laporan askep keluarga

106
Laporan Seminar ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) Disusun untuk melengkapi tugas blok Clinical Study 2 Departemen Komunitas dan Keluarga Oleh KELOMPOK 3 REGULER 1: ATIKATSANI LATIFAH 115070200111023 MEIDA UNTARI 115070200111027 DSK MD DIAH PURNAMA 115070200111029 FRITA FERDINA 115070200111031 AISYAH PUTRI SARI D 115070200111033 DHINAR IKA WARDHANI P 115070207111025

Upload: fenti

Post on 23-Jan-2016

68 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Laporan Askep Keluarga

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Askep Keluarga

Laporan Seminar

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN

ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)

Disusun untuk melengkapi tugas blok Clinical Study 2

Departemen Komunitas dan Keluarga

Oleh KELOMPOK 3 REGULER 1:

ATIKATSANI LATIFAH 115070200111023

MEIDA UNTARI 115070200111027

DSK MD DIAH PURNAMA 115070200111029

FRITA FERDINA 115070200111031

AISYAH PUTRI SARI D 115070200111033

DHINAR IKA WARDHANI P 115070207111025

Jurusan Ilmu KeperawatanFakultas KedokteranUniversitas Brawijaya

Malang2015

Page 2: Laporan Askep Keluarga

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi dari keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu

atap dalam keadaan saling ketergantungan (Sudiharto, 2007) sesuai dengan

fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan

yang perlu dipahami dan dilakukan, tugas keluarga tersebut antara lain fungsi

keperawatan yaitu mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah

kesehatan, sejauh mana keluarga mengetahui fakta-fakta dari masalah

kesehatan yang meliputi pengertian faktor penyebab, tanda dan gejala serta

yang mempengaruhi keluarga terhadap masalah, kemampuan keluarga dapat

mengenal masalah, tindakan yang dilakukan oleh keluarga akan sesuai dengan

tindakan keperawatan. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam

mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat, untuk

mengetahui sejauh mana keluarga merawat anggota keluarga yang sakit,

mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas

kesehatan yang mana akan mendukung terhadap kesehatan seseorang.

(Harmoko,2012)

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang

diberikan melalui praktek keperawatan kepada keluarga, untuk membantu

menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan. (Sri Setyowati, 2008 : 75). Dalam hal ini,

asuhan keperawatan dilakukan pada keluarga dengan anak mengalami ISPA.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung

(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya,

seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Depkes, 2003). Penyakit ISPA

merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara yang

sedang berkembang. Di negara berkembang ISPA dapat menyebabkan 10-25

kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya. Sebanyak

dua per tiga kematian tersebut adalah bayi. (WHO, 2003)

Kejadian penyakit ISPA di Indonesia masih cukup tinggi terutama pada anak

-anak yaitu pada kelompok Balita. Sekitar 20% - 30% kematian anak Balita

Page 3: Laporan Askep Keluarga

disebabkan oleh penyakit ISPA. Berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan

insiden ISPA pada Balita antara lain: umur < 2 bulan, laki-laki, gizi kurang, Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR), tidak mendapat ASI memadai, polusi udara,

kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang tidak memadai, defisiensi vitamin A,

pemberian makanan tambahan terlalu dini dan ventilasi rumah yang kurang (Lilis,

2006).

Penangananan kasus ISPA yang tepat penting karena empat alasan yaitu

menghilangkan penderitaan, mengurangi munculnya gejala sisa, membantu ibu

dalam merawat anaknya selama sakit jika petugas kesehatan mengajari para ibu

cara memberikan perawatan yang tepat untuk ISPA, mengurangi penggunaan

antibiotik yang tidak tepat untuk mengatasi infeksi saluran pernafasan. Hal ini

merupakan tujuan penting program pengawasan ISPA karena tindakan tersebut

akan mengurangi berkembangnya resistensi antibiotik dan menghemat sumber

daya (Wijaya, 2003).

1.2 Tujuan

Tujuan Umum:

Untuk mengetahui penerapan asuhan keperawatan keluarga Tn.K

dengan ISPA.

Tujuan Khusus

a. Dapat melakukan pengkajian pada keluarga Tn.K dengan ISPA.

b. Dapat merumuskan, menegakkan dan menentukan prioritas diagnosa

keperawatan pada keluarga Tn.K dengan ISPA.

c. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan pada keluarga Tn.K

dengan ISPA

d. Dapat melaksanakan implementasi keperawatan pada keluarga Tn.K

dengan ISPA

e. Dapat melakukan evaluasi pada keluarga Tn.K dengan ISPA

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Teoritis

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi dalam bidang keperawatan keluarga tentang

asuhan keperawatan keluarga dengan ISPA.

1.3.2 Manfaat Praktis

Page 4: Laporan Askep Keluarga

a. Bagi Instansi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam

pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya pada

keperawatan keluarga dengan ISPA

b. Bagi Instansi Pendidikan

Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar

tentang asuhan keperawatan keluarga dengan ISPA yang dapat

digunakan acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan.

c. Bagi Perawat

Sebagai sarana dalam memperoleh pengetahuan dan

pengalaman khususnya dibidang keluarga dan komunitas pada

pasien keluarga dengan ISPA

d. Bagi Keluarga

Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang ISPA

beserta cara penularan dan pencegahannya.

Page 5: Laporan Askep Keluarga

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih individu bergabung karena ikatan

tertentu untuk berbagi pengalaman dan pendekatan emosional dan

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga

(Friedman,1998).

2.1.2 Tipe Keluarga

Tipe keluarga menurut Friedman (1998)

a. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak (kandung/angkat)

b. Keluarga besar (extended family)

Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah keluarga lain yang

mempunyai hubungan darah misalnya : kakek, nenek, bibi,

paman, dan keponakan

c. Keluarga "Dyad" (Dyad family)

Keluarga dyad adalah satu keluarga terdiri dari suami istri tanpa

anak

d. Keluarga berantai (serial family)

Terdiri dari keluarga wanita dan pria menikah lebih dari satu kali

dan merupakan keluarga inti

e. Single family (Single parent)

Keluarga dimana suatu rumah tangga terdiri dari satu orang tua

dengan anak (kandung/angkat) terjadi karena perceraian atau

kematian

f. Keluarga Usila

terdiri atas suami istri yang usia lanjut

2.1.3 Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif adalah dasar utama bagi pembentukan dan keberlanjutan

keluarga dan ini menggantikan satu fungsi utama di dalam keluarga.

Ketika banyak pekerjaan yang dilakukan di luar rumah, banyak usaha

yang dilakukan oleh setiap keluarga untuk memenuhi kebutuhan anggota

Page 6: Laporan Askep Keluarga

keluarga untuk meningkatkan kassih sayang dan pemahaman satu sama

lain.Kemampuan untuk melakukan hal ini merupakan kunci yang

menentukan apakah sebuah keluarga akan tetap utuh atau melebur.

Seperti yang dikatakan Duvall (1977), Kebahagiaan keluarga dapat diukur

dengan kekuatan cinta dari keluarga itu sendiri. Masing-masing anggota

keluarga harus dapat menemukan kasih sayang dengan anggota

keluarga lainnya, karena hal tersebut merupakan penghargaan bagi

setiap kehidupan keluarga. Peran utama orang dewasa dalam keluarga,

fungsi ini disepakati dengan pendapat keluarga dan menjaga kebutuhan

sosioemosional dari semua anggota keluarga. Ini menyangkut

pemeliharaan moral. Fungsi ini akan membentuk kepribadian orang-orang

dewasa dan menemukan kebutuhan psikologis anggota

keluarga.berhubungan dg fungsi internal keluarga dlm pemenuhan

kebutuhan psikososial ( saling menyayangi, saling membantu, keakraban

antar anggota)

b. Fungsi Sosialisasi

Inti dari fungsi sosialisasi adalah membentuk anak-anak menjadi individu

yang mampu berpartisipasi dalam lingkungan dan masyarakat. Sosialisasi

dalam keluarga merupakan hal yang umum. Ini bertujuan untuk belajar

dari pengalaman yang ada dalam keluarga untuk mengajarkan pada

anak-anak bagaimana peran seorang ayah dan ibu. Keluarga memiliki

tanggung jawab utama, yaitu untuk membentuk seorang individu dari bayi

menjadi seseorang yang mampu berpartisipasi di masyarakat. Lebih dari

itu, sosialisasi seharusnya tidak hanya diartikan sebagai pembentukan

bayi dan pola asuh anak , tapi lebih sebagai proses kehidupan yang

panjang yang mencakup internalisasi nilai dan norma yang tepat untuk

menjadi seorang remaja, orang tua, karyawan pada pekerjaan baru,

kakek-nenek dan seorang yang sudah pensiun. Singkatnya, sosialisasi

merupakan proses pembelajaran terhadap budaya. Karena pemberian

fungsi ini meningkat di sekolah, fasilitas perawatan anak dan tempat

rekreasi serta institusi diluar keluarga , peran keluarga semakin sedikit

dalam hal sosialisasi, sehingga sebaiknya orang tua tetap memberikan

wadah dan pengetahuan mengenai budaya leluhurnya kepada anak-

anaknya. Kohlberg (1970) menjelaskan bahwa proses perkembangan

moral anak dimiliki dari wadah yang ada di dalam keluarga.

Page 7: Laporan Askep Keluarga

Perkembangan moral dilihat sebagai suatu proses yang mirip dengan

tahap perkembangan emosional dan kognitif. Peran (figur) orang tua

mampu mempengaruhi perkembangan moral anak baik dari segi positf

maupun negatif.

Sosialisasi dimulai sejak lahir. keberhasilan perkembangan

individu dan keluarga dicapai melalui interaksi/hubungan antar anggota.

Anggota keluarga belajar disiplin, norma , budaya, dan perilaku melalui

hubungan dan interaksi dlm keluarga

c. Fungsi Reproduksi

Salah satu fungsi utama keluarga adalah memastikan keberlanjutan

generasi dalam keluarga. Dahulu pernikahan dan keluarga dibentuk untuk

mengatur dan mengontrol perilaku seksual. Aspek ini (mengatur dan

megontrol perilaku seksual, kontrasepsi dan reproduksi) saat ini fungsinya

menjadi kurang penting dalam keluarga. Sampai saat ini reproduksi

merupakan fungsi utama dari sebuah keluarga.

d. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi meliputi usaha-usaha yang dilakuakan oleh

keluarga untuk mencukupi kebutuhan (keuangan, ruangan, dan barang-

barang kebutuhan) dan proses pembuatan keputusan mengenai

ketepatan alokasinya. Pengkajian sumber-sumber ekonomi oleh perawat

dengan sumber data yang relevan dari kemampuan keluarga untuk

mengalokasikan dana dengan tepat dalam mencukupi kebutuhan seperti

pakaian, makan, tempat tinggal dan perawatan kesehatan secara

adekuat. Karena fungsi ini dapat dikatakan sulit untuk keluarga yang

kurang mampu untuk memenuhi kepuasannya, perawat keluarga harus

dapat menerima tanggung jawab dalam membantu keluarga-keluarga

tersebut untuk mendapatkan sumber yang tepat dimana mereka bisa

mengamankan informasi yang dibutuhkan, pekerjaan, bimbingan

vokasional, dan bantuan keuangan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan .

Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan yang

dilihat dari 5 tugas kesehatan keluarga yaitu :

1. Mengenali masalah kesehatan

2. Mengambil keputusan dalam melaksanakan tindakan yang tepat

3. Merawat keluarga yang sakit

Page 8: Laporan Askep Keluarga

4. Memodifikasi lingkungan (menciptakan dan mempertahankan

suasana rumah yang sehat)

5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dimasyarakat

2.1.4 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan menurut Friedman

1. Pasangan baru

Dimulai saat individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri)

membentuk keluarga melalui ikatan perkawinan. Tugas

perkembangan keluarga adalah perencanaan keluarga

(membahas tentang bagaimana menjadi orang tua), menciptakan

sebuah perkawinan yang saling memuaskan, menghubungkan

jaringan persaudaraan secara harmonis.

2. Keluarga kelahiran anak pertama

Dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi

berusia 30 bulan, tugas perkembangan keluarga adalah : Setting

up keluarga baru sebagai kesatuan yang stabil (integrasi kelahiran

seorang bayi masuk ke dalam sebuah keluarga),

mempertahankan hubungan pernikahan, mengembangkan

hubungan dengan menambahkan peranan orang tua dan peranan

kakek-nenek

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah

Dimulai ketika anak pertama berusia 2,5 tahun. Tugas

perkembangan: memenuhi kebutuhan anggota keluarga (tempat

tinggal, privacy, rasa aman), membantu anak bersosialisasi,

beradaptasi dengan anak yang baru lahir

4. Keluarga dengan anak sekolah

Dimulai ketika anak pertama telah berusia 6 tahun dan

mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal

dari masa remaja.Tugas keluarga pada tahap ini adalah:

sosialisasi terhadap anak yang meliputi promosi prestasi sekolah

hubungan yang baik dengan teman sebaya, mempertahankan

hubungan pernikahan, memenuhi kebutuhan fisik untuk kesehatan

anggota keluarga

Page 9: Laporan Askep Keluarga

5. Keluarga dengan anak remaja

Dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun,

tahap ini berlangsung selama 6-7 tahun, meskipun tahap ini dapat

lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau

lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19

atau 20 tahun. Tugas keluarga pada tahap ini adalah

menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab sebagai

remaja yang sudah mature dan menjadi semakin mengurus

kebutuhan sendiri, kembali fokus terhadap hubungan pernikahan.

Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.

6. Keluarga dengan anak dewasa

Permulaan dari fase kehidupan keluarga ini ditanggung

oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir

dengan "rumah kosong" ketika anak terakhir meninggalkan

rumah.Tugas keluarga pada tahap ini adalah komunikasi terkait

persoalan antara orang tua dan dewasa muda, orang tua (suami-

istri) ssudah mulai timbul penuaan dan penyakit.

7. Keluarga dengan usia pertengahan

Merupakan tahap usia pertengahan bagi orang tua, dimulai

ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat

pensiun atau kematian salah satu pasangan. Tugas keluarga pada

tahap ini adalah mempertahankan kenyamanan dan hubungan

yang penuh arti dengan orang tua dan anak. memperkuat

hubungan pernikahan, komunikasi dan memperkuat hubungan

dengan anak, menantu, cucu dan orang tua

8. Keluarga dengan usia lanjut

Dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan

memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu

pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan meninggal

dan berakhir dengan pasangan lain meninggal. Tugas keluarga

pada tahap ini adalah meningkatakan fungsi akibat

ketidakmampuan (gangguan mobilitas maupun karena penyakit

kronis pada usia tua, mempertahanakan rencana hidup yang

menyenangkan, berkurangnya kegiatan fisik dan fungsi.

Page 10: Laporan Askep Keluarga

2.2 Konsep Penyakit ISPA

2.2.1 Definisi ISPA

Menurut WHO: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit

saluran pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat

menimbulkan berbagai spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit

tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan

mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan,

dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA

didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan

oleh agen infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya

gejala biasanya cepat, yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa

hari. Gejalanya meliputi demam, batuk, dan sering juga nyeri tenggorok,

coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau kesulitan bernapas. Contoh

patogen yang menyebabkan ISPA yang dimasukkan dalam pedoman

iniadalah rhinovirus, respiratory syncytial virus, paraininfluenzaenza virus,

severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV),

dan virus Influenza.

Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi,

saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau

mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga

menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasanadalah organ yang

dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti

sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akutadalah infeksi

yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Menurut Corwin (2001), infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi

yang disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis,

radang tenggorokan, dan laringitis.

2.2.2. Klasifikasi ISPA

a. Berdasarkan letak anatomis

1. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek,

sinusitis, otitis media (infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi

pada tenggorokan)

Page 11: Laporan Askep Keluarga

2. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)

Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai

dengan alveoli, dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti

epiglotitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia

2.2.3 Etiologi dan Faktor Resiko ISPA

Etiologi ISPA terdiri dari:

Bakteri  :Diplococcus pneumonia,Pneumococcus,Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain.

Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, (ISPA atas virus

utama), Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus.

Jamur  : Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.

Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)

biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda

asing (biji-bijian, mainan plastic kecil, dan lain-lain).

Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang

mempengaruhi atau mempermudah terjadinya ISPA.

1. Faktor host ( diri )

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak

usia dibawah 3 tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa

penelitian menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering

menderita ISPA daripada usia yang lebih lanjut (Hidayat,2009).

b. Jenis Kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang

seperti Indonesia masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak

penelitian yang menunjukkan adanya perbedaan prevelensi penyakit

ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.Anak perempuan lebih tinggi dari

laki – laki di negara Denmark(Hidayat,2009).

c. Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah

lama dikenal, kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi,

yang satu merupakan predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan

tubuh menurun dan virulensi pathogen lebih kuat sehingga

Page 12: Laporan Askep Keluarga

menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan terjadi infeksi,

sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan

keseimbangan tersebut adalah status gizi anak(Hidayat,2009).

d. Status imunisasi

Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita

ISPA walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain

yang mendapatkan bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan

peranan yang cukup berarti dalam mencegah kejadian ISPA

(Hidayat,2009).

e. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa

pertumbuhannya, daya tahan tubuh dan kesehatan terutama pada

penglihatan, reproduksi, sekresi mukus dan untuk mempertahankan

sel epitel yang mengalami diferensiasi.

f. Pemberian ASI

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-

bulan pertama kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber

nutrisi bagi bayi tetapi juga sebagai sumber zat antimikroorganisme

yang kuat, karena adanya beberapa faktor yang bekerja secara

sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan imunisasi

pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke

permukaan saluran pernafasan atas (Hidayat,2009).

2. Faktor Lingkungan

a. Rumah

Merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk

tempat berlindung yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan

yang diperlukan, perlengkapan yang berguna untuk kesehatan

jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk keluarga dan

individu (WHO, 1989). Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki

faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang

tinggal di rumah culster di Denmark (Hidayat,2009).

b. Kepadatan Hunian

Seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan

masyarakat diduga merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian

Page 13: Laporan Askep Keluarga

oleh Koch et al (2003) membuktikan bahwa kepadatan hunian

(crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi ISPA berat.

c. Status sosioekonomi

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi

yang rendah mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan

masyarakat. Tetapi status keseluruhan tidak ada hubungan antara

status ekonomi dengan insiden ISPA, akan tetapi didapatkan korelasi

yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan rendahnya status

sosioekonomi (Hidayat,2009).

d. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai

kemungkinan terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari

keluarga yang tidak merokok.

2.2.4 Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:

a) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi

pada trakea yang kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi

karena iritasi pada bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering

(nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi

produktif (menghasilkan sputum).

b) Kesulitan bernafas

Akumulasi mukus di trakea akan mengakibatkan saluran nafas tersumbat

sehingga mengalami kesulitan dalam bernafas.

c) Sakit tenggorokan

Terjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung

dendrit oleh nervus, untuk menstimulasi pelepasan kemoreseptor yaitu

bradikinin dan serotonin sehingga terjadi perangsangan nyeri pada

tenggorokan.

d) Demam

Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini sebagai

mekanisme pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang

masuk.Suhu tubuh bisa mencapai 39,5OC-40,5OC.

Page 14: Laporan Askep Keluarga

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri

tenggorokan, batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan

konjungtivitis.Suhu badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia,

nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan insomnia.Bila peningkatan suhu

berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya penyulit.Diagnosis ISPA oleh

karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium terhadap

jasadrenik itu sendiri.Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,

diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri

dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan

tanda-tanda laboratoris.

Tanda-tanda klinis :

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea),

retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas

lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,

hypotensi dan cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala,

bingung, papil bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :

hypoxemia,

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1. Batuk

2. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara

(misal pada waktu berbicara atau menangis).

3. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

4. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak

diraba.

Page 15: Laporan Askep Keluarga

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari

ISPA ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang

dari satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur

satu tahun atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan

menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu menit.

2. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

3. Tenggorokan berwarna merah.

4. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak.

5. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala

ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai

berikut:

1. Bibir atau kulit membiru.

2. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas.

3. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak

gelisah.

5. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7. Tenggorokan berwarna merah.

2.2.5 Cara Penularan ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar,

bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka

penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne Disease.

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi

tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian

besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung,

Page 16: Laporan Askep Keluarga

namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena

menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau mikroorganisme

penyebab.

2.2.6 Pencegahan ISPA

1. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya

untuk menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

2. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir

minuman, baju cuci atau handuk.

3. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau

anggota keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi

mungkin dapat dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan

dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit ISPA.

4. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

5. Hindari anak dari paparan asap rokok

( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

Page 17: Laporan Askep Keluarga

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGKAJIAN KELUARGA

IDENTIFIKASI DATA

1. Nama Keluarga : Tn. K

2. Alamat : Dsn. Karang Ampel No. 45 RT 14/RW 2 Kecamatan

Dau :

3. Komposisi Keluarga :

NO

NAMA

(AKHIR,

DEPAN)

JENIS

KELAMINHUBUNGAN

TEMPAT,

TANGGAL

LAHIR

PEKERJAAN PENDIDIKAN

1. Tn. K L Suami Malang (28th) Mekanik SMK

2. Ny. SR P Istri Malang (25th) Wiraswasta SMK

3. Ny. S P Nenek Malang (65th) - -

4. An. SK P Anak 1 Malang (4,5th) Siswa TK

5. An. MY L Anak 2 Malang (2,5th) - -

4. Genogram dan ecomap

An.MY (2,5 th)

An.SK (4,5 th)

Ny. SR (25 th)

Tn. K (28

Ny. S (65 th)

Page 18: Laporan Askep Keluarga

Tipe Bentuk Keluarga : tipe keluarga extended family dimana keluarga terdiri

dari nenek, anak, menantu dan cucu

5. Latar Belakang Budaya (Etnis)

6.1. Latar Belakang Etnis Keluarga atau Anggota Keluarga

Keluarga Tn. K termasuk Suku Jawa

6.2. Tempat Tinggal Keluarga (bagian dari sebuah lingkungan yang secara

etnis bersifat homogen). Uraikan.

Bersifat heterogen, beberapa penduduk berasal dari daerah lain yaitu

Bali dan Madura

6.3. Kegiatan-kegiatan Keagamaan, sosial, budaya, rekreasi, pendidikan

(Apakah kegiatan-kegiatan ini berada dalam kelompok kultur/budaya

keluarga). Sebutkan.

Kelluarga Tn. K aktif mengikuti kegiatan keagamaaan seperti tahlil,

yasinan, terbangan, tarikat yang ruitn dilaksanakan di dusun

6.4. Kebiasan-kebiasan diet dan berbusana (tradisional atau modern).

Sebutkan.

Keluarga Tn. K sering mengonsumsi makanan berkuah bening

daripada bersantan, keluarga tidak suka makanan pedas. Untuk

berbusana termasuk berbusana modern.

6.5. Struktur kekuasaan keluarga tradisional atau ”modern”. Sebutkan.

Modern, dengan pengambilan keputusan antara suami dan istri

6.6. Bahasa (bahasa-bahasa) yang digunakan di rumah

Bahasa Jawa. Anggota keluarga sering menggunakan bahasa jawa

krama halus

6.7. Penggunaan jasa-jasa perawatan kesehatan keluarga dan praktisi.

(Apakah keluarga mengunjungi pelayanan praktisi, terlibat dalam

praktik-praktik pelayanan kesehatan tradisional, atau memiliki

kepercayaan tradisional asli dalam bidang kesehatan). Uraikan.

Page 19: Laporan Askep Keluarga

Bila ada anggota yang sakit, keluarga telah memanfaatkan fasilitas

kesehatan seperti puskesmas dan dokter. Selain itu, keluarga juga

menggunakan pengobatan tradisional misalnya bila anak sakit panas

maka diberi kunir madu dan apabila ada sakit kadang-kadang minum

jamu.

6. Identifikasi Religius

7.1. Apakah anggota keluarga berbeda dalam praktik keyakinan

beragamaan mereka. Jelaskan.

Tidak, semua anggota keluarga Islam

7.2. Seberapa aktif keluarga tersebut terlibat dalam kegiatan agama atau

organisasi-organisasi keagamaan lain. Jelaskan.

Baik Tn. K maupun Ny. SR aktif mengikuti kegiatan agama seperti

tahlil, yasinan, terbangan, tarikat yang rutin dilaksanakan setiap minggu

di dusunnya

7.3. Keluarga menganut agama apa. Sebutkan.

Islam

7.4. Kepercayaan-kepercayaan dan nilai-nilai keagamaan yang dianut

dalam kehidupan keluarga terutama dalam hal kesehatan. Sebutkan.

Melakukan ibadah dan berdoa apabila ada keluarga yang sakit parah.

8. Status Kelas Sosial (berdasarkan pekerjaan, pendidikan dan pendapatan)

8.1. Status Ekonomi

Jumlah Pendapatan per Bulan : ± 1.000.000

Sumber-sumber Pendapatan per Bulan :bengkel dan toko kelontong

Jumlah Pengeluaran per Bulan :±800.000

Apakah Sumber Pendapatan mencukupi kebutuhan keluarga:

√ ya tidak

Bila tidak, bagaimana keluarga mengaturnya?

Page 20: Laporan Askep Keluarga

9. Aktivitas Rekreasi atau Waktu Luang

9.1. Tulislah aktivitas-aktivitas waktu luang dari subsistem keluarga.

Keluarga sangat jarang bepergian keluar rumah untuk rekreasi.

Keluarga memanfaatkan waktu luang di rumah dengan menonton

televisi, bermain dengan anak-anak, dan berkunjung ke tetangga

ataupun rumah saudara yang rumahnya berdekatan.

RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA

10. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Keluarga Tn. K berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak

usia pra sekolah dimana anak pertama adalah An. SK dengan pendidikan TK

nol kecil

11. Sejauh mana keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai

dengan tahap perkembangan saat ini. Jelaskan.

Sesuai tahap perkembangan keluarga dengan anak usia pra sekolah,

mencontohkan bagaimana bersosialisasi dengan orang lain contohnya

menyuruh untuk bersalaman apabila bertemu dengan tamu. Mengajarkan

anak tentang sopan santun dan mengajarkan bagaimana berbahasa jawa

halus.

12. Riwayat keluarga mulai lahir hingga saat ini, termasuk riwayat perkembangan

dan kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman kesehatan yang unik

atau yang berkaitan dengan kesehatan (perceraian, kematian, hilang, dll)

yang terjadi dalam kehidupan keluarga. Sebutkan.

Tidak terkaji karena keluarga malu untuk menceritakan

13. Keluarga asal kedua orang tua (seperti apa kehidupan keluarga asalnya;

hubungan masa silam dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua).

Ceritakan.

-

Page 21: Laporan Askep Keluarga

DATA LINGKUNGAN

14. Karakteristik Rumah

14.1. Gambar tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar, dll).

Apakah keluarga memiliki sendiri atau menyewa rumah ini

rumah sendiri yaitu rumah orang tua Tn. K

14.2. Gambarkan kondisi rumah (baik interior maupun eksterior rumah).

Interior rumah meliputi jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu,

kamar tidur, dll), penggunaan-penggunaan kamar tersebut dan

bagaimana kamar tersebut diatur. Bagaimana kondisi dan kecukupan

perabot. Apakah penerangan ventilasi, pemanas. Apakah lantai,

tangga, susunan dan bangunan yang lain dalam kondisi yang adekuat.

Jelaskan.

Rumah keluarga Tn. K berukuran 6x9 meter. Bentuk rumah permanen,

terdiri atas teras, ruang tamu, toko kelontong disamping ruang tamu,

ruang keluarga, 2 kamar tidur, dapur, dan WC. Lantai rumah terbuat

dari semen. Atap ruang tamu terlihat ada yang berlubang. Tembok

terbuat dari semen dan belum dicat. Ventilasi berasal dari pintu dan

jendela. Penerangan rumah kurang pada siang hari sehingga keluarga

menyalakan lampu pada siang hari. Di dalam rumah yaitu di ruang

keluarga dan kamar tidur, pencahayaan matahari terlihat masih kurang.

Tatanan perabotan rumah terlihat kurang rapi.

14.3. Di dapur, amati suplai air minum, penggunaan alat-alat masak,

pengamanan untuk kebakaran. Jelaskan.

Suplai air minum, dengan merebus air minum sendiri. Memasak masih

menggunakan kayu bakar dan asap dari kayu bakar bisa keluar tidak

mengganggu udara di dalam rumah. peralatan memasak sudah

menggunakan peralatan masak modern.

14.4. Di kamar mandi, amati sanitasi, air, fasilitas toilet, ada tidaknya sabun

dan handuk. Jelaskan.

Page 22: Laporan Askep Keluarga

Sumber air berasal dari swadaya masyarakat dengan mengalirkan air

dari pegunungan, dan terkadang sumber air keruh sehingga butuh

didiamkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Penggunaan sikat

gigi dan handuk, setiap orang masing-masing memiliki sendiri.

Penggunaan sabun batang digunakan bersama-sama.

14.5. Kaji pengaturan tidur di dalam rumah. Apakah pengaturan tersebut

memadai bagi pada anggota keluarga, dengan pertimbangan usia

mereka, hubungan dan kebutuhan-kebutuhan khusus mereka lainnya.

Jelaskan.

Nenek tidur di kamar terpisah, sedangkan ayah, ibu dan anak-anak

tidur bersama-sama.

14.6. Amati keadaan umum kebersihan dan sanitasi rumah. Apakah ada

serbuan serangga-serangga kecil (khususnya di dalam) dan/atau

masalah-masalah sanitasi yang disebabkan oleh kehadiran binatang-

binatang piaraan. Jelaskan.

Keadaan rumah cukup bersih dan tatanan letak barang-barang terlihat

kurang rapi. Lantai terkelupas di beberapa titik. Atap rumah terlihat ada

yang rusak. Tidak ada masalah tentang kehadiran serangga-serangga

kecil

14.7. Kaji perasaan-perasaan subjektif keluarga terhadap rumah. Apakah

keluarga menganggap rumahnya memadai bagi mereka. Jelaskan.

Keluarga mengatakan rumah sudah nyaman dan sesuai dengan

kebutuhan mereka

14.8. Evaluasi pengaturan privasi dan bagaimana keluarga merasakan

privasi mereka memadai. Jelaskan

Keluarga mengatakan pengaturan privasi sudah baik dilakukan dalam

keluarganya dan merasa nyaman dnegan pengaturan privasi yang

dilakukan

14.9. Evaluasi ada dan tidak adanya bahaya-bahaya terhadap keamanan

rumah/lingkungan.

Tidak ada bahaya keamanan

Page 23: Laporan Askep Keluarga

14.10.Evaluasi adekuasi pembuangan sampah. Jelaskan.

Pembuangan sampah dikumpulkan atau diambil oleh orang yang

bertugas mengambil sampah dengan menggunakan gerobak sampah.

Pengambilan sampah tersebut, keluarga melakukan pembayaran.

14.11.Kaji perasaan puas/tidak puas dari anggota keluarga secara

keseluruhan dengan pengaturan/penataan rumah. Jelaskan.

Keluarga puas dengan keadaannya saat ini. Nyaman sesuai dengan

kebutuhannya.

15. Karakteristik Lingkungan dan Komunitas Tempat Tinggal yang Lebih Luas

15.1. Apa karakteristik-karakteristik fisik dari lingkungan yang paling dekat

dan komunitas yang lebih luas?

Tipe lingkungan/komunitas (desa, kota, subkota, antarkota).

Sebutkan.

Desa

Tipe tempat tinggal (hunian, industrial, campuran hunian dan

industri kecil, agraris) di lingkungan. Sebutkan.

Agraris, peternakan, dan hunian

Keadaan tempat tinggal dan jalan raya (terpelihara, rusak, tidak

terpelihara, sementara diperbaiki). Jelaskan.

Kondisi jalan terlihat berlubang di beberapa tempat

Sanitasi jalan, rumah (kebersihan, pengumpulan sampah, dll).

Jelaskan.

Pembuangan sampah dikumpulkan atau diambil oleh orang yang

bertugas mengambil sampah dengan menggunakan gerobak

sampah. Kebersihan di sekitar rumah dibersihkan sendiri oleh

rumah yang berada di tempat tersebut.

Adanya dan jenis-jenis industri di lingkungan (udara, kebisingan,

masalah-masalah polusi air). Jelaskan.

Terdapat peternakan ayam. Dan terjadi polusi udara karena

peternakan ayam tersebut apabila pada musim panen ayam.

15.2. Bagaimana karakteristik demografis dari lingkungan dan komunitas?

Kelas sosial dan karakteristik etnis penghuni. Sebutkan.

Page 24: Laporan Askep Keluarga

Sebagian besar masyarakat bersuku Jawa, beberapa suku Bali dan

Madura. Dan sebagian besar masyarakat mempunyai kelas sosial

menengah.

Perubahan-perubahan secara demografis yang berlangsung

belakangan ini dalam lingkungan/komunitas. Jelaskan.

Tn. K mengatakan belakangan ini di dusun tersebut mulai banyak

pendatang baru dan masyarakat dusun mulai membuat MCK di

rumah masing-masing.

15.3. Pelayanan-pelayanan kesehatan dan pelayanan-pelayanan sosial apa

yang ada dalam lingkungan dan komunitas?

Fasilitas-fasilitas ekonomi (warung, toko, apotik, pasar). Sebutkan.

Ada warung, toko

Lembaga-lembaga kesehatan (klinik-klinik, rumah sakit, dan

fasilitas-fasilitas gawat darurat). Sebutkan.

Terdapat poskesdes dan praktek dokter

Lembaga-lembaga pelayanan sosial (kesejahteraan, konseling,

pekerjaan). Sebutkan.

Tidak ada

15.4. Bagaimana mudahnya sekolah-sekolah di lingkungan atau komunitas

dapat diakses dan bagaimana kondisinya?. Jelaskan.

Sekolah dapat diakses dengan jalan kaki, dan salah satu sekolah

kondisinya terlihat bagus.

15.5. Fasilitas-fasilitas rekreasi yang dimiliki daerah ini. Sebutkan.

Terdapat bangunan candi badut, wisata petik jeruk.

15.6. Tersedianya transportasi umum. Bagaimana pelayanan-pelayanan dan

fasilitas-fasilitas tersebut dapat diakses (dalam arti, jarak, kecocokan,

dan jam, dll) kepada keluarga. Jelaskan.

Tidak ada kendaraan umum.

15.7. Bagaimana insiden kejahatan di lingkungan dan komunitas? Apakah

ada masalah keselamatan yang serius?. Jelaskan.

Tn. K mengatakan desanya aman

Page 25: Laporan Askep Keluarga

16. Mobilitas Geografis Keluarga

16.1. Sudah berapa lama keluarga tinggal di daerah ini.

Sejak orang tua Tn. K tinggal di dusun tersebut

16.2. Apakah sering berpindah-pindah tempat tinggal? Jelaskan.

Tidak pernah. Hanya saat kepindahan Ny. SR mengikuti sang suami

yang telah disikusikan dahulu sebelum menikah.

17. Hubungan Keluarga dengan Fasilitas-Fasilitas dalam Komunitas

17.1. Siapa di dalam keluarga yang sering menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan?. Sebutkan tempat pelayanan kesehatannya.

Hampir semua anggota keluarga pernah menggunakan fasilitas

pelayanan kesehatan

17.2. Berapa kali atau sejauh mana mereka menggunakan pelayanan dan

fasilitas?

Apabila ada anggota keluarga yang sakit.

17.3. Apakah keluarga memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada di

Komunitas untuk Kesehatan Keluarga (JPS, JPKM, Dana Sehat,

LSM)?. Sebutkan.

Keluarga mempunyai jamkesda tetapi tidak dipergunakan karena

alasan jauh untuk mencapai puskesmas dan lama pelayanannya

17.4. Bagaimana keluarga memandang komunitasnya?

Tn. K mengatakan masyarakat di daerahnya rukun, karena antar warga

masih mempunyai hubungan saudara

18. Sistem Pendukung atau Jaringan Sosial Keluarga:

18.1. Siapa menolong keluarga pada saat keluarga membutuhkan bantuan,

dukungan konseling aktivitas-aktivitas keluarga (Sebutkan Lembaga

Formal atau Informal; Informal: Ikatan Keluarga, teman-teman dekat,

tetangga; Formal: Lembaga Resmi Pemerintah maupun Swasta/LSM)

Tetangga dan saudara dekat

Page 26: Laporan Askep Keluarga

STRUKTUR KELUARGA

19. Pola-pola Komunikasi

19.1. Apakah mayoritas pesan anggota keluarga sesuai dengan isi dan

instruksi?

iya

Apakah anggota keluarga mengutarakan kebutuhan-kebutuhan dan

perasaan-perasaan mereka dengan jelas?

iya

Apakah anggota keluarga memperoleh dan memberikan respons

dengan baik terhadap pesan?

iya

Apakah anggota keluarga mendengar dan mengikuti suatu pesan?

iya

Bahasa apa yang digunakan dalam keluarga?

Bahasa Jawa

Apakah keluarga berkomunikasi secara langsung atau tidak

langsung?. Jelaskan.

Keluarga berkomunikasi secara langsung dengan berbincang-

bincang satu sama lain.

19.2. Bagaimana pesan-pesan emosional (afektif) disampaikan dalam

keluarga? (Langsung, terbuka)

Keluarga menyampaikan perasaan secara terbuka

Jenis-jenis emosi apa yang disampaikan dalam keluarga?.

Sebutkan.

Marah, senang, sedih

Apakah emosi-emosi yang disampaikan bersifat negatif, positif atau

keduanya?. Sebutkan.

Emosi yang disampaikan bersifat keduanya. Dapat bersifat negatif

apabila ada salah satu anggota keluarga yang melakukan

kesalahan.

Page 27: Laporan Askep Keluarga

19.3. Bagaimana frekuensi dan kualitas komunikasi yang berlangsung

dalam keluarga? Jelaskan

Keluarga sering berkomunikasi dengan kualitas baik. Keluarga juga

sering bercanda

Pola-pola umum apa yang digunakan menyampaikan pesan-pesan

penting? (langsung, tidak langsung, sebutkan caranya)

Keluarga menyampaikan apa yang mereka rasakan/ butuhkan

secara langsung

19.4. Jenis-jenis disfungsional komunikasi apa yang nampak dalam pola-

pola komunikasi keluarga?. Sebutkan.

Tidak ada

19.5. Adakah hal-hal/masalah dalam keluarga yang tertutup untuk

didiskusikan?. Sebutkan.

Tidak ada

20. Struktur Kekuasaan

Keputusan dalam Keluarga

20.1. Siapa yang membuat keputusan dalam keluarga?

Diskusi antara suami dan istri

Siapa yang memutuskan dalam penggunaan keuangan keluarga?

Ny. SR

Siapa yang memutuskan dalam masalah pindah pekerjaan atau

tempat tinggal?

Tidak pernah pindah pekerjaan atau tempat tinggal. Hanya saat

kepindahan Ny. SR mengikuti sang suami setelah menikah yang

telah didiskusikan dengan suami dan keluarga Ny.SR

Siapa yang mendisiplinkan dan memutuskan kegiatan-kegiatan

anak?

Tn. K dan istri

20.2. Bagaimana cara keluarga dalam mengambil keputusan (otoriter,

musyawarah/

Page 28: Laporan Askep Keluarga

kesepakatan, diserahkan pada masing-masing individu)?

musyawarah

Apakah keluarga merasa puas dengan pola pengambilan keputusan

tersebut?

iya

20.3. Atas dasar kekuasaan apa anggota keluarga membuat keputusan?

(Kekuasaan tak berdaya, keahlian, penghargaan, paksaan kekuasaan

berdasarkan kekuatan/berpengaruh, kekuasaan aktif). Sebutkan.

Atas dasar kekuatan aktif

20.4. Kekuasaan dalam keluarga didominasi oleh siapa?. Sebutkan dan

Jelaskan

Oleh Tn. K yang berperan sebagai kepala keluarga

21. Struktur Peran

Struktur Peran Formal

21.1. Posisi dan peran formal apa pada setiap anggota keluarga?

Gambarkan bagaimana setiap anggota keluarga melakukan peran-

peran formal mereka.

Tn. K mencari nafkah sebagai mekanik dan NY. SR sebagai IRT

dengan mempunyai pekerjaan sambilan membuka toko kelontong

di rumah. Nenek membantu Ny.SR mengurus kebutuhan sehari-

hari dan membantu menjaga anak-anak. Anak-anak berperan

menuntut ilmu sesuai jenjang usia

Adakah konflik peran dalam keluarga?. Jelaskan.

Tidak ada konflik peran dalam keluarga

Struktur Peran Informal

21.2. Adakah peran-peran informal dalam keluarga?. Jelaskan.

Ny. SR ikut membantu mencari nafkah dengan membuka toko

kelontong

Page 29: Laporan Askep Keluarga

Siapa yang memainkan peran-peran tersebut dan berapa kali

peran-peran tersebut sering dilakukan atau bagaimana peran-peran

tersebut dilaksanakan secara konsisten?

Ny. SR membuka toko kelontong setiap harinya dengan konsisten,

namun tutup apabila hari libur atau sedang keluar ke rumah.

Tujuan dari peran-peran informal yang dijalankan keluarga adalah:

Sebutkan

Tujuan membuka toko kelontong adalah untuk menambah

pendapatan keluarga

21.3. Jika peran-peran informal bersifat disfungsional, siapa yang

melaksanakan peran-peran ini pada generasi sebelumnya?

Tidak ada

21.4. Apa pengaruh/dampak terhadap orang (-orang) yang memainkan

peran-peran tersebut?

Tidak ada. Ny. SR masih tetap bias melakukan tugasnya yang lain.

Analisa Model Peran

21.5. Siapa yang menjadi model dalam menjalankan peran di keluarga?.

Sebutkan.

Orang tua dari Tn. K dan Ny. SR

21.6. Apakah status sosial keluarga mempengaruhi dalam pembagian peran

keluarga?

tidak

21.7. Apakah budaya masyarakat, agama mempengaruhi dalam pembagian

peran keluarga?

Tidak. Hanya Tn. K cenderung lebih berpengaruh dalam keluarga

dimana hal ini mengikuti budaya jawa dimana laki-laki lebih dominan.

21.8. Apakah peran yang dijalankan oleh anggota keluarga sesuai dengan

tahap perkembangannya?

iya

Page 30: Laporan Askep Keluarga

21.9 Bagaimana masalah-masalah kesehatan mempengaruhi peran-

peran keluarga?

Dilakukan pembagian tugas kepada anggota lain yang tidak sakit.

Contohnya saat ibu yang sakit, ayah dan nenek yang lebih

berperan dalam menjaga anak-anak. Nenek juga lebih banyak

dalam mengurus rumah.

Adakah pengaturan kembali peran-peran baru dalam keluarga

(sehubungan dengan adanya yang sakit, meninggal, pindah,

berpisah, dll)?

Ada, pelimpahan tugas dari yang sakit kepada yang tidak sakit.

Bagaimana anggota keluarga menerima peran-peran

baru/menyesuaikan diri?

Keluarga dapat menerima peran baru yang diterimanya dan dapatt

menyesuaikan diri.

Apakah ada bukti tentang stress atau konflik akibat peran?

Tidak ada

Bagaimana respon anggota keluarga yang sakit bereaksi terhadap

perubahan atau hilangnya peran?

Menerima keadaannya yang memang sakit dan menerima bahwa

tugas atau perannya digantikan oleh orang lain.

22. Nilai-Nilai Keluarga

22.1. Apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dengan kelompok

atau komunitas yang lebih luas?. Jelaskan

Ada, karena memang komunitas di sekitarnya mayoritas bersuku jawa.

Jadi antara keluarga dan komunitas memiliki kesamaan nilai nilai yang

dianut.

22.2. Bagaimana pentingnya nilai-nilai yang dianut bagi keluarga?. Jelaskan

Tn. K mengatakan bahwa dalam mendidik anak yang paling penting

agama dan menghormati orang lain dengan cara menggunakan

bahasa jawa yang halus apabila berbicara dengan orang lain.

Page 31: Laporan Askep Keluarga

22.3. Apakah nilai-nilai ini dianut secara sadar atau tidak sadar?

sadar

22.4. Apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam keluarga?. Sebutkan

tidak

22.5. Bagaimana kelas sosial keluarga, latar belakang kebudayaan

mempengaruhi nilai-nilai keluarga?. Jelaskan.

Latar belakang budaya mempengaruhi nilai keluarga Tn. K. Budaya

suku Jawa mempengaruhi nilai keluarga apalagi dalam hal berbicara

dan sopan santun.

22.6. Bagaimana nilai-nilai keluarga mempengaruhi status kesehatan

keluarga?. Jelaskan.

yang mempengaruhi dalam status kesehatan yaitu nilai agama.

Dimana apabila ada anggota keluarga yang sakit, akan didoakan

supaya cepat sembuh.

FUNGSI KELUARGA

23. Fungsi Afektif

Pola Kebutuhan Keluarga – Respons

23.1. Apakah anggota keluarga merasakan kebutuhan-kebutuhan

individu-individu lain dalam

keluarga?

iya

Apakah orang tua (suami/istri) mampu menggambarkan kebutuhan-

kebutuhan psikologis anggota keluarganya?

iya

Apakah setiap anggota keluarga memiliki orang yang dipercaya

dalam keluarga untuk memenuhi kebutuhan psikologisnya?

iya

Page 32: Laporan Askep Keluarga

23.2. Apakah kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan, perbedaan

dihormati oleh anggota

keluarga yang lain?

iya

Apakah dalam keluarga ada saling menghormati satu sama lain?

iya

Apakah keluarga sensitif terhadap persoalan-persoalan setiap

individu?

tidak

Saling Memperhatikan (Mutual Naturance), Keakraban, dan Identifikasi

23.3. Sejauh mana anggota keluarga memberikan perhatian satu sama

lain?

Saling memberikan perhatian dan saling menyayangi sejauh ada

suatu keganjalan atau masalah kecil yang terjadi dalam keluarga

Apakah mereka saling mendukung satu sama lain?

iya

23.4. Apakah terdapat perasaan akrab dan intim diantara lingkungan

hubungan keluarga?

iya

Apakah menunjukkan kasih sayang satu sama lain?

iya

Keterpisahan dan Keterikatan

23.5. Bagaimana keluarga menghadapi keterpisahan dengan anggota

keluarga?. Jelaskan.

Dengan mengikhlaskan dan meluapkan emosi dengan menangis

Apakah keluarga merasa adanya keterikatan yang erat antara satu

dengan yang lainnya?

Iya

24. Fungsi Sosialisasi

24.1. Adakah otonom setiap anggota dalam keluarga?. Jelaskan.

ada

Adakah saling ketergantungan dalam keluarga?

Page 33: Laporan Askep Keluarga

ada

24.2. Siapa yang menerima tanggung jawab untuk peran membesarkan

anak atau fungsi

sosialisasi?

Tn. K dan istri

Apakah fungsi ini dipikul bersama?

iya

Jika demikian, bagaimana hal ini diatur?

Apabila kedua orang tua ada saat di rumah, maka membesarkan

anak dilakukan secara bersama-sama. Dan apabila salah satu

kedua orang tua sibuk melakukan pekerjaan, maka bergantian

dalam hal mendidik dan mengawasi anak

24.3. Adakah faktor sosial – budaya yang mempengaruhi pola-pola

membesarkan anak?. Jelaskan.

Ada, bagaimana budaya menghormati dan bersikap santun kepada

yang lebih tua. Nilai budaya jawa yang diterapkan daam keluarga

24.4. Apakah keluarga saat ini mempunyai masalah/resiko dalam mengasuh

anak?. Sebutkan.

Tidak ada

24.5. Apakah lingkungan rumah cukup memadai bagi anak-anak untuk

bermain (cocok dengan tahap perkembangan anak)?

iya

Apakah ada peralatan/permainan anak-anak yang cocok dengan

usia?

Tidak ada

25. Fungsi Perawatan Kesehatan

25.1. Keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, dan perilaku keluarga:

Nilai-nilai apa yang dianut keluarga terkait dengan kesehatan?

Page 34: Laporan Askep Keluarga

Keluarga masih memanfaatkan pengobatan herbal bila ada anggota

keluarga yang sakit

Apakah terdapat kekonsistenan antara nilai-nilai kesehatan

keluarga dengan perilakunya?. Jelaskan.

Iya. Pada penyakit yang ringan keluarga menggunakan pengobatan

herbal

Kegiatan-kegiatan apa saja peningkatan kesehatan apa saja yang

dilaksanakan dalam keluarga?. Sebutkan.

Membersihkan rumah, mengosok gigi 2x dalam sehari

Apakah perilaku dari semua anggota keluarga mendukung

peningkatan kesehatan keluarga?. Jelaskan.

iya

25.2. Definisi dari keluarga tentang sehat/sakit dan tingkat pengetahuan

mereka:

Bagaimana keluarga mendefinisikan kesehatan dan sakit bagi

anggota keluarga

Kesehatan harus didapatkan oleh semua anggota keluarga dan

sakit apabila salah satu anggota keluarga tidak terlihat segar,

bertenaga dan mengeluhkan ketidaknyamanan yang dirasakan

Dapatkan keluarga dapat melaporkan dan mengobservasi gejala-

gejala dan perubahan-perubahan penting pada anggota yang sakit?

iya

Apa sumber-sumber informasi kesehatan dari anggota keluarga?

Dari tetangga dan media informasi

Bagaimana pengetahuan tentang kesehatan diteruskan kepada

anggota keluarga?

Dengan cara memberikan contoh dan berdiskusi kepada anggota

keluarga

25.3. Status kesehatan keluarga dan kerentanan terhadap sakit yang

dirasa/diketahui:

Apakah keluarga mengetahui bahwa anggota keluarga mengalami

masalah kesehatan?

Iya

Page 35: Laporan Askep Keluarga

Masalah-masalah kesehatan apa yang saat ini diidentifikasi oleh

keluarga?. Sebutkan.

Dua minggu yang lalu Ny. SR terkena batuk dan pilek. Lalu

menyebar ke Anggota keluarga yang lain. Jadi seminggu lalu

seluruh anggota keluarga terkena batuk pilek dan saat ini yang

masih belum sembuh yaitu anak-anak. Ny. SR mengatakan bahwa

jiak ada anggota keluarga yang sakit, baik itu sakit batuk pilek

maupun sakit yang lain tidak ada perubahan dalam pembagian

tempat tidur. Jadi anak anak tetap tidur bersama ayah dan ibunya.

Masalah kesehatan apa yang dianggap serius/sangat penting bagi

keluarga?. Sebutkan.

Masalah usus buntu. Keluarga ingin mengetahui tentang penyakit

usus buntu. Karena sejak awal tahun 2015 hingga saat pengkajian

dilakukan,sekitar 50 warga secara bergantian terkena usu buntu.

walaupun keluarga mengetahui penyakit tersebut tidak menular,

keluarga merasa khawatir dan ingn mengetahui tentang cara

penularan dan pencegahan penyakit tersebut.

Tindakan-tindakan yang telah dilakukan keluarga terhadap masalah

kesehatan saai ini. Sebutkan.

Pergi ke dokter

25.4. Praktik diet keluarga:

Apakah keluarga mengetahui tentang makanan yang bergizi?.

Jelaskan.

iya

Apakah diet keluarga memadai? (catatan riwayat pola-pola makan

keluarga untuk tiga hari). Sebutkan.

Iya. Keluarga makan secara teratur 3x sehari dengan komposisi

seimbang

Siapa yang bertanggung jawab terhadap perencanaan, belanja, dan

penyiapan makanan?

Ny. SR dibantu Ny. S

Page 36: Laporan Askep Keluarga

Bagaimana makanan disiapkan? Apakah kebanyakan digoreng,

direbus, dipanggang, dimasak dengan microwave, atau disaji

mentah?

Makanan lebih banyak digoreng dan direbus

Jenis makanan yang dikonsumsi keluarga setiap hari?. Sebutkan.

sering mengonsumsi masakan berkuah bening dan tidak terlalu

suka masakan yang bersantan

Apakah ada pembatasan-pembatasan anggaran?

Ada

Apakah makanan disimpan pada tempat yang benar?. Jelaskan.

Iya. Makanan disajikan di meja makan dengan kondisi tertutup.

Selain itu makanan juga disimpan di kulkas

Jadwal makan keluarga (utama dan selingan). Sebutkan.

Pagi, siang dan sore

25.5. Kebiasaan tidur dan istirahat:

Pada jam berapa keluarga biasa tidur?

Sekitar jam 9 malam

Apakah jumlah jam tidur setiap anggota keluarga cukup? Bila tidak,

alasannya?

iya

Adakah kesulitan tidur pada keluarga?. Sebutkan.

tidak

Di mana anggota keluarga tidur?

Nenek tidur sendiri.

Ayah, ibu dan anak-anak tidur menjadi satu dikamar lainnya.

25.6. Latihan dan rekreasi:

Apakah keluarga mnyadari bahwa rekreasi dan olahraga secara

aktif sangat dibutuhkan untuk kesehatan? (Menyadari/tidak)

Menyadari

Jenis-jenis rekreasi dan aktivitas-aktivitas fisik apa yang anggota

keluarga lakukan secara reguler?. Sebutkan.

Page 37: Laporan Askep Keluarga

Baik Tn. K maupun Ny. SR berfikiran bahwa bekerja merupakan

kegiatan fisik yang juga dapat disebut sebagai olahraga dan

keluarga tidak pernah rekreasi hanya menonton televisi

Apakah kegiatan-kegiatan ini diikuti oleh semua anggota keluarga

atau hanya anggota tertentu?. Jelaskan.

Diikuti oleh semua anggota keluarga

25.7. Kebiasaan penggunaan obat-obatan dalam keluarga:

Apakah ada kebiasaan penggunaan alkohol, tembakau, kopi, cola

atau teh (kafein dan teobromin, adalah stimulan) yang dilakukan

oleh keluarga?

tidak

Apakah anggota keluarga secara reguler menggunakan obat-

obatan tanpa resep atau dengan resep? (dengan resep/tidak)

Dengan resep

Apakah keluarga menyimpan obat-obatan dalam jangka waktu lama

dan menggunakannya kembali? (Ya/tidak)

tidak

Apakah obat-obatan diberi label secara tepat dan berada di tempat

yang aman, jauh dari jangkauan anak-anak? (Ya/tidak)

iya

25.8. Peran keluarga dalam praktek perawatan diri:

Apa yang keluarga lakukan untuk memperbaiki status kesehatan?.

Jelaskan.

Bila ada anggota keluarga yang sakit, maka dibawa ke dokter.

Apa yang keluarga lakukan untuk mencegah sakit/penyakit?.

Jelaskan.

Tidak ada, hanya makansecara teratur

Siapa yang membuat keputusan dalam bidang kesehatan dalam

keluarga?

Tn. K dan istri

Apakah keluarga mengetahui cara perawatan pada anggota

keluarga yang sakit?. Jelaskan

Page 38: Laporan Askep Keluarga

Iya. Dengan membawa keluarga yang sakit ke dokter dan setiap

hari memberikan obat

25.9. Praktik lingkungan:

Apakah saat ini keluarga terpapar polusi udara, air, suara dari

lingkungan?. Jelaskan.

Untuk saat ini keluarga tidak terpapar polusi. Namun beberapa

bulan lalu keluarga terpapar polisi bau kotoran ayam di lingkungan

setempat

Apakah anggota keluarga menggunakan pestisida, cairan

pembersih, lem, pelarut, logam berat, dan racun dalam rumah?.

Sebutkan.

Tidak hanya detergen untuk mencuci pakaian

Jelaskan bagaimana pola keluarga dalam mandi, cuci, penggunaan

jamban.

Mandi 2x sehari, buang air besar setiap pagi hari, mencuci pakaian

setiap dua hari sekali.

25.10.Cara-cara pencegahan secara medis:

Bagaimana pendapat keluarga tentang kondisi sehat?

Keluarga mengatakan bahwa kondisi sehat adalah tidak menderita

penyakit dan badan terlihat segar bugar

Kapan pemeriksaan terakhir terhadap kesehatan dilakukan?

Terakhir saat keluarga sakit batuk dan pilek

Apa status imunisasi dari keluarga pada bayi, balita, ibu hamil?.

Jelaskan.

Kedua anak Ny. SR mendapatkan imunisasi lengkap. Dan Ny. SR

mendapatkan imunisasi TT sebelum menikah

25.11.Praktik kesehatan gigi:

Apakah keluarga teratur dalam pemeriksaan gigi?. Jelaskan

Tidak. Keluarga mengatakan bahwa tidak pernah melakukan

pemeriksaan gigi secara rutin

Jelaskan bagaimana keluarga melakukan perawatan gigi?

Page 39: Laporan Askep Keluarga

Dengan menggosok gigi secara rutin 2x dalam sehari

Apakah ada kebiasaan makan manis (permen, coklat)?

Tidak ada

25.12.Riwayat kesehatan keluarga:

Buatlah riwayat genetika dan penyakit keluarga pada masa lalu

maupun masa sekarang – diabetes, penyakit jantung, tekanan

darah tinggi, kanker, stroke dan reumatik, penyakit ginjal, tiroid,

asma, keadaan alergi lain, penyakit-penyakit darah, dan penyakit

keluarga lainnya.

Keluarga dari Ny. SR memiliki riwayat asma yang berasal dari

bapak Ny. SR. Dan Ny SR mengalami sesak sejak kecil.

Sedangkan keluarga Tn. K memiliki riwayat tekanan darah rendah

Apakah terdapat riwayat penyakit-penyakit keluarga yang berkaitan

dengan lingkungan?

Ya, Ny. SR akan mengalami sesak saat udara terasa sangat dingin

25.13. Pelayanan perawatan kesehatan yang diterima:

Dari praktisi perawatan kesehatan apa dan/atau lembaga

perawatan kesehatan apa anggota keluarga menerima perawatan?

Poskesdes dan praktik dokter

Apakah praktisi atau lembaga ini bertemu dengan semua anggota

keluarga dan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan perawatan

kesehatan anggota keluarga?

Tidak, Hanya keluarga yang sakit saja

25.14.Perasaan dan persepi menyangkut pelayanan perawatan kesehatan:

Apa perasaan keluarga terhadap jenis-jenis pelayanan perawatan

kesehatan bagi keluarga yang tersedia dalam komunitas?.

Jelaskan.

Keluarga mengatakan pelayanan di dokter praktik bagus dan masih

terjangkau biaya dan tempatnya

Apakah keluarga memiliki pengalaman masa lalu dengan

pelayanan perawatan kesehatan yang keluarga terima?. Jelaskan.

Page 40: Laporan Askep Keluarga

Keluarga merasa cocok dengan dokter praktit yang biasas mereka

datangi. Selain itu keluarga merasa bahwa harga yang ditetapkan

oleh dr, tersebut masih dapat dijangkau oleh keluarga.

Apakah keluarga merasa puas, nyaman, percaya dengan

perawatan yang diterimanya dari pemberi pelayanan kesehatan?.

Jelaskan.

iya

Apa sikap dan harapan keluarga terhadap peran perawat?

Keluarga berharap perawat maupun tenaga kesehatan dan

pemerintah setempat dapat memberikan pendidikan kesehatan

tentang usus buntu

25.15.Pelayanan kesehatan darurat:

Jika tidak ada pelayanan darurat, apakah keluarga tahu di mana

pelayanan darurat terdekat (menurut syarat-syaratnya) baik untuk

anak-anak maupun anggota keluarga yang dewasa?. Jelaskan.

Ya, yaitu polindes dan dokter setempat.

Apakah keluarga tahu bagaimana memanggil ambulans dan

perawatan paramedis?. Jelaskan.

tidak

Apakah keluarga memiliki suatu perencanaan kesehatan darurat?.

Jelaskan.

Tidak, keluarga hanya mengatakan jika saat ada keadaan darurat

biasanya yang membantu adalah tetangga yang membawa ke

pelayanan kesehatan terdekat.

25.16.Sumber pembiayaan:

Bagaimana keluarga akan membayar pelayanan-pelayanan

kesehatan? Jelaskan.

Keluarga membayar secara mandiri

Apakah keluarga memiliki asuransi swasta atau bantuan medis;

haruskan keluarga membayar penuh atau sebagian?. Jelaskan.

tidak punya asuransi swasta. Keluarga membayar penuh dengan

biaya secara mandiri

Page 41: Laporan Askep Keluarga

Apakah keluarga mendapat pelayanan gratis (atau mengetahui

pelayanan gratis bagi mereka)?

Iya. Keluarga mempunyai jamkesda. Tetapi tidak pernah digunakan

karena tempat pelayanan kesehatannya jauh dan rumit.

25.17. Transportasi untuk mendapat perawatan:

Berapa jauh fasilitas perawatan dari rumah keluarga?

Puskesmas >3 km. Praktek dokter ±1,5 km

Alat transportasi apa yang keluarga gunakan untuk mencapai

fasilitas perawatan?

Sepeda motor

Jika keluarga harus menggunakan angkutan umum, masalah-

masalah apa yang timbul dalam hubungannya dengan jam

pelayanan dan lamanya perjalanan ke fasilitas pelayanan

kesehatan?. Jelaskan.

Tidak ada, karena tidak ada angkutan umum di lingkungan rumah

26. Sebutkan stressor jangka pendek (< 6 bulan) dan stressor jangka panjang

(> 6 bulan) yang saat ini terjadi pada keluarga?

Stressor jangka panjang yaitu masalah keuangan

Apakah keluarga dapat mengatasi stressor bisa dan ketegangan sehari-

hari?. Jelaskan.

Dapat. Keluarga dapat mengatasinya dengan membagi pengeluaran dan

berhemat

27. Bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut?. Jelaskan.

Membagi pengeluaran dan berhemat

28. Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi

tipe-tipe masalah? koping apa yang dibuat)?

Ny. SR membantu menambah pendapatan dengan membuka toko

kelontong serta pandai-pandai mengelola pendapatan suami

Strategi koping apa yang digunakan oleh keluarga untuk menghadapi tipe-

tipe masalah?

Page 42: Laporan Askep Keluarga

Ny. SR membantu menambah pendapatan dengan membuka toko

kelontong serta pandai-pandai mengelola pendapatan suami

Apakah anggota keluarga berbeda dalam cara-cara koping terhadap

masalah-masalah mereka sekarang?. Jelaskan.

tidak

Nama Hasil PF

Tn. K

TD: 110/70 Mm Hg, N: 87x/menit, RR: 20x/menit, KU

: baik, rambut bersih, warna hitam, tampak rapi

secret hidung bersih, tidak ada pembesaran vena

jugularis, gigi berlubang di belakang atas dan bawah

mulut tidak bau, bentuk dada normal, tidak ada

wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada massa

abdomen, ekstrimitas tidak ada kelainan, luka pada

kulit tidak ada, jamur kulit tidak ada dan terasa

hangat.

Ny. SR TD: 115/60 Mm Hg, N: 80x/menit, RR: 19x/menit, KU

: baik, tampak rapi, secret hidung bersih, tidak ada

pembesaran vena jugularis, gigi geraham belakang

bagian bawah berlubang, tidak ada caries gigi,

bentuk dada normal, tidak ada wheezing, tidak ada

ronchi, tidak ada massa abdomen, ekstrimitas tidak

ada kelainan, terdapat luka gatal pada tangan

sebelah kiri, dan kulit terasa hangat.

Ny. S

TD: 130/80 Mm Hg, N: 87x/menit, RR: 20x/menit,

KU: baik, rambut bersih, warna hitam, tampak rapi

secret hidung bersih, tidak ada pembesaran vena

jugularis, gigi tidak utuh sebagian sudah mulai copot.

mulut tidak bau, bentuk dada normal, tidak ada

wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada massa

abdomen, ekstrimitas tidak ada kelainan, luka pada

Page 43: Laporan Askep Keluarga

Nama Hasil PF

kulit tidak ada, jamur kuit tidak ada dan terasa

hangat.

An. SK

TD: tidak dikaji mm Hg, N: 96x/menit, RR:24x/menit,

KU : baik, rambut bersih, warna hitam, tampak rapi.

secret hidung kental putih kekuningan, an. Terlihat

batuk saat pengkajian, tidak ada pembesaran vena

jugularis, gigi tidak berlubang , mulut tidak bau,

bentuk dada normal, tidak ada wheezing, tidak ada

ronchi, tidak ada massa abdomen, ekstrimitas tidak

ada kelainan, luka pada kulit tidak ada, jamur kuit

tidak ada dan terasa hangat.

An. MY

TD: tidak dikaji mm Hg, N: 108x/menit, RR:

28x/menit, KU : baik, rambut bersih, warna hitam,

tampak rapi, secret hidung kental putih kekuningan,

an. Terlihat batuk saat pengkajian,, tidak ada

pembesaran vena jugularis, gigi tidak berlubang ,

mulut tidak bau, bentuk dada normal, tidak ada

wheezing, tidak ada ronchi, tidak ada massa

abdomen, ekstrimitas tidak ada kelainan, luka pada

kulit tidak ada, jamur kuit tidak ada dan terasa

hangat.

Page 44: Laporan Askep Keluarga

ANALISA DATA

No. Data Penunjang Problem Etiologi

1. DS:

- Keluarga mengatakan sejak

awal tahun 2015 sampai

pengkajian dilakukan sekitar

50 warga secara bergantian

menderita apendicitis

- Walaupun keluarga

mengetahui penyakit

tersebut tidak menular,

keluarga merasa khawatir

dan juga keluarga

mengatakan ingin

mengetahui tentang cara

penularan dan pencegahan

penyakit apendisitis

- Keluarga mengatakan belum

ada sosialisasi dari desa

tentang penyakit apendisitis

DO:

- Keluarga menanyakan

tentang masalah

appendicitis secara

berulang-ulang

- Keluarga menunjukkan

minat belajar tentang

apendicitis

Defisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kuranganya

pajanan informasi

tentang apendicitis

Banyak warga

yang menderita

apendisitis

Belum ada

sosialisasi tentang

penyakit

apendisitis

Keluarga merasa

khawatir tentang

hal tersebut karena

belum mengetahui

tentang apendisitis

Keluarga ingin

tahu tentang

pencegahan dan

penanganan yang

tepat

Defisiensi

pengetahuan

berhubungan

dengan

kuranganya

pajanan informasi

tentang apendicitis

2. DS:

- Ny. SR mengatakan

menderita batuk pilek sekitar

2 minggu yang lalu, terus

Ketidakefektifan

manajemen

regimen terapeutik

keluarga dengan

Ada salah satu

anggota keluarga

yang sakit

Page 45: Laporan Askep Keluarga

menyebar ke seluruh

anggota yang lain.

- Saat pengkajian semua

anggota keluarga sudah

sembuh tinggal anak-anak

yang masih batuk dan pilek

- Ny. SR mengatakan bahwa

anak-anak tetap tidur

dengan ayah dan ibu

walaupun anak-anak

maupun ayah dan ibu ada

yang sakit.

DO:

- Pencahayaan kurang masuk

ke dalam rumah

-Saat pengkajian terlihat secret

kental berwarna putih

kekuningan pada hidung An.

SK dan An. MY, serta terlihat

batuk.

ispa Pengaturan tempat

tidur yang campur,

pencahayaan

rumah yang

kurang

Semua anggota

keluarga tertular

Kegagalan dalam

tindakan

pencegahan

penyebaran

penyakit, dan

mengurangin

faktor resiko

Ketidakefektifan

manajemen

regimen terapeutik

keluarga

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

No. Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan

1. 03-03-2015 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kuranganya pajanan informasi tentang apendicitis

2. 03-03-2015 Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik

keluarga dengan ispa

Page 46: Laporan Askep Keluarga

Diagnosa: Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kuranganya pajanan informasi

tentang apendicitis

No. Kriteria Skor Bobot total

1. Sifat Masalah

Skala: Aktual

Resiko

Sejahtera/Sehst

3

2

1

1 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala: Mudah

Sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2 1

3. Potensi masalah untuk dicegah

Skala: Tinggi

Cukup

Rendah

3

2

1

1 2/3

4. Menonjolnya masalah

Skala: masalah dirasakan dan harus

segera ditangani

Ada masalah tetapi tidak perlu

ditangani

Masalah tidak dirasakan

2

1

0

1 1

total 3 2/3

Diagnosa Ketidakefektifan managemen terapeutik keluarga dengan ispa

No. Kriteria Skor Bobot Total

1. Sifat Masalah

Skala: Aktual

Resiko

Sejahtera/Sehst

3

2

1

1 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah

Skala: Mudah

Sebagian

Tidak dapat

2

1

0

2 2

3. Potensi masalah untuk dicegah

Skala: Tinggi 3

1 1

Page 47: Laporan Askep Keluarga

Cukup

Rendah

2

1

4. Menonjolnya masalah

Skala: masalah dirasakan dan harus

segera ditangani

Ada masalah tetapi tidak perlu

ditangani

Masalah tidak dirasakan

2

1

0

1 1

total 5

PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

No. Tanggal Muncul Diagnosa Keperawatan

1. 03-03-2015 Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik

keluarga dengan ispa

2. 03-03-2015 Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan

kuranganya pajanan informasi tentang apendicitis

Page 48: Laporan Askep Keluarga

RENCANA ASUHAN KELUARGA

No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf

1. Ketidakefektifan

Managemen Regimen

Terapeutik Keluarga

dengan ispa

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 1 kali

kunjungan

ketidakefektifan

manajamen terapeutik

keluarga dengan ispa

teratasi,

1. Kognitif

Keluarga memahami

konsep ISPA meliputi

pengertian, penyebab

dan faktor resiko, tanda

dan gejala, penularan dan

cara pencegah.

1.1 keluarga

mengetahui masalah

tentang pengertian

ISPA sebesar 100%

1.2 keluarga

mengetahui masalah

tentang penyebab dan

faktor resiko sebesar

80%

1.3 keluarga

mengetahui tentang

tanda dan gejala ISPA

sebesar 70%

1.4 keluarga

mengetahui tentang

penularan dan cara

pencegahan ISPA

sebesar 80%

1.1.1 jelaskan pengertian

ISPA

1.2.1 jelaskan penyebab

ISPA (meliputi

bakteri, virus,

jamur,dan aspirasi

benda asing),

1.2.2 jelaskan faktor

resiko meliputi

(faktor host (usia,

jenis kelamin, status

imunisasi,

pemberian

suplemen vit. A,

pemberian ASI),

faktor lingkungan

(rumah, kepadatan

hunian, status social

ekonomi, kebiasan

Page 49: Laporan Askep Keluarga

No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf

merokok))

1.3.1 jelaskan tanda dan

gejala ispa meliputi

ISPA ringan(batuk,

serak, pilek, suhu

badan meningkat),

sedang (RR lebih

dari 50x/menit, suhu

lebih dari 39oc,

tenggorokan

berwarna merah,

timbul bercak merah

pada kulit

menyerupai bercak

campak, telinga

sakit atau

mengeluarkan

nanah dari lubang

telinga, ada bunyi

“ngik” saat

Page 50: Laporan Askep Keluarga

No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf

bernapas), dan

berat, (bibir atau

kulit membiru, saat

bernapas hidung

kembang-kempis,

anak terlihat

gelisah, kesadaran

menurun, sela iga

tertarik kedalam

saat bernapas, nadi

cepat atau tidak

teraba)

1.4.1 jelaskan cara

penularan ISPA

yaitu melalui udara

tercemar yang

terhirup.

1.4.2 jelaskan tentang

pencegahan ISPA

meliputi (menutup

Page 51: Laporan Askep Keluarga

No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf

hidung dan mulut

saat batuk atau

bersin, tidak berbagi

cangkir

minuman,baju, atau

handuk, mencegah

berhubungan terlalu

dekat dengan

keluarga yg sakit,

ventilasi rumah

yang cukup,

menghindari papran

asap rokok)

2. Defisiensi pengetahuan

berhubungan kurang

pajanan informasi

tentang apendisitis

Setelah dilakukan

asuhan keperawatan

selama 1x kunjungan,

klien dan keluarga

mengetahui tentang

konsep apendisitis

1. Kognitif

Keluarga memahami

konsep APENDICITIS

meliputi pengertian, tanda

dan gejala

faktor resiko, pencegahan

1.1 keluarga mengetahui

masalah tentang

pengertian

APENDISITIS sebesar

100%

1.2 keluarga mengetahui

masalah tentang

1.1.1 jelaskan tentang

pengertian

APENDICITIS

1.2.1 Jelaskan tentang

tanda dan gejala

APENDICITIS

meliputi (nyeri

Page 52: Laporan Askep Keluarga

No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf

tanda dan gejala

APENDICITIS sebesar

80%

1.3 keluarga mengetahui

tentang faktor resiko

APENDICITIS sebesar

80%

1.4 keluarga mengetahui

tentang pencegahan

APENDICITIS sebesar

80%

samar-samar

dan tumpul di

kuadran kanan

perut bagian

bawah, nafsu

makan menurun,

sering disertai

mual dan

muntah)

1.3.1 jelaskan faktor

resiko

APENDICITIS

meliputi (Faktor

sumbatan,

Faktor Bakteri,

Kecenderungan

familiar

(menurun),

Faktor ras dan

diet, Jenis

Page 53: Laporan Askep Keluarga

No Diagnosa Keperawatan Tujuan kriteria standart Rencana intervensi tanggal paraf

kelamin)

1.4.1 Jelaskan

mengenai

pencegahan

apendisitis yaitu

diet tinggi serat

dan defekasi

yang teratur

Page 54: Laporan Askep Keluarga

No

Dx

Hari,

Tanggal/JamImplementasi Paraf

1. 4 April 2015

10.00

menjelaskan pengertian ISPA

menjelaskan penyebab ISPA (meliputi bakteri, virus,

jamur,dan aspirasi benda asing),

menjelaskan faktor resiko meliputi (faktor host (usia,

jenis kelamin, status imunisasi, pemberian suplemen

vit. A, pemberian ASI), faktor lingkungan (rumah,

kepadatan hunian, status social ekonomi, kebiasan

merokok))

menjelaskan tanda dan gejala ispa meliputi ISPA

ringan (batuk, serak, pilek, suhu badan meningkat),

sedang (RR lebih dari 50x/menit, suhu lebih dari 39oc,

tenggorokan berwarna merah, timbul bercak merah

pada kulit menyerupai bercak campak, telinga sakit

atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga, ada

bunyi “ngik” saat bernapas), dan berat, (bibir atau kulit

membiru, saat bernapas hidung kembang-kempis,

anak terlihat gelisah, kesadaran menurun, sela iga

tertarik kedalam saat bernapas, nadi cepat atau tidak

teraba)

menjelaskan cara penularan ISPA yaitu melalui udara

tercemar yang terhirup.

menjelaskan tentang pencegahan ISPA meliputi

(menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin,

tidak berbagi cangkir minuman,baju, atau handuk,

mencegah berhubungan terlalu dekat dengan

keluarga yg sakit, ventilasi rumah yang cukup,

menghindari papran asap rokok)

2 4 April 2015

10.30

menjelaskan tentang pengertian APENDICITIS

menjelaskan tentang tanda dan gejala APENDICITIS

meliputi (nyeri samar-samar dan tumpul di kuadran

Page 55: Laporan Askep Keluarga

kanan perut bagian bawah, nafsu makan menurun,

sering disertai mual dan muntah)

menjelaskan faktor resiko APENDICITIS meliputi

(Faktor sumbatan, Faktor Bakteri, Kecenderungan

familiar (menurun), Faktor ras dan diet, Jenis kelamin)

menjelaskan mengenai pencegahan apendisitis yaitu

diet tinggi serat dan defekasi yang teratur

Evaluasi

TANGGAL

DAN WAKTU

NO.

DIAGNOSAEVALUASI FORMATIF

04-03-2015

10.00

1 S:

keluarga mampu menjelaskan pengertian ISPA

keluarga mampu menjelaskan penyebab ISPA ,

keluarga mampu menjelaskan faktor resiko meliputi

keluarga mampu menjelaskan tanda dan gejala ispa

keluarga mampu menjelaskan cara penularan ISPA yaitu

melalui udara tercemar yang terhirup.

keluarga mampu menjelaskan tentang pencegahan ISPA

O: - klien tampak antusias memperhatikan materi yang

disampaikan

-Klien banyak bertanya dan memberikan feedback

- Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang pengertian ISPA mencapai 100%

- Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang penyebab ISPA mencapai 100%

-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang faktor resiko ISPA mencapai 80%

-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang tanda dan gejala ISPA mencapai 75%

-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang cara penularan ISPA mencapai 100%

-Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

Page 56: Laporan Askep Keluarga

keluarga tentang pencegahan ISPA mencapai 80%

A: masalah teratasi

P: hentkan intervensi

04-03-2015

10.30

2 S:

keluarga mampu menjelaskan tentang pengertian

APENDICITIS

keluarga mampu menjelaskan tentang tanda dan gejala

APENDICITIS

keluarga mampu menjelaskan faktor resiko

APENDICITIS

keluarga mampu menjelaskan mengenai pencegahan

apendisitis

O:

keluarga tampak antusias

Keluarga banyak bertanya dan memberikan feedback

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang pengertian APENDICITIS mencapai

100%

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang tentang tanda dan gejala

APENDICITIS mencapai 100%

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang faktor resiko APENDICITIS mencapai

90%

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan

keluarga tentang pencegahan apendisitis mencapai

100%

A: masalah teratasi

P: hentikan intervensi

Page 57: Laporan Askep Keluarga

BAB 4

PEMBAHASAN

A. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk

menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada ini dan waktu sebelumnya, serta

untuk menentukan pola respons klien ini dan waktu sebelumnya (Potter dan Perry, 2009).

Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 3 April 2015, keluarga terutama Tn. K

masih belum terlalu percaya kepada perwat yang melakukan pengkajian. Rasa kurang

percaya Tn. K ditunjukkan dengan memberikan pertanyaan kepada perawat yang

mengkaji, yaitu alasan kenapa memilih keluarga ini untuk didatangi, apakah sudah

melakukan ijin kepada perangkat desa setempat, apakah semua keluarga yang ada di

dusun setempat juga didatangi, apakah hanya dusun tempat keluarga Tn. K tinggal yang

didatangi atau ada dusun lain dan sebagainya. Hambatan kedua yang terjadi pada saat

pengkajian adalah pada saat melakukan pengkajian tentang awal mulanya terbentuknya

keluarga Tn. K, mengkaji struktur dan fungsi keluarga, kedua pihak masih merasa malu

dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Selain hal tersebut, apabila melakukan

pengkajian yang terkesan mengarah ke masalah pribadi, klien merasa kurang berkenan

untuk bercerita atau menjawab pertanyaan yang diajukan. Klien hanya menjawab

pertanyaan tersebut secara singkat.

Untuk mengatasi hambatan tersebut sebaiknya perawat yang akan melakukan

pengkajian, memberikan penjelasan dengan terperinci alasan kenapa datang dan memilih

keluarga tersebut. Selain itu, perawat pada saat mengunjungi keluarga membawa surat

pengantar dari desa atau didampingi oleh salah satu pihak desa. Perawat juga harus lebih

bisa komunikatif kepada keluarga Tn. K agar terbina rasa saling percaya antar keluarga

dan perawat. Perawat juga harus memandang keluarga atau komunitas sebagai partner.

Hal ini didukung oleh teori McFarlane yaitu Community as Partner Model. Teori ini

didasarkan pada model Neuman dengan memandang klien sebagai sistem terbuka dimana

klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis. Dengan kata lain,

pendekatan totalitas manusia untuk menggambarkan masalah klien. Fokus pada model ini

komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan.

Page 58: Laporan Askep Keluarga

Sehingga dalam mengatasi hambatan ini, perawat harus melakukan pendekatan yang lebih

komunikatif agar terbentuk rasa percaya antara perawat dan klien.

B. Intervensi

Perencanaan keperawatan merupakan penyusunan rencana tindakan keperawatan

yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis keperawatan

yang sudah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Mubarak, 2005).

Sebelum menyusun intervensi yang akan dilakukan terhadap klien, terlebih dahulu

memprioritaskan diganosa keperawatan yang muncul. Diganosa keperawatan yang muncul

yaitu ketidakefektifan managemen regimen terapeutik keluarga yang berhubungan dengan

ispa. Intervensi yang dilakukan untuk diganosa tersebut yaitu memberikan edukasi kepada

keluarga tentang ISPA. Diagnosa keperawatan kedua adalah Defisiensi pengetahuan

berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi tentang apendicitis. Intervensi yang

dilakukan untuk diagnosa tersebut yaitu memberikan pendidikan kesehatan tentang

apendisitis.

Pada tahapan pemilihan intervensi tidak ditemukan faktor-faktor penghambat pada

setiap masalah keperawatan. Sehingga intervensi yang dipilih dapat dilanjutkan ke tahap

implementasi terhadap keluarga Tn. K.

C. Implementasi

Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan yang telah

disusun. Dalam pelaksanaannya tindakan asuhen keperawatan harus bekerjasama dengan

angoota tim kesehatan lain dalam hal melibatkan pihak puskesmas, bidan desa, dan

anggota masyarakat (Mubarak, 2005). Dalam melakukan pelaksanaannya

didokumentasikan dalam catatan tindakan keperawatan.

Implementasi yang dilakukan terhadap keluarga Tn. K berdasarkan diagnosa yang

muncul yaitu melakukan pendidikan kesehatan dengan memberikan penjelasan kepada

keluarga Tn. K tentang penyakit ISPA dan cara penularan dan pencegahan penyakit ISPA.

Selain itu memberikan penjelasan tentang penyakit apendisitis.

Pada tahapan implementasi ini tidak ditemukan faktor-faktor penghambat pada setiap

masalah keperawatan dapat teratasi dan didukung oleh sikap klien yang kooperatif

sehingga evaluasi dapat dilaksanakan oleh penulis.

Page 59: Laporan Askep Keluarga

D. Evaluasi

Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.

Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara proses dengan dengan

pedoman atau rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat

dengan membandingkan tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku kehidupan sehari-

hari dan tingkat kemajuan masyarakat komunitas dengan tujuan yang sudah ditentukan

atau dirumuskan sebelumnya (Mubarak, 2005). Pada masalah keperawatan ini penulis

menggunakan evaluasi SOAP yang yang dapat memudahkan untuk mengetahui

perkembangan dari masalah keperawatan yang muncul.

Untuk kedua diagnosa yang muncul, evaluasi yang terlihat adalah keluarga Tn. K dapat

memahami dan menjelaskan kembali tentang topik pendidikan kesehatan yaitu tentang

ISPA dan apendisitis. Pada hasil post test juga menunjukkan pengetahuan memenuhi

sasaran yang telah ditetapkan pada saat perencanaan. Pada tahapan evaluasi ini tidak

ditemukan faktor-faktor penghambat pada setiap masalah keperawatan dapat teratasi dan

didukung oleh sikap klien yang kooperatif sehingga evaluasi dapat dilaksanakan oleh

penulis.

Page 60: Laporan Askep Keluarga

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Pada saat melakukan pengkajian, keluarga terutama Tn. K masih belum terlalu

percaya kepada perawat yang melakukan pengkajian. hal tersebut ditunjukkan dengan

memberikan pertanyaan kepada perawat yang mengkaji, yaitu alasan kenapa memilih

keluarga ini untuk didatangi, apakah sudah melakukan ijin kepada perangkat desa

setempat, dan pertanyaan kenapa keluarga Tn.K yang di tunjuk sebaga klien. Hambatan

kedua yang juga terjadi hal yang sama yaitu tentang masalah kepercayaan klien pada

perawat pengkaji, keluarga masih merasa malu dalam menjawab pertanyaan yang diajukan

serta saat dilakukan pengkajian yang terkesan mengarah ke masalah pribadi, klien merasa

kurang berkenan untuk bercerita atau menjawab pertanyaan yang diajukan. Klien hanya

menjawab pertanyaan tersebut secara singkat.

Upaya dalam mengatasi hambatan tersebut sebaiknya perawat yang akan

melakukan pengkajian, memberikan penjelasan dengan terperinci alasan kenapa datang

dan memilih keluarga tersebut. Perawat pada saat mengunjungi keluarga membawa surat

pengantar dari desa atau didampingi oleh salah satu pihak desa. Perawat juga harus lebih

bisa komunikatif dan membina rasa saling percaya antar keluarga dan perawat.

Pada tahapan . intervensi, implementasi dan evaluasi ini tidak ditemukan faktor-

faktor penghambat pada setiap masalah keperawatan dapat teratasi dan didukung oleh

sikap klien yang kooperatif sehingga evaluasi dapat dilaksanakan oleh penulis.

5.1 Saran

- Sebaiknya sebelum melakukan pengkajian, perawat terlebih dahulu membangun

kepercayaan antara perawat dan keluarga serta menggunakan teknik komunikasi

yang mudah mereka pahami, agar komunikasi yang dilakukan untuk menggali data

pada keluarga tersebut dapat disampaikan dengan lebih nyaman dan terbuka.

- Perawat sebaiknya terlebih dahulu menjelaskan tujuan, manfaat dan asal institusi

atau rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang dilakukan oleh

perawat tersebut agar tidak ada keraguan pada keluarga yang dikaji, dan keluarga

tersebut merasa aman dan yakin untuk membagikan informasi tentang data umum

beserta masalah dalam keluarga dari berbagai aspek.

Page 61: Laporan Askep Keluarga

REFERENSI

Sudiharto, 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Wijaya, 2003. Asuhan Keperawatan pada Anak ISPA. Jakarta : EGC.

Lilis, 2006. Determinan Sanitasi Rumah Dan Sosial Ekonomi Keluarga Terhadap Kejadian Ispa

Pada Anak Balita Serta Manajemen Penanggulangannya Di Puskesmas. Jurnal

Kesehatan Lingkungan, VOL. 3, NO.50 1, JULI 2006 : 49 – 58.

Depkes RI. 2003. Penyakit ISPA. Jakarta : EGC.

Harmoko, 2012, Asuhan Keperawatan Keluarga; Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mubarak, W. I. 2005. Pengantar Keperawatan Komunitas. Jakarta : CV. Sagung Seto

Page 62: Laporan Askep Keluarga

LAMPIRAN

A. SOAL POST TEST

1. coba bapak/ibu jelaskan pengertian dari ISPA!

2. ISPA dapat disebabkan oleh apa saja?

3. Coba jelaskan faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan ISPA!

4. Coba jelaskan bagaimana tanda dan gejala ISPA mulai dari ISPA ringan, sedang, dan

berat!

5. Bagaimana cara penularan ISPA?

6. Apa saja tindakan atau cara untuk mencegah terjadinya ISPA?

7. coba bapak/ibu jelaskan pengertian dari APPENDICITIS

8. Bagaimana tanda dan gejala seseorang menderita appendicitis

9. Faktor resiko apa saja yang dapat menyebabkan seseorang mengalami appendicitis?

10. Sebutkan cara pencegahan appendicitis apa saja?

Page 63: Laporan Askep Keluarga

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Bahasan :  ISPA

Sasaran : Tn. K dan keluarga

Tempat : rumah Tn. K

Hari / Tanggal : Sabtu, 4 April 2015

Alokasi waktu : 30 menit

Metode : Tanya jawab

Media : leaflet

Pertemuan ke : Pertama (1)

Pengajar : kelompok 3

A. TUJUAN

1. Tujuan umum

Tn K dan Keluarga mampu menjelaskan tentang ISPA.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui pengertian ISPA

b. Mengetahui penyebab dan faktor resiko

c. Mengetahui tanda dan gejala ISPA

d. Mengetahui cara penularan dan cara pencegahan ISPA

C. RENCANA KEGIATAN

Tahap Kegiatan Mengajar Kegiatan Peserta Metode

Media

Pendahuluan

2 menit

1. Membuka pertemuan

dengan salam dan

menanyakan kabar

2. Menjelaskan maksud

dan tujuan pembelajaran

3. Menyampaikan

kontrak waktu

4. Menggali

pengetahuan peserta

1. Mendengark

an ,memperhatika

n, memberikan

feedback.

Ceramah -

Penjelasan

20 menit

1) pengertian ISPA

2) penyebab dan faktor resiko

Memperhatikan

penjelasan materi

Tanya jawab -

Page 64: Laporan Askep Keluarga

3) tanda dan gejala ISPA

4) cara penularan

dan cara

pencegahan

ISPA

Penutup

8 menit

1. Menggali

pemahaman keluarga

2. Melakukan post

test

3. Menutup

pertemuan

4. Mengucapkan

salam

1. Mengulangi

materi yang

telah

disampaikan

2. Menjawab post

test

3. Menjawab

salam

Tanya jawab Lembar

pertanyaan

D. EVALUASI

a) Evaluasi struktur

a. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada hari 4 April 2015 di rumah

bapak K

b. Sarana dan prasarana penyuluhan tersedia lengkap sebelum penyuluhan

dimulai

b) Evaluasi proses

Keluarga mengikuti rangkaian diskusi dengan baik

Keluarga antusias dalam memperhatikan dan bertanya seputar materi yang

belum dipahami

c) Evaluasi hasil

Keluarga mampu mengulangi materi yang telah disampaikan.

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang

pengertian ISPA mencapai 100%

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang penyebab

ISPA mencapai 100%

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang faktor

resiko ISPA mencapai 80%

Page 65: Laporan Askep Keluarga

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang tanda dan

gejala ISPA mencapai 75%

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang cara

penularan ISPA mencapai 100%

Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang

pencegahan ISPA mencapai 80%

Page 66: Laporan Askep Keluarga

Definisi ISPA

Menurut WHO: Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran

pernapasan atas atau bawah, biasanya menular, yang dapat menimbulkan berbagai

spektrum penyakit yang berkisar dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai

penyakit yang parah dan mematikan, tergantung pada patogen penyebabnya, faktor

lingkungan, dan faktor pejamu. Namun demikian, di dalam pedoman ini, ISPA

didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan akut yang disebabkan oleh agen

infeksius yang ditularkan dari manusia ke manusia. Timbulnya gejala biasanya cepat,

yaitu dalam waktu beberapa jam sampai beberapa hari. Gejalanya meliputi demam,

batuk, dan sering juga nyeri tenggorok, coryza (pilek), sesak napas, mengi, atau

kesulitan bernapas. Contoh patogen yang menyebabkan ISPA yang dimasukkan dalam

pedoman iniadalah rhinovirus, respiratory syncytial virus, paraininfluenzaenza virus,

severe acute respiratory syndromeassociated coronavirus (SARS-CoV), dan virus

Influenza.

Menurut DepKes RI (1998) Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi, saluran

pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran

pernafasanadalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ

adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akutadalah

infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari.

Menurut Corwin (2001), infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi yang disebabkan

oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis, radang tenggorokan, dan

laringitis.

Klasifikasi ISPA

a. Berdasarkan letak anatomis

2. Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA)

Infeksi yang menyerang hidung sampai bagian faring, seperti pilek, sinusitis, otitis media

(infeksi pada telinga tengah), dan faringitis (infeksi pada tenggorokan)

2. Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA)

Page 67: Laporan Askep Keluarga

Infeksi yang menyerang mulai dari bagian epiglotis atau laring sampai dengan alveoli,

dinamakan sesuai dengan organ saluran nafas, seperti epiglotitis, laringitis,

laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis, dan pneumonia

Etiologi dan Faktor Resiko ISPA

Etiologi ISPA terdiri dari:

Bakteri  :Diplococcus pneumonia,Pneumococcus,Streptococcus pyogenes,

Staphylococcus aureus, Haemophilus influenza, dan lain-lain.

Virus : Rinovirus, coronavirus, adenovirus, enterovirus, (ISPA atas virus

utama), Parainfluenza, 123 coronavirus, adenovirus.

Jamur  : Aspergillus sp, Candida albicans, Histoplama, dan lain-lain.

Aspirasi : Makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak)

biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, benda asing (biji-bijian,

mainan plastic kecil, dan lain-lain).

Disamping penyebab, perlu juga diperhatikan faktor resiko, yaitu faktor yang mempengaruhi

atau mempermudah terjadinya ISPA.

1. Faktor host ( diri )

a. Usia

Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia dibawah 3

tahun, terutama bayi kurang dari 1 tahun. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA daripada usia yang lebih

lanjut (Hidayat,2009).

g. Jenis Kelamin

Meskipun secara keseluruhan di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia

masalah ini tidak terlalu diperhatikan, namun banyak penelitian yang menunjukkan

adanya perbedaan prevelensi penyakit ISPA terhadap jenis kelamin tertentu.Anak

perempuan lebih tinggi dari laki – laki di negara Denmark(Hidayat,2009).

h. Status gizi

Interaksi antara infeksi dan Kekurangan Kalori Protein (KKP) telah lama dikenal,

kedua keadaan ini sinergistik, saling mempengaruhi, yang satu merupakan

predisposisi yang lainnya. Pada KKP, ketahanan tubuh menurun dan virulensi

pathogen lebih kuat sehingga menyebabkan keseimbangan yang terganggu dan akan

Page 68: Laporan Askep Keluarga

terjadi infeksi, sedangkan salah satu determinan utama dalam mempertahankan

keseimbangan tersebut adalah status gizi anak(Hidayat,2009).

i. Status imunisasi

Ketidakpatuhan imunisasi berhubungan dengan peningkatan penderita ISPA

walaupun tidak bermakna. Hal ini sesuai dengan penelitian lain yang mendapatkan

bahwa imunisasi yang lengkap dapat memberikan peranan yang cukup berarti dalam

mencegah kejadian ISPA (Hidayat,2009).

j. Pemberian suplemen vitamin A

Pemberian vitamin A pada balita sangat berperan untuk masa pertumbuhannya, daya

tahan tubuh dan kesehatan terutama pada penglihatan, reproduksi, sekresi mukus

dan untuk mempertahankan sel epitel yang mengalami diferensiasi.

k. Pemberian ASI

ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama

kehidupannya. ASI bukan hanya merupakan sumber nutrisi bagi bayi tetapi juga

sebagai sumber zat antimikroorganisme yang kuat, karena adanya beberapa faktor

yang bekerja secara sinergis membentuk sistem biologis. ASI dapat memberikan

imunisasi pasif melalui penyampaian antibodi dan sel-sel imunokompeten ke

permukaan saluran pernafasan atas (Hidayat,2009).

3. Faktor Lingkungan

e. Rumah

Merupakan stuktur fisik, dimana orang menggunakannya untuk tempat berlindung

yang dilengkapi dengan fasilitas dan pelayanan yang diperlukan, perlengkapan yang

berguna untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk

keluarga dan individu (WHO, 1989). Anak-anak yang tinggal di apartemen memiliki

faktor resiko lebih tinggi menderita ISPA daripada anak-anak yang tinggal di rumah

culster di Denmark (Hidayat,2009).

f. Kepadatan Hunian

Seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat diduga

merupakan faktor risiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003) membuktikan

bahwa kepadatan hunian (crowded) mempengaruhi secara bermakna prevalensi

ISPA berat.

g. Status sosioekonomi

Page 69: Laporan Askep Keluarga

Telah diketahui bahwa kepadatan penduduk dan tingkat sosioekonomi yang rendah

mempunyai hubungan yang erat dengan kesehatan masyarakat. Tetapi status

keseluruhan tidak ada hubungan antara status ekonomi dengan insiden ISPA, akan

tetapi didapatkan korelasi yang bermakna antara kejadian ISPA berat dengan

rendahnya status sosioekonomi (Hidayat,2009).

h. Kebiasaan merokok

Pada keluarga yang merokok, secara statistik anaknya mempunyai kemungkinan

terkena ISPA 2 kali lipat dibandingkan dengan anak dari keluarga yang tidak

merokok.

Tanda dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit ISPA antara lain:

e) Batuk terjadi karena produksi mukus meningkat, sehingga terakumulasi pada trakea yang

kemudian menimbulkan batuk. Batuk juga bisa terjadi karena iritasi pada bronkus. Sifat

batuk dimulai dari batuk kering (nonproduktif) kemudian setelah timbul peradangan

menjadi produktif (menghasilkan sputum).

f) Kesulitan bernafas

Akumulasi mukus di trakea akan mengakibatkan saluran nafas tersumbat sehingga

mengalami kesulitan dalam bernafas.

g) Sakit tenggorokan

Terjadi iritasi jalan nafas akibat pembengkakan akan merangsang ujung dendrit oleh

nervus, untuk menstimulasi pelepasan kemoreseptor yaitu bradikinin dan serotonin

sehingga terjadi perangsangan nyeri pada tenggorokan.

h) Demam

Infeksi jalan nafas juga mengakibatkan munculnya demam, ini sebagai mekanisme

pertahanan tubuh dalam melawan mikroorganisme yang masuk.Suhu tubuh bisa

mencapai 39,5OC-40,5OC.

Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,

batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis.Suhu badan

meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah dan

insomnia.Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya menunjukkan adanya

penyulit.Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan laboratorium

Page 70: Laporan Askep Keluarga

terhadap jasadrenik itu sendiri.Pemeriksaan yang dilakukan adalah biakan virus, serologis,

diagnostik virus secara langsung. Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri

dilakukan dengan pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda

laboratoris.

Tanda-tanda klinis :

Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding

thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting

expiratoir dan wheezing.

Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan

cardiac arrest.

Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil

bendung, kejang dan coma.

Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :

hypoxemia,

hypercapnia dan

acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika

ditemukan satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

5. Batuk

6. Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada waktu

berbicara atau menangis).

7. Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.

8. Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA ringan

disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

8. Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari satu tahun

atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun atau lebih. Cara

Page 71: Laporan Askep Keluarga

menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah tarikan nafas dalam satu

menit.

9. Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

10. Tenggorokan berwarna merah.

11. Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak.

12. Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

13. Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

14. Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA ringan atau

ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

8. Bibir atau kulit membiru.

9. Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu

bernafas.

10. Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

11. Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak

gelisah.

12. Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

13. Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

14. Tenggorokan berwarna merah.

Cara Penularan ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit

masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk

golongan Air Borne Disease.

Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa kontak

dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian besar penularan melalui

udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian

besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur penyebab atau

mikroorganisme penyebab.

Pencegahan ISPA

6. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk menutup

hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

Page 72: Laporan Askep Keluarga

7. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir minuman, baju

cuci atau handuk.

8. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota keluarga

lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat dilakukan seperti

anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota keluarga lainyang sedang sakit

ISPA.

9. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

10. Hindari anak dari paparan asap rokok ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

Satuan Acara Penyuluhan

Pokok Bahasan :  Apendicitis

Page 73: Laporan Askep Keluarga

Sasaran : bapak K dan keluarga

Tempat : bapak K

Hari / Tanggal : selasa, 4 April 2015

Alokasi waktu : 30 menit

Metode : Tanya jawab

Media : leaflet

Pertemuan ke : Pertama (1)

Pengajar : kelompok 3

B. TUJUAN

3. Tujuan umum

bapak K dan Keluarga mampu menjelaskan tentang apendicitis.

4. Tujuan khusus

1) menjelaskan pengertian apendicitis

2) menjelaskan tanda dan gejala apendicitis

3) menjelaskan faktor resiko apendicitis

4) menjelaskan pencegahan apendicitis

E. RENCANA KEGIATAN

Tahap Kegiatan MengajarKegiatan Peserta

Didik

MetodeMedia

Pendahuluan

2 menit

5. Membuka pertemuan

dengan salam dan

menanyakan kabar

6. Menjelaskan maksud

dan tujuan pembelajaran

7. Menyampaikan

kontrak waktu

8. Menggali

pengetahuan peserta didik

2. Mendengark

an ,memperhatika

n, memberikan

feedback.

Ceramah -

Penjelasan

20 menit

5) menjelaskan

pengertian

apendicitis

6) menjelaskan

tanda dan gejala

Memperhatikan

penjelasan materi

Tanya jawab -

Page 74: Laporan Askep Keluarga

apendicitis

7) menjelaskan

faktor resiko

apendicitis

8) menjelaskan

pencegahan

apendicitis

Penutup

8 menit

5. Menggali

pemahaman peserta

dengan pertanyaan

6. Melakukan post

test

7. Menutup

pertemuan

8. Mengucapkan

salam

4. Mengulangi

materi yang

telah

disampaikan

5. Menjawab post

test

6. Menjawab

salam

Tanya jawab Lembar

pertanyaan

F. EVALUASI

d) Evaluasi struktur

c. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan pada hari 4 April 2015 di rumah

bapak K

d. Sarana dan prasarana penyuluhan tersedia lengkap sebelum penyuluhan

dimulai

e) Evaluasi proses

Peserta mengikuti kelas dengan tertib

Peserta antusias dalam memperhatikan dan bertanya seputar materi yang

belum dipahami

f) Evaluasi hasil

1. peserta mampu menjelaskan pengertian apendicitis

2. peserta mampu menjelaskan tanda dan gejala apendicitis

3. peserta mampu menjelaskan faktor resiko apendicitis

4. peserta mampu menjelaskan pencegahan appendicitis

5. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang pengertian

APENDICITIS mencapai 100%

Page 75: Laporan Askep Keluarga

6. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang tentang

tanda dan gejala APENDICITIS mencapai 100%

7. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang faktor resiko

APENDICITIS mencapai 90%

8. Berdasarkan hasil post test, rata – rata pengetahuan keluarga tentang pencegahan

apendisitis mencapai 100%

Page 76: Laporan Askep Keluarga

1. Definisi Appendicitis

Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak

berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari

apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan

mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson&Goldman,1989).

Apendisitis merupakan keadaan inflamasi dan obstruksi pada apendiks vermiformis.

Apendiks vermiformis, yang disebut pula umbai cacing atau lebih dikenal dengan nama usus

buntu, merupakan kantung kecil yang buntu dan melekat pada sektum (Kowalak, 2011).

Appendicitis adalah infeksi pada appendiks karena tersumbatnya lumen oleh fekalith

(batu feces), hiperplasi jaringan limfoid, dan cacing usus. Obstruksi lumen merupakan

penyebab utama appendicitis. Erosi membran mukosa appendiks dapat terjadi karena

parasit seperti Entamoeba histolytica, Trichuris trichiura, dan Enterobius vermikularis.

Penelitian Collin (1990) di Amerika Serikat pada 3.400 kasus, 50% di temukan adanya faktor

obstruksi. Obstruksi yang disebabkan hiperplasi jaringan limfoid submukosa 60% ,fekalith

35%, benda asing 4%, dan sebab lainnya 1%.

2. Faktor Risiko Appendicitis

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor

pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor

pencetus disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris

dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan

apendisitis adalah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E. histolytica

(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat

dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan

intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya

pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya

apendisitis akut (Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

a.       Faktor sumbatan

Faktor obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti

oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hiperplasia jaringan limfoid sub mukosa,

35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing dan sebab lainnya 1% diantaranya

sumbatan oleh parasit dan cacing. Obsrtruksi yang disebabkan oleh fekalith dapat ditemui

pada bermacam-macam apendisitis akut diantaranya; fekalith ditemukan 40% pada kasus

Page 77: Laporan Askep Keluarga

apendisitis kasus sederhana, 65% pada kasus apendisitis akut ganggrenosa tanpa ruptur

dan 90% pada kasus apendisitis akut dengan ruptur.

b.      Faktor Bakteri

Infeksi enterogen merupakan faktor patogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya

fekolith dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi memperburuk dan memperberat infeksi,

karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur didapatkan

terbanyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragililis dan E.coli, lalu

Splanchicus, lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang

menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob <10%.

c. Kecenderungan familiar

Hal ini dihubungkan dengan tedapatnya malformasi yang herediter dari organ, apendiks

yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik , kelainan katup di pangkal appendiks dan

letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan

makanan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya

fekalith dan mengakibatkan obstruksi lumen.

d. Faktor ras dan diet

Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit

putih yang dulunya pola makan rendah serat mempunyai risiko lebih tinggi dari Negara yang

pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang, kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih

telah merubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru Negara berkembang

yang dulunya memiliki tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, memiliki risiko

apendisitis yang lebih tinggi

e. Jenis kelamin

Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja

dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.

7. Manifestasi Klinis Appendicitis

Gejala klasik apendisitis ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri

viseral di daerah epigastrium di sekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan

kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan

berpindah ke kanan bawah ke titik Mc. Burney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih

jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. Kadang tidak ada nyeri

epigastrium, tetapi terdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat

Page 78: Laporan Askep Keluarga

pencahar. Tindakan itu dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi

(Sjamsuhidajat, De Jong, 2004).

Pada permulaan timbulnya penyakit, belum ada keluhan abdomen yang menetap.

Keluhan apendisitis akut biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilikus atau periumbilikus

yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam, nyeri beralih ke kuadran kanan,

menetap, dan diperberat saat berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia, malaise,

demam yang tidak terlalu tinggi, konstipasi, kadang-kadang diare, mual dan muntah. Namun

dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah akan semakin progresif (Mansjoer dkk.,

2000).

8. Pencegahan apendicitis

Pencegahan Primer

Pencegahan primer bertujuan untuk menghilangkan faktor risiko terhadap kejadian appendicitis.

Upaya pencegahan primer dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat. Upaya yang

dilakukan antara lain:

a. Diet tinggi serat

Berbagai penelitian telah melaporkan hubungan antara konsumsi serat dan insidens timbulnya

berbagai macam penyakit . Hasil penelitian membuktikan bahwa diet tinggi serat mempunyai

efek proteksi untuk kejadian penyakit saluran pencernaan.Serat dalam makanan mempunyai

kemampuan mengikat air, selulosa,dan pektin yang membantu mempercepat sisa-sisa

makanan untuk diekskresikan keluar sehingga tidak terjadi konstipasi yang mengakibatkan

penekanan pada dinding kolon.

b. Defekasi yang teratur

Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi pengeluaran feces. Makanan yang

mengandung serat penting untuk memperbesar volume feces dan makan yang teratur

mempengaruhi defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama setiap hari mempunyai

suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada pemasukan makanan dan keteraturan pola

aktivitas peristaltik di kolon.

Frekuensi defekasi yang jarang akan mempengaruhi konsistensi feces yang lebih padat

sehingga terjadi konstipasi. Konstipasi menaikkan tekanan intracaecal sehingga terjadi

sumbatan fungsional appendiks dan meningkatnya pertumbuhan flora normal kolon.

Pengerasan feces memungkinkan adanya bagian yang terselip masuk ke saluran appendiks

dan menjadi media kuman/bakteri berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan

peradangan pada appendiks.