lapsus varicela.docx

45
LAPORAN STATUS KESEHATAN ANAK I. IDENTITAS ANAK ORANG TUA NAMA An. MA BAPAK/USIA Tn. Y / 32 tahun TGL.LAHIR 29 Maret 2010 PEKERJAAN Pegawai USIA 2 tahun 1bulan 11hari IBU/USIA Ny. NA / 30tahun JENIS KELAMIN Laki-laki PEKERJAAN Ibu rumah tangga ALAMAT RT 05, Perumahan Bumirejo, Mungkid, Magelang. II. ANAMNESIS A. KELUHAN UTAMA Plenting-plenting berair. B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG Sejak 3 hari yang lalu muncul plenting-plenting berair yang dimulai pada bagian kepala, muka dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh. Orang tua pasien mengatakan bahwa anak tidak demam, batuk dan pilek. Tetapi orang tua mengatakan anak mengeluh gatal. Selama sakit, anak hanya di rumah bersama ibunya. Kemarin anak sudah di

Upload: hanifahrafa

Post on 01-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

LAPORAN TUGAS BLOK ANAK

TRANSCRIPT

Page 1: LAPSUS VARICELA.docx

LAPORAN STATUS KESEHATAN ANAK

I. IDENTITAS

ANAK ORANG TUA

NAMA An. MA BAPAK/USIA Tn. Y / 32 tahun

TGL.LAHIR 29 Maret 2010 PEKERJAAN Pegawai

USIA 2 tahun 1bulan 11hari IBU/USIA Ny. NA / 30tahun

JENIS

KELAMINLaki-laki PEKERJAAN Ibu rumah tangga

ALAMAT RT 05, Perumahan Bumirejo, Mungkid, Magelang.

II. ANAMNESIS

A. KELUHAN UTAMA

Plenting-plenting berair.

B. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 3 hari yang lalu muncul plenting-plenting berair yang dimulai pada

bagian kepala, muka dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh. Orang

tua pasien mengatakan bahwa anak tidak demam, batuk dan pilek.

Tetapi orang tua mengatakan anak mengeluh gatal. Selama sakit, anak

hanya di rumah bersama ibunya. Kemarin anak sudah di bawa ke dokter

dan diberi obat imunal plus, bedak calamed, dan obat berupa puyer.

C. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat keluhan serupa (-)

Riwayat mondok di rumah sakit (-)

Riwayat alergi (-)

Riwayat pemberian obat jangka lama (-)

Page 2: LAPSUS VARICELA.docx

D. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat keluhan serupa (-)

Riwayat hipertensi dan diabetes melitus pada kakek (+)

E. RIWAYAT KELAHIRAN

Umur ibu saat hamil 27 tahun dan merupakan kehamilan anak pertama.

Pemeriksaan kehamilan rutin dan tidak ada komplikasi kehamilan.

Persalinan secara normal, cukup bulan dan dibantu bidan.

Ketika lahir anak langsung menangis, tidak ada kesulitan bernafas, dan

warna kulit normal.

Berat badan anak ketika lahir 3600 gram dan panjang badan 51 cm.

F. RIWAYAT PEMBERIAN MAKANAN

Anak mendapatkan ASI eksklusif sampai dengan umur 7 bulan dan

setelah itu mulai diberi makanan tambahan bubur bayi.

Anak suka minum susu dan tidak ada alergi makanan.

G. RIWAYAT PERKEMBANGAN

Hubungan sosial anak dengan teman sebaya baik.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dibanding teman sebaya normal.

Dari buku KMS tidak ada keterlambatan pertumbuhan.

H. RIWAYAT IMUNISASI

Riwayat imunisasi lengkap sesuai dengan KMS.

I. RIWAYAT KEPRIBADIAN, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN

Anak diasuh oleh ibunya dan senang bermain dengan teman-temannya.

Anak mudah berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Bahasa yang biasa digunakan adalah bahasa jawa dan bahasa

Indonesia.

Page 3: LAPSUS VARICELA.docx

J. ANAMNESIS SISTEM

Cerebrospinal : demam (-)

Respirasi : batuk (-), pilek (-)

Kardiovaskuler : sesak nafas (-)

Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), nafsu makan baik.

Integumentum : plenting-plenting berair (+), gatal (+)

III. PEMERIKSAAN FISIK

KESAN UMUM : Tampak sakit ringan, kompos mentis.

VITAL SIGN

1. Nadi : 95 x/menit

2. Suhu : 37oC

3. Pernafasan : 25 x/menit

STATUS GIZI

1. Klinis : edem (-), normal.

2. Antropometris

a. BB : 12,3 kg.

b. PB/TB : 90 cm.

c. Lingkar kepala (<2th) : -

d. Lingkar dada : tidak dilakukan

e. Lingkar lengan atas : tidak dilakukan

PEMERIKSAAN FISIK LAIN (sesuai kasus)

Pemeriksaan ujud kelainan kulit : pada regio kepala, wajah, dada, dan

ekstremitas terdapat vesikel multipel dengan dasar eritem polimorf.

IV. PENILAIAN TUMBUH KEMBANG (pengukuran dengan KPSP)

Perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya karena jumlah

jawaban ya adalah 10.

Page 4: LAPSUS VARICELA.docx

V. PEMBAHASAN / INTERPRETASI

A. ANAMNESIS

IDENTITAS

Anamnesis mengenai identitas pasien memiliki beberapa tujuan yaitu:

1. Untuk mengetahui nama pasien agar anamnesis bisa dilakukan

dengan penuh empati dan memberikan kenyamanan kepada pasien.

2. Untuk mengidentifikasi faktor resiko dengan data mengenai umur dan

jenis kelamin, sebab pada beberapa penyakit terdapat faktor resiko

yang berhubungan dengan umur dan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui apakah daerah tempat tinggal pasien termasuk

daerah endemik penyakit tertentu.

Anamnesis identitas pada kasus ini meliputi identitas anak dan orang

tua. Data identitas anak meliputi nama, tanggal lahir, usia, dan jenis

kelamin. Sedangkan data identitas orangtua meliputi nama, usia,

pekerjaan dan alamat. Data mengenai identitas pasien yang lengkap

sangat penting dalam suatu status pasien, karena dapat digunakan

sebagai bukti tertulis mengenai masalah kesehatan yang dialami oleh

pasien.

Pada kasus ini pasien adalah seorang anak, sehingga diperlukan

data tanggal lahir untuk menentukan usia anak secara pasti. Data

mengenai usia anak dan jenis kelamin dapat digunakan dalam

perhitungan status gizi dan penilaian tumbuh kembang.

Menurut soetjiningsih (1995), umur dan jenis kelamin merupakan

salah satu lingkungan biologis yang mempengaruhi tumbuh kembang

anak setelah lahir. Umur yang paling rawan adalah masa balita. Karena

pada masa itu anak mudah sakit dan mudah terjadi kurang gizi.

Disamping itu masa balita merupakan dasar pembentukan kepribadian

anak. Sehingga diperlukan perhatian khusus. Untuk jenis kelamin

dikatakan bahwa anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan anak

perempuan, tetapi penyebabnya belum diketahui secara pasti.

Page 5: LAPSUS VARICELA.docx

KELUHAN UTAMA

Pada kasus ini orang tua pasien mengeluhkan adanya plenting-

plenting berair pada anaknya.

Plenting-plenting berair merupakan ujud kelainan kulit yang berupa

vesikel yaitu peninggian kulit berisi cairan berukuran <0,5 cm.

Adanya plenting-plenting berair atau vesikel dapat memunculkan

kecurigaan infeksi virus seperti varisela, variola, herpes zoster, herpes

simplek, dan penyakit kaki-tangan-mulut.

Menurut Sudarmo et al (2008), varisela adalah infeksi virus yang

disebabkan oleh virus varisela zoster dan dapat menyerang semua

golongan umur. Akan tetapi insidensi tertinggi sebesar 90% pada anak

berumur kurang dari 10 tahun. Sedangkan, variola adalah penyakit

infeksi virus yang telah diberantas habis dan dinyatakan tidak ada lagi

oleh WHO.

Menurut Lestari (2005), herpes zoster adalah penyakit rekuren yang

terjadi karena reaktivasi virus varisela zoster yang tadinya laten di

ganglion sensoris dorsalis kemudian bereplikasi & menyebar melalui

persyarafan ke kulit. Sedangkan, penyakit kaki-tangan-mulut adalah

penyakit infeksi virus akut pada bayi dan anak dengan tanda khas

vesikel di mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Sejak 3 hari yang lalu muncul plenting-plenting berair yang dimulai

pada bagian kepala, muka dan akhirnya menyebar ke seluruh tubuh. Hal

ini menunjukkan bahwa sejak 3 hari yang lalu muncul vesikel dengan

pola penyebaran mulai dari kepala, muka, kemudian menyebar ke

seluruh tubuh.

Menurut Lestari (2005), pada varisela lesi kulit mula-mula timbul di

muka dan scalp, kemudian menyebar secara cepat ke badan dan sedikit

ke ekstremitas.

Page 6: LAPSUS VARICELA.docx

Menurut Sudarmo et al (2008), pada varisela stadium erupsi ruam

kulit muncul di muka dan kulit kepala, dengan cepat menyebar ke badan

dan ekstremitas. Ruam lebih jelas pada bagian badan yang tertutup dan

jarang ditemukan pada telapak kaki dan tangan. Gambaran vesikel khas,

superfisial, dinding tipis dan terlihat seperti tetesan air. Cairan vesikel

pada permulaan jernih, dan dengan cepat menjadi keruh akibat sebukan

sel radang dan menjadi pustula.

Orang tua pasien mengatakan bahwa anak tidak demam, batuk dan

pilek. Tetapi orang tua mengatakan anak mengeluh gatal.

Menurut Lestari (2005), pada anak kecil imunokompeten yang

terkena varisela jarang terdapat gejala prodromal. Kadang hanya

terdapat demam dan malaise ringan bersamaan dengan timbulnya lesi

kulit. Gejala yang paling mengganggu adalah gatal yang biasanya timbul

selama vesikel masih terbentuk.

Selama sakit, anak hanya di rumah bersama ibunya. Hal ini

dimaksudkan supaya tidak terjadi penularan kepada teman-teman

sebaya yang ada di sekitarnya.

Varisela sangat menular dan terutama mengenai anak-anak. Kurang

lebih 90% kasus terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun.

Sebanyak 96% anak akan mendapat varisela dalam 11-20 hari setelah

terpajan. Oleh karena itu, anak yang terkena varisela sebaiknya diisolasi

untuk mengindari terjadinya penularan (Lestari, 2005).

Kemarin anak sudah di bawa ke dokter dan diberi obat imunal plus,

bedak calamed, dan obat berupa puyer.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Hal ini

menunjukkan bahwa keluhan terjadi untuk pertama kalinya.

Pasien belum pernah mondok di rumah sakit dan tidak ada riwayat

pemberian obat jangka lama. Jadi, faktor predisposisi penggunaan

antibiotik dan kortikosteroid jangka panjang tidak ada pada pasien ini.

Page 7: LAPSUS VARICELA.docx

Hal ini penting ditanyakan karena penggunaan kortikosteroid jangka

panjang dapat menyebabkan status imun turun dan tubuh lebih mudah

terserang penyakit.

Pasien tidak memiliki riwayat alergi, sehingga keluhan yang dirasakan

pada kulitnya bukan akibat reaksi alergi.

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Keluarga tidak ada yang memiliki keluhan serupa, sehingga keluhan

yang ada pada pasien bukan akibat penularan dari keluarga. Pada

riwayat keluarga hanya ditemukan riwayat hipertensi dan diabetes

melitus pada kakeknya.

RIWAYAT KELAHIRAN

Umur ibu saat hamil 27 tahun dan merupakan kehamilan anak

pertama. Umur ibu saat hamil merupakan salah satu data yang bisa

digunakan untuk mengidentifikasi faktor resiko terjadinya gangguan pada

kehamilan dan gangguan pada anak. Umur yang menjadi faktor resiko

terjadinya gangguan pada ibu maupun anaknya adalah dibawah 18

tahun dan lebih dari 35 tahun. Sehingga pada kasus ini, dari segi umur

ibu tidak memiliki faktor resiko.

Persalinan secara normal, cukup bulan dan dibantu bidan. Persalinan

yang berjalan lancar tanpa komplikasi akan memberi dampak yang baik

bagi tumbuh kembang anak dikemudian hari. Berbagai komplikasi

persalinan seperti asfiksia dan trauma lahir dapat mengakibatkan

kelainan tumbuh kembang.

Pada asfiksia neonatorum bayi tidak dapat bernafas secara spontan,

teratur dan adekuat. Keadaan ini mengakibatkan perubahan biokimiawi

pada darah bayi, yang jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat dapat

menyebabkan kematian atau kerusakan pada sistem saraf pusat

sehingga bayi bisa mengalami kecacatan. Oleh karena itu, jika terjadi

asfiksia harus ditolong dengan cepat dan tepat (Soetjiningsih, 1995).

Page 8: LAPSUS VARICELA.docx

Pada kasus ini ketika lahir anak langsung menangis, tidak ada

kesulitan bernafas, dan warna kulit normal. Hal ini menunjukkan bahwa

anak tidak mengalami asfiksia.

Berat badan pasien ketika lahir 3600 gram dan panjang badan 51 cm.

Jadi, pasien tidak termasuk bayi berat lahir rendah (BBLR). Yang

termasuk dalam klasifikasi berat bayi lahir rendah adalah bayi yang lahir

dengan berat badan <2500 gram. BBLR tergolong bayi dengan risiko

tinggi, karena angka kesakitan dan kematiannya tinggi. Oleh karena itu,

pencegahan BBLR sangat penting yaitu dengan pemeriksaan kehamilan

yang rutin dan memperhatikan gizi ibu pada waktu hamil. Dan pada

kasus ini ketika hamil ibu melakukan pemeriksaan secara rutin dan

memperhatikan asupan makanannya, sehingga tidak terjadi kejadian

BBLR.

RIWAYAT PEMBERIAN MAKANAN

Saat ini anak suka minum susu, dan tidak ada alergi makanan.

Makanan memegang peranan yang penting dalam tumbuh kembang

anak, karena anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda

dengan orang dewasa. Kekurangan makanan yang bergizi akan

menyebabkan retardasi pertumbuhan anak. Makan yang berlebihan juga

tidak baik karena dapat menyebabkan obesitas (Soetjiningsih, 1995).

Salah satu asupan yang penting bagi anak adalah ASI, karena

mempunyai nutrien yang sesuai untuk bayi dan mengandung beberapa

zat protektif. Selain bermanfaat untuk bayi, ASI juga bermanfaat bagi ibu

(Siswosudarmo dan Emilia, 2010).

Menurut Siswosudarmo dan Emilia (2010), Kandungan ASI yang

sesuai untuk bayi adalah :

1. Lemak

Sebagai sumber kalori utama dalam ASI adalah Lemak. Kadar lemak

dalam ASI antara 3,5-4,5 %. Dalam ASI terdapat lipase yang berguna

Page 9: LAPSUS VARICELA.docx

mencerna lemak, sehingga kadar lemak dalam ASI yang tinggi mudah

diserap oleh bayi.

2. Karbohidrat

Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa, yang kadarnya paling

tinggi disbanding susu mamalia lainnya. Laktosa mudah dipecah

menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang

sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir.

3. Protein

Kadar protein dalam ASI sebesar 0,9%. Dalam ASI terdapat dua

macam asam amino yang tidak ditemukan dalam susu sapi, yaitu

sistin dan taurin. sistin digunakan untuk pertumbuhan somatic,

sedangkan taurin digunakan untuk pertumbuhan otak.

4. Garam dan mineral.

ASI dan susu sapi mengandung zat besi dalam kadar yang sama,

akan tetapi zat besi dalam ASI lebih mudah diserap.

5. Vitamin

ASI cukup mengandung vitamin yang diperlukan bayi. Vitamin K yang

berfungsi sebagai katalisator aktivasi faktor-faktor koagulasi terdapat

dalam ASI dalam jumlah yang cukup dan mudah diserap. Selain itu

ASi juga mengandung vitamin E, vitamin D, vitamin A dan vitamin C

lebih tinggi daripada susu sapi.

Selain kandungan ASI yang sangat bermanfaat, bayi yang mendapat

ASI lebih jarang menderita penyakit karena adanya zat protektif dalam

ASI. Zat protektif tersebut antara lain laktoferin, lisozim, antibodi, dan

tidak menimbulkan alergi (Siswosudarmo dan Emilia, 2010).

Pemberian ASI eksklusif sebaiknya dilakukan sampai umur 6 bulan,

kemudian diberikan makanan pendamping ASI. Pada kasus ini pasien

mendapat ASI eksklusif sampai umur 7 bulan dan setelah itu mulai

diberikan makanan pendamping berupa bubur bayi. Jadi, anak

mendapatkan ASI eksklusif 1 bulan lebih lama dari program pemerintah.

Page 10: LAPSUS VARICELA.docx

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan

teman sebaya. Tetapi perhatian orang tua tetap dibutuhkan untuk

memantau dengan siapa anak tersebut bergaul. Supaya anak mendapat

stimulasi yang terarah dan teratur dari lingkungannya (soetjiningsih,

1995).

Pada kasus ini hubungan sosial anak dengan teman sebaya baik, dan

ibu senantiasa memperhatikan anaknya ketika bermain.

Pertumbuhan dan perkembangan anak dibanding teman sebaya

normal. Dan dari buku KMS tidak ada keterlambatan pertumbuhan.

Menurut Soetjiningsih (1995), kartu menuju sehat (KMS) adalah alat

yang penting untuk memantau tumbuh kembang anak. Aktifitas tidak

hanya menimbang dan mencatat saja, tetapi harus menginterpretasikan

tumbuh kembang anak kepada ibunya. Sehingga memungkinkan

pertumbuhan anak dapat diamati dengan cara menimbang teratur setiap

bulan.

RIWAYAT IMUNISASI

Riwayat imunisasi lengkap sesuai dengan KMS. Saat ini usia pasien

2 tahun 1 bulan, sesuai dengan KMS imunisasi yang telah didapatkan

adalah sebagai berikut :

1. BCG pada usia 2 bulan.

2. Hepatitis B pada usia 1 minggu, 1 bulan, dan 6 bulan.

3. Polio pada usia 0 bulan, 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan dan

4. DPT pada usia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, dan 18 bulan.

5. Campak pada usia 9 bulan.

Pemberian imunisasi pada anak penting untuk mengurangi morbiditas

dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa dicegah dengan

imunisasi. Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap, diharapkan

dapat mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang menimbulkan cacat

dan kematian.

Page 11: LAPSUS VARICELA.docx

RIWAYAT KEPRIBADIAN, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN

Saat ini anak diasuh oleh ibunya. Hal ini menunjukkan bahwa ibu

senantiasa memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anaknya.

Perhatian dan kasih sayang merupakan stimulasi yang diperlukan anak.

Stimulasi semacam ini akan menimbulkan rasa aman dan rasa percaya

diri pada anak, sehingga anak lebih responsif terhadap lingkungannya

dan lebih berkembang. Selain itu, hubungan yang erat antara ibu dengan

anak merupakan syarat mutlak untuk menjamin tumbuh kembang yang

selaras baik fisik, mental, maupun psikososial.

Menurut Soetjiningsih (1995), peran kehadiran ibu sedini dan

selanggeng mungkin akan menjalin rasa aman bagi anak. Kekurangan

kasih sayang ibu pada tahun-tahun pertama kehidupan mempunyai

dampak negatif pada tumbuh kembang anak baik fisik, mental, maupun

sosial emosi.

Anak senang bermain dengan teman-temannya dan mudah

berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Hal ini penting ditanyakan,

karena kelompok sebaya dan interaksi dengan lingkungan sekitar

merupakan salah satu faktor psikososial yang mempengaruhi tumbuh

kembang anak.

Menurut Sekartini (2011), bermain merupakan tahap awal dari proses

belajar pada anak yang dialami hampir semua orang. Melalui kegiatan

bermain yang menyenangkan, seorang anak berusaha untuk menyelidiki

dan mendapatkan pengalaman yang banyak. Baik pengalaman dengan

diri sendiri, orang lain, maupun dengan lingkungan di sekitarnya. Ketika

anak bermain dengan teman sebaya atau orang lain, anak belajar

berpisah dengan ibu, belajar berbagi dengan orang lain, meningkatkan

perkembangan bahasa baik bahasa ekspresi maupun bahasa resepsif.

Bahasa sehari-hari yang biasa digunakan adalah bahasa jawa dan

bahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa merupakan indikator

perkembangan anak. Seorang anak tidak akan mampu berbicara tanpa

Page 12: LAPSUS VARICELA.docx

dukungan dari lingkungannya. Mereka harus mendengar pembicaraan

yang berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari maupun pengetahuan

tentang dunia. Oleh sebab itu, bahasa sehari-hari yang digunakan oleh

orang tua sangat mempengaruhhi perkembangan kemampuan bicara

anak. Sehingga tidak dianjurkan untuk menggunakan ataupun

mengajarkan berbagai bahasa secara bersamaan kepada anak, karena

itu akan membuat anak bingung dan menghambat perkembangan anak.

ANAMNESIS SISTEM

Pada anamnesis sistem tidak ada kelainan pada sistem cerebrospinal

respirasi, kardiovaskuler dan gastrointestinal. Sedangkan pada sistem

integumentum didapatkan adanya keluhan plenting-plenting berair dan

gatal.

B. PEMERIKSAAN FISIK

KESAN UMUM

Pada saat dilakukan pemeriksaan, keadaan umum pasien tampak

sakit ringan dan dalam keadaan sadar penuh ketika berinteraksi dan

bermain dengan pemeriksa.

VITAL SIGN

1. Nadi

Frekuensi nadi dihitung selama 1 menit dalam keadaan anak duduk

tenang dengan meraba arteri radialis memakai ujung jari II, III, dan IV

tangan kanan sedang ibu jari berada di bagian dorsal tangan anak. Yang

dinilai adalah frekuensi, irama, serta kualitas nadi. Hasilnya didapatkan

frekuensi nadi 95 x/menit, irama teratur, kualitas nadi baik (kuat angkat).

2. Suhu

Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan pada aksila dengan hasil 37oC.

Page 13: LAPSUS VARICELA.docx

3. Pernafasan

Penghitungan frekuensi pernafasan dilakukan dengan melihat

gerakan pernafasan selama 1 menit. Yang dinilai adalah frekuensi dan

irama pernafasan. Setelah pemeriksaan didapatkan hasil frekuensi 25

x/menit, irama teratur.

STATUS GIZI

1. Klinis

Tidak ada edema dan berdasarkan Z-score status gizi pasien normal.

2. Berat Badan (BB)

Berat badan merupakan parameter yang terpenting dan paling sering

digunakan karena memberikan gambaran status gizi sekarang. Menurut

rumus yang dikutip dari Behrman (1992), untuk memperkirakan berat

badan anak dalam kilogram adalah sebagai berikut :

Umur 3-12 bulan = umur (bulan) +9

2

Umur 1-6 tahun = umur (tahun) x 2 + 8

Umur 6-12 tahun = umur (tahun) x 7 – 5

2

Jika berat badan pasien dihitung berdasarkan rumus tersebut maka

didapatkan hasil :

Umur 2 tahun = umur (tahun) x 2 + 8

= 2 x 2 + 8

= 12 kg

Berdasarkan data anamnesis didapatkan hasil berat badan pasien

saat ini adalah 12,3 kg. Jadi, berat badan pasien lebih 0,3 kg dari

perkiraan berat badan berdasarkan rumus Behrman. Akan tetapi ini

bukan hasil yang buruk karena berat badan pasien saat ini tidak lebih

rendah dari perkiraan dan perbedaan angkanya tidak terlalu signifikan.

Page 14: LAPSUS VARICELA.docx

Untuk nilai Z-score BB/U anak laki- laki umur 25 bulan adalah :

Indeks

Simpang Baku-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

BB/U 8,7 10,1 11,4 12,8 14,1 15,4 16,7

BB/U = 12,3 – 12,8

12,8 – 11,4

= - 0,5

1,4

= - 0,36 SD

Berdasarkan penilaian status gizi menurut Depkes RI (2000) dengan

indikator BB/U, -0,36 SD termasuk dalam klasifikasi gizi baik karena

berada dalam nilai batas -2 SD sampai +2 SD.

Grafik Z-score BB/U sebagai berikut :

Page 15: LAPSUS VARICELA.docx

Jika dibandingkan dengan grafik persentil BB/U, hasilnya sebagai

berikut :

Berdasarkan grafik persentil BB/U, pasien berada di antara persentil

15-50.

3. Panjang badan/Tinggi badan

Panjang badan/tinggi badan merupakan parameter antropometri yang

menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal,

tinggi badan tumbuh seiring dengan berat badan. Tinggi badan relatif

kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat.

Pengaruhnya akan nampak dalam waktu yang lama.

Menurut rumus yang dikutip dari Behrman (1992), untuk

memperkirakan tinggi badan anak dalam sentimeter adalah :

Lahir = 50 cm

Umur 1 tahun = 75 cm

Umur 2-12 tahun = umur (tahun) x 6 + 77

Page 16: LAPSUS VARICELA.docx

Jika tinggi badan pasien dihitung berdasarkan rumus tersebut maka

didapatkan hasil sebagai berikut :

Umur 2 tahun = umur (tahun) x 6 + 77

= 2 x 6 + 77

= 89 cm

Berdasarkan data anamnesis didapatkan hasil tinggi badan pasien

saat ini adalah 90 cm. Jadi, tinggi badan pasien lebih 1cm dari perkiraan

tinggi badan berdasarkan rumus Behrman. Selisih antara hasil

perhitungan perkiraan tinggi badan dengan tinggi badan pasien saat ini

adalah 1cm.

Untuk nilai Z-score TB/U anak laki- laki umur 25 bulan adalah :

Indeks

Simpang Baku-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

TB/U 78,3 81,7 85,1 88,5 91,8 95,2 98,6

TB/U = 90,0 – 88,5

91,8 – 88,5

= 1,5

3,3

= 0,45 SD

Berdasarkan penilaian status gizi menurut Depkes RI (2000) dengan

indikator TB/U, 0,45 SD termasuk dalam klasifikasi normal karena

berada dalam nilai batas -2 SD sampai +2 SD.

Page 17: LAPSUS VARICELA.docx

Grafik Z-score TB/U sebagi berikut :

Jika dibandingkan dengan grafik persentil TB/U hasilnya sebagai

berikut:

Page 18: LAPSUS VARICELA.docx

Berdasarkan grafik persentil TB/U tersebut, pasien berada di antara

persentil 50-85.

Untuk nilai Z-score BB/TB anak laki-laki dengan tinggi badan 90 cm

adalah :

Indeks

Simpang Baku-3 SD -2 SD -1 SD Median +1 SD +2 SD +3 SD

BB/TB 9,8 10,9 12,1 13,3 14,7 16,2 17,6

BB/TB = 12,3 – 13,3

13,3 – 12,1

= -1

1,2

= -0,83 SD

Berdasarkan penilaian status gizi menurut Depkes RI (2000) dengan

indikator BB/TB, -0,83 SD termasuk dalam klasifikasi normal karena

berada dalam nilai batas -2 SD sampai +2 SD.

Grafik Z-score BB/TB sebagai berikut :

Page 19: LAPSUS VARICELA.docx

Jika dibandingkan dengan grafik persentil BB/TB hasilnya adalah :

Page 20: LAPSUS VARICELA.docx

Berdasarkan grafik persentil BB/TB tersebut, pasien berada di antara

persentil 15-50.

4. Lingkar kepala (<2th)

Pengukuran lingkar kepala dilakukan pada anak yang berumur

kurang dari 2 tahun. Karena pasien berumur lebih dari 2 tahun, maka

tidak dilakukan pengukuran lingkar kepala.

5. Lingkar dada dan lingkar lengan atas

Pengukuran lingkar dada dan lingkar lengan atas tidak dilakukan

pada pasien, karena pada dada dan lengan atas pasien terdapat vesikel-

vesikel.

PEMERIKSAAN FISIK LAIN (sesuai kasus)

Pemeriksaan fisik lain yang dilakukan adalah pemeriksaan ujud

kelainan kulit. Hasilnya pada regio kepala, wajah, dada, punggung dan

ekstremitas terdapat vesikel multipel dengan dasar eritem polimorf.

C. HASIL PENGUKURAN KPSP

Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak dilakukan di semua

tingkat pelayanan kesehatan. Salah satunya adalah dengan melakukan

pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra Skrining

Perkembangan (KPSP). Tujuan pemeriksaan perkembangan anak

menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui apakah perkembangan

anak normal atau ada penyimpangan.

Alat/instrumen yang digunakan pada pemeriksaan adalah :

1. Formulir KPSP menurut umur

Formulir berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan

yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP adalah anak umur 0-72

bulan.

Page 21: LAPSUS VARICELA.docx

2. Alat bantu pemeriksaan berupa: pensil, kertas, bola sebesar bola

tenis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah,

kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm.

Cara menggunakan KPSP adalah sebagai berikut :

1. Pada waktu pemeriksaan/skrining, anak harus dibawa.

2. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan, dan tahun

anak lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan.

3. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai

dengan umur anak.

4. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:

Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak.

contoh: “Dapatkah bayi makan kue sendiri?”

Perintah kepada ibu untuk melaksanakan tugas pada KPSP.

contoh: “Pada posisi bayi anda terlentang, tariklah bayi pada

pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk.”

5. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab,

oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang

ditanyakan kepadanya.

6. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap

pertanyaan hanya ada 1 jawaban, ya atau tidak. Catat jawaban

tersebut pada formulir.

7. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelahibu/pengasuh anak

menjawab pertanyaan terdahulu.

8. Teliti kembali apakah pertanyaan telah dijawab

Penilaian hasil KPSP adalah :

1. Jawaban ya, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau

pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya.

Page 22: LAPSUS VARICELA.docx

2. Jawaban tidak, bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum

pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak

tahu.

3. Jumlah jawaban ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan

tahap perkembangannya (S).

4. Jumlah jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M).

5. Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, perkembangan anak

menyimpang (P).

6. Untuk jawaban tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis

keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,

sosialisasi dan kemandirian).

Sesuai dengan cara penggunaan KPSP, tahap awal pemeriksaan

adalah menentukan umur anak. Tanggal lahir anak 29 maret 2010 dan

pemeriksaan dilakukan pada tanggal 10 mei 2012, sehingga umur anak

2 tahun 1 bulan 11 hari. Setelah didapatkan hasil perhitungan umur

diambil hasil tahun usia penuh yaitu 2 tahun dan dipilih KPSP 24 bulan

sesuai umur anak.

Pada KPSP 24 bulan terdapat 10 pertanyaan sebagai berikut :

1. Jika anda sedang melakukan pekerjaan rumah tangga, apakah anak

meniru apa yang anda lakukan? (sosialisasi kemandirian)

Pertanyaan ini dijawab oleh ibu dan jawabannya adalah ya, karena

anak sering meniru ibu ketika menyapu.

2. Dapatkah anak meletakkan 1 buah kubus satu persatu diatas yang

lain tanpa menjatuhkan kubus tersebut? kubus yang digunakan

berukuran sekitar 2,5-5 cm. (gerak halus)

Pertanyaan ini dilakukan oleh pemeriksa yang mengajak anak untuk

menyusun 6 kubus. Jawabannya adalah ya, karena anak berhasil

menyusun 6 kubus tanpa menjatuhkannya.

3. Dapatkah anak mengucapkan paling sedikit 3 kata yang mempunyai

arti selain “pa-pa” dan “ma-ma”? (bicara & bahasa)

Page 23: LAPSUS VARICELA.docx

Jawaban dari pertanyaan ini adalah ya, karena ketika ibu mengangkat

lengan baju anaknya untuk memperlihatkan plenting-plenting yang

ada di lengan, anak mengatakan “di-tu-tup” yang meminta ibunya

untuk menarik kembali lengan bajunya.

4. Dapatkah anak berjalan mundur 5 langkah atau lebih tanpa

kehilangan keseimbangan? (gerak kasar)

Jawaban dari pertanyaan ini adalah ya, karena anak mampu berjalan

mundur lebih dari 5 langkah ketika mengambil mainan dan

memberikan pada ibunya.

5. Dapatkah anak melepas pakaiannya, misalnya : baju, rok, atau celana

(topi dan kaos kaki tidak ikut dinilai)? (sosialisasi kemandirian)

Jawaban dari pertanyaan ini adalah ya, karena ibu mengatakan

bahwa anak mampu melepas celana ketika ingin buang air kecil.

6. Dapatkah anak berjalan naik tangga sendiri? (gerak kasar)

Pada pertanyaan ini ibu menjawab ya, karena anak mampu berjalan

naik tangga dengan berpegangan pada pegangan tangga.

7. Tanpa bimbingan, petunjuk atau bantuan anda, dapatkah anak

menunjuk dengan benar paling sedikit satu bagian badannya (rambut,

mata, hidung, mulut, atau bagian badan yang lain)? (bicara & bahasa)

Jawaban dari pertanyaan ini adalah ya, karena anak mampu

menunjuk rambut dan hidung ketika diminta untuk menunjukkannya.

8. Dapatkah anak makan nasi sendiri tanpa banyak yang tumpah?

(sosialisasi kemandirian)

Pertanyaan ini ditujukan kepada ibu dan ibu menjawab ya.

9. Dapatkah anak membantu memungut mainannya sendiri atau

membantu mengangkat piring jika diminta? (bicara & bahasa)

Jawaban dari pertanyaan ini adalah ya, karena ketika diminta untuk

mengambil bola dan kubus, anak mampu melakukannya dengan baik.

10. Dapatkah anak melempar bola lurus kearah perut atau dada anda dari

jarak 1,5 meter? (gerak kasar)

Page 24: LAPSUS VARICELA.docx

Jawaban dari pertanyaan ini adalah ya, karena ketika diajak bermain

bola anak mampu melempar bola lurus ke arah dada pemeriksa.

Jadi, jumlah jawaban ya adalah 10 dan ini menunjukkan bahwa

perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya.

VI. DIAGNOSIS / DAFTAR MASALAH

Berdasarkan anamnesis didapatkan data bahwa ruam kulit mula-mula

muncul di kulit kepala, muka, dan dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh

dan ekstremitas. Ujud kelainan kulitnya adalah vesikel multipel dengan dasar

eritem polimorf. Dari ujud kelainan kulit dan pola penyebarannya mengarah

ke varisela.

Pada riwayat penyakit dahulu anak belum pernah menderita penyakit

serupa. Hal ini menjelaskan bahwa anak masih mungkin menderita penyakit

varisela bukan herpes zoster.

Dari hasil pemeriksaan fisik vesikel tidak ditemukan pada telapak kaki,

telapak tangan, mulut. Sehingga, diagnosis penyakit kaki-tangan-mulut bisa

disingkirkan.

Diagnosis Varisela dapat ditegakkan secara klinis dengan menggunakan

gambaran dan perkembangan lesi kulit yang khas, terutama apabila

diketahui ada kontak dengan penderita sekitar 2-3 minggu sebelumnya.

Menurut Lubis (2008), biasanya pasien datang dengan keluhan plenting-

plenting merah berair. Sedangkan gambaran klinis yang khas yang dimiliki

oleh pasien varisela yaitu :

1. Muncul setelah masa prodromal yang muncul singkat dan ringan

2. Lesi berkelompok yang muncul pada bagian sentral

3. Perubahan lesi yang cepat dari makula, vesikula, pustula, sampai kusta

4. Terdapat nya semua tingkat lesi kulit pada saat yang bersamaan

5. Terdapat lesi mukosa pada mulut

Page 25: LAPSUS VARICELA.docx

Selain dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dilakukan

pemeriksaan penunjang antara lain :

1. Pemeriksaan Tzanck smear

Pemeriksaan dengan menggunakan cat giemsa/HE/Wright atau paragon

multipel yang merupakan pemeriksaan sederhana yang bernilai

diagnostik yang dianjurkan oleh dokter. Preparat ini diambil dari dasar

vesikel yang masih baru kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa/

HE/ Wright, setelah itu dilihat dimikroskop cahaya maka apabila terdapat

virus varicela zoster, maka akan terlihat multinucleated giant cells.

Pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 84% dan digunakan untuk

membedakan virus varicela zoster dengan herpes simplek (Sugito,

2003).

2. Direct fluorescent assay (DFA)

Menurut Lubis (2008), pemeriksaan ini diambil dari sraping dasar vesikel

dengan menggunakan mikroskop fluorescense, namun pemeriksaan ini

apabila dilakukan pada vesikel yang sudah berbentuk krusta maka

hasilnya kurang sensitif. Pemeriksaan ini dapat menemukan antigen dari

virus varicela zoster.

3. Polymerase chain reaction (PCR)

Pemeriksaan ini dapat menggunakan beberapa jenis preparat yaitu

screping dasar vesikel ataupun vesikel yang sudah menjadi krusta

karena sensitivitasnya tinggi yaitu berkisar 97-100%, test ini dapat

menentukan nucleid acid dari virus varicela zoster (Lubis C, 2003).

4. Pemeriksaan Histologi

Biopsi kulit terlihat adanya gambaran histologi tampak vesikel

intraepidermal dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis pada

dermis bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrase. Gambaran

histopatologi varisela dengan herpes zoster sama yaitu degenerasi balon

dengan badan inklusi asidofilik dalam inti sel dan sel raksasa berinti

banyak (Lubis D,2008).

Page 26: LAPSUS VARICELA.docx

Diagnosis banding

Variola Herpes Zoster HMFD

Definisi penyakit virus yang disertai keadaan umum yang buruk, dan memberikan gambaran monomorf

penyakit rekuren yang terjadi karena reaktivasi VZV yang tadinya laten di ganglion sensoris dorsalis kemudian bereplikasi & menyebar melalui persyarafan ke kulit.

Peradangan kulit pada daerah sekitar mulut, tangan & kaki.

Efloresensi Makulo - papular eritematosa terutama di muka & ekstremitas, monomorf. (tidak tumbuh lesi baru), Vesikula, pustula.

gerombolan vesikel di atas kulit yang eritematosa sedang kulit diantara gerombolan tetap normal, usia lesi pada satu gerombolan sama sedangkan usia lesi dg gerombolan lain tidak sama.

lesi berbentuk oval terbatas di ekstremitas & kadang ke bokong, bukan vesikel di atas dasar yang eritematosa. Mukosa lebih banyak terkena

Gambar

VII. RENCANA PENGELOLAAN / EDUKASI

A. FARMAKOLOGI

Pengobatan yang sudah diberikan adalah:

1. Bedak Calamed

Bedak ini mengandung kalamin yang merupakan kombinasi dari

seng oksida 98% dan ferri oksida 1%. Bedak ini sudah tepat diberikan

pada pasien sebagai pengobatan topikal karena kalamin bersifat anti

pruritus atau anti gatal. Dengan mengurangi rasa gatal maka akan

menghindari kecenderungan untuk menggaruk sehingga tidak terjadi

luka atau infeksi maupun dapat mencegah pecahnya vesikel akibat

garukan. Kalamin juga mempunyai sifat antiseptik ringan dan dapat

member efek menyejukkan sehingga pasien dapat istirahat dengan

tenang.

2. Sirup Imunal Plus

Page 27: LAPSUS VARICELA.docx

Obat ini memiliki manfaat sebagai peningkat daya tahan tubuh.

Karena penyakit ini dapat sembuh sendiri apabila imunitas pasien baik,

sehingga dengan pemberian obat tersebut diharapkan dapat

meningkatkan imunitas dan mempercepat penyembuhan dari penyakit

varisela ini.

3. Obat puyer

Kemungkinan obat yang diberikan adalah Asiklovir sebagai antivirus.

Asiklovir oral dapat mempersingkat lama penyakit pada anak normal.

Sedangkan pada penderita imunokompromais pengobatan yang paling

efektif adalah dengan pemberian asiklovir intravena. Asiklovir oral yang

diberikan dalam 24 jam munculnya lesi kulit pertama memberikan

manfaat klinik pada pasien sehat. (Behrman, 2010).

Asiklovir terbukti efektif menurunkan morbiditas dan mortalitas

Varisela pada pasien imunokompromise apabila diberikan dalam 24 jam

sejak onset ruam, sedangkan pada pasien sehat asiklovir terbukti

mampu mengurangi lama demam dan mengurangi jumlah maksimum

lesi ataupun mengurangi rasa gatal yang timbul (Sudarmo et al, 2008).

Dosis asiklovir 80 mg/kgBB/hari per oral, terbagi dalam 5 dosis

selama 5 hari. Anak yang mendapat terapi asiklovir disarankan harus

mendapat cukup cairan karena asiklovir dapat mengkristal pada tubulus

renal bila diberikan pada individu yang mengalami dehidrasi (Sudarmo et

al, 2008).

B. NON FARMAKOLOGI / EDUKASI

Edukasi untuk pasien adalah :

1. Memberikan penjelasan mengenai penyakit, penyebabnya,

penularannya, pencegahannya, penatalaksanaan, dan prognosisnya.

2. Istirahat yg cukup.

3. Sebaiknya jangan keluar rumah dulu karena varisela sangat menular.

4. Asupan makanan harus dijaga. Makanan bergizi sangat menunjang

untuk penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh virus termasuk

Page 28: LAPSUS VARICELA.docx

penyakit varisela yang dapat sembuh sendiri jika daya tahan tubuh

anak baik.

5. Kuku anak sebaiknya dipotong untuk mencegah terjadinya luka akibat

garukan. Karena jika terjadi luka akan memudahkan bakteri masuk ke

dalam luka, sehingga terjadi infeksi sekunder.

Sebenarnya varisela dapat dicegah dengan pemberian imunisasi pasif

maupun imunisasi aktif. Imunisasi pasif berupa vaksin varicella zoster

imunoglobulin (VZIG), yang diberikan dalam waktu 3 hari setelah

terpajan virus varicella-zoster, pada anak-anak imunokompeten terbukti

mencegah varisela, sedangkan pada anak imunokompromais dapat

mengurangi gejala. VZIG dapat diberikan pada anak-anak dengan usia

<15 tahun yang belum pernah menderita varisela, dapat juga diberikan

pada usia pubertas > 15 tahun yang belum pernah menderita varisela

atau herpes zoster antibodi VZV. Dosis pemberiannya adalah 125 U/10

kg BB ( Lubis C, 2003).

Selain itu dapat juga diberikan imunisasi aktif yaitu menggunakan

vaksin varisela virus (OKA Strain) dan kekebalan yang didapat dapat

bertahan selama 10 tahun dan daya proteksi melawan varisella virus

berkisar 75-100% (Lubis D, 2008).

Menurut Soedarmo et al (2008), vaksin varisela virus (OKA Strain)

terbukti aman, ditoleransi baik dengan efek samping yang minimal

(demam dan ruam minimal) dan mempunyai tingkat perlindungan yang

tinggi pada anak usia 1-12 tahun.

Menurut Rezeki (2011), kesepakatan pada rapat Satgas Imunisasi

IDAI Juni 2010, telah ditentukan perubahan umur pemberian vaksin

varisela dari umur 5 tahun menjadi 1 tahun. Hal ini berdasarkan pada :

1. Efektivitas vaksin varisela tidak diragukan lagi, namun apabila

cakupan imunisasi belum tinggi dapat mengubah epidemiologi

penyakit dari masa anak ke dewasa (pubertas). Akibatnya angka

kejadian varisela orang dewasa akan meningkat dibandingkan anak.

Page 29: LAPSUS VARICELA.docx

2. Dampak varisela pada dewasa lebih berat daripada anak, apalagi

apabila terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan sindrom

varisela kongenital dengan angka kematian tinggi.

3. Penularan terbanyak terjadi di sekolah taman kanak-kanak dan

sekolah bermain (Play Group)

Berdasarkan pertimbangan itu, maka imunisasi varisela diberikan

sebelum masuk sekolah bermain.

Dosis pemberiannya adalah 0,5 ml secara subkutan. Untuk umur lebih

dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu.

Kadang-kadang timbul efek samping yaitu timbul demam atau reaksi

lokal seperti ruam makulopapular dan terjadi pada 3-5 % anak-anak.

Vaksin ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena akan

menyebabkan kongenital varisela (Rezeki, 2011).

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Richard E; Kliegman, Robert M, 2010. Nelson Esensi Pediatri

Ed.4. Jakarta: EGC

Lestari, T., 2005. Infeksi Kulit Pada Bayi dan Anak. Jakarta : Balai Penerbit

FKUI.

Lubis C., 2003. Varisela pada anak gejala klinis,pencegahan dan

pengobatan. Jurnal bagian ilmu kesehatan anak fakultas kedokteran

sumatera utara.

Lubis D., 2008. Varicella dan Herpes Zoster. Jurnal departemen kesehatan

kulit dan kelamin fakultas kedokteran sumatera utara.

Page 30: LAPSUS VARICELA.docx

Rezeki, S., 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Ikatan Dokter

Anak Indonesia.

Sekartini, R., 2011. Buku Kumpulan Tips Pediatri. Jakarta : Badan Penerbit

IDAI.

Siswosudarmo dan Emilia, 2010. Obstetri Fisiologi. Yogyakarta : Pustaka

Cendekia.

Sudarmo SS, Garna H, Hadinegoro SR, Satari HI., 2008. Buku Ajar Infeksi

dan Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Soetjiningsih, 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Sugito T.L., 2003. Infeksi Virus Varicella- Zoster pada bayi dan anak.

Jakarta : Fakultas kedokteran universitas Indonesia.

IX. LAMPIRAN

A. Laporan Posyandu

1. Nama Posyandu

Posyandu Kenanga

2. Lokasi/alamat

Perumahan Bumirejo, Mungkid, Magelang.

3. Jumlah Balita

50 anak

4. Jumlah Kader

28 anak

5. Jadwal Posyandu

Sebulan sekali setiap hari kamis minggu ke-2

6. Kegiatan yang dilakukan

Page 31: LAPSUS VARICELA.docx

Kegiatan yang dilaksanakan ada 5 langkah, yaitu:

a. Pendaftaran

b. Penimbangan

c. Pengisian KMS

d. Penyuluhan

e. Pelayanan kesehatan

7. SKDN

Kegiatan posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.

S : Semua balita di wilayah kerja posyandu

K : Semua balita yang memiliki KMS

D : Balita yang ditimbang

N : Balita yang Naik berat badannya

Pada posyandu kenanga data SKDN sebagai berikut:

S : 50 anak

K : 50 anak

D : 28 anak

N : 22 anak

Dari data SKDN tersebut dapat dinilai tingkat keberhasilan posyandu

berdasarkan :

a. Peran serta masyarakat

DS =

2850 = 56%

b. Keberhasilan program posyandu

ND

= 2228

= 78%

Page 32: LAPSUS VARICELA.docx