makalah karsinoma payudara
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekitar dua abad yang lalu, penyakit infeksi menduduki urutan pertama sebagai
penyakit yang menyebabkan kematian. Sejak pertengahan abad 19, seiring dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi serta peningkatan kualitas hidup manusia maka pola
penyakit juga berubah. Penyakit pembuluh darah dan kanker mulai menggeser kedudukan
penyakit infeksi.
Di Amerika Serikat, 20 % dari kematian disebabkan oleh karena kanker. Setengah
dari kematian akibat kanker ini disebabkan oleh tiga macam yang tersering yaitu paru,
payudara dan kolorektal. Meskipun statistik dan prevalensi penyakit kanker di Indonesia
tahun 2000 mendatang akan seperti pola penyakit di negara-negara maju. Karena itu mulai
saat ini perlu dipersiapkan segala sesuatunya untuk menghadapi tahun 2000 yang akan datang
(Ampi Retnowati, 1990).
Cara terbaik untuk menghadapi masalah kanker adalah dengan pencegahan atau
setidaknya dengan deteksi dini. Sayangnya pasien kanker sering datang ke dokter dengan
kondisi yang sudah parah (stadium lanjut), karena pada stadium dini belum dirasakan gejala
yang mengkhawatirkan. Untuk kasus demikian keberhasilan penyembuhan tergantung pada
keberhasilan penanganan selanjutnya (Ampi Retnowati, 1990).
Salah satu cara untuk menjalankan program penemuan dini penyakit kanker secara
terpadu, adalah dengan menimbulkan motivasi sudah berhasil maka diagnosis dini dapat
dilakukan oleh tenaga medis (Anon, 1992).
Tujuan akhir penemuan dini penyakit kanker adalah untuk memperbaiki angka
kematian hidup serta angka penyembuhan sehingga harapan hidup penderita kanker yang
ditemukan pada stadium dini menjadi lebih baik (Tjindarbumi, 1985).
Kanker hingga saat ini merupakan salah satu penyakit yang ditakuti, karena banyak
orang yang mengidap kanker berakhir dengan kematian. Hal ini didasarkan atas kenyataan
bahwa penderita-penderita yang datang ke dokter atau rumah sakit sering kali dalam keadaan
terlambat, sehingga penyakit sudah stadium lanjut. Oleh karena itu dokter atau rumah sakit
tidak dapat berbuat banyak terhadap penderita-penderita kanker. Sampai saat ini umumnya
hanya penderita kanker pada stadium dini yang dapat disembuhkan (Maria L, Sartono, 1990).
Ada wanita yang tidak berani menyentuh atau meraba-raba bagian tertentu dari
tubuhnya. Maka akan kesukaran untuk tiap bulannya memeriksa payudaranya sendiri untuk
menemukan kelainan-kelainan. Ada juga wanita-wanita yang tidak mau melakukan ini oleh
karena takut menemukan sesuatu. Selain pemeriksaan sendiri itu penting dilakukan secara
teratur, ini juga membuktikan bahwa ada tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri (Sri
Moersadik, 1981).
B. Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca mengenai Karsinoma Payudara.
C. Maanfaat
Dengan adanya makalah ini, pembaca dapat mengetahui bagaimana Karsinoma
Payudara itu, sehingga dapat mewaspadai terjadinya Karsinoma Payudara.
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
Apa yang dimaksud dengan Karsinoma Payudara?
Siapa saja yang dapat terkena karsinoma payudara?
Mengapa karsinoma payudara dapat terjadi?
Bagaimana cara mencegah karsinoma payudara?
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kanker Payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan payudara.
Kanker bisa mulai tumbuh di dalam kelenjar susu, saluran susu, jaringan lemak maupun
jaringan ikat pada payudara.
Kanker payudara merupakan penyebab utama kematian pada wanita akibat kanker.
Setiap tahunnya, di Amerika Serikat 44,000 pasien meninggal karena penyakit ini sedangkan
di Eropa lebih dari 165,000. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami
kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.
Kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di
Indonesia, baik menurut Penyelidikan Bagian Patologi Universitas Indonesia maupun
registrasi yang terbaru dari “Proyek Penelitian Registrasi Kanker di RSCM Juli 1975-Maret
1978 (Hanifa Wiknjosastro, 1994).
Neoplasma ini 90 % berasal dari epitel ductus lactiferus dan sisanya 10% dari epitel
duktus terminal. Pertumbuhan tumor dimulai pada duktus kemudian meluas pada jaringan
stroma yang sering disertai pembentukan jaringan ikat padat, klasifikasi dan reaksi radang.
Kemudian tumor mengadakan invasi membentuk konfigurasi jari ke arah fasia dan membuat
perlengketan, sedang ke arah kulit menimbulkan kongestif pembuluh getah bening yang
membuat gambaran kulit mirip dengan kulit jeruk (Peau d’orange) yang lambat laun dapat
ulserasi pada kulit (Bani, 1995).
B. Anatomi Payudara Wanita
Kanker payudara adalah suatu penyakit dimana sel-sel ganas terbentuk pada jaringan
payudara. Mari kita pelajari struktur anatomi payudara normal.
Gambar Anatomi Payudara
Payudara wanita terdiri dari kelenjar yang membuat air susu ibu (disebut lobulus),
saluran kecil yang membawa susu dari lobulus ke puting (disebut duktus), lemak dan jaringan
ikatnya, pembuluh darah, dan kelenjar getah bening. Sebagian besar kanker payudara
bermula pada sel-sel yang melapisi duktus (kanker duktal), beberapa bermula di lobulus
(kanker lobular), dan sebagian kecil bermula di jaringan lain.
C. Jenis-jenis Kanker Payudara
Terdapat beberapa jenis kanker payudara:
1. Duktal Karsinoma in situ (DCIS):
Ini adalah tipe kanker payudara non-invasif paling umum. DCIS berarti sel-sel kanker
berada di dalam duktus dan belum menyebar keluar dinding duktus ke jaringan payudara
disekitarnya.
Sekitar 1 dari 5 kasus baru kanker payudara adalah DCIS. Hampir semua wanita
dengan kanker pada tahap awal ini dapat disembuhkan. Sebuah mamografi seringkali adalah
cara terbaik untuk deteksi dini DCIS.
Ketika terdiagnosa DCIS, ahli patologi biasanya akan mencari area dari sel-sel kanker
yang telah mati, disebut nekrosis tumor dalam sample jaringan. Bila nekrosis ditemukan,
maka tumor agaknya lebih bersifat agresif. Istilah comedocarsinoma kadang digunakan untuk
menjelaskan DCIS dengan nekrosis
2. Lobular karsinoma in situ (LCIS)
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe
kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak
berkembang melewati dinding lobulus.
Kebanyakan ahli kanker berpendapat bahwa LCIS sendiri sering tidak menjadi kanker
invasive, tetapi wanita dengan kondisi ini memiliki resiko lebih tinggi untuk berkembang
menjadi kanker payudara invasive pada payudara yang sama atau berbeda. Untuk itu,
mamografi rutin sangat disarankan. Invasif (atau infiltrating) Duktal Karsinoma (IDC): Ini
adalah kanker payudara paling umum dijumpai. Bermula dari duktus, menerobos dinding
duktus, dan berkembang ke dalam jaringan lemak payudara. Pada titik ini, itu mungkin
menyebar (bermetastasis) ke organ tubuh lainnya melalui sistem getah bening dan aliran
darah. Sekitar 8 dari 10 kanker payudara invasive adalah jenis ini. Invasif (infiltrating)
Lobular Karsinoma (ILC): kanker ini dimulai dalam lobulus. Seperti IDC, ia dapat menyebar
(bermetastasis) ke bagian lain dari tubuh. Sekitar 1 dari 10 kanker payudara invasif adalah
dari jenis ini. ILC lebih sulit terdeteksi melalui mammogram daripada IDC.
3. Kanker invasive
Kanker invasif adalah kanker yang telah menyebar dan merusak jaringan lainnya, bisa
terlokalisir (terbatas pada payudara) maupun metastatik (menyebar ke bagian tubuh lainnya).
Sekitar 80% kanker payudara invasif adalah kanker duktal dan 10% adalah kanker lobuler.
4. Karsinoma meduler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
5. Karsinoma tubuler
Kanker ini berasal dari kelenjar susu.
Jenis-jenis Kanker Payudara yang Jarang Terjadi
1. Kanker Payudara Terinflamasi (IBC)
Jenis kanker payudara invasif yang jarang terjadi ini, statistiknya adalah sekitar 1-3%
dari semua kasus kanker payudara. Biasanya tidak terjadi benjolan tunggal atau tumor.
Sebaliknya, IBC membuat kulit payudara terlihat merah dan terasa hangat. Hal ini juga
membuat kulit payudara tampak tebal dan mengerut, seperti kulit jeruk. Dokter biasanya baru
mengetahui bahwa perubahan ini bukan disebabkan oleh inflamasi/peradangan atau infeksi,
tetapi karena sel-sel kanker telah memblokir pembuluh getah bening di kulit. Payudara yang
terkena biasanya lebih besar, kenyal, lembek atau gatal. Pada tahap awal, jenis kanker ini
kadang salah diartikan sebagai infeksi payudara (mastitis) dan diobati dengan antibiotic. Bila
tidak juga membaik, biasanya dokter akan menyarankan biopsy. Karena tidak terjadi
benjolan, jenis ini biasanya tidak terdeteksi saat mammogram. Jenis kanker ini biasanya
cenderung menyebar dan kelihatannya lebih buruk daripada tipe IBC ataupun ILC.
Penyakit Paget pada Puting: Jenis kanker payudara ini dimulai pada duktus dan
menyebar ke kulit puting dan kemudian ke areola (lingkaran gelap di sekeliling putting).
Jenis ini jarang terjadi (hanya sekitar 1% dari semua kasus kanker payudara). Tandanya
adalah kulit puting dan areola pecah-pecah, bersisik, dan merah, dengan adanya area
berdarah. Pasien biasanya melihat adanya area yang seperti terbakar atau gatal.
Penyakit Paget seringkali diasosiasikan dengan DCIS, atau lebih sering IDC.
Pengobatannya seringkali memerlukan mastektomi. Jika DCIS hanya ditemukan (tanpa
kanker invasif), ketika payudara diangkat, harapan sembuhnya sangat baik.
D. Faktor Risiko
Ada beberapa faktor resiko yang menyebabkan seorang wanita menjadi lebih
mungkin menderita kanker payudara. Beberapa faktor resiko tersebut adalah:
1. Usia.
Sekitar 60% kanker payudara terjadi pada usia diatas 60 tahun. Resiko terbesar
ditemukan pada wanita berusia diatas 75 tahun.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ kanker invasif memiliki resiko
tertinggi untuk menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat,
maka resiko terjadinya kanker pada payudara yang sehat meningkat sebesar 0,5-
1%/tahun.
3. Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara.
Wanita yang ibu, saudara perempuan atau anaknya menderita kanker, memiliki resiko
3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara.
4. Faktor genetik dan hormonal.
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampaknya berperan dalam terjadinya kanker
payudara, yaitu BRCA1 dan BRCA2. Jika seorang mwanita memiliki salah satu dari
gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lainnya yang juga diduga berperan dalam terjadinya kanker payudara adalah p53,
BARD1, BRCA3 dan Noey2. Kenyataan ini menimbulkan dugaan bahwa kanker
payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel yang secara genetik mengalami
kerusakan.
Faktor hormonal juga penting karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar
hormon yang tinggi selama masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh
perubahan hormonal karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya
sel-sel yang secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
5. Pernah menderita penyakit payudara non-kanker.
Resiko menderita kanker payudara agak lebih tinggi pada wanita yang pernah
menderita penyakit payudara non-kanker yang menyebabkan bertambahnya jumlah
saluarn air susu dan terjadinya kelainan struktur jaringan payudara (hiperplasia
atipik).
6. Menarke (menstruasi pertama) sebelum usia 12 tahun, menopause setelah usia 55
tahun,
kehamilan pertama setelah usia 30 tahun atau belum pernah hamil.
Semakin dini menarke, semakin besar resiko menderita kanker payudara. Resiko
menderita kanker payudara adalah 2-4 kali lebih besar pada wanita yang mengalami
menarke sebelum usia 12 tahun. Demikian pula halnya dengan menopause ataupun
kehamilan pertama. Semakin lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin
besar resiko menderita kanker payudara
7. Pemakaian pil KB atau terapi sulih estrogen.
Pil KB bisa sedikit meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara, yang tergantung
kepada usia, lamanya pemakaian dan faktor lainnya. Belum diketahui berapa lama
efek pil akan tetap ada setelah pemakaian pil dihentikan.
Terapi sulih estrogen yang dijalani selama lebih dari 5 tahun tampaknya juga sedikit
meningkatkan resiko kanker payudara dan resikonya meningkat jika pemakaiannya
lebih lama.
8. Obesitas pasca menopause.
Obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara masih diperdebatkan. Beberapa
penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker payudara kemungkinan
karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang obes.
9. Pemakaian alkohol.
Pemakaian alkoloh lebih dari 1-2 gelas/hari bisa meningkatkan resiko terjadinya
kanker payudara.
10. Bahan kimia.
Beberapa penelitian telah menyebutkan pemaparan bahan kimia yang menyerupai
estrogen (yang terdapat di dalam pestisida dan produk industri lainnya) mungkin
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
11. DES (dietilstilbestrol).
Wanita yang mengkonsumsi DES untuk mencegah keguguran memiliki resiko tinggi
menderita kanker payudara.
12. Penyinaran.
Pemaparan terhadap penyinaran (terutama penyinaran pada dada), pada masa kanak-
kanak bisa meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
13. Faktor resiko lainnya.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kanker rahim,
ovarium dan kanker usus besar serta adanya riwayat kanker dalam keluarga bisa
meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara.
E. Gejala
Gejala awal berupa sebuah benjolan yang biasanya dirasakan berbeda dari jaringan
payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak
teratur.
Pada stadium awal, jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada
atau kulit di sekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok di
kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
Benjolan atau massa di ketiak
Perubahan ukuran atau bentuk payudara
Keluar cairan yang abnormal dari puting susu (biasanya berdarah atau berwarna
kuning sampai hijau, mungkin juga bernanah)
Perubahan pada warna atau tekstur kulit pada payudara, puting susu maupun areola
(daerah berwana coklat tua di sekeliling puting susu)
Payudara tampak kemerahan
Kulit di sekitar puting susu bersisik
Puting susu tertarik ke dalam atau terasa gatal
Nyeri payudara atau pembengkakan salah satu payudara .
Pada stadium lanjut bisa timbul nyeri tulang, penurunan berat badan, pembengkakan
lengan atau ulserasi kulit.
Penggunaan mamografi secara luas telah meningkatkan jumlah temuan atas kanker
payudara sebelum mereka menimbulkan gejala, tetapi beberapa masih tidak terjawab.
Tanda paling umum kanker payudara adalah benjolan atau massa baru. Benjolan yang
tidak menyakitkan, keras, dan memiliki batas tepi tidak merata lebih cenderung kanker.
Tetapi beberapa kanker lunak, lembut, dan bulat. Jadi, penting untuk segera memeriksakan
diri ke dokter bila Anda menemukan sesuatu gejala yang tidak biasa di payudara Anda.
Tanda-tanda lain dari kanker payudara adalah sebagai berikut:
Bengkak pada seluruh atau sebagian payudara
Kulit iritasi
Payudara terasa nyeri
Puting susu nyeri atau putting melesak ke dalam
Kulit pada payudara atau putting susu berwarna : kemerahan, kulit bersisik, atau
menebal
Keluarnya cairan/darah dari puting (selain ASI)
Kadang-kadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di bawah
lengan dan menyebabkan benjolan atau pembengkakan di daerah ketiak, bahkan sebelum
tumor/benjolan pada payudara jelas terlihat/teraba.
Segera periksa ke dokter jika Anda mengalami tanda-tanda diatas. Biasanya selain
pemeriksaan fisik dan mamografi, dokter Anda mungkin perlu melakukan beberapa tes lagi,
seperti di bawah ini :
Tes Imaging Kanker Payudara
USG Payudara: USG menggunakan gelombang suara. Gema gelombang suara
diambil oleh komputer untuk membuat gambar/imaging organ tubuh di layar komputer. USG
adalah tes yang baik digunakan bersamaan dengan mammografi. USG membantu
membedakan antara kista dan massa padat pada payudara.
Ductogram (juga disebut galactogram): Ini adalah jenis X-ray khusus yang kadang-
kadang digunakan untuk menemukan penyebab keluarnya cairan dari puting. Sebuah tabung
plastik sangat tipis ditempatkan ke pembukaan duktus di puting. Bahan pewarna kemudian
disuntikkan untuk melihat tampilan duktus pada gambar X-ray. Ini membantu mendeteksi
adanya tumor dalam saluran. Biasanya cairan juga diuji untuk meneliti ada/tidaknya sel-sel
kanker.
Biopsi
Biopsi dilakukan ketika tes lainnya memberikan indikasi kuat bahwa Anda terkena
kanker payudara. Biopsi ada beberapa jenis:
Biopsi aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy): Cairan/jaringan
dikeluarkan dari benjolan lewat jarum halus untuk kemudian diteliti dibawah
mikroskop oleh ahli patologi. Jika biopsi ini tidak memberi jawaban yang jelas, atau
dokter Anda masih belum yakin, biopsi kedua atau berbagai jenis biopsi mungkin
diperlukan.
Biopsi jarum inti (Core Needle Biopsy): JARUM yang digunakan untuk tes ini
LEBIH BESAR daripada biopsi jarum halus. Hal ini digunakan untuk mengangkat
satu atau lebih jaringan inti. Biopsi ini dilakukan dengan anestesi lokal pada pasien.
Stereotactic biopsi: dilakukan sebagai prosedur rawat jalan. Tidak memerlukan
jahitan, dan hanya ada sedikit jaringan parut. Metode ini biasanya mengangkat lebih
banyak jaringan dari biopsi jarum inti.
Bedah biopsy (open biopsy): Kadang-kadang diperlukan operasi untuk mengangkat
semua atau sebagian benjolan sehingga dapat dilihat di bawah mikroskop. Seluruh
massa serta beberapa jaringan normal di sekitarnya dapat diambil keluar. Hal ini dapat
dilakukan sambil rawat jalan dan menggunakan anestesi lokal.
Jaringan yang telah diangkat melalui biopsi akan diperiksa di laboratorium oleh ahli
patologi untuk melihat apakah itu jinak (bukan kanker) atau kanker. Jika tidak kanker, maka
tidak ada perlakuan yang lebih diperlukan. Jika kanker, biopsi dapat membantu untuk
memberitahu jenis kanker dan menunjukkan apakah kankernya invasif atau tidak.
Grade Kanker Payudara
Jika kanker, sampel biopsi juga diberikan penilaian/grade 1-3. Kanker yang lebih
terlihat seperti jaringan payudara normal cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat.
Sebagai aturan, grade yang lebih rendah berarti kanker lebih lambat bertumbuh, sementara
grade yang lebih tinggi berarti kanker lebih cepat berkembang. Grade membantu
memprediksi hasil (prognosis) untuk wanita tersebut. Grade tumor merupakan salah satu
faktor yang nantinya dipertimbangkan untuk perawatan/treatment pasca operasi.
Status Hormon Reseptor
Reseptor adalah protein pada permukaan luar sel yang dapat melekat pada hormon
dalam darah. Estrogen dan progesteron adalah hormon yang sering melekat ke reseptor
beberapa sel kanker payudara sebagai bahan bakar bagi pertumbuhan mereka. Sample biopsi
dapat diuji untuk melihat apakah sel-sel kanker memiliki reseptor untuk estrogen dan/atau
progesteron. Jika tidak, sering disebut sebagai ER-positif. Ini berarti kanker tersebut
cenderung memiliki prognosis/hasil lebih baik dan mereka jauh lebih mungkin berespons
terhadap terapi hormon. Sekitar 2 dari 3 kanker payudara memiliki setidaknya salah satu
reseptor.
Status HER2/neu
Sekitar 1 dari 5 kanker payudara memiliki terlalu banyak protein yang disebut
HER2/neu. Tumor dengan adanya peningkatan HER-2/neu disebut "HER2-positif." Kanker
ini cenderung tumbuh dan menyebar lebih cepat daripada kanker payudara lainnya.
Pengujian HER2/neu harus dilakukan pada semua wanita yang baru ter-diagnosa
kanker payudara. Kanker dengan HER2-positif dapat diobati dengan obat-obatan target
terapi, seperti trastuzumab (Herceptin ®) dan lapatinib (Tykerb ®).
Tes laboratorium lain mungkin juga dilakukan untuk membantu mencari tahu
seberapa cepat kanker tumbuh dan opsi perawatan apa yang dapat bekerja terbaik.
Uji Pola Gen (gene patterns)
Penelitian menunjukkan bahwa melihat pola dari sejumlah gen pada saat yang sama
dapat membantu mengetahui apakah kanker payudara yang baru terdiagnosa cenderung
kembali setelah pengobatan pertama atau tidak. Hal ini dapat membantu ketika memutuskan
apakah perlakuan lebih, seperti kemoterapi ajuvan diperlukan. Sekarang ada 2 jenis bentuk
tes ini - Oncotype DX ® dan MammaPrint ®. Dokter dapat memilih menggunakan atau tidak
menggunakan jenis test ini. Riset untuk meneliti apakah uji pola gen ini benar-benar
membantu masih terus berjalan.
F. Pencegahan Kanker Payudara dengan Pemeriksaan Payudara Sendiri
(SADARI)
1. Berdiri di depan cermin, perhatikan payudara. Dalam keadaan normal, ukuran
payudara kiri dan kanan sedikit berbeda. Perhatikan perubahan perbedaan ukuran
antara payudara kiri dan kanan dan perubahan pada puting susu (misalnya tertarik ke
dalam) atau keluarnya cairan dari puting susu. Perhatikan apakah kulit pada puting
susu berkerut.
2. Masih berdiri di depan cermin, kedua telapak tangan diletakkan di belakang kepala
dan kedua tangan ditarik ke belakang. Dengan posisi seperti ini maka akan lebih
mudah untuk menemukan perubahan kecil akibat kanker. Perhatikan perubahan
bentuk dan kontur payudara, terutama pada payudara bagian bawah.
3. Kedua tangan di letakkan di pinggang dan badan agak condong ke arah cermin, tekan
bahu dan sikut ke arah depan. Perhatikan perubahan ukuran dan kontur payudara.
4. Angkat lengan kiri. Dengan menggunakan 3 atau 4 jari tangan kanan, telusuri
payudara kiri. Gerakkan jari-jari tangan secara memutar (membentuk lingkaran
kecil) di sekeliling payudara, mulai dari tepi luar payudara lalu bergerak ke arah
dalam sampai ke puting susu. Tekan secara perlahan, rasakan setiap benjolan atau
massa di bawah kulit. Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan cara
mengangkat lengan kanan dan memeriksanya dengan tangan kiri. Perhatikan juga
daerah antara kedua payudara dan ketiak.
5. Tekan puting susu secara perlahan dan perhatikan apakah keluar cairan dari puting
susu. Lakukan hal ini secara bergantian pada payudara kiri dan kanan.
6. Berbaring terlentang dengan bantal yang diletakkan di bawah bahu kiri dan lengan
kiri ditarik ke atas. Telusuri payudara kiri dengan menggunakan jari-jari tangan
kanan. Dengan posisi seperti ini, payudara akan mendatar dan memudahkan
pemeriksaan.
Lakukan hal yang sama terhadap payudara kanan dengan meletakkan bantal di
bawah bahu kanan dan mengangkat lengan kanan, dan penelusuran payudara
dilakukan oleh jari-jari tangan kiri.
Pemeriksaan no. 4 dan 5 akan lebih mudah dilakukan ketika mandi karena dalam
keadaan basah tangan lebih mudah digerakkan dan kulit lebih licin.
G. Test untuk menentukan penyebaran Kanker Payudara
Dokter dapat menggunakan satu atau lebih test-test dibawah ini untuk mengetahui
apakah kankernya sudah menyebar.
X-ray dada: untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar ke paru-paru.
Scan Tulang: untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar ke tulang.
CT scan (computed tomography)
MRI (magnetic resonance imaging)
USG dan Mamografi
Pada mammografi digunakan sinar X dosis rendah untuk menemukan daerah
yang abnormal pada payudara. Para ahli menganjurkan kepada setiap wanita yang
berusia diatas 40 tahun untuk melakukan mammogram secara rutin setiap 1-2 tahun
dan pada usia 50 tahun keatas mammogarm dilakukan sekali/tahun.
PET scan (positron emission tomography)
Penentuan Stadium Kanker dengan system TNM
Sistem yang paling umum digunakan untuk menggambarkan stadium kanker payudara adalah
sistem TNM. Sistem ini memperhitungkan ukuran tumor dan penyebaran (T), apakah kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening (N), dan apakah telah menyebar ke organ yang jauh
(M, untuk metastasis). Angka setelah T, N, dan M memberikan rincian tentang kanker.
• T (Tumor size), ukuran tumor :
T 0 : tidak ditemukan tumor primer
T 1 : ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
T 2 : ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
T 3 : ukuran tumor diameter > 5 cm
T 4 : ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau
pada keduanya , dapat berupa borok, edema atau bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada
benjolan kecil di kulit di luar tumor utama
• N (Node), kelenjar getah bening regional (kgb) :
N 0 : tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak / aksilla
N 1 : ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
N 2 : ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
N 3 : ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di
mammary interna di dekat tulang sternum
• M (Metastasis) , penyebaran jauh :
M x : metastasis jauh belum dapat dinilai
M 0 : tidak terdapat metastasis jauh
M 1 : terdapat metastasis jauh
STADIUM
Setelah masing-masing faktor T,.N,M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabung
dan didapatkan stadium kanker sebagai berikut :
Stadium 0 : T0 N0 M0
Stadium 1 : T1 N0 M0
Stadium II A : T0 N1 M0 / T1 N1 M0 / T2 N0 M0
Stadium II B : T2 N1 M0 / T3 N0 M0
Stadium III A : T0 N2 M0 / T1 N2 M0 / T2 N2 M0 / T3 N1 M0 / T2 N2 M0
Stadium III B : T4 N0 M0 / T4 N1 M0 / T4 N2 M0
Stadium III C : Tiap T N3 M0
Stadium IV : Tiap T-Tiap N -M1
PROGNOSIS
Stadium klinis dari kanker payudara merupakan indikator terbaik untuk menentukan
prognosis penyakit ini.
Angka kelangsungan hidup 5 tahun pada penderita kanker payudara yang telah
menjalani pengobatan yang sesuai mendekati:
- 95% untuk stadium 0
- 88% untuk stadium I
- 66% untuk stadium II
- 36% untuk stadium III
- 7% untuk stadium IV.
PENANGANAN
Dalam banyak kasus, dokter akan bekerjasama dengan pasien untuk menentukan
rencana pengobatan meskipun pengobatan tiap pasien akan di sesuaikan oleh dokter.
Tapi berikut adalah langkah-langkah umum yang dilakukan dalam pengobatan kanker
payudara :
1. Tujuan utama pengobatan kanker stadium awal adalah mengangkat tumor dan
membersihkan jaringan disekitar tumor. Jadi dokter akan merekomendasikan operasi untuk
mengangkat tumor. Umumnya kemudian akan dilakukan terapi radiasi pada jaringan
payudara yang masih ada. Untuk keadaan tertentu ( misalnya, pasien dengan problem medis
yang serius ) radiasi bisa jadi ditunda.
2. Tahapan berikut dalam menangani kanker stadium awal adalah mengurangi resiko kanker
akan kambuh dan membuang sel kanker yang masih ada. Bila tumornya lebar atau saluran
kelenjar getah bening telah terserang kanker juga, dokter akan merekomendasikan terapi
tambahan, antara lain : Terapi Radiasi, Chemotherapy, dan atau hormone terapi.
3. Sedang untuk kanker yang kambuh lagi, diperlakukan dengan bermacam-macam cara.
Ketika merencanakan pengobatan, dokter akan mempertimbangkan beberapa faktor :
* Stadium dan grade kanker
* Satus tumor hormone receptor (ER, PR) dan status HER2/neu
* Umur pasien dan kesehatannya secara umum
* Pasien sudah menopause atau belum
* Adanya mutasi dari gen kanker payudara Kondisi biologi kanker payudara memberi efek
pada tingkah laku kankernya dan pengobatannya. Beberapa tumor ukurannya kecil tapi
tumbuhnya cepat atau ukurannya besar tapi tumbuhnya lambat.
H. DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA
Dengan mengamati sifat dan perilaku suatu penyakit yang berhubungan antara
pengaruh jejas dan reaksi tubuh melalui pengamatan penyakit dari segala seginya, maka
diagnosa dapat ditegakkan, dengan tetap mengingat definisi penyakit yang merupakan proses
dinamik, sehingga pemeriksaan sesaat hanyalah merupakan suatu fragmen monomental dari
proses yang berlaku, yang pada saat berikutnya dapat mengalami perubahan-perubahan lagi
(Andoko Prawiro Atmojo, 1987).
I. Pemeriksaan Klinik
Pada pemeriksaan klinik dilakukan langsung pada penderita dengan pertumbuhan
neoplasmanya, menurut cara-cara yang lazim dilakukan juga terhadap penyakit lain pada
umumnya :
a. Anamnesis
Anamnesis merupakan wawancara lansung atau melalui perantara sepengetahuan
orang terdekat lain, tentang penyakit dan penderitanya (Andoko Prawiro Atmodjo, 1987).
Adanya benjolan pada payudara merupakan keluhan utama dari penderita. Pada mulanya
tidak merasa sakit, akan tetapi pada pertumbuhan selanjutnya akan timbul keluhan sakit.
Pertumbuhan cepat tumor merupakan kemungkinan tumor ganas. Batuk atau sesak nafas
dapat terjadi pada keadaan dimana tumor metastasis pada paru. Tumor ganas pada payudara
disertai dengan rasa sakit di pinggang perlu dipikirkan kemungkinan metastasis pada tulang
vertebra. Pada kasus yang meragukan anamnesis lebih banyak diarahkan pada indikasi
golongan resiko (Gani, 1995).
Nyeri adalah fisiologis kalau timbul sebelum atau sesudah haid dan dirasakan pada
kedua payudara. Tumor-tumor jinak seperti kista retensi atau tumor jinak lain, hampir tidak
menimbulkan nyeri. Bahkan kanker payudara dalam tahap permulaanpun tidak menimbulkan
rasa nyeri. Nyeri baru terasa kalau infiltrasi ke sekitar sudah mulai (Hanifa Wiknjosastro,
1994).
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan dengan cara gentle dan tidak boleh kasar
dan keras. Tidak jarang yang keras menimbulkan petechlenecehymoses dibawah kulit.orang
sakit dengan lesi ganas tidak boleh berulang-ulang diperiksa oleh dokter atau mahasiswa
karena kemungkinan penyebaran (Hanifa Wiknjosastro, 1994) inspeksi.
Harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan ke
atas, dengan posisi pasien duduk. Pada inspeksi dapat dilihat dilatasi pembuluh-pembuluh
balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas dibawah kulit (Hanifa
Wiknjosastro, 1994).
Dapat dilihat :
- Puting susu tertarik ke dalam.
- Eksem pada puting susu.
- Edema.
- Peau d’orange.
- Ulserasi, satelit tumor di kulit.
- Nodul pada axilla (Zwaveling, 1985).
Palpasi
Palpasi harus meliputi seluruh payudara, dari parasternal kearah garis aksila ke
belakang, dari subklavikular ke arah paling distal (Hanifa Wiknjosastro, 1994).
Palpasi dilakukan dengan memakai 3-4 telapak jari. Palpasi lembut dimulai dari
bagian perifer sampai daerah areola dan puting susu.
II. Pemeriksaan Sitologi Kanker Payudara
Dapat dipakai untuk menegakkan diagnosa kanker payudara melalui tiga cara :
- Pemeriksan sekret dari puting susu.
- Pemeriksaan sedian tekan (Sitologi Imprint).
- Aspirasi jarum halus (Fine needle aspiration).
III. Biopsi
Biopsi insisi ataupun eksisi merupakan metoda klasik yang sering dipergunakan untuk
diagnosis berbagai tumor payudara. Biopsi dilakukan dengan anestesi lokal ataupun umum
tergantung pada kondisi pasien. apabila pemeriksaan histopatologi positif karsinoma, maka
pada pasien kembali ke kamar bedah untuk tindakan bedah terapetik.
Terapi
Sebelum merencanakan terapi karsinoma mammae, diagnosis klinis dan histopatologik serta
tingkat penyebarannya harus dipastikan dahulu. Atas dasar diagnosis tersebut, termasuk
tingkat penyebaran penyakit, disusunlah rencana terapi dengan mempertimbangkan manfaat
dan mudarat setiap tindakan yang akan diambil.
1. Bedah Kuratif
· Mastektomi radikal
- Mastectomi radikal menurut Halsted : jaringan payudara dengan kulit dan putingya + kedua
m. pektoralis + semua limfonodi aksilla (saat ini operasi tersebut hampir tidak pernah
dilakukan lagi).
- Mastektomi radikal modifikasi : jaringan payudara + kulit dan puting + semua limfonodi
axilla.
- Ablasio mamae : jaringna payudara dengan jaringan kulit dan puting.
· Breast Conservasing Treatment : segmental mastectomy (exsisional biopsi dengan tepi yang
lebar) + diseksi Inn aksilla + radioterapi untuk jaringan payudara. Dibeberapa senter, terapi
radiasi hanya terdiri radiasi eksterna, disenter lain dikombinasikan dengan brachyterapi. BCT
hanya mungkin pada kanker payudara yang kecil tanpa metastase jauh.
2. Hormonal atau kemoterapi
- Terapi Hormonal paliatif dapat diberikan sebelum kemoterapi, karena efek terapinya lebih
lama dan efek sampingnya kurang, tetapi tidak semua karsinoma mamae peka terhadap
hormonal.
Terapi hormonal paliatif dapat dilakukan pada penderita yang pra menopause dengan cara
ovarektomi bilateral atau dengan aminoglutetimid.
- Terapi hormon diberikan sebagai ajuvan kepada pasien pascamenopause yang uji reseptor
estrogennya positif dan pada pemeriksaan histopatologik ditemukan kelenjar axilla yang
berisi metastasis.
- Terapi radiasi : lokoregional atau untuk mengendalikan metastase jauh (seperti metastase
tulang yang nyeri).
Radioterapi paliatif dapat dilakukan dengan hasil baik untuk waktu terbatas bila tumor sudah
tak mampu-angkat. Tumor disebut tak mampu angkat bila mencapai tingkat T4 misalnya ada
perlengketan pada dinding thoraks dan kulit.
Biasanya seluruh payudara dan kelenjar aksila dan supra klavikula diradiasi. Tetapi
penyulitnya adalah pembengkakan lengan karena limfodem akibat rusaknya kelenjar ketiak
supra klavikula.
3. Pembedahan paliative
Bedah paliatif pada kanker payudara hampir tidak pernah dilakukan. Kadang residif
lokoregional yang soliter dieksisi, tetapi biasanya pada awalnya saja tampak soliter, padalah
sebenarnya sudah menyebar, sehingga pengangkatan tumor residif tersebut tidak berguna.
4. Kombinasi dari penanganan di atas
Kemoterapi paliatif dapat diberikan pada pasienyang telah menderita metastasis secara
sistemik. Obat yang dipakai secara kombinasi, antara lain (CMF (Cyclofosfamide,
Methotrexate, Fluorouracil atau Vinkristin dan Adriamisin (VA), atau 5 Flyorouracil,
Adriamisin (Adriablastin), dan Sikklofosfamid (FAC)).
Pada kanker payudara stadium lanjut, sifat pengobatannya adalah paliatif, yaitu terutama
untuk mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup.
Pada penderita yang sudah di operasi (mastektomi) akan timbul reaksi psikologik yang cukup
tinggi dan juga setelah operasi mereka akan mengalami kesulitan dalam kehidupan sehari-
harinya, misalnya menyisir rambut, menyapu atau juga membawa beban yang ringan/berat
(menggendong anak). Bila mereka tidak kita berikan perhatian ini sangat berat dirasakan oleh
penderita.
Disini peran serta keluarga dalam mendampingi dengan memberikan perhatian dalam
fisioterapi dan psikologis penderita.
Fisioterapi diberikan sesuai dengan akibat dari cacat mastektominya, misalnya karena akibat
dari mastektomi penderita akan mengalami kesulitan dalam menggunakan kedua tangannya,
kita berikan kepercayaan pada mereka untuk beraktivitas. Kemudian kita ikutkan dalam suatu
organisasi wanita yang pernah mengalami operasi angkat payudara, dimana disana mereka
akan bertukar pengalaman dan beraktivitas, berkreasi, berkarya dengan menghasilkan suatu
karya yang dapat dinikmati orang lain.
Ini akan memberikan rasa percaya diri mereka dalam melanjutkan kehidupannya.
Penanganan dan Pengobatan Penyakit Kanker Payudara
Penanganan dan pengobatan penyakit kanker payudara tergantung dari type dan stadium yang
dialami penderita. Umumnya seseorang baru diketahui menderita penyakit kanker payudara
setelah menginjak stadiun lanjut yang cukup parah, hal ini disebabkan kurangnya
pengetahuan atau rasa malu sehingga terlambat untuk diperiksakan kedokter atas kelainan
yang dihadapinya.
1. Pembedahan, Pada kanker payudara yang diketahui sejak dini maka pembedahan adalah
tindakan yang tepat. Dokter akan mengangkat benjolan serta area kecil sekitarnya yang lalu
menggantikannya dengan jaringan otot lain (lumpectomy). Secara garis besar, ada 3 tindakan
pembedahan atau operasi kanker payudara diantaranya ;
- Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan sebagian dari payudara (lumpectomy).
Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya lumpectomy
direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2 cm dan letaknya di pinggir
payudara.
- Total Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar
di ketiak.
- Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara di tulang dada, tulang selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
2. Radiotherapy (Penyinaran/radiasi), yaitu proses penyinaran pada daerah yang terkena
kanker dengan menggunakan sinar X dan sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker
yang masih tersisa di payudara setelah operasi. Tindakan ini mempunyai efek kurang baik
seperti tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi
hitam, serta Hb dan leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
3. Therapy Hormon, Hal ini dikenal sebagai 'Therapy anti-estrogen' yang system kerjanya
memblock kemampuan hormon estrogen yang ada dalam menstimulus perkembangan kanker
pada payudara.
4. Chemotherapy, Ini merupakan proses pemberian obat-obatan anti kanker dalam bentuk
pil cair atau kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker. Sistem ini
diharapkan mencapai target pada pengobatan kanker yang kemungkinan telah menyebar
kebagian tubuh lainnya. Dampak dari kemoterapy adalah pasien mengalami mual dan muntah
serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan pada saat kemoterapi.
5. Pengobatan Herceptin, adalah therapy biological yang dikenal efektif melawan HER2-
positive pada wanita yang mengalami kanker payudara stadium II, III dan IV dengan
penyebaran sel cancernya.