dermatoterapi

33
DERMATO-TERAPI PENDAHULUAN Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, antara lain : 1. Topical 2. Sistemik 3. Intralesi Kalau cara pengobatan di atas ini belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara lain, yaitu: radiotherapi sinar ultraviolet pengobatan Lasers kemotherapi Bedah listrik bedah skalpel Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian adalah kemajuan dalam bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan 1

Upload: nitaandriani

Post on 24-Jan-2016

28 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dermatoterapi

TRANSCRIPT

Page 1: Dermatoterapi

DERMATO-TERAPI

PENDAHULUAN

Penyakit kulit dapat diobati dengan bermacam-macam cara, antara lain :

1. Topical

2. Sistemik

3. Intralesi

Kalau cara pengobatan di atas ini belum memadai, maka masih dapat dipergunakan cara-cara

lain, yaitu:

radiotherapi

sinar ultraviolet

pengobatan Lasers

kemotherapi

Bedah listrik

bedah skalpel

Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam bidang farmasi, maka pengobatan

penyakit kulit juga ikut berkembang pesat. Yang menarik perhatian adalah kemajuan dalam

bidang pengobatan topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan

empirik menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.1

.

1

Page 2: Dermatoterapi

PENGOBATAN TOPIKAL

Kegunaan dan khasiat pengobatan topikal didapat dari penqaruh fisik dan kimiawi

obat-obat yang diaplikasi di atas kulit yang sakit. Pengaruh fisik antara lain ialah

mengeringkan, membasahi (hidrasi), melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan,

dan melindungi (proteksi) dari pengaruh buruk dari luar. Semua hal itu bermaksud untuk

mengadakan homeostasis, yaitu mengembalikan kulit yang sakit dan jaringan di sekitarnya ke

keadaan fisiologik stabil secepat-cepatnya. Disamping itu untuk menghilangkan gejala-gejala

yang mengganggu, misalnya rasa gatal dan panas.1,2

Dalam jangka waktu 20 tahun terakhir ini telah dikembangkan preparat-preparat topikal

yang mempunyai khasiat kimiawi yang spesifik terhadap organisme di kulit atau terhadap

kulit itu sendiri. Secara ideal maka pemberian obat topikal harus berkhasiat fisis maupun

kimiawi. Kalau obat topikal digunakan secara rasional, maka hasilnya juga optimal,

sebaliknya kalau digunakan secara salah obat topikal menjadi tidak efektif dapat renyebabkan

penyakit iatrogenik. Prinsip obat topical secara umum terdiri atas 2 bagian1,2:

a. bahan dasar (vehiculum)

b. bahan aktif

A. BAHAN DASAR (VEHIKULUM)

Memilih bahan dasar (vehikulum obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting

yang harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah

pada keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar yang cair/basah, misalnya

kompres; dan pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat/kering, misalnya salap. Secara

sederhana bahan dasar dibagi menjadi 1,2,3

1. Cairan.

2. Bedak

3. Salap.

2

Page 3: Dermatoterapi

Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :

4. Bedak kocok (lotion), yaitu campuran cairan dan bedak.

5. krim, yaitu campuran cairan dan salap.

6. Pasta, yaitu campuran salap dan bedak.

7. Linimen (pasta pendingin), yaitu campuran, cairan, bedak, dan salep.

Bagan. Vehikulum

1. Cairan

Cairan terdiri atas:

a. solusio-artinya larutan dalam air

b. tingtura artinya larutan dalam alcohol.

Solusio dibagi dalam:

1. kompres

2. rendam (bath), misalnya rendam kaki, rendam tangan

3. mandi (full bath)

Prinsip pengobatan cairan ialah, membersihkan kulit yang sakit dari debris (pus,

krusta dan sebagainya) dan sisa-sisa obat topikal yang pernah dipakai. Di samping itu

terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel. bula, dan pustula. Hasil akhir pengobatan

ialah keadaan yang.membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih sehingga

3

Page 4: Dermatoterapi

mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Pengobatan

cairan berguna juga untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal, rasa terbakar,

parestesi oleh bermacam-macam dermatosis.2

Harus dilngat bahwa pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit

menjadi terlalu kering. Jadi pengobatan cairan harus dipantau secara teliti, kalau

keadaan sudah mulai kering pemakaiannya dikurangi dan kalau perlu dihentikan

untuk diganti dengan bentuk pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai dari

pada cara rendam dan mandi, karena pada kompres terdapat pendinginan dengan

adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan mandi terjadi proses maserasi.1,4

Bahan aktif yang dipakai dalam kompres galah biasanya bersifat astringen

dan antimikrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.

Dikenal 2 macam cara kompres, yaitu :

a. Kompres terbuka

Dasar

Penguapan cairan kompres disusul oleh absorbsi eksudat atau pus.

Indikasi

Dermatosis mardidans

infeksi kulit dengan eritema yang mencolok, misalnya erisipelas

ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta.

Efek pada kulit '

kulit yang semula eksudatif menjadi kering

permukaan kulit menjadi dingin

vasokonstriksi

eritema berkurang.

Cara

4

Page 5: Dermatoterapi

Digunakan kain kasa yang bersifat absorben dan noniritasi serta tidak

terlalu tebal (3 lapis). Balutan jangan terlalu ketat, tidak perlu steril, dan

jangan menggunakan kapas karena lekat dan menghambat penguapan.1

Kasa dicelup ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan

didiamkan, biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Hendaknya jangan sampai

terjadi maserasi. Bila kering dibasahkan lagi. Daerah yang dikompres luasnya

1/3 bagian tubuh agar tidak terjadi pendinginan.1

b. Kompres tertutup

Sinonim

Kompres impermeabel.

Dasar

Vasodilatasi, bukan untuk penguapan.

Indikasi

Keiainan yang dalam, misalnya limfogranuloma venerium.

Cara

Digunakan pembalut tebal dan ditutup dengan bahan impermeabel, misalnya

setofan atau plastik.

2. Bedak

Bedak yang dioleskan di atas kulit membuat lapisan tipis di kulit yang tidak melekat

erat sehingga penetrasinya sedikit sekali.

Efek bedak ialah:

o mendinginkan

o antiinflamasi ringan karena ada sedikit efek vasokonstriksi

o anti-pruritus lemah

o mengurangi pergeseran pada kulit yang berlipat (intertrigo)

5

Page 6: Dermatoterapi

o proteksi mekanis.

Yang diharapkan dari bedak terutama ialah efek fisis. Bahan dasarnya ialah talkum

venetum. Biasanya bedak dicampur dengan seng oksida, sebab zat ini bersifat

mengabsorpsi air dan sebum, astringen, antiseptik lemah dan antipruritus lemah.1,2

Indikasi pemberian bedak ialah :

o dermatosis yang kering dan superfisial

o mempertahankan vesikel/bula agar tidak pecah, misalnya pada varisela dan

herpes zoster.

Kontralndikasi

Dermatitis yang basah, terutama bila disertai dengan infeksi sekunder.

3. Salap

Salap ialah bahan berlemak atau se-perti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi

seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.

Indikasi pemberian salap ialah :

a. dermatosis yang kering dan kronik

b. dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat

jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya.

c. dermatosis yang bersisik dan berkrusta.

Kontralndikasi ialah : dermatitis madidans. Jika kelainan kulit terdapat pada bagian

badan yang berambut, penggunaan salap tidak dianjurkan dan salap jangan dipakai di

seluruh tubuh.1,2

4. Bedak kocok

Bedak kocok terdiri atas cam dan bedak, yang biasanya ditambah de-ngan gliserin

sebagai bahan perekat. Supaya bedak tidak terlalu kental dan tidak cepat menjadi

kering, maka jumlah zat padat maksimal 40% dan jumlah gliserin 10-15%. Hal ini

6

Page 7: Dermatoterapi

berarti bila beberapa zat aktif padat ditambahkan, maka persentase ter-sebut jangan

dilampaui.1,4

Indikasi bedak kocok ialah :

1. dermatosis yang kering, superfisialis dan agak luas, yang diinginkan ialah

sedikit penetrasi.

2. pada keadaan subakut.

Kontralndikasi:

1. dermatitis madidans

2. daerah badan yang berambut

5. Krim1

Krim ialah campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator.

Krim ada 2 jenis:

Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar.

Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.

Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya

paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di

dalam krim.

Indikasi penggunaan krim ialah :

o indikasi kosmetik

o dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang

lebih besar daripada bedak kocok.

o krim boleh digunakan di daerah yang berambut.

KontraIndikasi ialah dermatitis madidans.

6. Pasta

7

Page 8: Dermatoterapi

Pasta ialah campuran homogen bedak dan vaselin. Pasta bersifat, protektif dan

mengeringkan. Indikasi penggunaan pasta ialah dermatosis yang agak basah.

Kontraindikasi : dermatosis yang eksudatif dan daerah yang berambut. Untuk daerah

genital eksterna dan lipatan-lipatan badan pasta tidak dianjurkan karena terlalu

melekat.1,4

7. Linimen

Linimen atau pasta pendingin ialah campuran cairan, bedak, dan salap. Indikasi:

dermatosis yang subakut. Kontraindikasi: dermatosis madidans.1,4

B. BAHAN AKTIF

Memilih obat topikal seiain faktor vehikulum, juga faktor bahan aktif yang

dimasukkan ke dalam vehikulum yang mempunyai khasiat tertentu yang sesuai untuk

pengobatan topikal. Khasiat bahan aktif topikal dipengaruhi oleh keadaan fisiko-kimia

permukaan kulit, di samping komposisi formulasi zat yang dipakai.1,3,4

Di dalam resep harus ada bahan aktif dan vehikulum. Bahan aktif dapat berinteraksi

satu sama lain. Yang penting ialah, apakah bahan yang kita campurkan itu dapat

tercampurkan atau tidak, sebab ada obat/zat yang sifatnya O.T.T. (= obat tidak

tercampurkan).1

Asam salisilat, misalnya dapat dicampur dengan asam lainnya, contohnya asam

benzoat atau dengan ter, resorsinol tidak tercampurkan dengan yodium, garam, besi atau

bahan yang bersifat oksidator.1

Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk

konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar partikel, viskositas, dan efek

vehikulum terhadap kulit.1

8

Page 9: Dermatoterapi

Bahan aktif yang digunakan di antaranya ialah1:

1. Aluminium asetat

Contohnya ialah larutan Burow yang mengandung aluminium asetat 5%. Efek-nya

ialah astringen dan antiseptik ringan. Jika hendak digunakan sebagai kompres

diencerkan 1 :10.

2. Asam asetat

Dipakai sebagai larutan 5% untuk kompres, bersifat antiseptik untuk infeksi

Pseudomonas.

3. Asam benzoat

Mempunyai sifat antiseptik terutama fungisidal. Digunakan dalam salap, contohnya

dalam salap Whitfield dengan konsentrasi 5%. Menurut British Pharmaceutical Codex

susunannya demikian:

R/ Acidi benzoici 5

Acidi salicylici 3

Petrolati 28

Olei cocos 64

Modifikasi salap tersebut ialah A.A.V. II yang di bagian kami digunakan untuk

penyakit jamur superfisial. Salap tersebut berisi asam salisilat 6% dan asam benzoat

12%. Sedangkan salap lain ialah A.A.V. I berisi asam salisilat 3% dan asam benzoat

6%, jadi konsentrasi bahan aktif hanya separuhnya.

4. Asam borat

Konsentrasinya 3%, tidak dianjurkan untuk dipakai sebagai bedak, kompres atau

dalam salap berhubung efek antiseptiknya sangat sedikit dan dapat bersifat toksik,

terutama pada kelainan yang luas dan erosif terlebih-lebih pada bayi.

9

Page 10: Dermatoterapi

5. Asam salisilat

Merupakan zat keratolitik yang tertua yang dikenal dalam pengobatan topikal.

Efeknya ialah mengurangi proliferasi epitel dan menormalisasi keratinisasi yang

terganggu. Pada konsentrasi rendah (1 - 2%) mempunyai efek keratoplestik, yaitu

menunjang pembentukan keratin yang baru. Pada konsentrasi tinggi (3 - 20%) bersifat

keratolitik dan dipakai untuk keadaan dermatosis yang hiperkeratotik. Pada

konsentrasi sangat tinggi (40%) dipakai untuk kelainan-kelainan yang dalam,

misalnya kalus dan veruka plantaris. Aaam salisil dalam konsentrasi 1 % dipakai

sebagai kompres, bersifat antiseptik. Penggunaannya, misalnya untuk dermatitis

eksudatif, asam salisil 3%-5% juga bersifat mempertinggi absorbsi perkutan zat-zat

aktif.

6. Asam undesilenat

Bersifat antimikotik dengan konsentrasi 5% dalam salap atau krim, Dicampur dengan

garam seng (Zn undecylenic) 2O%.

7. Asam vit A (tretinoin, asam retinoat)

Efek

Memperbaiki keratinisasi menjadi normal, jika terjadi gangguan

Meningkatkan sintesa DNA dalam epitelium germinatif

Meningkatkan laju mitosis

Menebalkan stratum granulosum

Menormalkan parakeratosis

Indikasi

Penyakit dengan sumbatan folikular

Penyakit dengan hiperkeratosis

Pada proses menua kulit akibat sinar matahari

10

Page 11: Dermatoterapi

8. Benzokain

Bersifat anestesia. Konsentrasinya 1/2 - 5%, tidak larut dalam air, lebih larut dalam

minyak (1:35), dan iebih larut lagi alkohol. Dapat digunakan dalam vehikulum yang

lain, Sering menyebabkan sensitisasi.

9. Banzil banzoat

Cairan berkhasiat sebagai skabisid dan pedikulosid. Digunakan sebagai emulsi dengan

konsentrasi 20 atau 25%.

10. Camphora

Konsentrasinya 1-2 %. Bersifat antipruritus berdasarkan penguapan zat tersebut

sehingga terjadi pendinginan. Dapat dimasukan ke dalam bedak atau bedak kocok

yang mengandung alkohol agar dapat larut. Juga dapat dipakai dalam salap dan krim.

11. Kortikosteroid topikal

Pada tahun 1952 SULZBERGER dan WITTEN memperkenalkan hidrokortison dan

hidrokortison asatat sebagai obat topikal pertama dan golongan kortikosteroid (K.S.).

Hal ini merupakan kemajuan yang sangat basar dalam pengobatan penyakit kulit

topikal karena KS mempunyai khasiat yang aangat luas, yaitu: anti inflamasi, anti

alergi, anti pruritus, anti mitotik dan vasokonstriksi. Pada penyelidikan temyata bahwa

kortison dan Adreno-Cortico-Trophic Hormone (A.C.T.H.) tidak efektif sebagai obat

topical.1,2,4

Pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1960 diperkenalkan KS yang lebih poten

daripada hidrokortison, yaitu KS yang bersenyawa halogen yang dikenal sebagai

fluorinated corticosteroid. Penambahan 1 atom F pada posisi 6 dan 9 dan satu rarrtai

samping pada posisi 16 dan 17, menghasilkan bentuk yang mempunyai potensi tinggi,

Zat-zat ini pada konsentrasi 0,025% sampai 0,1% memberikan pengaruh anti

inflamasi yang kuat, yang termasuk dalam golongan ini ialah, antara lain :

11

Page 12: Dermatoterapi

betametaaon, betametaaon valerat, betametason benzoat, fluosinolon asetonid, dan

triamsinolon asetonid.

Penggolongan1

Korlikosteroid topikal dibagi menjadi 7 golongan besar, di antaranya berdasarkan

antiinflamasi dan anti mitotik (lihat tabel 49-1). Golongan I yang paling kuat daya

antiinflamasi dan ainti mitotiknya (superpoten). Sebaliknya golongan VII yang

terlemah (potensi lemah).

TABEL. Penggolongan kortikosteroid topikal berdasarkan potensi klinis

Klasifikasi Nama dagang Nama generic

Golongan I: (super poten) Diprolene ointment

Diprolene AF cream

Psorcon ointment

Temovate ointment

Temovate cream

Ultravate ointment

Ultravate cream

0.05% betamethasone diproplonate

0.05% diflorasone diacetate

0.05% clobetasol proprionate

0.05% halobetasd proprionate

Golongan II: (potensi tinggi) Cyclocort ointment

Diprosone ointment

Elocon ointment

Florone ointment

Halog ointment

Halog cream

Halog solution

Lidex ointment

Lidex cream

0.1% amcinonide

0.05% betamethasone diproprionate

0.01% mometasone fuorate

0.05% diflorasone diacetate

0.01% halcinonide

0.05% fluocinonide

12

Page 13: Dermatoterapi

Lidex gel

Lidex solution

Maxiflor ointment

Maxivate ointment

Maxivate cream

Topicort ointment

Topicort cream

Topicort gel

0.05% diflorasone diacetate

0.05% betamethasone diproprionate

0.25% desoximetasone

0.05% desoximetasone

Golongan III: (potensi tinggi) Aristocort A ointment

Cutivate ointment

Cyclocort cream

Cyclocort lotion

Diprosone cream

Flurone cream

Lidex E cream

Maxiflor cream

Maxivate lotion

Topicort LP cream

Valisone ointment

0.1% triamcinolone acetonide

0.005%fluticasone propionate

0.1% amcinonide

0.05% betamethasone dipropionate

0.05% diflorosone diacetate

0.05% fluocinonide

0.05% diflorosone diacetate

0.05% betamethasone dipropionate

0.05% desoximetasone

0.01% betamethasone valerate

Golongan IV : (potensi

medium)

Aristocort ointment

Cordran ointment

Elocon cream

Elocon lotion

Kenalog ointment

Kenalog cream

0.1% triamcinolone acetoninide

0.05% flurandrenolide

0.1% mometasone furoate

0.1% triamcinolone acetonide

13

Page 14: Dermatoterapi

Synalar ointment

Westcort ointment

0.025% fluocinolone acetonide

0.2% hydrocortisone valerate

Golongan V: (potensil medium) Cordran cream

Cutivate cream

Dermatop cream

Diprosone lotion

Kenalog lotion

Locoid ointment

Locoid cream

Synalar cream

Tridesilon ointment

Valisone cream

Westcort cream

0.05% flurandrenolide

0.05% fluticasone propionate

0.1% prednicarbate

0.05% betamethasone dipropionate

0.1% triamcinolone acetonide

0.1% hydrocortisone butyrate

0.025% fluocinolone acetonide

0.05% desonide

0.1% betamethasone valerate

0.2% hydrocortisone valerate

Golongan VI: (potensi medium) Aclovate ointment

Alcovate cream

Aristocort cream

DesOwen cream

Kenalog cream

Kenalog lotion

Locoid solution

Synalar cream

Synalar solution

Tridesllon cream

Valisone lotion

0.05% aclometasone

0.1% triamcinolone acetonide

0.05% desonide

0.025% triamcinolone acetonide

0.1% hydrocortisone butyrate

0.01% fluocinolone acetonide

0.05% desonide

0.1% betamethasone valerate

Golongan VII: (potensi lemah) Obat topikal dengan hidrokortison, deksametason, glumetalon,

14

Page 15: Dermatoterapi

prednisolon, dan metilprednisolon

'

Indikasi1

K.T. dengan potensi kuat belum tentu merupakan obat pilihan untuk suatu

penyakit kulit (MARKS, 1985). Hams selalu diingat bahwa K.T. bersifat paliatif dan

supresif terhadap penyakit kulit dan bukan merupakan pengobatan kausal.

Dermatosis yang responsif dengan K.T. ialah: psoriasis, dermatitis atopik,

dermatitis kontak, dermatitis seboroik, neurodermatitis sirkumskripta, dermatitis

numularis, dermatitis stasis, dermatitis venenata, dermatitis intertriginosa, dan

dermatitis Solaris (fotodermatitis).

Dermatosis yang kurang responsif ialah lupus eritematosus diskoid, psoriasis

di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis lipoidika diabetikorum, vitiligo, granuloma

anulare, sarkoidosis, liken planus, pemfigoid, eksantema fikstum.

Dermatosis yang responsif dengan kortikosteroid intralesi ialah keloid, jaringan parut

hipertrofik, alopesia areata, akne berkista, prurigo nodularis, morfea, dermatitis

dengan likenifikasi, liken amiloidosis, dan vitiligo (sebagian responsif).

Di samping K.T. tersebut ada pula kortikosteroid yang disuntikan intralesi, misalnya

triamsinolon asetonid.

Pemilihan Jenis K.T1

Dipilih K.T. yang sesuai, aman, efek samping sedikit dan harga murah; di

samping itu ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan, yaitu jenis penyakit

kulit, jenis vehikulum, kondisi penyakit, yaitu stadium penyakit, luas/tidaknya lesi,

da-lam/dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur

penderita.

15

Page 16: Dermatoterapi

Aplikasi klinis

a. Cara aplikasi

Pada umumnya dianjurkan pemakaian salap 2-3 x/hari sampai penyakit

tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala takifilaksis.

Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit terhadap glukokortikoid karena

pemberian obat yang berulang-ulang; berupa toleransi akut yang berarti efek

vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan beberapa hari efek

vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi bila pengolesan

obat tetap dilanjutkan.

b. Lama pemakaian steroid topikal

Lama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih dari 4-6 minggu untuk

steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk potensi kuat.

Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh sebagai berikut1,4:

1. Psoriasis

Penyakit psoriasis dengan skuama tebal berupa plakat, memerlukan

steroid yang poten (golongan I) dengan vehikulum salap atau krim.

2. Dermatitis atopik

Pada anak diperlukan steroid topikal yang lemah mengingat umur anak,

lokalisasi penyakit dan kulit pada anak masih halus dan tipis. Dipilih

bentuk krim. Pada dewasa diperlukan K.T. yang poten dalam bentuk

salap.

3. Dermatitis kontak alergik

Pemakaian steroid dengan potensi sedang biasanya cukup untuk

mengatasi penyakit ini. Zat penyebab harus dihindari.

4. Dermatitis dishidrotik

16

Page 17: Dermatoterapi

Dermatitis ini memerlukan steroid yang poten dalam bentuk salap, sebab

kulit di daerah itu tebal.

5. Dermatitis nummular

Lesi biasanya multipel dan memerlukan K.T. yang poten.

6. Dermatitis seboroik

Dermatitis ini cukup sensitif terhadap K.T. dan memerlukan steroid

potensi sedang.

7. Dermatitis intertriginosa

Dermatitis ini memerlukan K.T. dengan potensi sedang untuk

menghilangkan gejala gatal dan rasa panas.

Efek samping1

Efek samping terjadi bila:

1. penggunaan K.T. yang lama dan berlebihan

2. penggunaan K.T. dengan potensi kuat atau sangat kuat atau penggunaan secara

oklusif.

Harus diingat bahwa makin tinggi potensi K.T., makin cepat terjadinya efek samping.

Gejala efek samping.

1. Atrofi.

2. Strie atrofise.

3. Telangiektasis.

4. Purpura.

5. Dermatosis akneformis

6. Hipertrikosis setempat.

7. Hipopigmentasi.

8. Dermatitis perioral.

17

Page 18: Dermatoterapi

9. Menghambat penyembuhan ulkus.

10. Infeksi mudah terjadi dan meluas.

11. Gambaran Minis penyakit infeksi men-jadi kabur.

Dermatofitosis yang diobati dengan K.T. gambaran klinisnya menjadi tidak khas

karena efek anti-inflamasinya. Piggir yang eritematosa dan ber-batas tegas menjadi

kabur dan meluas dikenal sebagai tinea incognito.

Pencegahan efek samping1

Efek samping sistemik jarang sekali terjadi, agar aman dosis yang dianjurkan

ialah jangan melebihi 30 gram sehari tanpa oklusi.

Pada bayi kulit masih tipis, hendak-nya dipakai K.T. yang lemah. Pada

kelainan akut dipakai pula K.T. yang lemah. Pada kelainan subakut digunakan K.T.

sedang. jika kelainan kronis dan tebal dipakai K.T. kuat. Bila telah membaik

pengolesan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sekali sehari atau diganti

dengan K.T. sedang/lemah untuk mencegah efek samping.

Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi 12 jam sehari dan

pemakaiannya terbatas pada lesi yang resisten.Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak)

dan wajah digunakan K.T. lemah/sedang. K.T. jangan digunakan untuk infeksi

bakterial, infeksi mikotik, infeksi virus, dar skabies.

Di sekitar mata hendaknya berhati-hati untuk menghindari timbulnya glaukoma dan

katarak.

Terapi intralesi dibatasi 1 mg padc satu tempat, sedangkan dosis maksimur per kali 10

mg.

12. Mentol

18

Page 19: Dermatoterapi

Bersifat antipruritik seperti camphora. Pemakaiannya seperti pada camphora,

konsentrasinya 1/4 - 2%.

13. Podofilin

Damar podofilin digunakan dengna konsentrasi 25 % sebagai tingtur untuk kondiloma

akuminatum. Setelah 4-6 jam hendaknya dicuci.

14. Selenium disulfide

Digunakan sebagai sampo 1 % untuk dermatitis seboroik pada kepala dan tinea

versikolor, keungkinan terjadinya efek toksik rendah.

15. Sulfur

Merupakan unsure yang telah digunakan selama berabad abad dalam dermatologi.

Bersifat antiseboroik, anti akne, antiskabies, antibakteripositif, gram dana anti jamur.

Yang digunakan adalah sulfur denagan tingkat terhalus, yaitu sulfur presipitatum

(belerang endap) berupa bubuk kuning kehijauan. Biasanya diapakai dalam

konsentrasi 4 – 20 %. Dapat digunakan dalam pasta krim, salap, dan bedak kocok,

contoh dalam salap ialah salap 2-4 yang mengandung asam salisilat 2% dan sulfur

presipitatum 4%, sedangkan contoh dalam bedak kocok ialah losio kummerfeldi yang

dipakai untuk acne.

16. Ter

Preparat golongan ini didapat sebagai hasil destilasi kering dari batubara, kayu dan

fosil. Yang bersal dari batubara misalnya liantral dan likuor karbonis detergens. Yang

berasal dari kayu, misalnya oleu kadini dan oleum ruski. Contoh yang berasal dari

fosil ialah iktiol.

Preparat ter yang sering digunakan ialah likuor karbonis detergens karenatidak

berwarna hitam seperti yang lain dan tidak begitu berbau. Konsentrasi 2-5 % efeknya

antipruritus, anti radang, antiekzem, antiakantosis keratoplastik, dapat digunakan

19

Page 20: Dermatoterapi

untuk psoriasi dan dermatitis kronik dalam salap. Jika terdapat lesi yang universal,

misalnya pada psoriasis, tidak boleh dioleskan diseluruh lesi karena akan diabsorbsi

dan memberi efek toksik terhadap ginjal. Cara pengolesan digilir, tubuh dibagi 3, hari

1; kepala dan ekstremitas atas, hari 2 : batang tubuh dan hari 3 ekstremitas bawah.

Efek sampingnya pada pemakaian ter perlu diperhatikan adanya reaksi fototoksik,

pada ter yang berasal dari batubara dapat juga terjadi folikulitis dan ter akne. Efek

karsinogen ter batubara dapat terjadi pada pemakaian yang lama. Pada pemakaian

yang singkat efek samping ini tidak pernah terjadi.

17. Tiosulfas natrikus

Kristal mudah larut dalam air. Bersifat antimikotik untuk tinea versikolor dengan

larutan 25%.

18. Urea

Dengan konsentrasi 10% dalam krim mempunyai efek sabagai emolien, dapat dipakai

untuk iktiosis dan xerosis kutis. Pada konsentrasi 40% melarutkan protein

19. Zat antiseptik

Zat yang bersifat antiseptic dan/atau bakteriostatik. Zat zat antiseptic lebih disukai

dalam bidang dermatologi daripada zat antibotik, sebab dengan memakai zat

antiseptic persoalan resistensi terhadap antibiotik dapat dihindarkan.

Golongan antiseptic : alcohol, fenol, halogen, zat-zat pengoksidasi, senyawa logam

berat, zat warna.

20

Page 21: Dermatoterapi

DAFTAR PUSTAKA

1. Hamzah, Mochtar. Dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Ketujuh. Hal. 426-

435. Jakarta: FKUI. 2015

2. Nurharini, Firdausi. Dermato Terapi. Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. RSU Haji

Surabaya. 2010.

3. Maren E. S. Cotes, Robert A. Swerlick. Practical guidelines for the use of steroid-

sparing agents in the treatment of chronic pruritus Dermatologic Therapy. Special

Issue: Understanding and Treating Itch

Volume 26, Issue 2, pages 120–134, March/April 2013.

4. Eichenfield, L.F. (2004). Consensus guidelines in diagnosis and treatment of atopic

dermatitis. Allergy, 59 (Suppl. 78), 86–2.

21