laporan askep keluarga
DESCRIPTION
Laporan Askep KeluargaTRANSCRIPT
Laporan Seminar
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)
Disusun untuk melengkapi tugas blok Clinical Study 2
Departemen Komunitas dan Keluarga
Oleh KELOMPOK 3 REGULER 1:
ATIKATSANI LATIFAH 115070200111023
MEIDA UNTARI 115070200111027
DSK MD DIAH PURNAMA 115070200111029
FRITA FERDINA 115070200111031
AISYAH PUTRI SARI D 115070200111033
DHINAR IKA WARDHANI P 115070207111025
Jurusan Ilmu KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas Brawijaya
Malang2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Definisi dari keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu
atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007) sesuai dengan
fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan
yang perlu dipahami dan dilakukan, tugas keluarga tersebut antara lain fungsi
keperawatan yaitu mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah
kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian faktor penyebab, tanda dan gejala serta
yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat
mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan
tindakan keperawatan. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, untuk
mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,
mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.
(Harmoko,2012)
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. (Sri Setyowati, 2008 : 75). Dalam hal ini,
asuhan keperawatan dilakukan pada keluarga dengan anak mengalami ISPA.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang
menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya,
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2003). Penyakit ISPA
merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang
sedang berkembang. Di negara berkembang ISPA dapat menyebabkan 10-25
kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya. Sebanyak
dua per tiga kematian tersebut adalah bayi. (WHO, 2003)
Kejadian penyakit ISPA di Indonesia masih cukup tinggi terutama pada anak
-anak yaitu pada kelompok Balita. Sekitar 20% - 30% kematian anak Balita
disebabkan oleh penyakit ISPA. Berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan
insiden ISPA pada Balita antara lain: umur < 2 bulan, laki-laki, gizi kurang, Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapat ASI memadai, polusi udara,
kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, defisiensi vitamin A,
pemberian makanan tambahan terlalu dini dan ventilasi rumah yang kurang (Lilis,
2006).
Penangananan kasus ISPA yang tepat penting karena empat alasan yaitu
menghilangkan penderitaan, mengurangi munculnya gejala sisa, membantu ibu
dalam merawat anaknya selama sakit jika petugas kesehatan mengajari para ibu
cara memberikan perawatan yang tepat untuk ISPA, mengurangi penggunaan
antibiotik yang tidak tepat untuk mengatasi infeksi saluran pernafasan. Hal ini
merupakan tujuan penting program pengawasan ISPA karena tindakan tersebut
akan mengurangi berkembangnya resistensi antibiotik dan menghemat sumber
daya (Wijaya, 2003).
1.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan keluarga Tn.K
dengan ISPA.
Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada keluarga Tn.K dengan ISPA.
b. Dapat merumuskan, menegakkan dan menentukan prioritas diagnosa
keperawatan pada keluarga Tn.K dengan ISPA.
c. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada keluarga Tn.K
dengan ISPA
d. Dapat melaksanakan implementasi keperawatan pada keluarga Tn.K
dengan ISPA
e. Dapat melakukan evaluasi pada keluarga Tn.K dengan ISPA
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan informasi dalam bidang keperawatan keluarga tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan ISPA.
1.3.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam
pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada
keperawatan keluarga dengan ISPA
b. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar
tentang asuhan keperawatan keluarga dengan ISPA yang dapat
digunakan acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.
c. Bagi Perawat
Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan
pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada
pasien keluarga dengan ISPA
d. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang ISPA
beserta cara penularan dan pencegahannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu bergabung karena ikatan
tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional dan
mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga
(Friedman,1998).
2.1.2 Tipe Keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman (1998)
a. Keluarga inti (nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung/angkat)
b. Keluarga besar (extended family)
Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah misalnya : kakek, nenek, bibi,
paman, dan keponakan
c. Keluarga "Dyad" (Dyad family)
Keluarga dyad adalah satu keluarga terdiri dari suami istri tanpa
anak
d. Keluarga berantai (serial family)
Terdiri dari keluarga wanita dan pria menikah lebih dari satu kali
dan merupakan keluarga inti
e. Single family (Single parent)
Keluarga dimana suatu rumah tangga terdiri dari satu orang tua
dengan anak (kandung/angkat) terjadi karena perceraian atau
kematian
f. Keluarga Usila
terdiri atas suami istri yang usia lanjut
2.1.3 Fungsi Keluarga
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif adalah dasar utama bagi pembentukan dan keberlanjutan
keluarga dan ini menggantikan satu fungsi utama di dalam keluarga.
Ketika banyak pekerjaan yang dilakukan di luar rumah, banyak usaha
yang dilakukan oleh setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota
keluarga untuk meningkatkan kassih sayang dan pemahaman satu sama
lain.Kemampuan untuk melakukan hal ini merupakan kunci yang
menentukan apakah sebuah keluarga akan tetap utuh atau melebur.
Seperti yang dikatakan Duvall (1977), Kebahagiaan keluarga dapat diukur
dengan kekuatan cinta dari keluarga itu sendiri. Masing-masing anggota
keluarga harus dapat menemukan kasih sayang dengan anggota
keluarga lainnya, karena hal tersebut merupakan penghargaan bagi
setiap kehidupan keluarga. Peran utama orang dewasa dalam keluarga,
fungsi ini disepakati dengan pendapat keluarga dan menjaga kebutuhan
sosioemosional dari semua anggota keluarga. Ini menyangkut
pemeliharaan moral. Fungsi ini akan membentuk kepribadian orang-orang
dewasa dan menemukan kebutuhan psikologis anggota
keluarga.berhubungan dg fungsi internal keluarga dlm pemenuhan
kebutuhan psikososial ( saling menyayangi, saling membantu, keakraban
antar anggota)
b. Fungsi Sosialisasi
Inti dari fungsi sosialisasi adalah membentuk anak-anak menjadi individu
yang mampu berpartisipasi dalam lingkungan dan masyarakat. Sosialisasi
dalam keluarga merupakan hal yang umum. Ini bertujuan untuk belajar
dari pengalaman yang ada dalam keluarga untuk mengajarkan pada
anak-anak bagaimana peran seorang ayah dan ibu. Keluarga memiliki
tanggung jawab utama, yaitu untuk membentuk seorang individu dari bayi
menjadi seseorang yang mampu berpartisipasi di masyarakat. Lebih dari
itu, sosialisasi seharusnya tidak hanya diartikan sebagai pembentukan
bayi dan pola asuh anak , tapi lebih sebagai proses kehidupan yang
panjang yang mencakup internalisasi nilai dan norma yang tepat untuk
menjadi seorang remaja, orang tua, karyawan pada pekerjaan baru,
kakek-nenek dan seorang yang sudah pensiun. Singkatnya, sosialisasi
merupakan proses pembelajaran terhadap budaya. Karena pemberian
fungsi ini meningkat di sekolah, fasilitas perawatan anak dan tempat
rekreasi serta institusi diluar keluarga , peran keluarga semakin sedikit
dalam hal sosialisasi, sehingga sebaiknya orang tua tetap memberikan
wadah dan pengetahuan mengenai budaya leluhurnya kepada anak-
anaknya. Kohlberg (1970) menjelaskan bahwa proses perkembangan
moral anak dimiliki dari wadah yang ada di dalam keluarga.
Perkembangan moral dilihat sebagai suatu proses yang mirip dengan
tahap perkembangan emosional dan kognitif. Peran (figur) orang tua
mampu mempengaruhi perkembangan moral anak baik dari segi positf
maupun negatif.
Sosialisasi dimulai sejak lahir. keberhasilan perkembangan
individu dan keluarga dicapai melalui interaksi/hubungan antar anggota.
Anggota keluarga belajar disiplin, norma , budaya, dan perilaku melalui
hubungan dan interaksi dlm keluarga
c. Fungsi Reproduksi
Salah satu fungsi utama keluarga adalah memastikan keberlanjutan
generasi dalam keluarga. Dahulu pernikahan dan keluarga dibentuk untuk
mengatur dan mengontrol perilaku seksual. Aspek ini (mengatur dan
megontrol perilaku seksual, kontrasepsi dan reproduksi) saat ini fungsinya
menjadi kurang penting dalam keluarga. Sampai saat ini reproduksi
merupakan fungsi utama dari sebuah keluarga.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi meliputi usaha-usaha yang dilakuakan oleh
keluarga untuk mencukupi kebutuhan (keuangan, ruangan, dan barang-
barang kebutuhan) dan proses pembuatan keputusan mengenai
ketepatan alokasinya. Pengkajian sumber-sumber ekonomi oleh perawat
dengan sumber data yang relevan dari kemampuan keluarga untuk
mengalokasikan dana dengan tepat dalam mencukupi kebutuhan seperti
pakaian, makan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan secara
adekuat. Karena fungsi ini dapat dikatakan sulit untuk keluarga yang
kurang mampu untuk memenuhi kepuasannya, perawat keluarga harus
dapat menerima tanggung jawab dalam membantu keluarga-keluarga
tersebut untuk mendapatkan sumber yang tepat dimana mereka bisa
mengamankan informasi yang dibutuhkan, pekerjaan, bimbingan
vokasional, dan bantuan keuangan.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan .
Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan yang
dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :
1. Mengenali masalah kesehatan
2. Mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat
3. Merawat keluarga yang sakit
4. Memodifikasi lingkungan (menciptakan dan mempertahankan
suasana rumah yang sehat)
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat
2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan menurut Friedman
1. Pasangan baru
Dimulai saat individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri)
membentuk keluarga melalui ikatan perkawinan. Tugas
perkembangan keluarga adalah perencanaan keluarga
(membahas tentang bagaimana menjadi orang tua), menciptakan
sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan
jaringan persaudaraan secara harmonis.
2. Keluarga kelahiran anak pertama
Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi
berusia 30 bulan, tugas perkembangan keluarga adalah : Setting
up keluarga baru sebagai kesatuan yang stabil (integrasi kelahiran
seorang bayi masuk ke dalam sebuah keluarga),
mempertahankan hubungan pernikahan, mengembangkan
hubungan dengan menambahkan peranan orang tua dan peranan
kakek-nenek
3. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun. Tugas
perkembangan: memenuhi kebutuhan anggota keluarga (tempat
tinggal, privacy, rasa aman), membantu anak bersosialisasi,
beradaptasi dengan anak yang baru lahir
4. Keluarga dengan anak sekolah
Dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan
mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal
dari masa remaja.Tugas keluarga pada tahap ini adalah:
sosialisasi terhadap anak yang meliputi promosi prestasi sekolah
hubungan yang baik dengan teman sebaya, mempertahankan
hubungan pernikahan, memenuhi kebutuhan fisik untuk kesehatan
anggota keluarga
5. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,
tahap ini berlangsung selama 6-7 tahun, meskipun tahap ini dapat
lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau
lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19
atau 20 tahun. Tugas keluarga pada tahap ini adalah
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab sebagai
remaja yang sudah mature dan menjadi semakin mengurus
kebutuhan sendiri, kembali fokus terhadap hubungan pernikahan.
Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.
6. Keluarga dengan anak dewasa
Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditanggung
oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir
dengan "rumah kosong" ketika anak terakhir meninggalkan
rumah.Tugas keluarga pada tahap ini adalah komunikasi terkait
persoalan antara orang tua dan dewasa muda, orang tua (suami-
istri) ssudah mulai timbul penuaan dan penyakit.
7. Keluarga dengan usia pertengahan
Merupakan tahap usia pertengahan bagi orang tua, dimulai
ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tugas keluarga pada
tahap ini adalah mempertahankan kenyamanan dan hubungan
yang penuh arti dengan orang tua dan anak. memperkuat
hubungan pernikahan, komunikasi dan memperkuat hubungan
dengan anak, menantu, cucu dan orang tua
8. Keluarga dengan usia lanjut
Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan
memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan meninggal
dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas keluarga
pada tahap ini adalah meningkatakan fungsi akibat
ketidakmampuan (gangguan mobilitas maupun karena penyakit
kronis pada usia tua, mempertahanakan rencana hidup yang
menyenangkan, berkurangnya kegiatan fisik dan fungsi.
2.2 Konsep Penyakit ISPA
2.2.1 Definisi ISPA
Menurut WHO: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit
saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat
menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit
tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan
mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan,
dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA
didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan
oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya
gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok,
coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh
patogen yang menyebabkan ISPA yang dimasukkan dalam pedoman
iniadalah rhinovirus, respiratory syncytial virus, paraininfluenzaenza virus,
severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV),
dan virus Influenza.
Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi,
saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau
mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasanadalah organ yang
dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti
sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akutadalah infeksi
yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Menurut Corwin (2001), infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi
yang disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis,
radang tenggorokan, dan laringitis.
2.2.2. Klasifikasi ISPA
a. Berdasarkan letak anatomis
1. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,
sinusitis, otitis media (infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi
pada tenggorokan)
2. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai
dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti
epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia
2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari:
Bakteri :Diplococcus pneumonia,Pneumococcus,Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain.
Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, (ISPA atas virus
utama), Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus.
Jamur : Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.
Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)
biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda
asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).
Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang
mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA.
1. Faktor host ( diri )
a. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak
usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa
penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering
menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Hidayat,2009).
b. Jenis Kelamin
Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang
seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak
penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit
ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.Anak perempuan lebih tinggi dari
laki – laki di negara Denmark(Hidayat,2009).
c. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah
lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi,
yang satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan
tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga
menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi,
sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan
keseimbangan tersebut adalah status gizi anak(Hidayat,2009).
d. Status imunisasi
Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita
ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain
yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan
peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA
(Hidayat,2009).
e. Pemberian suplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa
pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada
penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan
sel epitel yang mengalami diferensiasi.
f. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-
bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber
nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme
yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara
sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi
pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke
permukaan saluran pernafasan atas (Hidayat,2009).
2. Faktor Lingkungan
a. Rumah
Merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk
tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan
yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan
jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan
individu (WHO, 1989). Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki
faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang
tinggal di rumah culster di Denmark (Hidayat,2009).
b. Kepadatan Hunian
Seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan
masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian
oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian
(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.
c. Status sosioekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi
yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan
masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara
status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi
yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status
sosioekonomi (Hidayat,2009).
d. Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai
kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari
keluarga yang tidak merokok.
2.2.4 Tanda dan Gejala ISPA
Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:
a) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi
pada trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi
karena iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum).
b) Kesulitan bernafas
Akumulasi mukus di trakea akan mengakibatkan saluran nafas tersumbat
sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas.
c) Sakit tenggorokan
Terjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung
dendrit oleh nervus, untuk menstimulasi pelepasan kemoreseptor yaitu
bradikinin dan serotonin sehingga terjadi perangsangan nyeri pada
tenggorokan.
d) Demam
Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini sebagai
mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang
masuk.Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri
tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan
konjungtivitis.Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,
nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia.Bila peningkatan suhu
berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.Diagnosis ISPA oleh
karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap
jasadrenik itu sendiri.Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,
diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri
dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan
tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis :
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),
retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas
lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
hypotensi dan cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,
bingung, papil bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Batuk
2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara
(misal pada waktu berbicara atau menangis).
3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak
diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari
ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang
dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur
satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan
menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.
2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
3. Tenggorokan berwarna merah.
4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala
ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai
berikut:
1. Bibir atau kulit membiru.
2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas.
3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah.
5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
7. Tenggorokan berwarna merah.
2.2.5 Cara Penularan ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,
bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka
penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi
tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian
besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung,
namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena
menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme
penyebab.
2.2.6 Pencegahan ISPA
1. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya
untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
2. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir
minuman, baju cuci atau handuk.
3. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau
anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi
mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan
dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit ISPA.
4. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
5. Hindari anak dari paparan asap rokok
( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA
IDENTIFIKASI DATA
1. Nama Keluarga : Tn. K
2. Alamat : Dsn. Karang Ampel No. 45 RT 14/RW 2 Kecamatan
Dau :
3. Komposisi Keluarga :
NO
NAMA
(AKHIR,
DEPAN)
JENIS
KELAMINHUBUNGAN
TEMPAT,
TANGGAL
LAHIR
PEKERJAAN PENDIDIKAN
1. Tn. K L Suami Malang (28th) Mekanik SMK
2. Ny. SR P Istri Malang (25th) Wiraswasta SMK
3. Ny. S P Nenek Malang (65th) - -
4. An. SK P Anak 1 Malang (4,5th) Siswa TK
5. An. MY L Anak 2 Malang (2,5th) - -
4. Genogram dan ecomap
An.MY (2,5 th)
An.SK (4,5 th)
Ny. SR (25 th)
Tn. K (28
Ny. S (65 th)
Tipe Bentuk Keluarga : tipe keluarga extended family dimana keluarga terdiri
dari nenek, anak, menantu dan cucu
5. Latar Belakang Budaya (Etnis)
6.1. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota Keluarga
Keluarga Tn. K termasuk Suku Jawa
6.2. Tempat Tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara
etnis bersifat homogen). Uraikan.
Bersifat heterogen, beberapa penduduk berasal dari daerah lain yaitu
Bali dan Madura
6.3. Kegiatan-kegiatan Keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan
(Apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya
keluarga). Sebutkan.
Kelluarga Tn. K aktif mengikuti kegiatan keagamaaan seperti tahlil,
yasinan, terbangan, tarikat yang ruitn dilaksanakan di dusun
6.4. Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau modern).
Sebutkan.
Keluarga Tn. K sering mengonsumsi makanan berkuah bening
daripada bersantan, keluarga tidak suka makanan pedas. Untuk
berbusana termasuk berbusana modern.
6.5. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau ”modern”. Sebutkan.
Modern, dengan pengambilan keputusan antara suami dan istri
6.6. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah
Bahasa Jawa. Anggota keluarga sering menggunakan bahasa jawa
krama halus
6.7. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi.
(Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam
praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki
kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan). Uraikan.
Bila ada anggota yang sakit, keluarga telah memanfaatkan fasilitas
kesehatan seperti puskesmas dan dokter. Selain itu, keluarga juga
menggunakan pengobatan tradisional misalnya bila anak sakit panas
maka diberi kunir madu dan apabila ada sakit kadang-kadang minum
jamu.
6. Identifikasi Religius
7.1. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan
beragamaan mereka. Jelaskan.
Tidak, semua anggota keluarga Islam
7.2. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau
organisasi-organisasi keagamaan lain. Jelaskan.
Baik Tn. K maupun Ny. SR aktif mengikuti kegiatan agama seperti
tahlil, yasinan, terbangan, tarikat yang rutin dilaksanakan setiap minggu
di dusunnya
7.3. Keluarga menganut agama apa. Sebutkan.
Islam
7.4. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut
dalam kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan. Sebutkan.
Melakukan ibadah dan berdoa apabila ada keluarga yang sakit parah.
8. Status Kelas Sosial (berdasarkan pekerjaan, pendidikan dan pendapatan)
8.1. Status Ekonomi
Jumlah Pendapatan per Bulan : ± 1.000.000
Sumber-sumber Pendapatan per Bulan :bengkel dan toko kelontong
Jumlah Pengeluaran per Bulan :±800.000
Apakah Sumber Pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga:
√ ya tidak
Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?
9. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang
9.1. Tulislah aktivitas-aktivitas waktu luang dari subsistem keluarga.
Keluarga sangat jarang bepergian keluar rumah untuk rekreasi.
Keluarga memanfaatkan waktu luang di rumah dengan menonton
televisi, bermain dengan anak-anak, dan berkunjung ke tetangga
ataupun rumah saudara yang rumahnya berdekatan.
RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
10. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Keluarga Tn. K berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
usia pra sekolah dimana anak pertama adalah An. SK dengan pendidikan TK
nol kecil
11. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai
dengan tahap perkembangan saat ini. Jelaskan.
Sesuai tahap perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah,
mencontohkan bagaimana bersosialisasi dengan orang lain contohnya
menyuruh untuk bersalaman apabila bertemu dengan tamu. Mengajarkan
anak tentang sopan santun dan mengajarkan bagaimana berbahasa jawa
halus.
12. Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan
dan kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman kesehatan yang unik
atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang, dll)
yang terjadi dalam kehidupan keluarga. Sebutkan.
Tidak terkaji karena keluarga malu untuk menceritakan
13. Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya;
hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua).
Ceritakan.
-
DATA LINGKUNGAN
14. Karakteristik Rumah
14.1. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll).
Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini
rumah sendiri yaitu rumah orang tua Tn. K
14.2. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).
Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu,
kamar tidur, dll), penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan
bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan
perabot. Apakah penerangan ventilasi, pemanas. Apakah lantai,
tangga, susunan dan bangunan yang lain dalam kondisi yang adekuat.
Jelaskan.
Rumah keluarga Tn. K berukuran 6x9 meter. Bentuk rumah permanen,
terdiri atas teras, ruang tamu, toko kelontong disamping ruang tamu,
ruang keluarga, 2 kamar tidur, dapur, dan WC. Lantai rumah terbuat
dari semen. Atap ruang tamu terlihat ada yang berlubang. Tembok
terbuat dari semen dan belum dicat. Ventilasi berasal dari pintu dan
jendela. Penerangan rumah kurang pada siang hari sehingga keluarga
menyalakan lampu pada siang hari. Di dalam rumah yaitu di ruang
keluarga dan kamar tidur, pencahayaan matahari terlihat masih kurang.
Tatanan perabotan rumah terlihat kurang rapi.
14.3. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,
pengamanan untuk kebakaran. Jelaskan.
Suplai air minum, dengan merebus air minum sendiri. Memasak masih
menggunakan kayu bakar dan asap dari kayu bakar bisa keluar tidak
mengganggu udara di dalam rumah. peralatan memasak sudah
menggunakan peralatan masak modern.
14.4. Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun
dan handuk. Jelaskan.
Sumber air berasal dari swadaya masyarakat dengan mengalirkan air
dari pegunungan, dan terkadang sumber air keruh sehingga butuh
didiamkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Penggunaan sikat
gigi dan handuk, setiap orang masing-masing memiliki sendiri.
Penggunaan sabun batang digunakan bersama-sama.
14.5. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan tersebut
memadai bagi pada anggota keluarga, dengan pertimbangan usia
mereka, hubungan dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.
Jelaskan.
Nenek tidur di kamar terpisah, sedangkan ayah, ibu dan anak-anak
tidur bersama-sama.
14.6. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada
serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/atau
masalah-masalah sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatang-
binatang piaraan. Jelaskan.
Keadaan rumah cukup bersih dan tatanan letak barang-barang terlihat
kurang rapi. Lantai terkelupas di beberapa titik. Atap rumah terlihat ada
yang rusak. Tidak ada masalah tentang kehadiran serangga-serangga
kecil
14.7. Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah
keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka. Jelaskan.
Keluarga mengatakan rumah sudah nyaman dan sesuai dengan
kebutuhan mereka
14.8. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan
privasi mereka memadai. Jelaskan
Keluarga mengatakan pengaturan privasi sudah baik dilakukan dalam
keluarganya dan merasa nyaman dnegan pengaturan privasi yang
dilakukan
14.9. Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap keamanan
rumah/lingkungan.
Tidak ada bahaya keamanan
14.10.Evaluasi adekuasi pembuangan sampah. Jelaskan.
Pembuangan sampah dikumpulkan atau diambil oleh orang yang
bertugas mengambil sampah dengan menggunakan gerobak sampah.
Pengambilan sampah tersebut, keluarga melakukan pembayaran.
14.11.Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara
keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah. Jelaskan.
Keluarga puas dengan keadaannya saat ini. Nyaman sesuai dengan
kebutuhannya.
15. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas
15.1. Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang paling dekat
dan komunitas yang lebih luas?
Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota).
Sebutkan.
Desa
Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan
industri kecil, agraris) di lingkungan. Sebutkan.
Agraris, peternakan, dan hunian
Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak
terpelihara, sementara diperbaiki). Jelaskan.
Kondisi jalan terlihat berlubang di beberapa tempat
Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).
Jelaskan.
Pembuangan sampah dikumpulkan atau diambil oleh orang yang
bertugas mengambil sampah dengan menggunakan gerobak
sampah. Kebersihan di sekitar rumah dibersihkan sendiri oleh
rumah yang berada di tempat tersebut.
Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (udara, kebisingan,
masalah-masalah polusi air). Jelaskan.
Terdapat peternakan ayam. Dan terjadi polusi udara karena
peternakan ayam tersebut apabila pada musim panen ayam.
15.2. Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?
Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni. Sebutkan.
Sebagian besar masyarakat bersuku Jawa, beberapa suku Bali dan
Madura. Dan sebagian besar masyarakat mempunyai kelas sosial
menengah.
Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung
belakangan ini dalam lingkungan/komunitas. Jelaskan.
Tn. K mengatakan belakangan ini di dusun tersebut mulai banyak
pendatang baru dan masyarakat dusun mulai membuat MCK di
rumah masing-masing.
15.3. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan sosial apa
yang ada dalam lingkungan dan komunitas?
Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar). Sebutkan.
Ada warung, toko
Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan
fasilitas-fasilitas gawat darurat). Sebutkan.
Terdapat poskesdes dan praktek dokter
Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling,
pekerjaan). Sebutkan.
Tidak ada
15.4. Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau komunitas
dapat diakses dan bagaimana kondisinya?. Jelaskan.
Sekolah dapat diakses dengan jalan kaki, dan salah satu sekolah
kondisinya terlihat bagus.
15.5. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini. Sebutkan.
Terdapat bangunan candi badut, wisata petik jeruk.
15.6. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana pelayanan-pelayanan dan
fasilitas-fasilitas tersebut dapat diakses (dalam arti, jarak, kecocokan,
dan jam, dll) kepada keluarga. Jelaskan.
Tidak ada kendaraan umum.
15.7. Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas? Apakah
ada masalah keselamatan yang serius?. Jelaskan.
Tn. K mengatakan desanya aman
16. Mobilitas Geografis Keluarga
16.1. Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini.
Sejak orang tua Tn. K tinggal di dusun tersebut
16.2. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal? Jelaskan.
Tidak pernah. Hanya saat kepindahan Ny. SR mengikuti sang suami
yang telah disikusikan dahulu sebelum menikah.
17. Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas dalam Komunitas
17.1. Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan?. Sebutkan tempat pelayanan kesehatannya.
Hampir semua anggota keluarga pernah menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan
17.2. Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan dan
fasilitas?
Apabila ada anggota keluarga yang sakit.
17.3. Apakah keluarga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di
Komunitas untuk Kesehatan Keluarga (JPS, JPKM, Dana Sehat,
LSM)?. Sebutkan.
Keluarga mempunyai jamkesda tetapi tidak dipergunakan karena
alasan jauh untuk mencapai puskesmas dan lama pelayanannya
17.4. Bagaimana keluarga memandang komunitasnya?
Tn. K mengatakan masyarakat di daerahnya rukun, karena antar warga
masih mempunyai hubungan saudara
18. Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial Keluarga:
18.1. Siapa menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,
dukungan konseling aktivitas-aktivitas keluarga (Sebutkan Lembaga
Formal atau Informal; Informal: Ikatan Keluarga, teman-teman dekat,
tetangga; Formal: Lembaga Resmi Pemerintah maupun Swasta/LSM)
Tetangga dan saudara dekat
STRUKTUR KELUARGA
19. Pola-pola Komunikasi
19.1. Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan
instruksi?
iya
Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan
perasaan-perasaan mereka dengan jelas?
iya
Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons
dengan baik terhadap pesan?
iya
Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan?
iya
Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga?
Bahasa Jawa
Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak
langsung?. Jelaskan.
Keluarga berkomunikasi secara langsung dengan berbincang-
bincang satu sama lain.
19.2. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam
keluarga? (Langsung, terbuka)
Keluarga menyampaikan perasaan secara terbuka
Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?.
Sebutkan.
Marah, senang, sedih
Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif atau
keduanya?. Sebutkan.
Emosi yang disampaikan bersifat keduanya. Dapat bersifat negatif
apabila ada salah satu anggota keluarga yang melakukan
kesalahan.
19.3. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung
dalam keluarga? Jelaskan
Keluarga sering berkomunikasi dengan kualitas baik. Keluarga juga
sering bercanda
Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan
penting? (langsung, tidak langsung, sebutkan caranya)
Keluarga menyampaikan apa yang mereka rasakan/ butuhkan
secara langsung
19.4. Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola-
pola komunikasi keluarga?. Sebutkan.
Tidak ada
19.5. Adakah hal-hal/masalah dalam keluarga yang tertutup untuk
didiskusikan?. Sebutkan.
Tidak ada
20. Struktur Kekuasaan
Keputusan dalam Keluarga
20.1. Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga?
Diskusi antara suami dan istri
Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga?
Ny. SR
Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaan atau
tempat tinggal?
Tidak pernah pindah pekerjaan atau tempat tinggal. Hanya saat
kepindahan Ny. SR mengikuti sang suami setelah menikah yang
telah didiskusikan dengan suami dan keluarga Ny.SR
Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan
anak?
Tn. K dan istri
20.2. Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan (otoriter,
musyawarah/
kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)?
musyawarah
Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan
tersebut?
iya
20.3. Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat keputusan?
(Kekuasaan tak berdaya, keahlian, penghargaan, paksaan kekuasaan
berdasarkan kekuatan/berpengaruh, kekuasaan aktif). Sebutkan.
Atas dasar kekuatan aktif
20.4. Kekuasaan dalam keluarga didominasi oleh siapa?. Sebutkan dan
Jelaskan
Oleh Tn. K yang berperan sebagai kepala keluarga
21. Struktur Peran
Struktur Peran Formal
21.1. Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga?
Gambarkan bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-
peran formal mereka.
Tn. K mencari nafkah sebagai mekanik dan NY. SR sebagai IRT
dengan mempunyai pekerjaan sambilan membuka toko kelontong
di rumah. Nenek membantu Ny.SR mengurus kebutuhan sehari-
hari dan membantu menjaga anak-anak. Anak-anak berperan
menuntut ilmu sesuai jenjang usia
Adakah konflik peran dalam keluarga?. Jelaskan.
Tidak ada konflik peran dalam keluarga
Struktur Peran Informal
21.2. Adakah peran-peran informal dalam keluarga?. Jelaskan.
Ny. SR ikut membantu mencari nafkah dengan membuka toko
kelontong
Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali
peran-peran tersebut sering dilakukan atau bagaimana peran-peran
tersebut dilaksanakan secara konsisten?
Ny. SR membuka toko kelontong setiap harinya dengan konsisten,
namun tutup apabila hari libur atau sedang keluar ke rumah.
Tujuan dari peran-peran informal yang dijalankan keluarga adalah:
Sebutkan
Tujuan membuka toko kelontong adalah untuk menambah
pendapatan keluarga
21.3. Jika peran-peran informal bersifat disfungsional, siapa yang
melaksanakan peran-peran ini pada generasi sebelumnya?
Tidak ada
21.4. Apa pengaruh/dampak terhadap orang (-orang) yang memainkan
peran-peran tersebut?
Tidak ada. Ny. SR masih tetap bias melakukan tugasnya yang lain.
Analisa Model Peran
21.5. Siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran di keluarga?.
Sebutkan.
Orang tua dari Tn. K dan Ny. SR
21.6. Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran
keluarga?
tidak
21.7. Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian
peran keluarga?
Tidak. Hanya Tn. K cenderung lebih berpengaruh dalam keluarga
dimana hal ini mengikuti budaya jawa dimana laki-laki lebih dominan.
21.8. Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan
tahap perkembangannya?
iya
21.9 Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-
peran keluarga?
Dilakukan pembagian tugas kepada anggota lain yang tidak sakit.
Contohnya saat ibu yang sakit, ayah dan nenek yang lebih
berperan dalam menjaga anak-anak. Nenek juga lebih banyak
dalam mengurus rumah.
Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga
(sehubungan dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah,
berpisah, dll)?
Ada, pelimpahan tugas dari yang sakit kepada yang tidak sakit.
Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran
baru/menyesuaikan diri?
Keluarga dapat menerima peran baru yang diterimanya dan dapatt
menyesuaikan diri.
Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akibat peran?
Tidak ada
Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit bereaksi terhadap
perubahan atau hilangnya peran?
Menerima keadaannya yang memang sakit dan menerima bahwa
tugas atau perannya digantikan oleh orang lain.
22. Nilai-Nilai Keluarga
22.1. Apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok
atau komunitas yang lebih luas?. Jelaskan
Ada, karena memang komunitas di sekitarnya mayoritas bersuku jawa.
Jadi antara keluarga dan komunitas memiliki kesamaan nilai nilai yang
dianut.
22.2. Bagaimana pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga?. Jelaskan
Tn. K mengatakan bahwa dalam mendidik anak yang paling penting
agama dan menghormati orang lain dengan cara menggunakan
bahasa jawa yang halus apabila berbicara dengan orang lain.
22.3. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar?
sadar
22.4. Apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga?. Sebutkan
tidak
22.5. Bagaimana kelas sosial keluarga, latar belakang kebudayaan
mempengaruhi nilai-nilai keluarga?. Jelaskan.
Latar belakang budaya mempengaruhi nilai keluarga Tn. K. Budaya
suku Jawa mempengaruhi nilai keluarga apalagi dalam hal berbicara
dan sopan santun.
22.6. Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan
keluarga?. Jelaskan.
yang mempengaruhi dalam status kesehatan yaitu nilai agama.
Dimana apabila ada anggota keluarga yang sakit, akan didoakan
supaya cepat sembuh.
FUNGSI KELUARGA
23. Fungsi Afektif
Pola Kebutuhan Keluarga – Respons
23.1. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan
individu-individu lain dalam
keluarga?
iya
Apakah orang tua (suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhan-
kebutuhan psikologis anggota keluarganya?
iya
Apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya
dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya?
iya
23.2. Apakah kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, perbedaan
dihormati oleh anggota
keluarga yang lain?
iya
Apakah dalam keluarga ada saling menghormati satu sama lain?
iya
Apakah keluarga sensitif terhadap persoalan-persoalan setiap
individu?
tidak
Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), Keakraban, dan Identifikasi
23.3. Sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama
lain?
Saling memberikan perhatian dan saling menyayangi sejauh ada
suatu keganjalan atau masalah kecil yang terjadi dalam keluarga
Apakah mereka saling mendukung satu sama lain?
iya
23.4. Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan
hubungan keluarga?
iya
Apakah menunjukkan kasih sayang satu sama lain?
iya
Keterpisahan dan Keterikatan
23.5. Bagaimana keluarga menghadapi keterpisahan dengan anggota
keluarga?. Jelaskan.
Dengan mengikhlaskan dan meluapkan emosi dengan menangis
Apakah keluarga merasa adanya keterikatan yang erat antara satu
dengan yang lainnya?
Iya
24. Fungsi Sosialisasi
24.1. Adakah otonom setiap anggota dalam keluarga?. Jelaskan.
ada
Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?
ada
24.2. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan
anak atau fungsi
sosialisasi?
Tn. K dan istri
Apakah fungsi ini dipikul bersama?
iya
Jika demikian, bagaimana hal ini diatur?
Apabila kedua orang tua ada saat di rumah, maka membesarkan
anak dilakukan secara bersama-sama. Dan apabila salah satu
kedua orang tua sibuk melakukan pekerjaan, maka bergantian
dalam hal mendidik dan mengawasi anak
24.3. Adakah faktor sosial – budaya yang mempengaruhi pola-pola
membesarkan anak?. Jelaskan.
Ada, bagaimana budaya menghormati dan bersikap santun kepada
yang lebih tua. Nilai budaya jawa yang diterapkan daam keluarga
24.4. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/resiko dalam mengasuh
anak?. Sebutkan.
Tidak ada
24.5. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk
bermain (cocok dengan tahap perkembangan anak)?
iya
Apakah ada peralatan/permainan anak-anak yang cocok dengan
usia?
Tidak ada
25. Fungsi Perawatan Kesehatan
25.1. Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:
Nilai-nilai apa yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan?
Keluarga masih memanfaatkan pengobatan herbal bila ada anggota
keluarga yang sakit
Apakah terdapat kekonsistenan antara nilai-nilai kesehatan
keluarga dengan perilakunya?. Jelaskan.
Iya. Pada penyakit yang ringan keluarga menggunakan pengobatan
herbal
Kegiatan-kegiatan apa saja peningkatan kesehatan apa saja yang
dilaksanakan dalam keluarga?. Sebutkan.
Membersihkan rumah, mengosok gigi 2x dalam sehari
Apakah perilaku dari semua anggota keluarga mendukung
peningkatan kesehatan keluarga?. Jelaskan.
iya
25.2. Definisi dari keluarga tentang sehat/sakit dan tingkat pengetahuan
mereka:
Bagaimana keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi
anggota keluarga
Kesehatan harus didapatkan oleh semua anggota keluarga dan
sakit apabila salah satu anggota keluarga tidak terlihat segar,
bertenaga dan mengeluhkan ketidaknyamanan yang dirasakan
Dapatkan keluarga dapat melaporkan dan mengobservasi gejala-
gejala dan perubahan-perubahan penting pada anggota yang sakit?
iya
Apa sumber-sumber informasi kesehatan dari anggota keluarga?
Dari tetangga dan media informasi
Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan diteruskan kepada
anggota keluarga?
Dengan cara memberikan contoh dan berdiskusi kepada anggota
keluarga
25.3. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang
dirasa/diketahui:
Apakah keluarga mengetahui bahwa anggota keluarga mengalami
masalah kesehatan?
Iya
Masalah-masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh
keluarga?. Sebutkan.
Dua minggu yang lalu Ny. SR terkena batuk dan pilek. Lalu
menyebar ke Anggota keluarga yang lain. Jadi seminggu lalu
seluruh anggota keluarga terkena batuk pilek dan saat ini yang
masih belum sembuh yaitu anak-anak. Ny. SR mengatakan bahwa
jiak ada anggota keluarga yang sakit, baik itu sakit batuk pilek
maupun sakit yang lain tidak ada perubahan dalam pembagian
tempat tidur. Jadi anak anak tetap tidur bersama ayah dan ibunya.
Masalah kesehatan apa yang dianggap serius/sangat penting bagi
keluarga?. Sebutkan.
Masalah usus buntu. Keluarga ingin mengetahui tentang penyakit
usus buntu. Karena sejak awal tahun 2015 hingga saat pengkajian
dilakukan,sekitar 50 warga secara bergantian terkena usu buntu.
walaupun keluarga mengetahui penyakit tersebut tidak menular,
keluarga merasa khawatir dan ingn mengetahui tentang cara
penularan dan pencegahan penyakit tersebut.
Tindakan-tindakan yang telah dilakukan keluarga terhadap masalah
kesehatan saai ini. Sebutkan.
Pergi ke dokter
25.4. Praktik diet keluarga:
Apakah keluarga mengetahui tentang makanan yang bergizi?.
Jelaskan.
iya
Apakah diet keluarga memadai? (catatan riwayat pola-pola makan
keluarga untuk tiga hari). Sebutkan.
Iya. Keluarga makan secara teratur 3x sehari dengan komposisi
seimbang
Siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan
penyiapan makanan?
Ny. SR dibantu Ny. S
Bagaimana makanan disiapkan? Apakah kebanyakan digoreng,
direbus, dipanggang, dimasak dengan microwave, atau disaji
mentah?
Makanan lebih banyak digoreng dan direbus
Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap hari?. Sebutkan.
sering mengonsumsi masakan berkuah bening dan tidak terlalu
suka masakan yang bersantan
Apakah ada pembatasan-pembatasan anggaran?
Ada
Apakah makanan disimpan pada tempat yang benar?. Jelaskan.
Iya. Makanan disajikan di meja makan dengan kondisi tertutup.
Selain itu makanan juga disimpan di kulkas
Jadwal makan keluarga (utama dan selingan). Sebutkan.
Pagi, siang dan sore
25.5. Kebiasaan tidur dan istirahat:
Pada jam berapa keluarga biasa tidur?
Sekitar jam 9 malam
Apakah jumlah jam tidur setiap anggota keluarga cukup? Bila tidak,
alasannya?
iya
Adakah kesulitan tidur pada keluarga?. Sebutkan.
tidak
Di mana anggota keluarga tidur?
Nenek tidur sendiri.
Ayah, ibu dan anak-anak tidur menjadi satu dikamar lainnya.
25.6. Latihan dan rekreasi:
Apakah keluarga mnyadari bahwa rekreasi dan olahraga secara
aktif sangat dibutuhkan untuk kesehatan? (Menyadari/tidak)
Menyadari
Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas-aktivitas fisik apa yang anggota
keluarga lakukan secara reguler?. Sebutkan.
Baik Tn. K maupun Ny. SR berfikiran bahwa bekerja merupakan
kegiatan fisik yang juga dapat disebut sebagai olahraga dan
keluarga tidak pernah rekreasi hanya menonton televisi
Apakah kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh semua anggota keluarga
atau hanya anggota tertentu?. Jelaskan.
Diikuti oleh semua anggota keluarga
25.7. Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:
Apakah ada kebiasaan penggunaan alkohol, tembakau, kopi, cola
atau teh (kafein dan teobromin, adalah stimulan) yang dilakukan
oleh keluarga?
tidak
Apakah anggota keluarga secara reguler menggunakan obat-
obatan tanpa resep atau dengan resep? (dengan resep/tidak)
Dengan resep
Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama
dan menggunakannya kembali? (Ya/tidak)
tidak
Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat
yang aman, jauh dari jangkauan anak-anak? (Ya/tidak)
iya
25.8. Peran keluarga dalam praktek perawatan diri:
Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status kesehatan?.
Jelaskan.
Bila ada anggota keluarga yang sakit, maka dibawa ke dokter.
Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit/penyakit?.
Jelaskan.
Tidak ada, hanya makansecara teratur
Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan dalam
keluarga?
Tn. K dan istri
Apakah keluarga mengetahui cara perawatan pada anggota
keluarga yang sakit?. Jelaskan
Iya. Dengan membawa keluarga yang sakit ke dokter dan setiap
hari memberikan obat
25.9. Praktik lingkungan:
Apakah saat ini keluarga terpapar polusi udara, air, suara dari
lingkungan?. Jelaskan.
Untuk saat ini keluarga tidak terpapar polusi. Namun beberapa
bulan lalu keluarga terpapar polisi bau kotoran ayam di lingkungan
setempat
Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan
pembersih, lem, pelarut, logam berat, dan racun dalam rumah?.
Sebutkan.
Tidak hanya detergen untuk mencuci pakaian
Jelaskan bagaimana pola keluarga dalam mandi, cuci, penggunaan
jamban.
Mandi 2x sehari, buang air besar setiap pagi hari, mencuci pakaian
setiap dua hari sekali.
25.10.Cara-cara pencegahan secara medis:
Bagaimana pendapat keluarga tentang kondisi sehat?
Keluarga mengatakan bahwa kondisi sehat adalah tidak menderita
penyakit dan badan terlihat segar bugar
Kapan pemeriksaan terakhir terhadap kesehatan dilakukan?
Terakhir saat keluarga sakit batuk dan pilek
Apa status imunisasi dari keluarga pada bayi, balita, ibu hamil?.
Jelaskan.
Kedua anak Ny. SR mendapatkan imunisasi lengkap. Dan Ny. SR
mendapatkan imunisasi TT sebelum menikah
25.11.Praktik kesehatan gigi:
Apakah keluarga teratur dalam pemeriksaan gigi?. Jelaskan
Tidak. Keluarga mengatakan bahwa tidak pernah melakukan
pemeriksaan gigi secara rutin
Jelaskan bagaimana keluarga melakukan perawatan gigi?
Dengan menggosok gigi secara rutin 2x dalam sehari
Apakah ada kebiasaan makan manis (permen, coklat)?
Tidak ada
25.12.Riwayat kesehatan keluarga:
Buatlah riwayat genetika dan penyakit keluarga pada masa lalu
maupun masa sekarang – diabetes, penyakit jantung, tekanan
darah tinggi, kanker, stroke dan reumatik, penyakit ginjal, tiroid,
asma, keadaan alergi lain, penyakit-penyakit darah, dan penyakit
keluarga lainnya.
Keluarga dari Ny. SR memiliki riwayat asma yang berasal dari
bapak Ny. SR. Dan Ny SR mengalami sesak sejak kecil.
Sedangkan keluarga Tn. K memiliki riwayat tekanan darah rendah
Apakah terdapat riwayat penyakit-penyakit keluarga yang berkaitan
dengan lingkungan?
Ya, Ny. SR akan mengalami sesak saat udara terasa sangat dingin
25.13. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima:
Dari praktisi perawatan kesehatan apa dan/atau lembaga
perawatan kesehatan apa anggota keluarga menerima perawatan?
Poskesdes dan praktik dokter
Apakah praktisi atau lembaga ini bertemu dengan semua anggota
keluarga dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan perawatan
kesehatan anggota keluarga?
Tidak, Hanya keluarga yang sakit saja
25.14.Perasaan dan persepi menyangkut pelayanan perawatan kesehatan:
Apa perasaan keluarga terhadap jenis-jenis pelayanan perawatan
kesehatan bagi keluarga yang tersedia dalam komunitas?.
Jelaskan.
Keluarga mengatakan pelayanan di dokter praktik bagus dan masih
terjangkau biaya dan tempatnya
Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu dengan
pelayanan perawatan kesehatan yang keluarga terima?. Jelaskan.
Keluarga merasa cocok dengan dokter praktit yang biasas mereka
datangi. Selain itu keluarga merasa bahwa harga yang ditetapkan
oleh dr, tersebut masih dapat dijangkau oleh keluarga.
Apakah keluarga merasa puas, nyaman, percaya dengan
perawatan yang diterimanya dari pemberi pelayanan kesehatan?.
Jelaskan.
iya
Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat?
Keluarga berharap perawat maupun tenaga kesehatan dan
pemerintah setempat dapat memberikan pendidikan kesehatan
tentang usus buntu
25.15.Pelayanan kesehatan darurat:
Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga tahu di mana
pelayanan darurat terdekat (menurut syarat-syaratnya) baik untuk
anak-anak maupun anggota keluarga yang dewasa?. Jelaskan.
Ya, yaitu polindes dan dokter setempat.
Apakah keluarga tahu bagaimana memanggil ambulans dan
perawatan paramedis?. Jelaskan.
tidak
Apakah keluarga memiliki suatu perencanaan kesehatan darurat?.
Jelaskan.
Tidak, keluarga hanya mengatakan jika saat ada keadaan darurat
biasanya yang membantu adalah tetangga yang membawa ke
pelayanan kesehatan terdekat.
25.16.Sumber pembiayaan:
Bagaimana keluarga akan membayar pelayanan-pelayanan
kesehatan? Jelaskan.
Keluarga membayar secara mandiri
Apakah keluarga memiliki asuransi swasta atau bantuan medis;
haruskan keluarga membayar penuh atau sebagian?. Jelaskan.
tidak punya asuransi swasta. Keluarga membayar penuh dengan
biaya secara mandiri
Apakah keluarga mendapat pelayanan gratis (atau mengetahui
pelayanan gratis bagi mereka)?
Iya. Keluarga mempunyai jamkesda. Tetapi tidak pernah digunakan
karena tempat pelayanan kesehatannya jauh dan rumit.
25.17. Transportasi untuk mendapat perawatan:
Berapa jauh fasilitas perawatan dari rumah keluarga?
Puskesmas >3 km. Praktek dokter ±1,5 km
Alat transportasi apa yang keluarga gunakan untuk mencapai
fasilitas perawatan?
Sepeda motor
Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum, masalah-
masalah apa yang timbul dalam hubungannya dengan jam
pelayanan dan lamanya perjalanan ke fasilitas pelayanan
kesehatan?. Jelaskan.
Tidak ada, karena tidak ada angkutan umum di lingkungan rumah
26. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stressor jangka panjang
(> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga?
Stressor jangka panjang yaitu masalah keuangan
Apakah keluarga dapat mengatasi stressor bisa dan ketegangan sehari-
hari?. Jelaskan.
Dapat. Keluarga dapat mengatasinya dengan membagi pengeluaran dan
berhemat
27. Bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut?. Jelaskan.
Membagi pengeluaran dan berhemat
28. Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi
tipe-tipe masalah? koping apa yang dibuat)?
Ny. SR membantu menambah pendapatan dengan membuka toko
kelontong serta pandai-pandai mengelola pendapatan suami
Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipe-
tipe masalah?
Ny. SR membantu menambah pendapatan dengan membuka toko
kelontong serta pandai-pandai mengelola pendapatan suami
Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping terhadap
masalah-masalah mereka sekarang?. Jelaskan.
tidak
Nama Hasil PF
Tn. K
TD: 110/70 Mm Hg, N: 87x/menit, RR: 20x/menit, KU
: baik, rambut bersih, warna hitam, tampak rapi
secret hidung bersih, tidak ada pembesaran vena
jugularis, gigi berlubang di belakang atas dan bawah
mulut tidak bau, bentuk dada normal, tidak ada
wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada massa
abdomen, ekstrimitas tidak ada kelainan, luka pada
kulit tidak ada, jamur kulit tidak ada dan terasa
hangat.
Ny. SR TD: 115/60 Mm Hg, N: 80x/menit, RR: 19x/menit, KU
: baik, tampak rapi, secret hidung bersih, tidak ada
pembesaran vena jugularis, gigi geraham belakang
bagian bawah berlubang, tidak ada caries gigi,
bentuk dada normal, tidak ada wheezing, tidak ada
ronchi, tidak ada massa abdomen, ekstrimitas tidak
ada kelainan, terdapat luka gatal pada tangan
sebelah kiri, dan kulit terasa hangat.
Ny. S
TD: 130/80 Mm Hg, N: 87x/menit, RR: 20x/menit,
KU: baik, rambut bersih, warna hitam, tampak rapi
secret hidung bersih, tidak ada pembesaran vena
jugularis, gigi tidak utuh sebagian sudah mulai copot.
mulut tidak bau, bentuk dada normal, tidak ada
wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada massa
abdomen, ekstrimitas tidak ada kelainan, luka pada
Nama Hasil PF
kulit tidak ada, jamur kuit tidak ada dan terasa
hangat.
An. SK
TD: tidak dikaji mm Hg, N: 96x/menit, RR:24x/menit,
KU : baik, rambut bersih, warna hitam, tampak rapi.
secret hidung kental putih kekuningan, an. Terlihat
batuk saat pengkajian, tidak ada pembesaran vena
jugularis, gigi tidak berlubang , mulut tidak bau,
bentuk dada normal, tidak ada wheezing, tidak ada
ronchi, tidak ada massa abdomen, ekstrimitas tidak
ada kelainan, luka pada kulit tidak ada, jamur kuit
tidak ada dan terasa hangat.
An. MY
TD: tidak dikaji mm Hg, N: 108x/menit, RR:
28x/menit, KU : baik, rambut bersih, warna hitam,
tampak rapi, secret hidung kental putih kekuningan,
an. Terlihat batuk saat pengkajian,, tidak ada
pembesaran vena jugularis, gigi tidak berlubang ,
mulut tidak bau, bentuk dada normal, tidak ada
wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada massa
abdomen, ekstrimitas tidak ada kelainan, luka pada
kulit tidak ada, jamur kuit tidak ada dan terasa
hangat.
ANALISA DATA
No. Data Penunjang Problem Etiologi
1. DS:
- Keluarga mengatakan sejak
awal tahun 2015 sampai
pengkajian dilakukan sekitar
50 warga secara bergantian
menderita apendicitis
- Walaupun keluarga
mengetahui penyakit
tersebut tidak menular,
keluarga merasa khawatir
dan juga keluarga
mengatakan ingin
mengetahui tentang cara
penularan dan pencegahan
penyakit apendisitis
- Keluarga mengatakan belum
ada sosialisasi dari desa
tentang penyakit apendisitis
DO:
- Keluarga menanyakan
tentang masalah
appendicitis secara
berulang-ulang
- Keluarga menunjukkan
minat belajar tentang
apendicitis
Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
kuranganya
pajanan informasi
tentang apendicitis
Banyak warga
yang menderita
apendisitis
↓
Belum ada
sosialisasi tentang
penyakit
apendisitis
↓
Keluarga merasa
khawatir tentang
hal tersebut karena
belum mengetahui
tentang apendisitis
↓
Keluarga ingin
tahu tentang
pencegahan dan
penanganan yang
tepat
↓
Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan
kuranganya
pajanan informasi
tentang apendicitis
2. DS:
- Ny. SR mengatakan
menderita batuk pilek sekitar
2 minggu yang lalu, terus
Ketidakefektifan
manajemen
regimen terapeutik
keluarga dengan
Ada salah satu
anggota keluarga
yang sakit
↓
menyebar ke seluruh
anggota yang lain.
- Saat pengkajian semua
anggota keluarga sudah
sembuh tinggal anak-anak
yang masih batuk dan pilek
- Ny. SR mengatakan bahwa
anak-anak tetap tidur
dengan ayah dan ibu
walaupun anak-anak
maupun ayah dan ibu ada
yang sakit.
DO:
- Pencahayaan kurang masuk
ke dalam rumah
-Saat pengkajian terlihat secret
kental berwarna putih
kekuningan pada hidung An.
SK dan An. MY, serta terlihat
batuk.
ispa Pengaturan tempat
tidur yang campur,
pencahayaan
rumah yang
kurang
↓
Semua anggota
keluarga tertular
↓
Kegagalan dalam
tindakan
pencegahan
penyebaran
penyakit, dan
mengurangin
faktor resiko
↓
Ketidakefektifan
manajemen
regimen terapeutik
keluarga
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
No. Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan
1. 03-03-2015 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kuranganya pajanan informasi tentang apendicitis
2. 03-03-2015 Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik
keluarga dengan ispa
Diagnosa: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kuranganya pajanan informasi
tentang apendicitis
No. Kriteria Skor Bobot total
1. Sifat Masalah
Skala: Aktual
Resiko
Sejahtera/Sehst
3
2
1
1 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2 1
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi
Cukup
Rendah
3
2
1
1 2/3
4. Menonjolnya masalah
Skala: masalah dirasakan dan harus
segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1 1
total 3 2/3
Diagnosa Ketidakefektifan managemen terapeutik keluarga dengan ispa
No. Kriteria Skor Bobot Total
1. Sifat Masalah
Skala: Aktual
Resiko
Sejahtera/Sehst
3
2
1
1 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
Skala: Mudah
Sebagian
Tidak dapat
2
1
0
2 2
3. Potensi masalah untuk dicegah
Skala: Tinggi 3
1 1
Cukup
Rendah
2
1
4. Menonjolnya masalah
Skala: masalah dirasakan dan harus
segera ditangani
Ada masalah tetapi tidak perlu
ditangani
Masalah tidak dirasakan
2
1
0
1 1
total 5
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
No. Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan
1. 03-03-2015 Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik
keluarga dengan ispa
2. 03-03-2015 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan
kuranganya pajanan informasi tentang apendicitis
RENCANA ASUHAN KELUARGA
No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf
1. Ketidakefektifan
Managemen Regimen
Terapeutik Keluarga
dengan ispa
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 1 kali
kunjungan
ketidakefektifan
manajamen terapeutik
keluarga dengan ispa
teratasi,
1. Kognitif
Keluarga memahami
konsep ISPA meliputi
pengertian, penyebab
dan faktor resiko, tanda
dan gejala, penularan dan
cara pencegah.
1.1 keluarga
mengetahui masalah
tentang pengertian
ISPA sebesar 100%
1.2 keluarga
mengetahui masalah
tentang penyebab dan
faktor resiko sebesar
80%
1.3 keluarga
mengetahui tentang
tanda dan gejala ISPA
sebesar 70%
1.4 keluarga
mengetahui tentang
penularan dan cara
pencegahan ISPA
sebesar 80%
1.1.1 jelaskan pengertian
ISPA
1.2.1 jelaskan penyebab
ISPA (meliputi
bakteri, virus,
jamur,dan aspirasi
benda asing),
1.2.2 jelaskan faktor
resiko meliputi
(faktor host (usia,
jenis kelamin, status
imunisasi,
pemberian
suplemen vit. A,
pemberian ASI),
faktor lingkungan
(rumah, kepadatan
hunian, status social
ekonomi, kebiasan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf
merokok))
1.3.1 jelaskan tanda dan
gejala ispa meliputi
ISPA ringan(batuk,
serak, pilek, suhu
badan meningkat),
sedang (RR lebih
dari 50x/menit, suhu
lebih dari 39oc,
tenggorokan
berwarna merah,
timbul bercak merah
pada kulit
menyerupai bercak
campak, telinga
sakit atau
mengeluarkan
nanah dari lubang
telinga, ada bunyi
“ngik” saat
No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf
bernapas), dan
berat, (bibir atau
kulit membiru, saat
bernapas hidung
kembang-kempis,
anak terlihat
gelisah, kesadaran
menurun, sela iga
tertarik kedalam
saat bernapas, nadi
cepat atau tidak
teraba)
1.4.1 jelaskan cara
penularan ISPA
yaitu melalui udara
tercemar yang
terhirup.
1.4.2 jelaskan tentang
pencegahan ISPA
meliputi (menutup
No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf
hidung dan mulut
saat batuk atau
bersin, tidak berbagi
cangkir
minuman,baju, atau
handuk, mencegah
berhubungan terlalu
dekat dengan
keluarga yg sakit,
ventilasi rumah
yang cukup,
menghindari papran
asap rokok)
2. Defisiensi pengetahuan
berhubungan kurang
pajanan informasi
tentang apendisitis
Setelah dilakukan
asuhan keperawatan
selama 1x kunjungan,
klien dan keluarga
mengetahui tentang
konsep apendisitis
1. Kognitif
Keluarga memahami
konsep APENDICITIS
meliputi pengertian, tanda
dan gejala
faktor resiko, pencegahan
1.1 keluarga mengetahui
masalah tentang
pengertian
APENDISITIS sebesar
100%
1.2 keluarga mengetahui
masalah tentang
1.1.1 jelaskan tentang
pengertian
APENDICITIS
1.2.1 Jelaskan tentang
tanda dan gejala
APENDICITIS
meliputi (nyeri
No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf
tanda dan gejala
APENDICITIS sebesar
80%
1.3 keluarga mengetahui
tentang faktor resiko
APENDICITIS sebesar
80%
1.4 keluarga mengetahui
tentang pencegahan
APENDICITIS sebesar
80%
samar-samar
dan tumpul di
kuadran kanan
perut bagian
bawah, nafsu
makan menurun,
sering disertai
mual dan
muntah)
1.3.1 jelaskan faktor
resiko
APENDICITIS
meliputi (Faktor
sumbatan,
Faktor Bakteri,
Kecenderungan
familiar
(menurun),
Faktor ras dan
diet, Jenis
No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf
kelamin)
1.4.1 Jelaskan
mengenai
pencegahan
apendisitis yaitu
diet tinggi serat
dan defekasi
yang teratur
No
Dx
Hari,
Tanggal/JamImplementasi Paraf
1. 4 April 2015
10.00
menjelaskan pengertian ISPA
menjelaskan penyebab ISPA (meliputi bakteri, virus,
jamur,dan aspirasi benda asing),
menjelaskan faktor resiko meliputi (faktor host (usia,
jenis kelamin, status imunisasi, pemberian suplemen
vit. A, pemberian ASI), faktor lingkungan (rumah,
kepadatan hunian, status social ekonomi, kebiasan
merokok))
menjelaskan tanda dan gejala ispa meliputi ISPA
ringan (batuk, serak, pilek, suhu badan meningkat),
sedang (RR lebih dari 50x/menit, suhu lebih dari 39oc,
tenggorokan berwarna merah, timbul bercak merah
pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit
atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga, ada
bunyi “ngik” saat bernapas), dan berat, (bibir atau kulit
membiru, saat bernapas hidung kembang-kempis,
anak terlihat gelisah, kesadaran menurun, sela iga
tertarik kedalam saat bernapas, nadi cepat atau tidak
teraba)
menjelaskan cara penularan ISPA yaitu melalui udara
tercemar yang terhirup.
menjelaskan tentang pencegahan ISPA meliputi
(menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin,
tidak berbagi cangkir minuman,baju, atau handuk,
mencegah berhubungan terlalu dekat dengan
keluarga yg sakit, ventilasi rumah yang cukup,
menghindari papran asap rokok)
2 4 April 2015
10.30
menjelaskan tentang pengertian APENDICITIS
menjelaskan tentang tanda dan gejala APENDICITIS
meliputi (nyeri samar-samar dan tumpul di kuadran
kanan perut bagian bawah, nafsu makan menurun,
sering disertai mual dan muntah)
menjelaskan faktor resiko APENDICITIS meliputi
(Faktor sumbatan, Faktor Bakteri, Kecenderungan
familiar (menurun), Faktor ras dan diet, Jenis kelamin)
menjelaskan mengenai pencegahan apendisitis yaitu
diet tinggi serat dan defekasi yang teratur
Evaluasi
TANGGAL
DAN WAKTU
NO.
DIAGNOSAEVALUASI FORMATIF
04-03-2015
10.00
1 S:
keluarga mampu menjelaskan pengertian ISPA
keluarga mampu menjelaskan penyebab ISPA ,
keluarga mampu menjelaskan faktor resiko meliputi
keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala ispa
keluarga mampu menjelaskan cara penularan ISPA yaitu
melalui udara tercemar yang terhirup.
keluarga mampu menjelaskan tentang pencegahan ISPA
O: - klien tampak antusias memperhatikan materi yang
disampaikan
-Klien banyak bertanya dan memberikan feedback
- Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang pengertian ISPA mencapai 100%
- Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang penyebab ISPA mencapai 100%
-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang faktor resiko ISPA mencapai 80%
-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang tanda dan gejala ISPA mencapai 75%
-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang cara penularan ISPA mencapai 100%
-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang pencegahan ISPA mencapai 80%
A: masalah teratasi
P: hentkan intervensi
04-03-2015
10.30
2 S:
keluarga mampu menjelaskan tentang pengertian
APENDICITIS
keluarga mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala
APENDICITIS
keluarga mampu menjelaskan faktor resiko
APENDICITIS
keluarga mampu menjelaskan mengenai pencegahan
apendisitis
O:
keluarga tampak antusias
Keluarga banyak bertanya dan memberikan feedback
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang pengertian APENDICITIS mencapai
100%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang tentang tanda dan gejala
APENDICITIS mencapai 100%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang faktor resiko APENDICITIS mencapai
90%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan
keluarga tentang pencegahan apendisitis mencapai
100%
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB 4
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada ini dan waktu sebelumnya, serta
untuk menentukan pola respons klien ini dan waktu sebelumnya (Potter dan Perry, 2009).
Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 3 April 2015, keluarga terutama Tn. K
masih belum terlalu percaya kepada perwat yang melakukan pengkajian. Rasa kurang
percaya Tn. K ditunjukkan dengan memberikan pertanyaan kepada perawat yang
mengkaji, yaitu alasan kenapa memilih keluarga ini untuk didatangi, apakah sudah
melakukan ijin kepada perangkat desa setempat, apakah semua keluarga yang ada di
dusun setempat juga didatangi, apakah hanya dusun tempat keluarga Tn. K tinggal yang
didatangi atau ada dusun lain dan sebagainya. Hambatan kedua yang terjadi pada saat
pengkajian adalah pada saat melakukan pengkajian tentang awal mulanya terbentuknya
keluarga Tn. K, mengkaji struktur dan fungsi keluarga, kedua pihak masih merasa malu
dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain hal tersebut, apabila melakukan
pengkajian yang terkesan mengarah ke masalah pribadi, klien merasa kurang berkenan
untuk bercerita atau menjawab pertanyaan yang diajukan. Klien hanya menjawab
pertanyaan tersebut secara singkat.
Untuk mengatasi hambatan tersebut sebaiknya perawat yang akan melakukan
pengkajian, memberikan penjelasan dengan terperinci alasan kenapa datang dan memilih
keluarga tersebut. Selain itu, perawat pada saat mengunjungi keluarga membawa surat
pengantar dari desa atau didampingi oleh salah satu pihak desa. Perawat juga harus lebih
bisa komunikatif kepada keluarga Tn. K agar terbina rasa saling percaya antar keluarga
dan perawat. Perawat juga harus memandang keluarga atau komunitas sebagai partner.
Hal ini didukung oleh teori McFarlane yaitu Community as Partner Model. Teori ini
didasarkan pada model Neuman dengan memandang klien sebagai sistem terbuka dimana
klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Dengan kata lain,
pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan masalah klien. Fokus pada model ini
komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan.
Sehingga dalam mengatasi hambatan ini, perawat harus melakukan pendekatan yang lebih
komunikatif agar terbentuk rasa percaya antara perawat dan klien.
B. Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan
yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Mubarak, 2005).
Sebelum menyusun intervensi yang akan dilakukan terhadap klien, terlebih dahulu
memprioritaskan diganosa keperawatan yang muncul. Diganosa keperawatan yang muncul
yaitu ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga yang berhubungan dengan
ispa. Intervensi yang dilakukan untuk diganosa tersebut yaitu memberikan edukasi kepada
keluarga tentang ISPA. Diagnosa keperawatan kedua adalah Defisiensi pengetahuan
berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi tentang apendicitis. Intervensi yang
dilakukan untuk diagnosa tersebut yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang
apendisitis.
Pada tahapan pemilihan intervensi tidak ditemukan faktor-faktor penghambat pada
setiap masalah keperawatan. Sehingga intervensi yang dipilih dapat dilanjutkan ke tahap
implementasi terhadap keluarga Tn. K.
C. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah
disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan
angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan
anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Dalam melakukan pelaksanaannya
didokumentasikan dalam catatan tindakan keperawatan.
Implementasi yang dilakukan terhadap keluarga Tn. K berdasarkan diagnosa yang
muncul yaitu melakukan pendidikan kesehatan dengan memberikan penjelasan kepada
keluarga Tn. K tentang penyakit ISPA dan cara penularan dan pencegahan penyakit ISPA.
Selain itu memberikan penjelasan tentang penyakit apendisitis.
Pada tahapan implementasi ini tidak ditemukan faktor-faktor penghambat pada setiap
masalah keperawatan dapat teratasi dan didukung oleh sikap klien yang kooperatif
sehingga evaluasi dapat dilaksanakan oleh penulis.
D. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan
pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-
hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan
atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Pada masalah keperawatan ini penulis
menggunakan evaluasi SOAP yang yang dapat memudahkan untuk mengetahui
perkembangan dari masalah keperawatan yang muncul.
Untuk kedua diagnosa yang muncul, evaluasi yang terlihat adalah keluarga Tn. K dapat
memahami dan menjelaskan kembali tentang topik pendidikan kesehatan yaitu tentang
ISPA dan apendisitis. Pada hasil post test juga menunjukkan pengetahuan memenuhi
sasaran yang telah ditetapkan pada saat perencanaan. Pada tahapan evaluasi ini tidak
ditemukan faktor-faktor penghambat pada setiap masalah keperawatan dapat teratasi dan
didukung oleh sikap klien yang kooperatif sehingga evaluasi dapat dilaksanakan oleh
penulis.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada saat melakukan pengkajian, keluarga terutama Tn. K masih belum terlalu
percaya kepada perawat yang melakukan pengkajian. hal tersebut ditunjukkan dengan
memberikan pertanyaan kepada perawat yang mengkaji, yaitu alasan kenapa memilih
keluarga ini untuk didatangi, apakah sudah melakukan ijin kepada perangkat desa
setempat, dan pertanyaan kenapa keluarga Tn.K yang di tunjuk sebaga klien. Hambatan
kedua yang juga terjadi hal yang sama yaitu tentang masalah kepercayaan klien pada
perawat pengkaji, keluarga masih merasa malu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan
serta saat dilakukan pengkajian yang terkesan mengarah ke masalah pribadi, klien merasa
kurang berkenan untuk bercerita atau menjawab pertanyaan yang diajukan. Klien hanya
menjawab pertanyaan tersebut secara singkat.
Upaya dalam mengatasi hambatan tersebut sebaiknya perawat yang akan
melakukan pengkajian, memberikan penjelasan dengan terperinci alasan kenapa datang
dan memilih keluarga tersebut. Perawat pada saat mengunjungi keluarga membawa surat
pengantar dari desa atau didampingi oleh salah satu pihak desa. Perawat juga harus lebih
bisa komunikatif dan membina rasa saling percaya antar keluarga dan perawat.
Pada tahapan . intervensi, implementasi dan evaluasi ini tidak ditemukan faktor-
faktor penghambat pada setiap masalah keperawatan dapat teratasi dan didukung oleh
sikap klien yang kooperatif sehingga evaluasi dapat dilaksanakan oleh penulis.
5.1 Saran
- Sebaiknya sebelum melakukan pengkajian, perawat terlebih dahulu membangun
kepercayaan antara perawat dan keluarga serta menggunakan teknik komunikasi
yang mudah mereka pahami, agar komunikasi yang dilakukan untuk menggali data
pada keluarga tersebut dapat disampaikan dengan lebih nyaman dan terbuka.
- Perawat sebaiknya terlebih dahulu menjelaskan tujuan, manfaat dan asal institusi
atau rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan oleh
perawat tersebut agar tidak ada keraguan pada keluarga yang dikaji, dan keluarga
tersebut merasa aman dan yakin untuk membagikan informasi tentang data umum
beserta masalah dalam keluarga dari berbagai aspek.
REFERENSI
Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Wijaya, 2003. Asuhan Keperawatan pada Anak ISPA. Jakarta : EGC.
Lilis, 2006. Determinan Sanitasi Rumah Dan Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kejadian Ispa
Pada Anak Balita Serta Manajemen Penanggulangannya Di Puskesmas. Jurnal
Kesehatan Lingkungan, VOL. 3, NO.50 1, JULI 2006 : 49 – 58.
Depkes RI. 2003. Penyakit ISPA. Jakarta : EGC.
Harmoko, 2012, Asuhan Keperawatan Keluarga; Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mubarak, W. I. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV. Sagung Seto
LAMPIRAN
A. SOAL POST TEST
1. coba bapak/ibu jelaskan pengertian dari ISPA!
2. ISPA dapat disebabkan oleh apa saja?
3. Coba jelaskan faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan ISPA!
4. Coba jelaskan bagaimana tanda dan gejala ISPA mulai dari ISPA ringan, sedang, dan
berat!
5. Bagaimana cara penularan ISPA?
6. Apa saja tindakan atau cara untuk mencegah terjadinya ISPA?
7. coba bapak/ibu jelaskan pengertian dari APPENDICITIS
8. Bagaimana tanda dan gejala seseorang menderita appendicitis
9. Faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan seseorang mengalami appendicitis?
10. Sebutkan cara pencegahan appendicitis apa saja?
Satuan Acara Penyuluhan
Pokok Bahasan : ISPA
Sasaran : Tn. K dan keluarga
Tempat : rumah Tn. K
Hari / Tanggal : Sabtu, 4 April 2015
Alokasi waktu : 30 menit
Metode : Tanya jawab
Media : leaflet
Pertemuan ke : Pertama (1)
Pengajar : kelompok 3
A. TUJUAN
1. Tujuan umum
Tn K dan Keluarga mampu menjelaskan tentang ISPA.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian ISPA
b. Mengetahui penyebab dan faktor resiko
c. Mengetahui tanda dan gejala ISPA
d. Mengetahui cara penularan dan cara pencegahan ISPA
C. RENCANA KEGIATAN
Tahap Kegiatan Mengajar Kegiatan Peserta Metode
Media
Pendahuluan
2 menit
1. Membuka pertemuan
dengan salam dan
menanyakan kabar
2. Menjelaskan maksud
dan tujuan pembelajaran
3. Menyampaikan
kontrak waktu
4. Menggali
pengetahuan peserta
1. Mendengark
an ,memperhatika
n, memberikan
feedback.
Ceramah -
Penjelasan
20 menit
1) pengertian ISPA
2) penyebab dan faktor resiko
Memperhatikan
penjelasan materi
Tanya jawab -
3) tanda dan gejala ISPA
4) cara penularan
dan cara
pencegahan
ISPA
Penutup
8 menit
1. Menggali
pemahaman keluarga
2. Melakukan post
test
3. Menutup
pertemuan
4. Mengucapkan
salam
1. Mengulangi
materi yang
telah
disampaikan
2. Menjawab post
test
3. Menjawab
salam
Tanya jawab Lembar
pertanyaan
D. EVALUASI
a) Evaluasi struktur
a. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada hari 4 April 2015 di rumah
bapak K
b. Sarana dan prasarana penyuluhan tersedia lengkap sebelum penyuluhan
dimulai
b) Evaluasi proses
Keluarga mengikuti rangkaian diskusi dengan baik
Keluarga antusias dalam memperhatikan dan bertanya seputar materi yang
belum dipahami
c) Evaluasi hasil
Keluarga mampu mengulangi materi yang telah disampaikan.
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang
pengertian ISPA mencapai 100%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang penyebab
ISPA mencapai 100%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang faktor
resiko ISPA mencapai 80%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang tanda dan
gejala ISPA mencapai 75%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang cara
penularan ISPA mencapai 100%
Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang
pencegahan ISPA mencapai 80%
Definisi ISPA
Menurut WHO: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai
spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai
penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor
lingkungan, dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA
didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen
infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat,
yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam,
batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau
kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA yang dimasukkan dalam
pedoman iniadalah rhinovirus, respiratory syncytial virus, paraininfluenzaenza virus,
severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV), dan virus
Influenza.
Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi, saluran
pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam
tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran
pernafasanadalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akutadalah
infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.
Menurut Corwin (2001), infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang disebabkan
oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis, radang tenggorokan, dan
laringitis.
Klasifikasi ISPA
a. Berdasarkan letak anatomis
2. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)
Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, sinusitis, otitis media
(infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi pada tenggorokan)
2. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)
Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli,
dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti epiglotitis, laringitis,
laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia
Etiologi dan Faktor Resiko ISPA
Etiologi ISPA terdiri dari:
Bakteri :Diplococcus pneumonia,Pneumococcus,Streptococcus pyogenes,
Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain.
Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, (ISPA atas virus
utama), Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus.
Jamur : Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.
Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)
biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian,
mainan plastic kecil, dan lain-lain).
Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi
atau mempermudah terjadinya ISPA.
1. Faktor host ( diri )
a. Usia
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3
tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih
lanjut (Hidayat,2009).
g. Jenis Kelamin
Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia
masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan
adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.Anak
perempuan lebih tinggi dari laki – laki di negara Denmark(Hidayat,2009).
h. Status gizi
Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal,
kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan
predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi
pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan
terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan
keseimbangan tersebut adalah status gizi anak(Hidayat,2009).
i. Status imunisasi
Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA
walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan
bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam
mencegah kejadian ISPA (Hidayat,2009).
j. Pemberian suplemen vitamin A
Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya
tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus
dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.
k. Pemberian ASI
ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama
kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga
sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor
yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan
imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke
permukaan saluran pernafasan atas (Hidayat,2009).
3. Faktor Lingkungan
e. Rumah
Merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung
yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang
berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk
keluarga dan individu (WHO, 1989). Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki
faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah
culster di Denmark (Hidayat,2009).
f. Kepadatan Hunian
Seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga
merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan
bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi
ISPA berat.
g. Status sosioekonomi
Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah
mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status
keseluruhan tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan
tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan
rendahnya status sosioekonomi (Hidayat,2009).
h. Kebiasaan merokok
Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan
terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak
merokok.
Tanda dan Gejala ISPA
Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:
e) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi pada trakea yang
kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi karena iritasi pada bronkus. Sifat
batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum).
f) Kesulitan bernafas
Akumulasi mukus di trakea akan mengakibatkan saluran nafas tersumbat sehingga
mengalami kesulitan dalam bernafas.
g) Sakit tenggorokan
Terjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung dendrit oleh
nervus, untuk menstimulasi pelepasan kemoreseptor yaitu bradikinin dan serotonin
sehingga terjadi perangsangan nyeri pada tenggorokan.
h) Demam
Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini sebagai mekanisme
pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang masuk.Suhu tubuh bisa
mencapai 39,5OC-40,5OC.
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis.Suhu badan
meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan
insomnia.Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya
penyulit.Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium
terhadap jasadrenik itu sendiri.Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,
diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri
dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratoris.
Tanda-tanda klinis :
Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan
cardiac arrest.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.
Tanda-tanda laboratoris :
hypoxemia,
hypercapnia dan
acydosis (metabolik dan atau respiratorik)
Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :
a. Gejala dari ISPA Ringan
Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika
ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
5. Batuk
6. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu
berbicara atau menangis).
7. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.
8. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.
b. Gejala dari ISPA Sedang
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan
disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
8. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun
atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara
menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu
menit.
9. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).
10. Tenggorokan berwarna merah.
11. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak
campak.
12. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.
13. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).
14. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau
ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:
8. Bibir atau kulit membiru.
9. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu
bernafas.
10. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.
11. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak
gelisah.
12. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.
13. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.
14. Tenggorokan berwarna merah.
Cara Penularan ISPA
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit
masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease.
Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak
dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui
udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian
besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau
mikroorganisme penyebab.
Pencegahan ISPA
6. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk menutup
hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.
7. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir minuman, baju
cuci atau handuk.
8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota keluarga
lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan seperti
anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit
ISPA.
9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.
10. Hindari anak dari paparan asap rokok ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).
Satuan Acara Penyuluhan
Pokok Bahasan : Apendicitis
Sasaran : bapak K dan keluarga
Tempat : bapak K
Hari / Tanggal : selasa, 4 April 2015
Alokasi waktu : 30 menit
Metode : Tanya jawab
Media : leaflet
Pertemuan ke : Pertama (1)
Pengajar : kelompok 3
B. TUJUAN
3. Tujuan umum
bapak K dan Keluarga mampu menjelaskan tentang apendicitis.
4. Tujuan khusus
1) menjelaskan pengertian apendicitis
2) menjelaskan tanda dan gejala apendicitis
3) menjelaskan faktor resiko apendicitis
4) menjelaskan pencegahan apendicitis
E. RENCANA KEGIATAN
Tahap Kegiatan MengajarKegiatan Peserta
Didik
MetodeMedia
Pendahuluan
2 menit
5. Membuka pertemuan
dengan salam dan
menanyakan kabar
6. Menjelaskan maksud
dan tujuan pembelajaran
7. Menyampaikan
kontrak waktu
8. Menggali
pengetahuan peserta didik
2. Mendengark
an ,memperhatika
n, memberikan
feedback.
Ceramah -
Penjelasan
20 menit
5) menjelaskan
pengertian
apendicitis
6) menjelaskan
tanda dan gejala
Memperhatikan
penjelasan materi
Tanya jawab -
apendicitis
7) menjelaskan
faktor resiko
apendicitis
8) menjelaskan
pencegahan
apendicitis
Penutup
8 menit
5. Menggali
pemahaman peserta
dengan pertanyaan
6. Melakukan post
test
7. Menutup
pertemuan
8. Mengucapkan
salam
4. Mengulangi
materi yang
telah
disampaikan
5. Menjawab post
test
6. Menjawab
salam
Tanya jawab Lembar
pertanyaan
F. EVALUASI
d) Evaluasi struktur
c. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada hari 4 April 2015 di rumah
bapak K
d. Sarana dan prasarana penyuluhan tersedia lengkap sebelum penyuluhan
dimulai
e) Evaluasi proses
Peserta mengikuti kelas dengan tertib
Peserta antusias dalam memperhatikan dan bertanya seputar materi yang
belum dipahami
f) Evaluasi hasil
1. peserta mampu menjelaskan pengertian apendicitis
2. peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala apendicitis
3. peserta mampu menjelaskan faktor resiko apendicitis
4. peserta mampu menjelaskan pencegahan appendicitis
5. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang pengertian
APENDICITIS mencapai 100%
6. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang tentang
tanda dan gejala APENDICITIS mencapai 100%
7. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang faktor resiko
APENDICITIS mencapai 90%
8. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang pencegahan
apendisitis mencapai 100%
1. Definisi Appendicitis
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak
berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari
apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan
mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson&Goldman,1989).
Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendiks vermiformis.
Apendiks vermiformis, yang disebut pula umbai cacing atau lebih dikenal dengan nama usus
buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada sektum (Kowalak, 2011).
Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith
(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan
penyebab utama appendicitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena
parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis.
Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50% di temukan adanya faktor
obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasi jaringan limfoid submukosa 60% ,fekalith
35%, benda asing 4%, dan sebab lainnya 1%.
2. Faktor Risiko Appendicitis
Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor
pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor
pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris
dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan
apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat
dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan
intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya
pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya
apendisitis akut (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
a. Faktor sumbatan
Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti
oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa,
35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya
sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui
pada bermacam-macam apendisitis akut diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada kasus
apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur
dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan ruptur.
b. Faktor Bakteri
Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya
fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi,
karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan
terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu
Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang
menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob <10%.
c. Kecenderungan familiar
Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ, apendiks
yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik , kelainan katup di pangkal appendiks dan
letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan
makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya
fekalith dan mengakibatkan obstruksi lumen.
d. Faktor ras dan diet
Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit
putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai risiko lebih tinggi dari Negara yang
pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih
telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru Negara berkembang
yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki risiko
apendisitis yang lebih tinggi
e. Jenis kelamin
Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja
dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
7. Manifestasi Klinis Appendicitis
Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan
kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan
berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih
jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri
epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat
pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi
(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).
Pada permulaan timbulnya penyakit, belum ada keluhan abdomen yang menetap.
Keluhan apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus
yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam, nyeri beralih ke kuadran kanan,
menetap, dan diperberat saat berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise,
demam yang tidak terlalu tinggi, konstipasi, kadang-kadang diare, mual dan muntah. Namun
dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif (Mansjoer dkk.,
2000).
8. Pencegahan apendicitis
Pencegahan Primer
Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian appendicitis.
Upaya pencegahan primer dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat. Upaya yang
dilakukan antara lain:
a. Diet tinggi serat
Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens timbulnya
berbagai macam penyakit . Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai
efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.Serat dalam makanan mempunyai
kemampuan mengikat air, selulosa,dan pektin yang membantu mempercepat sisa-sisa
makanan untuk diekskresikan keluar sehingga tidak terjadi konstipasi yang mengakibatkan
penekanan pada dinding kolon.
b. Defekasi yang teratur
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran feces. Makanan yang
mengandung serat penting untuk memperbesar volume feces dan makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai
suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola
aktivitas peristaltik di kolon.
Frekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi feces yang lebih padat
sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi menaikkan tekanan intracaecal sehingga terjadi
sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon.
Pengerasan feces memungkinkan adanya bagian yang terselip masuk ke saluran appendiks
dan menjadi media kuman/bakteri berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan
peradangan pada appendiks.