gy potong.pdf

Upload: takul-sudah-bisha

Post on 10-Feb-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    1/61

    LAPORAN TUGAS AKHIR

    STUDY TENTANG CUTTING FORCE MESIN BUBUT

    (DESAIN DYNAMOMETER SEDERHANA)

    Laporan Tugas Akhir ini Disusun Sebagai Syarat Untuk Memperoleh

    Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Disusun Oleh :

    FAJAR KURNIAWAN

    D 200 030 004

    Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik

    Universitas Muhammadiyah Surakarta

    2008

    i

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    2/61

    HALAMAN PERSETUJUAN

    Tugas Akhir ini telah disetujui oleh Pembimbing Tugas Akhir untuk

    dipertahankan di depan Dewan Penguji sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

    gelar sarjana S-1 Teknik Mesin dijurusan Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas

    Muhammadiyah Surakarta, pada :

    Hari :

    Tanggal :

    Disusun Oleh :

    Nama : Fajar Kurniawan

    NIM : D 200 030 004

    Judul : Study Tentang Cutting Forces Pada mesin Bubut

    (Desain Dynamometer Sederhana).

    Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

    ( DR. Ir Supriyono, MT ) ( Ir. Ngafwan, MT )

    ii

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    3/61

    HALAMAN PENGESAHAN

    Tugas Akhir ini telah disyahkan oleh Dewan Penguji sebagai salah satu

    syarat untuk memperoleh gelar sarjana S-1 Teknik Mesin dijurusan Mesin Fakultas

    Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta, pada :

    Hari :

    Tanggal :

    Dewan Penguji

    Ketua

    Merangkap Anggota

    (DR. Ir Supriyono, MT)

    Sekretaris

    Merangkap Anggota

    (Ir. Ngafwan, MT)

    Penguji

    (Muh Alfatih H, ST)

    Mengetahui,

    Dekan Fakultas Teknik Ketua Jurusan Teknik Mesin

    Universitas Muhammadiyah Surakarta Universitas Muhammadiyah Surakarta

    ( Ir. H. Sri Widodo, MT ) ( Marwan Effendy, ST, MT)

    iii

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    4/61

    MOTTO

    Jadikanlah sabar dan sholat itu sebagai penolongmu. Dansesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang

    yang khusyu

    (QS : Al Baqarah : 45)

    Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabilakamu telah salesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-

    sungguh (urusan) yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya

    kamu berharap

    (QS : Al Insyiqaaq : 6 - 8)

    Barang siapa diuji, lalu bersabar, diberi lalu bersyukur, didzalimilalu memaafkan dan berbuat dzalim lalu istighfar, maka

    keselamatan dan merekalah orang-orang yang memperoleh hidayah

    (HR BAihaqi)

    v

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    5/61

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Tugas Akhir ini kupersembahkan kepada :

    Ibu dan Bapakku yang telah berjuang tanpa ada rasa letih guna memenuhi

    Kebutuhanku dalam meraih cita-cita.

    Kakak-kakakku (Mas Aris dan Mas Mahfud) yang telah memberikan

    solusi untuk memecahkan masalah dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

    Genduk Nika engkau yang selama ini mendukungku, menemani dalam setiap

    perjalananku, penyemangat hidupku dalam setiap risau, tempat berbagi

    dalam setiap kesenangan dan kesusahan, terima kasih atas doanya.

    Sahabatku tersayang Putri Ira Arum Sari, atas dukungan dan semangat

    yang diberikan supaya cepat menyelesaikan kuliah, yang telah mendahului

    menghadap sang Kholiq, semoga selalu mendapat naunganNya

    serta bahagia dialam sana.

    Teman-temanku diwisma Akhsan (Didik, Somat, Tiyan, Gama, Huda,

    Andi,Ajiz) serta rekan-rekan Teknik Mesin 2003 yang tidak sempat aku

    tulis satu persatu. Terima kasih atas doa, dan kebersamaannya.

    Almamaterku UMS.

    vi

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    6/61

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrohmaanirrohiim

    Assalaamualaikum Warohmatullahi wabarokaatuh

    Alhamdulillahirobbilalamiin, segala puji hanya kepada Allah SWT, karena atas

    rahmat dan hidayah Nya, atas kekuatan dan kedamaian pikir yang diberikan,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir yang berjudul Study

    Tentang Cutting Forces Pada mesin Bubut (Desain Dynamometer Sederhana).

    Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis banyak mengalami hambatan yang

    menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian skripsi ini, namun berkat bantuan,

    arahan, dorongan, serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang

    timbul dapat teratasi. Untuk itu dalm kesempatan ini, penulis sampaikan rasa terima

    kasih kepada yang terhormat :

    1. Bapak Ir. H. Sri Widodo, MT, selaku Dekan Fakultas Teknik UniversitasMuhammadiyah Surakarta.

    2. Bapak Marwan Effendy, ST, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik MesinFakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta.

    3. Bapak DR. Ir Supriyono, MT, selaku Dosen Pembimbing Pertama, disela-sela kesibukannya masih sempat memberikan petunjuk, arahan, dorongan,

    serta bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir ini.

    4. Bapak Ir. Ngafwan, MT, selaku Dosen Pembimbing kedua, yang telahmemberikan petunjuk dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir ini.

    vii

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    7/61

    5. Bapak Ir. Pramuko Ilmu Purboputro, MT, selaku Dosen PembimbingAkademik yang telah memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

    6.

    Seluruh Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

    Muhammadiyah Surakarta yang telah membekali ilmu yang berguna bagi

    penulis untuk menghadapi masa depan.

    7. Seluruh staff dan karyawan Jurusan Teknik Mesin Fakultas TeknikUniversitas Muhammadiyah Surakarta yang telah membantu dalam

    penyelesaian Tugas Akhir ini.

    8. Bapak Heru selaku ketua Lab Mesin SMK Negeri 5 Surakarta, yang telahmemberi kesempatan untuk menggunakan Laboratorium proses produksi.

    9. Seluruh keluarga yang selalu memberikan doa dan semangat selama ini10.Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

    Tugas Akhir ini.

    Dengan segala kemampuan yang ada, penulis telah berusaha semaksimal

    mungkin untuk menyusun Tugas Akhir ini dengan sebaik baiknya, namun penulis

    menyadari masih banyak kekurangan maupun kesalahan. Untuk itu penulis

    mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya harapan penulis

    semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, para pembaca, dan

    dunia ilmu pengetahuan. Amiin.

    Wassalaamualaikum Warohmatullahi wabarokaatuh

    Surakarta, Juni 2008

    Penulis

    viii

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    8/61

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL i

    HALAMAN PERSETUJUAN..... ii

    HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii

    HALAMAN SOAL...................................................................................... iv

    MOTTO........................................................................................................ v

    HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................... vi

    KATA PENGANTAR.................................................................................. vii

    DAFTAR ISI................................................................................................ ix

    DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xi

    DAFTAR TABEL........................................................................................ xii

    ABSTRAKSI................................................................................................ xiii

    BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang .................................................................. 11.2. Tujuan Penelitian............................................................... 21.3. Perumusan Masalah........................................................... 21.4. Batasan masalah................................................................. 21.5. Manfaat Penelitian............................................................. 21.6. Sistematika Penulisan........................................................ 3

    BAB II LANDASAN TEORI.................................................................. 5

    2.1. Tinjauan Pustaka................................................................ 5

    2.2. Landasan Teori................................................................... 7

    2.2.1. Klasifikasi Proses Permesinan................................ 7

    2.2.2. Mesin Bubut............................................................ 9

    2.2.3. Elemen-elemen Dasar Pemotongan Pada Proses

    Bubut....................................................................... 12

    2.2.4. Material Pahat.......................................................... 16

    2.2.5. Dial Indicators........................................................ 21

    ix

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    9/61

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN.................................................. 32

    3.1. Diagram Alur Penelitian..................................................... 27

    3.2. Tempat Penelitian............................................................... 28

    3.3. Alat dan Bahan Penelitian.................................................. 28

    3.3.1. Peralatan Yang Digunakan..................................... 28

    3.3.2. Bahan Penelitian..................................................... 28

    3.4. Prosedur Penelitian............................................................. 29

    3.4.1. Persiapan Bahan...................................................... 29

    3.4.2. Pengesetan Alat....................................................... 29

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 32

    4.1. Data Hasil Penelitian........................................................... 32

    4.2. Pembahasan Hasil Penelitian............................................... 36

    BAB V PENUTUP.................................................................................... 38

    5.1. Kesimpulan......................................................................... 38

    5.2. Saran.................................................................................... 38

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    x

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    10/61

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Gaya-gaya Pemotongan.................................................... 7

    Gambar 2.2. Beberapa Macam Proses Permesinan............................... 8

    Gambar 2.3. Bagian-bagian Mesin Bubut............................................. 10

    Gambar 2.4. Spesifikasi Dimensi Mesin Bubut....................................... 11

    Gambar 2.5. Proses Bubut...................................................................... 13

    Gambar 2.6. Dial Indicator atau Dynamometer..................................... 24

    Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian.................................................... 27

    Gambar 3.2. Penampang Benda Kerja 28

    Gambar 3.3. Penampang Benda Kerja Sebelum Dibubut yang

    Telah Diberi Center Drill................... 29

    Gambar 3.4. Pengesetan Dial Indicator.................................................. 30

    Gambar 3.5. Dial Indicator Saat Pembebanan 30

    Gambar 3.1. Dial Indicator Menunjukkan Besarnya Defleksi

    Pahat Pada Saat Proses Bubut Berlangsung. 31

    xi

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    11/61

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Nilai Unit Horse Power Rata-rata berbagai material 25

    Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian Pembebanan Pada Dial Indicator

    dengan Beban 100gr......................................................... 32

    Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Unit Horse Power Untuk Material

    ST 37 (AISI 1010) 35

    Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Unit Horse Power Untuk Material

    ST 60 (AISI 1030) 35

    Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Unit Horse Power Untuk Material

    Baja VCN (AISI 1050) 36

    Tabel 4.4. Hasil Pengujian Kekerasan Ketiga Material 36

    xii

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    12/61

    Study Tentang Cutting Forces Pada mesin Bubut

    (Desain Dynamometer Sederhana)

    Fajar Kurniawan, Supriyono, Ngafwan

    Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

    Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura

    ABSTRAKSI

    Dalam proses bubut, terdapat gaya pemotongan (cutting force), yaitu Gaya

    Radial (gaya pada kedalaman potong), Gaya Tangensial (gaya pada kecepatan

    potong), dan Gaya Longitudinal (gaya pada pemakanan). Faktor yang

    mempengaruhi gaya potong diantaranya yaitu kedalaman pemotongan (depth of cut),

    gerak pemakanan (feed rate), dan kecepatan pemotongan (cutting speed).Penelitian ini mengukur gaya potong pada pahat mesin bubut dengan

    menggunakan dynamometer sedrhana (Dial Indicator). Material yag digunakan

    adalah baja ST 37, baja ST 60 dan baja VCN dengan kedalaman potong sebesar 2

    m, serta gerak pemakanan sebesar 0,08 mm/rev. Angka pada dynamometer

    menunjukkan besarnya defleksi pahat, digunakan untuk mencari besarnya gaya

    potong

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai Unit Horse Power (Uhp) yang

    diperoleh besarnya sesuai dengan nilai Uhp pada tabel yang telah ada. Sehingga

    bisa disimpulkan bahwa Dynamometer dapat dijadikan sebagai alat pengukur gaya

    potong pada mesin bubut.

    Kata kunci : Cutting Force, Dynamometer, Unit Horse Power

    xiii

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    13/61

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1.Latar Belakang

    Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk

    benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah berputar.

    Di bidang industri, keadaan mesin bubut sangat berperan. Terutama di dalam

    industri permesinan. Misalnya dalam industri otomotif, mesin bubut berperan dalam

    pembuatan komponen-komponen kendaraan, seperti mur, baut, roda gigi, poros,

    tromol dan lain sebagainya.

    Penggunaan mesin bubut juga dapat dihubungkan dengan mesin lain seperti

    mesin bor (drilling machine), mesin gerinda (grinding machine), mesin frais (milling

    machine), mesin sekrap (shaping machine), mesin gergaji (sawing machine) dan

    mesin-mesin yang lainnya.

    Pada pahat potong, diketahui bahwa resultan gaya terdiri atas tiga komponen

    dasar, yaitu FT (Gaya Tangensial / Gaya pada kecepatan potong), FR (Gaya Radial /

    Gaya pada kedalaman pemotongan), dan FL (Gaya Longitudinal / Gaya pada

    pemakanan atau gerak makan). Gaya tangensial ini adalah gaya yang paling tinggi

    dari ketiga gaya tersebut.

    1.2.Tujuan PenelitianTujuan dari penelitian ini adalah merencanakan dan mengaplikasikan dial

    indicator untuk mengukur gaya potong pada pahat mesin bubut, dengan cara mencari

    besarnya nilai Uhp pada setiap material.

    1

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    14/61

    2

    1.3.Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas, maka perumusan masalah

    dalam penelitian ini adalah :

    1. Bagaimana untuk dapat membuat alat pengukur gaya potong pada mesinbubut dengan desain yang sederhana?

    2. Bagaimana sistem kerja alat tersebut?3. Bagaimana agar sistem tersebut dapat bekerja secara tepat dan akurat?

    1.4.Batasan MasalahAgar penelitian ini fokus dan tidak melebar, maka masalah yang dibatasi

    adalah :

    1. Dial indicator sebagai alat ukur.

    2. Sebuah mesin bubut dengan nomor mesin 837 N BC 87087

    3. Material yang digunakan adalah baja ST 37, baja ST 60 dan baja VCN.

    4. Kedalaman potong sebesar 2 mm, dan gerak makan sebesar 0,08 mm.

    5. Menggunakan Pahat Karbida Widya YG 6.

    6. Gaya yang dihitung adalah gaya tangensialnya saja

    7. Pada bahan uji diasumsikan tidak terjadi defleksi karena defleksi yang terjadi

    sangat kecil.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    15/61

    3

    1.5.Manfaat PenelitianDari penelitian ini penulis dapat menambah pengetahuan akademik tentang

    mesin bubut yaitu mengetahui elemen elemen dasar, cara pengoperasian, pahat, dan

    optimasi proses mesin bubut.

    Manfaat lain dari penulisan penelitian ini adalah tercipta sebuah desain sistem

    alat pengukur gaya potong pada mesin bubut yang dapat dipertanggungjawabkan

    secara ilmiah, selanjutnya dapat dilakukan penelitian eksperimental lebih lanjut.

    1.6.Sistematika PenulisanSistematika laporan tugas akhir ini memuat tentang isi bab-bab yang dapat

    diuraikan sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat

    penelitian, dan sistematika penulisan.

    BAB II LANDASAN TEORI

    Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang diambil dari buku-buku yang dipakai

    untuk kelancaran penelitian ini.

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN

    Pada bab ini berisi tentang diagram alur penelitian, pembuatan spesimen, mesin yang

    digunakan, pembubutan spesiman.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Pada bab ini berisi tentang data hasil penelitian dan berisi tentang pembahasan dari

    data hasil penelitian.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    16/61

    4

    BAB V PENUTUP

    Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian ini dan saran-saran yang

    mungkin bisa bermanfaat bagi para pembaca.

    DAFTAR PUSTAKA

    Berisi tentang buku-buku yang dijadikan referensi dalam pelaksanaan penelitian ini.

    LAMPIRAN

    Berisi tentang lampiran-lampiran yang berhubungandengan penelitian ini.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    17/61

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1. Tinjauan Pustaka

    Marsyahyo (2003), menyatakan bahwa proses permesinan merupakan suatu

    proses untuk menciptakan produk melalui tahapan-tahapan dari bahan baku untuk

    diubah atau diproses dengan cara-cara tertentu secara urut dan sistematis untuk

    menghasilkan suatu produk yang berfungsi.

    Suatu komponen mesin mempunyai karakteristik geometri yang ideal apabila

    komponen tersebut sesuai dengan apa yang kita kehendaki, mempunyai ukuran atau

    dimensi yang tepat, bentuk yang sempurna, dan permukaan yang halus.

    Dalam praktek tidaklah mungkin kita membuat suatu komponen dengan

    karakteristik geometri yang ideal. Suatu hal yang tidak dapat kita hindari adalah

    terjadi penyimpangan penyimpangan selama proses pembuatan, sehingga akhirnya

    produk tidak mempunyai geometri yang ideal.

    Faktor-faktor penyimpangan didalam proses pemotongan logam yaitu :

    penyetelan mesin perkakas, metode pengukuran, gerakan dari mesin perkakas,

    keausan dari pahat, temperatur, dan gaya-gaya pemotongan.

    Rochim (2003), menyatakan bahwa keausan pahat dipengaruhi geometri pahat,

    selain itu juga dipengaruhi oleh semua faktor yang berkaitan dengan proses

    permesinan, antara lain : jenis material benda kerja dan pahat, kondisi pemotongan

    (kecepatan potong, kedalaman pemotongan, dan gerak makan), cairan pendingin, dan

    jenis proses permesinan.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    18/61

    6

    Sewaktu pemotongan berlangsung, temperatur yang tinggi akan terjadi pada

    mata pahat. Panas ini sebagian akan mengalir ke geram, ke benda kerja dan ke pahat.

    Demikian pula panas yang terjadi akibat gesekan pada sistem transmisi daya dari

    mesin perkakas (roda gigi) akan merambat ke komponen-komponen sehingga akan

    terjadi perbedaan temperatur atau pemuaian antara bagian-bagian mesin tidak sama

    rata, akibatnya akan terjadi deformasi. Kemungkinan sumbu spindle dari mesin bubut

    menjadi tidak sejajar dengan mejanya ataupun terjadi perubahan tingginya. Meskipun

    deformasi ini kecil tapi harus kita perhitungkan jika ingin membuat produk yang

    ideal. Oleh karena itu untuk mengurangi kesalahan geometris akibat dari deformasi

    karena temperatur ini, biasanya dilakukan pemanasan mesin terlebih dahulu sebelum

    mulai produksi.

    Kekuatan dan kekakuan dari mesin perkakas maupun benda kerja adalah sangat

    penting utuk mengurangi deformasi yang diakibatkan oleh gaya-gaya yang terjadi

    sewaktu pemotongan. Lenturan yang terjadi pada benda kerja ataupun bagian-bagian

    mesin lainnya akan mengurangi ketelitian dari produk.

    PT Mativenga, UMIST (2003) menyebutkan adanya pengaruh pada gaya-gaya

    pemotongan terhadap ketelitian suatu produk.

    Pada pahat potong, diketahui bahwa resultan gaya terdiri atas tiga komponen

    dasar, yaitu FT (Gaya Tangensial / Gaya pada kecepatan potong), FR (Gaya Radial /

    Gaya pada kedalaman pemotongan), dan FL (Gaya Longitudinal / Gaya pada

    pemakanan atau gerak makan). Gaya tangensial ini adalah gaya yang paling tinggi

    dari ketiga gaya tersebut.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    19/61

    7

    FT

    FR

    FL

    Gambar 2.1. gaya-gaya pemotongan

    FR: Gaya pada kedalaman pemotongan

    FT : Gaya pada kecepatan potong

    FL : Gaya pada pemakanan (gerak makan)

    Berdasarkan keterangan bahwa terdapat gaya pemotongan maka perlu

    adanyaalat ukur gaya potong pada mesin bubut sehingga kita bisa menganalisis

    berapa besar gaya yang dibutuhkan untuk memproses suatu material.

    Rochim (2001) menyatakan bahwa kecermatan alat ukur harus dijamin seimbang

    dengan ketelitian pemakaiannya dalam proses pengukuran. Ketepatan atau

    keterulangan hasil pengukuran perlu diperhatikan.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    20/61

    8

    2.2. Landasan Teori

    2.2.1. Klasifikasi Proses Permesinan

    Marsyahyo (2003), menyebutkan ada beberapa cara untuk menghasilkan suatu

    produk yang diinginkan yaitu dengan suatu proses permesinan, antara lain :

    a. Turningb. Millingc. Grindingd. Broachinge. Boringf. Drilling

    Gambar 2.2. Beberapa macam proses permesinan

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    21/61

    9

    Dalam hal ini penulis menggunakan salah satu cara dari permesinan diatas yaitu

    proses bubut (turning).

    2.2.2. Mesin Bubut (Turning)

    Marsyahyo (2003), menyatakan bahwa mesin bubut merupakan mesin perkakas

    untuk proses pemotongan logam (metal-cutting process). Operasi dasar dari mesin

    bubut adalah melibatkan benda kerja yang berputar dan cutting tool-nya bergerak

    linier. Kekhususan operasi mesin bubut adalah digunakan untuk memproses benda

    kerja dengan hasil atau bentuk penampang lingkaran atau benda kerja berbentuk

    silinder.

    2.2.2.1. Bagian utama mesin bubut

    1. Spindel : bagian yang berputar (terpasang pada headstock) untuk memutar

    chuck ( pencekam benda kerja).

    2. Headstock : bagian dimana transmisi penggerak benda.

    3. Tailstock : bagian yang berfungsi untuk mengatur center atau pusat atau titik

    tengah yang dapat diatur untuk proses bubut parallel maupun taper.

    4. Carriage (sadel) : bagian ini berfungsi menghantarkan cutting tool (yang

    terpasang pada tool post) bergerak sepanjang meja bubut saat operasi

    pembubutan berlangsung.

    5. Bed : meja dimana headstock, tailstock, dan bagian lainnya terpasang kuat

    dimeja ini.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    22/61

    10

    Gambar 2.3. Bagian-bagian mesin bubut

    2.2.2.2. Faktor untuk menentukan spesifikasi performa operasional mesin bubut :

    1. Maksimum diameter benda kerja yang mampu dicekam pada workholder

    (chuck), semakin besar diameter pada pencekam semakin besar diameter

    poros benda kerja yang dapat dibubut.

    2. Maksimum panjang benda kerja yang dapat dicekam (jarak headstock

    spindel dan tailstock spindel).

    3. Maksimum panjang meja (panjang lintasan carriage/tool post), semakin

    panjang ukuran meja semakin panjang benda kerja yang dapat dibubut.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    23/61

    11

    4. Range kecepatan spindel (jumlah tingkat kecepatan transmisi roda gigi pada

    headstock), semakin bervariasi jangkauan kecepatan spindel semakin

    lengkap pengaturan kecepatan potong benda kerja yang dibubut.

    5. Daya motor penggerak (penggerak transmisi spindel), semakin besar daya

    motor semakin besar torsi yang dihasilkan untuk memutar benda kerja.

    Gambar ilustrasi mesin bubut dibawah ini menunjukkan maksimum jarak antara

    pusat chuck dan pusat tailstock (C), maksimum diameter yang dicekam (S), dan

    panjang meja (L).

    Gambar 2.4. Spesifikasi dimensi mesin bubut

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    24/61

    12

    2.2.3. Elemen Elemen Dasar Pemotongan Pada Proses Bubut

    Elemen elemen pada dasar pemotongan pada proses bubut dapat diketahui

    dengan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan gambar teknik,di mana

    di dalam gambar teknik dinyatakan spesifikasi geometrik suatu produk komponen

    mesin yang di gambar.setelah itu harus dipilih suatu proses atau urutan proses yang

    digunakan untuk membuatnya. Salah satu cara atau prosesnya adalah dengan bubut,

    pengerjaan produk, komponen mesin, dan alat alat menggunakan mesin bubut akan

    ditemui dalam setiap perencanaan proses permesinan.untuk itu perlu kita pahami lima

    elemen dasar permesinan bubut,yaitu :

    - kecepatan potong (cutting speed) : v (m/min)- gerak makan (feed rate ) : f (mm/rev)- kedalaman pemakanan (depth of cut) : a (mm)- waktu pemotongan (cutting time) : t c (min)- kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : z (cm /min)3

    Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung dengan

    menggunakan rumus yang dapat di turunkan dengan memperhatikan gambar 2.5

    berikut:

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    25/61

    13

    Gambar 2.5. Proses bubut

    Benda kerja : d : diameter mula mula (mm)o

    d m : diameter akhir,(mm)

    t : panjang permesinan,(mm)

    Pahat: k : sudut potong utama,( o )r

    o : sudut geram, ( )o

    Mesin bubut : a : kedalaman potong/ pemakanan,(mm)

    f : gerak makan : (mm/rev)

    n : putaran poros utama/ benda kerja, (rad/min)

    2.2.3.1. Kecepatan potong (cutting speed)Kecepatan potong adalah panjang ukuran lilitan pahat terhadap benda kerja atau

    dapat juga disamakan dengan panjang tatal yang terpotong dalam ukuran meter yang

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    26/61

    14

    diperkirakan apabila benda kerja berputar selama satu menit. Sebagai contoh, baja

    lunak dapat dipotong sepanjang 30 meter tiap menit. Hal ini berarti spindel mesin

    perlu berputar supaya ukuran mata lilitan pahat terhadap benda kerja (panjang tatal)

    sepanjang 30 meter dalam waktu putaran satu menit. Karena ukuran benda kerja

    berbeda beda, maka :

    Kecepatan potong ditentukan dengan rumus : V =1000

    .. nd

    Di mana : V : adalah kecepatan potong ,(m/min)

    : adalah konstata,seharga 3,14

    d : diameter rata rata

    Di mana d = ( d 0 + d )m

    n : kecepatan putar poros utama,(rpm)

    Karena diameter dinyatakan dalam milimeter, dan kecepatan potong dalam

    meter, maka x d atau keliling benda kerja dibagi dengan 1000,

    2.2.3.2. Kecepatan Gerak Pemakanan

    Kecepatan gerak pemakanan adalah kecepatan yang dibutuhkan pahat untuk

    bergeser menyayat benda kerja tiap radian per menit. Kecepatan tersebut dihitung tiap

    menit. Untuk menghitung kecepatan gerak pemakanan didasarkan pada gerak makan

    (f).

    Gerak makan ini biasanya disediakan dalam daftar spesifikasi yang dicantumkan

    pada mesin bubut bersangkutan. Untuk memperoleh kecepatan gerak pemakanan

    yang kita inginkan kita bisa mengatur gerak makan tersebut.untuk menghitung

    kecepatan gerak pemakanan dapat kita rumuskan sebagai berikut :

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    27/61

    15

    v = f . n

    Dimana : v : kecepatan gerak pemakanan (m/min)

    f : gerak makan, (mm/rev)

    n : putaran benda kerja, (rad/min)

    2.2.3.3. Kedalaman pemakanan

    Kedalaman pemakanan adalah rata rata selisih dari diameter benda kerja

    sebelum dibubut dengan diameter benda kerja setelah di bubut. Kedalaman pemakan

    dapat diatur dengan menggeserkan peluncur silang melalui roda pemutar (skala pada

    pemutar menunjukan selisih harga diameter).

    Kedalaman pemakanan dapat diartikan pula dengan dalamnya pahat menusuk

    benda kerja saat penyayatan atau tebalnya tatal bekas bubutan. Kedalaman pemakan

    dirumuskan sebagai berikut :

    a =2

    0 mdd

    dimana : a : kedalaman pemakanan (mm)

    d : diameter awal,(mm)0

    d : diameter akhir,( mm)m

    2.2.3.4. Waktu pemotongan

    Waktu pemotongan bisa diartikan dengan panjang permesinan tiap kecepatan

    gerak pemakanan. Satuan waktu permesinan adalah milimeter. Panjang permesinan

    sendiri adalah panjang pemotongan pada benda kerja ditambah langkah pengawalan

    ditambah dengan langkah pengakhiran, waktu pemotongan dirumuskan dengan :

    t =cf

    t

    v

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    28/61

    16

    Dimana : t : waktu pemotongan,(min)c

    t : panjang permesinan, (mm)

    fv : Kecepatan pemakanan, (mm/min)

    2.2.4. Material Pahat

    Proses pembentukan geram dengan cara permesinan berlangsung dengan cara

    mempertemukan dua jenis material, yaitu benda kerja dengan pahat. Untuk menjamin

    kelangsungan proses ini maka jelas diperlukan material pahat yang lebih unggul dari

    pada material benda kerja. Keunggulan tersebut dapat dicapai karena pahat dibuat

    dengan memperhatikan berbagai aspek aspek berikut ini :

    - kekerasan yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja tidak saja padatemperatur ruang melainkan pada temperatur tinggi pada saat proses

    pembentukan geram berlangsung.

    - Keuletan yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi sewaktupermesinan dengan interupsi maupun sewaktu memotong benda kerja yang

    mengandung bagian yang keras.

    - Ketahanan beban kejut termal diperlukanbila terjadi perubahan temperaturyang cukup besar secara berkala.

    - Sifat adhesi yang rendah, untuk mengurangi afinitas benda kerja terhadappahat, mengurangi laju keausan, serta penurunan gaya pemotongan.

    - Daya larut elemen atau komponen material yang rendah, dibutuhkan demiuntuk memperkecil laju keausan akibat mekanisme.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    29/61

    17

    Secara berurutan material pahat akan di bahas mulai dari yang paling lemah

    tetapi ulet sampai yang paling keras tapi getar, yaitu :

    1.

    Baja Karbon

    2. High Speed Steels (HSS)3. Paduan cor non ferro.4. karbida5. keramik6. Cubic Baron Nitrides7. Intan2.2.4.1. Pahat HSS

    Pahat high steels (HSS) terbuat dari jenis baja paduan tinggi dengan unsur

    paduan krom (Cr) dan tungsten atau wolfram (W). Melalui proses penuangan

    (Wolfram metallurgi) kemudian diikuti pengerolan ataupun penempaan. Baja ini

    dibentuk menjadi batang atau silinder. Pada kondisi lunak bahan tersebut dapat

    diproses secara permesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong. Setelah proses

    laku panas dilaksanakan, kekerasanya akan cukup tinggi sehingga dapat digunakan

    pada kecepatan potong yang tinggi. Apabila telah aus pahat HSS dapat diasah

    sehingga mata potongnya menjadi tajam kembali. Karena sifat keuletanya yang relatif

    baik maka sampai saat ini pahat HSS masih digunakan.

    Hot hardness danRecovery hardness yang cukup tinggi pada pahat HSS dapat

    dicapai dengan adanya unsure paduan W, Cr, V, Mo, dan Co. pengaruh unsur unsur

    tersebut pada unsur dasar besi (Fe) dan karbon (C) adalah sebagai berikut :

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    30/61

    18

    - Tungsten atau WolframTungsten atau Wolfram dapat membentuk karbida yaitu paduan yang sangat

    keras yang menyebabkan kenaikan temperatur untuk proses hardening dan

    tempering, dengan jalan mempertinggi hot hardness.

    - Chromium (Cr)Chromium menaikan harden ability dan hot hardness. Crom merupakan

    elemen pembentuk karbida, akan tetapi krom menaikan sensitivitas terhadap

    overheating.

    - VanadiumVanadium akan menurunkan sensitivitas terhahadap overheating serta

    menghaluskan besar butir. Vanadium juga merupakan elemen pembentuk

    karbida

    - Molybdenum (Mo)Molybdenum mempunyai efek yang sama seperti wolfram akan tetapi lebih

    terasa. Yaitu dengan menambah 0,4 0,9 % Mo dalam HSS dengan paduan

    utama W ( W- HSS ) dapat dihasilkan HSS yang mampu dikeraskan di udara.

    Selain itu, Mo HSS lebih liat sehingga HSS mampu menahan beban kejut.

    Kejelekanya adalh lebih sensitif terhadap overheating (hangusnya ujung

    ujung yang runcing) sewaktu dilakukan proses heat treatment.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    31/61

    19

    - Cobalt (Co)Cobalt bukan elemen pembentuk karbida. Cobalt ditambahkan dalam HSS

    untuk menaikan hot hardness dan tahanan keausan. Besar butir menjadi lebih

    halus hingga ujung ujung yang runcing tetap terpelihara dari hangus selama

    heat treatmentpada temperatur tinggi.

    2.2.4.2. Pahat karbida

    Jenis karabida yang disemen merupakan bahan pahat yang dibuat dengan cara

    menyinter (sintering) serbuk karbida (nitrida,oksida) dengan bahan pengikat yang

    umumnya dari cobalt (Co). Dengan cara Carbuising masing masing bahan dasar

    (serbuk) tungsten (Wolfram,W),Titanium (Ti), Tantlum (Ta) dibuat menjadi karbida

    yang kemudian digiling dan disaring. Salah satu atau campuran serbuk karbida

    tersebut kemudian dicampur dengan bahan pengikat (Co) dan dicetak tekan dengan

    memakai bahan pelumas. Setelah itu dilakukan presintering (1000 C pemanasan

    mula untuk menguapkan bahan pelumas. Dan kemudian sintering 1600 sehingga

    bentuk keping sebagai proses cetak akan menyusut menjadi sekitar 80 % dari volume

    semula.

    o

    0

    Ada tiga jenis utama pahat karbida simpan, yaitu :

    1. Karbida tungsten (WC + Co) yang merupakan jenis pahat karbida untukmemotong besi tuang.

    2. Karbida tungsten paduan (WC-TiC+Co; WC-TaC-TiC+Co; WC-TaC+Co;WC-TiC-TiN+Co; TiC-Ni+Co) merupakan jenis pahat karbida untuk

    memotong baja.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    32/61

    20

    3. Karbida lapis, merupakan jenis karbida tungsten yang dilapis karbida, nitrideatau oksidasi lain yang lebih rapuh tapi hot hardnessnya tinggi.

    2.2.4.3. Pahat keramik

    Serbuk alumunium oksida dengan bahan tambahan titanium, dicampurkan

    dengan pengikat dan diproses menjadi sisipan pahat pemotong dengan teknik

    metalurgi serbuk. Sisipan ini diapitkan pada pemegang pahat ataupun diikatakan

    padanya dengan epoxy resin.

    Bahan yang dihasilkan mempunyai kekuatan kompresif sangat tinggi tetapi agar

    rapuh. Oleh karena itu sisipan ini harus diberi 5 sampai 7 derajat pengukuran negatif

    untuk memperkuat tepi potong dan harus didukung dengan baik oleh pemegang

    pahat. Titik pelunakan pahat keramik adalah di atas 1100 0 , dan sifat ini digabungkan

    dengan konduktifitas panas yang rendah,memungkinkan pahat itu beroperasi pada

    kecepatan potong tinggi dan mengambil pemotongan yang dalam.

    Tidak ada peningkatan unsur yang mencolok dari pahat dengan penggunaan

    media pendingin. Keuntungan dari pahat keramik mencakup kekerasan dan kekuatan

    pada suhu tinggi dan rendah, kekuatan kimpresif tinggi, tidak mempunyai gaya

    gabung untuk bahan yang dipotong, tahan untuk pengkawahan. Penggunaan pahat

    keramik hanya dibatasi oleh kerapuhanya, kekakuanya, kapasitas dan kecepatan dari

    mesin perkakas konvensional, dan kesulitan untuk menguatkan sisipan kepada

    pemegangnya.

    2.2.4.4. CBN (Cubic Baron Nitride)

    CBN termasuk jenis keramik. Diperkenalkan oleh GE ( USA, 1957, Borazon).

    Dibuat dengan penekanan panas ( 1500 ) sehingga serbuk graphit putih nitridao

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    33/61

    21

    baron dengan struktur atom heksagonal berubah menjadi struktur kubik. Pahat sisipan

    CBN bisa dibuat dengan menyinter serbuk BN tanpa atau dengan material pengikat

    AL O 3 , TiN atau Co, hot hardness CBN ini sangat tinggi. CBN dapat digunakan

    untuk permesinan berbagai jenis baja dalam keadaan dikeraskan ( hardened steel),

    besi tuang, HSS maupun karbida semen. Afinitas terhadap baja sangat kecil dan tahan

    terhadap perubahan reaksi kimiawi sampai dengan temperatur pemotongan 1300 C (

    kecepatan potong yang yang tinggi). Saat ini harga pahat CBN sangat mahal sehingga

    pemakaianya masih terbatas pada permesinan untuk mencapai ketelitian dimensi dan

    kehalusan permukaan yang sangat tinggi.

    2

    0

    2.2.4.5. Intan

    Sintered Diamond (GE, 1955) merupakan hasil proses sintering serbuk intan

    tiruan dengan bahan pengikat Co ( 5 % - 10 % ). Hot hardness sangat tinggi dan tahan

    terhadap deformasi plastik. Sifat ini ditentukan oleh besar butir intan serta prosentase

    dan komposisi material pengikat. Karena intan pada temperatur tinggi akan berubah

    menjadi graphit dan mudah terdifusi dengan atom besi, maka pahat intan tidak bisa

    digunakan untuk memotong bahan yang mengandung besi ( ferros ).

    2.2.5. Dial Indicators

    Dial indicator dan dial test indicators biasa digunakan untuk mengukur dimensi

    benda kerja atau bisa juga digunakan untuk mengecek kelurusan benda kerja dan

    pengaturan mesin.

    Rochim (2001), menyebutkan bahwa kekuatan dan kekakuan mesin perkakas

    maupun benda kerja diperlukan untuk mengurangi deformasi yang diakibatkan oleh

    gaya-gaya yang terjadi sewaktu pemotongan berlangsung.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    34/61

    22

    Seperti yang telah kita ketahui bahwa pada pahat bubut terdapat tiga buah gaya,

    yaitu FT (Gaya Tangensial / Gaya pada kecepatan potong), FR (Gaya Radial / Gaya

    pada kedalaman pemotongan), dan FL (Gaya Longitudinal / Gaya pada pemakanan

    atau gerak makan).

    Cyrll Donaldson (1983),menyatakan bahwa gaya tangensial adalah gaya pada

    arah garis singgung benda kerja yang berputar dan kadang-kadang dikenal sebagai

    gaya putar. Gaya tangensial ini merupakan gaya yang paling tinggi dari ketiga gaya

    tersebut dengan andil kira-kira 99 persen dari jumlah tenaga yang diperlukan oleh

    pahat. Dayakuda pada pahat sama dengan gaya tangensial dikalikan kecepatan

    tangensial per menit dibagi oleh konstanta 33.000

    atau Hp =33.000

    VTTxF

    Dimana : Hp : Daya, Horsepower

    FT : Gaya Tangensial, lb

    VT : Kecepatan Tangensial, Ft / min

    Gaya longitudinal adalah gaya pada arah axist / arah sumbu X pahat pada saat

    melakukan pemakanan dan kadang-kadang dikenal sebagai gaya pemberian makan.

    Gaya ini rata-rata sekitar 40 persen lebih kecil dibanding gaya tangensial. Daya yang

    diperlukan pahat saat pemakanan sama dengan gaya longitudinal dikalikan kecepatan

    pemakanan per menit dibagi oleh konstan 33.000

    atau Hp =33.000

    VLLxF

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    35/61

    23

    Dimana : Hp : Daya, Horsepower

    FL : Gaya Longutudinal, lb

    VL : Kecepatan Longutudinal, Ft / min

    Karena percepatan saat pemakan sangat rendah, daya diperlukan biasanya kira-

    kira 1 persen dari total.

    Gaya radial adalah gaya pada arah radial / arah sumbu Z. Gaya ini adalah yang

    paling kecil dari ke tiga gaya pahat, hanya 50 persen dari gaya longitudinal. Gaya ini

    biasa dikenal dengan Gaya Pada kedalaman Pemotongan.

    Hp =33.000

    VRRxF

    Dimana : Hp : Daya, Horsepower

    FR : Gaya Radial, lb

    VR : Kecepatan Radial, Ft / min

    Gaya-gaya potong ini biasanya diukur dengan suatu alat yang bernama

    dinamometer. Alat ini adalah salah satu dari metoda-metoda paling terandalkan

    mengukur gaya potong karena efisiensi mekanis dari motor dan mesin dihapuskan.

    Alat ini diletakkan antara pahat dan mesin sebagai suatu dinamometer magnetik

    toolholder atau antara pekerjaan dan mesin sebagai suatu dinamometer work-holding-

    type. Dinamometer-dinamometer bisa mengukur dua atau tiga komponen gaya dari

    waktu yang sama, tergantung atas kompleksitas dinamometer. Daya neto di pemotong

    dan faktor yang lain dapat ditentukan dari komponen gaya ini.

    Dinamometer gaya potong yang khas bisa diartikan sebagai suatu skala pegas.

    Untuk menggambarkan asas suatu yang sederhana, satu dinamometer komponen

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    36/61

    24

    mekanis sederhana ditunjukkan pada gambar 2.6. Alat ini dirancang untuk mengukur

    gaya potong yang menurut garis singgung dengan mengukur jumlah defleksi suatu

    pahat potong dengan suatu indikator jarum yang mekanis. Dinamometer seperti itu

    mau tidak mau harus akurat untuk menentukan gaya yang diperlukan untuk

    menggerakkan jarum indikator.

    Gambar 2.6. Gambar Dial Indikator atau Dynamometer Sederhana

    Untuk mengukur Daya suatu pahat digunakan rumus sebagai berikut :

    cuxCxUhphp=

    Sedangkan 12vafCu =

    Dimana : hp : Horse Power Pahat, hp

    Uhp : Unit Horse Power

    cu : Formula for Volume, in/min

    C : Faktor koreksi pemakanan

    f : Pemakanan, in per stroke

    a : Kedalaman, in

    v : Kecepatan Pemotongan, ft per min

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    37/61

    25

    Berikut adalah tabel nilai Uhp berbagai material :

    Tabel 2.1. Nilai Unit Horse Power Rata-rata berbagai material.

    (Sumber : Buku Tool Design; Cyrll Donaldson, 2001)

    Sedangkan rumus mencari daya pemotongan adalah :

    hp =33.000

    VTTxF +33.000

    VLLxF +33.000

    VRRxF

    Karena kecepatan radial sama dengan nol, faktor radial dapat dihapus dari

    persamaan. Begitu juga karena percepatan pemberian makan (atau longitudinal) yang

    diperlukan adalah sangat rendah biasanya kira-kira 1 persen dari total, faktor ini boleh

    juga dihapus dari persamaan untuk semua tujuan praktis. Sehingga persamaan akan

    menjadi :

    hp =33,000

    VTTxF

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    38/61

    26

    Daya adalah usaha untuk melakukan pekerjaan. Istilah daya digambarkan

    sebagai melakukan pekerjaan,sepanjang jarak yang ditempuh dibagi waktu pada saat

    pekerjaan itu selesai, atau.

    t

    FsP =

    Dimana Fs = Usaha

    F = Gaya

    s = jarak yang ditempuh

    t = waktu

    Sedangkan hubungan jarak dengan waktu akan menjadi kecepatan maka,

    t

    sv =

    Sehingga P = F x v

    Dimana F =r

    vxm2

    F = Gaya, N

    v = Kecepatan, m/min

    r = Jari-jari material, m

    F (gaya) adalah total dari gaya tangensial, gaya radial, dan gaya longitudinal,

    sedangkan v (kecepatan) adalah total dari kecepatan benda kerja yang diperlukan

    untuk proses bubut pada arah yang longitudinal.

    2.2.6. Prinsip KerjaDial Idicator

    Gigi suatu roda gigi ( atau batang gigi ) tak mungkin dibuat dengan profil

    involute ideal. Oleh sebab itu, tebal gigi umumnya dirancang dengan toleransi minus

    yang berarti tebal gigi dibuat sedikit kecil daripada ketebalan gigi nominal.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    39/61

    27

    Bila pasangan roda gigi ini dirakit dengan pasangan center nominal, pasangan

    gigi akan meneruskan putaran dengan hanya salah satu sisi giginya yang saling

    berimpit ( sisi gigi lainya tak saling bersinggungan, jadi ada celah diantaranya untuk

    menjaga jangan sampai pasangan roda gigi macet gara gara ada kesalahan profil

    yang berharga positif ).

    Gambar 2.7. gambar prinsip kerja dial indicator

    Bila putaran diubah arahnya, sementara roda gigi pemutar dan yang diputar tetap

    fungsinya, roda gigi pemutar akan berbalik lebih dahulu sepanjang celah gigi sebelum

    berfungsi penuh memutar roda gigi yang diputar. Kejadian ini dinamakan sebagai

    keterlambatan gerak balik ( back lash )

    Back lash yang terjadi pada pasangan roda gigi pemutar jarum penunjuk akan

    mengganggu pembacaan skala karena posisi jarum penunjuk yang berubah ubah

    jika sensor sedikit berubah (bergetar).

    Untuk mengurangi efek back lash digunakan back lash compensator yaitu

    roda gigi pemutar untuk arah putaran kebalikan dengan arah putaran roda gigi

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    40/61

    28

    pemutar utama. Roda gigi pemutar utama berfungsi saat sensor bergerak naik dengan

    daya dorong yang berasal dari sensor. Roda gigi pemutar arah kebalikan berfungsi

    saat sensor bergerak turun dengan daya dorong pegas spiral ( energi disimpan oleh

    pegas saat sensor bergerak naik ). Tekanan ringan yang diberikan sensor pada

    permukaan benda ukur ( tekanan pengukuran ) berasal dari pegas penekan pada

    batang gigi.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    41/61

    BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Diagram Alur Penelitian

    Berikut ini adalah diagram alur yang dipakai sebagai acuan dalam pelaksanaan

    penelitian :

    Tidak

    Akurat ?

    Ya

    START

    Persiapan

    Pengesetan Alat

    Pembacaan Hasil Percobaan Pada Dial

    Indicator

    Kesimpulan

    STOP

    Gambar 3.1. Diagram Alur penelitian

    27

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    42/61

    28

    3.2.Tempat Penelitian

    Pada penelitian yang sifatnya eksperimen perlu adanya tahapan tahapan dalam

    melaksanakan penelitian. Dengan tujuan agar di dapatkan hasil yang akurat. Untuk

    penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin SMK Negeri 5 Surakarta.

    3.3. Alat dan Bahan Penelitian

    3.3.1 Peralatan yang digunakan

    Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

    1. Dial IndicatorMerk : Teclock Made in Japan

    Ketelitian : 0.01 mm

    2. Mesin BubutMerk : Engine Lathe

    No Mesin : 837 N BC 87087

    3.3.2. Bahan Penelitian

    Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah baja ST 37,

    baja ST 60, dan baja VCN dengan diameter 40 mm, dengan panjang 150 mm

    (sebagaimana terlihat pada gambar 3.2).

    150 mm

    40 mm

    Gambar 3.2. Penampang Benda Kerja

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    43/61

    29

    Penulis menggunakan bahan ini karena bahan tersebut mudah didapatkan dan

    harganya relatif murah. Selain itu bahan tersebut juga relatif mudah dalam

    pengerjaanya.

    3.4. Prosedur Penelitian

    3.4.1. Persiapan Bahan

    Benda kerja dipotong dengan panjang 150 mm. Kenudian pada ujungnya dibuat

    lubang dengan center drill menggunakan mesin bubut. Maksud dari pembuatan

    lubang ini adalah untuk meletakkan benda kerja pada posisi center pada kepala lepas

    saat pembubutan berlangsung.

    Gambar 3.3. Penampang Benda Kerja Sebelum Dibubut yang Telah Diberi

    Lubang dengan Center Drill

    3.4.2. Pengesetan Alat

    Benda kerja yang telah diberi lubang dengan center drill, dipasang pada mesin

    bubut untuk dilakukan pemodelan Alat. Dial indicator dipasang diatas pahat yang

    telah terpasang pada tool post. Kemudian dial indicator diatur sedemikian rupa

    sehingga ujung dial indicator benar-benar menyentuh pahat dan usahakan sedekat

    mungkin dengan mata pahat, seperti terlihat pada gambar 3.4 berikut ini :

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    44/61

    30

    Gambar 3.4. Gambar pengesetan Dial Indicator

    Untuk mengetahui keakuratan dari Dial Indicator maka dilakukan percobaan

    dengan cara memberikan beban pada ujung jarum dial indicator ( sebagaimana

    terlihat pada gambar 3.5 ). Apabila jarum dial indicator yang telah diberi beban

    bergerak, maka angka yang ditunjukkan jarum tersebut kita pakai sebagai acuan

    untuk menentukan masa pada defleksi tersebut.

    Gambar 3.5. Gambar Dial Indicator Saat Pembebanan

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    45/61

    31

    Jika telah selesai dalam pengesetan dial indicator, gerakkan pahat yang telah ada

    di toll postuntuk melakukan pemakanan, maka angka yang ada pada dial indicator

    akan menunujukkan besarnya defleksi yang terjadi. Angka defleksi inilah yang kita

    gunakan dalam perbandingan dengan angka yang ditunjukkan dial indicator pada

    saaat pembebanan tadi. Dari perbandingan ini kita bisa memperoleh nilai gaya

    pemotongan dengan menggunakan rumus :

    F =R

    mv2

    Dimana F : Gaya, Newton

    m : Massa, Kg

    v : Kecepatan Spindel, m / mnt

    R : Jari-jari Benda Kerja, meter

    Gambar 3.6. Gambar Jarum Dial Indicator Menunjukkan Besarnya Defleksi Pada

    Saat Proses Bubut Berlangsung .

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    46/61

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1. Data Hasil Penelitian

    Perlu kita ketahui bahwa alat yang bernama dial indicator adalah alat untuk

    mengukur kerataan suatu permukaan benda kerja. Alat ini sangat sensitif sekali

    terhadap sentuhan. Oleh karena itu, dalam percobaan pembebanan untuk memperoleh

    data yang akan dijadikan acuan, perlu dilakukan beberapa kali percobaan.

    Tabel 4.1. Data Hail Penelitian Pembebanan Pada dial indicator dengan Beban

    100gr

    Percobaan Beban Yang diberikan Defleksi pahat (mm)

    1 100 gr 0,51

    2 100 gr 0,51

    3 100 gr 0,55

    4 100 gr 0,52

    5 100 gr 0,53

    6 100 gr 0,51

    7 100 gr 0,55

    8 100 gr 0,51

    9 100 gr 0,56

    10 100 gr 0,51

    Total 5,26

    32

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    47/61

    33

    Dari data yang diperoleh berdasarkan tabel diatas, maka kita dapat mencari

    angka rata-rata yang ditunjukkan oleh jarum pada dial indicator, yaitu :

    Drata-rata =n

    totalDefleksi

    =10

    5,26

    = 0,526

    Angka rata-rata inilah yang kita gunakan sebagai acuan untuk perbandingan

    dengan angka yang ditunjukkan dial indicator pada saat melakukan pemakanan pada

    proses pembubutan. Dengan istilah lain bahwa benda dengan massa 100gr, pada dial

    indicator ditunjukkan sebesar 0,526.

    1. Untuk baja ST 37 (AISI 1010)

    Percobaan 1

    Deepth (a) : 2 mm = 0,079 in

    Feed (f) : 0,08 mm = 0,0031 in

    Defleksi (D) : 0,04 mm

    Diameter (d) : 40 mm = 0,04 m

    Putaran (n) : 235 rpm

    maka,

    Kecepatan potong :

    v =1000

    nxdx3,14

    = 29,52 m / mnt

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    48/61

    34

    = 96,84 feet / min

    Massa pada defleksi

    m = 100grxD

    Drata-rata

    = 7,54 gr = 0,0075 kg

    Gaya potong

    F =r

    vxm2

    = 328.75N

    = 73,91 lb

    Volume of metal removed per minute

    Cu = a x f x v x 12

    = 0,29 in/min

    Horse Power

    Hp =33000

    vxF

    = 0,22s hp

    Unit Horse Power

    Uhp =cuxC

    Hp, dimana C = 1.5

    = 0.50

    Untuk hasil percobaan selanjutnya disajikan pada tabel berikut ini :

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    49/61

    35

    Tabel 4.2. Hasil Perhitungan Unit Horse Power Untuk Material ST 37

    (AISI 1010)

    a(in) f(in/rad) v(ft/min) Defleksi(mm) m(kg) F(lb) Cu(in/min) Daya(hp) C Uhp

    0.079 0.0031 96.84 0.04 0.0075 73.91 0.29 0.22 1.5 0.50

    0.079 0.0031 96.84 0.05 0.0094 92.39 0.29 0.27 1.5 0.62

    0.079 0.0031 96.84 0.04 0.0075 73.91 0.29 0.22 1.5 0.50

    0.079 0.0031 96.84 0.045 0.0085 83.15 0.29 0.24 1.5 0.56

    Tabel 4.3. Hasil Perhitungan Unit Horse Power Untuk Material ST 60

    (AISI 1030)

    a(in)

    f(in/rad)

    v(ft/min)

    Defleksi(mm)

    m(kg)

    F(lb)

    Cu(in/min)

    Daya(hp) C Uhp

    0.079 0.0031 96.84 0.045 0.0085 73.91 0.29 0.24 1.5 0.56

    0.079 0.0031 96.84 0.05 0.0094 92.39 0.29 0.27 1.5 0.63

    0.079 0.0031 96.84 0.04 0.0075 73.91 0.29 0.22 1.5 0.50

    0.079 0.0031 96.84 0.05 0.0094 83.15 0.29 0.27 1.5 0.63

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    50/61

    36

    Tabel 4.4. Hasil Perhitungan Unit Horse Power Untuk Material VCN

    (AISI 1050)

    a(in)

    f(in/rad)

    v(ft/min)

    Defleksi(mm)

    m(kg)

    F(lb)

    Cu(in/min)

    Daya(hp) C Uhp

    0.079 0.0031 96.84 0.04 0.0075 73.91 0.29 0.22 1.5 0.5

    0.079 0.0031 96.84 0.045 0.0085 83.15 0.29 0.24 1.5 0.56

    0.079 0.0031 96.84 0.06 0.0113 110.9 0.29 0.33 1.5 0.75

    0.079 0.0031 96.84 0.05 0.0094 92.39 0.29 0.27 1.5 0.63

    Tabel 4.5. Hasil Pengujian Kekerasan Ketiga Material

    Benda Uji KEKERASAN HRCRata-rata

    HRCKonversi

    HBStandartDeviasi

    ST 37 3.8 3.8 3.7 3.6 3.7 3.7 162.19 0.10

    ST 60 8.5 8.7 8.7 8.6 8.5 8.6 181.27 0.10

    VCN 11.5 11.3 11.2 11.3 11.2 11.3 192.16 0.10

    4.2. Pembahasan Hasil Penelitian

    Dari hasil percobaan yang telah dilaksanakan dengan acuan nilai pembebanan

    100 gr ditunjukkan pada dial indicator sebesar 0.53 mm, maka kita bisa memperoleh

    data bahwa pengaruh kedalaman pemotongan (depth of cut) sebesar 0,079 in, pada

    kondisi kecepatan potong (cutting speed) yang sama yaitu 96.84 ft/min, dengan

    percobaan sebanyak lima kali, diperoleh hasil nilai Uhp yang bervariasi.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    51/61

    37

    Unit Horse Power (Uhp) yaitu kekuatan yang digunakan untuk menghilangkan

    sebesar 1cu (in per menit). Dalam penelitian ini Uhp kita jadikan acuan untuk

    memastikan apakah dial indicator ini bisa digunakan untuk menghitung besarnya

    gaya potong.

    Dari ketiga tabel hasil percobaan diatas, kita peroleh nilai Uhp rata-rata dan

    nilai kekerasan dari setiap material, yaitu :

    1. Baja ST 37, Uhp = 0,54 dan BHN = 162,19

    2. Baja ST 60, Uhp = 0,58 dan BHN = 181,27

    3. Baja VCN, Uhp = 0,61 dan BHN = 192,16

    Nilai Uhp rata-rata dan nilai kekerasan yang diperoleh kita bandingkan dengan

    Tabel Uhp yang terlihat di tabel 2.1 pada BAB II dibawah ini :

    Hasil pebandingan antara penelitian dengan tabel diatas, menunjukkan bahwa

    nilai Uhp hasil penelitian besarnya hampir sama dengan nilai Uhp pada tabel diatas.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    52/61

    BAB V

    PENUTUP

    6.1. Kesimpulan

    Berdasarkan pembahasan tentang penelitian Study Tentang Cutting Force

    Mesin Bubut (Desain Dynamometer Sederhana) dapat kita peroleh kesimpulan

    bahwa :

    Dari hasil percobaan, nilai Uhp yang diperoleh bisa dikatakan sesuai dengan

    tabel yang telah ada. Sehingga dari hasil nilai Uhp tersebut bisa disimpulkan bahwa

    dial indicatorbisa dijadikan sebagai alat pengukur gaya potong pada mesin bubut.

    6.2. Saran

    Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan pada penelitian ini maka penulis

    dapat memberikan saran-saran kepada pembaca. Saran-saran tersebut adalah sebagai

    berikut :

    1. Untuk mendapatkan hasil nilai gaya pemotongan pada pahat mesin bubuthendaknya diperhatikan dengan sungguh-sungguh ketelitian dari pembacaan

    dynamometer. Selain itu juga perhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi

    perubahan nilai gaya pemotongan seperti kedalaman potong, kecepatan

    potong, dan variasi sudut potong.

    2. Pada penelitian berikutnya hendaklah lebih dikembangkan dan lebihdiperluas ruang lingkupnya, bukan hanya pada kondisi bahan material

    38

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    53/61

    39

    tiga jenis itu saja. Akan tetapi bisa dikembangkan dengan diketahui gaya

    pemotongan ini bisa diketahui umur pahat.

    3.

    Pada penelitian berikutnya hasil yang diperoleh akan lebih akurat jika dalam

    penelitian menggunakan dial indicator yang ketelitiannya lebih kecil

    daripada dial indicatoryang kami gunakan.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    54/61

    DAFTAR PUSTAKA

    Avner. H, Sidney, 1974, Introduction To Phisical Metallurgy, Exclusif Rights By

    McGraw-Hill Book Co, Singapore.

    Darmawan. W, Loa, 1984, Kontruksi Baja 1, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta

    Selatan.

    Donaldson Cyrll, 1983, Tool Design, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited,

    New York.

    Freedman. A, Roger, Young. D, Hugh, 2000, Fisika Untuk Universiatas, Erlangga,

    Jakarta

    Marsyahyo, Eko, 2003,Mesin Perkakas Pemotongan Logam, Toga Mas, Malang.

    Syamsudin. R, 1997, Teknik Bubut, Puspa Swara, Jakarta.

    Vliet, van G.L.J.,Both ,W.,1983,Teknologi Untuk Bangunan Mesin Bahan Bahan 1,

    Erlangga, Jakarta.

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    55/61

    LAMPIRAN 1

    Gambara Dial Indikator

    Gambar Mesin Bubut Yang Digunakan Dalam Penelitian

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    56/61

    LAMPIRAN 2

    Gambar Variasi Pahat Karbida

    Gambar Spesifikasi Pahat

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    57/61

    LAMPIRAN 3

    Gambar Pahat Yang digunakan Dalam Penelitian

    Gambar Pengesatan Dial Indikator

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    58/61

    LAMPIRAN 4

    hubungan kedalaman pemakanan terhadap gaya pemotongan (sumber : buku tool design)

    hubungan kecepatan pemotongan terhadap gaya pemotongan (sumber : buku tool design)

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    59/61

    LAMPIRAN 6

    Depth of cut vs cutting fo rce

    0

    200

    400

    600

    800

    0 1 2 3

    depth of cut (a),m m

    cuttingforce(F),N

    ST 60 ST 37 VCN

    gambar hubungan kedalaman pemotongan dengan gaya potong pada ketiga material

    cutting speed vs cutting force

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    0 10 20 30 40 50 60 70

    cutting speed (v),m/mnt

    cuttingf

    orce

    (F),N

    ST 37 ST 60 VCN

    gambar hubungan kecepatan pemotongan dengan gaya potong pada ketiga

    material

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    60/61

    LAMPIRAN 5

    HARDNESS CONVERSION FOR STEELS

  • 7/22/2019 gy potong.PDF

    61/61

    HARDNESS CONVERSION FOR STEELS

    ( Lanjutan )