semiotika rumah adat lampung pepadun ...digilib.unila.ac.id/56374/3/skripsi tanpa bab...
TRANSCRIPT
SEMIOTIKA RUMAH ADAT LAMPUNG PEPADUN NUWOW SESSAT
(Struktur, Simbol dan Fungsi Rumah Adat Lampung
Pepadun Nuwow Sessat)
(Skripsi)
Oleh
DESNA ANGGRAINI
1316031015
0546021054
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU
POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
SEMIOTIKA RUMAH ADAT LAMPUNG PEPADUN NUWOW SESSAT
(Struktur, Simbol dan Fungsi Rumah Adat Lampung
Pepadun Nuwow Sessat)
Oleh
DESNA ANGGRAINI
Rumah adat merupakan warisan leluhur bangsa yang wajib untuk dilestarikan,
namun semakin pesat perkembangan zaman semakin banyak pula perubahan-
perubahan yang terjadi baik dari segi tata nilai, norma dan juga tradisi adat istiadat
nya yang mulai dipengaruhi oleh budaya asing yang masuk. Perkembangan zaman
dan kemajuan teknologi berpengaruh pada perubahan bentuk dan corak khas
rumah adat menjadi bentuk yang bergaya modern dan terhapusnya tata nilai
disetiap ornamennya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan
mengetahui makna dalam setiap struktur, simbol, dan fungsi rumah adat Lampung
Pepadun. Peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan menggunakan
metode deskriptif. Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan
(deskriptif, reduksi dan seleksi). Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data
primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara
observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Analisis data dilakukan
dengan analisa interaktif untuk mendapatkan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa makna yang terkandung dalam
setiap struktur rumah adat Lampung Pepadun secara struktur hampir sama dengan
rumah adat suku asli Sumatera lainnya. Rumah adat Lampung ini berbentuk
panggung dengan bahan utama berupa kayu atau papan. Struktur rumah panggung
pada rumah Nuwow Sessat pada masa silam ditujukan sebagai upaya untuk
menghindari serangan binatang buas bagi penghuninya. Makna yang terkandung
dalam setiap simbol rumah adat Lampung Pepadun menggunakan kayu merbow
sebagai bahan bangunannya dan memiliki lambang siger pepadun. Makna yang
terkandung dalam setiap fungsi rumah adat Lampung Pepadun, fungsi utama
fungsi rumah adat Lampung Pepadun saat ini tidak lagi menjadi ruang pertemuan
tetua adat, tetapi sebagai tempat tinggal biasa. Sebagai tempat menetap, rumah
sangat penting artinya. Namun nampaknya walaupun demikian, bentuk-bentuknya
juga dari waktu ke waktu turut mengikuti perkembangan.
Kata kunci: arsitektur, rumah adat lampung pepadun, semiotik
ABSTRACT
SEMIOTIKA RUMAH ADAT LAMPUNG PEPADUN NUWOW SESSAT
(Structur, Symbol dan Fungtion Rumah Adat Lampung
Pepadun Nuwow Sessat)
By
DESNA ANGGRAINI
Traditional houses are the ancestral heritage of the nation that is obliged to be
preserved, but the more rapid development of the times the more changes that
occur both in terms of values, norms and also their traditional traditions which are
beginning to be influenced by the incoming foreign culture. The times and
technological advancements have affected the changes in the shape and style of
traditional houses into a modern style and the eradication of the value of each
ornament. The purpose of this research is to identify and know the meaning in
each structure, symbol, and function of Lampung traditional house of Pepadun.
The researcher used a type of qualitative research using descriptive methods.
Sources of data in this study consisted of primary data and secondary data. Data
collection techniques are carried out by observation, interviews, documentation
and literature. Data analysis is done by interactive analysis to get conclusions.
Based on the results of the study it was found that the meaning contained in each
structure of the Lampung traditional house of Pepadun is structurally almost the
same as the other indigenous Sumatran traditional houses. This Lampung
traditional house is in the form of a stage with the main material in the form of
wood or boards. The structure of the stilt house at Nuwow Sessat's house in the
past was intended as an effort to avoid wild animal attacks for its inhabitants. The
meaning contained in each symbol of the Lampung traditional house Pepadun
uses merbow wood as its building material and has a siger pepadun symbol. The
meaning contained in each function of the Lampung traditional house Pepadun,
the main function of the function of the Lampung traditional house Pepadun is
now no longer a meeting room for traditional elders, but as an ordinary residence.
As a place to live, a house is very important. But it seems that even so, the forms
also from time to time follow developments.
Keywords: architecture, rumah adat lampung, semiotika
SEMIOTIKA RUMAH ADAT LAMPUNG PEPADUN NUWOW SESSAT
(Struktur, Simbol dan Fungsi Rumah Adat Lampung
Pepadun Nuwow Sessat)
Oleh
DESNA ANGGRAINI
1316031015
0546021054
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA ILMU KOMUNIKASI
Pada
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Desna Anggraini
NPM : 1316031015
Jurusan : Ilmu Komunikasi
Alamat Rumah : Tanjung Raya Permai Gg. M Yunus Blok E No 8
Tanjung Senang Bandar Lampung
No. HP/ Telp. Rumah : 081271311213/ 0721 7626166
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Semiotika Arsitektur
Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat ( Struktur, Simbol, Fungsi Rumah
Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat) adalah benar-benar hasil karya sendiri,
bukan plagiat (milik orang lain) ataupun dibuatkan oleh orang lain. Apabila di
kemudian hari hasil penelitian/ skripsi saya ada pihak-pihak yang merasa
keberatan maka saya akan bertanggung jawab sesuai peraturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dalam
tekanan pihak-pihak manapun.
Bandar Lampung 22 Januari 2019
Yang menyatakan,
Desna Anggraini
NPM. 1316031015
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Desna Anggraini. Dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 31 Desember 1995. Penulis
merupakan putri bungsu dari dua bersaudara, buah hati dari
pasanga Edi Suardi dan Nuraini.
Penulis menempuh pendidikan di taman kanak-kanak Amalia pada tahun 2001,
SD Al-Azhar 2 pada tahun 2007, SMP Al-kautsar pada tahun 2010, SMA Al-
kautsar pada tahun 2013. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politk Universitas
Lampung melalui jalur SNMPTN.
Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif sebagai anggota HMJ Ilmu Komunikasi
bidang Broadcast periode ke pengurusan 2013-2014 dan 2014-2015. Penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sendang Agung, Kecamatan
Bandar Mataram, Kabupaten Lampung Tengah pada periode bulan Juli-Agustus
2016 dan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT. Media Tama Amrita Digital
Kompas TV Lampung pada bulan Mei 2017.
MOTTO
“DREAM IT, WISH IT, DO IT ”
(Desna Anggraini)
“Tidak Ada Kesuksesan Melainkan dengan Pertolongan Allah”
(Q.S. Huud:88)
PERSEMBAHAN
Persembahan Puji Syukur Kehadirat Tuhan YME, karena atas berkat dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Untuk itu, aku persembahkan karya kecilku ini kepada:
MAMA, PAPA, Keluargaku serta orang-orang tersayang di sekelilingku
dan
Almamaterku Universitas Lampung.
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Semiotika Arsitektur
Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat ( Struktur, Simbol, Fungsi Rumah
Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat)”, sebagai salah satu persyaratan untuk
meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
kata sempurna dan tidak terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Namun
penulis berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini dengan
kemampuan dan pengetahuan penulis miliki, serta berkat bantuan dari berbagi
pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dan dalam kesempatan ini, penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Allah SWT, atas segala berkat, rahmat dan hidayah-Nya. Terima kasih atas
segala petunjuk dan kemudahan yang Engkau berikan selama melaksanakan
penelitian ini.
2. Bpk. Dr. Syarief Makhya selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.
3. Ibu Dhanik S. S.Sos, M.Comn and MediaSt, selaku Ketua Jurusan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Ibu Wulan Suciska, S.I.Kom, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
5. Ibu Dr. Nina Yudha Aryanti, S.Sos., M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang telah meluangkan banyak waktu untuk membimbing dan memberikan
penulis banyak ilmu dan pengetahuan baru yang bermanfaat dalam
menyelesaikan penelitian ini. Terima kasih atas segala kebaikan dan
bimbingannya.
6. Bapak Kelik Hendro Basuki, S.T., M.T bapak selaku Dosen Penguji Skripsi
yang telah banyak membantu penelitian ini dalam memberikan saran dan
arahannya.
7. Terima kasih kepada Bapak Amrin Ayub selaku ketua adat Lampung
Pepadun di Kecamatan Rajabasa yang telah banyak membantu dan
memberikan informasi atas keperluan penelitian ini.
8. Kedua Orang Tuaku tercinta. Mamaku tersayang terima kasih untuk segala
doa yang tiada henti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. papaku
tersayang terima kasih untuk pengorbanan yang diberikan tiada akhir untuk
adek. Uniku tersayang terima kasih untuk selalu memberikan semangat dan
nasihat selama mengerjakan skripsi ini. kak pahmi terimakasih atas arahan
yang telah di berikan untuk terus maju.
9. Terimakasih kekasih tersayang, yang selalu mendengarkan keluh kesah dan
setia menemani dalam segala hal dan memberikan semangat selama
mengerjakan penelitian ini. Semangat juga untuk kamu semoga cepat
menyusul untuk menyelesaikan skripsi nya, Prayogi Ariesandy.
10. Sahabatku tersayang, Ajeng, Egi, Gustin, Nes, Eno, Adys, Ciw, Uli, Pegong,
Gatri, Bela dan Ika untuk semangat dan waktu yang diberikan untuk berbagi
cerita dan gosip terbaru semoga tiada dusta diantara kita. Para lelaki tampan
Febri, Nay, Ayasi, Gaza, Arwi dan Sonice yang selalu ada dan menemani
disaat senang dan sedih selama ini.
11. Teman-teman kampus geng pance yang bersama sejak masuk kuliah di
Jurusan Ilmu Komunikasi Fina, Dede, Mona, Anang, Kevin, Kakek, Agus,
Dika, Daros, Ladi semoga yang belum selesai cepat menyelesaikan dan yang
sudah selesai dalam kuliah semoga mendapatkan pekerjaan yang di cita-
citakan.
12. Almamaterku tercinta Universitas Lampung terima kasih untuk segala
pembelajaran berharga di bangku perkuliahan yang telah membuatku menjadi
lebih baik dan bermanfaat.
Akhir kata penulis berharap semoga penelitian ini bisa bermanfaat dan
memberikan peluasan ilmu bagi semua pihak yang telah membantu. Terima kasih
banyak untuk segala bentuk doa dan dukungan yang kalian berikan, semoga Allah
SWT yang maha pengasih dan penyayang membalas semua kebaikan kalian.
Bandar Lampung, 15 Januari 2019
Penulis,
Desna Anggraini
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI .................................................................................................. i
DAFTAR TABEL ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................... 7
2.2 Tinjauan Tentang Kebudayaan ................................................... 11
2.3 Tinjauan Tentang Rumah Adat Nuwow Sessat Lampung
Pepadun ....................................................................................... 13
2.4 Semiotika .................................................................................... 17
2.5 Teori Charles Jencks ................................................................... 18
2.6 Kerangka Pikir ............................................................................ 23
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian ........................................................................... 24
3.2 Definisi Konsep .......................................................................... 25
3.3 Fokus Penelitian ......................................................................... 27
3.4 Sumber Data ............................................................................... 27
3.5 Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 28
3.6 Teknik Analisis Data .................................................................. 29
3.7 Teknik Keabsahan Data ............................................................ 31
3.8 Kredibilitas Penelitian ................................................................ 35
BAB IV GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Masyarakat Adat Lampung Pepadun ............... 36
4.2 Gambaran Umum Rumah Adat Nuwow Sessat ........................... 37
4.3 Gambaran Umum Tentang Rumah Panggung di
Bandar Lampung ......................................................................... 38
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................... 46
5.2 Hasil Observasi ........................................................................... 46
5.2.1 Struktur Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat .. 47
5.2.2 Fungsi Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat .... 50
5.2.3 Simbol Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat ... 60
5.3 Hasil Wawancara ......................................................................... 65
5.4 Pembahasan .................................................................................. 69
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 74
6.2 Saran ........................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Penelitian Terdahulu .......................................................................... 9
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir .......................................................................................... 23
2. Lamban Dalom di Negeri Olok Gading - Teluk Betung -
Marga Balak Lampung Pesisir .................................................................. 39
3. Jajar Intan – Kedamaian ............................................................................ 39
4. Lamban Sai Ragah - Kedamaian yang telah mendapatkan sentuhan lebih
modern ...................................................................................................... 40
5. Sesaat Agung perwatin Anek Jagabayo di Jakagaya ................................ 40
6. Salah satu rumah Panggung khas Lampung di kawasan jagabaya I ......... 41
7. Salah satu rumah Panggung - rumah warga di jalan Indera bangsawan-
Rajabasa .................................................................................................... 41
8. Lamban pesagi di depan halaman Museum Lampung .............................. 42
9. Walai / Lumbung Pagi .............................................................................. 42
10. Kedatoen keagoengan ............................................................................... 43
11. Rujukh Balakh .......................................................................................... 43
12. Tiuh Kedaton ............................................................................................ 44
13. Kawasan di Tiuh Kedaton ......................................................................... 44
14. Sesaat Agung Labuhan Ratu - yang lebih modern .................................... 45
15. Desain Nuwow Sessat tampak samping kiri ............................................. 48
16. Denah Lantai Utama ................................................................................. 51
17. Jan ............................................................................................................ 52
18. Tepas ......................................................................................................... 52
19. Lapang Lom .............................................................................................. 53
20. Ruang Agung ............................................................................................ 54
21. Bilik Kebik ................................................................................................ 55
22. Dapokh ...................................................................................................... 56
23. Denah Atap ............................................................................................... 57
24. Tampak Depan .......................................................................................... 57
25. Tampak Samping Kanan ........................................................................... 58
26. Tampak Samping Kiri ............................................................................... 58
27. Denah Lantai Dasar ................................................................................... 59
28. Rumah Adat Lampung Nuwow Sessat Kecamatan Rajabasa.................... 59
29. Kayu Merbau ............................................................................................ 60
30. Andang-Andang ........................................................................................ 61
31. Simbol Kebersamaan ................................................................................ 61
32. Simbol Mahkota ........................................................................................ 62
33. Simbol Daun buluh ................................................................................... 63
34. Simbol Cermin .......................................................................................... 63
35. Simbol Lukisan ......................................................................................... 64
36. Simbol Tengkorak Kerbau ........................................................................ 64
37. Simbol Senjata/ Payan .............................................................................. 65
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Provinsi Lampung merupakan salah satu lokasi transmigrasi, dimana berdasarkan
data saat ini suku mayoritas di Provinsi Lampung adalah Suku Jawa. Suku asli
Lampung sendiri yaitu Suku Lampung tidak lebih dari 12% dari total keseluruhan
penduduk Lampung. Suku Lampung atau biasa disebut dengan ulun lampung atau
orang Lampung berasal dari wilayah Belalau, Lampung Utara. Suku Lampung
sendiri tinggal di Rumah Adat Lampung yang disebut dengan Rumah Adat Nuwow
Sessat (Djausal, 2002:45).
Salah satu karakteristik adat budaya Lampung yang khas dapat dilihat dari bentuk
arsitektur rumah adatnya. Rumah adat adalah Lambang dari perwujudan sistem
budaya pada masyarakat yang memilki arsitektur pada tata cara, prilaku dan tata
nilai kehidupan sosial. Rumah adat Lampung memiliki ragam hias pada elemen-
elemen rumah seperti ornamentasi dan tata ruang adat yang memiliki arti penting
dalam kehidupan masyarakat Lampung, sebagai wujud dari sebuah identitas atau
ciri dari kebudayaan Lampung. Rumah adat Lampung dibedakan menjadi dua
yaitu nuwow balak dan nuwow sessat, nuwow balak adalah rumah tempat tinggal
bagi para kepala adat (penyimbang adat) dan nuwow sessat merupakan tempat
2
pertemuan adat tempat para perwatin (penyimbang) mengadakan pepung adat
(musyawarah).
Rumah adat merupakan warisan leluhur bangsa yang wajib untuk dilestarikan,
namun semakin pesat perkembangan zaman semakin banyak pula perubahan-
perubahan yang terjadi baik dari segi tata nilai, norma dan juga tradisi adat
istiadatnya yang mulai dipengaruhi oleh budaya asing yang masuk. Perkembangan
zaman dan kemajuan teknologi berpengaruh pada perubahan bentuk dan corak
khas rumah adat menjadi bentuk yang bergaya modern dan terhapusnya tata nilai
disetiap ornamennya.
Bagi masyarakat Pepadun, rumah Adat Nuwow Sessat. Nuwow berasal dari bahasa
Lampung yang berarti tempat ibadah seperti Masjid, Musholla, Surau, Rang Ngaji
atau Pok Ngajei. Persamaan kata Nuwow adalah Lamban, Lambahana yang berarti
tempat tinggal. Sedangkan Sessat atau juga disebut Bantaiana adalah bangunan
tempat bermusyawarah dan penyimpanan bahan makanan. Dengan demikian
Nuwow Sessat dapat diartikan sebagai tempat berkumpul untuk bermusyawarah.
Dalam perkembangan selanjutnya, Nuwow Sessat disebut juga Sessat Balai
Agung, yang juga digunakan sebagai tempat pertemuan adat sekaligus tempat
pelaksanaan upacara-upacara adat. Namun saat ini, lebih banyak digunakan
sebagai tempat tinggal seperti pada umumnya.
Sebagaimana diketahui bahwa rumah adat Lampung tidak hanya sekedar berfungsi
sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai tempat membangun kebersamaan
antar keluarga dan kerabat dekat. Menurut Djausal (2002:45) dalam masyarakat
tradisional Lampung, memiliki atau membangun rumah merupakan bagian yang
3
penting dalam kehidupan seseorang. Jika transformasi bentuk atau model rumah
modern menghapuskan tata nilai rumah adatnya, maka adat dan tradisi yang
terdapat pada rumah masyarakat adat Lampung akan hilang dan tidak dapat
diwariskan kepada generasi penerus bangsa selanjutnya.
Menurut Pradya (2015:21) konstruksi rumah Adat Lampung Nuwow Sessat
berbentuk rumah panggung dengan kayu sebagai bahan bangunan utamanya.
Rumah ini disangga dengan tiang-tiang penopang yang didirikan diatas pondasi
hingga lantai rumah.
Salah satu karateristik adat budaya Lampung yang khas dapat dilihat dari bentuk
arsitektur rumah adatnya. Rumah adat merupakan Lambang dari perwujudan
sistem budaya pada masyarakat yang memiliki arsitektur pada tata cara, perilaku
dan tata nilai kehidupan sosial. Rumah adat Lampung memiliki ragam hias pada
elemen-elemen rumah seperti struktur, simbol dan fungsi dan tata ruang adat yang
memiliki arti penting dalam kehidupan masyarakat Lampung, sebagai wujud dari
sebuah identitas atau ciri dari kebudayaan Lampung.
Bentuk bangunan Nuwow Sessat berdasarkan keasliannya mempunyai ciri ciri
fisik berbentuk panggung bertiang yang bahan bangunannya sebagian besar
terbuat dari kayu. Pada sisi bangunan tertentu ada yang memiliki struktur, simbol
dan fungsi seperti payung, tiang, dan anak tangga berbentuk khas yang
mempunyai arti tersendiri. Umumnya sessat ini berupa rumah besar. Namun saat
ini, rumah rumah adat (sessat) di kampung-kampung penduduk asli Lampung
Pepadun sebagian besar dibangun tidak bertiang atau depok (berlantai ditanah).
Sedangkan fungsinya tetap sama. Secara umum bentuk bangunan tempat tinggal
4
dilingkungan masyarakat pribumi Lampung boleh dibilang cukup beraneka
ragam. Keanekaragaman ini sesuai dengan pola serta seni pertukaran yang ada.
Kenyataan itu dapat dilihat dari keragaman bentuk rumah (Nuwow) yang didirikan
oleh warga setempat sebagai tempat tinggal, mengembangkan berkeluarga dan
sebagainya (Pradya, 2015: 25).
Di dalam simbol terdapat komunikasi, khususnya pada simbol rumah adat
Lampung Pepadun. Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan atau
simbol-simbol yang mengandung arti dari komunikator kepada komunikan
dengan tujuan tertentu serta dalam sebuah pewarisan nilai budaya yang harus
dilestarikan keberadaannya dan simbol sebagai sebuah komunikasi yang bersifat
simbolis yaitu nonverbal yang dalam penggunaannya lambang nonverbal ini
dimaksudkan untuk memperkuat makna pesan yang disampaikan. Demikian
halnya pada rumah adat Lampung Pepadun yang menggunakan berbagai simbol
untuk menyampaikan pesan secara nonverbal dan bagaimana sebuah peristiwa
komunikasi dapat menjadi sebuah pesan, melalui simbol-simbol simbol rumah
adat Lampung Pepadun sebagai pewarisan ke generasi berikutnya agar pewarisan
nilai budaya simbol rumah adat Lampung Pepadun yang mudah dipahami dan
dilestarikan (Syamsidar, 1983: 89)
Peneliti memilih rumah adat Nuwow Sessat karena sebagaian dari masyarakat
Lampung belum mengetahui dangan baik pesan yang terkandung di dalam setiap
struktur, simbol dan fungsi yang terdapat dalam Rumah adat Nuwow Sessat. Maka
dari itu peneliti berkeinginan untuk meneliti dan mencari tahu arti makna serta
pesan yang terkandung dalam setiap struktur, simbol dan fungsi yang terdapat di
dalam rumah adat Lampung Pepadun.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan peneliti
angkat adalah:
1. Makna apakah yang terkandung dalam setiap struktur rumah adat Lampung
Pepadun?
2. Makna apakah yang terkandung dalam setiap simbol rumah adat Lampung
Pepadun?
3. Makna apakah yang terkandung dalam setiap fungsi rumah adat Lampung
Pepadun?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui makna dalam setiap struktur, simbol, dan fungsi rumah
adat Lampung Pepadun
2. Untuk mengidentifikasi makna yang terkandung dalam setiap struktur, simbol,
dan fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis,
sebagai berikut.
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan dalam bentuk komunikasi pada pesan yang terkandung dalam
setiap bagian struktur, simbol, dan fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
6
2. Manfaat praktis yang diperoleh bagi penulis adalah sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan, wawasan dan pemahaman mengenai struktur,
simbol, fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan infomasi bagi
masyarakat khususnya generasi muda sebagai pewaris dan penerus
kebudayaan Bangsa terutama mengenai makna dalam setiap struktur, simbol,
dan fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Untuk menghindari duplikasi, peneliti melakukan penulusuran terhadap penelitian
penelitian terdahulu. Dari hasil penelusuran penelitian terdahulu, diperoleh
beberapa masalah yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti yaitu: Dhani
Kurniawan Saputra (2017) tentang Perubahan Arsitektur Bangunan Rumah Adat
Lampung (Studi Terhadap Rumah Adat Saibatin Marga Balak Kelurahan Negeri
Olok Gading Teluk Betung Barat Bandar Lampung), hasil penelitian
menunjukkan hasil penelitiannya adalah faktor-faktor perubahan arsitektur rumah
adat Lampung di Kelurahan Negeri Olok Gading yaitu Bentuk Ideal Rumah Asli
Adat Lampung, perubahan bentuk arsitektur rumah adat Lampung, Faktor-faktor
yang menyebabkan adanya perubahan arsitektur bangunan pada rumah adat
Lampung.
Penelitian Hermitha,Ramadini Putri (2016) tentang Faktor Penyebab Perubahan
Rumah Panggung Tradisional Lampung Menjadi Rumah Tapak di Kelurahan
Menggala Tengah Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang, hasil
analisis data diperoleh kesimpulan (1) Ketidaktersediaan bahan baku rumah
panggung menjadi faktor penyebab perubahan bentuk rumah panggung tradisional
8
Lampung menjadi rumah Tapak, (2) Tidak adanya ancaman binatang buas
menjadi faktor penyebab perubahan rumah panggung tradisional Lampung
menjadi rumah Tapak, (3) Pendapatan menjadi faktor penyebab perubahan rumah
panggung tradisional Lampung menjadi rumah Tapak, (4) Prestise bukan
penyebab perubahan rumah panggung menjadi rumah tapak.
Penelitian Dianwahyudhi, Ari (2008), Ornamentasi Rumah Tradisional Adat
Lampung (Nuwow Sessat), hasil penelitian menunjukkan Rumah tinggal arsitektur
tradisional adat Lampung memiliki ragam hias pada elemen-elemen rumah seperti
ornamentasinya. Ornamen merupakan elemen penting dalam arsitektur, dan
mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia baik secara psikologis
emosional (persepsi), dimensional, dan sebagai sebuah identitas atau ciri dari
kebudayaan masyarakatnya. Sebagai salah satu pelengkap arsitektur, ornamen
mempunyai pengaruh arsitektural yang penting, karena dapat menjadikan suatu
bangunan (dalam hal ini Rumah Adat Lampung, Nuwow Sessat) berbeda dengan
bangunan lainya. Ornamen keberadaannya menjadi wadah suatu kreatifitas,
bentuk pengungkapan ide, serta cermin suatu fungsi. Ornamenpun dapat
memenuhi serta memuaskan kebutuhan psikis dan religi manusia. Namun terlebih
dari itu semua, Ornamen dengan kualitas serta kuantitas dapat menunjukkan
tingkat estetika dari suatu bangunan (Rumah Adat Lampung, Nuwow Sessat).
Berdasarkan ketiga penelitian tersebut dapat diringkaskan ke dalam tabel berikut
ini,
9
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Penulis Dhani Kurniawan Saputra (2017)
Judul
Penelitian
Perubahan Arsitektur Bangunan Rumah Adat Lampung (Studi Terhadap Rumah Adat Saibatin Marga Balak
Kelurahan Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat Bandar Lampung)
Metode
Penelitian
Metode penelitian kualiatif
Hasil Penelitian Hasil penelitiannya adalah faktor-faktor perubahan arsitektur rumah adat Lampung di Kelurahan Negeri Olok Gading
yaitu Bentuk Ideal Rumah Asli Adat Lampung, Perubahan Bentuk Arsitektur Rumah Adat Lampung, Faktor-faktor
yang menyebabkan adanya perubahan arsitektur bangunan pada rumah adat Lampung.
Perbedaan
Penelitian
Perbedaan pada penelitian yang penulis lakukan adalah pada perubahan bangunan arsitektur rumah adat Lampung,
sedangkan yang akan penulis lakukan fokus pada makna struktur, simbol, dan fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
Kontribusi
Penelitian
Memberikan masukan mengenai arsitektur bangunan rumahadat Lampung
Penulis Hermitha Ramadini Putri (2016)
Judul
Penelitian
Faktor Penyebab Perubahan Rumah Panggung Tradisional Lampung Menjadi Rumah Tapak di Kelurahan Menggala
Tengah Kecamatan Menggala Kabupaten Tulang Bawang
Metode
Penelitian
Metode penelitian kualiatif
Hasil Penelitian Hasil analisis data diperoleh kesimpulan (1) Ketidaktersediaan bahan baku rumah panggung menjadi faktor penyebab
perubahan bentuk rumah panggung tradisional Lampung menjadi rumah Tapak, (2) Tidak adanya ancaman binatang
buas menjadi faktor penyebab perubahan rumah panggung tradisional Lampung menjadi rumah Tapak, (3)
Pendapatan menjadi faktor penyebab perubahan rumah panggung tradisional Lampung menjadi rumah Tapak, (4)
Prestise bukan penyebab perubahan rumah panggung menjadi rumah tapak.
Perbedaan
Penelitian
Perbedaan pada penelitian yang penulis lakukan adalah: peneliti perubahan bangunan arsitektur rumah adat Lampung,
sedangkan yang akan penulis lakukan fokus pada makna struktur, simbol, dan fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
Kontribusi
Penelitian
Memberikan kontribusi materi mengenai arsitektur bangunan rumah Adat Lampung
10
Penulis Ari Dianwahyudhi (2008)
Judul
Penelitian
Ornamentasi Rumah Tradisional Adat Lampung (Nuwow Sessat)
Metode
Penelitian
Metode penelitian kualiatif
Hasil Penelitian Rumah tinggal arsitektur tradisional adat Lampung memiliki ragam hias pada elemen-elemen rumah seperti
ornamentasinya. Ornamen merupakan elemen penting dalam arsitektur, dan mempunyai arti penting dalam kehidupan
manusia baik secara psikologis emosional (persepsi), dimensional, dan sebagai sebuah identitas atau ciri dari
kebudayaan masyarakatnya. Sebagai salah satu pelengkap arsitektur, ornamen mempunyai pengaruh arsitektural yang
penting, karena dapat menjadikan suatu bangunan (dalam hal ini Rumah Adat Lampung, Nuwow Sessat) berbeda
dengan bangunan lainya. Ornamen keberadaannya menjadi wadah suatu kreatifitas, bentuk pengungkapan ide, serta
cermin suatu fungsi. Ornamenpun dapat memenuhi serta memuaskan kebutuhan psikis dan religi manusia. Namun
terlebih dari itu semua, Ornamen dengan kualitas serta kuantitas dapat menunjukkan tingkat estetika dari suatu
bangunan (Rumah Adat Lampung, Nuwow Sessat).
Perbedaan
Penelitian
Perbedaan pada penelitian yang penulis lakukan adalah: ornamentasi Rumah Tradisional Adat Lampung (Nuwow
Sessat), sedangkan yang akan penulis lakukan fokus pada makna struktur, simbol, dan fungsi rumah adat Lampung
Pepadun.
Kontribusi
Penelitian
Memberikan kontribusi materi mengenai ornamentasi Rumah Tradisional Adat Lampung (Nuwow Sessat)
Sumber: Peneliti, 2018
11
Berdasarkan ketiga hasil penelitian terdahulu seperti paparan di atas, terdapat
kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis, yaitu pembahasan
mengenai semiotika dan rumah adat Lampung. Adapun titik perbedaan pada
penelitian yang penulis lakukan adalah: peneliti pertama fokus pada perubahan
bangunan arsitektur rumah adat Lampung, peneliti kedua fokus perubahan
bangunan arsitektur rumah adat Lampung, sedangkan yang akan penulis lakukan
fokus pada makna struktur, simbol, dan fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
Berdasarkan pemaparan di atas telah jelas mengenai perbedaan dan persamaan
antara penelitian yang akan dilakukan dengan hasil penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan.
2.2 Tinjauan Tentang Kebudayaan
Kebudayaan adalah sebuah pola dari makna-makna yang tertuang dalam simbol-
simbol yang diwariskan melalui sejarah. Kebudayaan adalah sebuah sistem dari
konsep-konsep yang diwariskan dan diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik
melalui mana manusia berkomunikasi, mengenalkan dan bersikap terhadap
kehidupan ini (Sobur, 2013:178).
Kebudayaan daerah ialah kebudayaan yang hidup dalam suatu wilayah bagian dari
suatu negara yang merupakan daerah suatu suku bangsa yang tertentu. Jadi
kebudayaan daerah disebut juga kebudayaan lokal yang tumbuh dan berkembang
dalam kehidupan masyarakat daerah (suku bangsa asli) yang bersangkutan,
(Soekanto, 2007:13)
12
Lampung adalah sebuah provinsi paling selatan di Pulau Sumatera, Indonesia,
Ibukotanya terletak di Bandar Lampung. Sebelah utara berbatasan dengan
Bengkulu dan Sumatera Selatan. Lampung terdiri dari beranekaragam suku
bangsa, kesenian dan kebudayaan yang harus kita ketahui dan harus terus
dilestarikan.
Secara garis besar suku bangsa Lampung dibedakan menjadi 2 kelompok
masyarakat, yaitu masyarakat Lampung yang beradatkan Pepadun dan masyarakat
Lampung yang beradatkan peminggir atau saibatin. Kedua kelompok masyarakat
ini memiliki adat istiadat yang khas sesuai dengan kebiasaan masing-masing,
namun secara dasar kedua kelompok adat ini memiliki persamaan unsur budaya
tertentu.
Berdasarkan sejarah perkembangannya, masyarakat Pepadun awalnya
berkembang di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih (Pubian). Kelompok
adat ini tatanan masyarakat dan tradisi yang berlangsung secara turun menurun.
Masyarakat pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti
garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi berada
pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut “Penyimbang”.
Gelar penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena menjadi
penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinan adat ini akan
diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang, dan seperti itu
seterusnya.
13
2.3 Tinjauan Tentang Rumah Adat Nuwow Sessat Lampung Pepadun
Lampung memiliki rumah adat tradisioal Lampung yang disebut Nuwow Sessat.
Rumah adat Nuwow Sessat memiliki bentuk arsitektur yang umum digunakan
pada rumah-rumah di pulau Sumatera, yakni bentuk rumah panggung. Bentuk
rumah panggung tersebut tidak lepas dari kegunaannya untuk mencegah jika
sewaktu-waktu ada serangan hewan buas.
Rumah adat Nuwow Sessat dibangun menggunakan kayu. Sedangkan bagian atap
dibuat menggunakan daun ilalang. Penggunaan kayu sebagai bahan baku
pembuatan rumah, tidak lepas dari warisan nenek moyang masyarakat Lampung.
Sejarah telah mencatat bahwa Lampung telah mengenal bencana gempa bumi
sejak dahulu. Pembuatan rumah panggung dengan bahan baku kayu akan
mempertahankan posisi rumah dari bencana gempa bumi. Selain itu, pemanfaatan
daun ilalang sebagai atap rumah juga menunjukkan bagaimana masyarakat
Lampung menghargai hasil sumber daya alam yang ada.
Struktur rumah panggung pada rumah Nuwow Sessat pada masa silam ditujukan
sebagai upaya untuk menghindari serangan binatang buas bagi penghuninya.
Seperti diketahui bahwa dahulu hutan-hutan di Lampung memang mengandung
kekayaan hayati yang tinggi, sehingga memungkinkan berbagai jenis binatang
buas tinggal berdampingan dengan manusia. Selain itu, struktur panggung juga
sengaja digunakan sebagai desain rumah tahan gempa. Sebagaimana diketahui,
beberapa daerah di Lampung juga dikenal berada di lempeng perbatasan antara
benua sehingga sering mengalami bencana gempa.
14
Adanya struktur rumah panggung, dibutuhkan sebuah tangga sebagai akses keluar
masuk rumah. Dalam adat Lampung, tangga tersebut bernama Ijan Geladak.
Tangga ini terletak di bagian depan rumah sehingga sering kali dihiasi dengan
ukiran-ukiran etnik Lampung untuk mempercantik tampak depannya. Bagian
depan rumah adat Lampung umumnya juga akan dilengkapi dengan serambi kecil
yang bernama anjungan. Anjungan berfungsi sebagai tempat pertemuan kecil atau
sebagai tempat bersenda gurau.
Menurut Pradya (2015:79) konstruksi rumah Adat Lampung Nuwow Sessat
berbentuk rumah panggung dengan kayu sebagai bahan bangunan utamanya.
Rumah ini disangga dengan tiang-tiang penopang yang didirikan di atas pondasi
hingga lantai rumah. Berikut ini sekilas gambaran mengenai rumah adat
Lampung:
1. Pondasi dan tiang penyangga pondasi rumah adalah umpak batu yang
berbentuk persegi. Di setiap umpak batu ditaruh tihang duduk (tiang
penyangga) yang berjumlah kurang lebih 35 tiang dan tihang induk (tiang
utama) berjumlah 20 tiang.
2. Atap ujung bubungan atap Rumah Adat Lampung memusat ke titik tengah
bagian paling atas yang terbuat dari kayu bulat (disebut dengan button). Di
atas kayu bulat tersebut di letakkan satu kayu bulat yang berlapis tembaga
kemudian di atasnya ada 2 tingkat dari tembaga atau kuningan. Dan bagian
paling atasnya diletakkan perhiasan dari batu sesuai selera pemilik rumah.
3. Lantai Nuwow Sessat berlantaikan bambu atau bisa disebut Khesi atau papan
yang berasal dari kayu klutum, bekhatteh dan belasa.
15
4. Dinding-dinding rumah merupakan susunan papan-papan kayu yang dipasang
berjajar di setiap rangka rumah dalam posisi berdiri.
5. Pintu dan jendela berbentuk setangkup ganda berbentuk persegi panjang.
Sedangkan jendela berbentuk sama namun dengan ukuran yang lebih pendek.
Setiap jendela dilengkapi dengan tralis dari kayu. Terdapat empat jendela pada
bagian depan rumah, sedangkan bagian lainnya jumlah jendela tergantung dari
panjangnya badan rumah.
Pembagian ruangan ketika memasuki Rumah Adat Lampung kita akan
menemukan beberapa bagian, yaitu:
1. Panggakh: loteng rumah yang digunakan sebagai tempat penyimpanan
barang-barang adat, senjata atau benda pusaka.
2. Ijan: tangga menuju rumah
3. Lepau / Bekhanda: ruangan terbuka luas di depan rumah seperti serambi yang
digunakan sebagai ruang tamu atau tempat bermusyawarah.
4. Lapang Lom: digunakan sebagai tempat berkumpulnya keluarga atau acara-
acara adat seperti Himpunan atau Bedua.
5. Bilik Kebik: merupakan kamar tidur utama untuk sepala keluarga
6. Tebelayakh: kamar tidur kedua
7. Sekhudu: terletak di bagian belakang yang digunakan oleh ibu-ibu
8. Dapokh: dapur. Terletak di bagian paling belakang rumah, terdiri dari
beberapa ruangan lagi yaitu gekhang atau tempat mencuci peralatan dapur dan
Bah Lamban atau tempat penyimpanan hasil panen.
16
Adapun di bagian dalamnya, rumah Nuwow Sessat terdiri atas beberapa ruangan
dengan fungsinya masing-masing. Beberapa ruangan tersebut antara lain Pusiban
(ruang tempat musyawarah), Tetabuhan (tempat penyimpanan alat musik
tradisional dan pakaian adat Lampung), Gajah Merem (tempat Penyimbang
beristirahat), dan Kebik tengah (tempat tidur untuk anak penyimbang).
Filosofi Rumah Adat Lampung dan penjelasannya salah satu yang menjadi
keunikan dari Rumah Adat Lampung adalah beragam ornamen yang sering
dipajang di setiap bilik rumahnya. Ornamen-ornamen ini berisi petuah yang
diambil dari kitab kuno peninggalan leluhur Lampung yang bernama kitab
Kuntara Raja Niti. Kitab ini mengandung beberapa prinsip yang wajib dianut oleh
setiap keturunan suku Lampung. Beberapa prinsip dari kitab tersebut antara lain:
Pill-Pusanggiri. Prinsip adanya rasa malu ketika melakukan sebuah kesalahan
atau perbuatan yang buruk, baik menurut norma agama maupun norma adat.
Juluk-Adek. Prinsip bagi mereka yang telah memiliki gelar adat agar dapat
bersikap dan berkeperibadian yang bisa menjadi contoh. Nemui-Nyimah, prinsip
untuk selalu menjaga tali silaturahmi antar sanak keluarga dan selalu bersikap
ramah pada tamu. Nengah-Nyampur, prinsip untuk selalu menjaga hubungan baik
dalam kehidupan sosial dan bermasyarakat. Sakai-Sambaian, prinsip saling tolong
menolong dan bergotong royong dalam setiap pekerjaan. Sang Bumi Ruwa Jurai,
prinsip untuk tetap bersatu meski saling berbeda. Prinsip ini menyatukan suku
Lampung Adat Pepadun dan adat Sebatin sehingga keduanya saling menghormati.
Penerimaan yang baik dari masyarakat Lampung terhadap para pendatang juga
didasari atas prinsip ini.
17
Kini seiring berjalannya waktu, Fungsi Nuwow Sessat menjadi tempat tinggal
biasa. Untuk masuk ke dalam rumah ini kita harus menaiki anak tangga yang
berada di depan dan di sebelah samping. Pada bagian bawahnya terdapat tiang-
tiang yang berfungsi sebagai penyangga bangunan di atasnya. Susunan papan
kayu dijadikan sebagai lantai, begitu juga dengan dindingnya. Selain itu susunan
papan pada rumah adat ini dapat meminimalisir kerusakan dan mampu bertahan
apabila terjadi gempa bumi, mengingat letak provinsi Lampung terletak pada
pertemuan lempeng Asia dan Australia. (Sumber:https:www.indonesiakaya.com-
/jelajah-indonesia/detail/masyarakat-adat-lampung-pepadun/, diakses pada 14
Oktober 2017 Pukul 22.04)
2.4 Semiotika
Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-
tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan
didunia ini, ditengah-tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika atau
dalam istilah Barthes dan Kurniawan (dalam Sobur, 2013:15), semiologi pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-
hal (things). Memaknai (to sinify) dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan
dengan mengkomunikasikan (tp communicate). Memaknai berarti bahwa objek-
objek tidak hanya membawa infomasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda.
Semiotika adalah studi mengenai tanda (signs) dan simbol yang merupakan tradisi
penting dalam pemikiran tradisi komunikasi. Tradisi semiotika mencakup teori
utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan, perasaan,
18
dan sebagainya yang berada di luar diri. Studi mengenai tanda tidak saja
memberikan jalan atau cara dalam mempelajari komunikasi, tetapi juga memiliki
efek besar pada hampir setiap aspek (perspektif) yang digunakan dalam teori
komunikasi.
Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika ini adalah „tanda‟ yang diartikan
sebagai a stimulus designating somethingother than itself (suatu stimulus yang
mengacu pada sesuatu yang bukan disrinya sendiri). Pesan memiliki kedudukan
yang sangat penting dalam komunikasi. Menurut John Powers (dalam Morrisan
dan Corry, 2009:27), pesan memiliki tiga unsur, yaitu (1) tanda dan simbol; (2)
bahasa; dan (3) wacana (discourse). Menurutnya tanda merupakan dasar bagi
semua komunikasi. Tanda menunjuk atau mengacu pada sesuatu dirinya sendiri,
sedangkan makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda.
Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori
komunikasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa serta tingkah laku
nonverbal. Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan
makna dan bagaimana tanda diorganisasi. Studi yang membahas mengenai tanda
ini disebut dengan semiotika. Tanda mutlak diperlukan dalam menyusun pesan
yang hendak disampaikan. Tanpa memahami teori tanda, maka pesan yang
disampaikan dapat membingungkan penerima.
2.5 Teori Charles Jencks
Pada penelitian ini penulis memilih teori semiotika yang menmfokuskan pada
teori milik Charles Jencks. Jencks melihat arsitektur lebih dari sekedar cara
mendesign dan merancang sebuah bangunan. Jencks juga melihat arsitektur
19
sebagai sebuah teks yang menyampaikan sesuatu dan yang harus ditafsirkan.
Arsitektur juga sebuah tanda (sign) yang memiliki penanda dan petanda, serta
signifikasinya. Bangunan, ruang, permukaan adalah penanda sedangkan ide atau
gagasannya adalah petanda. Kedua aspek ini kemudian membentuk signifikansi
arsitektural. Jencks juga melihat arsitektur dalam kerangka indeks, ikon, dan
simbol.
Pemikiran semiotik Jencks dalam arsitektur tidak bisa dilepaskan dari dikotomi
semiotik Saussuran dan trikotomi semiotik Piercean. Empat unsur semiotik
Saussuran yang dikembangkan Barthes mempengaruhi Jencks dalam melihat
arsitektur. Keempat unsur tersebut adalah langue dan parole, penanda dan
petanda, sintagmatik dan paradigmatik, konotasi dan denotasi.
Langue adalah satu sistem kumpulan kosa kata atau elemen-elemen bentuk yang
mempunyai makna berdasarkan konsensus budaya, sedangkan parole merupakan
bagian bahasa yang sepenuhnya individual. Parole dapat dipandang sebagai
kombinasi yang memungkinkan subjek (penutur) sanggup menggunakan kode
bahasa untuk mengungkapkan pikiran pribadinya. Kombinasi tersebut
mengimplikasikan bahwa tanda– tanda bersifat identik dan senantiasa berulang.
Maka setiap tanda bisa menjadi unsur dari langue Budiman, (1999: 89-90).
Satu benda memiliki dua valensi yang merupakan dua kesatuan, sebagai benda
disebut penanda, dan sebagai makna disebut dengan petanda Yudha, (2001: 126-
127). Sebuah sintagma mengacu pada hubungan in-praesentia antara satu suku
kata yang satu dengan yang lain, atau antara satu satuan gramatikal dengan
satuan-satuan yang lain, sehingga berada dalan relasi yang linear. Sedangkan
20
paradigma bersifat dinamis, tanda linguistik dapat berpindah-pindah, dapat diganti
dengan tanda lain yang terdapat dalam satu hirarki Yudha, (2001: 127).
Trikotomi, semiotika, Piercean, merupakan pembentuk utama semiotika arsitektur
Charles Jencks. Model trikotomi ini mencakup representamen, interpretan, dan
objek. Representamen merupakan satu bentuk perwujudan tanda (tidak harus
berbentuk inderawi). Interpretan merupakan makna yang dibentuk oleh tanda.
Objek adalah sesuatu yang diacu tanda (Chandler, 2002: 34-36).
Interaksi antara ketiganya oleh Pierce disebut dengan proses „semiosis‟. Ketiga
unsur ini memiliki kesamaan sekaligus perbedaan dengan dikotomi penanda dan
petanda dalam kerangka Saussuran. Representamen, memiliki arti yang serupa
dengan petanda, meskipun demikian interpretan memiliki kualitas yang berbeda
dengan petanda, karena interpretan sendiri adalah satu tanda dalam diri
interpreter. Sebagaimana Pierce menjelaskan bahwa tanda seseorang, yakni
mencipta dalam benak orang merupakan satu tanda yang setarap, atau mungkin
tanda yang berkembang lebih lanjut (Chandler, 2002: 34).
Sebagai ruang kreativitas, Jencks melihat dunia arsitektur sebagai dunia tanda,
dunia yang selalu memiliki dua wajah, yaitu penanda dan petanda yang kemudian
membentuk kesatuan signifikansi. Arsitektur bukanlah ekspresi tanpa makna atau
tanpa pesan. Tetapi ia bukan hanya satu pesan atau satu makna seperti yang
selama ini tampil dalam arsitektur modern.
Jencks mengadopsi trikotomi simbol, ikon dan indeks yang dikembangkan dari
semiotik Piercean. Simbol adalah satu bentuk yang di situ penanda tidak
21
menyerupai petanda, tetapi secara mendasar arbitreratau sepenuhnya
konvensional, sehingga hubungan tersebut harus dipelajari, seperti huruf alfabet,
angka, morse. Ikon adalah bentuk tanda ketika penanda dipersepsikan sebagai
menyerupai atau meniru petanda-nya, seperti potret, efek suara dalam radio.
Sedangkan indeks merupakan tanda ketika penanda tidak arbitrer, tetapi berkaitan
secara langsung dengan salah satu cara, baik fisis atau kausal, dengan petanda-
nya. Keterkaitan ini dapat diamati atau ditarik kesimpulan darinya, seperti tanda
asap, ketukan pintu, rambu lalu lintas.
Jencks melihat bahwa ungkapan bahasa arsitektur merupakan penyampaian pesan
dalam bangunan, seperti halnya nada lagu. Ungkapan bahasa arsitektur dapat
disimak dari bentuk (form), ruang (space), dan tata atur (order) dari karakteristik
desainnya. Bentuk, ruang dan tata atur dapat disebut dengan penanda, yaitu
materialisasi ruang dengan pemberian unsur pelingkup dan dilihat melalui indera
penglihatan secara keseluruhan.
Dalam Sign, Symbol and Architecture, Jencks mengatakan bahwa esensi tanda
arsitektur adalah sebagai sifat dasar arsitektur yang diibaratkan sebagai
perempuan bionik, artinya dalam konsep ruang, kesalingpenekanan antara yang
dalam dan yang luar bersifat transparan yang penciptaannya berhubungan dengan
tiga-e, yaitu energi, environment, ekologi, dan tiga–s, yaitu sintaksis, semantik,
dan seni pahat (Jencks, 1980: 71-78).
Konsep semiotika arsitektur yang dikembangkan Jencks adalah bentuk semiotik
yang berkaitan dengan makna dari berbagai hal. Makna tersebut diungkapkan
melalui bentuk, ritme, warna tekstur, dan sebagainya yang dinamakan
22
suprasegmen arsitektural dari berbagai komponen arsitektural. Charles Jencks
mendasarkan tujuan semiotika dalam pemaknaan sifat dasar arsitektur atau esensi
arsitektur dengan mendefinisikan secara elastis untuk membuat semua definisi
menjadi benar, sehingga pengetahuan arsitektur pun menjadi lebih pasti. Esensi
arsitektur bagi Jencks adalah „ruang‟, Raum, konsep ruang, ke-saling-penekanan
antara yang dalam dan yang luar, dan belahan bentuk secara transparan
fenomenal. Esensi arsitektur adalah penciptaan-tempat identitas dan personalisasi.
Arsitektur tersusun dari kode-kode yang bersifat diskontinu, yang esensinya
adalah mengubah acuan (referent) dari signifikansinya, juga kodenya (ide, pola
dan sosial yang semuanya dapat berubah) dan satu kumpulan yang bervariasi dari
kode-kode yang dapat bergabung pada satu saat, sehingga membuat satu praktik
arsitektur dapat diketahui dan bersifat koheren (Jencks, 1980: 73).
Dengan kata lain, secara definitif historis „esensial‟, tetapi terbuka dibagian
pinggirnya bagi kode-kode bahwa arsitektur adalah penggunaan penanda formal
untuk mengartikulasikan petanda dengan menggunakan cara tertentu. Dengan
demikian ia mencakup bentuk, fungsi dan teknik (Jencks, 1980: 73-74).
23
2.6 Kerangka Pikir
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disusun kerangka pikir penelitian ini
sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka Pikir
Rumah Adat Lampung
(Nuwow Sessat)
Makna struktur Nuwow Sessat
Teori Semiotika Charles Jencks
Semiotika pada Rumah Adat Lampung Nuwow
Sessat
Komunikasi Non-Verbal
Simbol Nuwow Sessat Fungsi Nuwow Sessat
Sebagian dari masyarakat Lampung belum mengetahui dangan baik
pesan yang terkandung di dalam setiap struktur, simbol dan fungsi
yang terdapat dalam Rumah adat Nuwow Sessat
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tipe Penelitian
Peneliti menggunakan tipe penelitian kualitatif dengan menggunakan metode
deskriptif. Tipe penelitian ini menurut Budgon dan Taylor dalam Moleong
(2011:4) berupaya menggambarkan kejadian atau fenomena sesuai dengan apa
yang terjadi di lapangan, dimana data yang dihasilkan berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yaitu
mendeskripsikan dan memperoleh pemahaman menyeluruh dan mendalam
mengenai Semiotika Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat.
Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena
popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivistik karena
berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai
metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola), dan
disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan
dengan interprestasi terhadap data yang ditemukan dilapangan. Metode kualitatif
ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna. Dimana makna tersebuat adalah data yang sebenarnya. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi
25
lebih menekankan pada makna. Metode penelitian kualitatif ini juga digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif
kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi, (Sugiyono, 2011:7,8,9)
Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan (deskriptif, reduksi
dan seleksi) tersebut dilakukan secara srikuler, berulang-ulang dengan berbagai
cara dan dari berbagai sumber. Setelah peneliti memasuki obyek penelitian atau
sering disebut sebagai situasi sosial (yang terdiri atas, tempat, pelaku/orang-orang,
dan aktivitas), peneliti berfikir apa yang akan ditanyakan.
1. Setelah berfikir sehingga menemukan apa yang akan ditanyakan, maka
peneliti selanjutnya bertanya pada orang-orang yang dijumpai pada tempat
tersebut.
2. Setelah pertanyaan diberi jawaban, peneliti akan menganalisis apakah jawaban
yang diberikan itu betul atau tidak.
3. Kalau jawaban atas pertanyaan di atas benar maka, dibuatlah kesimpulan.
Sugiyono (2011:20).
3.2 Definisi Konsep
Menurut Soedjadi (2010:14) definisi konsep adalah ide abstrak yang dapat
digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada umumnya
dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Definisi konsep digunakan
untuk menggambarkan gejala abstrak yang diharapkan mampu memformulasikan
26
pemikiran kedalam konsep secara jelas dalam kaitannya dengan penyederhanaan
beberapa masalah yang satu dengan lainnya. Definisi konseptual dalam penelitian
ini adalah:
1. Konstruksi semiotika pada dasarnya analisis yang digunakan untuk
mempelajari bagaimana manusia (humans) memaknai hal-hal (things) Salah
satu yang menjadi keunikan dari rumah adat Lampung adalah beragam
ornamen yang sering dipajang di setiap bilik rumahnya
2. Rumah adat adalah bangunan yang memiliki cirikhas khusus, digunakan untuk
tempat hunian oleh suatu suku bangsa tertentu. Rumah adat merupakan salah
satu representasi kebudayaan yang paling tinggi dalam sebuah komunitas
suku/masyarakat.
3. Lampung Pepadun merupakan salah satu dari dua kelompok adat besar
dalam masyarakat Lampung. Masyarakat ini mendiami daerah pedalaman
atau daerah dataran tinggi Lampung. Berdasarkan sejarah
perkembangannya, masyarakat Pepadun awalnya berkembang di daerah
Abung, Way Kanan, dan Way Seputih (Pubian). Kelompok adat ini
memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi yang
berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun.
4. Nuwow Sessat rumah Adat Lampung yang berbentuk rumah panggung dengan
kayu sebagai bahan bangunan utamanya. Rumah ini disangga dengan tiang-
tiang penopang yang didirikan di atas pondasi hingga lantai rumah.
27
3.3 Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah memahami lebih mendalam pesan
dari setiap ornament Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat di Kelurahan
Rajabasa Bandar Lampung. Konsep merupakan makna yang disepakati bersama-
sama diantara pelaku komunikasi. Maka di dalam konteks ini, makna yang
disepakati berasamaan disebut makna denotatif, sedangkan makna pribadi
(subjektif) disebut makna konotatif. Secara lebih komperhensif. Makna sebagai
sebuah hubungan kompleks diantara simbol, objek, dan manusia yang melibatkan
denotasi (makna bersama) dan konotasi (makna pribadi) yang terdiri dari:
1. Makna yang terkandung dalam setiap struktur rumah adat Lampung Pepadun.
2. Makna yang terkandung dalam setiap simbol rumah adat Lampung Pepadun.
3. Makna yang terkandung dalam setiap fungsi rumah adat Lampung Pepadun.
3.4 Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung (tanpa perantara) dari
hasil wawancara yang diperoleh dari narasumber atau informan yang dianggap
berpotensi dalam memberikan informasi yang relevan dan sebenarnya
dilapangan. Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara individu
ataupun kelompok, hasil observasi terhadap sesuatu kejadian atau kegiatan,
benda (fisik) dan hasil pengujian.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh penelitian
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
28
pihak lain. Data sekunder umumnya berupa bukti catatan atau laporan historis
yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang diduplikasikan dan
yang tidak dipublikasi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data yang penting dalam penelitian dengan
melakukan pengamatan, pencatatan, serangkaian perilaku dan sebagainya secara
langsung dan sistematis tentang hal-hal yang sedang diamati.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan
informasi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan kepada informan
yang berkaitan dengan Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat.
Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang detail
dan terpercaya dari informan yang di wawancara oleh peneliti. Peneliti melakukan
wawancara dengan menemui secara langsung informan yang menjadi narasumber.
Melalui wawancara peneliti melakukan tanya jawab atau bercakap-cakap
langsung mengenai sejarah Rumah Adat Lampung Pepadun Nuwow Sessat.
3. Dokumentasi dan Studi Pustaka
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengambil data-data
dari catatan, dokumentasi, administrasi yang sesuai dengan masalah yang sedang
diteliti, dokumentasi juga merupakan penggunaan bahan dokumenter yang
diperoleh dari tempat penelitian dilakukan berupa data yang relevan dengan
penelitian dan pengumpulan data dari berbagai literatur pendukung.
29
3.6 Teknik Analisis Data
Menurut Bogdan, (dalam Sugiyono, 2014:244) menyatakan bahwa “Analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data
dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan kedalam unit-unit
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting atau
tidak, dan penarikan kesimpulan.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa interaktif,
yaitu bahwa ketiga komponen aktifisnya berbentuk interaksi dengan proses
pengumpulan data sebagai proses siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak
diantara tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan. Pengertian dari ketiga analisi tersebut adalah:
1. Reduksi Data ( Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data,
Sugiyono (2014:247).
Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokuskan, penyederhanaan, dan
abstraksi data kasur yang ada di fildnote. Proses ini merupakan yang dimulai
sejak pra pengumpulan data sampai selesai. Sehingga data menjadi suatu
bentuk analisis yang tegas dan terfokus.
30
Peneliti melakukan pengambilan pokok-pokok data tentang sejarah struktur,
simbol dan fungsi yang terdapat di dalam rumah adat Lampung Pepadun,
selanjutnya peneliti mengidentifikasi data-data yang menjadi fokus dan
permasalahan dalam penelitian. Kemudian data yang sudah diperoleh dibagi
secara berkelompok agar lebih mudah dianalisis.
2. Sajian Data (Data Display)
Sajian adalah suatu rakitan yang memungkinkan adanya kesimpulan riset
dapat dilakukan dengan melihat suatu penyajian data, penelitian akan lebih
mudah memahami apa yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan
sesuatu pada analisis atau mengambil tindakan lain berdasarkan pengertian
tersebut. jadi dengan adanya data display ini akan mempermudah penelitian
dalam membuat kesimpulan. Dalam hal ini, peneliti menampilkan data-data
yang sudah diklarifikasikan sehingga mendapatkan gambaran secara
menyeluruh tentang data yang telah disaring dikumpulkan berdasarkan fokus
permasalahan dalam penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Penarikan kesimpulan adalah tahap terakhir dalam mencari kebenaran, seperti
apa saja yang ditemukan selama penelitian, disimpulkan menjadi sebuah
pernyataan yang menjelaskan hasil yang diperoleh dari penelitian, yang
menjelaskan mengenai fenomena sosial tertentu di masyarakat. Langkah yang
terakhir peneliti mengambil kesimpulan dari data-data yang telah diperoleh
sesuai objek penelitian.
31
3.7 Teknik Keabsahan Data
Keabsahan data dimaksud untuk memperoleh tingkat kepercayaan yang berkaitan
dengan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian, mengungkapkan dan
memperjelas data dengan fakta-fakta aktual di lapangan. Dalam penelitian
kualitatif keabsahan data lebih bersifat sejalan seiring dengan proses penelitian itu
berlangsung. Keabsahan data kualitatif harus dilakukan sejak awal pengambilan
data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan
atau verifikasi (Afifuddin, 2012: 159)
Untuk memperoleh keabsahan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan
dengan cara menjaga kredibilitas, transferabilitas dan dependabilitas yang
maksudnya adalah:
1. Validitas internal (Kredibilitas)
Validitas internal merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh
dengan instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur
variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur apa
yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai dengan
kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat dipercaya, atau
dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas.
Menurut Nasution (2006:114), validitas internal (kredibilitas) dapat dilakukan
dengan: a). Memperpanjang masa observasi, b). Melakukan pengamatan terus
menerus, c). Trianggulasi data, d). Membicarakan dengan orang lain (peer
debriefing), e). Menganalisis kasus negatif, f). Menggunakan bahan referensi,
dan g). Mengadakan member check.
32
Dalam melakukan penelitian ini, untuk mencapai kredibilitas peneliti
melakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Memperpanjang masa observasi, memperpanjang masa observasi
dimaksudkan untuk mendeteksi dan memperhitungkan distorsi yang
mungkin merusak data. Distorsi bisa terjadi karena unsur kesengajaan
seperti bohong, menipu, dan berpura-pura oleh subyek, informan, key
informan. Unsur kesengajaan dapat berupa kesalahan dalam mengajukan
pertanyaan, motivasi, hanya untuk menyenangkan atau menyedihkan
peneliti.
b. Pengamatan terus menerus, dengan pengamatan terus menerus dan
kontinyu, peneliti akan dapat memperhatikan sesuatu dengan lebih cermat,
terinci dan mendalam. Pengamatan yang terus menerus, akhirnya akan
dapat menemukan mana yang perlu diamati dan mana yang tidak perlu
untuk diamati sejalan dengan usaha pemerolehan data. Pengamatan secara
terus menerus dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian
tentang fokus yang diajukan.
c. Trianggulasi data, tujuan trianggulasi data dilakukan dalam penelitian ini
adalah untuk mengecek kebenaran data dengan membandingkan data yang
diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian di lapangan.
Trianggulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
sumber dan metode, artinya peneliti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam metode kualitatif. Trianggulasi data dengan sumber ini
antara lain dilakukan dengan cara membandingkan data yang diperoleh
33
dari hasil wawancara dengan informan dan key informan. Trianggulasi
data dilakukan dengan cara, pertama, membandingkan hasil pengamatan
pertama dengan pengamatan berikutnya. Kedua, membandingkan data
hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Membandingkan data hasil
wawancara pertama dengan hasil wawancara berikutnya. Penekanan dari
hasil perbandingan ini bukan masalah kesamaan pendapat, pandangan,
pikiran semata-mata. Tetapi lebih penting lagi adalah bisa mengetahui
alasan-alasan terjadinya perbedaan.
d. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing), Mendiskusikan hasil
data dengan orang lain yang paham dengan penelitian yang sedang
dilakukan.
e. Menganalisis kasus negatif, menganalisis kasus negatif maksudnya adalah
mencari kebenaran dari suatu data yang dikatakan benar oleh suatu sumber
data tetapi ditolak oleh sumber yang lainnya.
f. Menggunakan bahan referensi sebagai pembanding dan untuk
mempertajam analisa data.
g. Mengadakan member check. Tujuan mengadakan member check adalah
agar informasi yang telah diperoleh dan yang akan digunakan dalam
penulisan laporan dapat sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan,
dan key informan. Untuk itu dalam penelitian ini member check dilakukan
setiap akhir wawancara dengan cara mengulangi secara garis besar
jawaban atau pandangan sebagai data berdasarkan catatan peneliti tentang
apa yang telah dikatakan oleh responden. Tujuan ini dilakukan adalah agar
responden dapat memperbaiki apa yang tidak sesuai menurut mereka,
34
mengurangi atau menambahkan apa yang masih kurang. Member check
dalam penelitian ini dilakukan selama penelitian berlangsung-sewaktu
wawancara secara formal maupun informal berjalan.
2. Validitas Eksternal (Transferabilitas)
Validitas eksternal berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai
dimanakah generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain
diluar penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menjamin
keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini disebabkan karena
penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menggeneralisir, dalam penelitian
kualitatif bersifat purposive sampling.
3. Dependabilitas
Dependabilitas atau reliabilitas instrumen adalah indeks yang menunjukkan
sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan
ulang terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama. Untuk
dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan
dengan teknik ulang atau check recheck.
4. Objektivitas
Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha sedapat mungkin
memperkecil faktor subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila
dibenarkan atau diconfirm oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan
dengan istilah confirmability.
35
3.8 Kredibilitas Penelitian
Setiap penelitian harus memiliki kredibilitas sehingga dapat
dipertanggungjawabkan. Kredibilitas penelitian kualitatif adalah keberhasilan
mencapai maksud mengeksplorasi maslah yang majemuk atau kepercayaan
terhadap hasil data penelitian. Upaya untuk menjaga kredibilitas dalam penelitian
adalah melalui langkah-langkah sebagai berikut (Sugiyono, 2009: 270-276):
1. Meningkatkan ketekunan
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan
meningkatkan ketekunan tersebut, maka peneliti akan melakukan pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan salah atau tidak.
2. Diskusi dengan teman sejawat
Teknik ini dilakukan dengan mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat.
Pemeriksaan sejawat berarti pemeriksaan yang dilakukan dengan jalan
mengumpulkan rekan-rekan sebaya, yang memiliki pengetahuan umum yang
sama tentang apa yang sedang diteliti, sehingga bersama mereka peneliti
dapat me-review persepsi, pandangan dan analisis yang sedang dilakukan
(Moleong, 2011:334).
3. Mengadakan member check
Member check adalah proses pengecekkan data yang diperoleh peneliti
kepada pemberi data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh para
pemberi data berarti data tersebut sudah valid, sehingga semakin kredibel atau
dipercaya, tetapi apabila data yang ditemukan.
36
BAB IV
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Masyarakat Adat Lampung Pepadun
Masyarakat adat Lampung Pepadun adalah salah satu dari dua kelompok adat
besar dalam masyarakat Lampung. Masyarakat ini mendiami daerah pedalaman
atau daerah dataran tinggi Lampung. Berdasarkan sejarah perkembangannya,
masyarakat Pepadun awalnya berkembang di daerah Abung, Way Kanan, dan
Way Seputih (Pubian). Kelompok adat ini memiliki kekhasan dalam hal tatanan
masyarakat dan tradisi yang berlangsung dalam masyarakat secara turun
temurun.
Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti
garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi berada
pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut “Penyimbang”.
Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena menjadi
penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinan adat ini
akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang, dan seperti itu
seterusnya.
37
Berbeda dengan Saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang kuat,
Pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. Status sosial
dalam masyarakat Pepadun tidak semata-mata ditentukan oleh garis keturunan.
Setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status sosial tertentu, selama
orang tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat Cakak Pepadun. Gelar
atau status sosial yang dapat diperoleh melalui Cakak Pepadun diantaranya
gelar Suttan, Raja, Pangeran, dan Dalom.
Nama “Pepadun” berasal dari perangkat adat yang digunakan dalam prosesi
Cakak Pepadun. “Pepadun” adalah bangku atau singgasana kayu yang
merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga. Prosesi pemberian
gelar adat (“Juluk Adok”) dilakukan di atas singgasana ini. Dalam upacara
tersebut, anggota masyarakat yang ingin menaikkan statusnya harus
membayarkan sejumlah uang (“Dau”) dan memotong sejumlah kerbau. Prosesi
Cakak Pepadun ini diselenggarakan di “Rumah Sessat” dan dipimpin oleh
seorang Penyimbang atau pimpinan adat yang posisinya paling tinggi
4.2 Gambaran Umum Rumah Adat Nuwow Sessat
Bagi masyarakat Pepadun, rumah Adat Nuwow Sessat. Nuwow berasal dari bahasa
Lampung yang berarti tempat ibadah seperti Masjid, Mushola, Surau, Ruang Ngaji
atau Pok Ngajei. Persamaan kata Nuwow adalah Lamban, Lambahana yang berarti
tempat tinggal. Sedangkan Sessat atau juga disebut Bantaian adalah bangunan
tempat bermusyawarah dan penyimpanan bahan makanan. Dengan demikian
Nuwow Sessat dapat diartikan sebagai tempat berkumpul untuk bermusyawarah.
Dalam perkembangan selanjutnya, Nuwow Sessat disebut juga Sessat Balai
38
Agung, yang juga digunakan sebagai tempat pertemuan adat sekaligus tempat
pelaksanaan upacara-upacara adat. Namun saat ini, lebih banyak digunakan
sebagai tempat tinggal seperti pada umumnya.
Sebagaimana diketahui bahwa rumah adat Lampung tidak hanya sekedar berfungsi
sebagai tempat tinggal, namun juga sebagai tempat membangun kebersamaan
antar keluarga dan kerabat dekat. Menurut Djausal, (2002:45) dalam masyarakat
tradisional Lampung, memiliki atau membangun rumah merupakan bagian yang
penting dalam kehidupan seseorang. Jika transformasi bentuk atau model rumah
modern menghapuskan tata nilai rumah adatnya, maka adat dan tradisi yang
terdapat pada rumah masyarakat adat Lampung akan hilang dan tidak dapat
diwariskan kepada generasi penerus bangsa selanjutnya.
4.3 Gambaran Umum Tentang Rumah Panggung di Bandar Lampung
Meski sebagai ibukota provinsi Lampung, Bandar Lampung masih memiliki
beberapa rumah khas Lampung baik fungsi sebagai rumah tinggal maupun sebagai
rumah adat atau balai pertemuan yang kerap digunakan pada gelaran begawi adat
Lampung. Tak terlampau sulit mencari rumah panggung di kota Bandar Lampung.
Negeri Olok Gading – Nama sebuah kawasan yang terletak dekat dengan
Sukarame II bagian dari Teluk Betung Barat ini merupakan kawasan yang masih
memiliki penduduk suku Lampung. Lengkap dengan jajaran rumah panggung
khas Lampung yang terbuat dari kayu masa lampau atau yang telah di modifikasi
dengan bangunan lebih modern, dapat dengan mudah dilihat di kawasan Kuripan.
Selain itu juga ada rumah adat yang di sebut Lamban Dalom yakni Rumah Adat
Kebandaran Marga Balak Lampung Pesisir.
39
Gambar 2. Lamban Dalom di Negeri Olok Gading - Teluk Betung -
Marga Balak Lampung Pesisir
Sumber: duniaindra.com
Jajar Intan Kedamaian adalah nama sebuah bangunan rumah panggung yang kerap
dijadikan sebagai lokasi acara adat/begawi adat Lampung. Terletak di jalan
Hayam Wuruk – Kedamaian kecamatan Tanjung Karang Timur ini adalam milik
dari bapak Drs. A. Cholid I. Balaw. Selain bangunan Jajar Intan, di kawasan
Kedamaian yang memang banyak didiami masyarakat Lampung suku Pepadun ini
juga terdapat bangunan khas Lampung bernama Lamban Sai Ragah milik alm.
Firman Gani. Tak hanya itu, di kedamaian juga terdapat Lamban Gedung, bahkan
– di Kedamaian kini tengah dibangun masjid dengan corak khas Lampung
pepadun.
Gambar 3. Jajar Intan – Kedamaian
Sumber: duniaindra.com
40
Gambar 4. Lamban Sai Ragah - Kedamaian yang telah
mendapatkan sentuhan lebih mdoern Sumber: duniaindra.com
Jagabaya I - sebuah kawasan di Bandar Lampung yang didiami oleh suku
Lampung Pepadun dengan masih memiliki acara adat atau begawi adat khas
Lampung secara rutin dengan bangunan Sesat Agung Perwatin Anek Jagabayo di
jalan Pajajaran Jagabaya I kecamatan Way Halim. Selain itu beberapa rumah
panggung khas suku Lampung pun masih dengan mudah ditemui di kawasan
Jagabaya I ini.
Gambar 5. Sesaat Agung perwatin Anek Jagabayo di Jakagaya
Sumber: duniaindra.com
41
Gambar 6. Salah satu rumah Panggung khas Lampung di kawasan Jagabaya I
Sumber: duniaindra.com
Abung Marga Balau – Raja Basa. Dengan populasi Lampung Pepadun beralamat
di jalan Indra Bangsawan – Rajabasa, merupakan kawasan yang dapat dijadikan
kunjungan untuk mengetahui suku lampung pepadun dengan rumah panggung
yang masih asri. Beberapa diantaranya masih ada yang bertahan sejak puluhan
tahun silam. Meski ada pula bangunan rumah panggung yang telah dipugar dan
diganti dengan bangunan rumah tinggal yang jauh lebih modern.
Gambar 7. Salah satu rumah Panggung - rumah warga di jalan
Indera bangsawan- Rajabasa
Sumber: duniaindra.com
42
Museum Lampung, Di gedung yang menyimpan banyak benda benda bersejarah
ini juga mengetengahkan 2 bangunan khas Lampung yang bersejarah dan
merupakan peninggalan masyarakat Lampung sejak dulu. Arsitektur rumah
panggung pertama adalah Lamban Pesagi yang merupakan rumah tradisional
berbentuk panggung yang sebagian besar terdiri dari bahan kayu dan atap ijuk
yang telah berusia 300 tahunan berasal dari desa kenali kecamatan Belalau –
Lampung Barat. Yang kedua ialah Walai atau Lumbung Padi yang berasal dari
Wonosobo – Tanggamus yang didirikan pada tahun 1880 masehi dan dipindahkan
ke Museum Lampung pada tahun 2001.
Gambar 8. Lamban pesagi di depan halaman Museum Lampung
Sumber: duniaindra.com
Gambar 9. Walai / Lumbung Pagi
Sumber: duniaindra.com
43
Kedatoen Keagoengan merupakan kawasan huni dari seorang pemilik bernama
Mawardi Harirama. Selain itu bangunan megah yang kerap dijadikan sebagai
upacara adat atau begawi adat lampung ini juga terbuka untuk umum bahkan
kunjungan wisatawan. Mengingat kelengkapan perabotan dan perpaduan arsitektur
yang modern dan tradisional nan apik tersaji di rumah panggung. Selain itu
terdapat Rujuk Balagh „Rujungan Sako‟ – yang kerap dijadikan bagian dari
begawi adat lampung.
Gambar 10. Kedatoen Keagoengan
Sumber: duniaindra.com
Gambar 11. Rujukh Balakh
Sumber: duniaindra.com
44
Gambar 12. Tiuh Kedaton
Sumber: duniaindra.com
Tiuh kedaton. Siapa yang sangka, gang kecil di jalan Teuku Umar – Kedaton yang
jaraknya tak jauh dari Mall Boemi Kedaton ini adalah kawasan dengan penduduk
suku Lampung Pepadun cukup banyak yang telah mendiami kawasan ini sejak
dahulu. Dengan bangunan khas masyarakat Lampung dapat dengan mudah
dijumpai di gang yang berseberangan dengan Puskesmas Rawat Inap Kedaton ini.
Kini di Tiuh Kedaton juga merupakan Sekretariat Majelis Penyimbang Adat
Lampung (MPAL) Kecamatan Kedaton.
Gambar 13. Kawasan di Tiuh Kedaton
Sumber: duniaindra.com
45
Sessat Agung Labuhan Ratu. Kawasan ini juga telah menjadi wilayah huni
masyarakat Lampung suku Pepadun sejak dahulu. Hingga mendiami bagian
Gunung Terang. Beberapa bangunan rumah panggung dapat dengan mudah
ditemui di kawasan ini selain Sessat Agung Labuhan Ratu yang berfungsi sebagai
tempat berlangsungnya upacara adat atau begawi adat lampung.
Gambar 14. Sesaat Agung Labuhan Ratu - yang lebih modern
Sumber: duniaindra.com
Rumah adat nuwow sessat yang penulis teliti adalah rumah adat Lampung
Pepadun yang berada di jalan Indra Bangsawan kecamatan Rajabasa Bandar
Lampung. dahulunya sering digunakan sebagai tempat pertemuan adat sekaligus
tempat pelaksanaan upacara-upacara adat yang biasa disebut Sessat Balai Agung.
Namun seiring berjalannya waktu rumah adat lebih banyak digunakan sebagai
tempat tinggal seperti pada umumnya.
74
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Setelah penelitian dilakukan oleh peneliti tentang semiotika Rumah Adat
Lampung Pepadun Nuwow Sessat, maka penulis membuat kesimpulan sebagai
berikut:
1. Makna yang terkandung dalam setiap struktur rumah adat Lampung Pepadun
secara struktur hampir sama dengan rumah adat suku asli Sumatera lainnya.
Rumah adat Lampung ini berbentuk panggung dengan bahan utama berupa
kayu atau papan. Struktur rumah panggung pada rumah Nuwow Sessat pada
masa silam ditujukan sebagai upaya untuk menghindari serangan binatang
buas bagi penghuninya.
2. Makna yang terkandung dalam setiap simbol rumah adat Lampung Pepadun
dimana umumnya bentuk rumah sessat berbentuk rumah besar banyak
ruangan. Menggunakan kayu merbow sebagai bahan bangunan nya dan
memiliki lambang siger pepadun.
3. Makna yang terkandung dalam setiap fungsi rumah adat Lampung Pepadun,
fungsi utama fungsi rumah adat Lampung Pepadun saat ini tidak lagi menjadi
ruang pertemuan tetua adat, tetapi sebagai tempat tinggal biasa. Sebagai
tempat menetap, rumah sangat penting artinya. Namun nampaknya walaupun
75
demikian, bentuk-bentuknya juga dari waktu ke waktu turut mengikuti
perkembangan adalah:
a. Halaman Depan Lamban Dalom, halaman depan yang terdapat di amban
Dalom dapat difungsikan sebagai acara-acara adat seperti Begawi,
Deduaian, dan acara pernikahan.
b. Bagian teras depan Lamban Dalom, bagian teras depan Lamban Dalom
difungsikan sebagai tempat pertemuan tokoh-tokoh adat sebagai tempat
musyawarah dan mufakat antar keluarga besar Kebandaran Marga Balak,
tokoh adat sertatokoh masyarakat.
c. Ruangan bagian tengah Lamban Dalom, yaitu ruang keluarga penyimbang
khusus keturunannya. Biasanya musyawarah pembagian ahli waris,
sengketa ternak, atau pelanggaran hukum adat
d. Ruangan bagian bawah Lamban Dalom atau ruang serba guna, ruangan ini
difungsikan sebagai sarana kesenian tari budaya Lampung dan ruangan
tempat penyimpanan benda-benda budaya serta pusat kegiatan seni dan
budaya lainnya.
6.2 Saran
Saran adalah suatu masukan atau rekomendasi yang dibuat untuk
menyempurnakan hasil dari sebuah penelitian. Dimana saran sebagai pemicu bagi
pihak terkait yang menjadi objek penelitian yang dilakukan peneliti pada waktu
yang akan datang.
1. Diharapkan kepada seluruh masyarakat Lampung untuk tidak melupakan
nilai-nilai budaya adat Lampung yang terdapat disetiap sisi bangunan rumah
76
adat yang masing-masing mempunyai makna yang menjadi ciri khas budaya
Lampung walaupun sudah banyak budaya asing yang masuk kedaerah
Lampung.
2. Diharapkan kepada pemerintah provinsi Lampung untuk tetap melestarikan
dan menjaga budaya asli adat Lampung salah satunya dengan cara
membangun komplek atau perumahan yang berciri khas rumah adat Lampung
3. Diharapkan ada upaya membangun kembali kebanggaan terhadap rumah
tradisional Lampung
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori, dan Terapan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Afifuddin. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.
Djausal, Anshori. 2002. Rumah Tradisional Lampung. Bandar Lampung: Proyek
Pelestarian dan Pemberdayaan Budaya Lampung pada Dinas Pendidikan
Propinsi Lampung Tahun 2002.
Budiman, Kris. 1999. Kosa Semiotika. Yogyakarta: LkiS.
Chandler. 2002. Semiotics: The Basic. New York: USA.
Jencks, Charles. 1980. Sign, Symbols, and Architecture. New York: John Wiley &
Sons Ltd.
Moleong, Lexy J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Remaja
Rosdakarya.
Morissan, M.A.; Wardhani, Andy Corry; Hamid, Farid. 2010. Teori Komunikasi
Massa. Bogor: Ghalia Indonesia.
Nasution. 2006. Metode Penelitian Naturalistik-kualittaif. Bandung: Tarsito.
Panduan Penulisan Skripsi Universitas Lampung. 2013. Bandar Lampung:
Universitas Lampung.
Sobur. 2013. Filasafat Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Soedjadi. 2010. Kiat Pendidikan di Indonesia. Bandung: Dirjen Dikti.
Soekanto, Soerjono. 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja.
Grafindo.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
________. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
________. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
________. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Afabeta.
Syamsidar. 1983. Adat Istiadat Daerah Lampung. Jakarta: Depdikbud.
Yudha, Asmara. 2001. Dari Kata Menuju Ruang Bentuk. Bandung: Prima
Anugrah Abadi.
B. Penelitian Terdahulu
Dianwahyudhi, Ari. 2008. Ornamentasi Rumah Tradisional Adat Lampung (Nuwo
Sesaat). Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Gunadarma,
Jakarta.
Hermitha, Ramadini Putri .2016. Faktor Penyebab Perubahan Rumah Panggung
Tradisional Lampung Menjadi Rumah Tapak di Kelurahan Menggala
Tengah Kecamatan Menggala kabupaten Tulang Bawang. Skripsi.
Saputra, Dhani Kurniawan. 2017. Perubahan Arsitektur Bangunan Rumah Adat
Lampung (Studi Terhadap Rumah Adat Saibatin Marga Balak Kelurahan
Negeri Olok Gading Teluk Betung Barat Bandar Lampung). Skripsi.
C. Sumber Lain
Abdulsyani, 2013. Keterampilam dan Karya Budaya Masyarakat Adat Lampung.
Http://staff.unila.ac.id/abdulsyani/77-2/. Diakses pada 09 Oktober 2017
Dendi, Kuntoro. 2015. Mengidentifikasi Ilmu Bahan Bangunan.
http://www.academia.edu/600256/mengidentifikasi_ilmu_bahan_bangunan.
Pradya, Indra. 2015. Menengok Rumah Panggung Khas Lampung di Bandar
Lampung. Http://www.duniaindra.com/2015/12/menengok-rumah-
panggung-khas-lampung-di.html. Diakses pada 09 Oktober 2017.
Rozadi, Muhammad. 2016. Arsitektur Rumah Lampung dari Waktu ke Waktu.
Https://muhammadrozadi.wordpress.com/2016/08/10/arsitektur-rumah-
tradisional-lampung-dari-waktu-ke-waktu/. Diakses pada 09 Februari 2017.
http://budaya-indonesia.org/nuwo-Sesat/Diaskes pada tanggal 09 Oktober 2017
http://id.wikipedia.org/wiki/Lampung/ Diaskes pada tanggal 20 Oktober 2017
https:www.indonesiakaya.com/jelajah-indonesia/detail/masyarakat-adat-lampung-
pepadun/, diakses pada 14 Oktober 2017 Pukul 22.04