prednisolon print

42
PREDNISOLON Beberapa sediaan prednisolon: Prednison (Prednisone) Prednison adalah preparat kortikosteroid oral yang paling umum digunakan. Karena sudah demikian lama di pasar, obat ini bisa diperoleh sebagai generik yang tidak mahal dan disajikan dalam bentuk pil maupun sirup untuk anak-anak. Prednisolon (Prednisolone) Kortikosteroid oral yang sangat mirip dengan prednisone, dengan kelebihan rasanya yang lebih bisa diterima pasien anak-anak. Dengan merek Prelone disajikan sebagai sirup 15 mg per 5 ml. Pediapred sebagai sirup 5 mg per 5 ml. Metilprednisolon (Methylprednisolone) Sangat mirip dengan prednisone, tapi harganya lebih mahal. Biasanya digunakan di rumah sakit dengan cara intravenuous. Struktur yakni 21-(acetyloxy)-11,17-dihydroxy-6-methyl-, (6(alpha), 11(beta))pregna-1,4-diene-3,20-dione. Bentuk Sediaan : Tablet, Kaptab, Serbuk injeksi, dan cairan Injeksi.

Upload: wigati-nuraeni

Post on 27-Oct-2015

588 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Prednisolon Print

PREDNISOLON

Beberapa sediaan prednisolon:

Prednison (Prednisone)

Prednison adalah preparat kortikosteroid oral yang paling umum digunakan. Karena

sudah demikian lama di pasar, obat ini bisa diperoleh sebagai generik yang tidak

mahal dan disajikan dalam bentuk pil maupun sirup untuk anak-anak.

Prednisolon (Prednisolone)

Kortikosteroid oral yang sangat mirip dengan prednisone, dengan kelebihan rasanya

yang lebih bisa diterima pasien anak-anak. Dengan merek Prelone disajikan sebagai

sirup 15 mg per 5 ml. Pediapred sebagai sirup 5 mg per 5 ml.

Metilprednisolon (Methylprednisolone)

Sangat mirip dengan prednisone, tapi harganya lebih mahal. Biasanya digunakan di

rumah sakit dengan cara intravenuous.

Struktur yakni 21-(acetyloxy)-11,17-dihydroxy-6-methyl-, (6(alpha), 11(beta))pregna-

1,4-diene-3,20-dione. Bentuk Sediaan : Tablet, Kaptab, Serbuk injeksi, dan cairan

Injeksi.

Pembuatan gel prednisolon

Basis gel dibuat dengan cara mendispersikan HPC ke dalam campuran air dan

etanol. Dispersi ini didiamkan selama 24 jam, kemudian dikembangkan dengan

pengaduk sampai terbentuk masa yang kental. Ke dalam basis ditambahkan larutan

asam oleat dalam pelarut campur, larutan prednisolon dalam etanol, dan larutan

natrium karbonat dalam air, kemudian diaduk dengan kecepatan 200 rpm selama 2

jam. Dilakukan pemilihan pengembangan formula gel lebih lanjut dengan penen-tuan

kejernihan gel setelah dicampur dengan bahan yang tertera dalam Tabel 1 dan 2.

Page 2: Prednisolon Print

Berdasarkan uji kejernihan gel diambil komposisi gel formula F0, F6 dan F3 untuk uji

difusi dan uji stabilitas.

Pembuatan membran buatan

Larutan Spangler dibuat dengan mencampur 20% minyak zaitun, 15% minyak

kelapa, 15% asam oleat, 15% vaselin album, 10% asam palmitat, 10% parafin

cair,skualen, 5% kolesterol dan 5% asam stearat. Semua bahan kecuali kolesterol

dicampur lalu dilelehkan. Kolesterol yang dilelehkan secara terpisah ditambahkan ke

dalam campuran lelehan bahan-bahan lainnya, kemudian diaduk sampai homo-gen.

Kertas Whatman No.1 setelah dibacem selama 5 menit dalam larutan Spangler

dikeringkan di antara dua lembar kertas saring. Keseragaman larutan Spangler yang

terserap pada kertas Whatman ditentukan dengan membandingkan bobot awal kertas

Whatman (a gram) dan bobot kertas Whatman setelah dibacem dengan larutan

Spangler selama 5 menit (b gram). Persentase larutan Spangler yang terserap adalah

(b-a)/a x 100. Untuk percobaan difusi dipilih membran buatan yang memiliki berat

relatif sama. Berat membran buatan yang terpilih berkisar antara 3,688 sampai 3,890 g

dengan persentase cairan Spangler yang terserap antara 111,5 sampai 122,4 % b/b.

Penentuan difusi prednisolon

Alat difusi terdiri dari bak berisi air dengan suhu 37 ± 1oC, sel difusi, pompa

peristaltik, alat penghilang gelembung udara, dan gelas kimia sebagai wadah cairan

penerima. Formula gel yang akan diuji ditimbang sebanyak 3 g diratakan pada pelat,

kemudian di atasnya diletakkan membran buatan sedemikian rupa sehingga tidak ada

gelernbung udara yang terperangkap di antara permukaan sediaan dengan membran.

Membran kemudian dijepit menggunakan cincin penjepit pada sel difusi,

dihubungkan dengan pompa peristaltik dan alat penghilang gelembung udara,

kernudian diletakkan di penangas air untuk mempertahankan suhu sistem difusi pada

37 ± 1 oC. Sebagai cairan penerima digunakan air 37 ± 1oC. Cairan penerima

dipompakan ke sel difusi melewati alat gelembung udara yang akan membasahi

permukaan membran, lalu masuk ke dalam cairan penerima. Cairan mengalir dalam

sistem tertutup, pengambilan sampel dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 25, 35, 45,

60, 80, 100, 160, dan 180. Setiap pengambilan sampel (5 ml) dilakukan penggantian

air yang baru pada suhu yang sama. Serapan sampel diukur dengan spektrofotometer

ultraviolet pada panjang gelombang 248 nm. Dilakukan 3 kali uji difusi untuk masing-

Page 3: Prednisolon Print

masing formula, sehingga data yang diperoleh merupakan rata-rata dari 3 sampel.

Perhitungan kadar prednisolon merupakan hasil pengura-ngan nilai resapan gel

dengan nilai serapan tanpa prednisolon dan nilai serapan asam oleat. Hasil

perhitungan persen terdifusi sudah dikoreksi terhadap pengaruh pengambilan setiap

selang waktu dalam percobaan, kemudian hasil yang diperoleh dianalisis secara

statistik menggunakan uji t student. Profil difusi prednisolon dan persen jumlah

prednisolon yang terdifusi dapat dilihat pada Gambar 1 dan Tabel 3.

Uji stabilitas gel yang mengandung prednisolon

Pengukuran kadar prednisolon dalam gel pada uji stabilitas

Gel disimpan pada ruang bersuhu 40o C dengan kelembaban relatif 75 %

selama 30 hari. Kadar prednisolon ditentukan tiap rentang waktu tertentu. Seratus mg

gel yang setara dengan 0,5 mg prednisolon dilarutkan dalam metanol sampai

diperoleh larutan dengan volume 25 ml, selanjutnya gel diencerkan sampai diperoleh

konsentrasi ± 0,02 ug/ml. Serapan hasil pengenceran diukur dengan menggunakan

spektrofotometer ultraviolet. Nilai serapan larutan gel yang diperoleh dikurangi

dengan nilai serapan gel yang tidak mengandung prednisolon dan serapan asam oleat

dalam gel. Dilakukan 3 kali pengukuran kadar terhadap sampel yang berbeda dari tiap

formula sehingga data yang diperoleh merupakan rata-rata dari tiga sampel.

Persentase kadar prednisolon terhadap kadar dalam formula dapat dilihat pada Tabel 4

Page 4: Prednisolon Print

Pengukuran pH gel pada uji stabilitas

Gel disimpan dalam ruang bersuhu 40oC dengan kelembaban relatif 75 %, pH

gel diukur tiap rentang waktu tertentu selama 30 hari menggunakan pH meter. Dilaku-

kan 3 kali pengukuran pH terhadap sampel yang berbeda dari tiap formula, sehing-ga

data yang diperoleh merupakan rata-rata dari tiga sampel. Hasil pengukuran pH dapat

dilihat pada Tabel 5.

Page 5: Prednisolon Print

Pengukuran viskositas gel

Gel disimpan dalam ruang bersuhu 40oC dengan kelembaban relatif 75 % dan

viskositas diukur tiap selang waktu tertentu selama 25 hari dengan viskometer

Brookfiled. Dilakukan 3 kali pengukuran viskositas terhadap sampel yang berbeda

dari tiap formula, sehingga data yang diperoleh merupakan rata-rata dari tiga sampel.

Hasil pengukuran viskositas gel dapat dilihat pada Tabel 6.

Uji efek antiradang gel F0 dan F3 pada hewan percobaan

Pada uji efek antiradang dipilih gel yang memberikan jumlah prednisolon

terdifusi yang paling besar pada uji difusi yang telah dilakukan sebelumnya yaitu gel

F3 yang mengandung asam oleat 5 %. Sebagai pembanding diuji pula gel yang tidak

mengandung asam oleat (gel F0) yang memberikan jumlah prednisolon terdifusi

paling kecil pada uji difusi. Aktivitas antiradang ditentukan dengan metode inhibi-si

edema pada telapak kaki tikus. Sebagai penginduksi radang digunakan suspensi

karagenan 1% b/v dalam air suling. Suspensi karagenan ini dibuat dengan mendis-

Page 6: Prednisolon Print

persikan karagenan dalam air suling dan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam.

Hewan percobaan dipelihara 30 hari sebelum percobaan untuk meningkatkan berat

badan hewan sampai diperoleh berat antara 170-185 g. Berat badan hewan ditim-bang

dan diamati kesehatannya dan hanya tikus yang sehat yang digunakan pada percobaan

ini.

Pada hari pengujian hewan ditimbang kemudian dikelompokkan dengan bobot

dan tiap kelompok tidak berbeda jauh. Tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus.

Masing- masing hewan diberi tanda pada sendi kaki kiri belakang dan diukur volume

3 kaki tersebut sebagai volume kaki awal (Vo). Hewan diinduksi radang dengan

menyun-tikkan 0,1 ml suspensi karagenan secara intraplantar. Gel yang diuji

diberikan 1 jam setelah induksi radang kemudian kaki tikus yang dioles gel dihindari

kontak dengan kandang selama 7 menit. Volume kaki diukur tiap 0,5 jam sampai 6

jam setelah penyuntikan karagenan. Persentase perubahan volume kaki sebelum dan

setelah pengolesan gel uji dihitung. Untuk memperoleh data yang homogen dilaku-

kan analisis data terpencil untuk membuang data terpencil. Selanjutnya data yang

diperoleh dianalisis secara statistik mengunakan uji t student. Hasil uji efektivitas

sediaan gel yang mengandung prednisolon dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 7: Prednisolon Print

Hasil dan pembahasan

Dari hasil penentuan spektrum serapan prednisolon dalam metanol diperoleh

serapan maksimum pada panjang gelornbang maksimum 244 nm yang selanjutnya

digunakan untuk pengukuran kadar prednisolon dalam gel pada uji stabilitas. Pada

panjang gelombang tersebut asam oleat yang terkandung di dalam gel juga membe-

rikan serapan. Oleh karena itu, nilai serapan yang diperoleh pada penentuan kadar

prednisolon harus dikurangi oleh serapan asam oleat yang terkandung dalam gel. Pada

uji stabilitas kadar prednisolon ini dibuat gel padanan yang tidak mengandung

prednisolon untuk tiap formula. Gel uji dan gel yang tidak mengandung predniso-lon

diperlakukan sama mulai dari tahap pembuatan, penyimpanan sampai proses

pengenceran gel pada uji stabilitas kadar zat aktif. Nilai serapan pada panjang

gelombang 244 nm larutan hasil pengenceran gel uji dikurangi dengan nilai serapan

larutan gel padanannya yang tidak mengandung predisolon dan nilai serapan asam

oleat dalam formula. Serapan hasil pengurangan inilah yang digunakan untuk

menentukan kadar prednisolon dalam gel uji.

Asam oleat dan prednisolon yang terkandung dalam gel bersifat lipofil. Kedua

senyawa ini tidak dapat larut apabila gel hanya mengandung air sebagai pelarutnya.

Agar dapat membentuk gel yang jernih, kepolaran medium gel diturunkan dengan

menambahkan etanol. Dari hasil penentuan kadar etanol yang diperlukan untuk

melarutkan asam oleat dan prednisolon, sampai konsentrasi etanol 50% belum dapat

dihasilkan gel yang jernih. Untuk mengurangi efek samping iritasi akibat kadar etanol

yang mencapai 50 %, dalam pengembangan formula ditambahkanpropilen glikol yang

memiliki konstanta dielektrik 32 untuk mengurangi jumlah etanol dalam gel.

Kepolaran pembawa yang terlalu rendah dapat meningkatkan afinitas prednisolon

maupun asam oleat terhadap gel. Senyawa yang memiliki afi-nitas tinggi terhadap

basis gel pada umumnya akan lebih sulit dilepaskan dan difu-sinyapun akan menurun

(Lund, 1994). Dari penentuan komposisi pelarut campur ini untuk menghasilkan gel

yang jernih diperoleh konsentrasi etanol 44% dan propilen glikol 22 %.

Penambahan asam oleat 3,5 dan 5 % memberikan harga pH sediaan gel

sebelum penambahan peningkat pH berturut-turut 4,9 dan 5,4. Meskipun pH gel yang

mengandung asam oleat 3,5 dan 5,0 % berada dalam rentang pH yang dapat diteri-ma

Page 8: Prednisolon Print

kulit (pH mantel asam kulit 4,0 - 6,5), namun kedua harga pH tersebut lebih kecil dari

batas pH stabilitas hidroksi propil selulosa (HPC) sebagai polimer pem-bentuk gel

yaitu 6-8 (Tortora and Anagnostakos, 1990). Untuk mencegah penuru-nan viskositas

HPC akibat pH yang terlalu rendah, ditambahkan natrium karbonat sebagai peningkat

pH.

Page 9: Prednisolon Print

I. Farmakodinamik dan Farmakokinetik

Indikasi prednisolon adalah untuk menekan radang dan reaksi alergi.

Penggunaan obat ini harus benar-benar diperhatikan karena dapat terjadi supresi

adrenal dan memberatkan kondisi pasien yang mempunyai riwayat penyakit infeksi.

Dosis oral prednisolon yang dapat diberikan adalah dosis awal 10-20 miligram per

hari, kasus berat sampai 60 miligram perhari dan dosis injeksi intramuscular

prednisolon asetat adalah 25-100 miligram sekali atau 2 kali seminggu. Dosis

pemeliharaan 2,5-15 miligram per hari (Anonim, 2000).

Farmakokinetik        :  Resorbsinya dari usus setelah 1 jam dan bertahan 7 jam. PP nya

lebih dari 99%, plasma t1/2 nya panjang . eksresi terutama

melalui urin.

Farmakodinamik     : Menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan

leukosit pada lokasi inflamasi. Metilprednisolon juga

menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal, sintesis

dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi.

Meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui secara

lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor

penghambat makrofag (MIF), menghambat lokalisasi

makrofag: reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler yang

terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium

kapiler, menghambat pembentukan edema dan migrasi

leukosit.

Contoh Sediaan :

Page 10: Prednisolon Print

Cara Kerja:

Prednisolon adalah suatu senyawa anti-radang dan golongan kortikosteroid.

Kloramfenikol merupakan suatu antibiotikum yang memiliki spektrum bakteri yang

luas, berfungsi untuk mengobati infeksi pada kulit, termasuk infeksi sekunder yang

umumnya menyertai radang kulit.

Prednisolon termasuk ke dalam obat kortikosteroid oral, yakni obat yang

ampuh untuk mengatasi pembengkakan dan peradangan yang mencetuskan serangan

asma. Obat jenis ini butuh enam hingga delapan jam untuk mulai bekerja, sehingga

makin cepat digunakan, makin cepat pula daya kerjanya bisa dirasakan.

Malam hari termasuk waktu di mana serangan asma paling sering terjadi,

karena fungsi paru-paru herada pada titik paling rendah di tengah malam. Dari hasil

penelitian terbukti bahwa dosis kortikosteroid oral yang diberikan di siang hari bisa

membantu mereka yang mengalami serangan asma untuk tidur pada malam harinya.

Di sisi lain, akibat sampingan dari penggunaan kontikosteroid oral juga

cukup nyata, seperti perubahan suasana hati (mood changes), meningkatnya selera

makan, perubahan berat badan dan gejala demam yang ditekan. Kortikosteroid oral

juga berpotensi memperparah gejala pada anak-anak yang terpapar atau sudah terkena

cacar air.

Namun sebenarnya akibat sampingan dari kortikosteroid oral tidak perlu

terlalu dikhawatirkan pada penggunaan jangka pendek dan kadangkala raja.

Masalahnya haru timbul jika obat ini digunakan setiap hari untuk jangka waktu

berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun. Dalam hal seperti itu barulah

kortikosteroid oral bisa berakibat terhadap kesehatan tulang, menipiskan kulit.

menyebahkan katarak, kerentanan terhadap infeksi, menghambat pertumbuhan

sebagai pegangan, penggunaan dalam jangka hingga lima hari setiap kalinya,

sebanyak hingga empat kali setahun, masih termasuk dalam batas ambang aman.

Page 11: Prednisolon Print

II. Pengembangan Obat

A. Prednison

Rumus bangun :

Nama kimia : 17,21-Dihidroksipregna-1,4-diena-3,11,20-trion

Sinonim : Prednisonum

Rumus molekul : C21H26O5

Berat molekul : 358,43

Pemerian: Serbuk hablur putih atau praktis putih, tidak berbau; melebur pada

suhu 230°C disertai peruraian

Susut pengeringan : Tidak lebih dari 1,0%, lakukan pengeringan pada suhu

105°C selama 3 jam

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, sukar larut dalam etanol, dalam

kloroform, dalam dioksan dan dalam metanol.

Spektro ultraviolet : Etanol – 240 nm ( A¦ = 420a)

Toleransi dalam dalam 30 menit harus larut tidak kurang dari 80% (Q)

C21H26O5 dari jumlah yang tertera pada etiket (Dirjen POM, 1995).

Tentang prednison

Senyawa teroid adalah senyawa golongan lipid yang memiliki

stuktur kimia tertentu yang memiliki tiga cincin sikloheksana dan satu cincin

siklopentana. Suatu molekul steroid yang dihasilkan secara alami oleh

korteks adrenal tubuh dikenal dengan nama senyawa kortikosteroid.

Kortikosteroid sendiri digolongkan menjadi dua berdasarkan aktifitasnya,

yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Glukokortikoid memiliki

peranan pada metabolisme glukosa, sedangkan mineralokortikosteroid

memiliki retensi garam. Pada manusia, glukortikoid alami yang utama

adalah kortisol atau hidrokortison, sedangkan mineralokortikoid utama

adalah aldosteron. Selain steroid alami, telah banyak disintetis

Page 12: Prednisolon Print

glukokortikoid sintetik, yang termasuk golongan obat yang penting karena

secara luas digunakan terutama untuk pengobatan penyakit-penyakit inflasi.

Contoh antara lain adalah deksametason, prednison, metil prednisolon,

triamsinolon dan betametason (Ikawati, 2006).

Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintetis

protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara

difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor

protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks

reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami perubahan komformasi, lalu

bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini

menstimulasi transkripsi RNA dan sintetis protein spesifik. Induksi sintetis

protein ini yang akan menghasilkan efek fisiologik steroid (Darmansjah,

2005).

Menurut Theodorus (1994) tentang indikasi, kontra indikasi,

interaksi obat, efek samping dari penggunaan prednison yaitu:

Indikasi :Insufisiensi adrenal, nefrotik sindrom, penyakit

kolagen, asma bronchial, penyakit jantung, reumatik, leukemia limfositik,

limfoma, edema serebral, konjungtifitis alergika, otitis eksterna, penyakit

kulit.

Kontra indikasi :Infeksi jamur sistemik, hipersensitifitas,

hati-hati pemberian pada penderita colitis ulserasif, insufisiensi ginjal,

hipertensi, infeksi pirogenik

Interaksi obat :Fenitan, fenobarbital, efedrin, rifampin,

meningkatkan bersihan obat ini. Merubah respon anti koagulan bila diberi

bersama, kejadian hiperkakemia meningkat bila diberi bersama diuretika

hemat kalsium.

Efek samping :Mual, penurun berat badan, jerawat, lemah,

menipisnya tulang, retensi cairan, ulkus reptikum, bingung,

Page 13: Prednisolon Print

Golongan/Kelas Terapi

Hormon, obat Endokrin Lain dan Kontraseptik

Nama Dagang

- Erlanison - Kokosone - Pehacort - Predsil

- Sohoson - Trifacort - Dellacorta

Indikasi

Gangguan endokrin:

- Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau

kortison merupakan pilihan pertama, namun analog sintetisnya juga  dapat

digunakan)

- Hiperplasia adrenal congenital/bawaan

- Hiperkalsernia terkait kanker

- Tiroiditis nonsuppuratif

Penyakit Rheumatoid

Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi

penyakit-penyakit:

- Psoriatic arthritis

- Rheumatoid arthritis, termasuk Rheumatoid arthritis pada anak

- Ankylosing spondylitis

- Bursitis akut dan subakut

- Tenosynovitis nonspesifik akut

- Gouty arthritis akut

- Osteoarthritis pasca-traumatik

- Synovitis of Osteoarthritis

- Epicondylitis

Page 14: Prednisolon Print

Penyakit-penyakit Kolagen

Apabila keadaan penyakit makin memburuk atau sebagai terapi perawatan

pada kasus-kasus:

- Systemic lupus erythematosus

- Systemic-dermatomyositis (polymyositis)

- Acute rheumatic carditis

Penyakit-penyakit kulit tertentu:

- Pemphigus

- Bullous dermatitis herpetiformis

- Erythema multiforme parah    (Stevens-Johnson syndrome)

- Exfoliative dermatitis

- Mycosis fungoides

- Psoriasis parah

- dermatitis seborrhea parah

Penyakit-penyakit Alergi

Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan hasil yang

memadai pada terapi konvensional:

- Rhinitis yang disebabkan alergi

- Asma bronkhial

- dermatitis kontak

- dermatitis atopik

- Serum sickness

- Reaksi-Reaksi hipersensitivitas terhadap obat

Penyakit-penyakit mata

Penyakit-penyakit mata akut atau kronis yang parah terkait proses alergi atau

radang, seperti:

- Allergic cornea marginal ulcers

- Herpes zoster ophthalmicus

- Radang segmen anterior

- Diffuse posterior uveitis and choroiditis

- Sympathetic ophthalmia

- Konjungtivitis alergik

- Keratitis

Page 15: Prednisolon Print

- Chorioretinitis

- Optic neuritis

- Iritis dan iridocyclitis

Penyakit-penyakit saluran pernafasan:

- Symptomatic sarcoidosis

- Loeffler's syndrome yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain

- Berylliosis

- Tuberkulosis yang parah, tetapi harus diberikan bersama dengan

kemoterapi anti tuberculosis yang sesuai

- Aspiration pneumonitis

Penyakit-penyakit Hematologis

- Trombositopenia purpura idiopatik pada orang dewasa

- Trombositopenia sekunder pada orang dewasa

- Anemia hemolitik yang disebabkan Reaksi autoimmun

- Anemia sel darah merah (Erythroblastopenia)

- Anemia hipoplastik congenital/bawaan (erythroid)

Penyakit-penyakit keganasan (neoplastik)

Sebagai terapi paliatif untuk:

- Leukemia dan limfoma pada orang dewasa

- Leukemia akut pada anak-anak

Edema

- Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik

tanpa uremia, jenis idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus eritematosus

Penyakit-penyakit sistem pencernaan

Untuk membantu pasien melewati periode kritis pada penyakit-penyakit:

- Kolitis ulseratif

- Enteritis regional

Penyakit pada Sistem Syaraf

Multiple sclerosis akut yang makin parah

Lain-lain

- Tuberculous meningitis disertai penghambatan subarachnoid, tetapi harus

diberikan bersama-sama dengan kemoterapi antituberculous yang sesuai

- Trichinosis disertai gangguan syaraf atau gangguan miokardial

Page 16: Prednisolon Print

Dosis, Cara Pemberian dan Lama Pemberian

Prednison adalah kortikosteroid sintetik yang umum diberikan per oral, tetapi

dapat juga diberikan melalui injeksi intra muskular (im, iv), per nasal, atau

melalui rektal. Dosis awal sangat bervariasi, dapat antara 5 – 80 mg per hari,

bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit serta respon pasien

terhadap terapi. Tetapi umumnya dosis awal diberikan berkisar antara 20 –

80 mg per hari.  Untuk anak-anak 1 mg/kg berat badan, maksimal 50 mg per

hari. Dosis harus dipertahankan atau disesuaikan, sesuai dengan respon yang

diberikan. Jika setelah beberapa waktu tertentu hasil yang diharapkan tidak

tercapai, maka terapi harus dihentikan dan diganti dengan terapi lain yang

sesuai.

Farmakologi

Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison

dan kortison), umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement

therapy) dalam kondisi defisiensi adrenokortikal. Sedangkan analog

sintetiknya (prednison) terutama digunakan karena efek imunosupresan dan

anti radangnya yang kuat. Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek

metabolik. Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein

reseptor spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau

organ sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormon-

reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi

gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu.

Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ sasaran, sehingga

diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak,

redistribusi lipid, meningkatnya reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas

pembuluh terhadap zat vasoaktif , dan efek anti radang. Apabila terapi

prednison diberikan lebih dari 7 hari, dapat terjadi penekanan fungsi adrenal,

artinya tubuh tidak dapat mensintesis kortikosteroid alami dan menjadi

tergantung pada prednison yang diperoleh dari luar. Oleh sebab itu jika sudah

diberikan lebih dari 7 hari, penghentian terapi prednison tidak boleh

dilakukan secara tiba-tiba, tetapi harus bertahap dan perlahan-lahan.

Pengurangan dosis bertahap ini dapat dilakukan selama beberapa hari, jika

pemberian terapinya hanya beberapa hari, tetapi dapat memerlukan

Page 17: Prednisolon Print

berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan jika terapi yang sudah

diberikan merupakan terapi jangka panjang. Penghentian terapi secara tiba-

tiba dapat menyebabkan krisis Addisonian, yang dapat membawa kematian.

Untuk pasien yang mendapat terapi kronis, dosis berseling hari kemungkinan

dapat mempertahankan fungsi kelenjar adrenal, sehingga dapat mengurangi

efek samping ini. Pemberian prednison per oral diabsorpsi dengan baik.

Prednison dimetabolisme di dalam hati menjadi prednisolon, hormon

kortikosteroid yang aktif.

Stabilitas Penyimpanan

Simpan pada suhu 15º - 30ºC

Kontraindikasi

Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau

komponen-komponen obat lainnya.

Efek Samping

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :

- Retensi cairan tubuh

- Retensi natrium

- Kehilangan kalium

- Alkalosis hipokalemia

- Gangguan jantung kongestif

- Hipertensi

Gangguan Muskuloskeletal :

- Lemah otot

- Miopati steroid

- Hilangnya masa otot

- Osteoporosis

- Putus tendon, terutama tendon Achilles

- Fraktur vertebral

- Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai

- Fraktur patologis dari tulang panjang

Gangguan Pencernaan :

- Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan

perdarahan

Page 18: Prednisolon Print

- Borok esophagus (Ulcerative esophagitis)

- Pankreatitis

- Kembung

- Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT

(glutamate oksaloasetat transaminase serum), dan enzim fosfatase alkalin

serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat reversibel, akan turun kembali

jika terapi dihentikan.

Gangguan Dermatologis :

- Gangguan penyembuhan luka

- Kulit menjadi tipis dan rapuh

- Petechiae dan ecchymoses

- Erythema pada wajah

- Keringat berlebuhan

Gangguan Metabolisme :

- Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh katabolisme protein

Gangguan Neurologis :

- Tekanan intrakranial meningkat disertai papilledema (pseudo-tumor

cerebri), biasanya setelah terapi

- Konvulsi

- Vertigo

- Sakit kepala

Gangguan Endokrin :

- Menstruasi tak teratur

- Cushingoid

- Menurunnya respons kelenjar hipofisis dan adrenal, terutama pada saat

stress, misalnya pada trauma, pembedahan atau Sakit

- Hambatan pertumbuhan pada anak-anak

- Menurunnya toleransi karbohidrat

- Manifestasi diabetes mellitus laten

- Perlunya Peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat Hipoglikemik Oral)

pada pasien yang sedang dalam terapi diabetes mellitus

- Katarak subkapsular posterior

- Tekanan intraokular meningkat

Page 19: Prednisolon Print

- Glaukoma

- Exophthalmos

Lain-lain :

- Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau hipersensitivitas

Interaksi

- Dengan Obat Lain :

1) Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital,

fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh

sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat

tersebut, maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan

hasil sebagaimana yang diharapkan.

2) Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat menghambat

metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens atau

ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis

kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid.

3) Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang

diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam

serum, dan apabila  terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan

risiko toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila

diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita

hipoprotrombinemia.

4) Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi. Beberapa

laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan

adanya penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan

kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk

mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.

- Dengan Makanan : -

- Terhadap Kehamilan : Faktor risiko kehamilan FDA : Katagori C

- Terhadap Ibu Menyusui : Tidak ada data mengenai penggunaan vaksin

selama menyusui. World Health Organization Rating menyebutkan

kompatibel bagi ibu menyusui. Thomson Lactation Rating menyebutkan

risiko terhadap bayi kecil.

- Terhadap Anak-anak : Dapat terjadi penghambatan pertumbuhan yang tak

Page 20: Prednisolon Print

dapat pulih kembali, oleh sebab itu tidak boleh diberikan jangka panjang.

- Terhadap Hasil Laboratorium :   -

Parameter Monitoring : -

Bentuk Sediaan

Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg

Peringatan

Pasien yang sedang dalam terapi imunosupresan sangat rentan terhadap

infeksi, antara lain infeksi oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, dan lain-lain.

Oleh sebab itu harus benar-benar dijaga agar terhindar dari sumber infeksi.

Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala infeksi atau penyakit lain, dan

infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya.  Terapi

kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular

posterior, glaucoma, yang juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat

memperkuat infeksi mata sekunder yang disebabkan oleh virus ataupun

jamur. Pemberian vaksin hidup ataupun vaksin hidup yang dilemahkan,

merupakan kontraindikasi untuk pasien yang sedang mendapat terapi

kortikosteroid dosis imunosupresan. Vaksin yang dibunuh atau diinaktifkan

dapat saja diberikan, tetapi responnya biasanya tidak memuaskan. Pemberian

kortikosteroid pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya

menunjukkan efek kortikosteroid yang lebih kuat. Kortikosteroid harus

diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan herpes simpleks

okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.

Kasus Temuan Dalam Keadaan Khusus : -

Informasi Pasien

Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus

menghindari sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak

berjalan baik. Apabila mendapat infeksi, harus segera mendapat pertolongan

medis tanpa tunda.

Mekanisme Aksi

Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.

Monitoring Penggunaan Obat : -

B. Metil Prednisolon

21-(acetyloxy)-11,17-dihydroxy-6-methyl-, (6(alpha), 11(beta))pregna-1,4-

Page 21: Prednisolon Print

diene-3,20-dione

Bentuk Sediaan : Tablet, Kaptab, Serbuk injeksi, Cairan Injeksi

Nama resmi             :  METHYLPREDNISOLONI ACETAS

Sinonim                    :  Metil prednisolon asetat

RM / BM                    : C24H32O6 / 416,51

Pemerian                  :  Serbuk hablur, putih atau praktis putih, tidak berbau,

melebur pada suhu lebih kurang 225o disertai peruraian.

Kelarutan                  :  Praktis tidak larut dalam air, larut dalam dioksan, agak

sukar larut dalam aseton, dalam etanol, dalam kloroform dan dalam metanol,

sukar larut dalam eter.

Penyimpanan          :  Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.

Kegunaan                : Sebagai obat antiinflamasi (Kortikosteroid )

Uraian obat

Nama paten             : Depo-medrol®

- Depo Medrol - Intidrol - Lameson - Lexcomet

- Medixon - Medrol - Prednox - Solu Medrol

- Urbason - Cortesa

Deskripsi:

Methylprednisolone adalah suatu glukokortikoid sintetik dan diabsorpsi secara

cepat melalui saluran pencernaan.

Methylprednisolone bekerja dengan menduduki reseptor spesifik dalam

sitoplasma sel yang responsif. Ikatan steroid-reseptor ini lalu berikatan dengan

DNA yang kemudian mempengaruhi sintesis berbagai protein. Beberapa efek

penting yang timbul akibat ini yaitu berkurangnya produksi prostaglandin dan

leukotrien, berkurangnya degranulasi mast cell, berkurangnya sintesis kolagen

dan lain-lain.

Komposisi:

Methylprednisolone 16 mg, tiap tablet mengandung methylprednisolone 16 mg.

Pemakaian intra muskular digunakan pada indikasi berikut:

Gangguan endokrin:

Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau

kortison merupakan pilihan pertama, namun analog sintetisnya juga 

dapat digunakan)

Page 22: Prednisolon Print

Hiperplasia adrenal congenital/bawaan

Hiperkalsemia terkait kanker

Tiroiditis nonsuppuratif

Penyakit Rheumatoid Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan

jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit:

Osteoarthritis pasca trauma

Rheumatoid arthritis, termasuk Rheumatoid arthritis pada anak

Bursitis akut dan subakut

Ankylosing spondylitis

Tenosynovitis nonspesifik akut

Gouty arthritis akut

Psoriatic arthritis

Osteoarthritis pasca-traumatik

Synovitis of Osteoarthritis

Epicondylitis

Penyakit-penyakit Kolagen Pada keadaan penyakit makin memburuk

atau sebagai terapi perawatan pada kasus-kasus:

Systemic lupus erythematosus

Systemic-dermatomyositis (polymyositis)

Acute rheumatic carditis

Penyakit-penyakit kulit tertentu:

Pemphigus

Erythema multiforme parah  (Stevens-Johnson syndrome)

Exfoliative dermatitis

Mycosis fungoides

Psoriasis parah

Dermatitis seborrhea parah

Penyakit-penyakit Alergi. Mengendalikan kondisi alergi yang parah

yang tidak memberikan hasil yang memadai pada terapi konvensional:

Rhinitis yang disebabkan alergi

Asma bronchial

Dermatitis kontak

Dermatitis atopic

Page 23: Prednisolon Print

Serum sickness

Reaksi-Reaksi hipersensitivitas terhadap obat

Reaksi-Reaksi transfuse utrikaria

Edema laringeal noninfeksi akut (obat pilihan pertama: epinefrin)

Penyakit-penyakit mata. Penyakit-penyakit mata akut atau kronis yang

parah terkait proses alergi atau radang, seperti:

Allergic cornea marginal ulcers

Herpes zoster ophthalmicus

Radang segmen anterior

Diffuse posterior uveitis and choroiditis

Sympathetic ophthalmia

Konjungtivitis alergi

Keratitis

Chorioretinitis

Optic neuritis

Iritis dan iridocyclitis

Penyakit-penyakit sistem pencernaan. Untuk membantu pasien melewati

periode kritis pada penyakit-penyakit:

Kolitis ulseratif (terapi sistemik)

Enteritis regional (terapi sistemik)

Penyakit-penyakit saluran pernafasan:

Symptomatic sarcoidosis

Loeffler's syndrome yang tidak dapat dikendalikan dengan cara

lain

Berylliosis

Tuberkulosis yang parah, tetapi harus diberikan bersama dengan

kemoterapi anti tuberculosis yang sesuai

Aspiration pneumonitis

Penyakit-penyakit Hematologis :

Anemia hemolitik yang disebabkan Reaksi autoimmune

Anemia sel darah merah (Erythroblastopenia)

Anemia hipoplastik kongenital/bawaan (erythroid)

Trombositopenia sekunder pada orang dewasa

Page 24: Prednisolon Print

Penyakit-penyakit keganasan (neoplastik). Sebagai terapi paliatif untuk:

Leukemia dan limfoma pada orang dewasa

Leukemia akut pada anak-anak

Edema :

Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada

sindroma nefrotik tanpa uremia, jenis idiopatik atau yang

disebabkan oleh lupus eritematosus

Penyakit pada Sistem Syaraf :

Multiple sclerosis akut yang makin parah

Lain-lain :

Tuberculous meningitis disertai penghambatan subarachnoid,

tetapi harus diberikan bersama-sama dengan kemoterapi

antituberculous yang sesuai

Trichinosis disertai gangguan syaraf atau gangguan miokardial

Pemakaian intrasinovial atau pemakaian pada jaringan halus, diindikasikan

sebagai terapi tambahan pada penggunaan jangka pendek (untuk membantu

pasien melewati episode akut atau episode dimana penyakit makin parah) dalam

pengobatan:

Synogitis pada osteoarthritis, Rheumatoid arthritis, Bursitis akut dan subakut,

Gouty arthritis akut, Epicondylitis, tenosynovitis nonspesifik akut,

Osteoarthritis pasca trauma

Pemakainan intralesi, diindikasikan untuk:

Keloid dan Lesi radang hipertofik local, pada:

Lichen planus, plak psoriatik, granuloma annulare, dan lichen simplex

chronicus

neurodermatitis)

Discoid lupus erythematosus

Necrobiosis lipoidica diabetirocum

Alopecia areata

  Juga bermanfaat dalam  terapi tumor kista aponeurosis atau tendon (ganglia)

K ontraindikasi

Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen

komponen obat lainnya.

Page 25: Prednisolon Print

E fek samping

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit : Retensi cairan tubuh Retensi

natrium Kehilangan kalium Alkalosis hipokalemia Gangguan jantung kongestif

Hipertensi Gangguan Muskuloskeletal : Lemah otot Mipati steroid Hilangnya

masa otot Osteoporosis Putus tendon, terutama tendon Achilles Fraktur

vertebral

Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai Fraktur patologis dari

tulang

panjang Gangguan Pencernaan :

Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan

perdarahan

Pankreatitis

Kembung

Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT

(glutamate oksaloasetat transaminase serum), dan enzim fosfatase

alkalin serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat reversibel, akan turun

kembali jika terapi dihentikan.

Gangguan penyembuhan luka

Kulit menjadi tipis dan rapuh

Petechiae dan ecchymoses

Erythema pada wajah

Keringat berlebihan

Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh katabolisme

protein

Gangguan Neurologis

Tekanan intrakranial meningkat disertai papilledema

(pseudomonia tumor cerebri), biasanya setelah terapi

Konvulsi

Vertigo

Sakit kepala

Gangguan Endokrin

Menstruasi tak teratur

Cushingoid

Page 26: Prednisolon Print

Menurunnya respons kelenjar hipofisis dan adrenal,

terutama

pada saat stress, misalnya pada trauma, pembedahan atau

Sakit

Hambatan pertumbuhan pada anak-anak

Menurunnya toleransi karbohidrat

Manifestasi diabetes mellitus laten        

Perlunya peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat

Hipoglikemik Oral) pada pasien yang sedang dalam terapi

diabetes mellitus

Katarak subkapsular posterior

Tekanan intraokular meningkat

Glaukoma

Exophthalmos

Lain-lain

Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau

hipersensitivitas

I nteraksi

Dengan Obat Lain :

Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital,

fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid. Oleh sebab

itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat tersebut, maka

dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana

yang diharapkan. Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat

menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan

klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan,

maka dosis kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas

steroid. Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang

diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam

serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko

toksisitas salisilat. Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan

bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita

hipoprotrombinemia. Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral

Page 27: Prednisolon Print

bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan

lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan apabila diberikan

bersama-sama dengan kortikosteroid. Oleh sebab itu indeks koagulasi harus

selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang

diharapkan.

Dengan Makanan :  

Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison

dan kortison), umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy)

dalam kondisi defisiensi adrenokortikal. Sedangkan analog sintetiknya (prednison,

metilprednisolon) terutama digunakan karena efek immunosupresan dan anti

radangnya yang kuat. Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek metabolik.

Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor spesifik yang

terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran, membentuk

kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormon-reseptor ini kemudian akan

memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya

memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi

seluler organ sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis,

meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya reabsorpsi natrium,

meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif , dan efek anti radang.

M ekanisme kerja

Menekan sistem imun, anti radang.

Bentuk Sediaan

Tablet dan serbuk untuk injeksi disimpan pada suhu 15º - 30ºC.

Cairan/suspensi untuk injeksi disimpan pada suhu lebih rendah

Stabilitas Penyimpanan

Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus

menghindari sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak

berjalan

baik. Apabila mendapat infeksi, harus segera mendapat pertolongan medis tanpa

tunda.

Dosis                              :  Dosis awal dari metilprednisolon dapat bermacam-

macam

dari 4 mg – 48 mg per hari, dosis tunggal atau terbagi, tergantung keadaan

Page 28: Prednisolon Print

penyakit.

Interaksi obat           :  -Berikan dengan makanan untuk meminumkan   iritasi

gastrointestinal.

Penggunaan bersama-sama dengan antiinflamasi non-steroid atau antirematik

lain

dapat mengakibatkan risiko gastrointestinal, perdarahan gastrointestinal.

Penggunaan bersama-sama dengan anti-diabetes harus dilakukan penyesuaian

dosis.

             

Daftar Pustaka

Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 2000

Suharti K Suherman. Adrenokortikotropin, Adrenokortikosteroid, Analog Sintetik dan

Antagonisnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi edisi 4, 2004. Bagian Farmakologi Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia.

Deltasone, Rx List, The Internet Drug Index @ http://www.rxlist.com/cgi/

generic/pred_od.htm

Prednisone, Medline Plus @ www.nlm.nih.gov/medlineplus/

druginfo/medmaster/a601102.html

Prednisone, Drugs.com @ www.drugs.com/prednisone KAJIAN PENGGUNAAN OBAT

GOLONGAN KORTIKOSTEROID PADA PASIEN ASMA PEDIATRI DI RUMAH

SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG BOYOLALI TAHUN 2008

SKRIPSI

Oleh :

ENI DIAN ASTUTIK

K 100 050 056

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Page 29: Prednisolon Print

2009