proposal

27
BAB I PENDAHULUAN Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu-lintas. Volume lalulintas yang dapat ditampung jaringan jalan ditentukan oleh kapasitas simpang pada jaringan jalan tersebut. Kinerja suatu simpang merupakan faktor utama dalam menentuka penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan fungsi simpang. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja suatu simpang tak bersinyal mencakup ; kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian. Dengan menurunnya kinerja simpang akan menimbulkan kerugian pada pengguna jalan karena terjadinya penurunan kecepatan, peningkatan tundaan, dan antrian kendaraan yang mengakibatkan naiknya biaya operasi kendaraan dan menurunnya kualitas lingkungan. Berbeda dengan simpang bersinyal, pengemudi di simpang tak bersinyal dalam mengambil tindakan kurang mempunyai petunjuk yang positif, pengemudi dengan agresif memutuskan untuk menyudahi manuver yang diperlukan ketika memasuki simpang. Karena semakin meningkatnya jumlah kendaraan di jalan raya, akan menimbulkan permasalahan lalu lintas yang akan mempengaruhi kualitas dari pelayanan jalan, 1

Upload: mauliansyah-syachzero

Post on 27-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Proposal

BAB I

PENDAHULUAN

Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu-lintas. Volume

lalulintas yang dapat ditampung jaringan jalan ditentukan oleh kapasitas simpang

pada jaringan jalan tersebut. Kinerja suatu simpang merupakan faktor utama

dalam menentuka penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan fungsi

simpang. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja suatu simpang tak

bersinyal mencakup ; kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian.

Dengan menurunnya kinerja simpang akan menimbulkan kerugian pada

pengguna jalan karena terjadinya penurunan kecepatan, peningkatan tundaan, dan

antrian kendaraan yang mengakibatkan naiknya biaya operasi kendaraan dan

menurunnya kualitas lingkungan. Berbeda dengan simpang bersinyal, pengemudi

di simpang tak bersinyal dalam mengambil tindakan kurang mempunyai

petunjuk yang positif, pengemudi dengan agresif memutuskan untuk menyudahi

manuver yang diperlukan ketika memasuki simpang.

Karena semakin meningkatnya jumlah kendaraan di jalan raya, akan

menimbulkan permasalahan lalu lintas yang akan mempengaruhi kualitas dari

pelayanan jalan, hal ini juga terjadi di Kota Langsa. Kondisi keramaian dan

kecelakaan (accident) tidak jarang ditemui di jalan-jalan Kota Langsa saat ini

terutama pada jam - jam sibuk/puncak lalu lintas Simpang yang dianalisa pada

penelitian ini adalah simpang tak bersinyal empat lengan Jl. Jenderal Sudirman

– Jl. Syiah Kuala Kota Langsa. Kondisi simpang tersebut menunjang terjadinya

kecelakaan lalu lintas, karena kawasan tersebut merupakan jalan menuju pusat

perekonomian, pusat perkantoran, sekolah dan rekreasi. Lokasi penelitian

dapat lihat pada lampiran gambar A.1 halaman 18.

Sebagaimana diketahui pada Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Syiah

Kuala sebagai lokasi kegiatan perbelajaan, pemukiman penduduk, dan kegiatan

lainnya. Adapun permasalahan-permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :

1. Belum adanya lampu sinyal lalu-lintas pada persimpangan tersebut

1

Page 2: Proposal

2. Sering terjadinya kecelakaan, sehingga perlu adanya penelitian mengenai

kinerja simpang tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja

pelayanan simpang tersebut terhadap arus lalu-lintas, apakah persimpangan

tersebut masih layak melayani beban lalu-lintas atau perlu adanya perubahan

dengan menggunakan sinyal, rambu-rambu dan sebagainya. Untuk mencapai

tujuan yang diinginkan maka penulis membuat suatu langkah kerja di lapangan

yaitu :

1. Mencatat arus kendaraan dari Jalan Jenderal Sudirman dan menuju pusat kota

Langsa.

2. Mencatat arus kendaraan dari Jalan Jendral Sudirman yang berbelok kekiri ke

arah Jalan Syiah Kuala tepatnya ke arah Gampong Tualang Tengoh Kota

Langsa.

3. Mencatat arus kendaraan dari Jalan Jenderal Sudirman yang berbelok ke

kanan ke arah Gampong Meutia dan Rekreasi Kuala Langsa.

Persimpangan yang akan ditinjau adalah pada Jalan Jenderal Sudirman

dan Jalan Syiah Kuala untuk menuju pusat Kota Langsa dimana pada

persimpangan tersebut terjadi konflik sehingga menimbulkan antrian dan

kecelakaan.

Mengingat permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan, maka

perlu dibuat batasan masalah penelitian yang meliputi :

1. Perkiraan kapasitas jalan terhadap kendaraan yang melakukan belok kiri dan

belok kanan.

2. Menganalisa kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk, pada ruas Jalan

Jenderal Sudirman dan Jalan Syiah Kuala serta menghitung kecepatan

perjalanan kendaraan dengan standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia.

Hasil penelitian ini adalah mengetahui apakah persimpangan tersebut

masih mampu dengan baik menampung arus lalu-lintas dan merencanakan

solusinya apabila ternyata dari hasil penelitian ini persimpangan tersebut tidak

mampu lagi menampung arus lalu-lintas sesuai dengan Manual Kapasitas Jalan

Indonesia Tahun 1997.

2

Page 3: Proposal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan diuraikan mengenai beberapa landasan teori dan rumus-

rumus serta beberapa peraturan yang akan digunakan dalam menyelesaikan

masalah yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan hal tersebut akan

dipelajari analisa mengenai kinerja persimpangan 4 lengan tak bersinyal.

2.1 SIMPANG

Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di

daerah perkotaan biasanya banyak memiliki simpang , dimana pengemudi harus

memutuskan untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk

mencapai satu tujuan. Simpang dapat didefenisikan sebagai daerah umum

dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan

fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalulintas di dalamnya (Khisty, 2005).

Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : simpang

sebidang, pemisah jalur jalan tanpa ramp, dan interchange (simpang susun).

Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana dua jalan

atau lebih bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah

simpang dan membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki

simpang/lengan simpang atau pendekat.

Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu mempertimbangkan

elemen dasar yaitu :

1. Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan

keputusan, dan waktu reaksi.

2. Pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas, pergerakan berbelok,

kecepatan kendaraan, ukuran kendaraan, dan penyebaran kendaraan.

3. Elemen fisik, seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometrik.

4. Faktor ekonomi, seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.

3

Page 4: Proposal

2.2 DEFINISI DAN ISTILAH DI SIMPANG TAK BERSINYAL

Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal ada

beberapa istilah yang digunakan. Notasi, istilah dan defenisi dibagi menjadi 3,

yaitu : Kondisi Geometrik, Kondisi Lingkungan dan Kondisi Lalu Lintas.

Tabel 2.1. Notasi, Istilah dan Definisi pada simpang tak bersinyalNotasi Istilah Definisi

Kondisi Geometrik

Lengan Bagian simpang jalan dengan pendekat masuk atau keluar

Jalan Utama Adalah jalan yang paling penting pada simpang jalan, misalnya dalam hal klasifikasi jalan. Pada suatu simpang 3 jalan yang menerus selalu ditentukan sebagai jalan utama

A, B, C, D Pendekat Tempat masuknya kendaraan dalam suatu lengan simpang jalan. Pendekat jalan utama notasi B dan D dan jalan simpang A dan C. Dalam penulisan notasi sesuai dengan perputaran arah jarum jam.

Wx Lebar Masuk PendekatX (m)

Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur dibagian tersempit, yang digunakan oleh lalu lintas yang bergerak. X adalah nama pendekat.

Wi Lebar PendekatSimpang Rata-Rata

Lebar efektif rata-rata dari seluruh pendekat pada simpang

WAC

WBC

Lebar Pendekat JalanRata-Rata (m)

Lebar rata-rata pendekat ke simpang dari jalan

Jumlah Lajur Jumlah lajur ditentukan dari lebar masuk jalan dari jalan tersebut

Kondisi Lingkungan

CS Ukuran KotaJumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan

SF Hambatan Samping Dampak terhadap kinerja lalu lintas akibat kegiatan sisi jalan .

Kondisi Lalu Lintas

PLT Rasio Belok Kiri Rasio kendaraan belok kiri PLT = QLT/Q

QTOT Arus TotalArus kendaraan bermotor total di simpang dengan menggunakan satuan veh, pcu dan AADT

PUMRasio Kendaraan TakBermotor

Rasio antara kendaraan tak bermotor dan kendaraan bermotor di simpang

QMIArus Total JalanSimpang/minor

Jumlah arus total yang masuk dari jalan simpang/minor (veh/h atau pcu/h)

QMAArus Total JalanUtama/major

Jumlah arus total yang masuk dari jalan utama/major (veh/h atau pcu/h)

Sumber : MKJI 1997

4

Page 5: Proposal

2. 3 LEBAR PENDEKAT JALAN RATA-RATA, JUMLAH LAJUR

DAN TIPE SIMPANG

Lebar pendekat rata-rata untuk jalan simpang dan jalan utama dapat

dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut :

WAC = (WA + WC) / 2 dan...................................................................... (2.1)

WBD = (WB + WD) /2 ............................................................................. (2.2)

Lebar pendekat rata-rata untuk seluruh simpang adalah :

W1 = (WA + WC + WB + WD ) / Jumlah lengan simpang ...................... (2.3)

Jika a = 0, maka W1 = (WC + WB + WD ) / Jumlah lengan simpang

Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan ditentukan

dari lebar rata-rata pendekat jalan untuk jalan simpang dan jalan utama sebagai

berikut :

Tabel 2.2. Lebar Pendekat dan Jumlah Lajur

Lebar pendekat jalan rata-rata,WAC, WBD (m)

Jumlah lajur (total) untuk kedua arah

WBD = (b + d/2)/2 < 5,5

≥ 5,5

WAC = (a/2 + c/2) / 2 < 5,5

≥ 5,5

2

4

2

4

Sumber : MKJI 1997

Gambar 2.1 Jumlah lajur dan lebar pendekat Rata-rata

Sumber : MKJI 1997

5

Page 6: Proposal

Tipe simpang/Intersection Type (IT) ditentukan banyaknya lengan

simpang dan banyaknya lajur pada jalan major dan jalan minor di simpang

tersebut dengan kode tiga angka seperti terlihat di tabel 2.3 di bawah ini.

Jumlah lengan adalah banyaknya lengan dengan lalu lintas masuk atau keluar

atau keduanya.

Tabel 2.3. Kode Tipe Simpang (IT)

Kode ITJumlah Lengan

SimpangJumlah Lajur Jalan

MinorJumlah Lajur Jalan

Major

322324342422424

33344

22422

24224

Sumber : MKJI 1997

2.4. PERALATAN PENGENDALI LALU LINTAS

Peralatan pengendali lalu lintas meliputi ; rambu, marka, penghalang

yang dapat dipindahkan, dan lampu lalu lintas. Seluruh peralatan pengendali

lalu lintas pada simpang dapat digunakan secara terpisah atau digabungkan

bila perlu. Kesemuaanya merupakan sarana utama pengaturan, peringatan, atau

pemandu lalu lintas. Fungsi peralatan pengendali lalu lintas adalah untuk

menjamin keamanan dan efisien simpang dengan cara memisahkan aliran lalu

lintas kendaraan yang saling bersinggungan. Dengan kata lain, hak prioritas

untuk memasuki dan melalui suatu simpang selama periode waktu tertentu

diberikan satu atau beberapa aliran lalu lintas.

Untuk pengandalian lalu lintas di simpang, terdapat beberapa cara utama

yaitu :

1. Rambu STOP (berhenti) atau Rambu YIELD (beri jalan/Give Way),

2. Rambu Pengendalian Kecepatan,

3. Kanalisasi di simpan (Channelization),

4. Bundaran (Roundabout),

5. Lampu Pengatur Lalu Lintas.

6

Page 7: Proposal

2.5. KONFLIK LALU LINTAS SIMPANG

Didalam daerah simpang, lintasan kendaraan akan berpotongan pada satu

titik- titik konflik. Konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga merupakan

lokasi potensial untuk terjadinya bersentuhan/tabrakan (kecelakaan). Arus lalu

lintas yang terkena konflik pada suatu simpang mempuyai tingkah laku yang

komplek, setiap gerakan berbelok (ke kiri atau ke kanan) ataupun lurus

masing-masing menghadapi konflik yang berbeda dan berhubungan langsung

dengan tingkah laku gerakan tersebut.

2.5.1 Jenis Pertemuan Gerakan Persimpangan

Dari berbagai bentuk, sifat dan tujuan gerakan kendaraan daerah

persimpangan, ada empat (4) jenis type dasar pergerakan lalu lintas.

2.5.1.1 Memisah ( Diverging )

Memisah (Diverging) adalah peristiwa berpencarnya pergerakan

kendaraan yang tersebut sampai pada titik persimpangan, perencanaan yang

memungkinkan gerakan memisah arus tanpa pengurangan tidak akan

menimbulkan titik konflik dan daerah potensial kecelakaan. Dengan mengunakan

aturan jalur kiri, gerakan pemisah arah kiri dihubungkan tabrakan bagian

belakang, akan tetapi hal ini biasanya lebih aman daripada gerakan pemisahan ke

arah kanan yang menimbulkan tabrakan dari samping maupun bagian belakang

kendaraan yang mengikutinya atau sisi dan depan yang diakibatkan kendaraan di

depan.

Gambar 2.2 Gerakan MemisahSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996

7

Page 8: Proposal

2.5.1.2 Menggabung ( Marging )

Menggabung (Marging) adalah bergabungnya kendaraan yang bergerak

dari beberapa ruas jalan ketika sampai pada titik persimpangan. Persyaratan kritis

adalah bahwa interval waktu dan jarak, diantara kedatangan kendaraan pada titik

gabung, disesuaikan dengan kecepatan sendiri dan kendaraan yang datang

berikutnya pada arus utama. Keputusan dan kondisi yang diperlukan untuk

menggabungkan dari tepi jalan akan lebih mudah dibandingkan dengan yang

dilakukan dari posisi tengah jalan.

2.5.1.3 Berpotongan ( Crossing )

Berpotongan (Crossing) adalah kendaraan yang ingin melakukan gerakan

penyilangan (pemotongan) pada suatu arus lalu lintas. Gerakan penyilangan tanpa

kontrol (yaitu bila tidak terdapat arus utama) sangat berbahaya sebab kedua

pengemudi harus membuat keputusan yang memberi hak untuk lewat terdahulu.

8

Gambar 2.4 Gerakan BerpotonganSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996

Gambar 2.3 Gerakan MenggabungSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996

Page 9: Proposal

2.5.1.4 Menyilang ( Weaving )

Menyilang (Weaving) adalah pengemudi atau kendaraan yang ingin

melakukan gerakan menyelip atau berpindah jalur. Gerakan menyelip pada

pertemuan jalan bersudut kecil ( ± 30 derajat ).

Gambar 2.5 Gerakan MenyilangSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996

2.5.2 Titik Konflik Pada Simpang

Didalam daerah simpang lintasan kendaraan akan berpotongan pada satu

titik- titik konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga merupakan

lokasi potensial untuk tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial titik-titik konflik

pada simpang tergantung dari :

1. Jumlah kaki simpang

2. Jumlah lajur dari kaki simpang

3. Jumlah pengaturan simpang

4. Jumlah arah pergerakan

2.5.3 Daerah konflik di simpang

Daerah konflik dapat digambarkan sebagai diagram yang memperlihatkan

suatu aliran kendaraan dan manuver bergabung, menyebar, dan persilangan di

simpang dan menunjukkan jenis konflik dan potensi kecelakaan di simpang.

Suatu operasi yang paling sederhana ialah hanya melibatkan suatu

manuver penggabungan, pemisahan atau penyilangan dan memang hal ini

diinginkan sepanjang memungkinkan, untuk menghindari gerakan yang banyak

dan berkombinasi yang kesemuanya ini agar diperoleh pengoperasian yang

sederhana biasanya terdapat batas pemisah dari aliran yang paling disenangi

(prioritas) dan kemudian gerakan yang terkontrol dibuat terhadap dan dari sebuah

9

Page 10: Proposal

aliran sekunder. Keputusan untuk menerima atau menolak sebuah gap diserahkan

kepada pengemudi dari aliran yang bukan prioritas.

a. Simpang 3 lengan

Simpang 3 lengan memiliki titik-titik konflik sebagai berikut :

Gambar 2.6 Aliran kendaraan di simpang 3 lenganSumber : Selter, 1974

Keterangan :

= Titik konflik persilangan (3 titik)

Δ = Titik konflik penggabungan (3 titik)

= Titik konflik penyebaran (3 titik)

b. Simpang 4 lengan

Simpang 4 lengan memiliki titik-titik konflik sebagai berikut :

Gambar 2.7 Aliran kendaraan di simpang 4 lenganSumber : Selter, 1974

Keterangan :

= Titik konflik persilangan (16 titik)

Δ = Titik konflik penggabungan (8 titik)

= Titik konflik penyebaran (8 titik)

10

Page 11: Proposal

2.6 KINERJA LALU LINTAS

Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) menyatakan ukuran

kinerja lalu lintas diantaranya adalah Level of Performace (LoP). LoP berarti

Ukuran kwantitatif yang menerangkan kondisi operasional dari fasilitas lalu lintas

seperti yang dinilai oleh pembina jalan. (Pada umumnya di nyatakan dalam

kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan rata-rata, waktu tempuh, tundaan, peluang

antrian, panjang antrian dan rasio kerndaraan terhenti). Ukuran-ukuran kinerja

simpang tak bersinyal berikut dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu

sehubungan dengan geometric, lingkungan dan lalu lintas adalah :

- Kapasitas (C)

- Derajat Kejenuhan (DS)

- Tundaan (D)

- Peluang antrian (QP %)

2.6.1 Kapasitas Simpang Tak Bersinyal

MKJI (1997) mendefenisikan bahwa kapasitas adalah arus lalu

lintas makimum yang dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan

dalam kondisi tertentu dinyatakan dalam kendaraan/jam atau smp/jam.

Kapasitas total suatu persimpangan dapat dinyatakan sebagai hasil

perkalian antara kapasitas dasar (Co) dan faktor-faktor penyesuaian (F).

Rumusan kapasitas simpang menurut MKJI dituliskan sebagai berikut :

C = Co x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI ....................................... (2.4)

Dimana

C : kapasitas ( smp/jam )

Co : nilai kapasitas dasar ( smp/jam )

FW : faktor penyesuaian

FM : faktor penyesuaian median pada jalan mayor

FCS : faktor penyesuaian ukuran kota

FRSU : faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan dan gangguan samping

FLT : faktor penyesuaian persen ( % ) belok ke kiri

FRT : faktor penyesuaian persen ( % ) belok ke kanan

FMI : faktor penyesuaian rasio arus jalan minor.

11

Page 12: Proposal

2.6.2 Derajat Kejenuhan

Derajat kejenuhan untuk seluruh simpang, ( DS ), dihitung sebagai berikut

( MKJI 1997 )

DS = Qsmp/C ......................................................................................... (2.5)

Dimana :

DS : Derajat kejenuhan Qsmp : Arus total ( smp/jam )C : Kapasitas

Qsmp = arus total ( smp/jam ) dan dapat dihitung menggunakan persamaan

berikut :

Qsmp = Qkend x Fsmp ........................................................................... (2.6)

Dimana :

Qkend : Total kendaraan ( smp/jam ) Fsmp : Faktor satuan mobil penumpang ( smp/jam )

Fsmp = faktor smp dihitung sebagai berikut :

Fsmp = ( emp LV x LV% + emp HV% + emp MC x MC% ) 100......... (2.7)

Dimana :

Fsmp : faktor satuan mobil penumpang ( smp/jam )

LV : Kendaran ringan (%)

HV : Kendaraan berat (%)

MC : Sepeda motor (%)

emp : Ekivalen mobil penumpang

Emp PLV, LV % empHV, HV %, emp MC x dan MC % adalah emp dan

komposisi lalu lintas untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda motor,

dan C = kapasitas ( smp/jam ).

Jelasnya prosedur perhitungan kapasitas dan ukuran prilaku lalu lintas

lainnya yaitu derajat kejenuhan, tundaan ( det/smp ), peluang antrian dan konflik,

dihitung untuk kondisi geometrik.

2.6.3 Tundaan

Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan rata-rata yang

dialami oleh kendaraan sewaktu melewati suatu simpang (Tamin.O.Z, 2000; hal

12

Page 13: Proposal

Jenis Kendaraan Notasi Nilai empKendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda MotorKendaraan Tak Bermotor

LV HV MC UM

1.01.30.5-

543). Hambatan tersebut muncul jika kendaraan berhenti karena terjadinya

antrian di simpang sampai kendaraan itu keluar dari simpang karena adanya

pengaruh kapasitas simpang yang sudah tidak memadai. Nilai tundaan

mempengaruhi nilai waktu tempuh kendaraan. Semakin tinggi nilai tundaan,

semakin tinggi pula waktu tempuh.

Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang ( det/smp ) dan tundaan jalan

simpang dan jalan utama didapatkan dari kurva tundaan atau derajat kejenuhan

yang empiris. Tundaan rata-rata jalan simpang ditentukan berdasarkan tundaan

rata-rata seluruh simpang dan tundaan rata-rata jalan utama. Tundaan pada

simpang dapat terjadi karena dua sebab ( MKJI 1997 ) :

1. Tundaan lalulintas (DT) akibat interaksi dengan gerakan yang lain dalam

simpang.

2. Tundaan geometric (DG) akibat perlambatan percepatan kendaraan yang

terganggu dan tidak terganggu.

Tundaan lalu lintas terdiri dari : lalu lintas seluruh simpang ( DT ) : jalan

minor ( DTMI ) dan jalan utama ( DTMA ). Ketiga tundaan tersebut ditentukan dari

kurva tundaan empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variable bebas.

2.7 SATUAN MOBIL PENUMPANG

Lalulintas terdiri dari berbagai kompisisi kendaraan, sehingga

volume lalulintas menjadi lebih praktis jika dinyatakan dalam jenis kendaraan

standar. Standar tersebut yaitu mobil penumpang sehingga dikenal dengan

satuan mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan volume lalulintas

dalam satuan smp, maka diperlukan factor konversi dari berbagai macam

kendaraan menjadi mobil penumpang. Faktor konversi tersebut dikenal dengan

ekivalen mobil penumpang (emp). MKJI (1997) mengklasifikasikan kendaraan

menjadi 4 (empat) golongan adalah :

Tabel 2.4. Penggolongan Jenis Kendaraan Dan Nilai Emp Untuk Persimpangan Tak Bersinyal

Sumber : MKJI (1997)

13

Page 14: Proposal

BAB III

METODOLOGI

Pada Bab ini menulis menjabarkan langkah-langkah mengenai metode

penelitian sehingga mendapat hasil yang sesuai diinginkan. Untuk gambaran

jalannya penelitian dapat dilihat pada bagan alir yang tersaji pada lampiran A.2

halaman 19.

3.1 PENGUMPULAN DATA

Ada beberapa persimpangan di Kota Langsa yang tidak memiliki lampu

pengaturan lalu lintas. Sehingga sering terjadi konflik antar kendaraan yang

melewati simpang tersebut. Adapun persimpangan yang akan dianalisa adalah

persimpangan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Syiah Kuala.

Pengkajian persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Syiah Kuala

menggunakan data primer dan data sekunder sebagai berikut:

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pengamatan di

lapangan yaitu kendaraan yang berbelok ke kanan dan kiri harus serta yang lurus

berhenti atau terjadi tundaan, menghitung volume lalu lintas berdasarkan metode

MKJI, menghitung derajat kejenuhan persimpangan tersebut.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang telah jadi

yang dikumpulkan dan diolah oleh suatu badan atau instansi yang dipakai

langsung sebagai data pendukung tanpa perlu pengolahan. Seperti data jumlah

populasi penduduk Kota Langsa dapat diperoleh pada badan pusat statistik Kota

Langsa, data jumlah kendaraan dari dinas perhubungan Kota Langsa.

Metode pengumpulan data primer digunakan sistem pengamatan langsung

yang dilakukan secara manual, yang bertujuan untuk mendapatkan volume lalu

lintas yang melewati persimpangan dari segala arah serta kecepatan kendaraan

mendekati persimpangan dan juga kecepatan kendaraan pada pias jalan antara satu

persimpangan dengan persimpangan berikutnya. Pengamatan pada kedua kaki

persimpangan yang menjadi objek perencanaan objek ini, melibatkan tenaga

pengamat seluruhnya 6 orang. Lamanya waktu pengamatan dilakukan selama 3

14

Page 15: Proposal

hari yaitu hari senin, kamis dan sabtu pagi pada jam 07.00 – 9.00 WIB, siang

12.00 – 14.00 WIB dan sore 16.00 – 18.00 WIB dan khusus untuk hari Sabtu

penelitian ditambah untuk malam mulai pukul 20.00 – 21.00 WIB.

Data geometrik persimpangan diperoleh dengan cara melakukan

pengukuran dengan menggunakan roolmeter, data yang diperlukan adalah :

1. Panjang Simpang

Panjang simpang diperoleh dengan cara mengukur persimpangan yang

menjadi penelitian pada penulisan ini.

2. Lebar Simpang

Lebar simpang diperoleh dengan cara mengukur kedua sisi simpang dengan

menggunakan roolmeter, karena dengan memperoleh lebar simpang, maka

dapat kita menganalisis jumlah kendaraan yang pantas melewati simpang

tersebut persatuan waktu.

3. Jumlah jalur

Jumlah jalur dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan di lapangan.

Data-data yang perlu dicatat sebagai faktor koreksi adalah sebagai berikut :

1. Keadaan aktifitas sekitar persimpangan

Dari pengamatan yang penulis lakukan keadaan serta aktifitas persimpangan

tersebut sangat sibuk terutama pada saat pagi serta sore terutama yang

bertujuan berbelanja, bersekolah dan bekerja

2. Jumlah populasi penduduk kota

Jumlah populasi penduduk kota Langsa dapat diperoleh pada Badan Pusat

Statistik kota Langsa.

Penelitian ini dilaksanakan secara manual dengan menggunakan peralatan

yang terdiri dari :

1. Meteran Gulung dengan panjang 50 m, yang digunakan untuk mengukur jarak

serta panjang dan lebar simpang.

2. Stopwatch, digunakan untuk mengukur waktu perjalanan.

3. Pengamat sebanyak 6 ( enam ) orang yang bertugas untuk mencatat jumlah

kendaraan untuk masing-masing arah pergerakan kendaraaan dan pengukuran

kecepatan setempat.

4. Pulpen

15

Page 16: Proposal

5. Pensil

6. Penghapus

3.2 METODE PENGOLAHAN DATA

Pengolahan data diambil dari data primer maka dapat dihitung pengamatan

yang dilakukan pada survey penelitian ini terdiri dari kendaraan yang berbelok ke

kanan dan kiri harus berhenti atau terjadi tundaan, menghitung volume lalu lintas,

menghitung derajat kejenuhan menurut metode MKJI.

Kumpulan data-data yang telah diperoleh akan dianalisis untuk dapat

mengetahui kapasitas dan tingkat pelayanan persimpangan. Adapun hal-hal yang

perlu diperhatikan dari hasil pengolahan data volume lalulintas akan diperoleh

nilai tingkat pelayanan jalan, dan dari data kecepatan rata-rata yang akan

dibandingkan dengan kecepatan rencana jalan perkotaan sesuai dengan tipe dan

kelas jalan yang ditinjau. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dilakukan

perhitungan persimpangan tanpa lampu lalu lintas dengan memperhitungkan

konflik lalu lintas yang terjadi.

Perhitungan persimpangan tanpa lampu lalu lintas, dengan

memperhitungkan kapasitas pembagian jalur yang kemudian terukur dengan

kapasitas cadangan sehingga disini dapat dilihat tingkat pelayanan yang terjadi.

Kemudian dari hasil tingkat pelayanan yang dicapai dapat dilihat apakah tingkat

pelayanan lebih rendah atau masih dalam tingkat pelayanan yang diizinkan

(tingkat pelayanan rencana ), bila ternyata tingkat pelayanan lebih rendah, maka

timbul saran dalam melakukan suatu pengaturan terhadap arus lalulintas untuk

menghilangkan atau mengurangi konflik pada persimpangan sehingga tingkat

pelayanan dapat ditingkatkan ke arah tingkat pelayanan yang diinginkan (tingkat

pelayanan rencana) jika tidak, perlu adanya pengaturan terhadap geometrik

persimpangan.

16

Page 17: Proposal

DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Departemen Pekerjaan Umum.

Hobbs, FD, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalulintas, Edisi ke dua, penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Khisty Jotin, C., 2005, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Morlok EK, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, ahli bahasa oleh Johan K. Hainim, Erlangga, Jakarta.

Ofyar Z. Tamin, 2000,Perencana dan Permodelan Transportasi, edisi ke dua Penerbit ITB Bandung

Oglesby, N.C, 1988, Teknik Jalan Raya, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Selter. R.J, 1981, Traffic Engineering Worked Examples, University of Bradford, London

Sukirman Silvia, 1999, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova, Bandung.

Suwardjoko P. Warpani, 2002, Pengelolaan lalu-lintas dan angkutan jalan, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

17

Page 18: Proposal

Lampiran A.1 Sket Lokasi Penelitian

Sumber : Google.com

18

Jalan Syiah KualaJalan Syiah Kuala

Page 19: Proposal

Lampiran A.2 Bagan Alir Penelitian

19

Pembahasan

Kesimpulan dan saran

Analisis Data

Derajat kejenuhan Tundaan

Persiapan

Penentuan lokasi penelitian.Penentuan waktu dan jadwal penelitian.

Mulai

Selesai

Pembahasan

Data Primer :

Volume Lalu-lintas

Data Sekunder

Geometrik Simpang

Peta Kota Langsa