proposal
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Simpang jalan merupakan tempat terjadinya konflik lalu-lintas. Volume
lalulintas yang dapat ditampung jaringan jalan ditentukan oleh kapasitas simpang
pada jaringan jalan tersebut. Kinerja suatu simpang merupakan faktor utama
dalam menentuka penanganan yang paling tepat untuk mengoptimalkan fungsi
simpang. Parameter yang digunakan untuk menilai kinerja suatu simpang tak
bersinyal mencakup ; kapasitas, derajat kejenuhan, tundaan dan peluang antrian.
Dengan menurunnya kinerja simpang akan menimbulkan kerugian pada
pengguna jalan karena terjadinya penurunan kecepatan, peningkatan tundaan, dan
antrian kendaraan yang mengakibatkan naiknya biaya operasi kendaraan dan
menurunnya kualitas lingkungan. Berbeda dengan simpang bersinyal, pengemudi
di simpang tak bersinyal dalam mengambil tindakan kurang mempunyai
petunjuk yang positif, pengemudi dengan agresif memutuskan untuk menyudahi
manuver yang diperlukan ketika memasuki simpang.
Karena semakin meningkatnya jumlah kendaraan di jalan raya, akan
menimbulkan permasalahan lalu lintas yang akan mempengaruhi kualitas dari
pelayanan jalan, hal ini juga terjadi di Kota Langsa. Kondisi keramaian dan
kecelakaan (accident) tidak jarang ditemui di jalan-jalan Kota Langsa saat ini
terutama pada jam - jam sibuk/puncak lalu lintas Simpang yang dianalisa pada
penelitian ini adalah simpang tak bersinyal empat lengan Jl. Jenderal Sudirman
– Jl. Syiah Kuala Kota Langsa. Kondisi simpang tersebut menunjang terjadinya
kecelakaan lalu lintas, karena kawasan tersebut merupakan jalan menuju pusat
perekonomian, pusat perkantoran, sekolah dan rekreasi. Lokasi penelitian
dapat lihat pada lampiran gambar A.1 halaman 18.
Sebagaimana diketahui pada Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Syiah
Kuala sebagai lokasi kegiatan perbelajaan, pemukiman penduduk, dan kegiatan
lainnya. Adapun permasalahan-permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut :
1. Belum adanya lampu sinyal lalu-lintas pada persimpangan tersebut
1
2. Sering terjadinya kecelakaan, sehingga perlu adanya penelitian mengenai
kinerja simpang tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kinerja
pelayanan simpang tersebut terhadap arus lalu-lintas, apakah persimpangan
tersebut masih layak melayani beban lalu-lintas atau perlu adanya perubahan
dengan menggunakan sinyal, rambu-rambu dan sebagainya. Untuk mencapai
tujuan yang diinginkan maka penulis membuat suatu langkah kerja di lapangan
yaitu :
1. Mencatat arus kendaraan dari Jalan Jenderal Sudirman dan menuju pusat kota
Langsa.
2. Mencatat arus kendaraan dari Jalan Jendral Sudirman yang berbelok kekiri ke
arah Jalan Syiah Kuala tepatnya ke arah Gampong Tualang Tengoh Kota
Langsa.
3. Mencatat arus kendaraan dari Jalan Jenderal Sudirman yang berbelok ke
kanan ke arah Gampong Meutia dan Rekreasi Kuala Langsa.
Persimpangan yang akan ditinjau adalah pada Jalan Jenderal Sudirman
dan Jalan Syiah Kuala untuk menuju pusat Kota Langsa dimana pada
persimpangan tersebut terjadi konflik sehingga menimbulkan antrian dan
kecelakaan.
Mengingat permasalahan-permasalahan yang timbul di lapangan, maka
perlu dibuat batasan masalah penelitian yang meliputi :
1. Perkiraan kapasitas jalan terhadap kendaraan yang melakukan belok kiri dan
belok kanan.
2. Menganalisa kemacetan lalu lintas pada jam-jam sibuk, pada ruas Jalan
Jenderal Sudirman dan Jalan Syiah Kuala serta menghitung kecepatan
perjalanan kendaraan dengan standar Manual Kapasitas Jalan Indonesia.
Hasil penelitian ini adalah mengetahui apakah persimpangan tersebut
masih mampu dengan baik menampung arus lalu-lintas dan merencanakan
solusinya apabila ternyata dari hasil penelitian ini persimpangan tersebut tidak
mampu lagi menampung arus lalu-lintas sesuai dengan Manual Kapasitas Jalan
Indonesia Tahun 1997.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini akan diuraikan mengenai beberapa landasan teori dan rumus-
rumus serta beberapa peraturan yang akan digunakan dalam menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan penelitian. Berdasarkan hal tersebut akan
dipelajari analisa mengenai kinerja persimpangan 4 lengan tak bersinyal.
2.1 SIMPANG
Simpang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari jaringan jalan. Di
daerah perkotaan biasanya banyak memiliki simpang , dimana pengemudi harus
memutuskan untuk berjalan lurus atau berbelok dan pindah jalan untuk
mencapai satu tujuan. Simpang dapat didefenisikan sebagai daerah umum
dimana dua jalan atau lebih bergabung atau bersimpangan, termasuk jalan dan
fasilitas tepi jalan untuk pergerakan lalulintas di dalamnya (Khisty, 2005).
Secara umum terdapat 3 (tiga) jenis persimpangan, yaitu : simpang
sebidang, pemisah jalur jalan tanpa ramp, dan interchange (simpang susun).
Simpang sebidang (intersection at grade) adalah simpang dimana dua jalan
atau lebih bergabung, dengan tiap jalan mengarah keluar dari sebuah
simpang dan membentuk bagian darinya. Jalan-jalan ini disebut kaki
simpang/lengan simpang atau pendekat.
Dalam perancangan persimpangan sebidang, perlu mempertimbangkan
elemen dasar yaitu :
1. Faktor manusia, seperti kebiasaan mengemudi, waktu pengambilan
keputusan, dan waktu reaksi.
2. Pertimbangan lalu lintas, seperti kapasitas, pergerakan berbelok,
kecepatan kendaraan, ukuran kendaraan, dan penyebaran kendaraan.
3. Elemen fisik, seperti jarak pandang, dan fitur-fitur geometrik.
4. Faktor ekonomi, seperti konsumsi bahan bakar, nilai waktu.
3
2.2 DEFINISI DAN ISTILAH DI SIMPANG TAK BERSINYAL
Notasi, istilah dan definisi khusus untuk simpang tak bersinyal ada
beberapa istilah yang digunakan. Notasi, istilah dan defenisi dibagi menjadi 3,
yaitu : Kondisi Geometrik, Kondisi Lingkungan dan Kondisi Lalu Lintas.
Tabel 2.1. Notasi, Istilah dan Definisi pada simpang tak bersinyalNotasi Istilah Definisi
Kondisi Geometrik
Lengan Bagian simpang jalan dengan pendekat masuk atau keluar
Jalan Utama Adalah jalan yang paling penting pada simpang jalan, misalnya dalam hal klasifikasi jalan. Pada suatu simpang 3 jalan yang menerus selalu ditentukan sebagai jalan utama
A, B, C, D Pendekat Tempat masuknya kendaraan dalam suatu lengan simpang jalan. Pendekat jalan utama notasi B dan D dan jalan simpang A dan C. Dalam penulisan notasi sesuai dengan perputaran arah jarum jam.
Wx Lebar Masuk PendekatX (m)
Lebar dari bagian pendekat yang diperkeras, diukur dibagian tersempit, yang digunakan oleh lalu lintas yang bergerak. X adalah nama pendekat.
Wi Lebar PendekatSimpang Rata-Rata
Lebar efektif rata-rata dari seluruh pendekat pada simpang
WAC
WBC
Lebar Pendekat JalanRata-Rata (m)
Lebar rata-rata pendekat ke simpang dari jalan
Jumlah Lajur Jumlah lajur ditentukan dari lebar masuk jalan dari jalan tersebut
Kondisi Lingkungan
CS Ukuran KotaJumlah penduduk dalam suatu daerah perkotaan
SF Hambatan Samping Dampak terhadap kinerja lalu lintas akibat kegiatan sisi jalan .
Kondisi Lalu Lintas
PLT Rasio Belok Kiri Rasio kendaraan belok kiri PLT = QLT/Q
QTOT Arus TotalArus kendaraan bermotor total di simpang dengan menggunakan satuan veh, pcu dan AADT
PUMRasio Kendaraan TakBermotor
Rasio antara kendaraan tak bermotor dan kendaraan bermotor di simpang
QMIArus Total JalanSimpang/minor
Jumlah arus total yang masuk dari jalan simpang/minor (veh/h atau pcu/h)
QMAArus Total JalanUtama/major
Jumlah arus total yang masuk dari jalan utama/major (veh/h atau pcu/h)
Sumber : MKJI 1997
4
2. 3 LEBAR PENDEKAT JALAN RATA-RATA, JUMLAH LAJUR
DAN TIPE SIMPANG
Lebar pendekat rata-rata untuk jalan simpang dan jalan utama dapat
dihitung menggunakan rumusan sebagai berikut :
WAC = (WA + WC) / 2 dan...................................................................... (2.1)
WBD = (WB + WD) /2 ............................................................................. (2.2)
Lebar pendekat rata-rata untuk seluruh simpang adalah :
W1 = (WA + WC + WB + WD ) / Jumlah lengan simpang ...................... (2.3)
Jika a = 0, maka W1 = (WC + WB + WD ) / Jumlah lengan simpang
Jumlah lajur yang digunakan untuk keperluan perhitungan ditentukan
dari lebar rata-rata pendekat jalan untuk jalan simpang dan jalan utama sebagai
berikut :
Tabel 2.2. Lebar Pendekat dan Jumlah Lajur
Lebar pendekat jalan rata-rata,WAC, WBD (m)
Jumlah lajur (total) untuk kedua arah
WBD = (b + d/2)/2 < 5,5
≥ 5,5
WAC = (a/2 + c/2) / 2 < 5,5
≥ 5,5
2
4
2
4
Sumber : MKJI 1997
Gambar 2.1 Jumlah lajur dan lebar pendekat Rata-rata
Sumber : MKJI 1997
5
Tipe simpang/Intersection Type (IT) ditentukan banyaknya lengan
simpang dan banyaknya lajur pada jalan major dan jalan minor di simpang
tersebut dengan kode tiga angka seperti terlihat di tabel 2.3 di bawah ini.
Jumlah lengan adalah banyaknya lengan dengan lalu lintas masuk atau keluar
atau keduanya.
Tabel 2.3. Kode Tipe Simpang (IT)
Kode ITJumlah Lengan
SimpangJumlah Lajur Jalan
MinorJumlah Lajur Jalan
Major
322324342422424
33344
22422
24224
Sumber : MKJI 1997
2.4. PERALATAN PENGENDALI LALU LINTAS
Peralatan pengendali lalu lintas meliputi ; rambu, marka, penghalang
yang dapat dipindahkan, dan lampu lalu lintas. Seluruh peralatan pengendali
lalu lintas pada simpang dapat digunakan secara terpisah atau digabungkan
bila perlu. Kesemuaanya merupakan sarana utama pengaturan, peringatan, atau
pemandu lalu lintas. Fungsi peralatan pengendali lalu lintas adalah untuk
menjamin keamanan dan efisien simpang dengan cara memisahkan aliran lalu
lintas kendaraan yang saling bersinggungan. Dengan kata lain, hak prioritas
untuk memasuki dan melalui suatu simpang selama periode waktu tertentu
diberikan satu atau beberapa aliran lalu lintas.
Untuk pengandalian lalu lintas di simpang, terdapat beberapa cara utama
yaitu :
1. Rambu STOP (berhenti) atau Rambu YIELD (beri jalan/Give Way),
2. Rambu Pengendalian Kecepatan,
3. Kanalisasi di simpan (Channelization),
4. Bundaran (Roundabout),
5. Lampu Pengatur Lalu Lintas.
6
2.5. KONFLIK LALU LINTAS SIMPANG
Didalam daerah simpang, lintasan kendaraan akan berpotongan pada satu
titik- titik konflik. Konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga merupakan
lokasi potensial untuk terjadinya bersentuhan/tabrakan (kecelakaan). Arus lalu
lintas yang terkena konflik pada suatu simpang mempuyai tingkah laku yang
komplek, setiap gerakan berbelok (ke kiri atau ke kanan) ataupun lurus
masing-masing menghadapi konflik yang berbeda dan berhubungan langsung
dengan tingkah laku gerakan tersebut.
2.5.1 Jenis Pertemuan Gerakan Persimpangan
Dari berbagai bentuk, sifat dan tujuan gerakan kendaraan daerah
persimpangan, ada empat (4) jenis type dasar pergerakan lalu lintas.
2.5.1.1 Memisah ( Diverging )
Memisah (Diverging) adalah peristiwa berpencarnya pergerakan
kendaraan yang tersebut sampai pada titik persimpangan, perencanaan yang
memungkinkan gerakan memisah arus tanpa pengurangan tidak akan
menimbulkan titik konflik dan daerah potensial kecelakaan. Dengan mengunakan
aturan jalur kiri, gerakan pemisah arah kiri dihubungkan tabrakan bagian
belakang, akan tetapi hal ini biasanya lebih aman daripada gerakan pemisahan ke
arah kanan yang menimbulkan tabrakan dari samping maupun bagian belakang
kendaraan yang mengikutinya atau sisi dan depan yang diakibatkan kendaraan di
depan.
Gambar 2.2 Gerakan MemisahSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996
7
2.5.1.2 Menggabung ( Marging )
Menggabung (Marging) adalah bergabungnya kendaraan yang bergerak
dari beberapa ruas jalan ketika sampai pada titik persimpangan. Persyaratan kritis
adalah bahwa interval waktu dan jarak, diantara kedatangan kendaraan pada titik
gabung, disesuaikan dengan kecepatan sendiri dan kendaraan yang datang
berikutnya pada arus utama. Keputusan dan kondisi yang diperlukan untuk
menggabungkan dari tepi jalan akan lebih mudah dibandingkan dengan yang
dilakukan dari posisi tengah jalan.
2.5.1.3 Berpotongan ( Crossing )
Berpotongan (Crossing) adalah kendaraan yang ingin melakukan gerakan
penyilangan (pemotongan) pada suatu arus lalu lintas. Gerakan penyilangan tanpa
kontrol (yaitu bila tidak terdapat arus utama) sangat berbahaya sebab kedua
pengemudi harus membuat keputusan yang memberi hak untuk lewat terdahulu.
8
Gambar 2.4 Gerakan BerpotonganSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996
Gambar 2.3 Gerakan MenggabungSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996
2.5.1.4 Menyilang ( Weaving )
Menyilang (Weaving) adalah pengemudi atau kendaraan yang ingin
melakukan gerakan menyelip atau berpindah jalur. Gerakan menyelip pada
pertemuan jalan bersudut kecil ( ± 30 derajat ).
Gambar 2.5 Gerakan MenyilangSumber : Pusdiklat Perhubungan Darat 1996
2.5.2 Titik Konflik Pada Simpang
Didalam daerah simpang lintasan kendaraan akan berpotongan pada satu
titik- titik konflik, konflik ini akan menghambat pergerakan dan juga merupakan
lokasi potensial untuk tabrakan (kecelakaan). Jumlah potensial titik-titik konflik
pada simpang tergantung dari :
1. Jumlah kaki simpang
2. Jumlah lajur dari kaki simpang
3. Jumlah pengaturan simpang
4. Jumlah arah pergerakan
2.5.3 Daerah konflik di simpang
Daerah konflik dapat digambarkan sebagai diagram yang memperlihatkan
suatu aliran kendaraan dan manuver bergabung, menyebar, dan persilangan di
simpang dan menunjukkan jenis konflik dan potensi kecelakaan di simpang.
Suatu operasi yang paling sederhana ialah hanya melibatkan suatu
manuver penggabungan, pemisahan atau penyilangan dan memang hal ini
diinginkan sepanjang memungkinkan, untuk menghindari gerakan yang banyak
dan berkombinasi yang kesemuanya ini agar diperoleh pengoperasian yang
sederhana biasanya terdapat batas pemisah dari aliran yang paling disenangi
(prioritas) dan kemudian gerakan yang terkontrol dibuat terhadap dan dari sebuah
9
aliran sekunder. Keputusan untuk menerima atau menolak sebuah gap diserahkan
kepada pengemudi dari aliran yang bukan prioritas.
a. Simpang 3 lengan
Simpang 3 lengan memiliki titik-titik konflik sebagai berikut :
Gambar 2.6 Aliran kendaraan di simpang 3 lenganSumber : Selter, 1974
Keterangan :
= Titik konflik persilangan (3 titik)
Δ = Titik konflik penggabungan (3 titik)
= Titik konflik penyebaran (3 titik)
b. Simpang 4 lengan
Simpang 4 lengan memiliki titik-titik konflik sebagai berikut :
Gambar 2.7 Aliran kendaraan di simpang 4 lenganSumber : Selter, 1974
Keterangan :
= Titik konflik persilangan (16 titik)
Δ = Titik konflik penggabungan (8 titik)
= Titik konflik penyebaran (8 titik)
10
2.6 KINERJA LALU LINTAS
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) menyatakan ukuran
kinerja lalu lintas diantaranya adalah Level of Performace (LoP). LoP berarti
Ukuran kwantitatif yang menerangkan kondisi operasional dari fasilitas lalu lintas
seperti yang dinilai oleh pembina jalan. (Pada umumnya di nyatakan dalam
kapasitas, derajat kejenuhan, kecepatan rata-rata, waktu tempuh, tundaan, peluang
antrian, panjang antrian dan rasio kerndaraan terhenti). Ukuran-ukuran kinerja
simpang tak bersinyal berikut dapat diperkirakan untuk kondisi tertentu
sehubungan dengan geometric, lingkungan dan lalu lintas adalah :
- Kapasitas (C)
- Derajat Kejenuhan (DS)
- Tundaan (D)
- Peluang antrian (QP %)
2.6.1 Kapasitas Simpang Tak Bersinyal
MKJI (1997) mendefenisikan bahwa kapasitas adalah arus lalu
lintas makimum yang dapat dipertahankan (tetap) pada suatu bagian jalan
dalam kondisi tertentu dinyatakan dalam kendaraan/jam atau smp/jam.
Kapasitas total suatu persimpangan dapat dinyatakan sebagai hasil
perkalian antara kapasitas dasar (Co) dan faktor-faktor penyesuaian (F).
Rumusan kapasitas simpang menurut MKJI dituliskan sebagai berikut :
C = Co x FW x FM x FCS x FRSU x FLT x FRT x FMI ....................................... (2.4)
Dimana
C : kapasitas ( smp/jam )
Co : nilai kapasitas dasar ( smp/jam )
FW : faktor penyesuaian
FM : faktor penyesuaian median pada jalan mayor
FCS : faktor penyesuaian ukuran kota
FRSU : faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan dan gangguan samping
FLT : faktor penyesuaian persen ( % ) belok ke kiri
FRT : faktor penyesuaian persen ( % ) belok ke kanan
FMI : faktor penyesuaian rasio arus jalan minor.
11
2.6.2 Derajat Kejenuhan
Derajat kejenuhan untuk seluruh simpang, ( DS ), dihitung sebagai berikut
( MKJI 1997 )
DS = Qsmp/C ......................................................................................... (2.5)
Dimana :
DS : Derajat kejenuhan Qsmp : Arus total ( smp/jam )C : Kapasitas
Qsmp = arus total ( smp/jam ) dan dapat dihitung menggunakan persamaan
berikut :
Qsmp = Qkend x Fsmp ........................................................................... (2.6)
Dimana :
Qkend : Total kendaraan ( smp/jam ) Fsmp : Faktor satuan mobil penumpang ( smp/jam )
Fsmp = faktor smp dihitung sebagai berikut :
Fsmp = ( emp LV x LV% + emp HV% + emp MC x MC% ) 100......... (2.7)
Dimana :
Fsmp : faktor satuan mobil penumpang ( smp/jam )
LV : Kendaran ringan (%)
HV : Kendaraan berat (%)
MC : Sepeda motor (%)
emp : Ekivalen mobil penumpang
Emp PLV, LV % empHV, HV %, emp MC x dan MC % adalah emp dan
komposisi lalu lintas untuk kendaraan ringan, kendaraan berat dan sepeda motor,
dan C = kapasitas ( smp/jam ).
Jelasnya prosedur perhitungan kapasitas dan ukuran prilaku lalu lintas
lainnya yaitu derajat kejenuhan, tundaan ( det/smp ), peluang antrian dan konflik,
dihitung untuk kondisi geometrik.
2.6.3 Tundaan
Tundaan di persimpangan adalah total waktu hambatan rata-rata yang
dialami oleh kendaraan sewaktu melewati suatu simpang (Tamin.O.Z, 2000; hal
12
Jenis Kendaraan Notasi Nilai empKendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda MotorKendaraan Tak Bermotor
LV HV MC UM
1.01.30.5-
543). Hambatan tersebut muncul jika kendaraan berhenti karena terjadinya
antrian di simpang sampai kendaraan itu keluar dari simpang karena adanya
pengaruh kapasitas simpang yang sudah tidak memadai. Nilai tundaan
mempengaruhi nilai waktu tempuh kendaraan. Semakin tinggi nilai tundaan,
semakin tinggi pula waktu tempuh.
Tundaan rata-rata untuk seluruh simpang ( det/smp ) dan tundaan jalan
simpang dan jalan utama didapatkan dari kurva tundaan atau derajat kejenuhan
yang empiris. Tundaan rata-rata jalan simpang ditentukan berdasarkan tundaan
rata-rata seluruh simpang dan tundaan rata-rata jalan utama. Tundaan pada
simpang dapat terjadi karena dua sebab ( MKJI 1997 ) :
1. Tundaan lalulintas (DT) akibat interaksi dengan gerakan yang lain dalam
simpang.
2. Tundaan geometric (DG) akibat perlambatan percepatan kendaraan yang
terganggu dan tidak terganggu.
Tundaan lalu lintas terdiri dari : lalu lintas seluruh simpang ( DT ) : jalan
minor ( DTMI ) dan jalan utama ( DTMA ). Ketiga tundaan tersebut ditentukan dari
kurva tundaan empiris dengan derajat kejenuhan sebagai variable bebas.
2.7 SATUAN MOBIL PENUMPANG
Lalulintas terdiri dari berbagai kompisisi kendaraan, sehingga
volume lalulintas menjadi lebih praktis jika dinyatakan dalam jenis kendaraan
standar. Standar tersebut yaitu mobil penumpang sehingga dikenal dengan
satuan mobil penumpang (smp). Untuk mendapatkan volume lalulintas
dalam satuan smp, maka diperlukan factor konversi dari berbagai macam
kendaraan menjadi mobil penumpang. Faktor konversi tersebut dikenal dengan
ekivalen mobil penumpang (emp). MKJI (1997) mengklasifikasikan kendaraan
menjadi 4 (empat) golongan adalah :
Tabel 2.4. Penggolongan Jenis Kendaraan Dan Nilai Emp Untuk Persimpangan Tak Bersinyal
Sumber : MKJI (1997)
13
BAB III
METODOLOGI
Pada Bab ini menulis menjabarkan langkah-langkah mengenai metode
penelitian sehingga mendapat hasil yang sesuai diinginkan. Untuk gambaran
jalannya penelitian dapat dilihat pada bagan alir yang tersaji pada lampiran A.2
halaman 19.
3.1 PENGUMPULAN DATA
Ada beberapa persimpangan di Kota Langsa yang tidak memiliki lampu
pengaturan lalu lintas. Sehingga sering terjadi konflik antar kendaraan yang
melewati simpang tersebut. Adapun persimpangan yang akan dianalisa adalah
persimpangan Jalan Jendral Sudirman dan Jalan Syiah Kuala.
Pengkajian persimpangan Jalan Jenderal Sudirman dan Jalan Syiah Kuala
menggunakan data primer dan data sekunder sebagai berikut:
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pengamatan di
lapangan yaitu kendaraan yang berbelok ke kanan dan kiri harus serta yang lurus
berhenti atau terjadi tundaan, menghitung volume lalu lintas berdasarkan metode
MKJI, menghitung derajat kejenuhan persimpangan tersebut.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang telah jadi
yang dikumpulkan dan diolah oleh suatu badan atau instansi yang dipakai
langsung sebagai data pendukung tanpa perlu pengolahan. Seperti data jumlah
populasi penduduk Kota Langsa dapat diperoleh pada badan pusat statistik Kota
Langsa, data jumlah kendaraan dari dinas perhubungan Kota Langsa.
Metode pengumpulan data primer digunakan sistem pengamatan langsung
yang dilakukan secara manual, yang bertujuan untuk mendapatkan volume lalu
lintas yang melewati persimpangan dari segala arah serta kecepatan kendaraan
mendekati persimpangan dan juga kecepatan kendaraan pada pias jalan antara satu
persimpangan dengan persimpangan berikutnya. Pengamatan pada kedua kaki
persimpangan yang menjadi objek perencanaan objek ini, melibatkan tenaga
pengamat seluruhnya 6 orang. Lamanya waktu pengamatan dilakukan selama 3
14
hari yaitu hari senin, kamis dan sabtu pagi pada jam 07.00 – 9.00 WIB, siang
12.00 – 14.00 WIB dan sore 16.00 – 18.00 WIB dan khusus untuk hari Sabtu
penelitian ditambah untuk malam mulai pukul 20.00 – 21.00 WIB.
Data geometrik persimpangan diperoleh dengan cara melakukan
pengukuran dengan menggunakan roolmeter, data yang diperlukan adalah :
1. Panjang Simpang
Panjang simpang diperoleh dengan cara mengukur persimpangan yang
menjadi penelitian pada penulisan ini.
2. Lebar Simpang
Lebar simpang diperoleh dengan cara mengukur kedua sisi simpang dengan
menggunakan roolmeter, karena dengan memperoleh lebar simpang, maka
dapat kita menganalisis jumlah kendaraan yang pantas melewati simpang
tersebut persatuan waktu.
3. Jumlah jalur
Jumlah jalur dapat diperoleh dengan melakukan pengamatan di lapangan.
Data-data yang perlu dicatat sebagai faktor koreksi adalah sebagai berikut :
1. Keadaan aktifitas sekitar persimpangan
Dari pengamatan yang penulis lakukan keadaan serta aktifitas persimpangan
tersebut sangat sibuk terutama pada saat pagi serta sore terutama yang
bertujuan berbelanja, bersekolah dan bekerja
2. Jumlah populasi penduduk kota
Jumlah populasi penduduk kota Langsa dapat diperoleh pada Badan Pusat
Statistik kota Langsa.
Penelitian ini dilaksanakan secara manual dengan menggunakan peralatan
yang terdiri dari :
1. Meteran Gulung dengan panjang 50 m, yang digunakan untuk mengukur jarak
serta panjang dan lebar simpang.
2. Stopwatch, digunakan untuk mengukur waktu perjalanan.
3. Pengamat sebanyak 6 ( enam ) orang yang bertugas untuk mencatat jumlah
kendaraan untuk masing-masing arah pergerakan kendaraaan dan pengukuran
kecepatan setempat.
4. Pulpen
15
5. Pensil
6. Penghapus
3.2 METODE PENGOLAHAN DATA
Pengolahan data diambil dari data primer maka dapat dihitung pengamatan
yang dilakukan pada survey penelitian ini terdiri dari kendaraan yang berbelok ke
kanan dan kiri harus berhenti atau terjadi tundaan, menghitung volume lalu lintas,
menghitung derajat kejenuhan menurut metode MKJI.
Kumpulan data-data yang telah diperoleh akan dianalisis untuk dapat
mengetahui kapasitas dan tingkat pelayanan persimpangan. Adapun hal-hal yang
perlu diperhatikan dari hasil pengolahan data volume lalulintas akan diperoleh
nilai tingkat pelayanan jalan, dan dari data kecepatan rata-rata yang akan
dibandingkan dengan kecepatan rencana jalan perkotaan sesuai dengan tipe dan
kelas jalan yang ditinjau. Hasil pengolahan data tersebut kemudian dilakukan
perhitungan persimpangan tanpa lampu lalu lintas dengan memperhitungkan
konflik lalu lintas yang terjadi.
Perhitungan persimpangan tanpa lampu lalu lintas, dengan
memperhitungkan kapasitas pembagian jalur yang kemudian terukur dengan
kapasitas cadangan sehingga disini dapat dilihat tingkat pelayanan yang terjadi.
Kemudian dari hasil tingkat pelayanan yang dicapai dapat dilihat apakah tingkat
pelayanan lebih rendah atau masih dalam tingkat pelayanan yang diizinkan
(tingkat pelayanan rencana ), bila ternyata tingkat pelayanan lebih rendah, maka
timbul saran dalam melakukan suatu pengaturan terhadap arus lalulintas untuk
menghilangkan atau mengurangi konflik pada persimpangan sehingga tingkat
pelayanan dapat ditingkatkan ke arah tingkat pelayanan yang diinginkan (tingkat
pelayanan rencana) jika tidak, perlu adanya pengaturan terhadap geometrik
persimpangan.
16
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Bina Marga, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI), Departemen Pekerjaan Umum.
Hobbs, FD, 1995, Perencanaan dan Teknik Lalulintas, Edisi ke dua, penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Khisty Jotin, C., 2005, Dasar-dasar Rekayasa Transportasi, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Morlok EK, 1985, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, ahli bahasa oleh Johan K. Hainim, Erlangga, Jakarta.
Ofyar Z. Tamin, 2000,Perencana dan Permodelan Transportasi, edisi ke dua Penerbit ITB Bandung
Oglesby, N.C, 1988, Teknik Jalan Raya, Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Selter. R.J, 1981, Traffic Engineering Worked Examples, University of Bradford, London
Sukirman Silvia, 1999, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan, Penerbit Nova, Bandung.
Suwardjoko P. Warpani, 2002, Pengelolaan lalu-lintas dan angkutan jalan, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
17
Lampiran A.1 Sket Lokasi Penelitian
Sumber : Google.com
18
Jalan Syiah KualaJalan Syiah Kuala
Lampiran A.2 Bagan Alir Penelitian
19
Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Analisis Data
Derajat kejenuhan Tundaan
Persiapan
Penentuan lokasi penelitian.Penentuan waktu dan jadwal penelitian.
Mulai
Selesai
Pembahasan
Data Primer :
Volume Lalu-lintas
Data Sekunder
Geometrik Simpang
Peta Kota Langsa