regional anesthesia

Upload: radyguyton

Post on 10-Mar-2016

216 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

anestesi

TRANSCRIPT

  • Manajemen Jalan Nafas pada Tonsilektomy : Survey Nasional pada Praktek di Inggris M. B. Clarke, P. Forster and T. M. Cook Department of Anaesthesia, Royal United Hospital, Combe Park, Bath BA1 3NG, UK

  • PendahuluanPada awal tahu 1990 suatu varian Creutzfeld-Jacob disease (vCJD). Penyakit ini dikaitkan dengan bovine spongiform encephalopathy. agen infeksiusnya diketahui merupakan suatu protein prion. Miller dan kawan-kawan menemukan bahwa umumnya alat-alat anestesi yang dugunakan kembali saat didekontaminasi mengandung materi protein. vCJD ditemukan berbeda dengan CJD sporadik karena materi prion ditemukan pada jaringan limfoid dari carier asimptomatik dari penyakit tersebut, termasuk pada tonsil.

  • Respon&wujud kepedulian sifat infeksius prion, ketahanannya thdp dekontaminasi, kemungkinan adanya carier asimptomatik adanya prion pd tonsil, maka Departemen Kesehatan Inggris mengeluarkan prosedur untuk dekontaminasi peralatan bedah, dan penggunaan peralatan bedah disposable untuk tonsilektomi. Melakukan survey nasional untuk meneliti praktek terkini dalam manajemen jalan nafas untuk tonsilektomi, Dalam mengetahui pengetahuan tentang pedoman terbaru tentang vCJD.

  • Metode penelitianKuesioner akhir seluruh Tutor di universitas (n= 305) di Inggris Juli 2005 Kuesioner dikirimkan kembali kepada mereka yang belum memberikan balasan pada bulan september 2005. Data dianalisis dengan microsoft excel. Dilakukan tes (chi)2 untuk mencari perbedaan antara insiden pada praktek yang berbeda pada kelompok yang berbeda-beda pula.Menerima 216 balasan dari 305 kuesioner yang dikirimkan (71%). 33 responden menyebutkan bahwa mereka tidak menjalankan prosedur ENT di rumah sakit mereka.

  • HASILUntuk semua kelompok umur, intubasi trakeal adalah metode yang paling banyak digunakan dalam manajemen jalan nafas.* < 3 tahun 87% * 3-16 tahun 79%* Dewasa 73%Pada responden yang diintubasi:*57% Blade dilindungi lap. Disposible* 14% Melindungi tangkai laringoskop* 45% Dipakai stlh sterilisasi rutin* 38% Tidak tahu adanya rekomendasi* 55% Tidak setuju* 84% Tidak menurut aturan tersebut* 16% Responden dg kepatuhan penuh

  • HASIL (lanjt...)Sebagian besar responden meyakini bahwa risiko transfer vCJD dari alat pemeliharaan jalan nafas yang steril < 1 : 100.000. Laporan mengenai transmisi infeksi vCJD melalui penggunaan kembali alat pemeliharaan jalan nafas diperkirakan 95% dari respon. Seluruh respon tersebut masih sebanding dengan perkiraan sementara

  • PembahasanTahun 2001-2 the RcoA dan Association of Anaesthetists of Great Britain and Ireland (AAGBI) membuat laporan penggunaan alat Tonsilektomi sekali pakai dg tetap mengikuti pedoman depkes

    Dalam rangka mengikuti pedoman :1. Semua LMA yang dipakai harus dibuang, baik alat tersebut disposable ataupun alat yang bisa dipakai kembali. 2. jika digunakan intubasi trakeal, maka blade laringoskop hrs disposable/blade standarnya harus dilapisi pelindung plastik transparan yang disposable. 3. Jika baging atau stilet digunakan, harus diaposable.4. Anestetis hrs mggunakan sarung tangan disposable.

  • Pembahasan Lnjt...Dalam survey ini kami menemukan ketidaktaatan yang luas terhadap pedoman nasional.Tujuan survey ini membandingkan praktek dgn pedoman. Pedoman ini dikeluarkan saat ada spekulasi bahwa vCJD bisa menimbulkan epidemi, penggunaan alat disposable lebih banyak keuntungannya daripada kekurangannya. Saat ini estimasi prevalensi penyakit tersebut tinggi, diperkirakan risiko priom cross infection adalah antara 1-10 per 100.000 anestesi.

  • KesimpulanSurvey nasional ini ,sebagian besar anestetis (dokter anestesi) memilih untuk mengintubasi pasiennya pada segala umur dalam operasi tonsilektomi.Menggunakan LMA atau tracheal tube, Sebagian besar dokter anestesi tidak mematuhi pedoman nasional, walaupun mereka tahu dan sadar tentang pedoman tersebut. Hal ini mempunyai implikasi safety dan medico-legal

  • TERIMA KASIH