pengaruh board diversity gender pada dewan …digilib.unila.ac.id/29181/20/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
PENGARUH BOARD DIVERSITY GENDER PADA DEWAN
KOMISARIS DAN DEWAN DIREKSI TERHADAP
MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN RIIL PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2011-2015
(Skripsi)
Oleh
WAHYU AKRABIEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ABSTRACT
EFFECT BOARD DIVERSITY GENDER ON BOARD OF
COMMISSIONERS AND BOARD OF DIRECTORS ON ACCRUAL AND
REAL EARNING MANAGEMENT ON MANUFACTURE COMPANIES
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE IN YEAR 2011-2015
By
WAHYU AKRABIEN
The objective of the study is to examine effect of board diversity of gender on
board of commissioners and board of directors on accrual and real earning
management. The variable diversity of gender measured by variable dummy,
variable accrual earning management measured by absolute discretionary accrual
use modified Jones model and variable real earning management measured by
absolute abnormal cash flow from operating, absolute abnormal production costs
and absolute abnormal discretionary expenses use Roychowdhury model (2006).
The method for sampling use purposive sampling and gained 310 samples.
Hypothesis testing in the study was done by using multiple regression method.
The result shows that diversity of gander on board of commissioners, board of
directors and chief financial officer have no significant negative effect on accrual
earning management. While on real earning management, only diversity of chief
financial officer has significant negative effect, while diversity of board of
commissioners and board of directors have no significant negative effect. The
result of the study shows variable control leverage has significant positive effect
on real earning management, while variable sales growth has significant positive
effect on accrual earning management.
Key word: board diversity gender, accrual earning management, real
earning management.
ABSTRAK
PENGARUH BOARD DIVERSITY GENDER PADA DEWAN KOMISARIS
DAN DEWAN DIREKSI TERHADAP MANAJEMEN LABA AKRUAL
DAN RIIL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2011-2015
Oleh
WAHYU AKRABIEN
Penelitian ini bertujuan menguji pengaruh board diversity gender pada dewan
komisaris dan dewan direksi terhadap manajemen laba akrual dan manajemen
laba riil. Variabel diversitas gender diukur dengan menggunakan variabel dummy,
variabel manajemen laba akrual diukur dengan nilai absolut akrual diskresioner
menggunakan model modifikasian Jones dan variabel manajemen laba riil diukur
dengan nilai absolut aliran kas operasi abnormal, nilai absolut biaya produksi
abnormal dan nilai absolut beban diskresioner abnormal menggunakan model
Roychowdhury (2006). Metode pengambilan sampel menggunakan purposive
sampling dan diperoleh sebanyak 310 sampel. Pengujian hipotesis dalam
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis regresi berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa diversitas gender pada dewan komisaris,
dewan direksi, dan direktur keuangan tidak berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba akrual. Sedangkan pada manajemen laba riil, hanya
diversitas direktur keuangan yang memiliki pengaruh negatif signifikan,
sedangkan diversitas pada dewan komisaris dan dewan direksi tidak berpengaruh
negatif signifikan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kontrol
leverage berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba riil, sedangkan
variabel pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba akrual.
Kata kunci: board diversity gender, manajemen laba akrual, manajemen
laba riil
PENGARUH BOARD DIVERSITY GENDER PADA DEWAN
KOMISARIS DAN DEWAN DIREKSI TERHADAP
MANAJEMEN LABA AKRUAL DAN RIIL PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2011-2015
Oleh
WAHYU AKRABIEN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kalianda, Lampung Selatan pada tanggal 30 Maret 1992.
Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Nasyruddin dan Ibu
Rosmala. Penulis dibesarkan di Desa Ruang Tengah, Kecamatan Penengahan.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) Negeri 3 Pasuruan
Kecamatan Penengahan pada tahun 2004, Sekolah Madrasah Mu’alimin
Muhammadiyah Yogyakarta pada tahun 2007, Sekolah Muhammadiyah 7
Yogyakarta pada tahun 2011. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai
mahasiswa di Universitas Lampung pada Jurusan Akuntansi melalui jalur tulis
pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis
melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Trikarya, Kecamatan
Penawartama, Kabupaten Tulang Bawang pada Tahun 2015.
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS: Al-Insyirah:6)
“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kau dustakan?.”
(QS: Ar-Rahman)
“Jadikanlah hidup penuh usaha, do’a dan tawakal.”
(Wahyu Akrabien)
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya ini....
Untuk Kedua Orang Tuaku, Ayah Nasyruddin Dan Mamah Rosmala Segala ridha Ilahi berasal dari ridha Ayah dan Mamah, terima kasih telah mendidik dan merawatku selama ini. Terima kasih telah berkorban dalam
hidupku, semogalah Allah SWT berkenan mempertemukan kita di jannah-Nya kelak.
Untuk Adik-adik ku Iik, fitri dan Ziya, Adek dan Keluarga Di Ruang Tengah
Terima kasih telah memberikan semangat dan do’a.
Almamater Tercinta Universitas Lampung
Semoga sebuah karya kecil dariku ini bermanfaat
SANWACANA
Alhamdullillahirobbil’alamin, puji syukur selalu penulis ucapkan atas kehadirat
Allah SWT karena berkat rahmat, ridho dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Board Diversity Gender pada
Dewan Komisaris dan Dewan Direksi Terhadap Manajemen Laba Akrual dan Riil
pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Tahun
2011-2015”. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak atas
bantuan, bimbingan, dorongan, serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis ingin mengucapkan terima kasih terutama kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E., M.Si., Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku Sekertaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
4. Susi Sarumpaet, S.E., M.B.A, Ph.D., Akt, selaku penguji yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan.
5. Ibu Dr. Agrianti Komalasari, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen pembimbing
utama, yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan
saran dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Basuki Wibowo, S.E., M.S.Ak., CA., Akt., selaku dosen pembimbing
pendamping yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan saran peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Ninuk Dewi Kusumaningrum, S.E., M.Si., Akt., selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan motivasi, perhatian, dan
semangat kepada penulis dari awal penulis menjadi mahasiswa sampai saat
ini.
8. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung yang telah
memberikan ilmunya serta membimbing penulis selama masa-masa
perkuliahan.
9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung yang telah membantu penulis dalam segala proses administrasi.
10. Ayah dan Mamah tercinta yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan
doa yang tiada henti kepada peneliti.
11. Om, Minan, dan Adekku yang telah memberikan semangat.
12. Sahabatku Aziz, Argi, Dini, Dwi, Herwanto, Fitri, Rizka, Yunita,Pipit, Intan,
Eka, Heni, Wulan, Mafiana, Sakinah dan temen-teman lainnya, terima kasih
atas motivasi dan doanya.
13. Teman-teman Skripsi Rika, Trya, Susita, Yuni, Nova, Tutik, Ida, Uus, Nita,
Julian, Paulus,Yudi dan teman-teman skripsi lainnya, terima kasih telah
membatu dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Seluruh rekan-rekan jurusan Akuntansi angkatan 2012 semoga sukses.
15. Keluarga besar ROIS FEB Unila, terima kasih memberikan pengalaman dan
rasa kekeluargaan.
16. Semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan kepada peneliti selama
menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah memberikan bantuan kepada
peneliti dan semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat.
17. Almamaterku tercinta Universitas Lampung
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun
peneliti berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Bandar Lampung, 20 Nopember 2017
Wahyu Akrabien
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................................. i
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. ii
LAMPIRAN .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
HIPOTESIS ........................................................................................................... 7
2.1 Landasan Teori ......................................................................................... 7
2.1.1 Teori Keagenan .................................................................................... 7
2.1.2 Teori Nature dan Nurture ..................................................................... 8
2.1.3 Manajemen Laba .................................................................................. 9
2.1.3.1 Faktor yang Memotivasi Tindakan Manajemen Laba ................. 10
2.1.3.2 Pola Manajemen Laba ................................................................. 12
2.1.3.3 Teknik-teknik Manajemen Laba ................................................. 14
2.1.3.4 Deteksi Manajemen Laba ............................................................ 17
2.1.4 Manajemen Laba Akrual .................................................................... 19
2.1.5 Manajemen Laba Riil ......................................................................... 20
2.1.6 Dewan Komisaris ............................................................................... 21
2.1.6.1 Tugas Dewan Komisaris ............................................................. 22
2.1.6.2 Wewenang Dewan Komisaris ..................................................... 23
2.1.7 Dewan Direksi .................................................................................... 25
2.1.7.1 Tugas dan Kewajiban Dewan Direksi ......................................... 26
2.1.7.2 Wewenang Dewan Direksi .......................................................... 27
2.1.8 Chief Financial Officer ...................................................................... 28
2.1.9 Gender ................................................................................................ 29
2.1.9.1 Diversitas Gender ........................................................................ 30
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 32
2.3 Kerangka Pemikiran ............................................................................... 35
2.4 Pengembangan Hipotesis ....................................................................... 35
2.4.1 Pengaruh Diversitas Gender Dewan Komisaris terhadap Manajemen
Laba ............................................................................................................ 35
2.4.2 Pengaruh Diversitas Gender Dewan Direksi terhadap Manajemen
Laba ............................................................................................................ 36
2.4.3. Pengaruh Diversitas Gender Direktur Keuangan terhadap Manajemen
Laba ............................................................................................................ 37
BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................39
3.1 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 39
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................. 39
3.3 Metode Penelitian ................................................................................... 40
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel.......................... 41
3.4.1 Variabel Dependen ............................................................................. 41
3.4.1.1 Manajemen Laba Akrual ............................................................. 41
3.4.1.2 Manajemen Laba Riil .................................................................. 43
3.4.2 Variabel Independen .......................................................................... 44
3.4.2.1 Dewan Komisaris ........................................................................ 44
3.4.2.2 Dewan Direksi ............................................................................. 44
3.4.2.3 Direktur Keuangan ...................................................................... 45
3.4.3 Variabel Kontrol ................................................................................. 45
3.5 Metode Analisis ...................................................................................... 47
3.5.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian .............................................. 47
3.5.2 Uji Asumsi Klasik .............................................................................. 47
3.5.2.1 Uji Normalitas ............................................................................. 47
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas ................................................................... 48
3.5.2.3 Uji Autokorelasi .......................................................................... 48
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas ................................................................ 48
3.5.3 Uji Hipotesis ....................................................................................... 49
3.5.3.1 Koefisien Determinasi (Goodness of Fit Test) ............................ 50
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ................................................ 51
3.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) .............................. 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................52
4.1 Deskripsi Objek Penelitian .......................................................................... 52
4.2 Analisis Data ............................................................................................... 53
4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif .................................................................. 53
4.2.2 Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 55
4.2.2.1 Normalitas ...................................................................................... 55
4.2.2.2 Uji Multikolinearitas ...................................................................... 57
4.2.2.3 Uji Autokorelasi ............................................................................. 58
4.2.2.4 Uji Heterokedasitas ........................................................................ 59
4.2.3 Uji Hipotesis ......................................................................................... 61
4.2.3.1 Analisis Regresi Linier Berganda .................................................. 61
4.2.3.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji-t) ................................ 65
4.3 Pembahasan Hasil ........................................................................................ 68
4.3.1 Pengaruh Diversitas Gender Dewan Komisaris terhadap Manajemen
Laba ............................................................................................................ 68
4.3.2 Pengaruh Diversitas Gender Dewan Direktur Terhadap Manajemen
Laba ............................................................................................................ 69
4.3.3 Pengaruh Diversitas Gender Direktur Keuangan terhadap Manajemen
Laba ............................................................................................................ 71
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................73
5.1 Simpulan ...................................................................................................... 73
5.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 74
5.3 Saran ............................................................................................................ 74
DAFTAR PUSTAKA
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Penelitian William dan Best 1990 ................................................. 31
2. Hasil Penelitian Terdahulu ...................................................................... 32
3. Prosedur Pemilihan Sampel .................................................................... 52
4. Hasil Statistik Deskriptif ......................................................................... 53
5. Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 56
6. Hasil Uji Multikolinearitas Manajemen Laba Akrual ............................ 57
7. Hasil Uji Multikolinearitas Manajemen Laba Riil.................................. 58
8. Hasil Uji Autokorelasi............................................................................. 59
9. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Manajemen Laba Akrual ................. 61
10. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Manajemen Laba Riil ...................... 63
11. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Manajemen Laba
Akrual ...................................................................................................... 65
12. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Manajemen Laba
Riil ........................................................................................................... 67
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran ................................................................................ 35
2. Diagram Pencar Manajemen Laba Akrual .............................................. 60
3. Diagram Pencar Manajemen Laba Riil ................................................... 60
iii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Data Sampel Perusahaan
2. Data Eksekutif Wanita
3. Data Manajemen Laba Akrual
4. Data Arus Kas Abnormal
5. Data Biaya Produksi Abnormal
6. Data Beban Diskresi Abnormal
7. Data Manajemen Laba Riil
8. Hasil Statistik Deskriptif
9. Hasil Uji Normalitas
10. Hasil Uji Multikolinearitas
11. Hasil Uji Autokorelasi
12. Hasil Uji Heterokedasitas
13. Hasil Uji Hipotesis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
untuk mengubah penilaian kinerja keuangan perusahaan sehingga mempengaruhi
pengambilan keputusan pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut.
Menurut Scott (2013) pemilihan kebijakan dengan tujuan tertentu oleh
manajemen perusahaan dapat dikategorikan sebagai tindakan manajemen laba.
Sedangkan menurut Davidson, et al. (1987), manajemen laba yaitu proses untuk
mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi
yang berterima umum untuk menghasilkan tingkat laba yang diinginkan. Praktik
manajemen laba umumnya dilakukan dengan pola yaitu taking a Bath, pola
income minimization, pola income maximization, dan pola income smoothing
(Scott, 2013).
Teknik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sangat
beragam, mulai dari teknik legal yang diperbolehkan oleh Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), sampai dengan teknik ilegal yang tidak diperbolehkan oleh
SAK. Beberapa teknik yang diperbolehkan oleh SAK yaitu: mengubah metode
akuntansi, membuat estimasi akuntansi, mengubah periode pengakuan pendapatan
dan biaya, mereklasifikasikan akun current dan noncurrent, dan
2
mereklasifikasikan akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner (Sulistiawan, et
al., 2011). Selain itu, terdapat dua metode yang digunakan dalam melakukan
manajemen laba, yaitu manajemen laba akrual, dan manajemen laba riil.
Manajemen laba akrual merupakan metode manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan dengan memanfaatkan kebijakan akrual. Teknik dalam melakukan
manajemen laba akrual ini yaitu dengan mengubah estimasi umur ekonomis dan
metode aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Manajemen laba akrual ini
hanya dapat dilakukan oleh manajemen pada akhir periode ketika manajemen
melihat laba yang belum direkayasa, sehingga dapat menentukan besaran rekayasa
terhadap akrual diskresioner yang diperlukan untuk mencapai target pencapaian
laba.
Model manajemen laba selanjutnya yaitu manajemen laba riil. Manajemen laba
riil merupakan manajemen laba yang dilakukan melalui rekayasa terhadap
aktivitas perusahaan sehari-hari dalam periode akuntansi. Berbeda dengan
manajemen laba akrual, manajemen laba riil tidak harus menunggu sampai akhir
periode akuntansi, sehingga memudahkan manajemen dalam mengontrol laba
yang diinginkan. Teknik manajemen laba riil dilakukan dengan cara
memanipulasi penjualan, mengurangi pengeluaran diskresioner, dan melakukan
produksi yang berlebihan (Sulistiawan, et al., 2011).
Board diversity merupakan keragaman yang ada di dalam eksekutif perusahaan
yaitu dewan komisaris, dewan direksi dan direktur keuangan, yang umumnya
didasarkan pada gender, etnis, pendidikan, suku, dll. Penelitian ini menggunakan
keragaman dewan berdasarkan gender, di mana gender mengelompokkan
3
eksekutif pria dan wanita berdasarkan prilaku, kebiasaan, dan sifat. Gender
diartikan sebagai dua atau lebih kelas manusia yang dipercaya berbeda antara satu
dengan yang lain, di mana keduanya memiliki peran dan ekspektasi sosial yang
berbeda (Ember dan Ember, 2003). Fakih (2001) menjelaskan bahwa gender
terbentuk dari konstruksi sosial dan kultural yang panjang di masyarakat. Ciri-ciri
yang melekat pada gender tidaklah permanen, di mana sangat dipengaruhi oleh
perbedaan waktu, tempat, dan kelas sosial.
Terdapat dua teori gender dalam menjelaskan tentang perbedaan antara wanita
dan pria yaitu teori nature dan nurture. Teori nature menjelaskan bahwa
pembedaan gender dalam masyarakat dipengaruhi oleh faktor biologis seperti
hormon, gen, jaringan dan struktur otak, dan aktivitas sel saraf. Sedangkan teori
nurture menjelaskan bahwa pembedaan gender dalam masyarakat merupakan
hasil dari pengaruh sosial yaitu pengaruh keluarga, media, lingkungan sosial, dan
organisasi sosial. Faktor biologis dan sosial inilah yang kemudian menjadi dasar
bagi masyarakat dalam menentukan peran dan pembagian kelompok individu di
dalam masyarakat.
Penelitian yang dilakukan oleh ahli psikologi, dan sosial menunjukkan bahwa pria
cenderung lebih agresif dibandingkan dengan wanita (William dan Best, 1990,
Eagly dan Steffen, 1986, Archer dan Mehdikhani, 2004, Moffit, et al., 2001),
berbeda dengan sifat wanita yang cenderung lebih patuh terhadap peraturan, lebih
memilih menghindari risiko, bersikap hati-hati dan lebih waspada dibandingkan
dengan pria (William dan Best, 1990, Moffit, et al., 2001, Byrnes, et al., 1999,
Weisberg, et al., 2011). Peni dan Vahamaa (2010), menjelaskan bahwa eksekutif
4
pria dan wanita memiliki perbedaan pada gaya kepemimpinan, gaya komunikasi,
dan tindakan ketika menghadapi risiko. Terkait dengan manajemen laba, sifat pria
yang lebih agresif, senang mengambil peluang dan risiko diduga akan
meningkatkan tingkat manajemen laba di perusahaan, sedangkan sifat wanita yang
merupakan kebalikan dari sifat pria, diharapkan mampu mengurangi tingkat
manajemen laba di perusahaan.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ PENGARUH BOARD DIVERSITY GENDER PADA
DEWAN KOMISARIS DAN DEWAN DIREKSI TERHADAP MANAJEMEN
LABA AKRUAL DAN RIIL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PADA TAHUN 2011-2015”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang masalah dan uraian di atas maka perumusan masalah
dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah board diversity gender melalui keberadaan dewan komisaris wanita
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba akrual dan
manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
2. Apakah board diversity gender melalui keberadaan dewan direksi wanita
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba akrual dan
manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
5
3. Apakah board diversity gender melalui keberadaan direktur keuangan wanita
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba akrual dan
manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ?
4. Apakah board diversity gender pada dewan komisaris wanita , dewan direksi
wanita dan direktur keuangan wanita secara bersama-sama memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap manajemen laba akrual dan manajemen
laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada, maka penelitian ini
memiliki tujuan untuk :
1. Untuk mengetahui pengaruh board diversity gender pada dewan komisaris
wanita terhadap manajemen laba akrual dan riil pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh board diversity gender pada dewan direktur
wanita terhadap manajemen laba akrual dan riil pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh board diversity gender pada dewan direktur
keuangan wanita terhadap manajemen laba akrual dan riil pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
4. Untuk mengetahui pengaruh board diversity gender pada dewan komisaris
wanita, dewan direktur wanita, dan direktur keuangan wanita terhadap
6
manajemen laba akrual dan riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian antara lain :
1. Bagi peneliti atau penulis
Penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang pengaruh board
diversity berbasis gender pada dewan komisaris, dewan direksi, dan direktur
keuangan pada manajemen laba akrual dan riil di perusahaan manufaktur
publik.
2. Bagi akademisi
Penelitian ini diharapkan menambah referensi di bidang akuntansi, khususnya
tentang pengaruh board diversity berbasis gender terhadap manajemen laba di
perusahaan manufaktur publik.
3. Bagi pihak-pihak lain
Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembacanya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Keagenan
Teori ini menjelaskan hubungan keagenan yang terjadi karena kontrak antara
pemegang saham dan pengelola perusahaan. Kontrak tersebut menjelaskan
bahwa agen bertanggung jawab untuk memaksimalkan kesejahteraan
prinsipal dan prinsipal akan memberikan kompensasi kepada agen tersebut.
Kontrak tersebut juga mengatur kewajiban yang harus dilakukan oleh agen,
dan hak yang diperoleh agen ketika kewajiban tersebut telah tercapai.
Einsenhardt (1989) menjelaskan bahwa teori keagenan menggunakan tiga
asumsi dasar sifat manusia, yaitu sifat manusia yang mementingkan diri
sendiri, keterbatasan manusia dalam memproses seluruh informasi yang
berkaitan dengan pengambilan keputusan, dan keputusan yang selalu
berkaitan dengan risiko.
Teori agensi menjelaskan bahwa individu memiliki kecenderungan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara maksimal. Pemilik saham
sebagai prinsipal dijelaskan hanya tertarik terhadap keuntungan atas
investasinya, sedangkan manajer sebagai agen akan berusaha untuk
mengoptimalkan kesejahteraan mereka melalui kompensasi yang dijanjikan
8
oleh prinsipal. Teori agensi menjelaskan juga bahwa terdapat kesenjangan
informasi antara agensi dan prinsipal, di mana agen memiliki informasi yang
lebih banyak dibandingkan dengan yang dimiliki oleh prinsipal. Perbedaan
kepentingan dan informasi antara prinsipal dan agen inilah yang kemudian
menimbulkan permasalahan agensi di dalam satu perusahaan.
Terkait dengan manajemen laba, manajer sebagai pihak agen akan
memanfaatkan kesenjangan informasi untuk memenuhi kepentingan dan
tujuannya. Manajer akan cenderung untuk melakukan manajemen laba untuk
memperoleh penilaian dan pencapaian target sesuai dengan kontrak yang
telah ditetapkan oleh prinsipal. Sedangkan dikaitkan dengan diversitas
gender, wanita akan berusaha untuk menghindari konflik dan risiko dengan
cara mengungkapkan informasi yang lebih banyak kepada prinsipal, dan
mengurangi tingkat manajemen laba.
2.1.2 Teori Nature dan Nurture
Teori nature dan nurture merupakan dua teori gender yang menjelaskan
diversitas gender di dalam masyarakat berdasarkan faktor biologis dan faktor
lingkungan dan sosial. Teori gender nature menjelaskan diversitas gender
pada masyarakat dipengaruhi oleh faktor biologis seperti gen, hormon,
kromosom, jaringan dan struktur otak, dan aktivitas sel saraf. Teori nurture
menjelaskan diversitas gender pada masyarakat dipengaruhi oleh faktor
sosial seperti pengaruh keluarga, media, lingkungan sosial, dan peran di
organisasi sosial (Lippa, 2005., Helgeson, 2012).
9
Terkait dengan peran diversitas pada pihak agen yaitu manajemen
perusahaan, kedua teori ini menjelaskan tentang perbedaan sifat dan prilaku
antara pria dan wanita. Di mana pria akan cenderung lebih agresif
dibandingkan dengan wanita (Eagly dan Steffen, 1986., Archer dan
Mehdikhani, 2004), dan cenderung lebih tinggi menghadapi risiko
dibandingkan dengan wanita (Byrnes, et al., 1999). Sedangkan terkait
dengan manajemen laba, peran gender diharapkan mampu untuk
mempengaruhi tingkat manajemen laba di perusahaan yang dilakukan oleh
pihak agen.
2.1.3 Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan tindakan yang dilakukan oleh pihak agen yaitu
manajemen perusahaan untuk mempengaruhi kualitas informasi laporan
keuangan. Setiawati dan Na’im (2000), menjelaskan manajemen laba
merupakan campur tangan manajer dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri,di mana dapat
mengakibatkan berkurangnya kredibilitas laporan keuangan, dan menambah
bias pada laporan keuangan. Menurut Fisher dan Rosenzweig (1995),
manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikkan
(menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya
tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan
jangka panjang. Davidson, et al. (1987), mengartikan manajemen laba
sebagai proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam
batas-batas prinsip akuntansi yang berterima umum untuk menghasilkan
10
tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan. Scott (2013), menjelaskan
bahwa pilihan kebijakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan dengan
tujuan spesifik dapat dikategorikan sebagai manajemen laba.
Berdasarkan penjelasan di atas, manajemen laba dapat diartikan sebagai
pilihan kebijakan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan untuk
mengubah penilaian pemakai informasi laporan keuangan terhadap laporan
keuangan yang disajikan. Pilihan kebijakan yang diambil oleh manajemen
perusahaan masih sesuai dengan batasan-batasan yang diperbolehkan oleh
Standar Akuntansi Keuangan.
2.1.3.1 Faktor yang Memotivasi Tindakan Manajemen Laba
Sulistiawan, et al. (2011), menjelaskan beberapa faktor yang memotivasi
seseorang untuk melakukan tindakan manajemen laba, yaitu:
1. Motivasi Bonus
Motivasi bonus terjadi ketika adanya perjanjian bisnis antara
pemegang saham dan manajer, di mana pemegang saham akan
memberikan bonus dan sejumlah insentif kepada manajer atas
evaluasi kinerjanya, evaluasi kinerja perusahaan pada umumnya
dilihat dari tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan. Pemberian
insentif dan bonus akan mendorong manajer untuk memberikan
kinerja terbaiknya untuk mendapatkan bonus dan insentif yang
maksimal, sehingga tidak menutup kemungkinan manajer
11
melakukan manajemen laba ketika kinerja perusahaan sedang turun
dengan tujuan menaikkan laba.
2. Motivasi Hutang
Motivasi ini muncul ketika manajer menginginkan pihak ketiga
(pemberi hutang) untuk memberikan pinjaman kepada perusahaan
tersebut, di mana terdapat persyaratan rasio keuangan yang harus
dipenuhi oleh perusahaan. Hal ini mendorong manajer untuk
melakukan manajemen laba agar perusahaan memiliki rasio
keuangan yang memenuhi syarat, dan menjaga agar rasio keuangan
tetap berada di atas batas yang ditetapkan oleh pemberi hutang
ketika pinjaman didapatkan.
3. Motivasi Pajak
Motivasi ini muncul di mana pemilik saham dan manajer
menginginkan laba fiskal yang dilaporkan lebih kecil dibandingkan
dengan laba perusahaan. Hal ini terjadi dikarenakan manusia
memiliki sifat oportunis dan cenderung menginginkan hasil yang
lebih.
4. Motivasi Penjualan Saham
Motivasi ini muncul ketika perusahaan akan melakukan penawaran
saham ke publik untuk memperoleh dana tambahan yang
dibutuhkan dari para investor. Perusahaan akan mendapatkan
respons positif dari investor ketika perusahaan dapat
memperlihatkan kinerja yang baik. Salah satu ukuran kinerja yang
dilihat investor yaitu tingkat laba yang dihasilkan oleh perusahaan.
12
Kondisi ini yang kemudian memotivasi manajer untuk melakukan
manajemen laba agar laba di laporan keuangan perusahaan lebih
baik daripada biasanya.
5. Motivasi Pergantian Direksi
Motivasi ini muncul ketika masa akhir jabatan direksi, di mana
direksi cenderung bertindak kreatif untuk memaksimalkan laba agar
performa kinerja di akhir periode terlihat baik. Perilaku ini
dimotivasi juga oleh keinginan direksi untuk mendapatkan bonus
maksimal di akhir periode jabatannya.
6. Motivasi Politis
Motivasi politis umumnya terjadi pada perusahaan yang menyentuh
kepentingan publik, seperti perusahaan minyak, gas, listrik dan air.
Manajemen laba digunakan oleh perusahaan untuk menjaga agar
kinerja perusahaan tidak terlalu baik, hal ini bertujuan agar
perusahaan tetap mendapatkan subsidi.
2.1.3.2 Pola Manajemen Laba
Menurut Scott (2013), terdapat empat pola yang umumnya digunakan dalam
melakukan praktik manajemen laba, yaitu:
1. Pola Taking a Bath
Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun
berjalan menjadi sangat tinggi atau sangat rendah dibandingkan
dengan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola
ini dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah
organisasi atau sedang dalam proses pergantian pimpinan
13
manajemen perusahaan. Pada perusahaan yang baru mengalami
pergantian pimpinan, jika perusahaan berada dalam kondisi yang
tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan kerugian, manajer
baru cenderung bersemangat melaporkan nilai kerugian dalam
jumlah yang ekstrem agar pada periode berikutnya dapat
melaporkan laba sesuai target.
2. Pola Income Minimization
Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba periode tahun berjalan
lebih rendah dari laba sebenarnya. Pola ini dilakukan dengan cara
menghapus aset tetap maupun mempercepat pengakuan biaya-biaya
periode mendatang ke periode tahun berjalan. Secara praktis, pola
ini relatif sering dilakukan dengan motivasi perpajakan dan motivasi
politis. Pola dilakukan dengan motivasi perpajakan bertujuan agar
nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi, sedangkan motivasi
politis bertujuan agar tidak menjadi pusat perhatian yang akan
menimbulkan biaya politis yang tinggi.
3. Pola Income Maximization
Pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization.
Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara
menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya.
Teknik yang dilakukan yaitu dengan menunda pelaporan biaya-
biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan
metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, dan
meningkatkan penjualan dan produksi. Pola ini biasanya dilakukan
14
ketika perusahaan akan melakukan penawaran saham di mana
bertujuan agar mendapatkan kepercayaan kreditor.
4. Pola Income Smoothing
Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba
yang dilaporkan relatif stabil. Pola ini dilakukan dengan cara
mengombinasi dua pola yaitu memaksimalkan laba dan
meminimalkan laba. Tujuan manajemen melakukan pola ini yaitu
untuk memberikan kepercayaan pada investor dan kreditur yang
memiliki sifat menghindari risiko.
2.1.3.3 Teknik-teknik Manajemen Laba
Teknik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan sangat
beragam, mulai dari teknik legal yang diperbolehkan oleh Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), sampai dengan teknik ilegal yang bertentangan dan tidak
diperbolehkan oleh Standar Akuntansi Keuangan. Menurut Sulistiawan, et al.
(2011), terdapat lima teknik legal dan diperbolehkan oleh SAK dalam
melakukan praktik manajemen laba, yaitu:
1. Mengubah Metode Akuntansi
Teknik ini dilakukan dengan cara mengubah metode akuntansi yang
digunakan oleh perusahaan. Metode akuntansi merupakan pilihan-
pilihan yang disediakan oleh Standar Akuntansi dalam menilai aset
perusahaan. Beberapa bentuk pilihan metode akuntansi yaitu:
a. Metode penilaian persediaan (FIFO,rata-rata tertimbang, atau
identifikasi khusus).
15
b. Metode penyusutan aset tetap (garis lurus, saldo menurun,
jumlah angka tahun atau unit produksi).
c. Leasing ( capital lease atau operating lease).
d. Investasi pada obligasi (trading securities, held to maturities
securities, atau available for sale securities).
e. Penggunaan metode harga pasar atau nilai buku pada aset
jangka panjang.
f. Pembelian kembali saham perusahaan atau treasury stock
(metode cost dan par).
g. Pengakuan pendapatan (metode persentase penyelesaian, saat
penjualan, dan saat penerimaan kas).
2. Membuat Estimasi Akuntansi
Teknik ini dilakukan dengan tujuan memengaruhi laba akuntansi
melalui kebijakan dalam membuat estimasi akuntansi. Beberapa
bentuk estimasi akuntansi antara lain:
a. Estimasi dalam menentukan besarnya jumlah piutang tak
tertagih, baik dengan persentase penjualan maupun persentase
piutang.
b. Estimasi dalam menentukan umur ekonomis aset, baik aset
tetap maupun aset tidak berwujud.
c. Estimasi tingkat bunga pasar yang digunakan untuk
mendiskonto arus kas pada masa mendatang untuk penilaian
kewajaran aset yang tidak memiliki pembanding atau
kewajaran nilai obligasi.
16
3. Mengubah periode Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Teknik ini dilakukan untuk mempercepat atau menunda pengakuan
pendapatan dan biaya dengan cara menggeser pendapatan dan biaya
ke periode berikutnya agar memperoleh laba maksimum. Teknik ini
biasa ditemukan pada perusahaan yang akan melakukan penawaran
saham.
4. Mereklasifikasikan Akun Current dan Noncurrent
Teknik ini dilakukan dengan cara memindahkan posisi akun dari
satu tempat ke tempat lainnya. Laporan keuangan yang disajikan
sudah sama, tetapi akibat kelihaian penyajinya, laporan keuangan
yang disajikan akan memberikan dampak interpretasi yang berbeda
bagi penggunanya. Beberapa contoh akun yang biasanya digunakan
oleh manajemen yaitu:
a. Mereklasifikasikan akun diskon penjualan menjadi biaya
pemasaran, yang berdampak pada meningkatnya laba kotor
dan nilai penjualan.
b. Mereklasifikasikan akun utang jangka pendek yang masuk ke
jangka panjang, atau aset jangka panjang yang masuk ke aset
jangka pendek dengan tujuan untuk meningkatkan rasio
likuiditas perusahaan agar terlihat likuid.
c. Mereklasifikasikan akun utang jangka panjang menjadi saham
preferen atau saham biasa dengan tujuan mengurangi rasio
hutang terhadap aset, sehingga mengurangi risiko perusahaan.
17
5. Mereklasifikasikan Akrual Diskresioner dan Akrual
Nondiskresioner
Akrual diskresioner adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan
kebijakan manajemen, seperti pertimbangan tentang umur ekonomis
aset tetap atau pertimbangan pemilihan metode depresiasi. Akrual
nondiskresioner adalah akrual yang dapat berubah bukan karena
kebijakan atau pertimbangan pihak manajemen, seperti perubahan
piutang yang besar karena adanya tambahan penjualan yang
signifikan. Sementara, akrual adalah penjumlahan antara akrual
diskresioner dan akrual nondiskresioner. Akrual merupakan
perbedaan laba dengan arus kas operasi. Makin besar perbedaan,
maka perbedaan itu disebabkan karena aspek akrual atau kebijakan
akuntansi. Laba dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi, sedangkan
arus kas operasional hanya berasal dari transaksi riil. Makin tinggi
nilai akrual menunjukkan adanya strategi menaikkan laba dan makin
minus nilai akrual menunjukkan adanya strategi penurunan laba.
2.1.3.4 Deteksi Manajemen Laba
Deteksi manajemen laba dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
A. Pendekatan Kualitatif
Sulistiawan, et al. (2011), menjelaskan cara untuk mendeteksi praktik
manajemen laba dilakukan dengan tahapan:
18
1. Mengidentifikasikan kebijakan akuntansi utama yang digunakan
oleh sebuah perusahaan atau industri.
2. Menilai penggunaan fleksibilitas akuntansi perusahaan, yaitu
seberapa fleksibel perusahaan dalam menerapkan kebijakan
akuntansi.
3. Menilai strategi yang dijalankan perusahaan, yaitu sejauh
manakah perbedaan kebijakan akuntansi perusahaan yang sedang
dijalankan dengan kebijakan akuntansi perusahaan lain.
4. Menilai kualitas pengungkapan perusahaan, yaitu dengan menilai
apakah perusahaan telah menyediakan informasi yang memadai
untuk menilai strategi dan memahami kondisi ekonomi dari
kegiatan operasinya.
5. Mengidentifikasikan adanya potensi permasalahan akuntansi.
B. Pendekatan Kuantitatif
Menurut Sulistiawan, et al. (2011), deteksi manajemen laba
dilakukan dengan dua cara yaitu melakui kebijakan akuntansi dan
aktivitas riil. Deteksi manajemen melalui kebijakan akuntansi
merujuk pada permainan angka laba yang dilakukan menggunakan
teknik dan kebijakan akuntansi, sedangkan deteksi manajemen
melalui aktivitas riil merujuk pada permainan angka laba yang
dilakukan melalui aktivitas-aktivitas yang berasal dari kegiatan bisnis
normal atau yang berhubungan dengan kegiatan operasional.
19
2.1.4 Manajemen Laba Akrual
Manajemen laba akrual merupakan metode manajemen laba yang dilakukan
oleh manajemen perusahaan melalui kebijakan akrual. Sulistiawan, et al.
(2011), menjelaskan akrual merupakan perbedaan laba dengan arus kas
operasi, di mana perbedaan antara keduanya disebabkan oleh aspek akrual
atau kebijakan akuntansi. Laba dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi,
sedangkan arus kas operasional hanya berasal dari transaksi kas riil. Makin
tinggi nilai akrual menunjukkan adanya strategi menaikkan laba dan makin
minus nilai akrual menunjukkan adanya strategi menurunkan laba. Menurut
Sulistyanto (2008), manajemen laba akrual dilakukan dengan
mempermainkan komponen akrual dalam laporan keuangan, sebab pada
komponen akrual dapat dilakukan permainan angka melalui metode
akuntansi yang digunakan sesuai dengan keinginan orang yang melakukan
pencatatan dan penyusunan laporan keuangan. Komponen akrual tidak
memerlukan bukti kas secara fisik yang berarti tidak harus disertai dengan
adanya kas yang diterima atau dikeluarkan.
Sulistiawan, et al. (2011), menjelaskan akrual merupakan penjumlahan
antara akrual diskresioner dan akrual nondiskresioner. Akrual diskresioner
adalah akrual yang dapat berubah sesuai dengan kebijakan manajemen,
seperti pertimbangan umur ekonomis dan metode depresiasi aset tetap.
Akrual nondiskresioner adalah akrual yang dapat berubah bukan karena
kebijakan atau pertimbangan manajemen seperti perubahan piutang akibat
meningkatnya penjualan. Biasanya manajemen laba akrual dilakukan pada
20
akhir periode ketika manajemen perusahaan mengetahui laba sebelum
direkayasa, sehingga dapat diketahui seberapa besar manipulasi terhadap
akrual diskresioner yang diperlukan agar target laba tercapai.
2.1.5 Manajemen Laba Riil
Manajemen laba riil merupakan metode manajemen laba yang dilakukan
oleh manajemen melalui aktivitas perusahaan sehari-hari selama periode
akuntansi. Berbeda dengan manajemen laba akrual, manajemen laba riil
dapat dilakukan kapan saja sepanjang periode akuntansi tanpa harus
menunggu akhir periode akuntansi, sehingga lebih memudahkan manajemen
perusahaan dalam mengelola laba yang diinginkan. Roychowdhury (2006),
menjelaskan bahwa manajemen laba riil dapat dilakukan dengan
menggunakan tiga metode, yaitu:
1. Memanipulasi penjualan dan meningkatkan penjualan secara tidak
wajar. Cara ini dilakukan dengan menawarkan harga diskon atau
syarat kredit yang ringan. Akibatnya, manajemen perusahaan dapat
meningkatkan penjualan selama tahun berjalan sehingga akan
meningkatkan nilai laba kotornya. Namun, peningkatan volume
penjualan ini akan hilang ketika harga jual kembali ke harga awal.
2. Mengurangi pengeluaran diskresioner. Pengeluaran diskresioner
seperti biaya riset dan pengembangan, biaya iklan, dan biaya
pemeliharaan dibebankan pada periode terjadinya. Dengan begitu,
perusahaan dapat mengurangi biaya yang dilaporkan dan
meningkatkan laba dengan mengurangi pengeluaran diskresioner.
21
Pada proses pergantian direksi atau pimpinan perusahaan, pengelola
lama cenderung menunda atau mengurangi pengeluaran diskresioner
untuk mendapatkan bonus dari penyajian laba yang besar pada
tahunnya.
3. Produksi yang berlebihan. Agar laba naik, manajer memproduksi
lebih banyak persediaan dari yang sewajarnya untuk memenuhi
permintaan. Tingkat produksi yang tinggi, maka akan memperkecil
biaya overhead per unit dan biaya per unit akan turun. Hal ini
membuat biaya barang terjual lebih rendah sehingga perusahaan
mendapat keuntungan operasi yang lebih baik, namun akibatnya
persediaan barang di pasar menjadi besar dan akan berimbas pada
permintaan barang di masa yang akan datang.
2.1.6 Dewan Komisaris
Dewan komisaris merupakan salah satu organ perusahaan yang berfungsi
untuk melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai anggaran
dasar serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan
pengurusan perusahaan. Dewan komisaris juga memiliki tugas untuk
melakukan pemantauan terhadap efektivitas praktik good corporate
governance yang diterapkan perusahaan, dan dapat dilakukan penyesuaian
sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Menurut Zarkasyi (2008), dewan
komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan
secara umum dan memberikan nasihat kepada direksi. Effendi (2009)
22
menjelaskan fungsi dewan komisaris yaitu sebagai pengawasan atas
kebijakan pengurusan dan memberikan nasihat kepada direksi.
2.1.6.1 Tugas Dewan Komisaris
Tugas-tugas dewan komisaris meliputi, antara lain:
1. Memberikan tanggapan dan rekomendasi atas rencana kerja tahunan
perseroan yang diajukan direksi;
2. Melakukan pengawasan atas pelaksanaan prinsip-prinsip good
corporate governance dalam kegiatan-kegiatan usaha perseroan;
3. Melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi
mengenai risiko bisnis perseroan dan upaya-upaya manajemen dalam
menerapkan pengendalian internal;
4. Melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi
dalam penyusunan dan pengungkapan laporan keuangan berkala;
5. Mempertimbangkan keputusan direksi yang memerlukan persetujuan
dewan komisaris berdasarkan anggaran dasar;
6. Memberikan laporan mengenai pelaksanaan tugas pengawasan dan
pemberian nasihat yang dilakukannya dalam laporan tahunan serta
menelaah dan menyetujui laporan tahunan tersebut;
7. Melaksanakan fungsi nominasi dan remunerasi;
8. Menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS luar biasa sesuai
dengan anggaran dasar perseroan dan peraturan perundangan yang
terkait.
23
Tugas-tugas dewan komisaris menurut Undang-undang nomor 40 tahun 2007
tentang perusahaan terbuka meliputi, antara lain:
1. Setiap anggota dewan komisaris wajib dengan itikad baik, kehati-
hatian, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas pengawasan
dan pemberian nasihat kepada direksi yang bertujuan untuk
kepentingan perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan
perseroan.
2. Melakukan pengawasan meliputi segala hal terkait dengan kebijakan
pengurusan oleh direksi, jalannya pengurusan yang dilakukan oleh
direksi, baik mengenai perseroan maupun usaha perseroan;
3. Memberikan nasihat kepada direksi untuk melakukan tindakan-
tindakan tertentu sepanjang untuk kepentingan perseroan dan sesuai
dengan maksud dan tujuan perseroan;
4. Membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinannya;
5. Melaporkan kepada perseroan mengenai kepemilikan sahamnya
dan/atau keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain;
6. Memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang dilakukan
selama tahun buku yang baru lampau kepada RUPS;
2.1.6.2 Wewenang Dewan Komisaris
Wewenang dewan komisaris meliputi, antara lain:
1. Dewan komisaris berwenang untuk menyetujui atau menolak secara
tertulis rencana yang diajukan oleh direksi;
24
2. Memberhentikan untuk sementara anggota direksi dari jabatannya
apabila anggota direksi bertindak bertentangan dengan anggaran
dasar atau terdapat indikasi melakukan kerugian perusahaan atau
melalaikan kewajibannya atau terdapat alasan yang mendesak bagi
perusahaan;
3. Mengurus perusahaan untuk sementara dalam hal seluruh anggota
direksi diberhentikan untuk sementara atau perusahaan tidak
mempunyai seorang pun anggota direksi, dalam hal demikian, dewan
komisaris berhak memberikan kekuasaan sementara kepada seorang
atau lebih di antara anggota dewan komisaris atas tanggungan dewan
komisaris.
4. Dapat mengusulkan kepada direksi untuk melaksanakan RUPS jika
dianggap perlu dengan menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakan.
5. Memberikan persetujuan atas petunjuk kepala satuan pengawas
internal.
6. Memberikan persetujuan bahwa kepentingan salah seorang anggota
direksi akan diwakili oleh anggota direksi lainnya dalam terjadi
kepentingan salah seorang anggota direksi yang diwakili tersebut, dan
apabila terjadi benturan kepentingan oleh seluruh anggota direksi
maka perusahaan akan diwakili oleh dewan komisaris atau oleh
seorang yang ditunjuk oleh dewan komisaris.
7. Melaksanakan kewenangan pengawasan lainnya sepanjang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, anggaran dasar,
dan/atau keputusan RUPS.
25
Wewenang dewan komisaris menurut Undang-undang nomor 40 tahun 2007
tentang perusahaan terbuka meliputi, antara lain:
1. Dewan komisaris berwenang meminta semua laporan mengenai
kebijakan direksi dan yang semua hal yang berkaitan dengan jalannya
pengurusan yang dilakukan oleh direksi;
2. Dewan komisaris berwenang memperoleh setiap risalah rapat direksi;
3. Dewan komisaris berwenang untuk memberhentikan direksi untuk
sementara, apabila sering mengabaikan nasihat dewan komisaris
tanpa ada alasan yang dapat diterima oleh dewan komisaris;
4. Dewan komisaris berwenang untuk memberikan persetujuan kepada
direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu sepanjang
pemberian wewenang telah ditetapkan dalam anggaran dasar;
5. Dewan komisaris memiliki kewenangan untuk menjalankan tugas
direksi dalam keadaan tertentu untuk jangka waktu tertentu,
sepanjang kewenangan tersebut ditentukan dalam anggaran dasar atau
diputuskan oleh RUPS;
6. Dewan komisaris memiliki kewenangan untuk membentuk berbagai
komite.
2.1.7 Dewan Direksi
Menurut Zarkasyi (2008), dewan direksi adalah organ perseroan yang
berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan untuk kepentingan
perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta mewakili
perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan
26
dasar anggaran. Effendi (2009) menjelaskan fungsi dewan direksi yaitu
sebagai pengelola dan pengurus perusahaan.
2.1.7.1 Tugas dan Kewajiban Dewan Direksi
Tugas-tugas dewan direksi meliputi, antara lain:
1. Menyusun visi, misi, dan nilai-nilai serta rencana strategis perseroan
dalam bentuk rencana korporasi dan rencana kerja;
2. Menetapkan struktur organisasi perseroan, lengkap dengan rincian
tugas serta divisi dan unit usaha;
3. Mengendalikan dan mengembangkan sumber daya yang dimiliki
perseroan secara efektif dan efisien;
4. Membentuk sistem pengendalian internal dan manajemen risiko
perseroan;
5. Melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan perseroan;
6. Mengelola daftar pemegang saham dan daftar khusus;
7. Menyusun dan menyediakan laporan keuangan berkala dan laporan
tahunan perseroan;
8. Menyusun dan menyampaikan informasi material kepada publik;
9. Menyelenggarakan RUPS tahunan dan RUPS luar biasa sesuai
dengan anggaran dasar perseroan dan peraturan perundangan yang
terkait.
27
Tugas-tugas dewan direksi menurut Undang-undang nomor 40 tahun 2007
tentang perusahaan terbuka meliputi, antara lain:
1. Setiap anggota direksi melakukan tugas pengurusan wajib
dilaksanakan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab.
2. Direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan
perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan;
3. Direksi bertugas untuk mewakili perseroan baik di dalam maupun di
luar pengadilan;
4. Direksi wajib membuat daftar pemegang saham, daftar khusus,
risalah RUPS, dan risalah rapat direksi;
5. Direksi wajib membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan
perseroan;
6. Direksi wajib memelihara daftar, risalah, dan dokumen keuangan
perseroan;
7. Anggota direksi wajib untuk melaporkan kepada perseroan mengenai
saham yang dimiliki anggota direksi yang bersangkutan dan/atau
keluarganya dalam perseroan dan perseroan lain untuk selanjutnya
dicatat dalam daftar khusus.
2.1.7.2 Wewenang Dewan Direksi
Wewenang dewan direksi meliputi, antara lain:
1. Mewakili dan mengikat perseroan dengan pihak lain;
2. Mengangkat seorang atau lebih sebagai wakil atau kuasanya untuk
melakukan tindakan-tindakan tertentu berdasarkan surat kuasa;
28
3. Mengatur dan mengembangkan sumber daya manusia perseroan
termasuk pengangkatan dan pemberhentian karyawan dan penetapan
gaji, pensiun atau tunjangan pensiun dan remunerasi lain bagi
karyawan perseroan berdasarkan perundangan yang berlaku dan/atau
keputusan RUPS.
2.1.8 Chief Financial Officer
Direktur keuangan merupakan eksekutif perusahaan yang bertanggung jawab
terhadap pengelolaan risiko keuangan perusahaan. Tugas dan wewenang
yang dipegang oleh direktur keuangan antara lain, sebagai berikut:
1. Mengawasi, mengordinasikan, mengarahkan, mengawasi, dan
mengevaluasi pelaksanaan tugas operasional bidang kebendaharaan,
akuntansi, anggaran, pendanaan, dan manajemen risiko;
2. Merencanakan, mencari, dan memastikan penyediaan dana untuk
pengembangan sesuai dengan rencana strategis perusahaan;
3. Memastikan informasi yang terkait dengan unit kerjanya selalu
tersedia untuk direktur utama dan dewan komisaris;
4. Mengelola portofolio investasi keuangan dan keputusan finansial;
5. Memimpin, mengawasi pelaksanaan kebijakan, dan memberikan
keputusan bisnis sesuai dengan lingkup kewenangan direktur
keuangan.
Peni dan Vahamaa (2010), menjelaskan bahwa manajemen laba sangat
dipengaruhi oleh insentif modal, di mana insentif modal yang yang diberikan
kepada chief financial officer (CFO) lebih besar dibandingkan dengan chief
29
executive officer (CEO). Hal ini berimplikasi pada pengaruh manajemen laba
yang dilakukan oleh CFO. Menurut Peni dan Vahamaa (2010), Ketika terjadi
pergantian CFO, nilai akrual diskresioner menurun secara signifikan
dibandingkan dengan laporan keuangan sebelumnya, hasil ini memberikan
bukti empiris tentang pengaruh CFO pada manajemen laba yang dilakukan
oleh perusahaan.
2.1.9 Gender
Gender merupakan perbedaan perilaku antara pria dan wanita yang
dikonstruksikan secara sosial, yakni berasal dari proses sosial dan kultural yang
panjang di dalam masyarakat. Ember dan Ember (2003), mengartikan gender
sebagai dua atau lebih kelas manusia yang dipercaya berbeda antara satu dengan
yang lain. Memiliki peran dan ekspektasi sosial yang berbeda untuk gender yang
berbeda (kebanyakan masyarakat menggolongkan gender menjadi dua kelas yaitu
pria dan wanita, tetapi di masyarakat lain menggolongkan lebih dari dua kelas.
Helgeson (2012), menjelaskan gender merupakan kategori sosial yang
membedakan antara pria dan wanita berdasarkan penampilan psikologis dan sifat
peran yang ditentukan oleh sosial. Holmes (2007), menjelaskan gender sebagai
produk sosial yang membedakan manusia antara menjadi maskulin atau menjadi
feminin. Berdasarkan dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa gender
merupakan pembagian dua atau lebih kelas manusia berdasarkan perbedaan
psikologis, sifat, peran sosial yang diberikan oleh masyarakat kepada individu.
30
2.1.9.1 Diversitas Gender
Diversitas gender umumnya didasarkan terhadap perbedaan antara pria dan
wanita berdasarkan sifat, kebiasaan, dan peran yang dibuat oleh masyarakat.
McKee dan Sheriffs (1957, 1959) menjelaskan bahwa pria dideskripsikan
dengan sifat jujur, tidak berbelit-belit, rasional, kompeten, dan berani.
Sedangkan wanita dideskripsikan dengan kehangatan emosional dan
kepedulian. Costa, et al. (2001) mengungkapkan bahwa pria cenderung lebih
percaya diri, semangat, kompeten, dan berpikiran terbuka dibandingkan
dengan wanita. Moffit, et al. (2001) dalam penelitiannya menemukan bahwa
wanita cenderung lebih tinggi dalam hal menghindari bahaya,
mengutamakan keamanan, gugup, khawatir, melakukan reaksi berlebihan,
mudah bergaul, disukai orang lain, mengubah orang lain menjadi nyaman ,
hati-hati, waspada, dan reflektif dibandingkan dengan pria. Sedangkan pria
lebih agresif, bekerja keras, menikmati proyek, dan tekun dibandingkan
dengan wanita.
Byrnes, et al. (1999) mengungkapkan bahwa pria lebih senang dalam
menghadapi risiko dibandingkan dengan wanita. Penelitian yang dilakukan
oleh William dan Best (1990) pada 30 negara di Asia, Australia, Eropa,
Amerika, dan Afrika, menjelaskan tentang perbedaan item yang
diasosiasikan dengan pria dan wanita, berikut merupakan hasil penelitian
tersebut:
31
Tabel 2.1 Hasil Penelitian William dan Best (1990)
Item yang Diasosiasikan dengan Sifat Pria Item yang Diasosiasikan
dengan Sifat Wanita
Aktif Cerdas Dipengaruhi
Petualang Inisiatif Penuh Kasih Sayang
Agresif Penemu Cemas
Ambisius Malas Menarik
Arogan Logis Menawan
Assertive Nada Keras Ingin Tahu
Autocratic Maskulin Ketergantungan
Sombong Menjengkelkan Pemimpi
Berpikiran Jernih Pengambil Peluang Emosional
Pemaksa Progresif Penakut
Yakin Rasional Feminin
Berani Realistis Lemah Lembut
Kejam Sembrono Ramah
Panantang Bugar Meek
Determined Kasar Lembut
Tidak Tertib Percaya Diri Menyenangkan
Dominan Serius Sensitif
Egois Severe Sentimental
Penuh Semangat Tegas Seksi
Enterprising Solid Pemalu
Kuat Gagah Berhati Lembut
Keras Kepala Tidak Emosional Patuh
Tidak Berperasaan Tidak Ramah Superstitious
Humoris Bijaksana Suka Berbicara
Independen Lemah
Sumber: Ember dan Ember, 2003
Pakar psikologi tentang kepribadian manusia sepakat membagi kepribadian
manusia menjadi lima sifat yang disebut big five. Wiggins (1996)
menjelaskan kelima sifat tersebut yaitu:
a. Ekstraversion
Merupakan kepribadian yang dimiliki oleh manusia yang ditandai
dengan sifat mudah bergaul, berani, percaya diri, spontan, periang
dan semangat.
b. Agreeableness
Merupakan kepribadian manusia yang ditandai dengan sifat ramah,
baik, sopan, bersahabat, dan memiliki sifat yang baik.
32
c. Conscientiousness
Merupakan kepribadian manusia yang ditandai dengan sifat serius,
berhati-hati, bertanggung jawab, dan mampu untuk mengendalikan
keinginan dan patuh terhadap peraturan dan norma.
d. Neuroticism
Merupakan kepribadian manusia yang ditandai dengan sifat gugup,
tertekan, tegang, dan menderita akibat rendahnya harga diri.
e. Openness to Experience
Merupakan kepribadian manusia yang ditandai dengan sifat yang
imajinatif, ingin tahu, kreatif, bebas, menyukai seni dan pengetahuan,
serta senang terhadap keanekaragaman teman dan kenalan.
2.2 Penelitian Terdahulu
Berikut merupakan beberapa penelitian terkait dengan manajemen laba di
perusahaan
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil
1 Peni dan
Vahamaa
(2010)
Female executive
and earning
management
Female Executive
(CEO,CFO),
Earning
Management,
Leverage, Loss,
Market-To-Book
Value Ratio, Firm
Size, Sales Growth
Perusahaan yang memiliki CFO
wanita cenderung mengurangi
pendapatan akrual diskresioner, yang
berimplikasi pada penggunaan
strategi manajemen laba konservatif.
Sedangkan CEO wanita ditemukan
tidak memiliki pengaruh terhadap
manajemen laba
33
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil
2 Weisberg,
De Young,
dan Hirsh
(2011)
Gender
differences in
personalitas
Cross the ten
aspect of big five
Enthusiasm,
Assertiveness,
Compassion,
Politeness,
Industriousness,
Orderliness,
Volatility,
Withdrawal,
Intellect, Openness,
Extraversion,
Agreeableness,
Conscientiousness,
Neuroticism,
Openness/Intellect,
Male And Female.
Hasil menunjukkan bahwa bahwa
wanita lebih tinggi nilai pada aspek
enthusiasm, compassion, politeness,
volatility, withdrawal, dan openness,
sedangkan pria lebih tinggi nilai pada
aspek assertiveness, orderliness, dan
intellect. Untuk dimensi big five
wanita memiliki nilai lebih tinggi
pada extraversion, agreeableness,
dan neuroticism. Sedangkan untuk
aspek dan dimensi pada
industriousness, conscientiousness,
dan openness/intellect hasil
menunjukkan tidak signifikan.
3 Lakhal,
Aguir,
Lakhal, dan
Malek
(2015)
Do women on
board and in top
management
reduce earning
managemen?
Evidence in
france
Female Executive/
Top Management
(CEO, Chair, CFO),
Boardsize, Duality,
leverage, Size, ROA,
MBR, float
Keberadaan wanita pada manajemen
puncak mengurangi manajemen laba,
keberadaan lebih dari 3 wanita di
dalam manajemen puncak akan
semakin mengurangi tingkat
manajemen laba. Sedangkan wanita
yang menduduki posisi CEO dan
CFO tidak memiliki pengaruh
terhadap manajemen laba.
4 Barua,
Daidson,
Rama, dan
Thiruvadi
(2010)
CFO gender and
accruals quality
Female and Male
CFO ABS_PMATA,
ABS_PMACA,
ABS_DD,
ABS_MDD,, SIZE,
BM, SGROWTH,
ROA, OCF, AU, DE,
OPCYCLE
Penelitian menemukan bahwa CFO
wanita cenderung tidak agresif, dan
lebih hati-hati. Penelitian ini juga
menunjukkan bahwa CFO wanita
memiliki nilai absolut diskresioner
akrual dan absolut estimasi akrual
yang lebih rendah dibandingkan
dengan CFO pria
5 Gavious,
Segev,
Yosef
(2012)
Female director
and earning
management in
high-technology
firms
Female and Male
CFO , CEO, Audit
Commite, Director
Hold, Absolute
Discresionary and
nondisresionary
Acrual, Auditor,
Leverage, Size, Sales
Growth, dll.
Terdapat hubungan negatif antara
kehadiran direktur wanita dan
manajemen laba, serta manajemen
laba lebih rendah ketika terdapat
kehadiran CEO wanita dan CFO
wanita dalam satu perusahaan.
34
Tabel 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu (lanjutan)
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil
6 Ontorael
dan
Geraldina
(2015)
Trade off antara
manajemen laba
akrual dan riil
pada bank
konvensional
Manajemen Laba
Akrual, Manajemen
Laba Riil, Fee Audit,
Net Operating Asset,
Cost On Fund,
Kesehatan
Keuangan, Ukuran
Perusahaan,
Leverage,
Pertumbuhan Dana
Pihak Ketiga, Return
On Asset,
Unexpected Rill
Management
Biaya relatif pada perbankan publik
memiliki efek yang signifikan
terhadap manajemen laba. Penelitian
ini tidak dapat menentukan trade off
antara manajemen laba riil dan
akrual. Manajemen laba paling
banyak ditemukan pada perbankan
yang memiliki sedikit aset. Leverage
mempengaruhi keputusan bank untuk
melakukan manajemen laba.
7 Ratmono
(2010)
Manajemen laba
riil dan berbasis
akrual: dapatkah
auditor yang
berkualitas
mendeteksinya?
Manajemen Laba
Akrual, Manajemen
Laba Riil, Kualitas
Audit, Abnormal
CFO, Abnormal
Beban Diskresioner,
dan Abnormal Biaya
Produksi
Temuan dalam penelitian ini
menyatakan bahwa auditor lebih sulit
mendeteksi manajemen laba riil
dibandingkan dengan manajemen
laba akrual. Terdapat kecenderungan
perusahaan di Indonesia
menggunakan manajemen laba riil
dibandingkan dengan manajemen
laba akrual
8 Harris,
Jenkins, dan
Glaser
(2006)
Gender
differences in risk
assessment: why
do women take
fewer risks than
men ?
Gambling, Health,
Recreation, Social,
Positive, Past Risk
Behavior, Female,
And Male
Penelitian ini menjelaskan bahwa
hasil untuk variabel wanita lebih
rendah nilainya dibandingkan pria
dalam hal kebiasaan yang berisiko,
khususnya pada dimensi gambling,
health, dan recrational. Selain itu
pria diketahui lebih tinggi melakukan
kebiasaan berisiko di masa lalu
dibandingkan dengan wanita.
9 Handry,
Zaitull, dan
Yulistia
Muslim
(2015)
Pengaruh
keberadaan
wanita di dewan
komisaris dewan
direksi dan
komite audit
terhadap kualitas
laba
Dewan komisaris
wanita, dewan
direksi wanita,
komite audit wanita,
kualitas audit, umur
perusahaan, ukuran
perusahaan, dan
leverage
Penelitian ini menjelaskan bahwa
dewan komisaris wanita, dewan
direksi wanita, umur perusahaan, dan
ukuran perusahaan tidak memiliki
pengaruh terhadap kualitas laba.
Sedangkan komite audit wanita dan
leverage berpengaruh signifikan
terhadap kualitas laba
Sumber: Diolah dari berbagai sumber penelitian
35
2.3 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dijelaskan di atas maka
dalam penelitian ini akan menguji pengaruh dewan komisaris wanita, dewan
direksi wanita dan dewan direktur terhadap manajemen laba akrual dan riil.
Variabel kontrol yang digunakan dalam menguji pengaruh tersebut yaitu
tingkat leverage, ukuran perusahaan dan tingkat pertumbuhan penjualan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini di sajikan pada gambar berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
2.4 Pengembangan Hipotesis
2.4.1 Pengaruh Diversitas Gender Dewan Komisaris terhadap
Manajemen Laba
Dewan komisaris merupakan sekelompok orang yang ditunjuk oleh pemegang
saham dalam rapat umum pemegang saham untuk mewakili kepentingan pemilik
saham. Tugas dewan komisaris yaitu memberikan pengawasan, dan nasihat
kepada dewan, di mana secara langsung akan mempengaruhi pelaporan laba yang
dilaporkan oleh perusahaan tersebut. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa
wanita pada jajaran manajemen puncak akan mengurangi tingkat manajemen laba
Variabel Independen
1. Dewan Komisaris
Wanita
2. Dewan Direksi Wanita
3. Direktur Keuangan
Wanita
Variabel Kontrol
1. Leverage
2. Ukuran Perusahaan
3. Pertumbuhan Penjualan
Variabel Dependen
1. Manajemen Laba
Akrual
2. Manajemen Laba Riil
36
yang dilakukan oleh perusahaan, dan semakin banyak proporsi wanita maka akan
semakin kecil pula tingkat manajemen laba yang dilakukan (Lakhal, et al.,2015).
Teori gender nature dan nurture menjelaskan bahwa pria dan wanita memiliki
perbedaan dalam hal kepribadian, sifat, kebiasaan, dan fisik yang berbeda.
Penelitian menunjukkan bahwa pria cenderung lebih agresif dibandingkan dengan
wanita (William dan Best, 1990, Eagly dan Steffen, 1986, Archer dan
Mehdikhani, 2004, Moffit, et al., 2001), sedangkan wanita lebih lebih patuh
terhadap peraturan, dan cenderung lebih menghindari risiko (William dan Best,
1990, Moffit, et al., 2001, Weisberg, et al., 2011). Terkait peran eksekutif wanita
dalam manajemen laba, diharapkan sifat wanita yang cenderung lebih patuh
terhadap peraturan, pasif, dan lebih memilih untuk menghindari risiko dapat
menurunkan tingkat manajemen laba. Berdasarkan penjelasan di atas maka
peneliti menarik hipotesis sementara yaitu:
H1a : Keberadaan dewan komisaris wanita berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba akrual.
H1b : Keberadaan dewan komisaris wanita berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba riil.
2.4.2 Pengaruh Diversitas Gender Dewan Direksi terhadap
Manajemen Laba
Dewan direksi merupakan eksekutif perusahaan yang petugas untuk mengatur
kegiatan perusahaan serta berwenang untuk mewakili kepentingan perusahaan.
Penelitian terdahulu tentang hubungan manajemen laba dan eksekutif wanita
37
menunjukkan tingkat manajemen laba yang lebih rendah (Lakhal, et al.,2015).
Gavious, et al. (2012), menjelaskan bahwa proporsi wanita pada dewan direksi
menurunkan tingkat agresivitas, dan manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan. Peni dan Vahamaa (2010), menjelaskan bahwa CFO wanita pada
perusahaan cenderung mengurangi pendapatan diskresioner, dan menggunakan
strategi manajemen laba konservatif, sedangkan CEO wanita tidak memiliki
pengaruh terhadap manajemen laba. Terkait dengan wanita dan manajemen laba,
diharapkan dewan direksi wanita dapat mengurangi tingkat manajemen laba. Hal
ini dikarenakan wanita memiliki sifat yang lebih patuh terhadap peraturan, lebih
hati-hati, dan pasif dibandingkan dengan pria. Berdasarkan penjelasan tersebut,
maka peneliti menarik hipotesis sementara yaitu:
H2a : Keberadaan dewan direksi wanita berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba akrual.
H2b : Keberadaan dewan direksi wanita berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba riil.
2.4.3. Pengaruh Diversitas Gender Direktur Keuangan terhadap
Manajemen Laba
Direktur keuangan merupakan jabatan eksekutif yang memiliki tugas untuk
mengelola risiko keuangan perusahaan. Penelitian terdahulu tentang hubungan
direktur keuangan dengan manajemen laba, menjelaskan bahwa manajemen laba
cenderung lebih sering dilakukan oleh direktur keuangan pria dibandingkan
dengan direktur keuangan wanita (Wei dan Xie, 2010), dan semakin rendah ketika
wanita menjabat dalam dewan direksi dan direktur keuangan (Gavious, et al.,
38
2012, Lakhal, et al., 2015). Penelitian lain menjelaskan bahwa direktur keuangan
wanita cenderung lebih hati-hati, dan tidak agresif dibandingkan dengan pria,
selain itu ditemukan pula tingkat diskresi yang lebih rendah pada direktur
keuangan wanita, dan cenderung lebih menyukai strategi manajemen laba
konservatif. (Barua, et al., 2010, Peni dan Vahamaa, 2010). Penelitian tersebut
juga didukung dengan sifat wanita yang lebih patuh, hati-hati, tidak agresif serta
lebih memilih untuk menghindari risiko, di mana wanita diharapkan dapat
mengurangi tingkat manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menarik hipotesis sementara yaitu:
H3a : Direktur keuangan wanita berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba akrual.
H3b : Direktur keuangan wanita berpengaruh negatif terhadap
manajemen laba riil.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini merupakan penelitian historis yaitu penelitian, pemahaman dan
penjelasan keadaan yang telah lalu. Data yang digunakan dalam penelitian ini
merupakan data sekunder berupa laporan keuangan dan kutipan yang didapatkan
dan dikutip langsung dari Bursa Efek Indonesia dan sumber buku melalui studi
kepustakaan.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan go public yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu menggunakan teknik non probability
sampling yaitu purposive sampling, di mana sampel penelitian yang diambil
berdasarkan kriteria atau karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti,
yaitu:
1. Merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI berturut-turut
selama periode tahun 2011-2015.
40
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahunan di BEI selama
periode tahun 2011-2015 yang dinyatakan dalam rupiah (Rp).
3. Perusahaan mengungkapkan data terkait dengan variabel penelitian dan
tersedia secara lengkap.
4. Perusahaan tidak melakukan delisting selama periode pengamatan.
3.3 Metode Penelitian
Pengumpulan data terkait dengan penelitian menggunakan metode, yaitu:
1. Studi Pustaka
Studi pustaka merupakan pengumpulan data dengan menggunakan buku
materi, jurnal, artikel, hasil penelitian terdahulu, maupun media tulis
lainnya yang berkaitan dengan penelitian.
2. Studi Dokumentasi
Merupakan metode di mana peneliti mengumpulkan data yang diperoleh
dari media elektronik dan berbagai literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini. Data yang diperoleh dari media elektronik berupa laporan
keuangan auditan dan laporan keuangan tahunan perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia dan dijadikan sampel. Selain itu, digunakan juga
studi pustaka untuk mengumpulkan jurnal-jurnal penelitian yang berkaitan
dengan penelitian ini.
41
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.4.1 Variabel Dependen
3.4.1.1 Manajemen Laba Akrual
Penilaian manajemen laba akrual dalam penelitian ini menggunakan model
modifikasian Jones yang dikembangkan oleh Dechow, et al. (1995), di mana
Model ini muncul untuk mengatasi kelemahan yang ada dalam model Jones.
Menurut Dechow, kelemahan model Jones tidak dilakukan terhadap pendapatan.
Padahal, pendapatan tidak sepenuhnya terlepas dari usaha manipulasi. Jika
pengelola perusahaan ternyata melakukan manipulasi melalui pendapatan, maka
model Jones menjadi bias. Dechow lalu mengembangkan model modifikasian
Jones dengan mengasumsikan bahwa perubahan yang terjadi dalam penjualan
kredit pada periode berjalan merupakan objek manipulasi laba sehingga dirinya
memperbaiki model Jones dengan menghilangkan variabel perubahan piutang dari
variabel perubahan pendapatan untuk mengestimasi akrual nondiskresioner pada
saat periode kejadian. Secara detail, dengan model modifikasian Jones, penentuan
akrual diskresioner sebagai indikator manajemen laba dapat dijabarkan dalam
tahap-tahap sebagai berikut.
1. Menentukan nilai total akrual dengan formulasi:
𝑇𝐴𝑖𝑡 = NI𝑖𝑡 − CFO𝑖𝑡
2. Menentukan nilai parameter 𝛼1, 𝛼2, 𝑑𝑎𝑛 𝛼3 Menggunakan model Jones
(1991), dengan formulasi:
𝑇𝐴𝑖𝑡 = 𝛼1 + 𝛼2∆𝑅 𝑒𝑣𝑖𝑡 + 𝛼3𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡 + 𝜀𝑖𝑡
42
Lalu, untuk menskala data, semua variabel tersebut dibagi dengan aset
tahun sebelumnya (Ait-1), sehingga formulasinya berubah menjadi:
𝑇𝐴𝑖𝑡/ AIt−1 = 𝛼1(1/ AIt−1) + 𝛼2(∆𝑅 𝑒𝑣𝑖𝑡/ AIt−1) + 𝛼3(𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡/ AIt−1) + 𝜀𝑖𝑡
3. Menghitung nilai NDA dengan formulasi:
𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡 = 𝛼1(1/ AIt−1) + 𝛼2(∆𝑅 𝑒𝑣𝑖𝑡/ AIt−1 − ∆𝑅 𝑒𝑐𝑖𝑡/ AIt−1) + 𝛼3(𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡/ AIt−1)
Nilai parameter 𝛼1, 𝛼2, 𝑑𝑎𝑛 𝛼3 Adalah hasil dari perhitungan pada langkah
ke-2. Isikan semua nilai yang ada dalam formula sehingga nilai NDA akan
bisa didapatkan.
4. Menentukan nilai akrual diskresioner yang merupakan indikator
manajemen laba akrual dengan cara mengurangi total akrual dengan akrual
nondiskresioner, dengan formulasi:
𝐷𝐴𝑖𝑡 = TA𝑖𝑡 − NDA𝑖𝑡
Keterangan:
TAit = Total akrual perusahaan i dalam periode t.
NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode t.
CFOit = Arus kas operasi perusahaan i pada periode t.
NDAit = Akrual nondiskresioner perusahaan i pada periode t.
DAit = Akrual diskresioner perusahaan i pada periode t.
Ait-1 = Total aset perusahaan i pada periode t-1.
∆Revit = Perubahan penjualan bersih perusahaan i pada periode t.
∆Recit = Perubahan piutang perusahaan i pada periode t.
PPEit = Property, plant, and equipment i pada periode t.
α1, α2, α3 = Parameter yang diperoleh dari persamaan regresi.
ε = Error term perusahaan i pada periode t.
Hasil diskresi akrual ini dapat bernilai negatif, positif atau nol. Nilai negatif
menunjukkan bahwa perusahaan melakukan manajemen laba dengan pola
menurunkan laba, nilai positif menunjukkan bahwa perusahaan melakukan
43
manajemen laba dengan pola menaikkan laba dan nilai nol menunjukkan bahwa
perusahaan melakukan pola pemerataan laba (Sulistyanto, 2008). Nilai negatif dan
positif tersebut memiliki arti yang sama yaitu untuk menyembunyikan kinerja
yang buruk atau menyimpan laba tahun ini untuk digunakan di tahun berikutnya.
Penelitian ini menggunakan nilai absolut diskresi akrual di mana yang menjadi
perhatian dalam penelitian ini bukan arah diskresi akrual, tetapi besaran diskresi
akrual di mana menggambarkan ukuran perusahaan dalam menaikkan dan
menurunkan laba (Balsam, et al., 2003., Gul, et al., 2003).
3.4.1.2 Manajemen Laba Riil
Manajemen laba riil diproyeksikan dengan nilai absolut dari aliran kas operasi
abnormal, beban produksi abnormal, dan beban diskresioner abnormal dengan
menggunakan model yang dikembangkan oleh Roychowdhury (2006), dengan
perhitungan sebagai berikut:
1. Aliran Kas Operasi Abnormal
𝐶𝐹𝑂𝑖,𝑡
𝐴𝑖,𝑡−1= 𝛼0 + 𝛼1
1
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝛼2
𝑆𝑖,𝑡
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝛼3
∆ 𝑆𝑖,𝑡
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝜀𝑖,𝑡
2. Biaya Produksi Abnormal
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑖,𝑡
𝐴𝑖,𝑡−1= 𝛼0 + 𝛼1
1
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝛼2
𝑆𝑖,𝑡
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝛼3
∆ 𝑆𝑖,𝑡
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝛼4
∆ 𝑆𝑖𝑡−1
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝜀𝑖,𝑡
3. Beban Diskresioner Abnormal
Disexps
𝐴𝑖,𝑡−1 = 𝛼0 + 𝛼1
1
𝐴𝑖,𝑡+ 𝛼2
𝑆𝑖,𝑡−1
𝐴𝑖,𝑡−1+ 𝜀𝑖𝑡
Keterangan
CFOi,t = Arus kas operasi perusahaan i tahun t
Prodi,t = Biaya produksi perusahaan i tahun t
Disexpsi,t = Beban diskresioner perusahaan i tahun t
44
α0 = Koefisien regresi konstanta
α1,2,3,4 = Koefisien regresi masing-masing regresi
A i,t-1 = Total aset perusahaan i tahun t-1
Si, t = Penjualan total perusahaan i tahun t
Si, t-1 = Penjualan total perusahaan i tahun t-1
∆Si, t = Perubahan penjualan total perusahaan i tahun t
∆Si, t-1 = Perubahan penjualan total perusahaan i tahun t-1
Besar manajemen laba riil didapat dengan cara melakukan penjumlahan nilai
absolut aliran kas abnormal (AB_CFO) dikurangi dengan nilai absolut biaya
produksi abnormal (AB_PROD) ditambah dengan nilai absolut beban diskresi
abnormal (AB_DISEXPS).
3.4.2 Variabel Independen
3.4.2.1 Dewan Komisaris
Dewan komisaris dalam penelitian ini merupakan seorang yang ditunjuk oleh
rapat umum pemegang saham (RUPS) yang bertugas untuk melakukan
pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi. Variabel dalam penelitian
ini diproksikan dengan menggunakan variabel dummy, yaitu apabila terdapat
dewan komisaris wanita maka diberi nilai 1 (satu) dan apabila tidak terdapat
dewan komisaris wanita maka diberi nilai 0 (nol).
3.4.2.2 Dewan Direksi
Dewan direksi dalam penelitian ini merupakan seorang yang memiliki jabatan
eksekutif tertinggi di dalam perusahaan. Tugas dari dewan direksi yaitu
memimpin dan bertanggung jawab penuh atas kinerja perusahaan yang
45
dipimpinnya. Variabel dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan
variabel dummy, yaitu apabila terdapat dewan direksi wanita maka diberi nilai 1
(satu) dan apabila tidak terdapat dewan direksi wanita maka diberi nilai 0 (nol).
3.4.2.3 Direktur Keuangan
Direktur keuangan dalam penelitian ini merupakan seorang yang memiliki jabatan
eksekutif yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan risiko keuangan,
perencanaan keuangan, dan pelaporan keuangan kepada direktur utama dan dewan
komisaris. Variabel dalam penelitian ini diproksikan dengan menggunakan
variabel dummy, yaitu apabila direktur keuangan dijabat oleh wanita maka diberi
nilai 1 (satu) dan apabila direktur keuangan dijabat oleh pria maka diberi nilai 0
(nol).
3.4.3 Variabel Kontrol
Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini mengacu kepada beberapa
penelitian terdahulu. di mana variabel kontrol yang digunakan berupa leverage,
ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan.
1. Leverage
Leverage merupakan perbandingan antara kewajiban terhadap aset yang
dimiliki oleh perusahaan. Menurut Peni dan Vahamaa (2010), Leverage
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan memiliki masalah sehingga
perlu menurunkan manajemen laba akrual. Penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Lakhal, et al. (2015), Gavious, et al. (2012), dan Peni dan
46
Vahama (2010), menemukan bahwa leverage memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba.
2. Ukuran perusahaan
Ukuran perusahaan merupakan gambaran besar kecilnya perusahaan yang
ditentukan oleh jumlah aset yang dimiliki oleh perusahaan dan total
penjualan yang dilaporkan di dalam laporan keuangan. Menurut Peni dan
Vahamaa (2010), ukuran perusahaan akan memiliki efek negatif terhadap
manajemen laba di dalam perusahaan. Ukuran perusahaan dihitung dengan
menggunakan logaritma natural dari jumlah total aset yang dilaporkan
perusahaan pada tahun t. Penelitian terdahulu Gavious, et al. (2012), dan
Peni dan Vahamaa (2010) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Sedangkan
Lakhal, et al. (2015), menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba.
3. Pertumbuhan penjualan
Menurut Peni dan Vahamaa (2010), pertumbuhan penjualan yang tinggi
pada suatu perusahaan, memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk
melakukan manajemen laba. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Peni dan Vahamaa (2010), dan Gavious, et al. (2012), menemukan bahwa
pertumbuhan penjualan memiliki pengaruh positif terhadap manajemen
laba.
47
3.5 Metode Analisis
3.5.1 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan dan memberikan gambaran
tentang distribusi frekuensi variabel yang digunakan di dalam penelitian.
Gambaran dalam statistik deskriptif meliputi nilai maksimum, minimum, rata-
rata, dan standar deviasi.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah data telah memenuhi asumsi
klasik. Asumsi klasik tersebut meliputi uji normalitas data, uji multikolinieritas,
dan uji heteroskedastisitas.
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel-variabel yang digunakan
dalam model regresi telah memiliki distribusi yang normal. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau yang mendekati normal
(Ghozali, 2013). Uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov di mana
dasar pengambilan keputusan mengikuti ketentuan yaitu:
1. Probabilitas > 0.05 : hipotesis diterima karena data memiliki distribusi
yang normal.
2. Probabilitas < 0.05 : hipotesis ditolak karena data tidak memiliki distribusi
yang normal.
48
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik
tidak menunjukkan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2013).
Ada tidaknya korelasi dapat dilihat dari nilai tolerance value dan variance
inflation factor (VIF). Nilai cut-off yang umum yaitu:
1. Jika tolerance value > 0,10 dan nilai VIF < 10, maka tidak terdapat
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
2. Jika tolerance value < 0,10 dan nilai VIF > 10, maka terdapat
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3.5.2.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (Ghozali, 2013). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu dan berkaitan satu sama lainnya. Model regresi yang baik adalah yang
bebas autokorelasi. Penelitian ini menggunakan uji run test untuk mendeteksi
autokorelasi, jika hasil menunjukkan nilai signifikansi 0,05 maka tidak terdapat
autokorelasi.
3.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji model regresi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
49
variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedasitas (Ghozali, 2013).
Model regresi yang baik tidak mengalami heteroskedasitas atau mengalami
homoskedasitas. Pemeriksaan gejala heteroskedastisitas dengan melihat pada
diagram pencar, dengan pedoman yaitu:
1. Jika diagram membentuk pola tertentu yang teratur maka regresi
mengalami gangguan heteroskedastisitas.
2. Jika diagram tidak membentuk pola tertentu maka regresi tidak mengalami
gangguan heteroskedastisitas.
3.5.3 Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk meneliti hubungan
antara variabel dependen dan variabel independennya. Model yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan dua model, model pertama untuk meneliti
hubungan variabel keragaman dewan dengan manajemen laba akrual, kemudian
model kedua digunakan untuk meneliti hubungan variabel keragaman dewan
dengan laba riil . Model regresi yang digunakan yaitu:
1. Model Manajemen Laba Akrual
ABSDA = α+ β1BOC + β 2FBOD + β 3FCFO+ β 4LEVERAGE + β5 SIZE
+ β 6SALES GROWTH + є
2. Model Manajemen Laba Riil
RIIL = α+ β1BOC + β 2FBOD + β 3FCFO+ β 4LEVERAGE + β5
SIZE + β 6SALES GROWTH + є
50
Keterangan:
ABSDA = Nilai Absolut diskresi akrual
RIIL = Manajemen laba riil
FBOC = Dewan komisaris wanita
FBOD = Dewan direksi wanita
FCFO = Direktur keuangan wanita
LEVERAGE = Tingkat leverage perusahaan
SIZE = Ukuran perusahaan
SALES GROWTH = Pertumbuhan penjualan perusahaan
α = Koefisien regresi konstanta
β1,2,3,4,5,6 = Koefisien regresi masing-masing proksi.
Є = Error term
Menurut Ghozali (2013), ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai
aktual dapat diukur dari nilai goodness of fit. Secara statistik, nilai goodness of fit
dapat diukur dari koefisien determinasi, nilai statistik F dan nilai statistik t.
Perhitungan statistik disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya
berada dalam daerah kritis (daerah di mana H0 ditolak). Sebaliknya disebut tidak
signifikan bila nilai uji statistiknya berada dalam daerah di mana H0 diterima.
3.5.3.1 Koefisien Determinasi (Goodness of Fit Test)
Menurut Ghozali (2013), koefisien determinasi R2 digunakan untuk mengukur
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen, dengan nilai
koefisien determinasi antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksikan
variasi variabel dependen.
51
3.5.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)
Menurut Ghozali (2013), uji F menunjukkan apakah semua variabel independen
yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika nilai F
menunjukkan signifikasi lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak, artinya semua
variabel independen serentak dan signifikan memengaruhi variabel dependen.
Sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependen.
3.5.3.3 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Menurut Ghozali (2013), uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel
dependen. Apabila nilai signifikansi kurang dari 0,05 dan nilai t hitung > nilai t
tabel maka satu variabel independen memengaruhi variabel dependen.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji tentang pengaruh diversitas gender pada dewan komisaris,
dewan direksi dan direktur keuangan terhadap manajemen laba akrual dan
manajemen laba riil pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2011-2015. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang diuraikan
pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa diversitas gender pada dewan
komisaris, dewan direksi, dan direktur keuangan tidak berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba akrual. Sedangkan pada manajemen laba riil,
menunjukkan bahwa direktur keuangan wanita memiliki pengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba riil, sedangkan pada variabel dewan
komisaris wanita dan dewan direksi wanita, hasil menunjukkan tidak berpengaruh
negatif signifikan terhadap manajemen laba riil. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel kontrol yaitu leverage berpengaruh positif
signifikan terhadap manajemen laba riil, sedangkan variabel pertumbuhan
penjualan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba akrual.
74
5.2 Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sampel Penelitian ini hanya dari satu sektor perusahaan saja yaitu sektor
perusahaan manufaktur saja.
2. Penelitian ini hanya menggunakan periode penelitian tahun 2011-2015
5.3 Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, kesimpulan dan keterbatasan pada
penelitian ini, ada beberapa saran-saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas sektor pengamatan, tidak
hanya dari perusahaan manufaktur saja.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya mencari literatur baru untuk
menambahkan atau mengurangi variabel dalam penelitian ini sehingga
dapat lebih menjelaskan variabel dependennya.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel karakteristik selain
gender seperti usia, pendidikan, masa jabatan dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance , Free
Cash Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal
Akuntansi Keuangan.
Archer, J., & Mehdikhani, M. 2004. Sex Differences in Aggression in Real-
world Settings: A Meta-analytic Review. Review of General
Psychology, 8, 291-236.
Balsam, Steven, Krishnan, Jagan, dan Yang, J. S. 2003. Auditor Industry
Specialization and Earnings Quality. Auditing: A Journal of Practice
and Theory, Vol. 22, No. 2, 2003, pp. 71-97
Barua, Abhijit, Davidson, Lewis F., Rama, Dasaratha V., dan Thiruvadi,
Sheela. 2010.CFO Gender and Accruals Quality. Accounting
Horizons, Vol. 24, No. 1 2010 pp. 25-39.
Byrnes, J. P., Miller, D. C., & Schafer, W. D. 1999. Gender Differences in
Risk Taking: A Meta-analysis. Psychological Bulletin, 125, 367-383
Costa, P. T., Jr., Terracciano, A., & McCrae, R. R. 2001. Gender
Differences in Personalitas Across Cultures: Robust and Surprising
Results. Journal of Personality and Social Psychology, SI, 322-331
Darmadi, Salim. 2013. Do Women in Top Management Affect Firm
Performance? Evidence From Indonesian. Journal of Business in
Society, Vol. 13 Issue: 3, pp.288-304.
Davidson, S., Stickney,C., dan Weil, R. 1987. Accounting: The Language of
Business. Seventh Edition. Arizona: Thomas Horton and Daughter.
Dechow, P. M., Sloan, R. G., dan Sweeney, A. P. 1995. Detecting Earnings
Manajemen. The Accounting Review 70. 193-225.
Eagly, A. H., & Steffen, V. J. 1986. Gender and Aggressive Behavior: A
Meta-analytic Review of The Social Psychological Literature.
Psychological Bulletin, 100, 303–330.
Effendi, Muhammad Arief. 2009. The Power of Good Corporate
Governance: Teori dan Implementasi. Jakarta: Salemba Empat.
Eisenhardt, K. M. 1989. Agency Theory: An Assessment and Review.
Academy of Management Review, 57-74.
Ember, R. Carol, dan Ember, Melvin. 2003. Encyclopedia of Sex and
Gender: Men and Women in the World’s Cultures. New York: Kluwer
Academic/Plenum Publishers.
Fakih, Mansour. 2001. Analisis Gender dan Transformasi Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fischer, M dan Rosenzweig, K. 1995. Attitudes of Students and Accounting
Practitioners Concerning The Ethical Acceptability of Earnings
Management. Journal of Business Ethics, 14: 434-444.
Gavious, Ilait, Segev, Einav, dan Yosef, Rami. 2012. Female Directors and
Earnings Management in High-technology Firm. Pacific Accounting
Reviews, Vol. 24 Iss 1 pp. 4-22.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan SPSS 21, Edisi
Ketujuh. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gul, F. A., Chen, C. J., dan Tsui, J. S. 2003. Discretionary Accounting
Accruals, Manager, Incentives and Audit Fees. Contemporary
Accounting Research, Vol. 20, No. 3, 441-464.
Handry, Zaitul, dan Yulistia Muslim, Resti. 2015. Pengaruh Keberadaan
Wanita di Dewan Komisaris, Dewan Direksi dan Komite Audit
terhadap Kualitas Laba. Jurnal Universitas Bung Hatta Vol 7 No 1
2015.
Harris, Christine R., Jenkins, Michael dan Glaser, Dale. 2016. Gender
Differences in Risk Assessment: Why do Women Take Fewer Risks
Ethan Men?. Journal Judgment and Decision Making, Vol.1, No.1,
July 2006, pp. 48-63
Helgeson, Vicki S. 2012. The Psychology of Gender: Fourth Edition.
United States of American: Pearson Education, Inc.
Holmes, Mary. 2007. What si Gender?: Socialogical Approaches. London:
Sage Publications.
Lakhal, Faten, Aguir, Amal, Lakhal, Nadia, dan Malek, Adnane. 2015. Do
Women On Boards And In Top Management Reduce Earnings
Management? Evidence In France. The Journal of Applied Business
Research, Volume 31, Number 3, May/June 2015.
Lippa, Richard A. 2005. Gender, Nature, and Nurture: Second Edition.
London: Lawrence Erbaum Associates, Publishers.
McKee, J. P., & Sheriffs, A. C. 1957. The Differential Evaluation of Males
and Females. Journal of Personality, 25, 356–371.
Moffit, T. E., Caspi, A., Rutter, M., & Silva, P. A. 2001. Sex Differences in
Antisocial Behaviour. Cambridge, UK: Cambridge University Press.
Ontorael, Rianty, dan Geraldina, Ira. 2015. Trade Off antara Manajemen
Laba Akrual dan Riil pada Bank Konvensional ( Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Tahun 2009-2013). Simposium Nasional Akuntansi 18
Universitas Sumetera Utara, Medan 16-19 September 2015.
Peni, Emilia, dan Vahamaa, Sami. 2010. Female Executive and Earning
Management. Managerial Finance Vol. 36 No. 7, 2010 pp. 629-645.
Ratmono, Dwi. 2010. Manajemen Laba Riil dan Berbasis Akrual: Dapatkah
Auditor yang Berkualitas Mendeteksinya?. Simposium Nasional
Akuntansi XIII Purwokerto 2010.
Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas. Jakarta. DPR RI.
Roychowdhury, S. 2006. Earnings Management Through Real Activities
Manipulation. Journal of Accounting and Economics. No. 42, hlm.
335-370.
Scott, William R. 2013. Financial Accounting Theory.. Toronto: Pearson
Education Canada Inc.
Setiawati, L dan A. Na’im. 2000. Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis. Mei: 159-176.
Sulistiawan, Dedhy, Januarsi, Yeni, dan Alvia, Liza. 2011. Creative
Accounting: Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi.
Jakarta: Salemba Empat
Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba: Teori dan Empiris. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia
Surya, Indra, dan Yustiavandana, Ivan. 2006. Penerapan Good Corporate
Governance: Mengesampingkan Hak Istimewa Demi Kelangsungan
Usaha. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Wei, Zuobao, dan Xie, Feixue. 2010. CFO Gender and Earning
Management: Evidence krom China. University of Texas et El Paso,
El Paso, Texas.
Weisberg, Yanna J., DeYoung, Colin G., dan Hirsh, Jacob B. 2011. Gender
Differences in Personality Across the Ten Aspect of the Big Five.
Journal Frontiers in Psychology, Vol:2,178.
Williams, J. E., & Best, D. L. 1990. Measuring Sex Stereotypes: A
Multination Study. Newbury Park, CA: Sage.