pengaruh pengangguran dan pertumbuhan ekonomi...

155
PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DENGAN DISTRIBUSI ZAKAT SEBAGAI VARIABEL MODERASI TERHADAP KEMISKINAN DI PULAU JAWA TAHUN 2012-2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Disusun oleh FITALIA INDAHSARI NIM: 63020150028 PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2019

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

20 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN

    EKONOMI DENGAN DISTRIBUSI ZAKAT SEBAGAI

    VARIABEL MODERASI TERHADAP KEMISKINAN DI

    PULAU JAWA TAHUN 2012-2017

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun oleh

    FITALIA INDAHSARI

    NIM: 63020150028

    PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

  • iii

    PENGARUH PENGANGGURAN DAN PERTUMBUHAN

    EKONOMI DENGAN DISTRIBUSI ZAKAT SEBAGAI

    VARIABEL MODERASI TERHADAP KEMISKINAN DI

    PULAU JAWA TAHUN 2012-2017

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

    Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

    Disusun oleh

    FITALIA INDAHSARI

    NIM: 63020150028

    PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    2019

  • iv

    KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

    FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

    Jalan Tentara Pelajar No. 2 Salatiga 50721 Telepon (0298) 323706 Fax(0298)323433

    Website : www.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,

    maka skripsi Saudari:

    Nama : FITALIA INDAHSARI

    NIM : 63020-15-0001

    Prodi : Ekonomi Syariah

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

    Judul : Pengaruh Pengangguran dan Pertumbuhan Ekonomi Dengan

    Distribusi Zakat Sebagai Variabel Moderasi Terhadap

    Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017.

    Dapat diajukan dalam sidang munaqosah Skripsi.

    Demikian surat ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Salatiga, 04 April 2019

    Pembimbing

    Dr. H. Abdul Aziz Nugraha Pratama, S.Ag., M.M.

    NIP. 19701028 200003 1 001

    http://www.iainsalatiga.ac.id/

  • v

    PENGESAHAN KELULUSAN

  • vi

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : FITALIA INDAHSARI

    NIM : 63020150001

    Jurusan : S1 Ekonomi Syariah

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

    Judul Skripsi : Pengaruh Pengangguran dan Pertumbuhan

    Ekonomi Dengan Distribusi Zakat Sebagai

    Variabel Moderasi Terhadap Tingkat Kemiskinan

    Se-Pulau Jawa Tahun 2012-2017

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.

    Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau

    diterbitkan orang lain kecuali acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan

    karya ilmiah yang telah lazim.

    Salatiga, 2 Mei 2019

    Penulis,

    FITALIA INDAHSARI

    NIM 63020150001

  • vii

    PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : FITALIA INDAHSARI

    NIM : 63020150001

    Jurusan : S1 Ekonomi Syariah

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

    Dengan ini saya menyatakan bahwa judul skripsi “Pengaruh Pengangguran dan

    Pertumbuhan Ekonomi Dengan Distribusi Zakat Sebagai Variabel Moderasi

    Terhadap Tingkat Kemiskinan Se-Pulau Jawa Tahun 2012-2017” benar bebas dari

    plagiat, dan apabila pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia

    menerima sanksi sesuai ketentuan berlaku. Demikin pernyataan ini saya buat

    untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

    Salatiga, 2 Mei 2019

    Penulis,

    FITALIA INDAHSARI

    NIM 63020150001

  • viii

    DECLARATION

    In the name of Allah the most gracious and merciful.

    Hereby the writer fully declares that the graduating paper is made by the writer

    himself, and it is not contained the materials writers or has been published bu

    other people and others, people ideas except the information from the references.

    The writer is capable to account for graduating paper if in the future it can

    proved of containing other’s ideas or fact the writer imitated to others’

    graduating paper.

    Like wise the declaration made by the writer and she hopes that this declaration

    can be understood.

    Salatiga, 2 Mei 2019

    The writer

    FITALIA INDAHSARI

    NIM. 63020150001

  • ix

    PERNYATAAN PUBLIKASI SKRIPSI

    Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

    Nama : FITALIA INDAHSARI

    NIM : 63020150001

    Jurusan : S1 Ekonomi Syariah

    Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

    Judul Skripsi : Pengaruh Pengangguran dan Pertumbuhan

    Ekonomi Dengan Distribusi Zakat Sebagai

    Variabel Moderasi Terhadap Tingkat Kemiskinan

    Se-Pulau Jawa Tahun 2012-2017

    Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini diperkenakan untuk dipublikasikan

    pada e-repository IAIN Salatiga. Demikian surat pernyataan ini saya buat, apabila

    dikemudian hari terbukti karya saya ini bukan karya saya sendiri, maka saya

    sanggup menanggup semua konsekuensinya.

    Salatiga, 2 Mei 2019

    Penulis,

    Kharissa Dinna Kartika

    NIM 63020150075

  • x

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO

    Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

    kemudahan (94/Al-Insyiroh:6)

    PERSEMBAHAN

    Untuk Ibu dan Bapakku,

    Untuk adikku,

    Untuk sahabat-sahabatku

  • xi

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirrohmanirrohiim

    Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarrakatuh,

    Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

    Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, atas limpahan rahmat, taufiq,

    hidayah dan inayah-Nya skripsi ini dapat terselesaikan.

    Sholawat serta salam semoga tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW.

    beserta keluarga dan para sahabat yang telah menunjukkan jalan kebenaran

    dengan perantara agama Islam.

    Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari

    berbagai pihak, dengan segenap kerendahan hati penulis menyampaikan terima

    kasih kepada:

    1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri

    (IAIN) Salatiga.

    2. Dr. Anton Bawono, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

    Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

    3. Dr. Abdul Aziz NP, M.M. selaku Pembimbing Skripsi yang telah sabar

    membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    4. Dr. Ahmad Mifdlol Muthohar Lc., M.SI. selaku Ketua Program Studi S1

    Ekonomi Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Salatiga.

  • xii

    5. Agung Guritno, M.Pd. selaku pembimbing akademik, terimakasih untuk

    pengarahan-pengarahan selama menjadi mahasiswa, semoga ilmu yang

    telah diberikan bermanfaat dan menjadi amal jariyah.

    6. Seluruh Dosen dan Staf IAIN Salatiga yang telah membantu penulis dalam

    menempuh studi selama ini

    7. Kedua Orang Tuaku Ibu Sulimah dan Bapak Fauzan, yang selalu memberi

    motivasi serta doa restunya, serta adikku Silviana Febiyanti.

    8. Sahabat-sahabatku Afroul „Aini, Izza Rossalia, Mei Fatmawati Dwi

    Prastiwi, Dhea Prihanti, Kharisa Dina Kartika, Aisyah Amalia, Febi

    Fitriana, Feri Fajar Wanto, yang telah memberi banyak motivasi dan

    dukungan selama proses pembuatan skripsi.

    9. Keluarga Besar Ekonomi Syari‟ah-S1 2015 dan Semua pihak yang terlibat

    dalam penyusunan skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan dan

    jauh dari kata sempurna, semua itu karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran

    sangat diharapkan guna menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap semoga

    skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

    Salatiga, 04 April 2019

    Penulis

  • xiii

    ABSTRAK

    Indahsari, Fitalia. 2019. Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB),

    terhadap Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017 dengan Zakat

    sebagai Variabel Moderasi. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

    Program Studi S1 Ekonomi Syariah IAIN Salatiga. Pembimbing: Dr.

    Abdul Aziz NP, M.M.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengangguran,

    Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), dan Zakat sebagai variabel moderasi terhadap

    kemiskinan di pulau Jawa pada tahun 2012-2017. Penelian ini menggunakan data

    sekunder berbentuk panel. Data tahunan pengangguran, pertumbuhan ekonomi

    (PDRB), zakat, dan kemiskinan tahun 2012-2017 di enam provinsi yang berada di

    pulau Jawa. Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan alat bantu

    aplikasi Eviews 9. Berdasarkan hasil analisis pengangguran berpengaruh positif

    dan signifikan, PDRB berpengaruh positif dan tidak signifikan, zakat mampu

    memoderasi pengangguran dan zakat tidak mampu memoderasi pertumbuhan

    ekonomi (PDRB).

    Kata Kunci: Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi, Zakat, Kemiskinan

  • xiv

    DAFTAR ISI

    JUDUL ..................................................................................................................... i

    PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii

    PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ iii

    PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................................................v

    KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

    ABSTRAK ........................................................................................................... viii

    DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

    DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

    DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

    BAB I .......................................................................................................................1

    PENDAHULUAN ...................................................................................................1

    A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

    B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 14

    C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 14

    D. Kegunaan Penelitian................................................................................. 155

    E. Sistematika Penulisan ................................................................................ 15

    BAB II ....................................................................................................................17

    LANDASAN TEORI .............................................................................................17

    A. Telaah Pustaka ........................................................................................... 17

    B. Kerangka Teori........................................................................................... 23

    1. Teori Kemiskinan ................................................................................... 23

    2. Definisi Kemiskinan ............................................................................... 25

    3. Indikator Kemiskinan ............................................................................. 27

    4. Pengangguran ......................................................................................... 29

    5. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 35

    6. Zakat ....................................................................................................... 46

  • xv

    C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 62

    D. Hipotesis ..................................................................................................... 62

    BAB III ..................................................................................................................67

    METODE PENELITIAN .......................................................................................67

    A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 67

    B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................... 67

    1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 67

    2. Waktu Penelitian .................................................................................... 67

    C. Populasi dan Sampel .................................................................................. 68

    1. Populasi .................................................................................................. 68

    2. Sampel .................................................................................................... 68

    3. Teknik Pengumpulan Data ..................................................................... 69

    D. Definisi Operasional dan Indikator ............................................................ 70

    E. Uji Instrumen Penelitian ............................................................................ 71

    F. Alat Analisis ............................................................................................... 72

    1. Analisis Deskriptif .................................................................................. 72

    3. Pemilihan Estimasi Model Data Panel ................................................... 75

    4. Uji Hipotesis ........................................................................................... 77

    5. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 79

    BAB IV ..................................................................................................................82

    ANALISIS DATA .................................................................................................82

    A. Statistik Deskriptif ..................................................................................... 82

    1. Pengangguran di pulau Jawa tahun 2012-2017 ...................................... 82

    2. Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) di pulau Jawa tahun 2012-2017 .......... 83

    3. Kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017 ......................................... 84

    4. Zakat di pulau Jawa tahun 2012-2017 .................................................... 85

    B. Analisis Data .............................................................................................. 86

    1. Uji Stasioneritas ..................................................................................... 86

    2. Uji Regresi .............................................................................................. 87

    3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 94

    4. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 96

  • xvi

    BAB V..................................................................................................................112

    PENUTUP ............................................................................................................112

    A. Kesimpulan .............................................................................................. 112

    B. Saran ......................................................................................................... 112

    C. Keterbatasan ............................................................................................. 113

    DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................114

  • xvii

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa 2012-2017 .......................................4

    Tabel 1.2 Presentase Pengangguran Terbuka di Pulau Jawa 2012-2017 .................7

    Tabel 1.3 Laju PDRB Pulau Jawa ADHB 2010 (%) 2012-2017 .............................9

    Tabel 1.4 Research Gap ........................................................................................ 13

    Tabel 2.1 Research Gap ........................................................................................ 21

    Tabel 2.2 Penghimpunan Nasional Berdasarkan Jenis Dana ................................ 48

    Tabel 2.3 Total Penyaluran Zakat di Indonesia .................................................... 50

    Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Pengangguran ........................................................ 83

    Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Pertumbuhan Ekonomi .......................................... 84

    Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Kemiskinan ............................................................ 85

    Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Zakat ...................................................................... 86

    Tabel 4.5 Hasil Uji Stasioneritas ........................................................................... 87

    Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Commond Effect ...................................................... 89

    Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi fixed Effect ............................................................... 90

    Tabel 4.8 Hasil Uji Chow Test .............................................................................. 91

    Tabel 4.9 Hasil Uji Regresi Random Effect.......................................................... 92

    Tabel 4.10 Hasil Uji Hausmant test ...................................................................... 93

    Tabel 4.11 Hasil Uji Lagrange Multiplier ............................................................. 94

    Tabel 4.12 Hasil Uji Multikolinieritas .................................................................. 97

    Tabel 4.13 Hasil Uji Autokorelasi ........................................................................ 98

    Tabel 4.14 Hasil Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 99

    Tabel 4.15 Hasil Uji Heteroskedastisitas Menggunakan Uji Glejser .................. 100

    Tabel 4.16 Hasil Uji Moderated Regression Analysis (MRA) ........................... 102

    Tabel 4.17 Hasil Penelitian .................................................................................107

  • xviii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Tingkat Kemiskinan di Indonesia 2011-2017 ......................................2

    Gambar 1.2 Jumlah Penduduk Miskin Menurut Pulau 2017 ..................................3

    Gambar 1.3 Pengangguran Terbuka Menurut Wilayah di Indonesia ......................6

    Gambar 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pulau .........................................8

    Gambar 1.5 Pemetaan Muzakki, Mustahiq, dan Potensi Zakat ............................10

    Gambar 2.1 Lingkaran Setan Kemiskinan ............................................................25

    Gambar 2.2 Kurva Pengaruh Zakat Terhadap Perekonomian ..............................58

    Gambar 2.3 Kerangka Penelitian ..........................................................................62

    Gambar 1.2 Normalitas .........................................................................................96

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Pembangunan merupakan upaya yang dilakukan untuk

    memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, mengurangi

    tingkat pengangguran, meningkatkan pendapatan dan mengurangi tingkat

    kemiskinan. Salah satu tujuan pembangunan nasional berdasarkan

    pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu memajukan kesejahteraan

    umum. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh banyak Negara yang

    menyangkut kesejahteraan masyarakat adalah ketidakmampuan

    masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup yang disebabkan oleh

    kemiskinan (Solikatun, 2014).

    Kemiskinan merupakan persoalan dalam pembangunan yang

    sampai saat ini masih dihadapi oleh setiap Negara, terutama bagi Negara

    berkembang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks yang dipengaruhi

    oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, antara lain pendidikan,

    pengangguran, tingkat pendapatan, kesehatan, akses terhadap barang dan

    jasa, dan lain sebagainya.

    Kemiskinan merupakan permasalahan yang bersifat

    multidimensial, artinya kebutuhan manusia itu bermacam-macam maka

    kemiskinan pun memiliki banyak aspek. Dilihat dari kebijakan umum,

  • 2

    maka kemiskinan meliputi aspek primer yang berupa miskin akan asset,

    organisasi sosial politik, dan pengetahuan serta keterampilan. Dan aspek

    sekunder yang berupa miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber

    keuangan dan informasi. Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut

    termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang

    sehat, prawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang

    rendah (Arsyad, 2015: 298)

    Menurut Badan Pusat Statistik , kemiskinan dipandang sebagai

    ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

    makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi

    penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata

    pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (BPS, 2019).

    (Sumber: BPS)

    Gambar 1.1

  • 3

    Tingkat Kemiskinan di Indonesia Tahun 2011-2017

    Pada gambar 1.1 terlihat bahwa permasalahan kemiskinan di

    Indonesia masih menjadi perhatian yang serius, dimana tingkat

    kemiskinan di Indonesia pada maret 2017 masih mencapai 10.64%. tingkat

    kemiskinan di Indonesia pada tahun 2011-2017 terus mengalami

    penurunan. pada tahun 2011 penduduk miskin sebesar 30.01 juta orang

    (12.36%), pada bulan maret tahun 2017 turun menjadi 27.77 juta orang

    (10.64%). Sedangkan kenaikan penduduk miskin terjadi pada bulan

    september 2013 dan bulan maret 2015. Dimana pada bulan september

    kemiskinan Indonesia mencapai 28.6 juta orang (11.46%), dan bulan maret

    2015 sebesar 28.59 juta orang (11.22%).

    (Sumber: BPS)

  • 4

    Gambar 1.2

    Jumlah Penduduk Miskin Menurut Pulau 2017

    Pada gambar 1.2 terlihat bahwa jumlah penduduk miskin di

    Indonesia terbesar berada di pulau Jawa, yaitu sebesar 14.79 juta orang

    (10.01%) dari total populasi penduduk jiwa. besarnya jumlah penduduk

    miskin di pulau Jawa dipengaruhi oleh banyaknya penduduk yang tinggal

    di pulau Jawa. Total penduduk miskin Indonesia tersebut terbagi ke dalam

    6 jajaran Pulau, dimana, Pulau Jawa memiliki jumlah penduduk miskin

    sebesar 14.79 juta jiwa, Pulau Sumatera 6.23 juta jiwa, Pulau Sulawesi

    sebanyak 2.12 juta jiwa, Pulau Bali dan Nusa Tenggara sebanyak 2.12 juta

    jiwa, Penduduk miskin di Papua dan Maluku 1.52 juta jiwa, dan Pulau

    Kalimantan sebanyak 990.000 penduduk miskin. Jika di lihat dari seluruh

    total penduduk miskin antar pulau di Indonesia, terlihat bahwa sebagian

    besar penduduk miskin di Indonesia berada di Pulau Jawa, dengan total

    penduduk miskin sebanyak 14.79 juta jiwa. Berikut ini adalah gambaran

    dari tingkat kemiskinan di pulau Jawa pada tahun 2012-2017:

    Tabel 1. 1

    Tingkat Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017

    Provinsi

    Tingkat Kemiskinan (%) Rata-

    Rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Jawa Tengah 14.98 14.44 13.58 13.32 13.19 12.23 13.62

    Jawa Timur 13.08 12.73 12.28 12.28 11.85 11.2 12.24

    Jawa Barat 9.89 9.61 9.18 9.57 8.77 7.83 9.141

    DIY 15.88 15.03 14.55 13.16 13.1 12.36 14.01

  • 5

    DKI Jakarta 3.7 3.72 4.09 3.61 3.75 3.78 3.77

    Banten 5.71 5.89 5.51 5.75 5.36 5.59 5.63

    (Sumber: BPS diolah)

    Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa presentase kemiskinan yang

    paling tinggi terdapat pada provinsi DIY dengan rata-rata kemiskinan

    14.01% dari tahun 2012-2017. Tingkat kemiskinan tertinggi kedua setelah

    provinsi DIY yaitu provinsi Jawa Tengah dengan tingkat kemiskinan

    sebesar 13.62%. Disusul provinsi Jawa Timur, kemudian Jawa Barat dan

    Banten. Untuk presentase kemiskinan yang paling rendah berada di

    provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata kemiskinan 3.77% dari tahun 2012-

    2017.

    Kemiskinan berkaitan dengan lapangan pekerjaan dan biasanya

    penduduk yang dikategorikan miskin tidak memiliki pekerjaan

    (pengangguran). Suatu daerah sering dihadapkan dengan besarnya angka

    pengangguran karena sempitnya lapangan pekerjaan. Tingkat pertumbuhan

    angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan pekerjaan yang

    relative lambat menyebabkan masalah pengangguran menjadi semakin

    serius (Solikatun, 2014). Berikut ini merupakan tingkat pengangguran

    terbuka menurut wilayah di Indonesia tahun 2017.

  • 6

    (Sumber: lokadata)

    Gambar 1.3

    Pengangguran Terbuka Menurut Wilayah di Indonesia tahun 2017

    Presentase pengangguran terbuka tertinggi pada bulan Agustus

    berada di wilayah Jawa sebesar 5,8%, disusul wilayah Maluku dan Papua

    sebesar 5.4%, wilayah Sumatera 5.2%, wilayah Kalimantan sebesar 5%,

    wilayah Sulawesi Sulawesi 4.9% dan presentase pengangguran terbuka

    berada di wilayah Bali dan Nusa Tenggara sebesar 2.7%.

    Berikut ini merupakan presentase pengangguran terbuka di pulau

    Jawa tahun 2012-2017:

  • 7

    Tabel 1.2

    Presentase Pengangguran Terbuka di pulau Jawa Tahun 2012-2017

    Provinsi

    Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Rata-

    Rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Jawa Tengah 5.61 6.01 5.68 4.99 4.63 4.57 5.25

    Jawa Timur 4.11 4.3 4.19 4.47 4.21 4 4.21

    Jawa Barat 9.08 9.16 8.45 8.72 8.89 8.22 8.75

    DIY 3.9 3.24 3.33 4.07 2.72 3.02 3.38

    DKI Jakarta 9.67 8.63 8.47 7.23 6.12 7.14 7.88

    Banten 9.94 9.9 9.07 9.55 8.92 9.28 9.44

    (Sumber: Data BPS di Olah)

    Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa presentase pengangguran yang

    paling tinggi terdapat pada provinsi Banten dengan rata-rata pengangguran

    9.44% dari tahun 2012-2017. Tingkat pengangguran tertinggi kedua

    setelah provinsi Banten yaitu provinsi Jawa Barat dengan tingkat

    pengangguran sebesar 8.75%. Disusul provinsi DKI Jakarta, kemudian

    Jawa Tengah dan Jawa Timur. Untuk presentase pengangguran yang

    paling rendah berada di provinsi DIY dengan rata-rata pengangguran

    3.38% dari tahun 2012-2017.

    Faktor lain yang juga berkaitan berpengaruh terhadap kemiskinan

    yaitu pertumbuhan ekonomi. Semakin meningkatnya pertumbuhan

    ekonomi menggambarkan bahwa semakin meningkat pula produksi suatu

    wilayah tersebut, tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi biasanya

    diiringi semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakat. Salah satu

    indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu wilayah atau

  • 8

    provinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk

    Domestik Regional Bruto (PDRB). Berikut ini adalah gambaran

    pertumbuhan ekonomi menurut pulau di Indonesia tahun 2017 akan

    ditunjukkan pada gambar 1.3 dan Laju Pertumbuhan PDRB Pulau Jawa

    Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran (Persen) tahun

    2012-2017 yang digambarkan pada tabel 1.3:

    (Sumber: Katadata.co.id)

    Gambar 1.4

    Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Pulau

    Pertumbuhan ekonomi tertinggi pada semester I tahun 2017 berada

    di pulau Sulawesi sebesar 6.49%. kemudian disusul pulau Jawa dengan

    presentase sebesar 5.41%, pulau Maluku dan Papua sebesar 4.52%,

  • 9

    selanjutnya pulau Sumatera sebesar 4.09%, dan pertumbuhan ekonomi

    terendah berada di pulau Bali dan Nusa Tenggara sebesar 3.41%

    Tabel 1.3

    Laju Pertumbuhan PDRB Pulau Jawa

    Atas Dasar Harga Konstan 2010 (Persen), 2012-2017

    Provinsi

    Laju Pertumbuhan PDRB Harga Konstan

    2010 (%) Rata-

    Rata 2012 2013 2014 2015 2016 2017

    Jawa Tengah 5.34 5.11 5.27 5.47 5.27 5.27 5.29

    Jawa Timur 6.64 6.08 5.86 5.44 5.57 5.45 5.84

    Jawa Barat 6.5 6.33 5.09 5.05 5.66 5.29 5.65

    DIY 5.37 5.47 5.17 4.95 5.05 5.26 5.21

    DKI Jakarta 6.53 6.07 5.91 5.91 5.88 6.22 6.09

    Banten 6.83 6.67 5.51 5.45 5.28 5.71 5.91

    (sumber: BPS diolah)

    Dari tabel 1.3 dapat dilihat bahwa, selama kurun waktu 2012-2017

    pertumbuhan ekonomi provinsi di pulau jawa di dominasi oleh provinsi

    DKI Jakarta. Hal tersebut bisa dilihat dari tingginya tingkat PDRB dari

    tahun 2012-2017 di provinsi DKI Jakarta dengan rata-rata PDRB sebesar

    6.09%. kemudian provinsi Banten dengan rata-rata nilai PDRB sebesar

    5.91%, kemudian provinsi Jawa Timur dengan rata-rata sebesar 5.84%,

    provinsi Jawa Barat dengan rata-rata sebesar 5.65%, disusul Jawa tengah

    dengan rata-rata sebesar 5.29% dan DIY dengan rata-rata sebesar 5.21%.

  • 10

    Faktor lain yang juga mempengaruhi kemiskinan yaitu zakat.

    Indonesia merupakan Negara berkembang yang memiliki jumlah

    penduduk mayoritas Islam. Salah satu upaya dalam menurunkan angka

    kemiskinan di Indonesia adalah dengan melakukan pemerataan pendapatan

    antara golongan kaya dan golongan miskin. Upaya pemerataan pendapatan

    yang dikenal dalam Islam salah satunya adalah zakat.

    Salah satu cara menanggulangi kemiskinan adalah adanya

    dukungan orang yang mampu untuk mengeluarkan harta kekayaan mereka

    berupa dana zakat kepada mereka yang kekurangan. Zakat merupakan

    salah satu dari lima nilai instrumental yang strategis dan sangat

    berpengaruh pada tingkah laku ekonomi manusia dan masyarakat serta

    pembangunan ekonomi umumnya. Tujuan zakat tidak sekedar menyantuni

    orang miskin secara konsumtif, tetapi mempunyai tujuan yang lain yaitu

    mengentaskan kemiskinan. Zakat merupakan bentuk ibadah bernilai sosial

    dan ekonomi yang dapat memperkecil kesenjangan ekonomi dalam

    masyarakat. Dengan pengelolaan zakat yang tepat diharapkan distribusi

    kekayaan yang merata dapat diwujudkan.

    (Sumber: Dompet Dhuafa)

  • 11

    Gambar 1.5

    Pemetaan Muzakki, Mustahik, dan Potensi Zakat Wilayah Indonesia

    Gambar 1.3 terlihat bahwa Pulau Jawa memiliki potensi yang

    tinggi untuk semua Provinsi. Hal ini menunjukkan bahwa baik

    infrastruktur maupun ketersediaan lembaga keuangan di wilayah sangat

    tinggi ketersediaannya dibandingkan dengan Provinsi-provinsi lainnya.

    Namun, jumlah mustahiknya, dalam hal ini jumlah orang miskin, juga

    sangat banyak. Hal ini mungkin berkaitan dengan banyaknya jumlah

    penduduk di wilayah ini dan tingginya persentase umat Islam di wilayah

    ini.

    Menurut penelitian Alfi Amalia mengenai pengangguran terhadap

    kemiskinan dengan judul “Pengaruh Pendidikan, Pengangguran, dan

    Ketimpangan Gender Terhadap Kemiskinan di Sumatera UtaraI” dengan

    menggunakan metode Ordianary Least Square (OLS). Menunjukkan

    bahwa pengangguran berpengaruh signifikan positif terhadap kemiskinan

    di Sumatera Utara.

    Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan

    sebelumnya juga telah dilakukan oleh Dawami Buchori Amins dengan

    judul “Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di

    Kabupaten Berau” dengan menggunakan alat analisis regresi linier

    sederhana. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran

    berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Berau.

  • 12

    Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Saharuddin Didu dan Ferri Fauzi dengan

    judul “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, dan Pertumbuhan

    Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”. Dengan

    menggunakan alat analisis regresi berganda dan analisis model OLS. Hasil

    penelitiannya menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh

    negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Lebak.

    Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Syahrur Romi dan Etik Umiyati dengan

    judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum Terhadap

    Kemiskinan di Kota Jambi”. Dengan menggunakan alat analisis regresi

    linier berganda dalam bentuk semilog. Hasil penelitiannya menunjukkan

    bahwa secara parsial pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan

    terhadap kemiskinan.

    Penelitian mengenai zakat terhadap kemiskinan sebagai variabel

    moderasi sebelumnya telah dilakukan oleh Joko Hadi Purnomo dengan

    judul “Pengaruh Penglolaan Zakat Terhadap Penanggulangan

    Kemiskinan dengan Pemberdayaan Zakat dan Pendayagunaan Zakat

    Sebagai Variabel Moderasi”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

    pengelolaan zakat melalui pendayagunaan zakat berpengaruh positif

    sebesar 12.791 terhadap penanggulangan kemiskinan.

  • 13

    Tabel 1.4

    Research Gap

    No Penulis

    Dan

    Tahun

    Variabel Kesimpulan

    Independent Dependent

    Pengangguran

    1 Amalia,

    2017

    Pengangguran Kemiskinan Di

    Sumatera Utara

    +/signifikan

    2 Amins,

    2017

    Tingkat

    Pengangguran

    Tingkat

    Kemiskinan Di

    Kabupaten Berau

    +/tidak

    signifikan

    Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

    1 Romi, Dkk,

    2018

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Kemiskinan Di

    Kota Jambi

    -/signifikan

    2 Susanti,

    2013

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Kemiskinan Di

    Jawa Barat

    +/ tidak

    signifikan

    Zakat Sebagai Variabel Moderasi

  • 14

    1 Purnomo,

    2018

    Pengelolaan

    Zakat Dengan

    Pemberdayaan

    Zakat Dan

    Pendayagunaan

    Zakat Sebagai

    Variabel

    Moderating

    Penanggulangan

    Kemiskinan di

    Jawa Timur

    Pendayaguna

    an zakat

    mampu

    memoderasi

    Pengelolaan

    zakat

    terhadap

    penanggulan

    gan

    kemiskinan.

    Dari latar belakang masalah tersebut penelitian ini diberi judul:

    “Analisis Pengaruh Pengangguran, Pertumbuhan Ekonomi (PDRB), dan

    Zakat Terhadap Kemiskinan di Pulau Jawa Tahun 2012-2017”.

    B. Rumusan Masalah

    1. Bagaimana pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di pulau

    Jawa tahun 2012-2017?

    2. Bagaimana pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB) terhadap

    kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017?

    3. Apakah zakat mampu memoderasi pengaruh pengangguran terhadap

    kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017?

    4. Apakah zakat mampu memoderasi pengaruh pertumbuhan ekonomi

    (PDRB) terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-2017?

  • 15

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak

    dicapai dari penelitian ini yaitu:

    1. Untuk menganalisa apakah ada pengaruh yang signifikan dari

    pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun

    2012-2017.

    2. Untuk menganalisa apakah ada pengaruh yang signifikan dari

    pengaruh pertumbuhan ekonomi (PDRB) terhadap kemiskinan di

    pulau Jawa tahun 2012-2017.

    3. Untuk menganalisa apakah variabel zakat mampu memoderasi

    pengaruh pengangguran terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun

    2012-2017.

    4. Untuk menganalisa apakah variabel zakat mampu pertumbuhan

    ekonomi (PDRB) terhadap kemiskinan di pulau Jawa tahun 2012-

    2017.

    D. Kegunaan Penelitian

    Dari hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

    dan kegunaan sebagai berikut:

    1. Bagi peneliti, penelitian ini akan memberikan tambahan wawasan

    tentang studi pengangguran, pertumbuhan ekonomi, zakat, dan

    kemiskinan. Selain itu dapat menambah pengalaman di bidang

    penelitian.

  • 16

    2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi

    untuk menambah wawasan para pembaca dan juga dapat dijadikan

    bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

    E. Sistematika Penulisan

    Untuk lebih mempermudah dan memberikan gambaran yang lebih

    jelas mengenai isi penelitian ini, pembahasan dilakukan secara

    komerehensif serta sistematik yang meliputi:

    Bab I Pendahuluan memberikan penjelasan tentang latar belakang

    masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta

    sistematika penulisan. Dalam bab I ini diuraikan mengenai latar belakang

    kemiskinan serta variabel-variabel yang mempengaruhinya, selain itu juga

    diuraikan rumusan masalah serta tujuan dan manfaat penelitian yang

    dilakukan.

    Bab II Kajian Pustaka memberikan penjelasan mengenai landasan

    teori yang menjabarkan tentang teori-teori dari tiap-tiap variabel yang ada

    dalam penelitian ini serta dapat mendukung perumusan hipotesa dalam

    analisis penelitian ini selain itu, dalam bab ini juga akan membahas

    tentang penelitian sebelumnya, kerangka berfikir, dan hipotesis.

    Bab III Metodologi Penelitian, dalam bab ini akan dideskripsikan

    mengnai desain penelitian, variabel penelitian, definisi operasional

    variabel, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan metode

    analisis.

  • 17

    Bab IV Analisis Penelitian, bab analisis penelitian merupakan

    penjelasan mengenai hasil penelitian yang telah dianalisis dengan metode

    penelitian. Hasil penelitian tersebut akan dibahas secara mendalam.

    Bab V Penutup, baba ini memberikan kesimpulan yang didapatkan

    dari pembahasan-pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya serta

    saran kepada pihak yang berkepentingan terhadap hasil peneilitian ini.

  • 17

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Telaah Pustaka

    Telaah pustaka digunakan untuk mengungkapkan penelitian-

    penelitian yang serupa dengan penelitian yang akan kita lakukan, dan

    untuk memberikan gambaran tentang metode dan tekhnik yang dipakai

    dalam penelitian yang mempunyai permasalahan yang serupa atau mirip

    dengan penelitian yang akan dilakukan (Virizky, 2017:10).

    Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Anak Agung Istri Diah Paramita dan Ida

    Bagus Putu Purbadharmaja dengan judul ”Pengaruh Investasi dan

    Pengangguran Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Serta Kemiskinan di

    Provinsi Bali” dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sosiatif dan

    metode pengumpulan data observasi non-partisipan serta menggunakan

    tekhnik analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

    secara langsung variabel pengangguran berpengaruh positif dan signifikan

    terhadap kemiskinan di provinsi Bali, dan secara tidak langsung

    pengangguran berpengaruh signifikan terhadap kemiskinan di provinsi

    Bali melalui pertumbuhan ekonomi.

    Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Alfi Amalia dengan judul “Pengaruh

  • 18

    Pendidikan, Pengangguran, dan Ketimpangan Gender Terhadap

    Kemiskinan di Sumatera UtaraI” dengan menggunakan metode Ordianary

    Least Square (OLS). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

    pengangguran berpengaruh signifikan positif terhadap kemiskinan di

    Sumatera Utara.

    Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh I Komang Agus Adi Putra dan Sudarsana

    Arka dengan judul “Analisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka,

    Kesempatan Kerja, dan Tingkat Pendidikan Terhadap Tingkat Kemiskinan

    pada Kabupaten atau Kota di Provinsi Bali” dengan menggunakan teknik

    analisis regresi linier berganda menggunakan aplikasi SPSS. Hasil

    penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran terbuka

    berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan.

    Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Umaruddin Usman, dan Daramita dengan

    judul “Pengaruh Jumlah Penduduk, dan Pengangguran, dan Pertumbuhan

    Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau”. Dengan

    menggunakan tekhnik analisis regresi linier berganda dengan EVIEWS-9.

    Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara parsial pengangguran

    tidak berpengaruh terhadap kemiskinan di provinsi Kepulauan Riau.

    Penelitian mengenai pengangguran terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Dawami Buchori Amins dengan judul

  • 19

    “Pengaruh Tingkat Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di

    Kabupaten Berau” dengan menggunakan alat analisis regresi linier

    sederhana. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pengangguran

    berpengaruh tidak signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Berau.

    Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Syahrur Romi dan Etik Umiyati dengan

    judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Upah Minimum Terhadap

    Kemiskinan di Kota Jambi”. Dengan menggunakan alat analisis regresi

    linier berganda dalam bentuk semilog. Hasil penelitiannya menunjukkan

    bahwa secara parsial pertumbuhan ekonomi berpengaruh tidak signifikan

    terhadap kemiskinan.

    Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Saharuddin Didu dan Ferri Fauzi dengan

    judul “Pengaruh Jumlah Penduduk, Pendidikan, dan Pertumbuhan

    Ekonomi Terhadap Kemiskinan di Kabupaten Lebak”. Dengan

    menggunakan alat analisis regresi berganda dan analisis model OLS. Hasil

    penelitiannya menunjukkan variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh

    negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Lebak.

    Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Nadia Ika Purnama dengan judul

    “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Tingkat Kemiskinan

    di Sumatera Utara”. Dengan menggunakan metode analisis kuantitatif.

  • 20

    Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi

    berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di

    provinsi Sumatera Utara.

    Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Pendi Dewanto, Rujiman, dan Agus

    Suriadi dengan judul “Analisis Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketimpangan

    Pendapatan Terhadap Pengentasan Kemiskinan di Kawasan

    Mebidangro”. Dengan menggunakan analisis deskriptif, analisis regresi

    data panel dan Pro Poor Growth Indeks. Hasil penelitiannya menunjukkan

    bahwa pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap tingkat

    kemiskinn di kawasan mebidangro.

    Penelitian mengenai pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan

    sebelumnya telah dilakukan oleh Sussy Susanti dengan judul “Pengaruh

    PDRB, Pengangguran, dan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap

    Kemiskinan di Jawa Barat Dengan Menggunakan Analisis Data Panel”.

    Dengan menggunakan metode data panel, hasil penelitiannya

    menunjukkan pertumbuhan ekonomi (PDRB) berpengaruh positif dan

    tidak signifikan terhadap kemiskinan di Jawa Barat.

    Penelitian mengenai zakat terhadap kemiskinan sebagai variabel

    moderasi sebelumnya telah dilakukan oleh Joko Hadi Purnomo dengan

    judul “Pengaruh Penglolaan Zakat Terhadap Penanggulangan

    Kemiskinan dengan Pemberdayaan Zakat dan Pendayagunaan Zakat

  • 21

    Sebagai Variabel Moderasi”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa

    pengelolaan zakat melalui pendayagunaan zakat berpengaruh positif

    sebesar 12.791 terhadap penanggulangan kemiskinan.

    Tabel 2.1

    Research Gap

    No Penulis

    Dan Tahun

    Variabel Kesimpulan

    Independent Dependent

    Pengangguran

    1 Amins,

    2017

    Tingkat

    Pengangguran

    Tingkat

    Kemiskinan

    Di

    Kabupaten

    Berau

    +/tidak

    signifikan

    2 Putra, dkk

    2018

    Tingkat

    Pengangguran

    Terbuka,

    Tingkat

    Kemiskinan

    Pada

    Kabupaten

    atau Kota di

    Provinsi Bali

    +/signifikan

    3 Usman, dkk,

    2018

    Pengangguran Kemiskinan

    Di Provinsi

    Kepulauan

    Riau

    +/tidak

    signifikan

    4 Paramita,

    dkk, 2015

    Pengangguran Kemiskinan

    Di Provinsi

    Bali

    +/signifikan

    5 Amalia,

    2017

    Pengangguran Kemiskinan

    Di Sumatera

    Utara

    +/signifikan

  • 22

    Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

    1 Purnama,

    2017

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Kemiskinan

    Di Sumatera

    Utara

    -/Signifikan

    2 Hodijah,

    2017

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Kemiskinan

    Di Provinsi

    Jambi

    -/tidak

    signifikan

    3 Dewanto,

    Dkk, 2014

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Kemiskinan

    Di Kawasan

    Mebidangro

    -/tidak

    signifikan

    4 Romi, Dkk,

    2018

    Pertumbuhan

    Ekonomi

    Kemiskinan

    Di Kota

    Jambi

    -/tidak

    signifikan

    5 Susanti,

    2013

    PDRB,

    Pengangguran,

    dan Indeks

    Pembangunan

    Manusia

    Kemiskinan

    di Jawa Barat

    +/ tidak

    signifikan

    Zakat Sebagai Variabel Moderasi

    1 Purnomo,

    2018

    Pengelolaan

    Zakat Dengan

    Pemberdayaan

    Zakat Dan

    Pendayagunaa

    n Zakat

    Sebagai

    Variabel

    Moderating

    Penanggulan

    gan

    Kemiskinan

    Zakat mampu

    memoderasi

    pendayagunaan

    zakat terhadap

    penanggulangan

    kemiskinan.

    Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan

    sebelumnya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan variabel

    pengangguran, pertumbuhan ekonomi sebagai variabel independen,

  • 23

    kemiskinan sebagai variabel dependen, dan zakat sebagai variabel

    moderasi. Penelitian ini menggunakan data panel 6 tahun terakhir dari

    tahun 2012-2017 dan crossection 6 provinsi.

    B. Kerangka Teori

    1. Teori Kemiskinan

    Teori lingkaran setan kemiskinan dikenalkan pertama kali oleh

    Ragnar Nurkse. Lingkaran kemiskinan diartikan sebagai suatu

    rangkaian kekuatan yang saling mempengaruhi satu sama lain

    sehingga dapat menimbulkan suatu kondisi dimana suatu Negara akan

    tetap miskin dan akan mengalami kesulitan untuk mencapai tingkat

    pembangunan yang lebih tinggi. Menurut Nurkse, kemiskinan tidak

    hanya disebabkan karena tidak adanya pembangunan di masalalu, akan

    tetapi kemiskinan juga dapat menghambat pembangunan dimasa yang

    akan datang. Menurut Nurkse salah satu faktor yang menyebabkan

    adanya lingkaran kemiskinan yaitu adanya hambatan dalam proses

    pembentukan modal yang sangat kuat (Arsyad, 2015: 111).

    Menurut pandangan Nurkse terdapat dua jenis lingkaran

    kemiskinan yang menjadi penghalang untuk mencapai tingkat

    pembangunan yang pesat yaitu, dari segi penawaran modal dan dari

    segi permintaan modal. Dari segi penawaran modal, tingkat

    produktivitas yang rendah akan mengakibatkan tingkat pendapatan

    masyarakat juga rendah, hal ini akan berdampak pada kemampuan

    masyarakat yang rendah untuk menabung, yang akan berakibat pada

  • 24

    tingkat pembentukan modal juga rendah. Akibat dari tingkat

    pembentukan modal yang rendah akan menyebabkan suatu Negara

    akan berhadapan dengan kekurangan barang-barang modal, dengan

    demikian tingkat produktivitas akan tetap berada pada tingkat yang

    rendah.

    Sedangkan dari segi permintaan modal, faktor pendorong untuk

    kegiatan investasi relative rendah yang disebabkan oleh terbatasnya

    luas pasar untuk berbagai jenis barang. Terbatasnya pasar ini

    disebabkan oleh tingkat pendapatan masyarakat yang rendah yang

    diakibatkan kerena produktivitas juga rendah. Produktivitas yang

    rendah ini disebabkan karena terbatasnya pembentukan modal di masa

    lampau akibat dari kurangnya faktor pendorong kegiatan investasi.

    Nurkse juga berpendapat bahwa peningkatan pembentukan modal

    tidak hanya diseabkan oleh lingkaran kemiskinan, akan tetapi juga

    disebabkan oleh Efek Pamer Internasional (international

    demonstration effect), yang berarti sebagai suatu kecenderungan untuk

    meniru pola konsumsi dari masyarakat yang lebih maju.

  • 25

    Gambar 2.1

    Lingkaran Setan Kemiskinan

    Sedangkan menurut Meier dan Baldwin, lingkaran kemiskinan

    timbul karena hubungan yang saling mempengaruhi antara kondisi

    masyarakat yang masih terbelakang dan belum bisa memanfaatkan

    kekayaan sumber daya alam secara penuh. Untuk mengembangkan

    kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, harus ada tenaga ahli untuk

    memimpin dan melaksanakan kegiatan ekonomi.

    2. Definisi Kemiskinan

    Menurut (Arsyad, 2015: 298) kemiskinan saat ini adalah sebuah

    konsep yang bersifat multidimensi, artinya, karena kebutuhan manusia

  • 26

    itu bermacam-macam maka kemiskinan pun memiliki banyak aspek.

    Dilihat dari kebijakan umum, maka kemiskinan meliputi aspek primer

    yang berupa miskin akan asset, organisasi sosial politik, dan

    pengetahuan serta keterampilan. Dan aspek sekunder yang berupa

    miskin akan jaringan sosial, sumber-sumber keuangan dan informasi.

    Dimensi-dimensi kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk

    kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, prawatan kesehatan yang

    kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.

    Menurut (Beik Dkk, 2016: 68) kemiskinan didefinisikan sebagai

    suatu situasi yang dihadapi oleh seorang individu dimana mereka tidak

    memiliki kecukupan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup

    yang nyaman, baik ditinjau dari sisi ekonomi, sosial, psikologi,

    maupun dimensi spiritual. Definisi ini memfokuskan kemiskinan pada

    ketidakmampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

    Menurut Badan Pusat Statistik , kemiskinan dipandang sebagai

    ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar

    makanan, dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jadi

    penduduk miskin merupakan penduduk yang memiliki rata-rata

    pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan (BPS,

    2019).

  • 27

    3. Indikator Kemiskinan

    a. Garis Kemiskinan Menurut BPS

    Untuk mengukur garis kemiskinan BPS menggunakan batas

    miskin dari komponen kebutuhan dasar yang terdiri dari kebutuhan

    pangan dan kebutuhan bukan pangan, yang disusun berdasarkan

    daerah perkotaan dan daerah perdesaan berdasarkan hasil Survei

    Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Tujuan dari dibedakannya

    garis kemiskinan antara perkotaan dan perdesaan yaitu karena

    biaya hidup yang berbeda antara perkotaan dan perdesaan.

    Dalam hal ini BPS menggunakan pendekatan kebutuhan

    dasar (Basic Needs Approach) dan pendekatan Headcount Index.

    Pendekatan yang sering digunakan adalah pendekatan kebutuhan

    dasar (Alie, 2015: 195). Menurut BPS, kemiskinan dikonsepkan

    sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar.

    Jumlah penduduk miskin merupakan jumlah penduduk yang

    berada di bawah batas garis kemiskinan, Garis kemiskinan terdiri

    dari dua komponen, yaitu garis kemiskinan makanan, dan garis

    kemiskinan bukan makanan.

    b. Garis Kemiskinan BKKBN

    Menurut BKKBN kriteria keluarga yang dikategorikan

    sebagai keluarga miskin yaitu keluarga Pra Sejahtera dan keluarga

    sejahtera I. Ada lima indikator yang harus dipenuhi agar suatu

    keluarga dapat dikategorikan sebagai keluarga sejahtera I, yaitu:

  • 28

    1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai keyakinan yang

    dianut.

    2) Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan sehari dua kali

    atau lebih.

    3) Seluruh anggota keluarga mempunyai pakaian yang berbeda

    untuk digunakan antara dirumah, sekolah, bekerja, dan

    bepergian.

    4) Bagaian terluas lantai rumah bukan dari tanah.

    5) Bila anak sakit atau PUS (Pasangan Usia Subur) ingin

    mengikuti KB pergi ke tempat sarana atau petugas kesehatan

    serta diberi cara KB modern.

    Sedangkan keluarga Pra-Sejahtera adalah keluarga yang tidak

    memenuhi salah satu dari indikator keluarga sejahtera I. Tetapi

    pendekatan dari BKKBN ini masih dianggap kurang realistis

    karena sifatnya yang normatif dan sesuai dengan keluarga kecil

    (Kuncoro, 2010: 65). (Kuncoro, 2010)

    c. Garis Kemiskinan Menurut World Bank

    Dalam menentukan garis kemiskinan world bank

    menggunakan dua kriteria yaitu, pertama, menggunakan garis

    kemiskinan nasional yang didasarkan pada pola konsumsi 2.100

    kalori perhari. Kedua, garis kemiskinan Internasional berdasarkan

    PPP (Purchasing Power Parity) US$1 dan US$2 (Alie, 2015: 198).

  • 29

    Untuk dapat membandingkan tingkat kemiskinan

    antarnegara, Bank Dunia menggunakan estimasi konsumsi yang

    dikonversi ke dalam dolar Amerika Serikat dengan menggunakan

    PPP (PPP for Consumption) dan bukan nilai tukar (Exchange

    Rate).

    4. Pengangguran

    a. Definisi Pengangguran

    Menurut (Sukirno, 2006: 13), pengangguran adalah suatu

    keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja

    ingin mendepatkan pekerjaan tetapi belum bisa memperolehnya.

    Meenurut BPS, pengangguran adalah angkatan kerja yang

    tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau sedang

    membersiapkan suatu usaha atau penduduk yang mencari

    pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan

    atau yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi belum memulai

    bekerja (bps.go.id).

    b. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Pengangguran

    Menurut (Sukirno, 2006: 13), faktor utama yang

    menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran

    agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan

    tujuan untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut akan

    diperoleh, jika para pengusaha dapat menjual barang yang mereka

  • 30

    produksi. Semakin banyak permintaan, maka semakin banyak pula

    barang dan jasa yang mereka produksi. Kenaikan produksi yang

    dilakukan akan menambah jumlah tenaga kerja yang mereka

    gunakan. Dengan demikian, terdapat hubungan yang erat antara

    tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan penggunaan

    tenaga kerja yang dilakuan. Semakin tinggi pendapatan nasional

    maka semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam

    perekonomian.

    Selain itu faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya

    pengangguran yaitu, pertama, menganggur karena ingin mencari

    kerja yang lebih baik. Kedua, pengusaha menggunakan tekhnologi

    modern untuk memproduksi barang, sehingga mengurangi

    penggunaan tenaga kerja. Ketiga, ketidaksesuaian antara

    keterampilan pekerja dengan keterampilan yang diperlukan dalam

    industri.

    c. Dampak Pengangguran

    Menurut (Sukirno, 2006: 14), Salah satu faktor penting

    dalam menentukan kemakmuran masyarakat adalah tingkat

    pendapatannya. Pendapatan masyarakat akan mencapai maksimum

    apabila tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat diwujudkan.

    Pengangguran akan mengurangi tingkat pendapatan masyarakat

    sehingga dapat mengurangi tingkat kemakmuran masyarakat.

  • 31

    Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan

    berbagai masalah ekonomi dan sosial. Ketidakadaan pendapatan

    menyebabkan para pengangguran mengurangi pengeluaran untuk

    konsumsi, disamping itu dapat mengganggu taraf kesehatan

    keluarga. Pengangguran berkepanjangan akan berdampak pada

    psikologis yang buruk bagi dirinya (pengangguran) dan

    keluarganya.

    Apabila pengangguran disuatu Negara sangat buruk, akan

    menyebabkan kekacauan politik dan sosial dan menimbulkan efek

    yang buruk terhadap kesejahteraan masyarakat dan prospek

    pembanguanan ekonomi dalam jangka panjang.

    d. Jenis-Jenis Pengangguran

    Menurut (Sukirno, 2006: 328-330), jenis-jenis

    pengangguran digolongkan menjadi dua cara:

    1) Pengangguran berdasarkan penyebabnya:

    a) Pengangguran Normal atau Friksional

    Jika dalam suatu perekonomian terdapat

    pengangguran sebanyak dua atau tiga persen dari jumlah

    tenaga kerja, maka ekonomi itu sudah dipandang mencapai

    kesempatan kerja penuh. Pengangguran sebanyak dua atau

    tiga persen tersebut, yang dinamakan sebagai pengangguran

    normal atau friksional.

  • 32

    b) Pengangguran Siklikal

    Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang

    disebabkan adanya siklus bisnis. Adakalanya permintaan

    agregat akan lebih tinggi dan adakalanya permintaan

    agregat akan menurun. Permintaan agregat yang lebih

    tinggi akan mendorong pengusaha untuk meningkatkan

    produksi, sehingga permintaan tenaga kerja akan bertambah

    dan pengangguran akan beerkurang.Akan tetapi ketika

    permintaan agregat menurun pengusaha akan mengalami

    kemrosotan dalam permintaan produksinya, sehingga

    perusahaan-perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga

    kerjanya, maka pengangguran akan bertambah.

    Pengangguran tersebut yang dinamakan sebagai

    pengangguran siklikal.

    c) Pengangguran Struktural

    Pengangguran structural adalah pengangguran yang

    terjadi karena perubahan struktur ekonomi pada suatu

    wilayah atau Negara. Perekonomian tidak terus

    berkembang maju. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor

    seperti, wujud barang yang lebih baik, kemajuan

    tekhnologi, biaya pengeluaran yang lebih tinggi dan tidak

    mampu brsaing, dan ekspor produksi industri yang

    menurun. Hal ini akan menyebabkan kegiatan produksi

  • 33

    dalam industri akan menurun, dan sebagian pekerja akan

    diberhentikan dan menjadi pengangguran. Pengangguran

    tersebut yang dinamakan sebagai pengangguran structural.

    d) Pengangguran Tekhnologi

    Pengangguran tekhnologi adalah pengangguran

    yang disebabkan oleh pergantian penggunaan tenaga kerja

    manusia ke tenaga mesing karena kemajuan tekhnologi.

    2) Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya

    Berdasarkan cirinya pengangguran dibagi menjadi empat,

    yaitu sebagai berikut:

    a) Pengangguran Terbuka

    Pengangguran terbuka terjadi akibat lowongan

    pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.

    Menurut BPS penganggurang terbuka terdiri dari mereka

    yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan, mereka

    yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha,

    mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari

    pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan

    pekerjaan, mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi

    belum mulai bekerja.

    b) Pengangguran Tersembunyi

  • 34

    Pengangguran ini terutama wujud disektor pertanian

    atau jasa. Setiap kegiatan ekonomi memerlukan tenaga

    kerja, dan jumlah tenaga kerja tergantung kepada banyak

    faktor, faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain

    adalah besar atau kecilnya perusahaan, jenis kegiatan

    perusahaaan, mesin yang digunakan (apakah intensif buruh

    atau intensif modal), dan tingkat produksi yang dicapai.

    Dibanyak Negara berkembang seringkali di dapati bahwa

    jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi lebih banyak

    dari sebenarnya untuk menjalankan kegiatannya supaya

    lebih efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan

    digolongkan dalam pengangguran tersembunyi.

    c) Pengangguran Bermusim

    Pengangguran bermusim terutama terdapat pada

    sektor pertanian dan perikanan. Contohnya, pada musim

    hujan para petani karet dan nelayan tidak dapat melakukan

    pekerjaannya dan terpaksa menganggur. Apabila dalam

    masa diatas para petani dan nelayan tidak melakukan

    pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur.

    Pengangguran seperti ini digolongkan sebagai

    pengangguran musiman.

    d) Setengah Menganggur

  • 35

    Yang termasuk golongan ini adalah pekerja yang

    jam kerjanya dibawah jam kerja normal (hanya 1-4 jam

    sehari). Disebut Underemployment.

    5. Pertumbuhan Ekonomi

    a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

    Menurut (Sukirno, 2006: 9) pertumbuhan ekonomi

    didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian

    yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi masyarakat

    bertambah.

    Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

    keberhasilan pembangunan dalam suatu perekonomian. Kemajuan

    suatu perekonomian ditentukan oleh besarnya pertumbuhan yang

    ditunjukan oleh perubahan output nasional. Adanya perubahan

    output dalam perekonomian merupakan analisis ekonomi jangka

    pendek.

    Pertumbuhan ekonomi merupakan upaya peningkatan

    kapasitas produksi untuk mencapai penambahan output, yang

    diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) maupun

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam suatu wilayah

    (Adisasmita, 2013: 4).

    Pertumbuhan ekonomi regional merupakan suatu tolok ukur

    keberhasilan pembangunan ekonomi suatu wilayah. Pertumbuhan

    ekonomi yang tercipta dari kinerja dunia usaha diharapkan mampu

  • 36

    memberikan dampak positif terhadap tingkat kemiskinan,

    bertambahnya lapangan pekerjaan, meningkatnya kesejahteraan

    penduduk, dan yang lainnya yang terpengaruh oleh pertumbuhan

    ekonomi.

    Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi

    suatu daerah dalam satu periode tertentu adalah data produk

    domestik regional bruto (PDRB), baik atas harga berlaku maupun

    atas dasar harga konstan. PDRB merupakan jumlah nilai yang

    dihasilkan oleh seluruh unit usaha kegiatan ekonomi dalam suatu

    wilayah pada periode tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang

    dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi

    (Dapertemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia: 85).

    PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai

    tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada

    tahun berjalan, sedang PDRB atas dasar harga konstan

    menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung

    menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai

    tahun dasar. PDRB menurut harga berlaku digunakan untuk

    mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran, dan

    struktur ekonomi suatu daerah (Dapertemen Statistik Ekonomi dan

    Moneter Bank Indonesia: 85).

  • 37

    Sementara itu, PDRB konstan digunakan untuk mengetahui

    pertumbuhan ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau

    pertumbuhan ekonomi yang tidak dipengaruhi oleh faktor harga.

    PDRB juga dapat digunakan untuk mengetahui perubahan harga

    dengan menghitung deflator PDRB (perubahan indeks implisit).

    Indeks harga implisit merupakan rasio antara PDRB menurut harga

    berlaku dan PDRB menurut harga konstan (Dapertemen Statistik

    Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia: 85).

    Untuk memudahkan pemakaian data, maka hasil

    perhitungan PDRB disajikan menurut sektor ekonomi/lapangan

    usaha yang dibedakan menjadi dua macam yaitu: PDRB atas dasar

    harga berlaku (ADHB) menggambarkan jumlahnilai tambah

    barang dan jasa yang dihitung mengguanakan harga berlaku pada

    tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan

    (ADHK) menggambarkan jumlah nilai tambah barang dan jasa

    yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu yang

    digunakan sebagai tahun dasar. Pertumbuhan ekonomi suatu

    wilayah diperoleh dari kenaikan PDRB atas dasar harga konstan.

    Dengan demikian perhitungan berdasarkan harga konstan maka

    perkembangan riil dari kuantum produksi sudah tidak mengandung

    fluktuasi harga (inflasi/deflasi). Dengan penyajian ADHK ini

    pertumbuhan ekonomi rill dapat dihitung.

  • 38

    Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto secara

    konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu

    pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan

    pendapatan (Dapertemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank

    Indonesia: 85).

    1) Pendekatan Produksi: Produk Domestik Regional Bruto

    adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang

    dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu

    daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

    Unit-unit produksi dalam penyajian ini dikelompokkan

    dalam 9 lapangan usaha (sektor), yaitu: (1) pertanian,

    peternakan, kehutanan dan perikanan, (2) pertambangan

    dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan

    air bersih, (5) konstruksi, (6) perdagangan, hotel dan

    restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan,

    real estate dan jasa perusahaan, (9) jasa-jasa (termasuk jasa

    pemerintah).

    2) Pendekatan Pengeluaran: Produk Domestik Regional Bruto

    adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari

    : (1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga

    swasta nirlaba, (2) konsumsi pemerintah, (3) pembentukan

    modal tetap domestik bruto, (4) perubahan inventori dan (5)

    ekspor neto (merupakan ekspor dikurangi impor).

  • 39

    3) Pendekatan Pendapatan: Produk Domestik Regional Bruto

    merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-

    faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di

    suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu

    tahun). Balas jasa yang dimaksud adalah upah dan gaji,

    sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya

    sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung

    lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga

    penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tak

    langsung dikurangi subsidi).

    b. Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi

    Menurut (Arsyad, 2015: 270-277), terdapat empat faktor

    yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu masyarakat

    (negara), yaitu sebagai berikut:

    1) Akumulasi modal, termasuk semua investasi baru yang

    berwujud tanah (lahan), peralatan fisik (mesin-mesin), dan

    sumber daya manusia (humasn resources).

    Akumulasi modal akan terjadi jika ada bagian pendapatan

    pada masa sekarang yang ditabung kemudian diinvestasikan

    untuk dapat memperbesar output pada masa yang akan datang.

    Investasi dapat diklasifikasikan menjadi investasi sektor

    produktif, investasi tidak langsung, dan investasi pada modal

    insani (human capital investment). Semua jenis investasi akan

  • 40

    mendorong terciptanya akumulasi modal yang positif. Dengan

    adanya akumulasi modal akan mendorong atau menambah

    ketersediaan sumberdaya baru (contohnya, memperbaiki

    kualitas tanah yang rusak atau memperbaharui mesin-mesin

    yang telah usang), ata dengan adanya akumulasi modal akan

    meningkatkan kualitas sumber daya yang telah ada. Namun

    karateristik yang paling utama dari adanya investasi adalah

    investasi menyangkut trade-off antara konsumsi masa sekarang

    dan konsumsi pada masa yang akan datang, dimana investasi

    pada umumnya akan memberikan hasil yang sedikit pada masa

    sekarang, namun hasilnya akan lebih banyak diterima dimasa

    yang akan datang.

    2) Pertumbuhan Penduduk

    Pertumbuhan penduduk dan hal-hal yang berhubungan

    dengan kenaikan jumlah angkatan kerja secara tradisional

    dianggap sebagai faktor yang positif dalam merangsang

    pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut berarti pertama, semakin

    banyak jumlah angkatan kerja berarti semakin banyak pasokan

    tenaga kerja, dan kedua, semakin banyak jumlah penduduk

    akan meningkatkan potensi pasar domestic. Akan tetapi semua

    itu tergantung pada kemampuan system ekonomi tersebut

    dalam menyerap dan mempekerjakan tambahan tenaga kerja

    tersebut secara produktif. Kemampuan tersebut tergantung pada

  • 41

    tingkat dan jenis akumulasi modal serta tersedianya faktor-

    faktor lain yang dibutuhkan, seperti mislanya keahlian

    manajerial dan administratif.

    3) Kemajuan Tekhnologi

    Menurut para ekonom, kemajuan tekhnologi merupakan

    faktor yang paling penting bagi pertumbuhan ekonomi. Dalam

    bentuk yang paling sederhana, kemajuan tekhnologi

    disebabkan oleh adanya cara-cara baru atau mungkin cara-cara

    lama yang diperbaiki dalam melakukan pkerjaan-pekerjaan

    tradisional. Terdapat tiga macam klasifikasi mengenai

    kemajuan tekhnologi, yaitu sebagai berikut: pertama, kemajuan

    tekhnologi yang bersifat netral. kedua, kemajuan tekhnologi

    yang bersifat menghemat tenaga kerja (labor saving). Yang

    ketiga, kemajuan tekhnologi yang bersifat menghemat modal

    (capital saving).

    4) Sumber Daya Institusi (Sistem Kelembagaan)

    Terdapat empat fungsi institusi dalam kaitannya dengan

    mendukung kinerja perekonomiannya yaitu sebagai berikut:

    a) Menciptakan pasar (marketing creating), institusi yang

    melindungi hak kepemilikan dan memastikan pelaksanaan

    kontrak.

  • 42

    b) Mengatu pasar (market regulating), institusi yang bertugas

    mengatasi kegagalan pasar yakni institusi yang mengatur

    masalah eksternalitas, skala ekonomi (economies of scale),

    dan ketidaksempurnaan informasi untuk menurunkan biaya

    transaksi. Contohnya yaitu lembaga-lembaga yang

    mengatur telekomunikasi, transportasi, dan jasa-jasa

    keuangan.

    c) Menjaga stabilitas (market stabilizing), institusi yang

    menjaga agar tingkat inflasi rendah, meminimumkan

    ketidakstabilan makroekonomi, dan mengendalikan krisis

    keuangan. Contohnya yaitu bank sentral, system devisa,

    otoritas moneter dan fiscal.

    d) Melegitimasi pasar (market legitimizing), institusi yang

    memberikan pelindungan sosial dan asuransi, termasuk

    mengatur redistribusi dan mengelola konflik. Contohnya

    yaitu sistem pension, asuransi untuk pengangguran, dan

    dana-dana sosial lainnya.

    c. Teori Pertumbuhan Ekonomi

    1) Teori Pertumbuhan Klasik

    Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat

    faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yaitu

    sebagai berikut:

    a) Jumlah penduduk

  • 43

    b) Jumlah stok barang-barang modal

    c) Luas tanah dan kekayaan alam

    d) Tekhnologi yang digunakan.

    Teori pertumbuan ekonomi klasik menitikberatkan

    perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada

    pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2006: 433).

    2) Teori Schumpeter

    Teori ini menekankan pentingnya peranan pengusaha

    didalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Teori ini

    menunjukkan bahwa para pengusaha merupakan golongan

    yang akan terus menerus membuat pembaharuan atau inovasi

    dalam kegiatan ekonomi. Inovasi tersebut meliputi

    memperkenalkan barang-barang baru, mempertinggi efisien

    cara memproduksi dalam menghasilkan suatu barang,

    memperluas pasar sesuatu ke pasar yang baru, mengembangkan

    sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-

    perubahan dalam organisasi dengan tujuan mempertinggi

    koefisien kegiatan perusahaan. Berbagai kegiatan inovasi ini

    akan memerlukan investasi baru (Sukirno, 2006: 434).

    3) Teori Harrod-Domar

    Teori Harrod-Domar merupakan pengembangan dari teori

    makro Keynes. Analisis Keynes dianggap kurng lengkap

  • 44

    karena tidak mengungkapkan masalah-masalah ekonomi dalam

    jangka panjang. Sedangkan teori Harood-Domar, menganalisis

    syarat-syarat yang diperlukan agar suatu perekonomian dapat

    tumbuh dan berkembang dalam jangka panjang, atau dengan

    kata lain teori ini berusaha menunjukkan syarat yang

    dibutuhkan agar suatu perekonomian dapat tumbuh dan

    berkembang dengan mantap (steady growth). Menurut teori ini

    pembentukan modal merupakan faktor penting yang menetukan

    pertumbuhan ekonomi. Pembentukan modal tersebut dapat

    diperoleh melalui proses akumulasi tabungan (Arsyad, 2015:

    83). Teori ini memiliki beberapa asumsi yakni:

    a) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full

    employment) dan faktor-faktor produksi yang ada juga

    dimanfaatkan secara penuh (full utilization)

    b) Perekonomian terdiri dari dua sektor: sektor rumah

    tangga dan sektor perusahaan.

    c) Besarnya tabungan masyarakat proporsional dengan

    besarnya pendapatan nasional.

    d) Kecenderungan menabung (marginal propensity to save

    = MPS) besarnya tetap, demikian juga rasio antara

    modal-output (capital output ratio = COR) dan rasio

    pertambahan modal-output (incremental capital-output

    ratio = ICOR).

  • 45

    4) Teori Pertumbuhan Neo-Klasik

    Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi tergantung pada

    ketersediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja,

    dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan tekhnologi.

    Pandangan teori ini didasarkan pada anggapan yang mendasari

    analisis ekonomi klasik yaitu bahwa perekonomian berada pada

    tingkat pengerjaan penuh dan tingkat pemanfaatan penuh dari

    faktor-faktor produksinya. Dengan kata lain, perekonomian aan

    terus berkembang dan semuanya itu tergantung pada

    pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, dan kemajuan

    tekhnologi.

    Menurut teori ini, rasio modal output dapat berubah ubah.

    Dengan kata lain, untuk menghasilkan sejumlah output

    tertentu, dapat digunakan kombinasi modal dan tenaga kerja

    yang berbeda-beda. Jika lebih banyak modal yang digunakan,

    tenaga kerja yang dibutuhkan lebih sedikit, dan sebaliknya.

    Dengan adanya fleksibilitas ini, suatu perekonomian

    mempunyai kebebasan yang tak terbatas dalam menentukan

    kombinasi antara modal dan tenaga kerja yang akan digunakan

    untuk menghasilkan tingkat output tertentu (Arsyad, 2015: 87-

    88).

  • 46

    6. Zakat

    a. Pengertian Zakat

    Secara bahasa zakat adalah an-numu wa az-ziyadah

    (tumbuh dan bertambah). Kadang-kadang dipakaikandengan

    makna ath-thaharah (suci). Al-Barakah (berkah). Zakat, dalam

    pengertian suci, adalah membersihkan diri, jiwa, dan harta.

    Seseorang yang telah mengeluarkan zakat berarti dia telah

    membersihkan diri dan jiwanya dari penyakit kikir, membersihkan

    hartanya dan hak orang lain. Sementara itu, zakat dalam pengertian

    berkah adalah sisa harta yang sudah dikeluarkan zakatnya secara

    kualitatif akan mendapat berkah dan akan berkembang walaupun

    secara kuantitatif jumlahnya berkurang (Rozalinda, 2014: 247).

    Menurut (Muthohar, 2016:11), zakat secara etimologi

    berasal dari kata zaka yazku, yang berarti pertumbuhan (nama’),

    kesucian (thaharah), keberkahan (barakah), dan kebajikan (ash-

    salahu). Adapun zakat secara istilah syari, meskipun para ulama

    mengemukakannya dengan redaksi yang sedikit berbeda antara

    satu dan yang lainnya, akan tetapi pada prinsipnya sama, yaitu

    bahwa zakat adalah sebagian dari harta dengan persyaratan

    tertentu, yang Allah swt. Mewajibkan kepada pemiliknya, untuk

    diserahkan kepada yang berhak menerimanya, dengan persyaratan

    tertentu pula.

  • 47

    b. Indikator Zakat

    Menurut (ADESY, 2016: 405-406), terdapat beberapa

    indikator ataupun kriteria bagi pemberi zakat (muzakki), yaitu

    sebagai berikut:

    1) Beragama Islam

    Kewajiban zakat hanya diwajibkan kepada orang Islam.

    Hadis Rasulullah Saw. Menyatakan, “Abu Bakar Shiddiq

    berkata, inilah sedekah (zakat) yang diwajibkan oleh

    Rasulullah kepada kaum Muslim (HR Bukhari).

    2) Merdeka

    Kewajiban membayar zakat hanya diwajibkan kepada orang-

    orang yang merdeka, Hamba sahaya tidak dikenai kewajiban

    berzakat.

    3) Dimiliki Secara Sempurna

    Harta benda yang wajib dibayarkan zakatnya adalah harta

    benda yang dimiliki secara sempurna oleh seorang Muslim.

    4) Mencapai Nishab

    Seorang muslim wajib membayar zakat jika harta yang

    dimilikinya telah mencapai nishab. Nishab zakat harta berbeda-

    beda, tergantung jenis harta bendanya.

    5) Telah Haul

  • 48

    Harta benda wajib dikeluarkan zakatnya jika telah dimiliki

    selama satu tahun penuh. Hadis Rasulullah menyatakan,

    “Abdullah Ibnu Umar berkata, Rasulullah Saw. Bersabda tidak

    ada zakat pada harta seseorang yang belum sampai satu tahun

    dimilikinya. (HR Daruquthni)

    c. Distribusi Zakat

    Dengan semakin tumbuhnya kesadaran masyarakat dalam

    menunaikan kewajiban zakatnya, tren penghimpunan zakat pun

    semakin meningkat dari tahun ke tahun. BAZNAS telah

    memproyeksikan penghimpunan dana zakat dari para muzakki

    pada tahun 2017 dapat mencapai 6 triliun. Sampai saat ini proses

    kalkulasi penghimpunan dana zakat masih terus dilakukan.

    Penggunaan sistem pelaporan ini sesuai dengan UU No. 23/2011,

    dimana seluruh lembaga zakat di Indonesia diwajibkan untuk

    menyerahkan laporan zakat kepada BAZNAS.

    Tabel 2.2

    Penghimpunan Nasional Berdasarkan Jenis Dana

    No Jenis Dana

    2015 % 2016

    %

    1 Zakat 2.312.195.596.498 63.29 3.738.216.792.496

    74,51

    2 Infak/Sedekah 1.176.558.166.696 32.21 1.001.498.305.006

    19,96

    3 Dana Sosial Keagamaan

    163.986.086.154 4.49 277.336.514.452

    5,53

    Lainnya (DSKL)

    4 Dana Lainnya 533.400.945 0.01 241.514.997

    0,00

    JUMLAH

    3.653.273.250.292 100

    5.017.293.126.950

    100

  • 49

    Penghimpunan nasional merupakan total dana yang

    dihimpun oleh berbagai organisasi pengelola zakat (OPZ) se

    Indonesia selama setahun. OPZ se Indonesia ini meliputi

    BAZNAS, BAZNAS Provinsi, BAZNAS Kabupaten/Kota, LAZ

    Nasional, LAZ Provinsi, dan LAZ Kabupaten/Kota resmi yang

    melaporkan penghimpunannya kepada BAZNAS sesuai dengan

    amanah UU 23/2011.

    Jenis dana yang dihimpun oleh para OPZ ini mencakup (1)

    dana zakat, termasuk di dalamnya zakat fitrah dan zakat maal, (2)

    dana infak/sedekah, baik infak terikat (muqayyadah) maupun tidak

    terikat (ghair muqayyadah), (3) dana sosial keagamaan lainnya

    (DSKL) yang meliputi harta nazar, harta amanah atau titipan, harta

    pusaka yang tidak memiliki ahli waris, kurban, kafarat, fidyah,

    hibah, dan harta sitaan serta biaya administrasi peradilan di

    pengadilan agama, serta (4) dana lainnya, yang dalam hal ini

    merupakan penerimaan bagi hasil bank yang menjadi saluran

    penghimpunan dana-dana yang dipaparkan sebelumnya.

    Total penghimpunan nasional pada tahun 2016 mencapai

    lebih dari 5 Triliun rupiah. Jumlah ini meningkat lebih dari 1,36

    Triliun dari total penghimpunan pada tahun sebelumnya. Proporsi

    dana zakat masih mendominasi total penghimpunan, bahkan lebih

    besar daripada tahun sebelumnya, yakni sebesar 74,51 persen atau

    lebih dari 3,7 Triliun rupiah. Proporsi tersebut meningkat 11,22

  • 50

    persen dari tahun sebelumnya, dengan jumlah dana yang juga

    meningkat hampir 1,5 Triliun rupiah. Namun demikian, jika dilihat

    dari potensi zakat nasional, total realisasi penghimpunan zakat

    nasional pada tahun 2016 ini baru mencapai sekitar 1,7 persen dari

    yakni potensinya yang sebesar 217 Triliun rupiah. Dengan

    demikian, penghimpunan zakat nasional ini masih sangat dapat

    dikembangkan.

    Data penyaluran zakat dibagi menjadi penyaluran zakat

    perorangan, zakat kelompok, total penyaluran zakat, dan distribusi

    penyaluran zakat per provinsi di Indonesia. (Outlook Zakat

    Indonesia, 2018).

    Tabel 2.3

    Total Penyaluran Zakat di Indonesia

    Tahun 2013 2014 2015 2016 2017

    Perora

    ngan

    2.802.

    657.34

    1

    5.922.3

    80.003 1.296.659

    .894.526

    1.808.436

    .633.193

    2.595.817.

    609.652

    Lemba

    ga 6.177.

    245.09

    0

    11.567.

    911.875

    952.500.8

    97.000

    1.122.720

    .176.040

    1.411.717.

    692.481

    Total 8.979.

    902.43

    1

    17.490.

    291.878

    2.249.160

    .791.526

    2.931.156

    .809.233

    4.007.535.

    302.133

  • 51

    Secara umum, penyaluran Zakat nasional menunjukkan

    peningkatan yang cukup signifikan. Total dana Zakat yang

    disalurkan pada tahun 2017 yaitu sebesar Rp. 4.077 trilyun,

    meningkat 37 persen dari tahun 2016. Penyaluran ZIS secara

    kelompok pada tahun 2013 sampai tahun 2014 relatif lebih tinggi

    dibandingkan penyaluran dana Zakat melalui perorangan.

    Sedangkan pada tahun 2015 sampai tahun 2017, penyaluran dana

    Zakat melalui perorangan lebih tinggi dibandingkan penyaluran

    dana Zakat melalui kelompok. Namun secara keseluruhan, total

    penyaluran dana Zakat selalu meningkat setiap tahunnya dari tahun

    2013.

    d. Zakat dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

    Harta zakat terutama zakat maal utamanya harus dipandang

    sebagai modal dana berputar (revolving fund) yang penggunaannya

    harus diarahkan kepada usaha produktif sehingga kesinambungan

    usaha yang dijalankan dalam sektor ekonomi rakyat dapat terjamin.

    Zakat akan sangat efektif jika digunakan untuk mengentaskan

    kemiskinan. Hal ini merupakan sasaran utama dari perintah zakat,

    seperti yang dijelaskan menurut (Adesy, 2016: 400), bahwa untuk

    membantu permodalan fakir miskin, Islam telah mewajibkan zakat

    kepada pemilik kekayaan dan menjadikannya sebagai salah satu

    rukun Islam yang ke-5.

  • 52

    Menyangkut masalah pendistribusian dan manajemennya

    harus dilakukan secara profesional, pemikiran yang matang, dan

    administratif agar dapat menyentuh fungsi dan kegunaan zakat

    yang sebenarnya. Dana yang terimpun dari zakat tidak harus

    diberikan kepada orang-orang fakir miskin begitu saja, tetapi

    bagaiman mereka bisa memanfaatkan dana itu untuk

    dikembangkan kedalam bentuk usaha sebagai bekal untuk

    memenuhi kebutuhan sehari-hari, atau bisa melalui pelatihan-

    pelatihan dibidang pertanian, pertukangan, manajemen, bisnis, biro

    jasa, dan lain-lain. Hal ini perlu bekerjasama dengan berbagai

    pihak terutama para pembesar yang punya kepedulian kepada nasib

    rakyatnya yang dililit kemiskinan.

    Ada tiga aspek utama yang dapat dipertimbangkan ketika

    memilih industri kecil atau unit usaha rakyat sebagai dasar

    pemberian dan zakat sebagai modal. Pertama, merupakan

    subsektor usaha yang menampung kehidupan dan tradisi budaya

    dari sebagian besar anggota masyarakat. Kedua, merupakan bagian

    dari sarana penciptaan kesempatan kerjadan pengembangan

    kretivitas angkatan kerja yang umumnya tidak memiliki tingkat

    pendidikan formal yang memadai untuk memasuki sektor modern.

    Ketiga, merupakan sarana distribusi kesempatan berusaha dan

    berpendapatan (Adesy, 2016: 401).

  • 53

    e. Potensi Zakat Bagi Perekonomian

    Sistem ekonomi Islam menjadikan instrumen zakat untuk

    memastikan keseimbangan pendapatan di masyarakat. Hal ini

    mengingat tidak semua orang mampu bergelut dalam kancah

    ekonomi. Atau dengan kata lain, sudah menjadi sunnatullah jika di

    dunia ini ada yang kaya dan ada yang miskin. Pengeluaran dari

    zakat adalah pengeluaran minimal untuk membuat distribusi

    pendapatan menjadi lebih merata (Rozalinda, 2014: 271).

    Sektor dalam perekonomian merupakan objek penting

    dalam pembahasan zakat. Melalui sektor ini dapat dijadikan

    sebagai barometer kemajuan dan peningkatan perekonomian suatu

    negara. Dengan kata lain zakat dapat berperan penting dalam

    pengurangan dan penumpasan masyarakat miskin, dengan

    dilakukannya pengelolaan dan penggunaan dana zakat secara

    tertuju dan merata maka perekonomian yang meningkat pastilah

    akan tercapai, dan masyarakat yang miskin akan terkikis dengan

    sendirinya. (Mustarin, 2017: 91)

    Dalam bidang ekonomi, zakat mencegah terjadinya

    penumpukan kekayaan pada segelintir orang dan mewajibkan

    orang kaya untuk mendistribusikan harta kekayaannya pada orang

    miskin. Zakat merupakan sumber dana yang potensial untuk

    mengentaskan kemiskinan. Zakat dapat berfungsi sebagai modal

    kerja bagi orang miskin untuk dapat membuka lapangan pekerjaan,

  • 54

    sehingga ia bisa mempunyai penghasilan dan dapat memenuhi

    kebutuhan hidupnya. Kemudian, sebagai tambahan modal bagi

    seseorang yang kekurangan modal sehingga usahanya berjalan

    lancar, penghasilannya bertambah, dan kebutuhan hidupnya

    tercukupi. Dengan demikian, beban negara dalam masalah

    pengangguran dan kemiskinan melalui zakat bisa berkurang. Di

    samping itu, secara ekonomi moneter, zakat juga dapat mengekang

    laju infasi yang disebabkan, karena peredaran mata uang yang

    tidak seimbang, distribusi kekayaan yang tidak merata di tengah

    masyarakat. Oleh karena itu, dengan pengelolaan zakat yang tepat

    dan produktif secara bertahap dapat menciptakan stabilitas

    ekonomi. Tujuan aturan zakat adalah menciptakan distribusi

    pendapatan menjadi lebih merata. Selain untuk tujuan distribusi,

    analisis kebijakan fiskal dan sistem ekonomi dilakukan untuk

    stabilitas kegiatan ekonomi (Rozalinda, 2014: 249).

    Potensi zakat yang ada di Indonesia sebetulnya sangat

    besar. Studi yang dilakukan oleh