lp tb paru

41
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERCULOSIS (TB) PARU OLEH: LUH MADE PURNAMA DEWI 1002105020

Upload: rista

Post on 18-Dec-2015

616 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tb paru

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TUBERCULOSIS (TB) PARU

OLEH:LUH MADE PURNAMA DEWI1002105020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA2015A. KONSEP DASAR PENYAKIT1. Definisi Tuberculosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium tuberculosis (Price, 2005). Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan) ke dalam paru-paru, kemudian menyebar dari paru-paru ke organ tubuh yang lain melalui peredaran darah, yaitu: kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 2002). Tuberkulosis (TB) paru adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis (Somantri, 2008).Jadi dari pengertian di atas dapat disimpulkan, tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh suatu bakteri yaitu Microbacterium Tuberculosis yang terutama penyerang bagian paru-paru nyang disebut parenkim.

2. Epidemiologi / Insiden KasusSetiap tahunnya, di Indonesia terjadi peningkatan jumlah penderita TB sekitar seperempat juta kasus baru TB dan sekitar 140.000 diantaranya meninggal dunia. Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TB di dunia. Sebagian besar penderita TB adalah mereka dengan usia produktif (15-55 tahun). TB adalah pembunuh nomor satu di antara penyakit menular. TB adalah penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasan akut pada seluruh kalangan usia. Indonesia telah berhasil mencapai angka keberhasilan pengobatan sesuai dengan target global yaitu 85% dan tetap dipertahankan dalam empat tahun terakhir. Indonesia telah memberikan kemajuan yang cepat dalam penemuan kasus baru TB menular, yaitu sebesar 52% pada tahun 2004 dan target global pada tahun 2005 adalah sebesar 70%. Penemuan kasus baru TB menular saat ini adalah sebesar 52% yang berarti hanya kurang 8% dari target 60% yang telah ditetapkan didalam rencana strategis Penanggulangan TB selama 5 tahun. TB banyak terdapat di kalangan penduduk dengan kondisi sosial ekonomi lemah dan menyerang golongan usia produktif (15-54 tahun). Sekitar 3/4 pasien TB adalah golongan usia produktif. TB membunuh lebih banyak kaum muda dan wanita dibandingkan dengan penyakit menular lainnya. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2-3 juta orang meninggal akibat TBC setiap tahunnya. Sesungguhnya kematian akibat TBC dapat dihindari. Setiap tahun sebesar 1% dari seluruh penduduk dunia sudah tertular oleh kuman TBC (walaupun belum terjangkit oleh penyakitnya).

3. Penyebab / Faktor PredisposisiTuberkulosis paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri berbentuk batang (basil) yang bernama Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar struktur organisme ini terdiri atas asam lemak (lipid) yang membuat mikobakterium lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik. Mikobakterium ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.Penyebab dari tuberkulosis disebabkan oleh melemahnya daya tahan tubuh atau imun penderita sehingga mudah terserang atau terinfeksi bakteri.Macam-macam jenis Micobacterium tubercolusae complex adalah: M. tuberculosae, Varian Asian, Varian African I, Varian African II, M. BovisKelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT) atypical adalah: M. kansasi, M. avium, M. intra cellular, M. scrofulaceum, M.malmacerse, M. xenopi (Amin, 2007:988)Penularan kuman tuberkulosis:Penularan tuberkulosis dari seseorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang terdapat dalam paru-paru penderita, pesebaran kuman tersebut diudara melalui dahak berupa droplet. Penderita TB Paru BTA positif mengeluarkan kuman-kuman keudara dalam bentuk droplet yang sangat kecil pada waktu batuk atau bersin. Droplet yang sangat kecil ini mengering dengan cepat dan menjadi droplet yang mengandung kuman tuberkulosis. Dan dapat bertahan diudara selama beberapa jam. Droplet yang mengandung kuman ini dapat terhirup oleh orang lain. Jika kuman tersebut sudah menetap dalam paru dari orang yang menghirupnya, maka kuman mulai membelah diri (berkembang biak) dan terjadilah infeksi dari satu orang ke orang lain.Cara penularan ada dua yaitu :a. Langsung Percikan ludah/cairan hidung berpindah sewaktu berbicara berhadapan/bersin.b. Tidak langsungBila pasien meludah disembarang tempat kemudian kering dan kuman diterbangkan oleh angin bersama debu yang dihirup oleh orang sehat.

4. Patofisiologi PenyakitPada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung Mycobakterium tuberkulosis dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam. Orang dapat terifeksi kalau droplet tersebut terhirup ke dalam saluran pernapasan. Setelah Mycobacterium tuberkulosis masuk ke dalam saluran pernapasan, masuk ke alveoli, tempat dimana mereka berkumpul dan mulai memperbanyak diri. Basil juga secara sistemik melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru-paru lainnya (lobus atas). Sistem imun tubuh berespons dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri; limfosit melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. lnfeksi awal biasanya terjadi 2 sampai 10 minggu setelah pemajanan. Massa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati, dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif. Granulomas diubah menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari massa fibrosa ini disebut tuberkel Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik, membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa perkembangan penyakit aktif. Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami penyakit aktif karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respons sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini, tuberkel Ghon memecah, melepaskan bahan seperti keju ke dalam bronki. Bakteri kemudian menjadi tersebar di udara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh. Tuberkel yang memecah menyembuh, membentuk jaringan parut. Paru yang terinfeksi menjadi lebih membengkak, mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut, pembentukan tuberkel dan selanjutnya. Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah ke bawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10% individu yang awalnya terinfeksi mengalami penyakit aktif (Brunner dan Suddarth, 2002)

5. Klasifikasi a. Klasifikasi I (berdasarkan bagian tubuh yang terinfeksi) (Depkes, 2003)1) Tuberculosis paruMerupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua penderita. Tuberculosis yang menyerang parenkim paru ini merupakan satu-satunya bentuk tuberculosis yang paling mudah menular.2) Tuberculosis ekstra paruMerupakan bentuk Tubeculosis yang menyerang organ lain selain paru, seperti pleura, kelenjar limfe, persendian tulang belakang, saluran kencing, susunan saraf pusat, dan perut. Pada dasarnya penyakit Tuberculosis ini tidak pandang bulu karena kuman ini menyerang semua organ tubuh.

b. Klasifikasi II ( Menurut American Thoracic Society, 2000)Class 0Tidak ada jangkitan atau terinfeksi, riwayat terpapar, reaksi test tuberculin (PPD) tidak bermakna.

Class 1Terpapar TBC, tidak ada bukti infeksi, reaksi kulit tak bermakna

Class 2Ada infeksi TBC, reaksi kulit bermakna, pemeriksaan bakteri (-), tidak ada bukti.

Class 3Sedang sakit, BTA (+), test mantoux bermakna, Rontgent Thorax (+). Lokasi tempat : Paru-paru, Pleura, Limfatik, tulang/sendi, meninges, peritoneum.

Class 4Sedang sakit, ada riwayat mendapat pengobatan, Rontgent Thorax (+), test mantoux bermakna.

Class 5dicurigai TBC, sedang dalam pengobatan

c. Klasifikasi III 1) Tuberculosis PrimerTuberculosis primer adalah bentuk penyakit yang terjadi pada orang yang belum pernah terpajan (orang yang belum pernah mengalami TB) atau peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium.2) Tuberculosis Sekunder (Tuberculosis Post Primer)Merupakan penyakit yang terjadi pada seseorang yang telah terpajan penyakit tuberculosis atau peradangan jaringan paru oleh karena terjadi penularan ulang di mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik terhadap basil mikobakterium tersebut. Penyakit ini mungkin terjadi segera setelah tuberculosis primer, tetapi umumnya muncul karena reaktivasi lesi primer dorman beberapa dekade setelah infeksi awal, terutama jika sistem pertahanan penjamu (seseorang yang pernah terkena TB sebelumnya) melemah. d. Klasifikasi IVKlasifikasi TB Paru berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat pengobatan sebelumnya dibagi sebagai berikut:1) TB Paru BTA Positif dengan kriteria:a) Dengan atau tanpa gejala klinikb) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.c) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.2) TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:a) Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktifb) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.3) Bekas TB Paru dengan kriteria:a) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negativeb) Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.c) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak berubah.d) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).e. Klasifikasi VBerdasarkan tipe penderita. Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita : 1) Kasus baru : penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.2) Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA positif. 3) Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah.4) Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang kembali berobat.

6. Gejala KlinisPenyakit tuberculosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik. Menurut Jhon Crofton (2002), gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah : Batuk lebih dari 3 mingguBatuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian menjadi produktif. Dahak (sputum)Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning, sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi pengejuan. Batuk darahBatuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah. Sesak napasSesak napas berkaitan dengan penyakit yang luas di dalam paru. Merupakan proses lanjut akibat retraksi dan obstruksi saluran pernapasan. Nyeri dadaRasa nyeri dada pada waktu mengambil napas dimana terjadi gesekan pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan tegangan otot pada saat batuk. WheezingWheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi. Demam dan menggigilPeningkatan suhu tubuh pada saat malam, terjadi sebagai suatu reaksi umum dari proses infeksi. Penurunan berat badanPenurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif. MalaiseDitemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam. Rasa lelah dan lemahGejala ini disebabkan oleh kurang tidur akibat batuk. Berkeringat banyak terutama malam hariKeringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk penyakit Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut.7. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Konjungtiva mata pucat karena anemia, malaise, badan kurus/ berat badan menurun. Bila mengenai pleura, paru yang sakit terlihat agak tertinggal dalam pernapasan. RR meningkat (>24 x/menit). Adanya dyspnea, sianosis, distensi abdomen, batuk dan barrel chest.b. Palpasi Badan teraba hangat (demam), denyut nadi meningkat (>100x/menit), turgor kulit menurun, fremitus raba meningkat disisi yang sakit.(Amin, 2007)c. Perkusi Terdengar suara redup terutama pada apeks paru, bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi memberikan suara hipersonar dan timpani. Bila mengenai pleura, perkusi memberikan suara pekak. d. Auskultasi Terdengar suara napas bronchial. Akan didapatkan suara napas tambahan berupa rhonci basah, kasar dan nyaring. Tetapi bila infiltrasi ini diliputi oleh penebalan pleura, suara napas menjadi vesikuler melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, auskultasi memberikan suara amforik. Bila mengenai pleura, auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.

8. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang a. Pemeriksaan Laboratorium Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada tahap aktif penyakit.Pemeriksaan dapat memperkirakan jumlah basil tahan asam ( AFB) yang terdapat pada sediaan. Sediaan yang positif memberikan petunjuk awal untuk menekankan diagnosa, tetapi suatu sediaan yang negative tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi penyakit. Pemeriksaan biakan harus dilakukan pada semua biakan. Mikrobakteri akan tumbuh lambat dan membutuhkan suatu sediaan kompleks. Koloni matur akan berwarna krem atau kekuningan, seperti kulit dan bentuknya seperti kembang kol. Jumlah sekecil 10 bakteri/ml media konsentrasi yang telah diolah dapat dideteksi oleh media biakan ini (Price,2005:857). Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat. Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Tes mantoux adalah dengan menyuntikan tuberculin (PPD) sebanyak 0,1 ml mengandung 5 unit (TU) tuberculin secara intrakutan pada sepertiga atas permukaan volar atau dorsal lengan bawah setelah kulit dibesihkan dengan lalkohol. Untuk memperoleh reaksi kulit yang maksimal diperlukan waktu antara 48 sampai 72 jam sesudah penyuntikan dan reaksi harus dibaca dalam peiode tersebut. Interpretasi tes kulit menunjukan adanya beberapa tipe reaksi:1. Indurasi 5 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok berikut :a) Orang dengan HIV positif.b) Baru saja kontak dengan orang yang menderita TB.c) Orang dengan perubahan fibrotic pada radigrafi dada yang sesuai dengan gambaran TB lama yang sudah sembuh.d) Pasien yang menjalani tranplanstasi organ dan pasien yang mengalami penekanan imunitas.2. Indurasi 10 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok berikut :a) Baru tiba ( 5 tahun ) dari Negara yang berprevalensi tinggi.b) Pemakai obat-obat yang disuntikkan.c) Penduduk dan pekerja yang berkumpul pada lingkungan yang berisiko tinggi. Penjara, rumah-rumah perawatan, panti jompo, fasilitas yang disiapkan untuk pasien dengan AIDS, dan penampungan untuk tuna wismad) Orang dengan keadaan klinis pada daerah mereka yang berisioko tinggi.e) Anak di bawa usia 4 tahun atau anak-anak dan remaja yang terpajan orang dewasa kelompok risiko tinggi.3. Indurasi 15 mm diklasifikasikan positif dalam kelompok berikut :a) Orang dengan factor risiko TB.b) Target program-program tes kulit seharusnya hanya dilakukan di anatara kelompok risiko tinggi.(Price,2005:855) Uji tuberculin : Menggunakan standar tuberkulin 1:10.000/5 TU PPD-S intrakutan yang dibaca 48-72 jam dengan indurasi > 5 mm. Uji tuberkulin negatif belum dapat menyingkirkan TB. False negatif pada pemeriksaan uji tuberkulin sering ditemukan pada pasien HIV dan kejadiannya meningkat sebanding dengan peningkatan imunosupresi. Histologi atau Culture jaringan (termasuk kumbah lambung, urine dan CSF, biopsi kulit) : positif untuk Mycobacterium tuberculosis Pemeriksaan Darah :a) Hb dapat ditemukan menurun. Anemia bila penyakit berjalan menahun b) LED meningkat terutama pada fase akut umumnya nilai tersebut kembali normal pada tahap penyembuhan.c) GDA : mungkin abnormal, tergantung lokasi, berat dan sisa kerusakan paru. Biopsi jarum pada jaringan paru (Needle Biopsi of Lung Tissue): Positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis. Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas. Kadar Ig: Meningkat, terutama Ig A, Ig G, Ig M yang normal atau mendekati normal Reaksi rantai polimerase: Mendeteksi DNA virus dalam jumlah sedikit pada infeksi sel perifer monoseluler.b. Radiologi Foto thorax : Infiltrasi lesi awal pada area paru oleh simpanan kalsium lesi yang sembuh primer atau efusi cairan. Perubahan mengindikasikan TB yang lebih berat dapat mencakup area berlubang dan fibrous. Pada foto thorax tampak pada sisi yang sakit bayangan hitam dan diafragma menonjol ke atas. Bronchografi : merupakan pemeriksaan khusus untuk melihat kerusakan bronchus atau kerusakan paru karena TB. Gambaran radiologi lain yang sering menyertai TBC paru adalah penebalan pleura, efusi pleura atau empisema, penumothoraks (bayangan hitam radio lusen dipinggir paru atau pleura).

c. Pemeriksaan fungsi paruPenurunan kualitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu: kapasitas paru total dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

9. Diagnosis / Kriteria Diagnosis Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan. Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosis TB. Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen positif. Bila hasil ropntgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.

10. Therapy / Tindakan Penanganan Pengobatan TBCTujuan pemberian obat pada penderita tuberculosis adalah: menyembuhkan, mencegah kematian,dan kekambuhan, menurunkan tingkat penularan (Depkes RI. 2002).a. Jenis dan Dosis Obat Anti Tuberkulosis (OAT) Isoniazid (H)Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Sangat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang. Dosis harian 5 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg berat badan. Rifampisin (R)Bersifat bakterisid, membunuh kuman semi dormant yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid. Dosis 10 mg/kg berat badan. Dosis sama untuk pengobatan harian maupun intermiten 3 kali seminggu. Pirazinamid (Z)Bersifat bakterisid, membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana asam. Dosis harian 25 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg berat badan. Streptomisin (S)Bersifat bakterisid, dosis 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama. Etambutol (E)Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik). Dosis harian 15 mg/kg berat badan, sedangkan untuk intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan 30 mg/kg berat badan.b. Tahap PengobatanPengobatan Tuberculosis diberikan dalam 2 tahap yaitu: Tahap IntensifPenderita mendapat obat setiap hari. Pengawasan berat/ketat untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua Obat Anti Tuberculosis (OAT). Tahap LanjutanPenderita mendapat jenis obat lebih sedikit dalam jangka waktu yang lebih lama. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistem (dormant) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan.c. Evaluasi PengobatanKemajuan pengobatan dapat terlihat dari perbaikan klinis ( hilangnya keluhan, nafsu makan meningkat, berat badan naik dan lain-lain ), berkurangnya kelainan radiologis paru dan konversi sputum menjadi negatif.Kontrol terhadap sputum BTA langsung dilakukan pada akhir bulan ke-2, 4, dan 6. Pada yang memakai paduan obat 8 bulan sputum BTA diperiksa pada akhir bulan ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada permulaan, akhir bulan ke-2 dan akhir pengobatan. Pemeriksaan resistensi dilakukan pada pasien baru yang BTA-nya masih positif setelah tahap intensif dan pada awal terapi pasien yang mendapat pengobatan ulang (retreatment).Perawatan TBCPerawatan yang harus dilakukan pada penderita tuberculosis adalah :a) Awasi penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat yaitu keluarga.b) Mengetahui adanya gejala samping obat dan merujuk bila diperlukan.c) Mencukupi kebutuhan gizi seimbang penderitad) Istirahat teratur minimal 8 jam per harie) Mengingatkan penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima dan enamf) Menciptakan lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik (Depkes RI, 2002)Pengawasan Penderita, Kontak dan Lingkungan.a) Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut (dengan menggunakan masker) sewaktu batuk dan membuang dahak di tempat yang disediakan dan tertutup, tidak disembarangan tempat.b) Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan meningkatkan dengan terhadap bayi harus harus diberikan vaksinasi BCG.c) Oleh petugas kesehatan dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya dan akibat yang ditimbulkannya.d) Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur, pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.e) Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obat kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur, waktu yang lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan penyelidikan oleh dokter.11. PencegahanAda vaksin terhadap TB. Namanya BCG, diberikan dengan suntikan di bawah kulit. Namun vaksin ini tampaknya hanya efektif pada anak yang baru lahir, untuk mencegah penyakit TB yang berat, termasuk meningitis TB, pada usia kanak-kanak. BCG tidak mempunyai dampak dalam mengurangi jumlah kasus TB pada orang dewasa. Saat ini belum ada vaksin terhadap TB yang efektif untuk orang dewasa.BCG dapat menyebabkan pembacaan palsu-positif pada tes tuberkulin kulit. Jika diberikan kepada orang dewasa yang HIV positif atau anak-anak dengan sistem kekebalan sangat lemah, BCG kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit BCG diseminata, yang sering fatal.

12. Komplikasi Menurut Depkes RI (2002), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita tuberculosis paru stadium lanjut yaitu : a. Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.b. Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial.c. Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.d. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

13. Prognosis TB adalah IO yang pada urutan kedua dalam daftar frekuensi IO di Indonesia, dan adalah penyebab kematian kebanyakan Odha. Namun TB dapat disembuhkan dan dicegah. Perkembangan dari infeksi TBC dengan penyakit TBC terjadi ketika bakteri TB mengatasi pertahanan sistem kekebalan tubuh dan mulai berkembang biak. Pada TB primer 1-5% dari kasus-penyakit ini terjadi segera setelah infeksi. Pada pasien koinfeksi M. TB dan HIV, risiko reaktivasi meningkat sampai 10% per tahun. Pasien dengan TB ini disebarluaskan memiliki tingkat kematian mendekati 100% jika tidak diobati. Namun, Jika diobati, tingkat kematian berkurang hingga hampir 10%.B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN1. PengkajianPada pengkajian dilakukan wawancara dan pemeriksaan laboratorium untuk memperoleh informasi dan data yang nantinya akan digunakan sebagai dasar untuk membuat rencana asuhan keperawatan pasien.a. Keadaan UmumMeliputi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat kesadaran kualitatif atau GCS dan respon verbal pasien.b. Tanda-tanda VitalMeliputi pemeriksaan: Tekanan darah: sebaiknya diperiksa dalam posisi yang berbeda, kaji tekanan nadi, dan kondisi patologis. Pulse rate Respiratory rate SuhuPola Pengkajian Gordon1. Persepsi dan Pemeliharaan KesehatanPengkajian meliputi kebiasaan pasien terhadap pemeliharaan kesehatan baik sebelum atau sesudah sakit. Misalnya : kebiasaan merokok, minum obat, alkohol, riwayat minum obat-obatan.2. Nutrisi / MetabolikPasien mengalami penurunan nafsu makan, mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia dan ketidakmampuan untuk makan karena penurunan nafsu makan. Gejala : adanya anoreksia (kehilangan nafsu makan), adanya penurunan berat badan, makanan yang disediakan hanya dimakan porsiTanda: turgor kulit buruk, kering / bersisik, massa otot berkurang / lemak subkutan berkurang, IMT = (kekurangan BB tingkat berat), Pasien tampak kurus.3. Eliminasi Pada pasien dengan TBC kemungkinan mengalami gangguan pada system eliminasi jika bakteri tersebut sudah menyebar sampai ke system gastrointestinal.4. Aktivitas dan LatihanPada pasien dengan TBC kemungkinan ditemukan gangguan aktivitas dan latihan karena pasien mengalami keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktvitas sehari-hari karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Gejala: adanya kelelahan dan kelemahan, kesulitan tidur pada malam atau demam pada malam hari, menggigil dan atau berkeringat Tanda: takikardia, takipnea / dispnea saat beraktivitas, kelelahan otot5. Persepsi, Sensori, KognitifPasien mengalami gangguan berupa rasa nyeri di daerah dada. Perasaan takut. Gejala: adanya faktor stres dalam waktu yang lama, adanya perasaan berduka Tanda : ansietas, takut, perasaan bersalah (menyalahkan diri sendiri), keputusasaan, kesedihan, ekpresi kurang dalam penerimaan terhadap penyakit, ekspresi kurang kedamaian, rasa bersalah6. Tidur dan IstirahatPasien mengalami gangguan pada pola tidurnya karena sulit untuk tidur karena nyeri dan sesak napas.7. Konsep DiriPasien mengalami gangguan pada harga diri , karena kondisi yang terkena TBC. Gejala : adanya perasaan rendah diri karena mengidap penyakit menular, adanya perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran, tidak berpartisipasi dalam kegiatan agama, perubahan pola ibadah, merasa diabaikan dan diasingkan, menolak interaksi dengan orang lain, merasa dipisahkan dari lingkungan sosial.perubahan interaksi dalam keluarga, seperti: perubahan tugas dalam keluarga, perubahan dukungan emosional, perubahan pola komunikasi dalam keluarga, perubahan keakraban, perubahan partisipasi dalam menyelesaikan masalah.8. Peran dan HubunganPasien mengalami gangguan pada peran dan hubungan, hubungan yang ketergantungan dengan keluarga, kurang sistem pendukung, penyakit lama atau ketidakmampuan membaik.9. Seksual dan ReproduksiPada pasien dengan tbc kemungkinan ditemukan penurunan libido.10. Koping Stres dan Adaptasi Pasien kemungkinan mengalami gangguan pada pola koping stress dan adaptasi, ansietas, ketakutan, peka rangsang.11. Nilai dan KepercayaanPada pasien dengan pada tbc kemungkinan pasien mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas beribadah diluar rumah (tempat-tempat ibadah).

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncula. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi trakeobronkial yang sangat banyak ditandai dengan frekuensi napas, irama, kedalaman tak normal, bunyi napas tak normal (ronchi, mengi), stridor, dispneu.b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, sekret kental, tebal, edema bronkial ditandai dengan sesak, pucat, sianosis pada bibir, napas cepat dan dangkal, RR >20x/menit, AGD abnormal, takikardi, gelisah, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, pergerakan dada tidak seimbang.c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan adanya sesak, sesak semakin berat apabila stres dan sering timbul pada malam hari, frekuensi napas >20 x/menit, napas cepat dan dangkal, ekspansi dada tampak menurun.d. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi TB, ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (>37,5C), kulit teraba hangat, nadi meningkat (>100x/menit), kulit tampak kemerahan, menggigil.e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap ditandai dengan nyeri dada, sakit kepala, nyeri sendi, melindungi area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat infeksi TB ditandai dengan nafsu makan menurun/anoreksia, kelemahan ditandai dengan berat badan < 10%-20% BBI, gangguan sensasi pengecap, tonus otot buruk.g. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan kompleksitas program terapeutik ditandai dengan pengungkapan kesulitan dalam pengaturan pengobatan, pengungkapan ketidakdisiplinan dalam pengobatan.

3. Rencana Asuhan Keperawatana. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan sekresi trakeobronkial yang sangat banyak ditandai dengan frekuensi napas, irama, kedalaman tak normal, bunyi napas tak normal (ronchi, mengi), stridor, dispneu.Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas efektif, dengan kriteria hasil:NOC Label >> Respiratory Status: Airway Patency Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/menit) Irama pernapasan normal Kedalaman pernapasan normal Mampu mengeluarkan sputum secara efektif Tidak ada akumulasi sputumIntervensi:NIC Label >> Airway Management:1. Auskultasi bunyi napas tambahan; ronchi, wheezing.Rasional: bunyi ronchi menandakan terdapat penumpukan sekret atau sekret berlebih di jalan napas.2. Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea.Rasional: posisi memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan. Ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan meningkatkan gerakan sekret ke jalan napas besar untuk dikeluarkan.3. Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan.Rasional: mencegah obstruksi atau aspirasi. Penghisapan dapat diperlukan bia pasien tak mampu mengeluarkan sekret sendiri.4. Bantu pasien untuk batuk dan napas dalam.Rasional: memaksimalkan pengeluaran sputum.5. Ajarkan batuk efektif.Rasional: membantu mempermudah pengeluaran sekret.6. Anjurkan asupan cairan adekuat.Rasional: mengoptimalkan keseimbangan cairan dan membantu mengencerkan sekret sehingga mudah dikeluarkan.7. Kolaborasi pemberian oksigen.Rasional: meringankan kerja paru untuk memenuhi kebutuhan oksigen.8. Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi.Rasional: bronkodilator meningkatkan ukuran lumen percabangan trakeobronkial sehingga menurunkan tahanan terhadap aliran udara.b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan efektif paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar-kapiler, sekret kental, tebal, edema bronkial ditandai dengan sesak, pucat, sianosis pada bibir, napas cepat dan dangkal, RR >20x/menit, AGD abnormal, takikardi, gelisah, penggunaan otot bantu pernapasan, pernapasan cuping hidung, pergerakan dada tidak seimbang.Tujuan :Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan gangguan pertukaran gas dapat diatasi dengan kriteria hasil:NOC Label >> Respiratory Status: Gas Exchange Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat Tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernapas dengan mudah) RR dbn (16-20 x/menit) Hasil AGD dbnIntervensi :NIC Label >> Respiratory Monitoring1. Monitor rata rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi.Rasional : Mengetahui karakteristik napas pasien2. Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostalRasional : Penggunaan otot bantu pernapasan menandakan perburukan kondisi pasien.3. Pantau hasil AGDRasional : mengetahui status oksigenasi pasien.4. Kolaborasi : Berikan O2 sesuai indikasi dengan masker, kanula atau ventilasi mekanik.Rasional : Mencegah memperbaiki hipoksemia dan gagal pernapasan.c. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru ditandai dengan adanya sesak, sesak semakin berat apabila stres dan sering timbul pada malam hari, frekuensi napas >20 x/menit, napas cepat dan dangkal, ekspansi dada tampak menurun.TujuanSetelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan pola napas efektif dengan kriteria hasil:NOC Label >> Respiratory Status: Ventilation Kedalaman pernapasan normal Tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan Tidak tampak retraksi dinding dada NOC Label >> Vital Signs Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/menit)IntervensiNIC Label >> Restiratory Monitoring1. Pantau RR, irama dan kedalaman pernapasanRasional: Ketidakefektifan pola napas dapat dilihat dari peningkatan atau penurunan RR, serta perubahan dalam irama dan kedalaman pernapasan2. Pantau adanya penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dadaRasional : Penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi dinding dada menunjukkan terjadi gangguan ekspansi paru NIC Label >> Ventilation Assitance3. Berikan posisi semifowlerRasional : Posisi semifowler dapat membantu meningkatkan toleransi tubuh untuk inspirasi dan ekspirasi 4. Pantau status pernapasan dan oksigenRasional : Kelainan status pernapasan dan perubahan saturasi O2 dapat menentukan indikasi terapi5. Berikan dan pertahankan masukan oksigen sesuai indikasiRasional : Pemberian oksigen sesuai indikasi diperlukan untuk mempertahankan masukan O2 saat mengalami perubahan status respirasid. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu sekunder akibat infeksi TB, ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh (>37,5C), kulit teraba hangat, nadi meningkat (>100x/menit), kulit tampak kemerahan, menggigil.Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ..... x 24 jam diharapkan suhu tubuh normal, dengan kriteria hasil:NOC Label >> Thermoregulation Suhu tubuh pasien normal (36-370,5C) Melaporkan rasa nyaman Tidak menggigilNOCLabel >> Vital Signs Suhu : 36-370,5C Nadi: 60-100x/menit RR: 16-20 x/menit TD: 120/80 mmHgIntervensi : NIC Label >> Fever Treatment1. Monitor suhu tubuh, tekanan darah, denyut nadi, dan respirasi rate secara berkala.Rasional: peningkatan suhu menunjukkan proses penyakit infeksius akut. Menggigil sering mendahului puncak suhu.2. Berikan kompres hangat.Rasional: membuat vasodilatasi pembuluh darah sehingga dapat membantu mengurangi demam.3. Anjurkan pasien untuk mempertahankan asupan cairan adekuat.Rasional: untuk mencegah dehidrasi akibat penguapan cairan karena suhu tubuh yang tinggi.4. Kolaborasi pemberian obat antipiretik sesuai indikasi.Rasional: digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya pada hipotalamus.e. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru, reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin, batuk menetap ditandai dengan nyeri dada, sakit kepala, nyeri sendi, melindungi area yang sakit, perilaku distraksi, gelisah.Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama x 24 jam diharapkan nyeri dapat terkontrol dengan kriteria hasil:NIC Label >> Pain Control Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan Melaporkan perubahan gejala nyeri ke tenaga kesehatan Melaporkan nyeri terkontrolNIC Label >> Pain Level Melaporkan nyeri berkurang Tidak meringis dan menangis Tidak kehilangan nafsu makan TTV dalam batas normal: Suhu : 36-370,5C, Nadi: 60-100x/menit, RR: 16-20 x/menit, TD: 120/80 mmHg.Intervensi:NIC Label >> Pain Management1. Kaji karakteristik nyeri meliputi lokasi, waktu, frekuensi, kualitas, faktor pencetus, dan intensitas nyeriRasional : Untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakannya.2. Kaji faktor-faktor yang dapat memperburuk nyeri pasienRasional : Dengan mengetahui faktor-faktor yang dapat memperburuk nyeri, dapat mencegah terjadinya faktor pencetus dan menentukan intervensi apabila nyeri terjadi.3. Monitor status TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetikRasional : mencegah kontraindikasi dan efek samping pemberian analgetik4. Memastikan pasien mendapat terapi analgesik yang tepatRasional : Analgesik yang dapat membantu mengurangi rasa nyeri dan tidak mengakibatkan adanya reaksi alergi terhadap obat.5. Eliminasi faktor-faktor pencetus nyeriRasional : Dengan mengeleminasi faktor-faktor pencetus nyeri, dapat mengurangi risiko munculnya nyeri (mengurangi awitan terjadinya nyeri)6. Ajarkan teknik nonfarmakologi (misalnya teknik relaksasi, guided imagery, terapi musik, dan distraksi) yang dapat digunakan saat nyeri timbul.Rasional : Dengan teknik manajemen nyeri, pasien bisa mengalihkan nyeri sehingga rasa nyeri yang dirasakan berkurang.7. Berikan dukungan selama pengobatan nyeri berlangsungRasional : Dukungan yang diberikan dapat membantu meningkatkan rasa percaya terhadap perawat.8. Kolaborasi pemberian analgetikRasional : Pemberian analgetik dapat memblok reseptor nyeri.f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan kebutuhan kalori sekunder akibat infeksi TB ditandai dengan nafsu makan menurun/anoreksia, kelemahan ditandai dengan berat badan < 10%-20% BBI, gangguan sensasi pengecap, tonus otot buruk.Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan x 24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi adekuat, dengan kriteria hasil:NOC Label >> Nutritional Status Masukan nutrisi adekuat Masukan makanan dalam batas normalNOC Label >> Nutritional Status: Nutrient Intake Masukan kalori dalam batas normal Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodiumNOC Label >> Nutritional Status: Biochemical Measures Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dL)Intervensi:NIC Label >> Nutrition Therapy 1. Kaji status nutrisiRasional: pengkajian penting untuk mengetahui status nutrisi dan menentukan intervensi yang tepat.2. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung kebutuhan kalori harian.Rasional: dengan mengetahui masukan makanan atau cairan dapat mengetahui apakah kebutuhan kalori harian sudah terpenuhi atau belum.3. Tentukan jenis makanan yang cocok dengan tetap mempertimbangkan aspek agama dan budaya pasien.Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi pasien dengan tetap memperhatikan aspek agama dan budaya pasien sehingga pasien bersedia mengikuti diet yang ditentukan.4. Anjurkan untuk menggunakan suplemen nutrisi sesuai indikasi.Rasional: dapat membantu meningkatkan status nutrisi selain dari diet yang ditentukan.5. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene pada pasien.Rasional: menjaga kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan.6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.Rasional: untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan pasien.NIC Label >> Weight Gain Assistance7. Timbang berat badan pasien secara teratur.Rasional: dengan memantau berat badan pasien dengan teratur dapat mengetahui kenaikan ataupun penurunan status gizi.8. Diskusikan dengan keluarga pasien hal-hal yang menyebabkan penurunan berat badan.Rasional: membantu memilih alternatif pemenuhan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan dan penyebab penurunan berat badan.9. Pantau konsumsi kalori harian.Rasional: membantu mengetahui masukan kalori harian pasien disesuaikan dengan kebutuhan kalori sesuai usia.10. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum albumin, dan elektrolit.Rasional: kadar albumin dan elektrolit yang normal menunjukkan status nutrisi baik. Sajikan makanan dengan menarik.11. Tentukan makanan kesukaan, rasa, dan temperatur makanan.Rasional: meningkatkan nafsu makan dengan intake dan kualitas yang maksimal. 12. Anjurkan penggunaan suplemen penambah nafsu makan.Rasional: dapat membantu meningkatkan nafsu makan pasien sehingga dapat meningkatkan masukan nutrisi.g. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik berhubungan dengan kompleksitas program terapeutik ditandai dengan pengungkapan kesulitan dalam pengaturan pengobatan, pengungkapan ketidakdisiplinan dalam pengobatan.Tujuan:Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan pasien dan keluarga memahami tata laksana pengobatan penyakit TBC dengan kriteria hasil : Pasien mengungkapkan keinginan untuk segera pulih Pasien mengungkapkan keinginan untuk mematuhi terapi Keluarga mengungkapkan keinginan untuk memberikan perhatian dan pengawasan dalam proses pengobatan pasienIntervensi:1. Jelaskan tanggung jawab individu/keluarga dalam proses pengobatan TBC.Rasional : Meningkatkan sikap positif dan partisipasi aktif individu dan keluarga2. Jelaskan kepada pasien pentingnya mengikuti protokol pengobatan dengan baik.Rasional : Memberikan informasi kepada pasien dan keluarga efek dari ketidak patuhan terhadap protocol pengobatan3. Ceritakan tentang keberhasilan pengobatan pada orang lain dan hindari kesan pemaksaan serta kesan memberi harapanRasional : Dapat meningkatkan rasa percaya dan kekuatan diri4. ImplementasiImplementasi dilaksanakan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah dibuat.5. EvaluasiSesuai dengan kriteria hasil yang diharapkanDAFTAR PUSTAKA

Dochterman, Joanne McCloskey & Bulecheck, Gloria N. 2004. Nursing Intervention Classification. USA : Mosby.Doenges, Marilynn E. 2007. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta: EGCDorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta: EGCGuyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCMansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media AesculapiusMoorhead, Sue, dkk. 2008. Nursing Outcomes Classification. USA : MosbyNANDA. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan. Jakarta: Prima MedikaSmeltzer, Suzanne C, dkk. 2002. Keperawatan Medikal - Bedah Brunner & Suddarth, Edisi 8, Volume 3. Jakarta : EGC.Sylvia A, dkk. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Penyakit Volume II. Jakarta: EGC.