dispepsia

27
Dispepsia Elistia Tripuspita* 102010173 Pendahuluan Berdasarkan skenario 2,Wanita 55 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan keluhan nyeri ulu hati yang hebat sejak 3 hari semenjak masuk rumah sakit. Sebenarnya keluhan ini sudah sering mengganggu dan hilang timbul sejak 1 tahun. Riwayat penyakit dahulu : 2 tahun sebelumnya mengkonsumsi obat antinyeri dari warung hampir tiap hari. Riwayat BAB hitam disangkal. Pada pemeriksaan fisik ada anemia, Hb : 8,6 g/dL. Keluhan yang ada pada skenario tersebut seperti nyeri ulu hati merupakan bagian dari kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau tidak nyaman di epigastrium, mual ,muntah, kembung,cepat kenyang,rasa penuh,sendawa,regurgitasi,dan rasa panas untuk menjalar di dada pada penderita dispepsia.

Upload: alitharachma

Post on 30-Dec-2015

68 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

Dispepsia

TRANSCRIPT

Page 1: Dispepsia

Dispepsia

Elistia Tripuspita*

102010173

Pendahuluan

Berdasarkan skenario 2,Wanita 55 tahun datang ke Poliklinik Penyakit Dalam dengan

keluhan nyeri ulu hati yang hebat sejak 3 hari semenjak masuk rumah sakit. Sebenarnya

keluhan ini sudah sering mengganggu dan hilang timbul sejak 1 tahun. Riwayat penyakit

dahulu : 2 tahun sebelumnya mengkonsumsi obat antinyeri dari warung hampir tiap hari.

Riwayat BAB hitam disangkal. Pada pemeriksaan fisik ada anemia, Hb : 8,6 g/dL.

Keluhan yang ada pada skenario tersebut seperti nyeri ulu hati merupakan bagian

dari kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau tidak nyaman di epigastrium, mual ,muntah,

kembung,cepat kenyang,rasa penuh,sendawa,regurgitasi,dan rasa panas untuk menjalar di

dada pada penderita dispepsia.

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara, No.6, Jakarta 11510

Email : [email protected]

Page 2: Dispepsia

Pembahasan

Istilah dispepsia berkaitan dengan makanan dan menggambarkan keluhan atau kumpulan gejala

yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman di epigastrium, mual, muntah, kembung, cepat

kenyang, rasa perut penuh, sendawa, regurgitasi dan rasa panas yang menjalar di dada. Sindrom

atau keluhan ini dapat disebabkan atau didasari berbagai macam penyakit.

Definisi dispepsia menurut kriteria Rome III adalah salah satu atau lebih gejala dibawah ini :

1. Rasa penuh setelah makan (yang diistilahkan postprandial distress syndrome)

2. Rasa cepat kenyang (yang berarti ketidakmampuan untuk menghabiskan ukuran

makan normal atau rasa penuh setelah makan)

3. Rasa nyeri epigastrik atau seperti rasa terbakar (diistilahkan epigastric pain

syndrome)

Bila didapatkan tanda alarm, yaitu mual muntah yang tidak sembuh dengan terapi yang

lazim, terapi empiris gagal, anemia, melena dan/hematemesis, penurunan berat badan yang

signifikan akibat penyakit, disfagia, maka investigasi yang berupa pemeriksaan laboratorium,

radiologik dan endoskopik harus dijalankan. Selanjutnya  terapi disesuaikan dengan hasil

temuan investigasi. Namun bila tidak ditemukan tanda alarm, maka tidak perlu terlalu cepat

melakukan investigasi. Pasien dapat diterapi secara empiris terlebih dahulu.

Dengan demikian maka, berdasarkan ada tidaknya penyakit/kelainan organik-biokimiawi

dispepsia dibedakan menjadi:

I. Dispepsiafungsional

A.    Definisi: Berdasarkan Konsensus Roma III.

B.    Klasifikasi :Di masa lalu, dispepsia fungsional dibedakan menjadi 4 subgrup yaitu tipe ulkus,

tipe dismotilitas, tipe refluks dan tipe non spesifik. Namun dispepsia tipe refluks ternyata dapat

berlanjut menjadi penyakit organik yaitu GERD, sehingga dispepsia tipe refluks tidak lagi

dimasukkan kedalam dispepsia fungsional.7 Klasifikasi dispepsia fungsional yang lebih baru saat

ini adalah:1.     Dispepsia tipe ulkus

2.     Dispepsia tipe dismotilitas

3.     Dispepsia tipe non spesifik

C.    Patofisiologi dispepsia fungsional hingga kini belum jelas2

D.    Tatalaksana dispepsia fungsional terdiri dari :

Page 3: Dispepsia

a.     Diet yang menghindari makanan pencetus serangan

b.    Terapi medikamentosa

    II.            Dispepsia organik,

Sebagian besar diakibatkan kelainan esofago-gastro-duodenal, yaitu:

1. GASTRITIS

Etiologi: Penyebab terbanyak adalah infeksi Helicobacter pylori (Hp) dan OAINS.

1)     Gastritis akibat Hp: a. Gastritis kronik non atropi predominasi antrum

b. Gastritis kronik atropi multifokal

2)     Gastropati obat antiinflamasi non steroid (OAINS)

Faktor risiko mendapat gastropati OAINS adalah :

a. Riwayat ulkus peptiku

b. Usia diatas 60 tahun,

c. Terapi lebih dari 1 macam OAINS danterapi OAINS bersama steroid.

Gejala klinik: bisa asimtomatik (30-40%), namun umumnya bermanifestasi sebagai sindroma

dispepsia, terutama rasa nyeri.

Tatalaksana :

1) Bila penggunaan OAINS dapat dihentikan, maka dapat dipilih penghambat asam jenis

H2RA atau PPI, bersama dengan sitoprotektor (sukralfat 3x1gram, rebamipide 3x100mg,

teprenone  3x50mg)

2) Bilapenggunaan OAINS tidak dapat dihentikan: maka dipilih OAINS yang selektif

menghambat Cox2, dan dipilih penghambat asam jenis PPI, bersama dengan

sitoprotektor

3) Eradikasi Helicobacter pylori (Hp): PPI (Omeprazol 2x20 mg) +amoksisilin (2x1000

mg)+ klaritromisin (2x500 mg)

2. ULKUS PEPTIK

A. Tukak Peptik terdiri dari tukak lambung dan tukak duodenum

B. Patogenesis:

a. Faktor Agresif : - H pylori dan OAINS

Page 4: Dispepsia

-   Rokok, stres, malnutrisi, diet tinggi garam, defisiensi vitamin, genetik

b. Faktor Defensif:   

- Preepitel: mukusdanbikarbonat

- Epitel: kecepatanperbaikanmukosa yang rusak, sel sehat bermigrasi ke

ulkus

- Subepitel: Mikrosirkulasidan  PG endogen menekan ekstravasasi

leukosit yang merangsangreaksiinflamasijaringan.

C. Diagnosis:

a. Anamnesis:

- Sindromdispepsia, denganperioderemisidaneksaserbasi

- Keluhan dispepsia: mual, muntah, kembung, nyeri ulu hati, sendawa,

rasa terbakar, rasa penuh, cepatkenyang

- Tukakakibat OAINS dan tukak pada usia lanjut bisanya asimtomatik

b. Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium: tidak khas

c. Penunjang: Endoskopi SCBA dan histopatologi

D. Komplikasi: Perdarahan, Perforasi, Obstruksi

E. Tatalaksana:

- Diet: tidakmerangsang

- Hindarirokokdanalcohol

- Hindari OAINS, pilihgolongan Cox2 inhibitor selektif

- Obat-obatanuntukmengurangikeasaman lambung diberikan selama 4-8

minggu, dengan sasaran pH intragastrik diatas 3 sehingga aktifitas

pepsin minimal. Bila relaps, pemberian obat diulang selama 4-8

minggu dan dilanjutkan dengan maintenance selama 12 bulan. Dalam

terapi ulkus, antasida hanya bersifat simtomatik untuk mengurangi rasa

perih di ulu hati.

Obat-obatan yang dapat digunakan adalah:

a. PPI: omeprazol 2x20mg, lansoprazol 2x30mg, pantoprazol 2x40mg,

maintenance omeprazol 1x20mg, lansoprazol 1x30mg, pantoprazol

1x40mg dosistunggalpagihari.

b. - H2RA: ranitidine 2x150-300mg, maintenance 1x150mg malamhari

Page 5: Dispepsia

   -Eradikasi HP: terapi tripel PPI (Omeprazol 2 x 20 mg) + amoksisilin ( 2x1000 mg ) +

klaritromisin (2x500 mg) selama 1-2 minggu.

Jika gagal, dilanjutkan dengan terapi kuadrupel selama 1-2 minggu (Bismuth 4x120mg) +

(Omeprazol 2 x 20 mg) + amoksisilin ( 2x1000 mg ) + klaritromisin (2x500 mg). Dengan

eradikasi Hp biasanya relaps dapat dicegah sehingga terapi  maintenance tidak perlu

diberikan

Obat-obat yang mempercepat pengosongan lambung (prokinetik) akan mengurangi pemaparan

faktor agresif terhadap lambung sehingga bermanfaat untuk penyembuhan ulkus di lambung.

Prokinetik yang dapat dipilih antara lain metoklopramid 3x10mg, domperidon 3x10mg,

cisaprid 3x10mg.

Obat yang dapat meningkatkan faktor defensif lambung adalah sitoprotektor dan prostaglandin E

eksogen (misoprostol 4x200 µg). Sitoprotektor (sukralfat 3x1gram, rebamipide 3x100mg,

danteprenone  3x50mg) bekerja dengan meningkatkan produksi PG dan meningkatkan

sekresi mukus.Misoprostol sendiri penggunaannya terbatas karena efek samping kram perut

serta diare, dan kepatuhan yang rendah karena dosisnya 4 kali sehari

3. Karsinoma SCBA (Saluran cerna bagian atas)

A. Karsinoma esofagus

Hampir 95% merupakanCaselskuamosa

Insidenstinggi di daerahAsian esophageal cancer belt yang meliputi Iran, Asia

tengah, Afganistan, Siberia dan Mongolia.

Predisposisi: lingkungan/geografis, diet (aflatoksin, asbestos, defisiensi vitamin

A,E,C, alcohol, rokok, radiasi, akalasia, skleroterapi, sosioekonomi, ras

Keluhanklinis: disfagia (90%)

Diagnosis: esofagografimemakai barium (OMD), endoskopi SCBA

diikutiolehbiopsy

Terapi: operasireseksi, radiasi (umumnya radiosensitif), kemoterapi ajuvan

B. Karsinoma lambung

Terbanyakadenokarsinoma

Insidenstinggi di Jepang, Cina, amerikaselatandaneropatimur.

Page 6: Dispepsia

Predisposisi: Hp, diet tinggi nitrat (nitrosamin) sebagai pengawet, makanan yang

diasapdandiasinkan, rokok, atrofilambung

Keluhan klinis: beratbadanturun, nyeri epigastrium, muntah

Diagnosis: fotokontrasganda, endoskopi SCBA diikutioleh biopsy

Terapi: operasireseksidan kemoterapi. Kemoterapi umumnya menggunakan

regimen FAM (5FU, doksorubisin dan mitomisin C. Radiasi umumnya kurang

berhasil

Penyakit refluks gastroesofageal (gastroesophageal reflux disease, GERD), sudah merupakan

diagnosis tersendiri yang terpisah dari dyspepsia, walaupun mempunyai simtom yang

tumpang tindih dengan sindroma dispepsia, dan dapat muncul bersama dispepsia. Dalam

praktek sehari-hari, sering terjadi kesulitan membedakan dispepsia fungsional dengan NERD

(non-erosive reflux disease) yang merupakan bagian dari GERD.

Etiologi

Penyebab dispepsia dapat diklasifikasikan menjadi dispepsia organik dan dispepsia

fungsional. Penyebab dispepsia organik antara lain esofagitis, ulkus peptikum, striktura

esophagus jinak, keganasan saluran cerna bagian atas, iskemia usus kronik, dan penyakit

pankreatobilier.1 Sedangkan dispepsia fungsional mengeksklusi semua penyebab organik.

Etiologi dari dispepsia dapat dilihat pada tabel 1 dan dispepsia fungsional dapat dilihat pada

tabel 2

Tabel 1. Etiologi dispepsia Esofago – gastro – duodenal Tukak peptik, gastritis kronis, gastritis NSAID,

keganasan Obat-obatan Antiinflamasi non steroid, teofilin, digitalis, antibiotik

Hepatobilier Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiasis, Keganasan, Disfungsi sfinkter Oddi

Pankreas Pankreatitis, keganasan

Penyakit sistemik lain Diabetes mellitus, penyakit tiroid, gagal ginjal, kehamilan, penyakit jantung koroner / iskemik

Gangguan fungsional Dispepsia fungsional, irritable bowel syndrome

.

Page 7: Dispepsia

Tabel 2. Mekanisme terjadinya gejala dispepsia pada dispepsia fungsional

Hipersensitivitasviseral

o Meningkatnyapersepsidistensi

o Gangguanpersepsiasam

o Hipersensitivitasviseralsebagaikonsekuensi inflamasi kronik

Gangguan motilitas

o Hipomotilitasantral post prandial

o Menurunnyarelaksasi fundus gaster

o Menurunnyaataugangguanpengosongan lambung

o Refluks gastro-esofageal

o Refluksduodeno-gaster

Perubahan sekresi asam

o Hiperasiditas

Infeksi kuman Helicobacter pylori

Stress

Gangguan dan kelainan psikologis

Predisposisi genetik

Beberapa obat dapat juga menyebabkan keluhan dispepsia seperti terlihat pada tabel 3. Pada

umumnya adalah OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) yang dapat merusak mukosa

sehingga menyebabkan gastritis.

Tabel 3. Obat-obatan yang dapat menyebabkan keluhan dispepsia

Acarbose

Aspirin, Obat anti inflamasi non steroid

Colchicine

Digitalis

Estrogen

Gemfibrozil

Glukokortikoid

Page 8: Dispepsia

Preparatbesi

Levodopa

Narkotik

Niasin

Nitrat

Orlistat

Potassium klorida

Quinidine

Sildenafil

Teofilin

Epidemiologi

Keluhan dispepsia merupakan keadaan klinis yang sering dijumpai dalam praktek praktis

sehari-hari. Di Indonesia diperkirakan 30% kasus pada praktek umum dan 60% pada praktek

spesialis merupakan kasus dispepsia.1Di Amerika, prevalensi dispepsia sekitar 25%, tidak

termasuk pasien dengan keluhan refluks. Insiden pastinya tidaklah terdokumentasidengan baik,

tetapi penelitian di Skandinavia menunjukkan dalam 3 bulan, dispepsia berkembang pada 0,8%

pada subyek tanpa keluhan dispepsia sebelumnya.6 Prevalensi keluhan saluran cerna menurut

suatu pengkajian sistematik atas berbagai penelitian berbasis populasi (systematic review of

population-based study) menyimpulkan angka bervariasi dari 11-41%. Jika keluhan terbakar di

ulu hati dikeluarkan maka angkanya berkisar 4-14%.6

Dispepsia masih menimbulkan masalah kesehatan karena merupakan masalah kesehatan

yang kronik dan memerlukan pengobatan jangka panjang sehingga meningkatkan biaya

perobatannya. Walaupun gejalanya hanya singkat dan dapat diobati sendiri oleh pasien tanpa

berobat ke dokter.7

Dispepsia terjadi pada hampir 25% (dengan rentang 13%-40%) populasi tiap tahun tetapi tidak

semua pasien yang terkena dispepsia akan mencari pengobatan medis.

Patofisiologi

Patofisiologi dispepsia terutama dispepsia fungsional dapat terjadi karena bermacam-macam

penyebab dan mekanismenya. Penyebab dan mekanismenya dapat terjadi sendiri atau

kombinasinya. Pembagian dispepsia berdasarkan gejalanya, seperti tercantum diatas, adalah

Page 9: Dispepsia

untuk panduan manajemen awal terutama untuk dispepsia yang tidak terinvestigasi.

Patofisiologinya yang dapat dibahas disini adalah :

1. Sekresi asam lambung dan keasaman duodenum

Hanya sedikit pasien dispepsia fungsional yang mempunyai hipersekresi asam lambung dari

ringan sampai sedang. Beberapa pasien menunjukkan gangguan bersihan asam dari

duodenum dan meningkatnya sensitivitas terhadap asam.12 Pasien yang lain menunjukkan

buruknya relaksasi fundus terhadap makanan. Tetapi paparan asam yang banyak di

duodenum tidak langsung berhubungan dengan gejala pada pasien dengan dispepsia

fungsional.

2. InfeksiHelicobacter pylori

Prevalensi dan tingkat keparahan gejala dispepsia serta hubungannya dengan patofisiologi

gastrik mungkin diperankan oleh H pylori. Walaupun penelitian epidemiologis

menyimpulkan bahwa belum ada alasan yang meyakinkan terdapat hubungan antara infeksi

H pylori dan dispepsia fungsional. Tidak seperti pada ulkus peptikum, dimana H pylori

merupakan penyebab utamanya.

3. Perlambatan pengosongan lambung

25-40% pasien dispepsia fungsional mempunyai perlambatan waktu pengosongan lambung

yang signifikan. Walaupun beberapa penelitian kecil gagal untuk menunjukkan hubungan

antara perlambatan waktu pengosongan lambung dengan gejala dispepsia. Sebaliknya

penelitian yang besar menunjukkan adanya perlambatan waktu pengosongan lambung dengan

perasaan perut penuh setelah makan, mual dan muntah.

4. Gangguan akomodasi lambung

Gangguan lambung proksimal untuk relaksasi saat makanan memasuki lambung ditemukan

sebanyak 40% pada pasien fungsional dispepsia yang akan menjadi transfer prematur

makanan menuju lambung distal.Gangguan dari akomodasi dan maldistribusi tersebut

berkorelasi dengan cepat kenyang dan penurunan berat badan.

5. Gangguan fase kontraktilitas saluran cerna

Gangguan lambung proksimal untuk relaksasi saat makanan memasuki lambung ditemukan

sebanyak 40% pada pasien fungsional dispepsia yang akan menjadi transfer prematur

makanan menuju lambung distal.Gangguan dari akomodasi dan maldistribusi tersebut

berkorelasi dengan cepat kenyang dan penurunan berat badan.

Page 10: Dispepsia

6. Hipersensitvitas lambung

Hiperalgesia terhadap distensi lambung berkorelasi dengan nyeri abdomen post prandial,

bersendawa dan penurunan berat badan. Walaupun disfungsi level neurologis yang terlibat

dalam hipersensitivitas lambung masih belum jelas.

7. Disritmiamioelektrikaldandismotilitas antro-duodenal

Penelitian tentang manometrik menunjukkan bahwa hipomotilitas antrum terdapat pada

sebagian besar pasien dispepsia fungsional tetapi hubungannya tidak terlalu kuat dengan

gejala spesifiknya. Aktivitas abnormal dari mioelektrikal lambung sangat umum ditemukan

pada pasien tersebut, meskipun berkorelasi dengan perlambatan pengosongan lambung tetapi

tidak berkorelasi dengan gejala dispepsianya.

8. Intoleransi lipid intraduodenal

Kebanyakan pasien dispepsia fungsional mengeluhkan intoleransi terhadap makanan

berlemak dan dapat didemonstrasikan hipersensitivitasnya terhadap distensi lambung yang

diinduksi oleh infus lemak ke dalam duodenum. Gejalanya pada umumnya adalah mual dan

perut kembung.

9. Aksis otak – saluran cerna

Komponen afferen dari sistem syaraf otonomik mengirimkan informasi dari reseptor sistem

syaraf saluran cerna ke otak via jalur vagus dan spinal. Di dalam otak, informasi yang masuk

diproses dan dimodifikasi oleh fungsi afektif dan kognitif. Kemudian otak mengembalikan

informasi tersebut via jalur parasimpatik dan simpatik yang akan memodulasi fungsi

akomodasi, sekresi, motilitas dan imunologis.

10. Faktor Psikososiala. Korelasi dengan stress

b. Korelasi dengan hidup

c. Korelasi dengan kelianan psikiatri dan tipe kepribadian

d. Korelasi dengan kebiasaan mencari pertolongan kesehatan

11. Dispepsia Fungsional pasca infeksi

Hampir 25% pasien dispepsia fungsional melaporkan gejala akut yang mengikuti infeksi

gastrointestinal.

Page 11: Dispepsia

Pemeriksaan

Anamnesis

Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dan pasien dengan

memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non verbal mengenai riwayat penyakit pasien.

Riwayat pasien merupakan suatu komunikasi yang harus dijaga kerahasiaannya, yaitu segala

hal yang diceritakan oleh penderita. Anamnesis atau medical history adalah informasi yang

dikumpulkan oleh seorang dokter  dengan cara melakukan wawancara dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan spesifik baik itu  terhadap pasien itu sendiri (auto-anamnesis) maupun

dari orang yang dianggap  dapat memberikan keterangan yang berhubungan dengan keadaan

pasien (allo-anamnesis/hetero-anamnesis).

Dalam melakukan anamnesis diusahakan agar pasien atau orang tua dapat

menyampaikan keluhan dengan spontan, wajar, namun tidak berkepanjangan. Pada saat yang

tepat pemeriksa perlu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih rinci & spesifik,

sehingga dapat diperoleh gambaran keadaan pasien yang lebih jelas dan akurat. Pertanyaan

yang diajukan oleh pemeriksa sebaiknya tidak sugestif, sedapat mungkin dihindari

pertanyaan yang jawabannya hanya ‘ya’ atau ‘tidak’, berikan kesempatan untuk menentukan

riwayat penyakit pasien sesuai dengan persepsinya.

Berdasarkan anamnesis yang baik, seorang dokter biasanya akan menanyakan

identitas dan keadaan pasien meliputi:

- Namalengkap

- Jeniskelamin

- Umur

- Tempattanggallahir

- Alamattempattinggal

- Status perkawinan

- Pekerjaan

- Sukubangsa

- Agama

- Pendidikan

Hal pertama yang ditanyakan kepada pasien adalah mengenai riwayat pribadi pasien.

Riwayat pribadi adalah segala hal yang menyangkut pribadi pasien; mengenai peristiwa

Page 12: Dispepsia

penting pasien dimulai dari keterangan kelahiran, serta sikap pasien terhadap keluarga dekat.

Termasuk dalam riwayat pribadi adalah riwayat kelahiran, riwayat imunisasi, riwayat makan,

riwayat pendidikan dan masalah keluarga.

Setelah mendapatkan data pribadi pasien, anamnesis selanjutnya adalah menanyakan

keluhan utama pasien, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga

dan riwayat sosial.

Keluhan utama adalah gangguan atau keluhan yang terpenting yang dirasakan

penderita sehingga mendorong ia untuk datang berobat dan memerlukan pertolongan serta

menjelaskan tentang lamanya keluhan tersebut. Keluhan utama merupakan dasar untuk

memulai evaluasi pasien.

Keluhanutamadalamkasusiniadalah nyeri ulu hati yang hebat

Riwayat penyakit sekarang adalah penyakit yang bermula pada saat pertama kali

penderita merasakan keluhan itu. Tentang sifat keluhan itu yang harus diketahui adalah:2

Tempat

Kualitaspenyakit

Kuantitaspenyakit

Urutanwaktu

Situasi

Faktor yang memperberatatau yang mengurangi

Gejala-gejala yang berhubungan

Riwayat penyakit dahulu adalah riwayat penyakit yang pernah diderita di masa

lampau yang mungkin berhubungan dengan penyakit yang dialaminya sekarang.

Riwayatdahulu yang

didapatberdasarkanskenariopasienbelumpernahmengalamihaltersebutsebelumnya.

Riwayat keluarga merupakan segala hal yang berhubungan dengan peranan herediter

dan kontak antar anggota keluarga mengenai penyakit yang dialami pasien. Dalam hal ini

faktor-faktor sosial keluarga turut mempengaruhi kesehatan penderita.

Riwayat sosial mencakup keterangan mengenai pendidikan, pekerjaan dan segala

aktivitas di luar pekerjaan, lingkungan tempat tinggal, perkawinan, tanggungan keluarga, dan

lain-lain. Perlu ditanyakan pula tentang kesulitan yang dihadapi pasien.

Page 13: Dispepsia

Diperlukan anamnesis yang teliti,akurat dan bertahap untuk memformulasikan

gangguan yang terjadi sehingga bila dikombinasikan dengan pemeriksaan fisik kita dapat

merencanakan pemeriksaan penunjang yang diperlukan menegakkan diagnosis. Terdapat

beberapa gejala/keluhan yang karakteristik untuk penyakit GI yang dikemukakan oleh pasien

dan perlu diperoleh persepsi yang sama oleh dokter untuk memeriksanya. Sakit perut yang

dikeluhkan oleh pasien perlu diperoleh persepsi yang sama oleh dokter yang memeriksanya.

Sakit perut yang dikeluhkan oleh pasien harus dijabarkan dan diinterpretasikan dengan baik

agar diperoleh data apakah sakit perut tersebut merupakan nyeri epigastrik,kolik bilier,kolik

usus,atau nyeri akibat rangsang peritoneal.

Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik umum adalah untuk mengidentifikasi keadaan umum pasien

saat pemeriksaan dengan penekanan pada tanda-tanda vital, keadaan sakit, gizi dan

aktivitasnya baik dalam keadaan berbaring atau berjalan.

Setelah anamnesis selesai dilakukan, maka pemeriksaan fisik biasanya dimulai

dengan pemeriksaan objektif yaitu tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu dan tingkat

kesadaran, serta pemeriksaan tanda-tanda vital dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi.

Pemeriksaan fisis abdomen merupakan bagian dari pemeriksaan fisis umum secara

keseluruhan. Secara umum tujuan pemeriksaan abdomen yaitu untuk mencari atau

mengidentifikasi kelainan di sistem gastrointestinal atau sistem ginjal dan saluran kemih arau

genitalia maupun perineum namun jarang.

Inspeksi, pada pemeriksaan ini yaitu melihat perut bagian depan dan belakang

sehingga didapatkan keadaan abdomen seprti simetris atau tidak,bentuk atau

kontur,ukuran,kondisi dinding perut (kulit,vena,umbilikus,striae alba) dan pergerakan dinding

perut. Selain itu juga perhatikan kelainan-kelainan yang terlihat pada perut seperti jaringan

parut karena pembedahan,asimetri perut yang menujukkan adanya massa tumor,stria,vena

yang berdilatasi,kaput medusa,atau obstruksi vena kava inferior,peristalsi usus,distensi dan

hernia.

Setelah inspeksi, pemeriksaan dilanjutkan dengan palpasi, yaitu pemeriksaan dengan

meraba, mempergunakan telapak tangan dan memanfaatkan alat peraba yang terdapat pada

Page 14: Dispepsia

telapak dan jari tangan. Dengan palpasi kita dapat menentukan bentuk, besar, tepi, permukaan

serta konsistensi organ. Permukaan organ dinyatakan apakah rata atau berbenjol-benjol;

konsistensi lunak, keras, kenyal, kistik atau berfluktuasi; sedangkan tepi organ dinyatakan

dengan tumpul atau tajam. Sebisa mungkin seluruh bagian perut terpalpasi,kemudia cari

apakah ada pembesaran massa tumor,apakah hati,limpa,dan kandung empedu membesar atau

teraba. Periksa apakah ginjal,ballotement positif atau negatif. Palpasi dilakukan dalam 2

tahap yaitu palpasi permukaan(superficial) dan palpasi dalam (deep palpaltion). Palpasi dapat

dilakukan dengan 1 tangan atau 2 tangan(bimanual) terutama pada pasien gemuk. Perinci

nyeri tekan abdomen antara lain berat ringannya,lokasi nyeri yang maksimal apakah ada

tahanan (peritonitis), apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan.

Setelah palpasi, biasanya dilanjutkan dengan tindakan perkusi. Tujuan perkusi adalah

untuk mengetahui perbedaan suara ketuk, sehingga dapat ditentukan batas-batas suatu organ

maupun massa yang abnormal di bagian tubuh tertentu.Perkusi abdomen dilakukan dengan

cara tidak langsung sama seperti pada perkusi di rongga toraks tetapi dengan penenkanan

yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Pemeriksaan ini digunakan untuk

mendeteksi kandung empedu/vesika urinaria dimana suaranya redup.pekak,menentuka

ukuran hati dan limpa secara kasar,menentukan penyebab distensi abdomen : penuh gas

(timpani),masa tumor (redup-pekak) dan asites. Perkusi abdomen sangat membantu dalam

menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak cairan atau udara. Dalam keadaan

normal suara perkusi abdomen yaitu timpani,kecuali di daerah hati suara perkusinya adalah

pekak.Hilangnya sama sekali daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi timpani di seluruh

abdomen harus dipikirkan akan kemungkinan adanyaudara bebas di rongga perut misal pada

perforasi usus.

Selanjutnya adalah auskultasi, dimana auskultasi adalah pemeriksaan dengan

menggunakan stetoskop untuk mendengar suara pernapasan, bunyi dan bising jantung,

peristaltik usus, dan aliran darah dalam pembuluh darah.

Pemeriksaan ini untuk memeriksa :

Suara/bunyi usus : frekuensi dan pitch meningkat pada obstruksi ,menghilang

pada ileus paralitik

Succussion splash- untuk mendeteksi obstruksi pada tingkat lambung

Bruit arterial

Venous hum pada kaput medusa

Page 15: Dispepsia

Dalam keadaan normal bising usus terdengar lebih kurang 3x permenit. Jika terdapat

obstruksi usus,suara peristaltik usus ini akan meningkat,lebih lagi pada saat timbul rasa sakit

yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus ini disebut borborigmi.

Untuk kasus dispepsia pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk mengidentifikasi kelainan

intra abdomen atau intra lumen yang padat (misalnya tumor),organomegali,atau nyeri tekan

yang sesuai dengan adanya rangsang peritoneal/peritonitis.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan laboratorium dalam arti luas adalah setiap

pemeriksaan yang dilakukan di luar pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang dalam garis

besarnya dimaksudkan sebagai alat diagnostik, petunjuk tatalaksana, dan petunjuk prognosis.

Pemeriksaanpenunjangpadadispepsiadapatdilakukan :

1. Laboratorium : untuk mengidentifikasi adanya faktor infeksi (lekositosis),

pankreatitis (amilase,lipase), keganasan saluran cerna (CEA,CA19-9,AFP)

2. Ultrasonografi : untuk mengidentifikasi kelainan padat intra abdomen,

misalnya adanya batu kandung empedu,kolesistitis,sirosis hati,dsb

3. Endoskopi (esofagogastroduodenoskopi):pemeriksaan ini sangat dianjurkan

untuk dikerjakan bila dispepsia tersebut disertai oleh keadaan yang disebut

alarm symptoms yaitu adanya penurunan berat badan,anemia,muntah

darah,melena,atau keluhan sudah berlangsung lama dan terjadi pada usia lebih

dari 45 tahun. Keadaan ini sangat mengarah pada gangguan organik terutama

keganasan sehingga memerlukan eksplorasi diagnosis secepatnya. Teknik

pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi dengan akurat adanya kelainan

struktural/organik intra lumen saluran cerna bagian atas seperti adanya

tukak/ulkus,tumor,serta dapat disertai pengambilan jaringan (biopsi) dari

jaringan yang dicurigai memperoleh gambaran histopatologiknya

mengidentifikasi adanya kuman helicobacter pylori.

Pemeriksaanendoskopimempunyaibeberapa keuntungan. Diantaranya untuk

menegakkan diagnosis yang dapat menunjukkan adanya kelainan atau

abnormalitas seperti esofagitis atau ulkus serta meningkatkan kepuasan

pasien.Temuan yang dapat ditemukan pada pemeriksaan endoskopi lambung

antara lain :

Page 16: Dispepsia

Normal

Gastritis akut atau kronis

Ulkus gaster

Massa

Keganasan

Hipertensi portal

Perubahan setelah operasi

Lain-lain kelainan yang jarang ditemukan

4. Radiologi : Pemriksaan ini dapat mengidentifikasi kelainan

struktural.dinding/mukosa saluran cerna bagian atas seperti adanya tukak atau

gambaran ke arah tumor. Pemeriksaan ini bermanfaat pada kelainan yang

bersifat penyempitan/stenotik/obstruktif dimana skop endoskopi tidak dapat

melewatinya

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dispepsia, diperlukan anamnesis, pemeriksaan fisik,

pemeriksaan laboratorium sederhana dan pemeriksaan tambahan, seperti pemeriksaan

radiologis dan endoskopi. Pada anamnesis, ada tiga kelompok besar pola dispepsia yang

dikenal yaitu :

Dispepsiatipesepertiulkus (gejalanya seperti terbakar, nyeri di epigastrium

terutamasaatlapar/epigastric hunger pain yang redadenganpemberianmakanan,

antasidadanobatantisekresiasam)

Dispepsiatipedismotilitas (dengan gejala yang menonjol yaitu mual, kembung dan

anoreksia)

Dispepsia spesifik

Tidak semua pasien dispepsia dilakukan pemeriksaan endoskopi dan banyak pasien yang

dapat ditatalaksana dengan baik tanpa pengobatan sehingga diagnosis secara klinis agak

terbatas kecuali bila ada alarm sign, seperti terlihat pada tabel 4. Bila ada salah satu atau

lebih pada tabel tersebut ada pada pasien, sebaiknya dilakukan pemeriksaan endoskopi.

Tabel 4 Gambaran alarm sign untuk dispepsia

Umur ≥ 45 tahun (onset baru)

Page 17: Dispepsia

Perdarahan dari rektal atau melena

Penurunan berat badan >10%

Anoreksia

Muntah yang persisten

Anemia atau perdarahan

Massa di abdomen atau limfadenopati

Disfagia yang progresif atau odinofagia

Riwayat keluarga keganasan saluran cerna bagian atas

Riwayat keganasan atau operasi saluran cerna sebelumnya

Riwayat ulkus pepticum

Kuning (Jaundice)

Dispepsia fungsional didefinisikan dengan adanya riwayat dispepsia paling tidak minimal 3

bulan dan tidak ada bukti kerusakan struktrural secara nyata yang dapat menjelaskan

gejalanya. Kategori diagnostik ini mencakup hampir 60% pasien dispepsia.

Diagnosis Kerja

Diagnosis kerja adalah kesimpulan yang dibuat setelah dievaluasi adanya penemuan

positif dan negatif yang bermakna dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil laboratorium

rutin. Berdasarkan diagnosis kerja ini, maka pengobatan serta tindakan yang perlu dapat

segera dilaksanakan.1 Diagnosis kerja untuk kasus ini adalah dispepsia organik.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding adalah penyakit-penyakit yang mempunyai persamaan gejala dan

atau tanda tertentu. Untuk membuat diagnosis banding harus ditentukan terlebih dahulu

gejala serta tanda tertentu yang sama tersebut sebagai titik tolak. Dalam proses penegakan

diagnosis, maka diagnosis banding sudah harus dipikirkan sejak permulaan anamnesis atau

wawancara medik dilakukan. Hal ini berlangsung terus selama pemeriksaan fisis pasien, dan

merupakan penentu dalam melakukan anamnesis selanjutnya, merinci pemeriksaan fisis, serta

akan menentukan pilihan pemeriksaan khusus yang diperlukan. Data-data yang didapatkan

sangat menentukan relevan atau tidaknya diagnosis banding yang telah dipikirkan. Semakin

Page 18: Dispepsia

banyak data yang didapatkan, biasanya semakin sedikit diagnosis banding yang masih

dipikirkan.1 Diagnosis banding yang diambil dari kasus ini adalah

Manifestasi Klinis

Penatalaksanaan

Pencegahan

Prognosis

Kesimpulan

Daftar Pustaka

1. Mandal. Wilkins. Dunbar. Penyakitinfeksidalam Lecture Notes : PenyakitInfeksi.Ed

6.Jakarta: Erlangga;2008.h.115-17

2. Santoso M. Pemeriksaanfisik diagnosis. Jakarta: BidangPenerbitanYayasan Diabetes

Indonesia; 2004.h.1-4,6,13-5,20,98.

3. Louisa M. Setiabudy R. Antivirus dalamFarmakologidanTerapi.Ed 5. Jakarta:

DepartemenFarmakologidanTerapeutikFakultasKedokteran UI;2007.h.