lapkas
DESCRIPTION
idkTRANSCRIPT
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 1/26
BAB I
PENDAHULUAN
Angiofibroma nasofaring belia adalah tumor jinak pembuluh darah secarahistologik jinak, secara klinis bersifat ganas karena mempunyai kemampuan
mendestruksi tulang dan meluas kejaringan sekitarnya seperti sinus paranasal,
pipi, mata dan tengkorak serta sangat mudah berdarah yang sulit dihentikan.1
Etiologi tumor ini masih belum jelas, berbagai jenis teori banyak diajukan.
Diantaranya teori jaringan asal dan faktor ketidak-seimbangan hormonal. Tumor
yang kaya pembuluh darah ini memperoleh aliran darah dari arteri faringealis
asenden atau arteri maksilaris interna. Angiofibroma kaya dengan jaringan fibrosa
yang timbul dari atap nasofaring atau bagian dalam dari fossa pterigoid. Setelah
mengisi nasofaring, tumor ini meluas ke dalam sinus paranasal, rahang atas, pipi
dan orbita serta dapat meluas ke intra kranial setelah mengerosi dasar tengkorak.
!aktor ketidakseimbangan hormonal juga banyak dikemukakan sebagai
penyebab adanya kekurangan androgen atau kelebihan estrogen. Anggapan ini
didasarkan juga atas adanya hubungan erat antara tumor dengan jenis kelamin dan
umur, banyak ditemukan pada anak atau remaja laki-laki. "tulah sebabnya tumor
ini disebut juga angiofibroma nasofaring belia (Juvenile nasopharyngeal
angiofibroma).1
Tumor ini jarang ditemukan, frekuensinya 1#$%%% & 1#'%.%%% dari pasien
T(T )Telinga (idung Tenggorok*, diperkirakan hanya merupakan %,%$ + dari
tumor leher dan kepala. Tumor ini umumnya terjadi pada laki-laki pada usia
antara & 1 tahun namun jarang terjadi pada usia lebih dari $ tahun.1
erdasarkan data rekam medik di /umah Sakit 0mum Daerah ainoel Abidin
anda Aceh pada tahun %12 terdapat kasus angiofibroma nasofaring. Seluruh
pasien berjenis kelamin laki-laki dengan usia termuda 13 tahun dan tertua berusia
3 tahun.1
4ada laporan ini kami memaparkan suatu kasus angiofibroma nasofaring
belia pada seorang laki-laki, tahun dengan keadaan post operasi transpalatal
baik.
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 2/26
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Angiofibroma nasofaring merupakan tumor jinak pembuluh darah di
nasofaring yang secara histologis jinak namun secara klinis bersifat ganas, karena
berkemampuan merusak tulang dan meluas ke jaringan di sekitarnya, misalnya ke
sinus paranasal, pipi, rongga mata atau tengkorak, sangat mudah berdarah dan
sulit dihentikan perarahannya.1
2.2 EpidemiologiAngiofibroma nasofaring banyak dialami terutama remaja putra berusia 12-
15 tahun. 0mumnya angiofibroma nasofaring terjadi pada dekade kedua
kehidupan, tepatnya pada rentang usia -1 tahun. Angiofibroma nasofaring
jarang terjadi setelah usia $ tahun. "nsiden angiofibroma nasofaring adalah 1 dari
$%%%-'%.%%% kasus T(T dan dilaporkan %,$+ dari semua tumor kepala dan leher.
2.3 Anaomi dan fisiologi nasofa!ing
6ambar 1. Anatomi dan !isiologi 7asofaring
atas nasofaring di bagian atas adalah dasar tengkorak, di bagian ba8ah
adalah palatum mole, bagian depan adalah bagian hidung dan bagian belakang
adalah 9ertebrae ser9ical. 7asofaring yang relatif kecil, mengandung serta
berhubungan erat dengan beberapa struktur penting, seperti adenoid, jaringan
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 3/26
limfoid, pada dinding lateral faring dengan resesus faring yang disebut fossa
rosenmuller, kantong rathke, yang merupakan in9aginasi suatu struktur embrional
hipofisis serebri, torus tubarius, suatu refleksi mukosa faring di atas penonjolan
kartilago tuba eustachius, koana, foramen jugular yang dilalui oleh n. 6losofaring,
n. :agus, dan n. Asesorius spinal saraf kranial dan 9. ;ugularis interna. agian
petrosus os temporalis dan foramen laserum dan muara tuba eustachius.3
6ambar . !ossa 4terygopalatine
6ambar 3. :askularisasi nasofaring2." Eiologi
Etiologi ju9enile angiofibroma nasofaring tidak diketahui, tetapi diduga
berhubungan dengan hormon seks. 4engamatan yang menunjukkan tumor secara
khas muncul pada remaja laki-laki, dan bah8a lesi sering regresi setelah
perkembangan lengkap karakteristik seks sekunder, memberikan bukti pengaruh
hormonal pada pertumbuhan tumor. Terdapat juga bukti peningkatan reseptor
androgen dan regresi tumor setelah terapi anti-androgen.2
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 4/26
2.# Paofisiologi
Juvenile angiofibroma nasofaring muncul dari foramen sphenopalatina dan
mengenai fossa pterigopalatina dan ka9um nasi posterior. Tumor berkembang
dengan cara erosi tulang dan mendesak struktur di sekitarnya, dan dapat mencapai
basis kranii.3
4ertumbuhan lesi memiliki kecenderungan khas mengikuti lapisan
submukosa, tumbuh di dekat tempat yang mempunyai resistensi rendah dan
mengin9asi tulang cancellous basisphenoid, sehingga pola penyebarannya dapat
diprediksi. Dari fossa pterigopalatina, tumor tumbuh ke medial ke dalam
nasofaring, fossa nasalis dan akhirnya menuju sisi kontralateral. 4ertumbuhan ke
lateral dapat meluas ke fossa sphenopalatina dan infratemporalis, melalui fissura
pterigo-maksilaris yang melebar dengan gambaran khas pergeseran ke anterior
dari dinding posterior maksilaris, sampai berhubungan dengan otot mastikator dan
jaringan lunak pipi. 4ertumbuhan ke posterior dapat mengenai arteri karotis
interna melalui kanalis 9idian, sinus ka9ernosus melalui foramen rotundum dan
apeks orbita melalui fissura orbitalis inferior. 4roptosis dan atrofi ner9us optikus
terjadi jika fissura orbitalis sudah terkena tumor. <eterlibatan tulang terjadi
melalui dua mekanisme utama yaitu# )1* resorpsi karena tekanan langsung dengan
akti9asi osteoklast atau )* langsung tersebar di sepanjang arteri perforanates ke
dalam akar cancellous dari prosesus pterigoideus. 4erluasan ke posterior
berikutnya dapat mengenai cli9us dan ala mayor sphenoid, biasanya dengan erosi
tabula interna fossa kranialis media dan dapat meluas ke intrakranial. 4elebaran
fissura orbitalis superior merupakan tanda perluasan tumor ke intrakranial. 3,2
2.$ %anifesasi Klinis
6ejala dan tanda ju9enile angiofibroma nasofaring terkait dengan perluasan
tumor ke rongga hidung, orbita dan basis kranii. 6ejala yang khas adalah
obstruksi hidung unilateral yang progresif )5%-% +* dengan rhinorrhea dan
epistaksis unilateral berulang )2$-'% +*. 6ejala yang lain adalah sakit kepala )$
+*, nyeri 8ajah, otitis media unilateral, rinosinusitis kronis, proptosis dan
gangguan penglihatan. Sakit kepala dan nyeri 8ajah dapat timbul sebagai akibat
sumbatan sinus paranasal. =titis media unilateral disebabkan gangguan pada tuba
eustachius. 4erluasan tumor ke dalam rongga sinonasal dapat menyebabkan
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 5/26
rinosinusitis kronis. 4roptosis dan gangguan penglihatan mengindikasikan
keterlibatan orbita. 4embengkakan pipi, defisit neurologis, gangguan penciuman
dan otalgia juga dapat terjadi.$
2.& Diagnosis
Diagnosis angiofibroma nasofaring dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan radiologi kon9ensional, >T scan, ?/", dan
angiography. Secara endoskopi dapat terlihat massa lobulated besar di belakang
khonka nasalis media, mengisi khoana dengan permukaan halus dan
hiper9askularisasi yang jelas. <arena secara epidemiologi dan temuan endoskopi
adalah khas, maka biopsi mutlak merupakan kontraindikasi karena risiko
perdarahan masif yang cukup besar. 4emeriksaan radiologi memegang peranan
penting dalam diagnosis, penentuan stadium dan penatalaksanaan. 4emeriksaan
radiologi berperan dalam menunjukkan perluasan tumor primer, khususnya dalam
menilai in9asi sphenoid karena merupakan tempat utama terjadinya kekambuhan,
sebuah gambaran yang jelas menunjukkan asal dari angiofibroma.
4emeriksaan radiologi juvenile angiofibroma nasofaring dapat dilakukan
dengan foto polos, >T scan, ?/" dan arteriografi. 6ambaran foto polos pada
Water’s atau submental view dapat menunjukkan erosi di sinus sphenoidalis dan
penonjolan dinding posterior sinus maksilaris atau Holman-Miller sign. >T scan
dan ?/" ju9enile angiofibroma nasofaring menunjukkan massa inhomogen yang
timbul dari ruang mukosa atau submukosa nasofaring, dengan penyangatan yang
kuat dan homogen disertai erosi basis kranii atau perluasan intrakranial.1,2 >T scan
berperan dalam follow-up setelah pembedahan untuk mendeteksi sisa tumor,
menilai ukuran setelah radioterapi atau menilai pengecilan tumor.
>T scan merupakan pemeriksaan sebelum operasi yang paling penting
karena dapat menunjukkan destruksi struktur tulang dan pelebaran foramen dan
fisura pada basis kranii akibat penyebaran tumor. <eterlibatan tulang dan
penyebaran tumor paling baik dilihat pada potongan aksial atau koronal irisan
tipis. >T scan aksial dan koronal dapat menggambarkan asal dan perluasan lesi.
Temuan termasuk massa nasofaring, penonjolan ke anterior dari dinding posterior
sinus maksilaris ) Holman-Miller sign* dengan massa di fossa pterigopalatina,
pelebaran foramen sphenopalatina, opasitas di sinus paranasal, erosi tulang
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 6/26
sphenoid dengan massa di sinus, erosi palatum durum, erosi dinding medial sinus
maksilaris, de9iasi septum nasi, dan perluasan intrakranial.$,'
Arteriografi mempunyai nilai diagnostik dan terapetik, dengan melakukan
embolisasi feeing vessel tumor. <eduanya dapat dilakukan terpisah atau bersama.
4ola retikuler yang khas biasanya terlihat pada a8al fase arteri, dengan blush
homogen padat yang menetap sampai fase 9ena. Adanya a8al raining vein
jarang terjadi.$, "dentifikasi suplai darah preoperatif merupakan hal yang penting
untuk menentukan strategi pembedahan yang tepat. ?eskipun magnetic
resonance angiography ( ?/A* dapat membantu dalam penilaian 9askular,
gambaran lengkap dari semua pembuluh darah memerlukan angiografi. !eeing
vessel juvenile angiofibroma nasofaring berasal sistem karotis eksternal terutama
dari cabang arteri maksilaris interna distal, umumnya cabang sphenopalatina,
palatina desenden, dan al9eolar posterior superior. Terkadang arteri faringealis
asenden ikut mensuplai tumor. Arteriografi sebelum pembedahan diindikasikan
untuk menentukan luasnya lesi, jumlah 9askularisasi dan asal feeing vessel .
Dalam menentukan batas tumor, penilaian perluasan intrakranial sangat penting
karena operasi dapat menyebabkan bahaya lain. ',
2.' Penem(an Hisologis
4ada pemeriksaan histologis, ditemukan jaringan serabut yang telah
de8asa@matang )mature fibrous tissue* yang mengandung bermacam-macam
pembuluh darah yang berdinding tipis. 4embuluh-pembuluh darah ini dilapisi
dengan enothelium, namun mereka kekurangan elemen-elemen otot yang dapat
berkontraksi secara normal. "nilah yang dapat menjelaskan tentang kecenderungan
terjadi perdarahan. 5
2.) Klasifi*asi
0ntuk menentukan derajat atau stadium tumor, umumnya digunakan
klasifikasi session dan fisch.
<lasifikasi menurut sessions
a. Stadium "A - tumor terbatas di nares posterior dan atau ruang nasofaring.
b. Stadium " - tumor meliputi nares posterior dan atau ruang nasofaring
dengan keterlibatan sedikitnya satu sinus paranasal.
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 7/26
c. Stadium ""A & tumor sedikit meluas ke lateral menuju pterygoma"illary
fossa.
d. Stadium "" & tumor memenuhi pterygoma"illary fossa dengan atau tanpa
erosi superior dari tulang-tulang orbita.e. Stadium """A & tumor mengerosi dasar tengkorak )yakni# mile cranial
fossa#pterygoi base* perluasan intrakranial minimal.
f. Stadium """ & tumor telah meluas ke intrakranial dengan atau tanpa
perluasan ke sinus ka9ernosus.
<lasifikasi menurut fisch
a. Stadium " & tumor terbatas di rongga hidung dan nasofaring tanpa
kerusakan tulang.
b. Stadium "" - tumor mengin9asi fossa pterigomaksilaris, sinus paranasaldengan kerusakan tulang.
c. Stadium """ - tumor mengin9asi fossa infratemporal, orbita dan atau regio
parasellar sisanya di lateral sinus ka9ernosus.
d. Stadium ": - tumors mengin9asi sinus ka9ernosus, regio kiasma optik, dan
atau fossa pituitari.
2.1+ Penaala*sanaan
Terapi yang dapat dilakukan meliputi pembedahan, radiasi, krioterapi,
elektrokoagulasi, terapi hormonal, embolisasi, dan injeksi agen sklerosing.
4embedahan merupakan penatalaksanaan yang dianjurkan dan paling banyak
diterima, tetapi terdapat risiko perdarahan yang besar akibat tingginya
9askularisasi tumor, seringkali lebih besar dari .%%% ml.
Embolisasi preoperatif direkomendasikan sebagai prosedur standar untuk
mengurangi kehilangan darah selama operasi, sehingga memungkinkan eksisi
total, mengurangi komplikasi dan meminimalkan residu tumor. Tujuannya adalahmengurangi suplai darah ke tumor, dan hal ini akan efisien jika agen emboli dapat
masuk ke pembuluh darah di dalam tumor, yang paling baik dicapai dengan
partikel berukuran kecil seperti poli9inil alkohol. 4emilihan ukuran partikel
merupakan keseimbangan antara keamanan dan efisiensi dan tergantung apakah
posisi kateter dapat dicapai dengan injeksi langsung agen emboli ke dalam tumor.
4artikel kecil akan masuk lebih dalam ke dalam tumor tetapi mempunyai risiko
yang lebih tinggi untuk terjadi nekrosis kulit dan kelumpuhan saraf kranial.
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 8/26
Embolisasi dapat mengurangi '%-%+ perdarahan intraoperatif. 4embedahan
dilakukan -$ hari setelah embolisasi. 0jung kateter ditempatkan sedekat mungkin
dengan lesi, biasanya di distal arteri karotis eksterna di setinggi bifurkasio ke
arteri temporalis superfisial dan maksilaris interna.
eberapa pendekatan yang digunakan tergantung dari lokasi dan perluasan
angiofibroma nasofaring. /ute rinotomi lateral, transpalatal, transmaksila, atau
sphenoethmoial digunakan untuk tumor-tumor yang kecil )klasifikasi fisch
stadium " atau ""*. 4endekatan fossa infratemporal digunakan ketika tumor telah
meluas ke lateral. 4endekatan mifacial egloving , dengan atau tanpa osteotomi
lefort, memperbaiki akses posterior terhadap tumor. 4endekatan translokasi 8ajah
dikombinasikan dengan insisi 8eber-ferguson dan perluasan koronal untuk
kraniotomi frontotemporal dengan miface osteotomies untuk jalan masuk.
4endekatan e"tene anterior subcranial memudahkan pemotongan tumor
sekaligus )en bloc*, dekompresi saraf mata, dan pembukaan sinus ka9ernosus.
$ntranasal enoscopic surgery dipersiapkan untuk tumor yang terbatas pada
rongga hidung dan sinus paranasal.,1%
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 9/26
6ambar 2. Teknik pembedahan Angiofibroma nasofaring
<omplikasi ringan seperti demam dan nyeri lokal dapat terjadi 1-2 jam
setelah embolisasi dan diobati dengan steroid. radikardi sementara dapat terjadi
selama injeksi arteri maksilaris. (al ini dapat diatasi dengan injeksi atropin.
4enggunaan terapi radiasi masih diperdebatkan karena adanya risiko transformasi
sarkomatoid. eberapa penulis merekomendasikan terapi radiasi sebagai terapi
aju9an pada unresectable tumor , terdapat residu tumor atau terdapat perluasan
intrakranial yang luas.1%
2.11 Diagnosis ,anding
a. 4olip angiomatosa
4olip angiomatosa adalah polip inflamatorik hidung yang mempunyai
komponen 9askuler dan fibrosa. Secara histologi merupaka tumor jinak dan mirip
dengan angiofibroma nasofaring. 4olip tidak mempunyai predileksi jenis kelamin.
<emungkinan adanya polip angiomatosa harus selalu dipikirkan sebelum
mempertimbangkan diagnosa angofibroma, pada pasien de8asa dan perempuan.
6ejala yang paling sering muncul adalah hidung tersumbat dan sering mimisan.
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 10/26
4embesaran lesi secara perlahan dapat menyebabkan erosi tulang, pendesakan
struktur tulang di dekatnya, pipi bengkak dan eksofthalmus. 4olip angiomatosa
terletak terutama di fossa nasalis dan bukan di nasofaring, tidak meluas ke fossa
pterigopalatina, sinus sphenoidalis, maupun ke intra kranial. 4ada angiografi polip
angiomatosa mempunyai tampilan hipo9askuler atau a9askuler. 4ada >T scan
polip tidak menyangat atau hanya menyangat minimal. 4olip dapat dieksisi
dengan mudah dan jarang terjadi kekambuhan. Angiografi dan embolisasi tidak
diperlukan pada polip.11
b. <arsinoma 7asofaring
<arsinoma nasofaring merupakan neoplasma yang berasal dari lapisan
epitelmukosa nasofaring, dan merupakan tumor paling umum yang mengenai
nasofaring. <arsinoma nasofaring biasanya muncul dari fossa /osenmuller dan
dikenal sebagai neoplasma agresif lokal dengan tingginya kejadian metastase ke
limfonodi leher. Tumor primer di dalam nasofaring dapat meluas ke palatum,
rongga hidung, orofaring dan basis kranii. 6ejala klinis yang paling sering
dirasakan adalah adanya benjolan di leher. <eluhan lain dapat berupa epistaksis,
hidung tersumbat, otitis media, telinga berdenging dan tuli. <arsinoma nasofaring
merupakan keganasan dengan karakteristik 9ariasi distribusi geografis dan etnis,
terutama di Asia Tenggara. 6ambaran radiologi karsinoma nasofaring adalah
asimetri fossa /osenmuller, hilangnya lapisan lemak di parapharyngeal space,
destruksi tulang dan penebalan preoccipital space.11
2.12 Kompli*asi
4erdarahan yang banyak )e"cessive bleeing *. Transformasi keganasan
)malignant transformation*. <ebutaan sementara )transient blinness* sebagai
hasil embolisasi, namun ini jarang terjadi. %steoraionecrosis dan atau kebutaan
karena kerusakan saraf mata dapat terjadi dengan radioterapi. ?ati rasa di pipi
sering terjadi dengan insisi 8eber-ferguson.1%
2.13 P!ognosis
erbagai faktor risiko yang berkaitan dengan berulangnya angiofibroma
nasofaring adalah keberadaan tumor di fossa pterigoideus dan basisphenoi , erosi
clivus, perluasan intrakranial, suplai makanan dari arteri karotid interna, usia
muda, dan ada tidaknya sisa tumor. Embolisasi preoperati9e menurunkan angka
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 11/26
morbiditas dan kekambuhan )recurrence*. /ata-rata kesembuhan untuk
pembedahan primer mendekati 1%%+ dengan reseksi lengkap dari angiofibroma
nasofaring ekstrakranial dan %+ dengan tumor intrakranial. /erata kesembuhan
%+ berhubungan dengan pembedahan kedua jika terjadi kekambuhan.1%
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 12/26
BAB III
LAP-AN KASUS
3.1 IDENTITAS PASIEN
7ama # Tn. A
0mur # tahun
Alamat # 4ucuk /euduk, Aceh arat
;enis <elamin # Baki-laki
Agama # "slam
Status 4erka8inan # elum menikah
Suku # Aceh
4ekerjaan # 4ekerja tambang batu bara
Tanggal masuk # ' !ebruari %1$
Tanggal 4emeriksaan # 2 ?aret %1$
3.2 ANA%NESIS
a. Kel(/an Uama #
(idung tersumbat sebelah kiri
,. Kel(/an Tam,a/an #
Sulit bernafas, tidur mendengkur, suara sengau
0. iaa pena*i se*a!ang
4asien rujukan dari /umah Sakit di Aceh arat ke /S0DA anda Aceh
dengan keluhan hidung tersumbat. <eluhan ini dirasakan sejak lebih kurang
tahun yang lalu. Dan memberat dalam dua bulan terakhir. (idung tersumbat tidak
dipengaruhi oleh cuaca maupun perubahan posisi. 4asien juga mengeluhkan
hidung sering sulit mecium bau sesuatu dan sakit kepala karena keluhan tersebut.
(idung berair dan secret berbau disangkal. Dalam bulan terakhir, pasien sering
tidur mendengkur, ini membuat pasien sering terbangun saat tidur karena sulit
bernafas, namun sesak nafas dan nyeri dada disangkal. Selain itu pasien juga
mengeluhkan sulit menelan, dan suara berubah menjadi sengau dalam satu bulan
terakhir.
d. iaa Pena*i Da/(l(
Disangkal
e. iaa Pena*i Kel(a!ga
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 13/26
Tidak ada anggota keluarga pasien yang mengalami sakit yang sama.
f. iaa Ke,iasaan Sosial
4asien adalah perokok aktif sejak lebih kurang 3 tahun terakhir dalam 1
hari menghabiskan satu bungkus rokok. 4asien sehari-hari bekerja sebagai pekerja
tambang batu bara.
g. iaa Pengg(naan -,a
4ernah diberi obat untuk hidung tersmbat tetapi pasien lupa nama obatnya.
3.3 PE%EIKSAAN ISIK
1.3 Sa(s Ine!n(s
1. <eadaan 0mum # 4asien tampak sakit sedang
. <esadaran # E2 ?' :$
3. Tekanan Darah # 11%@5% mm(g
2. 7adi # 5' kali@ menit
$. 4ernafasan # 1 kali@menit
'. Suhu # 3',%>
1." Peme!i*saan isi*
a. <epala # 7ormocephali
b. ?ata # konjungti9a palpebra inferior pucat )-@-*
c. Telinga # Serumen )-@-*
d. (idung # Sekret )-@-*, hiperemis )-@-*
e. Tenggorokan # ?ukosa hiperemis )C*, Sianosis)-*
Tonsil # (iperemis )-@-*, T1 & T1
S@B # !aring # (iperemis )C* tampak ber8arna
keunguan, arcus faring mendatar )C@C* udem )C@C*4alatum mole terdorong hingga menutupi sebagian
orofaring
f. Le/e!
1. "nspeksi # Simetris
. 4alpasi # T:; )7* /- cm (=.
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 14/26
3. 4embesaran <6 # Tidak ada
d. T/o!a4
1. Statis # Simetris, bentuk normochest
. Dinamis # 4ernafasan abdominothorakal,
/etraksi suprasternal )-*, /etraksi intercostals )-*,
Pa!(
"nspeksi # Simetris, statis, dinamis.
Kanan Ki!i
4alpasi !remitus normal !remitus normal
4erkusi Sonor Sonor
Auskultasi :esikuler 7ormal
/onchi )-*,8heeing )-*
:esikuler 7ormal
/onchi )-*,8heeing )-*
Jan(ng
1. "nspeksi # "ctus cordis tidak terlihat
. 4alpasi # "ctus cordis teraba di "ntercostal : 1 jari lateral dari Binea
?idcla9icula Sinistra.
3. 4erkusi # Atas # "ntercostal """ ?idcla9icula Sinistra
<iri # "ntercostal : Binea ?idcla9icula Sinistra
<anan # "ntercostal : Binea 4arasternal Detra
2. Auskultasi # ; " F ; "" kesan normal, regular, bising )-*.
e. A,domen
1. "nspeksi # Simetris, distensi )C*, tumor)-*, 9ena collateral)-*
. 4alpasi # 7yeri tekan)-* organomegali )-*
3. 4erkusi # Timpani
2. Auskultasi # 4eristaltik normal
f. 5enialia6An(s # Tidak diperiksa
g. T(lang Bela*ang # Simetris
/. Kelen7a! Limfe # 4embesaran <6 )-*
i. E*s!emias # Akral hangat
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 15/26
S(pe!io! Infe!io!
Kanan Ki!i Kanan Ki!i
Sianosis 8 8 8 8
=edema 8 8 8 8
1.# Peme!i*saan Pen(n7ang
A. Peme!i*saan La,o!ao!i(m
2&6262+1" #6362+1# $6362+1# No!mal
Da!a/ (in
(emoglobin 1$,% g@dB 12,$g@dB 1, g@dB 12,%-1,% g@dB
(ematokrit 22 + 23 + 3 + 2$-$$ +
Eritrosit $,2.1%2@mm3 $,1.1%2@mm3 2,$.1%2@mm3 2,-',1.1%2@mm3
Beukosit ',%.1%3@mm3 ',3.1%3@mm3 1,2.1%3@mm3 2,$-1%,$.1%3@mm3
Trombosit 1$.1%30@B 1$3.1%30@B 13'.1%30@B 1$%-2$%.1%30@B
Diftell 2@%@1@2@5 3@%@$3@3'@5 %@%@@@$
%9: 5 5%-1%% fB
%9H 5 -31 pg
%9H9 32 3-3' +
Kimia Klini*
Ele*!oli
7atrium 133 mmol@B 13$-12$ mmol@B
<alium $, mmol@B 3,$-2,$ mmol@B
<lorida 1% mmol@B %-11% mmol@B
K5DS65DP65D2PP -@'@5 mg@dB G%% mg@Dl
U! $ mg@dl $-'% mg@dl
9! %,' mg@dl %,'-1,1 mg@dl
9T6BT 5H@3H
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 16/26
B. Peme!i*saan adiologi
a. 9T8S9AN ;2+6262+1#<• 9T S0an Nasop/a!n4 anpa *on!as
6ambar $. >t scan nasofaring tanpa kontras
Ekspertise #
Tampak gambaran massa pada daerah nasopharyn )fossa rosen muller kana dan
kiri tertutup*
0kuran massa $, ,2 ', cm, batas massa tegas deanga tepi yang tidak rata.
<esimpulan # angiofibrinoma nasopharyn
•
9T8S9AN nasop/a!n4 dengan *on!as
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 17/26
6ambar '. >t scan nasofaring dengan kontrasEkspertise #
Tampak gambaran massa pada daerah nasopharyn )fossa rosen muller kana dan
kiri tertutup*
0kuran massa $, ,2 ', cm, batas massa tegas deanga tepi yang tidak rata.
Dengan pemberian kontras tampak mied contrast enhancement.
<esimpulan # angiofibrinoma nasopharyn
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 18/26
1.$ Diagnosa
Diagnosa anding #
1. Angiofibroma 7asopharing elia
. 4olip Angiomatosa3. >a. 7asofaring2. Tumor 4alatum
Diagnosa <erja #
1. Angiofibroma 7asopharing elia
1.& Planning
- /encana operasi Transpalatal
- !oto thora
- <onsul <ardio
- <onsul Anestesi
- >ross match , dan siapkan ' kantong 4/>
1.' Penaala*sanaan
a. P!e -pe!asi
Th@ ":!D /B % gtt@menit
"nj. >efotaime 1 gr@1 jam
,.-pe!asi T!anspalaal anggal $ %a!e 2+1#
Baporan operasi Trakeostomi #
1. 4asien dengan posisi supine, kepala hiperekstensi, bahu diganjal.
. Desinfeksi lapangan operasi dengan betadine dan dibatasi dengan doek steril.
3. Dilakukan infiltrasi anestesi pada jari di atas incisura strernal dengan
lidokain.
2. "nsisi 9ertikal I $ cm )dua jari diatas incisura sternal*.
$. "nsisi diperlebar secara tumpul dan selanjutnya dicari cincin trakea
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 19/26
'. Tampak cincin trakea ber8arna putih lalu dilakukan tes udara di trakea
dengan spuit yang berisi 7a>l dan dilakukan aspirasi, keluar gelembung-
gelembung udara.
. "nsisi garis lurus dari cincin trakea 3-2 cm
5. Dimasukkan kanul trakeostomy, balon diisi udara cm
. Suction perdarahan di kanul dan dilakukan penjahitan pada lokasi insisi
operasi.
1%. Tutup dengan perban betadine.
11. 4asang balon trakeostomy.
1. 4asang pita fiksasi.
13. :erban ditutup dengan hipafi.12. Tindakan trakeostomi selesai.
Baporan operasi ekstirpasi Angiofibroma nasofaring dengan teknik Transpatal#
1. 4asien dibaringkan dengan posisi supine, kepala hiperekstensi dengan general
anestesi.. ?elakukan disinfeksi dengan betadine pada daerah hidung dan lainnya
dibatasi dengan doek steril.
3. Dilakukan insisi transpalatal, menembus mukosa oral dan mukosa hidung
mulai dari tepi lateral kanan untuk menyusuri palatum molle sampai ke
sebagian kecil palatum durum.2. Tampak massa kenyal permukaan rata dan ber8arna merah.
$. ?assa dieksterpasi hingga pangkalnya tampak perlengketan massa di atap
nasopharing,control perdarahan.'. Dilakukan penjahitan lapis demi lapis mukosa hidung dan mukosa palatum.
. 4erdarahan die9aluasi perdarahan akut tidak ada
5. =perasi selesai.
,. Pos ope!asi
"nstruksi post operasi #
4uasa ' jam post op@hingga pasien sadar penuh":!D /B $%% gtt@5 jam
"nj. >efotaime 1 gr@1 jam
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 20/26
"nj.transamin $%% mg@5 jam"nj.deamethasone $ mg@5 jam selama 3 hari
"nj. /anitidine $% mg@5 jam
"nj. <etorolac 3+ 3%mg@5 jam
etadine kumur 4ertahankan 76T
!ollo8 pasien post operasi#
1. Sabtu@ maret %1$
<0 # keluar darah sedikit dari hidung sebelah kanan, nyeri pada daerah operasi
)C*, badan terasa lemah, terpasang 76T,
S@B # bibir udem, u9ula udem, hecting )C*, palatum hiperemis )C*
Th@ # terapi post operasi diteruskan
. ?inggu@5 ?aret %1$ ) hari "" post op *<0 # saat batuk keluar darah sedikit )C*, nyeri pada daerah operasi )C*, badan
terasa lemah.
Th@ # diteruskan
3. Senin@ maret %1$ )hari """ post op*
<0 # keluar darah sedikit saat batuk )C*, terpasang 76T,
S@B # bibir udem, u9ula udem, hecting )C* palatum, krusta )C*
Th@ # terapi post operasi diteruskan
4@ # susul hasil biopsi
2. /abu @ 11 maret %1$
<0 # keluar darah sedikit saat batuk, nyeri saat batuk )C*
S@B # u9ula ditengah hiperemis )C*, faring tampak sedikit hiperemis,
hecting )C*, palatum hiperemis )C*
Th@ # terapi post operasi diteruskan
p@ # susul hasil 4A
esok dekanulisasi di poli T(T, siapkan benang 9icril 3.%, sufratulle,
pehacain amp
$. <amis @ 1 ?aret %1$
4asien 4; dan dianjurkan cuci hidung di rumah dengan 7a>l fisiologis dan
kontrol 3 hari kemudian tanggal 1' maret %1$ ) hari J" post op *. 4asien kontrol
ke 4oliklinik T(T /S0D ainal Abidin anda Aceh.
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 21/26
1.) P!ognosa
Kou ad 9itam # dubia ad bonam
Kuo ad functionam # dubia ad bonam
Kuo ad sanactionam # dubia ad bonam
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 22/26
BAB I:
ANALISA %ASALAH
4asien laki-laki usia tahun datang dengan keluhan hidung tersumbat sejak
tahun lalu dan memberat dalam bulan terakhir. Angiofibroma nasofaring banyak
dialami terutama remaja putra berusia 12-15 tahun. 0mumnya angiofibroma
nasofaring terjadi pada dekade kedua kehidupan, tepatnya pada rentang usia -1
tahun. Angiofibroma nasofaring jarang terjadi setelah usia $ tahun.
Diagnosis pada penyakit ini biasanya dapat ditegakkan berdasakan gejala
klinis. Dimana gejala yang paling sering ditemukan adalah hidung tersumbat yang
progresif dan epistaksis berulang yang masif. Adanya obstruksi hidung ini
memudahkan terjadinya penimbunan sekret, sehingga timbul rinorea kronis yangdiikuti oleh gangguan penciuman. erdasarkan patogenesisnya, tumor pertama kali
tumbuh diba8ah mukosa ditepi sebelah posterior dan lateral koana diatap nasofaring.
Tumor akan tumbuh besar diba8ah mukosa, sepanjang atap nasofaring, mencapai tepi
posterior septum dan meluas kearah ba8ah mebentuk tonjolan massa diatap rongga
hidung posterior. 4erluasan kearah posterior akan mengisi rongga hidung, mendorong
septum kearah kontralateral dan memipihkan konka.
<eluhan lain berupa sering pilek, sakit kepala, gangguan pendengaran, suara
sengau, gangguan penghidu, deformitas 8ajah atau pembengkakan pipi, proptosis,
dan benjolan pada langit-langit termasuk gejala yang jarang.
4ada pemeriksaan rhinoskopi anterior didapatkan mukosa hidung merah
muda, ca9um nasi lapang, sekret tidak ada, hipertropi konka tidak ada dan tidak
ditemukan sekret. 4ada pemeriksaan orofaring didapatkan mukosa hiperemis, faring
hiperemis, tampak ber8arna keunguan, arcus faring mendatar, palatum terdorong
hingga menutupi sebagian orofaring. (al ini sesuai seperti teori yang menyebutkan
bah8a pada pemeriksaan rhinoskopi posterior akan terlihat massa tumor yang
konsistensinya kenyal, 8arnanya ber9ariasi dari abu-abu sampai merah muda.
Sedangkan bagian yang meluas ke luar nasofaring ber8arna putih atau abu-abu. 4ada
usia muda 8arnanya merah muda, pada usia lebih tua 8arnanya kebiruan, karena
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 23/26
lebih banyak komponen fibromanya. ?ukosanya mengalami hiper9askularisasi dan
tidak jarang ditemukan adanya ulserasi.
Dari gambaran pemeriksaan >T scan nasofaring tanpa kontras didapat tampak
gambaran massa di daerah nasofaring )fossa rosenmuller kanan dan kiri tertutup*
dengan ukuran massa $,,2', cm, dengan batas massa tegas, dengan tepi yang
tidak rata. 4ada >T scan kontras nasofaring didapatkan mi"e &ontras enhancement .
4ada literatur menyatakan bah8a, pemeriksaan radiologi memegang peranan
penting dalam diagnosis, penentuan stadium, penatalaksanaan, dan dapat
menunjukkan perluasan tumor primer, khususnya dalam menilai in9asi sphenoid
karena merupakan tempat utama terjadinya kekambuhan. >T scan merupakan
pemeriksaan sebelum operasi yang paling penting karena dapat menunjukkan
destruksi struktur tulang dan pelebaran foramen dan fisura pada basis kranii akibat
penyebaran tumor. >T scan dan ?/" juvenile angiofibroma nasofaring menunjukkan
massa inhomogen yang timbul dari ruang mukosa atau submukosa nasofaring, dengan
penyangatan yang kuat dan homogen disertai erosi basis kranii atau perluasan
intrakranial. <eterlibatan tulang dan penyebaran tumor paling baik dilihat pada
potongan aksial atau koronal irisan tipis. 4ada gambaran didapatkan massa
nasofaring, penonjolan ke anterior dari dinding posterior sinus maksilaris ) Holman- Miller sign* dengan massa di fossa pterigopalatina, pelebaran foramen
sphenopalatina, opasitas di sinus paranasal, erosi tulang sphenoid dengan massa di
sinus, erosi palatum durum, erosi dinding medial sinus maksilaris, de9iasi septum
nasi, dan perluasan intrakranial.$,'
4ada pasien ini dilakukan terapi pembedahan berupa teknik transpalatal. (al ini
dipilih karena tumor lebih meluas ke daerah palatum, dan tumor msih terbatas pada
daerah nasofaring, rongga hidung dan sinus sphenoid. eberapa pendekatan yang
digunakan tergantung dari lokasi dan perluasan angiofibroma nasofaring. Dalam
kepustakaan dikatakan bah8a pemilihan pendekatan operasi pada kasus penyakit ini
umumnya berdasarkan lokasi dan besar tumor, perluasan tumor kejaringan sekitar,
usia dan keadaan umum pasien, keberhasilan tindakan embolisasi sebelum
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 24/26
pembedahan serta pengalaman ahli bedah. /ute rinotomi lateral, transpalatal,
transmaksila, atau sphenoethmoial digunakan untuk tumor-tumor yang kecil
)klasifikasi fisch stadium " atau ""*. 4endekatan fossa infratemporal digunakan ketika
tumor telah meluas ke lateral. 4endekatan mifacial egloving , dengan atau tanpa
osteotomi lefort, memperbaiki akses posterior terhadap tumor. 4endekatan translokasi
8ajah dikombinasikan dengan insisi 8eber-ferguson dan perluasan koronal untuk
kraniotomi frontotemporal dengan miface osteotomies untuk jalan masuk.
4endekatan e"tene anterior subcranial memudahkan pemotongan tumor sekaligus
)en bloc*, dekompresi saraf mata, dan pembukaan sinus ka9ernosus. $ntranasal
enoscopic surgery dipersiapkan untuk tumor yang terbatas pada rongga hidung dan
sinus paranasal.
,1%
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 25/26
BAB :
KESI%PULAN
Telah dilaporkan satu kasus angiofibroma nasofaring belia pada seorang laki-
laki usia % tahun yang ditegakan diagnose berdasarkan pemeriksaan fisik dan
4emeriksaan >t-scan nasofaring kontras dan tanpa kontras, dan telah dilakukan
tindakan operasi transpalatal dengan hasil yang baik.
ersadarkan S<D" %1 kasus angiofibroma nasofaring belia merupakan
kompetensi bagi dokter umum. Dimana diharapkan dokter umum mampu
mengenal gejala dari angiofibroma nasofaring belia sehingga dapat merujuk kepada
ahlinya sesegera mungkin. Dimana pada tingkat kemampuan ini dokter umum
diharapkan mampu membuat diagnosis klinis terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Bulusan
dokter juga mampu menindak lanjuti sesudah kembali dari rujukan.
DATA PUSTAKA
7/21/2019 lapkas
http://slidepdf.com/reader/full/lapkas-56da464ec7689 26/26
1. A9erdi /, 0mar SD. Angiofibroma 7asofaring elia. Dalam # Efiaty AS, 7urbaiti ".
2. /oein A, Dharmabakti 0S. Angiofibroma 7asofaring elia. Dalam# SoepardiEA, "skandar 7, ed. uku Ajar "lmu <esehatan Telinga (idung Tenggorok
<epala Beher. Edisi kelima. ;akarta. !akultas kedokteran 0ni9ersitas "ndonesia
%%
3. Te8fik TB. ;u9enile 7asopharyngeal Angiofibroma. A9ailable from 0/B #
http#@@888.emedicine.com@ent@topic2%.htm
". Adams 6B, et al. oies & uku Ajar 4enyakit T(T. Edisi '. ;akarta # 4enerbit
uku <edokteran E6>, 1.
#. Sadeghi 7. Sinonasal 4apillomas, Treatment. A9ailable from 0/B #
http#@@888.emedicine.com@ent@topic$.htm
$. Doenges, ?arilynn E. /encana Asuhan <epera8atan # 4edoman untuk 4erencanaan dan pendokumentasian 4era8atan 4asien. Alih bahasa " ?ade
<ariasa. Ed. 3. ;akarta # E6>1
&. Efiaty Arsyad Soepardi L 7urbaiti "skandar. 'u&u jar $lmu esehatan *
+elinga Hiung +enggoro& epala ,eher. ;akarta # alai 4enerbit !<0" %%1
'. /. Sjamsuhidajat LMim de jong. 'u&u jar $lmu 'eah. Edisi re9isi. ;akarta #
E6> 1
). Smelter Suanne >. 'u&u jar eperawatan Mei&al 'eah 'runner uarth. Alih bahasa Agung Maluyo, dkk. Editor ?onica Ester, dkk. Ed. 5.
;akarta # E6> %%1
1+. Te8fik TB. ;u9enil 7asopharyngeal Angiofibroma. A9ailable from 0/B
http#@@888.emedicine.com@ent@topic2%.htm
11. Elsheikh E. 7asopharyngeal angiofibroma. A9ailable from 0/B#
http#@@[email protected]