komplit - library.walisongo.ac.idlibrary.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/85/jtptiain-gdl... ·...
TRANSCRIPT
2010
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya
saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan
untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang
belum/ tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar
pustaka.
Semarang, 30 Desember 2010
Muhamad Usman NIM. 1104005
MOTTO
……خليفة الأرض في جاعل إني للملائكة ربك قال وإذ
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para
Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." ( Al-Baqarah : 30)
PERSEMBAHAN
Dengan Segala hormat dan segenap cita kasih kuhaturkan skripsi ini teruntuk :
YA ALLAH YA ROHMAN YA ROHIM
Tenangkan Jiwa Ini Dengan Kasih dan Sayang - Mu
HABIBINA MUHAMMAD SAW
Rinduku Padamu Takkan Pernah Surut Sepanjang Masa
BAPAK AHMAD MUCHSIN DAN MAMAK IBU SRI NGATUN
Bhakti Dan Kasih Sayangku Padamu Tak Pernah Padam
MAS – MAS, MBAK – MBAK KELUARGA BESAR LAMPUNG SER TA LELEK – LELEK, ADIK – ADIK KELUARGA BESAR KEBUMEN
Semoga Rahmat Silaturrohmi Kekeluargaan Lampung – Jawa Selalu Diridhoi Allah SWT Sampai Kapan Pun
Teman – Teman Senasib Se perjuangan Ditanah Rantau Semarang Yang Tak Bisa Kusebut Satu Persatu Semoga Iringan Hidayah Allah SWT
Selalu Kepada Tiap Langkah Kalian
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah para tokoh agama masyarakat lokal dalam penyampaian dakwah Islam di Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara. Adapun permasalahan yang penulis angkat adalah bagaimana strategi penyampaian dakwah yang dilakukan oleh para tokoh agama mampu mendorong keberhasilan dakwah masyarakat lokal untuk di Desa Buring Kencana.
Dalam merumuskan hasil penelitian skripsi ini perlu adanya upaya perolehan dan pengolahan data. Setelah data terkumpul dikelompokkan dalam satuan kategori dan penulis analisis secara kualitatif, yaitu dengan menggunakan metode analisis deskriptif, selanjutnya dilakukan pemeriksaan secara konseptual.
Adapun hasil penelitian ini adalah bahwa strategi para tokoh agama masyarakat lokal baru melakukan strategi dakwah dengan konsep tradisional pada masyarakat di Desa Buring Kencana, dari strategi dakwah selama ini hanya beberapa dari masyarakat Buring Kencana yang ikut dalam kegiatan keagamaan . Hal ini disebabkan banyak faktor, diantaranya, faktor pendidikan, faktor lingkungan, faktor kemasyarakatan, faktor budaya dan lain-lain.
Dari strategi dakwah yang sudah dilakukan oleh para tokoh agama dan serta dibantu oleh perangkat desa Buring Kencana belum menghasilkan antusias dari masyarakat untuk dapat ikut dalam setiap kegiatan – kegiatan ke-Islam an yang ada.
Atas fenomena tersebut diharapkan lebih ditekankan melakukan bentuk-bentuk strategi penyampaian dakwah Islam yang sesuai dengan konteks masyarakat setempat serta zaman saat ini, hal ini dimaksudkan supaya pada tiap-tiap kegiatan dakwah Islam dapat diikuti oleh semua masyarakat Desa Buring Kencana.
KATA PENGANTAR
Dengan Rahmat Allah SWT yang maha Pengasih dan Penyayang,
penulis panjatkan syukur kepada-Nya yang telah melimpahkan rahmat
Taufik serta Hidayah – Nya,, sehingga skripsi dengan judul “STRATEGI
DAKWAH PARA TOKOH AGAMA MASYARAKAT LOKAL (Studi
Kasus Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung
Utara)”.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar
Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I) di Fakultas Dakwah IAIN Walisong
Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis sudah berusaha dengan
segala daya upaya serta dengan kemampuan yang ada guna
menyelesaikannya, namun tanpa bantuan dari berbagai pihak, penyususnan
ini tidak mungkin terwujud, untuk itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada mereka yang banyak memberikan sumbangsih kepada penulis
dalam penyusunan skripsi ini, mereka adalah :
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhibbin, M.Ag, selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang
2. Bapak Dr. Muhammad Sulthon, M.Ag, Selaku Dekan Fakultas
Dakwah
3. Bakap Drs. H. Muchlis Yahya, M.Si dan Bapak Ahmad Faqih, S.Ag,
M.Si, Selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu
dan tenaganya yang semata – mata demi mengarahkan dan
membimbing penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak ibu Dosen serta staf dan karyawan Fakultas Dakwah yang tak
bisa kami sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis.
5. Bapak Ahmad Muhsin dan Ibu Sri Ngatun tercinta, dengan iringan doa
jauh dari sebarang lauatan sana menjadi dorongan semangat spiritual
kami selama studi di Semarang.
6. Keluarga Besar PSGA (Pusat Studi Gender dan Anak) IAIN
Walisongo Semarang, Bapak Dr, Moh.Fauzi, M.Ag, Ibu Dra. Hj.
Jauharotul Farida, M.Ag, Ibu Hj. Liff Ma’summah, M.Ag, Ibu
Rumaisya Ulfa, M.Ag, Ibu Erna Berlliyan, SH, M.Hum, dan segenap
pengurus yang tidak bisa penulis sebutkan, pengalaman ilmu
pengetahuan dan dorongan selama menyelesaikan skripsi sangat
berharga bagi kami.
7. Keluarga Besar di Lampung, Mas Zainuri, Mas Ismail, Mas
Suprayitno, Mbak Khusnul Khotimah, Mbak Siti Nur Janah, Mbak
Amini dan segenap keluarga, kalian semua adalah harta paling
berharga dalam bagian hidup kami.
8. Keluarga Besar Mbak Amini dan Abang Heri di Pekan Baru, adek ulya
menjadi pendorong penulis selama ini dari awal studi sampai selesai
ini.
9. Keluarga Besar di Kebumen, Lelek Syaifuddin, Lelek Dhakir, Lelek
Dhofir, Lelek Nakiyah, Gofar, kholil, Siti, semuanya, bantuan banyak
hal yang telah diberikan sangat berharga sekali untuk kami, mudah –
mudahan hubungan silaturrohmi keluarga Jawa dan Lampung
selamanya.
10. Keluarga Besar Bapak Ngasikin dan bapak Basirin yang dari awal
kami sampai di Semarang mendorong, mengarahkan serta memberikan
banyak masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Keluarga Besar KPI A Angkatan 2004, Kirno, S.Sos.I, Ahmad Zaidin,
S.Sos.I, Muhammad Taufikin, S.Sos.I, Fitiyani, S.Sos.I, Fitri Nur
Inayah, S.Sos.I, Siti Nur Asiyah S.Sos.I, Kusmiyati, S.Sos.I, Siti
Rahmawati, S.Sos.I, Muh.Reza Arif Utama, S.Sos.I, Kalian semua
adalah orang – orang hebat yang penah kami kenal, mudah – mudahan
kesuksesan selalu atas kita semua dimasa depan.
12. Keluarga Besar PMII Rayon Dakwah, Sahabat Ahsan Fauzi, S.Sos.I,
Ismail S.Sos.I, Dian Nugrahaini, S.Sos.I, Lukman Hakim, S.Sos,I,
Jamini, S.Sos.I, S.Sos.I selama bersama – sama dalam berproses
banyak suka dan duka serta pengalaman yang kami dapatkan, sukses
selalu untuk kita semua “Tangan Terkepal dan Maju Kemuka”.
13. Keluraga Besar LAMPUNG SAANDANAN Semarang, Kakanda H.
Syiarudin Amin, SH, Kakanda M.Reza Tarmizi, MS, Kakanda
M,Tholibuddin, HS, Bang Arifuddin, Bang Tonis, Bang Antoni
Wijaya, Mas Yoyo selama kebersaan kekeluargan ini banyak hal yang
bisa kami dapatkan dalam hidup ini.
14. Keluarga Besar KAMAPALA Semarang, Misbah Abidin, Indri
Puspitasari, Melia Ambarwati, Retno, Fitri Handayani, Purna Cipta
Nugraha, Aris Ginanto, kebasaran kamapala tidak akan bisa ada tanpa
kalian semua, mudah-mudahan disuatu hari nanti kita semua manjadi
orang – orang yang mendapat ridho Allah dalam golongan orang -
orang yang sukses.
15. Keluarga Besar Wisma Keadilan, Mas Suroso, Mas Halim, Kang Iwan,
Kang Wafi, Rohaidi Nuril Falah, Fuad Mubarok, Walit Rosyadi, Imam
Jazuli selama bersama banyak kenangan yang tak terlupakan dan jadi
kenangan bagi kami yang tak terlupakan.
16. Keluarga Besar Asrama Mahasiswa Lampung Semarang, Muhammad
Bahri, Ahwani, Farid, Dhofir Habibi awal keberadaan seketriat Asrama
Mahasiswa Lampung dapat kita manfaatkan untuk melakukan aktifitas
dalam pengembangan kegiatan Mahasiswa Lampung semarang yang
lebih baik.
17. Sahabat – sahabat Mahasiswa seluruh civitas akademika di lingkungan
IAIN Walisongo Semarang, penggugah dan pendorong penulis demi
terciptanya karya ini.
Semoga amal baik yang telah diberikan dapat menjadikan amal
jariyah sekaligus mendapat balasan dari Allah SWT.
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih belum
sempurna, baik dalam penyusunan atau pun bahasanya. Karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Akhirnya
penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua.
Semarang, 30 Desember 2010
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………….. iii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi
ABSTRAKSI ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .......................................................... 4
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................... 5
1.3.1. Tujuan Penelitian .................................................. 5
1.3.2. Manfaat Penelitian ................................................ 5
1.4. Tinjauan Pustaka ............................................................... 6
1.5. Metodologi Penelitian ....................................................... 8
1.5.1. Jenis Penelitian ...................................................... 8
1.5.1.1. Konseptual dan Operasional .................. 9
1.5.1.1.1. Definisi Konseptual ............................... 9
1.5.1.1.2. Definisi Operasional .............................. 10
1.5.2. Sumber dan Jenis Data .......................................... 10
1.5.2.1. Data Primer ............................................ 10
1.5.2.2. Data Sekunder ........................................ 11
1.5.3. Teknik Pengumpulan Data .................................... 13
1.6. Sistematika Penulisan ......................................................... 14
BAB II : DAKWAH, STRATEGI DAKWAH DAN MASYARAKAT
LOKAL
2.1. Strategi Dakwah ................................................................. 16
2.1.1. Pengertian Dakwah ................................................. 18
2.1.2. Landasan Hukum Dakwah ...................................... 18
2.1.3. Tujuan Dakwah ...................................................... 20
2.1.4. Unsur-Unsur Dakwah ............................................. 25
2.1.4.1. Sumber Dakwah/Pelaku Dakwah ................ 25
2.1.4.2. Obyek Dakwah ............................................ 25
2.1.4.3. Wasilah (Media Dakwah) ........................... 26
2.1.4.4. Materi Dakwah ............................................ 28
2.1.5. Metode Dakwah ...................................................... 33
2.1.6. Strategi Dakwah ...................................................... 36
2.1.6.1. Pengertian Strategi Dakwah ........................ 36
2.1.6.2. Kesuksesan Strategi Dakwah ...................... 38
2.2.6.3. Konsep Manajemen Dakwah ...................... 39
2.2. Masyarakat Lokal ............................................................... 41
2.2.1. Pengertian Masyarakat Lokal .................................. 41
BAB III : MENGENAL MASYARAKAT DAN PARA TOKOH AGAMA
DESA BURING KENCANA KECAMATAN BLAMBANGAN
PAGAR LAMPUNG UTARA
3.1. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Utara ...................... 47
3.1.1. Sejarah Kabupaten Lampung Utara ...................... 47
3.1.2. Letak Giografik ..................................................... 52
3.1.3. Bidang Pendidikan ................................................ 53
3.1.4. Kependudukan ....................................................... 56
3.1.5. Bidang Pertanian ................................................... 57
3.1.6. Perkembangan Desa .............................................. 58
3.2. Pembahasan Umum Desa Buring Kencana Kecamatan
Blambangan Pagar Lampung Utara .................................. 60
3.2.1. Sejarah Desa Buring Kencana ............................... 60
3.2.2. Letak Giografik ..................................................... 61
3.2.3. Kondisi Domografik .............................................. 61
3.3. Aktifitas Dan Strategi Dakwah Para Tokoh Agama Masyarakat
Lokal Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar
Kabupaten Lampung Utara .................................................. 63
BAB IV : TANGGAPAN PARA TOKOH AGAMA TERHADAP
PENYAMPAIAN DAKWAH ISLAM PADA MASYARAKAT
DESA BURING KENCANA KECAMATAN BLAMBANGAN
PAGAR LAMPUNG UTARA
4.1. Deskrifsi Strategi Penyampaian Dakwah Para Tokoh Agama
Masyarakat Desa Buring Kencana..................................... 68
4.2. Analisis Strategi Penyampaian Dakwah Para Tokoh Agama
Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar
Lampung Utara ................................................................. 72
4.2.1. Kesadaran Keagamaan, disebabkan Keterbatasan
Ilmu pengetahuan Tentang Agama ....................... 73
4.2.2. Kelemahan Penyampaian Dakwah, dikarenakan
Kultur Budaya dan Lingkungan ............................ 73
4.2.3. Kurangnya Sarana dan Prasarana, Perhatian
Pemerintah Setempat Kurang................................. 74
4.2.3. Faktor Yang Perlu Diperhatikan Pemerintah Dalam
Proses Penyampaian Dakwah Islam Saat Ini ......... 75
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 79
B. Saran-saran ........................................................................... 80
C. Penutup ................................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan masyarakat lokal atau pedesaan ditengah – tengah
kemajuan zaman yang semakin pesat saat ini, mendorong penyingkapan para
tokoh agama di masyarakat lokal untuk membuat pola strategi dakwah yang
lebih efektif sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini. Ditengah
keberadaan masyarakat lokal Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan
Pagar Lampung Utara, yang heterogen dan majemuk membutukhan
pemikiran serius dari para da’i, para tokoh masyarakat, tokoh adat, serta
jajaran Pemerintahan Kabupaten Lampung Utara yang terkait. Masalah yang
saat ini ada didesa Buring Kencana, merupakan masalah yang cukup lama
sudat terjadi, yaitu mulai dari awal terbentuknya desa Buring Kencana
sampai saat ini, artinya penyampaian dakwah Islam masih belum
menghasilkan system penyampaian agama Islam yang ideal dengan kontek
masyarakat desa Buring Kencana yang hetetogen
Kurang lebih 81,2 % dari wilayah Indonesia bertempat tinggal di
desa, partisipasi masyarakat pedesaan amat diperlukan dalam pembangunan
sekaligus akan dapat meningkatkan penghidupan masyarakat pedesaan.
Setiap program pembangunan desa dimaksudkan untuk membantu, dan
memacu masyarakat desa membangun berbagai sarana dan prasarana desa
yang diperlukan. Langkah atau kebijakan yang akan diambil oleh
pemerintah, dan pelaksanaan pembangunan perlu diletakan dalam sesuatu
kesatuan dengan daerah kota dalam rangka membangun wilayah yang
terpadu (Hartomo, 2001 : 239).
Posisi da’i cukup penting dalam pertumbuhan perkembangan
Islam, serta perkembangan dan kemajuan masyarakat di Indonesia. Selain
sebagai tokoh panutan, da’i dapat berperan aktif sebagai motor penggerak
perubahan sosial dari masa kemasa. Sejak zaman penjajahan hingga era
reformasi saat ini (Nurdin : 2009 : 3).
Pembangunan dalam bidang agama Islam telah dirumuskan untuk
meningkatkan kualitas umat beragama, sehingga tercipta suasana kehidupan
beragama yang penuh keimanan, ketaqwaan, dan kerukunan yang dinamis
antar umat beragama serta meningkatkan peran serta dan minat warga dalam
pembangunan berkesinambungan (Nurdin, 2009:5). Dalam pelaksanaannya,
disamping keberhasilan dalam hal tertentu, juga masih banyak kekurangan,
diantaranya tampak pada adanya kesenjangan antara taraf hidup agama di
masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan terutama di desa tertinggal.
Pengembangan masyarakat lokal sejalan dengan semangat otonomi daerah
dan aktivitasnya, dapat diawali dari peningkatan sumber daya manusia, hal
ini terkait dengan pembangunan bidang Iptek, Ekonomi, Politik, Agama,
Sosial dan Budaya. Pemberdayaan da’i secara konseptual diartikan
kumpulan tindakan yang dikembangkan oleh sekelompok da’i agar warga
sekitar dapat lebih meningkatkan iman dan taqwa keislamannya.
Keanekaragaman penganut agama, kultur budaya, suku, adat
istiadat di desa - desa menggambarkan dinamika masyarakat lebih beragam,
dalam konteks ini perlu diperhatikan ada kecenderungan pembangunan
bidang agama terjadi semakin pesat sejalan dengan pembangunan bidang
Sosial, Pendidikan, Ekonomi, Pemerintahan, Keamanan dan Ketertiban
masyarakat.
Kondisi ini dapat dipahami mengingat pembangunan bidang agama
memang merupakan bagian integral dari pengembangan kehidupan
masyarakat lokal, khususnya masyarakat pedesaan.
Pengembangan kehidupan sosial keagamaan tampak lebih maju di
masyarakat desa yang mayoritas pendatang, terbukti lebih banyaknya ragam
sarana ibadah, kelembagaan agama, penganut agama.
Seperti dalam firman Allah Swt :
¢o_ ç6≈ tƒ ÉΟÏ%r& nο 4θn=¢Á9$# ö�ãΒù& uρ Å∃ρ ã�÷è yϑø9$$ Î/ tµ÷Ρ $#uρ Ç tã Ì�s3Ζßϑø9$# ÷�É9ô¹ $# uρ 4’ n?tã
!$ tΒ y7t/$ |¹ r& ( ¨βÎ) y7Ï9≡sŒ ô ÏΒ ÇΠ ÷“ tã Í‘θãΒW{ $# ∩⊇∠∪
Artinya : Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman: 17). (Depag RI : 1993: 10).
Pada saat ini sistem penyampaian dakwah Islam pada masyarakat
lokal masih banyak yang menggunakan metode dakwah yang bersifat
tradisional, yang mana tidak sesuai dengan keadaan masyarakat saat ini.
Strategi dakwah sangat penting sekali dimana hal itu sebagai ajuan
untuk aplikasi dakwah tersebut. Dimana pada masyarakat Desa Buring
Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara, sampai saat ini
sistem penyampaian dakwah Islam masih menggunakan pola yang sangat
sederhana, serta hasil yang diharapkan kurang maksimal.
Strategi disini adalah sesuatu seni menggunakan kecakapan dan
sumber daya suatu organisasi untuk mencapai sasarannya melalui hubungan
yang efektif dan diharapkan keberagaman lingkungan dalam kondisi yang
paling menguntungkan. (J. Salusu, 1996:101).
Sehubungan uraian tersebut diatas, Penulis untuk melakukan
penelitian skripsi yang berjudul STRATEGI DAKWAH PARA TOKOH
AGAMA MASYARAKAT LOKAL (Studi Kasus Desa Buring Ken cana
Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara), bermaksud membahas
bagaimana strategi dakwah para tokoh agama masyarakat lokal khususnya
didesa Buring Kencana dan mengetahui faktor - faktor pendukung dan
kendala apa saja yang dihadapi.
1.2. Perumusan Masalah
Dari uraian permasalahan di atas dapat ditarik permasalahan yang
menjadi objek penelitian yaitu:
Sejauh mana strategi dakwah para tokoh agama mampu mendorong
keberhasilan dakwah Masyarakat Lokal Desa Buring Kencana Kecamatan
Blambangan Pagar Lampung Utara?
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui sejauh mana selama ini strategi dakwah Islam
para tokoh agama masyarakat lokal terutama di Desa Buring
Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara.
2. Untuk mengukur bagaimana meningkatkan kemampuan strategi
dan dakwah para da’i agar mampu melakukan tugas dengan baik
dan dapat mengembangkan petensi masyarakat lokal dimasa depan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam skripsi ini adalah :
a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana di bidang
keilmuan dakwah tentng fenomena problematika dakwah agama
Islam pada masyarakat lokal, yang mana keadaan masyarakat
yang heterogen.
b. Dapat lebih mendorong semangat peneliti akan pentingnya
penyampaian dakwah Islam di masyarakat scara luas, serta dapat
memberikan sumbangsih pemikiran dalam membantu pelaksaan
pembangunan Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Lampung
Utara dalam mewujudkan kemajuan agama, bangsa dan negara
secara merata.
1.4. Tinjauan Pustaka
Untuk menghindari penulisan yang sama, yang akan
mengkhatirkan terjadinya kesalahpahaman pada judul skripsi ini, maka
penulis mencantumkan skripsi yang ada kemiripan dengan apa yang akan
diteliti :
Pertama, penelitian yang dilakukan Istiqomah (2001) Yang
berjudul “Strategi Dakwah Masyumi Tahun 1945-1960 (Studi Kasus
Dakwah Melalui Organisasi Politik)”. Jenis penelitian ini adalah Kualitatif
Sejarah, sedangkan aspek yang diteliti Istiqomah adalah mengetahui sejauh
mana peran penyampaian dakwah di kalangan masyumi melalui media
politik. Metode yang dilakukan menggunakan metode sejarah dengan teknik
analisis data melalui studi kasus.
Penelitian menghasilkan kesimpulan bahwa, Dakwah merupakan
unsur-unsur rekonstruksi masyarakat dengan cara menyerukan dan
menyampaikan kepada seluruh umat manusia mengenai konsep Islam
tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini yang meliput amar
makruf nahi mungkar dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan
bernegara. Dan masyumi adalah salah satu partai politik yang menjadikan
Islam sebagai idiologinya merupakan refentasi demi perjuangan dakwah
Islam yang menggunakan politik sebagai media dakwah.
Dari hasil penelitian di atas dapat diambil pengertian Islam tidak
hanya memiliki cita-cita sosial, tetapi juga mempunyai komitmen kuat untuk
mewujudkan kemaslahatan umat dalam masyarakat berbangsa dan
bernegara.
Kedua : Penelitian yang dilakukan oleh Mafrohaton (2002) yang
berjudul “Strategi Dakwah Muslimat Nahdlatul Ulama Dalam
Memperdayakan Perempuan Di Kabupaten Tegal” . Jenis penelitian ini
adalah Penelitian kualitatif yang dimaksud yang dimaksud strategi dakwah
Muslimat NU dalam memberdayakan perempuan adalah Muslimat NU
sebagai organisasi perempuan Islam untuk membangun kemandirian dan
keberaniaan untuk melahirkan aksi-aksi strategi bagi pemberdayaan
perempuan, terutama dalam melawan berbagai diskriminasi yang
belakangan ini masih mencuat.
Ketiga : Penelitian yang dilakukan oleh Arsam (2002) yang
berjudul “Perang Badar Sebagai Metode dan Strategi Dakwah Nabi
Muhammad Saw”. Jenis penelitian ini adalah kulalitatif literer, sedang aspek
yang diteliti tentang sejarah perang badar sebagai salah satu metode dan
strategi dakwah nabi Muhammad SAW dalam menyiarkan ajaran agama
Islam pada masa itu. Dalam hal ini metode yang digunakan adalah: metode
dakwah perang badar sebagai salah satu metode yang dilakukan Nabi
Muhammad SAW pada periode Madinah, perang badar sebagai metode
dakwah bukan berarti pemaksaan terhadap agama Islam, perang badar
terjadi untuk menegakan agama Islam untuk mewujudkan perdamaian
bersama serta menghilangkan kezdoliman dimuka bumi ini, dari penelitian
di atas yang berkaitan dengan etika perang adalah.
1) Yang berhubungan dengan tentara Islam adalah taat dan patuh kepada
pimpinan mengutamakan musyawarah dan kerjasama.
2) Sedangkan yang berhubungan dengan musuh menyimpulkan, antara lain:
tidak melarikan diri, tidak membunuh wanita atau membunuh ketika
perang.
3) Serta secara keseluruhan memperlakukan tawanan dengan baik tidak
menganiaya tawanan.
Dari penjelasan ketiga penelitian di atas, hanya meneliti
mengenai masalah khusus tentang hikmah yang dapat diambil dari
sejarah dan teks dakwah Islam, yang mana diharapkan dapat menjadi
pedoman hidup.
Sedangkan penelitian yang penulis lakukan lebih spesifikasi dan
belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, yaitu STRATEGI
DAKWAH PARA TOKOH AGAMA MASYARAKAT LOKAL (Studi
Kasus Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung
Utara).
Skripsi tersebut hanya terbatas pada analisis strategi dakwah Islam
pada masyarakat ketika perang badar, serta pola strategi dakwah Islam yang
melalui jalur politik dalam penyampaian dakwah Islam, dan tidak membahas
tentang apa yang penulis teliti, yaitu analisis strategi para tokoh agama pada
masyarakat lokal pedesan yang heterogen, tentu penelitian ini akan sangat
berbeda.
1.5. Metode Penelitian
1.5.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan jenis
pendekatan kualitatif, yaitu jenis penelitian yang temuan – temuanya
tidak diperoleh dari prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif naturalistik yaitu :
analisis pengamatan data-data realistik melalui sampel studi kasus dan
pengamatan serta sumber data pada responden ( Margono, 1997: 37).
Dimana penulis menggunakan spesifikasi penelitian ini
adalah deskriptif analisis, karena pada penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak juga hipotesis atau membuat pridiksi
metode ini menguraikan dan menjelaskan Studi kasus di Desa Buring
Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara.
1.5.2 Konseptual dan Oprasional
1.5.1.1. Difinisi Konseptual
Menurut Pimay (2005 : 50) Pengertian strategai
dakwah adalah siasat, taktik, atau maneuver yang ditempuh
dalam rangka mencapai tujuan dakwah.
Menurut Hartomo (2001 : 239) Pengertian
Masyarakat Lokal adalah suatu hasil antara kegiatan
sekelompok manusia dengan lingkungannya, hasil dari
perpaduan itu ialah suatu wujud atau kenampakan di mika
bumi yang ditimbulkan oleh unsur – unsur fisiografi, social,
ekonomi, politik dan kultur yang paling berinteraksi antara
unsure tersebut dan juga dalam hubungannya dengan daerah
lain.
1.5.1.2. Difinisi Oprasional
Difinisi operasional adalah suatu definisi mengenai
variasi yang dirumuskan berdasarkan karakteristik –
karakteristik variasi yang dapat diamati (Azwar, 2001 : 74).
Supaya tidak terjadi kesalahpahaman dalam
memahami judul skripsi ini, maka peneliti merasa perlu untuk
menggambarkan dan menegaskan maksud dan pengertian
tentang keberadaan para tokoh agama dalam strategi
penyampaian dakwah Islam pada masyarakat lokal.
Berdasarkan pengertian diatas keberadaan para tokoh agama
diharapkan mampu melakukan pola – pola strategi dakwah yang
efektif dan efisien serta bertujuan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan masyarakat lokal desa Buring Kencana.
1.5.3 Sumber dan Jenis Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan sumber primer
dan sekunder :
1.5.1.3. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang
diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan
menggunakan alat pengukur atau alat pengambilan data
langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari
(Azma, 1998 : 91).
Dalam hal ini yang digunakan sebagai sumber data
primer adalah Data yang para tokoh agama Desa Buring
Kencana, para tokoh adat, tokoh masyarakat selain itu juga
pajabat terkait dilingkungan Kecamatan Blambangan Pagar
Lampung Utara, dengan cara wawancara mendalam dan
terstruktur yang menggunakan pedoman wawancara
(interview guide) dan teknik wawancara mendalam (depth
interview) serta disusun dalam bentuk pertanyaan terbuka
yang digunakan untuk memperoleh informasi - informasi
yang bersifat kualitatif
1.5.1.4. Data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang
biasanya berwujud dalam dokumentasi atau laporan yang
telah tersedia (Azwar, 1998 : 91).
Sumber data ini diperoleh penulis dari buku – buku
perpustakaan atau tulisan yang berkaitan dengan penelitiaan
ini, seperti majalah, jurnal, surat kabar dan lain – lain.
Termasuk dokumen kegiatan dakwah para tokoh agama
masyarakat desa Buring Kencana.
1.5.4 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penulisan
skripsi ini meliputi :
Field research atau field study, yaitu penelitian yang
dilakukan oleh peneliti secara langsung dilapangan terjadinya gejala –
gejala yang ada akan dibahas (Hadi, 1987 : 42).
Untuk melakukan field research selanjutnya penulis
melakukan langkah – langkah pengumpulan data dengan cara sebagai
berikut :
a. Observasi atau pengamatan yaitu : pengamatan dan pencatatan
secara sistematik tentang fenomena-fenomena yang diselidiki
(Sutrisno Hadi, 1989:176). Metode ini penulis gunakan
mendiskriftikan data yang dikumpulkan berupa catatan
pengamatan dan informasi langsung kelapangan tentang keadaan
masyarakat Desa Buring Kencana.
b. Interview atau Wawancara yaitu : pengumpulan data dengan jalan
tanya jawab sepihak yang diselidiki secara sistematik dan
berdasarkan pada tujuan penyelidik, (Sutrisni Hadi, 1989: 191).
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh informasi dari
berbagai pihak yang berhubungan dengan para tokoh agama
masyarakat lokal Desa Buring Kencana, diataranya semua tokoh
agama setempat dan perangakt Desa Buring Kencana Kecamatan
Blambangan Pagar Lampung Utara.
c. Dokumentasi yaitu : catatan peristiwa yang sudah lalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar peraturan - peraturan, kebijakan,
notulen rapat (Sugiyono, 2006: 329). Metode ini penulis gunakan
untuk memperoleh dokumen-dokumen yang berbentuk informasi
yang berhubungan dengan masyarakat Desa Buring Kencana
Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara, seperti, bentuk -
bentuk kegiatan dakwah Islam, kemasyarakatan, serta kehidupan
sehari - hari dan data tulis lainnya.
1.5.5 Teknik Analisis Data
Sebelum melakukan penelitian langkah pertama yang harus
dilakukan adalah persiapan, kemudian mengumpulkan data – data
yang tersusun secara sistematik, maka langkah selanjutnya adalah
analisis data dengan menggunakan metode diskriftif. Metode deskriftif
ini digunakan menggambarkan sifat suatu keadaan yang sementara
berjalan pada saat penelitian ini, dilakukan dan memeriksa sebab –
sebab dari gejala itu (Sevilla, 1993 : 7 ). Untuk selanjutnaya dianalisis
dengan melakukan pemeriksaan secara konseptual atas suatu
pernyataan sehingga diperoleh keselarasan arti yang terkandung dalam
pernyataan tersebut (sudarto, 1997 : 60).
Langkah – langkah yang peneliti gunakan untuk menganalisis
data yang telah terkumpul antara lain sebagai berikut :
a. Data diskriftif yang telah diperoleh baik menyangkut pelaksana
dakwah para tokoh masyarakat maupun tanggapan masyarakat
yang berupa hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang
menyangkut adanya kegiatan dakwah yang berkaitan para tokoh
agama dan masyarakat desa Buring Kencana.
b. Setelah didiskriftifkan, tahap selanjutnya menganalisis dengan
berpijak pada hasil pengamatan yang ada, yaitu dari hasil
wawancara , observasi dan dokumentasi tentang pola strategi
dakwah para tokoh masyarakat lokal desa Buring Kencana dalam
meningkatkan menyampaian dakwah islam dan faktor penghambat
yang ada.
1.6. Sistematika Skripsi
Untuk memperoleh gambaran singkat mengenai keseluruhan isi
dari skripsi ini, maka perlu penulis sampaikan secara singkat terlebih dahulu
sistematika penulisan skripsi ini yang terdiri dari lima bab, masing – masing
bab terdiri dari beberapa sub bab dengan maksud agar pembahasan rapid an
teratur. Adapun sistematika penulisan skripsi adalah sebagai berikut :
BAB I : Sebagai pintu gerbang pembuka dalam skripsi ini, sekaligus
sebagai pendahuluan, disini akan diuraikan pokok - pokok latar
belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian,
tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, sistematika
penulisan skripsi.
BAB II : Landasan teori meliputi, strategi dakwah Islam yang terdiri dari
pengertian, tujuan dan unsur – unsur, metode, kedua membahas
tentang tokoh agama masyarakat lokal desa Buring Kencana
Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara.
BAB III : Adalah bab penyajian data yang akan diteliti dalam skripsi yaitu
sejarah para tokoh agama masyarakat lokal desa Buring
Kencana, pembahasan umum tentang keberadaan tokoh agama
masyarakat lokal desa Buring Kencana, pelaksanaan dakwah
para tokoh agama desa Buring Kencana kecamatan
Blamabangan Pagar, Strategi dakwah para tokoh agama desa
Buring Kencana kecamatan Blambangan Pagar dalam
penyampaian dakwah Islam, penunjang dan penghambat
pelaksanaan dakwah para tokoh agama desa Buring Kencana
kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara.
BAB IV : Adalah bab pembahasan skripsi dari pokok masalah yang
diajukan. Dalam hal ini merupakan analisis data yang diperoleh
dari bab tiga yang akan menghasilakan telaah tentang analisis
terhadap strategi dakwah para tokoh agama desa Buring
Kencana, analisis pemacahan masalah hambatan – hambatan
dakwah para tokoh agama desa Buring Kencana Kecamatan
Blambangn Pagar Lampung Utara.
BAB V : Sebagai penutup dari keseluruhan skripsi ini. Dalam bab ini
penulis berusaha menyimpulkan hasil – hasil penelitian yang
diperoleh dari analisis dalam pembahasan bab tiga, kemudian
dirangkai dengan saran dan kritik terhadap para tokoh agama
masyarakat lokal desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan
Pagar Lampung Utara.
BAB II
DAKWAH, STRATEGI DAKWAH DAN MASYARAKAT LOKAL
2.1. Strategi Dakwah
2.1.1 Pengertian Dakwah
Dalam pengertian keagamaan, dakwah memasukkan
aktifitas tabligh (penyiaran), tatbîq (penerapan/pengamalan) dan
tandhîm (pengelolaan) (Sulthon, 2003: 15). Kata dakwah berasal dari
bahasa Arab dalam bentuk masdar (infinitif ) dari kata kerja da'â ( د��
) yad'û (���� ) di mana kata dakwah ini sekarang sudah umum
dipakai oleh pemakai bahasa Indonesia, sehingga menambah
perbendaharaan bahasa Indonesia (Munsyi, 1981: 11).
Kata da'wah (د��ة ) secara harfiah bisa diterjemahkan
menjadi: "seruan”, ajakan, panggilan, undangan, pembelaan,
permohonan (do'a) (Pimay, 2005: 13). Sedangkan secara terminologi,
banyak pendapat tentang definisi dakwah, antara lain: Ya'qub (1973:
9), dakwah adalah mengajak umat manusia dengan hikmah
kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan Rasul Nya.
Menurut Anshari (1993: 11), dakwah adalah semua aktifitas manusia
muslim di dalam berusaha merubah situasi kepada situasi yang sesuai
dengan ketentuan Allah SWT dengan disertai kesadaran dan
tanggung jawab baik terhadap dirinya sendiri, orang lain, dan
terhadap Allah SWT.
Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan
suatu proses yang berkesinambungan yang ditangani oleh para
pengemban dakwah untuk mengubah sasaran dakwah agar bersedia
masuk ke jalan Allah, dan secara bertahap menuju perikehidupan
yang Islami (Hafidhuddin, 2000: 77). Dakwah adalah setiap usaha
rekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur-unsur jahili
agar menjadi masyarakat yang Islami (Rais, 1999: 25). Oleh karena
itu Abu Zahrah menegaskan bahwa dakwah Islamiyah itu diawali
dengan amar ma'rû‘ f dan nâhî‘ munkar, maka tidak ada penafsiran
logis lain lagi mengenai makna amar ma'rû‘ f kecuali mengEsakan
Allah SWT secara sempurna, yakni mengesahkan pada zat sifat-Nya
(Zahrah, 1994: 32). Lebih jauh dari itu, pada hakikatnya dakwah
Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang dimanifestasikan
dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk
mempengaruhi cara merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia
pada dataran kenyataan individual dan sosio kultural dalam rangka
mengusahakan terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi
kehidupan dengan menggunakan cara tertentu (Achmad, 1983:2).
Keanekaragaman pendapat para ahli seperti tersebut di atas
meskipun terdapat kesamaan ataupun perbedaan-perbedaan namun
bila dikaji dan disimpulkan bahwa dakwah merupakan kegiatan yang
dilakukan secara ikhlas untuk meluruskan umat manusia menuju pada
jalan yang benar. Untuk dakwah diupayakan dapat berjalan sesuai
dengan situasi dan kondisi mad'u.
Adapun pijakan dasar pelaksanaan dakwah adalah Al-Qur'an
dan Hadits. Di dalam dua landasan normatif tersebut terdapat dalil
naqli yang ditafsirkan sebagai bentuk perintah untuk berdakwah.
Dalam al-Qur'an dan Hadits juga berisi mengenai tata cara dan
pelaksanaan kegiatan dakwah.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dakwah berarti
penyebarluasan rahmat Allah SWT. Sebagaimana banyak dijelaskan
dalam Islam dengan istilah rahmatal lil ‘alamin pembebasan,
pembangunan dan penyebarluasan ajaran Islam, berarti dakwah
merupakan proses untuk merubah kehidupan manusia atau
masyarakat dari kehidupan yang tidak Islami menjadi kehidupan
yang Islami.
2.1.2 Landasan Hukum Dakwah
Dakwah merupakan aktifitas yang sangat penting dalam
Islam, dengan dakwah, Islam dapat tersebar dan diterima oleh
manusia sebaliknya, tanpa dakwah Islam akan semakin jauh dari
masyarakat dan selanjutnya akan lenyap dari permukaan bumi dalam
dalam kehidupan masyarakat. Dakwah berfungsi menata kehidupan
yang agamis menuju kehidupan masyarakat yang harmonis dan
bahagia, ajaran Islam yang disiarkan melalui dakwah dapat
menyelamatkan manusia dan masyarakat pada umumnya dari hal-hal
yang dapat membawa pada kehancuran (Aziz, 2006 : 37).
Tugas dakwah adalah tanggung jawab bersama diantara
kaum kaum muslim baik laki-laki maupun perempuan, oleh karena
itu mereka harus saling membantu dan menegakkan dan
menyelamatkan ajaran Allah SWT serta bekerja sama dalam
memberantas kemungkaran (amar ma’ruf nahi mungkar) (Aziz,
2004: 38-39).
Dasar hukum pelaksanaan dakwah tersebut antara lain:
1. Perintah dakwah yang ditujukan kepada para utusan Allah SWT
tercantum pada Al-Quran Surat Al Maidah ayat 67:
� ي� ���� �� وإن �� ر�� �!ل إ��� أ"� %�ل �&� ا�()'ا أ�,+ � ��س إن) ا- �� ا�/)� ��0�12� وا- ��3 ر'�م �&)4�ي ا6�+
��) ا�7�
Artinya: “Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Depag, 2004: 120).
2. Perintah dakwah yang ditunjukkan kepada umat Islam secara
umum tercantum dalam Al-Qur'an Surat An-Nahl ayat 125.
8 وا�� �79��� �8 ا9�?/8 و<�د�+� ���)2= ادع إ�; ':�� ر�@�� �� أ�&:�&1 وه' �� (�B ��� �� أ�&� ه� إن) ر�)?Cأ =ه
���2+����
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan yang Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan berbantahlah kepada mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang tersesat dari jalannya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Depag, 2000: 282).
3. Perintah dakwah yang ditujukan kepada muslim yang sudah
berupa panduan praktis tercantum dalam Hadits:
�ل عD ���' �� أ�+�ب �G ��رق �I �� �&?� �� J�D ن �7/�� رأى �6��ل �(&'�3� ر'�ل ا�&)L 1&); ا�&)1 �&�1 و'
MN2? Oن �� � 1"�?&: MN2?� �� نO P��� P)�4�& �/7(ا 1:&6: �?&�(وذ�� أR�B ا�O���ن Pروا(
Artinya: Dari Qais bin Muslim dari Thariq bin Syihab dari
Abu Said berkata: saya telah mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa diantara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, apabila tidak mampu (mencegah dengan tangan) maka hendaklah ia merubah dengan lisannya, dan apabila (dengan lisan) tidak mampu maka hendaklah ia merubah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman’.(HR. Muslim) (Muslim, t.th: 50).
2.1.3 Tujuan Dakwah
Menurut Arifin (2000: 4) tujuan program kegiatan dakwah
dan penerangan agama tidak lain adalah untuk menumbuhkan
pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengalaman ajaran agama
yang dibawakan oleh aparat dakwah atau penerang agama.
Pandangan lain dari A. Hasjmy (1984: 18) tujuan dakwah Islamiyah
yaitu membentangkan jalan Allah di atas bumi agar dilalui umat
manusia. Ketika merumuskan pengertian dakwah, Amrullah Ahmad
menyinggung tujuan dakwah adalah untuk mempengaruhi cara
merasa, berpikir, bersikap, dan bertindak manusia pada dataran
individual dan sosio kultural dalam rangka terwujudnya ajaran Islam
dalam semua segi kehidupan (Ahmad, 1991: 2).
Barmawie Umary (1984: 55) merumuskan tujuan dakwah
adalah memenuhi perintah Allah SWT dan melanjutkan tersiarnya
syari'at Islam secara merata. Dakwah bertujuan untuk mengubah
sikap mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi
lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam seseorang
secara sadar dan timbul dari kemauannya sendiri tanpa merasa
terpaksa oleh apa dan siapa pun.
Salah satu tugas pokok dari Rasulullah adalah membawa
amanah suci berupa menyempurnakan akhlak yang mulia bagi
manusia. Dan akhlak yang dimaksudkan ini tidak lain adalah Al-
Qur'an itu sendiri sebab hanya kepada Al-Qur'an-lah setiap pribadi
muslim itu akan berpedoman. Atas dasar ini tujuan dakwah secara
luas, dengan sendirinya adalah menegakkan ajaran Islam kepada
setiap insan baik individu maupun masyarakat, sehingga ajaran
tersebut mampu mendorong suatu perbuatan sesuai dengan ajaran
tersebut (Tasmara, 1997: 47).
Secara umum tujuan dakwah dalam Al-Qur'an adalah: Aziz
(2004: 68).
1. Dakwah bertujuan untuk menghidupkan hati yang mati. Allah
SWT berfirman:
�/�اا'W2�:�ا�&1 و�&()'�ل إذا د��آ� ��� X ��Y(��أ�,+�ا� )١٤:ا]"��ل...(9���7�
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, patuhilah seruan Allah
dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu ...". (QS. al Anfal: 24) (Depag RI,1978: 264 ).
2. Agar manusia mendapat ampunan dan menghindarkan azab dari
Allah.
)٧: "�ح... (وإ"_= آ&)�� د���+� 42��( �+�
Artinya: Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni mereka ... (QS Nuh: 7) (Depag RI,1978: 978).
3. Untuk menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya.
��!اب C[ا ��� X��/�ه� ا�27�ب ��(�Cن ��� أ"!ل إ��� و�Y(وا�(ك �1 إ��1 أد�� �/7( D 1b��� إ")�� أ Gأ d1 و�(ت أن أ�:� ا�&
)٣٦ا�(��(وإ��1 �fب
Artinya: Orang-orang yang telah kami berikan kitab kepada mereka, bergembira dengan kitab yang telah diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan Yahudi Jang bersekutu ada yang mengingkari sebagiannya. Katakanlah: "Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali". (QS. ar Ra'd: 36) (Depag RI,1978: 375).
4. Untuk menegakkan agama dan tidak terpecah-belah.
1� �/�(Lو ���� وC�" 1� ;(L� وا�)Yي أوC�/� إ��� و �� ا��_�_� �7� )1 آ:� �ا D()�2� �� و��_��ا ا���Dأن أ ;?; و��'��(اه�� وإ�
�� ����ه� إ��1 � )١٣: ا��iرى...(�&; ا��i(آ�
Artinya: Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa Jang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya..." (QS Asy Syura: 13) (Depag RI,1978: 786).
5. Mengajak dan menuntun ke jalan yang lurus.
��62?,��/�ن(وإ")� 2����ه� إ�; L(اط k�٧٣:ا�(
Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka ke jalan yang lurus. (QS. al-Mukminun: 73) (Depag RI,1978: 534).
6. Untuk menghilangkan pagar penghalang sampainya ayat-ayat
Allah SWT ke dalam lubuk hati masyarakat.
�و�� �0�,")� �� X��ت ا�&)1 ��� إذ أ"!�3 إ��� وادع إ�; ر�_� و� �� ا��i(آ�� (�"�7�)l06٨٧: ا�(
Artinya: Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan. (QS. al-Qashshas: 87) (Depag RI,1978: 612).
Awaludin Pimay (2006 : 18 - 11), mengemukakan bahwa
tujuan dakwah adalah :
a. Tujuan Umum
Tujuan dakwah secara umum adalah penyelamat umat
manusia dari lembah kegelapan dan membawa ke tempat yang
terang dari jalan yang sesat ke jalan yang lurus, dari lembah
kemusykilan dengan segala bentuk kesengsaraan menuju kepada
tauhid yang menjadi kebahagiaan.
b. Tujuan khusus
Selain tujuan umum dakwah juga memiliki tujuan secara
khusus yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Terlaksana ajaran Islam secara keseluruhan dengan cara yang
benar dan berdasarkan keimanan sehingga terwujud masyarakat
yang menjunjung tinggi kehidupan beragama dengan
merealisasikan ajaran Islami secara positif penuh dan
menyeluruh.
2) Terwujudnya masyarakat muslim yang diidam – idamkan
dalam suatu tatanan hidup berbangsa dan bernegara, adil,
makmur, damai dan sejahtera dibawah bimbingan rahmat,
karunia dan ampunan Allah.
3) Mewujudkan sikap beragama yang benar dari masyarakat.
Abdul Rasyad Saleh (1977 : 21-27) membagi tujuan dakwah
menjadi :
a. Tujuan utama dakwah yaitu terwujudnya kebahagiaan dan
kesejahteraan di dunia dan akhirat yang diridloi Allah SWT.
b. Departmental dakwah adalah merupakan tujuan perantara. Sebagai
perantara oleh karenanya tujuan departmental berintikan nilai –
nilai yang dapat mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan
yang diridloi Allah SWT.
2.1.4 Unsur-Unsur Dakwah
Unsur-unsur dakwah adalah segala aspek yang ada sangkut
paut Nya dengan proses pelaksanaan dakwah, dan sekaligus
menyangkut tentang kelangsungan (Anshari, 1993: 103).
Unsur-unsur tersebut adalah komponen-komponen yang
terdapat dalam setiap kegiatan dakwah, unsur-unsur dakwah tersebut
adalah :
2.1.4.1 Subyek dakwah /pelaku dakwah
Subyek dakwah adalah pelaku dakwah atau pelaksana
dakwah. Pelaku dakwah itu dapat perorangan, kelompok yang
berupa lembaga organisasi atau yayasan.
Subyek dakwah dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan persiapan yang matang agar tugas yang
dibebankan itu sukses dan berhasil, dan tidak boleh larut
mengikuti keinginan mad’u, tidak pula larut dalam tradisi dan
keinginan mereka yang bertentangan dengan syariat Islam,
kaidah-kaidah, hukum-hukum dan adab-adabnya.
2.1.4.2 Obyek dakwah
Obyek dakwah atau mad’u artinya seluruh umat
manusia tanpa kecuali. Berdasarkan obyek dakwah, Dr.
Hamzah Ya’kub menggolongkan dalam 2 kelompok, yaitu :
1) Berdasarkan derajat pikiran, meliputi : berfikir kritis,
mudah dipengaruhi dan umatnya taklid.
2) Berdasarkan pekerjaan, meliputi : buruh, petani, nelayan,
seniman, pegawai dan militer (Ya’qub, 1992 : 34).
Karena sasaran dakwah adalah manusia sebagai
organisasi hidup, maka para da’i dituntut akan
kemampuannya, terutama menerjemahkan ajaran agama secara
tetap pada obyek yang menjadi sasaran.
2.1.4.3 Wasilah (Media Dakwah)
Hamka, (1984: 228-233) mengingatkan kepada
seorang da'i tentang delapan perkara sebagai berikut :
1. Hendaklah seorang da’i melihat dirinya sendiri apakah
niatnya sudah bulat dalam berdakwah. Kalau kepentingan
dakwahnya adalah untuk kepentingan diri sendiri,
popularitas, untuk kemegahan dan pujian orang, ketahuilah
bahwa pekerjaannya itu akan berhenti di tengah jalan.
Karena sudah pasti bahwa di samping orang yang
menyukai akan banyak pula yang tidak menyenangi.
2. Hendaklah seorang da’i mengerti benar soal yang akan
diucapkannya.
3. Seorang da’i harus mempunyai kepribadian yang kuat dan
teguh, tidak mudah terpengaruh oleh pandangan orang
banyak ketika memuji,dan tidak tergoncang, ketika orang-
orang melotot karena tidak senang. Jangan ada cacat pada
perangai, meskipun ada cacat jasmani.
4. Pribadinya menarik, lembut tetapi bukan lemah, tawadhu
tetapi bukan rendah diri, pemaafan tetapi disegani.
5. Seorang da’i harus mengerti pokok pegangan kita ialah Al
Qur’an dan As Sunnah, di samping itu pun harus mengerti
ilmu jiwa (Ilmu Nafs), dan mengerti adat-istiadat orang
yang hendak didakwahi.
6. Jangan membawa sikap pertentangan, jauhkan dari sesuatu
yang membawa perdebatan, sebab hal itu akan membuka
masalah khilafiyah.
7. Haruslah diinsyafi bahwa contoh teladan dalam sikap
hidup, jauh lebih berkesan kepada jiwa umat daripada
ucapan yang keluar dari mulut.
8. Hendaklah seorang da'i itu menjaga jangan sampai ada sifat
kekurangan yang akan mengurangi gengsinya dihadapan
pengikutnya.
Mad'u (obyek dakwah) terdiri dari berbagai macam
golongan manusia. Oleh karena itu, menggolongkan mad'u
sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi,
ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad'u tersebut antara
lain sebagai berikut:
1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan,
perkotaan, kota kecil, serta masyarakat di daerah marjinal
dari kota besar.
2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan
dan santri, terutama pada masyarakat Jawa.
3. Dari segi tingkatan usia, ada golongan anak-anak, remaja,
dan golongan orang tua.
4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang seniman,
buruh, pegawai negeri.
5. Dari segi tingkatan sosial ekonomis, ada golongan kaya,
menengah, dan miskin.
6. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.
7. Dari segi khusus ada masyarakat tunasusila, tunawisma,
tuna-karya, narapidana, dan sebagainya (Arifin, 2000: 3).
2.1.4.4 Materi Dakwah
Materi dakwah adalah pesan yang disampaikan oleh
da’i kepada mad’u yang mengandung kebenaran dan kebaikan
bagi manusia yang bersumber Al-Qur'an dan Hadits. Oleh
karena itu membahas maddah dakwah adalah membahas
ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat
luas, bisa dijadikan sebagai maddah dakwah Islam (Ali Aziz,
2004: 194).
Materi dakwah, tidak lain adalah al-Islam yang
bersumber dari al-Qur'an dan Hadits sebagai sumber utama
yang meliputi akidah, syari'ah dan akhlak dengan berbagai
macam cabang ilmu yang diperoleh darinya (Wardi Bachtiar,
1997: 33). Maddah atau materi dakwah dapat diklasifikasikan
ke dalam tiga masalah pokok, yaitu sebagai berikut (M.Daud
Ali, 2000: 133-135, Asmuni Syukir, 1983: 60-63):
a. Masalah Akidah
Akidah secara etimologi adalah ikatan, sangkutan.
Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi
sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Dalam
pengertian teknisnya adalah iman atau keyakinan. Karena
itu akidah Islam dikaitkan dengan rukun iman yang
menjadi azaz seluruh ajaran Islam.
b. Masalah Syari’ah
Syari’at dalam Islam erat hubungannya dengan
amal lahir (nyata) dalam rangka menta’ati semua peraturan
atau hukum Allah SWT guna mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup manusia
dengan manusia. Syari’ah dibagi menjadi dua bidang, yaitu
ibadah dan muamalah. Ibadah adalah cara manusia
berhubungan dengan Tuhan, sedangkan mu"amalah adalah
ketetapan Allah yang berlangsung dengan kehidupan sosial
manusia. Seperti hukum warisan, rumah tangga, jual beli,
kepemimpinan dan amal-amal lainnya.
c. Masalah Akhlak
Akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang
secara etimologi berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku, atau tabiat. Akhlak bisa berarti positif dan bisa pula
negatif. Yang termasuk positif adalah akhlak yang sifatnya
benar, amanah, sabar, dan sifat baik lainnya. Sedangkan
yang negatif adalah akhlak yang sifatnya buruk, seperti
sombong, dendam, dengki dan kiamat.
Akhlak tidak hanya berhubungan dengan Sang
Khalik namun juga dengan makhluk hidup seperti dengan
manusia, hewan dan tumbuhan. Akhlak terhadap manusia
contohnya akhlak dengan Rasulullah, orang tua, diri
sendiri, keluarga, tetangga, dan masyarakat. (M.Daud Ali,
1997: 357).
Akhlak terhadap Rasulullah antara lain
1. Mencintai Rasul secara tulus dengan mengikuti semua
sunnah-Nya.
2. Menjadikan Rasul sebagai idola, suri tauladan dalam
hidup dan kehidupan
3. Menjalankan apa yang disuruh, tidak melakukan apa
yang dilarang
Akhlak terhadap orang tua antara lain :
a. Mencintai mereka melebihi cinta pada kerabat lainnya
b. Merendahkan diri kepada keduanya
c. Berkomunikasi dengan orang tua dengan hikmat
d. Berbuat baik kepada Bapak Ibu
e. Mendoakan keselamatan dan keampunan bagi mereka,
akhlak terhadap diri sendiri antara lain :
1. Memelihara kesucian diri
2. Menutup aurat
3. Jujur dalam perkataan dan perbuatan
4. Ikhlas
5. Sabar
6. Rendah diri
7. Malu melakukan perbuatan jahat.
Akhlak terhadap keluarga antara lain:
1. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam
kehidupan keluarga
2. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
3. Berbakti kepada Ibu Bapak
4. Memelihara hubungan silaturahmi
Akhlak terhadap tetangga antara lain :
1. Saling menjunjung
2. Saling bantu diwaktu senang dan susah
3. Saling memberi
4. Saling menghormati
5. Menghindari pertengkaran dan permusuhan
Akhlak terhadap masyarakat antara lain :
1. Memuliakan tamu
2. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat,
3. Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa
4. Menganjurkan anggota masyarakat termasuk diri sendiri
berbuat baik dan mencegah diri sendiri dan orang lain
berbuat jahat/mungkar.
5. Memberi fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup
dan kehidupannya.
6. Bermusyawarah dalam segala urusan mengenai
kepentingan bersama.
7. Menunaikan amanah dengan jalan melaksanakan
kepercayaan yang diberikan seseorang atau masyarakat
kepada kita.
8. Dan menepati janji.
Akhlak terhadap lingkungan hidup antara lain :
a. Sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup
b. Menjaga dan memanfaatkan alam terutama flora dan
fauna
c. Sayang pada sesama makhluk.
2.1.5 Metode Dakwah
Metode dakwah adalah suatu ilmu yang membicarakan
tentang cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan
dakwah (Dzikron, 1980 : 9).
Metode dakwah dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
a. Metode dakwah bil – lisan
Metode dakwah dengan menggunakan pendekatan lisan yang lebih
menuju kepada tata cara penyampaian dakwah, dimana dakwah
lebih berorientasi kepada ceramah, pidato, tatap muka, dan
sebagainya.
b. Metode dakwah Bil – hal
Metode dakwah yang mengarah kepada mempengaruhi dan
mengajak orang atau kelompok manusia dengan ketelatenan dan
amal perbuatan yang kongkrit untuk mengembangkan diri dan
masyarakat dalam rangka mewujudkan tata social , ekonomi dan
kebutuhan lain: lebih baik menurut tuntunan Islam dengan menaruh
perhatian yang lebih besar terhadap masalah – masalah
kemasyarakatan. Misalnya : kemiskinan, kebodohan dan
keterbelakangan dalam bentuk amal nyata.
Arifin (2003: 65) dalam bukunya yang berjudul: Ilmu
Pendidikan Islam, menyatakan: metode berasal dari dua perkataan
yaitu meta dan hodos. Meta berarti "melalui", dan "hodos" berarti
"jalan atau cara". Dengan demikian asal kata "metode" berarti suatu
jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Munsyi (1982: 29)
mengartikan metode sebagai cara untuk menyampaikan sesuatu.
Sedangkan dalam metodologi pengajaran ajaran Islam disebutkan
bahwa metode adalah "Suatu cara yang sistematis dan umum terutama
dalam mencari kebenaran ilmiah".
Menurut Pius Partanto (1994: 461) metode adalah cara yang
sistematis dan teratur untuk pelaksanaan suatu atau cara kerja. Dakwah
adalah cara yang digunakan subyek dakwah untuk menyampaikan
materi dakwah atau biasa diartikan metode dakwah adalah cara-cara
yang dipergunakan oleh seorang da'i untuk menyampaikan materi
dakwah yaitu al-Islam atau serentetan kegiatan untuk mencapai tujuan
tertentu.
Sementara itu dalam komunikasi, metode dakwah ini lebih
dikenal sebagai approach, yaitu cara-cara yang dilakukan oleh seorang
da'i atau komunikator untuk mencapai suatu tujuan tertentu atas dasar
hikmah dan kasih sayang (Tasmara, 1997: 43). Dengan kata lain,
pendekatan dakwah harus bertumpu pada satu pandangan human
oriented menetapkan penghargaan yang mulia pada diri manusia. Hal
tersebut didasari karena Islam sebagai agama salam yang menebarkan
rasa damai menempatkan manusia pada prioritas utama, artinya
penghargaan manusia itu tidaklah di beda-bedakan menurut ras, suku,
dan lain sebagainya. Sebagaimana yang tersirat dalam QS. al-Isra' 70;
"Kami telah muliakan Bani Adam (manusia) dan Kami bawa mereka
itu di daratan dan di lautan. Kami juga memberikan kepada mereka
dan segala rezeki yang baik-baik. Mereka juga Kami lebihkan
kedudukannya dari seluruh makhluk yang lain" (Depag RI,1978: 435).
Metode dakwah adalah jalan atau cara yang dipakai juru
dakwah untuk menyampaikan ajaran materi dakwah (Islam). Dalam
menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting
peranannya, suatu pesan walaupun baik, tetapi disampaikan lewat
metode yang tidak benar, pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima
pesan. Maka dari itu kejelian dan kebijakan juru dakwah dalam
memilih dalam memakai metode sangat mempengaruhi kelancaran dan
keberhasilan dakwah. Ketika membahas tentang metode dakwah pada
umumnya merujuk pada surah an-Nahl (QS.16:125).
=��)2= ه�د�+� �?/8 و<8 ا9�8 وا����@�79��� �:�� ر�_' ;ادع إ� ���2+���� �� أ�&:�&1 وه' �� (�B ��� �� أ�&� ه� إن) ر�)?Cأ
)١٢٥: ا�/�9( Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (Depag RI,1978: 421).
Dalam ayat ini, metode dakwah ada tiga, yaitu: a) hikmah b)
mau'izah al-hasanah c) mujadalah billati hiya ahsan.
2.1.6 Strategi Dakwah
2.1.6.1 Pengertian Strategi Dakwah
Strategi berasal dari Yunani “Strategos” atau
“Strategis” dengan kata jamak strategi yang berarti Jendral,
tetapi dalam yunani kuno berarti perwira Negara dengan
fungsi yang luas (Salusu, 1985 : 85).
Strategi adalah suatu rencana yang cermat mengenai
kegiatan untuk mencapai sasaran dan tujuan khusus (Pusat
Pengembangan dan Pengembangan Bahasa, 1994 : 964).
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa strategi adalah aktivitas menentukan cara bertindak
atau rencana kegiatan jangka panjang atau pemilihan bidang
kegiatan yang akan dilakukan. Disamping itu, dari pengertian
tersebut jug adapt didefinisikan beberapa ciri strategi sebagai
berikut : Pertama : Strategi selalu memfokuskan perhatiahan
pada tujuan yang ingin dicapai. Kedua : Strategi memusatkan
perhatian pada gerak dan langkah yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Ketiga: Strategi sangat
memperhatikan analisis gerak, analisis aksi, analisis dinamika.
Keempat: Strategi sangat memperhitungkan faktor lingkungan.
Baik eksternal maupun internal. Kelima: Strategi sangat
memperhatikan faktor waktu. Keenam : Strategi berusaha
menemukan masalah yang dihadapi, kemudian mengadakan
analisis mengenai berbagai kemungkinan yang timbul serta
menempatkan pilihan-pilihan dan langkah-langkah dalam
rangka mencapai tujuan. Ketujuh: Strategi memusatkan
perhatian pada kekuatan yang dimiliki (Shaleh, 2005 : 34).
Dakwah adalah aktifitas menyampirkan ajaran Islam,
menyuruh perbuatan baik dan perbuatan yang menkar, serta
member kabar gembira dan peringatan bagi manusia (Munir,
2006 : 17).
Dengan demikian strategi dakwah dapat diartikan
sebagai proses menentukan cara dan daya upaya untuk
menghadapi sasaran dakwah dalam situasi dan kondisi tertentu
guna mencapai tujuan dakwah secara optimal. Dengan kata
lain strategi dakwah adalah siasat, taktik, atau maneuver yang
ditempuh dalam rangka mencapai tujuan dakwah (Pimay, 2005
: 50).
Dinamika sejarah dan kemajuan teknik manusia
sudah demikian tingginya dan kemajuan berfikir sudah begitu
jauhnya. Para juru dakwah Islam perlu muka baru dengan
wajah terang, konsep perjuangan cita, dan keyakinan yang
bulat dan sempurna. Dan perlu adanya garis perjuangan,
strategi umum yang diletakan dalam memperjuangkan cita,
agar tidak ada kesimpangsiuran dalam perjuangan (Anshary,
1984 : 60).
Selanjutnya, strategi dakwah Islam sebaiknya
direncanakan untuk lebih memberikan tekanan pada usaha-
usaha memberdayakan umat, baik memberdayakan ekonomi,
politik, budaya, maupun pendidikan, karena itu, dakwah masa
depan mengagendakan beberapa hal antara lain: pertama :
mendasarkan proses dakwah pada pemihakan kepada
kepentingan masyarakat. Kedua : mengintensifkan dialog dan
menjaga ketertiban masyarakat guna membangun kesadaran
kritis untuk memperbaiki keadaan. Ketiga : memfasilitasi
masyarakat agar mampu memecahkan masalah sendiri serta
mampu melakukan transformasi sosial yang mereka
kehendaki. Keempat : menjadikan dakwah sebagai pendidikan
dan pengembangan potensi masyarakat, sehingga masyarakat
akan terbebas dari kejahilan dan kedhaifan (Pimay, 2005 : 55).
2.1.6.2 Kesuksesan strategi dakwah
Para juru dakwah perlu menjamin bahwa strategi
yang mereka susun dapat berhasil dengan meyakinkan,
sehingga menemukan kesuksesan. Untuk itu Haffen
berpendapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kesuksesan strategi :
1) Strategi harus konsisten dengan lingkungan, jangan
melawan aus, ikutilah arus perkembangan dalam
masyarakat.
2) Setiap orang tidak hanya berbuat satu staregi tergantung
ruang lingkup kegiatan.
3) Strategi yang efektif hendaknya memfokuskan dan
menyatukan semua sumber daya dan tidak
menceraiberaikan antara yang satu dengan yang liannya.
4) Strategi hendaknya memfokuskan pada apa yang
merupakan kekuatanya dan tidak pada titik-titik yang justru
pada kelemahannya.
5) Sumber daya adalah suatu kritik, mengingat strategi adalah
sesatu yang mungkin dibuat yang memang layak dan dapat
dilaksanakan.
6) Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak
perlu besar.
7) Strategi hendaknya disusun diatas landasan keberhasilan
yang dicapai.
8) Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan
adanya dukungan dari pihak-pihak yang terkait (Salusu,
1996 : 108).
2.1.6.3 Konsep Manajemen Dakwah
Dakwah yang dikonsepkan, direncanakan dan disusun
dengan baik dan cermat dapat membuat pelaksana yang
disebut strengths. Maksudnya manajemen yang diterapkan
secara benar sesuai dengan sasaran yang dikonsepkan atau
direncanakan sedangkan dakwah yang strategis harus
memperhatikan hal-hal berikut yang lebih dikenal dengan
istilah “SWOT”, yaitu :
1) Strengths (kekuatan), adalah factor kekuatan yang dimiliki
oleh suatu organisasi antara lain : SDM, Citra positif,
kepercayaan berbagi pihak, dan sebagainya.
2) Weaknesses (kelemahan), adalah keterbatasan atau
kekurangan dalam hal sumber, ketrampilan dan
kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi kinerja
organisasi yang memuaskan.
3) Opportunities (peluang), adalah berbagi situasi lingkungan
yang menguntungkan.
4) Threats (ancaman), adalah faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan, jika tidak diatasi akan terjadi ganjalan
untuk masa sekarang atau masa depan (Sondang, 2003 :
172-173).
SWOT merupakan identifikasi berbagi faktor secara
sistematik untuk merumuskan strategi, karena analisis SWOT
ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities) namun,
secara bersamaan dapat menimbulkan kelemahan
(weaknesses) dan ancaman (threats) (Fredy, 1998 : 19).
Proses pengambilan keputusan strategi selalu
berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, dan kebijakan-
kebijakan. Dengan demikian perencanaan (strategic planner)
harus menganalisis faktor-faktor seperti kelemahan, kekuatan,
peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada saat ini dan
model yang pas dalam menghadapi situasi saat ini adalah
dengan analisis “SWOT”. Sebab analisis ini membandingkan
antara faktor eksternal peluang (opportunities), ancaman
(threats), dengan faktor internal, kekuatan (strengths), dan
kelemahan (weaknesses).
2.2. Masyarakat Lokal
2.2.1 Pengertian Masyarakat Lokal
a. Arti Masyarakat
Masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, Perhimpunan
orang yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan –
ikatan antara aturan yang teratur ( Puerwodarminto 2001 : 88).
Adapun beberapa definisi masyarakat antara lain, yaitu :
1) Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan, bahwa
masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup
lama hidup berkerja sama, sehingga mereka itu dapat
mengorganisasikan dirinya dan pikiran tentang dirinya sebagai
satu kesatuan social dengan batasan – batasan tertentu.
2) M.J Heskovits, bahwa masyarakat adalah kelompok individu
yang diorganisasikan yang mengikuti satu cara hidup tertentu.
3) J.L Gilin J.P mengatakan, bahwa masyarakat itu adalah
kelompok masyarakat yang terbesar mempunyai kebiasaan,
tradisi sikap dan perasaan persatuan yang sama, masyarakat itu
meliputi pengelompokan – pengelompokan kecil.
4) S.R Steinmetz memberikan batasan tentang masyarakat sebagai
kelompok manusia terbesar yang meliputi pengelompokan –
pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai erat
dan teratur.
5) Menurut Mac Iver, bahwa masyarakat adalah satu system
daripada cara kerja dan prosedur, dari pada otoritas dan saling
saling bantu membantu yang meliputi kelompok – kelompok dan
bagian – bagian social lain, system dari pengawasan tingkah laku
manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks yang selalu
berubah atau jaringan – jaringan dari relasi social itulah yang
dinamakan masyarakat.
Sedangkan dalam arti luas yang dimaksud dengan masyarakat
adalah keseluruhan hubungan – hubungan dalam hidup bersama
dengan tidak dibatasi dengan lingkungan, bangsa dan lain – lain,
atau keseluruhan dari semua hubungan dalam hidup bermasyarakat.
Dalam arti sempit masyarakat ialah sekelompok manusia yang
dibatasi oleh aspek – aspek tertentu umpamanya : territorial, bangsa,
golongan dan sebagianya, maka ada masyarakat Jawa, masyarakat
Sunda, masyararakat Minang, masyarakat Batak dan lain – lain.
Dalam ilmu sosiologi kita mengenal ada dua macam
masyarakat, yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat
petambayan. Masyarakat paguyuban terdapat hubungan pribadi
antara anggota- anggota yang menimbulkan suatu ikatan batin antara
mereka. Kalau pada masyarakat patambayan terdapat hubungan
pamrih antara anggota-angota nya.
c. Unsur-unsur suatu masyarakat
Ada beberapa unsur – unsur masyarakat, yaitu :
a. Harus ada perkumpulan manusia dan harus banyak
b. Telaah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah
tertentu.
c. Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur masyarakat
untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan bersama.
Bila dipandang cara terbentuk nya masyarakat, yaitu :
1. Masyarakat paksaan,misalnya negara, masyarakat tawanan
2. Masyarakat merdeka
a). Masyarakat nature, yaitu masyarakat yang terjadi dengan
sendiri nya, seperti: gerombolan (harde), suku (stam), yang
bertalian karena hubungan darah atau keturunan.
b). Masyarakat kultur, yaitu masyarakat yang terjadi karena
kepentingan keduniaan atau kepercayaan.
Masyarakat dipandang dari sudut Antropologi terdapat
dua type masyarakat. yaitu :
1) Masyarakat kecil yang belum begitu kompleks, belum
mengenal pembagian kerja, belum mengenal tulisan, dan
tehknologi nya sederhana.
2) Masyarakat sudah kompleks, yang sudah jauh menjalankan
spesialisasi dalam segala barmasyarakat bidang, kerena
pengetahuan modern sudah maju,tehknologi pun sudah
berkembang,dan sudah mengenaltulisan.
Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup, yaitu :
a) Hasrat sosial: adalah merupakan hasrat yang ada pada setiap
individu untuk menghubungkan dirinya kepada individu lain
atau kelompok
b) Hasrat untuk mempertahankan diri: adalah hasrat untuk
mempertahankan diri dari berbagai pengaruh luar yang
mungkin datang kepada nya, sehingga individu tersebut
Faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup
bermasyarakat perlu bergabung dengan individu lain atau
kelompok.
c) Hasrat berjuang adalah: hasrat ini dapat kita lihat pada
adanya persaingan, keinginan membantah pendapat orang
lain. Sehingga mereka mengadakan persatuan untuk
mencapai tujuan, yaitu tujuan bersama.
d) Hasrat harga diri adalah: rasa harga diri merupakan hasrat
pada seseorang untuk menganggap atau bertindak atas diri
nya lebih tinggi dari pada orang lain, karena mereka ingin
mendapat penghargaan yang selayaknya.
e) Hasrat meniru adalah: hasrat untuk menyatakan secara
diam-diam atau terang-terangan sebagian dari salah satu
gajala atau tindakan.
f) Hasrat bergaul: hasrat untuk bergabung dengan orang-orang
tertentu,kelompok tertentu, atau masyarakat tertentu dalam
suatu masyarakat.
g) Hasrat untuk mendapat kan kebebasan adalah: hasrat ini
tampak jelas pada tindakan-tindakan manusia bila mendapat
kekangan-kekagan atau pembatasan-pembatasan.
h) Hasrat untuk memberitahukan adalah: hasrat untuk
menyampaikan perasaan-perasaan kepada orang lain
biasanya disampaikan dengan suara atau isyarat
i) Hasrat simpat adalah: kesanggupan untuk dengan langsung
turut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
Dalam ilmu antropologi, ada dua tipe masyarakat, yaitu ;
1) Masyarakat kecil yang belum terlalu kompleks, yang belum
mengenal pembagian kerja, belum mengenal tulisan, dan
teknologinya relative sederhana, serta masyarakat yang
struktur dan aspek – aspeknya masih dapat dipelajari
sebagai satu kesatuan.
2) Masyarakat yang sudah kompleks, yang sudah jauh
menjalankan spesialisasi dalam segala bidang, karena ilmu
pengetahuan sudah modern dan maju, teknologi maju, sudah
mengenal tulisan, satu masyarakat yang sukar dilihat
sekaligus segi–segi kegiatannya, dan hanya diselidiki
dengan baik dan didapati sebagian saja (Soerjono Soekanto:
1982: 171).
BAB III
MENGENAL MASYARAKAT DAN STRATEGI DAKWAH PARA TOKOH
AGAMA DESA BURING KENCANA KECAMATAN BLAMBANGAN PA GAR
LAMPUNG UTARA
3.1. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Utara
3.1.1. Sejarah Kabupaten Lampung Utara
Kabupaten Lampung Utara (Lampura) telah menempuh sejarah
yang panjang, berliku, dan dinamis. Situs online Pemda Lampura
(www.lampungutara.go.id) menjelaskan pada awal masa
kemerdekaan, berdasarkan UU No. 1 tahun 1945, Lampura merupakan
wilayah administratif di bawah Keresidenan Lampung yang terbagi
atas beberapa kewedenan, kecamatan dan marga.
Pemerintahan marga dihapuskan dengan Peraturan Residen 3
Desember 1952 Nomor 153/1952, dan dibentuklah “Negeri” yang
menggantikan status marga dengan pemberian hak otonomi
sepenuhnya berkedudukan di bawah kecamatan. Dengan terjadinya
pemekaran beberapa kecamatan, terjadilah suatu negeri di bawah
beberapa kecamatan, sehingga dalam tugas pemerintahan sering terjadi
benturan. Status pemerintahan negeri dan kewedanan juga dihapuskan
dengan berlakunya UU No. 18 tahun 1965.
Berdasarkan UU No. 4 Drt tahun 1965 juncto UU No. 28 tahun
1959 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten - Kabupaten
dalam Lingkungan Sumatera Selatan, terbentuklah Kabupaten
Lampura dibawah Propinsi Sumatera Selatan. Dengan terbentuknya
Propinsi Lampung berdasarkan UU No. 14 tahun 1964 maka
Kabupaten Lampura masuk sebagai bagian dari Propinsi Lampung.
Kabupaten Lampura telah mengalami tiga kali pemekaran
sehingga wilayah yang semula seluas 19.368,50 Km2 kini tinggal
2.725,63 Km2. Pemekaran wilayah pertama terjadi dengan
terbentuknya Kabupaten Lampung Barat berdasarkan UU No. 6 tahun
1991, sehinga Wilayah Lampura berkurang 6 kecamatan yaitu :
Sumber Jaya, Balik Bukit, Belalau, Pesisir Tengah, Pesisir Selatan dan
Pesisir Utara.
Pemekaran kedua tejadi dengan terbentuknya Kabupaten
Tulang Bawang berdasarkan UU No. 2 tahun 1997. Wilayah Lampura
kembali mengalami pengurangan sebanyak 4 kecamatan yaitu :
Menggala, Mesuji, Tulang Bawang Tengah dan Tulang Bawang Udik.
Pemekaran ketiga terjadi dengan terbentuknya Kabupaten Way Kanan
berdasarkan UU No. 12 tahun 1999. Lampura kembali berkurang 6
kecamatan yaitu: Blambangan Umpu, Pakuan Ratu, Bahuga, Baradatu,
Banjit dan Kasui. Kabupaten Lampura, saat ini tinggal 8 kecamatan
yaitu: Kotabumi, Abung Selatan, Abung Timur, Abung Barat, Sungkai
Selatan, Sungkai Utara, Tanjung Raja dan Bukit Kemuning.
Berdasarkan Perda No. 20 tahun 2000 jumlah kecamatan di
mekarkan menjadi 16 kecamatan dengan mendefinitifkan 8 kecamatan
pembantu yaitu : Kotabumi Utara, Kotabumi Selatan, Abung Semuli,
Abung Surakarta, Abung Tengah, Abung Tinggi, Bunga Mayang dan
Muara Sungkai. Sedangkan hari kelahiran Kabupaten Lampura Sikep
ini, setelah melalui berbagai kajian, Berdasarkan Perda Nomor 8 tahun
2006 tanggal 15 Agustus 2006 telah dimekarkan kembali 7 kecamatan
yang baru yaitu sebagai berikut :
1. Kecamatan Hulu Sungkai ibukota Gedung Maripat
2. Kecamatan Sungkai Tengah ibukota Batu Nangkop
3. Kecamatan Sungkai Barat ibukota Sinar Harapan
4. Kecamatan Sungkai Jaya ibukota Cempaka
5. Kecamatan Abung Pekurun ibukota Pekurun
6. Kecamatan Abung Kunang ibukota Aji Kagungan
7. Kecamatan Blambangan Pagar ibukota Blambangan
Sehingga saat ini di Lampung Utara menjadi 23 kecamatan.
Sejak berdiri hingga sekarang telah 16 orang putra terbaik memimpin
kabupaten Lampung Utara :
1. Burhanudin
2. Ahmad Akuan
3. Zainal Abidin Pagar Alam
4. Raden Sarikun
5. Raden Sumbaji
6. Pangeran Ingguan ( 1959 – 1960 )
7. A. Somad ( 1960 – 1965 )8. M. Syarif ( 1965 – 1967 )
9. A. Rivai ( 1967 – 1972 )
10. TRA Syukri ( 1972 – 1973 )
11. Djuaini Ahmad ( 1973 – 1978 )
12. Masno Asmono ( 1978 – 1988 )
13. Djufri A.H. Adam ( 1989 – 1994 )
14. Ahmad Gumbira ( 1994 – 1998 )
15. Hairi Fasyah ( 1998 – 2009 )-Drs.Zainal Abidin, MM (2002 –2009)
17. Drs.Zainal Abidin, MM - Rohimat Aslam (2009 – 2014 )
Berdasarkan Perda No. 20 tahun 2000 jumlah kecamatan di
mekarkan menjadi 16 kecamatan dengan mendefinitifkan 8 kecamatan
pembantu yaitu :
1) Kotabumi Utara
2) Kotabumi Selatan
3) Abung Semuli
4) Abung Surakarta
5) Abung Tengah
6) Abung Tinggi
7) Bunga Mayang
8) Muara Sungkai
Sedangkan hari kelahiran Kabupaten Lampura Sikep ini,
setelah melalui berbagai kajian, disepakati jatuh tanggal 15 Juni 1946
dan ini disyahkan dalam Perda Nomor 6 tahun 2002. Sehingga saat ini
di Lampung Utara menjadi 23 kecamatan, yaitu :
1) Kecamatan Abung Barat
2) Kecamatan Abung Kunang
3) Kecamatan Abung Surakata
4) Kecamatan Abung Pekurun
5) Kecamatan Abung Semuli
6) Kecamatan Abung Tengah
7) Kecamatan Abung Timur
8) Kecamatan Abung Tinggi
9) Kecamatan Blambangan Pagar
10) Kecamatan Bukit Kemuning
11) Kecamatan Bunga Mayang
12) Kecamatan Hulu Sungkai
13) Kecamatan Kotabumi Kota
14) Kecamatan Kotabumi Selatan
15) Kecamatan Kotabumi Utara
16) Kecamatan Muara Sungkai
17) Kecamatan Sungkai Barat
18) Kecamatan Sungkai Jaya
19) Kecamatan Sungkai Selatan
20) Kecamatan Sungkai Tengah
21) Kecamatan Sungkai Utara
22) Kecamatan Tanjung Raja
3.1.2. Letak Giografik
Secara geografis kabupaten Lampung Utara terletak pada 104'
40 sampai 105'08 bujur timur dan 4'34 sampai 5'06 lintang selatan
dengan batas - batas wilayah sebagai berikut :
1 . Sebelah Utara dengan Kabupaten Way Kanan
2 . Sebelah Selatan dengan Kabupaten Lampung Tengah
3 . Sebelah Timur dengan Kabupaten Tulang Bawang
4 . Sebelah Barat dengan Kabupaten Lampung Barat
Berdasar kan perda nomor 08 tahun 2006 wilayah kabupten
Lampung Utara pada tahun 2006 di mekarkan menjadi 23 kecamatan
dan 247 desa / kelurahan . luas wilayah kabupaten Lampung Utara
272.563 Ha yang terdiri dari :
1. Kecamatan Bukit Kemuning
2. Kecamatan Abung Tinggi
3. Kecamatan Tanjung Raja
4. Kecamatan Abung Barat
5. Kecamatan Abung Tengah
6. Kecamatan abung kunang
7. Kecamatan abung pekurun
8. Kecamatan Kotabumi
9. Kecamatan Kotabumi Utara
10. Kecamatan Kotabumi Selatan
11. Kecamatan Abung Selatan
12. Kecamatan Abung Semuli
13. Kecamatan Blambangan Pagar
14. Kecamatan Abung Timur
15. Kecamatan Abung Surakarta
16. Kecamatan Sungkai Selatan
17. Kecamatan Muara Sungkai.
18. Kecamatan Bunga Mayang
19. Kecamatan Sungkai Barat
20. Kecamatan Sungkai Jaya
21. Kecamatan Sungkai Utara
22. Kecamatan Hulu Sungkai
23. Kecamatan Sungkai tengah
Wilayah kabupaten Lampung Utara merupakan daerah
agraris dengan mata pencaharian pokok penduduknya di sektor
pertanian
3.1.3. Bidang pendidikan
Data dalam bidang pendidikan kabupaten Lampung Utara,
yaitu : Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid menurut Status Sekolah
dan Tingkat Pendidikan di Kabupaten Lampung Utara tahun 2007-
2008.
Tabel. 1
Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid menurut Status Sekolah dan Tingkat
Pendidikan di Kabupaten Lampung Utara tahun 2007-2008
Status/Tingkat Sekolah Sekolah Gedung/Un
it Ruang Kelas
Guru/ Dosen
Murid Siswa
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
I N E G E R I
1 TK 3 3 5 14 132
2 SD Sederajat 417 834 3.150 3.591 77.344
3 SMP Sederajat 62 106 536 1.416 21.054
4 SMU Sederajat 22 60 247 838 9.943
5 Perguruan Tinggi - - - - -
II S w a s t a
1 TK 98 98 172 312 3.658
2 SD Sederajat 12 19 96 84 2.124
3 SMP Sederajat 42 83 166 615 5.860
4 SMU Sederajat 39 45 233 857 8.194
5 Perguruan Tinggi 4 - - 210 3.291
Jumlah - Total 699 1.248 4.605 7.937 131.60
0
2007 693 1.240 4.550 7.649 129.78
4
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab Lampung Utara
Tabel. 2
Banyaknya Kepala Sekolah, Guru Umum, Agama, Orkes dan Penjaga
Sekolah Dasar Negeri Per Kecamatan di Kabupaten Lampung Utara
Tahun 2008-2009.
Kecamatan Kepala Sekolah
Guru Umum
Guru Agama
Guru Orkes
Jumlah Penjaga
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Bukit Kemuning 20 118 10 7 135 7
2 Abung Tinggi 13 41 7 3 51 5
3 Tanjung Raja 32 82 17 14 113 6
4 Abung Barat 18 144 15 12 171 3
5 Abung Tengah 13 84 15 8 107 4
6 Abung Kunang 9 36 6 1 43 -
7 Abung Pekurun 10 32 2 - 34 2
8 Kotabumi 30 411 44 14 469 14
9 Kotabumi Utara 23 172 32 20 224 17
10 Kotabumi Selatan 33 433 59 25 517 20
11 Abung Selatan 28 254 28 21 303 9
12 Abung Semuli 16 107 18 11 136 12
13 Blambangan Pagar
11 87 10 7 104 10
14 Abung Timur 26 202 22 22 246 13
15 Abung Surakarta 17 125 19 15 159 4
16 Sungkai Selatan 18 115 9 8 132 10
17 Bunga Mayang 18 146 18 11 175 13
18 Muara Sungkai 12 75 11 - 93 6
19 Sungkai Barat 12 75 6 6 87 2
20 Sungkai Jaya 7 27 - - 27 2
21 Sungkai Utara 28 98 12 9 119 6
22 Hulu Sungkai 12 107 9 4 120 4
23 Sungkai Tengah 11 22 2 2 26 6
Jumlah 417 2.993 371 227 3.591 175
2007 417 2.970 360 210 3.540 170
Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Lampung Utara
3.1.4. Bidang kependudukan
Berdasarkan hasil estimasi penduduk, jumlah penduduk
Kabupaten Lampung Utara tahun 2008 sebesar 588.334 jiwa. dari
total penduduk tersebut, 50,75 persen atau sebanyak 289.760 jiwa
perempuan. dengan demikian rasio jenis kelamin penduduk Lampung
Utara sebesar 103,04.
Dengan luas wilayah 2.725,63 km kepadatan penduduk
Kabupaten Lampung Utara mencapai 216 jiwa per km.Berdasarkan
data dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Lampung Utara,
terdapat 123 perusahaan dan sebagian besar bergerak pada sektor
perdagangan. jumlah buruh yang dipekerjakan untuk seluruh
perusaan tersebut sebanyak 5.646 orang.
Tabel. 3
Tabel Luas Wilayah Jumlah Penduduk Dan Kepadatan Penduduk Per
Km Kabupaten Lampung Utara Tahun 2007 - 2008
Kecamatan Luas Km
Jumlah Penduduk
Kepadatan Penduduk Per Km
(1) (2) (3) (4)
1 Bukit Kemuning 114.98 35.559 309.26
2 Abung Tinggi 133.06 16.149 121.37
3 Tanjung Raja 331.70 30.639 92.37
4 Abung Barat 60.05 18.861 313.93
5 Abung Tengah 91.93 16.223 176.47
6 Abung Kunang 40.20 14.431 358.98
7 Abung Pekurun 183.47 13.606 74.16
8 Kotabumi 59.11 51.812 876.54
9 Kotabumi Utara 175.19 26.597 151.82
10 Kotabumi Selatan 104.22 56.315 540.35
11 Abung Selatan 141.36 43.659 308.85
12 Abung Semuli 96.88 21.958 226.65
13 Blambangan Pagar
191.39 16.773 87.64
14 Abung Timur 104.47 41.205 394.42
15 Abung Surakarta 110.51 27.761 251.21
16 Sungkai Selatan 89.65 21.433 239.07
17 Bunga Mayang 125.76 33.516 266.51
18 Muara Sungkai 118.69 15.677 132.08
19 Sungkai Barat 68.96 14.386 208.61
20 Sungkai Jaya 52.20 11.238 226.78
21 Sungkai Utara 127.59 31.666 248.19
22 Hulu Sungkai 92.63 13.911 150.18
23 Sungkai Tengah 111.60 14.359 128.66 Sumber : Badan Pengembangan Masyarakat Desa Kab.Lampung Utara
3.1.5. Bidang pertanian
Tabel. 4
Jumlah kepala keluarga tani dan luas lahan menurut jenisnya per
kecamatan di Kabupaten Lampung Utara Tahun 2007-2008
Kecamatan Kepala Keluarga
Tani Jenis Lahan (Ha)
Sawah Kering
(1) (2) (3) (4)
1 Bukit Kemuning 484 278 11.220
2 Abung Tinggi 1.101 478 12.828
3 Tanjung Raja 1.839 724 32.446
4 Abung Barat 1.356 283 5.725
5 Abung Tengah 634 1.265 7.928
6 Abung Kunang 628 125 3.895
7 Abung Pekurun 233 60 18.287
8 Kotabumi 1.026 203 5.708
9 Kotabumi Utara 946 537 16.982
10 Kotabumi Selatan 1.541 164 10.258
11 Abung Selatan 2.172 706 13.430
12 Abung Semuli 1.991 1.713 7.975
13 Blambangan Pagar
2.003 808 18.331
14 Abung Timur 3.712 3.430 7.017
15 Abung Surakarta 2.628 2.458 8.593
16 Sungkai Selatan 1.002 246 8.719
17 Bunga Mayang 1.143 695 11.881
18 Muara Sungkai 1.892 700 11.169
19 Sungkai Barat 368 230 6.666
20 Sungkai Jaya 178 390 4.830
21 Sungkai Utara 2.109 279 12.480
22 Hulu Sungkai 869 170 9.093
23 Sungkai Tengah 648 290 10.870
Jumlah / Total 30.503 16.232 256.331
2007 30.213 16.232 256.331
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Lampung Utara
3.1.6. Perkembangan Desa
Administrasi Pemerintahan Kabupaten Lampung Utara pada
tahun 2008 terdiri atas 23 kecamatan dan 232 desa dan 15 kelurahan.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten
Lampung Utara hasil pemilu 2004 terdiri dari 6 orang anggota Fraksi
PDI Perjuangan, 11 orang anggota Fraksi Golongan Karya, 13 orang
anggota Fraksi Pembaharuan, 5 orang anggota Fraksi Partai Keadilan
Sejahtera, 6 orang anggota Fraksi PAN dan 4 orang anggota Fraksi
Demokrat.
Tabel. 5
Banyaknya desa di kabupaten Lampung Utara menurut tingkat
perkembangan desa per kecamatan tahun 2008-2009
Kecamatan Swadaya Swakarya Swasembada Persiapan Jumlah
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1 Bukit Kemuning 5 2 1 - 8
2 Abung Tinggi 7 1 - - 8
3 Tanjung Raja 15 4 - - 19
4 Abung Barat 13 1 - - 14
5 Abung Tengah 11 - - - 11
6 Abung Kunang 7 - - - 7
7 Abung Pekurun 9 - - - 9
8 Kotabumi 3 9 1 - 13
9 Kotabumi Utara 6 1 1 - 8
10 Kotabumi Selatan 7 6 1 - 14
11 Abung Selatan 14 1 1 - 16
12 Abung Semuli 5 1 1 - 7
13 Blambangan Pagar
7 - - - 7
14 Abung Timur 10 2 - - 12
15 Abung Surakarta 4 5 - - 9
16 Sungkai Selatan 9 2 - - 11
17 Bunga Mayang 11 - - - 11
18 Muara Sungkai 11 - - - 11
19 Sungkai Barat 10 - - - 10
20 Sungkai Jaya 8 1 - - 9
21 Sungkai Utara 12 3 - - 15
22 Hulu Sungkai 10 - - - 10
23 Sungkai Tengah 8 - - - 8
Jumlah Total 202 39 6 - 247
2008 174 39 6 28 247
Sumber : Badan Pengembangan Masyarakat Desa Kab.Lampung Utara
3.2. Gambaran Umum Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan
Pagar Lampung Utara
3.2.1 Sejarah Desa Buring kencana
Desa Buring Kencana awal mulanya merupakan wilayah
dataran luas yang dimiliki keluarga besar bapak Permata Alamsyah,
sekitar tahun 70an tanah – tanah yang dimiliki keluarga Permata
Alamsyah di jual satu demi satu kepada masyarakat pendatang
khususnya dari pulau Jawa dengan harga yang murah waktu itu,
dikarenakan tradisi masyarakat pribumi suka berpindah – pindah
tempat.
Tahun 1970-1975 jumlah pendatang dari pulau Jawa bertambah
banyak, sehingga pada tahun 1975 dikukuhkanya daerah itu menjadi
Desa Buring dengan Kecamatan Abung Selatan. Proses pembentukan
Desa Buring menjadi Buring Kencana pada tahun 2006 yaitu menjadi
Buring Kencana dengan Kecamatan Blambangan Pagar. Desa Buring
sebagai salah satu desa kultur masyarakat pendatang dan pribumi
yang terletak di Kecamatan Blambangan Pagar Kabupaten Lampung
Utara. Desa Buring Kencana yang berbatasan dengan arah sebagai
berikut :
- Sebelah utara desa berbatasan dengan desa Bumi Rahayu
- Sebelah timur berbatasan dengan desa Papan Asri
- Sebalah barat berbatasan dengan desa Semuli Raya
- Sebalah selatan berbatasan dengan desa Talang Seluwai
3.2.2 Letak Giorafik
Desa Buring Kencana merupakan salah satu desa di wilayah
Kecamatan Blambang Pagar Kabupaten Lampung Utara. Letak
geografisnya 1500 - 450 2 – 1090 -200 10 BT dan antara 40 200 150 –
40 25-12 020 LS. Adapun batas-batas wilayah Desa Buring Kencana
sebelah Utara: desa Bumi Rahayu, Sebelah timur: desa Papan Asri,
Sebelah barat: desa Semuli Raya, sebalah selatan: desa Talang
Seluwai.
Luas wilayah desa Buring Kencana adalah 235.605 Ha (24,45
km2). Terdiri dari 2 dusun, 2 RW, 12 Rt serta 513 kk (Bps desa
buring kencana 2008-2009).
3.2.3 Kondisi Demografis
Penduduk di desa Buring Kencana pada tahun 2008-2009
sebanyak 2.320.2 orang
a. Jenis kelamin
Tabel.6
Jumlah menurut jenis kelamin di desa buring kencana tahun 2008-
2009 (Bps, 2009 : 21).
No Rt Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Rt 1, Rw 1 95 103 198
2 Rt 2, Rw 1 85 115 200
3 Rt 3, Rw 1 102 100 202
4 Rt 4, Rw 1 80 90 170
5 Rt 5, Rw 1 98 90 188
6 Rt 6, Rw 1 110 80 190
7 Rt 1, Rw 2 56 130 180
8 Rt 2, Rw 2 120 80 200
9 Rt 3, Rw 2 115 65 180
10 Rt 4, Rw 2 87 107 194
11 Rt 5, Rw 2 130 100 230
12 Rt 6, Rw 2 86 95 188
Jumlah 2.320 orang
b. Pendidikan
Sarana dan prasarana yang ada di desa saat ini hanya
sebagian saja yang baru ada. Hal ini terbukti dengan frekunsi
masyarakat yang menempuh pendidikan formal, antara lain:
No Kategori pendidikan Jumlah
1 Tidak/ belum sekolah 265
2 Tidak tamat SD 152
3 Tamat SD 805
4 Tamat SLTP 185
5 Tamat SMU 98
6 Tamat Perguruan Tinggi 8
c. Mata pencaharian
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Buruh Bangunan 58
2 Buruh Industri -
3 Buruh tani 89
4 Nelayan -
5 Pedagang 20
6 Pegawai negeri, Polri, Tni 9
7 Pengangkutan 38
8 Pengusaha 4
9 Pensiunan 5
10 Perkebunan 205
11 Petani 289
12 Lain-lain 307
3.3. Aktifitas Dan Strategi Dakwah Para Toko Agama Masyarakat Desa
Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara
Dalam melaksanakan dakwah islam para tokoh agama desa burin
kencana melakukan beberapa bentuk kegiatan – kegiatan dakwah islam
dalam rangka untuk kesuksesan kegiatan dakwh islam di desa buring
kencana baru sampai saat ini. Aktifitas kegiatan penyampaian dakwah islam
yang dilakukan ada yang dilaksanakan di masjid, mushola, serta rumah
warga, ada 5 tokoh agama yang selama ini terus berupaya melaksanakan
dakwah islam yaitu,
1) Bapak Hasbulloh, 2) Kyai Abdul Halim, 3) Kyai
Muhammad Sopyan, 4) Bapak Suhana, 5) Bapak Busri Alamsyah. Dari
kelima tokoh agama masyarakt desa buring kencana, bentuk – bentuk
kegiatan yang dilaksanakan :
Kegiatan sholat jamah 5 waktu dimasjid atau mushola, ngaji sesudah
sholat magrib di masjid atau mushalla serta di rumah warga, pengajian tahil
dan yasin bapak – bapak pada malam yang disepakaiti tiap lingkungan
masjid atau mushalla, kegiatan ngaji anak – anak 2 kali dalam 1 minggu
pada hari sabtu dan minggu di lingkungan masjid atau mushola yang
ditentukan.
Sedangkan jumlah tempat ibadah yang ada di desa buring kencana
adalah sebagai berikut :
1. Masjid Al- Khoiriyah,
Terletak di Rt 02 Rt 02 Desa Buring Kencana Kecamatan
Blambnagan Pagar Lampung Utara.
Struktur pengurus Masjid Al – Khoiriyah
Pelindung : Kepala Desa Buring Kencana
Ketua Takmir : Kyai Muhammad Sopyan
Wakil takmir : Bapak Halimi
Sekretaris : Bapak Pamuji Widodo
Wakil sekretaris : Nur Shaid
Bendahara : Sumiran
Seksi dakwah : - Tugio
- Abdul karim
Seksi humas : Wahid
Seksi pembangunan : El Man
2. Masjid al- Hikmah,
Terletak di Rt 01 Rt 01 Desa Buring Kencana Balabnagn Pagar
Lampung Utara,
Struktur Pengurus Masjid Al – Hikmah
Pelindung : Kepala Desa Buring Kencana
Ketua Takmir : Bapak Hasbulloh
Wakil Takmir : Bapak Yurni
Sekretaris : Bapak Abdul Karim
Wakil Sekretaris : Romdhon
Bendahara : Bapak Gunwan
Seksi Dakwah : Supriyadi
Muhammad Sahlan
Seksi Humas : Bapak Mirzan
Seksi Pembangunan : Bapak Rozikan
3. Mulholla Al - Iman
Terletak di Rt 02 Rw 01 Desa Buring Kencana Kecamatan
Blambangan Pagar Lampung Utara.
Struktur pengurus musollah al – iman
Pelindung : Kepala Desa Buring Kencana
Ketua Takmir : Bapak Suhana
Wakil Takmir : Bapak Paimin
Sekretaris : Adek Saifullah
Wakil Sekretaris : Dadang
Bendahara : Mang Engkos
Seksi Dakwah : Mamat
Seksi Humas : Rudi Irawan
Seksi Pembangunan : Bapak Sarji
Bapak Sumitro
4. Musholla Al - Hidayah
Terletak di Rt 05 Rw 01 Desa Buring Kencana Kecamatan
Blambnagan Pagar Lampung Utara.
Struktur pengurus musollah Al – Iman
Pelindung : Kepala Desa Buring Kencana
Ketua Takmir : Kyai Abdul Halim
Wakil Takmir : Bapak Zainuri
Sekretaris : Bapak Sigit Irawan
Wakil Sekretaris : Karno
Bendahara : Bapak Bambang Setiawan
Seksi Dakwah : Turiman
Sugen
Seksi Humas : Samsudin
Seksi Pembangunan : Bapak Warno
5. Mushollah Ar-Rohman
Terletak di Rt 05 Rw 02 desa Buring Kencana Kecamatan
Blambnagan Pagar Lampung Utara, Yaitu :
Struktur Pengurus Musollah Al – Iman
Pelindung : Kepala Desa Buring Kencana
Ketua Takmir : Bapak Busri Alamsyah
Wakil Takmir : Bapak Suyatno
Sekretaris : Jumari
Wakil Sekretaris : Triswanto
Bendahara : Bapak Sujono
Seksi Dakwah : Marwan
Bapak Narwo
Seksi Humas : Bapak Jimat
Seksi Pembangunan : Bapak Handoko
Dari uraian diatas, merupakan bagian dari sktuktur kepengurusan
masjid atau muslollah di Desa Buring Kencana Kecamatn Balmbang Pagar
Lampung Utara ( Dokomen desa Buring kencana tahun 2008-2009).
BAB IV
TANGGAPAN PARA TOKOH AGAMA TERHADAP STRATEGI
DAKWAH ISLAM PADA MASYARAKAT DESA BURING KENCANA
KECAMATAN BLAMBANGAN PAGAR LAMPUNG UTARA
4.1 Diskripsi Strategi Penyampaian Dakwah Para Tokoh Agama Masyarakat
Desa Buring Kencana
1. Abah Hasbulloh (53 tahun), memberikan tanggapan terhadap strategi
penyampaian dakwah Islam pada masyarakat desa Buring Kencana
Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara selama ini, yaitu :
Sebagai orang awal yang tiba di desa Buring Kencana, ia tinggal di Rt 01/
Rw 01, yaitu merupakan masyarakat yang mayoritas ditempati masyarakat
pribumi atau Lampung sendiri, ia berupaya melakukan penyampaian
ajaran Islam dengan berbagai kegiatan – kegiatan ke Islam yang ada,
diantaranya :
a) Kegiatan sholat jama’ah 5 waktu
b) Pengajian bapak – bapak dan Ibu
c) Tadarusan Al- Qur’an di Masjid
Dari beberapa kegiatan tersebut, khususnya di sekitar wilayah Rt
01 Rw 01 hanya sebagian saja yang mengikuti kegiatan tersebut, pada hal
kegiatan itu rutin dilakukan. Menurut abah Hasbullah, masyarakat disini
rasa kesadaran akan pentingnya ibadah, apalagi masyarakat pribumi
sendiri terbelakang tentang pengetahuan agama, kita sudah berupaya
melakukan strategi pendekatan lewat pak lurah, tokoh agama yang lain,
tapi namanya karakter susah untuk diatur, jadi saat ini saja masyarakat
masih beranggapan ilmu agama tidak begitu penting.
Bentuk Strategi dakwah yang bapak Hasbollah lakukan biasa aja,
bentuk kegiatanya tidak tersusun serta jamaahnya kebanyakan dari
kalangan ibu-ibu. Dari jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan ke
Islaman yang dilakukan abah Hasbulloh sekitar 30 %.
2. Kiai Abdul Halim (35 tahun), menjelaskan bahwa: para tokoh agama
dalam penyampaian strategi dakwah Islam di desa Buring Kencana
Kecamatan Balmbangan Pagar Lampung Utara ini harus banyak
Istiqomah, Sabar, Tekun. Sebab, masyarakat susah untuk diajak beribadah
serta melakukan ajaran – ajaran Islam yang sesuai dengan Al–Qur’an dan
Hadist, ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya, antara lain :
a) Kurangnya pemahaman tentang pentingnya Ilmu Agama.
b) Mayoritas disini masyarakat pendatang dari pulau Jawa, yang
membawa keyakinan dan kepercayaan masing – masing dan berbeda –
beda.
c) Masyarakat disini kecenderungan melakukan kegiatan yang tidak
banyak aturannya.
d) Terbawa dengan lingkungan masyarakat pribumi yang berkarekter
keras, susah diatur, menang sendiri, tidak mau disalahkan. Dengan
berbekal Ilmu Agama selama ngaji di Ponpes dulu, beliau terus
berupaya melakukan kegiatan–kegiatan dakwah Islam pada
masyarakat, kegiatan tetap jalan, namun jama’ahnya hanya beberapa
yang orang yang datang.
Dalam Strategi dakwah bapak kyai Abdul Halim hanya bisa dan
dilakukan dengan bentuk kesabaran, telaten sebab masyarakat Buring
Kencana banyak terdapat suku-suku yang ada, jadi strategi yang digunakan
adalah sabar. Kemudian dari jumlah masyarakat yang mengikuti kegiatan
keagamaan yang di adakan bapak kyai Abdul Halim dihitung dari
presentasinya masyarakat 40 % jamaah.
3. Bapak Kiai Muhammad Sopyan (45 tahun), memberikan tanggapan,
bahwa: masyarakat Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar
Lampung Utara disini tergolong masyarakat yang banyak masalah, banyak
suku, yang pasti susah untuk diarahkan. Apa lagi dalam penyampaian
dakwah Islam susah sekali untuk mendatangkan orang yang mau
beribadah, kita termasuk orang pendatang yang pertama kali datang di
desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara ini,
sudah berupaya melakukan strategi penyampaian dakwah Islam dengan
segala apa yang kami bisa kami lakukan, namun masyarakat disini sudah
terpengaruh dengan pola – pola kehidupan masyarakat pribumi. Jadi
kadang kala bentuk kesukuan Jawa nya sudah berubah dan berbaur dengan
masyarakat disini, Jadi untuk meluruskan susah dan perlu kesabaran yang
besar.
Strategi yang dilakukan bapak Muhammad Sopyan dalam strategi
penyampaian dakwah Islam di Desa Buring Kencana bersifat tradisional,
hal ini disebabkan karena masyarakat desa Buring Kencana majemuk serta
banyak budaya yang ada. Bentuk kegiatan Islam berjalan biasa saja, pola
ini diterapkan supaya kegiatan ke Islaman berjalan tanpa menghilangkan
adat budaya masyarakat yang ada, hal ini seperti contoh strategi dakwah
yang dilakukan para wali songo. Dalam tingkat keberhasilan masyarakat
desa Buring Kencana yang mengikuti kegiatan dakwah Islam bapak Kyai
Muhammad Sopyan 30 %.
4. Bapak Busri Alamsyah (32 tahun), tokoh agama masyarakat dan kepala
dusun (Kadus), memberikan tanggapan: sejarah desa Buring dulu awalnya,
kemudian pada tahun 2000 diganti menjadi Buring Kencana sehubungan
dengan menjadi bagian dari kecamatan Blambangan Pagar, yang mana
sebelumnya ikut kecamatan Tanjung Iman, desa Buring bukan wilayah
tujuan Transmigrasi, tetapi masyarakat pendatang, yang mana datang
dengan membeli tanah dari para tokoh – tokoh adat Lampung yang
menjual puluhan hektar tanahnya karena sudah tidak menghendaki tanah
ini. Jadi berkaitan dengan penyampaian dakwah Islam disini, kebanyakan
dilakukan oleh masyarakat pendatang, yang mayoritas datang dari pulau
Jawa, kultur budaya, lingkungan, masyarakat yang bermacam – macam
menjadi problematika dalam penyampaian dakwah Islam, kami sudah
upayakan melakukan pendekatan dengan masyarakat ketika ada kegiatan –
kegiatan di kelurahan atau pun di kecamatan tentang bagaimana
melakukan penyampaian dakwah Islam untuk masyarakat di desa Buring
Kencana, tapi saat ini hanya seberapa saja yang mau menjalankan kegiatan
keagamaan. Dan juga jarak tempuh untuk ke ibukota kabupaten Lampung
Utara yang berada di Koatabumi cukup jauh, hal ini menjadi perhatian dari
pemerintah daerah Kabupaten Lampung Utara berkurang, berkaitan
dengan prasarana dan sarana yang ada sangat minim.
Selama ini strategi dakwah yang dilakukan bapak Busri Alamsyah
biasa aja, kondisi yang beliau rasakan pada masyarakat di sini susah untuk
di arahkan. Kemudian pengetahuan tentang agama Islam sangat minim
serta perhatian orang tua terhadap anaknya kurang. Dan dari jumlah
masyarakat yang mau mengikuti kegaiataan keagamaan 30 %, dan
kebanyakan jamaahnya dari kalangan ibu-ibu serta bentuknya seperti
arisan dan lain-lain.
5. Bapak Suhana (40 tahun), memberikan tanggapan: masyarakat Buring
Kencana, yang berpendidikan tinggi hanya beberapa orang saja, ditambah
lagi ada masyarakat pendatang dan pribumi, yang sama – sama membawa
keyakinan dan kebiasaan yang berbeda, kami sudah tinggal di desa Buring
Kencan ini sudah dari tahun 1980, fenomena masyarakat berkaitan dengan
beribadah lumayan sulit, yang jelas faktor lingkungan yang menjadi
masalahnya, dari kegiatan – kegiatan keagamaan yang kami lakukan
disekitar masyarakat Rt 02 Rw 01 sampai saat ini masih berjalan, yaitu :
Tahlil dan Yasin tiap malam jum’at, pengajian ibu tiap malam senin,
namun dari jumlah jamaah yang ada 60 orang hanya 10-15 orang, kadang
juga 5 orang, serta juga diliburkan sebab tidak ada orang, masyarakat
disini susah untuk diajak mengutamakan ibadahnya.
Tanggapan ini merupakan faktor penghambat pelaksanaan
penyampaian strategi dakwah para tokoh agama masyarakat desa Buring
Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara.
Dalam hal ini strategi dakwah yang digunakan bapak Suhana sifatanya
mengalir saja, tujuanya supaya kegiatan agama Islam tetap ada. Untuk
tingkat keberhasilan dakwah bapak Suhana 30 %, ini dihitung dari jumlah
masyarakat yang mengikuti kegiatan keagaman.
4.2 Analisis Strategi Penyampaian Dakwah Para Tokoh Agama Desa Buring
Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara
Strategi penyampaian dakwah yang dilakukan para tokoh agama
masyarakat di desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung
Utara, sebagai tokoh agama pelaksanan dakwah Islam banyak permasalahan
yang dihadapi selama ini.
Hal itu antara lain, terlihat dari berbagi kegiatan dakwah yang
dilaksanakan dari beberapa tahun yang lalu sudah dilakukan dengan berbagai
daya dan upaya, baik penyampaian dakwah yang secara langsung atau pun
melalui berbagi pendekatan melalui lembaga kemasyarakatan tingkat desa
maupun kecamataan, namun dari bentuk kegiatan pengajian rutin bapak-
bapak, ibu-ibu, pengajian di Masjid, Mushalla dan lain-lain yang dilakukan
baru seberapa saja yang mengikuti kegiatan – kegiatan ke Agama an.
Berpijak dari hal tersebut para tokoh agama berupaya melakukan
berbagi bentuk strategi penyampaian dakwah agama Islam pada masyarakat
Buring Kencana kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara yang berupa
kegiatan dakwah Islam secara langsung kepada seluruh masyarakat setempat
melalui forum umum di desa atau individu. Karena disini masyarakatnya
terdiri dari masyarakat pendatang dan masyarakat pribumi atau Lampung,
dimana di dalam penyampaian dakwah Islam mengalami problem – problem
kendala, adapun problem – problem tersebut dapat penulis jabarkan sebagai
berikut :
4.2.1 Kesadaran Keagamaan, Disebabkan Keterbatasan Ilmu
Pengetahuan Tentang Keagamaan
Kegiatan dakwah Islam haruslah diiringi dengan beberapa
bentuk unsur pendukung dalam kegiatan dakwah Islam, kesadaran
tentang bidang keagamaan memang faktor penting untuk mewujudkan
keberhasilan dalam penyampaian dakwah Islam.
Pada masyarakat desa Buring Kencana, yang merupakan desa
rintisan dari kultur masyarakat yang dihuni oleh masyarakat pendatang
dan pribumi, yang mana masyarakat pribumi yang pada tataran
pendidikan sangat kurang diperhatikan atau minim, terutama dalam
bidang pendidikan, hal ini terbentuk karena sistem kemasyarakatan
adat dalam masyarakat pribumi yang masih suka hidup berpindah –
pindah pada dahulu, sehingga sampai saat ini kebiasaan tersebut masih
ada, dan efek yang ditimbulkan perhatian dam pendidikan dan
keagamaannya berkurang.
4.2.2 Kelemahan Penyamapain Dakwah, Dikarnekan Kultur Budaya
Dan Lingkungan
Materi dakwah atau pesan dakwah Islam merupakan bahan
dalam menyampaikan pesan – pesan dakwah. Menurut Solikhati dalam
(Agus Wahyu, 1998:145), pada dasarnya dakwah tidak berbeda
dengan proses komunikasi, dimana unsure yang terlibat didalamnya
sama, satu hal yang membedakan proses komunikasi dakwah, yaitu
pesan (message) nya. Jika pesan (massage) bersifat umun, maka
dakwah adalah bersumber dari Al- Qur’an dan Hadist.
Materi penyampain dakwah Islam ini berkenaan dengan kultur
masyarakat desa Buring Kencana, yang mana kultur budaya serta
lingkungan masyarakat yang tidak mendukung, yaitu antara suku
pendatang atau pribumi Lampung sendiri.
Berkaitan dengan hal tersebut, para tokoh agama masyarakat
desa Buring Kencana sudah berusaha melakukan bentuk – bentuk
penyampaian dakwah Islam kepada masyarakat sekitar.
Dengan adanya problem penyampaian dakwah Islam di desa
Buring Kencana yang disebabkan kultur budaya dan lingkungan yang
majemuk, maka kecenderungan masyarakat untuk mengikuti kegiatan
keagamaan sedikit jumlahnya.
4.2.3 Faktor Yang Perlu Diperhatikan Pemerintah Kabupaten
Lampung Utara Dalam Proses Strategi Penyampaian Dakwah
Islam Saat Ini
Pada era reformasi sekarang ini tantangan sekaligus peluang
bagi syair Islam (dakwah Islamiyah) dalam merumuskan strategi
penyampaian dakwah. Para mubalig, aktivis, dan umat Islam pada
umumnya, yang mewajibkan secara Syar’i melakukan dakwah
Islamiyah, selain itu tetap harus melakukan dakwah bi lisan (ceramah
tabligh khutbah) dan dakwah bil hal (memberdayakan masyarakat
secara nyata, keteladanaan pribadi) (Asep Romli,199 : 94).
Pada sistem strategi penyampaian dakwah secara langsung
disini memerlukan saran dan prasarana pendukung dalam melakukan
syair Islam, ini menjadi penting untuk mewujudkan sistem
penyampaian dakwah Islam lebih efektif. Hanya terdapat beberapa
jumlah tempat ibadah yang ada di desa Buring Kencana saat ini,
artinya dari luas desa jumlah penduduk membutuhkan sarana
pendukung yang lebih untuk mempermudah proses penyampaian
dakwah Islam. Dalam penyampian dakwah Islam para tokoh agama
masyarakat Desa Buring Kencana mengalami kendala antara lain,
Yaitu:
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan menjadi hambatan tersendiri dalam
penyampaian dakwah Islam, karena factor lingkungan disebabkan
karena kecenderungan masyarakat pendatang dan pribumi sedikit
sekali yang mau untuk menjalankan tuntutan agama Islam, mereka
lebih disibukkan dengan kesibukan dunia sehari –hari yang
mayoritas berkebun.
Menghadapi faktor seperti ini, para tokoh agama masyarakat
Desa Buring Kencana melakukan bentuk – bentuk strategi
pendekatan secara langsung atau personal atau pun melakukan
strategi penyampaian Dakwah Islam melalui kegiatan – kegiatan di
Masjid, Mushalla dan lain –lain. Dalam hal ini perangkat desa
Buring Kencana juga sudah berupaya membantu para tokoh agama
dalam pemaksaan strategi penyampaian dakwah Islam yang
bertujuan untuk mewujudkan desa Buring Kencana yang ramai
dengan suasana kegiatan –kegiatan Islami. Dengan demikian faktor
lingkungan menjadi kendala yang serius dalam strategi dakwah
Islam, untuk itu para tokoh agama setempat serta tokoh masyarakat
desa Buring Kencana tidak henti – hentinya melakukan
penyampaian kepada masyarakat akan pentingnya ibadah sebagai
pedoman hidup dengan cara mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada
di Masjid atau Mushalla serta kegiatan yang ada di lingkungan RT/
RW.
b. Faktor Pendidikan
Kurangnya pengetahuan masyarakat Desa Buring Kencana
dalam bidang pendidikan formal atau pun non formal, menjadi
salah satu faktor penghambat dalam pelaksana strategi
penyampaian dakwah Islam para tokoh agama desa Buring
Kencana. Dalam hal ini para tokoh agama masyarakat desa Buring
Kencana berupaya melakukan strategi dakwah Islam dengan
menggunakan metode sederhana, tujuannya supaya masyarakat
mudah untuk menerimanya. Untuk mensiasatinya para tokoh
agama dan perangkat desa Buring Kencana menjembatani dengan
mengadakan kegiatan bidang pendidikan formal atau non formal.
Diantaranya: mengadakan pembelajaran baca tulis Al-Qur’an
tingkat dasar tiap hari minggu sore di Masjid atau Mushalla, serta
kegiatan formal kerjasama dengan pemerintah setempat dalam
proses belajar kejar paket C yang dilaksanakan pada hari sabtu dan
minggu di sekolah SD Buring Kencana, dalam hal ini diharapkan
dapat mendorong kemajuan serta menciptakan SDM masyarakat
Buring Kencana lebih baik serta tujuan dakwah Islam seta
pembangunan dapat lebih mudah terwujud.
c. Faktor Sarana Dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di desa Buring Kencana
Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara saat ini sangat
terbatas dan kurang. Ini dapat di lihat dari Masjid dan Mushalla
yang ada, sehingga masyarakat yang mau melaksanakan ibadah
atau mengikuti kegiatan jarak tempuhnya, masyarakat yang mau ke
Masjid harus berjalan kaki sekitar 20 menit untuk sampai di
Masjid.
Hal ini menjadi salah satu faktor kendala tersendiri para
tokoh agama dan masyarakat desa Buring Kencana dalam strategi
penyampaian Dakwah Islam, ke depan akan mengupayakan dalam
membantu bagaimana sarana dan prasarana ibadah bisa terwujud
serta tidak terlalu jauh dari masyarakat yang akan melaksanakan
ibadah.
d. Kurangnya motivasi dari orang tua
Para tokoh agama masyarakat desa Buring Kencana dalam
pelaksanaan dakwah Islam mengalami hambatan kurangnya
dukungan para anak –anak dari orang tua mereka, sehingga anak
dibiarkan begitu saja dalam kegiatan belajar agama, ini terlihat
tanpa adanya arahan serta motivasi dari orang tua, para orang tua
disibukkan dengan aktifitas kerja sehari –hari, mulai dari berangkat
berkebun dari pagi sampai sore, sehingga malamnya sudah
istirahat, karena seharian sudah bekerja sehingga perhatian untuk
memotivasi anaknya tidak ada.
Faktor ini menjadi penghambat yang sangat penting dalam
proses strategi dakwah Islam para tokoh agama masyarakat desa
Buring Kencana, berbagai upaya yang coba dilakukan para tokoh
agama dalam melakukan pelaksanaan strategi dakwah adalah
dengan mengundang para orang tua wali santri untuk membantu
dalam proses belajar anak – anak mereka baik pendidikan formal
atau pun non formal. Dengan adanya uraian tentang strategi
dakwah Islam para tokoh agama masyarakat lokal dalam
penyampaian dakwah Islam di desa Buring Kencana, maka para
tokoh agama masyarakat desa Buring Kencana serta perangkat
masyarakat telah berupaya melakukan beberapa bentuk kegiatan
kepada masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung,
baik melalui pendekatan secara formal maupun non formal yang
bertujuan menciptakan suasana agamis serta dapat membantu
proses pembangunan serta kemajuan desa Buring Kencana.
Meningkatnya jumlah penduduk desa Buring Kencana dari
tahun ketahun menjadi tantangan tersendiri para tokoh agama dan
perangkat masyarakat desa Buring Kencana untuk pemaksaan
dakwah Islam yang lebih baik, sehingga cita-cita untuk
terbentuknya masyarakat yang maju dalam bidang agama,
pendidikan, pembangunan serta tatanan masyarakat di desa Buring
Kencana Kecamatan Blambangan pagar Lampung Utara terwujud.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan skripsi yang berjudul “ STRATEGI
DAKWAH PARA TOKOH AGAMA MASYARAKAT LOKAL (Studi
Kasus Desa Buring Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung
Utara) “ . Sebagai hasil penelitian maka penulis simpulkan sebagai berikut :
1. Para tokoh agama masyarakat desa Buring Kencana Kecamatan
Blambangan Pagar Lampung Utara dalam strategi dakwah Islam di desa
Buring Kencana telah melakukan berbagai bentuk – bentuk kegiatan ke-
Islam an, baik strategi dakwah yang dilakukan secara perorangan
ataupun umum. Dalam pelaksanaan strategi dakwahnya para tokoh
agama dibantu oleh perangkat desa Buring Kencana, ini bertujuan agar
masyarakat ramai untuk mengikuti kegiatan-kegiatan ke- Islam an yang
ada.
2. Faktor lingkungan serta kurangnya dukungan dari orang tua menjadi
penghambat dalam keberhasilan dakwah para tokoh agama masyarakat
desa Buring Kencana, serta faktor pendidikan serta kurangnya sarana
dan prasarana menjadi penghambat dalam meningkatkan pelaksanaan
dakwah Islam.
3. Para tokoh agama masyarakat desa Buring Kencana sudah berupaya
untuk melaksanakan pola – pola strategi penyampaian dakwah Islam,
yang mana diharapkan terwujudnya masyarakat desa Buring Kencana
yang maju dalam bidang agama, pendidikan, pembangunan serta dalam
tatanan masyarakat.
4. Kesadaran masyarakat desa Buring Kencana akan pengetahuan agama
Islam minim.
Dengan demikian para tokoh agama masyarakat desa Buring
Kencana Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara telah berupaya
melakukan proses strategi penyampaian dakwah Islam kepada
masyarakat desa Buring Kencana, untuk melaksanakan tuntutan agama
sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al-Qur’an dan Hadist. Namun
hanya 30% keberhasilan yang didapatkan, ini diukur dari jumlah
masyarakat yang mau mengikuti kegiatan – kegiatan ke-Islaman yang
dilaksanakan oleh para tokoh agama masyarakat desa Buring Kencana
Kecamatan Blambangan Pagar Lampung Utara.
5.2. Saran-saran
Adapun saran –saran yang perlu penulis sampaikan adalah sebagai
berikut :
1. Untuk meningkatkan animo masyarakat desa Buring Kencana Kecamatan
Blambangan Pagar Lampung Utara dalam mengikuti kegiatan ke-
Islaman, hendaknya para toko agama membentuk pola–pola strategi
dakwah Islam sesuai dengan kecenderungan masyarakat saat ini,
berangkat dari hal itu diharapkan minat masyarakat akan pentingnya
ajaran agama Islam bisa lebih bertambah.
2. Hendaknya para tokoh agama masyarakat desa Buring Kencana
mengusulkan penambahan saran dan prasarana tempat ibadah melalui
bantuan anggaran pemerintah Kabupaten Lampung Utara, serta selalu
bekerjasama dengan perangkat desa Buring Kencana agar bisa membantu
dalam pembangunan tempat ibadah.
3. Kepada masyarakat desa Buring Kencana hendaknya dapat mengkonsep
waktu antara aktifitas kesehariannya dengan ibadah, sebab kesibukan
apapun tidak akan habis, sedang yang menjadi tujuan hidup manusia
sebagai mahluk ciptaan Allah SWT adalah melaksanakan tuntunan yang
diwajibkan serta meninggalkan apa yang dilarang-Nya.
4. Agar masyarakat desa Buring Kencana selalu memberikan dorongan dan
motivasi kepada anak –anaknya untuk tekun dan rajin dalam belajar serta
aktif dalam kegiatan pendidikan formal ataupun non formal yang ada di
desa Buring Kencana.
5. Para tokoh agama masyarakat desa Buring Kencana serta perangkat desa
hendaknya selalu berkoordinasi dan bekerjasama dalam mendorong dan
mengarahkannya kepada seluruh masyarakat desa Buring Kencana akan
pentingnya ibadah dalam kehidupan bermasyarakat serta dalam pedoman
hidup di dunia serta di akhirat nanti.
5.3. Penutup
Dengan mengucapkan Alhamdulillah Robbil Alamin serta puji dan
syukur kepada Allah SWT, atas Rahmat dan Ridha-Nya, sehingga tulisan
ini dapat diangkat dalam bentuk skripsi. Peneliti menyadari bahwa disana-
sini terdapat kesalahan dan kekurangan baik dalam paparan maupun
metodologi nya. Teriring do’a dan harapan mudah- mudahan skripsi ini
dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya untuk segenap
pembaca serta bagi pengembangan dakwah. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Dzikron, 1980, Metodologi Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang.
Abdullah, Taufik, 1989. Metodologi Penelitian Agama: Suatu Pengantar. Tiara Wacan, Yogyakarta.
Ahmadi, Abu. 1975. Pengantar Sosiologi. Rahmadani, Solo.
Arikunto, Suharsimi, 1989, Metodologi Penelitian Sosial, Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, Saifudin, 2001. Metodologi Penelitian. Pustaka Pelajar, Cet.III, Yogyakarta.
Aziz, Ali.Muhammad. 2001, Ilmu Dakwah. Prenata Media, Jakarta.
BPS Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Lampung Utara dalam Angka 2008.
Bouman. 1976. Sosiologi, Pengantar dan Masalah. Kanisius, Yogyakarta.
Bahtiar, Wahdi. 1984. Metodologi Penelitian Dakwah. Logos Wacana Ilmu , Jakarta.
Depag RI. 1993. Al-Qur'an dan Terjemahannya. Surya Tinta, Surabaya.
George R. Terry & Lesline W. Rue, 1996, Dasar-dasar Managemen, Bumi Aksana, Jakarta.
Hafidhuddin, Didin. 2000. Dakwah Aktual. Gama Insani, Jakarta.
Http : //Masyarakat/Index.Php.Htm. [15: 2010].
Ichsanuddin. 2007. 99 Quantum Working. Pustaka Rizki Putra, Semarang.
Iqbal, Hasan, M, 2002, Metodologi Penelitian dan Aplikasinya, Penerbit Gralin Indonesia, Jakarta.
Koentjaraningrat, 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia, Jakarta.
Muhajir, Noeng. 2007. Metodologi Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Rake Sarasin, Yogyakarta.
Muhidin, Asep, 2002, Dakwah Dalam Perspektif Al-Qura’an, Pustaka Setia, Bandung.
Muhtadi, Saeful, 2003, Metodologi Penelitian Dakwah, Pustaka Setia, Jakarta.
Munir, M. 2006. Management Dakwah. Kencana, Jakarta.
Muiz, A, 2001, Komunikasi Islami, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.
Moleong, Lexi. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Rosda Karya , Bandung.
Nurdin, Fauzie. 2009. Pemberdayaan Dai Dalam Masyarakat Lokal. Gama Media, Yogyakarta.
Nursyam, 1991, Metodologi Penelitian Dakwah, CV.Hamdani, Solo.
Narbuko, Cholid, dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Pelenitian, Bumi Angkasa, Jakarta.
Rankuti, Freddy, 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Rusdi Hamka, Rafik, 1989, Islam dan Era Informasi, Pustaka Panji Mas, Jakarta.
Salim, Peter, dan Yenni Salim, 1991, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Modern English Press, Jakarta.
Saleh, Rosyad, 1977, Manajemen Dakwah Islam, Bulan Bintang, Jakarta.
Salusu, J, 1989, Pengambilan Keputusan Strategik, Grasindo, Jakarta.
Santoso, Alha, 1992, Kamus Praktis Modern Bahasa Indonesia, Pustaka Dua, Surabaya.
Sanwar, Aminuddin, Drs,1984, Pengantar Studi Ilmu Dakwah, Fakultas Dakwah IAIN Walisong, Semarang.
Sevilla, Consuelo, dkk, 1999, Pengantar Metodologi Penelitian, UII Press, Jakarta.
Skripsi Siti Julehah, 2002, Peran Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Dalam Meningkatkan Kesiapan Mental Calon Haji (Studi Kasus Pada KBIH Al-Thoyyibah di Kecamatan Gemuh Kabupatan Kendal), Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang.
Skripsi Istiqomah, 2001, Strategi Dakwah Masyumi Tahun 1945-1960 (Studi Kasus Dakwah Melalui Organisasi Politik), Fakultas Dakwah IAIN Walisongo, Semarang.
Sulthon, Muhammad. 2003. Desain Ilmu Dakwah. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Saidah. 1995. Psikologi Pengembangan. Gunung Muria, Jakarta.
Sukanto, Soerjono. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali, Jakarta.
Syukur, Asmuni. 1983. Dasar -Dasar Strategi Dakwah Islam. Ikhlas, Surabaya.
Strauss, Anselm, 1993. Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka Pelajar , Yogyakarta.
Suryabarata, Sumadi. 1995. Metodologi Penelitian. PT. Raja Grafindo Persada , Jakarta.
Sugiyono, 2006. Metotologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R&D, Afabeta, Bandung.
Pimay, Awaluddin. 2005. Pradigma Dakwah Humanis. RaSAIL, Semarang.
Tuwu, Alimuddin. 2003. Pengantar Metodologi Penelitian. UI-Press, Jakarta.
Tuti, Alawiyah, 1997, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Taklim, Mizan, Bandung.
Www. Lampungutara.go.id