makalah_gambut

9
BAB 1 PENDAHULUAN Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat atau hanya sedikit mengalami perombakan. Gambut terbentuk oleh lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun. Gambut adalah tanah organik (organik soil) tetapi belum tentu tanah organik merupakan tanah gambut. Istilah lain untuk lahan gambut juga sering digunakan yaitu rawa gambut yang terkadang diartikan sebagai lahan basah. Tanah gambut merupakan tanah organik yang terbagi atas gambut berserat dan gambut tidak berserat. Dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikelompokan ke dalam ordo Histosol atau sebelumnya dinamakan Organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan jenis tanah mineral (Mulyani, 2002). Tanah gambut yang terlalu tebal (1,5 - 2m) umumnya tidak subur, karena vegetasi penyusunya miskin unsur hara. Tanah gambut yang subur umumnya mempunya ketebalan antara 30 sampai 100 cm. Tanah gambut mempunyai sifat menyusut (subsidence) jika dilakukan drainase yang baik, sehingga permukaan akan selalu turun. Tanah gambut harus dijaga jangan sampai terlalu kering, karena akan sulit menyerap air dan mudah terbakar (Sabiham, 1999).

Upload: dhevi-dwi

Post on 30-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

r

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

Gambut diartikan sebagai material atau bahan organik yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah berlebihan, bersifat tidak mampat atau hanya sedikit mengalami perombakan. Gambut terbentuk oleh lingkungan yang khas, yaitu rawa atau suasana genangan yang terjadi hampir sepanjang tahun.

Gambut adalah tanah organik (organik soil) tetapi belum tentu tanah organikmerupakan tanah gambut. Istilah lain untuk lahan gambut juga sering digunakan yaitu rawa gambut yang terkadang diartikan sebagai lahan basah. Tanah gambut merupakan tanah organik yang terbagi atas gambut berserat dan gambut tidakberserat. Dalam klasifikasi tanah, tanah gambut dikelompokan ke dalam ordo Histosol atau sebelumnya dinamakan Organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda dengan jenis tanah mineral (Mulyani, 2002).

Tanah gambut yang terlalu tebal (1,5 - 2m) umumnya tidak subur, karena vegetasi penyusunya miskin unsur hara. Tanah gambut yang subur umumnya mempunya ketebalan antara 30 sampai 100 cm. Tanah gambut mempunyai sifat menyusut (subsidence) jika dilakukan drainase yang baik, sehingga permukaan akan selalu turun. Tanah gambut harus dijaga jangan sampai terlalu kering, karena akan sulit menyerap air dan mudah terbakar (Sabiham, 1999).

Setiap tanaman memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Kondisi lingkungan tempat tanaman berada selalu mengalami perubahan. Tumbuhan yang ditanam pada tanah gambut(contohnya pada perkebunan kelapa sawit) akan mudah mengalami kekeringan terutama pada musim kemarau panjang. Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai proses penyerapan air pada tanaman di lahan gambut.

BAB II

ISI

Syarat utama untuk terjadinya proses penyerapan air oleh tanaman, adalah potensi air tanah harus lebih tinggi dari pada potensi air udara (atmosfir) di sekitar tumbuhan. Pada kenyataannya potensi air atmosfir selalu lebih rendah dari potensi air tanah, kecuali jika kelembaban relatif (RH) udara adalah100%. Kemudian, adanya tenaga hidrasi dinding pembuluh xilem dan gaya kohesi antar molekul air (Lakitan, 2008). Air yang terserap pada tanaman ini juga berfungsi dalam proses transpirasi tanaman. Transpirasi tanaman adalah proses terbukanya stomata untuk mengeluarkan air.

Proses terjadinya transpirasi oleh tanaman adalah sebagai berikut:

1. Terjadi perbedaan potensial air

2. air masuk ke sel penjaga

3. tekanan turgor meningkat

4. stomata terbuka

Tanggap paling awal dari tanaman yang mendapat cekaman kekeringan adalah terjadinya hambatan pembukaan stomata daun. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa cekaman kekeringan dapat menurunkan konduktansi stomata, fotosintesis dan pertumbuhan (Sasmitamihardja, 1996).

Potensial air daun ini akan mempengaruhi membuka dan menutupnya stomata yang pada gilirannya akan mempengaruhi larutan sel tanaman antara lain asam absisic (ABA), asam amino, proline K+/Ca++ yang berpengaruh terhadap proses fotosintesis tanaman. Kandungan air tanah yang rendah dapat menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti penurunan pertumbuhan, kadang menyebabkan kematian dan penurunan fotosintesis. Bila daun mempunyai kandungan air dan suhu yang cukup akan mendukung transport ion hydrogen-kalium/kalsium. Ion kalium dan kalsium mempunyai peran penting dalam pergerakan stomata (Taiz, 2002).

Sedangkan, lahan gambut dapat menyebabkan kondisi kekeringan pada tanaman, Hal ini disebabkan oleh sifat lahan gambut seperti:

Perakarannya yang dangkal,

Ttersebut mempunyai kemampuan menahan air yang rendah,

Tanah gambut bekas hutan memiliki kejenuhan basa yang rendah, derajat kemasaman yang tinggi dengan 3.90,

Kandungan hara makro dan mikro yang sedang,

Serta unsur P sulit tersedia bagi tanaman (Sarjawan, 2007).

Karakteristik fisik gambut yang penting dalam pemanfaatannya untuk pertanian meliputi kadar air, berat isi (bulk density, BD), daya menahan beban (bearing capacity), subsiden (penurunan permukaan), dan mengering tidak balik (irriversible drying). Beberapa sifat fisik yang perlu diperhatikan kaitannya dengan konservasi tanah gambut adalah kadar air serta kapasitas memegang air. Kadar air tanah gambut berkisar antara 100 1.300% dari berat keringnya (13 kali bobotnya) menyebabkan BD menjadi rendah. Bulk density terkait dengan tingkat kematangan dan kandungan bahan mineral, dimana semakin matang dan semakin tinggi kandungan bahan mineral maka BD akan semakin besar dan tanah gambut semakin stabil (tidak mudah mengalami kerusakan). Sajarwan (2007) mengemukakan bahwa terjadi penurunan nilai BD dari pinggir sungai ke arah kubah gambut.

Karakteristik kimia lahan gambut sangat ditentukan oleh kandungan , ketebalan,dan jenis mineral pada substratum (di dasar gambut), serta tingkat dekomposisi gambut. Kandungan mineral gambut di Indonesia umumnya kurang dari 5% dan sisanya adalah bahan organik. Fraksi organik terdiri dari senyawa-senyawa humat sekitar 10 hingga 20% dan sebagian besar lainnya adalah senyawa lignin, selulosa, hemiselulosa, lilin, tannin, resin, suberin, protein, dan senyawa lainnya.

Agar tetap dapat bertahan hidup dalam keadaan kekeringan, tanaman harus dapat mengatur status air dalam tubuhnya melalui pengaturan potensial osmotik. Secara normal tanaman akan mengurangi pembukaan stomatanya sehingga dapat mengurangi kecepatan kehilangan air, tetapi penyerapan CO2 melalui stomata berkurang.

Cara yang dapat dilakukan agar tumbuhan dapat bertahan hidup di lahan gambut yang mudah mengalami kekeringan ini dengan memberikan arbuskular mikoriza (CMA), dan dengan pengaturan air (drainase) pada lahan gambut yang akan ditanami, agar kelembaban tanah gambut tetap terjaga.

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil diskusi mengenai penyerapan air dan mineral serta transpirasi air khususnya pada lahan gambut maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Jika tanah gambut mengalami kekeringan, maka akan menyebabkan tanah gambut tidak bisa menyerap air lagi. Kekeringan pada lahan gambut ini mempengaruhi fisiologis dari tanaman.

2. Kekeringan yang terjadi pada lahan gambut akan menyebabkan kekurangan air pada tanaman, sehingga tidak terjadi proses pengangkutan air yang mempengaruhi transpirasi, di mana transpirasi ini penting dalam proses fotosintesis.

3. Kelembaban pada tanah gambut harus tetap dijaga, agar tumbuhan yang ditanam pada lahan gambut tidak kekurangan suplai air dalam proses osmoregulasinya. salah satu caranya dengan pengaturan air (drainase).

DAFTAR PUSTAKA

Lakitan, Benyamin. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Radja Grafindo Persada. Jakarta.

Mulyani, M. S. 2002. Pengantar Ilmu Tanah: Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.

Sabiham S. 1999. Peningkatan produktivitas tanah gambut ,elalui pengendalian reaktivitas asam-asam organik meracun : persyaratan dasar pengembangan lahan gambut. Laporan Penelitian Hibah Bersaing V/3 Perguruan Tinggi T.A. 1998/1999. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Sajarwan A. 2007. Kajian Karakteristik Gambut Tropika Yang Dipengaruhi Oleh Jarak Dari Sungai, Ketebalan Gambut, Dan Tipe Hutan Di Daerah Aliran Sungai Sebangun. Disertasi. Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Hendriyani, I.S. and N. Setiari. 2009. Kandungan klorofil dan pertumbuhan kacang panjang (Vigna sinensis) pada tingkat penyediaan air yang berbeda. J. Sains & Mat. 17 (3):145-150.

Sasmitamihardja, D. and A.H. Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Proyek Pendidikan Akademik Dirjen Dikti. Depdikbud. Bandung. pp 253-281.

Taiz L, Zeiger E. 2002. Plant Physiology Third Edition. Sunderland: Sinauer Associates.

LAPORAN DISKUSI FISIOLOGI TUMBUHAN

SEMESTER GENAP

TAHUN AJARAN 2014/2015

PENYERAPAN AIR DAN MINERAL TANAMAN PADA LAHAN GAMBUT

MUHAMMAD NASRULAH AKBAR

140410120087

KELOMPOK 10

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2014