pedomanims2011

Upload: wajarsi-pratami

Post on 05-Jul-2018

293 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    1/109

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    2/109

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    3/109

    K ATA P ENGANTAR

    Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menjadi masalah global termasuk di

    Indonesia. Risiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS masih kurangdisadari oleh kelompok berisiko, ditambah kesadaran yang rendah untukmemeriksakan HIV sehingga masih banyak kasus AIDS yang ditemukan pada stadiumlanjut di rumah sakit. Dalam rangka memperkuat upaya pengendalian HIV- AIDS diIndonesia, sangat penting untuk memadukan upaya pencegahan dengan perawatan,karena keduanya merupakan komponen penting yang saling melengkapi.

    Infeksi menular seksual merupakan salah satu penyebab masalah kesehatan, sosial danekonomi di banyak negara serta merupakan salah satu pintu masuk HIV. Keberadaaninfeksi menular seksual telah menimbulkan pengaruh besar dalam pengendalian HIV-AIDS. Pada saat yang sama, timbul peningkatan kejadian resistensi kuman penyebabinfeksi menular seksual terhadap beberapa antimikroba, yang akan menambah masalah

    dalam pengobatan infeksi menular seksual.

    Buku Penanganan Infeksi Menular Seksual ini diadaptasi dari buku rekomendasi WHO2007, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi di Indonesia dengan melibatkanberbagai instansi terkait.

    Buku ini merupakan rangkaian bersama buku manajemen infeksi menular seksual bagi pengelola program, sehingga merupakan buku pedoman terpadu penanganan danmanajemen infeksi menular seksual.

    Sepatutnyalah kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepadasemua pihak atas perhatian, bantuan dan kontribusinya dalam penyusunan danpenyempurnaan Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual ini.

    Semoga Pedoman Nasional Penanganan Infeksi Menular Seksual ini bermanfaat dalamprogram pengendalian HIV-AIDS, khususnya infeksi menular seksual di Indonesia.

    Jakarta, Oktober 2011

    Direktur Jenderal PP dan PL ,

    Prof. dr. Tjandra Yoga AditamaNIP 195509031980121001

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    4/109

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    5/109

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    1. Pendahuluan 1

    Latar Belakang 1

    Program Pencegahan & pengendalian IMS 4

    Dasar Pemikiran menetapkan Rekomendasi pengobatan baku 6

    Penanganan kasus IMS 7

    Penanganan kasus berdasarkan pendekatan sindrom 7

    Beberapa faktor risiko radang serviks 8

    Pemilihan obat 9

    2. Pemeriksaan Pasien Infeksi Menular Seksual 11

    Anamnesis 11

    Pemeriksaan Fisik 14

    Pengambilan spesimen 15

    Pemeriksaan lain 18

    3. Diagnosis & Pengobatan Infeksi Menular Seksual 23

    Diagnosis IMS menggunakan bagan alur 23

    Duh tubuh uretra 24

    Ulkus genitalis 29

    Bubo Inguinalis 35

    Pembengkakan skrotum 37

    Duh tubuh vagina 39Nyeri perut bagian bawah 45

    Konjungtivitis neonatorum 49

    Tonjolan (vegetasi) pada genitalia 52

    Proktitis akibat IMS 54

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    6/109

    4. Pertimbangan praktis pengobatan IMS 57

    Memilih antimikroba 57

    Resistensi Neisseria gonorrhoeae terhadap antimikroba 59

    Resistensi Haemophilus ducreyi terhadap antimikroba 60

    5. Komunikasi, Informasi, Edukasi pada pasien IMS 61

    Materi atau isi pesan KIE 62

    Penggunaan kondom untuk mencegah IMS 65

    Notifikasi pasangan seksual 69

    6. Peran Kesehatan Masyarakat dalam penanganan kasus IMS 71

    Keterjangkauan pelayanan kesehatan 71

    Paket Kesehatan Masyarakat dalam pencegahan IMS 72

    7. Anak, remaja dan IMS 75

    Evaluasi IMS pada anak dan remaja 76

    8. Laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki & IMS 81

    Jenis IMS pada LSL 83

    Penanganan IMS pada LSL 86

    9. Pencatatan & Pelaporan 87

    Pencatatan 87

    Pelaporan 89

    Daftar Pustaka 91

    Lampiran

    Lampiran 1. Hasil pemeriksaan Laboratorium Sederhana 93

    Lampiran 2. Formulir Pelaporan 97

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    7/109

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    8/109

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    9/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 7

    9 :;:< = >9:?:)@

    Lebih dari 30 jenis patogen dapat ditularkan melalui hubungan seksual denganmanifestasi klinis bervariasi menurut jenis kelamin dan umur (lihat tabel 1). Meskipuninfeksi menular seksual (IMS) terutama ditularkan melalui hubungan seksual, namunpenularan dapat juga terjadi dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saatkelahiran, melalui produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat ditularkan melalui alat kesehatan.

    Dengan perkembangan di bidang sosial, demografik, serta meningkatnya migrasipenduduk, populasi berisiko tinggi tertular IMS akan meningkat pesat. Beban terbesarakan ditanggung negara berkembang, namun negara maju pun dapat mengalami bebanakibat meningkatnya IMS oleh virus yang tidak dapat diobati, perilaku seksual berisikoserta perkembangan pariwisata. IMS menempati peringkat 10 besar alasan berobat dibanyak negara berkembang, dan biaya yang dikeluarkan dapat mempengaruhipendapatan rumah tangga. Pelayanan untuk komplikasi atau sekuele IMSmengakibatkan beban biaya yang tidak sedikit, misalnya untuk skrining danpengobatan kanker serviks, penanganan penyakit jaringan hati, pemeriksaaninfertilitas, pelayanan morbiditas perinatal, kebutaan bayi, penyakit paru pada anak-anak, serta nyeri panggul kronis pada wanita. Beban sosial meliputi konflik denganpasangan seksual dan dapat mengakibatkan kekerasan dalam rumah tangga.

    Dalam 20 tahun belakangan ini, pengetahuan tentang dinamika transmisi IMS telahberkembang sebagai dampak pandemi HIV dan peningkatan upaya untukmengendalikan infeksi lainnya. Model matematika dan riset menunjukkan peranpenting jejaring seksual dalam menentukan arah penyebaran berbagai jenis infeksitersebut. Pemahaman yang semakin baik terhadap dinamika penularan IMS

    >)A:BC9C:)

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    10/109

    5 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

    menimbulkan dampak pada rancangan strategi pencegahan dan intervensipengendaliannya (gambar 1).

    !"#$% '( )"*+,$- .$-/$#"# 0"- 1$-23 456 /"-, 02*27#8%9"-

    ! "#$%&' ) " ' *+&,#" ,* - . * ' * , / " ' ! &'0" -*# 0" '% / * # * ) 1 2 . - " '

    INFEKSIB AKTERI Neisseria gonorrhoeae GONORE

    Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan

    Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis, bartolinitis, penyakitradang panggul, kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis

    Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, infeksi gonokokus diseminata

    Neonatus: konjungtivitis, kebutaan

    Chlamydia trachomatis KLAMIDIOSIS (INFEKSI KLAMIDIA)Laki-laki: uretritis, epididimitis, orkitis, kemandulan

    Perempuan: servisitis, endometritis, salpingitis, penyakit radang panggul,kemandulan, ketuban pecah dini, perihepatitis, umumnya asimtomatik

    Laki-laki & perempuan: proktitis, faringitis, sindrom Reiter

    Neonatus: konjungtivitis, pneumonia

    Chlamydia trachomatis(galur L1-L3)

    LIMFOGRANULOMA VENEREUM

    Laki-laki & perempuan: ulkus, bubo inguinalis, proktitis

    Treponema pallidum SIFILIS

    Laki-laki & perempuan: ulkus durum dengan pembesaran kelenjar getahbening lokal, erupsi kulit, kondiloma lata, kerusakan tulang, kardiovaskulardan neurologis

    Perempuan: abortus, bayi lahir mati, kelahiran prematurNeonatus: lahir mati, sifilis kongenital

    Haemophilus ducreyi CHANCROID (ULKUS MOLE)Laki-laki & perempuan: ulkus genitalis yang nyeri, dapat disertai denganbubo

    Klebsiella

    (Calymmatobacterium)granulomatis

    GRANULOMA INGUINALE (DONOVANOSIS)

    Laki-laki & perempuan: pembengkakan kelenjar getah bening dan lesiulseratif didaerah inguinal, genitalia dan anus.

    Mycoplasma genitalium Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-gonore)

    Perempuan: servisitis dan uretritis non-gonore, mungkin penyakit radangpanggul

    Ureaplasma urealyticum Laki-laki: duh tubuh uretra (uretritis non-gonokokus)

    Perempuan: servisitis dan uretritis non-gonokokus, mungkin penyakitradang panggul

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    11/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 D

    :%"-18*"-;

    ! "#$%&' ) " ' *+&,#" ,* - . * ' * , / " ' ! &'0" -*# 0" '% / * # * ) 1 2 . - " '

    #$%& ' ( )*& '

    Human ImmunedeficiencyVirus (HIV)

    INFEKSI HIV / ACQUIRED IMMUNEDEFICIENCY SYNDROME (AIDS)Laki-laki & perempuan: penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV, AIDS

    Herpes simplex virus (HSV) tipe2 dan tipe 1

    HERPES GENITALIS

    Laki-laki & perempuan: lesi vesikular dan/atau ulseratif didaerah genitaliadan anus

    Neonatus: herpes neonatus

    Human papillomavirus (HPV) KUTIL KELAMIN

    Laki-laki: kutil di daerah penis dan anus, kanker penis dan anus

    Perempuan: kutil di daerah vulva, vagina, anus, dan serviks; kanker serviks, vulva, dan anus

    Neonatus: papiloma larings

    Virus hepatitis B HEPATITIS VIRUS

    Laki-laki & perempuan: hepatitis akut, sirosis hati, kanker hati

    Virus moluskum kontagiosum MOLUSKUM KONTAGIOSUM

    Laki-laki & perempuan: papul multipel, diskret, berumbilikasi di daerahgenitalia atau generalisata

    INFEKSIPROTOZOA

    Trichomonas vaginalis TRIKOMONIASIS

    Laki-laki: uretritis non-gonokokus, seringkali asimtomatik

    Perempuan: vaginitis dengan duh tubuh yang banyak dan berbusa,kelahiran prematur

    Neonatus: bayi dengan berat badan lahir rendah

    INFEKSI J AMUR

    Candida albicans KANDIDIASIS

    Laki-laki: infeksi di daerah glans penisPerempuan: vulvo-vaginitis dengan duh tubuh vagina bergumpal, disertairasa gatal & terbakar di daerah vulva

    INFESTASI

    P ARASIT

    Phthirus pubis PEDIKULOSIS PUBIS

    Laki-laki & perempuan: papul eritematosa,gatal, terdapat kutu dan telur dirambut pubis

    Sarcoptes scabiei SKABIES

    Papul gatal, di tempat predileksi, terutama malam hari

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    12/109

    E 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

    6#-'#- &/*$&>*? /#,('&- $#/#, >&-7&6#% $#%* 4&3(>/(4 *-,* 4&/#$#/(/.3#+* /&3#-''#- 9.+.8%"32 "-*"="?6%*$ '* - ' / ( / . 3 , * ( - ;? 7#-' >&-@#$* /&%#-,#%#/&-,*-' 3*-,#+ +&4+.#3 #-,#%# 4&3(>/(4 *-,* $#- /(/.3#+* .>.><

    "#$# '*3*%#--7# /(/.3#+* #-,#%# #4#- >&-.3#%4#- /&-7#4*,-7# 4&/#$# /#+#-'#- +&4+.#33#*--7#? >*+#3-7# +.#>*A*+,&%*-7# #,#./.- /#+#-'#- +&4+.#3 ,&,#/ $* $#3#> /(/.3#+*.>.>

    @:B:) H >)@>)A:9.:) .14

    Program pencegahan dan pengendalian IMS bertujuan untuk

    1. Mengurangi morbiditas dan mortalitas berkaitan dengan IMS

    Infeksi menular seksual, selain infeksi HIV menimbulkan beban morbiditas danmortalitas terutama di negara sedang berkembang dengan sumber daya yang terbatas,baik secara langsung yang berdampak pada kualitas hidup, kesehatan reproduksi dananak-anak, serta secara tidak langsung melalui perannya dalam mempermudahtransmisi seksual infeksi HIV dan dampaknya terhadap perekonomian peroranganmaupun nasional.

    Spektrum gangguan kesehatan yang ditimbulkan IMS mulai dari penyakit akut yangringan sampai lesi yang terasa nyeri serta gangguan psikologis. Misalnya, infeksi oleh

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    13/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 I

    N.gonorrhoeae menimbulkan nyeri saat berkemih (disuria) pada laki-laki, dan nyeriperut bagian bawah akut ataupun kronis pada perempuan. Tanpa diobati, infeksi olehT.pallidum , meskipun tidak nyeri pada stadium awal, namun dapat menimbulkanberbagai kelainan neurologis, kardiovaskular serta gangguan tulang di kemudian hari,serta abortus pada perempuan hamil dengan infeksi akut. Chancroid dapat

    menimbulkan ulkus dengan rasa nyeri hebat dan bila terlambat diobati dapatmenyebabkan destruksi jaringan, terutama pada pasien imunokompromais. Infeksiherpes genitalis menimbulkan gangguan psikoseksual karena bersifat rekurens danmenimbulkan rasa nyeri, terutama pada pasien muda. Biaya yang dikeluarkan, termasukbiaya langsung baik medis dan non medis, serta biaya tidak langsung akibat waktuyang hilang untuk melakukan aktivitas produktif (waktu untuk pergi berobat, waktutunggu di sarana pelayanan kesehatan, serta waktu untuk pemeriksaan tenagakesehatan).

    2. Mencegah infeksi HIV

    Mencegah dan mengobati IMS dapat mengurangi risiko penularan HIV melaluihubungan seks, terutama pada populasi yang paling memungkinkan untuk memilikibanyak pasangan seksual, misalnya penjaja seks dan pelanggannya. Keberadaan IMSdengan bentuk inflamasi atau ulserasi akan meningkatkan risiko masuknya infeksi HIVsaat melakukan hubungan seks tanpa pelindung antara seorang yang telah terinfeksiIMS dengan pasangannya yang belum tertular. Ulkus genitalis atau seseorang denganriwayat pernah menderita ulkus genitalis diperkirakan meningkatkan risiko tertular HIV50-300 kali setiap melakukan hubungan seksual tanpa pelindung. Program pencegahanHIV akan mempercepat pencapaian Millennium Development Goal (MDG) tujuan 6 ditahun 2015.

    3. Mencegah komplikasi serius pada kaum perempuan

    Infeksi menular seksual merupakan penyebab kemandulan yang paling dapat dicegah,terutama pada perempuan. Antara 10%-40% perempuan dengan infeksi Chlamydia yang tidak diobati akan mengalami penyakit radang panggul (PRP). Kerusakan tubafalopii pasca infeksi berperan dalam kasus kemandulan perempuan (30%-40%).Terlebih lagi, perempuan dengan PRP berkemungkinan 6-10 kali mengalami kehamilanektopik dibandingkan dengan yang tidak menderita PRP, dan 40%-50% kehamilanektopik disebabkan oleh PRP yang diderita sebelumnya. MDG 5, bertujuan untukmenurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015. Pencegahan PRP

    berperan dalam pencapaian tujuan ini melalui pencegahan kematian ibu akibatkehamilan ektopik. Pencegahan infeksi human papillomavirus (HPV) akan menurunkanangka kematian perempuan akibat kanker serviks, yang merupakan kanker terbanyakpada perempuan.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    14/109

    J 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

    4. Mencegah efek kehamilan yang buruk

    Infeksi menular seksual yang tidak diobati seringkali dihubungkan dengan infeksikongenital atau perinatal pada neonatus, terutama di daerah dengan angka infeksi yangtinggi. Perempuan hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, sebanyak 25%mengakibatkan janin lahir mati dan 14% kematian neonatus, keseluruhanmenyebabkan kematian perinatal sebesar 40%. Kehamilan pada perempuan denganinfeksi gonokokus yang tidak diobati, sebesar 35% akan menimbulkan abortus spontandan kelahiran prematur, dan sampai 10% akan menyebabkan kematian perinatal. Dalamketiadaan upaya pencegahan, 30% sampai 50% bayi yang lahir dari ibu dengan gonoretanpa pengobatan dan sampai 30% bayi yang lahir dari ibu dengan klamidiosis tanpadiobati, akan mengalami oftalmia neonatorum yang dapat mengakibatkan kebutaan.

    A:4:< >1.?.)>;: ?:) < >?F1>)A:4.>)@F=:;:) = :?C

    Tatalaksana IMS yang efektif merupakan dasar pengendalian IMS, karena dapatmencegah komplikasi dan sekuele, mengurangi penyebaran infeksi di masyarakat,serta merupakan peluang untuk melakukan edukasi terarah mengenai pencegahaninfeksi HIV. Bila hal tersebut dilakukan terhadap para pasien, maka hal ini dapatmempengaruhi perilaku seksual dan kebiasaan mereka dalam upaya mencari

    pengobatan.

    Protokol pengobatan yang tepat dan baku sangat dianjurkan untuk menjaminpengobatan yang adekuat di semua tingkat pelayanan kesehatan. Pengobatan baku iniakan memudahkan pelatihan dan supervisi terhadap para petugas kesehatan,memperlambat timbulnya resistensi antimikroba terhadap kuman penyebab IMS,misalnya terhadap Neisseria gonorrhoeae (N.gonorrhoeae ) dan Haemophillus ducreyi (H.ducreyi ), dan juga merupakan salah satu faktor penting dalam mempromosikanpemakaian obat yang rasional.

    Sasaran buku pedoman penatalaksanaan IMS:

    Semua dokter pada tingkat pelayanan kesehatan yang dalam pelayanan sehari–harimenjumpai pasien IMS/ tersangka IMS.

    Paramedis (perawat dan bidan) hanya dalam keadaan di mana tidak ada dokteruntuk sementara waktu ( di bawah pengawasan dokter penanggung jawab), dapatmenggunakan prosedur tetap ini untuk melakukan penatalaksanaan pasien.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    15/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 K

    >):)@:):) ? :4C4 .14

    Penanganan kasus IMS merupakan layanan pada seorang dengan sindrom yangberhubungan dengan IMS, atau dengan hasil positif pada pemeriksaan laboratoriumuntuk satu atau lebih IMS. Komponen penanganan kasus IMS harus dilakukan secaraparipurna meliputi: anamnesis, pemeriksaan klinis, diagnosis yang tepat, pengobatandini dan efektif, edukasi pasien, penyediaan dan anjuran untuk menggunaan kondom,notifikasi dan penanganan pasangan seksnya.

    Dengan demikian, penanganan kasus yang efektif, tidak hanya terdiri dari terapiantimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan mengurangi penularan, namunsecara menyeluruh dan meliputi layanan terhadap kesehatan reproduksi pasien.

    >):)@:):) =>

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    16/109

    L 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

    Penanganan kasus IMS dengan pendekatan sindrom untuk duh tubuh uretra pada priadan ulkus genital baik pada pria maupun wanita telah terbukti manfaatnya danmemadai untuk dilaksanakan. Cara ini telah berhasil mengobati sebagian besar orangyang terinfeksi dengan IMS dengan cara murah, sederhana dan sangat berhasil guna.

    Namun perlu disadari bahwa masih ada keterbatasan dari bagan alur duh tubuh vagina,khususnya pada infeksi serviks (gonokok maupun klamidia). Umumnya sindrom duhtubuh vagina pada populasi dengan prevalensi rendah dan pada remaja wanita,disebabkan radang vagina yang bersifat endogen dari pada IMS. Walaupun telahdilakukan beberapa upaya untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas bagan alurduh tubuh vagina untuk mendiagnosis infeksi serviks, yaitu dengan melakukanpenilaian terhadap beberapa faktor risiko yang bersifat spesifik, namun sensitivitas danspesifisifisitasnya tetap saja rendah.

    Selain itu, penilaian faktor risiko melalui beberapa pertanyaan yang didasarkan pada

    kondisi demografis seperti faktor umur, dan status perkawinan, akan cenderung salahmengelompokkan para remaja ke dalam kelompok berisiko menderita radang serviks.Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi beberapa faktor risiko utama lainnya padakelompok remaja setempat yang kemudian dinilai untuk mendapatkan faktor risikoyang dianggap paling sesuai untuk daerah tersebut. Khusus untuk kelompok remajaakan lebih tepat bila didasarkan pada faktor risiko yang berkaitan dengan pola perilakuseksual setempat.

    = >=>

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    17/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 O

    umur kurang dari 21 tahun (atau 25 tahun di beberapa tempat), berstatus belum menikah, mempunyai lebih dari satu pasangan seksual dalam 3 bulan terakhir, memiliki pasangan seksual baru dalam 3 bulan terakhir, pasangan seksualnya mengalami IMS, dan

    belum berpengalaman menggunakan kondom.

    Beberapa faktor risiko tersebut, walaupun telah diidentifikasi dan divalidasi padakelompok masyarakat tertentu, tidak dapat dengan mudah diekstrapolasikan kepadakelompok lainnya atau dipergunakan secara lebih luas pada negara lainnya. Sebagianbesar peneliti berpendapat bahwa akan lebih tepat bila menggunakan lebih dari satufaktor risiko demogafis daripada hanya menggunakan satu faktor risiko saja, akan tetapisatu gejala klinis sudah cukup bermakna untuk menunjukkan indikasi terdapatservisitis.

    Penambahan beberapa gejala klinis dan faktor risiko tersebut ke dalam bagan alur duhtubuh vagina telah meningkatkan spesifisitasnya, dan selanjutnya nilai prediksi positif(NPP). Akan tetapi NPP masih tetap rendah, khususnya bila bagan alur tersebutdigunakan pada kelompok populasi dengan prevalensi IMS yang rendah.

    >1.9.B:) F =:;

    Resistensi antimikroba terhadap patogen IMS telah meningkat di berbagai tempat didunia ini sehingga menyebabkan rejimen pengobatan yang berharga murah tidak lagiefektif atau manjur. Rekomendasi untuk menggunakan obat yang lebih efektifseringkali harus mempertimbangkan biaya dan kemungkinan penyalahgunaan.

    Kebijakan obat yang berbeda, misalnya menyediakan obat yang kurang efektif ditingkat pelayanan kesehatan perifer serta obat yang lebih efektif yang biasanya lebihmahal di tingkat pelayanan kesehatan rujukan, hanya akan menambah jumlahkegagalan pengobatan, komplikasi, kasus-kasus yang dirujuk, serta mengurangi

    keyakinan terhadap pelayanan kesehatan. Hal semacam ini sangat tidak dianjurkan.Obat-obat yang digunakan untuk pengobatan IMS di semua tingkat fasilitas layanankesehatan harus memberikan kemanjuran paling tidak 95%. Kriteria pemilihan obatIMS dapat dilihat pada kotak 1.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    18/109

    76 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

    ?+*"9 '(

    ?=2*$=2" @#"* 8-*89 456 A-,9" 9$3$7#8B"- A 4&>#-@.%#- ,*-''* 9+&4.%#-'8 4.%#-'-7#CDE 02

    F2%"/"B *$=3$#8*;

    B#%'#78="B

    C(4+*+*,#+ $#- ,(3&%#-+* >#+*D $#/#, $*,&%*>#

    "&>6&%*#- $#3#>0+323 *8-,,"%

    E#%# /&>6&%*#-.$= +="%

    C*$#4 >&%./#4#- 4(-,%# *-$*4#+* .-,.4 *6. D#>*3 #,#. >&-7.+.*<

    F6#,8(6#,#- 7#-' $*'.-#4#- +&6#*4-7# ,&%>#+.4 $#3#> =#),#% F6#, G+&-+*#3H#+*(-#3 9=FGH;? $#- $#3#> >&>*3*D (6#,8(6#,#- ,&%+&6., D#%.+ $*/&%,*>6#-'4#-

    ,*-'4#, 4&>#>/.#- /#+*&- $#- /&-'#3#>#- ,&-#'# 4&+&D#,#-<

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    19/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 77

    Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif, tidak terbatas hanya pada pengobatanantimikroba untuk memperoleh kesembuhan dan menurunkan tingkat penularan

    namun juga memberikan pelayanan paripurna yang dibutuhkan untuk mencapaiderajat kesehatan reproduksi yang baik.

    Komponen penatalaksanaan IMS meliputi: anamnesis tentang riwayat infeksi/ penyakit, pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen/bahan pemeriksaan, diagnosis yang tepat, pengobatan yang efektif, nasehat yang berkaitan dengan perilaku seksual, penyediaan kondom dan anjuran pemakaiannya,

    penatalaksanaan mitra seksual, pencatatan dan pelaporan kasus, dan tindak lanjut klinis secara tepat.

    9 )91):4.4

    Anamnesis dapat dilakukan oleh tenaga medis atau pun paramedis, bertujuan untuk: menentukan faktor risiko pasien. membantu menegakkan diagnosis sebelum dilakukan pemeriksaan fisik

    maupun pemeriksaan penunjang lainnya. membantu mengidentifikasi pasangan seksual pasien.

    :1:;.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    20/109

    75 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Agar tujuan anamnesis tercapai, diperlukan keterampilan melakukan komunikasiverbal (cara kita berbicara dan mengajukan pertanyaan kepada pasien) maupunketrampilan komunikasi non verbal (keterampilan bahasa tubuh saat menghadapipasien).

    Sikap saat melakukan anamnesis pada pasien IMS perlu diperhatikan, yaitu:

    sikap sopan dan menghargai pasien yang tengah dihadapi menciptakan suasana yang menjamin privasi dan kerahasiaan, sehingga

    sebaiknya dilakukan dalam ruang tertutup dan tidak terganggu oleh keluar-masuk petugas

    Dengan penuh perhatian mendengarkan dan menyimak perkataan pasien,jangan sambil menulis saat pasien berbicara dan jangan memutuskanpembicaraannya.

    Gunakan keterampilan verbal anda dengan memulai rangkaian anamnesismenggunakan pertanyaan terbuka, dan mengakhiri dengan pertanyaan tertutup.Pertanyaan terbuka memungkinkan pasien untuk memberikan jawaban lebihpanjang sehingga dapat memberikan gambaran lebih jelas, sedangkanpertanyaan tertutup adalah salah satu bentuk pertanyaan yang mengharapkanjawaban singkat, sering dengan perkataan “ya” atau “ tidak”, yang biasanyadigunakan untuk lebih memastikan hal yang dianggap belum jelas.

    Gunakan keterampilan verbal secara lebih mendalam, misalnya denganmemfasilitasi, mengarahkan, memeriksa, dan menyimpulkan, sambilmenunjukkan empati, meyakinkan dan kemitraan.

    Rangkaian pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada pasien IMS dapat dilihatpada kotak 2.

    Untuk menggali faktor risiko perlu ditanyakan beberapa hal tersebut di bawah ini.Berdasarkan penelitian faktor risiko oleh WHO (World Health Organization) dibeberapa negara (di Indonesia masih belum diteliti), pasien akan dianggapberperilaku berisiko tinggi bila terdapat jawaban “ya” untuk satu atau lebihpertanyaan di bawah ini:

    1. Pasangan seksual > 1 dalam 1 bulan terakhir2. Berhubungan seksual dengan penjaja seks dalam 1 bulan terakhir3. Mengalami 1/ lebih episode IMS dalam 1 bulan terakhir.

    4. Perilaku pasangan seksual berisiko tinggi.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    21/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 7@

    !"#$% '

    ()*"+,$-. /$)0 12+34 5.#$)/$%$) %21$5$ 1$-.2) !

    #$ %&'()*+ (,*-*

    .$ %&'()*+ ,*-/*)*+

    0$ 123*4*, 5&67*'*+*+ 5&+4*82,

    9$ :2*5* -&+7*;2 5*

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    22/109

    7A 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    :1:;.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    23/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 7B

    o Pemeriksaan pasien laki-laki dapat dilakukan sambil duduk/ berdiri. Perhatikan daerah penis, dari pangkal sampai ujung, serta daerah

    skrotum Perhatikan adakah duh tubuh, pembengkakan, luka/lecet atau lesi

    lain

    Lakukan inspeksi dan palpasi pada daerah genitalia, perineum, anus dan sekitarnya. Jangan lupa memeriksa daerah inguinal untuk mengetahui pembesaran kelenjar

    getah bening setempat (regional) Bilamana tersedia fasilitas laboratorium, sekaligus dilakukan pengambilan bahan

    pemeriksaan. Pada pasien pria dengan gejala duh tubuh genitalia disarankan untuk tidak

    berkemih selama 1 jam (3 jam lebih baik), sebelum pemeriksaan.

    :)C91D.?9) 4 :4.1:)

    Pasien laki-laki dengan gejala duh tubuh uretra

    1. Beri penjelasan lebih dahulu agar pasien tidak perlu merasa takut saat

    pengambilan bahan duh tubuh gentalia dengan sengkelit atau dengan swab berujung kecil2. Bila menggunakan sengkelit, gunakanlah sengkelit steril.3. Masukkan sengkelit/ swab ke dalam orifisium uretra eksterna sampai kedalaman

    1-2 cm, putar swab (untuk sengkelit tidak perlu diputar namun cukup menekandinding uretra), dan tarik keluar perlahan-lahan

    4. Oleskan duh tubuh ke atas kaca obyek yang sudah disiapkan5. Bila tidak tampak duh tubuh uretra dapat dilakukan pengurutan ( milking ) oleh

    pasien.

    6$,7$+ :8 ()-2+-. < 3 * / %2 5$3$,4+2#+$ 5$) 5.14#$+ ;

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    24/109

    7E 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Pasien perempuan dengan duh tubuh vagina

    Pasien perempuan dengan status sudah menikah, dilakukan pemeriksaan denganspekulum serta pengambilan spesimen

    1. Beri penjelasan lebih dulu mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan agarpasien tidak merasa takut

    2. Bersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahi larutan NaCl

    3. Setiap pengambilan bahan harus menggunakan spekulum steril (sesuaikanukuran spekulum dengan riwayat kelahiran per vaginam ), swab atau sengkelitsteril

    4. Masukkan daun spekulum steril dalam keadaan tertutup dengan posisitegak/vertikal ke dalam vagina, dan setelah seluruhnya masuk kemudian putarpelan-pelan sampai daun spekulum dalam posisi datar/horizontal. Bukaspekulum dan dengan bantuan lampu sorot vagina cari serviks. Kuncispekulum pada posisi itu sehingga serviks terfiksasi,

    5. Setelah itu dapat dimulai pemeriksaan serviks, vagina dan pengambilanspesimen

    Dari serviks: bersihkan daerah endoserviks dengan kasa steril, kemudianambil spesimen duh tubuh serviks dengan sengkelit/ swab Dacron™steril untuk pembuatan sediaan hapus, dengan swab Dacron™ yang laindibuat sediaan biakan,

    Dari forniks posterior: dengan sengkelit/ swab Dacron™ steril untukpembuatan sediaan basah, dan lakukan tes amin

    Dari dinding vagina: dengan kapas lidi/ sengkelit steril untuk sediaanhapus,

    Dari uretra: dengan sengkelit steril untuk sediaan hapus

    6. Cara melepaskan spekulum: kunci spekulum dilepaskan, sehingga spekulumdalam posisi tertutup, putar spekulum 90 o sehingga daun spekulum dalam posisitegak, dan keluarkan spekulum perlahan-lahan.

    Pada pasien perempuan berstatus belum menikah tidak dilakukan pemeriksaan denganspekulum, karena akan merusak selaput daranya sehingga bahan pemeriksaan hanyadiambil dengan sengkelit steril dari vagina dan uretra. Untuk pasien perempuan yangbeum menikah namun sudah aktif berhubungan seksual, diperlukan informed consent sebelum melakukan pemeriksaan dengan spekulum. Namun bila pasien menolakpemeriksaan dengan spekulum, pasien ditangani menggunakan bagan alur tanpaspekulum.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    25/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 7F

    6$,7$+ >8 ?$)0%$@A3$)0%$@ 12,$-$)0$) -12%434,

    !" #$%&'% )'*+ ,'%&'% -./' +%,*0+,.1 .%,./2$2'1.//'% 13$/.4.2

    5"

    63$/.4.2 7+2'1.//'% 7'4'2 301+1+ 0-4+/87'.% 13$/.4.2 7+2+*+%&/'%9

    :" 6$,$4'; ,'23'/ 301+1+ .,$*.1< '*';/'%13$/.4.2 3'7' 1$*=+/1

    >" ?./' 13$/.4.2 .%,./ 2$23$*4+;',/'%01,+.2 1$*=+/1 $/1,$*%'4

    "# 6$,$4'; 301+1+ 13$/.4.2 7+ ='&+%'2$%.%).//'% 01,+.2 1$*=+/1< 4'/./'%3$%&.%@+'% 13$/.4.2

    1 2

    3 4

    5

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    26/109

    7G 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Pasien dengan gejala ulkus genitalis (laki-laki dan perempuan)

    1. Untuk semua pasien dengan gejala ulkus genital, sebaiknya dilakukanpemeriksaan serologi untuk sifilis dari bahan darah vena (RPR= rapid plasmareagin , syphilis rapid test )

    2. Untuk pemeriksaan Treponema pallidum pada ulkus yang dicurigai karenasifilis:

    a. Ulkus dibersihkan terlebih dahulu dengan kain kasa yang telah dibasahilarutan salin fisiologis (NaCl 0,9%)

    b. Ulkus ditekan di antara ibu jari dan telunjuk sampai keluar cairan serumc. Serum dioleskan ke atas kaca obyek untuk pemeriksaan Burry atau

    mikroskop lapangan gelap bila ada.

    :1:;.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    27/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 7H

    Pemeriksaan anoskopi

    IndikasiBila terdapat keluhan atau gejala pada anus dan rektum, pasien dianjurkan untukdiperiksa dengan anoskopi bila tersedia alat tersebut. Pemeriksaan ini sekaligus dapatmelihat keadaan mukosa rektum atau pengambilan spesimen untuk pemeriksaanlaboratorium bila tersedia fasilitas.

    Kontra indikasi

    Anus imperforata merupakan kontra indikasi absolut untuk tindakan anoskopi, namunbila pasien mengeluh mengenai nyeri hebat pada rektum, may preclude awakeanoscopic examination in anxious patients in pain.

    Posisi pasienPasien berbaring dalam posisi Sim atau miring dengan lutut ditekuk serta pinggulditekuk 45 o. Posisi pasien di sebelah kiri pemeriksa.

    6$,7$+ B8 92,2+.%-$$) 7.,$)4$3

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    28/109

    56 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Prosedur

    1. Sebelum melakukan pemeriksaan anoskopi, lakukan inspeksi daerah anus dansekitarnya, kemudian lakukan pemeriksaan rektum dengan jari tangan ( digital rectalexamination )

    2. Bila menggunakan anoskopi dengan bagian obturator yang dapat dilepaskan,pastikan bahwa obturator telah terpasang dengan benar

    3. Beri pelumas sepanjang badan anoskop dengan pelumas standard atau lidokain

    6$,7$+ C8 D3$# $)"-%"1 5$+.7$@$) 13$-#.% -2%$3. 1$%$. $#$4;2

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    29/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 57

    4. Masukkan anoskop secara perlahan, dengan sedikit tekanan untuk melawantahanan akibat kontraksi otot sfingter anus eksterna. Terus dorong alat anoskopsampai mencapai anorektum (lihat gambar 8)

    5. Bila obturator terdorong mundur saat insersi, lepaskan anoskop seluruhnya danganti obturator untuk mencegah mukosa anus terjepit bila obturator dimasukkanbelakangan.

    6. Dorong terus anoskop sampai batas luar anoskopi mengenai pinggiran anus.7. Kecuali alat anoskop dilengkapi dengan lampu, dapat digunakan sumber

    penerangan dari luar, misalnya lampu senter atau lampu untuk pemeriksaan pelvis.8. Bila anoskop sudah masuk dengan sempurna, tarik obturator keluar9. Sambil menarik anoskop perlahan-lahan, perhatikan saluran anus. Adakah

    perdarahan anus proksimal dari jangkauan anoskop. Hapus darah atau debrissehingga lapang pandang lebih baik, dan bila ditemukan duh tubuh dapatdilakukan biakan.

    10. Setelah seluruh lingkar mukosa anus diinspeksi, pelan-pelan tarik anoskop.Perhatikan sumber nyeri atau perdarahan di daerah distal, misalnya hemoroid,fisura rektum, ulkus, abses, atau robekan.

    11. Mendekati tahap akhir penarikan, hati-hati terhadao refleks spasme sfingkter anusyang dapat menyebabkan anoskop terlempar. Gunakan tekanan yang agak kuatuntuk mencegah anoskop melejit keluar.

    6$,7$+

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    30/109

    55 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    31/109

    Diagnosis pasien IMS dapat ditegakkan berdasarkan pendekatan sindrom bagi saranapelayanan kesehatan yang tidak memiliki fasilitas laboratorium, atau secara etiologisberdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium sederhana.

    DIAGNOSIS IMS M ENGGUNAKAN BAGAN ALUR

    Dalam penggunaan bagan alur, dapat dilihat 3 macam kotak yang berbeda, masing-masing mempunyai tujuan:

    Kotak segi empat dengan sudut tumpul:merupakan kotak masalah yang memberikanketerangan tentang keluhan dan gejala, danmerupakan awal dari setiap bagan alur.

    Kotak segi enam: merupakan kotak keputusan yang selalu mempunyai dua alur keluar yangmengarah ke kotak tindakan. Kedua alur itu adalahalur “ya” dan alur “tidak”.

    Kotak segi empat dengan sudut tajam: merupakankotak tindakan . Kotak ini menunjukkanpenatalaksanaan yang harus dilakukan.

    Selanjutnya akan dibahas tentang penatalaksanaan delapan sindrom klinis IMS yangsering dijumpai.

    1. DUH T UBUH URETRA

    D IAGNOSIS &

    P ENGO BATAN INFEKSIM ENULAR SEKSUAL

    !"#$! &$'$($)

    !"#$! !*+,#,'$-

    !"#$! #.-/$!$-

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    32/109

    24 |

    #$%&'(&) *+,-./0/+& 12+34-5&367&06.67&64*04/ &)89:";$#$9

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    33/109

    0$;8@&G(&)89: ;$#$9&C8= "=$@K F E$=A

    010234 5647893:34 1304

    $9$?ABA9 G :K A9D8%BA 25K C"BAB #8= "=$@K F E$=A

    0A$?H89A% @&'KQ :K >8= "=$@K C"BAB #

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    34/109

    26 |

    B AGAN 1. DUH TUBUH URETRA LAKI-LAKI DENGAN P ENDEKATAN S INDROM

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    35/109

    B AGAN 1 A. DUH TUBUH URETRA LAKI-LAKI DENGAN P EMERIKSAAN MIKROSKOP

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    36/109

    28 |

    DUH TUBUH URETRA P ERSISTEN

    Gejala ureteritis yang menetap (setelah pengobatan satu periode selesai) atau rekuren(setelah dinyatakan sembuh, dan muncul lagi dalam waktu 1 minggu tanpa hubungan

    seksual), kemungkinan disebabkan oleh resistensi obat, atau sebagai akibat kekurang-patuhan minum obat, atau reinfeksi. Namun pada beberapa kasus hal ini mungkin akibatinfeksi oleh Trichomonas vaginalis (Tv). Sebagai protozoa diperkirakan bahwa Tvmemakan kuman gonokok tersebut (fagositosis), sehingga kuman gonokok tersebutterhindar dari pengaruh pengobatan. Setelah Tv mati maka kuman gonokok tersebutkembali melepaskan diri dan berkembang biak.

    Ada temuan baru yang menunjukkan bahwa di daerah tertentu bisa dijumpai prevalensi Tvyang tinggi pada laki-laki dengan keluhan duh tubuh uretra. Bilamana gejala duh tubuhtetap ada atau timbul gejala kambuhan setelah pemberian pengobatan secara benarterhadap gonore maupun klamidiosis pada kasus indeks dan pasangan seksualnya, makapasien tersebut harus diobati untuk infeksi Tv. Hal ini hanya dilakukan bila ditunjang olehdata epidemiologis setempat. Bilamana simtom tersebut masih ada sesudah pengobatanTv, maka pasien tersebut harus dirujuk. Sampai saat ini data epidemiologi trikomoniasispada pria di Indonesia sangat sedikit, oleh karena itu bila gejala duh tubuh uretra masihada setelah pemberian terapi awal sebaiknya penderita dirujuk pada tempat denganfasilitas laboratorium yang lengkap

    0$;8@&'(&)89: ;$#$9&C8= "=$@K F E$=A

    010234 5647893:34 13044;3

    $9$?ABA9 G :K A9D8%BA 25K C"BAB #8= "=$@K F E$=A

    0A$?H89A% @ 'KQ :K >8= "=$@K C"BAB #

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    37/109

    2. ULKUS G ENITALIS

    Angka prevalensi relatif kuman penyebab ulkus genitalis bervariasi, dan sangat

    dipengaruhi lokasi geogafis. Setiap saat angka ini dapat berubah dari waktu ke waktu.Secara klinis diagnosis banding ulkus genitalia tidak selalu tepat, terutama bila ditemukanbeberapa penyebab secara bersamaan. Manifestasi klinis dan bentuk ulkus genital seringberubah akibat infeksi HIV.

    Sesudah dilakukan pemeriksaan untuk memastikan ulkus genital, pengobatan selanjutnyadisesuaikan dengan penyebab dan pola sensitivitas antibiotik setempat, misalnya, didaerah dengan prevalensi sifilis maupun chancroid yang cukup menonjol, maka pasiendengan ulkus genitalis harus segera diobati terhadap kedua kuman penyebab tersebut.Hal ini dilakukan untuk menjaga kemungkinan pasien tidak kembali untuk tindak lanjut.

    Sedangkan untuk daerah yang sering ditemukan granuloma inguinale ataulimfogranuloma venereum (LGV), pengobatan terhadap kedua mikroorganisme tersebut

    juga perlu diperhatikan. Di beberapa negara, herpes genitalis sangat sering ditemukansebagai penyebab ulkus genitalis. Sedang untuk daerah yang sering ditemukan infeksiHIV, maka peningkatan proporsi kasus ulkus genitalis yang disebabkan oleh virus herpessimpleks sering terjadi. Ulkus pada pasien yang disebabkan oleh virus herpes yangbersamaan dengan virus HIV gejalanya tidak khas dan menetap lebih lama.

    Pemeriksaan laboratorium sebagai penunjang untuk menegakkan diagnosis sangat jarangdapat membantu pada kunjungan pertama pasien, dan biasanya hal ini terjadi sebagai

    akibat infeksi campuran. Dapat ditambahkan pula, bahwa di daerah dengan angkaprevalensi sifilis tinggi, tes serologis yang reaktif mungkin akan lebih mencerminkankeadaan infeksi sebelumnya dan dapat memberikan gambaran yang tidak sesuai dengankeadaan pasien saat itu. Sedangkan tes serologis negatif, belum tentu menyingkirkankemungkinan ulkus akibat sifilis stadium primer, mengingat reaktivitas tes serologi sifilisbaru muncul 2-3 minggu setelah timbul ulkus.

    Saat ini sering dijumpai ulkus genitalis bersamaan dengan infeksi HIV, yangmenyebabkan manifestasi klinis berbagai ulkus tersebut menjadi tidak spesifik. Ulkuskarena sifilis stadium 1 maupun herpes genitalis menjadi tidak khas; chancroid menunjukkan ulkus yang lebih luas, berkembang secara agresif, disertai gejala sistemikdemam dan menggigil; lesi herpes genitalis mungkin berbentuk ulkus multipel yangpersisten dan lebih memerlukan perhatian medis, berbeda dengan vesikel yang umumnyadapat sembuh sendiri ( self limiting ) pada seorang yang immunokompeten.

    Infeksi HIV yang bersamaan juga dapat mengakibatkan kegagalan pengobatan pada sifilisfase awal, chancroid , dan herpes simpleks. Pada pasien yang demikian perlu

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    38/109

    30 |

    dipertimbangkan pengobatan dengan waktu yang lebih lama, namun masih diperlukanpenelitian lebih lanjut.

    0$;8@&I(&4A9XA$9&>89: ;$#$9&

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    39/109

    B AGAN 2. ULKUS GENITALIS DENGAN P ENDEKATAN S INDROM

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    40/109

    32 |

    B AGAN 2A. ULKUS GENITALIS KHUSUS UNTUK TENAGA MEDIS

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    41/109

    Penanganan pasien hamil dengan riwayat alergi penisilin

    Untuk pengobatan sifilis dalam kehamilan, tidak ada alternatif lain selain penisilin yangterbukti manjur. Ibu hamil dengan riwayat alergi penisilin, harus menjalani desensitisasiagar tetap dapat diobati dengan penisilin. Penisilin juga dianjurkan pada pasien sifilis

    dengan infeksi HIV.

    Untuk menentukan seseorang alergi terhadap penisilin dilakukan melalui uji kulit terhadapbenzil-benzatin penisilin. Cara melakukan tes kulit:1. Campur bubuk benzil-benzatin penisilin 2,4 juta Unit dengan akuades steril sesuai

    petunjuk sehingga membentuk suspensi2. Ambil 0,1 cc suspensi menggunakan tabung injeksi 1cc (tipe tuberkulin), tambahkan

    akuades atau akuabides agar terjadi larutan 1 cc3. Suntikkan secara intradermal sebanyak 0,02 cc dengan jarum suntik ukuran 26 atau

    27 pada permukaan volar lengan bawah4. Tepi bentol kemerahan akibat injeksi ditandai dengan bolpen5. Amati selama 15 - 20 menit6. Bila diameter bentol kemerahan meluas lebih dari 3 mm dibandingkan lesi awal, tes

    kulit dinyatakan positif

    Bila hasil uji kulit positif, berarti pasien alergi terhadap penisilin, dapat dilakukandesensitisasi pada ibu hamil tersebut (lihat tabel 5).

    Desensitisasi dapat dilakukan secara oral maupun intravena. Meskipun ke dua cara inibelum pernah dibandingkan, desensitisasi secara oral dianggap lebih aman dan mudahdilakukan.

    Desensitisasi harus dilakukan di rumah sakit karena dapat terjadi reaksi alergi yangserius, sehingga selalu tersedia adrenalin dan sarana resusitasi. Desensitisasi dilakukandalam waktu singkat, berdasarkan peningkatan dosis secara cepat, setiap 15 menit.Diawali dengan dosis yang diencerkan dan diakhiri dengan pengenceran yang samadengan yang akan digunakan untuk pengobatan. Biasanya dapat diselesaikan dalamwaktu 4 – 12 jam setelah pemberian dosis pertama. Setelah desensitisasi, pasien harustetap diberikan penisilin selama masa pengobatan.

    Riwayat nekrolisis epidermis akibat obat (misalnya sindrom Steven-Johnson danvariannya) merupakan kontraindikasi absolut untuk desensitisasi. Bila timbul reaksi yangtidak mengancam jiwa, dapat diberikan antihistamin oral, misalnya setirizin 10 mg.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    42/109

    34 |

    0$;8@&Q(&Z 9# E&X$=$&?8@$%& a$%#8= "=$@ [>89ABA@A9 ^\

    G(&MQ ?89A# GJJ 6 >8= "=$@

    '(& 'J ?89A# IJJ 6 >8= "=$@

    I(& IQ ?89A# bJJ 6 >8= "=$@

    Q(&M D$? M(_JJ 6 >8= "=$@

    _(& M D$? MQ ?89A# '(GJJ 6 >8= "=$@

    F(& M D$? 'J ?89A# _(IJJ 6 >8= "=$@

    b(& M D$? IQ ?89A# MG(bJJ 6 >8= "=$@

    c(& G D$? GQ(JJJ 6 >8= "=$@

    MJ(&G D$? MQ ?89A# QJ(JJJ 6 >8= "=$@

    MM(&G D$? 'J ?89A# MJJ(JJJ 6 >8= "=$@

    MG(&G D$? IQ ?89A# GJJ(JJJ 6 >8= "=$@

    M'(& ' D$? IJJ 6 >8= "=$@

    MI(&' D$? MQ ?89A# GJJ(JJJ 6 B

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    43/109

    3. BUBO INGUINALIS

    Bubo ingunalis dan femoralis adalah pembesaran kelenjar getah bening setempat di

    daerah pangkal paha disertai rasa sangat nyeri, dan fluktuasi kelenjar. Keadaan ini seringdisebabkan oleh limfogranuloma venereum dan chancroid . Meskipun chancroid erathubungannya dengan ulkus genital, namun dapat menyebabkan pembesaran kelenjargetah bening. Penyakit infeksi non-seksual baik infeksi lokal maupun sistemik (misalnyainfeksi pada tungkai bawah) juga dapat menyebabkan pembesaran kelenjar getah beningdi daerah inguinal.

    0$;8@&_(&)89: ;$#$9&;

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    44/109

    36 |

    B AGAN 3. BUBO INGUINALIS

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    45/109

    4. P EMBENGKAKAN SKROTUM

    Radang saluran epididimis biasanya menimbulkan rasa nyeri pada testis yang bersifat

    akut, unilateral, dan sering terasa nyeri pada palpasi epididimis dan vas deferens.Tampak pula edema dan kemerahan pada kulit di atasnya. Pada laki-laki berumurkurang dari 35 tahun, pembengkakan skrotum lebih sering disebabkan oleh organismemenular seksual dibandingkan dengan laki-laki berusia lebih dari 35 tahun. Bila terjadiradang epididimis disertai duh tubuh uretra, maka hampir dapat dipastikan bahwapenyebabnya adalah IMS, yang umumnya berupa gonore dan atau klamidiosis. Testisyang terletak berdekatan sering juga menunjukkan radang (orkitis), bila terjadi bersamaandisebut sebagai epididimo-orkitis.

    Pada laki-laki yang lebih tua tanpa indikasi penularan lewat hubungan seksual, seringditemukan penyebab infeksi umum lainnya, misalnya Escherichia coli , Klebsiella spesies ,atau Pseudomonas aeruginosa . Orkitis tuberkulosis, umumnya disertai epididimitis,selalu merupakan lesi sekunder dari lesi di tempat lainnya, khususnya yang berasal dariparu- paru atau tulang. Pada brucellosis , di sebabkan oleh Brucella melitensis atauBrucella abortus , secara klinis lebih sering berbentuk orkitis daripada epididimitis. Padamasa pra-pubertas pembengkakan skrotum sering disebabkan oleh infeksi basil coliform ,

    pseudomonas atau virus penyebab parotitis. Epididimo-orkitis oleh parotitis umumnyaterjadi dalam waktu satu minggu sesudah terjadinya pembesaran kelenjar parotis.

    Penting untuk diingat bahwa pembengkakan skrotum dapat disebabkan oleh keadaanbukan oleh infeksi virus/ kuman, misalnya akibat rudapaksa, torsi/terputarnya testis atau

    tumor. Torsi testis perlu dipertimbangkan bila nyeri skrotum terjadi secara mendadak,karena memerlukan tindakan bedah darurat, sehingga perlu segera dirujuk.

    Bilamana radang epididimis yang berkaitan dengan IMS tidak mendapatkan pengobatanyang efektif, maka akan menyebabkan infertilitas (kemandulan).

    Pembengkakan skrotum perlu diobati dengan obat untuk gonore dengan komplikasibersama dengan obat untuk klamidosis

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    46/109

    38 |

    B AGAN 4. P EMBENGKAKAN SKROTUM

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    47/109

    0$;8@&F(&)89: ;$#$9&>8?;89:%$%$9&B%= #

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    48/109

    40 |

    Pengetahuan tentang prevalensi gonore dan atau klamidiosis pada wanita dengan duhtubuh vagina sangat penting dalam menetapkan pengobatan infeksi serviks. Makintinggi prevalensi gonore dan atau klamidiosis, maka akan lebih meyakinkan kita untukmemberikan pengobatan terhadap infeksi serviks. Wanita dengan faktor risiko lebihcenderung menunjukkan infeksi serviks dibandingkan dengan mereka yang tidak berisiko.

    Wanita dengan duh tubuh vagina disertai faktor risiko perlu dipertimbangkan untuk diobatisebagai servisitis yang disebabkan oleh gonore dan klamidiosis.

    Bila sumber daya memungkinkan, perlu dipertimbangkan untuk melakukan skriningdengan tes laboratorium terhadap para wanita dengan duh tubuh vagina. Skriningtersebut dapat dilakukan terhadap semua wanita dengan duh tubuh vagina atau secaraterbatas hanya terhadap mereka dengan duh tubuh vagina dan faktor risiko positif.

    Di beberapa negara, bagan alur penatalaksanaan sindrom telah digunakan sebagaiperangkat skrining untuk deteksi infeksi serviks pada wanita tanpa keluhan genital samasekali (misalnya pada pelaksanaan program keluarga berencana). Walaupun hal ini dapatmembantu dalam mendeteksi wanita dengan infeksi serviks, tetapi kemungkinan dapatterjadi diagnosis yang berlebihan.

    0$;8@&b(&)89: ;$#$9&C

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    49/109

    ) *+,-./0/+& 1*4^212021&, -+- - 61 & )*+,-./0/+& 1*4^212021&+-+ U,-+- - 61 &

    18HA%BA? IJJ ?:K C"BAB #8= "=$@/0/6 &

    /LA#= ?ABA9 M :K C"BAB #8= "=$@/0/6

    N8O H@ %B$BA9P QJJ ?:K C"BAB #8= "=$@ 3 %BABA%@A9P GRMJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K F E$=A

    )A@AE$9&>89: ;$#$9&@$A9&

    $9$?ABA9 G :K A9D8%BA 25K C"BAB #8= "=$@K F E$=A

    0A$?H89A% @ 'KQ :K >8= "=$@K C"BAB #$C$&A;

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    50/109

    42 |

    B AGAN 5. DUH TUBUH VAGINA DENGAN P ENDEKATAN S INDROM

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    51/109

    B AGAN 5 A. DUH TUBUH VAGINA DENGAN P EMERIKSAAN INSPEKULO

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    52/109

    44 |

    B AGAN 5B . DUH TUBUH VAGINA DENGAN P EMERIKSAAN INSPEKULO & MIKROSKOP

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    53/109

    6. NYERI P ERUT BAGIAN BAWAH

    Semua wanita aktif seksual dengan keluhan nyeri perut bagian bawah perlu dievaluasiterhadap kemungkinan salfingitis dan atau endometritis atau penyakit radang panggul(PRP). Sebagai tambahan, pemeriksaan abdominal dan bimanual rutin agar dilakukanterhadap semua wanita dengan dugaan IMS karena biasanya wanita dengan PRP atauendometritis pada awalnya tidak akan mengeluhkan nyeri perut bagian bawah. Wanitadengan endometritis akan mengeluhkan duh tubuh vagina dan atau perdarahan vagina,dan atau nyeri pada uterus pada saat pemeriksaan dalam. Gejala yang mengarah kepadaPRP antara lain berupa nyeri perut, nyeri pada saat bersanggama (dispareunia), duhtubuh vagina, menometroragia, disuria, nyeri yang berhubungan dengan menstruasi,demam, dan kadang-kadang disertai dengan mual dan muntah.

    PRP sulit untuk didiagnosis, sebab manifestasi klinisnya dapat bermacam- macam.Kemungkinan PRP sangat besar bila ditemukan salah satu atau beberapa simtomtersebut di atas disertai dengan nyeri pada adneksa, infeksi traktus genitalia bagianbawah, dan nyeri goyang serviks. Pembesaran salah satu atau kedua tuba falopii,terdapat massa nyeri di dalam panggul yang disertai nyeri spontan atau nyeri lepas padaperut bagian bawah dapat pula ditemukan. Suhu tubuh pasien dapat meningkat, namunpada beberapa kasus dapat tetap normal. Umumnya, para klinisi sering keliru dalammenegakkan diagnosis, sehingga terjadi diagnosis dan pengobatan yang berlebihan.

    Rawat inap pasien dengan PRP perlu dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh padakeadaan

    diagnosis tidak dapat dipastikan, indikasi bedah darurat misalnya radang usus buntu (apendisitis), atau kehamilan

    ektopik terganggu, dugaan abses pada rongga panggul, terdapat kemungkinan penyakit akan semakin parah bila dilakukan rawat jalan, pasien sedang hamil, pasien tidak mau atau tidak menaati rejimen pengobatan bila dilakukan rawat

    jalan, atau kegagalan pengobatan saat rawat jalan.

    Para ahli menganjurkan agar semua pasien dengan PRP harus dirawat inap untukmendapatkan pengobatan yang lebih baik

    Kuman penyebab PRP meliputi N.gonorrhoeae , C.trachomatis , dan bakteri anaerob,(Bacteroides spesies , dan kokus Gram positif). Kuman berbentuk batang Gram negatifdan Mycoplasma hominis dapat juga menjadi penyebab PRP. Secara klinis penyebabtersebut sulit dibedakan, dan pemeriksaan mikroskopik juga sulit dilakukan, oleh karena

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    54/109

    46 |

    itu cara pengobatan yang diberikan harus efektif dan memiliki spektrum yang luasterhadap semua kuman penyebab tersebut. Rejimen yang dianjurkan di bawah inididasarkan pada prinsip tersebut.

    0$;8@&MJ(&)89: ;$#$9&>$BA89&)4)&=$S$#&D$@$9&

    #$%&'()($ $ . (+#$( %&$&+# ?#$%($ . &@ A,.(-,

    #$%&'()($ $ .(+#$( . A(@,?,&-,-

    18HA%BA? MRIJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K B8@$?$ Q E$=AK /0/6& /LA#= ?ABA9 M :K C"BAB #8= "=$@/0/6

    N8O H@ %B$BA9P MR QJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K B8@$?$ Q E$=A3 %BABA%@A9P GRMJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K F E$=A

    )A@AE$9&>89: ;$#$9&@$A9& $9$?ABA9 MRG :VE$=AK A9D8%BA 25K B8@$?$ ' E$=A /0/6*=A#= ?ABA9 IRQJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K F E$=A

    0A$?H89A% @P MR'KQ :VE$=AK >8= "=$@K B8@$?$ Q E$=A /0/6

    18H#=A$%B 9 MR GQJ ?:VE$=AK A9D8%BA 25K B8@$?$ ' E$=A

    ) *+,-./0/+& . / 0*42&/ +/*4-. &

    58#= 9AC$L @PP GRQJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K B8@$?$ MI E$=A

    P&0AC$%&; @8E&CA;8=A%$9&%8>$C$&A;

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    55/109

    Tindak lanjut pasien PRP rawat jalan perlu dilakukan sesudah 72 jam, dan lakukan rawatinap bila belum menunjukkan perbaikan.

    0$;8@&MM(&)89: ;$#$9&>$BA89&)4)&=$S$#&A9$>&

    ) *+,-./0/+& +e*42&) *460&. /,2/+& . /a/7& /4*+/&, -+-4*&3*+,/+& -5)N2 /12 &

    ) *+,-./0/+& +e*42&) *460&. /,2/+& . /a/7& /4*+/& N/5232-121&

    18HA%BA? MRIJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K B8@$?$ Q E$=AK /0/6& /LA#= ?ABA9 M :K C"BAB #8= "=$@/0/6

    N8O H@ %B$BA9P MR QJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K B8@$?$ Q E$=A3 %BABA%@A9P GRMJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K F E$=A

    )A@AE$9&>89: ;$#$9&@$A9&

    $9$?ABA9 MRG :VE$=AK A9D8%BA 25K B8@$?$ ' E$=A /0/6*=A#= ?ABA9 IRQJJ ?:VE$=AK >8= "=$@K F E$=A

    0A$?H89A% @P MR'KQ :VE$=AK >8= "=$@K B8@$?$ Q E$=A /0/6

    18H#=A$%B 9 MR GQJ ?:VE$=AK A9D8%BA 25K B8@$?$ ' E$=A

    ) *+,-./0/+& . / 0*42&/ +/*4-. &

    )A@AE$9&M(&58#= 9AC$L @PP GRQJJ ?:VE$=AK >8= "=$@ $#$< A9#=$O89$K B8@$?$ MI E$=A /0/6

    @ =$?H89A% @&IRQJJ ?:VE$=AK >8= "=$@ $#$< A9#=$O89$)A@AE$9&G(&&

    [#$9>$&>89: ;$#$9& b D$? P&0AC$%&; @8E&CA;8=A%$9&%8>$C$&A;

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    56/109

    48 |

    B AGAN 6. N YERI P ERUT BAGIAN B AWAH DENGAN P ENDEKATAN S INDROM

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    57/109

    7. K ONJUNGTIVITIS NEONATORUM

    Konjungtivitis pada neonatus (oftalmia neonatorum) dapat berakhir dengan kebutaan bila

    disebabkan oleh N. gonorrhoeae . Infeksi menular seksual patogen terpenting yangmenyebabkan oftalmia neonatorum adalah N. gonorrhoeae dan C. trachomatis . Dinegara-negara berkembang, penyebab konjungtivitis neonatorum ini adalah N.gonorrhoeae diperkirakan berjumlah 20- 75 % dan C.trachomatis 15 - 35 %. Penyebablainnya adalah Staphyllococcus aureus , Streptococcus pneumoniae , Haemophillusspesies dan Pseudomonas spesies . Bayi yang baru lahir umumnya dibawa berobatkarena menunjukkan gejala kemerahan pada mata, pembengkakan kelopak mata ataumata lengket, atau disebabkan keluarnya duh tubuh dari mata.

    Manifestasi klinis dan mungkin komplikasi akibat infeksi gonokokus dan klamidiosis

    umumnya memberikan gambaran yang mirip, sehingga sukar dibedakan. Pengobatanharus mencakup kedua mikroorganisme penyebab tersebut, untuk gonore diberikandengan dosis tunggal dan untuk klamidiosis diberikan dosis terbagi.

    #$%&F(&) *+,-./0/+& 12+34-5& -+f6+,02^2021&+*-+/0-465 &

    )89:";$#$9 ./e2 08=@8;AE C89:";$#$9

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    58/109

    50 |

    0$;8@&MG(&)89: ;$#$9&;$]A&C89:$9&% 9D

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    59/109

    B AGAN 7. KONJUNGTIVITIS NEONATORUM DENGAN P ENDEKATAN S INDROM

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    60/109

    52 |

    8. T ONJOLAN (V EGETASI ) PADA G ENITALIA

    Human papillomavirus (HPV) biasanya menular secara seksual. Kutil pada genitaliabiasanya tidak nyeri, dan tidak menimbulkan komplikasi yang serius, kecuali bilamenyebabkan obstruksi. Pengangkatan lesi bukan berarti penyembuhan infeksi, dantidak ada cara pengobatan yang memuaskan. Pada umumnya podofilin (ataupodofilotoksin) atau trichloracetic acid (TCA) digunakan untuk pengobatan kutil padagenitalia eksterna dan daerah perianal. Krioterapi dengan nitrogen cair, carbondioxidapadat, atau cryoprobe merupakan pilihan banyak dokter bila sarana tersebut tersedia.Krioterapi adalah cara yang tidak toksik, tidak memerlukan tindakan anastesi danbilamana dilakukan secara benar, tidak akan menimbulkan jaringan parut.

    0$;8@&MI(&.8;8=$>$&X$=$&>89: ;$#$9&%

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    61/109

    B AGAN 8. TONJOLAN (VEGETASI ) PADA GENITALIA

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    62/109

    54 |

    9. P ROKTITIS A KIBAT IMS

    Proktitis, inflamasi daerah rektum, dapat disebabkan oleh infeksi dan bukan infeksi.

    Patogen penyebab proktitis umumnya ditularkan melalui hubungan seks melalui anustanpa pelindung kepada pasangan seks yang bersifat reseptif. Di antara berbagaimikroorganisme penyebab IMS, Neisseria gonorrhoeae , Chlamydia trachomatis ,Treponema pallidum dan herpes simplex virus (HSV) sering menimbulkan proktitis.

    Keluhan yang ditimbulkan oleh proktitis akibat IMS dapat menyerupai keadaan lainsehingga menyulitkan diagnosis. Pasien paling sering mengeluh mengenai rasa inginbuang air besar yang timbul terus menerus atau berulang kali. Keluhan lain meliputi nyeridaerah anorektum atau rasa tidak nyaman, duh tubuh anus purulen, mukoid, atau disertaidarah, tenesmus, perdarahan dari anus, dan konstipasi. Kadang-kadang dapat disertaidemam.

    Tiap patogen akan menginfeksi tempat yang berbeda. Sifilis dan HSV akan menginfeksiepitel gepeng berlapis dan sering dijumpai di daerah perianus atau pinggir anus. Infeksiyang terjadi di antara pinggir anus dan daerah anorektum (linea dentata) akanmenimbulkan nyeri hebat karena banyaknya ujung syaraf sensoris di daerah tersebut.Chlamydia dan gonokokus menginfeksi epitel torak, yang terdapat di daerah rektum.Daerah rektum memiliki sedikit ujung syaraf sensoris, sehingga infeksi di daerah ituseringkali tidak disertai nyeri. Patogen penyebab IMS yang sering menimbulkan proktitisdapat dilihat pada tabel 13.

    0$;8@&MQ(&)$# :89&251&>89]8;$;=B8=A9:&>= %#A#AB&;8B8=#$&:8D$@$&&

    - 4,/+215* & *N67/+&Y&, *f/N/ &

    +(&: 9 ==E 8$8& 6?

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    63/109

    Pasien dengan keluhan daerah anorektum harus diperiksa fisis, termasuk pemeriksaandaerah abdomen, daerah anogenitalis serta kemungkinan terdapat limfadenopati inguinal.

    Anoskopi atau proktoskopi sebagai alat penunjang untuk melihat mukosa anorektum danmemeriksa kemungkinan terdapat ulkus, inflamasi, duh tubuh atau perdarahan.Pengambilan bahan apusan rektum untuk pemeriksaan gonokus atau klamidia dapat

    dilakukan dengan/tanpa anoskopi. Bila ada fasilitas, dapat dilakukan pemeriksaan sediaanapus dengan pewarnaan Gram dan dilihat di bawah mikroskop, untuk diagnosis segeragonore, namun sensitivitasnya rendah. Tes serologi sifilis dapat dilakukan untukmendiagnosis sifilis bila ditemukan ulkus.

    Pasien dengan proktitis akut disertai riwayat hubungan seksual melalui anus, dapatdiobati secara empiris sebagai gonore dan klamidiosis. Proktitis oleh HSV masih efektifdengan asiklovir, valasiklovir, dan bila sering rekurens dapat diberi dosis supresi.Pengobatan untuk sifilis sama dengan untuk sifilis di tempat lain. Pasangan seks pasiendianjurkan untuk diperiksa dan diobati juga.

    0$;8@&M_(&)89: ;$#$9&>= %#A#AB&$%A;$#&251&

    +(&: 9 ==E 8$8& Z(& =$XE ?$ AB& 0(&>$@@AC@8R&OA=89ABA@A9 GKI D8= "=$@K F E$=A

    )89ABA@A9U>= %$A9 A9D8%BA 25_JJ(JJJ 6VE$=A B8@$?$ MJ

    E$=A

    /BA%@ OA= 'RIJJ ?:VE$=AB8@$?$ F E$=A /0/6

    18H#=A$%B 9 GQJ ?:K A9D8%BA25K C"BAB #8= "=$@K B8@$?$ F E$=A

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    64/109

    56 |

    B AGAN 9. P ROKTITIS AKIBAT INFEKSI MENULAR S EKSUAL BERDASARKAN S INDROM

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    65/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 9:

    1 ;1. )?.1.@ABC>

    Tingkat Kemanjuran

    Tingkat kemanjuran merupakan kriteria paling penting dalam memilih pengobatan.Pengobatan IMS yang ideal harus menghasilkan angka kesembuhan sekurang–kurangnya 90% untuk IMS dengan penyebab bakteri. Pengobatan dengan angkakesembuhan rendah (85-90%) hanya bisa digunakan dengan berhati-hati, karenakemungkinan antimikroba yang sudah resisiten. Obat antimikroba dengan angkakesembuhan kurang dari 85% sama sekali tidak dianjurkan. Rejimen pengobatan untukkelompok risiko tinggi dan pelanggannya harus memiliki efektifitas mendekati 100%,dan perlu meningkatan upaya agar dapat menjangkau kelompok populasi ini. Dapatditempuh cara cara peran aktif ( partisipatory approach ) oleh kelompoknya, atau olehpetugas kesehatan ( peer health educators ).

    Sebagai akibat perubahan epidemiologi resistensi N.gonorrhoeae dan H.ducreyi ,kemanjuran pengobatan terhadap kuman tersebut dapat terus berubah dari waktu ke

    waktu. Pelaksanaan surveilens secara berkala terhadap kemanjuran klinis dan atau ujisensitivitas in vitro sangat dianjurkan secara berkala. Untuk daerah dengan tingkatresistensi dan angka penyembuhan yang belum diketahui, pengobatan harus

    berdasarkan pertimbangan yang dapat diterima untuk kondisi terburuk. Beberapa ujiklinis yang ada dapat digunakan untuk menilai perbedaan kemanjuran beberapaantimikroba yang akan digunakan.

    ;A?.1C>)D>) A>@?.4

    ;)DBC>?>) .14

    !"#$% '(")*'+" #+",%*# %('*")$-*". /*-* 01%#(- #+0*% 0+/(-213(4%*" $"#$%'(",,$"*%*" 12*# 0(",*" 015+5 3(2+4 -("0*4 0*-+ 6*", 0+*")$-%*"7

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    66/109

    9E 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Tingkat keamanan

    Toksisitas merupakan pertimbangan kedua untuk pengobatan IMS. Pasien IMS seringmengalami infeksi ulang, sehingga perlu diberi pengobatan antimikroba berulang kali.Pemberian obat secara kombinasi akan lebih meningkatkan risiko efek samping obat.

    Pengobatan IMS pada kehamilan (umum terjadi pada kelompok seksual aktif), haruslebih mementingkan keselamatan bayi. Sefalosporin generasi ketiga ditambahkandalam rejimen yang dianjurkan, karena tingkat kemanjurannya tinggi bahkan untukorganisme yang relatif resisten, serta tingkat toksisitasnya yang rendah.

    Harga obat

    Harga obat seringkali menjadi faktor penghambat utama. Pelaksanaan programsetempat harus menggunakan rejimen pengobatan terbaik namun termurah didaerahnya. Saat memperhitungkan biaya berbagi rejimen pengobatan yang ada, harusmempertimbangkan pengaruh biaya terhadap kemanjuran obat, misalnya risikomengulang pengobatan, penyebaran penyakit yang semakin luas, dan meningkatnyaresistensi mikroba. Pemilihan cara pengobatan terbaik harus melalui analisis formaldalam pengambilan keputusan. Kadang-kadang analisis sensitivitas dapat membantubila data primer tidak ada.

    Kepatuhan berobat

    Kepatuhan berobat pasien merupakan masalah serius yang dapat menurunkankemanjuran pengobatan dengan dosis terbagi, misalnya pengobatan denganeritromisin dan tetrasiklin. Cara yang paling dianjurkan adalah pengobatan dosis

    tunggal atau pengobatan dengan jangka waktu sangat pendek. Perhatian lebih banyakperlu diberikan kepada kelompok remaja, yang sering kurang toleran dalammenghadapi efek samping obat. Remaja umumnya tidak mau orang lain mengetahuibahwa mereka telah berobat. Petugas kesehatan harus yakin benar bahwa instruksiyang diberikannya sudah dipahami dengan baik oleh pasien khususnya bilamenggunakan beberapa macam obat, maupun akibat yang timbul bila gagal untukmelaksanakan pengobatan secara lengkap.

    Pada kelompok masyarakat tertentu, pengobatan per oral lebih disukai daripadapengobatan secara injeksi, sebaliknya ada kelompok lain yang merasa lebih cocok

    dengan cara injeksi. Dengan semakin meningkatnya infeksi HIV dan hepatitis (B dan C)saat ini, cara pemberian obat yang aman adalah cara per oral, dalam rangka mengurangirisiko penggunaan peralatan injeksi yang tidak steril. Edukasi kepada pasien akanmeningkatkan kepatuhan berobat, sehingga penting dilakukan.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    67/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 9F

    Ketersediaan obat

    Pola distribusi obat dan penyediaan obat sangat beragam pada setiap negara, akantetapi ketersediaan beberapa obat yang bermutu perlu ditingkatkan denganmemasukannya ke dalam Daftar Obat Esensial Nasional (DOEN).

    Infeksi campuran

    Pasien IMS sering mengalami infeksi oleh beberapa penyebab sekaligus. Pada saat inipemberian pengobatan campuran hanya dilakukan terhadap infeksi N. gonorrhoeae dan C.trachomatis, dan infeksi campuran chancroid dan sifilis. Pada keadaanbersamaan dengan infeksi HIV, beberapa IMS (misalnya herpes genitalis, chancroid,dan sifilis) dapat bertambah parah, sehingga dosis obat terkadang perlu ditingkatkandan atau diperpanjang masa pengobatannya.

    Penggunaan untuk indikasi lain

    Penggunaan antimikroba untuk indikasi lain dapat mempercepat resistensi. Padahalantimikroba untuk IMS seringkali dapat digunakan untuk keadaan bukan IMS.

    A;4.4?;)4. ) ;.44;A.> D B)BAA=B;>; ? ;A=>G> > )?.1.@ABC>

    Terdapat dua jenis mekanisme penyebab resistensi antimikroba terhadap gonokokus,

    yaitu resistensi yang diperantarai kromosom dan plasmid. Resistensi kromosomaldapat mengenai penisilin dan beberapa obat lain yang digunakan secara luas, misalnyatetrasiklin, spektinomisin, eritromisin, kuinolon, tiamfenikol, dan sefalosporin;sedangkan resistensi plasmid berkaitan dengan penisilin dan tetrasklin. Meningkatnyagalur N.gonorrhoeae yang resisten terhadap tetrasiklin akibat perubahan kromosomal,pembentukan penisilinase oleh N.gonorrhoeae , dan resistensi diperantarai plasmidmemberikan dampak besar terhadap kemanjuran rejimen pengobatan yang bersifattradisional dalam pengobatan gonore.

    Sekarang telah terbukti bahwa timbulnya beberapa galur yang resisten pada resistensi

    kromosomal, juga sering ditemukan pada sejumlah antibikroba lainnya yang digunakanuntuk pengobatan gonore. Dapat juga terjadi resistensi silang antara penisilin dengansefalosporin generasi kedua dan ketiga; walaupun belum ada bukti klinis yang dapatmembuktikan hal ini pada penggunaan seftriakson, akan tetapi kecenderunganresistensi ini terus meningkat. Resistensi yang meningkat terhadap spektinomisin,siprofloksasin dan ofloksasin juga telah dilaporkan secara sporadik di beberapatempat, dan hal ini terjadi secara kromosomal. Perlu dikembangkan instrumen

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    68/109

    H6 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    sederhana baku untuk melakukan penilaian dan pemantauan kejadian resistensiantimikroba terhadap N.gonorrhoeae tersebut.

    A;4.4?;)4. = >;1B =IG> > )?.1.@ABC>

    Pelaksanaan surveilens terhadap resistensi antimikroba pada H.ducreyi cukup rumit,karena teknis melaksanakan tes sensitivitas masih sulit. Data yang tersedia hanyaberasal dari beberapa pusat penelitian saja.

    Penisilin maupun ampisilin saat ini tidak efektif lagi untuk pengobatan chancroid ,

    resistensi terhadap tetrasiklin juga telah tersebar secara luas. Telah dijumpai beberapagalur yang resisten terhadap trimetoprim.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    69/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 97

    Upaya KIE tentang IMS penting dilakukan, mengingat salah satu tujuan programpenanggulangan HIV/AIDS ialah perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan

    penyebaran IMS. Untuk melakukan kegiatan ini perlu disediakan satu ruangan khususyang dapat merahasiakan pembicaraan antara pasien dan penyuluh atau konselor.Tujuan konseling adalah untuk membantu pasien mengatasi masalah yang dihadapipasien sehubungan dengan IMS yang dideritanya, sedangkan KIE bertujuan agar pasienmau mengubah perilaku seksual berisiko menjadi perilaku seksual aman. Keduapengertian ini perlu dipahami dengan benar.

    Konseling bagi pasien IMS merupakan peluang penting untuk dapat sekaligusmemberikan KIE tentang pencegahan infeksi HIV pada seseorang yang berisikoterhadap penyakit tersebut. Kelompok remaja merupakan kelompok sasaran khususdan penting dalam upaya pencegahan primer sebab seringkali kehidupan seksual danreproduktif mereka berisiko. Umumnya mereka tidak menyadari risiko yang merekahadapi untuk tertular IMS.

    Penilaian perilaku merupakan bagian integral dari riwayat IMS dan pasien sebaiknyadiberikan penyuluhan untuk mengurangi risikonya terhadap penularan HIV dan IMS,termasuk abstinensia hubungan seksual, berhati-hati memilih pasangan seksual, sertapenggunaan kondom.

    Kondom sudah tersedia di setiap fasilitas kesehatan yang melaksanakan pelayanan IMS,dan petunjuk penggunaannya juga perlu disiapkan. Sekalipun kondom tidakmemberikan perlindungan 100% untuk setiap infeksi, namun bila digunakan dengantepat akan sangat mengurangi risiko infeksi. Pencegahan kehamilan juga merupakansalah satu tujuan penggunaan kondom, sehingga dua jenis pencegahan ini perludiberitahukan kepada pasien. Kepada kelompok dewasa muda juga perludiinformasikan di mana mereka bisa mendapatkan alat kontrasepsi dan kondom.

    : ;1 . )?;@1=4. >

    AB

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    70/109

    95 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    1 =GA@. =G=< . 4. A4=) :.A

    Pada umumnya pasien IMS, membutuhkan penjelasan tentang penyakit, jenis obatyang digunakan, dan pesan-pesan lain yang bersifat umum. Penjelasan dokterdiharapkan dapat mendorong pasien untuk mau menuntaskan pengobatan denganbenar. Dalam memberikan penjelasan, dokter atau perawat sebaiknya menggunakanbahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh pasien, dan bila dianggap perludapat digunakan istilah-istilah setempat.

    Beberapa pesan KIE IMS yang perlu disampaikan:

    Mengobati sendiri cukup berbahaya

    IMS umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. IMS adalah ko-faktor atau faktor risiko dalam penularan HIV. IMS harus diobati secara paripurna dan tuntas. Kondom dapat melindungi diri dari infeksi IMS dan HIV. Tidak dikenal adanya pencegahan primer terhadap IMS dengan obat. Komplikasi IMS dapat membahayakan pasien.

    RINCIAN PENJELASAN KEPADAPASIEN IMS

    IMS yang diderita dan Pengobatannya menjelaskan kepada pasien tentang IMS yang diderita dan pengobatan yang

    diperlukan, termasuk nama obat, dosis, serta cara penggunaannya. Bila perludituliskan secara rinci untuk panduan pasien

    memberitahu tentang efek samping pengobatan menjelaskan tentang komplikasi dan akibat lanjutnya menganjurkan agar pasien mematuhi pengobatan menganjurkan agar tidak mengobati sendiri, harus berobat ke dokter menjelaskan agar pasien tidak melakukan douching

    Menilai Tingkat Risiko Perilaku seksual pribadi, tanyakan tentang :

    jumlah pasangan seksual dalam 1 tahun terakhir ? hubungan seksual dengan pasangan baru berbeda dalam 3 bulan terakhir ? pernah menderita IMS lain dalam 1 tahun terakhir ?

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    71/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 9H

    apakah hubungan seksual dilakukan untuk mendapatkan uang, barang atauobat terlarang (baik yang memberi maupun yang menerima)?

    pemakaian napza atau obat lain (sebutkan) sebelum atau selama berhubunganseksual ?

    Perilaku seksual pasangan, menanyakan apakah pasangan pasien : berhubungan seksual dengan orang lain ? juga menderita IMS ? mengidap HIV? penyalah guna Napza suntik ? untuk pria, apakah berhubungan seksual dengan sesama pria?

    Perilaku yang melindungi pasien : apa yang dilakukan pasien untuk melindungi diri terhadap IMS/ HIV?

    pemakaian kondom? bilamana dan cara pemakaiannya? Jarang/sering/ selaludigunakan?

    jenis aktivitas seks aman yang dilakukan pasien ? Seberapa sering? Dengan siapadan mengapa ?

    Menjelaskan pilihan perilaku seksual yang aman Cara ABCD

    A = Abstinence (tidak melakukan hubungan seksual untuk sementara waktu)

    B = Be faithful (setia pada pasangan)

    C = Condom (gunakan kondom bila tidak mau melaksanakan A dan B,termasuk menggunakan kondom sebelum IMS yangdideritanya sembuh)

    D = no Drugs Tidak menggunakan obat psikotropik atau zat adiktiflainnya

    Ada juga cara lain yaitu dengan mengganti hubungan seksual penetratif berisikotinggi (hubungan seksual anal maupun vaginal yang tidak terlindung) denganhubungan seksual non-penetratif berisiko rendah).

    Perilaku berisiko tinggi adalah perilaku yang menyebabkan seseorang terpapar dengandarah, semen, cairan vagina yang tercemar kuman penyebab IMS atau HIV. Yakinkanpasien bahwa mereka telah terinfeksi melalui hubungan seksual tak terlindung denganpasangan yang terinfeksi, dan bahwa tidak ada penyebab lainnya.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    72/109

    9I 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Usaha Mengubah Perilaku Seksual Berisiko

    Pada tahap ini anda akan menolong pasien memutuskan untuk mengubah perilakuseksualnya dalam rangka mencegah infeksi di kemudian hari. Berikan kesempatankepada pasien untuk memilih perubahan yang sesuai dengan gaya hidupnya sehari-hari.

    Mengenali Hambatan dalam Mengubah Perilaku Seksual Berisiko

    Beberapa kendala atau hambatan yang menyulitkan perubahan perilaku seksual berasaldari pengalaman hidup seseorang, misalnya gender, budaya, agama, kemiskinan danmasalah sosial.

    Gender

    Hambatan ini timbul akibat ketidak-setaraan kekuasaan antara pria dan wanita, danharapan yang berbeda, serta nilai-nilai yang berhubungan dengan seksualitas priadan wanita. Wanita seringkali tidak memiliki kendali terhadap kapan, dengan siapa,dan dalam situasi apa mereka berhubungan seksual, sehingga mereka seringkaliberada dalam posisi yang tidak dapat melindungi diri sendiri, meskipun sebenarnyamereka menginginkannya.

    Budaya / adat istiadat

    Dapat membantu atau justru menghambat kemampuan pasien untuk berubah

    Agama

    Dalam keadaan tertentu, agama dapat mendukung perubahan perilaku seksual,

    meskipun demikian dapat menjadi penghalang utama perubahan. Agama seringkalimenghambat diskusi terbuka mengenai seksualitas dan beberapa cara pencegahanIMS

    Kemiskinan dan masalah sosial

    Terutama memaksa wanita dan anak-anak perempuan, kadang-kadang juga anaklaki-laki, untuk menukarkan seks dengan uang atau barang agar dapat bertahanhidup.

    Memutuskan perilaku seksual yang bisa diubah dan akan dilakukan

    Setelah membicarakan dengan pasien tentang perubahan yang dipilih, dankemungkinan kendala yang akan dihadapi, barulah dapat menolong pasien untukmemutuskan perubahan apa yang paling mudah dan atau efektif serta yang palingmungkin dilakukan dalam cara hidup sehari-hari. Perubahan yang kemungkinan besarakan berhasil ialah yang cocok dengan gaya hidup pasien saat ini.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    73/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 9J

    Kepentingan mengobati pasangan seksual

    Selalu katakan kepada pasien tentang perlunya mengobati pasangan seksualnya, sebabbila tidak diobati akan terinfeksi ulang dari pasangan seksualnya. Yakinkan pasienbahwa kerahasiaannya akan tetap terjaga. Sekaligus bicarakan cara-cara pasienmembujuk pasangan seksualnya untuk mau datang berobat.

    A)FF

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    74/109

    99 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Jangan memakai ulang kondom bekas pakai.

    Kondom harus disimpan di tempat yang sejuk, gelap dan kering. Janganmenyimpan kondom di dompet, sebab dompet terlalu panas untuk menyimpankondom dalam waktu yang lama

    #$ %&'(&)*+,-.,/&0*# 1 -2 -&/3-43#&5 /675 /6&

    8( 9,/" /*#"1"- 4*-2"- :"+67:"+6

    ;(

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    75/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 9M

    Kondom perempuan

    Kondom wanita saat ini telah dikenal, meskipun belum banyak tersedia. Ada 2 jeniskondom perempuan, yang memiliki 2 ujung cincin ( ring ), dan yang memiliki 1 ujungcincin dan 1 lagi ujungnya berupa spons (busa). Beberapa alasan yang mendasaripenggunaan kondom wanita sebagai alat pencegahan IMS dan kehamilan:

    Kondom wanita dapat dipasang 8 jam sebelum berhubungan seksual Umumnya terbuat dari polyurethrane, bukan lateks, sehingga dapat digunakan

    bersama dengan lubrikan berbahan dasar minyak. Lagi pula sudah cukup licin,dan sering tidak memerlukan tambahan pelicin

    Penggunaannya dapat dikendalikan oleh wanita

    #$ %&B(&D % &0*# 1 -2 -&/3-43#&0*%*#0, -&;& 6 2 &+ -0 & 103 1 &

    8( !"#$% %'() "/"- #*56-2/,06$"26"- E"26-" ="-2 +*%$,/"A'(($% %'() 462,-"/"- ,-+,/6-1*%16 4"- "2"% /3-43# +*+"00"4" +*#0"+-=" 1""+$*%:,$,-2"- 1*/1,"5

    ;( )*2"-2 $"26"- '(($% %'() A 46"-+"%" ."%67."%6 +"-2"-A 0*56-+6%1"#0"6 #*-=*%,0"6 "-2/" F(

    >( G3%3-2 '(($% %'() /* 4"5"#E"26-" 1*0*%+6 #*#"1"-2+"#03-

    ?( G*-2"- ."%6 +*5,-.,/A 43%3-2+*%,1 1*.",: #,-2/6-

    '( H3-43# 0*%*#0,"- 1,4":$*%"4" 46 +*#0"+ ="-2 $*-"%

    B( I*0"1/"- /3-43# 1*$*5,#$"-2,- 4"%6 031616 +64,%A%*#"1 4"- 0*56-+6% *"#$% %'() A+"%6/ 0*5"-70*5"-A 4"- $,"-2

    !"#$%&' )**+',,---.)%/0*)12.34#,5%6,7&%/*85%689":;%5,

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    76/109

    9N 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    #$ %&&J(&)31616&= -2&&-= # -&1 +*# 1 -2&/3-43#&K -6+ &

    #$ %&F(&D % &0*# 1 -2 -&/3-43#&0*%*#0, -&8& 6 2 &4*-2 -& 103 1 &

    )*2"-2 0*#$,-2/,1

    /3-43# 4"5"# L3%#"+ M"+", N

    9,/" 0*#$,-2/,1-=" 4"-

    :6-4"%6 #*-22,-"/"- /,/,1""+ #*-2"#$65 /3-43#/"%*-" 4"0"+ #*#$,"+/3-43# 13$*/

    I60"+ ,.,-2 /3-43# ="-2

    $*%,0" 103-1 4"-#"1,//"- /* 4"5"# 56"-2E"26-"

    )*2"-2 %6-2 5,"% /3-43#

    4"- +*/"- $"26"- 4"5"#/3-43# 1"#0"6 0"-2/"5 ."%6 ,-+,/ #*#"-+"0/"-031616 /3-43# 4"-/*-="#"-"- 0*#"/"6-="

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    77/109

    !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677 8 9O

    ) ;G.?.:=4. =4=)F=) 4A:4

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    78/109

    M6 8 !"#$%&' )&*+$'&, !"'&'-&'&' .'/"0*+ 1"'2,&3 4"0*2&, 5677

    Kemungkinan pasangan seksual sudah tertular tetapi tidak menunjukkan gejalaapapun.

    Kemungkinan terjadi infeksi ulang jika pasangan tidak diobati dengan tepat. Komplikasi dapat terjadi bila pasangan seksual tidak diobati dengan tepat.

    Menggugah pasien dan pasangan seksualnya agar mau mengubah perilaku yangberisiko menjadi tidak berisiko.

    Berbagai tempat yang dapat memberikan pelayanan pengobatan, konseling dantesting dan bilamana perlu mengenai informasi biaya yang diperlukan.

    Rujukan kepada kelompok-kelompok pendukung serta fasilitas pemeriksaanHIV dan fasilitas medis lainnya.

    Strategi pengobatan pasangan seksual:

    1.

    Tawarkan pengobatan langsung setelah pemeriksaan dan tes laboratorium2. Pengobatan ditunda sampai diperoleh hasil tes laboratorium3. Tawarkan pengobatan melalui pasien berdasarkan diagnosis pasien tanpa

    melakukan pemeriksaan dan tes laboratorium pada pasangannya

    Strategi yang dipilih, bergantung pada

    Faktor risiko infeksi Tingkat keparahan penyakit

    Efektivitas tes diagnostik yang tersedia Kemungkinan seseorang berobat ulang untuk tindak lanjut penyakit Ketersediaan obat yang efektif Kemungkinan penyebaran penyakit bila tidak segera dilakukan pengobatan Ketersediaan infrastruktur untuk penatalaksanaan tindak lanjut pasien.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    79/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 97

    : ;?)@:?A?) ;B?C?)?) : ;4;D?

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    80/109

    95 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

    sebagai tempat pelayanan rujukan untuk pelayanan kesehatan dasar, termasuk unitrawat jalan rumah sakit, praktek pribadi dsb. Beberapa klinik spesialis dapatditingkatkan sebagai pusat rujukan untuk tempat pelatihan petugas pelaksanapelayanan IMS, dan menyediakan/ memperoleh informasi epidemiologi (misalnyaprevalens kuman penyebab pada setiap sindrom dan kerentanan antimikroba), dan

    riset operasional (misalnya studi kelayakan, dan studi validitas setiap bagan alur).

    Kelompok remaja atau dewasa muda sering kurang mendapatkan informasi tentangkeberadaan tempat-tempat pelayanan IMS (di mana, kapan pelayanan diberikan,berapa biayanya dsb.). Meski sudah mengetahui unit pelayanan tersebut, kadang-kadang mereka tetap enggan untuk mencari pertolongan baik untuk keperluandiagnosis maupun pengobatan, karena malu atau kemungkinan akibat stigma tertentu.Mereka juga merasa takut perlakuan negatif dari petugas kesehatan dan kurangnyapenjagaan kerahasiaan mereka. Terdapat beberapa prakarsa yang sedang berjalan dibeberapa negara untuk menjadikan pelayanan kesehatan lebih akrab dengan para

    remaja atau kelompok dewasa muda dan lebih tanggap terhadap apa yang merekabutuhkan. Di Indonesia telah dapat dijumpai klinik reproduksi untuk remaja diberbagai kota besar.

    ? : ;< : ;4;D?

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    81/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 9G

    Salah satu komponen penting dari paket kesehatan masyarakat ini adalahpenatalaksanaan kasus IMS secara paripurna, meliputi:

    1. Identifikasi sindrom: Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan diagnosis secarasindrom atau dengan bantuan laboratorium.

    2. Edukasi pasien: kepada pasien dijelaskan tentang riwayat alamiah dari infeksi yangdialaminya, serta pentingnya melaksanakan pengobatan secara tuntas, serta hal-halpenting lainnya.

    3. Pengobatan antibiotik terhadap sindrom: Cara apapun yang digunakan untukmenegakkan diagnosis, baik dengan menggunakan bagan alur maupun denganbantuan laboratorium, secara mutlak diperlukan ketersediaan antibiotik yangefektif. Obat yang diperlukan perlu disediakan pada saat petugas kesehatanpertama kalinya kontak dengan pasien IMS. Cara pengobatan yang efektif ini jugaperlu disiapkan dan dilaksanakan pada semua klinik swasta/ pribadi.

    4. Penyediaan kondom: Dengan mendorong seseorang untuk menggunakankondom, maka Kepala Dinas Kesehatan perlu memberikan jaminan bahwa kondomtersedia dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan dengan harga yang terjangkaupada semua fasilitas kesehatan serta berbagai titik pendistribusian lainnya.Pemasaran Sosial (Social marketing) kondom adalah cara lain untuk meningkatkanjangkauan terhadap penjualan kondom.

    5. Konseling: Fasilitas konseling disiapkan agar dapat dimanfaatkan oleh siapa sajayang membutuhkannya; misalnya pada kasus herpes genitalis kronis atau kutil padaalat genital, baik untuk perorangan maupun untuk mitra seksualnya.

    6. Pemberitahuan dan pengobatan pasangan seksual: Penting bagi setiap program

    penanggulangan IMS adalah melakukan penatalaksanaan terhadap setiap mitraseksual pasien IMS, dan menghimbau agar mereka sendiri lah yang menghubungitempat pelayanan IMS untuk mendapat pengobatan. Upaya ini harus dilaksanakandengan mempertimbangkan faktor sosial dan budaya setempat, untuk menghindarimasalah etis maupun masalah praktis yang mungkin timbul, misalnya penolakan,dan kekerasan khususnya terhadap wanita.

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    82/109

    9H 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    83/109

    "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677 8 9:

    Definisi anak secara medis yang digunakan dalam buku ini adalah seseorang yangberumur kurang dari 18 tahun, dan remaja adalah seseorang yang berumur 10- 18

    tahun. Sedangkan untuk aspek mediko legalnya perlu mengacu kepada ketentuanhukum lainnya yang berlaku, misalnya UU no. 23 tahun 2002 tentang PerlindunganAnak yang hanya mengenal istilah anak saja dan tidak mengenal istilah remaja. Anakyang dimaksudkan dalam UU ini adalah seseorang yang sejak berada dalam kandungansampai berumur 18 tahun. Selama dasawarsa yang lalu, tindak kekerasan seksualterhadap anak dan remaja telah disadari sebagai masalah sosial yang cukup serius danmemerlukan perhatian para pengambil keputusan, para pendidik, serta paraprofesional yang berperan di bidang kesehatan dan bidang sosial. Para peneliti telahmembuktikan, ada pengaruh yang serius dari tindak kekerasan seksual terhadapkepribadian, emosi, dan kesehatan fisik para korban, maka penatalaksanaan merekapun akan merupakan aspek penting pada penatalaksanaan kesehatan anak dan remajabaik di negara maju, maupun di negara berkembang.

    Pendekatan baku penatalaksanaan IMS pada anak dan remaja yang dicurigai telahmengalami tindak kekerasan seksual menjadi penting sebab infeksi yang terjadikemungkinan bersifat asimtomatik. Suatu IMS yang tidak terdiagnosis dan dibiarkantanpa pengobatan akan menimbulkan komplikasi pada stadium lanjut dankemungkinan terjadi penularan kepada orang lain.

    Petugas pelayanan kesehatan tidak selalu menyadari keterkaitan antara tindakkekerasan seksual dan IMS pada anak. Di masa lalu anak yang dicurigai mengalamitindak kekerasan seksual tidak secara rutin dilakukan skrining terhadap adanya IMS.Sebaliknya, pada anak yang didiagnosis menderita IMS tidak dilakukan penyelidikanlebih lanjut terhadap sumber infeksinya, bahkan hal tersebut diasumsikan sebagaiinfeksi yang didapat secara non- seksual, misalnya akibat kontaminasi handuk yangdipakai atau akibat tidur yang berhimpitan, dan menyebabkan mereka bersentuhandengan seseorang yang telah terinfeksi IMS.

    );< = > ?1;@; = A;) .14

  • 8/16/2019 pedomanims2011

    84/109

    9B 8 "#$%&'( )'*+%(', "#('(-'('( .(/#0*+ 1#(2,'3 4#0*2', 5677

    Pada sebagian besar kasus, identifikasi kuman IMS pada seorang anak berusia lebihbesar dari usia neonatal, mengesankan telah terjadinya tindak kekerasan seksualterhadap anak tersebut. Akan tetapi hal itu ada perkecualiannya, misalnya infeksi padarektum atau alat genital dengan C.trachomatis pada anak kecil yang dapat terjadikarena telah terjadi infeksi perinatal, dan kuman ini akan bertahan sampai anak berusia

    3 tahun. Sebagai tambahan vaginosis bakterial dan mikoplasma pada alat genital dapatterjadi pada anak yang telah mengalami tindak kekerasan seksual maupun yang tidak.Kutil pada alat genitalia, meskipun mengesankan adanya tindak kekerasan seksual, haltersebut tidak spesifik untuk tindak kekerasan seksual. Bila kuman IMS dapat diisolasiatau ditemukan adanya antibodi terhadap agen penyebab IMS, maka penemuantersebut perlu dipertimbangkan secara hati- hati untuk membuktikan adanya tindakkekerasan seksual.

    Pada usia dewasa muda/ remaja, kasus tindak kekerasan seksual pada kedua jeniskelamin kemungkinan terjadi lebih banyak dari pada yang telah dilaporkan. Sebagian

    besar kasus tindak kekerasan seksual dilakukan oleh keluarga sikorban, teman-temannya, dan orang dewasa lainnya dan orang yang kontak secara sah dengan anakatau remaja tersebut Para pelakunya sering sulit untuk diidentifikasi. Petugas kesehatanyang menduga adanya tindak kekerasan seksual harus segera mempertimbangkanuntuk mem