lapkas panjang
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Lamanya masa gestasi atau umur kehamilan dan berat lahir merupakan indikator
penting bagi kesehatan bayi baru lahir. Menurut masa gestasi, bayi baru lahir
dapat diklasifikasikan sebagai Bayi Kurang Bulan (BKB) masa gestasi < 37
minggu, Bayi Cukup Bulan (BCB) masa gestasi 37 sampai 42 minggu, dan Bayi
Lebih Bulan (BLB) masa gestasi > 42 minggu. Berat lahir adalah berat bayi yang
ditimbang dalam waktu 1 jam. Hubungan antara umur kehamilan dengan berat
lahir mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterin. Penentuan hubungan ini
akan mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas selanjutnya. Menurut
hubungan tersebut berat bayi baru lahir dapat dikelompokkan menjadi Sesuai
Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan Besar Masa
Kehamilan (BMK). Bayi sesuai masa kehamilan (SMK) adalah bayi yang lahir
dengan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan, yaitu berat
badan terletak antara persentil 10 dan ke 90 dalam grafik lubchenco.1,2
Pneumonia neonatal adalah infeksi pernapasan serius yang disebabkan
oleh beragam mikroorganisme, terutama bakteri, dengan tingkat mortalitas dan
morbiditas yamg sangat tinggi. Pneumonia neonatal terjadi intrauterin yang
disebabkan karena aspirasi cairan amnion. Pneumonia neonatal dapat
menyebabkan keadaan gawat napas. Suatu gawat napas adalah istilah yang
digunakan untuk disfungsi pernapasan pada neonatus. Gawat napas pada neonatus
ditandai dengan gejala seperti takipnue (laju pernapasan > 60 x/menit), retraksi
1
interkostal, epigastrium dan suprasternal, merintih pada saat inspirasi, napas
cuping hidung, sianosis dan apnu.3-7
Berdasarkan data yang dilaporkan WHO tahun 2006, pneumonia
merupakan penyebab kematian bayi tertinggi pada anak usia dibawah 5 tahun.11
Setiap tahun terjadi kematian pada anak di seluruh dunia sekitar 10,8 juta
kematian. 3,9 juta diantaranya terjadi pada neonatus dan 96 % terjadi di negara
berkembang. Penyebab terbanyak kematian pada neonatus dengan gawat napas
adalah pneumonia, yaitu sekitar 750.000 – 1.200.000 atau 10% dari seluruh
kejadian mortalitas anak di dunia.6,8
Sepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan
ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, cairan
susmsum tulang atau air kemih. Sekitar 1,6 juta kematian bayi baru lahir
disebabkan oleh infeksi neonatal dimana 99% berasal dari Negara berkembang.
20-50% infeksi neonatal disebabkan oleh bakteri gram negatif dan
enterococcus.9,10,11
Berikut akan dilaporkan sebuah kasus Pneumonia Neonatal pada bayi
Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan di Bagian Neonatal Intensive Care Unit
(NICU) BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado tahun 2013.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
II.1 IDENTITAS BAYI
Nama Bayi : By. BM
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir / Umur : 29 November 2013 / 0 hari
Tempat lahir : BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado
Berat / Panjang lahir : 3100 gram / 50 cm
Kebangsaan : Indonesia
Suku bangsa : Sanger
Proses kelahiran : Sectio Cesarea a.i Gawat janin + Oligohidramnion
Agama : Kristen Protestan
Dibantu oleh : Dokter
IDENTITAS ORANG TUA
Nama ibu : Ny. YM
Umur : 38 tahun
Pekerjaan ibu : Swasta
Pendidikan ibu : SMA
Alamat : Watutumou II
Nama ayah : Tn. AB
Umur : 39 tahun
Pekerjaan ayah : Swasta
Pendidikan ayah : SMA
Alamat : Watutumou II
3
II.3 PEMERIKSAAN NEONATI I
Keadaan Umum : aktif (+) menurun, refleks (+) menurun
APGAR score : 3-5-7
Berat Badan : 3100 gram
Panjang Badan : 50 cm
Tanda vital : HR: 156 x/menit, RR: 82 x/menit, SB: 36,6°C
Kepala : Conjungtiva anemis tidak ada, sklera ikterik tidak ada
Hidung : Bentuk normal, sekret tidak ada
Pernapasan cuping hidung ada
Telinga : Tidak ada kelainan
Mulut : Sianosis tidak ada
Dada : Simetris kanan sama dengan kiri, ada retraksi subcostae
Jantung : Bising tidak ada
Paru-paru : Suara pernapasan bronkovesikuler kasar, ronkhi tidak ada,
whezeng tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Hepar dan lien tidak teraba membesar
Tali pusat kehijauan
Ekstremitas : Akral hangat, CRT ≤ 3”
Genitalia : Laki-laki, normal, skrotum ada, rugae ada
Panjang penis 2 cm, testis +/+
Anus : Lubang ada
4
II.4 PEMERIKSAAN NEONATI II
Bentuk kepala : Normosefal
Turgor : Kembali cepat
Tonus : Eutoni
Dispnoe : Ada
Takipnue : Tidak ada
Ikterus : Tidak ada
Sianosis : Tidak ada
Kepala : Caput tidak ada
Rambut : Tidak ada kelainan
Mata : Tidak ada kelainan
Telinga : Tidak ada kelainan
Hidung : Pernapasan cuping hidung tidak ada
Mulut : Tidak ada kelainan
Tenggorokan : Tidak ada kelainan
Tonsil : Tidak ada kelainan
Lidah : Tidak ada kelainan
Gigi : Tidak ada
Leher : Pembesaran KGB tidak ada
Kulit : Tidak ada kelainan
Genitalia : Laki-laki, normal, skrotum ada, rugae ada
Panjang penis 2 cm, testis +/+
Kesadaran : Sadar dan tidak aktif
Gizi : Cukup
5
Bentuk thoraks : Simetris, ada retraksi subcostae
Pergerakan paru-paru : Simetris
Inspeksi : Retraksi ada subcostae
Perkusi : Sonor / sonor
Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikular +/+
Ronkhi : Tidak ada
Wheezing : Tidak ada
Jantung : Bising tidak ada
Abdomen : Datar, lemas, bising usus (+) normal
Limpa : Tidak teraba
Hepar : Tidak teraba
Umbilikus : Tali pusat kehijauan
Kelenjar-kelenjar :
Leher : Tidak ada pembesaran
Submandibula : Tidak ada pembesaran
Aksila : Tidak ada pembesaran
Selangkangan : Tidak ada pembesaran
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Anus : Lubang ada
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 34 cm
Lingkar perut : 30 cm
Panjang lengan : 14 cm
Panjang kaki : 23 cm
6
Lingkar lengan atas : 10 cm
Jarak kepala SIAS : 24 cm
Jarak SIAS kaki : 26 cm
Refleks : Refleks Moro (+)
Refleks Grasping (+)
Refleks Rooting (+)
11.5 RESUME MASUK
Telah lahir bayi ♂ pada tanggal 29 November 2013 jam 19.00 WITA secara
sectio caesarea atas indikasi atas indikasi gawat napas + oligohidramnion dengan
berat badan lahir 3100 gram, panjang badan 50 cm, APGAR Score 3-5-7.
Lahir dari ibu G3P2A0, 36 tahun, hamil 40-41 minggu.
Faktor risiko sepsis: - ketuban hijau, kental, dan berbau
- keputihan yang tidak diobati
- APGAR score rendah
KU : aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 160 x/m R 82 x/m Sb 36,6°C
Kepala : Conjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, PCH (+)
Bibir : sianosis (-)
Thoraks : Simetris, retraksi (+) SC
Cor : bising (-)
Pulmo : Sp. Bronkovesikular, rh -/-, wh -/-
7
Abdomen : Datar, lemas, BU (+) N, tali pusat kehijauan
H/L ttb
Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 3”
Kulit : Sawo matang
Genitalia : ♂, normal, skrotum (+), rugae (+)
Panjang penis 2 cm, testis +/+
Anus : lubang (+)
Skor Downess Pasien:
RR : 2
Retraksi : 1
Sianosis : 0
Air Entry : 0
Merintih : 1
Total Skor : 4
Diagnosis : BCB SMK + gawat napas sedang e.c suspek pneumonia neonatal +
suspek sepsis
Terapi :
- Berikan kehangatan
- Posisikan kepala
- Bersihkan jalan napas
- Rangsang taktil
- Keringkan tubuh
8
- Rawat tali pusat
- Injeksi vitamin K 1 mg (IM)
- Chloramphenicol ED 1 gtt ODS
- O2 (HB) 5 – 7 l/menit
- IVFD D10% (60cc/kg/hari) 7 – 8 gtt/m
- Injeksi amoxycillin 2 x 150 mg IV
- Injeksi gentamisin 15 mg / 36 jam IV
- Oral stop sementara
- GDS / 24 jam
Anjuran pemeriksaan :
- DL, CRP, Kultur darah, GDS
- Foto thoraks
Hasil Pemeriksaan Darah Tanggal 29 November 2013 :
- Leukosit : 18.100/mm3
- Eritrosit : 5,32 x 106/mm3
- Hemoglobin : 17,3 g/dL
- Hematokrit : 51,6 %
- Trombosit : 227.000 mm3
- CRP negatif (-)
9
11.6 FOLLOW UP
30 NOVEMBER 2013
S : demam(-), sesak (+), napas cepat (+)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 158 x/m RR 68 x/m Sb 36.5°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (+) sc
Suara pernapasan bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis
P : O2 (Head box) 6-8 L/mnt
IVFD D10% 231 cc 10-11 gtt/menit Ca Glukonas 16 cc
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (1)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (1)
oral stop sementara
Pro : GDS/24 jam
kultur darah
foto thorax
10
1 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 164 x/m RR 74 x/m Sb 36.5°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (+) sc
suara pernapasan bronkovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis
P : O2 (Head box) 6-8 l/mnt
IVFD D 5% 177 cc
D 10% 67 cc
NaCl 3% 16 cc 13-14 gtt/menit
KCl 6 cc
AS 6% 53 cc
Ca-glukonas 12 cc
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (2)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (2)
oral stop sementara
11
Pro : GDS/24 jam
kultur darah
foto thorax
2 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 152 x /m R 60 x /m Sb 36.6°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (+) sc
suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis
P : O2 (Head box) 6-8 l/mnt
IVFD D 5% 177 cc
D 10% 67 cc
NaCl 3% 16 cc 13-14 gtt/menit
KCl 6 cc
AS 6% 53 cc
Ca-glukonas 12 cc
12
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (3)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (3)
tropik feeding 12 x 1 cc
Pro : GDS/24 jam
kultur darah
foto thorax
3 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 154 x /m R 64 x /m Sb 36.6°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (+) sc minimal
suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis
P : O2 (Head box) 6-8 l/mnt
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (4)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (4)
susu 12 x 20 cc (kebutuhan 80cc/kgBB/hari)
13
IVFD D 5% 217 cc
D 10% 54 cc
NaCl 3% 12 cc 13-14 gtt/menit
KCl 12 cc
AS 6% 50 cc
Ca-glukonas 15 cc
Pro : GDS/24 jam
kultur darah
foto thorax
4 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 148 x /m R 62x /m Sb 37°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (-)
suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + suspek pneumonia neonatal + suspek sepsis
P : O2 (Head box) 5-7 l/mnt
14
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (5)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (5)
IVFD D 5%s 217 cc
D 10% 54 cc
NaCl 3% 12 cc 6-7 gtt/menit
KCl 12 cc
AS 6% 50 cc
Ca-glukonas 15 cc
susu 12 x 20 cc (kebutuhan 80cc/kgBB/hari)
jika RR > 80 x/menit,
oral aff sementara
Pro : foto thorax
kultur darah
5 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (+), sesak (+), intake baik
O : KU aktif (+), refleks (+)
HR 144 x /m R 60 x /m Sb 36.6°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (-)
suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
15
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + pneumonia neonatal + suspek sepsis
P : injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (6)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (6)
susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 100cc/kgBB/hari)
IVFD D 5%s 217 cc
D 10% 54 cc
NaCl 3% 12 cc 6-7 gtt/menit
KCl 12 cc
AS 6% 50 cc
Ca-glukonas 15 cc
Pro : kultur darah
Hasil foto thoraks tanggal 5 Desember 2013 : Gambaran patchy infiltrate sampai
konsolidasi dengan air bronchogram.
6 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 148 x /m R 58 x /m Sb 36.6°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (-)
16
Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + pneumonia neonatal
P : O2 (Head box) 5-7 L/mnt
IVFD D 5%s 217 cc
D 10% 54 cc
NaCl 3% 12 cc 6-7 gtt/menit
KCl 12 cc
AS 6% 50 cc
Ca-glukonas 15 cc
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (7)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (7)
susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 100cc/kgBB/hari)
oral aff sementara
cek retensi
Hasil kultur darah negatif (-)
7 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 144 x /m R 54 x /m Sb 37,1°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
17
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (-)
Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + pneumonia neonatal
P : O2 (Head box) 5-7 L/mnt
IVFD D 5%s 217 cc
D 10% 54 cc
NaCl 3% 12 cc 4-5 gtt/menit
KCl 12 cc
AS 6% 50 cc
Ca-glukonas 15 cc
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (8)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (8)
susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 120cc/kgBB/hari)
cek retensi
jika RR > 80 x/menit oral aff
8 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
18
HR 140 x /m R 54 x /m Sb 37,3C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (-)
Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + pneumonia neonatal
P : O2 (Head box) 5-7 L/mnt
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (9)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (9)
susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 140cc/kgBB/hari)
IVFD aff ganti INT
9 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 138 x /m R 50 x /m Sb 36,7°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (-)
19
Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + pneumonia neonatal
P : O2 (k/p)
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (10)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (10)
susu 8 x 38-39 cc (kebutuhan 140cc/kgBB/hari)
10 DESEMBER 2013
S : demam(-), napas cepat (-), sesak (-)
O : KU aktif (+) ↓, refleks (+) ↓
HR 136 x /m R 46 x /m Sb 36,8°C
SSP : pupil bulat isokor, Ø 3mm-3mm, refleks cahaya +/+
CV : akral hangat, CRT ≤ 3”, sianosis (-)
bising (-)
RT : simetris, retraksi (-)
Suara pernapasan broncovesikuler, rh -/-, wh -/-
GIT : datar, lemas, BU (+) Normal
hepar tidak teraba, lien tidak teraba, tali pusat terawat
Hemato : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
A : BCB SMK + pneumonia neonatal
P : O2 ( k/p)
20
injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV (11)
injeksi Amikacin 2 x 25 mg IV (11)
ASI/PASI on demand
Pro : Rencana rawat jalan
21
BAB III
DISKUSI
Pasien merupakan bayi laki-laki cukup bulan, lahir pada tanggal 29 November
2013 jam 19.00 WITA secara sectio caesarea atas indikasi gawat napas +
oligohidramnion dari ibu G3P2A0, 36 tahun, hamil 40-41 minggu. Pada
pemeriksaan fisik, didapatkan berat badan lahir 3100 gram, panjang badan lahir
50 cm dan apgar skor 3-5-7. Adapun faktor risiko sepsis dari pasien ini, yaitu
ketuban hijau, kental, dan berbau, keputihan yang tidak diobati serta apgar skor
rendah.
Menurut masa gestasi atau umur kehamilan pasien termasuk dalam
kelompok bayi cukup bulan (masa gestasi 37-42 minggu). Berdasarkan kurva
Lubchenco, berat badan pasien berada diantara persentil ke-10 dan ke-90,
sehingga bayi digolongkan sebagai berat badan bayi sesuai masa kehamilan
(SMK) atau appropiate-for-gestasional-age (SGA).1
Pneumonia neonatal dihubungkan dengan pecahnya ketuban yang
berlangsung lama, air ketuban yang keruh dan berbau, serta asfiksia janin.
Prematuritas serta berat badan lahir rendah juga menjadi faktor terjadinya
pneumonia pada neonatus. Pneumonia neonatal terjadi karena adanya kolonisasai
kuman selama masa intrauterin (transplasental, ascending dari jalan lahir),
intrapartum (aspirasi) atau postnatal (hematogen, lingkungan) yang menyebabkan
inflamasi pada parenkim paru. Berdasarkan waktu terjadinya, pneumonia neonatal
diklasifikasikan sebagai onset awal (48 jam pertama kehidupan atau ≤7 hari
22
kehidupan) dan onset akhir (>7 hari kehidupan). Kongenital atau intrauterin
pneumonia termasuk dalam subkelompok onset awal neonatal pneumonia.12
Patogen penyebab pneumonia neonatal paling banyak adalah bakteri,
virus, dan fungi. Bakteri yang umum didapatkan pada pneumonia neonatal adalah
Streptokokus Grup B dan bakteri gram negatif.12
Tabel 1. Bakteri yang biasanya didapatkan pada pneumonia neonatal12
Onset awal (≤ 7 hari) Onset akhir (> 7 hari)
Group B Streptococcus (g +) Escherichea coli (g-)
Escherichia coli (g-) Staphylococcus epidermidis (g+)
Staphylococcus aureus (g+) Klebsiella-Enterobacter-species (g-)
Listeria monocytogenes (g+) Pseudomonas aeruginosa (g-)
Enterococcus (g +)
Enterococcus (g +)
g +/- = gram positif/negatif
* berdasarkan analisis DNA
23
Manifestsi klinis pada pneumonia neonatal berupa respiratory distress,
yaitu merintih, napas cuping hidung, retraksi dan sianosis. Bayi dapat mengalami
gawat napas dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Suatu gawat napas pada
neonati dapat dievaluasi menggunakan Skor Downess. Tanda dan gejala awalnya
tidak spesifik, seperti intake menurun, letargi, iritabilitas, ketidakstabilan
temperatur, distensi abdomen, dan keseluruhan kesan tampak tidak baik. Pada
auskultasi didapatkan ronki.12
Banyak hasil radiografi thorax yang ditemukan pada pneumonia neonatal
yaitu kekeruhan yang luas pada parenkim paru, hiperinflasi terkait konsolidasi
merata yang menunjukkan obstruksi jalan napas parsial akibat sumbatan lendir
dan debris inflamasi. Gambaran yang sering ditemukan adalah perubahan densitas
alveolar dengan air bronchogram yang banyak, menunjukkan konsolidasi yang
luas.13,14
Tabel 2. Gawat napas berdasarkan skor downess15
0 1 2
Frekuensi napas < 60 / menit 60 – 80 / menit > 80 / menit
Retraksi Tidak ada retraksi Retraksi ringan Retraksi berat
Sianosis Tidak sianosisSianosis hilang
dengan O2
Sianosis menetap
walaupun diberi O2
Air entry Udara masukPenurunan ringan
udara masuk
Tidak ada udara
masuk
Merintih Tidak merintihDapat didengar
dengan stetoskop
Dapat didengar
tanpa alat bantu
24
Interpretasinya : 1 – 3 : Gawat napas ringan
4 – 5 : Gawat napas sedang
≥ 6 : Gawat napas berat
Pada pasien ini, didapatkan skor downess 4, sehingga pasien masuk dalam
kategori gawat napas sedang yang merupakan akibat dari infeksi pneumonia
neonatal, yang terdiri atas:
- Frekuensi napas : 2
- Retraksi : 1
- Sianosis : 0
- Air entry : 0
- Merintih : 1
Diagnosa pneumonia neonatal ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis didapatkan
ketuban hijau, kental, dan berbau. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda
gawat napas, yaitu frekuensi pernapasan > 80 x/menit, ada pernapasan cuping
hidung, ada retraksi pada dinding dada subcostal. Pada pemeriksaan radiologi foto
thoraks didapatkan gambaran patchy infiltrate sampai konsolidasi dengan air
bronchogram.
Sepsis dapat mencakup beberapa infeksi sistemik neonatus seperti
meningitis, pneumonia, osteomielitis artritis dan ISK. Bayi dengan distres
pernapasan serta demam merupakan gejala pada sebagian besar sepsis
neonatorum. Dari awitan gejala, sepsis neonatorum dibedakan menjadi dua jenis
25
yaitu sepsis awitan dini (SAD) timbul dalam 72 jam pertama kehidupan dan sepsis
awitan lanjut (SAL) timbul setelah umur 72 jam. Faktor risiko sepsis meliputi
faktor risiko mayor yaitu ibu lahir secara vakum, ketuban pecah dini (KPD) >18
jam, ibu demam intrapartum >38 °C, korioamnionitis, ketuban berbau, denyut
jantung janin (DJJ) >160x/menit. Faktor risiko minor terdiri dari KPD >12jam,
demam intrapartum >37,5 °C skor APGAR rendah (menit 1 skor <5 dan menit 5
skor <7), BBLSR (<1500 gram), kembar, usia kehamilan <37 minggu, keputihan
yang tidak diobati, ibu yang dicurigai infeksi saluran kemih (ISK). Seorang bayi
memiliki risiko sepsis bila memenuhi dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor
ditambah dua kriteria minor.5,16-8
Pasien ini didiagnosis awal dengan suspek sepsis karena ditemukan
adanya faktor resiko sepsis, yaitu ketuban hijau, kental, dan berbau, keputihan
tidak diobati, serta APGAR skor yang rendah (3-5-7). Diagnosis ini dihilangkan
pada tanggal 6 Desember, karena hasil kultur darah negatif.
Pemberian pengobatan sepsis biasanya dengan pemberian antibiotik
kombinasi yang bertujuan untuk memperluas cakupan mikroorganisme patogen
yang mungkin diderita pasien. Penanganan pada pasien ini diberikan kombinasi
antibiotik golongan injeksi Ceftazidime 2 x 150 mg IV dan injeksi Amikacin 2 x
25 mg IV. Penanganan pneumonia pada neonatus serupa dengan penanganan
infeksi neonatus pada umumnya. Antibiotik yang diberikan harus dapat mencakup
kuman kokus gram positif terutama Streptococcus grup B dan batang gram
negatif. Diberikan antibiotik ceftazidime dan amikasin yang merupakan lini ke-2
dari penatalaksanaan terhadap pneumonia neonatal pada pasien ini karena
keaadaan klinis yang tampak jelek serta leukosit yang tinggi (suspek sepsis).
26
Ceftazidime merupakan pilihan utama untuk gram positif sedangkan untuk kuman
gram negatif terutama Escherichia coli dan Proteus mirabilis digunakan amikasin.
Amikasin merupakan turunan kanamisin. Obat ini tahan terhadap 8 dari 9 enzim
yang merusak aminoglikosida, sedangkan gentamisin dapat dirusak oleh 5 dari
enzim tersebut. Terutama diindikasikan untuk infeksi berat gram negatif yang
resisten terhadap gentamisin. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik terhadap
hampir semua kuman gram-positif dan sejumlah kuman gram-negatif, juga
terhadap Chlamydia trachomatis dan Mycoplasma. Pada penelitian di India pola
resisten antibiotic bakteri gram negatif dari sekret respiratori bawah, resisten
tertinggi terjadi pada ampisilin (96,6%) dan terendah terhadap amikasin (28%).
Pada penelitian Retno Widyaningsih dkk di RSAB Harapan kita, amikacin dan
ceftazidim masih menunjukkan sensitivitas tinggi terhadap kuman penyebab
pneumonia neonatal. Lama pemberian antibiotik adalah 10 – 14 hari.19
Prognosis pada pasien ini adalah dubois ad bonam, karena dengan
pengobatan yang diberikan memberikan respon yang baik dan tanpa mengalami
komplikasi yang dapat memperberat keadaan penderita.
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Damanik, SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Dalam:
Kosim MS, Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, editor. Buku ajar
neonatologi. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. H. 11-29.
2. Surasmi A, Handayani S, Kusuma HN. Penatalaksanaan umum bayi risiko
tinggi. Dalam: Perawatan bayi risiko tinggi. Jakarta: ECG; 2005. H. 3-14.
3. Reiterer F. Neonatal Pneumonia. Austria: Intech. 2013;19.
4. Hull D, Johnston D. Masalah pernapasan pada bayi baru lahir. Dalam: Dasar –
dasar pediatri. Jakarta: ECG; 2008. H. 56-60.
5. Lee KG, Cloherty JP. Identifying the high risk newborn and eveluating
gestational age, prematurity, large for gestational age, and small gestational
age. Manual neonatal care. Edisi 5. Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins; 2009. H. 45-49.
6. Rusmawati A. Skor downess sebagai prediktor klinis untuk menilai
hipoksemia pada neonatus dengan tanda distres respirasi [Thesis].
Yogyakarta: Universitas Gajah Mada 2007;1-2.
7. Kosim MS. Gangguan napas pada bayi baru lahir. Dalam: Kosim MS,
Yunanto A, Dewi R, Sarosa GI, Usman A, editor. Buku ajar neonatologi. Edisi
1. Jakarta: Balai Penerbit IDAI; 2010. H. 126-45.
8. United Nations Children’s Fund (UNICEF) and World Health Organization
(WHO). Pneumonia: The forgotten killer children. New York:
UNICEF/WHO. 2006.
28
9. Sundaram V, Kumar P, Dutta S, Mukhopadhyay K, Ray P, Gautam V, et al.
Blood culture confirmed bacterial sepsis in neonates in North Indian tertiary
care center: changes over the last decade. Jpn J Infect Dis 2009;46-50.
10. Jain NK, Jain VM, Maheshwari S. Clinical profile of neonatal sepsis.
Kathmandu Univ Med J. 2006;1:117-20.
11. Black RE, Cousens S, Johnson HL, Lawn JE, Rudan I, Bassani DG, et al.
Global, regional, and national causes of child mortality in 2008: a systemic
analysis. Lancet. 2013;1969-87.
12. Nissen MD. Congenital and neonatal pneumonia. Pediatrics Resp. Reviews.
2007; 8:195-203.
13. Ostapchuk M, Roberts MD, Haddy R. Community-acquired pneumonia in
infants and children. AmFamPhysician. 2006;1:899-908.
14. Costa S, Rocha G, Leito A, Guimaraes H. Transient tachypnea of the newborn
and congenital pneumonia: a comparative study. Journal of Maternal-Fetal and
Neonatal Medicine. 2012;7:992-4.
15. Kosim MS. Deteksi dini dan manajemen gangguan napas pada neonatus. Sub
Bagian Perinatologi RSUP Dr. Kariadi. 2010.
16. McGuire W, Clerihew L, Fowlie PW. Infection in the preterm infant. BMJ
2006;329;1277-8.
17. Ferrieri P, Wallen LD. Neonatal bacterial sepsis. Dalam: Gleason C, Devaskar
S, penyunting. Avery’s diseases of the newborn. Edisi 9. Philadelphia:
Elsevier Saunders. 2012. H. 538-50.
29
18. Navneeth, BV dan MR Sandhaya Balwadi. Antibiotic resistance among gram
negative bacteria of lower respiratory tract secretion in hospital patiens. India
J Chest Dis Allied Sci. 2008;44:173-6.
30