laporan management keperawatan
DESCRIPTION
laporan mankepTRANSCRIPT
LAPORAN MANAGEMENT KEPERAWATAN
Nama Kelompok1. Ade Sukriani Harahap2. Anugerah Puji Safitri3. Asmida4. Hasti Dwiretno Pratiwi5. Juriatin Harini6. Rizky Maulana. R7. Wiwien Hermina
8. Hari Ruswanti9. Lenawati10. Ngadiyem11. Rellys12. Silvia Zaharti13. Suhartini Husin14. Waristalam
Program profei nersSTIKes Jayakarta PKP DKI JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, atas berkat dan rahmatnya sehingga kelompok dapat menyelesaikan laporan ini dalam rangka memenuhi tugas stase management keperawatan. Tujuan dalam penulisan laporan ini adalah untuk menjabarkan hasil pelaksanaan dari rencana yang telah disusun untuk mengatasi masalah management keperawatan yang terdapat dalam ruangan Kedokteran Militer Lantai 6 RSPAD Gatot Soebroto.
Laporan ini tersusun berkat bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kelompok ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat :
1. Ibu Lusianah S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Keperawatan STIKes Jayakarta.
2. Ibu Melati Fajarini S.Kp, M.N selaku koordinator dan pembimbing kelompok yang telah memberikan masukan dan nasihat yang baik dan membangun bagi kelompok.
3. Ibu Ns. Amei Nuriani, S.Kep selaku pembimbing lahan yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan ini.
4. Seluruh teman – teman yang telah banyak membantu penyusunan laporan ini.
Kelompok menyadari bahwa laporan ini masih belum sempurna, untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran bagi para pembaca agar penulis dapat menghasilkan laporan yang lebih baik lagi.
Jakarta, 12 Juni 2015
( Penulis )
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : LAPORAN MANAGEMENT KEPERAWATAN RUANG KEDOKTERAN MILITER RSPAD GATOT SOEBROTO PERIODE JUNI 2015
PENYUSUN : KELOMPOK I
1. Ade Sukriani Harahap2. Anugerah Puji Safitri3. Asmida4. Hasti Dwiretno Pratiwi5. Juriatin Harini6. Rizky Maulana. R7. Wiwien Hermina8. Hari Ruswanti9. Lenawati10. Ngadiyem11. Rellys12. Silvia Zaharti13. Suhartini Husin14. Waristalam
Jakarta, 12 Juni 2015
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Melati Fajarini S.Kp, M.N Ns. Amei Nuriani, S.Kep
Koordinator Stase Management Keperawatan
Lusianah, S.Kp. M.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajemen adalah ilmu tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara
efisien, efektif, rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan
sebelumnya ( swanburg, 2000 ). Manajemen keperawatan merupakan kegiatan yang
berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan, dan
pengendalian aktivitas – aktivitas upaya keperawatan. Fungsi manajerial di ruang rawat
dikoordinatori oleh kepala ruang rawat.
Kepala ruangan sebagai manajer harus dapat menjamin pelayanan yang diberikan
oleh perawat pelaksana dalam memberikan pelayanan yang aman dan mementingkan
kenyamanan pasien (Rachman, 2006). Kemampuan manajerial yang dimiliki oleh kepala
ruangan dapat mengacu pada penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional
(MAKP). Terdapat empat pilar dalam metode MAKP yaitu : pendekatan manajemen
keperawatan, system penghargaan (compensatory reward), hubungan professional
(professional Relationship), manajemen asuhan keperawatan (patient Care Delivery
system).
Pada pendekatan manajemen keperawatan terdiri dari 4 tahapan proses yaitu
perencanaan (Planning), pengorganisasian (Organizing), pengarahan (Directing), dan
pengendalian (Controling). Pelayanan keperawatan dilakukan oleh banyak orang sehingga
perlu menerapkan yaitu dalam bentuk manajemen keperawatan. Manajemen harus
dilaksanakan dengan disiplin untuk menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien
atau keluarga secara professional.
Tujuan MAKP adalah menjaga konsistensi asuhan keperawatan, mengurangi konflik
tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan keperawatan oleh tim keperawatan,
menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan, memberikan pedoman
dalam menentukan kebijakan dan keputusan, menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan
tujuan asuhan keperawatan bagi setiap tim keperawatan.
Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi, tuntutan masyarakat terhadap
mutu pelayanan keperawatan juga semakin meningkat oleh sebab itu pelayanan
keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan mutu pelayanan keperawatan
rumah sakit, dan juga merupakan tulang punggung dalam mencapai tujuan pelayanan
kesehatan karena pelayanan keperawatan diberikan secara berkesinambungan untuk dapat
memberikan pelayanan yang komprehensif, efisien, dan efektif serta bermutu diperlukan
keterampilan manajemen dalam mengelola pelayanan keperawatan. Sehingga keperawatan
harus selalu mengembangkan diri dan meningkatkan mutu baik manajemen pelayanan
keperawatan maupun manajemen asuhan keperawatan.
Dengan adanya tuntutan ini maka seluruh masyarakat, keperawatan harus selalu
memperbaiki diri dalam meningkatkan mutu baik manajemen pelayanan keperawatan
maupun manajemen asuhan keperawatan. Dalam hal ini rumah sakit turut bertanggung
jawab untuk meningkatkan terus menerus kemampuan sumber daya manusia tenaga
kesehatan termasuk didalamnya perawat.
Melalui model MAKP dapat diterapkan rencana kebutuhan tenaga keperawatan
secara profesional, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan, cara
pendokumentasian asuhan keperawatan dan ruang MAKP dapat digunakan sebagai tempat
belajar bagi mahasiswa keperawatan untuk pendidikan profesional. Selain itu, mahasiswa
juga dapat berkolaborasi dengan perawat yang berkompeten dalam memperbaiki sarana
dan prasarana dalam ruangan, agar ruang Kedokteran Militer Lantai 6 dapat lebih baik
lagi.
Dalam laporan ini dibahas tentang kegiatan dan tindakan yang telah dilakukan
kelompok berdasarkan rencana yang kelak disusun dari masalah yang diangkat
berdasarkan hasil pengkajian, wawancara, kuesioner, dan observasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menerapkan konsep yang telah diterima dari pendidikan tentang
manajemen keperawatan secara professional berdasarkan metode MAKP diruang Lt
6 Dokmil RSPAD Gatot Soebroto.
2. Tujuan Khusus
a. Menerapkan konsep, teori, dan prinsip manajemen keperawatan dalam
pengelolaan pelayanan keperawatan dan pengelolaan manajemen asuhan
keperawatan pada pasien dan keluarganya ditingkat unit atau ruang rawat
disuatu tatanan pelayanan kesehatan.
b. Berperan sebagai agen pembaharu dan model peran dalam kepemimpinan dan
pengelolaan pelayanan keperawatan professional tingkat dasar.
c. Fungsi perencanaan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
d. Fungsi pengorganisasian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL
Lt.6
e. Fungsi pengarahan dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
f. Fungsi pengendalian dapat dilakukan secara optimal di ruang DOKMIL Lt.6
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mendapatkan pelayanan yang memuaskan sehingga
meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga terhadap pelayanan keperawatan dan
memberikan kesan yang baik terhadap pelayanan yang diterapkan.
2. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model MAKP yang
diaplikasikan di ruang DOKMIL Lt.6
b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan penerapan
model MAKP di ruang DOKMIL Lt.6
c. Didapatkannya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga
dapat memodifikasi metode MAKP yang akan dilaksanakan diruangan.
3. Bagi Perawat
a. Melalui praktek profesi manajemen keperawatan dapat diketahui masalah-
masalah yang ada diruang di ruang DOKMIL Lt.6 yang berkaitan dengan
pelaksanaan MAKP.
b. Dapat terlaksananya manajemen ruangan yang professional sehingga
meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.
c. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan rekan sejawat, perawat
dengan tim kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
d. Tumbuh dan terbinanya akuntanbilitas dan disiplin diri perawat.
4. Bagi Institusi Rumah Sakit dan Pendidikan
Sebagai bahan masukan dan gambaran tentang pengelolaan ruangan dengan
pelaksanaan model MAKP yang diterapkan diruangan di ruang DOKMIL Lt.6
BAB II
TINJAUAN LAHAN
A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu ilmu dan seni perencanaan, pengarahan,
pengorganisasian, dan pengontrolan dari benda dan manusia untuk mencapai tujuan
yang ditentukan sebelumnya (Liang Lie). Manajemen adalah proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Gilies, 1989).
Manajemen adalah suatu proses interaksi social tehnik yang terjadi dalam
organisasi yang formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang
ditentukan melalui penggunaan sumber-sumber lain (Donovan, 2002). Sedangkan
manajemen asuhan keperawatan merupakan pengaturan sumber daya dalam
menjalankan kegiatan keperawatan dengan mengguanakan metode proses
keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien atau menyelesaikan masalah klien
(Keliat, 2000).
Manajemen keperawatan adalah proses pelaksanaan pelayanan keperawatan
melalui upaya staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan, pengobatan,
dan rasa aman kepada pasien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 2002).
Manajemen asuhan keperawatan merupakan suatu metoda yang sistematis
dalam memberikan asuhan keperawatan dan memenuhi kebutuhan pasien secara
holistik.
B. Konsep Model Pratek Keperawatan Profesional
Pelayanan prima keperawatan dalam bentuk Model Asuhan Keperawatan Profesional,
yang pada awalnya dikembangkan oleh Sudarsono (2000) di Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo dan beberapa rumah sakit umum lain di Indonesia. MAKP adalah
suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan
yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Berdasarkan pengalaman Sudarsono (2000) dikembangkan beberapa jenis MAKP
sesuai dengan kondisi sumber daya manusia yang ada, yaitu:
1. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Tenaga perawat yang akan bekerja di ruangan ini semua profesional dan ada
perawat yang sudah menyandang gelar doktor dalam pengalaman klinik, sehingga
praktik keperawatan berdasarkan evidence based. Di ruangan tersebut dilakukan
penelitian keperawatan, khususnya penelitian klinis serta memanfaatkan hasil riset
dalam memberikan asuhan keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Tenaga perawat yang bekerja diruangan ini mempunyai kemampuan spesialis
keperawatan yang dapat memberikan konsultasi kepada perawat primer. Di
ruangan ini digunakan hasil-hasil keperawatan dan melakukan penelitian
keperawatan.
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Model ini merupakan 3 komponen utama yaitu, ketenagaan, metode pemberian
asuhan keperawatan, dan pendokumentasian keperawatan. Metode yang
digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim yang disebut tim primer.
4. Model Asuhan Keperawatan Profesional Pemula
Model ini menyerupai MAKP I, mempunyai 3 komponen utama seperti MAKP I
tetapi baru tahap awal pengembangan yang akan menuju profesional 1.
C. Pilar-pilar atau Nilai-nilai Model Pratek Keperawatan Profesional
Pilar-pilar profesional diaplikasikan dalam bentuk aktivitas-aktivitas pelayanan
profesional yang di paparkan sebagai berikut:
1. Manajemen keperawatan
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan
secara matang hal-hal yang akan dikerjakan di masa mendatang dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian,1990). Perencanaan dapat
juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus
dilakukan. Sehingga perencanaan yang matang akan memberi petunjuk dan
mempermudah dalam melaksanakan suatu kegiatan.
Kegiatan perencanaan dalam praktek keperawatan professional
merupakan upaya meningkatkan profesionalisme dalam pelayanan
keperawatan sehingga mutu pelayanan bukan saja dapat dipertahankan tapi
bisa terus meningkat sampai tercapai derajat kepuasan tertinggi bagi penerima
jasa pelayanan keperawatan dan pelaksana pelayanan itu sendiri. Jenis-jenis
perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah
dan rencana jangka pendek. Perencanaan jangka panjang disebut juga
perencanaan strategis yang disusun untuk 3(tiga) sampai 10(sepuluh) tahun.
Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku 1 sampai 5 tahun,
sedangkan perencanaan jangka pendek dibuat 1(satu) jam sampai dengan satu
tahun. Hirarki dalam perencanaan terdiri dari perumusan visi, misi, filosofi,
peraturan, kebijakan, dan prosedur (Marquis & Houston, 1998).
Prasarat Perencanaan
Sederhana, jelas tujuan, hasil yang akan dicapai, berdasarkan kebjakan dan
prosedur yang berlaku, prioritas, libatan aktif, praktis, fleksibel,
berkesinambungan dan mempunyai kejelasan metode evaluasi
Dasar pertimbangan :
5 W + 1 H : what, where, when, why, who, how
Langkah-langkah dalam perencanaan :
1. Pengumpulan data
2. Analisa lingkungan (analisa SWOT) : strength, wweaknee, oportunities,
threts
3. Pengorganisasian data : pilih data yang mendukung dan yang menghambat
4. Menetapkan masalah dan prioritas masalah
5. Pembuatan rencana : tentukan objektif, uraian kegiatan, prosedur, target
waktu, penanggung jawab, sasaran, biaya, peralatan, metode.
Jenis Perencanaan
1. Perencanaa strategis, Perencanaan yang menyangkut penentuan tujuan dan
kebijakan umum yang berjangka panjang berdasarkan analisis internal dan
eksternal
2. Perencanaan operasional, Perencanaan yang menyangkut penentuan target
dan sasaran yang meliputi rencana kerja dan anggaran
3. Perencanaan spesifik, Perencanaan yang telah ditentukan secara jelas baik
sasaran, jadual, prosedur kegiatan, dan alokasi anggaran
4. Perencanaan pengarahan, Perencanaan yang hanya memberikan kebijakan
umum dan tidak menentukan sasaran, program atau anggaran secara
khusus.
b. Pengorganisasian (Organising)
Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai
tujuan, penugasan satu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari
pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang
bertanggungjawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian
kegiatan dan tenaga perawat diruang MAKP menggunakan pendekatan sistem
penugasan Modifikasi keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala
Ruangan, Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. Setiap tim bertanggung jawab
terhadap sejumlah pasien. Pengorganisasian di Ruang MAKP terdiri dari:
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen dalam suatu
organisasi (Sutopo, 2000). Pada pengertian struktur organisasi
menunjukan adanya pembagian kerja dan menunjukan bagaimana
fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegritaskan atau
dikoordinasikan.
b. Daftar Dinas Ruangan
Daftar yang berisi jadwal dinas, perawat yang bertugas, penannggung
jawab dinas/shift.
c. Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar yang berisi nama pasien, nama dokter, nama
perawat dalam tim, penanggung jawab pasien, dan alokasi pearawat saat
menjalankan dinas di tiap shift.
Ketenagaan
Ketenagaan : anggota organisasi/badan usaha yang memperoleh imbalan
Tujuan managemen ketenagaan di ruang rawat : mendaya gunakan tenaga
keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat memberikan pelayanan
bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan : kategori klien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan
Kategori keperawatan :
1. Keperawatan mandiri/self care : klien memerlukan bantuan minimal dalam
melakukan tindakan keperawatan dan pengobatan
2. Keperawatan sebagian /partial care : klien memerlukan bantuan sebagian
dalam tindakan keperawatan dan pengobatan tertentu seperti pemberian
obat intravena
3. Keperawatan penuh/total care : klien memerlukan bantuan secara penuh
dalam perawatan diri dan memerlukan observasi ketat
4. Keperawatan intensive/intensive care : klien memerlukan observasi dan
tindakan
Metode penugasan
Metode penugasan adalah cara untuk membagi pekerjaan yang ada disuatu
unit perawatan keoada tenaga yang ada di unit tersebut.
Jenis-jenis metode penugasan:
1. Metode fungsional.
Metode inl dibagi menjadi beberapa bagian dan tenaga ditugaskan pada
bagian tersebut secara umum, sbb :
a. Kepala Ruangan, tugasnya : Merencanakan pekeriaan, menentukan
kebutuhan perawatan pasein, membuat penugasan, melakulan
supervisi, menerima instruksi dokter.
b. Perawat staf :
- Melakukan askep langsung pada pasien
- Membantu supervisi askep yang diberikan oleh pembantu tenaga
keperawatan
c. Perawat Pelaksaaa :
Melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang,
pasein dalam masa pemulihan kesehatan dan pasein dengan
penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana (ADL)
d. Pembantu Perawat :
Membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk
mandi, membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
e. Tenaga Administrasi ruangan
Menjawab telpon, menyampaikan pesan, memberi informasi,
mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan, mencatat
pasien masuk dan pulang, membuat duplikat rostertena ruangan,
membuat permintaan lab untuk obat - obatan/persediaan yang
diperlukan atas instruksi kepala ruangan. Kerugian metode
fungsional :
- Pasien mendapat banyak perawat.
- Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan
- Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan.
- Pelayanan terputus-putus
Kelebihan dari metode fungslonal :
- Sederlana
- Efisien.
2. Metode penugasaan pasien/metode kasus.
Dalam metode ini staf perawat ditugaskan oleh kepala ruangan untuk
memberi asuhan langsung kepada pasien yang ditugaskan contohnya di
ruang isolasi dan ICU.
Namun metode ini mempunyai kekurangan, yaitu :
- Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
- Membutuhkan banyak tenaga.
Adapun kelebihannya yaltu :
- Kebutuhan terperuhi.
- Pasien merasa puas.
- Masalah pasien dapat dipahami oleh perawat.
3. Metode penugasan tim
Metode ini menggunkan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda
dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien. Ketenagaan dari
tim ini terdiri dari :
- Ketua tim
- Pelakaana perawatan
- Pembantu perawatan
Adapun tujuan dari perawatan tim adalah : memberikan asuhan yang lebih
baik dengan menggunakan tenaga yang tersedia.
Metode tim ini mempunyai kelebihan, yaitu :
- Saling memberi pengalaman antar sesama tim.
- Pasien dilayani secara komfrehesif
- Terciptanya kaderisasi kepemimpinan
- Terclpta kerja sama yang balk .
Namun, metode tim ini juga mempunyai kekurangan, yaitu :
Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya.
4. Metode Perawatan Primer
Adalah pemberian askep yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus
menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan askep selama pasien
dirawat.
Tugas perawat primer adalah :
- Menerima pasien
- Mengkaji kebutuhan
- Membuat tujuan, rencana, pelaksanaan dan evaluasi.
- Mengkoordinasi pelayanan
- Menerima dan menyesuaikan rencana
- menyiapkan penyuluhan pulang
Konsep dasar :
1. Ada tanggung jawab dan tanggung gugat
2. Ada otonomi
3. Ada keterlibatan pasien dan keluarganya
Ketenagaan :
1. Setiap perawat primer adalah perawat bed. side.
2. Beban kasus pasien maksimal 6 pasien untuk 1 perawat
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat profesional sebagai primer d.an perawat non profesional
sebagai asisten.
Kepala bangsal :
1. Sebagai konsultan dan pengendali mtu perawat primer
2. Orientasi dan merencanaka karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas
4. Memberi penugasan pada perawat asisten.
Kelebihan dari metode perawat primer ini adalah :
- Mendorong kemandirian perawat.
- Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat
- Berkomunikasl !angsung denga! Dokter
- Perawatan adalah perawatan komfrehensif
Sedangkan kelemahannya/kekurangannya adalah :
- Perlu kualitas dan
- kuantitas tenaga perawat,
5. Metode Modul (Distrik)
Adalah metode gabungan antara Metode penugasan tim dengan Metode
perawatan primer. Metode ini menugaskan sekelompok perawat merawat
pasien dari datang sampai pulang.
Perhitungan tenaga :
Rumus gilies:
∑ Jam kept u.psn/hr x rata-rata sensusu psn/hr x ∑ hr/th
∑ Hr/th – hr libur prwt x ∑ jam kerja/hr
= ∑ jam kept u. Psn/th = jumlah perawat di suatu unit
∑ Jm kerja prwwt per hr
Catatan :
Waktu perawatan menurut gilies 1989
1. Waktu perawatan langsung :
Self care = ½ x 4 jam = 2 jam
Partial care = ¾ x 4 jam = 3 jam
Total care = 1-1 ½ jam x 4 jam = 4-6 jam
Intensive care = 2x4 jam = 8 jam
Rata-rata keperawatan langsung 4-5 jam
2. Waktu keperawatan tak langsung 38mnt/psn/hr
3. Waktu penyuluhan = 15 mnt/psn/hari
Rasio perawat ahli : tampil = 55% : 45%
Proporsi dines pagi : sore : malam = 47% : 36% ;17%
Rumus Douglas :
Tabel ketergantungan pasien :
pasienMinimal care Partial care Total care
pagi Sore malam Pagi sore malam pagi sore Malam
1 0.17 0.14 0.07 0.27 0.15 0.10 0.36 0.30 0.20
2 0.34 0.28 0.14 0.54 0.30 0.20 0.72 0.60 0.40
Rumus depkes 2003
Berdasarkan :
Tingkat ketergantungan pasien
Rata-rata pasien perhari
Jam perawatan yang diperlukan/hari/pasien
Jam perawatan yang diperlukan /ruangan/hari
Jam kerja efektif setiap perawat
Cara perhitungan:
1. Hitung jumlah perawat yang harus tersedia
Jumlah jam perawat = A
Jam kerja efektif per shift
2. Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti.hari besar dan tugas-
tugas non keperawatan
loss day/hari libur/cuti/hari besar
jumlah hari minggu/th + cuti + hari besar x hasil A = B
jumlah hari kerja efektif
tugas non keperawatan
jumlah tenaga kprwtn + B x 25 = C
100
Jadi jumlah perawat yang dibutuhkan
A + B + C
∑ perawat = ∑ pasien x derajat ketergantungan
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah langkah ketiga dari fungsi manajemen, yaitu
penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Istilah lain yang digunakan
sebagai padanan pengarahan adalah pengkoordinasian dan pengaktifan.
Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya akan pada “melaksanakan”
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998).
Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang
mampu kelola, jika perlu dilakukan pendelegasian. Untuk memaksimalkan
pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-
upaya sebagai berikut: menciptakan iklim motivasi, mengelola waktu secara
efisien, mendemonstrasikan ketrampilan komunikasi yang terbaik, mengelola
konflik dan memfasilitasi kolaborasi, melaksanakan sistem pendelegasian dan
supervisi, dan negosiasi. Di ruangan MAKP pengarahan diterapkan dalam
bentuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Menciptakan budaya motivasi
b. Manajemen waktu dan Rencana Harian
c. Komunikasi efektif melalui kegiatan
1) Operan antar shift
2) Pre-conference Tim
3) Post-confrerence Tim
d. Manajemen konflik
e. Pendelegasian dan supervise
d. Pengendalian (Controlling)
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau
pengontrolan. Fayol (1998) mendefinisikan kontrol sebagai “Pemeriksaan
apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati,
instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan yang
bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki
dan tidak terjadi lagi.
Menurut Mockler (1984) pengendalian manajemen adalah usaha
sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah
ditetapkan, dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan
bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang seefektif dan seefisien
mungkin untuk mencapai tujuan.
Jadi, pengendalian manjemen adalah proses untuk memastikan bahwa
aktivitas sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi
untuk menjamin kualitas serta pengevaluasian dan penampilan. Langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian meliputi: menetapkan
standard dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja, melakukan
pengukuran prestasi kerja, menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan
standar, dan mengambil tindakan korektif. Peralatan atau instrumen dipilih
untuk mengumpulkan bukti dan untuk menunjukan standar yang telah
ditetapkan atau tersedia adalah audit yang merupakan penilaian pekerjaan
yang telah dilakukan, terdapat tiga kategori audit keperawatan yaitu:
1) Audit struktur
2) Audit proses
3) Audit hasil
2. Compensatory Reward
Pada pilar kedua ini menjelaskan tentang manajemen sumber daya manusia
(SDM) keperawatan yang berfokus pada pengelolaan tenaga keperawatan agar
dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Seorang
perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang
professional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program
pengembangan staf yang terstruktur. Metoda dalam menyusun tenaga
keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk
menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai dengan pengaturan
tertentu.
Fungsi Manajemen SDM meliputi; analisis pekerjaan, pengembangan organisasi,
staffing, hubungan pekerja, dan evaluasi. Menurut Jernigan & Huber (2000) ada 8
(delapan) proses yang berhubungan dengan manajemen SDM yaitu: rekuitmen,
seleksi, orientasi, evaluasi/penilaian kinerja konseling dan coaching, retensi dan
produktifitas. Pengembangan staf serta hubungan pekerja (labor relations). Fungsi
dan proses manajemen SDM secara bersama-sama akan membentuk satu elemen
yang dibutuhkan untuk mengelola dan memaksimalkan talent atau bakat dan
potensi seseorang dalam organisasi.
Manajemen SDM di ruang model asuhan keperawatan professional (MAKP)
berfokus pada proses rekuitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian
kinerja, dan pengembangan staf perawat. Proses ini selalu dilakukan sebelum
membuka ruang MAKP dan setiap ada penambahan perawat baru.
3. Professional Relationship
Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan merupakan
standar dari hubungan pemberi pelayanan keperawatan tim kesehatan dan
penerima pelayanan keperawatan yaitu klien dan keluarga. Menurut Cameron
(1997) dalam Elizaberth & Kathleen, (2003). Pada pelaksanaan hubungan
profesional dapat terjadi secara internal yaitu hubungan antara pemberi pelayanan
kesehatan misalnya antara perawat dengan rekan sejawat, perawat dengan tim
kesehatan lainnya, sedangkan hubungan eksternal yaitu hubungan yang terjadi
antara pemberi dan penerima pelayanan kesehatan. Kedua hubungan tersebut
adalah dua siklus yang tidak dapat dipisahkan dalam pemberian pelayanan
kesehatan. Pada pilar ketiga ini berfokus pada hubungan professional secara
internal artinya hubungan yang terjadi antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lainnya. Hubungan yang terjadi diantara tim tidak lepas
dari komunikasi secara professional di dalam bekerjasama secara tim.
Adapun bentuk komunikasi hubungan professional yaitu:
1) Horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara sesama manajer
2) Vertikal adalah komunkasi yang terjadi antara pimpinan atas dan bawahan
3) Diagonal adalah komunikasi yang terjadi antara berbagai jenjang dan masih
dalam lingkungan yang sama.
Di ruang MAKP komunikasi horizontal dapat terjadi antara ketua tim dan
perawat pelaksana, komunikasi vertikal dapat terjadi antara kepala ruangan
dengan ketua tim dan perawat pelaksana, dan antara ketua tim dengan perawat
pelaksana. Komunikasi diagonal dilakukan antara perawat dan profesii lain.
Hubungan yang terjadi di ruang model pratek keperawatan professional yaitu:
1) Rapat perawat ruangan
2) Case conference
3) Rapat tim kesehatan
4) Visit dokter
4. Patient Care Delivery
Manajemen asuhan keperawatan merupakan praktek keperawatan profesional
didasari oleh keterampilan intelektual, interpersonal dan tehnikal dengan
menerapkan metode yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Proses
keperawatn terdiri dari pengkajian, rencana tindakan keperawatan untuk setiap
diagnosa keperawatan, format implementasi tindakan keperawatan dan petunjuk
tehnik proses keperawatan.
Standar asuhan keperawatan adalah pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Aplikasi asuhan keperawatan dilakukan
dengan penerapan diagnosis keperawatan tunggal menurut NANDA. NANDA
2009-2012 ada 206 diagnosa keperawatan, identifikasi 10 diagnosa keperawatan
yang sering terjadi, membuat standar interaksi dengan penerapan strategi
pelaksanaan interaksi dalam melakukan tindakan keperawatan.
Pilar ke empat ini membahas mengenai manajemen asuhan keperawatan. Praktek
keperawatan profesional dengan ciri praktek yang didasari dengan keterampilan
intelektual, teknikal, interpersonal dapat dilaksanakan dengan menerapkan suatu
metode asuhan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Metode asuhan
untuk praktek profesional tersebut adalah proses keperawatan, yang dimana suatu
rangkaian asuhan yang terdiri dari pengkajian, menyusun diagnosa keperawatan,
perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan evaluasi tindakan. Salah satu
pilar praktek profesional keperawatan adalah pelayanan keperawatan dengan
menggunakan patient care delivery system yang diterapkan di MAKP adalah
asuhan keperawatan dengan menerapkan proses keperawatan:
1) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
hipertermi.
2) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri
akut.
3) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
perubahan perfusi jaringan perifer.
4) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
perubahan perfusi jaringan serebral.
5) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak
toleransi aktifitas.
6) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan pola
nafas tidak efektif.
7) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan tidak
efektifnya bersihan jalan nafas.
8) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pertukaran gas.
9) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
penurunan curah jantung.
10) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
11) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh.
12) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
kekurangan volume cairan.
13) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan anxietas.
14) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
keterbatasan aktivitas.
15) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan
pemenuhan cairan
16) Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan kurang
pengetahuan.
Berdasarkan hasil survey tersebut maka di MAKP patient care delivery system
diterapkan dalam bentuk:
a. Pedoman proses keperawatan
b. Pedoman asuhan keperawatan pada 16 kasus
c. Pedoman pendidikan kesehatan pasien pulang dan keluarga.
Discharge Planning
a. Pengertian
Kozier (2004) mendefenisikan discharge planning sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit yang
lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
Discharge planning sebaiknya dilakukan sejak pasien diterima di suatu agen
pelayanan kesehatan, terkhusus di rumah sakit dimana rentang waktu pasien
untuk menginap semakin diperpendek. Discharge planning yang efektif
seharusnya mencakup pengkajian berkelanjutan untuk mendapatkan informasi
yang komprehensif tentang kebutuhan pasien yang berubah-ubah, pernyataan
diagnosa keperawatan, perencanaan untuk memastikan kebutuhan pasien sesuai
dengan apa yang dilakukan oleh pemberi layanan kesehatan.
b. Pemberi Layanan Discharge planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan melibatkan
multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang terlibat dalam
memberi layanan kesehatan kepada pasien (Perry & Potter, 2006).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang
berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan dengan
fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan, dan memotivasi staf
rumah sakit untuk merencanakan dan mengimplementasikan discharge planning
(Discharge Planning Association, 2008).
c. Penerima Discharge Planning
Semua pasien yang dihospitalisasi memerlukan discharge planning (Discharge
Planning Association, 2008). Namun ada beberapa kondisi yang menyebabkan
pasien beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
berkelanjutan setelah pasien pulang, seperti pasien yang menderita penyakit
terminal atau pasien dengan kecacatan permanen (Rice, 1992 dalam Perry &
Potter, 2005). Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan informasi
tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008).
d. Tujuan Discharge Planning
Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik untuk
mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang (Capernito,
1999). Juga bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan
memfasilitasi komunikasi yang efektif (Discharge Planning Association, 2008).
The Royal Marsden Hospital (2004) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya
discharge planning antara lain untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara
fisik dan psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang
dapat disetujui, menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka dalam proses
pemulangan, memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah dipersiapkan untuk
menerima pasien, mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada
pasien, teman- teman, dan keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas
perawatan diri.
e. Prinsip Discharge Planning
Ketika melakukan discharge planning dari suatu lingkungan ke lingkungan
yang lain, ada beberapa prinsip yang harus diikuti/diperhatikan. Berikut ini adalah
beberapa prinsip yang dikemukakan oleh The Royal Marsden Hospital (2004),
yaitu:
1) Discharge planning harus merupakan proses multidisiplin, dimana sumber-
sumber untuk mempertemukan kebutuhan pasien dengan pelayanan kesehatan
ditempatkan pada satu tempat.
2) Prosedur discharge planning harus dilakukan secara konsisten dengan kualitas
tinggi pada semua pasien
3) Kebutuhan pemberi asuhan (care giver) juga harus dikaji.
4) Pasien harus dipulangkan kepada suatu lingkungan yang aman dan adekuat.
5) Keberlanjutan perawatan antar lingkungan harus merupakan hal yang
terutama.
6) Informasi tentang penyusunan pemulangan harus diinformasikan antara tim
kesehatan dengan pasien/ care giver, dan kemampuan terakhir disediakan
dalam bentuk tertulis tentang perawatan berkelanjutan.
7) Kebutuhan atas kepercayaan dan budaya pasien harus dipertimbangkan ketika
menyusun discharge planning .
f. Proses Pelaksanaan Discharge Planning
Proses discharge planning mencakup kebutuhan fisik pasien, psikologis, sosial,
budaya, dan ekonomi. Perry dan Potter (2006) membagi proses discharge
planning atas tiga fase, yaitu akut, transisional, dan pelayanan berkelanjutan.
Pada fase akut, perhatian utama medis berfokus pada usaha discharge planning .
Sedangkan pada fase transisional, kebutuhan pelayanan akut selalu terlihat, tetapi
tingkat urgensinya semakin berkurang dan pasien mulai dipersiapkan untuk
pulang dan merencanakan kebutuhan perawatan masa depan. Pada fase
pelayanan berkelanjutan, pasien mampu untuk berpartisipasi dalam perencanaan
dan pelaksanaan aktivitas perawatan berkelanjutan yang dibutuhkan setelah
pemulangan.
Perry dan Potter (2005) menyusun format discharge planning sebagai berikut :
a) Pengkajian
1. Sejak pasien masuk, kaji kebutuhan pemulangan pasien dengan
menggunakan riwayat keperawatan, berdiskusi dengan pasien dan care
giver; fokus pada pengkajian berkelanjutan terhadap kesehatan fisik
pasien, status fungsional, sistem pendukung sosial, sumber-sumber
finansial, nilai kesehatan, latar belakang budaya dan etnis, tingkat
pendidikan, serta rintangan terhadap perawatan.
2. Kaji kebutuhan pasien dan keluarga terhadap pendidikan kesehatan
berhubungan dengan bagaimana menciptakan terapi di rumah,
penggunaan alat-alat medis di rumah, larangan sebagai akibat gangguan
kesehatan, dan kemungkinan terjadinya komplikasi. Kaji cara
pembelajaran yang lebih diminati pasien (seperti membaca, menonton
video, mendengarkan petunjuk- petunjuk). Jika materi tertulis yang
digunakan, pastikan materi tertulis yang layak tersedia. Tipe materi
pendidikan yang berbeda- beda dapat mengefektifkan cara pembelajaran
yang berbeda pada pasien.
3. Kaji bersama-sama dengan pasien dan keluarga terhadap setiap faktor
lingkungan di dalam rumah yang mungkin menghalangi dalam
perawatan diri seperti ukuran ruangan, kebersihan jalan menuju pintu,
lebar jalan, fasilitas kamar mandi, ketersediaan alat-alat yang berguna
(seorang perawat perawatan di rumah dapat dirujuk untuk membantu
dalam pengkajian).
4. Berkolaborasi dengan dokter dan staf pada profesi lain (seperti dokter
pemberi terapi) dalam mengkaji kebutuhan untuk rujukan kepada
pelayanan perawatan rumah yang terlatih atau fasilitas perawatan yang
lebih luas.
5. Kaji persepsi pasien dan keluarga terhadap keberlanjutan perawatan
kesehatan di luar rumah sakit. Mencakup pengkajian terhadap
kemampuan keluarga untuk mengamati care giver dalam memberikan
perawatan kepada pasien. Dalam hal ini sebelum mengambil keputusan,
mungkin perlu berbicara secara terpisah dengan pasien dan keluarga
untuk mengetahui kekhawatiran yang sebenarnya atau keragu-raguan
diantara keduanya.
6. Kaji penerimaan pasien terhadap masalah kesehatan berhubungan
dengan pembatasan.
7. Konsultasikan tim pemberi layanan kesehatan yang lain tentang
kebutuhan setelah pemulangan (seperti ahli gizi, pekerja sosial, perawat
klinik spesialis, perawat pemberi perawatan kesehatan di rumah).
Tentukan kebutuhan rujukan pada waktu yang berbeda.
b) Perencanaan
Hasil yang diharapkan jika seluruh prosedur telah lengkap dilakukan adalah
sebagai berikut :
1) Pasien atau keluarga sebagai care giver mampu menjelaskan bagaimana
keberlangsungan pelayanan kesehatan di rumah (atau fasilitas lain),
penatalaksanaan atau pengobatan apa yang dibutuhkan, dan kapan mencari
pengobatan akibat masalah yang timbul.
2) Pasien mampu mendemonstrasikan aktivitas perawatan diri (atau anggota
keluarga mampu melakukan aturan perawatan).
3) Rintangan kepada pergerakan pasien dan ambulasi telah diubah dalam
setting rumah. Hal-hal yang dapat membahayakan pasien akibat kondisi
kesehatannya telah diubah.
c) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dapat dibedakan dalam dua bagian, yaitu penatalaksanaan yang
dilakukan sebelum hari pemulangan, dan penatalaksanaan yang dilakukan pada
hari pemulangan.
1) Persiapan sebelum hari pemulangan pasien
a. Menganjurkan cara untuk merubah keadaan rumah demi memenuhi
kebutuhan pasien.
b. Mempersiapkan pasien dan keluarga dengan memberikan informasi
tentang sumber-sumber pelayanan kesehatan komunitas. Rujukan dapat
dilakukan sekalipun pasien masih di rumah.
c. Setelah menentukan segala hambatan untuk belajar serta kemauan untuk
belajar, mengadakan sesi pengajaran dengan pasien dan keluarga secepat
mungkin selama dirawat di rumah sakit (seperti tanda dan gejala
terjadinya komplikasi, kepatuhan terhadap pengobatan, kegunaan alat-alat
medis, perawatan lanjutan, diet, latihan, pembatasan yang disebabkan
oleh penyakit atau pembedahan). Pamflet, buku-buku, atau rekaman
video dapat diberikan kepada pasien. Pasien juga dapat diberitahu tentang
sumber-sumber informasi yang ada di internet.
d. Komunikasikan respon pasien dan keluarga terhadap penyuluhan dan
usulan perencanaan pulang kepada anggota tim kesehatan lain yang
terlibat dalam perawatan pasien.
2) Penatalaksanaan pada hari pemulangan
Jika beberapa aktivitas berikut ini dapat dilakukan sebelum hari pemulangan,
perencanaan yang dilakukan akan lebih efektif. Adapun aktivitas yang
dilakukan pada hari pemulangan antara lain :
a. Biarkan pasien dan keluarga bertanya dan diskusikan isu-isu yang
berhubungan dengan perawatan di rumah. Kesempatan terakhir untuk
mendemonstrasikan kemampuan juga bermanfaat.
b. Periksa instruksi pemulangan dokter, masukkan dalam terapi, atau
kebutuhan akan alat-alat medis yang khusus. (Instruksi harus dituliskan
sedini mungkin) Persiapkan kebutuhan dalam perjalanan dan sediakan
alat-alat yang dibutuhkan sebelum pasien sampai di rumah (seperti
tempat tidur rumah sakit, oksigen, feeding pump ).
c. Tentukan apakah pasien dan keluarga telah dipersiapkan dalam kebutuhan
transportasi menuju ke rumah.
d. Tawarkan bantuan untuk memakaikan baju pasien dan mengepak semua
barang milik pasien. Jaga privasi pasien sesuai kebutuhan.
e. Periksa seluruh ruangan dan laci untuk memastikan barang-barang pasien.
Dapatkan daftar pertinggal barang-barang berharga yang telah
ditandatangani oleh pasien, dan instruksikan penjaga atau administrator
yang tersedia untuk menyampaikan barang-barang berharga kepada
pasien.
f. Persiapkan pasien dengan prescription atau resep pengobatan pasien
sesuai dengan yang diinstruksikan oleh dokter. Lakukan pemeriksaan
terakhir untuk kebutuhan informasi atau fasilitas pengobatan yang aman
untuk administrasi diri.
g. Berikan informasi tentang petunjuk untuk janji follow up ke kantor
dokter.
h. Hubungi kantor agen bisnis untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan daftar pengeluaran untuk kebutuhan pembayaran. Anjurkan
pasien dan keluarga mengunjungi kantornya.
i. Dapatkan kotak untuk memindahkan barang-barang pasien. Kursi roda
untuk pasien yang tidak mampu ke mobil ambulans. Pasien yang pulang
dengan menggunakan ambulans diantarkan oleh usungan ambulans.
j. Bantu pasien menuju kursi roda atau usungan dan gunakan sikap tubuh
dan teknik pemindahan yang sopan. Dampingi pasien memasuki unit
dimana transportasi yang dibutuhkan sedang menunggu. Kunci roda dari
kursi roda. Bantu pasien pindah ke mobil pribadi atau kendaraan untuk
transportasi. Bantu keluarga menempatkan barang-barang pribadi pasien
ke dalam kendaraan.
k. Kembali ke bagian, dan laporkan waktu pemulangan kepada departemen
pendaftaran/penerimaan. Ingatkan bagian kebersihan untuk
membersihkan ruangan pasien.
3) Evaluasi
a. Minta pasien dan anggota keluarga menjelaskan tentang penyakit,
pengobatan yang dibutuhkan, tanda-tanda fisik atau gejala yang harus
dilaporkan kepada dokter.
b. Minta pasien atau anggota keluarga mendemonstrasikan setiap
pengobatan yang akan dilanjutkan di rumah.
c. Perawat yang melakukan perawatan rumah memperhatikan keadaan
rumah, mengidentifikasi rintangan yang dapat membahayakan bagi
pasien, dan menganjurkan perbaikan.
g. Unsur-Unsur Discharge Planning
Discharge Planning Association (2008) mengatakan bahwa unsur- unsur yang
harus ada pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain :
1) Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat
dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.
2) Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping
yang umum terjadi.
3) Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan
lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu
akan diadakannya.
4) Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5) Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan
insulin, dan lain-lain).
6) Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi setiap janji untuk control .
7) Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8) Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah, perawat
yang menjenguk, penolong, pembantu jalan; walker , kanul, oksigen, dan lain-
lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang
bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.
h. Cara Mengukur Discharge Planning
Sebuah discharge planning dikatakan baik apabila pasien telah dipersiapkan
untuk pulang, pasien telah mendapatkan penjelasan-penjelasan yang diperlukan,
serta instruksi-instruksi yang harus dilakukan, serta apabila pasien diantarkan
pulang sampai ke mobil atau alat transportasi lainnya (The Royal Marsden
Hospital, 2004). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien
mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah
meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter, 2006).
i. Kesiapan Pasien Menghadapi Pemulangan
Menurut Martinsusilo (2007), ada dua komponen utama dari kesiapan yaitu
kemampuan dan keinginan. Kemampuan adalah pengetahuan, pengalaman, dan
keterampilan yang dimiliki seorang ataupun kelompok untuk melakukan kegiatan
atau tugas tertentu. Sedangkan keinginan berkaitan dengan keyakinan,
komitmen, dan motivasi untuk menyelesaikan tugas atau kegiatan tertentu.
Kesiapan merupakan kombinasi dari kemampuan dan keinginan yang berbeda
yang ditunjukkan seseorang pada tiap-tiap tugas yang diberikan.
Berdasarkan hal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesiapan pasien
menghadapi pemulangan adalah kemampuan yang mencakup pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan serta keinginan yang mencakup keyakinan,
komitmen, dan motivasi pasien pasca bedah akut abdomen untuk melakukan
aktifitas atau kegiatan yang diajarkan serta dianjurkan oleh perawat dan klinisi
lain. Pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila pasien mengetahui
pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan, serta perawatan
lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004).
j. Kriteria Pemulangan
Perry dan Potter (2005) mengatakan bahwa pada saat pulang, pasien harus
mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan sumber yang dibutuhkan untuk
memenuhi perawatan dirinya. Kesuksesan tindakan discharge planning
menjamin pasien mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan
realistis setelah meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry & Potter,
2006). Oleh karena itu pasien dinyatakan siap menghadapi pemulangan apabila
pasien mengetahui pengobatan, tanda-tanda bahaya, aktivitas yang dilakukan,
serta perawatan lanjutan di rumah (The Royal Marsden Hospital, 2004). Pasien
dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan
tindakan pengobatan untuk kepulangan, antisipasi perawatan tindak lanjut, dan
respons yang diambil pada kondisi kedaruratan (Perry & Potter, 2005).