penatalaksanaan vitiligo
TRANSCRIPT
Penatalaksanaan Vitiligo
Prinsip penatalaksanaan pada vitiligo yaitu repigmentasi dan menstabilkan proses depigmentasi.1 Proses
repigmentasi yang dimaksud yaitu membentuk cadangan baru melanosit yang diharapkan akan tumbuh dalam
kulit dan menghasilkan pigmen melanin. Ada banyak pilihan terapi yang dapat memberikan hasil cukup
memuaskan pada sebagian besar pasien. Walaupun begitu, pengobatan vitiligo membutuhkan waktu, karena sel
yang baru terbentuk akan berproliferasi dan bermigrasi ke daerah yang mengalami depigmentasi.2
Metode pengobatan vitiligo dapat dibagi atas:
A. Pengobatan secara umum yaitu:
1. Memberikan keterangan mengenai penyakit, pengobatan yang diberikan dan menjelaskan
perkembangan penyakit selanjutnya kepada penderita maupun orangtua.1
2. Penggunaan tabir surya pada daerah yang terpapar sinar matahari. Melanosit merupakan pelindung alami
terhadap sinar matahari yang tidak dijumpai pada penderita vitiligo. Penggunaan tabir surya mempunyai
beberapa alasan yaitu:
Kulit yang mengalami depigmentasi lebih rentan terhadap sinar matahari dan dapat mengakibatkan
timbulnya kanker kulit.
Trauma yang diakibatkan sinar matahari selanjutnya dapat memperluas daerah depigmentasi
(Koebner phenomeno).
Pengaruh sinar matahari dapat mengakibatkan daerah kulit normal menjadi lebih gelap.
Dianjurkan menghindari aktivitas diluar rumah pada tengah hari dan menggunakan tabir surya yang
dapat melindungi dari sinar UVA dan UVB.
3. Kamuflase kosmetik
Tujuan penggunaan kosmetik yaitu menyamarkan bercak putih sehingga tidak terlalu kelihatan.3
B. Repigmentasi vitiligo, dapat dilakukan dengan berbagai cara dan melihat usia penderita yaitu:
1. Usia dibawah 12 tahun
a. Steroid topikal
Penggunaan steroid diharapkan dapat meningkatkan mekanisme pertahanan terhadap autodestruksi
melanosit dan menekan proses immunologis. Steroid topikal merupakan bentuk pengobatan yang paling
mudah. Steroid yang aman digunakan pada anak adalah yang potensinya rendah. Respon pengobatan
dilihat minimal 3 bulan.
b. Tacrolimus topical
Berdasarkan penelitian tacrolimus topikal 0.1% dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif vitiligo
pada anak. Tacrolimus merupakan suatu immunosupressor yang poten dan selektif. Mekanisme kerja
berdasarkan inhibisi kalsineurin yang menyebabkan supresi dari aktivasi sel T dan inhibisi pelepasan
sitokin. Berdasarkan penelitian, penggunaan tacrolimus topical 0.1% memberikan hasil yang baik pada
daerah wajah dan memiliki efek samping yang lebih minimal dibandingkan dengan steroid topikal poten
yaitu adanya rasa panas atau terbakar dan rasa gatal, namun biasanya menghilang setelah beberapa hari
pengobatan.3
c. PUVA topikal
Diindikasikan pada anak yang berusia lebih dari 10 tahun dengan vitiligo tipe lokalisata atau pada lesi
yang luasnya kurang dari 20% permukaan tubuh. Digunakan cream atau solution Methoxsalen (8-
Methoxypsoralen, Oxsoralen) dengan konsentrasi 0,1-0,3% kemudian dioleskan 12-30 menit sebelum
pemaparan pada lesi yang depigmentasi. Pemaparan menggunakan UV-A dan dapat juga menggunakan
sinar matahari. Lamanya pemaparan pada awal pengobatan selama 5 menit pada pengobatan berikutnya
dapat ditambahkan 5 menit dan maksimum selama 15-30 menit. Pengobatan diberikan satu atau dua kali
seminggu, tetapi tidak dalam 2 hari berturut-turut. Setelah selesai pemaparan, daerah tersebut dicuci
dengan sabun dan dioleskan tabir surya. Efek samping yang dapat timbul adalah photoaging, reaksi
fototoksik dan penggunaan yang lama dapat meningkatkan timbulnya resiko kanker kulit. Respon
pengobatan dilihat selama 3-6 bulan.4
2. Usia lebih dari 12 tahun
a. Sistemik PUVA
Indikasi penggunaan sistemik psoralen dengan pemaparan UV-A yaitu pada vitiligo tipe generalisata.
Obat yang digunakan yaitu Methoxsalen (8-MOP, Oxsolaren), bekerja dengan cara menghambat mitosis
yaitu dengan berikatan secara kovalen pada dasar pyrimidin dari DNA yang difotoaktivasi dengan UV-A
dengan dosis yang diberikan 0,2-0,4 mg/kg/BB/oral, diminum 2 jam sebelum pemaparan. Lamanya
pemaparan pada awal pengobatan selama 5 menit, pada pengobatan berikutnya dapat ditambahkan 5
menit sehingga dicapai eritema ringan dan maksimum 30 menit. Terapi ini biasanya diberikan satu atau
dua kali seminggu tetapi tidak dilakukan 2 hari berturut-turut. Efek samping yang dapat timbul yaitu
mual, muntah, sakit kepala, kulit terbakar dan meningkatnya resiko terjadinya kanker kulit. Penderita
mendapat pengobatan dengan psoralen secara sistemik, sebaiknya sewaktu dilakukan pemaparan
menggunakan kacamata pelindung terhadap sinar matahari hingga sore hari, untuk menghindari
terjadinya toksisitas pada mata. Terapi dilanjutkan minimum 3 bulan untuk menilai respon pengobatan.3
b. Terapi Bedah
Pasien dengan area vitiligo yang tidak luas dan aktivitasnya stabil, dapat dilakukan transplantasi secara
bedah, yaitu:4
Autologous skin graft
Sering dilakukan pada pasien dengan bercak depigmentasi yang tidak luas. Tehnik ini menggunakan
jaringan graft yang berasal dari pasien itu sendiri dengan pigmen yang normal, yang kemudian akan
dipindahkan ke area depigmentasi pada tubuh pasien itusendiri.
Suction Blister
Prosedur teknik ini yaitu dibentuknya bula pada kulit yang pigmentasinya normal menggunakan vakum
suction dengan tekanan 150 Hg ataupun menggunakan alat pembekuan. Kemudian atap bula yang
terbentuk dipotong dan dipindahkan ke daerah depigmentasi.
c. Depigmentasi
Terapi ini merupakan pilihan pada pasien yang gagal terapi PUVA atau pada vitiligo yang luas dimana
melibatkan lebih dari 50% area permukaan tubuh atau mendekati tipe vitiligo universal. Pengobatan ini
menggunakan bahan pemutih seperti 20% monobenzyl ether dari hydroquinone (benzoquin 20%), yang
dioleskan pada daerah normal (dijumpai adanya melanosit). Dilakukan sekali atau dua kali sehari. Efek
samping yang utama adalah timbulnya iritasi lokal berupa kemerahan ataupun timbul rasa gatal. Bahan
ini bersifat sitotoksik terhadap melanosit dan menghancurkan melanosit. Depigmentasi bersifat permanen
dan irreversibel.
d. Tatto (Mikropigmentasi)
Tatto merupakan pigmen yang ditanamkan dengan menggunakan peralatan khusus yang bersifat
permanen. Teknik ini memberikan respon yang terbaik pada daerah bibir dan pada daerah yang berkulit
gelap.3
Gambar 1. Algoritma penatalaksanaan vitiligo2
Prognosis Vitiligo
Vitiligo merupakan penyakit kronis dan prognosis vitiligo cukup beragam. Perkembangan penyakit vitiligo sulit
diramalkan, dimana lesi depigmentasi dapat menetap, meluas atau bahkan mengalami repigmentasi. Biasanya
perkembangan penyakit vitiligo bertahap dan pengobatan dapat mencegah menetapnya lesi seumur hidup pada
penderita. Perkembangan lesi depigmentasi sering kali responsif pada masa awal pengobatan. Repigmentasi
spontan terjadi pada 10-20% penderita walaupun secara kosmetik hasilnya kurang memuaskan. Pengobatan
vitiligo yang disesuaikan dengan penyakit yang mendasarinya seperti penyakit tiroid tidak berpengaruh pada
prognosis vitiligo.1
DAFTAR PUSTAKA
1. Alain Taïeb and Mauro Picardo. 2009. Vitiligo. Dalam: The New England Journal of Medicine
2. Halder RM dan Taliaferro SJ. 2008. Vitiligo. Dalam: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI,
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Penyunting: Fitzpatrick’s Dermatology in General
Medicine, 7th ed., New York: Mc Graw Hill 616-622.
3. Torello Lotti, Alessia G., Fabio Z., Roberto C., and Silvia M. 2008. Vitiligo: New and
Emerging Treatments. Dalam: Dermatologic Therapy, Vol. 21, United States.
4. Nawaf Al-Mutairi and Osama Nour-Eldin. 2003. Vitiligo Treatment Update Review
Article. Dalam: The Gulf Journal of Dermatology Volume 10, No.2.