kandida-kasus

35
BAB I TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Kandidiasis kutis adalah infeksi akut atau kronik kulit yang disebabkan oleh jamur dari genus Candida. (1) 2.2 Epidemologi Penyakit ini terdapat diseluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat berupa saprofit . Gambaran klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat. (1) Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr. J.M. Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel tersebut diteliti dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah positif, 63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki. (2) 1

Upload: rio-remex

Post on 26-Jul-2015

268 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: kandida-kasus

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kandidiasis kutis adalah infeksi akut atau kronik kulit yang disebabkan oleh jamur dari

genus Candida. (1)

2.2 Epidemologi

Penyakit ini terdapat diseluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-laki

maupun perempuan. Jamur penyebabnya terdapat pada orang sehat berupa saprofit. Gambaran

klinisnya bermacam-macam sehingga tidak diketahui data-data penyebarannya dengan tepat. (1)

Di Argentina, dianalisa 2073 sampel kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa oral

didapatkan 1817 pasien yang datang ke bagian mirkobiologi dari laboratorium sentral Dr. J.M.

Cullen Hospital dari September 1999 sampai dengan September 2003. Sampel tersebut diteliti

dan diidentifikasi berdasarkan lokalisasi dan tipe lesi. Dari total sampel, 55,6 % adalah positif,

63 % terkena pada wanita dan 37 % terkena pada laki-laki. (2)

Di Jerman ditemukan penyebab yang berbeda-beda pada diaper dermatitis pada 46 laki-

laki dan perempuan. Pada 38 pasien menunjukkan penyebab yang spesifik, 63 % dengan

kandidiasis, 16 % dengan dermatitis iritan, 11 % dengan ekzema, dan 11 % dengan psoriasis.

Dari pasien tersebut, 37 orang diterapi dan 73 % dirawat setelah 8 minggu setelah terapi. (2)

Di Jepang, dilaporkan bahwa kutaneus kandidiasis terdapat pada 755 (1 %) dari 72.660

pasien yang keluar dari rumah sakit. Intertrigo (347 kasus) merupakan manifestasi klinis

1

Page 2: kandida-kasus

kandidiasis paling sering, erosi interdigitalis terjadi pada 103 kasus, diaper kandidiasis tercatat

102 kasus. (2)

Saat ini kasus kandidosis kutis masih banyak dijumpai. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan oleh Agung R, Sirait DP dan Soekandar TMSR di Rumah Sakit Dr. Kariadi Semarang

periode Januari 1995 sampai Desember 1998, didapatkan 399 kasus (1,72%) kandidosis kutis

dari 23.078 pasien baru, terdiri atas 166 laki-laki (41,60%) dan 233 perempuan (58,39%)

dengan kelompok umur terbanyak pada umur 0-1 tahun sejumlah 177 (44,36%).2 Sedangkan

berdasarkan penelitian pada periode Januari 1999 sampai Desember 2004 oleh Puruhito B,

Dewi AK, Soekandar TMSR, dan Soejoto didapatkan 528 kasus kandidosis kutis (0,82%) dari

36.709 pasien baru di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi yang terdiri dari

193 laki-laki (36,5%) dan 335 perempuan (63,5%), dimana kelompok umur terbanyak adalah

0-1 tahun sebanyak 124 kasus (23,5%), terdiri dari laki-laki 45 (36,3%) dan perempuan 79

(63,7%). (3)

2.3 Etiologi

Penyebab tersering adalah Candida albicans yang dapat diisolasi dari kulit, mulut,

selaput mukosa vagina, dan feses orang normal (Kuswadji. 2007). Secara mikroskopis, sel jamur

kandida berbentuk bulat, lonjong, atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 x 3-6µm hingga 2-5,5 x

5-28,5µm, tergantung pada umurnya. Sedangkan secara mikroskopis, koloni pada medium pada

agar Sabouraud sedikit menonjol dari permukaan medium, permukaan halus licin, atau berlipat-

lipat, berwarna putih kekuningan dan berbau ragi. Besar koloni tergantung pada umur. Pada tepi

2

Page 3: kandida-kasus

koloni dapat dilihat hifa semu sebagai benang-benang halus yang masuk ke dalam medium. Pada

medium cair, jamur biasanya tumbuh pada dasar tabung. (2)

Klasifikasi berdasarkan tempat yang terkena CONANT dkk (1971), membagi candidiasis

menjadi kandidiasi kutis sebagai berikut: (4)

a. Lokalisata

- Candidiasis intertriginosa

- Candidiasis perianal

b. Generalisata

c. Paranokia dan onikomikosis

d. Kandidiasis kutis granulomatosa

2.4 Patofisiologi

Candida albicans bentuk yeast-like fungi dan beberapa spesies kandida yang lain

memiliki kemampuan menginfeksi kulit, membran mukosa, dan organ dalam tubuh. Organisme

tersebut hidup sebagai flora normal di mulut, traktus vagina, dan usus. Mereka berkembang biak

melalui ragi yang berbentuk oval. Ragi hanya menginfeksi lapisan terluar dari epitel membran

mukosa dan kulit (stratum korneum). Lesi pertama berupa pustul yang isinya memotong secara

horizontal di bawah stratum korneum dan yang lebih dalam lagi. Secara klinis ditemukan lesi

merah, halus, permukaan mengkilap, cigarette paper-like, bersisik, dan bercak yang berbatas

tegas. (5)

Kebanyakan spesies kandida memiliki faktor virulensi,walaupun faktor virulensi tersebut

kurang patogenik. Kemampuan bentuk yeast untuk melekat pada dasar epitel merupakan tahapan

paling penting untuk memproduksi hifa dan jaringan penetrasi. Penghilangan bakteri dari kulit,

3

Page 4: kandida-kasus

mulut, dan traktus gastrointestinal dengan flora endogen akan menyebabkan penghambatan

mikroflora endogen, kebutuhan lingkungan yang berkurang dan kompetisi zat makanan menjadi

tanda dari pertumbuhan kandida. (2)

Infeksi kandida merupakan infeksi oportunis yang dimungkinkan karena menurunnya

daya tahan tubuh. Faktor-faktor predisposisi yang dihubungkan dengan meningkatnya insidensi

kolonisasi dan infeksi kandida yaitu: (6)

1. Faktor Mekanis : Trauma, kelembaban atau maserasi (gigi palsu, pakaian yang

ketat, kegemukan)

2. Faktor nutrisi : Avitaminosis, defisiensi besi

3. Perubahan fisiologi : Umur sangat muda atau sangat tua, kehamilan, menstruasi

4. Penyakit sistemik : Diabetes melitus dan endokrinopathies tertentu lainnya, uremia,

malignansi, dan keadaan imunodefisiensi instrinsik (missal infeksi

HIV AIDS)

5. Penyebab iatrogenik : Faktor barier lemah (pemasangan kateter, penyalahgunaan obat

iv), radiasi sinar x, obat-obatan oral, parenteral, topikal dan

aerosol (kortikosteroid dan imunosupresi lainnya, antibiotic

spectrum luas, metronidazole, transquilizer, kontrasepsi

oral/estrogen)

6. Idiopatik.

Kehamilan, kontrasepsi oral, antibiotik, diabetes, kulit yang lembab, pengobatan steroid

topikal, endokrinopati yang menetap, dan faktor yang berkaitan dengan penurunan imunitas

seluler memberi kesempatan ragi menjadi patogenik dan memproduksi spora yang banyak

pseudohifa atau hifa yang utuh dengan dinding septa. (5)

4

Page 5: kandida-kasus

Infeksi kandida diperburuk oleh pemakaian antibiotik, perawatan diri yang jelek, dan

penurunan aliran saliva, dan segala hal yang berkaitan dengan umur. Dan pengobatan dengan

agen sitotoksik (methotrexate, cyclophosphamide) untuk kondisi rematik dan dermatologik atau

kemoterapi agresif untuk keganasan pada pasien usia lanjut memberikan resiko yang tinggi. (2)

2.5 Gambaran Klinis

Manifestasi klinis yang muncul dapat berupa gatal yang mungkin sangat hebat. Terdapat

lesi kulit yang kemerahan atau terjadi peradangan, semakin meluas, makula atau papul, mungkin

terdapat lesi satelit (lesi yang lebih kecil yang kemudian menjadi lebih besar). Lesi terlokalisasi

di daerah lipatan kulit, genital, bokong, di bawah payudara, atau di daerah kulit yang lain. (7)

Gejala klinis kandidiasis kutis dapat berupa:

1. Kandidiasis intertriginosa

Lesi yang terjadi pada daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha, intergluteal, lipat

payudara, antara jari tangan atau kaki, glands penis, dan umbilikus. Berupa bercak yang

berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit berupa

vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah yang

erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. (7)

5

Page 6: kandida-kasus

Gambar 2.1. Kandidiasis intertriginosa(8)

2. Kandidiasis perianal

Lesi berupa maserasi dengan eritema seperti infeksi dermatofit tipe basah. Penyakit

ini menimbulkan pruritus ani dan rasa seperti terbakar. Faktor psikis sering menjadi pemicu

dari kandidiasis ini. (1)

Gambar 2.2. Kandidiasis perianal (9)

6

Page 7: kandida-kasus

3. Kandidiasis kutis generalisata

Lesi terdapat pada glabrous skin, biasanya juga di lipat payudara, intergluteal, dan

umbilikus. Sering disertai glositis, stomatitis, dan paronikia. Lesi berupa ekzematoid,

dengan vesikel-vesikel dan pustul-pustul. Penyakit ini sering terdapat pada bayi, mungkin

karena ibunya menderita kandidiasis vagina atau mungkin karena gangguan imunologik. (1)

4. Paronokia dan onikomikosis

Lesi berupa kemerahan, pembengkakan yang biasanya tidak bernanah, lunula kuku

tidak tampak, kuku menjadi tebal, mengeras, berlekuk-lekuk, kadang-kadang berwarna

kecoklatan, tidak rapuh, tetap berkilat dan tidak terdapat sisa jaringan dibawah kuku seperti

tinea unguinum. Biasanya sering diderita oleh orang-orang yang pekerjaannya berhubungan

dengan air. (10)

Gambar 2.3 paranokia (2)

5. Kandidiasis napkin (diaper rash)

7

Page 8: kandida-kasus

Bentuk paling sering pada kandidiasis kutis. Khas adanya eritema, edema dan cairan

purulen, tebal, pus putih, dan terdapat pada bayi yang popoknya selalu basah dan jarang

diganti. Mengenai kulit lembab pada pantat, genetalia pada bayi, lipatan paha, tersering pada

area kulit yang terpapar air seni bayi terlalu lama. (1)

Gambar 2.4 kandidiasis napkin (8)

6. Kandidiasis granulomatosa

HOUSER dan ROTHMAN melaporkan bahwa penyakit ini sering menyerang anak-

anak, lesi berupa papul kemerahan tertutup krusta tebal berwarna kuning kecoklatan dan

melekat erat pada dasarnya. Krusta ini dapat timbul seperti tanduk sepanjang 2 cm. lokasi

tersering terdapat dimuka, kepala, kuku, badan, dan tungkai. (10)

8

Page 9: kandida-kasus

. Gambar 2.5 kandidiasis granulomatosa (8)

2.6 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik (Kelainan kulit seperti eritema,

adanya maserasi ataupun fisura, adanya gambaran lesi satellite dengan disertai rasa gatal dan rasa

seperti terbakar). Selain itu, diagnosa juga disertai dengan pemeriksaan penunjang, dimana

bahan-bahan klinis yang dapat digunakan untuk pemeriksaan adalah kerokan kulit, urin, bersihan

sputum dan bronkus, cairan serebrospinal, cairan pleura dan darah, dan biopsi jaringan dari

organ-organ visceral. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain : (2)

1. Preparat KOH

Merupakan cara paling mudah dan metode yang paling efektif untuk mendiagnosis, tapi

tidak cukup untuk menyingkirkan bukti klinis yang lain. (5)

9

Page 10: kandida-kasus

Gambar 2.6 mikroskopis candida albicans (8)

2. Pemeriksaan Biakan

Bahan yang akan diperiksa ditanam dalam agar dekstrosa glukosa Sabouraud, dapat

pula agar ini dibubuhi antibiotik (kloramfenikol) untuk mencegah pertumbuhan bakteri.

Perbenihan disimpan didalam suhu kamar atau lemari es 37°C, koloni tumbuh setelah 24-

48 jam, berupa yeast like colony (Kuswadji, 2007). Kultur dari pustul yang utuh, biopsi

jaringan kulit, atau deskuamasi kulit dapat membantu untuk mendukung diagnosis. (1)

Gambar 2.7 Tipe koloni Candida (11)

10

Page 11: kandida-kasus

3. Histopatologi

Keuntungan yang utama dari pemeriksaan ini adalah cepat, biaya rendah, identifikasi

presumtif dari jamur yang spesifik dan demonstrasi dari reaksi jaringan. Tapi kalau tidak

menggunakan tekhnik khusus, missal imunoflouresen atau organism memiliki struktur

yang unik, sulit untuk melakukan diagnosis. Pewarna histology yang digunakan untuk

visualisasi jamur termasuk Gomori methenamiine silver (GMS) dan PAS. GMS lebih

disukai karena dapat mewarnai elemen jamur lebih efesien dari yang lainnya.

Hematoxyclin dan Eosin (H&E) sangat berguna untuk visualisasi respon tubuh tetapi tidak

mewarnai kebanyakan jamur. Sehingga GMS dan H&E biasanya digunakan bersamaan

untuk melihat komponen jamur dan reaksi jaringan. Didapatkan bahwa spesimen biopsi

kulit dengan pewarna periodic acid-schiff (PAS) menampakkan hifa tak bersepta. Hifa tak

bersepta yang menunjukkan kandidiasis kutaneus berbeda dengan tinea. (11)

Gambar 2.8 PAS candadida (9)

11

Page 12: kandida-kasus

2.7 Differensial Diagnosis

1. Kandidiasis intertriginosa

a. Tinea kruris

Pada tinea kruris akut, lesi dimulai dengan suatu makula dan papul eritema di lipatan

pangkal paha, biasanya pada kedua sisi. Lesi kemudian lama kelamaan membesar dan

dapat berkembang dalam pola yang tidak tertentu. Ruam kemudian menjadi makula

eritema bentuknya semilunar dan berskuama dengan batas tegas, tepi lesi tampak lebih

eritema. Tidak ditemukan adanya maserasi dan lesi satelit. Jika terdapat koinfeksi dengan

organisme kandida, ruam cenderung lebih merah dan basah. Kulit penis mungkin terlibat.

Pemeriksaan laboratorium, baik sediaan langsung dengan KOH 10-20% maupun

histopatologi dengan pengecatan PAS akan ditemukan adanya elemen-elemen

dermatofita seperti hifa dan spora, sedang pemeriksaan kultur dengan SDA dapat

dibiakkan spesies dermatofita. (1)

Gambar 2.9 Tinea Cruris (8)

b. Dermatitis seboroik

12

Page 13: kandida-kasus

Dermatitis seboroik secara klinis, ditandai dengan dengan adanya rasa perih atau gatal,

kadang disertai maserasi. Berbeda dengan kandidiasis intertriginosa, disini biasanya

dijumpai adanya eritema yang ditutupi skuama berminyak berwarna putih kekuningan.

Keparahan bervariasi dari skuama ringan sampai eritroderma eksfoliatif. Selain di

inguinal, biasanya lesi juga dijumpai di area seboroik lain. Pemeriksaan KOH tidak

dijumpai pseudohifa ataupun blastospora. (11)

Gambar 2.10 Dermatitis seboroik (8)

c. Eritrasma

Pada eritrasma akan sama-sama terdapat peradangan dengan klinis yang dominan

adalah eritema. Tempat predileksi yang paling sering adalah pada toe webspaces (di

antara jari kaki), lipat paha, aksila. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa

dan serpiginosa, tidak terlihat vesikulasi. Eritrasma tidak menimbulkan keluhan

subyektif, kecuali bila terjadi terjadi maserasi pada kulit. Pada pemeriksaan dengan

lampu Wood, lesi terlihat berfluoresensi merah membara (coral-red). Pada sediaan

13

Page 14: kandida-kasus

langsung dari hasil kerokan lsi tampak organisme berupa batang pendek halus,

bercabang, berdiameter 1μm atau kurang dengan bentuk basil kecil atau difteroid. (7)

Gambar 2.11 Eritrasma (8)

2. Kandidiasis perianal

a. Tinea kruris

3. Kandidiasis kutis generalisata

a. Tinea kruris

b. Dermatitis seboroik

4. Paronokia dan onikomikosis

a. Tinea unguinum

Lesi didistal dan lateral kuku, semakin lanjut, kuku terkikis dan mudah rusak/rapuh

(distrofik) dan bila ditekan tidak terasa sakit. (6)

14

Page 15: kandida-kasus

Gambar 2.12 Tinea unguinum (8)

5. Kandidiasis napkin (diaper rash)

a. Dermatitis kontak iritan

Disebabkan terpaparnya kulit dengan bahan iritan, bisa akut ataupun kronis. Lesi

polimorf tanpak makula eritematosa, batas tidak tegas, diatas makula terdapat papul,

vesikel, bula yang bila pecah menjadi lesi yang eksudatif. (12)

Gambar 2.13 dermatitik kontak iritan (8)

6. Kandidiasis granulomatosa

a. Dermatitis seboroik

15

Page 16: kandida-kasus

2.8 Terapi

A. Umum (13)

Penatalaksanaan terpenting adalah menghindari atau menghilangkan faktor predisposisi.

Mengobati infeksi sekunder dengan kompres sol. Sodium chloride 0.9% selama 3 hari

dan antibiotik yang tidak berspektrum luas (erytromycine, cotrimoksazole, lincomycine,

dan clindamycine) selama 5-7 hari

B. Obat Oral (13)

Penggunaan obat anti jamur yang standar hanya ketokonazol, flukonazol, itrakonazol,

dan flusitosine. Atau bahkan dapat menggunakan obat antijamur golongan azol terbaru

antara lain voriconazole, ravuconazole, posaconazole mekanisme kerja grup azole adalah

menghambat pembentukan ergosterol dengan memblok aksi 4-alpha demethylase. Dapat

diberikan dengan dosis 200 mg perhari selama 10 hari sampai 2 minggu. (14) Indikasi

pemakaian obat anti jamur adalah bila lesi luas, penderita imunocompremised berat, dan

paronikhia yang gagal dengan pengobatan topikal. (6)

C. Obat Topikal (13)

Adapun secara topikal menggunakan golongan azol antara lain mikonazol 2% berupa

krim atau bedak dioleskan sehari 2 kali selama 14 hari, dapat lebih sampai 4 minggu,

sebaiknya 1-2 minggu sesudah sembuh/ KOH negatif. Untuk kandida paronikia memerlukan

waktu 3-4 bulan, klotrimazol 1% berupa bedak, larutan dan krim, tiokonazol, bufonazol,

isokonazol, dan siklopiroksolamin 1% berupa krim. (10)

2.9 Prognosis

16

Page 17: kandida-kasus

Prognosis kandidiasis kutis umumnya baik, bergantung pada berat ringannya faktor

predisposisi. Biasanya dapat diobati tetapi sekali-kali sulit dihilangkan. Infeksi berulang

merupakan hal yang umum terjadi. (10)

2.10 Pencegahan

Keadaan umum dan higienitas yang baik dapat membantu pencegahan infeksi kandida,

yakni dengan menjaga kulit selalu bersih dan kering. Bedak yang kering mungkin membantu

pencegahan infeksi jamur pada orang yang mudah terkena. Penurunan berat badan dan kontrol

gula yang baik pada penderita diabetes mungkin membantu pencegahan infeksi. (7)

BAB II

17

Page 18: kandida-kasus

TINJAUAN KASUS

2.1 Identitas Pasien

Nama : Ny. Rina

Umur : 70 tahun

Agama : Islam

Jenis kelamin : Perempuan

Pekerjaan : -

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Mojoroto-Kediri

Datang ke poli : 23 November 2011

2.2 Anamnesis

Keluhan utama : gatal sudah 3 bulan pada selangkangan kanan-kiri

Keluhan tambahan : Panas

Riwayat Penyakit Sekarang :

Penderita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Gambiran Kediri dengan keluhan gatal

yang sudah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu pada kedua selangkangan. Awalnya

muncul langsung gatal dan timbul bercak kemerahan. Dilokasi lesi tersebut terasa gatal,

perih, dan panas. Sudah periksa ke puskesmas dan diberikan obat salep dan pil. Obat

salepnya yaitu hidrokortison, inerson; sedangkan pilnya tidak tau namanya. Akan tetapi

gatal tidak hilang-hilang bahkan terdapat bentukan kehitaman yang bertambah meluas.

Riwayat Penyakit Dahulu :

18

Page 19: kandida-kasus

Penderita tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya

Tidak ada riwayat kontak dengan bahan iritan

Riwayat alergi makanan dan obat ataupun alergi yang lain disangkal

Kencing manis sudah 15 tahun

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada keluarga ataupun teman yang sakit serupa

Riwayat alergi pada anggota keluarga disangkal

Kencing manis (+)

Riwayat Penyakit Sosial :

Riwayat sosial ekonomi menengah

2.3 Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan Umum: baik

Kesadaran : compos mentis ( 4-5-6 )

Kepala : dalam batas normal

Leher : dalam batas normal

Thoraks : dalam batas normal

Abdomen : dalam batas normal

Ekstremitas : lihat status dermatologi

B. Status Dermatologis

19

Page 20: kandida-kasus

Pada regio inguinal dextra-sinistra tampak makula eritematosa dengan batas jelas,

skuama, papula, vesikel, bula, erosi, pustula disekeliling lesi (satelit pustule).

2.4 Resume

Penderita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Gambiran Kediri dengan keluhan

gatal yang sudah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu pada kedua selangkangan. Awalnya

muncul langsung gatal dan timbul bercak kemerahan. Dilokasi lesi tersebut terasa gatal,

perih, dan terasa panas. Sudah periksa ke puskesmas dan diberikan obat salep dan pil. Obat

salepnya yaitu hidrokortison, inerson; sedangkan pilnya tidak tau namanya. Akan tetapi

gatal tidak hilang-hilang bahkan terdapat bentukan kehitaman yang bertambah meluas.

Pada regio inguinal dextra-sinistra tampak makula eritematosa dengan batas jelas,

skuama, papula, vesikel, bula, erosi, pustula disekeliling lesi (satelit pustule).

2.5 Diagnosis

Kandidiasis Intertriginosa

2.6 Diagnosis Banding

Tinea kruris, Dermatitis seboroik, Eritrasma.

2.7 Penatalaksanaan

a. Medikamentosa

Topikal :

o Mikonazol 2 % krim

Oral:

o Chlorpheniramine maleat (4mg) 3 x 1 tab jika gatal

o Ketokonazol (200mg) 2x1

b. Non medikamentosa

20

Page 21: kandida-kasus

Jaga kelembapan dan kebersihan pribadi

Kontrol rutin agar GDA tidak tinggi

2.8 Prognosis

Baik, jika pasien mematuhi dan melaksanakan terapi (medikamentosa dan non

medikamentosa).

2.9 Foto Kasus

BAB III

21

Page 22: kandida-kasus

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien dengan identitas Ny.Rina seorang perempuan, berusia 70 tahun,

dengan suku bangsa jawa. Hal ini sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa kandidiasis

intertriginosa dapat mengenai pada semua, wanita lebih sering terkena dari pada pria. (2,3)

Penderita datang ke poli kulit dan kelamin RSUD Gambiran Kediri dengan keluhan gatal

yang sudah berlangsung sejak 3 bulan yang lalu pada kedua selangkangan.

Awalnya muncul langsung gatal dan timbul bercak kemerahan. Dilokasi lesi tersebut

terasa gatal, perih, dan terasa panas. Sudah periksa ke puskesmas dan diberikan obat salep dan

pil. Obat salepnya yaitu hidrokortison, inerson; sedangkan pilnya tidak tau namanya. Akan tetapi

gatal tidak hilang-hilang bahkan terdapat bentukan kehitaman yang bertambah meluas. Dari

anamnesis riwayat penyakit keluarga sekarang menyatakan bahwa pasien sudah menderita

diabetes melitus sejak 15 tahun yang lalu. Hal ini sesuai dengan etiopatogenesis dari kandidiasis

intertriginosa yaitu faktor usis dan gangguan endokronopati (DM). (7)

Pada pemeriksaan fisik pasien pasien dalam kondisi dengan keadaan umum baik dan

kesadaran kompos mentis. Status generalnya dalam batas normal. Pada status dermatologis regio

inguinal dextra-sinistra tampak makula eritematosa dengan batas jelas, skuama, papula, vesikel,

bula, erosi, pustula disekeliling lesi (satelit pustule). Pada kepustakaan juga dikatakan terdapat

bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa. Lesi tersebut dikelilingi oleh satelit

berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah meninggalkan daerah

yang erosif, dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi primer. (7)

22

Page 23: kandida-kasus

Dalam kasus ini tidak dilakukan periksaan penunjang dikarenakan dilihat dari anamnesa

dan pemeriksaan fisik sudah jelas untuk menentukan diagnosis.

Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dapat diambil diagnosis kandidiasis intertriginosa.

Pada kasus ini terdapat diagnosis banding yaitu tinea kruris, dermatitis seboroik, dan eritrasma.

Dalam kasus diatas pasien mendapatkan terapi medikamentosa berupa obat topikal

mikonazol 2% krim, chlorpheniramine maleat (4mg) 3x1 tab jika gatal, dan ketokonazol

(200mg) 2x1 tab. Untuk terapi non medikamentosa pasien kita sarankan untuk menjaga

kelembapan dan kebersihan pribadi serta kontrol rutin agar GDA tidak tinggi.

Prognosis baik, jika pasien mematuhi dan melaksanakan terapi (medikamentosa dan non

medikamentosa).

23

Page 24: kandida-kasus

BAB IV

KESIMPULAN

Dilaporkan bahwa terdapat pasien dengan diagnosis kandidiasis intertriginosa pada

Ny.Rina berusia 70 tahun. Diagnosis ditegakkan berdasar anamnesis dengan keluhan gatal sudah

3 bulan yang lalu pada region inguinal dextra-sinistra. Keluhan tambahan rasa perih dan panas.

Riwayat penyakit sekarang adalah Diabetes melitus.

Dari pemeriksaan fisik pada regio inguinal dextra-sinistra tampak makula eritematosa

dengan batas jelas, skuama, papula, vesikel, bula, erosi, pustula disekeliling lesi (satelit

pustule).

Dalam penatalaksanaan pasien mendapatkan terapi medikamentosa berupa obat topikal

mikonazol 2% krim, chlorpheniramine maleat (4mg) 3x1 tab untuk mengatasi gatal, serta

ketokonazol (200mg) 2x1 tab untuk anti jamurnya.

Untuk terapi non medikamentosa pasien kita sarankan untuk menjaga kelembapan dan

kebersihan pribadi serta kontrol rutin agar GDA tidak tinggi.

Prognosa pada pasien ini baik, jika pasien mematuhi dan melaksanakan terapi

(medikamentosa dan non medikamentosa).

24

Page 25: kandida-kasus

DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, Benny. 2009. Dermatologi Pengetahuan Dasar pada Kasus di Rumah Sakit. Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga. Surabaya.

2. Scheinfeld, Noah S. 2010. Candidiasis Cutaneous. Available from: //http:dermatologicaljournalofeurope.ac.uk.21331.15.cc//

3. Putri Nastiti, Kesesuaian Pemeriksaan Laboratorium antara Lesi Utama dan Lesi Satelit Pada Penderita Kandidosis Kutis,FK Universitas Diponegoro Semarang, 2008.

4. Arnold Harry L, Odom Richard B, James William D. Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology. 8 th ed. Philadelphia. W.B. Saunders Company; 1990

5. Habif, Thomas P, eds. 2004. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy 4th edition. Pennsylvania. Mosby, inc.

6. Murtiastutik, Dwi dkk.2005. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya: FK UNAIR.

7. Smith, D. Scott. 2006. Cutaneous Candidiasis.8. Wolff, Klaus. Johnson, Richard Allen.2008.Fitzpatrick’s Colour Atlas and Synopsis of

Clinical Dermatology.McGraw Hill. New York.9. Atlas Penyakit Kulit Dan Kelamin. Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK

UNAIR/RSU Dr. Soetomo Surabaya.10. Kuswadji. 2007. Kandidosis. In : Djuanda, Adhi, eds. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

edisi 5. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.11. Gibbs Richard C, Editor. Defferential Diagnosis in Dermatology. A Colour Atlas of

Dermatological Conditions presented by bodysite. New York: Oyster Bay; 1997. 12. Larsen WG, Allergic Contact Dermatitis, In : Moschella SL., Hurley HJ. 200113. Pedoman Diagnosa Dan Terapi, Lab/UPF Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin RSU Dokter

Soetomo Surabaya, edisi III, 2005.14. Simatupang, Maria Maghdalena. 2009. Candida Albicans. Usu Repository. 15. Dermatology,3rd ed, London : WB Sauders Co., 1992, p. 913-921. Available from URL :

http://medlinux.blogspot.com/2007/12/dermatitis.html 16. Unandar B. Mikosis. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin. Edisi ke lima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2007.

25