makalah metode pembelajaran ips

Upload: vonyka-guardiola

Post on 18-Oct-2015

2.311 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

IPS

TRANSCRIPT

Makalah Metode PembelajaranBAB IPENDAHULUANI.1. Latar Belakang Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkanadanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar disamping kemampuan - kemampuan lain yang menunjang. Bertolak dan bermuara pada kebutuhan sebagai guru, maka makalah ini di sajikan tentang berbagai metode belajar mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar. Apabila telah memiliki kemampuan dalam penguasaan penggunaan metode pembelajaran IPS secara mendalam. Pengajaran IPS pada pendidikan dasar menengah dengan cara mengenalkan masalah masalah social melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah social tersebut. Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, metode ceramah akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan tentunya menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu menguasai metode metode yang cocok untuk pembelajaran IPS agar siswa lebih tertarik pada peljaran tersebut. I.2. Masalah Banyak sekali teori teori yang menjelaskan tentang metode untuk pembelajaran, namun kita belum mengetahui metode apa yang baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Pendidikan IPS khususnya di SD.I.3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, maka masalah Metode Pembelajaran IPS di SD dapat di rumuskan sebagai berikut :1. Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan IPS SD ?2. Apasajakah macam macam metode pembelajaran PIPS SD ?I.4. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat dari pembuatan makalh ini yaitu :1. Untuk mengetahui apa itu metode pembelajaran Pendidikan IPS di SD2. Untuk mengetahui macam macam metode pembelajaran Pendidikan IPS di SD3. Diharapkan dapat menerapkan metode yang cocok dan baik untuk peserta didik.BAB IIPEMBAHASANII. 1 Pengertian Metode Pembelajaran Kata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang berarti cara berani atau cara berjalan yang di tempuh. Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ( 1976 : 74 ). Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Nursid Suaatmadja, metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan ( 1984 : 95 ). Menurut S Hamid Hasan, metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas luasnya kepada siswa dalam belajar ( 1992 : 4). Dari dua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa metode pengajaran IPS itu adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas luasnya dalam rangka mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Didalam proses belajar mengajara di perlukan suatu metode yang sesuaidengan situasi dan kondisi yang ada. Metode pembelajaran seharusnya tepat guna yaitu mampu memfunfsikan si anak didik untuk belajar sendiri sesuai dengan Student Active Learning (SAL).II. 2 Macam macam metode Metode metode untuk mata pelajaran IPS cukup beraneka ragam. Keanekaragaman meliputi klasifikasi maupun penamaan suatu metode bahkan juga tingkat daya guna dan hasil guna suatu metode. Secara garis besar, metode pembelajaran IPS dapat di klasifikasikan atas dua macam yaitu :a. Metode Interaksi Edukatif didalam kelas, meliputi1. Metode CeramahMetode ceramah adalah suatu bentuk pengajaran dimana dosen atau guru mengalihkan informasi kepada sekelompok besar atau siswa dengan cara yang terutama bersifat verbal. ( Tjipto Utomo dan Ruitjer ; 1985:184 ). Ada tiga unsure di dalam metode ceramah, yaitu : Adanya sekelompok siswa yang akan menerima informasi. Adanya guru yang memberian informasi secara lisan. Adanya sejumlah informasi yang akan disampaikan ke kelompok siswa.Metode ceramah ini lebih tepat digunakan bila proses pembelajaran memiliki kondisi sebagai berikut: Tujuan dasar pembelajaran adalah menyampaikan informasi baru. Isi pembelajaran bersifat langka, misalnya berupa penemuan baru. Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah cara khusus keompok tertentu. Membangkitkan minat terhadap pelajaran. Isi pelajaran tidak diingat dalam waktu yang lama. Sebagai pengantar penggunaan metode yang lain dan pengarah penyelesaian tugas mengajar.Metode ceramah ini kurang sesuai digunakan jika : Tujuan pelajaran bukan tujuan perolehan informasi. Isi pelajaran perlu diingat dalam waktu yang cukup lama. Isi pelajaran komplek, rinci, dan abstrak. Pencapaian tujuan yang merprasyaratkan partisipasi siswa. Tujuan yang hendak dicapai adalah tujuan kognitif tingkat tinggi seperti analisis, sintesis dan evaluasi. Para siswa yang intelegensinya atau pengalaman pendidikannya rata rata atau dibawah rata rata.Metode ceramah ini juga memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun keunggulan metode ceramah adalah sebagai berikut : Murah, dikarenakan efisien dalam emanfaatan waktu, dapat menyajikan ide ide secara lebih jelas. Seorsng guru dapat menguasai sejumlah siswa dan memudahkan penyajian sejumlah materi pelajaran. Mudah di sesuaikan (adaptebel), hal ini dikarenakan dapat di sesuaikan dengan para siswa tertentu, pokok permasalahan, keterbatasan waktu, dan keterbatasan peralatan. Selain itu daapat disesuaikan dengan jadwal guru ketidaksediaan bahan bahan tertulis. Dapat mengembangkan kemampuan mendengar para siswa. Merupakan penguatan bagi guru dan siswa. Dapat mengkaitkan secara langsung isi pelajaran dengan siswa maupun guru pengalaman dalam kehidupan sehari hari.Adapun kelemahan dari metode ceramah, yaitu : Cenderung terjadi proses komunikasi di kelas yang sifatnya satu arah. Centering kearah pembelajaran berdasarkan keinginan guru atau yang disebut dengan guru sentries. Menurunnya perhatian siswa saat pembelajaran berlangsung, bila ceramah dilakukan lebih 20 menit. Dengan ceramah hanya mampu menghasilkan ingatan dalam diri siswa dalam jangka waktu yang pendek. Merugikan bagi sisa yang memiliki tipe pengamatan auditif. Merugikan siswa yang mampu belajar sendiri dari pada diceramahi secara klasikal. Tidak efektif untuk mengajarkan ketrampilan motorik dan menanamkan sifat kepada siswa.Prosedur pemakaian metode ceramah yaitu sebagai berikut :1. Tahap persiapan ceramah, meliputi : Mengorganisasikan isi pelajaran yang akan diceramahi. Mempersiapkan penguasaan isi pelajaran yang akan di ceramahkan. Memilih dan mempersiapkan media instruksional dan atau alat bantu yang akan digunakan dalam ceramah.2. Tahap awal ceramah, meliputi : Meningkatkan hubungan guru dan siswa. Meningkatkan perhatian siswa. Mengemukakan pokok pokok isi ceramah.3. Tahap pengembangan ceramah, meliputi : Keterangan yang akan diberikan hendaklah secara singkat dan jelas. Penggunaan papan tulis sebagai upaya visualisasi pokok pokok masalah yang akan di terangkan. Keterangan ulang dengan menggunakan istilah atau kata kata lain yang lebih jelas. Perinci dan perluas isi pelajaran. Carilah balikan (feed back) sebanyak banyaknya dalam berceramah. Harus dapat mengatur alokasi waktu ceramah.4. Tahap akhir ceramah, meliputi : Pembuatan rangkuman dari garis garis besar isi pelajaran yang diceramahkan Penjelasan hubungan isi pelajaran yang diceramahkan dengan isi pelajaran berikutnya. Penjelasan tentang kegiatan pertemuan berikutnya.Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan ceramah, Tjipto Utomo Ruijter menyarankan agar guru bersedia :1. Menyadari apa kehendak akan dicapai dengan ceramah yang diberikan dalampelajarannya.2. Menganalisis hal hal yang dilakukannya sebagai guru pada waktu memberikan ceramah.3. Berlatih terus berceramah, karena tidak satu perubahan pun yang berhasil dengan sekali jadi .2. Metode Tanya JawabPertanyaan dapat dilihat dari beberapa model belajar mengajar. Baik itu metode cermah,diskusi kerja kelompok atau metode yang lainnya. Pertanyaan boleh berasal darisiswa maupun guru.. untuk mengerti metode Tanya jawab, ada tiga istilah yang perlu dimengerti terlebih dahulu. Tiga istilah ini adalah pertanyaan, respon, dan reaksi. Pertanyaan dapat ditandai dengan kata kata atau kalimat yang digunakan untuk memperoleh respon verbal. Respons dapat menunjuk kepada pemenuhan dari yang diharapkan sebuah jawaban. Sedangkan reaksi dapat menunju kepada perubahan dan penilaiaan terhadap pertanyaan dan respons (Hyman, 1974 : 289-290).Metode Tanya jawab adalah sebagai format interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa.Ada beberapa alasan mengapa seorang guru menggunakan metode Tanya jawab dalam proses pembelajaran IPS, yaitu : I. Membangkitkan atau menimbulkan keingintahuan siswa terhadap isi permaslahan yang sedang dibicarakan, sehingga mendorong minat siswa yang berprestasi dalam proses belajar mengajar. II. Membangkitkan, mendorong, menuntun dan atau membimbing pikiran siswa yang sitematis, kreatif, dan kritis pada diri siswa. III. Membangkitkan keterlibatan mental siswa, dengan menjawab pertanyaan dalam proses belajar mengajar, sehingga dapat mewujudkan cara belajar siswa aktif. IV. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan diri V. Memberikan kesempatan siswa menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk belajar sesuatu yang baru.Tujuan pemakaian metode tanya jawab yaitu sebagai berikut:1. Mengecek pemehaman siswa sebagai dasar perbaikan proses pembelajaran.2. Membimbing para siswa untuk memperoleh suatu ketrampilan yang kognitif maupun sosial.3. Memberikan rasa aman kepada siswa melalui pertanyaan yang dipastikan menjawabnya.4. Mendorong siswa untuk melakukan penemuan (inquiri) dalam memperjelas suatu masalah.5. Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi kelas.Jenis jenis pertanyaanSadker mengklasifikasikan pertanyaan itu berdasarkan Taksonomi Bloom, yaitu 6 (enam) jenis pertanyaan dari tingkat terendah sampai tingkat tertinggi, diantaranya yaitu :1. Pertanyaan pengetahuan atau ingatan (knowledge or recall quetions)2. Pertanyaan pemahaman (comprehension quetions)3. Pertanyaan penerapan (apllication quetions)4. Pertanyaan analis (analisysis quetions)5. Pertanyaan sintesis (synthesis quetions)6. Pertanyaan evaluasi (evaluation quetions)Dari enam jenis pertanyaan berdasarkan Taksonomi Bloom diatas, maka tiga dari atas dapat dikatagorikan pertanyaan kognitif tingkat rendah dan tiga pertanyaan berikutnya termasuk pertanyaan tingkat tinggi.3. Metode Diskusi atau metode MusyawarahMetode diskusi dalam pengajaran IPS yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa dibedakan kepada suatu masalah, baik berupa pertanyaan maupun berupa pertanyaan yang bersifat problemik untuk dibahas atau dipecahkan oleh siswa secara bersama sama.Dalam suatu metode pembelajaran biasanya memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun kekurangan dan kelebiahan dari metode diskusi yaitu :Kelebihan metode diskusi yakni : Dapat menggarap kreativitas dan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Siswa dapat mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasi secara bebas dalam rangka mengembangkan sikap demokratis. Hasil diskusi (pemikiran bersama) lebih baik bila dibandingkan dengan pendapat sendiriSedangkan kelemahan dari metode diskusi yaitu: Tidak mudah menentukan atau mencari masalah yang akan didiskusikan. Pembicaraan sering didominasi oleh siswa tertentu. Diskusi lebih banyak memerlukan waktu. Bila kegiatan ini tidak terarah, maka pembahasan masalah sering mengembang (tidak tuntas).Metode diskusi memiliki jenis yang berbeda beda adapun jenis jenis metode diskusi yaitu : Diskusi kelompok kecil Diskusi kelompok besar atau kelas Diskusi umum (masal)Untuk melakukan metode diskusi ini harus memperhatikan langkah langkah pelaksanaanya. Adapun langkah langkah untuk melakukan metode diskusi yaitu :a. Tahap persiapan Menentukan masalah yang akan didistribusikan Merumuskan tujuan yang akan dicapai dalam diskusi Menentukan peserta diskusi Menentukan waktu dan tempat diskusi.b. Tahap pelaksanaan diskusi Menentukan perangkat organisasi diskusi Mengemukakan topik dan tujuan diskusi Mengembangkan pengantar dan masalah yang akan didiskusikan Pelaksanaan diskusi yang dipandu oleh pimpinan diskusi.c. Tahap tindak lanjut Membuat rumusan, kesimpulan hasil diskusi Pembahasan ulang, penilaian terhadap pelaksanaan diskusi, sebagai masukan untuk diskusi berikutnya.4. Metode Penugasan ( pemberian tugas )Metode pemberian tugas dapat disamakan dengan metode resitasi (recitation method). Dimana metode resitasi ini bersama dengan metode ceramah, merupakan dua metode yang paling tua, yang digunakan oleh guru yang bekerja dengan kelompok kelompok siswa. (Hyman, 1974 : 189).Metode penugasan dalam pengajaran IPS adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil tugas yang dikerjakan. Metode ini mengacu kepada penerapan unsur unsur Learning by doing Didalam metode penugasan memiliki kelibihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari metode penugasan ini yaitu :1. Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)2. Dapat mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswa3. Dapat memperdalam materi pembelajaran4. Dapat merangsang gairah belajar siswa5. Dapat mengembangkan kreativitas melatih rasa tanggung jawab pada diri siswa6. Dapat mengembangkan kreativitas dan aktivitas siswa.Adapun kelemahan dari metode ini yaitu :1. Kadang kadang tidak terjadi ke relevanan antara tugas dengan materi yang dipelajari.2. Kurang adanya balikan bagi guru.3. Pengerjaan tugas kurang kontrol bila dilaksanakan di luar jam pelajaran.Ada berberapa jenis tugas yang dapat diberikan diantara yaitu :a. Membuat rangkuman materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru didalam kelas.b. Membuat makalah atau laporan hasil observasi.c. Melakukan observasi ke lapangan.d. Mengadakan latihan latihan ketrampilan.Metode penugasan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Adapun cara pelaksanaan metode penugasan yaitu :a. Melakukan persiapan dengan cara : Merumuskan masalah dengan jelas Mengemukakan tujuan pelaksanaan tugas Menentukan jenis tugas baik kelompok maupun individu Memberikan penjelasan atau pengarahan sebelum pengarahan tugas Menentukan limit waktu pelaksanaanb. Pelaksanaan tugas dengan cara : Mengadakan bimbingan dalampelaksanaan tugas Memberikan motivasi atau dorongan Memberikan pelayanan kebutuhanc. Pertanggung jawaban dari penilaian tugas : Pelaporan secara lisan maupun tulisan, tindakan atau demonstrasi Melakukan penilaian terhadap tugas berdasarkan laporan yang telah disampaikan.5. Metode Kerja KelompokKerja kelompok merupakan salah satu metode belajar mengajar yang memiliki kadar CBSA yang tinggi. Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yank lain dalam satu kelompok guna menyelesaikan tugas tugas secara bersama sama.Adapun tujuan dari pengguanaan metode kerja kelompok yaitu : Memupuk kemauan dan kemampuan berkerja sama bagi siswa. Untuk meningkatkan keterlibatan sosial emosional siswa. Untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap PBM.Pengelompokan di bagi beberapa jenis yaitu : Pengelompokan berdasarkan perbedaan perbedaan individu. Pengelompokan berdasarkan ketersediaan siswa. Pengelompokan berdasarkan partisipasi siswa. Pengelompokan berdasarkan pembagian pekerjaan.Peranan guru dan variabel lain sangat mempengaruhi keberhasilan kerja kelompok diantaranya yaitu : Tujuan harus jelas sebagai pedoman. Adanya interaksi positif dan kondusif diantara anggota kelompok. Adanya kepemimpinan kelompok untuk mengatur kerjasama dalam kelompok. Adanya suasana kerja kelompok yang baik dan menyenangkan. Mengetahui kesulitan tugas yang harus dikerjakan secara kelompok.Peranan guru dalam pelaksanaan kerja kelompok Sebagai pengelola, mengorganisir dan mengatur tempat duduk siswa. Sebagai pengamat, pengenal dan membantu siswa jika diperlukan. Sebagai pemberi saran dan penilai.Adapun prosedur dari pemakaian metode kerja kelompok yaitu :a) Rambu rambu yang harus diperhatikan Cara pengamatan masalah atau penuaian tugas. Kemampuan kelompok. Sarana pemikiran yang akan dilakukan. Ciri ciri yang harus diperhatikan dalam kerja.b) Prosedur pemakaian kerja kelompok Pemilihan topik atau tugas yang perlu di selesaikan secara kelompok. Pembentukan kelompok sesuai dengan tujuan. Pembagian topik yang harus dikerjakan setiap kelompok. Melakukan proses kerja kompok. Melakukan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.6. Metode DemonstrasiMetode demonstrasi yaitu merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja, menunjukan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh atau sebagian siswa.Metode demonstrasi disertai dengan penjelasan, ilustrasi, dan pertanyaan lisan atau peragaan secara tepat. (dalam Canci, 1986 : 38).Adapun tujuan dari penerapan metode demonstrasi adalah sebagai berikut : Untuk menggunakan prosedur tertu dalam mengajar (prosedur kerja, prosedur pelaksanaan). Dapat meningkatkan kepercayaan diri bagi siswa. Dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam menggunakan prosedur.Tujuan pengajaran demonstrasi menurut Winanarno Surachnat, yaitu : Untuk mengajarkan suatu proses. Untuk menginformasikan bahan yang di perlukan didalam proses pembelajaran. Untuk mengkongkritkan informasi yang disampaikan kepada siswa.Kelebihan dari metode demonstrasi yaitu: Dapat memberikan gambaran kongkrit. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung. Dapat memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran. Dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan baru.Kekurangannya atau kelemahan dari metode demonstrasi yaitu Memerlukan persiapan yang matang. Menurut peralatan yang mengacu untuk semua siswa. Menentukan kegiatan lanjutan (follow up).Langkah langkah pelaksanaan metode demonstrasi :a. Persiapan Menentukan adanya kesesuaian antara metode dengan tujuan yang akan dicapai. Menganalisa kebutuhan peralatan yang diperlukan. Mencoba peralatan dan menganalisis waktu. Merangsang jenis jenis besar tentang langkah langkah demontrasi.b. Pelaksanaan Mempersiapkan peralatan dari bahan yang akan digunakan. Memberikan pengantar tentang demonstrasi yang akan dilaksanakan. Meragakan tindakan, proses sesuatu yang disertai pelajaran.c. Tindak lanjut (follow up) Mendiskusikan tentang beragam tindakan (petunjuk). Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan. kegiatan sesuai dengan tindakan yang telah diragakan.7. Metode KaryawisataMerupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dibawa ke suatu objek di luar kelas untuk mempelajari suatu masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.Tujuan dari metode karyawisata yaitu : Agar siswa dapat membandingkan apa yang mereka pelajari di dalam kelas secara teoritis dengan keadaan nyata di lapangan atau membandingkan antara teori dengan praktik penggunaannya. Untuk menghilangkan kejenuhan belajar siswa. Sebagai reaksi stabil belajar.Kelebihan metode karyawisata yaitu : Siswa akan memperoleh pengalaman langsung. Dapat meningkatkan minat perhatian siswa dalam mempelajari sesuatu. Dapat memperkaya dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh siswa dalam kelas.Kekurangan metode karyawisata yaitu : Memelihara persiapan yang relative lama dan cukup matang. Memerlukan sarana dan biaya yang relative tinggi. Biasanya persiapan kurang matang untuk dapat menggabungkan tujuan. Memiliki resiko yang tinggi.Langkah langkah pelaksanaan metode demonstrasi :a. Persiapan Merumuskan tujuan pelaksanaan. Membentuk tempat, waktu, biaya pelaksanaan. Membentuk krituk pelaksanaan dan pembagian tugas. Mempersiapkan lembar observasi atau pertentangan pertentangan untuk merekam data di lapangan.b. Pelaksanaan Mengadakan pengawasan dan bimbingan terhadap siswa. Menunjukkan hal hal yang penting pada saat karyawisata yang berhubungan dengan materi pelajaran. Menjaga ketertiban dan sopan santun di lapangan. Mencatat hal hal penting untuk bahan lapangan.c. Tindak lanjut Membuat laporan karyawisata untuk tiap kelompok atau tiap individu untuk bahan diskusi. Melaksanakan diskusi hasil karyawisata. Kemudian membuat laporan lengkap hasil diskusi.8. Metode SimulasiMetode simulasi merupakan format interaksi belajar mengajar dalam pengajaran IPS yang didalamnya menampakkan adanya perilaku pura pura dari orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Jenis jenis simulasi yaitu Permainan simulasi (simulation games). Permainan peran (role playing). Sosio drama dan psiko drama.Adapun tujuan dari penggunaan metode simulasi yaitu : Untuk mendorong partisipasi dan pengembangan sikap siswa. Mengembangkan persuasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Dapat menimbulkan interaksi yang sehat dan hangat antar siswa. Memperkenal dan melatih peranan kepemimpinan pada diri siswa. Memanfaatkan bakat dan kemampuan siswa sebagai sumber belajar.Keuntungan dari pengguanaan metode simulasi yaitu : Dapat menciptakan kesenangan dan kegembiraan pada diri siswa dalam proses pembelajaran. Dapat mengurangi keabstrakan pada diri siswa dalam proses pembelajaran. Dapat memberikan pengarahan dan petunjuk sederhana dalam proses pembelajaran. Dapat melatih siswa berfikr secara kritis.Adapun kelemahan dari penggunaan metode simulasi : Memerlukan waktu relatif lebih lama dan biaya yang relatif mahal. Memerlukan sistem pengelompokan yang cakap luwes dan kompleks Banyak menuntut imajinasi dan improfisasi guru dan siswa dalam pelaksanaannya Sulit bagi siswa berperan sesuai dengan peranan tokoh yang dimainkanAdapun langkah langkah pelaksanaan metode simulasi yaitu sebagai berikut :1. Memiliki situasi, masalah atau pemain yang tepat2. Mengorganisasi kegiatan sehingga jelas dan tepat3. Memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa yang menjadi simulator4. Menjawab pertanyaan pertanyaan yang ada kaitanya dengan materi pelajaran5. Membantu mempersiapkan para pemain6. Menetapkan alokasi waktu7. Melaksanakan simulasi sesuai yang telah direncanakan8. Mengadakan evaluasi terhadap pelaksanaan simulasi9. Mengadakan kegiatan ulang9. Metode Inquiri dan Discovery ( mencari dan menemukan )Metode penemuan ( discovery methode) sebagai prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan atau pengondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat.Adapun tujuan dari metode penemuan adalah sebagai berikut : Meningkatkan ketertiban siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Mengarahkan siswa sebagai pelajar seumur hidup. Mengurangi ketergantungan siswa kepada guru dalam proses pembelajaran. Melatih siswa memanfaatkan sumber informasi dalam lingkungan.Kentungan menggunakan metode penemuan yaitu : Membantu untuk memperbaiki proses penguasaan pengetahuan dan ketrampilan bagi para siswa. Pengetahuan yang diperoleh setiap siswa bersifat individual, oleh karena itu lebih erat melekat pada diri siswa, Dapat menimbulkan kegairan belajar belajar siswa. Memberi kesempatan siswa maju terus dalam belajar. Memperkuat konsep diri siswa dengan lebih percaya diri. Metode ini kegiatanya lebih berpusat kepada siswa.Kelemahan metode penemuan yaitu : Memerlukan persiapan, kemampuan berfikir yang tinggi. Keberhasilan sulit dicapai bila diikuti oleh siswa dengan jumlah yang besar. Membutuhkan peralatan dan fasilitas yang memadai.Langkah langkah pelaksanaan dengan menggunakan metode penemuan menurut Gilstrap, Richard Surachman dan Dermo M. yaitu : Mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. Memilih konsep, penertian dan prinsip yang akan di pelajari. Pemilihan masalah dan bahan pembelajaran. Menjelaskan tugas tugas yang akan dilakukan dalam pembelajaran. Mempersiapkan alat alat dan suasana belajar. Mengecek pemahaman siswa. Melaksanakan proses penemuan dengan mengumpulkan data. Membantu dan membimbing siswa dalam menganalisa data. Membentuk siswa dalam menemukan masalah, kaidah, prinsip dan ide ide berdasarkan hasil penemuan.10. Bermain Peran ( role playing )Bermain adalah sebuah proses belajar melalui bermain peran yang dapat mengembangkan pemahaman, dan identifikasi terhadap nilai. Siswa dalam bermain peran menempatkan diri pada posisi orang lain, apabila ia memenghayati peran itu, ia akan memahami tidak saja apa yang telah dilakukan orang tersebut. Dalam bermain peran dituntut siswa yang berkualitas, yang diharapkan mampu menghayati posisi yang diinginkan. Siswa harus mengetahui dan memahami terlebih dahuluinformasi tentang tujuan dan peran yang akan dimainkan, untuk itu perlu didiskusikan dulu dengan antar anggota kelompok untuk membangun simpati terhadap suatu nilai, yaitu nilai nilai yang sudah dinyatakan secara lebih spesifik.11. Social Drama ( socio drama)Drama sosial merupakan bermain peran yang berhubungan dengan isu sosial yang disebut dengan Joyce and Well (1980 ; 254) dengan istilah interpersonal conflict. Drama sosial hanya membatasi diri dari pada permasalahan yang berkenaan dengan aspeksosial masyarakat. Permasalahan yang mungkin muncul antara siswa setelah suatu sosial akan sama halnya dengan apa yang sudah dikemukakandalam bermain peran. Oleh karena itu, selain aspek positif yang tercapai dalam penanamannilai melalui drama sosial, guru harus berupaya untuk menghilangkan aspek negatif yang mungkin terjadi diantara siswa yang memegang peranan tersebutb. Pendekatan Pembelajaran IPSPendekatan pembelajaran IPS dibedakan menjadi dua yaitu :1. Pendekatan Pembelajaran tradisionalPembelajaran tradisional adalah suatu pendekatan dimana didalam proses pembelajaran hanya menyampaikan materi pembelajaran didalam dengan metode pendekatan yang monoton dan relative tetap setiap kali mengajar. Dalam pendekatan tradisional guru lebih memegang peranan penting dengan siswanya. Hal ini menjadikan siswa kurang aktif bahkan lebih cenderung bersifat pasif.Untuk itu guru dituntut lebih mengembangkan pendekatan yang menjanjikan, agar siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar.2. Pendekatan InquiryPenggunaan pendekatan pembelajaran Inquiry akan memberikan suasana atau iklim yang lebih semangat yang membuat siswa menjadi aktif didalam kelas. Peran guru dalam proses pembelajarannya hanya bertindak sebagai motivator dan fasilitator, siswa lebih di prioritaskan sebagai student center Ciri ciri pendekatan inkuiri yaitu :1. Dalam proses belajar mengajar lebih banyak melemparkan permasalahan kepada siswa untuk dianalisa dan kemudian mencari beberapa alternatif perpecahanya.2. Interaksi dan komunikasi antara guru dan siswa lebih bersifat multi arah3. Guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswanya yang berfikir secara kritis dan ilmiah.4. Dalam proses belajar mengajar guru dalam menyampaikan informasi materi bukan hanya bersifat pengetahuan, tetapi menanamkan sifat dan memberikan ketrampilan praktis kepada siswa5. Strategi, metode dan teknik mengajar yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar lebih bervariatif.6. Dalam proses pembelajaran lebih memperlihatkan kadar cara belajar siswa aktif (CBSA) yang tinggi.BAB IIIPENUTUPIII. 1. Kesimpulan Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif. Secara garis besarnya metode pembelajaran IPS itu dapat diklasifikasikan atas dua macam, yaitu:1. Metode Interaksi Edukatif didalam kelas:a. Metode ceramahb. Metode tanya jawabc. Metode diskusid. Metode kerja kelompoke. Metode demonstrasif. Metode karyawisatag. Metode simulasih. Metode Inquiry dan Discoveryi. Metode bermain peran ( Role Playing )j. Metode sosial drama2. Pendekatan pembelajaran IPS:a. Pembelajaran tradisionalb. InquiryIII.2. Saran Yang perlu diingat bahwa tidak ada suatu model pengajaran yang paling baik dan sempurna. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jadi metode yang paling baik adalah metode yang cocok dan relevan dengan materi dan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sehingga guru disarankan untuk memahami dan dapat menginovasikan metode-metode dalam penerapan belajar mengajar.

metode pembelajaran IPs di SD

Salah satu tugas guru adalah mengajar. Hal ini menyebabkan adanya tuntutan kepada setiap guru untuk dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana seharusnya mengajar. Dengan kata lain, setiap guru dituntut untuk memiliki kompetensi mengajar. Guru akan memiliki kompetensi mengajar jika, guru paling tidak memiliki pemahaman dan penerapan secara taktis berbagai metode belajar mengajar serta hubungannya dengan belajar disamping kemampuan - kemampuan lain yang menunjang.Bertolak dan bermuara pada kebutuhan sebagai guru, maka makalah ini di sajikan tentang berbagai metode belajar mengajar agar mampu melaksanakan tugas utama guru yaitu mengajar. Apabila telah memiliki kemampuan dalam penguasaan penggunaan metode pembelajaran IPS secara mendalam. Pengajaran IPS pada pendidikan dasar menengah dengan cara mengenalkan masalah masalah social melalui pengetahuan, ketrampilan, sikap, dan kepekaan untuk menghadapi dan memecahkan masalah social tersebut. Sesuai dengan karakteristik anak SD dan seusianya, metode ceramah akan menyebabkan siswa bersikap pasif dan tentunya menjadi pelajaran hafalan yang membosankan. Oleh karena itu, guru di harapkan mampu menguasai metode metode yang cocok untuk pembelajaran IPS agar siswa lebih tertarik pada peljaran tersebut. Banyak sekali teori teori yang menjelaskan tentang metode untuk pembelajaran, namun kita belum mengetahui metode apa yang baik dan efektif untuk digunakan dalam pembelajaran Pendidikan IPS khususnya di SD.A. Rumusan Masalah1. Bagaimana metode pembelajaran Pendidikan IPS SD ?2. Bagaimana macam macam metode pembelajaran IPS SD ?B. Tujuan 1. Mengetahui metode pembelajaran Pendidikan IPS SD2. Mengetahui macam macam metode pembelajaran IPS SDBAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Metode PembelajaranKata metode berasal dari bahasa Yunani yaitu Methodos yang berarti cara berani atau cara berjalan yang di tempuh. Menurut Winarno Surakhmad, metode adalah cara yang didalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan ( 1976 : 74 ). Sedangkan pengertian pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Nursid Suaatmadja, metode pembelajaran adalah suatu cara yang fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan ( 1984 : 95 ). Menurut S Hamid Hasan, metode pengajaran adalah suatu cara yang digunakan untuk memberikan kesempatan seluas luasnya kepada siswa dalam belajar ( 1992 : 4).Dari dua pengertian diatas dapat di simpulkan bahwa metode pengajaran IPS itu adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas luasnya dalam rangka mencapai tujuan pengajaran secara efektif. Didalam proses belajar mengajara di perlukan suatu metode yang sesuaidengan situasi dan kondisi yang ada. Metode pembelajaran seharusnya tepat guna yaitu mampu memfunfsikan si anak didik untuk belajar sendiri sesuai dengan Student Active Learning (SAL).B. Macam macam metodeMetode metode untuk mata pelajaran IPS cukup beraneka ragam. Keanekaragaman meliputi klasifikasi maupun penamaan suatu metode bahkan juga tingkat daya guna dan hasil guna suatu metode. Secara garis besar, metode pembelajaran IPS antara lain :1. Metode CeramahMetode ceramah adalah suatu bentuk pengajaran dimana dosen atau guru mengalihkan informasi kepada sekelompok besar atau siswa dengan cara yang terutama bersifat verbal. Metode ceramah ini lebih tepat digunakan bila proses pembelajaran memiliki kondisi sebagai berikut:a. Tujuan dasar pembelajaran adalah menyampaikan informasi baru.b. Isi pembelajaran bersifat langka, misalnya berupa penemuan baru.c. Isi pelajaran harus diorganisasikan dan disajikan dalam sebuah cara khusus keompok tertentu.d. Membangkitkan minat terhadap pelajaran.e. Isi pelajaran tidak diingat dalam waktu yang lama.f. Sebagai pengantar penggunaan metode yang lain dan pengarah penyelesaian tugas mengajar.2. Metode Tanya JawabPertanyaan dapat dilihat dari beberapa model belajar mengajar. Baik itu metode cermah,diskusi kerja kelompok atau metode yang lainnya. Metode Tanya jawab adalah sebagai format interaksi antara guru dan siswa melalui kegiatan bertanya yang dilakukan oleh guru untuk mendapatkan respons lisan, sehingga dapat menumbuhkan pengetahuan baru pada diri siswa.Tujuan pemakaian metode tanya jawab yaitu sebagai berikut:a. Mengecek pemehaman siswa sebagai dasar perbaikan proses pembelajaran.b. Membimbing para siswa untuk memperoleh suatu ketrampilan yang kognitif maupun sosial.c. Memberikan rasa aman kepada siswa melalui pertanyaan yang dipastikan menjawabnya.d. Mendorong siswa untuk melakukan penemuan (inquiri) dalam memperjelas suatu masalah.e. Membimbing dan mengarahkan jalannya diskusi kelas.3. Metode Diskusi atau metode MusyawarahMetode diskusi dalam pengajaran IPS yaitu suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa dibedakan kepada suatu masalah, baik berupa pertanyaan maupun berupa pertanyaan yang bersifat problemik untuk dibahas atau dipecahkan oleh siswa secara bersama sama.Kelebihan metode diskusi yakni :a. Dapat menggarap kreativitas dan aktivitas siswa dalam proses belajar b. Siswa dapat mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasi secara bebas dalam rangka mengembangkan sikap demokratis.c. Hasil diskusi (pemikiran bersama) lebih baik bila dibandingkan dengan pendapat sendiriSedangkan kelemahan dari metode diskusi yaitu:a. Tidak mudah menentukan atau mencari masalah yang akan didiskusikan.b. Pembicaraan sering didominasi oleh siswa tertentu.c. Diskusi lebih banyak memerlukan waktu.d. Bila kegiatan ini tidak terarah, maka pembahasan masalah sering mengembang (tidak tuntas).4. Metode Penugasan ( pemberian tugas )Metode pemberian tugas dapat disamakan dengan metode resitasi (recitation method). Dimana metode resitasi ini bersama dengan metode ceramah, merupakan dua metode yang paling tua, yang digunakan oleh guru yang bekerja dengan kelompok kelompok siswa. (Hyman, 1974 : 189). Metode penugasan dalam pengajaran IPS adalah suatu penyajian bahan pembelajaran dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar dan memberikan laporan sebagai hasil tugas yang dikerjakan. Metode ini mengacu kepada penerapan unsur unsur Learning by doingAdapun kelebihan dari metode penugasan ini yaitu :a. Relevan dengan prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA)b. Dapat mengembangkan sifat kemandirian pada diri siswac. Dapat memperdalam materi pembelajarand. Dapat merangsang gairah belajar siswae. Dapat mengembangkan kreativitas melatih rasa tanggung jawab pada diri siswaf. Dapat mengembangkan kreativitas dan aktivitas siswa.Adapun kelemahan dari metode ini yaitu :a. Kadang kadang tidak terjadi ke relevanan antara tugas dengan materi yang dipelajari.b. Kurang adanya balikan bagi guru.c. Pengerjaan tugas kurang kontrol bila dilaksanakan di luar jam pelajaran.5. Metode Kerja KelompokKerja kelompok merupakan salah satu metode belajar mengajar yang memiliki kadar CBSA yang tinggi. Metode kerja kelompok dapat diartikan sebagai format belajar mengajar yang menitik beratkan kepada interaksi antara anggota yang satu dengan anggota yank lain dalam satu kelompok guna menyelesaikan tugas tugas secara bersama sama.Adapun tujuan dari pengguanaan metode kerja kelompok yaitu :a. Memupuk kemauan dan kemampuan berkerja sama bagi siswa.b.Untuk meningkatkan keterlibatan sosial emosional siswa.c. Untuk meningkatkan perhatian siswa terhadap PBM.Peranan guru dalam pelaksanaan kerja kelompoka. Sebagai pengelola, mengorganisir dan mengatur tempat duduk siswa.b. Sebagai pengamat, pengenal dan membantu siswa jika diperlukan.c. Sebagai pemberi saran dan penilai.6. Metode DemonstrasiMetode demonstrasi yaitu merupakan format belajar mengajar yang secara sengaja, menunjukan atau memperagakan tindakan, proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh atau sebagian siswa. Kelebihan dari metode demonstrasi yaitu:a. Dapat memberikan gambaran kongkrit.b. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung.c. Dapat memusatkan perhatian siswa dalam proses pembelajaran.d. Dapat merangsang siswa untuk mengajukan pertanyaan baru.Kekurangannya atau kelemahan dari metode demonstrasi yaitua. Memerlukan persiapan yang matang.b. Menurut peralatan yang mengacu untuk semua siswa.c. Menentukan kegiatan lanjutan (follow up).

7. Metode KaryawisataMerupakan suatu kegiatan belajar mengajar dimana siswa dibawa ke suatu objek di luar kelas untuk mempelajari suatu masalah yang berhubungan dengan materi pelajaran.Kelebihan metode karyawisata yaitu :a. Siswa akan memperoleh pengalaman langsung.b. Dapat meningkatkan minat perhatian siswa dalam mempelajari sesuatu.c. Dapat memperkaya dan menyempurnakan pengetahuan yang diperoleh siswa dalam kelas.8. Metode SimulasiMetode simulasi merupakan format interaksi belajar mengajar dalam pengajaran IPS yang didalamnya menampakkan adanya perilaku pura pura dari orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.Keuntungan dari pengguanaan metode simulasi yaitu :a. Dapat menciptakan kesenangan dan kegembiraan pada diri siswa dalam proses pembelajaran.b. Dapat mengurangi keabstrakan pada diri siswa dalam proses pembelajaran.c. Dapat memberikan pengarahan dan petunjuk sederhana dalam proses pembelajaran.d. Dapat melatih siswa berfikr secara kritis.Adapun kelemahan dari penggunaan metode simulasi :a. Memerlukan waktu relatif lebih lama dan biaya yang relatif mahal.b. Memerlukan sistem pengelompokan yang cakap luwes dan kompleksc. Banyak menuntut imajinasi dan improfisasi guru dan siswa dalam pelaksanaannyad. Sulit bagi siswa berperan sesuai dengan peranan tokoh yang dimainkan9. Metode Inquiri dan Discovery ( mencari dan menemukan )Metode penemuan ( discovery methode) sebagai prosedur yang menekankan belajar secara individual, manipulasi objek atau pengaturan atau pengondisian objek, dan eksperimentasi lain oleh siswa sebelum generalisasi atau penarikan kesimpulan dibuat.10. Bermain Peran ( role playing )Bermain adalah sebuah proses belajar melalui bermain peran yang dapat mengembangkan pemahaman, dan identifikasi terhadap nilai. Siswa dalam bermain peran menempatkan diri pada posisi orang lain, apabila ia memenghayati peran itu, ia akan memahami tidak saja apa yang telah dilakukan orang tersebut. Dalam bermain peran dituntut siswa yang berkualitas, yang diharapkan mampu menghayati posisi yang diinginkan. Siswa harus mengetahui dan memahami terlebih dahuluinformasi tentang tujuan dan peran yang akan dimainkan, untuk itu perlu didiskusikan dulu dengan antar anggota kelompok untuk membangun simpati terhadap suatu nilai, yaitu nilai nilai yang sudah dinyatakan secara lebih spesifik.11. Social Drama ( socio drama)Drama sosial merupakan bermain peran yang berhubungan dengan isu sosial yang disebut dengan Joyce and Well (1980 ; 254) dengan istilah interpersonal conflict. Drama sosial hanya membatasi diri dari pada permasalahan yang berkenaan dengan aspeksosial masyarakat.Permasalahan yang mungkin muncul antara siswa setelah suatu sosial akan sama halnya dengan apa yang sudah dikemukakandalam bermain peran. Oleh karena itu, selain aspek positif yang tercapai dalam penanamannilai melalui drama sosial, guru harus berupaya untuk menghilangkan aspek negatif yang mungkin terjadi diantara siswa yang memegang peranan tersebut

BAB IIIKESIMPULAN

1. Metode pembelajaran adalah suatu cara yang digunakan oleh guru agar siswa dapat belajar seluas-luasnya dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran secara efektif. 2. Secara garis besarnya metode pembelajaran IPS itu antara lain :a. Metode ceramahb. Metode tanya jawabc. Metode diskusid. Metode kerja kelompoke. Metode demonstrasif. Metode karyawisatag. Metode simulasih. Metode Inquiry dan Discoveryi. Metode bermain peran ( Role Playing )j. Metode sosial drama

DAFTAR PUSTAKA

Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,. 2002. http://de-referencia.blogspot.com/2010/01/jenis-bentuk-belajar-menurut-van.html.http://syaifworld.blogspot.com/2009/11/efisiensi-dan-efektifitas-belajar.html.Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran), Modul Diklat Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Direktorat PLP.Rahmadi Widdiharto. 2006. Model-model Pembelajaran Matematika. Makalah diklat guru pengembang matematika SMP. Yogyakarta: PPPG Matematika.Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar), Bandung: CV Alfabeta, 2005. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatanf Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.Wahab,Rohmat dan Solehuddin.1999.Perkembangan dan Belajar Peserta Didik.Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan tinggi.

Macam-macam Model Pembelajaran Untuk Mengatasi Masalah Pendidikan IPS diSDBAB IPENDAHULUAN1. Latar Belakang MasalahIlmu Pengetahuan Sosial (IPS) pada jenjang pendidikan dasar memfokuskan kajiannya kepada hubungan antar manusia dan proses membantu pengembangan kemampuan dalam hubungan tersebut. Pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dikembangkan melalui kajian ini ditunjukan untuk mencapai keserasian dan keselarasan dalam kehidupan masyarakat.Pendidikan IPS sudah lama dikembangkan dan dilaksanakan dalam kurikulum-kurikulum di Indonesia, khususnya pada jenjang pendidikan dasar. Pendidikan ini tidak dapat disangkal telah membawa beberapa hasil, walaupun belum optimal. Secara umum penguasaan pengetahuan sosial atau kewarganegaraan lulusan pendidikan dasar relatif cukup, tetapi penguasaan nilai dalam arti penerapan nilai, keterampilan sosial dan partisipasi sosial hasilnya belum menggembirakan. Kelemahan tersebut sudah tertentu terkait atau dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama proses pendidikan atau pembelajarannya, kurikulum, para pengelola dan pelaksananya serta faktor-faktor yang berpengaruh lainnya.Beberapa temuan penelitian dan pengamatan ahli memperkuat kesimpulan tersebut. Dalam segi hasil atau dampak pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS terhadap kehidupan bermasyarakat, masih belum begitu nampak. Perwujudan nilai-nilai sosial yang dikembangkan di sekolah belum nampak dalam kehidupan sehari-hari, keterampilan sosial para sosial para lulusan pendidikan dasar khususnya masih memprihatinkan, partisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan semakin menyusut.Banyak penyebab yang melatarbelakangi pendidikan IPS belum dapat memberikan hasil seperti yang diharapkan. Faktor penyebabnya dapat berpangkal dari kurikulum, rancangan, pelaksana, pelaksanaan ataupun faktor-faktor pendukung pembelajaran. Berkenaan dengan kurikulum dan rancangan pembelajaran IPS, beberapa penelitian memberi gambaran tentang kondisi tersebut. Hasil penelitian Balitbang, Depdikbud tahun 1999 menyebutkan bahwa Kurikulum 1994 tidak disusun berdasarkan basic competencies melainkan pada materi, sehingga dalam kurikulumnya banyak memuat konsep-konsep teoritis (Boediono, et al. 1999: 84). Hasil evaluasi kurikulum IPS SD tahun 1994 menggambarkan adanya kesenjangan kesiapan siswa dengan bobot materi sehingga materi yang disajikan, terlalu dianggap sulit bagi siswa, kesenjangan antara tuntutan materi dengan fasilitas pembelajaran dan buku sumber, kesulitan menejemen waktu serta keterbatasan kemampuan melakukan pembaharuan metode mengajar (Depdikbud, 1999).Dalam implementasi materi Muchtar, SA. (1991) menemukan IPS lebih menekankan aspek pengetahuan, berpusat pada guru, mengarahkan bahan berupa informasi yang tidak mengembangkan berpikir nilai serta hanya membentuk budaya menghafal dan bukan berpikir kritis. Dalam pelaksanaan Soemantri, N. (1998) menilai pembelajaran IPS sangat menjemukan karena penyajiannya bersifat monoton dan ekspositoris sehingga siswa kurang antusias dan mengakibatkan pelajaran kurang menarik padahal menurut Sumaatmadja, N. (1996: 35) guru IPS wajib berusaha secara optimum merebut minat siswa karena minat merupakan modal utama untuk keberhasilan pembelajaran IPS.Selanjutnya Como dan Snow (dalam Syafruddin, 2001: 3) menilai bahwa model pembelajaran IPS yang diimplementasikan saat ini masih bersifat konvensional sehingga siswa sulit memperoleh pelayanan secara optimal. Dengan pembelajaran seperti itu maka perbedaan individual siswa di kelas tidak dapat terakomodasi sehingga sulit tercapai tujuan-tujuan spesifik pembelajaran terutama bagi siswa berkemampuan rendah. Model pembelajaran saat ini juga lebih menekankan pada aspek kebutuhan formal dibanding kebutuhan real siswa sehingga proses pembelajaran terkesan sebagai pekerjaan administratif dan belum mengembangkan potensi anak secara optimal.Berdasarkan hal-hal di atas nampak, bahwa pada satu sisi betapa pentingnya peranan pendidikan IPS dalam mengembangkan pengetahuan, nilai. Sikap, dan keterampilan sosial agar siswa menjadi warga masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang baik namun di pihak lain masih banyak masalah-masalah tersebut diperlukan penelitian berkaitan dengan pembelajaran IPS. Salah satu upaya yang memadai untuk itu adalah dengan melakukan model pembelajaran. 2. Rumusan MasalahAdapun yang menjadi pokok permasalahan dari penulisan makalah ini adalah :1) Apa itu pendidikan IPS?2) Apa saja permasalahan pendidikan IPS di sekolah dasar?3) Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran?4) Bagaimana mengembangkan model pembelajaran untuk mengatasi masalah pendidikan IPS di sekolah dasar? 3. Tujuan PenulisanAdapun tujuan penulisan makalah ini adalah:1) Untuk menjelaskan tentang pendidikan IPS.2) Menggambarkan permasalahan pendidikan IPS di SD.3) Untuk menjelaskan tentang model pembelajaran.4) Mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran untuk mengatasi masalah pendidikan IPS di SD.4. Manfaat Penulisan Dengan adanya penulisan makalah yang bertajuk tentang pengembangan model pembelajaran untuk mengatasi masalah pendidikan IPS di Sekolah Dasar maka seluruh pihak yang memiliki keterkaitan dengan masalah tersebut bisa memahami apa yang menjadi pokok permasalahan yang terjadi. Agar nantinya masalah tersebut tidak menjadi masalah yang menghambat maksud ataupun tujuan yang ingin dicapai. Selain itu dalam penulisan makalah ini apa yang menjadi solusi dalam pemecahan masalah bisa ditemukan dan pihak-pihak yang terkait dapat mengembangkan potensi diri dalam mengelolah teknik model pembelajaran yang baik dan efisien. BAB IIPEMBAHASAN1. Pendidikan IPSIPS adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan Sejarah, Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi (Puskur, 2001: 9). Geografi, Sejarah dan Antropologi merupakan disiplin ilmu yang memiliki keterpaduan yang tinggi. Pembelajaran Geografi memberikan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dengan wilayah-wilayah, sedangkan Sejarah memberikan kebulatan wawasan berkenaan dengan peristiwa-peristiwa dari berbagai periode. Antropologi meliputi studi-studi komparatif yang berkenaan dengan nilai-nilai kepercayaan, struktur sosial, aktivita-aktivitas ekonomi, organisasi politik, ekspresi-ekpresi dan spritual, teknologi, dan benda-benda budaya dari budaya-budaya terpilih. Ilmu Ekonomi tergolong kedalam ilmu-ilmu tentang kebijakan pada aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan pembuatan keputusan. Sosiologi merupakan ilmu-ilmu tentang perilaku seperti konsep peran, kelompok, institusi, proses interaksi dan kontrol sosial.Muriel Crosby menyatakan bahwa IPS diidentifikasi sebagai studi yang memperhatikan pada bagaimana orang membangun kehidupan yang lebih baik bagi dirinya dan anggota keluarganya, bagaimana orang memecahkan masalah-masalah, bagaimana orang hidup bersama, bagaimana orang mengubah dan diubah oleh lingkungannya (Leonard S. Kenworthi, 1981:7). IPS menggambarkan interaksi individu atau kelompok dalam masyarakat baik dalam lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Interaksi antar individu dalam ruang lingkup lingkungan mulai dari yang terkecil misalkan keluarga, tetangga, rukun tetangga atau rukun warga, desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi, negara dan dunia.Jadi, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan IPS adalah disiplin ilmu-ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.Pendidikan IPS di SD telah mengintegrasikan bahan pelajaran tersebut dalam satu bidang studi. Materi pelajaran IPS merupakan penggunaan konsep-konsep dari ilmu sosial yang terintegrasi dalam tema-tema tertentu. Misalkan materi tentang pasar, maka harus ditampilkan kapan atau bagaimana proses berdirinya (sejarah), dimana pasar itu berdiri (Geografi), bagaimana hubungan antara orang-orang yang berada di pasar (Sosiologi), bagaimana kebiasaan-kebiasaan orang menjual atau membeli di pasar (Antropologi) dan berapa jenis-jenis barang yang diperjualbelikan (Ekonomi).Dengan demikian Pendidikan IPS di sekolah dasar adalah disiplin ilmu-ilmu sosial seperti yang disajikan pada tingkat menengah dan universitas, hanya karena pertimbangan tingkat kecerdasan, kematangan jiwa peserta didik, maka bahan pendidikannya disederhanakan, diseleksi, diadaptasi dan dimodifikasi untuk tujuan institusional didaksmen (Sidiharjo, 1997).2. Permasalahan Pendidikan IPS di SDTujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program pelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut (Awan Mutakin, 1998).1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan mastarakat.2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun diri sendiri agar survive yang kemudian bertanggung jawab membangun masyarakat.Menurut Noman Sumantri bahwa tujuan Pendidikan IPS pada tingkat sekolah adalah:1) Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideologi negara dan agama.2) Menekankan pada isi dan metode berfikir ilmuwan.3) Menekankan reflective inquiry.PIPS menurut NCCS mempunyai tujuan informasi dan pengetahuan (knowledge and information), nilai dan tingkah laku (attitude and values), dan tujuan keterampilan (skill): sosial, bekerja dan belajar, kerja kelompok, dan keterampilan intelektual (Jarolimele, 1986: 5-8).Secara umum, pencapaian tujuan Pendidikan IPS lulusan pendidikan SD belumlah optimal. Kelemahan tersebut dilatarbelakangi oleh banyak hal, terutama proses pendidikan dan pembelajarannya.Dalam proses pendidikan IPS di SD, pembelajarannya kurang memperhatikan karakteristik anak usia sekolah dasar, yakni terkait dengan perkembangan psikologis siswa. Menurut Jean Piaget (1963), anak dalam kelompok usia SD (6-12 tahun) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh dan menganggap tahun yang akan datang sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang (=konkrit) dan bukan masa depan yang belum bisa mereka pahami (=abstrak). Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity) arah mata angin, lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan atau kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD.Jika hal ini dibiarkan terus, maka pembelajaran IPS dapat menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa. Dan baik secara langsung maupun tidak akan berdampak pada tujuan pendidikan IPS yang diharapkan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukanlah model pembelajaran yang sesuai untuk materi IPS di SD dan memperhatikan karakteristik anak usia SD.3. Model Pembelajaran1) Pengertian Model Belajar-MengajarDalam keseharian istilah model dimaksudkan terhadap pola atau bentuk yang akan menjadi acuan. Dalam konteks pendidikan agaknya tidak jauh juga maknanya, yakni sebagai kerangka konseptual berkenaan dengan rancangan yang berisi langkah teknis dalam kesatuan strategis yang harus dilakukan dalam mendorong terjadinya situasi pendidikan; dalam wujud perilaku belajar dan mengajar dengan kecenderungan berbeda antara satu dengan lainnya atau dengan yang biasanya. Dengan demikian sebuah model dalam konteks pembelajaran, tidaklah dapat diterima sebagai sebuah model jika tidak memperliahatkan ciri khususnya sebagai sesuatu yang berbeda dari yang lainnya. Adapun menurut Sarifudin (Wahab, Azis, 1990: 1) yang dimaksud dengan model belajar mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang terorganisasikan secara sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, yang berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Dengan demikian, model belajar-mengajar khususnya dapat diartikan sebagai satuan cara, yang berisi prosedur, langkah teknis yang harus dilakukan dalam mendekati sasaran proses dan hasil belajar hingga mencapai efektifitasnya, menurut kesesuaian dengan setting waktu, tempat dan subjek ajarnya.2) Macam-macam Model Mengajara. Model-model PemrosesanModel-model yang berorientasi pada kemampuan pemrosesan informasi dari siswa dan cara memperbaiki kemampuannya dalam menguasai informasi, merujuk pada cara orang menangani stimulus dari lingkungannya, mengorganisasikan data, menginderai masalah, melahirkan konsep dan pemecahan masalah, dan menggunakan simbol verbal da non-verbal. Sungguhpun model-model yang termasuk ke dalam rumpun ini berkesan akademik namun tetap peduli akan hubungan sosial dan pengembangan diri. Model-model yang termasuk dalam rumpun ini antara lain adalah; Model Berpikir (Inquiry Training Model), Inkuiri Ilmiah (Scientific Inquiry), Perolehan Konsep (Concept), Model Advance Organizer (Advance Organizer Model), dan Ingatan (Memory). Model berpikir yang dikembangkan Hilda Taba, dirancang terutama untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori, namun kapasitasnya berguna pula untuk pengembangan personal dan sosial.b. Model-model PersonalModel-model yang termasuk ke dalam rumpun personal berorientasi pada pengembangan diri individu, model-model ini menekankan proses pembentukan individu dalam mengorganosasikan realitasnya yang unik. Fokus pengembangan diri berkesan menekankan pada pembinaan emosional antara individu dalam hubungan produktif dengan lingkungannya hingga diharapkan menghasilkan hubungan interpersonal yang lebih kaya dan kemampuan pemrosesan yang lebih efektif lagi. Terliput ke dalam rumpun ini adalah; Pengajaran Non-Direktif (Non-directive Teaching), Pelatihan Kesadaran (Awraness Training), Sinektic (Synectics), Sistem Konseptual (Conceptual System) dan Pertemuan Kelas (Classroom Meeting). c. Model-model Interaksi SosialModel-model pembelajaran yang termasuk rumpun Interaksi Sosial, menekankan hubungan antara individu dengan masyarakat dan dengan individu lainnya. Fokus model ini terletak pada proses di mana dengan proses ini realitas dinegosiasi memberikan prioritas pada perbaikan kemampuan individu untuk berhubungan dengan yang lainnya, bergelut dengan proses demokratik dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Termasuk ke dalam rumpun model ini, antara lain : Investigasi Kelompok (Group Investigation), Inkuiri Sosial (Social Inquiry), Metode Laboratorium (Laboratory Method), Yurisprudensial (Yurisprudential), Bermain Peran (Role Playing) dan Simulasi Sosial (Social Simulation).d. Model BehavioralModel-model yang termasuk ke dalam rumpun behavioral berpijak pada landasan teoritis yang sama, yakni teori tingkah laku (Behavioral Theory). Dalam penerapannya, model ini banyak menggunakan istilah lain seperti teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi tingkah laku, dan terapi tingkah laku. Ciri pokoknya menekankanpada usaha mengubah tingkah laku teramati ketimbang struktur psikologis yang mendasarinya dan tingkah laku yang tidak teramatinya. Model ini mendasarkan pada prinsip kontrol stimulus dan penguatan (Stimulus Control and Reinforcement). Lebih dari model lainnya model behavioral memiliki keterpakaian yang luas dan teruji keefektifannya pada aneka tujuan seperti pendidikan, pelatihan, tingkah laku interpersonal da pengobatan. Tercakup kedalam model ini, antara lain: Manajemen Kontingensi (Contingency Management), Kontrol Diri (Self Control), Relaksasi (Relaxation), Reduksi Stres (Stress Reducation), Pelatihan Asertif (Assertive Training), Desentisasi (Desensitization) dan Pelatihan Langsung (Direct Training). 4. Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Mengatasi Masalah Pendidikan IPS di SDSejumlah model pendekatan pembelajaran tersebut diatas, masing-masing mengedepankan keunggulan dalam mengupayakan pencapaian sasaran yang diyakini oleh setiap pengembangannya, namun untuk penerapan praktis di tempat yang sangat mungkin berbeda, harus dikalkulasikan dengan berbagai aspek kondisional yang tentu tidak sama. Sekurang-kurangnya dimana, oleh, atau dengan dan terutama untuk siapa proses pembelajaran dilakukan. Khusus berkaitan dengan kebutuhan pembelajaran pada anak usia pertumbuhan, dari sejumlah model tersebut tentunya dapat dirujuk model pendekatan yang menjadi rujukan di atas dengan sebutan model Cognitive Emotion and Social Development. Dasar pandangannya adalah anak merupakan produk berbagai pengaruh, mulai dari keluarganya, kesehatan, kondisi sosial ekonomi dan sekolah. Bahwa masing-masing pendekatan pada pandangan teoritis berkenaan dengan stressingnya, dalam praktisnya dapat terjadi saling berkait antara satu pendekatan dengan pendekatan lain secara bersamaan. Untuk itu, memenuhi keperluan teknis operasional dalam mengembangkan pembelajaran Pengetahuan Sosial berbasis pendekatan nilai khususnya, berikut dipetikan langkah teknis sejumlah model pilihan yang dipandang mewakili tuntutan karakteristik materil, peserta didik dan setting sosial yang menjadi lingkungan kultur dan belajar SD/MI umumnya di tanah air. Beberapa dari sejumlah pendekatan yang menjadi rujukan tersebut, secara parsial terliput dalam kerangka teknis model pilihan berikut, antara lain: Model Inkuiri, VCT, Bermain Peta, ITM (STS), Role Playing, dan Portofolio.1) Model Inkuiria) Makna Pembelajaran InkuiriModel inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang memfokuskan kepada pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif kritis, dan kreatif. Inkuiri adalah salah satu model pembelajaran yang dipandang modern yang dapat dipergunakan pada berbagai jenjang pendidikan, mulai tingkat pendidikan dasar hingga menengah. Pelaksanaan inkuiri di dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial dirasionalisasi pada pandangan dasar bahwa dalam model pembelajaran tersebut, siswa didorong untuk mencari dan mendapatkan informasi melalui kegiatan belajar mandiri. Model inkuiri pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah khususnya di lapangan Sains, namun dapat dilakukan terhadap berbagai pemecahan problem sosial. Savage Amstrong mengemukakan bahwa model tersebut secara luas dapat digunakan dalam proses pembelajaran Social Studies (Savage and Amstrong, 1996). Pengembangan strategi pembelajaran dengan model inkuiri dipandang sanagt sesuai dengan karakteristik materil pendidikan Pengetahuan Sosial yang bertujuan mengembangkan tanggungjawab individu dan kemampuan berpartisipasi aktif baik sebagai anggota masyarakat dan warganegara. b) Langkah-langkah InkuiriLangkah-langkah yang harus ditempuh di dalam model inkuiri pada hakekatnya tidak berbeda jauh dengan langkah-langkah pemecahan masalah yang dikembangkan oleh John Dewey dalam bukunya How We Think. Langkah-langkah tersebut antara lain:Langkah pertama, adalah orientation, siswa mengidentifikasi masalah, dengan pengarahan dari guru terutama yang berkaitan dengan situasi kehidupan sehari-hari.Langkah kedua hypothesis, yakni kegiatan menyusun sebuah hipotesis yang dirumuskan sejelas mungkin sebagai antiseden dan konsekuensi dari penjelasan yang telah diajukan.Langkah ketiga definition, yaitu mengklarifikasi hipotesis yang telah diajukan dalam forum diskusi kelas untuk mendapat tanggapan.Langkah keempat exploration, pada tahap ini hipotesis dipeluas kajiannya dalam pengertian implikasinya dengan asumsi yang dikembangkan dari hipotesis tersebut.Langkah kelima evidencing, fakta dan bukti dikumpulkan untuk mencari dukungan atau pengujian bagi hipotesa tersebut.Langkah keenam generalization, pada tahap ini kegiatan inkuiri sudah sampai pada tahap mengambil kesimpulan pemecahan masalah (Joyce dan Weil, 1980).2) Model Pembelajaran VCTa) Makna Pembelajaran VCTVCT adalah salah satu teknik pembelajaran yang dapat memenuhi tujuan pancapaian pendidikan nilai. Djahiri (1979: 115) mengemukakan bahwa Value Clarification Technique, merupakan sebuah cara bagaimana menanamkan dan menggali/ mengungkapkan nilai-nilai tertentu dari diri peserta didik. Karena itu, pada prosesnya VCT berfungsi untuk: a) mengukur atau mengetahui tingkat kesadaran siswa tentang suatu nilai; b) membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai yang dimilikinya baik yang positif maupun yang negatif untuk kemudian dibina kearah peningkatan atau pembetulannya; c) menanamkan suatu nilai kepada siswa melalui cara yang rasional dan diterima siswa sebagai milik pribadinya. Dengan kata lain, Djahiri (1979: 116) menyimpulkan bahwa VCT dimaksudkan untuk melatih dan membina siswa tentang bagaimana cara menilai, mengambil keputusan terhadap suatu nilai umum untuk kemudian dilaksanakannya sebagai warga masyarakat. b) Langkah Pembelajaran Model VCTBerkenaan dengan teknik pembelajaran nilai Jarolimek merekomendasikan beberapa cara, antara lain:a. Teknik evaluasi diri (self evaluation) dan evaluasi kelompok (group evaluation)Dalam teknik evaluasi diri dan evaluasi kelompok pesertadidik diajak berdiskusi atau tanya-jawab tentang apa yang dilakukannya serta diarakan kepada keinginan untuk perbaikan dan penyempurnaan oleh dirinya sendiri: 1) Menentukan tema, dari persoalan yang ada atau yang ditemukan peserta didik2) Guru bertanya berkenaan yang dialami peserta didik3) Peserta didik merespon pernyataan guru4) Tanya jawab guru dengan peserta didik berlangsung terus hingga sampai pada tujuan yang diharapkan untuk menanamkan niai-nilai yang terkandung dalam materi tersebut.b. Teknik LecturingTeknik lecturing, dilalukan guru gengan bercerita dan mengangkat apa yang menjadi topik bahasannya. Langkah-langkahnya antara lain:1) Memilih satu masalah / kasus / kejadian yang diambil dari buku atau yang dibuat guru.2) Siswa dipersilahkan memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan menggunakan kode, misalnya: baik-buruk, salah benar, adil tidak adil, dsb.3) Hasil kerja kemudian dibahas bersama-sama atau kelompok kalau dibagi kelompok untuk memberikan kesempatan alasan dan argumentasi terhadap penilaian tersebut.c. Teknik menarik dan memberikan percontohanDalam teknik menarik dan memberi percontohan (example of axamplary behavior), guru membarikan dan meminta contoh-contoh baik dari diri peserta didik ataupun kehidupan masyarakat luas, kemudian dianalisis, dinilai dan didiskusikan. d. Teknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasanTeknik indoktrinasi dan pembakuan kebiasan, dalam teknik ini peserta didik dituntut untuk menerima atau melakukan sesuatu yang oleh guru dinyatakan baik, harus, dilarang, dan sebagainya.e. Teknik tanya-jawabTeknik tanya-jawab guru mengangkat suatu masalah, lalu mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sedangkan peserta didik aktif menjawab atau mengemukakan pendapat pikirannya.f. Teknik menilai suatu bahan tulisanTeknik menila suatu bahan tulisan, baik dari buku atau khusus dibuat guru. Dalam hal ini peserta didik diminta memberikan tanda-tanda penilaiannya dengan kode (misal: baik - buruk, benar tidak-benar, adil tidak-adil dll). Cara ini dapat dibalik, siswa membuat tulisan sedangkan guru membuat catatan kode penilaiannya. Selanjutnya hasil kerja itu dibahas bersama atau kelompok untuk memberikan tanggapan terhadap penilaian. g. Teknik mengungkapkan nilai melalui permainan (games). Dalam pilihan ini guru dapat menggunakan model yang sudah ada maupun ciptaan sendiri.3) Model Bermain PetaKeterampilan menggunakan dan menafsirkan peta dan globe merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial. Keterampilan menginterpretasi peta maupun globe perlu dilakukan peserta didik secara fungsional. Peta dan globe memberikan manfaat, yaitu: a) siswa dapat memperoleh gambaran mengenai bentuk, besar, batas-batas suatu daerah; b) memperoleh pengertian yang lebih jelas mengenai istilah-istilah geografi seperti: pulau, selat, semnanjung, samudera, benua dan sebagainya; c) memahami peta dan globe, diperlukan beberapa syarat yaitu : (a) arah, siswa mengerti tentang cara menentukan tempat di bumi seperti arah mata angin, meridian, paralel, belahan timur dan barat; (b) skala, merupakan model atau gambar yang lebih kecil dari keadaan yang sebenarnya; (c) lambang-lambang, merupakan simbo-simbol yang mudah dibaca tanpa ada keterangan lain; (d) warna, menggunakan berbagai warna untuk menyatakan hal-hal tertentu misalnya: laut, beda tinggi daratan, daerah, negara tertentu dsb.4) Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat)a) Kebermaknaan Model Pendekatan ITMPendekatan ITM (Ilmu, Teknologi, dan Masyarakat) atau juga disebut STS (Science-Technology-Society) muncul menjadi sebuah pilihan jawaban atas kritik terhadap pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang bersifat tradisional (texbook), yakni berkisar masih pada pengajaran tentang fakta-fakta dan teori-teori tanpa menghubungkannya dengan dunia nyata yang integral. ITM dikembangkan kemudian sebagai sebuah pendekatan guna mencapai tujuan pembelajaran yang berkaitan langsung dengan lingkungan nyata dengan cara melibatkan peran aktif peserta didik dalam mencari informasi untuk meemcahkan masalah yang ditemukan dalam kehidupan kesehariannya. Pendekatan ITM menekankan pad aktivitas peserta didik melalui penggunaan keterampilanproses dan mendorong berpikir tingkat tinggi, seperti; melakukan kegiatan pengumpulan data, menganalisis data, melakukan survey observasi, wawancara dengan masyarakat bahkan kegiatan di laboratorium dsb. Oleh karena itu, permasalahan tentang kemasyarakatan sebagaimana adanya tidak terlepas dari perkembangan ilmu dan teknologi, dapat dijawab melalui inkuiri. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut peserta didik menjadi lebih aktif dalam menggali permasalahan berdasarkan pada pengalaman sendiri hingga mampu melahirkan kerangka pemecahan masalah dan tindakan yang dapat dilakukan secara nyata. Karena itu, pendekatan ITM dipandang dapat memberi kontribusi langsung terhadap misi pokok pembelajaran pengetahuan sosial, khusus dalam mempersiapkan warga negara agar memiliki kemampuan: a) memahami ilmu pengetahuan di masyarakat, b) mengambil keputusan sebagai warga negara, c) membuat hubungan antar pengetahuan, dan d) mengingat sejarah perjuangan dan peradaban luhur bangsanya.b) Langkah Pendekatan ITMBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pembelajaran pendekatan ITM antara lain:1. Menekankan pada paham kontruktivisme, bahwa setiap individu peserta didik, telah memiliki sejumlah pengetahuan dari pengalamannya sendiri dalam kehidupan faktual di lingkungan keluarga dan masyarakat.2. Peserta didik dituntut untuk belajar dalam memecahkan permasalahan dan dapat menggunakan sumber-sumber setempat (nara sumber dan bahan-bahan lainnya) untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah.3. Pola pembelajaran bersifat kooperatif (kerja sama) dalam setiap kegiatan pembelajaran serta menekankan pada keterampilan proses dalam rangka melatih peserta didik berfikir tingkat tinggi.4. Peserta didik menggali konsep-konsep melalui proses pembelajaran yang ditempuh dengan cara pengamatan (observasi) terhadap objek-objek yang dipelajarinya.5. Masalah-masalah aktual sebagai objek kajian, dibahas bersama guru dan peserta didik guna menghindari terjadi kesalahan konsep.6. Pemilihan tema-tema didasarakan urutan integratif.7. Tema pengorganisasian pokok dari sejumlah unit ITM adalah isu dan masalah sosial yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. c) Tahapan Metode Pendekatan ITM(1) Tahap EksplorasiKegiatan eksplorasi merupakan tahap pengumpulan data lapangan dan data yang berkaitan dengan nilai. Peserta didik dengan bantuan LKS secara berkelompok melakukan pengamatan langsung. Eksplorasi dilakukan guna membuktikan konsep awal yang mereka miliki dengan konsep ilmiah. (2) Tahap Penjelasan dan SolusiDari data yang telah terkumpul berdasarkan hasil pengamatan, diharapkan peserta didik mampu memberikan solusi sebagai alternatif jawaban tentang persoalan lingkungan. Peserta didik didorong untuk menyampaikan gagasan, menyimpulkan, memberikan argumen dengan tepat, membuat model, membuat poster yang berkenaan dengan pesan lingkungan, membuat puisi, menggambar, membuat karangan, serta membuat karya seni lainnya. (3) Tahap Pengambilan TindakanPeserta didik dapat membuat keputusan atau mempertimbangkan alternatif tindakan dan akibat-akibatnya dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang telah diperolehnya. Berdasar pengenalan masalah dan pengembangan gagasan pemecahannya, mereka dapat bermain peran (Role Playing) membuat kebijakan strategis yang diperlukan untuk mempengaruhi publik dalam mengatasi permasalahan lingkungan tersebut.(4) Diskusi dan PenjelasanBerikutnya guru dan peserta didik melakukan diskusi kelas dan penjelasan konsep melalui tahapan sebagai berikut:Masing-masing kelompok melaporkan hasil temuan pengamatan lingkungannya.Guru memberikan kesempatan kepada anggota kelas lainnya untuk memberikan tanggapan atau informasi yang relevan terhadap laporan kelompok temannya.Guru bersama peserta didik menyimpulkan konsep baru yang diperoleh kemudian mereka diminta melihat kembali jawaban yang telah disampaikan sebelum kegiatan eksplorasi.Guru membimbing peserta didik merkonstruksi kembali pengetahuan langsung dari objek yang dipelajari tentang alam lingkungannya.(5) Tahap Pengembangan dan Aplikasi KonsepGuru bertanya pada peserta didik tentang hal-hal yang diliahat dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan aplikasi konsep baru yang telah ditemukan.Guru dan peserta didik mendiskusikan sikap dan kepedulian yang dapat mereka tumbuhkan dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan konsep baru yang telah ditemukan.(6) Tahap EvaluasiPada tahapan evaluasi, guru memperlihatkan gambar suasana lingkungan yang berbeda yaitu lingkungan yang terpelihara dan yang tidak terpelihara. Kemudian menggunakan pertanyaan pancingan pada peserta didik sehingga mampu memberikan penilaian sendiri tentang keadaan kedua lingkungan tersebut.(7) Kegiatan PenutupKegiatan penutup merupakan kegiatan penyimpulan yang dilakukan guru dan peserta didik dari seluruh rangkaian pembelajaran. Sebagai bagian penutup, guru menyampaikan pesan moral.5) Model Role Playinga) Kebermaknaan Penggunaan Model Role PlayingRole Playing adalah salah satu model pembelajaran yang perlu menjadi pengalaman belajar peserta didik, terutama dalam konteks pembelajaran Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan didalamnya. Sebagai langkah teknis, role playing sendiri tidak jarang menjadi pelengkap kegiatan pembelajaran yang dikembangkan dengan stressing model pendekatan lainnya, seperti inkuiri, ITM, Portofolio, dan lainnya. Secara komprehensif makna penggunaan role playing dikemukakan George Shaftel (Djahiri, 1978: 109) antara lain:1) untuk menghayati sesuatu/hal/kejadian sebenarnya dalam realitas kehidupan; 2) agar memahami apa yang menjadi sebab dari sesuatu serta bagaimana akibatnya; 3) untuk mempertajam indera dan perasaan siswa terhadap sesuatu; 4) sebagai penyaluran/pelepasan tensi (kelebihan energi psykhis) dan perasaan-perasaan; 5) sebagai alat diagnosa keadaan; 6) ke arah pembentukan konsep secara mandiri; 7) menggali peran-peran dari pada dalam suatu kehidupan/kejadian/keadaan; 8) menggali dan meneliti nilai-nilai (norma) dan peranan budaya dalam kehidupan; 9) membantu siswa dalam mengklarifikasikan (memperinci) pola berpikir, berbuat dan keterampilannya dalam membuat/ mengambil keputusan menurut caranya sendiri; 10) membina siswa dalam kemampuan memecahakan masalah.b) Langkah-langkah Role PlayingAdapun langkah-langkahnya, Djahiri (1978: 109) mengangkat urutan teknis yang dikembangkan Shaftel yang terdiri dari 9 langkah dalam tabel berikut.No.Urutan LangkahKegiatan dan Pelakunya

1.Penjelasan umum1.1. Mencari atau mengemukakan permasalahan (oleh guru atau bersama siswa).1.2. Memperjelas masalah/ topik tersebut (guru).1.3. Mencari bahan-bahan, keterangan atau penjelasan lebih lanjut, dengan menunjukan sumbernya (guru & siswa).1.4. Menjelaskan tujuan, makna dari role playing.

2.Memilih para pelaku2.1. Menganalisis peran yang harus dimainkan (guru bersama siswa).2.2. Memilih para pelakunya (dibantu guru).

3.Menentukan Observer3.1. Menentukan observer dan menjelaskan tugas dan peranannya (guru & siswa).

4.Menentukan jalan cerita4.1. gariskan jalan ceritanya.4.2. tegaskan peran-peran yang ada didalamnya.4.3. berikut gambaran situasi keadaan cerita tersebut (guru + siswa).

5.Pelaksanaan (bermain)5.1. Mulai melakonkan permainan tersebut5.2. Menjaga agar setiap peran berjalan.5.3. Jagalah agar babakan-babakan terlihat jelas.

No.Urutan LangkahKegiatan dan Pelakunya

6.Diskusi dan permainan6.1. Telaah setiap peran, posisi, dan permainan.6.2. diskusikan hal tersebut berikut saran perbaikannya.6.3. Siapkan permainan ulangan.

7.Permainan ulang dan diskusi serta penelaahan7.1. Seperti sub 5 dan sub 6

8.Mempertukarkan pikiran, pengalaman dan membuat kesimpulan8.1. Setiap pelaku mengemukakan pengalaman, perasaan dan pendapatnya.8.2. Observer mengemukakan penilaian pendapatnya.8.3. Siswa dan guru membuat kesimpulan dan merangkainya dengan topik / konsep yang sedang dipelajarinya.

6) Model Portofolioa) Makna Pembelajaran PortofolioProtofolio dalam pendidikan mulai dipergunakan sebagai salah satu jenis model penilaian (Assesment) yang berbasis produk, yakni penilaian yang didasarkan pada segala hasil yang dapat dibuat atau ditunjukan peserta didik, kemudian dihimpun dalam sebuah map jepit (portofolio) untuk dijadikan bahan pertimbangan guru dalam memberikan asesmen otentik terhadap kinerja peserta didik.Sapriya (Winataputra, 2002: 1.16) menegaskan bahwa: portofolio merupakan karya terpilih kelas/siswa secara keseluruhan yang bekerja secara kooperatif membuat kebijakan publik untuk membahas pemecahan terhadap suatu masalah kemasyarakatan. Makna pembelajaran berbasis portofolio dalam pembelajaran Pengetahuan Sosial adalah memperkenalkan kepada peserta didik dan membelajarkan mereka pada metode dan langkah-langkah yang digunakan dalam proses politik kewarganegaraan/kemasyarakatan. b) Langkah-langkah Penbelajaran PortofolioSecara teknis pendekatan portofolio dimulai dengan membagi peserta didik dalam kelas ke dalam beberapa kelompok, lajimnya dilakukan menjadi 4 atau sesuai menurut keadaan dan keperluannya. Berdasarkan urutannya, setiap kelompok membidangi tugas dan tanggungjawab masing-masing, antara lain:(1) Kelompok portofolio-satu; Menjelaskan masalah, dalam tugasnya kelompokini bertanggung jawab untuk menjelaskan masalah yang telah mereka pilih untuk dikaji dalam kelas.(2) Kelompok portofolio-dua; Menilai kebijakan alternatif yang diusulkan untuk memecahkan masalah, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk menjelaskan kebijakan saat ini dan atau kebijakan yang dirancang untuk memecahkan masalah.(3) Kelompok portofolio-tiga; Membuat satu kebijakan publik yang didukung oleh kelas, dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat satu kebijakan publik tertentu yang disepakati untuk didukung oleh mayoritas kelas serta memberikan pembenaran terhadap kebijakan tersebut.(4) Kelompok portofolio-empat; Membuat satu rencana tindakan agar pemerintah (setempat) dalam masyarakat mau menerima kebijakan kelas. Dalam tugasnya kelompok ini bertanggung jawab untuk membuat suatu rencana tindakan yang menujukkan bagaimana warganegara dapat mempengaruhi pemerintah (setempat) untuk menerima kebijakan yang didukung oleh kelas.

BAB IIIPENUTUP 1. KesimpulanPendidikan IPS adalah disiplin ilmu-ilmu sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.Dalam proses pendidikan IPS di SD, pembelajarannya kurang memperhatikan karakteristik anak usia sekolah dasar, yakni terkait dengan perkembangan psikologis siswa. Anak dalam kelompok usia SD (6-12 tahun) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada tingkatan konkrit operasional. Padahal bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak. Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, lingkungan, ritual, akulturasi, demokrasi, nilai, peranan merupakan konsep-konsep abstrak yang dalam program studi IPS harus dibelajarkan kepada siswa SD. Jika hal ini dibiarkan terus, maka pembelajaran IPS dapat menjadi pelajaran yang membosankan bagi siswa. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukanlah model pembelajaran yang sesuai untuk materi IPS di SD dan memperhatikan karakteristik anak usia SD.Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah pendidikan IPS di SD adalah :a. Model Inkuirib. Model Pembelajaran VCTc. Model Bermain Petad. Pendekatan ITM (Ilmu-Teknologi dan Masyarakat)e. Model Role Playingf. Model Portofolio2. SaranDalam mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, kita harus memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, program-program pelajaran IPS di sekolah haruslah diorganisasikan secara baik.Sejumlah model pendekatan pembelajaran yang telah dijelaskan diatas, masing-masing mengedepankan keunggulan dalam mengupayakan pencapaian sasaran yang diyakini oleh setiap pengembangannya, namun untuk penerapan praktis di tempat yang sangat mungkin berbeda. Oleh karena itu harus dikalkulasikan dengan berbagai aspek kondisional yang tentu tidak sama.DAFTAR PUSTAKAAl-Lamri Ichas Hamid dan Tuti Istianti Ichas. 2006. Pengembangan Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasionalhttp://educare.e-fkipunla.net/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=10 http://massofa.wordpress.com/2008/02/27/pendekatan-konsep-ilmu-teknologi-dan-masyarakat-dalam-pembelajaran-ips-di-sd/http://pardi74.multiply.com/video/item/1http://pips-sd.blogspot.com/2008_09_01_archive.htmlhttp://re-searchengines.com/0805arief7.htmlhttp://www.puskur.net/produkpuskur/form/upload/52_Kajian%20Kebijakan%20Kurikulum %20IPS.pdfPENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS Oleh:Savitri PurbaningsihMahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (UPI)[email protected] kritis sangat penting dikembangkan dan dimiliki oleh setiap peserta didik, agar peserta didik mampu menghadapi setiap permasalahan didalam hidupnya. Namun, berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti pada pra-penelitian bahwa peserta didik di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung memiliki kemampuan berpikir kritis yang sangat kurang. Hal tersebut dapat terlihat pada aktivitas peserta didik yang sangat pasif didalam pembelajaran IPS ketika berlangsung. Berdasarkan dari landasan permasalahan tersebut, peneliti berinisiatif untuk melakukan penelitian tindakan kelas sesuai dengan judul yang tertera diatas. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif. Dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan sebanyak 3 kali siklus, setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian ini dilakukan terhadap peserta didik kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung, tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 40 orang peserta didik. Dalam pengumpulan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu (1) observasi untuk mengamati aktivitas peserta didik dalam pembelajaran; (2) wawancara untuk mendapatkan data mengenai pendapat peserta didik dan pendidik mengenai penerapan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran IPS; (3) tugas kelompok (LKS) untuk mengetahui sejauh mana keterampilan berpikir kritis yang telah dimiliki peserta didik dalam pembelajaran IPS; dan (4) dokumentasi untuk mendapatkan data mengenai suasana kelas secara mendetail tentang aktivitas-aktivitas yang terjadi didalam kelas. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS. Pada tindakan II terlihat bahwa mayoritas indikator berpikir kritis yang diperoleh oleh peserta didik adalah B (baik), lebih baik dibandingkan pada tindakan I yang mayoritas indikator berpikir kritis yang diperoleh peserta didik C (cukup baik). Selanjutnya pada tindakan III sebagian besar perolehan tingkatan kemampuan berpikir kritis peserta didik yang diperoleh adalah B (baik), dibandingkan pada tindakan II. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis dalam pembelajaran IPS.Kata Kunci: Metode Diskusi Kelompok, Kemampuan Berpikir KritisPENDAHULUANPenelitian ini dilatarbelakangi dari hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kelas VIII-E SMP Negeri 44 Bandung, tentang pembelajaran IPS teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) pembelajaran IPS di kelas masih memiliki kecenderungan pendidik yang aktif di dalam kelas (teacher center). Kesan pendidik yang menguasai kelas sangatlah menonjol, peserta didik hanya menerima informasi dari pendidik saja, sehingga kurang mengarah kepada pengembangan peserta didik untuk berpikir kritis; (2) Buku paket dan pendidik seringkali dijadikan sebagai satu-satunya sumber belajar, dampaknya mereka akan terbelenggu oleh satu buku itu saja yang selalu dianggap kebenaran mutlak; (3) peserta didik tidak memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, berekspresi, berfikir kreatif, berpikir kritis dan ilmu yang mereka dapat akan cepat dilupakan serta dianggap kurang bermakna; (4) sejumlah peserta didik mengganggap bahwa mata pelajaran IPS itu merupakan mata pelajaran yang monoton, tidak menantang, dan kurang sesuai dengan kebutuhan hidup peserta didik. Padahal, IPS harus mempersiapkan peserta didik dalam berpartisipasi secara efektif di lingkungan kelas, sekolah, masyarakat, negara dan dunia (Effendi dalam Soemantri, 2010: 34).Dengan adanya kondisi dimana peserta didik tidak memiliki keberanian dalam mengemukakan pendapat, berargumen, dan berekpresi, yang mengindikasikan bahwa peserta didik kurang memiliki kemampuan dalam berpikir kritis dalam pembelajaran IPS. Padahal, IPS memiliki tujuan yang tercantum pada PERMENDIKNAS no 22, 23, dan 24 tahun 2006 (Sapriya, 2007), memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, dan kritis, rasa ingin tahu, inquiry, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. Berpikir kritis adalah menjelaskan apa yang dipikirkan (Fisher, 2008:65). Dengan berpikir kritis peserta didik dapat mengembangkan keterampilan interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, penjelasan, dan regulasi diri.Berpikir kritis sangat penting dikembangkan dan dimiliki oleh setiap peserta didik agar peserta didik ini dapat memikirkan strategi-strategi yang tepat dalam memecahkan suatu masalah. Sebab pada abad ke-21 ini, permasalahan-permasalahan di masyarakat semakin runyam sehingga menuntut warga negaranya bisa lebih memikirkan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus dilakukan dengan bijak. Selain itu, menurut Santrock dalam Desmita (2010:158), perubahan kognitif yang memungkinkan terjadinya peningkatan pemikiran kritis pada peserta didik apabila dilatih sejak dini, yaitu: (1) Meningkatkan kecepatan, otomatisasi dan kapasitas pemrosesan informasi, yang membebaskan sumber-sumber kognitif untuk dimanfaatkan bagi tujuan lain; (2) Bertambah luasnya isi pengetahuan tentang berbagai bidang; (3) Meningkatkan kemampuan membangun kombinasi-kombinasi baru dari pengetahuan; (4) Semakin panjangnya rentang dan spontannya penggunaan strategi atau prosedur untuk menerapkan atau memperoleh pengetahuan, seperti perencanaan, mempertimbangkan berbagai pilihan, dan pemantauan kognitifTerkait dengan rendahnya kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS, maka perlu adanya pemilihan metode yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, agar tidak hanya terpaku kepada pendidik atau pun buku pelajaran. Salah satu jenis metode pembelajaran itu adalah metode diskusi. Menurut Arends (2008:75), diskusi adalah situasi pendidik dan peserta didik atau peserta didik dan peserta didik lainnya bercakap-cakap dan berbagi ide dan pendapat. Hal ini sejalan dengan Sunaryo dalam Trianto (2010:122), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan, mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. Dengan demikian diskusi merupakan suatu metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat percakapan antara pendidik dengan peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik yang lainnya untuk mendapatkan pemecahan masalah yang benar.Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana pendidik mendesain rancangan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS?; (2) Bagaimana pelaksanaan penerapan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS?; (3) Apakah metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS?; (4) Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran IPS?Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu (1) Untuk menganalisis rancangan pembelajaran metode diskusi kelompok dalam meningkatkan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS; (2) Untuk menganalisis penyusunan tahapan-tahapan metode diskusi kelompok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS; (3) Untuk menganalisis apakah metode diskusi kelompok dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam pembelajaran IPS; (4) Untuk menganalisis kendala-kendala yang dihadapi dalam penerapan metode diskusi kelompok pada pembelajaran IPS.1. 1. Metode Diskusi KelompokMenurut Arends (2008: 75), diskusi adalah situasi pendidik dan peserta didik atau peserta didik dan peserta didik lainnya bercakap-cakap dan berbagi ide dan pendapat. Samani (2012:150), mengungkapkan bahwa diskusi adalah pertukaran pikiran (sharing of opinion) antara dua orang atau lebih yang bertujuan memperoleh kesamaan pandang tentang sesuatu masalah yang dirasakan bersama. Dengan demikian diskusi merupakan suatu metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat percakapan antara individu dengan individu lainnya yang terbentuk ke dalam suatu wadah atau kelompok yang dihadapkan oleh suatu permasalahan sehingga mereka dapat bertukar pikiran untuk mendapatkan pemecahan masalah yang benar melalui kesepakatan bersama.Sagala dalam Ernasari (2011:28), lebih lanjut menyebutkan bahwa:Diskusi ialah percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide ataupun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari kebenaran.Namun, untuk membatasi pengertian diskusi yang luas ini, maka peneliti memberikan konsep kelompok dalam pembahasan ini. Kelompok adalah kumpulan orang yang terdiri dari dua atau tiga orang, bahkan lebih. Menurut Sunjana dalam Sofyanti (2011:19), menyatakan bahwa kelompok adalah suatu kumpulan orang dalam jumlah terbatas, setiap anggota melakukan hubungan dan saling membutuhkan serta kegiatan mereka didasarkan pada aturan atau norma-norma yang ditaati bersama. Jadi, kelompok adalah suatu kumpulan orang yang telah direncanakan sebelumnya dan dibentuk dengan tujuan tertentu.Mulyasa (2005:89), menyatakan bahwa diskusi kelompok meruapakan suatu proses teratur dan melibatkan sekelompok orang dalam berinteraksi tatap muka untuk mengambil kesimpulan dan memecahkan masalah. Suryosubroto dalam Yuniati (2007:15), bahwa diskusi kelompok adalah suatu percakapan oleh beberapa orang yang tergabung