revisi draft 1
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris dengan lahan pertanian luas yang
tersebar di berbagai pelosok negeri. Oleh karena itu, Indonesia masih
merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting
dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari
banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bermata pencaharian
di sektor pertanian. Tetapi, sekarang lapangan pekerjaan di sektor pertanian
seakan-akan berkurang atau terbatas secara relatif berarti jumlah tenaga kerja
lebih banyak dari sumber daya alam dan faktor produksi lainnya. Pentingnya
sektor pertanian juga dapat dilihat dari besarnya nilai ekspor yang berasal dari
pertanian.
Ilmu ekonomi pertanian di Indonesia merupakan salah satu cabang
tertua dari ilmu ekonomi yang dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip
kelangkaan dan pilihan. Kandungan sumberdaya pada suatu wilayah menjadi
landasan pengembangan konsep keunggulan komparatif yang menjadi esensi
utama perdagangan barang dan jasa. Strategi aplikasi atau turunan konsep di
atas kemudian dikenal sebagai keunggulan kompetitif, yang berkembang
sangat pesat dalam praksis dan peradaban umat manusia dalam proses
industrialisasi dan globalisasi saat ini.
Ekonomi pertanian di Indonesia merupakan ilmu ekonomi yang
berusaha mengungkapkan masalah-masalah pembangunan pertanian di
Indonesia yang diharapkan dapat memberi alternatif baru agar pertanian di
Indonesia bisa lebih maju dan berkembang. Keadaan perekonomian
masyarakat desa yang mayoritas petani cukup menarik untuk dikaji, apalagi
dalam kondisi keterpurukan ekonomi Indonesia saat ini merupakan hal
menarik untuk mengetahui bagaimana kondisi perekonomian di desa
menjadikan pertanian sebagai sektor utama penopang kehidupan. Mahasiswa
perlu mengetahui secara langsung keadaan petani secara menyeluruh baik
dari segi ekonominya maupun dari segi kegiatan pertaniannya. Daerah-daerah
yang berada di pedesaan, pada umumnya usahatani diusahakan dengan tujuan
utama untuk memenuhi kebutuhan kehidupan (subsistensi) petani dan
keluarganya. Secara ekonomis dapat dikatakan bahwa hasilnya sebagian besar
untuk memenuhi konsumsi keluarga, dan faktor-faktor produksi atau modal
yang digunakannya sebagian besar berasal dari usahatani sendiri. Sekarang
ini karena semakin meningkatnya kebutuhan hidup para petani, maka mereka
tidak haya menggantungkan nasib di sektor pertanian saja. Para petani
sekarang banyak yang bekerja di luar sektor pertanian sebagai pekerjaan
sampingan untuk menambah pendapatan mereka.
Konsumsi dari masyarakat pedesaan baik dalam hal pangan maupun
non pangan pada umumnya tidak sebesar konsumsi penduduk kota. Banyak
yang bisa dipelajari oleh mahasiswa di pedesaan ini, sebagai contohnya
adalah sifat gotong royong yang masih melekat pada jiwa masyarakat
pedesaan. Melalui kegiatan praktikum ekonomi pertanian ini mahasiswa
diharapkan memperoleh informasi mengenai keadaan sosial ekonomi di
pedesaan, sehingga dapat memberikan kontribusinya bagi pembangunan
Indonesia khususnya di sektor pertanian agar lebih maju dan berkembang di
masa mendatang.
Upaya mendapatkan suatu pengetahuan atau informasi yang dibutuhkan
tidak hanya mengandalkan teori yang kita peroleh dalam suatu perkuliahan
tetapi informasi atau pengetahuan tersebut akan lebih kuat kebenarannya
apabila kita melakukan praktik lapangan. Oleh karena itu, maka dilaksanakan
praktikum Ekonomi Pertanian yang diadakan di Kecamatan Sidoharjo,
Kabupaten Wonogiri, atau lebih tepatnya di Desa Sembukan.
B. Perumusan Masalah
Desa Sembukan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan
Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri. Desa ini memiliki lahan pertanian yang
cukup luas. Mayoritas penduduknya bermatapencaharian sebagai petani.
Terdiri dari petani pemilik penggarap, penyakap, penyewa dan buruh tani.
Dimana dalam pengolahan lahan pertaniannya petani di Desa Sembukan juga
mempekerjakan tenaga kerja upahan. Dalam praktikum ekonomi pertanian
ini, kita akan membahas beberapa hal sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik rumah tangga Desa Sembukan, Kecamatan
Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri?
2. Bagaimana karateristik rumah tangga petani di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri?
3. Berapa besar pendapatan, konsumsi, tabungan, investasi dan strategi
bertahan hidup oleh rumah tangga petani di Desa Sembukan, Kecamatan
Sidoharjo, Kabupaten Wonogiri?
C. Tujuan Praktikum Ekonomi Pertanian
1. Mengenalkan mahasiswa kehidupan rumah tangga petani dipedesaan serta
diharapkan mahasiswa mengetahui secara nyata tentang karakteristik
rumah tangga petani di pedesaan.
2. Melatih mahasiswa menganalisis secara ekonomi mengenai pendapatan
rumah tangga petani baik dari usahatani maupun dari luar usahatani.
3. Melatih mahasiswa menganalisis konsumsi, tabungan, serta investasi oleh
rumah tangga petani.
D. Kegunaan Praktikum Ekonomi Pertanian
1. Bagi pemerintah Kabupaten Wonogiri, hasil praktikum ini diharapkan
dapat menjadi sumbangan pemikiran dari mahasiswa mengenai kondisi
dan karakteristik pedesaan serta kehidupan rumah tangga petani di
Kecamatan Nguntoronadi, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Sidoharjo,
dan Kecamatan Jatisrono.
2. Bagi Fakultas Pertanian UNS, hasil praktikum ini diharapkan dapat
mendukung kelengkapan dalam penerapan kurikulum pendidikan
pertanian.
3. Bagi mahasiswa, untuk menambah wawasan tentang ekonomi pertanian
dan sebagai persyratan dalam menempuh mata kuliah ekonomi pertanian
di semester satu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Karakteristik Pedesaan
Penduduk desa baik secara individu atau komunitas akan otomatis
terlibat dalam pengaturan kehidupan bermasyarakat di pedesaan. Kultur
masyarakat desa yang demikian menyebabkan penduduk desa dapat
mengatur sendiri pemerintahannya. Hal ini sesuai dengan karakter pedesaan
dan budaya masyarakat desa itu sendiri yang berbeda dengan perkotaan.
Kehidupan masyarakat pedesaan cenderung lebih sederhana sedangkan
kawasan perkotaan dengan segala aktivitasnya memiliki intensitas yang
tinggi (Anonima, 2007).
Hubungan daerah pedesaan dan perkotaan pada umumnya bertambah
erat dengan cepat walaupun ada desa-desa yang letaknya terpencil.
Hubungan tadi tidak semata-mata ditentukan oleh letak dan jarak, tetapi
dipengaruhi juga oleh pemenuhan kebutuhan daerah pedesaan yang
berorientasi pada kota. Hubungan-hubungan tadi tersalur melalui misalnya
perdagangan (pemasaran hasil pertanian), pendidikan, penawaran tenaga
kerja, merantau dan juga melalui media massa seperti radio transistor dan
televisi (Luthfifatah, 2008).
Masyarakat desa selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup
bermasyarakat, yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka.
Pada situasi dan kondisi tertentu, sebagian karakteristik dapat
digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di Jawa. Namun
demikian, dengan adanya perubahan sosial religius dan perkembangan era
informasi dan teknologi, terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah
“tidak berlaku” (Yudi, 2008).
Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang
didasarkan pada tinggi tempat. Untuk tanah dikategorikan sebagai lahan
dataran pantai, dataran rendah dan dataran tinggi. Pembagian klasifikasi
menurut topografi ini juga menggambarkan macam usaha pertanian yang
diusahakan oleh penduduk bertempat tinggal di sekitar lokasi itu, misalnya
di dekat pantai diusahakan usaha perikanan seperti usaha tambak ikan.
Dataran rendah mungkin dapat diklasifikasikan menjadi dataran rendah
yang beririgasi dan tidak beririgasi atau tegalan di dataran rendah
(Dumairy 2000).
Masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat dan lebih
mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga masyarakat pedesaan
lainnya. Sistem kehidupan biasanya berkelompok atas dasar sistem
kekeluargaan. Penduduk masyarakat pedesaan pada umumnya hidup dari
pertanian walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang genteng dan bata
dan lainnya. Akan tetapi, inti pekerjaan penduduk adalah pertanian
(Yuniastuti, 2001).
B. Pertanian dan Produktivitas Usahatani
Telah diketahui bersama bahwa saat ini mayoritas petani Indonesia
terkategori sebagai petani gurem dan petani buruh. Petani gurem bisa
diartikan sebagai petani yang kepemilikan lahannya kurang dari 0,5 ha.
Sedangkan petani buruh adalah orang yang berprofesi sebagai petani yang
‘nggarap’ lahan pertanian orang lain sedangkan dia sendiri tidak memiliki
lahan. Rata-rata petani Indonesia seperti itu karena pada umumnya lahan
pertanian dikuasaikalangan atas yang biasa tinggal di perkotaan
(Nurhindarno dan Casdimin, 2009).
Negara berkembang memandang pertanian sebagai isu sensitif dan
penting, sebagaimana sudah menjadi ciri sosial ekonomi masyarakatnya.
Namun negara maju yang sudah menjadi negara industri, dengan jumlah
petani dan kontribusi pertanian yang kecil, ternyata juga mati-matian
membela sektor pertaniannya. Telah dipahami, pertanian berperan besar
dalam penciptaan kesempatan kerja dalam memberi sumbangan terhadap
pendapatan nasional, sumbangan terhadap ekspor bersih dan memberi
pengaruh terhadap inflasi. Arti penting itu akan semakin nyata jika kita
mendalami ekonomi daerah-daerah kabupaten di Indonesia yang sebagian
besar masih berbasis pertanian. Pertanian juga memberi prospek baru yang
spektakuler, seperti potensi biodiesel yang diproyeksikan akan mengganti
bahan bakar minyak mobil untuk kendaraan bermotor atau potensi
biofarmaka bagi pengembangan obat-obatan, kosmetik dan suplemen
(Krisnamurthi, 2003).
Sifat khusus dari masyarakat petani adalah mempunyai hubungan
dengan tanah dengan ciri spesifik produksi pertanian berakar pada keadaan
khusus petani. Usahatani keluarga merupakan satuan dasar pemilikan,
produksi, konsumsi dan kehidupan sosial petani, kepentingan pokok
pekerjaan dalam menentukan kedudukan sosial, peranan, serta kepribadian
petani dikenal secara baik oleh masyarakat bersangkutan. Struktur sosial
desa merupakan keadaan khusus bagi daerah tertentu dan waktu tertentu;
masyarakat petani merupakan sebuah kesatuan sosial pra-industri yang
memindahkan unsur -unsur spesifik struktur sosial-ekonomi dan
kebudayaan lama ke dalam masyarakat kontemporer (Triyono et all 2002).
Produktivitas adalah ukuran yang menyatakan berapa banyak input
yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah output. Produktivitas
didefinisikan dengan rasio antara pengukuran output dengan masukan atau
input, biasanya merupakan pengukuran rata-rata yang ditunjukkan dengan
total output dibagi total input dari sumberdaya khusus. Produktivitas
mengandung pengertian sikap mental bahwa kualitas kehidupan harus lebih
baik dari sebelumnya (Otto, 2002).
Istilah produktivitas secara ekonomis menggambarkan suatu
perbandingan antara keluaran dan masukan dalam Rutkauskas dan
Paulaviciene, (2005). Selanjutnya, Olaoye (1985) mengamati bahwa
produktivitas itu sebagai suatu konsep yang dapat ditinjau dari dua dimensi,
yakni produktivitas faktor total (TFP) dan produktivitas parsial. Bentuk
hubungan pada produktivitas digambarkan sebagai hubungan antara
produksi output dan indeks dari gabungan input (khususnya tenaga kerja,
barang modal dan sumber alam) (Mohanty, 2000).
C. Pendapatan Petani Pedesaan
Masyarakat pedesaan di Indonesia bisa dikatakan sebagai masyarakat
petani, dan di dalamnya termasuk mereka yang berkecimpung di bidang
peternakan. Walaupun tel;ah teradi pergeseran-pergeseran dalam sektor
pekeraan, basis utamanya masih di dominasi oleh kegiatan pertanian.
Rendahnya pendapatan yang diterima petani pada umumnya mendiami
wilayah pedesaan, juga menjadi penyebab terjadinya ketimpangan
pendapatan antara desa dan kota dan antara kawasan barat dengan kawasan
timur Indonesia (Mubyarto,2001).
Hasil produksi pertanian sendiri masih terbatas dalam pengertian
jumlah, mutu, dan konstinuitasnya. Akibatnya pendapatan petani tetap
rendah. Masalah itu diperburuk dengan lemahnya posisi tawar petani
terhadap pedagang (tengkulak), sehingga harga jual produknya relatif
rendah karena ditentukan secara sepihak oleh para pedagang. Ironisnya
petani sulit keluar dari situasi ketergantungan terhadap tengkulak ini.
Sementara informasi pertanian yang baik dan sistem pemasaran alternatif,
yang memberikan keuntungan yang layak bagi petani, belum banyak
berkembang. Pendapatan petani yang rendah terutama disebabkan karena
hasil produksinya yang rendah pula, karena luas garapan yang sempit
dengan tingkat produktivitas yang rendah, karena hanya diusahakan dengan
teknologi sederhana memakai peralatan dan sarana produksi lain yang
sangat terbatas (Anonimb, 2008).
Pekerjaan di luar pertanian merupakan sumber tambahan pendapatan
yang cukup penting dan di sebagian besar desa-desa, pekerjaan itu
merupakan sumber yang memberikan lebih dari 50% dari total pendapatan.
Golongan petani luas yang mempunyai surplus pendapatan dari pertanian
mampu menginvestasikan surplus itu pada usaha-usaha padat modal tapi
yang memberikan pendapatan relatif besar, misalnya alat-alat pengolahan
hasil pertanian, berdagang untuk mencukupi keluarganya. Hal ini berarti
bahwa petani luaslah yang lebih punya jangkauan terhadap sumber non
pertanian, yang pada gilirannya melahirk, an proses akumulasi modal dan
investasi yang saling menunjang baik di bidang pertanian atau non pertanian
di antara golongan elit pedesaan (Hagul 2002).
Besarnya pendapatan petani sangat berhubungan erat dengan luas
usaha pertanian. Perbedaan besarnya pendapatan usahatani ini juga
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam struktur sumber daya lainnya
seperti pupuk, makanan ternak bermutu, pestisida, mesin/alat pertanian dan
penggunaan tenaga kerja. Peranan dari pendapatan usahatani sangatlah
penting terutama bagi petani kecil. Gejala pendapatan usahatani yang rendah
ini disadari oleh dua hal. Pertama adalah pendapatan absolut yang memang
rendah untuk dapat membiayai hidup. Kedua adalah tingkat penerimaan
yang rendah dari masing-masing sumber daya usahatani. Pertama adalah
soal kemiskinan pertanian dan yang kedua adalah usahatani komersial
meskipun usahatani subsisten juga sering mempunyai tingkat penerimaan
tadi lebih kecil daripada opportunity cost. Ini adalah di alam alokasi
penerimaan dari berbagai input milik sendiri, seperti tenaga kerja keluarga
tanah milik sendiri dan sebagainya. Sekitar empat perlima dari pendapatan
penduduk desa diperoleh dari kegiatan pertanian tanaman pokok yang
mereka kerjakan di lahan yang mereka miliki sementara pendapatan lainnya
berasal dari pengumpulan makanan ternak, tanaman obat, dan kayu.
Pendapatan masyarakat yang diperoleh dari pertanian lebih kurang sama
dengan jumlah yang mereka gunakan untuk keperluan hidupnya sehari-hari
(Rosyadi, 2003).
Masyarakat pedesaan di Indonesia bisa dikatakan sebagai masyarakat
petani, termasuk mereka yang berkecimpung dibidang peternakan.
Walaupun telah terjadi pergeseran-pergeseran dalam sektor pekerjaan, basis
utamanya masih didominasi oleh kegiatan pertanian. Secara umum sumber
pendapatan petani bersumber dari dua macam, yaitu dari pertanian dan non-
pertanian. Pendapatan dari pertanian terdiri dari hasil usahatani sendiri dan
dari hasil berburuh tani. Sumber pendapatan dari usahatani sendiri adalah
dari hasil pertanian yang meliputi komoditas pangan, hortikultura,
perkebunan, ternak, dan perikanan. Pendapatan hasil berburuh tani adalah
pendapatan dari luar kegiatan usahatani sendiri. Pendapatan dari luar
usahatani adalah pendapatan yang berasal dari bukan usaha pertanian
(Setyawan, 2002).
D. Konsumsi, Tabungan dan Investasi Pertanian
Konsumsi dari bahasa Belanda yaitu consumptie ialah suatu kegiatan
yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik
berupa barang maupun jasa untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
secara langsung. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau
jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri,
keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan. Jika tujuan pembelian produk tersebut untuk dijual kembali
maka dia disebut pengecer atau distributor. Konsumsi yang biasanya untuk
dimakan adalah yang merupakan hasil yang dianggap biasa oleh para petani,
sedangkan hasil yang bagus lebih untuk mereka jual dan ada juga sebagian
hasil yang mereka bagikan pada tetangga mereka sebagai bagian dari
kegiatan selamatan (Sumanto, 2004).
Konsumsi adalah suatu aktivitas memakai atau menggunakan suatu
prosuk barang atau jasa yang dihasilkan oleh para produsen. Perusahaan
atau perseorangan yang melakukan kegiatan konsumsi disebut konsumen
Penundaan konsumsi sekarang dapat diartikan sebagai investasi untuk
konsumsi di masa mendatang. Individu melakukan konsumsi dengan
memakai sumber daya yang ada untuk mendapatkan kepuasan atau utiiti
(utility). Setiap individu diasumsikan lebih menyukai konsumsi lebih
daripada konsumsi yang kurang. Asumsi ini dapat diartikan bahwa utiliti
marginal dari konsumsi adalah positif, yaitu penambahan konsumsi akan
meningkatkan utiliti (kepuasan). Asumsi yang lain adalah bahwa utiliti
marginal dari konsumsi sifatnya adalah menurun, yaitu peningkatan utiliti
untuk konsumsi yang sama akan semakin lebih kecil dari sebelumnya
(Guestav, 2008).
Pendapatan dari petani umumnya sebagai pemenuhan kebutuhan
sehari-hari baik yang mendesak maupun yang tidak mendesak. Dengan
adanya tabungan seorang petani dapat menjadikannya simpanan, jikalau
sewaktu-waktu mereka memiliki kebutuhan mendesak dan harus dipenuhi
mereka dapat mengambil uang dari tabungan tersebut. Didalam
perekonomian rumah tangga pertanian, tabungan mempunyai peran cukup
strategis sehingga preferensi menabung menjadi bagian dari perilaku
mereka. Tabungan sering digunakan sebagai “peredam” instabilitas
pengeluaran, terutama di masa paceklik. Peran tabungan yang lain adalah
sebagai cadangan modal untuk membiayai usahatani. Pada konteks
ketahanan pangan, peran sebagai stabilisator konsumsi menunjukkan
penggunaan tabungan menjadi salah satu pilihan strategi dalam menghadapi
ancaman rawan pangan (Hardono, 2003).
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah penanaman atau
pembentukan modal merupakan komponen ke dua yang menentukan tingkat
penghasilan agregat. Apabila para pengusaha menggunakan uang tersebut
untuk membeli barang-barang modal, maka pengeluaran tersebut dinamakan
investasi. Berinvestasi berarti menempatkan sejumlah dana atau barang
dalam jangka waktu tertentu, untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial,
dan atau manfaat lainnya di masa yang akan datang. Investasi dapat
dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak swasta (kelompok atau
perorangan). Baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta selalu
menekankan benefit yang akan diperoleh ketika akan menentukan investasi
yang akan dilakukan (Suryana dan Mochtar, 2006).
Bagi masyarakat modern, kata investasi tentu tidak asing lagi. Bisa
jadi setiap hari kita mendengar kata itu. Sebab semakin tinggi pendidikan
seseorang semakin tidak bersedia membiarkan asetnya menjadi tidak
berkembang dan untuk mengembangkan aset tersebutlah maka diperlukan
investasi. Bagi sebagian masyarakat lainnya, barangkali telah melakukan
investasi tetapi tidak menyadarinya, seperti para petani di pedesaan.
Sehingga investasi dapat diartikan sebagai komitmen menanamkan sejumlah
dana pada satu atau lebih asset selama beberapa periode pada masa
mendatang (Jones, 2004).
III. METODOLOGI
A. Penentuan Sampel
1. Sampel Desa
Penentuan sampel desa ditentukan secara purposive (penentuan
sampel secara sengaja dan dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu),
yaitu Kecamatan Gemolong, Sumberlawang, Miri, Kalijambe, dan
Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen. Penentuan desa juga dilakukan
dengan metode purposive yaitu sebagian besar desa berada di Kecamatan
Nguntoronadi, Kecamatan Ngadirojo, Kecamatan Sidoharjo dan
Kecamatan Jatisrono sebanyak 38 desa.
2. Sampel Responden
Penentuan responden dengan cara cluster sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel dengan cara mewawancarai rumah tangga petani
untuk setiap kebayanan. Rumah tangga petani yang dijadikan responden
terdiri dari rumah tangga petani pemilik-penyewa dan penyakap. Jumlah
petani yang diwawancarai dalam praktikum ini adalah 25 orang dan 3
tokoh masyarakat. Wawancara dilakukan dengan menggunakan lembar
kuisoner yang telah dipersiapkan.
B. Metode Pemgumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara
langsung. Wawancara tersebut dilakukan dengan responden atau petani
sampel. Wawancara tersebut meliputi hal-hal yang berkaitan dengan
ekonomi pertanian di daerah penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data pendukung yang diperoleh dari suatu
instansi terkait (misalnya Kelurahan, Dinas Pertanian, Kantor Statistik,
Kecamatan, dan lain-lain). Dengan melakukan pencatatan, yang meliputi
keadaan alam, kependudukan, keadaan pertanian, sarana dan prasarana
yang berupa monografi.
C. Metode Analisis Data
Analisis yang digunakan pada praktikum Ekonomi Pertanian ini
adalah:
1. Analisis persentase
Analisis persentase adalah analisis mengenai data yang dibagi
dalam beberapa kelompok yang dinyatakan dan diukur dalam persentase.
Dengan cara ini dapat diketahui kelompok yang paling banyak jumlahnya
yaitu ditunjukkan dengan persentase yang paling tinggi.
2. Tabulasi silang
Tabulasi silang merupakan perluasan dari analisis distribusi relatif
dengan menyajikan hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya.
Oleh karena itu, antara variabel yang satu dengan variabel yang lainnya
harus saling berhubungan.
3. Angka rata-rata
Angka rata-rata merupakan angka untuk mengetahui tafsiran secara
kasar untuk melihat gambaran dalam garis besar dari suatu karakteristik
yang ada. Angka rata-rata didapat dari perbandingan antara nilai
keseluruhan dengan banyaknya responden.
4. Analisis usahatani
Analisis usahatani merupakan data sebagian besar status petani dan
komoditi pertanian yang diusahakan.
IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Desa
1. Karakteristik Wilayah
Sebagian besar bentuk wilayah Desa Sembukan adalah datar, curah
hujan per tahun, yaitu 2.220 mm/th dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6
bulan. Adapun jarak dan lama tempuh kantor desa/kelurahan dengan pusat
administrasi lainnya antara lain :
Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat : 8 km
Jarak ke ibu kota kabupaten terdekat : 30 km
Desa Sembukan memiliki batas wilayah yaitu :
Sebelah barat : Desa Gemawang
Sebelah utara : Desa Tempursari
Sebelah timur : Desa Sempukerep
Sebelah selatan : Desa Tanjung Sari
Wilayah ini merupakan wilayah penghasil padi, dalam setiap tahunnya
terdapat tiga musim tanam padi. Jenis varietas tanaman padi yang ada di
desa Sembukan adalah IR 64 dan Serenaa. Desa ini terdiri atas 11 dusun, 9
RW, 21 RT.
2. Penduduk
a. Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
Jumlah penduduk merupakan banyaknya penduduk yang tinggal di
Desa Sembukan. Jumlah penduduk dipengaruhi oleh kematian, kelahiran,
emigrasi dan imigrasi. Berikut ini disajikan tabel jumlah penduduk dan
jumlah rumah tangga Desa Sembukan :
Tabel 4.1.2.1 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Jumlah Penduduk Jumlah KK4194 1129
Sumber : Analisis Data Sekunder
Berdasarkan Tabel 4.1.2.1 jumlah penduduk Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri sebanyak 4194 jiwa dengan
jumlah kepala rumah tangganya sebanyak 1129 Kepala Keluarga, sesuai
dengan angka yang tercantum di dalam data Data Sekunder Desa
Sembukan. Keadaan penduduk di Desa Sembukan Kecamatan Sidoarjo
termasuk padat, karena luas wilayah 1461,6378 hektar, di diami
sebanyak 1129 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak
4194 jiwa.
b. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Jumlah penduduk dapat dilihat dari jenis kelaminnya. Perbandingan
antara jumlah penduduk laki-laki dan wanita dapat dilihat dari angka sex
ratio. Berikut ini disajikan tabel jumlah penduduk Desa Sembukan
menurut jenis kelamin :
Tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Jenis kelamin Jumlah %Pria 2203 52,53Wanita 1991 47,47Jumlah 4194 100
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.1.2.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012 dapat diketahui di Desa Sembukan, penduduk perempuan lebih
banyak daripada jumlah penduduk pria. Jumlah penduduk pria adalah
2203 jiwa, sedangkan penduduk wanita adalah 1991 jiwa.Selisih antara
penduduk pria dan wanita adalah sebanyak 212 jiwa.
Dengan membandingkan jumlah penduduk pria dan wanita, maka
dapat diketahui angka sex rationya, yaitu:
SR= Jumlah penduduk laki−lakiJumlah penduduk perempuan
x 100 %
= 22031991
x 100 %
= 110,64%
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui besar sex ratio
adalah 110,64 %. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa
perbandingan antara penduduk pria lebih sedikit daripada wanita.
Perbandingan antara wanita dan pria tidak sama, maka pembagian kerja
antara pria dan wanita juga tidak sama. Meskipun pada kodratnya, pria
lebih banyak memegang peran sebagai pekerja dibanding peran wanita.
Namun di Desa Sembukan, hal tersebut tidak berlaku karena pria dan
wanita memiliki porsi yang sama dalam urusan pekerjaan.
c. Jumlah Penduduk Menurut Umur
Jumlah penduduk produktif dan non produktif selalu berubah
dikarenakan adanya kematian, merantau atau meninggalkan kampung
halaman dan menetap di desa lain, serta migrasi ke daerah lain. Tidak
semua umur merupakan usia produktif, usia produktif adalah penduduk
yang berusia 16-50 tahun. Sedangkan, penduduk yang merupakan usia
non produktif adalah berusia sekitar 0-15 tahun dan besar dari 50 tahun.
Tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Umur (Tahun) Jumlah %0-4 514 12,255-9 480 11,44
10-14 520 12,3915-19 454 10,8220-24 404 9,6325-29 320 7,6230-39 467 11,1340-49 491 11,7050-59 400 9,53
60 tahun Keatas 344 8,20
Jumlah 4194 100Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.1.2.3 Jumlah Penduduk Menurut Umur di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di
atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Sembukan yang
berada pada usia non produktif 0-14 tahun sebanyak 1514 jiwa dan usia
60 tahun keatas sebanyak 344 jiwa. Jumlah penduduk usia produktif
yaitu usia 15-59 tahun sebanyak 2336 jiwa. Dengan mengetahui jumlah
penduduk berdasarkan usia non produktif dan usia produktif maka dapat
dihitung ABT (Angka Beban Tanggungan). Angka beban tanggungan
adalah perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif
dengan jumlah penduduk yang produktif dikalikan 100. Ini berarti bahwa
setiap 100 penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah
penduduk usia nonproduktif.
ABT
= Jumlah penduduk nonproduktifJumlah penduduk produktif
x 100
= 15142336
x 100 = 64,81¿ 65
ABT didapat hasil 65, maka ABT sebesar 65 mengandung arti bahwa
setiap 100 penduduk usia produktif terdapat 65 penduduk usia non
produktif yang harus ditanggung. ABT dapat dijadikan sebagai indikator
perekonomian bagi suatu daerah. Bila ABT rendah maka kesejahteraan
penduduk lebih baik dan sebaliknya.
d. Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan
Tingkat pendidikan di daerah pedesaan, umumnya masih rendah.
Begitu juga di Desa Sembukan yang rata-rata penduduknya belum
sekolah dan hanya sedikit yang melanjutkan pendidikan sampai
perguruan tinggi. Berikut ini disajikan secara rinci tentang keadaan
penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Sembukan:
Tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Pendidikan Jumlah %1. Belum sekolah 640 24,382 SD 737 28,073 SLTP 739 28,154 SMU/SMK 419 15,965 D3 - -6 S1 90 3,427 S2 - -
Jumlah 2625 100
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel 4.1.2.4 Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan di
Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012,
diketahui bahwa jumlah penduduk Desa Sembukan yang belum sekolah
sebanyak 640 jiwa, SD sebanyak 737 jiwa, untuk SLTP adalah sebanyak
739 jiwa. Untuk SMU/SMK sebanyak 419 jiwa dan untuk S1 sebanyak
90 jiwa. Dan belum ada penduduk yang menempuh pendidikan hingga
tingkat D3 dan S2. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa akses penduduk
di Desa Sembukan terhadap pendidikan masih tergolong rendah, hal ini
tampak dari banyaknya jumlah penduduk yang belum sekolah serta
masih sedikitnya masyarakat yang menempuh jenjang pendidikan
tamatan SD sehingga program wajib belajar 9 tahun belum terlaksana
dengan baik. Karena alasan biaya dan fasilitas pendidikan di desa yang
sangat terbatas, penduduk Desa Sembukan kurang dapat menikmati
pendidikan di tingkat yang lebih tinggi, bahkan sangat sedikit yang
mampu bersekolah hingga tingkat SMU.
e. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Manusia dalam memenuhi kebutuhannya memiliki mata pencaharian
yang beragam. Rata-rata penduduk di Desa Sembukan bermata
pencaharian sebagai petani. Berikut ini disajikan secara rinci tentang
jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No Mata Pencaharian Jumlah %123456789
Petani sendiriBuruh taniBuruh BangunanPedagangPNSPengusaha KecilPengangkutanPensiunLain-lain
767605250401870156
1277
25,1619,848,21,310,592,290,490,1941,89
Total 3048 100Sumber: Data Sekunder
Berdasar tabel 4.1.2.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian
di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012 diketahui bahwa penduduk Desa Sembukan bermatapencaharian
sebagai petani berjumlah 767 orang, buruh tani 605 orang, buruh
bangunan 250 orang, pedagang berjumlah 40 orang, PNS berjumlah 18
orang, Pengusaha Kecil berjumlah 70 orang, Pengangkutan berjumlah 15
orang, pensiun 6 orang , ,dan lain-lain 1277 orang.
Hampir semua penduduk di desa ini bermatapencaharian sebagai
petani, karena hanya dengan bertanilah mereka dapat melangsungkan
hidupnya. Dalam usahataninya mereka biasanya menggarap lahan sawah
baik miliknya sendiri maupun milik orang lain, menyewa, selain itu
ditemukan pula petani penyakap yang sistem pembagian hasil panen
dengan sistem bagi hasil.
3. Kondisi Pertanian
a. Tata Guna Lahan Pertanian
Tata Guna Lahan (land use) adalah suatu upaya dalam
merencanakan penggunaan lahan dalam suatu kawasan yang meliputi
pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsi-fungsi tertentu, misalnya
fungsi pertanian. Berikut ini disajikan secara rinci tentang jumlah
penduduk menurut tata guna lahan pertanian di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.3.1 Tata Guna Lahan Pertanian Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Penggunaan Lahan Luas Lahan (Ha) %1 Sawah 161,360 6,9423456
TegalPekaranganPemukimanHutan NegaraHutan Rakyat
42,4798096,532408,266
503250
1,874,1517,5521,6310,74
Luas Seluruhnya 2325,6378 100Sumber: Data Sekunder
Tata guna lahan pertanian yang ditunjukkan pada tabel 4.1.3.1 Tata
Guna Lahan Pertanian di Desa Sembukan memperlihatkan bahwa
sebagian besar lahan di Desa Sembukan digunakan untuk lahan sawah
yaitu sebesar 123 hektar atau 6,94 % dari total keseluruhan lahan yang
ada di desa tersebut, sedangkan sisanya digunakan untuk tegal, tanah kas
desa Sembukan, Pemukiman, Pekarangan dan Hutan Negara maupun
Hutan Rakyat.
Tata guna lahan di Desa Sembukan yang digunakan sebagai tanah
garapan tanah yaitu sawah dan tegal. Masa tanam sendiri setiap tahunnya
terdiri dari tiga masa tanam. Lahan sawah, masa tanam satu, dua dan tiga
biasanya ditanami padi. Usahatani tegal di Desa Sembukan biasanya
ditanami tanaman jagung. Sedangkan usahatani pekarangan kurang
dimanfaatkan secara maksimal. Rata-rata para petani menanaminya
dengan pohon jati. Dari hasil usaha pekarangan, sekiranya mampu
menambah penghasilan penduduk di desa ini.
b. Luas Panen dan Produksi Komoditi Pertanian
Pertanian adalah proses menghasilkan bahan pangan, ternak serta
produk-produk agroindustri dengan cara memanfaatkan sumber daya
tumbuhan dan hewan. Jenis-jenis tanaman yang ditanam pun berbeda-
beda, begitu pula dengan hasil panennya. Berikut ini disajikan secara
rinci tentang jenis-jenis tanaman yang diproduksikan dan hasil
produksinya di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.3.2 Luas Panen dan Produksi Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Jenis Tanaman
Luas Panen (ha)
Produksi (ku)
Rata-rata/Ha (ku/ha)
1 Kedelai 40 40 1
Jumlah 40 40 1
Sumber: Data Sekunder
Dari data Tabel 4.1.3.2 Luas Panen dan Produksi Desa Sembukan
pada tahun 2010, diketahui bahwa di Desa Sembukan terdapat komoditas
yang ditanam di lahan pertanian warga, yaitu hanya ditanami kedelai dari
data monografi yang saya dapat, tetapi dari responden waktu disana
banyak responden yang menanam jagung, padi dan semacamnya.
Mungkin di monografi ini kurang lengkap.
c. Pola Tanam
Pola tanam diperlukan untuk mengetahui berapa jenis tanaman yang
akan ditanam dalam suatu lahan. Dengan begitu, penggunaan lahan akan
menjadi lebih efisien dan hasil yang didapat menjadi lebih baik. Berikut
ini disajikan secara rinci tentang pola tanam di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.3.3 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No Lahan Pola Tanam %1 Sawah Padi-Padi-Padi 100%
Sumber: Data Sekunder
Dari data Tabel 4.1.3.3 Pola Tanam Lahan Pertanian Desa Sembukan
di atas menunjukkan bahwa pola tanam yang dilakukan oleh warga Desa
Sembukan pada masing-masing lahan adalah pada lahan sawah yaitu
padi-padi-padi dengan persentase 100%. Hal ini manyebabkan lahan di
Desa Sembukan mengalami penjenuhan tanah karena para petani sering
menanami lahan tersebut dengan tanaman padi sepanjang musim tanam.
d. Tanaman Keras
Tanaman keras merupakan tanaman tahunan yang hidup lebih dari
dua tahun dan dapat memberi hasil berulang-ulang sesuai yang
diinginkan pemilik. Tanaman tahunan ini ada bermacam-macam jenisnya
dan juga mempunyai beberapa kegunaan dan hasil. Di bawah ini
disajikan tabel jenis tanaman keras yang ada di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.3.4 Tanaman Keras di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Jenis tanaman Luas Panen (Pohon) Produksi (Ku)
1 Kelapa (tidak ada dimonografi)
(tidak ada dimonografi)
2 Mete (tidak ada dimonografi)
(tidak ada dimonografi)
Sumber: Data Sekunder
Dari data tabel 4.1.3.4 tanaman keras pada Desa Sembukan di atas
diketahui bahwa terdapat beberapa jenis tanaman keras yang dapat
digunakan untuk menambah penghasilan yaitu dengan cara dijual.
Tanaman tersebut antara lain, Kelapa yang ditanamn sebanyak 560
pohon dan Mete 3500 pohon. Sedangkan Luas panen atau sudah
menghasilkan tidak tercantum didalam monografi hanya data yang belum
menghasilkan.
e. Peternakan
Peternakan merupakan salah satu unsur dari pertanian yang tertuju
pada pemeliharaan hewan yang diorientasikan sebagai konsumsi
manusia. Peternakan juga kerap kali diusahakan oleh manusia untuk
menunjang tingkat pendapatan dengan cara dijual. Berikut ini disajikan
tabel jenis peternakan yang ada di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.3.5 Peternakan Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Jenis Ternak Jumlah (ekor)1 Sapi 10302 Kambing 8903 Ayam Kampung 60004 Ayam Ras 120005 Itik 806 Angsa 20
Sumber: Data Sekunder
Dari tabel 4.1.3.5 peternakan Desa Sembukan pada tahun 2010
menunjukkan bahwa di desa Sembukan memiliki aset kepemilikan ternak
yang banyak antara lain sapi sebanyak 1030 ekor, kambing 890 ekor,
ayam kampung 6000 ekor, ayam ras 12000 ekor, itik 80 ekor dan Angsa
20 ekor. Pada umumnya, hasil ternak ini berorientasi untuk dijual ke
pasar. Untuk ternak sapi biasanya dijual ketika musim haji dan ada juga
yang di jual ketika ada kepentingan yang mendesak, misalnya untuk
bayaran SPP anak atau digunakan untuk kepentingan yang lainnya.
Ternak kambing biasanya dijual ketika musim haji juga, dan ketika ada
kepentingan yang mendadak, sehingga ternak kambing dan sapi adalah
untuk tabungan, sisa keuntunga dari hasil usahatani.
4. Kegiatan Sosial Ekonomi Pedesaan
a. Sarana Perekonomian
Institusi ekonomi berperan dalam melaksanakan produksi dan
distribusi barang dan jasa di dalam masyarakat. Berbagai macam bentuk
organisasi perekonomian dapat dijumpai dalam masyarakat kita. Berikut
ini disajikan secara rinci tentang kegiatan sosial ekonomi pedesaan pada
pasar, kios dan bakul keliling di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.4.1 Sarana Perekonomian Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Jenis Jumlah1 Pasar Tradisional 42 Kios/warung 213 Koperasi RT 21
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data yang kami dapat, sarana perekonomian Desa
Sembukan di atas menunjukkan ketersediaan sarana perekonomian di
Desa Sembukan cukup memadai karena sara ekonomiannya sudah cukup
lengkap. Sarana perekonomian pasar tradisonal terdapat 4 kios, sarana
perekonomian kios/warung di Desa Sembukan terdapat 21 toko dan
Koperasi RT terdapat 21 RT. Sarana Perekonomian tersebut menjadi
sarana yang penting dalam pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat yang
ada di Desa Sembukan. Selain sebagai sarana untuk pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat Desa Sembukan, sarana ini juga
dimanfaatkan sebagai pekerjaan sampingan di luar sektor pertanian.
b. Sarana Transportasi
Prasarana transportasi merupakan faktor utama dalam perkembangan
desa. Evaluasi terhadap lancarnya jalan cukup memberi gambaran
orbitasi pedesaan. Prasarana transportasi lebih khusus, universal serta
berperan penting bagi hubungan antar desa dengan kota terutama di
dalam lalu lintas ekonomi.
Tabel 4.1.4.2 Sarana Transportasi Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Jenis Jumlah1 Jalan Desa -km2 Jalan Kecamatan 8km3 Jalan Kabupaten - km4 Jembatan 1 buah
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data tabel 4.1.4.2 Sarana Transportasi Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri diketahui bahwa di desa
tersebut tidak diketahui sarana transportasi berupa panjang jalan desa,
serta jembatan sebanyak 1 buah. Jalan-jalan tersebut berada dalam
keadaan baik serta sudah di aspal.
c. Pendidikan dan Kesehatan
Pendidikan merupakan variabel input yang memiliki determinasi kuat
terhadap kualitas manusia dan penduduk. Kualitas pendidikan
menentukan derajat kehidupan seseorang. Berikut ini disajikan secara
rinci tentang sarana pendidikan di Desa Sembukan.
Tabel 4.1.4.3 Sarana Pendidikan Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No Sarana Pendidikan Jumlah1234
TKSDSMPSMA
-3--
Sumber: Data Sekunder
Tingkat pendidikan di Desa Sembukan yang masih tergolong rendah
karena program wajib belajar 9 tahun belum terlaksana dengan baik. Hal
ini dikarenakan alasan biaya dan fasilitas pendidikan di desa yang sangat
terbatas, seperti terlihat pada tabel. Sarana pendidikan SD hanya
berjumlah 3 buah, dan tidak terdapat SMP maupun SMA. Meskipun
begitu, bukan berarti warganya tidak memiliki kesadaran akan
pentingnya pendidikan karena setiap anak-anak dalam usia sekolah akan
bersekolah ke sarana pendidikan yang ada di desa bahkan pergi ke kota
terdekat.
Kesehatan masyarakat akan berpengaruh terhadap produktivitas dan
kualitas masyarakat. Karena kesehatan masyarakat yang semakin
menurun akan meningkatkan tingkat kematian. Masyarakat akan
mencapai produktivitas maksimal jika dalam keadaan sehat.
Tabel 4.1.4.4 Sarana Kesehatan Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No Sarana Kesehatan Jumlah12
PUSTUPOSYANDU
28
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan data sekunder pada tabel 4.1.4.5 Sarana Kesehatan Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kebupaten Wonogiri di atas, terlihat
bahwa sarana kesehatan yang terdapat di Desa Sembukan masih belum
sepenuhnya memadai, masyarakat Desa Sembukan kebanyakan berobat
ke PUSTU ataupun POSYANDU yang ada di desa tersebut. Karena
tempat berobat yang terjangkau di kalangan perekonomian rumah tangga
petani adalah dua sarana kesehatan tersebut. Apabila sakit yang diderita
parah, mereka membawa ke rumah sakit terdekat.
d. Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan
Sarana peribadatan merupakan faktor yang sangat penting. Ibadah
merupakan kewajiban semua umat manusia. Berbagai macam sarana
untuk beribadah dapat dijumpai di masyarakat kita. Berikut ini disajikan
tabel Sarana Peribadatan dan Sosial Kemasyarakatan di Desa Sembukan :
Tabel 4.1.4.5 Jumlah Sarana Peribadatan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Prasarana dan Sarana Jumlah1.2.3.4.5.
MasjidMusholaGerejaWiharaPura
-----
Jumlah - Sumber :Data Sekunder
Menurut Data Sekunder Desa Sembukan kecamatan Sidoarjo pada
tabel 4.1.4.5 disebutkan bahwa ada mushola ada masjid namun didalam
data yang saya miliki kurang lengkap maka pengisian data akan banyak
kekosongan.
Tabel 4.1.4.6 Jumlah Lembaga Sosial Kemasyarakatan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2010
No. Prasarana dan Sarana Jumlah1.2.3.4.5.
Organisasi PerempuanOrganisasi PemudaOrganisasi ProfesiOrganisasi BapakLKMD
----
Jumlah - Sumber : Data Sekunder
Menurut Data Sekunder Desa Sembukan pada tabel 4.1.4.6
monografi desa yang kurang lengkap menyebabkan kami tidak dapat
mengetahui lembaga sosial kemasyarakatan lain selain organisasi
perempuan dan pemuda.
Hal tersebut menunjukkan bahwa di Desa Sembukan fasilitas untuk
sosial kemasyarakatan cukup memadai sehingga masyarakat dapat
memanfaatkan organisasi-organisasi tersebut untuk memecahkan
permasalahan dalam desa.
e. Penyediaan Sarana Produksi Pertanian
Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri memiliki
penyedia sarana dan produksi pertanian. Umumnya para petani di Desa
Sembukan memperoleh sarana produksi pertanian seperti benih dan
pupuk dengan cara membeli di kios saprodi yang ada di kecamatan tetapi
ada beberapa petani yang lebih memilih untuk memproduksinya sendiri.
Sedangkan sarana untuk pengolahan lahan seperti cangkul, sabit, dan
penyemprot hama, kebanyakan para petani sudah memiliki sendiri.
B. Karakteristik Rumah Tangga di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,
Kabupaten Wonogiri
1. Identitas Responden
a. Status Rumah Tangga Petani, Jumlah Anggota Rumah Tangga Petani di
Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012
Masyarakat Desa Sembukan yang rata-rata berprofesi sebagai petani
pada umumnya telah berusia matang, yaitu di atas 30 tahun dan sudah
berkeluarga. Di bawah ini disajikan secara rinci data jumlah anggota
keluarga di Desa Sembukan:
Tabel 4.2.1.1 Jumlah Anggota Keluarga di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Keterangan Jumlah Rata-rataSuamiIstriAnak
202021
11
1,05Jumlah 61 3,05
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.1.1 Jumlah Anggota Keluarga di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di atas dapat
dilihat bahwa di Sembukan, Desa Sembukan, rata-rata jumlah anggota
setiap keluarga sebanyak 3 orang dan rata-rata memiliki 1 orang anak
setiap keluarganya. Mayoritas dari keluarga tersebut memiliki anak
yang sudah berkeluarga atau merantau sehingga rata-rata anak di
Sembukan, Desa Sembukan, tersebut hanya sedikit yaitu 1 anak.
b. Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Sembukan, Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Pada sebuah keluarga terdapat struktur dimana ada kepala keluarga
dan anggota keluarga. Peran suami yaitu mencari nafkah dan
bertanggung jawab atas keluarganya. Sedangkan peran istri yaitu
mengurus seluruh kebutuhan keluarga. Umur berpengaruh terhadap
produktivitas sebuah keluarga dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.
Tabel di bawah ini menyajikan secara rinci data Umur Suami (KK) dan
Umur Istri di KebayananSembukan, Desa Sembukan:
Tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No. Interval Umur (tahun)
Suami IstriJumlah % Jumlah %
123456
< 2021 – 3031 – 4041 – 5051 – 60
> 60
--1784
--5354020
-13763
-515353015
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.1.2 Umur Suami (KK) dan Umur Istri di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di
atas dapat dilihat bahwa umur suami pada responden paling banyak
berada pada interval umur 51-60. Hal ini ditunjukkan dengan persentase
sebesar 40 % atau sebanyak 8 orang untuk umur suami pada interval
tersebut, untuk umur istri paling banyak pada interval 41-50 sebanyak
35 % atau 7 orang. Ini menunjukkan bahwa kebanyakan responden di
Kebayanan Sembukan Desa Sembukan masih berada pada usia
produktif meskipun ada yang telah memasuki usia non produktif.
c. Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Sembukan, Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Usia dan tingkat pendidikan akan mempengaruhi sikap dan pola
pikir petani. Semakin matang usia petani maka pengalaman yang
diperoleh semakin banyak dan semakin tinggi tingkat pendidikan
petani, maka sikap dan pola pikirnya akan semakin maju.
Tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No. Tingkat Pendidikan Suami Istri Jumlah % Jumlah %
1.2.3.4.
0 – 34 – 67 – 9> 10
217-
1
1085-5
2171-
10855-
Jumlah 20 100 20 100 Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.1.3 Pendidikan Suami (KK) dan Istri di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di
atas dapat dilihat bahwa pendidikan suami yang paling banyak sampai
tingkat pada interval 4-6 tahun SD sebesar 85% sebanyak 17 orang,
sedangkan istri pada umumnya juga mengenyam pendidikan sampai
SD, yaitu sebesar 85 % sebanyak 17 orang sama seperti kebanyakan
suami.
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan suami istri di Desa
Sembukan masih sangat rendah. Umumnya disebabkan karena
rendahnya tingkat ekonomi warga yaitu masih berpenghasilan rendah.
Pengetahuan mereka tentang pentingnya pendidikan masih kurang
bahkan jika mereka mengetahui akan pentingnya pendidikan, mereka
acuh tak acuh. Difikiran mereka hanya ada bagaimana cara untuk
memenuhi kebutuhan hidup terutama kebutuhan konsumsi makanan.
d. Jenis Pekerjaan yang Menghasilkan di Desa Sembukan, Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Pekerjaan merupakan sarana masyarakat untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya. Banyak sekali pekerjaan yang dapat dilakukan
masyarakat sesuai bakat yang mereka miliki. Di bawah ini disajikan
secara rinci data jenis pekerjaan responden yang menghasilkan di Desa
Sembukan:
Tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No. Jenis Pekerjaan Jumlah 1.2.3.4.5.
UT lahan sendiriUT lahan penyewaUT lahan penyakapTernak sendiriDi luar usahatania. Buruh pabrik b. Bakul di pasarc. Bakul keliling d. Pegawai negerie. Lainnya
373---1---
21Jumlah 62
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.1.4 Jenis Pekerjaan Responden yang Menghasilkan di
Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012 di atas dapat disimpulkan bahwa suami maupun istri sebagian
besar bekerja sebagai petani. Untuk anak sebagian besar masih dalam
jenjang sekolah dan kebanyakan dari suami bekerja di lahan usahatani
sendiri walaupun hasil yang didapat terkadang belum mampu
mencukupi kebutuhan mereka.
2. Penguasaan Aset Rumah Tangga
a. Luas Pekarangan dan Luas Bangunan Responden di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Pekarangan merupakan bagian dari rumah yang biasanya
dimanfaatkan untuk menanam tananaman kebutuhan dapur.Tanaman
yang biasanya ditanam seperti ubi kayu, ubi jalar, cabai, dan lain-lain.
Di bawah ini disajikan secara rinci data luas pekarangan dan luas
bangunan responden di Desa Sembukan:
Tabel 4.2.2.1 Luas Pekarangan dan Luas Bangunan Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No. Aset Rumah Tangga Jumlah (m2) Luas Rata-rata1.2.
Pekarangan Bangunan
60105956
333,89330,89
Jumlah 11966 664,78
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.2.1 Luas Pekarangan dan Luas Bangunan Responden
di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012 di atas menunjukkan jumlah luas pekarangan yang dimiliki
responden yang ada di Desa Sembukan sejumlah 6.010 m2. Ini berarti
rata-rata penduduk di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten
Wonogiri mempunyai pekarangan seluas 333,89 m2. Jumlah luas
bangunan responden secara keseluruhan adalah 5956 m2 dengan rata-
rata 330,89 m2.
Luas bangunan penduduk Desa Sembukan sudah cukup luas
dibandingkan dengan luas bangunan penduduk di daerah perkotaan.
Bangunan mereka umumnya mereka dapat dari orang tua mereka yang
dapat kita sebut hasil warisan. Biasanya orang-orang pedesaan memang
mempunyai luas bangunan yang cukup luas disebabkan karena mereka
mempunyai banyak anak, sehingga menuntut mereka untuk membuat
bangunan yang luas. Apabila disarming bangunan rumah masih ada
tempat yang disebut dengan pekarangan maka mereka biasanya
menanami dengan tanaman-tanaman yang digunakan untuk makan
sehari-hari contohnya sayur-sayuran.
b. Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Sembukan, Kecamatan
Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Kuat atau tidaknya suatu rumah sangat dipengaruhi oleh kerangka
rumah itu sendiri.Sebuah rumah biasanya terdiri dari lantai, dinding,
kerangka dan atap rumah. Tabel di bawah ini disajikan secara rinci data
keadaan bangunan rumah responden di Desa Sembukan:
Tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No. Jenis Jumlah1.
2.
3.
4.
Kerangkaa. Kayu Jatib. Kayu tahunc. BambuDindinga. Kayu Jatib. Kayu Tahunanc. Tembokd. Bambue. Batu bataAtapa. Gentingb. AsbesLantaia. Ubin b. Tanahc. Plester
1514
104042
200
0128
Jumlah 80 Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.2.2.2 Keadaan Bangunan Rumah Responden di
Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012 di atas dapat diketahui bahwa keadaan bangunan rumah sebagian
besar adalah sebagai berikut: kerangka terbuat dari kayu jati dengan
dinding dari kayu jati dan atap rumah berupa genting. Lantainya
sebagian besar masih berupa tanah.
c. Pemilikan Elektronik, Kamar dan Mebelair di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Elektronik, kamar, dan mebelair merupakan kebutuhan sekunder
setiap orang. Elektronik berfungsi untuk memperoleh berbagai
informasi yang ada di setiap belahan dunia. Tabel di bawah ini
menyajikan secara rinci data pemilikan elektronik, kamar dan mebelair
di Desa Sembukan:
Tabel 4.2.2.3 Pemilikan Alat Elektronik, Kamar dan Mebelair Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012Jenis Jumlah Rata-rata
Radio TelevisiVCDKulkasHandphoneRuang TamuKamar TidurKursi TamuAlmari
919812021578552
0,450,950,41
1,541,052,854,252,6
Sumber : Data Primer
Menurut tabel 4.2.2.3 Pemilikan Alat Elektronik, Kamar dan
Mebelair Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,
Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di atas dapat diketahui bahwa
sebagian besar warga sudah memiliki televisi sendiri. Televisi tersebut
mereka gunakan sebagai sarana hiburan dan sumber informasi tentang
dunia luar. Kepemilikan ruang tamu dan kursi tamu untuk semua
responden sudah memiliki walaupun sebagian ada yang masih
sederhana.
d. Bahan Bakar Masak dan Penerangan Rumah Responden di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Bahan bakar masak dan penerangan rumah merupakan salah satu
kebutuhan dalam rumah tangga yang selalu harus dipenuhi. Dalam
rumah tangga sekarang ini bahan bakar yang sering digunakan adalah
gas dan penerangan yang ada biasanya dari listrik PLN. Tabel di bawah
ini menyajikan secara rinci bahan bakar masak dan penerangan rumah
responden di Desa Sembukan:
Tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar dan Penerangan Rumah di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Keterangan Penerangan Bahan BakarJumlah % Jumlah %
GasKayuMinyak tanahListrik
00020
000
100
42010
168040
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.2.4 Bahan Bakar dan Penerangan Rumah di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 di
atas dapat diketahui bahwa responden di Desa Sembukan sudah
memakai gas sebagai bahan bakar dalam rumah tangganya, hal ini
disebabkan oleh adanya bantuan dari pemerintah berupa kompor gas
dan tabung. Demikian pula dengan kepemilikan listrik, yang semua
responden telah dapat memanfaatkan aliran listrik yang telah masuk ke
Desa Sembukan.
e. Pemilikan Sumur, Kamar Mandi, WC dan kondisinya di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Kamar mandi dan WC merupakan salah satu bagian dari sebuah
rumah. Kebanyakan orang kerap kali menilai tingkat kesehatan sebuah
rumah dengan melihat kamar mandi dan WC rumah tersebut. Tabel di
bawah ini menyajikan secara rinci data Kepemilikan Kamar Mandi dan
WC diDesa Sembukan:
Tabel 4.2.2.5 Kepemilikan Kamar Mandi dan WC di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Keterangan Jumlah Kamar mandiWC
1919
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.2.5 Kepemilikan Kamar Mandi dan WC di Desa
Sembukan di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai kamar mandi dan WC sendiri di setiap rumahnya dan pada
umumnya bangunannya telah permanen.
Penduduk Desa Sembukan telah mengerti akan pentingnya
kepemilikan kamar mandi dan WC yang harus dimiliki oleh setiap
keluarga atau setiap rumah. Jika mereka belum mempunyai kamar
mandi dan WC, maka mereka akan mengganggu keluarga lain dengan
meminjam kamar mandi atau WC. Dalam keseharian mereka akan
menjadi ketimpangan dalam menjalankan kegiatan selanjutnya.
f. Pemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Responden di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Alat transportasi sangat dibutuhkan setiap orang dalam
memperlancar akses pengangkutan. Dengan adanya alat tranportasi kita
dapat pergi ke setiap tempat yang kita inginkan dengan mudah. Berikut
ini disajikan data kepemilikan alat transportasi/kendaraan responden di
Desa Sembukan:
Tabel 4.2.2.6 Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan Respondendi Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
No. Alat Transportasi Jumlah1.2.3.
SepedaSepeda MotorMobil
27140
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.2.6 Kepemilikan Alat Transportasi/Kendaraan
Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten
Wonogiri di atas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya para
responden cukup mampu karena telah memiliki alat transportasi
meskipun hanya sebatas sepeda atau sepeda motor yang sudah lebih
dari separuh warga. Dari 20 responden tidak ada yang memiliki mobil
kerana tidak memiliki cukup uang.
g. Pemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Rumah atau tanah merupakan aset bagi setiap pemiliknya, dimana
aset tersebut bisa berasal dari warisan orang tua, atau hasil jerih payah
sendiri. Aset sangat penting bagi setiap orang yang memilikinya karena
merupakan tolak ukur kekayaannya. Tabel di bawah ini menyajikan
secara rinci data kepemilikan dan asal aset rumah tangga responden di
Desa Sembukan:
Tabel 4.2.2.7 Kepemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Status Sawah Tegal PekaranganBawaan SuamiBawaan IstriGono-giniLainnya
8246
----
----
Jumlah 20 0 0 Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.2.2.7 Kepemilikan dan Asal Aset Rumah Tangga
Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten
Wonogiri Tahun 2012 di atas, diketahui bahwa sawah yang mereka
miliki sebagian besar berupa sawah yang berasal dari bawaan suami.
Umumnya sawah yang berasal dari bawaan sumi berasal pula dari orang
tua mereka. Biasanya penduduk desa mempunyai sawah yang cukup
luas, karena mereka berfikir sawah adalah aset yang paling berharga
dan dapat berguna untuk anak-anaknya kelak.
3. Akses Pendidikan dan Pelayanan Kesehatan di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri tahun 2012
Berdasarkan hasil pengamatan, secara umum penduduk di Desa
Sembukan dalam memperoleh sarana pendidikan dan pelayanan kesehatan
cukup memadai. Untuk pendidikan, telah terdapat Sekolah Dasar di Desa
Sembukan tersebut sehingga tidak perlu jauh-jauh untuk menempuh
jenjang pendidikan dasar. Untuk memperoleh pelayanan kesehatan,
sebagian besar penduduk di Desa Sembukan memanfaatkan Puskesmas
yang ada di Desa Sembukan tersebut, karena lebih murah dan dekat untuk
memeriksakan kesehatan. Bagi masyarakat yang menderita penyakit yang
serius dan harus mendapat penanganan khusus harus pergi keluar desa atau
kecamatan lain yang sarana kesehatannya lebih lengkap. Selain di
Puskesmas, di Desa Sembukan ini juga tersedia Bidan yang biayanya
dapat dijangkau oleh masyarakat di Desa Sembukan.
4. Pola Pangan Pokok dan Frekuensi Makan Keluarga di Desa Sembukan
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Wonogiri tahun 2012
Secara umum masyarakat di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,
Kabupaten Wonogiri memiliki pola pangan pokok yang selalu sama
disetiap tahunnya yaitu dengan nasi karena memang produk utama
usahatani yang dihasilkan di Desa Sembukan ini adalah padi. Untuk
frekuensi atau jumlah makan keluarga dalam sehari adalah tiga kali. Pola
pangan dengan nasi sebanyak tiga kali sehari ini sudah dilakukan sejak
mereka pertama kali diperbolehkan memakan nasi.
C. Pendapatan dan Konsumsi Rumah Tangga Petani
1. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan dari Usahatani Sendiri
a. Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis yang diukur
dengan satuan uang yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu yang diharapkan dapat
memberi manfaat bagi proses produksi yang sedang dilakukan. Di
bawah ini disajikan secara rinci data biaya dari usahatani sendiri di
Desa Sembukan :
Tabel 4.3.1.1 Biaya dari Usahatani Sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Keterangan MT I MT II MT IIIPemilik PenggarapSawahTegalPekarangan
38,269,10018,668,500
-
45,516,60018,473,500
-
32,570,1007,584,500
-
Jumlah
PenyewaSawahTegalPekarangan
56,937,600
30,155,6003,368,000
-
63,990,100
9,957,1002,833,000
-
40,154,600
7,059,1001,874,000
-
Jumlah
PenyakapSawahTegal Pekarangan
33,523,600
2,992,500330,000
-
12,790,100
---
8,933,700
---
Jumlah 3.322.500 - -
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3.1.1 Biaya dari Usahatani Sendiri di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
diperoleh jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan pada petani pemilik
penggarap, jumlah rata-rata biaya yang dikeluarkan pada MT I Rp
56.937.600, MT II Rp 850.056,00, MT III Rp 340.875,00. Penyewa
MT I sebesar Rp 4.716.000,00. Kemudian pada MT II Rp
1.716.000,00 dan pada MT III Rp 459.000,00. Sedangkan status
petani sebagai penyakap sangat jarang ditemui sehingga tidak dapat
diketahui biaya usahatani yang dikeluarkan.
Setiap masa panen tiba, petani akan mendapatkan penerimaan dari
hasil panen yang didapatkannya. Meskipun tidak semua hasil panen
dari petani dijual, namun hasil panen tersebut memiliki nilai yang
diterima petani. Berikut ini merupakan rincian penerimaan yang
diterima oleh petani dari tiga musim tanam di Desa Sembukan.
b. Penerimaan
Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang
produsen akan menghasilkan sejumlah barang atau produk. Produk
inilah yang merupakan jumlah barang yang bila dijual oleh seseorang
akan menjadikan penerimaan bagi seseorang tersebut. Jadi pengertian
penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atas
penjualan produk yang dihasilkan. Di bawah ini disajikan secara rinci
data penerimaan dari usahatani sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan
Sidoarjo :
Tabel 4.3.1.2 Penerimaan dari Usahatani Sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Keterangan MT I MT II MT IIIPemilik PenggarapSawahTegalPekarangan
114.275.00039,557,500
-
114.275.00039,557,500
-
85.043.00014,882,500
-
Jumlah
PenyewaSawahTegalPekarangan
153.832.500
59.187.5007,025,000
-
153.832.500
34.437.5004,725,000
-
99.925.500
27.387.5002,400,000
-
Jumlah
PenyakapSawahTegalPekarangan
66.212.500
6.750.0001,050,000
-
39.162.500
---
29.787.500
---
Jumlah 7.800.000 - -Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3.1.2 Penerimaan dari Usahatani Sendiri di
Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012 diperoleh jumlah rata-rata penerimaan pemilik penggarap MT I
sebesar Rp 4.468.056,00. Kemudian pada MT II Rp 3.486.111,00 dan
pada MT III Rp 1.451.667,00. Pada petani penyewa penerimaan rata-
rata yang diperoleh pada MT I danMT II besarnya sama, yaitu Rp
5.250.000,00, pada MT III sebesar Rp 1.700.000,00. Biaya terbesar
yang dikeluarkan ada pada MT I. Hal ini terjadi karena pada MT I
membutuhkan biaya untuk membeli benih, pupuk, dan pestisida yang
biasanya digunakan untuk semua masa tanam.
Dari hasil panen yang dilakukan petani, pastinya sebagian besar
hasilnya dijual meskipun tidak semuanya. Dari hasil penjualan
tersebut, petani memperoleh pendapatan yang digunakan untuk
mencukupi kebutuhan hidupnya. Berikut ini analisis data pendapatan
usahatani dari sawah sendiri di Desa Sembukan.
c. Pendapatan
Penggunaan pendapatan didasarkan pada tingkat kebutuhan,
semakin besar pendapatan seseorang maka kebutuhan tersebut ikut
bertambah, sebaliknya semakin kecil pendapatan maka kebutuhan
tersebut semakin sedikit. Di bawah ini disajikan secara rinci data
pendapatan dari usahatani sendiri di Desa Sembukan :
Tabel 4.3.1.3 Pendapatan dari Usahatani Sendiri di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Keterangan MT I MT II MT IIIPemilik PenggarapSawahTegalPekarangan
76,005,90020,889,000
-
77,138,90021,084,000
-
60,853,4007,348,000
-
Jumlah
PenyewaSawahTegalPekarangan
96.894.900
28,951,9003,657,000
98.222.900
24,980,4001,892,000
68.201.400
20,828,400526,000
Jumlah
PenyakapSawahTegalPekarangan
3,757,500720,000
--
--
Jumlah
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 4.3.1.3 Pendapatan dari Usahatani Sendiri di
Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun
2012 diperoleh jumlah rata-rata pendapatan pemilik penggarap MT I
sebesar Rp 3.539.111,00. Kemudian pada MT II Rp 2.636.056,00 dan
pada MT III Rp 1.178.967,00. Pada petani penyewa, pendapatan rata-
rata yang diperoleh pada MT I Rp 534.000,00, MT II Rp 3.534.000,00
dan pada MT III Rp 1.241.000,00.
Pendapatan ada MT I paling rendah karena ada MT I biaya
usahatani lebih besar dibandingkan biaya usahatani pada MT I dan
MT II. Disebabkan biaya sewa lahan pada petani penyewa dan
pembelian lahan pada petani pemilik/penggarap.
2. Pendapatan dari Bekerja pada Usahatani Lain
a. Biaya
Biaya adalah pengorbanan sumber daya ekonomis yang diukur
dengan satuan uang yang telah terjadi, sedang terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu yang diharapkan dapat
memberi manfaat bagi proses produksi yang sedang dilakukan. Tabel
di bawah ini menyajikan secara rinci data biaya dari usahatani lain di
Desa Sembukan :
Tabel 4.3.2.1 Biaya dari Usahatani Lain di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012
Status petani Pekarangan Ternak Lain-lainPemilik PenggarapPenyakapPenyewaJumlah Rata-rata
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.2.1 Biaya dari Usahatani Lain di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 tidak
mengeluarkan biaya dalam usaha ternak. Untuk proses
pemeliharaannya mencari dari alam atau milik sendiri. Seperti
makanan ternak yang diambil dari rumput-rumut liar dan jerami dari
output usahatani padi. Cara seperti ini akan enghemat dar usaha ternak
yang diusahakan warga.
b. Penerimaan
Kita ketahui bahwa proses produksi yang dilakukan oleh seorang
produsen akan menghasilkan sejumlah barang atau produk. Produk
inilah yang merupakan jumlah barang yang bila dijual oleh seseorang
akan menjadikan penerimaan bagi seseorang tersebut. Jadi pengertian
penerimaan adalah sejumlah uang yang diterima oleh seseorang atas
penjualan produk yang dihasilkan. Di bawah ini disajikan secara rinci
data penerimaan dari usahatani lain di Desa Sembukan :
Tabel 4.3.2.2 Penerimaan dari Usahatani Lain di Desa Sembukan,Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Status petani Pekarangan Ternak Lain-lainPemilik PenggarapPenyakapPenyewaJumlah Rata-rata
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.2.1 Penerimaan dari Usahatani Lain diperoleh bahwa
jumlah penerimaan masyarakat Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,
Kabupaten Wonogiri Tahun2012dari usaha ternak adalah Rp
22.500.000,00. Kebanyakan masyarakat di Desa Sembukan tidak
memanfaatkan pekarangan sehingga tidak diperoleh penerimaan dari
usaha pekarangan maupun lainnya. Rata-rata penerimaan yang
diperoleh dari usaha ternak per responden adalah Rp 11.250.000,00
satu tahun.
Pekarangan biasanya ditanami sayuran yang digunakan untuk
kebutuhan masak sehari-hari. Hasil outputnya tidak dijual karena
tanaman sayur yang ditanam pada pekarangan hanya sedikit, untuk
memenuhi kebutuhan angan sehari-hari belum cukup.
c. Pendapatan
Penggunaan pendapatan didasarkan pada tingkat kebutuhan,
semakin besar pendapatan seseorang maka kebutuhan tersebut ikut
bertambah, sebaliknya semakin kecil pendapatan maka kebutuhan
tersebut semakin sedikit. Tabel di bawah ini menyajikan secara rinci
data pendapatan dari usahatani lain di Desa Sembukan :
Tabel 4.3.2.3 Pendapatan dari Usahatani Lain di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012
Status petani Pekarangan Ternak Lain-lain
Pemilik PenggarapPenyakapPenyewaJumlah Rata-rata
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.2.3 Pendapatan Usahatani Lain di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 diperoleh
pendapatan dari usaha ternak adalah Rp 22.500.000,00. Rata-rata
pendapatan yang diperoleh responden adalah Rp 11.250.000,00.
Pendapatan dan penerimaan untuk usahatani lain misalnya berternak
adalah sama, karena untuk pemeliharaan usahatani lain khususnya
dibidang peternakan tidak menggunakan biaya, melainkan dengan
memanfaatkan ada yang ada di alam dan sisa-sisa output dari usahatni
padi.
3. Pendapatan dari Luar Pertanian
Setiap individu mempunyai cara yang berbeda dalam mendapatkan
pekerjaan lain di luar sektor pertanian. Pekerjaan yang berbeda itu tentu
saja mendatangkan pendapatan yang berbeda pula. Berikut ini disajikan
secara rinci tentang pendapatan dari pekerjaan di luar pertanian di Desa
Sembukan :
Tabel 4.3.3.1 Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
Keterangan PendapatanPemilik Penggarap Penyewa
SuamiIstriAnakLainJumlahRata-rata
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.3.1 Pendapatan dari Luar Pertanian di Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 diperoleh jumlah
pendapatan dari luar pertanian adalah Rp 44.650.000,00 untuk pemilik
penggarap, Rp 15.000.000,00 untuk penyewa. Rata-rata pendapatan yang
diperoleh responden dari luar pertanian untuk pemilik penggarap adalah
Rp 6.378.571,43 dan penyewa Rp 7.500.000,00 dalam satu
tahun.Pendapatan yang dihasilkan dari luar pertanian tidak sebesar
pendapatan yang mereka dapatkan dari usahatani sendiri, namun
pendapatan yang dihasilkan dari luar pertanian ini cukup membantu
ekonomi petani untuk tetap bertahan hidup tanpa menggantungkan hasil
dari luar usaha pertanian.
4. Total Pendapataan Rumah Tangga Responden
Total pendapatan merupakan jumlah dari total penerimaan dikurangi
total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Total pendapatan
rumah tangga responden berasal dari pendapatan dibidang pertanian
maupun diluar pertanian. Macam-macam pekerjaan dibidang pertanian
maupun luar pertanian telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Berikut ini
disajikan secara rinci tentang total pendapatan rumah tangga responden di
Desa Sembukan :
Tabel 4.3.4.1 Total Pendapatan Rumah Tangga Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012
Keterangan Dari Usaha TaniSawah Ternak Lain
Pemilik Penggarap
PenyewaJumlahRata-rata
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.4.1 Total Pendapatan Rumah Tangga Responden di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
diperoleh jumlah pendapatan total responden dari usahatani sawah adalah
Rp 139.455.500,00 dari usaha ternak adalah Rp 22.500.000,00. Rata-rata
pendapatan responden adalah Rp 7.747.527,77untuk usahatani sawah, Rp
11.250.000,00 untuk usaha ternak dalam satu tahun.
Besarnya pendapatan yang mampu dihasilkan oleh petani
menunjukkan bahwa petani mempunyai kemampuan dan kemauan yang
sangat besar untuk mampu mencukup kebutuhan hidup baik dari sawah,
tegal, ternak, usahatani lain hingga usaha diluar pertanian. Banyak usaha
yang dilakukan oleh responden petani untuk mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya.
5. Konsumsi Rumah Tangga Responden
Kebutuhan yang terus meningkat dan tidak terbatas dari waktu ke
waktu menuntut manusia untuk bekerja dan berusaha lebih giat untuk
memenuhi kebutuhannya agar diperoleh kehidupan yang makmur dan
sejahtera.Berikut ini disajikan secara rinci tentang total konsumsi rumah
tangga responden di Desa Sembukan :
Tabel 4.3.5.1 Konsumsi Rumah Tangga Responden di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012
Keterangan Pemilik Penggarap PenyewaKonsumsi Makanan
Konsumsi Bukan Makanan
Konsumsi Pakaian, Peruman, dll
Konsumsi Total
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.5.1 Konsumsi Rumah Tangga Responen di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012
diperoleh konsumsi total untuk pemilik penggarap adalah Rp
115.941.825,00 dan untuk penyewa adalah Rp 21.687.000,00 dalam satu
tahun. Dari data primer tersebut dapat diketahui bahwa kebutuhan
konsumsi makanan sangat tinggi dibandingkan kebutuhan yang lainnya.
6. Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi
Keseluruhan dari pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi
merupakan tolak ukur kesejahteraan sebuah keluarga. Jika pendapatan,
tabungan dan investasi tinggi sedangkan kebutuhan konsumsi sedikit maka
tingkat kesejahteraan tinggi, tetapi jika pendapatan, tabungan dan investasi
lebih rendah daripada konsumsi maka tingkat kesejahteraan rendah.
Berikut ini disajikan secara rinci tentang pendapatan, tabungan, konsumsi
dan investasi rumah tangga petani di Desa Sembukan :
Tabel 4.3.6.1 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi Rumah Tangga Petani di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012
Keterangan Pemilik Penggarap PenyewaPendapatanKonsumsiTabunganInvestasiJumlahRata-rata
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.6.1 Pendapatan, Konsumsi, Tabungan dan Investasi
Rumah Tangga Petani di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten
Wonogiri Tahun 2012 diperoleh jumlah pendapatan yang diterima adalah
Rp 369.475.000,00 untuk pemilik penggarap dan Rp 87.515.000,00 untuk
penyewa. Rata-rata pendapatan yang diperoleh per responden adalah Rp
20.526.388,88 untuk pemilik penggarap dan Rp 43.757.500,00 untuk
penyewa dalam satu tahun.
Pendapatan digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga
Des Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri. Baik konsumsi
kebutuhan makanan maupun non makanan seerti saun, detergen, dan lain
sebagainya. Dan konsumsi untuk pendidikan maupun untuk pembayaran
pajak listrik dan PDAM.
Sisa dari pendapatan yang dikurangi konsumsi yaitu tabungan.
Tabungan mereka gunakan apabila ada kebutuhan mendesak. Investasi
data berupa alat produksi untuk usahatani seperti traktor yang disewakan
dan ternak.
7. Strategi Bertahan Hidup Respoden
Tiap keluarga mempunyai strategi sendiri-sendiri untuk
mempertahankan kelangsungan hidup keluarganya. Sehingga antara
keluarga satu dengan keluarga lainnya berbeda dalam strategi bertahan
hidupnya. Berikut ini disajikan secara rinci tentang strategi bertahan hidup
rumah tangga petani di Desa Sembukan :
Tabel 4.3.7.1 Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga di Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri 2012Strategi Bertahan Hidup Jumlah %
Penyesuaian PendapatanHemat Produk/BarangTunggu KirimanHutangBatasi PendidikanManfaatkan PekaranganJumlah
Sumber : Data Primer
Dari tabel 4.3.7.1 Strategi Bertahan Hidup Rumah Tangga di Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri Tahun 2012 dapat
diperoleh bahwa strategi bertahan hidup para responden kebanyakan
memilih menyesuaikan pendapatan sebesar 24,49 %, hemat produk/barang
sebesar 14,29 %, tunggu kiriman sebesar 14,29 %, batasi pendidikan
sebesar 10,20 %, dan memanfaatkan pekarangan sebesar 16,33 %.
Sebagian besar cenderung memilih untuk menyesuaikan pengeluaran
dengan pendapatan dan lebih aktif untuk bekerja di luar sektor pertanian
agar memperoleh pendapatan yang lebih. Petani dan yang paling sedikit
dipilih untuk bertahan hidup adalah memanfaatkan bantuan pihak lain dan
berhutang juga menjadi alternatif pilihan strategi bertahan hidup bagi
keluarga baik dalam mencukupi kebutuhan pokok, pendidikan anak, dan
keperluan yang mendesak.
Untuk mempertahankan hidup rumah tangga, strategi penghematan
penggunaan barang juga perlu dilakukan untuk meminimalis daya guna
barang. Bekerja keras baik di dalam maupun di luar sektor pertanian
sebagai buruh dan merantau ke daerah lain juga dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Anak merupakan investasi keluarga,
akan tetapi karena keterpaksaan dan keadaan ekonomi yang sulit terkadang
orang tua tidak menyekolahkan anak ke jenjang yang lebih tinggi untuk
memenuhi kebutuhan lainnya yang lebih mendesak untuk
mempertahankan hidup rumah tangga. Berhutang pada saudara juga
termasuk strategi bertahan hidup masyarakat Desa Sembukan. Warga
memilih berhutang pada saudara dengan alasan karena mudah dan dapat
dikembalikan sewaktu-waktu tanpa ada tambahan bunga seperti di bank.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan pada kehidupan ekonomi
pertanian Desa Sembukan Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Wonogiri, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Karakteristik Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri
adalah sebagai berikut :
a. Topografi wilayah Desa Sembukan adalah datar, curah hujan per tahun,
yaitu 2.220 mm/th dengan jumlah bulan hujan sebanyak 6 bulan.
b. Desa Sembukan terdiri atas 3 dusun dan 13 RT. Luas wilayah sawah
sebesar 1.231.010 ha dengan seluruh pengairan irigasi teknis, luas
tegal/ladang sebesar 342.110 ha dan tanah kas desa 37.540 ha.
c. Jumlah penduduk desa sebesar 1909 jiwa yang didominasi oleh wanita
964 jiwa dan pria 945 jiwa.
d. Sebagian besar warga berpendidikan SD akan tetapi ada juga yang
melanjutkan ke SMP maupun SMA.
e. Sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani sendiri dan buruh
tani.
f. Desa Sembukan merupakan wilayah penghasil padi, dalam setiap
tahunnya terdapat dua musim tanam padi dan satu musim tanam
palawija. Jenis varietas tanaman padi yang ada di Desa Sembukan adalah
Sriputih dan 64 putih.
g. Jenis peternakan yang ada di Desa Sembukan didominasi dengan hewan
ternak jenis ayam, kambing, sapid dan kelinci.
h. Sarana perekonomian yang ada di Desa Sembukan hanyalah terdapat
enam kios/warung dan satu toko swalayan, tetapi tidak terdapat adanya
pasar desa.
i. Kebayanan Sembukan memiliki sarana kesehatan dan pendidikan.
2. Karakteristik rumah tangga petani Desa Sembukan, Kecamatan Sidoarjo,
Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut :
a. Tiap rumah tangga Desa Sembukan rata-rata memiliki 3 anggota
keluarga yang terdiri dari suami, istri dan satu orang anak.
b. Rata-rata umur suami maupun istri paling banyak berada pada interval
umur 41-50 tahun, hal ini menunjukkan bahwa mereka masih berada
pada usia produktif.
c. Tiap rumah tangga rata-rata memiliki luas pekarangan dan bangunan
masing-masing 333 m2 dan dan 330 m2.
d. Keadaan bangunan rumah sebagian besar adalah sebagai berikut:
kerangka dan dinding terbuat dari kayu jati dan atap rumah berupa
genteng, dan lantainya sebagian besar berupa tanah.
e. Sebagian besar warga Desa Sembukan menggunakan bahan bakar berupa
kayu dan gas.
f. Warga Desa Sembukan rata-rata sudah mengakses informasi dibuktikan
dengan adanya kepemilikan barang elektronik seperti TV dan Radio.
g. Warga Desa Sembukan sudah mulai menggunakan sepeda motor dalam
usaha transportasi.
3. Pendapatan, konsumsi, tabungan dan investasi rumah tangga petani Desa
Sembukan, Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri adalah sebagai
berikut :
a. Jumlah rata-rata penerimaan pemilik penggarap MT I sebesar Rp
4.468.056,00. Kemudian pada MT II Rp 3.486.111,00 dan pada MT III
Rp 1.209.722,00. Pada petani penyewa, penerimaan rata-rata yang
diperoleh pada MT I dan MT II yaitu Rp 5.250.000,00 dan MT III yaitu
Rp 1.700.000,00.
b. Pendapatan usahatani lain di Kebayanan Sembukan, Desa Sembukan,
Kecamatan Sidoarjo, Kabupaten Wonogiri diperoleh pendapatan dari
usaha ternak petani pemilik/penggarap rata-rata adalah Rp
11.250.000,00.
c. Rata-rata pendapatan yang diperoleh per responden untuk satu keluarga
dari luar pertanian untuk pemilik penggarap adalahRp 6.378.571,43 dan
penyewa Rp 7.500.000,00 dalam satu tahun.
d. Jumlah pendapatan total responden dari usahatani sawah adalah Rp
139.455.500,00, dari usaha ternak adalah Rp 22.500.000,00, dan dari
usaha lainnya adalah Rp 44.650.000,00. Rata-rata pendapatan per
responden adalah Rp 7.747.527,77 untuk usahatani sawah, untuk usaha
ternakRp 11.250.000,00.
e. Strategi bertahan hidup keluarga responden dari golongan petani yang
paling banyak adalah dengan menyesuaikan pengeluaran dengan
pendapatan dan hutang pada koperasi.
B. Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat
diberikan adalah :
1. Sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan warga Desa Sembukan baik
dibidang pendidikan maupun kesehatan, karena perhatian pemerintah di
bidang tersebut masih sangat rendah.
2. Sebaiknya pemerintah meningkatkan bantuan kepada warga yang kurang
mampu. Peningkatan kelengkapan data-data pada monografi Desa.
3. Seharusnya sarana transportasi ditingkatkan agar hasil-hasil pertanian dapat
terdistribusikan dengan baik dan akses dari rumah warga sampai kantor
pemerintahan lancar.
4. Sebaiknya penyuluhan pertanian ditingkatkan untuk meningkatkan hasil
produksi pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima 2007. Krisis Moneter Indonesia dan Ekonomi Rakyat. http//www.binadesa.or.id. Diakses tanggal 30 November 2012.
Anonimb 2008. Ekonomi Petani. http//www.google.com. Diakses tanggal 30 November 2012.
Dumairy 2000. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Fauzi, N 2003. Petani dan Penguasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Guestav 2008. Kebutuhan Konsumsi Dalam Keluarga. http//www.google.com. Diakses tanggal 30 November 2012.
Hagul, P 2002. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat. Jakarta: Rajawali Pers.
Hardono 2003. Ekonomi Rumah Tangga Petani. Yogyakarta: Aksara Offset.
Iskandar, Otto 2002. J. Etos kerja, Motivasi, dan Sikap Inovatif terhadap Produktivitas Petani Vol X(5): 17-20.
Jones 2004. Petani Pedesaan. Yogyakarta: Aksara Offset.
Krisnamurthi, Bayu 2003. Gelombang Politik Ekonomi Pertanian Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Luthfifatah 2008. Karakteristik Pedesaan. http://luthfifatah.wordpress.com. Diakses tanggal 30 November 2012.
Mohanty 2000. Peningkatan Produktivitas Lahan Sawah melalui Penerapan Pupuk Berimbang dengan Pola Integra. http://cybex.deptan.go.id. Diakses tanggal 30 November 2012.
Nurhindarno M dan Casdimin 2009. Penguatan Basis Ekonomi Pertanian untuk Program Pemberdayaan. Jakarta: Erlangga.
Prayoga, Adi 2004. Produktivitas dan Efisiensi Teknis Usahatani Padi Organik Lahan Sawah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Rosyadi 2003. Pengantar Politik Pertanian. J. Pembangunan Pedesaan Vol3(2). Purwokerto: Penerbit Lembaga Penelitian UNSOED.
Setyawan 2002. Petani Pedesaan. Yogyakarta: Aksara Offset.
Sumanto 2004. Pengertian Konsumsi. http//www.google.com. Diakses tanggal 30 November 2012.
Suryana dan Mochtar 2006. Karakteristik Masyarakat Pedesaan di SUT Jawa Timur. J. Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian V5(2): 83-96.
Triyono, Lambang dan Masikun 2002. Proses Perubahan Sosial di Desa Jawa, Teknologi, Surplus Produksi dan Pergeseran Okupasi. Jakarta: CV Rajawali.
Yuniastuti 2001. Karakteristik Desa. J. Kependudukan VolXI(4): 32-35.
Yudi 2008. Karakteristik Masyarakat Desa. http://prayudi.staff.uii.ac.id. Diakses tanggal 30 November 2012.