas berkaitan dengan unit organisasi Eselon

II, sebagaimana Anak Lampiran I.

4.2 Kerangka Pendanaan

Dalam memenuhi target kinerja Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya

Perpustakaan sesuai arah, kebijakan, strategis dan program pengembangan

perpustakaan, dibutuhkan dukungan kerangka pendanaan yang memadai. Pendanaan

pengembangan perpustakaan akan bersumber dari pemerintah (APBN dan APBD) dan Dana

Masyarakat (Filantropi). Pendanaan Perpustakaan Nasional akan memanfaatkan sebesar-

besarnya alokasi anggaran yang bersumber dari APBN untuk pengembangan perpustakaan di

Indonesia dan untuk membangun budaya membaca masyarakat. Secara terinci kerangka

pendanaan menurut program dan kegiatan sebagaimana Anak Lampiran I.

36

BAB V

PENUTUP

Rencana Strategis Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Tahun 2020-

2024 merupakan dokumen perencanaan pembangunan 5 tahun, sesuai dengan masukan

dari para pemangku kepentingan. Renstra ini disusun kembali dalam rangka penguatan

akuntabilitas Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan.

Sasaran strategis yang ditetapkan dalam Renstra ini merupakan perwujudan visi

Perpustakaan Nasional yang tertuang dalam Rencana Strategis Perpustakaan Nasional Tahun

2020-2024. Diharapkan Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan mampu

sebagai penggerak untuk mewujudkan: (1) perpustakaan sesuai Standar Nasional

Perpustakaan; (2) ekosistem yang mendukung budaya gemar membaca atau literasi.

Esensi Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan sangat erat

hubungannya dengan aspek-aspek kepustakawanan berikut; (1). Menjamin ketersediaan jumlah

berbagai jenis perpustakaan secara cukup, dan ketersebaran perpustakaan secara merata

di seluruh wilayah tanah air; (2). Menjamin ketersediaan dan pemerataan koleksi bahan

perpustakaan di semua jenis perpustakaan di seluruh wilayah tanah air; (3). Menjamin

ketersediaan dan pemerataan tenaga perpustakaan, baik pustakawan maupun tenaga teknis

perpustakaan di berbagai jenis perpustakaan dan seluruh wilayah Indonesia. Langkah strategis

dalam rangka mencapai sasaran:

1. Mewujudkan literasi untuk kesejahteraan

a. Meningkatkan Tranformasi Perpustakaan Desa

b. Melibatkan Masyarakta secara optimal

c. Meningkatkan Infrastruktur Perpustakaan

2. Mewujudkan Perpustakaan Sesuai Standar Nasional Perpustakaan

a. Meningkatkan jumlah ketersediaan dan pemerataan perpustakaan di seluruh

wilayah Indonesia

b. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan perpustakaan sesuai standar

nasional perpustakaan

3. Mewujudkan ekosistem yang mendukung kegemaran budaya baca

37

a. Menumbuhkembangkan budaya baca pada anak usia pra sekolah

b. Mengembangkan budaya baca anak usia sekolah

c. Mengembangkan budaya baca masyarakat

4. Melaksanakan pembinaan dan pengembangan tenaga perpustakaan

a. Mengembangkan ekosistem pengembangan dan pembinaan

tenaga perpustakaan

b. Meningkatkan jumlah dan sebaran tenaga perpustakaan yang memiliki

kompetensi

c. Meningkatkan jumlah pustakawan tersertifikasi

Apabila di kemudian hari diperlukan adanya perubahan Rencana Strategis Deputi

Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan ini maka akan disesuaikan dengan

dinamika perkembangan dan isu-isu strategis yang terkait dengan kebijakan kelembagaan dan

pembangunan nasional.

38

LAMPIRAN 1

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG PENGEMBANGAN SUMBER

DAYA PERPUSTAKAAN

MATRIKS KERANGKA REGULASI RENCANA STRATEGIS PERPUSTAKAAN NASIONAL TAHUN 2020- 2024

PROGRAM / KEGIATAN

SASARAN PROGRAM / SASARAN

KEGIATAN / INDIKATOR

LOKASI

TARGET

SATUAN

ALOKASI (JUTA RUPIAH) UNIT

ORGANISASI PELAKSANA

2020 2021 2022 2023 2024

2020 2021 2022 2023 2024

DM-Program Perpustakaan dan Literasi 256.847,5 420.402,4 555.151,3 608.555,8 658.826,9 Perpustakaan Nasional

01-Terwujudnya Perpustakaan Sesuai Standar Nasional Perpustakaan dan Berbasisi Inklusi Sosial untuk Memperkuat Budaya Literasi

01-Rasio ketercukupan koleksi perpustakaan dengan penduduk

1 : 16 1 : 15 1 : 14 1 : 13 1 : 12 Rasio

02-Rasio ketercukupan tenaga perpustakaan dengan penduduk

1:20.000 1:19.000 1:18.000 1:17.000 1:16.000 Rasio

03-Persentase peningkatan perpustakaan sesuai standar

19,48 20,45 21,42 22,39 23,36 Persen

04-Tingkat kemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat

1,00 1,25 1,50 1,75 2,00 Persen

39

4383-Standardisasi dan Akreditasi Perpustakaan

Pusat 3.139,4 3.445,1 3.701,6 3.983,8 4.294,2 Direktorat Standardisasi dan Akreditasi

01-Tersedianya kebijakan dan pengkajian perpustakaan. pembudayaan gemar membaca dan literasi

01-Perpustakaan yang memenuhi standard (terakreditasi)

900 900 1800 2700 4000 Perpus

02-NSPK bidang perpustakaan yang diterbitkan

6 6 7 8 9 Naskah

4384-Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus

Pusat 122.871,4 235.139,2 282.717,8 303.124,9 325.160,4 Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus

40

LAMPIRAN 2

RENCANA STRATEGIS DEPUTI BIDANG

PENGEMBANGAN SUMBER DAYA PERPUSTAKAAN

MATRIKS KERANGKA REGULASI RENCANA STRATEGIS PERPUSTAKAAN NASIONAL

TAHUN 2020- 2024

No. Arah Kerangka Regulasi

dan/atau Kebutuhan Regulasi

Urgensi Pembentukkan

Berdasarkan Evaluasi

Regulasi Eksisting,

Kajian dan Penelitian

Target

Penyelesaian

1 Grand Desain

Pengembangan

Perpustakaan Umum;

2022

2 Grand Desain

Pengembangan

Perpustakaan Khusus;

2021

3

Grand Desain Pembinaan

dan Pengembangan

Perpustakaan

Sekolah/Madrasah;

2022

4

Grand Desain Pembinaan

dan Pengembangan

Perpustakaan Perguruan

Tinggi;

2022

5

Grand Desain

Pengembangan Tenaga

Perpustakaan Lingkup

Nasional;

2022

6 Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia Bidang

Perpustakaan;

7 Pedoman Literasi Untuk

Kesejahteraan;

2020

8

Pedoman Pelaksanaan

Penyelenggaraan

Perpustakaan

Sekolah/Madrasah;

2022

41

9

Pedoman Pelaksanaan

Penyelenggaraan

Perpustakaan Perguruan

Tinggi;

2022

10

Pedoman Pembinaan dan

Pengembangan

Perpustakaan

Sekolah/Madrasah;

2022

11

Pedoman Pembinaan dan

Pengembangan

Perpustakaan Perguruan

Tinggi;

2022

12

Pedoman Pengukuran

Indikator Kinerja Kunci

Pemerintah Daerah Bidang

Perpustakaan.

2021