ikmmandiri1
TRANSCRIPT
![Page 1: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
I.1.Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan investasi manusia,
sehingga menjadi keharusan bagi semua pihak untuk memelihara, meningkatkan
dan melindungi kesehatan demi kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
Guna mewujuydkan hal tersebut, pemerintah Indonesia telah berupaya melakukan
berbagai terobosan, antara lain melalui pengembangan desa siaga sebagai salah
satu wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan. Desa siaga merupakan
syuatu desa yang memiliki kemampuan dalam menemukan masalah yang ada,
kemudian merencanakan dan melakyukan pemecahan sesuai dengan potensi yang
dimilikinya, serta selalu siap siaga dalam menghadapi berbagai ancaman yang
menghadapinya, sehingga dapat terwujud desa yang sehat.1
Desa sehat dapat terwujud jika masing-masing warga sudah memiliki
perilakyu hidup bersih dan sehat, yang didalamnya termasuk memiliki rumah
sehat. Rumah yang sehat adalah rumah yang memiliki ventilasi yang cukup,
pencahayaan yang baik, tersedianya sarana MCK, sumber air bersih, serta terbebas
dari jentik nyamuk.1
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue
ditularkan nyamuk Aedes aegypti. Sampai saat ini DBD masih merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan dampak sosial dan
ekonomi serta berkaitan dengan perilaku masyarakat. Penyakit DBD ini muncul
pertama kali pada tahun 1953 di Filipina dan selanjutnya menyebar kebanyak
Negara di dunia, termasuk di Indonesia. 2
Penyakit Demam Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular
yang berbahaya dapat menimbulkan kematian dalam waktu singkat dan sering
menimbulkan wabah. Seluruh wilayah Indonesia mempunyai resiko untuk
terjangkit penyakit Demam Berdarah Dengue karena virus penyebab nyamuk
penularnya tersebar luas baik di rumah maupun tempat-tempat umum, kecuali
yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter diatas permukaan laut. Pada saat ini
seluruh propinsi di indonesia sudah terjangkit ini baik di kota maupun desa
terutama yang padat penduduknya. 3
1
![Page 2: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/2.jpg)
Penyebaran nyamuk Aedes aegyoti dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya
terutama keadaan lingkungan fisik, seperti kebersihan halaman rumah, jenis
kontainer, perilaku dan sosial ekonomi masyarakat. Nyamuk ini dapat hidup dan
berkembang biak sampai ketinggian daerah kurang leih 1000 meter, nyamuk ini
tidak dapat berkembang biak pada ketinggian tersebut, suhu udara terlalu rendah
sehingga tidak memungkinkan bagi kehidupan nyamuk untuk berkembang biak. 3
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui
pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan masayarakat Indonesia
pada masa depan atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan
tersebut dirumuskan sebagai Indonesia sehat.4
Untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal Program
Pemberantasan Penyakit menitik beratkan kegiatan pada upaya mencegah
berjangkitnya penyakit, menurunkan angka kesakitan dan kematian serta
mengurangi akibat buruk dari penyakit menular maupun tidak menular. Penyakit
menular masih menjadi masalah prioritas dalam pembangunan kesehatan
masayarakat di Indonesia. Dalam daftar SPM (SK MENKES No. 145710 Oktober
2003) sejumlah penyakit menular dicantumkan sebagai masalah yang wajib
menjadi prioritas oleh daerah. Masalah penyakit menular masih memprihatinkan,
beberapa jenis penyakit bahkan menunjukkan kecendrungan meningkat dan belum
berhasil diatasi seperti TB paru, malaria, dan demam berdarah. 4
Dari data sekunder Standar Pelayanan Minimal (SPM) dapat diketahui
cakupan rumah/bangunan bebas jentik aedes di Puskesmas Secang I, Kecamatan
Secang, Kabupaten Magelang period Januari-Desember 2011 adalah , angka
pencapaian masalah ini masih kurang dari 100% sehingga perlu dicari penyebab
dan pemecahan terbaik untuk masalah tersebut. Kegiatan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) merupakan kegiatan yang efektif dan efesien yuntuk mencegah
penyakit DBD. Kegiatan PSN yang disosialisasikan oleh Dinas Kesehatan
dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan di setiap wilayah kerja Puskesmas
sebagai salah satu bentuk Promotif dan Preventif dari penyakit DBD.
2
![Page 3: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/3.jpg)
I.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan SPM hyasil kegiatan Puskesmas Secang I periode Januari-
Desember 2011, didapatkan bahwa pencapaian rumah/bangunan bebas jentik
masih kurang dari target 100%, yaitu hanya sebesar . oleh karena itu, dari
pencapaian tersebut dapat dirumuskan permasalahan “Bagaimanakah ebaluasi
program kesehatan lingkungan tentang cakupan rumah/bangunan bebas jentik di
Desa Ngadirojo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang periode Januari-
Desember 2011?”
I.3.Tujuan Kegiatan
Adapun tujuan penelitian ini sehubungan dengan permasalahan tersebut di
atas adalah sebagai berikut:
1.3.1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu derajat kesehatan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup yang optimal untuk mewujudkan desa sehat.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui lingkungan sekitar warga Desa Ngadirojo.
2. Tidak ditemukannya jentik nyamuk di tempat-tempat penampungan
air di rumah-rumah warga.
3. Tidak ditemukannya barang-barang bekas yangd apat menyebabkan
tergenangnya air di rumah-rumah warga.
4. Terbebasnya warga dari ancaman endemis DBD.
I.4.Manfaat Kegiatan
1.4.1. Bagi Penulis
1. Memenuhi salah satu syarat kepanitraan klinik bagian Ilmu
kesehatan Masyarakat.
2. Meningkatkan pengetahuan tentang konsep rumah/bangunan bebas
jentik nyamuk.
3. Mengetahui sistem pemantauan, pencatatan dan pelaporan
rumah/bangunan bebas jentik nyamuk.
1.4.2. Bagi Warga Desa Ngadirojo
Membantu masyarakat agar menyadari akan pentingnya
memperhatikan kebersihan rumah dan lingkungan sekitar rumah,
seperti tempat-tempat yang dapat menampung air yang dapat menjadi
sumber berkembang biaknya sumber penyakit.
3
![Page 4: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/4.jpg)
1.4.3. Bagi Puskesmas Secang I
1. Menjadikan laporan ini sebagai masukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan lingkungan di Desa Ngadirojo.
2. Menjadikan laporan ini sebagai acuan uyntuk merencanakan
kegiatan rutin PSN dan program lainnya demi mencapai target
100% rumah/bangunan bebas jentik.
3. Menjadikan laporan ini sebagai masukan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan Puskesmas Secang I terutama Kesehatan
Lingkungan dalam program PSN demi terwujud rumah/bangunan
bebas jentik
I.5.Batasan Judul
Laporan ini berjudul “EVALUASI PROGRAM KESEHATAN LINGKUNGAN
RUMAH / BANGUNAN BEBAS JENTIK DESA NGADIROJO
KECAMATANSECANG, KABUPATEN MAGELANG PERIODE JANUARI-
DESEMBER 2011”, memiliki batasan sebagai berikut :
1. Evaluasi adalah proses penilaian yang sistematis, mencakup pemberian nilai,
atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-solusi atas
permasalahan yang ditentukan.
2. Kesehatan lingkungan adalah suatu bidang yang bertanggung jawab akan
kesehatan suatu lingkungan.
3. Rumah/bangunan bebas jentik adalah suaytu keadaan dimana suatu
rumah/bangunan terbebas dari keberadaan jentik nyamuk penyebab penyakit.
4. Desa Ngadirojo adalah salah satu desa di Kecamatan Secang.
5. Kecamatan Secang adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang.
6. Kabupaten Magelang adalah salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah.
7. Periode Januari-Desember 2011 adalah kurun waktu yang digunakan untuk
melakukan evaluasi rumah/bangunan bebas jentik.
4
![Page 5: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/5.jpg)
I.1.Cakupan
Secang
Cakupan (%) = jumlah yang diperiksa X 100%
Jumlah seluruh rumah
= 8341 X 100%
10909
= 76,5 %
Pencapaian = Cakupan X 100%
Terget DinKes
= 76,5 X 100%
100
= 76,5 %
Ngadirojo
Cakupan (%) = jumlah yang diperiksa X 100%
Jumlah seluruh rumah
= 841 X 100%
860
= 97,79 %
Pencapaian = Cakupan X 100%
Terget DinKes
= 97,79 X 100%
100
= 97,79 %
I.2.Metodologi
Survey dilakukan di Desa Ngadirojo, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang
pada tanggal 3 Februari 2012. Responden yang diambil sejumlah 20 orang warga
Dusun Semalen. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Data primer didapatkan dari hasil wawancara kepada para warga, kader, bidan Desa
ngadirojo dan obesrvasi ke rumah penduduk. Data sekunder didapatkan
5
![Page 6: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/6.jpg)
daripengumpula data-data di Balai Desa Ngadirojo, Puskesmas Secang I dan laporan
SPM periode Januari-Desember 2011.
Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan secara deskriptif serta
dilakukan analisis untuk mencari kemungkinan penyebab melalui pendekatan sistem
dan diagram Fishbone. Kemudian penyebab masalah dikonfirmasikan kepada petugas
Kesehatan Lingkungan dan bidan Desa Ngadirojo untuk mencari penyebab masalah
paling myungkin. Dari hasil tersebut ditentukan alternatif pemecahan masalah seara
sistematis dan ditentukan prioritas pemecahan masalah yang paling efektif dan efesien
berdasarkan kriteria matriks (M X V X I / C). Setelah itu dirumuskan rencana
kegiatan berdasarkan masalah terpilih.5
6
![Page 7: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/7.jpg)
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
II.1.1. Definisi
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut
dengan ciri-ciri demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, terus-
menerus selama 2-7 hari, manifestasi perdarahan (peteki, purpura,
perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa,
perdarahan gusi, melena, hematuria, serta uji torniquet yang positif),
trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000 mikroliter), hematokrit
(peningkatan > 20%), disertai dengan atau tidak pembesaran hati dan
memiliki kecenderungan menyebabkan kematian. Puncak kasus DBD
terjadi pada musim hujan.6,7
II.1.2. Etiologi
Virus dengue yang tergolong dalam genus flavavirus, famili
flavaviridae dengan 4 jenis serotipe, yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan
DEN-4 yang ditularkan melalui vektor nyamyuk Aedes aegypti.
Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies
lainnya merupakan bvektor yang kurang berperan. 6,7
Daur hidup nyamuk Aedes aegypti dimulai dari nyamuk betina
yang meletakkan teluyrnya di dinding tempat penampungan air atau
barang-barang yang memungkinkan air tegenang sedikit di bawah
permuykaan air kemudian perkembangan dari telur sampai menjadi
nyamuk memerlukan waktu y7-10 hari. Tiap 2 hari nyamuk betina
menghisap darah manusia untuk bertelur. Umur nyamuk betina dapat
mencapai 2-3 bulan dan jantan 14 hari.
Sifat-sifat nyamuk Aedes aegypti diantaranya adalah : (1)
Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh
tubuhnya, (2) Berkembang biak di tempat penampungan air dan
barang-barang yang memungkinkan air tergenang,misalnya bak
mandi/WC, tempayan, drum,talang air, tempat minum burung, vas
bunga, pot tanaman air, kaleng bekas, ban bekas, botol plastik yang
dibuang sembarangan, bekas potongan bambu, dan lain-lain , (3)
7
![Page 8: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/8.jpg)
Nyamuk Aedes aegypt tidak dapat berkembang biak di selokan, got,
aytau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah dan, (4)
Biasanya mengigit (menghisap darah) pada pagi hari sampai sore
harinya, mampu terbang sampai 100 meter.8
II.1.3. Patofisiologi
Virus hanya dapat hidup dalam sel yang hidup sehingga harus
bersaing dengan sel manusia terutama dalam kebutuhan protein.
Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya tahan manuysia. Hal
yang terjadi akibat reaksi tuuh terhadap infeksi adalah sebagai
berikut :7
1. Aktivasi sistem komplemen sehingga permeabilitas kapiler
meningkat dan terjadi perembesan plasma dari ruang intravaskular ke
ruang ekstravaskular.
2. Agregrasi tyrombosit menurun apabila berlanjut akan menyebabkan
kelainan fungsi trombosit.
3. Kerusakan sel endotel pembuluh darah akan
merangsang/mengaktivasi faktor pembekuan.
II.1.4. Manifestasi Klinis
Gjala dan tanda yang timbul pada penyakit DBD, diantaranya adalah :
1. Panas tinggi mendadak selama 2-7 hari
2. Sakit kepala
3. Mual dan muntah
4. Sakit perut
5. Diare
6. Nyeri ulu hati
7. Tanda-tanda perdarahan :
a. Bintik-bintik merah pada kulit yang tidak bisa hilang dengan
penekanan.
b. Perdarahan dari hidung (mimisan)
c. Perdarahan gusi
d. BAB berdarah (melena)
e. Muntah darah (hematemeis)
8. Pada kasus berat :
a. Kesadaran menurun
8
![Page 9: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/9.jpg)
b. Sesak napas
c. Tangan dan kaki berkeringat dingin
II.1.5. Derajat Demam Berdarah
Derajat DBD dikategorikann menjadi 4 derajat: 7
1. Derajat 1
Demam yang disertai dengan gejala klinik yang tidak khas. Satu-
satunya gejala dari pendarahan (ptekie) adalah hasil uji Torniquet
positif.
2. Derajat 2
Gejala yang timbul pada DBD derajat 1, ditambah dengan
pendarahan spontan. Biasanya dalam bentyuk perdarahan dibawah
kulit dan atau dalam bentuk lainnya.
3. Derajat 3
Kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi yang cepat
dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (<20 mmHg) atau hipotensi
yang ditandai dengan kulit dingin, lembab dan pasien yang gelisah.
4. Derajat 4
Syok berat dengan tidak terabanya denyut nadi maupun tekanan
darah.
II.1.6. Komplikasi
Komplikasi yang umumnya terjadi adalah syok hipovolemik yang
pada akhirnya mengakibatkan kematian. 7
II.1.7. Pencegahan
Untuk mencegah penyakit DBD, vektor berupa nyamuk Aedes
aegypti harus diberantas sebab tidak ada vaksin untuk mencegahnya.
Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk Aedes aegypti adalah
memberantas jentik-jentik di tempat perkembangbiakannya. Cara ini
dikenal dengan “Gerakan 3 M”. Gerakan ini harus dilakukan secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali. Untuk memantau
penyebaran penyakit DBD diperlakyukan gerakan Pemantauan Jentik
Berkala (PJB). 9,10
9
![Page 10: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/10.jpg)
II.2. Program Pemberantasan, Pencegahan, dan Penanggulangan DBD
II.2.1. Pemberantasan Jentik Aedes Aegypti
Pemberantasan terhadap jentik nyamuk Aedes aegypti dikenal dengan
istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN
DBD), yakni dilakukan dengan cara. 11,12,13,14
1. Fisik
a. Gerakan 3M (Menguras penampungan air, Menutup dengan
rapat tempat penampungan air dan Mengubur arang bekas).
b. Mengganti air vas bunga dan tempat minum binatang
peliharaan.
c. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian kotor dalam
ruangan.
d. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi yang memadai.
e. Menggunakan kelambu.
f. Menggunakan obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk
(semprot dan lotion anti nyamuk).
2. Kimia
Pemberian insektisida (larvasida) guna membasmi jentik
nyamyuk (larvasida), yaitu themopos , dengan dosis 1 ppm/10 gram
(± 1 sendok makan rata) yuntuk setiap 1000 liter air. Larvasida ini
memiliki efek residu selama 3 bulan.
3. Biologi
Memutus mata rantai kehidupan nyamuk dengan cara
memelihara ikan yang dapat memakan jentik nyamuk (ikan kepala
timah, ikan gupi, ikan cupang, dll).
II.2.2. Pencegahan DBD
1. Memberikan penyuluhan tyentang DBD dan cara pencegahannya.
2. Melakukan survey untuk mengetahui tingkat kepadatan vektor
nyamuk, mengetahui tempat perindukan dan habitat larva, serta
membuat perencanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
3. Pembentukan Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK) dan
menggerakan Pemantaun Jentik Berkala (PJB).
10
![Page 11: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/11.jpg)
II.2.3. Penanggulangan Wabah DBD
1. Menemukan dan memusnahkan keberadaan tempat
perkembangbiakan jentik dengan larvasida.
2. Melakukan fogging atau pengasapan.
3. Menggunakan obat lotion anti nyamuk
11
![Page 12: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/12.jpg)
BAB III
DATA UMUM DESA NGADIROJO
III.1. Keadaan Geografis
III.1.1. Letak Wilayah
Desa Ngadirojo terletak di wilayah Kecamatan Secang,
Kabupaten Magelang, jawa Tengah, Indonesia. Terdapat 5 Dusun yang
berada di Desa Ngadirojo, yaitu : Dusun Ngadirojo, Dusun Semalen,
Dusun Sempu, Dusun Tanjungsari dan Dusun Purwoselote.
Pelaksanaan survey dan wawancara bertempat di Dusun Semalen.
III.1.2. Batas Wilayah
Wilayah Desa Ngadirojo dibatasi oleh:
1. Sebelah utara : Desa Madyocondro
2. Sebelah selatan : Desa Kalijoso
3. Sebelah timur : Desa Madusari
4. Sebealah barat : Kecamatan Windusari
III.1.3. Luas Wilayah
Luas wilayah Desa Ngadirojo berdasarkan data statistik tahun
2011 adalah 284.515 m2
III.2. Keadaan Demografis
III.2.1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk pada Desa Ngadirojo pada bulan Januari 2011
berdasarkan data statistik kantor desa Ngadirojo adalah 4.212 jiwa.
III.2.2. Data Penduduk
Daftar tabel dibawah ini memberikan gambaran jumlah penduduk
Desa Ngadirojo menurut jenis kelamin, usia, mata pencaharian dan
pendidikan.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Ngadirojo Menurut
PendudukTotal
Laki-laki Perempuan
2.041 2.171 4.212
Sumber : Data Statistik Kantor Desa Ngadirojo, Januari 2011
12
![Page 13: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/13.jpg)
Berdasarkan tabel 1 diatas, jumlah perempuan di Desa Ngadirojo
lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki, yaitu sejumlah 2.1y71
orang.Sedangkan laki-laki hanya 2.041 orang.
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Ngadirojo Menurut Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Jumlah Persen (%)
Petani 220 5,22
Buruh Tani 612 14,65
Pedagang 71 1,69
Pengusaha 4 0,09
Buruh Industri 402 9,54
Byuruh Bangunan 119 2,83
Buruh 263 6,24
Pegangkutan 9 0,21
PNS 90 2,14
TNI/Polri/Sipil 36 0,86
Pensiunan 94 2,23
Lain-lain 2146 10,95
Jumlah 4212 100
Sumber : Data Statistik Kantor Desa Ngadirojo, Januari 2011
Berdasarkan tabel 2 diatas, dapat disimpulakan bahwa mata
pencaharian penduduk Desa Ngadirojo terbanyak adalah buruh tani,
yaityu sebanyak 612 orang (14,65%).
Tabel 3. Jumlah Penduduk Desa Ngadirojo Menurut Tingkat Pendidikan
Pendidikan Jumlah Persen (%)
13
![Page 14: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/14.jpg)
Tidak pernah sekolah 37 0,88
Belum tamat SD 326 7,74
Tidak tamat SD 19 0,45
Tamat SD 1082 25,69
Tamat SLTP 1021 24,24
Tamat SLTA 967 22,96
Tamat akademi/PT 97 2,30
Jumlah 4212 100
Sumber : Data Statistik Kantor Desa Ngadirojo, Januari 2011
Berdasarkan tabel 3 diatas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan
terakhir penduduk Desa Ngadirojo terbanyak adalah tamat SD, yaitu
sebanyak 1.082 orang (25,69%).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
14
![Page 15: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/15.jpg)
Dari hasil kegiatan wawacara dan observasi yang dilakukan pada tanggal 3-
4 Januari 2012 kepada Koordinator Kesehatan Lingkungan dan Petugas P2M
Puskesmas Secang I, serta Bidan Desa, Kader dan penduduk Desa Ngadirojo,
Dusun Semalen, didapatkan beberapa permasalahan yang perlu diupayakan
pemecahannya dengan menggunakan kerangka pendekatan sistem, sebagai
beriku:
Gambar 1. Analisis Penyebab Masalah
Sumber : Handout kuliah dr. Hartoyo, 2011
Masalah yang timbul terdapat pada output dimaa hasil kegiatan tidak sesuai
styandar minimal. Hal yang penting pada upaya pemecahan masalah adalah
kegiata dalam rangka pemecahan masalah harus sesuai dengan penyebab masalah
tersebut, berdasarkan pendekatan sistem masalah dapat terjadi pada input, proses
maupun lingkungan.
IV.1. Hasil Wawancara Petugas Kesehatan
No Pertanyaan Jawaban
15
INPUT
Man
Money
Method
Material
Machine
PROSES
P1
P2
P3
OUTPUT
Cakupa
Program
LINGKUNGAN
![Page 16: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/16.jpg)
1 Man
Siapakah yang melakukan
pemeriksaan
rumah/bangunan bebas
jentik?
Apakah kendala yang
dialami untuk melakukan
pemeriksaan
rumah/bangunan bebas
jentik?
Petugas yang sudah terlatih
Kurangnya tenaga, dibutuhkan
tenaga tambahan untuk membagi
wilayah sehingga lebih efesien selain
itu aktifitas dari masyarakat untuk
PHBS masih dirasa kurang
2 Money
Bagaimana sistem
pendanaan program
rumah/bangunan bebas
jentik?
Tidak terdapat pendanaan khusus
untuk pencegahan dan
penanggulangan masalah DBD,
hanya terdapat uang transportasi.
Untuk membayar petugas fogging
atau pengasapan dari Dinas
Kesehatan menggunakan dana
Bantuan Operasional Kesehatan
(BOK)
3 Machine
Peralatan apa sajakah yang
digunakan untuk melakukan
pemeriksaan
rumah/bangunan bebas
jentik?
Senter
No Pertanyaan Jawaban
4 Methode
16
![Page 17: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/17.jpg)
Bagaimanakah metode yang
dilakukan untuk melakukan
program rumah/bangunan
bebas jentik?
Bagaimana sistematika
pemeriksaan
rumah/bangnunan bebas
jentik?
Koordinator KesLing bekerjasama
dengan bidan desa setempat untuk
memberikan penyuluhan tentang DBD
pada meja 4 posyandu. Selain itu
dibentuk juga juru pemantau jentik
(JUMANTIK) yang bekerja setiap
minggunya da memberikan laporan
rutin setiap bulannya kepada
Puskesmas Secang I. Jika terdapat
kasus DBD didaerah tersebut,
dilakuykan pemantauan jentik berkala
(PJB) dan fogging atau pengasapan
Adapun alur dari Puskesmas adalah :
1. Sosialisasi/kunjugan tentang
pentingnya PSN dan DBD
pada umumnya
2. Dimasyarakat dibentuk
JUMANTIK yang dibentuk
dari warga
5 Material
Apa sajakah yang
diperiksa?
Rumah atau bangunan warga yang
memiliki kontainer/wadah
penampuangan air terbuka maupun
tertutup baik diluar maupun didalam
rumah/bangunan
6 P1
Bagaimanakah perencanaan
dalam program
rumah/bangunan bebas
jentik
tidak ada perencanaan khusus dalam
melakukan program rumah/bangyunan
bebas jentik
No Pertanyaan Jawaban
7 P2
17
![Page 18: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/18.jpg)
Apakah terdapat kendala
dalam penggerakkan dan
pelaksanaan
rumah/bangunan bebas
jentik?
Sebenarnya tidak ada yang sulit dalam
hal pemeriksaan hanya aplikasi yang
tidak terpantau karena masyarakat
yang melakukannya
8 P3
Bagaimanakah proses
pelaporan dan pencatatan
hasil kegiatan?
Apakah tenaga kesehatan
puskesmas mengawasi dan
meninjau kembali kegiatan
rumah/bangunan bebas
jentik?
Kader (ada 2 versi : jemput bola atau
kader menitipkan hasil pematauan ke
bidan) Puskesmas Pelaporan ke
Petugas KesLing
Ya, bentuk pemantauan dilakukan
terpadu, integrasi dengan program
pokok KesLing
9 Lingkungan
Apakah masyarakat turut
aktif berpartisipasi dalam
kegiatan rumah/bangunan
bebas jentik?
Bagaimanakah partisipasi
kader dan masyarakat dalam
kegiatan rumah/bangunan
bebas jentik?
Ya
Dengan membentuk JUMANTIK
IV.2. Hasil Wawancara Kader
Pada Desa Ngadirojo terdapat 42 kader. Pada dusun Semalen sendiri terdapat 7
kader aktif. Pengetahuan kader mengenai penyakit DBD dan pencegahannya sudah
baik. Namun kader kurang aktif setiap kali puskesmas mengadakan penyuluhan dan
pemantauan jentik. Pelaksanaan program DBD baru dilaksanakan bila sudah terdapat
kasus DBD positif. Kesadaran kader untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk
dasar yakni 4Mpluys masih sangat kurang, sehinga dalam melaksanakan penyuluhan
dan PJ terhadap penduduk sekitar juga sangatlah kurang, padahal Dusun Semalen
merupakan daerah endemis DBD
18
![Page 19: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/19.jpg)
IV.3. Hasil Wawancara Penduduk
Wawancara dilakukan pada 20 KK yang berada pada lingkungan RT 26/ RW 10
dan RT 35/ RW 10, Dusun Semalen, Desa Ngadirojo. Wawancara dilakukan dengan
menyebarkan Kuesioner dengan alat ukur pengetahuan, sikap, perilaku, dan program
puskesmas.
Grambar 2. Pengetahuan Penduduk Tentang DBD
Berdasarkan grafik diatas dari 20 kepala keluarga yang disebar kuesioner,
menunjukan bahwa sebagian besar dapat menjawab pertanyaan dengan benar.
Tabel 4. Pengetahuan Penduduk Tentang DBD
No PertanyaanJawaban
JumlahProsentase
Benar Salah Benar Salah
1 Penyebab DBD 0 20 20 0 100
2 Cara Penularan 19 1 20 95 5
3 Gejala dan tanda DBD 20 0 20 100 0
4 Cara melindungi gigitan nyamuk
19 1 20 95 5
5 Cara pencegahan DBD 18 2 20 90 10
Jumlah 76 24 100 76 24
Berdasarkan tabel diatas sebanyak 76% dari 20 kepala keluarga dapat menjawab
dengan benar sehingga dapayt disimpulkan bahwa pengetahuan yumum penduduk
mengenai DBD sebagian besar sudah baik, terlihat dai jumlah penduduk yang benar
19
![Page 20: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/20.jpg)
dalam menjawab 5 poin pertanyaan yang diajukan didalam kuesioner mengenai DBD.
Namun pengetahuan mengenai penyebab penyakit DBD masih buruk
Tabel 5. Pelaksanaan Program Puskesmas
Program
Pengetahuan Pelaksanaan
Tahu Tidak Tahu PernahTidak
Pernah
Penyuluhan 14 6 7 13
Fogging/pengasapan 13 7 1 19
Juru Pemantau
Jentik
(JUMANTIK)
11 9 0 19
Pemantauan Jentik
Berkala (PJB)
7 13 0 20
Berdasarkan tabel diatas , sebagian besar penduduk sudah mengetahui mengenai
program penyuluhan dan pengasapan, hanya saja pelaksanaannya yang masih kurang
merata, dalam arti tidak semua penduduk mendapatkan penyuluhan dan pengasapan.
Kurang meratanya penyuluhan dikarenakan program tersebut hanya dilakukan di balai
desa, sehingga menimbulkan rasa malas untuk hadir bagi beberapa penduduk yang
jarak tempuh dari rumah menuju puskesmasnya agak jauh, selain itu juga ada yang
tidak tahu mengenai kapan penyyuluhan tersebut dilaksanakan. Kurang meratanya
pengasapan diakrenakan biaya yang digunakan untuk melaksanakan program
tersebyut sangat terbatas.sebelum dilakukan pengasapan, petugas puskesmas harus
melakukan pemeriksaan epidemiologi dengan mengambil sampel jentik nyamuk.
Pengasapan baru dilaksanakan apabila terdapat 50 jentik positif atau terdapat kasus 1
orang meninggal. Selain itu, penduduk sama sekali tidak mengetahui mengenai Juru
Pemantau Jentik (JUMANTIK) dan Pemantauan Jentik Berkala (PJB).
Berdasarkan hasil observasi pada 20 ryumah penduduk, didapatkan 3 rumah yang
tyerdapat jentik nyamuk, setelah melakukan pemeriksaan pada seluruh kontainer.
20
![Page 21: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/21.jpg)
BAB V
ANALISIS PENYEBAB MASALAH
V.1. Siklus Pemecahan Masalah
Untuk memecahkan masalah dapat dilakyukan dengan menganalisis
kemungkinan penyebab masalah terlebih dahulu. Kemungkinan penyebab
masalah dapayt berasal dari internal maupun eksternal. Kemungkinan
masalah dianalisis menggunakan pendekatan sistem. Dari berbagai
kemungkinan penyebab yang menimbulkan masalah dicari yang paling
mungkin dengan cara mengkonfirmasi pada bagian program tersebut.
21
![Page 22: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/22.jpg)
Setelah itu dilakukan penanggulangan penyebab masalah dengan menyusun
alternatif pemecahan masalah dan dipilih yang paling efektif dan efesien
berdasarkan kriteria matriks. Setelah itu membuat plan of action. Menurut
Hartoyo (2008) dapat menggunakan siklus pemecahan masalah seperti
gambar dibawah ini:
Gambar 3. siklus pemecahan masalah
Sumber : Handout kuliah dr. Hartoyo,2012
V.2. Kemungkinan Penyebab Masalah
Tabel Identifikasi Penyebab Masalah dengan Pendekatan Sistem
Komponen Kelebihan Kekurangan
Input Man Terdapat tenaga
kesehatan
(koordinator
kesehatan lingkungan,
Bidan desa dan
petugas P2M penyakit
Tidak terdapat
JUMANTIK
Tidak terdapat PJB
Tidak terdapat petugas
pelaksana fogging atau
pengasapan
22
H. monitoring dan evaluasi
Identifikasi masalah
b. penentuan prioritas masalah
g. penyusunan rencana penerapan
c. penentuan penyebab masalah
d. memilih penyebab yang paling mungkin
e. menentuykan alternatif pemecahan masalah
f. penetapan pemecahyan masalah terpilih
![Page 23: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/23.jpg)
DBD)
Terdapat kader-kader
kesehatan
Money
Tersedianya dana dari APBD
dan BOK untuk melakukan
fogging atau pengasapan
Tidak ada aggaran khusus
yang dikeluarkan hanya ada
uang transport
Method
Penyuluhan DBD
pada meja 4 posyandu
Terdapat sistem
feedback kepada
puskesmas apabila
terdapat pelaporan
kasus DBD di rumah
sakit
Pelaksanaan penyuluhan pada
meja 4 posyandu kurang
maksimal
Material
Terdapat ruang untuk
melakukan penyuluhan dan
pemeriksaan bangunan/rumah
bebas jentik
Machine
Terdapat alat
pemantau jentik
nyamuk (senter)
Terdapat alat untuk
fogging/ pengasapan
Tidak terdapat poster atau alat
khusus dalam pelaksanaan
penyuluhan
Proses
P1
Terdapat perencanaan
program penanggulangan
DBD
Tidak terdapatnya
perencanaan program
promotif dan preventif
penyuluhan rutin dan PJB
P2 Kader dan penduduk
menyambut baik dan
berpartisipasi saat diadakan
penyuluhan
Koordinasi lintas
program pada
puskesmas kurang baik
Oencegahan penyakit
DBD kurang (tidak
dilakukan penyuluhan
23
![Page 24: IKMMANDIRI1](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052620/557211eb497959fc0b8fb502/html5/thumbnails/24.jpg)
secara rutin dan tidak
dilaksanakan PJB)
P3
Sudah melakukan pencatatan
dan pelaporan setiap kali
pemeriksaan jentik dan ada
kasus DBD
Kurangnya pengawasan dan
pengendalian dalam
pelaksanaan program DBD
Lingkungan
Non-
fisik
Pengetahuan kader dan
penduduk mengenai penyakit
DBD sudah baik
Kesadaran melaksanakan
pencegahan penyakit DBD
masih kurang (tidak
melakukan 3M)
Fisik
Sebagaian besar
ryumah penduduk
terbebas dari jentik
nyamuk
Terdapat beberapa
penampungan air yang
diisi oleh ikan
pemakan jentik
nyamuk
Tidak terdapat
tumpukan barang
bekas yang bisa
menyebabkan
genangan air
Jarak tempuh rumah dengan
posyandu jauh, sehingga
terkadang penduduk malas
datang.
24