metode tim dan konflik

24
2.1 Metode Tim 1. Defenisi Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. 2. Contoh dan Penerapan Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan kategori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk

Upload: jumiyanti

Post on 26-Sep-2015

263 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

2.1 Metode Tim1. Defenisi Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua laporan tentang pelayanan keperawatan klien. 2. Contoh dan Penerapan Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan dengan menggunakan tim yang terdiri atas kelompok klien dan perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan berpengalaman kerja serta memiliki pengetahuan dibidangnya (Regestered Nurse). Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/ ketua group dan ketua group bertanggung jawab dalam mengarahkan anggota group / tim. Selain itu ketua group bertugas memberi pengarahan dan menerima laporan kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila menjalani kesulitan dan selanjutnya ketua tim melaporkan pada kepala ruang tentang kemajuan pelayanan / asuhan keperawatan terhadap klien. Keperawatan Tim berkembang pada awal tahun 1950-an, saat berbagai pemimpin keperawatan memutuskan bahwa pendekatan tim dapat menyatukan perbedaan kategori perawat pelaksana dan sebagai upaya untuk menurunkan masalah yang timbul akibat penggunaan model fungsional. Pada model tim, perawat bekerja sama memberikan asuhan keperawatan untuk sekelompok pasien di bawah arahan/pimpinan seorang perawat profesional (Marquis & Huston, 2000). Dibawah pimpinan perawat professional, kelompok perawat akan dapat bekerja bersama untuk memenuhi sebagai perawat fungsional. Penugasan terhadap pasien dibuat untuk tim yang terdiri dari ketua tim dan anggota tim. Model tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontriibusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang tinggi. Setiap anggota tim akan merasakan kepuasan karena diakui kontribusmnya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas asuhan keperawatan yang bermutu. Potensi setiap anggota tim saling melengkapi menjadi suatu kekuatan yang dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta menimbulkan rasa kebersamaan dalam setiap upaya dalam pemberian asuhan keperawatan. Pelaksanaan konsep tim sangat tergantung pada filosofi ketua tim apakah berorientasi pada tugas atau pada klien. Perawat yang berperan sebagai ketua tim bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan semua pasien yang ada di dalam timnya dan merencanakan perawatan klien. Tugas ketua tim meliputi: mengkaji anggota tim, memberi arahan perawatan untuk klien, melakukan pendidikan kesehatan, mengkoordinasikan aktivitas klien. Menurut Tappen (1995), ada beberapa elemen penting yang harus diperhatikan: a. Pemimpin tim didelegasikan/diberi otoritas untuk membuat penugasan bagi - anggota tim dan mengarahkan pekerjaan timnya.b. Pemimpin diharapkan menggunakan gaya kepemimpinan demokratik atau partisipatif dalam berinteraksi dengan anggota tim. c. Tim bertanggung jawab terhadap perawatan total yang diberikan kepada kelompok pasien. d. Komunikasi di antara anggota tim adalah penting agar dapat sukses. Komunikasi meliputi: penulisan perawatan klien, rencana perawatan klien, laporan untuk dan dari pemimpin tim, pentemuan tim untuk mendiskusikan kasus pasien dan umpan balik informal di antara anggota tim.

3. Kelebihan a. Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara komprehensif.b. Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan. c. Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar. d. Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal. e. Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara efektif. f. Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan.g. Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yangdapat dipertanggungjawabkan.h. Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama bertugas.4. Kelemahan a. Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun perawat klinik.b. Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak diimplementasikan dengan total.c. Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan, sehingga komunikasi antar angota tim terganggu. d. Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf, berlindung kepada anggota tim yang mampu. e. Akuntabilitas dari tim menjadi kabur. f. Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga yang mempunyai keterampilan tinggi. 5. Tanggung Jawab Kepala Ruang a. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan sesuai dengan standar asuhan keperawatan. b. Mengorganisir pembagian tim dan pasien.c. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk mengembangkan kepemimpinan. d. Menjadi narasumber bagi ketua tim. e. Mengorientasikan tenaga keperawatan yang baru tentang metode/model tim dalam pemberian asuhan keperawatan. f. Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.g. Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya.h. Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya.i. Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya.j. Memotivasi staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan. k. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka dengan semua staf. 6. Tanggung Jawab Ketua Tim a. Mengatur jadwal dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan.b. Membuat perencanaan berdasarkan tugas dan kewenangannya yang didelegasikan oleh kepala ruangan. c. Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya.d. Mengkoordinasikan rencana keperawatan dengan tindakan medik. e. Membuat penugasan kepada setiap anggota tim dan memberikan bimbingan melalui konferens. f. Mengevaluasi asuhan keperawatan baik proses ataupun hasil yang diharapkan serta mendokumentasikannya. g. Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan.h. Menyelenggarakan konferensi.i. Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.j. Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya.k. Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan.7. Tanggung Jawab Anggota Tim a. Melaksanakan tugas berdasarkan rencana asuhan keperawatan. b. Mencatat dengan jelas dan tepat asuhan keperawatan yang telah diberikan berdasarkan respon klien.c. Berpartisipasi dalam setiap memberiikan masukan untuk meningkatkan asuhan keperawatan.d. Menghargai bantuan dan bimbingan dan ketua tim.e. Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.f. Memberikan laporan .

Konflik2.1.1Sejarah Terjadinya KonflikSejarah terjadinya suatu konflik pada suatu organisasi dimulai seratus tahun yang lalu, dimana konflik adalah suatu kejadian yang alamiah dan peristiwa yang pasti terjadi di organisasi. Pada awal 20, konflik di indikasikan sebagai suatu kelemahan manajemen pada suatu organisasi yang harus dihindari. Keharmonisan suatu organisasi sangat diharapkan, tetapi konflik akan selalu merusaknya. Ketika konflik mulai terjadi pada suatu organisasi, meskipun dihindari dan ditolak, namun harus tetap diselesaikan secepatnya. Konflik sebenarnya dapat dihindari, kalau staf diarahkan terhadap suatu tujuan yang jelas dalam melaksanakan tugasnya dan ketidakpuasan staf harus diekspresikan secara langsung supaya masalah tidak menumpuk dan bertambah banyak.Pada pertengahan abad 19, ketika ketidakpuasan staf dan umpan balik dari atasan tidak ada, maka konflik diterima secara pasif sebagai suatu kejadian yang normal dalam organisasi. Oleh karena itu, seorang manajer harus belajar banyak tentang bagaimana menyelesaikan konflik tersebut daripada berusaha menghindarinya. Meskipun konflik dalam organisasi merupakan suatu unsure penghambat staf dalam melaksanakan tugasnya, tetapi diakui bahwa konflik dan kerjasama dapat terjadi secara bersamaan.Teori interaksi pada tahun 1970, mengemukakan bahwa konflik merupakan suatu hal yang penting, dan secara aktif mengajak organisasi untuk menjadikan konflik sebagai salah satu pertumbuhan produksi. Teori ini menekankan bahwa konflik dapat mengakibatkan pertumbuhan produksi sekaligus kehancuran organisasi, keduanya tergantung bagaimana manajer mengelolanya. Mengingat konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam organisasi, maka manajer harus dapat mengelolanya dengan baik.Konflik dapat berupa sesuatu yang kualitatif ataupun kuantitatif. Meskipun konflik berakibat terhadap stress, tetapi dapat meningkatkan produksi dan kreativitas. Manajemen konflik yang konstruktif akan menghasilkan lingkungan yang kondusif untuk didiskusikan sebagai suatu fenomena utama, komunikasi yang terbuka melalui pengutaraan perasaan, dan tukar pikiran serta tanggung jawab yang menguntungkan dalam menyelesaikan suatu perbedaan (Erwin, 1992).

2.1.2Pengertian KonflikMarquis dan Huston (1998) mendefinisikan konflik sebagai masalah internal dan eksternal yang terjadi sebagai akibat dari perbedaan pendapat, nilai-nilai, atau keyakinan dari dua orang atau lebih. Littlefield (1995) mengatakan bahwa konflik dapat dikategorikan sebagai suatu kejadian atau proses. Sebagai suatu kejadian, konflik terjadi darisuatu ketidaksetujuan antara dua orang atau organisasi, dimana orang tersebut menerima sesuatu yang akan mengancam kepentingannya. Sebagai proses, konflik dimanefistasikan sebagai suatu rangkaian tindakan yang dilakukan oleh dua orang atau kelompok, dimana setiap orang atau kelompok berusaha menghalangi atau mencegah kepuasan dari seseorang. Sumber konflik dari organisasi dapat ditemukan pada kekuasaan, komunikasi, tujuan seseorang dan organisasi, ketersediaan sarana, perilaku kompetisi dan kepribadian, serta peran yang membingungkan.Sebagai manajer keperawatan, konflik sering terjadi pada setiap tatanan asuhan keperawatan. Oleh karena itu, manajer harus mempunyai dua asumsi dasar tentag konflik, meliputi : 1) konflik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam suatu organisasi, 2) jika konflik dapat dikelola dengan baik, maka konflik dapat menghasilkan suatu kualitas produksi, penyelesaian yang kreatif dan berdampak terhadap peningkatan dan pengembangan. Di sini, peran manajer sangat penting dalam mengelola konflik, dengan menciptakan lingkungan menggunakan konflik yang konstruktif dalam pengembangan, peningkatan, dan produktifitas. Jika konflik mengarah ke suatu yang menghambat dalam suatu organisasi, maka manajer harus menegenali sejak awal dan secara aktif melakukan intervensi supaya produktivitas dan motivasi tidak terkena efek. Belajar menangani konflik secara konstruktif dengan menekankan pada win-win solution merupakan keterampilan kritis dalam suatu manajemen.

2.1.3Penyebab KonflikKonflik dapat berkembang karena berbagai sebab sebagai berikut:1. Batasan pekerjaan yang tidak jelas.Pendeskripsian batasan batasan pekerjaan yang tidak jelas dapat memicu munculnya konflik dikarenakan adanya orang atau individu yang tidak tahu pekerjaannya dan dapat mengganggu tugas dan wewenang dari orang lain.2. Hambatan Komunikasi.Konflik juga dapat terjadi jika komunikasi dalam suatu komunitas tidak berjalan lancar, kondisi yang seperti ini akan menimbulkan misunderstanding/ kesalahpahaman.3. Tekanan Waktu.Tekanan waktu juga dapat memicu adanya konflik, jika dalam suatu komunitas tidak dapat memanage waktu dengan baik dan menggunakannya secara efektif dalam mencapai target yang di tentukan.4. Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal.Standar, peraturan dan kebijakan yang tidak masuk akal, juga dapat memicu konflik dikarenakan adanya standar, peraturan dan kebijakan yang tidak dapat diwujudkan.5. Pertikaian Antarpribadi.Pertikaian antarpribadi juga dapat memicu adanya konflik karena akan muncul tidak adanya sinergi/ kerjasama antara pribadi yang tidak bertikai dan tidak mencari pembenaran pribadi masing-masing.6. Perbedaan Status.Perbedaan status juga termasuk pemicu munculnya konflik karena adanya yang merasa superioritas / diatas daripada yang lain.7. Harapan Yang Tidak Terwujud.Harapan yang tidak terwujud akan memicu konflik karena akan menjadi halangan tersendiri bagi komunitas atau individu ketika adanya harapan yang tidak terwujud dapat menurunkan selfconfidance/ kepercayaan firinya menurun sehingga terjadi kesusahan dalam mempercayai diri maupun orang lain.8. Perilaku Menentang.9. Perilaku menentang dapat menimbulkan konflik yang menghasilkan perasaan bersalah pada seseorang dimana perilaku itu ditunjukkan.

2.1.4Kategori KonflikMenurut Marquis dan Huston (1998), konflik dipandang secara vertical dan horizontal. Konflik vertical terjadi antara atasan dan bawahan sedangkan konflik horizontal terjadi antara staf dengan posisi dan kedudukan yang sama. Konflik dapat dibedakan menjadikan 3 jenis yakni, konflik intrapersonal, interpersonal, dan antarkelompok.1. Konflik IntrapersonalKonflik intrapersonal adalah konflik yang terjadi pada individu sendiri. Keadaan ini merupakan masalah internal untuk mengklarifisi. Nilai dan keinginan dari konflik yang terjadi. Hal ini sering dimanefistasikan sebagai akibat dari kompetisi peran. Misalnya, manajer mungkin merasa mempunyai konflikintrapersonal dengan loyalitas terhadap profesi keperawatan, loyalitas terhadap pekaryaan, dan loyalitas kepada pasien. 2. Konflik InterpersonalKonflik interpersonal konflik interpersonal terjadi antara dua orang atau lebih di mana nilai, tujuan dan keyakinan berbeda. Konflik ini sering terjadi karena secara konstan berinteraksi dengan orang lain, sehingga ditemukan perbedaan-perbedaan. Manajer sering mengalami konflik dengan teman sesama manajer, atasan, dan bawahannya.3. Konflik Antarkelompok (intergroup)Konflik antarkelompok (intergroup) adalah konflik terjadi antara dua atau lebih dari kelompok orang, departemen, atau organisasi. Sumber konflik jenis ini adalah hambatan dalam mencapai kekuasaan dan otoritas (kualitas jasa layanan), serta keterbatasan prasarana.

2.1.5Proses KonflikProses Konflik dibagi menjadi beberapa tahapan:1. Konflik laten:Tahapan konflik yang terjadi terus-menerus (laten) dalam suatu organisasi. Misalnya, kondisi tentang keterbatasan staf dan perubahan yang cepat. Kondisi tersebut memicu pada ketidakstabilan organisasi dan kualitas produksi, meskipun konflik yang ada kadang tidak Nampak secara nyata atau tidak pernah terjadi.2. Felt conflict (konflik yang disarankan)Konflik yang terjadi karena sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman, ketakutan, tidak percaya, dan marah. Konflik ini disebut juga sebagai konflik affectiveness. Hal ini penting bagi seseorang untuk menerima konflik dan tidak merasakan konflik tersebut sebagai suatu masalah /ancaman terhadap keberadaannya.3. Konflik yang nampak/ sengaja dimunculkan.Konflik yang sengaja dimunculkan untuk dicari solusinya. Tindakan yang dilaksanakan mungkin menghindar, kompetisi, debat atau mencari penyelesaian konflik. Setiap orang secara tidak sadar belajar menggunakan kompetisi, kekuatan, dan agresivitas dalam menyelesaikan konflik. Sementara itu, penyelesaian konflik dalam suatu organisasi memerlukan upaya dan strategi sehingga dapat mencapai tujuan organisasi.4. Resolusi konflikResolusi konflik adalah suatu penyelesaian masalah dengan cara memuaskan semua orang yang terlibat didalamnya dengan prinsip win-win solution.5. Konflik aftermath.Konflik aftermath merupakan konflik yang terjadi akibat dari tidak terselesaikannya konflik yang pertama. Konflik ini akan menjadi masalah besar jika tidak segera di atasi atau dikurangi bias menjadi penyebab dari konflik utama.

2.1.6Penyelesaian Konflik1. Langkah-langkah Penyelesaian KonflikVestal (1994) menjabarkan langkah-langkah menyelesaikan suatu konflik meliputi: 1) Pengkajian, 2) Identifikasi, dan 3) intervensi.Pengkajiana. Analisis situasiIdenfikasi jenis konflik untuk menentukan waktu yang diperlukan, setelah dilakukan pengumpulan fakta dan memvalidasi semua perkiraan melalui pengkajian lebih mendalam. Kemudian siapa yang terlibat dan peran masing-masing. Tentukan jika situasinya dapat diubah.b. Analisis dan mematikan isu yang berkembang.Jelaskan masalah dan prioritas fenomena yang terjadi. Tentukan masalah utama yang memerlukan suatu penyelesaian yang dimulai dari masalah tersebut. Hindari penyelesaian semua masalah dalam satu waktu.c. Menyusun tujuan Jelaskan tujuan spesifik yang akan dicapai.

Identifikasid. Mengelola perasaan Hindari respon emosional: marah, sebab setiap orang mempunyai respons yang berbeda terhadap kata-kata, ekspresi, dan tindakan.Intervensie. Masuk pada konflik yang diyakini dapat diselesaikan dengan baik.selanjutnya identifikasi hasil yang positif yang akan terjadi.f. Menyeleksi metode dalam menyelesaikan konflik. Penyelesaian konflik memerlukan strategi yang berbeda-beda. Seleksi metode yang yang paling sesuai untuk menyelesaikan konflik yang terjadi.

2.1.7Strategi Penyelesaian KonflikStrategi penyelesaian konflik dapat dibedakan menjadi 6, yakni: (1) kompromi atau negosiasi; (2) kompetisi; (3) akomodasi; (4) smoothing; (5) m enghindar; (6) kolaborasi.a. Kompromi atau Negosiasi.Suatu strategi penyelesaian konflik di mana semua yang terlibat saling menyadari dan sepakat pada keinginan bersama. Penyelesaian strategi ini sering diartikan sebagai lose-lose situation. Kedua unsure yang terlibat menyerah dan menyepakati hal yang telah dibuat. Di dalam manajemen keperawatan, strategi ini sering digunakan oleh middle dan top manajer keperawatan. b. Kompetisi.Strategi ini dapat diartikan sebagai win-lose penyelesaian konflik. Penyelesaian ini menekankaan bahwa hanya ada satu orang atau kelompok yang menang tanpa mempertimbangkan yang kalah. Akibat negative dari strategi ini adalah kemarahan, putus asa, dan keinginan untuk perbaikan di masa mendatang.

c. Akomodasi. Istilah lain yang sering digunakan adalah cooperative. Konflik ini berlawanan dengan kompetisi. Pada strategi ini, seseorang berusaha mengakomodasi permasalahan, dan memberikan kesempatan pada orang lain untuk menang. Masalah utama pada strategi ini sebenarnya tidak terselesaikan. Strategi ini biasanya digunakan dalam politik untuk merebut kekuasaan dengan berbagai konsekuensinya.d. Smoothing. Teknik ini merupakan penyelesaian konflik dengan cara mengurangi komponen emosional dalam konflik. Pada strategi ini, individu yang terlibat dalam konflik berupaya mencapai kebersamaan daripada perbedaan dengan penuh kesadaran dan introspeksi diri. Strategi ini bisa diterapkan pada konflik yang ringan, tetapi untuk konflik yang besar, misalnya persaingan pelayanan/ hasil produksi, tidak dapat dipergunakan.e. Menghindar. Semua yang terlibat dalam konflik, pada strategi ini menyadari tentang masalah yang dihadapi, tetapi memilih untuk menghindar atau tidak menyelesaikan masalah. Strastegi ini biasanya dipilih bila ketidaksepakatan membahayakan kedua pihak, biaya penyelesaian lebih besar daripada menghindar, atau perlu orang ketiga dalam menyelesaikannya, atau jika masalah dapat terselesaikan dengan sendirinya.f. Kolaborasi.Strategi ini merupakan strategi win-win solution. Dalam kolaborasi, kedua unsure yang terlibat menentukantujuan bersama dan bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan. Karena keduanya meyakini akan tercapainya suatu tujuan yang telah ditetapkan, masing-masing meyakininya. Strategi kolaborasi tidak akan bisa berjalan bila kompetisi intensif sebagai bagian dari situasi tersebut, kelompok yang terlibat tidak mempunyai kemampuan dalam menyelesaikan masalah, dan tidak adanya kepercayaan diri dari kedua kelompok/seseorang (Bowditch and Buono, 1994).

2.2Negosiasi2.2.1Pengertian NegosiasiNegosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi, negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marqui and Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan kompromi jika digunakan sebagai strategi menyelesaikan konflik. Selama negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan keduanya.Smeltzer (1991) mengidentifikasi 2 tipe dasar negosiasi yakni : 1) Kooperatif (setiap orang menang); dan 2) Kompetitif (hanya satu orang yang menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah bahwa ada salah satu pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak menghendaki adanya suatu perubahan, maka hal ini merupakan cara kooperatif yang baik. Jika hanya salah satu pihak yang menghendaki, namun akan muncul adanya suatu persaingan. Meskipun dalam negosiasi ada unsur yang menang dan kalah antara kedua belah pihak, namun sebagai negotiator penting untuk :1. Memaksimalkan kemenangan kedua pihak untuk mencapai tujuan bersama.2. Meminimalkan kekalahan, dan bagi yang kalah tetap dapat mengikutitujuan bersama.3. Membuat kedua belah pihak merasa puas dengan hasil negosiasi.

2.2.2 Prasyarat Negosiasi yang Efektif1. Para pihak bersedia bernegosiasi secara sukarela berdasarkan kesadaran yang penuh (willingness).2. Para pihak memiliki kesiapan untuk melakukan negosiasi (preparednees).3. Para pihak memiliki kewenangan untuk mengambil keputusan (authoritative).4. Para pihak memiliki kekuatan yang relatif seimbang (relative equal bargaining power).5. Para pihak memiliki kemauan menyelesaikan masalah (sense problem solving).

2.2.3 Sebelum NegosiasiTiga criteria yang yang harus dipenuhi sebelum manajer setuju untuk memulai proses negosiasi: (1) Masalah harus dapat dinegosiasikan; (2) Negotiator harus tertarik terhadap take and give selama proses negosiasi; (3) Mereka harus saling percaya (Smeltzer, 1991).Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan negosiasi adalah :1. M,engumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat, maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.2. Di mana manajer harus memulai. Karena tugas manajer adalah melakukan kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama. Tujuan tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.3. Memilih alternative yang baik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi dan efektifitas penggunaan waktu, anggaran, dan pegawai yang terlibat perlu juga diperhatikan oleh manajer.4. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Suatu agenda negosiasi yang akan ditawarkan jika alaternatif negosiasi tidak dapat disepakati.2.2.4 Selama negosiasiAda beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksanakan dalam menciptakan kondisi yang persuasive, asertif, dan komunikasi terbuka:1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.2. Dengarkan dengan seksama, dan perhatikan respon nonverbal yang Nampak.3. Berpikirlah positif dan selalu terbuka untuk menerima semua alternative informasi yang disampaikan. 4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan bicara anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan persetujuan.5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-masalah pribadi pada saat negosiasi.6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.7. Jujur.8. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan mintalah waktu untuk menjawabnya.10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi berlangsung, istirahatlah sebentar.11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum anda pahami.12. Bersabarlah (Smeltzer, 1991).

2.2.5 Kunci Sukses Dalam Melakuakan Negosiasi1. Lakukana. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anada mengetahui keinginan orang lain.b. Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah, bukan sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada bukan orangnya.c. Ingat, bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaian yang dapat diterima, jika anada dapat menyajikan sesuatu yang lebih baik dan menarik.d. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan gerakan tubuhnya.e. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.f. Antisipasi penolakan.g. Tahu apa yang dapat anda berikan.h. Tunjukkan beberapa alternative pilihan.i. Tunjukkan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat anda.j. Bersikap asertif, bukan agresif.k. Hati-hati, anda mempunyai suatu kekuasaan untu memutuskan.l. Pergunakan gerakan tubuh, jika anda menyetujui atau tidak terhadap suatu pendapat.m. Konsisten terhadap apa yang anda anggap benar.2. Hindaria. Sikap yang tidak baik, sinis, kasar dan menyepelekan.b. Trik yang tidak baik, manipulasi.c. Distorasi.d. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.e. Tidak berurutan.f. Membuat hanya satu pilihan.g. Memaksakan kehendak.Berusaha menekankan pada satu pendapat.