skripsi gambaran kejadian anemia pada remaja putri … · dizziness, easy sleepy, pale on nails,...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI
SMP NEGERI 18 KOTA BOGOR TAHUN 2009
Disusun Oleh :
DILLA NURSARI
NIM : 105101003269
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/ 1431 H
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli sya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima snksi
yang berlaku di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 27 Januari 2010
Dilla Nursari
ii
Skripsi, walaupun hanya satu kata, namun banyak arti dan makna… sometimes, we confuse.. sometimes, we scared.. sometimes, we fall.. sometimes, we hurt.. sometimes, we angry.. but, don’t ever give up, cuz live must go on..
Semua dilla rasa dalam penyusunannya, dari ragu (mencari judul dan memilih metodologi), takut (judul yang diajukan tidak disetujui pembimbing), jatuh (saat sulit menemui pembimbing dan mendapatkan persetujuan), bosan (mencari referensi dari sana kesini, sampai kemana-mana), sedih bahkan bercampur satu dengan senang (melihat teman-teman yang sudah lulus lebih dulu), gugup (menghadapi seminar dan sidang), dan akhirnya perasaan bahagia bercampur tidak percaya (setelah sidang dan ketika wisuda)..
saat jenuh sulit diakhiri, ketika kaki seperti tak mampu berdiri, jika semua penolong seakan berlari, dan saat tiada teman tuk berbagi, ingatlah ALLAH yang tak pernah biarkan kita melangkah sendiri…
Kalau datang perasaan ragu, takut, jatuh, bosan, bahkan sedih, dilla ingat bapak dan ma’e, karena skripsi ini adalah Amanah buat dilla dari mereka. Dan amanah dari Allah untuk membahagiakan mereka..
ketika perjuangan adalah jalan yang panjang, jangan pernah lelah tuk mencari ujungnya… jika amanah adalah beban yang berat, janganlah minta keringanan, tapi mintalah pada ALLAH punggung yang kuat tuk memikulnya… jika telah ditunaikan perjuangan dan amanah, hanya berharaplah pada ridho dari ALLAH SWT..
and finally… ALHAMDULILLAAHIROBBIL‘AALAMIIN… Skripsi ini khusus dilla persembahkan untuk bapak dan ma’e yang tidak pernah putus mendoakan dilla.. LOVE BOTH OF U… (^^,)
iii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT GIZI MASYARAKAT Skripsi, Febuari 2010
Dilla Nursari, NIM : 105101003269
Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri 18 Kota Bogor Tahun 2009 xx + 153 halaman, 18 tabel, 12 gambar, 12 lampiran
ABSTRAK
Gizi merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan optimal. Anemia masih merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang, termasuk Indonesia. Anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal. Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang berisiko menderita anemia. Beberapa hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan masih tingginya prevalensi anemia pada remaja putri. Berdasarkan hasil penjaringan status Hb yang dilakukan oleh petugas Puskesmas Bogor Timur pada remaja putri kelas I di wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur diketahui bahwa kejadian anemia di tingkat SMP/MTs sebesar 47,87 %. Adapun prevalensi anemia terbesar terdapat di SMPN 18, yaitu 59,3 %. Berdasarkan kriteria WHO (2008), tingginya angka kejadian anemia di sekolah tersebut merupakan suatu masalah kesehatan tingkat berat (> 40 %). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian anemia pada remaja putri SMPN 18 Kota Bogor.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan cara FGD, wawancara mendalam dan observasi secara aktif. Disamping menggunakan metode kualitatif, penelitian ini juga didukung dengan data kuantitatif untuk menggambarkan status gizi dan asupan zat gizi para informan. Informan dalam penelitian terdiri dari informan utama yaitu siswi yang berjumlah 15 orang, dan informan pendukung, yaitu orangtua siswi enam orang serta teman dekat siswi enam orang, sehingga jumlah informan secara keseluruhan adalah 27 orang.
Seluruh informan menderita anemia tingkat sedang dengan kadar Hb antara 8,7 gr/dl sampai 10,8 gr/dl memiliki beberapa gejala atau tanda-tanda anemia, yaitu 5L, pusing, mudah mengantuk, pucat pada kuku, bibir, dan kelopak mata. Kurangnya makanan yang mengandung zat besi dan kehadiran teh dalam menu sarapan pagi informan merupakan salah satu faktor yang membuat informan menderita anemia, karena terganggunya penyerapan zat besi oleh zat tanin yang terkandung dalam teh. Sebagian besar informan memiliki pola menstruasi yang abnormal dan ini merupakan salah satu faktor penentu kejadian anemia yang dialami para informan. Pengetahuan yang kurang mengenai anemia dan zat gizi membuat informan kurang
iv
tepat dalam memilih makanan yang mengandung zat gizi, dan pada akhirnya menyebabkan ketidakcukupan zat gizi khususnya zat besi.
Pendidikan orangtua informan bervariasi, baik rendah maupun tinggi antara SD sampai dengan S2. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah wiraswasta, sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu rumah tangga (IRT). Pendapatan orangtua informan setiap bulannya bervariasi, antara Rp.525.000 – Rp. Rp.3.632.000,-. Sebagian besar informan memiliki status gizi normal, hanya satu informan status gizinya lebih.
Asupan beberapa zat gizi seperti energi, protein, dan vitamin C yang kurang dari AKG serta asupan zat besi yang defisit pada masing-masing informan merupakan faktor utama yang menentukan informan menderita anemia tingkat sedang. Sebagian besar informan memiliki perilaku jajan makanan yang tidak memenuhi kecukupan zat gizi, secara tidak langsung perilaku jajan tersebut merupakan penyebab para informan menderita anemia karena kurangnya asupan beberapa zat gizi, khususnya zat besi.
Sebaiknya instansi terkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas, serta pihak sekolah setempat lebih meningkatkan pendidikan gizi dan kesehatan. UKS dan PMR melalui kader remaja dapat dijadikan sarana untuk memberikan penyuluhan tentang anemia kepada para siswa khususnya remaja putri. Untuk mengantisipasi ketidakcukupan asupan zat gizi pada siswa khususnya remaja putri, sebaiknya dilakukan komunikasi antara guru dengan orang tua siswa agar memperhatikan makanan, status gizi dan kesehatan putra-putrinya. Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan, membina, dan mengarahkan kualitas makanan yang dijual di kantin sekolah, agar tercapainya pemenuhan asupan zat gizi para siswa khususnya remaja putri. Daftar bacaan : 66 (1983 - 2009)
v
Faculty of Medicine and Health Science PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM NUTRITION SOCIETY Thesis, February 2010 Dilla Nursari, NIM: 105101003269 General Overview of Anemia in Adolescent Girls of 18 Junior High School in Bogor City Year 2009 xx + 153 pages, 18 tables, 12 drawings, 12 attachments
ABSTRACT Nutrition is one key factor to achieve good and optimal health. Anemia remains a
nutritional problem in the world, especially in developing countries, including Indonesia. Anemia is a condition in which the levels of hemoglobin (Hb) someone in the blood is lower than normal. Adolescent Girls are one of the groups at risk of suffering from anemia. Some research in several areas in Indonesia showed the high prevalence of anemia in adolescent girls. Based on the results of Hb status crawl by officials from the East Bogor Health Center at the first class of Adolescent Girls in the working area of East Bogor Health Center is known that the incidence of anemia at the level of SMP / MTs by 47.87%. The greatest prevalence of anemia found in SMP 18, which is 59.3%. Based on WHO criteria (2008), the high incidence of anemia in these schools is a serious health problem levels (> 40%). This study aims to know the description of anemia in Adolescent girls SMPN 18 City of Bogor.
The research method is qualitative method by FGD, in-depth interviews and observation. In addition to using qualitative methods, this study also supported with quantitative data to describe the nutritional status and nutrient intake of the informants. Informants in the research consisted of main informants are female students who totaled 15 people, supporting informants are the parents and close friends of six female students, so the number of informants as a whole is 27 persons.
The study shows all informants suffering from moderate anemia with Hb levels between 8.7 g / dl to 10.8 g / dl had a few symptoms or signs of anemia, namely 5L, dizziness, easy sleepy, pale on nails, lips and eyelids. Lack of foods that contain iron and the presence of tea in the breakfast menu informant is one factor that made the informants suffered from anemia, due to disruption of iron absorption by the substance contained in tea tannin. Most of the informants have an abnormal menstrual pattern, and this is one of the determinants of anemia experienced by the informants. Lack of knowledge about anemia and nutrients to make the informant is not quite right in choosing foods that contain nutrients, and ultimately leading to insufficient nutrients, especially iron.
vi
Education of informant’s parents are both low and high among elementary school up to doctor. Most of the work of the informant's father was entrepreneur, while most of the informant's mother is a housewife. Parental income varies every month, between Rp.525.000 - Rp. Rp.3.632.000, -. Most of the informants have normal nutritional status, only one informant is more nutritional status.
Intake of some nutrients such as energy, protein, and vitamin C are less than the RDA and iron intake that deficits in each of the informants are the main factors that determine the informant suffered from moderate anemia. Most of the informants have behavioral snack foods that do not meet the nutritional adequacy, indirect spending behavior is the cause of the informant suffered from anemia due to lack of intake of some nutrients, particularly iron.
We recommend that relevant agencies such as the education department, health department, health center, as well as the local schools improve nutrition and health education. UKS and PMR through a cadre of teenagers can be a means for providing information about the anemia to students, especially adolescent girls. In anticipation of insufficient intake of nutrients in students, especially adolescent girls, should do the communication between teachers and parents to pay attention to food, nutrition and health status of their child. The school should pay more attention, foster, and direct the quality of food sold in school canteens, in order to achieve compliance with nutrient intake of the students, especially adolescent girls. Reading list: 66 (1983 - 2009)
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Judul Skripsi
GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI SMP NEGERI 18 KOTA BOGOR TAHUN 2009
Telah disetujui, diperiksa dan dinyatakan layak untuk diujikan dalam
Sidang Skripsi oleh Pembimbing Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, Maret 2010
Mengetahui,
Drs. M. Farid Hamzens, M.Si Bambang P. Cadrana, SKM, MKM
Pembimbing I Pembimbing II
viii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 12 Maret 2010
Penguji I,
Drs. M. Farid Hamzens, M.Si
Penguji II
Bambang P. Cadrana, SKM, MKM
Penguji III
Dra. Rina Anggorodi, M.Si
ix
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap : Dilla Nursari
Tempat, Tanggla Lahir : Lhokseumawe, 30 April 1987
Alamat : Jl. Sukun Rt.002/06 No.83 Kel. Cempaka Putih Kec.
Ciputat Timur, Tangerang Selatan - Banten
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1992 – 1993 TK Pertiwi Talawi Hilir, Sawahlunto (Sum-Bar)
1993 – 1999 SDN 02 Talawi Hilir, Sawahlunto (Sum-Bar)
1999 – 2002 SMP Negeri 03 Talawi, Sawahlunto (Sum-Bar)
2000-2002 SMP Negeri 45 (Jakarta Barat)
2002 – 2005 SMA Negeri 84 (Jakarta Barat)
2005 – 2010 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam salalu tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku Ketua Prodi Kesehatan Masyarakat.
2. Bapak Drs. M. Farid Hamzens, M.Si selaku pembimbing 1 yang telah bersedia
memberikan konsultasi, bimbingan dan segala arahan serta sarannya.
3. Bapak Bambang P. Cadrana SKM, MKM selaku pembimbing 2 yang
meluangkan waktunya demi membimbing dan memberikan arahan, saran, serta
motivasinya.
4. Ibu Febriyanti, M.Si selaku penguji seminar proposal skripsi dan Ibu Dra. Rina
Anggorodi, M.Si selaku penguji sidang skripsi.
5. Seluruh staf pengajar dan karyawan Program Studi Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
6. Ibu drg. Lindawati, M.K.M selaku Kepala Puskesmas Bogor Timur atas
kesempatannya mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. Seluruh staf
dan karyawan Puskesmas Bogor Timur yang telah membantu penulis dalam
melakukan penelitian.
7. Kepala sekolah, seluruh guru, staf, karyawan, dan penjaga kantin serta siswa/i
SMPN 18 Kota Bogor.
xi
8. Bapak dan Ma’e atas kasih sayangnya selama ini dan juga doa yang tidak pernah
putus untuk anak-anaknya. Ka’diah yang terus memotivasi, bang iji dan dimas
yang bersedia nganter dilla kemana-mana, ade’ yang tidak berkontribusi
langsung tapi slalu mendoakan kakaknya, serta semua keluarga dan saudara atas
doanya untuk dilla.
9. Mas roy yang ada untuk dengarkan segala keluh kesah dan bersedia mengantar
dilla sampai tempat tujuan, terimakasih untuk semua yang udah diberikan, serta
untuk dua Ibu hebatku, terimakasih atas doa kalian.
10. Sahabat terbaikku Cancute galz, Sempax Boyz, Espul fans club (Ity, Yuni, Titin,
Lies, Itie, dan Rasti), terima kasih untuk segalanya.
11. Seluruh teman-teman Program Studi Kesehatan Masyarakat angkatan 2005,
khususnya Ana dan keluarga yang bersedia memberikanku tempat tinggal, Lisda,
Cory, dan banyak lagi lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan mohon
maaf apabila dalam penyusunan skripsi ini terdapat kekurangan dan kesalahan baik
sengaja maupun tidak sengaja. Kritik dan saran yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat diharapkan penulis untuk peningkatan kualitas skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan mengenai
anemia bagi penulis dan pembaca pada umumnya serta dapat dijadikan masukan
dalam menyelesaikan masalah anemia pada remaja putri.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Ciputat, Maret 2010
Penulis
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................... i
LEMBAR PERSEMBAHAN ................................................................................. ii
ABSTRAK ............................................................................................................. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ vii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL............................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xx
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................5
1.3 Pertanyaan Penelitian ..............................................................................6
1.4 Tujuan......................................................................................................7
1.4.1 Tujuan Umum ...................................................................................7
1.4.2 Tujuan Khusus ..................................................................................7
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................8
1.5.1 Bagi Peneliti......................................................................................8
xiii
1.5.2 Bagi Puskesmas Bogor Timur dan SMPN 18 Kota Bogor ..............8
1.5.3 Bagi Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor ........................................8
1.6 Ruang Lingkup ........................................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja ...................................................................................................10
2.2 Anemia...................................................................................................13
2.3 Anemia Gizi...........................................................................................16
2.4 Gejala Anemia .......................................................................................17
2.5 Dampak Anemia ....................................................................................17
2.6 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia .............18
2.6.1 Asupan Zat Gizi..............................................................................18
2.6.2 Perilaku Makan dan Minum ...........................................................25
2.6.3 Kehilangan Darah...........................................................................28
2.6.4 Sosial Ekonomi...............................................................................31
2.6.5 Status Gizi ......................................................................................37
2.7 Metode Recall 24 jam............................................................................38
2.8 Kerangka Teori ......................................................................................40
BAB III KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pikir.......................................................................................41
3.2 Definisi Istilah .......................................................................................41
3.2.1 Anemia ...........................................................................................41
3.2.2 Asupan Zat Gizi..............................................................................42
3.2.3 Perilaku Sarapan Pagi.....................................................................42
xiv
3.2.4 Perilaku Minum Teh/kopi...............................................................43
3.2.5 Menstruasi ......................................................................................43
3.2.6 Pengetahuan Gizi............................................................................43
3.2.7 Karakteristik Orangtua ...................................................................44
3.2.8 Status Gizi ......................................................................................44
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian ..................................................................................45
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................................45
4.3 Informan Penelitian ...............................................................................45
4.4 Instrumen Penelitian ..............................................................................47
4.5 Metode Pengumpulan Data ...................................................................47
4.5.1 Sumber Data ...................................................................................47
4.5.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data ..................................................48
4.5.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................48
4.6 Pengolahan Data ....................................................................................51
4.7 Pengecekan Validitas/Keabsahan Data .................................................52
4.8 Analisis Data..........................................................................................53
4.9 Penyajian Data.......................................................................................53
BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum SMP Negeri 18 Kota Bogor.....................................54
5.1.1 Sejarah SMP Negeri 18 Kota Bogor ..............................................54
5.1.2 Visi dan Misi SMP Negeri 18 Kota Bogor.....................................54
5.1.3 Profil SMP Negeri 18 Kota Bogor .................................................55
xv
5.2 Gambaran Umum Informan...................................................................56
5.2.1 Informan Utama..............................................................................56
5.2.2 Informan Pendukung ......................................................................58
5.3 Hasil Penelitian......................................................................................59
5.3.1 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ................................................................................59
5.3.2 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ................................................................................70
5.3.3 Gambaran Perilaku Minum The/Kopi Pada Remaja Putri SMP
Negeri Kota Bogor .........................................................................76
5.3.4 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18
Kota Bogor .....................................................................................80
5.3.5 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ................................................................................82
5.3.6 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMP Negeri 18
Kota Bogor .....................................................................................96
5.3.7 Gambaran Status Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18
Kota Bogor ...................................................................................105
5.3.8 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18
Kota Bogor ...................................................................................106
5.3.9 Gambaran Perilaku Jajan di Sekolah Pada Remaja Putri SMP
Negeri 18 Kota Bogor ..................................................................112
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian.....................................................................121
6.2 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri
xvi
18 Kota Bogor ...................................................................................122
6.3 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................124
6.4 Gambaran Perilaku Minum The/Kopi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................126
6.5 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................127
6.6 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................129
6.7 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................131
6.8 Gambaran Status Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri 18
Kota Bogor ........................................................................................135
6.9 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................136
6.10 Gambaran Perilaku Jajan di Sekolah Pada Remaja Putri SMP Negeri
18 Kota Bogor ...................................................................................142
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan..............................................................................................144
7.2 Saran ....................................................................................................146
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................147
xvii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
2.1 Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin........................13
2.2 Ketentuan Masalah Kesehatan Masyarakat Berdasarkan.................................
Prevalensi Anemia ........................................................................................15
2.3 Klasifikasi Anemia Berdasarkan Batasan Hemoglobin................................16
2.4 Kebutuhan Besi Manusia (mg/Hari).............................................................21
2.5 Standar Penentuan Status Gizi Perempuan Umur 10-14 Tahun...................37
4.1 Daftar Informan Penelitian ...........................................................................47
4.2 Teknik Pengumpulan Data ...........................................................................50
4.3 Validitas Data ...............................................................................................52
5.1 Data Siswa SMPN 18 Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun ...........
Ajaran 2009/2010 .........................................................................................56
5.2 Gambaran Umum Informan Utama Peserta FGD Pertama ..........................56
5.3 Gambaran Umum Informan Utama Peserta FGD Kedua .............................57
5.4 Gambaran Umum Informan Utama Peserta Wawancara mendalam............58
5.5 Gambaran Umum Informan Pendukung.......................................................58
5.6 Kadar Hb Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor ......................................60
5.7 Hasil Pengamatan Langsung Gejala/Tanda Anemia .......................................
Pada Informan Utama ..................................................................................69
5.8 Karakteristik Orangtua Informan..................................................................97
5.9 Status Gizi Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor .........................................
xviii
Sebagai Informan Utama ............................................................................106
5.10 Gambaran Asupan Zat Gizi Informan Utama...................................................
Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor ......................................................107
xix
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Halaman
2.1 Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia ...............................40
5.1 Contoh Menu Sarapan Pagi Ssa....................................................................75
5.2 Contoh Menu Sarapan Pagi Sn.....................................................................75
5.3 Contoh Menu Sarapan Pagi Aa ....................................................................76
5.4 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Rumah........................110
5.5 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi In Di Rumah ..........................111
5.6 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Rumah .........................112
5.7 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Sn Di Sekolah ..................................118
5.8 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Ms Di Sekolah..................................118
5.9 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Sekolah.................................118
5.10 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi In Di Sekolah ...................................119
5.11 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Sekolah ..................................119
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Lampiran
Lampiran 1 Pedoman FGD Bagi Siswi
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Siswi
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Teman Sebaya
Lampiran 4 Pedoman Wawancara Mendalam Bagi Keluarga
Lampiran 5 Formulir Recall 1x24 Jam
Lampiran 6 Pedoman Observasi
Lampiran 7 Matriks FGD Pertama Pada Siswi SMPN 18 Kota Bogor
Lampiran 8 Matriks FGD Kedua Pada Siswi SMPN 18 Kota Bogor
Lampiran 9 Matriks Wawawancara Mendalam Pada Siswi SMPN 18 Kota Bogor
Lampiran 10 Matriks Wawawancara Mendalam Pada Keluarga Siswi SMPN 18
Kota Bogor
Lampiran 11 Matriks Wawawancara Mendalam Pada Teman Dekat Siswi SMPN 18
Kota Bogor
Lampiran 12 Matriks Observasi Perilaku Jajan Siswi SMPN 18 Kota Bogor
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh
ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang
memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan kesehatan yang prima di samping
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi (Siswanto, 2001). Gizi
merupakan salah satu faktor penentu untuk mencapai kesehatan yang prima dan
optimal. Namun sayangnya, masyarakat di Indonesia masih menghadapi beberapa
masalah gizi, salah satunya adalah anemia.
Pada dasarnya anemia sama halnya dengan masalah Kurang Energi Protein
(KEP), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), dan Kekurangan Vitamin A
(KVA), yaitu suatu keadaan yang salah satu penyebabnya adalah ketidakcukupan
beberapa zat gizi yang dikonsumsi seseorang. Ketidakcukupan energi dan protein
pada KEP, Yodium pada GAKY, Vitamin A pada KVA, serta tidak adekuatnya
asupan beberapa zat gizi seperti zat besi, folat, dan vitamin B12 pada anemia
(Arisman, 2004). Oleh karena ketidakcukupan asupan zat gizi tersebut anemia
dikatakan sebagai salah satu masalah gizi. Tidak hanya di Indonesia, anemia masih
merupakan masalah gizi di dunia, terutama di negara berkembang, hal ini terlihat dari
data yang menunjukkan sepertiga dari populasi dunia (McLean, 2008) atau 30 %
2
(Siswono, 2008) yaitu sekitar lebih dari 1,5 milyar penduduk dunia menderita anemia
(Casey, 2009).
Menurut WHO (2001), anemia merupakan suatu keadaan dimana kadar
Hemoglobin (Hb) seseorang dalam darah lebih rendah dari normal sesuai dengan nilai
batas ambang menurut umur dan jenis kelamin. Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan
anemia yang paling sering terjadi. Dari seluruh total kasus anemia, 50 % disebabkan
oleh kekurangan zat besi (WHO, 2008). Menurut Suharno (1983), status gizi
merupakan faktor penyebab terjadinya anemia, status gizi ini dipengaruhi oleh pola
makan, keadaan sosial, ekonomi, budaya, kesehatan lingkungan, daya tahan tubuh,
fasilitas kesehatan, infeksi, infestasi cacing dalam tubuh, serta pendidikan yang saling
berkaitan dan sangat kompleks.
Anemia menyebabkan darah tidak cukup mengikat dan mengangkut oksigen
dari paru-paru ke seluruh tubuh. Bila oksigen yang diperlukan tidak cukup, maka
akan berakibat pada sulitnya berkonsentrasi, sehingga prestasi belajar menurun, daya
tahan fisik rendah sehingga mudah lelah, aktivitas fisik menurun, mudah sakit karena
daya tahan tubuh rendah, akibatnya jarang masuk sekolah atau bekerja (Depkes,
2008). Akibat dari anemia ini jika tidak diberi intervensi dalam waktu lama akan
menyebabkan beberapa penyakit seperti gagal jantung kongestif, penyakit infeksi
kuman, thalasemia, gangguan sistem imun, dan meningitis (Sulaeman, 2007).
Wanita lebih sering menderita anemia dibandingkan laki-laki, terutama wanita
hamil, wanita muda, dan miskin (Scholl, 1992). Hal ini sesuai dengan kebutuhan
fisiologis wanita yang meningkat saat hamil, dan juga faktor perdarahan melalui
menstruasi yang terjadi setiap bulan (Depkes, 2003). 45,7 % wanita usia subur
3
(WUS) di Asia Tenggara dan 47,5 % di Afrika dilaporkan menderita anemia (WHO,
2008). Di Bangladesh, 26 % kematian ibu disebabkan oleh anemia dan perdarahan
setelah melahirkan (Ahmed, 2000). Berdasarkan data WHO (2008), prevalensi
anemia tahun 1993-2005 pada WUS di Indonesia mencapai 33,1 %, angka ini lebih
tinggi di bandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Brunei (20,4 %),
Malaysia (30,1 %), Vietnam (24,3 %), dan Thailand (17,8 %). Dari hasil Riskesdas
tahun 2007, diketahui bahwa prevalensi anemia pada perempuan dewasa sebesar
19,7 % (Depkes, 2008).
Remaja putri juga merupakan salah satu kelompok yang berisiko menderita
anemia. Remaja putri adalah calon mahasiswi yang merupakan calon pemimpin di
masa datang, calon tenaga kerja yang akan menjadi tulang punggung produktivitas
nasional, serta sebagai calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus dan
merupakan kunci perawatan anak di masa datang. Oleh karena itu, kualitas remaja
putri perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri mempunyai risiko tinggi untuk
anemia karena pada usia ini terjadi peningkatan kebutuhan zat besi akibat
pertumbuhan, adanya menstruasi, sering membatasi konsumsi makan, serta pola
konsumsinya sering menyalahi kaidah-kaidah ilmu gizi (Sakti, 2003).
Apabila sejak remaja seorang wanita menderita anemia, maka akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan terganggu, lemah karena sering
terkena infeksi, tidak aktif, malas, cepat lelah, di sekolah sulit berkonsentrasi dalam
belajar, mengantuk, akibat lebih lanjutnya akan mempengaruhi kecerdasan dan daya
tangkap anak (Wirakusumah, 1999). Selain itu, akan semakin berat kondisinya bila
wanita tersebut menikah dan hamil, karena kehamilan membutuhkan lebih banyak
4
jumlah zat besi untuk pertumbuhan dan perkembangan janinnya, maka akan
berdampak pada kematian bayi, bayi lahir abnormal, kematian premature, berat badan
bayi lahir rendah, dan kematian ibu (Saraswati, 1997).
Di beberapa Negara dunia, prevalensi anemia remaja putri menunjukkan
masalah kesehatan masyarakat, terutama Negara berkembang. Di bagian Barat
Kenya, prevalensi anemia pada remaja putri umur 12-18 tahun sebesar 21,1 %
(Leenstra, 2003), di Morogoro Municipality, Tanzania ditemukan prevalensi anemia
pada remaja putri umur 11-17 tahun sebesar 42 % (Kinabo, et al, 2003). Di India, 60-
70 % remaja putri menderita anemia (Pande, 2004). Tahun 2006, berdasarkan hasil
penelitian Chang, et al di Kuala Lumpur Malaysia, ditemukan prevalensi anemia pada
remaja putri sebesar 28,3 %.
Beberapa hasil penelitian di beberapa daerah di Indonesia juga menunjukkan
masih tingginya prevalensi anemia pada remaja putri. Pada tahun 1996, penelitian
Lestari mendapatkan prevalensi anemia pada remaja putri SMU di Kabupaten
Bandung sebesar 41,54 %, penelitian Budiman (1997) pada remaja putri SMU dan
MAN di enam daerah kabupaten di Jawa Barat mendapatkan prevalensi anemia
sebesar 40,4 %, penelitian Susanto tahun 2000 mendapatkan prevalensi anemia pada
remaja putri SLTP 14 Semarang sebesar 50,12 %, hasil penelitian Saidin, Permaesih,
dan Leginem pada tahun 2002 mendapatkan prevalensi anemia pada remaja putri
yaitu sebesar 41 %, 25 %, dan 88 %. Pada tahun 2005, dari hasil penelitian
Permaesih, dkk, di dapatkan prevalensi anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar
30 %. Penelitian Satyaningsih (2007) pada remaja putri SMK Amaliyah Sekadau
Kalimantan Barat, mendapatkan prevalensi anemia yaitu 58,7 %. Dari beberapa
5
penelitian tersebut, didapatkan beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian
anemia pada remaja putri, yaitu asupan energi, asupan protein, asupan zat besi,
asupan vitamin C, kebiasaan minum teh atau kopi, investasi cacing, pengetahuan,
pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga, dan pola menstruasi.
Pada tahun 2008, berdasarkan hasil penjaringan status Hb yang dilakukan oleh
petugas Puskesmas Bogor Timur pada remaja putri kelas I di wilayah kerja
Puskesmas Bogor Timur diketahui bahwa kejadian anemia di tingkat SMP/MTs
sebesar 47,87 %. Adapun prevalensi anemia terbesar terdapat di SMPN 18, yaitu
59,3 %. Berdasarkan kriteria WHO (2008), tingginya angka kejadian anemia di
sekolah tersebut merupakan suatu masalah kesehatan tingkat berat (> 40 %).
1.2 Rumusan Masalah
Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang masih dihadapi dunia sampai
saat ini terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Anemia gizi besi
merupakan yang terbanyak dijumpai dari seluruh kejadian anemia. Remaja putri
merupakan salah satu kelompok berisiko tinggi menderita anemia. Hal ini
dikarenakan kondisi fisiologis yang setiap bulannya mengalami menstruasi.
Prevalensi anemia di Indonesia lebih tinggi dibandingkan Negara-negara
tetangga lainnya. Beberapa penelitian mengenai anemia pada remaja putri yang
tersebar di beberapa daerah di Indonesia menunjukkan bahwa anemia pada remaja
putri merupakan masalah kesehatan yang sampai saat ini masih terjadi di Indonesia.
Dari hasil pejaringan status Hb di wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur
tahun 2009 diketahui bahwa prevalensi anemia pada siswi kelas I tingkat SMP/MTs
6
sebesar 47,87 %, dengan prevalensi tertinggi di SMPN 18 yaiu 59,3 %. SMPN 18
merupakan sekolah unggulan, hanya satu-satunya SMP Negeri yang berada di
wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur, dan berdasarkan nilai rata-rata ujian nasional,
SMPN 18 merupakan SMP yang memiliki nilai tertinggi dibandingkan SMP/MTs
lainnya yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur. Siswi kelas I
merupakan remaja putri yang tergolong masa remaja awal, yang memiliki minat
sangat besar terhadap dunia luar, sehingga memiliki keinginan untuk lebih bebas
termasuk dalam hal memilih makanan yang dikonsumsi terutama di luar sekolah,
selain itu remaja putri identik dengan menjaga penampilan, ingin terlihat kurus
dengan diet yang tidak seimbang, sehingga tidak menutup kemungkinan makanan
yang dikonsumsi kurang memenuhi kebutuhan akan zat gizi seperti zat besi. Dari
kondisi tersebut serta belum adanya informasi mengenai gambaran kejadian anemia
di SMPN 18 membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kejadian anemia pada remaja putri SMPN 18 di Kota
Bogor Tahun 2009?
2. Bagaimana gambaran perilaku sarapan pagi pada remaja putri SMPN 18 di
Kota Bogor Tahun 2009?
3. Bagaimana gambaran perilaku mium teh atau kopi pada remaja putri SMPN
18 di Kota Bogor Tahun 2009?
4. Bagaimana gambaran pola menstruasi pada remaja putri SMPN 18 di Kota
Bogor Tahun 2009?
7
5. Bagaimana gambaran pengetahuan anemia pada remaja putri SMPN 18 di
Kota Bogor Tahun 2009?
6. Bagaimana gambaran karakteristik orangtua (pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan) remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009?
7. Bagaimana gambaran status gizi remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun
2009?
8. Bagaimana gambaran asupan zat gizi (energi, protein, zat besi, dan vitamin C)
pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009?
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran kejadian anemia pada remaja putri SMPN 18 di
Kota Bogor tahun 2009.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran perilaku sarapan pagi pada remaja putri SMPN 18 di
Kota Bogor Tahun 2009.
2. Diketahuinya gambaran perilaku mium teh atau kopi pada remaja putri SMPN
18 di Kota Bogor Tahun 2009.
3. Diketahuinya gambaran pola menstruasi pada remaja putri SMPN 18 di Kota
Bogor Tahun 2009.
4. Diketahuinya gambaran pengetahuan anemia pada remaja putri SMPN 18 di
Kota Bogor Tahun 2009.
8
5. Diketahuinya gambaran karakteristik orangtua (pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan) pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009.
6. Diketahuinya gambaran status gizi pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor
Tahun 2009.
7. Diketahuinya gambaran asupan zat gizi (energi, protein, zat besi, dan vitamin
C) pada remaja putri SMPN 18 di Kota Bogor Tahun 2009.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan wawasan dan pengetahuan lebih mengenai anemia pada
remaja putri dan mendapatkan pengalaman pribadi dalam proses belajar-
mengajar khususnya dalam hal metodologi penelitian.
1.5.2 Bagi Puskesmas Bogor Timur dan SMPN 18 Kota Bogor
Dapat dijadikan masukan dalam rangka pembuatan program sebagai upaya
pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri khususnya siswi
sekolah.
1.5.3 Bagi remaja putri SMPN 18 Kota Bogor
Menambah wawasan dan pengetahuan remaja mengenai anemia serta upaya
untuk pencegahan dan penanggulangannya.
9
1.6 Ruang Lingkup
Alasan dilakukannya penelitian ini karena anemia merupakan masalah
kesehatan tingkat berat di SMPN 18 (59,3 %). Penelitian dilakukan untuk mengetahui
gambaran kejadian anemia pada remaja putri. Mahasiswi peminatan gizi Program
studi kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta merupakan
subyek dalam penelitian ini, sedangkan yang menjadi obyek adalah remaja putri
kelas 1 di SMPN 18 Kota Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober Tahun
2009 sampai dengan Febuari 2010, menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
cara wawancara mendalam, FGD, dan observasi.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Remaja
Menurut Kartono (1990) masa remaja adalah masa penghubung atau masa
peralihan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Istilah remaja atau
adolescence berasal dari bahasa latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau
“tumbuh menjadi dewasa”. Istilah adolescence (dalam bahasa Inggris) yang
dipergunakan saat ini mempunyai arti yang cukup luas mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1999).
Batasan usia remaja diungkapkan oleh beberapa ahli, diantaranya oleh Monks,
dkk (1999) yang membagi fase-fase masa remaja menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Masa remaja awal (12-15 tahun)
Pada rentang usia ini remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang sangat
pesat dan perkembangan intelektual yang sangat intensif, sehingga minat anak
pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak mau dianggap
kanak-kanak lagi, namun belum bisa meninggalkan pola kekanak-kanakannya
(Kartono, 1990).
2. Masa remaja pertengahan (15-18 tahun)
Kepribadian remaja masih bersifat kekanak-kanakan, namun sudah timbul
unsur baru, yaitu kesadaran akan kepribadian dan kehidupan badaniah sendiri.
Pada rentang usia ini mulai timbul kemantapan pada diri sendiri yang lebih
11
berbobot. Pada masa ini remaja mulai menemukan diri sendiri atau jati dirinya
(Kartono, 1990).
3. Masa remaja akhir (18-21 tahun)
Pada rentang usia ini, remaja sudah merasa mantap dan stabil. Remaja sudah
mengenal dirinya dan ingin hidup dengan pola hidup yang digariskan sendiri,
dengan itikad baik dan keberanian. Remaja sudah mempunyai pendirian
tertentu berdasarkan satu pola yang jelas yang baru ditentukannya (Kartono,
1990).
Pertumbuhan yang pesat, perubahan psikologis yang dramatis serta peningkatan
aktivitas yang menjadi karakteristik masa remaja, menyebabkan peningkatan
kebutuhan zat gizi, dan terpenuhi atau tidak terpenuhinya kebutuhan ini akan
mempengaruhi status gizi (Sayogo, 2006). Meningkatnya aktivitas, kehidupan sosial,
dan kesibukan pada remaja, akan mempengaruhi kebiasaan makan mereka. Pola
konsumsi makanan sering tidak teratur, sering jajan, sering tidak makan pagi, dan
sama sekali tidak makan siang.
Terutama pada remaja putri, mereka lebih memperhatikan penampilan dirinya,
seringkali terlalu ketat dalam pengaturan pola makannya karena enggan menjadi
gemuk, sehingga dapat mengakibatkan kekurangan zat gizi (Sayogo, 2006). Jumlah
waktu makan yang ditunda dan makan diluar rumah meningkat mulai awal remaja
sampai remaja akhir. Terdapat peningkatan asupan makanan siap saji yang cenderung
mengandung lemak, kalori, natrium tingi, dan rendah asam folat, serat, dan
vitamin A.
12
Seorang remaja dapat mengalami peningkatan risiko defisiensi zat besi, karena
kebutuhan yang meningkat sehubungan dengan pertumbuhan. Remaja putri
membutuhkan makanan dengan kandungan zat besi yang tinggi terlebih yang sudah
mengalami haid setiap bulan. Remaja yang berasal dari sosial ekonomi rendah,
sumber makanan yang adekuat tidak terpenuhi, mempunyai risiko defisiensi zat besi
sebelum hamil.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan pada remaja, yaitu
pola makan keluarga, teman sebaya, dan media (Arisman, 2004). Remaja yang sering
makan bersama dengan keluarganya memiliki pola makan lebih baik dengan
makanan yang lebih sehat dibandingkan dengan mereka yang jarang makan bersama
dengan keluarga (Arimurti, 2009). Remaja dengan aktivitas sosial tinggi,
memperlihatkan peran teman sebaya menjadi tampak jelas. Di kota besar sering kita
lihat kelompok-kelompok remaja bersama-sama makan dirumah makan yang
menyajikan makanan siap saji (fast food). Masa remaja merupakan target utama iklan
restoran cepat saji, makanan ringan, dan minuman manis, yang akan mempengaruhi
pilihan makanan. Dengan kemudahan akses terhadap media, akan memiliki pengaruh
jangka panjang terhadap pilihan makanan dan menghasilkan kebiasaan makan yang
buruk pada remaja (Ayustaningwarno, 2009).
Dalam hubungannya dengan proses perkembangan, masa remaja merupakan
masa transisi dari kontrol eksternal (paling sering ornagtua) ke kontrol internal. Masa
ini merupakan periode yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan
pola tingkah laku, yang meliputi pola makan dan perawatan diri. Sumber-sumber
informasi di luar keluarga, seperti media (TV dan radio) dapat menjadi lebih
13
bermakna. Oleh sebab itu, masa remaja merupakan masa yang tepat untuk intervensi
pendidikan dasar (Koblinsky, 1996).
2.2 Anemia
Husaini (1989) menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh penurunan produksi
sel darah merah dan hemoglobin, peningkatan pengrusakan sel-sel merah (hemolisis)
atau kehilangan darah karena perdarahan berat. Anemia didefinisikan suatu keadaan
yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari keadaan normal (WHO, 2001).
Batas kadar normal Hb untuk kelompok orang ditentukan menurut umur dan jenis
kelamin seperti yang diperlihatkan dalam tabel 2.1 dibawah ini :
Tabel 2.1 Batas Normal Kadar Hb Menurut Umur dan Jenis Kelamin
WHO (2001)
Kelompok Umur Hb (gr/dl)
6 bulan - 59 bulan 11
5 - 11 tahun 11,5 Anak-anak
12-14 tahun 12
wanita > 14 tahun 12
wanita hamil 11 Dewasa
laki-laki >14 tahun 13
Berdasarkan etiologinya, Baldy (1992) menerangkan anemia dapat dibagi
menjadi dua. Penyebab utama adalah meningkatnya kehilangan sel darah merah dan
gangguan atau penurunan pembentukan sel. Meningkatnya kehilangan sel darah
merah dapat disebabkan oleh perdarahan dan penghancuran sel. Perdarahan dapat
14
disebabkan oleh trauma atau luka, perdarahan kronik karena polip pada kolon,
penyakit keganasan, hemoroid, dan menstruasi yang abnormal. Etiologi yang kedua
adalah pembantukan sel darah merah yang terganggu. Setiap keadaan yang
mempengaruhi sumsum trulang dimasukkan dalam kelompok ini, seperti : (1)
keganasan yang tersebar seperti kanker, obat dan zat toksik, serta radiasi; (2) penyakit
menahun melibatkan ginjal dan hati, infeksi dan defisiensi endokrin. Kekurangan
vitamin-vitamin penting seperti vitamin B12, vitamin C dan zat besi juga dapat
mengakibatkan pembentukan sel darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan
anemia.
Menurut Junadi (1995), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya
anemia, yaitu :
1. Sebab langsung, yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit.
Kurangnya zat besi dalam tubuh disebabkan karena kurangnya asupan makanan
yang mengandung zat besi, makanan cukup, namun bioavailabilitas rendah,
serta makanan yang dimakan mengandung zat penghambat absorpsi besi.
Infeksi penyakit yang umumnya memperbesar resiko anemia adalah cacing dan
malaria.
2. Sebab tidak langsung, yaitu rendahnya perhatian keluarga terhadap wanita,
aktifitas wanita tinggi, pola distribusi makanan dalam keluarga dimana ibu dan
anak wanita tidak menjadi prioritas.
3. Sebab mendasar yaitu masalah ekonomi, antara lain rendahnya pendidikan,
redahnya pendapatan, status sosial yang rendah dan lokasi geografis yang sulit.
15
Menurut Depkes (2003), penyebab anemia pada remaja putri dan wanita adalah:
1. Pada umumnya konsumsi makanan nabati pada remaja putri dan wania tinggi,
dibanding makanan hewani sehingga kebutuhan Fe tidak terpenuhi.
2. Sering melakukan diet (pengurangan makan) karena ingin langsing dan
mempertahankan berat badannya.
3. Remaja putri dan wanita mengalami menstruasi tiap bulan yag membutuhkan
zat besi tiga kali lebih banyak dibanding laki-laki.
WHO (2001) menetapkan batasan prevalensi anemia yang merupakan masalah
kesehatan masyarakat dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2 Ketentuan Masalah Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Prevalensi Anemia
Kategori Masalah Kesehatan Masyarakat Prevalensi Anemia
Tidak masalah < 4,9 Ringan 5,0 – 19,9 Sedang 20,0 – 39,9 Berat >40,0
WHO (2001)
Berdasarkan batasan hemoglobin, WHO 2001 juga melakukan klasifikasi
anemia, yaitu normal atau tidak anemia, anemia ringan, anemia sedang, anemia berat,
dan anemia sangat berat. Batasan hemoglobin untuk setiap klasifikasi, dapat dilihat
pada tabel 2.3 di bawah ini.
16
Tabel 2.3
Klasifikasi Anemia Berdasarkan Batasan Hemoglobin
Klasifikasi Anemia Batasan Hemoglobin Normal 12 – 14 gr/dl Ringan 11 – 11,9 gr/dl Sedang 8 – 10,9 gr dl Berat 5 – 7,9 gr/dl
Sangat Berat < 5 gr/dl WHO (2001)
2.3 Anemia Gizi
Anemia yang disebabkan karena kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi
esensial seperti zat besi atau zat gizi mikro lainnya seperti asam folat dan vtamin B12
disebut anemia gizi. Kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang digunakan
untuk pembentukan sel darah merah, merupakan penyebab sebagan besar anemi baik
di Negara barat maupun di Negara timur, dengan prevalensi tertinggi di Negara-
negara berkembang (Husaini, 1989).
Anemia dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan defisiensi zat
besi pada populasi. Hal ini dapat diibaratkan sebagai puncak gunung es dalam air
dimana anemia merupakan puncak sementara defisiensi zat besi adalah kaki gunung
yang berada dalam air (Hallberg, 1988). Menurut WHO (2001) apabila prevalensi
anemia lebih dari 20 % pada populasi dengan umur dan jenis kelamin sama, maka
defisiensi besi di asumsikan 50 % dari jumlah populasi tersebut, sedangkan bila
prevalensi anemia lebih dari 40 % maka diasumsikan defisiensi besi terdapat pada
seluruh populasi.
17
Husaini (1980), bahwa kadar Hb yang kurang dari standar dapat digunakan
sebagai indikator anemia gizi sepanjang pevalensi anemia pada masyarakat tersebut
masih tinggi. Kekurangan (defisiensi) zat besi dan anemia kekurangan zat besi adalah
suatu keadaan yang berbeda. Defisiensi zat besi merupakan kondisi kekurangan
cadangan zat besi dalam tubuh ditandai dengan kurangnya pembentukan sel darah
merah. Sedangkan anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan karena
defisiensi zat besi ekstrim dengan karakteristik sel darah merah berkurang dan kadar
Hb yang rendah dengan gejala kelelahan, lesu, sakit kepala, pucat, tidak tahan dingin,
dan penurunan daya konsentrasi (Hallberg, 1988).
2.4 Gejala Anemia
Gejala anemia menurut Arisman (2004) biasanya tidak khas dan sering tidak
jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. sedangkan menurut
Depkes (1998) dan Supariasa (2002), gejala/tanda-tanda anemia antara lain 5 L (lelah,
lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung
meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing,
dan mudah mengantuk.
2.5 Dampak Anemia
Dampak yang ditimbulkan akibat anemia terjadi pada perkembangan fisik dan
psikis yang terganggu, penurunan kerja fisik dan daya pendapatan, penurunan daya
tahan terhadap keletihan, peningkatan angka kesakitan dan kematian (WHO, 1996).
Anemia yang diderita oleh remaja putri dapat menyebabkan menurunya prestasi
18
belajar, menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi.
Selain itu pada remaja putri yang anemia, tingkat kebugarannyapun akan turun yang
berdampak pada rendahnya produktifitas dan prestasi olahraganya dan tidak
tercapainya tinggi badan maksimal karena pada masa ini terjadi puncak pertumbuhan
tinggi badan (peak higth velcity) (Depkes, 2003).
2.6 Faktor Penyebab yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia
2.6.1 Asupan Zat Gizi
1. Zat Besi (Fe)
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel
darah merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam
tubuh, yaitu: sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,
sebagai alat angkut elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai
reaksi enzim di dalam jaringan tubuh (Almatsier, 2001).
Pada wanita, zat besi yang dikeluarkan dari badan lebih banyak dari laki-
laki. Selain dari kehilangan basal, masih ada kehilangan lewat jalur lain. Setiap
bulan wanita dewasa mengalami menstruasi, dan periode menstruasi
dikeluarkan zat besi rata-rata sebanyak 28 mg/periode. Oleh karena menstruasi
terjadi satu kali dalam satu bulan, maka banyaknya zat besi yang dikeluarkan
rata-rata sehari adalah 28 mg dibagi dengan 30 sama dengan 1 mg/hari. Dengan
demikian wanita mengeluarkan zat besi dari tubuhnya hampir dua kali lebih
banyak dari laki-laki dewasa. Meningkatnya kebutuhan zat besi, bila diiringi
19
dengan kurangnya asupan zat besi dapat berakibat remaja putri rawan terhadap
anemia akibat defisiensi besi (Hallberg, 1988).
Zat besi yang berasal dari bahan makanan hewani (zat besi heme)
mempunyai tingkat absorpsi 20-30 % sedangkan zat besi non heme hanya 10-
15 %. Zat besi heme lebih mudah diserap dan penyerapannya tidak tergantung
dengan zat makanan lainnya, tapi zat besi heme ini dapat berubah menjadi zat
besi non heme jika dimasak dengan suhu yang tinggi dan dalam waktu yang
lama. Sedangkan zat besi non heme lebih sulit diserap dan penyerapannya
sangat tergantung pada zat makanan lainnya baik secara positif maupun
negative. Kehadiran Vitamin C, daging, ikan, dan unggas akan meningkatkan
penyerapan zat besi non heme dan zat besi heme yang terdapat dalam daging,
unggas, dan ikan serta makanan hasil laut, dapat meningkatkan penyerapan zat
besi non heme. Sedangkan yang berperan negative dalam penyerapan zat besi
adalah tannin dalam teh, phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai, phytat,
fosfat, kalsium, dan serat dalam bahan makanan (Husaini, 1989).
Absorpsi besi tergantung pada jumlah bahan makanan yang menghambat
dan meningkatkan absorpsi, sehingga absorpsi besi dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari bervariasi. Muhilal (1983) dalam Amaliah (2002)
menyatakan bahwa makanan sehari-hari dapat diklasifikasikan menjadi tiga,
yaitu :
a. Absorpsi besi rendah atau sama dengan 5 %, yang berasal dari makanan
yang monoton. Makanan yang monoton umumnya hanya terdiri dari beras
atau ubi, atau jagung dengan hanya sedikit atau jarang sekali makan
20
daging, ikan, dan vitamin C, dan banyak mengandung serat atau bahan
makanan yang menghambat absorpsi besi, maka absorpsi besi dari menu
makanan yang demikian adalah rendah atau berkisar 5 %. Makanan yang
absorpsi besi rendah ini umumnya dijumpai pada keluarga-keluarga yang
berpenghasilan rendah di negara-negara sedang berkembang.
b. Absorpsi besi sedang atau sama dengan 10 %
Makanan yang terdiri dari beras atau serelia lainnya, dengan daging dan
makanan berasal dari hewani lainnya serta vitamin C yang sering ada setiap
hari, yang merupakan tipe makanan bagi keluarga-keluarga mampu di
Negara-negara sedang berkembang, absorpsi besi adalah 10 % atau disebut
sedang (moderat).
c. Absorpsi besi tinggi atau sama dengan 15 %
Menu makanan orang-orang di Negara-negara industry seperti Eropa,
Amerika, dan Negara-negara maju lainnya dimana daging dan makanan
lainnya tinggi di dalam menu sehari-hari, maka absorpsi besi dari makanan
15 % atau disebut tinggi.
Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari untuk mempertahankan kadar
hemoglobin, kadar simpanan besi yang cukup dan untuk keperluan
pertumbuhan yang normal, berbeda menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
Remaja putri selama pertumbuhan mengalami peningkatan volume darah dan
jaringan tubuh sehingga membutuhkan tambahan besi untuk sintesa
hemoglobin dan myoglobin (Guthrie, 1989).
21
Tabel 2.4 Kebutuhan Besi Manusia (mg/Hari)
Guthrie (1989)
Kehilangan Kebutuhan
Kelompok
umur Faeces
Urine,
keringat,
desquamasi
Menstruasi Pertumbuhan Hamil
Total
kebutuhan
Dewasa
Pria 0,7 0,2-0,5 0,9-1,2
Wanita 0,7 0,2-0,5 0,5-1,0 1,4-2,2
Ibuhamil 0,7 0,2-0,5 1,0-2,0 1,9-3,2
Anak-anak 0,7 0,2-0,5 0,2 1,1-1,4
Remaja putri 0,7 0,2-0,5 0,5-1,4 0,5-1,0 1,9-3,7
Dari beberapa teori di atas, didukung oleh beberapa penelitian yang
mendapatkan hasil yang berhubungan antara asupan zat besi dengan anemia
pada remaja putri. Pada tahun 2007 penelitian Satyaningsih mendapakan hasil
bahwa remaja putri SMK Amaliyah Sekadau yang konsumsi Fe kurang
memiliki resiko 10 kali mengalami anemia dibandingkan remaja putri yang
konsumsi Fe cukup. Penelitian Kwatrin (2007) juga mendapakan hubungan
yang bermakna secara statistik antara asupan zat besi dengan kejadian pada
remaja putri di SMUN Bayah Kabupaten Lebak. Feriani (2004) dan Safyanti
(2001) juga menemukan hubungan antara konsumsi Fe dengan kejadian anemia
dengan resiko masing-masing 5 kali dan 6 kali lebih tinggi pada remaja putri
yang konsumsi Fe rendah atau kurang.
22
2. Vitamin C
Zat gizi yang telah dikenal luas sangat berperanan dalam meningkatkan
absorpsi zar besi adalah Vitamin C (Husaini, 1989; Almatsier, 2001). Vitamin
C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non hem sampai empat kali lipat, yaitu
dengan merubah besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah
diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar
dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Vitamin C pada
umumnya hanya terdapat pada pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama
yang asam seperti jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat
(Almatsier, 2001).
Beberapa penelitian membuktikan pengaruh konsumsi vitamin C terhadap
kejadian anemia, yaitu pada tahun 2001, Safyanti menemukan remaja putri
yang konsumsi Vitamin C kurang dari 100 % AKG memiliki resiko 3,5 kali
lebih tinggi mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang
mengkonsumsi vitamin C > 100 % AKG. Satyaningsih (2007) dan Kwatrin
(2007) juga menemukan hal yang sama, yaitu resiko mengalami anemia lebih
tinggi 4 kali pada remaja putri yang konsumsi Vitamin C kurang dari AKG.
3. Energi
Krummel (1996), menyatakan bahwa energi merupakan zat gizi utama, jika
asupan energi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan maka kebutuhan akan zat gizi
lainnya seperti protein, vitamin, mineral juga sulit terpenuhi.
23
Menurut Khumaidi (1989) untuk menilai kecukupan konsumsi pangan
adalah dengan menilai kecukupan konsumsi energi dan protein. Pada umumnya
jika kecukupan energi dan protein sudah terpenuhi dan dikonsumsi dari
beragam jenis pangan, maka kecukupan zat gizi lainnya biasanya juga akan
terpenuhi.
Kekurangan satu zat gizi sering diikuti dengan kekurangan zat gizi lainnya
dan begitu pula dengan penyerapan dan metabolism zat gizi saling terkait antara
satu zat gizi dengan zat gizi lainnya. Rendahnya asupan energi dan protein
dapat menimbulkan masalah kurang energi dan protein (KEP). KEP dapat
menurunkan daya tahan tubuh terhadap infeksi. Penyakit infeksi yang sering
terjadi pada penderita kurang gizi adalah penyakit saluran pernafasan dan
saluran pencernaan, penyakit ini dapat mengakibatkan gangguan dalam
penyerapan zat gizi makanan, salah satunya Fe, bila terdapat gangguan
penyerapan Fe, maka akan terdapat kemungkinan terjadinya Anemia.
Menurut Wirakusumah (1999) kekurangan konsumsi energi dapat
menyebabkan anemia, hal ini terjadi karena pemecahan protein tidak lagi
ditujukan untuk pembentukan sel darah merah dengan sendirinya menjadi
kurang. Pemecahan protein untuk energi dapat menyebabkan
ketidakseimbangan dalam tubuh.
Pengaruh asupan energi terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam
beberapa penelitian, yang mana remaja putri dengan asupan energi < 100 %
AKG memiliki resiko mengalami anemia 3,13 (Lestari, 1996), 3,2 (Safyanti,
24
2002), 6,962 (Kwatrin, 2007), 5,066 (Satyaningsih, 2007) kali lebih tinggi
dibandingkan remaja putri yang konsumsi energinya cukup.
4. Protein
Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai carrier
bagi transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut transferring yang
disintesa di dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam darah
untuk digunakan pada sintesa hemoglobin. Dengan berkurangnya asupan
protein dalam makanan, sintesa transferring akan terganggu sehingga kadar
dalam darah akan turun. Rendahnya kadar transferring dapat menyebabkan
transportasi zat besi tidak dapat berjalan dengan baik, akibatnya kadar Hb akan
menurun (Hallberg, 1988).
Bridges (2008) menyatakan bahwa protein juga mempunyai peranan
penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya asupan protein
akan mengakibatkan transportasi zat besi terlambat sehingga akan terjadi
defisiensi zat besi, disamping itu makanan yang tinggi protein terutama berasal
dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung zat besi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa remaja putri yang asupan
proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih tinggi terkena anemia
dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup atau memenuhi
AKG. Safyanti (2002) mendapatkan hasil bahwa remaja putri yang asupan
proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih 5,3 kali terkena anemia
dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup, begitu juga dengan
25
penelitian Dadin (2006) mendapatkan hubungan bermakna antara asupan
protein dengan kejadian anemia dengan OR 5,06, penelitian Satyaningsih
(2007) dan Kwatrin (2007) juga mendapatkan hubungan signifikan antara
asupan protein dan anemia dengan masing-masing nilai OR nilai OR 4,255 dan
4,380.
2.6.2 Perilaku Makan dan Minum
1. Perilaku Sarapan Pagi
Makan/sarapan pagi yaitu : makanan yang dimakan sebelum beraktifitas,
yang terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. Jumlah
yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Sedangkan menurut
Depkes (2001), sarapan adalah mengkonsumsi makanan yang dimakan pada
waktu pagi hari sebelum berangkat atau melakukan kegiatan disekolah.
Menurut Effendi (1993) dalam Afifah (2003), kebiasaan tidak makan pagi
antara lain dapat disebabkan karena tidak adanya nafsu makan, terbiasa tidak
makan pagi dan tidak mempunyai waktu yang cukup untuk melakukannya.
Selain itu, dapat juga disebabkan oleh hidangan yang kurang menarik seehingga
tidak dapat menimbulkan selera makan.
Kebiasaan makan pagi sangat penting bagi remaja karena dapat membantu
meningkatkan konsentrasi belajar siswi di sekolah, dimana dengan melakukan
makan pagi kadar gula darah akan meningkat karena lambung terisi kembali
setelah delapan sampai sepuluh jam kosong (Saidin, 1991).
26
Manfaat makan/sarapan pagi, yaitu : untuk memelihara ketahanan tubuh,
agar dapat bekerja atau belajar dengan baik, membantu memusatkan pikiran
untuk belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran, membantu mencukupi
zat gizi. Akibat tidak makan pagi, yaitu : badan terasa lemah karena kekurangan
zat gizi yang diperlukan untuk tenaga, tidak dapat melakukan kegiatan atau
pekerjaan pagi hari dengan baik, anak sekolah tidak dapat berpikir dengan baik
dan malas, orang dewasa hasil kerjanya menurun.
Hasil analisa penelitian Chusniaty (2002) terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan sarapan pagi setiap hari dengan kejadian anemia,
yang mana remaja putri yang tidak mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap
hari memiliki resiko 3,421 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja
putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari. Berdasarkan
penelitian Permaesih (2005), didapatkan hasil bahwa remaja putri yang tidak
terbiasa sarapan pagi setiap hari memiliki resiko menderita anemia 1,6 kali
dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi
setiap hari. Penelitian Wijiastuti (2006) pada remaja putri Tsnawiyah Negeri
Cipondoh-Tangerang juga mendapatkan hubungan yang bermakna antara
sarapan pagi dengan kejadian anemia, yang mana remaja putri yang tidak
terbiasa sarapan pagi setiap hari memiliki resiko menderita anemia 4,88 kali
dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi
setiap hari.
27
2. Perilaku Minum Teh/Kopi
Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain
air putih, teh merupakan minuman paling banyak yang dikonsumsi manusia.
Rata-rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita (Besral,
dkk, 2007). Tannin yang merupakan polifenol dan terdapat dalam teh, kopi, dan
beberapa jenis sayuran dan buah menghambat absorbsi besi dengan cara
mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh
atau kopi waktu makan (Almatsier, 2001).
Menurut Morck, et al (1983) minum teh paling tidak sejam sebelum atau
setelah makan akan mengurangi daya serap sel darah terhadap zat besi 64
persen. Pengurangan daya serap akibat teh ini lebih tinggi daripada akibat sama
yang ditimbulkan oleh konsumsi segelas kopi usai makan. Kopi, mengurangi
daya serap hanya 39 persen. Pada teh, pengurangan daya serap zat besi itu
diakibatkan oleh zat tanin. Selain mengandung tanin, teh juga mengandung
beberapa zat, antara lain kafein, polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin bisa
mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan terutama yang masuk
kategori heme non-iron, misalnya padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-
kacangan.
Remaja putri yang memiliki kebiasaan minum teh/kopi > 1 gelas/hari
memiliki resiko 2,023 menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri
yang mengkonsumsi teh < 1 gelas/hari (Satyaningsih, 2007).
28
2.6.3 Kehilangan Darah
1. Penyakit Infeksi
Menurut Junadi (1995), penyebab langsung terjadinya anemia adalah
penyakit infeksi, yaitu cacingan, TBC, dan malaria. Menurut Husaini (1989),
anemia gizi dapat diperberat oleh investasi cacing tambang. cacing tambang
yang menempel pada dinding usus dan menghisap darah. Darah penderita
sebagian akan hilang karena gigitan dan hisapan cacing tambang. Setiap hari 1
ekor cacing dapat memakan darah 0,03 ml sampai 0,15 ml, sehingga untuk
menyebabkan anemia dierkirakan harus ada 2000 ekor cacing. Disamping
cacing tambang, cacing gelang secara langsung maupun tidak langsung juga
dapat menimbulkan kekurangan zat besi, karena berkurangnya nafsu makan dan
gangguan penyerapan karena memendeknya permukaan villi usus.
Berdasarkan penelitian Lestari (1996), remaja putri dengan investasi cacing
memiliki resiko 4.47 menjadi anemia dibandingkan responden yang tidak
terinvestasi cacing. Pada tahun 2006, penelitian Wijiastuti pada remaja putri di
Tsnawiyah Negeri Cipondoh-Tangerang mendapatkan hubungan yang
bermakna antara investasi cacing dengan kejadian anemia. Hal yang sama juga
didapatkan dari hasil penelitian oleh Kaur, et al di pedesaan Wardha, India
tahun 2006, remaja putri dengan investasi cacing memiliki resiko menderita
anemia 4,11 kali dibandingkan dengan remaja putri yang tidak memiliki
investasi cacing.
29
2. Menstruasi
Pengertian menstruasi (haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik
dari uterus disertai pelepasan (deskuamsi endometri) (Saifuddin, 1999).
Perdarahan haid terjadi secara ritmis mengikuti pola siklus yang normalnya
dalam satu siklus berkisar 25-31 hari (Hestiantoro, dkk, 2008). Siklus
menstruasi normal muncul satu kali dalam sebulan, karena itu dapat dikatakan
frekuensi atau siklus menstruasi perempuan usia reproduksi adalah satu kali
sebulan. Bila frekuensi menstruasi lebih dari satu kali sebulan sehingga siklus
kurang dari 25 hari disebut polimenore (Depkes RI, 1998).
Pola menstruasi dapat diukur berdasarkan jumlah darah, frekuensi
perdarahan, dan lama menstruasi. Biran (1990) menyatakan bahwa sangat sulit
mengukur jumlah darah menstruasi secara kuantitas. Bahkan seorang
wanitapun sulit untuk mengukur sendiri ataupun menyadari apakah aliran darah
menstruasi mereka abnormal. Sebagai patokannya, suatu perdarahan disebut
tidak normal jika perdarahan yang terjadi lebih dari enam hari dan pembalut
yang digunakan perperiode lebih dari 12 potong. Kehilangan zat besi di atas
rata-rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola menstruasi yang lebih
banyak dan waktunya lebih panjang.
Menurut Krummel (1996), usia menarche biasanya berkisar antara 10,5 –
15,5 tahun dan pergeseran usia menarche lebih dini akan mengakibatkan
pengeluaran zat besi melalui menstruasi menjadi lebih awal. Selain itu Biran
(1990) menyatakan bahwa pada remaja putri siklus haid biasanya akan
30
terbentuk dalam waktu 4-6 tahun sejak usia haid pertama dengan lamanya haid
pada setiap wanita juga bervariasi, biasanya berkisar 3-6 hari namun ada juga
hanya 1-2 hari dan diikuti dengan darah yang keluar sedikit-sedikit pada hari
berikutnya.
Masalah gangguan haid (haid abnormal), dan perdarahan yang menyerupai
haid pada interval siklus haid normal menurut Hestiantoro (2008)
dikelompokkan menjadi :
a. Ritme (irama) haid, dimana normalnya adalah 25-31 hari, sedangkan yang
abnormal seperti :
• Haid terlalu sering dengan interval < 21 hari, yang disebut polimenorea.
• Haid terlalu jarang dengan interval > 35 hari, yang disebut oligomenore.
• Tidak terjadi haid, yang disebut amenore.
• Perdarahan tidak teratur, dimana interval datangnya haid tidak tentu.
• Perdarahan bercak (spotting ) yang terjadi prahaid, pertengahan siklus
dan pasca haid.
b. Banyaknya darah haid yang keluar, dimana normalnya ganti pembalut 2-5
kali/hari, abnormal jika :
• Bila darah haid yang keluar terlalu banyak, disebut hipermenorea
dengan ganti pembalut > 6 kali perhari.
• Bila darah haid yang keluar terlalu sedikit, disebut hipomeorea dengan
ganti pembalut < 2 kali perhari.
• Perdarahan becak (spotting).
31
c. Lamanya darah haid yang keluar, dimana normalnya 2-5 hari, abnormal
jika:
• Darah haid yang keluar > 6 hari, disebut menoragia.
• Bila darah haid yang keluar < 2 hari, disebut brakimenorea.
d. Perdarahan bercak (spotting) prahaid, pertengahan siklus dan pasca haid.
Hasil penelitian Amaliah (2002) mendapatkan kejadian anemia lebih tinggi
(53,8 %) pada remaja putri dengan lama haid lebih dari 6 hari dibandingkan
dengan yang lama haidnya 3-6 hari. Satyaningsih (2007) mendapatkan hasil
penelitian bahwa remaja putri dengan frekuensi haid yang tidak normal
memiliki resiko 2,6 kali menderita anemia dibandingkan dengan remaja putri
yang frekuensi haidnya normal. Hasil penelitian Gunatmaningsih (2007)
menunjukkan ada hubungan antara menstruasi dengan kejadaian anemia pada
remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupatean Brebes (p=
0,015). Hal ini menunjukkan bahwa responden yang sedang mengalami
menstruasai mempunyai risiko 1,842 kali lebih besar untuk mengalami kejadian
anemia.
2.6.4 Sosial Ekonomi
1. Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
32
seseorang (overt behavior). Pengalaman penelitian menyatakan ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan lebih baik daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003). Menurut Lunandi (1984),
pengetahuan yang didapat oleh seseorang menyebabkan seseorang tersebut
memiliki keterampilan. Keterampilan serta material yang tersedia akan
mengarahkan seseorang pada perubahan perilaku.
Pengetahuan gizi adalah kemampuan seseorang untuk mengingat kembali
kandungan gizi makanan, sumber serta kegunaan zat gizi tersebut didalam
tubuh. Pengetahuan gizi ini mencakup proses kognitif yang dibutuhkan untuk
menggabungkan informasi gizi dengan perilaku makan agar struktur
pengetahuan yang baik tentang gizi dan kesehatan dapat dikembangkan.
Tingkat pengetahuan gizi seseorang dalam pemilihan makanan dan selanjutnya
akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan (Irawati,
1992).
Kelompok remaja masih berada pada proses belajar sehingga lebih mudah
menyerap pengetahuan sebagai bekal di masa datang (Saraswati, 1997).
Penelitian Dadin (2006) menguatkan teori diatas, bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian pada remaja putri, yang
mana remaja putri dengan pengetahuan gizi rendah memiliki resiko 2,86 kali
menderita anemia dibandingkan dengan remja putri yang pengetahuan gizinya
baik. Pada tahun 2007, Satyaningsih juga mendapatkan hubungan bermakna
antara pengetahuan dan anemia, nilai OR yang didapat yaitu 2,857.
33
2. Pendidikan Orangtua
Pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau
mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana
menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan
kesehatan orang lain, kemana seharusnya mencari pengobatan bila sakit dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Faktor pendidikan dapat mempengaruhi
status anemia seseorang sehubungan dengan pemilihan makanan yang
dikonsumsi. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi
pengetahuan dan informasi tentang gizi yang lebih baik dibandingkan seseorang
yang berpendidikan lebih rendah (Permaesih, 2005)
Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perilaku hidup sehat. Pendidikan
yang lebih tinggi memudahkan seseorang dalam menyerap informasi dan
mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khusunya
dalam hal kesehatan dan gizi. Tingkat pendidikan, khususnya tingkat
pendidikan wanita mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita, 2004).
Tingkat pendidikan ibu terutama dapat menentukan pengetahuan, sikap,
dan keterampilannya dalam menentukan makanan keluarga. Peranan ibu
biasanya peling banyak berpengaruh terhadap pembentukan kebiasaan makan
anak, karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai mengatur menu,
berbelanja, memasak, menyiapkan makanan, dan mendistribusikan makanan.
Pendidikan dan pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas hidangan
yang disajikan, pengetahuan gizi berkembang secara bermakna dengan sikap
positif terhadap perencanaan dan persiapan makanan. Semakin tinggi
34
pengetahuan gizi ibu, maka makin positif sikap ibu terhadap kualitas gizi
makanan, sehingga makin baik asupan gizi keluarga (Suhardjo, 1989).
Achmad Djaeni (1996) yang menyatakan bahwa pendidikan ibu merupakan
modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam
menyusun makanan keluarga, serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi
keluarga dengan tingkat pendidikan rendah dikhawatirkan akan lebih sulit
menerima informasi kesehatan khususnya bidang gizi, sehingga tidak dapat
menambah pengetahuan dan tidak mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal diharapkan semakin tinggi pula
tingkat pendidikan kesehatannya, karena tingkat pendidikan kesehatan
merupakanbentuk intervensi terutama terhadap faktor perilaku kesehatan.
Menurut Sariningrum (1990), ada dua kemungkinan hubungan antara
tingkat pendidikan orangtua dan pola konsumsi makanan dalam keluarganya,
yaitu :
a. Tingkat pendidikan orangtua secara langsung dan tidak langsung
menentukan kondisi rumah tangga dimana kondisi rumah tangga sangat
mempengaruhi konsumsi keluarga.
b. Pendidikan istri, disamping merupakan modal utama dalam menunjang
perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan
keluarga.
Hasil penelitian analisis sekunder yang dilakukan oleh Basuki (1996) pada
remaja putri SMU di Kabupaten Bandung, diketahui bahwa kejadian anemia
35
lebih banyak terjadi pada responden yang mempunyai ibu dengan pendidikan
rendah (tidak tamat SD) yaitu 67,4 %, sedangkan responden dengan pendidikan
ibu yang tinggi (tamat SD) proporsi anemia hanya 32,6 %, maka dapat
dikatakan semakin tinggi pendidikan ibu, maka kejadian anemia akan semakin
rendah. Berdasarkan hasil uji statistik penelitian Gunatmaningsih (2007)
menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan kejadian
anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten
Brebes (p=0.040). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri yang mempunyai
ibu dengan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar
untuk mengalami kejadian anemia.
3. Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan, selain itu
juga lamanya waktu yang dipergunakan seseorang ibu untuk bekerja di dalam
dan di luar rumah, jarak tempat kerja dapat mempengaruhi makanan dalam
keluarganya (Khumaidi, 1989). Kunanto (1992) mengemukakan bahwa
orangtua dengan mata pencaharian tetap, sekalipun rendah jumlahnya tetapi
setidaknya memberikan jaminan sosial keluarga yang lebih aman jika
dibandingkan dengan pekerjaan tidak tetap dengan penghasilan tidak tetap.
4. Pendapatan Orangtua
Menurut Soekirman (1993) pola konsumsi pangan secara makro
berhubungan dengan hukum ekonomi, semakin meningat pendapatan keluarga
36
maka semakin beraneka ragam pola konsumsinya. Suhardjo (1989)
menyatakan bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan pendapatan
merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan kuantitas makanan.
apabila penghasilan meningkat, biasanya penyediaan lauk pauk yang bermutu
akan meningkat juga. Menurut Berg (1985) jumlah pengeluaran orangtua yang
mungkin diketahui secara pasti oleh si anak dicerminkan melalui uang saku
yang diberikan oleh orangtuanya.
Yayuk Farida, dkk (2004) yang menyatakan bahwa perubahan pendapatan
secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga.
Meningkatnya pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan
dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik. Sebaliknya, penurunan
pendapatan akan menyebabkan penurunan dalam hal kualitas dan kuantitas
pangan yang dibeli, yang dapat mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan
tubuh akan zat gizi, salah satunya tidak terpenuhinya kebutuhan tubuh akan zat
besi, sehingga dapat berdampak timbulnya kejadian anemia.
Berdasarkan penelitian Rani (2004), terdapat hubungan antara pendapatan
orangtua dengan kejadian anemia pada remaja putri, yang mana remaja putri
yang pendapatan orangtuanya rendah, memiliki resiko 2,729 kali menderita
anemia dibandingkan remaja putri yang pendapatan orantuanya tinggi.
Berdasarkan hasil uji statistik penelitian Gunatmaningsih (2007) menunjukkan
ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kejadian anemia di
SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes (p= 0,035). Hal ini
menunjukkan bahwa remaja putri dengan tingkat pendapatan keluarga yang
37
rendah memiliki risiko 1,707 kali lebih besar untuk mengalami kejadian
anemia.
2.6.5 Status Gizi
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel
tertentu atau perwujudan dari zat gizi dalam bentuk variabel tertentu. Indeks Massa
Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi
(Supariasa, 2002). Menurut Riyadi (2003), IMT merupakan indeks berat badan
seseorang dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan
membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam satuan
meter kuadrat. Status gizi penduduk umur 10-14 tahun dapat dinilai berdasarkan IMT
yang dibedakan menurut umur dan jenis kelamin. Rujukan untuk menentukan kurus,
apabila nilai IMT kurang dari 2 standar deviasi (SD) dari nilai rerata, dan berat badan
lebih jika nilai IMT lebih dari 2 SD nilai rerata standar WHO 2007. Standar
penentuan kurus dan berat badan lebih menurut nilai rerata IMT untuk perempuan
umur 10-14 tahun dapat dilihat pada tabel 2.5 di bawah ini.
Tabel 2.5
Standar Penentuan Status Gizi Perempuan Umur 10-14 Tahun
Umur (Tahun) Rerata IMT -2 SD +2 SD
10 16,6 13,5 22,6
11 17,3 13,9 23,7
12 18,0 14,4 24,9
13 18,8 14,9 26,2
38
Umur (Tahun) Rerata IMT -2 SD +2 SD
14 19,6 15,5 27,3
WHO (2007) dalam Depkes (2008)
Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status gizi mempunyai
korelasi positif dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi
seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Berdasarkan penelitian Permaesih
(2005), ditemukan hubungan yang bermakna antara IMT anemia, yang mana remaja
putri dengan IMT tergolong kurus memiliki resiko 1,4 kali menderita anemia
dibandingkan remaja putri dengan IMT normal. Berdasarkan hasil uji statistik
penelitian Gunatmaningsih (2007) menunjukkan ada hubungan antara status gizi
dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang,
Kabupaten Brebes (p= 0,002). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri dengan status
gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar untuk mengalami kejadian
anemia.
2.7 Metode Recall 24 jam
Metode ini adalah metode wawancara, dimana pewawancara menanyakan apa
yang telah dikonsumsi oleh responden. Biasanya dipergunakan recall tiga kali
berturut-turut, yaitu menanyakan semua makanan yang telah dikonsumsi responden
selama tiga hari berturut-turut yang baru lalu (Sediaoetama, 2006). Prinsip dari
metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan makanan
yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Hal penting yang perlu diketahui
39
adalah bahwa dengan recall 24 jam data yang diperoleh cenderung bersifat kualititaif.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan data kuantitaif, maka jumlah konsumsi makanan
individu ditanyakan secara teliti menggunakan alat URT (sendok, gelas, piring, dan
lain-lain) atau ukuran lainnya yang biasa dipergunakan sehari-hari. (Supariasa, 2002)
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa
berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan makanan zat gizi lebih optimal
dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian individu (Sanjur, 1997
dalam Supariasa 2002). Adapun langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah :
petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua makanan dan
minuman yang dikonsumsi respoden dalam ukuran rumah tangga selam kurun waktu
24 jam. Petugas melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran gram. Kemudian
petugas menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM), setelah itu membandingkan dengan Daftar
Kecukupan Gizi yang dianjurkan atau Angka Kecukupan Gizi Indonesia.
Berdasarkan Buku Pedoman Gizi Puskesmas (Depkes RI, 1992) dalam
Supariasa (2002), klasifikasi tingkat konsumsi dibagi menjadi empat, dengan cut of
points masing-masing sebagai berikut.
• Baik : > 100 % AKG
• Sedang : 80-90 % AKG
• Kurang : 70-80 %
• Defisit : < 70 % AKG
40
2.8 Kerangka Teori
Berdasaran telaah kepustakaan dari berbagai sumber, kerangka teori dapat
dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini :
Gambar 2.1
Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia
Sumber : Husaini (1989), Junadi (1995), Permaesih (2005), Satyaningsih (2007).
Status Gizi ANEMIA
Perilaku Makan/Minum
- Perilaku sarapan pagi
Perilaku minum teh/kopi
Kehilangan Darah
- Infeksi
- Investasi cacing
- Investasi parasit
Sosial Ekonomi
- Pendapatan ayah/ibu
- Pendidikan ayah/ibu
- Pekerjaan ayah/ibu
Asupan Zat Gizi
- Zat besi
- Energi
- Protein
- Vitamin C
41
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
3.1 Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini disusun berdasarkan pada teori Husaini
(1989) mengenai penyebab tidak langsung terjadinya anemia gizi besi, yang terdiri
dari ketersediaan Fe dalam bahan makanan rendah (asupan zat gizi), praktek
pemberian makanan kurang baik, sosial ekonomi rendah (pengetahuan dan
karakteristik orang tua), komposisi makanan kurang beragam, terdapat zat-zat
penghambat absorpsi (kebiasaan minum teh/kopi), pertumbuhan fisik, kehamilan dan
menyusui, perdarahan khronis, parasit, infeksi, pelayanan kesehatan rendah. Faktor
parasit dan infeksi tidak diteliti dalam penelitian ini karena lokasi penelitian bukan
merupakan daerah endemik malaria maupun kecacingan. Dalam penelitian Permaesih
(2005) disebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan anatara anemia dan
status gizi. Sedangkan untuk variabel kebiasaan minum teh, sarapan, dan menstruasi
diteliti berdasarkan hasil penelitian Satyaningsih (2007), yang mana menunjukkan
hubungan bermakna antara faktor-faktor tersebut dengan anemia.
3.2 Definisi Istilah
3.2.1 Anemia
Anemia didefinisikan suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih
rendah dari keadaan normal (WHO, 2001). Untuk mendapatkan nilai Hb, dilakukan
42
pemeriksaan darah siswi dengan metode Cyanmetehmoglobin. Disamping
pemeriksaan darah, juga dilakukan pemeriksaan klinis dengan melihat gejala yang
diderita melalui FGD dan wawancara mendalam. Gejala anemia menurut Arisman
(2004) biasanya tidak khas dan sering tidak jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar,
dan sesak nafas. sedangkan menurut Depkes (1998) dan Supariasa (2002),
gejala/tanda-tanda anemia antara lain 5 L (lelah, lesu, lemah, letih, lalai), bibir
tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung meningkat, susah buang air
besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing, mudah mengantuk.
3.2.2 Asupan Zat Gizi
Asupan zat gizi adalah tingkat kecukupan bahan makanan yang dikonsumsi
dalam 24 jam terakhir dilihat dari total zat gizi dibandingkan dengan AKG, Baik jika
> 100 % AKG, sedang 80-90 % AKG, kurang 70-80 %, dan defisit jika < 70 % AKG
(Supariasa, 2002). Untuk mengetahui kecukupan asupan zat gizi dibandingkan
dengan AKG siswi, maka dilakukan recall 24 jam dengan menggunakan formulir
recall 24 jam yang dilakukan dengan wawancara mendalam. Disamping wawancara
mendalam juga dilakukan observasi secara aktif. Adapun zat gizi yang dinilai yaitu
Fe, Vitamin C, Energi, dan Protein. Untuk membandingkan informasi dari siswi,
maka dilakukan juga wawancara mendalam kepada orangtua siswi.
3.2.3 Perilaku Sarapan Pagi
Makan/sarapan pagi yaitu : makanan yang dimakan sebelum beraktifitas, yang
terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan kudapan. jumlah yang
dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari. Dilakukan dengan cara FGD dan
43
kepada siswi, dan juga wawancara mendalam kepada orangtua untuk
membandingkan jawaban siswi tersebut, dengan menanyakan frekuensi, jenis,
jumlah, dan alasan makan pagi. Observasi juga dilakukan untuk mengetahui perilaku
sarapan pagi siswi.
3.2.4 Perilaku Minum Teh/Kopi
Perilaku minum teh/kopi meliputi seberapa banyak dan seberapa sering
informan mengkonsumsi teh/kopi dalam sehari. Untuk mengetahui perilaku minum
teh/kopi dilakukan dengan wawancara mendalam. Adapun informasi yang ingin
ditanyakan mengenai jumlah dan frekuensi, serta alasan diminumnya teh/kopi oleh
informan.
3.2.5 Menstruasi
Pengertian menstruasi (haid) adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari
uterus disertai pelepasan (deskuamsi endometri) (Saifuddin, 1999). Dalam penelitian
ini, peneliti ingin mengetahui lebih jauh mengenai menarche, frekuensi menstruasi,
lama hari, dan jumlah pembalut yang digunakan oleh siswi dengan cara FGD dan
wawancara mendalam.
3.2.6 Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan mengenai definisi anemia, gejala, penyebab, dampak/akibat, dan
44
makanan sumber zat gizi. Dilakukan dengan dua metode, yaitu FGD dan wawancara
mendalam.
3.2.7 Karakteristik Orangtua
Dalam penelitian ini, karakteristik orangtua terdiri dari pendidikan, pekerjaan,
dan pendapatan. Pendidikan orangtua yaitu jenjang pendidikan terakhir yang dilalui
oleh orangtua siswi. Pekerjaan adalah yang dilakukan oleh orangtua untuk menambah
penghasilan guna mencukupi kebutuhan keluarga (Apriadji, 1986). Pendapatan yaitu
penghasilan yang diterima keluarga setiap bulan. Untuk variabel karakteristik
orangtua, akan dilakukan wawancara mendalam secara langsung kepada orangtua
siswi.
3.2.8 Status Gizi
Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
perwujudan dari zat gizi dalam bentuk variabel tertentu. Indeks Massa Tubuh
merupakan alat yang sederhana untuk memantau status gizi (Supariasa, 2002).
Variabel status gizi dilakukan dengan cara pengukuran langsung berat badan dan
tinggi badan informan dengan menggunakan timbangan berat badan dan microtoa.
45
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yaitu sejenis penelitian
formatif yang secara khusus memberikan teknik untuk memperoleh jawaban atau
informasi mendalam tentang pendapat dan perasaan seseorang. Penelitian ini
memungkinkan kita mendapatkan hal-hal tersirat (insight) mengenai sikap,
kepercayaan, motivasi, dan perilaku target populasi (Kresno, 2000). Disamping
menggunakan metode kualitatif, penelitian ini juga didukung dengan data kuantitatif
untuk variabel status gizi dan asupan zat gizi.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 18, yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Bogor Timur, Kota Bogor. Waktu penelitian pada bulan Oktober tahun
2009 sampai bulan Febuari 2010.
4.3 Informan Penelitian
Pemilihan informan ini dilakukan dengan menggunakan metode purposive
sampling (non probability) yaitu pengambilan sampel yang bersifat tidak acak dan
sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu dengan
46
menggunakan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequacy).
Adapun pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan berdasarkan hasil penjaringan
kadar Hb siswi kelas I di SMPN 18 yang dilakukan pada bulan Agustus oleh Petugas
Puskesmas Bogor Timur. Adapun kriteria informan yaitu siswi yang memiliki kadar
Hb terendah dibawah 11,0 gr/dl dibandingkan dengan siswi lainnya dan bersedia
menjadi informan penelitian untuk dilakukan FGD, wawancara, maupun observasi.
Mengacu pada prinsip tersebut maka sumber informasi atau informan dalam
penelitian ini terbagi dua, yaitu :
1. Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah siswi/remaja putri SMPN 18
Bogor, yang mana 12 siswi akan dilakukan FGD, dari hasil FGD, dilakukan
wawancara mendalam terhadap tiga orang siswi yang jawabannya dianggap
signifikan, yaitu memiliki jawaban yang berbeda dari jawaban informan lain.
Disamping itu, juga dilakukan wawancara mendalam terhadap tiga orang siswi
berbeda yang dipilih sebagai pembanding agar informasi yang dikumpulkan lebih
beragam. Selain siswi, orangtua siswi juga merupakan informan utama dalam
penelitian ini, yaitu sebanyak enam orang.
2. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini berjumlah dua belas orang, yaitu
enam orang teman dekat dan enam orangtua dari informan utama yang mengikuti
wawancara mendalam sebelumnya untuk mendapatkan kebenaran mengenai
informasi yang diberikan oleh infroman utama
47
Untuk lebih jelasnya, daftar informan penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1
berikut ini :
Tabel 4.1 Daftar Informan Penelitian
Informan Metode Jumlah
Wawancara Mendalam 6 orang
Observasi 6 orang Siswi
FGD 2 kali @ 6 orang
Orangtua Wawancara Mendalam 6 orang
Teman Wawancara Mendalam 6 orang
4.4 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama (Moleong,
2000). Namun, untuk memperoleh data yang dibutuhkan dibantu dengan instrumen
lain berupa pedoman wawancara mendalam, pedoman FGD, lembar observasi,
timbangan berat badan serta alat pengukur tinggi badan (microtoa). Disamping itu,
untuk mendapatkan kejelasan dan keakuratan instrumentasi, juga digunakan alat
pencatat dan alat perekam suara.
4.5 Metode Pengumpulan Data
4.5.1 Sumber Data
Dalam penelitian ini, data yang dimanfaatkan peneliti adalah :
48
1. Data primer, yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari
informan. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah hasil wawancara
mendalam, hasil FGD yang dipandu/dilaksanakan langsung oleh peneliti,
serta hasil observasi. Disamping itu, juga dikumpulkan data kuantitatif
berupa hasil penimbangan berat badan dan hasil pengukuran tinggi badan
siswi yang dilakukan secara langsung.
2. Data sekunder, yaitu data yang tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari
informan, seperti laporan tahunan puskesmas, profil sekolah, serta data
siswi.
4.5.2 Cara dan Alat Pengumpulan Data
Informasi yang diperoleh dari Wawancara Mendalam (Indepth Interview)
direkam dengan menggunakan tape recorder dan hal-hal penting yang diucapkan
oleh informan dicatat oleh peneliti. Untuk observasi, peneliti melihat bagaimana
perilaku makan siswi baik dirumah maupun disekolah dan didokumentasikan dalam
bentuk gambar. Sedangkan data kuantitatif untuk variabel anemia dilakukan dengan
pemeriksaan Hb dan variabel status gizi dilakukan dengan melakukan penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan.
4.5.3 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
beberapa teknik, yaitu :
49
1. Wawancara Mendalam (WM)
Wawancara mendalam dilakukan terhadap enam orang siswi, enam orang
teman dekat dan enam orangtua siswi. Wawancara terhadap siswi sebagai
informan utama dilakukan di sekolah dan juga di rumah informan.
Wawancara terhadap orangtua dilakukan di rumah informan, dan terhadap
teman dekat wawancara dilakukan di sekolah.
2. FGD
FGD dilakukan pada 12 orang siswi, FGD dilakukan dua kali yang masing-
masing melibatkan enam orang siswi. Beberapa hari sebelum FGD
dilaksanakan, peneliti mengumpulkan seluruh informan utama untuk
menjelaskan gambaran umum mengenai penelitian dan FGD sekaligus
mengundang para informan untuk hadir pada pelaksanaan FGD yang akan
dilaksanakan. Dalam mengumpulkan seluruh informan, peneliti memperoleh
bantuan dari Pembina PMR di SMPN 18 Kota Bogor. FGD pertama
dilaksanakan di UKS (Unit Kesehatan Sekolah)/ruang PMR. Pada saat FGD
pertama suasana kurang kondusif karena ruang PMR berada dekat lapangan
sekolah, dan di lapangan tersebut sedang dilakukan pertandingan basket,
sehingga membuat hasil rekaman menjadi tidak begitu jelas. Dari kondisi
tersbut, maka peneliti merubah tempat untuk pelaksanaan FGD kedua yaitu di
Musholla yang berada di luar sekolah, di Musholla tersebut kondisinya lebih
kondusif karena suasananya yang tenang dibandingkan dengan ruang UKS
sebelumnya.
50
3. Observasi
Observasi yang dilakukan adalah observasi aktif terhadap enam orang
informan utama yang telah mengikuti wawancara mendalam. Informan
mengetahui keberadaan peneliti untuk meliha perilaku sarapan pagi, minum
the, serta perilaku jajan siswi tersebut tanpa diintervensi oleh peneliti.
Observasi untuk mengetahui perilaku sarapan pagi dan minum the dilakukan
di rumah informan. Sedangkan untuk observasi perilaku jajan dilakukan di
sekolah.
Untuk lebih jelasnya, teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel 4.2
berikut ini :
Tabel 4.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan Data Data
FGD WM Observasi Kuantitatif Informan
Anemia : kadar Hb dalam darah dan gejala
yang dialami. √ √ √ √ Siswi
Asupan zat gizi : bagaimana asupan energi,
protein, Fe dan Vitamin C dibandingkan
dengan AKG.
- √ √ √ Siswi
Orangtua
Perilaku sarapan pagi : frekuensi dan jenis
makanan yang dimakan saat sarapan. √ √ √ -
Siswi
Orangtua
Perilaku minum the/kopi : frekuensi dan
jumlah the/kopi √ √ √ -
Siswi
Orangtua
Kehilangan darah (menstruasi) : lama hari
menstruasi, lama hari darah keluar banyak, √ √ - - Siswi
51
pemakaian pembalut.
Teknik Pengumpulan Data Data FGD WM Observasi Kuantitatif
Informan
Pengetahuan : definisi, gejala, dan dampak
anemia, makanan mengandung Fe, zat
penghambat dan peningkat absorpsi Fe.
√ √ _ - Siswi
Karakteristik ortu : pekerjaan, pendapatan,
pendidikan orangtua siswi √ √ - - Orangtua
Status Gizi : IMT siswi dibandingkan baku
mutu yang berlaku dan sikap terhadap
status gizi.
- - - √ Siswi
Perilaku jajan : jenis makanan yang biasa
dimakan selama informan berada di
sekolah.
√ √ √ - Siswi
Teman
4.6 Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Mengumpulkan semua data yang diperoleh dari seluruh informan melalui
wawancara mendalam, FGD dan observasi.
2. Semua data yang telah terkumpul kemudian dibuat transkrip hasil
wawancara yaitu membuat catatan hasil wawancara seperti apa adanya.
3. Data yang telah disusun dalam bentuk transkrip data selanjutnya
dikategorisasi dalam bentuk matriks.
4. Selanjutnya dilakukan analisis data dan interpretasi data secara kualitatif
dan membandingkannya dengan teori yang ada.
52
4.7 Pengecekan Validitas/Keabsahan Data
Pendekatan kualitatif menggunakan jumlah sampel yang sedikit, karena itu
perlu dilakukan pengecekan keabsahan data/validitas data, dalam penelitian kualitatif
menggunakan triangulasi, yaitu :
1. Triangulasi sumber, menggunakan fakta dari siswa, teman sebaya, dan
orangtua siswi yang menjadi informan.
2. Triangulasi metode, menggunakan tiga metode, yaitu wawancara mendalam
dan FGD dan observasi.
Tujuan validasi data dengan menggunakan sumber informan dan metode yang
beragam diharapkan mendapatkan analisis yang tepat, akurat, dan terpercaya. Untuk
lebih jelas mengenai validitas data yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut ini :
Tabel 4.3
Validitas Data
Triangulasi Metode Triangulasi
Sumber Wawancara
Mendalam
Observasi FGD
Siswi √ √ √
Orangtua √ - -
Teman √ - -
53
4.8 Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah content analysis atau analisis isi yaitu
suatu teknik mengumpulkan atau menghimpun data dan kemudian dilakukan analisa
terhadap isi naskah atau hasil data yang diperoleh tersebut (Neuman, 2000). Hasil
penelitian yang telah dikelompokkan berdasarkan variabel kemudian dibandingkan
dengan teori-teori yang ada di tinjauan pustaka.
4.9 Penyajian Data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk narasi dengan menggunakan
matriks hasil wawancara dengan informan yang telah dilakukan.
54
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Gambaran Umum SMP Negeri 18 Kota Bogor
5.1.1 Sejarah SMPN 18
SMPN 18 dibentuk pada pada tahun 2001, berdasarkan keputusan dari
Pemerintah Kota Bogor untuk melakukan penambahan Sekolah Menengah Pertama
Negeri di wilayah Kota Bogor. Pada dua tahun pertama setelah dibentuk, bangunan
sekolah masih dalam tahap pembangunan, sehingga kegiatan belajar-mengajar siswa
SMPN 18 masih menginduk di SMPN 3. Setelah bangunan sekolah selesai pada
tahun 2003, kegiatan belajar mengajar mulai dilaksanakan di bangunan baru SMPN
18 hingga saat ini.
5.1.2 Visi dan Misi SMPN 18
1. Visi SMPN 18
Visi SMPN 18 adalah terdidik, beriman, dan berbudaya serta professional
dalam layanan pendidikan.
2. Misi SMPN 18
Misi SMPN 18, terdiri dari :
a. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan juga
budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
55
b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secra efektif, sethingga setiap
siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang
dimiliki.
c. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh
warga sekolah.
d. Mendorong dan membantu setiap siswa mengenali potnsi dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara lebih optimal.
e. Meningkatkan kinerja sluruh personil sekolah hingga tercapainya
pelayanan yang baik terhadap masyarakat.
f. Mewujudkan lingkungan yang bersih dan indah.
5.1.3 Profil SMPN 18
SMPN 18 merupakan satu-satunya SMP negeri yang berada di wilayah kerja
Puskesmas Bogor Timur. Jika dilihat dari nilai rata-rata Ujian Nasional Tahun ajaran
2008/2009, SMPN 18 berada di peringkat 11 dibandingkan dengan 18 SMP Negeri
yang berada di kota Bogor. SMPN 18 terletak di Jl. Jatiluhur Komplek Baranangsiang
Indah Blok H.4 Kelurahan Katulampa Bogor Timur. Berdasarkan profil sekolah pada
tahun 2008/2009, jumlah keseluruhan siswa SMPN 18 Kota Bogor adalah 1021
orang, yang mana kelas VII terdiri dari sembilan rombongan belajar, kelas VIII terdiri
dari 8 rombongan belajar, dan kelas IX terdiri dari tujuh rombongan belajar. Untuk
data siswa berdasarkan jeis kelamin, dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah ini.
56
Tabel 5.1
Data Siswa SMPN 18 Kota Bogor Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Ajaran 2009/2010
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX Jumlah Keseluruhan L P L P L P L P
183 190 178 151 170 149 531 490 Sumber : Profil SMPN 18 Kota Bogor
5.2 Gambaran Umum Informan
5.2.1 Informan Utama
Dalam penelitian ini, terdapat lima belas siswi yang menjadi informan utama.
Lima belas siswi yang menjadi informan utama merupakan siswi yang berdasarkan
pemeriksaan kadar Hb memiliki Hb antara 8-11 gr/dl. FGD dilakukan dua kali, yang
mana masing-masing FGD terdiri dari enam orang informan, sehingga jumlah
informan peserta FGD adalah dua belas siswi. Sedangkan untuk wawancara
mendalam dilakukan terhadap enam informan, yang mana tiga informan merupakan
siswi lain yang tidak mengikuti FGD, satu orang merupakan informan peserta FGD
pertama, dan dua orang lain merupakan informan peserta FGD kedua. Gambaran
umum informan peserta FGD pertama dapat dilihat pada tabel 5.2 di bawah ini :
Tabel 5.2 Gambaran Umum Informan Utama
Peserta FGD Pertama
No. Nama Siswi Kelas Umur 1. Nf VII-I 13 Tahun 2. Sp VII-I 12 Tahun 3. Is VII-C 12 Tahun 4. Ssa VII-H 14 Tahun 5. Rs VII-D 12 Tahun 6. Ta VII-H 12 Tahun
57
Sedangkan untuk gambaran umum informan peserta FGD kedua dapat dilihat
pada tabel 5.3 di bawah ini :
Tabel 5.3
Gambaran Umum Informan Utama Peserta FGD Kedua
No. Nama Siswi Kelas Umur 1. Sn VII-I 12 Tahun 2. Di VII-H 13 Tahun 3. Ss VII-G 13 Tahun 4. Sa VII-G 12 Tahun 5. Ms VII-D 12 Tahun 6. Hs VII-A 12 Tahun
Untuk informan yang dilakukan wawancara mendalam adalah Ssa informan
dari FGD pertama dan Sn serta Ms yang merupakan informan dari FGD kedua. Ssa
dipilih untuk wawancara mendalam karena pada saat FGD pertama didapatkan
informasi mengenai perilaku jajan Ssa selama di sekolah sangat berbeda dengan
teman-teman lainnya, ia tidak pernah jajan di sekolah. Begitu pula dengan Sn dan Ms,
mereka dipilih untuk wawancara mendalam karena informasi yang mereka berikan
berbeda dengan empat informan lainnya saat FGD kedua. Sn menyatakan bahwa
setiap hari di rumahnya selalu tersedia sayur, dan setiap hari Ms membawa bekal ke
sekolah. Informasi yang berbeda dari Ssa, Sn, dan Ms membuat peneliti tertarik untuk
melakukan wawancara mendalam terhadap mereka. Sedangkan tiga informan lainnya
dipilih berdasarkan kadar Hb mereka yang paling rendah diantara siswi lainnya, dapat
dilihat pada tabel 5.4 di bawah ini :
58
Tabel 5.4 Gambaran Umum Informan Utama
Peserta Wawancara Mendalam No. Nama Siswi Kelas Umur
1. Nfc VII-A 13 Tahun 2. In VII-G 13 Tahun 3. Aa VII-G 13 Tahun
Dari lima belas informan, dua orang merupakan siswi kelas VII-A, satu orang
kelas VII-C, dua orang kelas VII-D, empat orang kelas VII-G, tiga orang kelas VII-H,
dan tiga orang kelas VII-I. Sedangkan berdasarkan umur, delapan informan berumur
12 tahun, enam orang berumur 13 tahun, dan hanya satu orang yang berumur 14
tahun.
5.2.2 Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah keluarga dan teman dekat
informan utama, yang masing-masing terdiri dari enam orang, sehingga jumlah
informan pendukung keseluruhan dua belas orang. Gambaran umum informan
pendukung dapat dilihat pada tabel 5.5 di bawah ini :
Tabel 5.5 Gambaran Umum
Informan Pendukung
No. Informan utama
Keluarga Hubungan Umur Teman dekat
Kelas Umur
1. Ssa En Ibu 43 Tahun Po VII-H 13 Tahun 2. Sn Nh Ibu 44 Tahun Fb VII-I 13 Tahun 3. Ms Ir Ibu 50 Tahun Krn VII-D 12 Tahun 4. Nfc Aap Ibu 37 Tahun Ds VII-A 12 Tahun 5. In Ww Bibi 38 Tahun Sa VII-G 13 Tahun 6. Aa Yn Ibu 40 Tahun Sv VII-G 13 Tahun
59
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa, sebagian besar informan pendukung
(keluarga) merupakan ibu dari informan utama, hanya satu informan pendukung yang
merupakan bibi dari informan utama, hal ini dikarenakan ibu dari informan utama
sudah meninggal dan dengan bibinya informan utama tinggal dan dirawat. Umur
informan pendukung (keluarga) bervariasi, antara 37 tahun sampai 50 tahun.
Sedangkan untuk umur teman dekat informan utama, sebagian besar berumur 13
tahun.
5.3 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini meliputi gambaran kejadian anemia pada remaja putri di
SMPN 18 Kota Bogor, yang berada di wilayah kerja Puskesmas Bogor Timur dan
gambaran hal-hal yang berkaitan dengan kejadian anemia pada remaja putri tersebut.
Gambaran hal-hal yang berkaitan dengan kejadian anemia pada remaja putri di
SMPN 18 Kota Bogor meliputi gambaran asupan zat gizi siswi, perilaku sarapan
pagi, perilaku minum teh/kopi, menstruasi, pengetahuan gizi, karakteristik orang tua,
dan status gizi.
5.3.1 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
1. Kadar Hb
Anemia adalah suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari
keadaan normal (WHO, 2001). Adapun untuk remaja usia 12-14 tahun, kadar Hb
dalam darah yang normal adalah 12 gr/dl. Maka, jika seseorang memiliki kadar Hb
kurang dari 12 gr/dl, maka orang tersebut dikatakan anemia. Informan utama dalam
60
penelitian ini dipilih berdasarkan hasil penjaringan kadar Hb pada siswi kelas VII di
SMPN 18 Kota Bogor. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan oleh pihak Puskesmas
Bogor Timur. Seluruh informan utama memiliki kadar Hb dibawah 12 gr/dl. Dari
lima belas informan yang diteliti, hanya tiga orang yang memiliki kadar Hb dibawah
10 gr/dl, 12 orang lainnya memiliki kadar Hb 10-11 gr/dl. Hasil pemeriksaan Hb ini
menunjukkan bahwa seluruh informan menderita anemia yang tergolong anemia
sedang. Untuk lebih jelasnya, dapat di lihat pada tabel 5.6 di bawah ini :
Tabel 5.6
Kadar Hb Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor Sebagai Informan Utama
No. Nama Siswi Kadar Hb (gr/dl) 1. Nf 10,6 2. Sp 10,5 3. Is 9,2 4. Ssa 10,1 5. Rs 10,6 6. Ta 10,3 7. Sn 10,6 8. Di 10,6 9. Ss 10,5 10. Sa 10,6 11. Ms 10,8 12. Hs 10,5 13. Nfc 8,7 14. In 10,3 15. Aa 9,5
Disamping kadar Hb, penelitian ini juga mencakup informasi mengenai keluhan
gejala anemia yang dirasakan informan untuk mengambarkan kejadian anemia. Untuk
mendapatkan gambaran keluhan atau gejala yang dirasakan informan, peneliti
61
melakukannya dengan cara FGD, wawancara mendalam, dan observasi. Keluhan atau
gejala anemia yang digambarkan meliputi 5L (lelah, letih, lesu, lemas, lunglai),
pusing, mudah mengantuk, dan susah buang air besar. Sedangkan gejala pucat di
bibir, kuku, dan kelopak mata bagian bawah dilakukan dengan cara observasi
langsung.
2. 5L (Letih, lesu, lemas, lelah, lunglai)
Hanya sebagian kecil informan penelitian yang merasakan 5L. Nf, Rs, dan Ta
merasakan gejala 5L sejak kelas enam SD, hanya Nfc yang merasakannya sejak
masuk SMP. Nf menyatakan bahwa ia selalu merasa ingin tidur, Rs mengatakan
lemas dan malas gerak, dari penjelasan Ta diketahui bahwa selain lemas, ia juga
sering merasa cepat letih. Sama seperti Rs, Nfc juga mengatakan bahwa ia merasa
sangat malas bergerak ataupun beraktivitas, dan sering merasa letih. Is pernah
merasakan ketika kelas enam, namun ketika peneliti melakukan probing seperti apa
gejala yang ia rasakan, Is mengatakan bahwa ia hanya pusing, namun jika dilihat dari
fisknya, Is terlihat memiliki gejala 5L dan hal ini didukung dari penjesalan yang
diberikan oleh gurunya. Selain dari jawaban para informan, peneliti juga melihat dari
fisik, hanya Nf, Rs, Ta, Is dan Nfc yang terlihat lesu, lunglai, dan tidak bersemangat.
Sebagian besar informan lain menyatakan jarang merasa 5L. Sp hanya merasa lemas
jika ia merasa pusing ketika belajar pelajaran yang ia anggap sangat susah, Ssa
mengatakan, hanya merasa letih jika pulang sekolah dan tidak pernah merasa lemas.
Sn, Ss, dan Sa merasakan 5L jika mereka sedang sakit, dan kurang tidur. Di merasa
5L jika melakukan banyak kegiatan, Ms tidak jauh berbeda dengan Di yang merasa
62
5L setelah melakukan kegiatan yang melelahkan, dan Hs merasa 5L menjelang
menstruasi. Berikut kutipan jawaban dari informan :
“dari dulu.. kelas enam..ampe sekarang..bawaannya pengen tidur..” (Nf)
“semenjak masuk SMP… ga’ sih..kadang-kadang kalo lagi pusing… lemes doang gitu..lagi belajar..belajar matematika tuh, susah banget..” (Sp)
“iya, waktu kelas enam… ga’ sih. itu Cuma agak-agak pusing aja.…” (Is)
“pas waktu SMP…kalo lagi di kelas ya, ngerasa suka lemes.. sekarang mah kayaknya, enggak deh..jarang kalo sekarang..kalo misalnya kecapean, gitu..kalo misalnya pulang sekolah, kan pulang sore, kadang suka capek gitu..enggak sih kalo lemes mah..” (Ssa)
“iya, dari kelas enam sampe sekarang…lemes aja..iya, males gerak..” (Rs)
“iya, dari ikutan MOS…cepet capek..lemes gitu..” (Ta)
“pernah..eee,,kemaren-kemaren..sering..sebelum dikasih obat..masih SMP, baru masuk..sekarang mah udah enggak..pas..sebelum ini..sebelum ujian..”(Sn)
“jarang sih..jarang banget...kalo misalnya udah kecapean banget..baru kerasa gitu…” (Ms)
“suka…kalo itu..kalo lagi sakit perut..mauuuuu…dapet..” (Hs)
“sering banget.. capek..udah gitu tu males gerak banget.. dari SMP..” (Nfc)
“enggak..paling kalo abis latihan..latihan basket..kan ikutan ekskul basket di sekolah..” (In)
“pernah.. kalo udah..maen gitu..maen aja.enggak..gak pernah...” (Aa)
Dari seluruh informan, hanya sebagian kecil yang memiliki keluhan 5L, hal ini
juga terlihat dari fisik mereka yang terlihat lesu dan lunglai serta tidak bersemangat.
Disamping itu, juga didukung dari penjelasan guru yang memperhatikan informan
selama berada di sekolah. Sebagian besar informan lainnya mengatakan jarang dan
hanya merasa 5L dalam keadaan tertentu yang lazim juga dirasakan oleh orang yang
63
tidak anemia. 5L yang dirasakan oleh sebagian kecil informan merupakan salah satu
gejala anemia.
3. Gejala Pusing
Nf merasa pusing ketika berdiri setelah jongkok. Ia, Rs, dan Ta mengatakan
merasa pusing saat bangun dari tidur, Ssa dan Sp mengatakan bahwa merasa pusing
ketika bangun dari tidur maupun jongkok. Ms hanya merasa pusing jika ia sedang
sakit. Dari Nfc didapatkan informasi bahwa ia sering merasa pusing ketika belajar,
jika sedang mengerjakan tugas, ia merasa pusing dan kepalanya sangat sakit, selain
itu ia juga merasa pusing jika bangun dari tidur, merasa gelap ketika bangun. Di, Ss,
Sa, Hs, In dan Aa tidak pernah merasa pusing. Berikut kutipannya :
“iya, abis jongkok, terus berdiri jadi pusing..” (Nf)
“suka kalo abis tidur, terus bangun..sama kalo lama jongkoknya…” (Sp)
“abis tiduran suka pusing…kalo bangun..” (Is)
“ssa mah, kalo abis tidur terus bangun suka pusing gitu..iya..sama juga kalo abis jongkok mah..” (Ssa)
“sama…pusing kalo abis tiduran…” (Rs)
“kalo abis tiduran gitu ya, suka pusing…” (Ta)
“dari masuk SMP…” (Sn)
“enggak..gak pernah..pusing kalo sakit doang..dirawat..” (Ms)
“suka..kalo lagi bingung belajar.. yaa..kalo lagi ngerjain sesuatu pasti pusing.. enggak..pertama tuh..gimana ya?merasa gak enak badannya..udah gitu langsung pusing..pusingnya tuh bukan pusing biasa..ininya tuh kayak yang sakit banget gitu.. kalo lagi belajar… sering..kayak ngeleyeng-ngeleyeng gitu kak.. dari SD sih.. kelas enam.. waktu itu sih gak tau..engak sih kalo gak lagi dapet suka kayak gitu.. he’eh..bangun suka kayak ngeleyeng-ngeleyeng,puyeng gitu.. langsung kayak gelap gitu.. sering..” (Nfc)
64
Hanya satu informan yang merasa pusing ketika belajar, sebagian besar informan
jarang merasakan pusing, tiga informan merasa pusing ketika berdiri dari jongkok,
tiga informan merasa pusing ketika bangun dari tidur, dan dua lainnya merasa pusing
baik pada saat berdiri setelah jongkok, maupun bangun setelah tidur. Pusing
merupakan salah satu tanda seseorang anemia, dalam penelitian ini, pusing yang
dirasakan informan adalah ketika belajar, berdiri setelah jongkok, ataupun ketika
bangun setelah tidur.
4. Mudah mengantuk
Seluruh informan pernah merasa mengantuk saat mengikuti pelajaran di kelas. Nf
mengatakan kadang-kadang merasa ingin tidur jika guru sedang menjelaskan, dan
biasanya pada pelajaran kedua, sekitar jam tiga sore, hal yang sama juga dirasakan
oleh Sp, selain merasa mengantuk saat guru menjelaskan, ia juga kadang-kadang
merasa mengantuk saat sedang mengerjakan tugas. Ssa mengatakan bahwa merasa
mengantuk jika pelajaran sulit dimengerti. Rs mengatakan merasa mengantuk
sebelum istirahat, itupun hanya kadang-kadang, sedangkan Ta mengatakan hanya
merasa mengantuk jika tidurnya kurang. Berdasarkan penjelasan dari Sn dan Sa
diketahui bahwa mereka mengantuk ketika guru menjelaskan pelajaran. Ms
mengatakan bahwa ia merasa mengantuk setelah jam istirahat, hal ini menurutnya
wajar karena sekolah siang, dan tergantung jam tidur yang ia jalani pada pagi harinya.
Hanya Di yang menyatakan jarang merasa mengantuk. Dari tiga informan lain yang
diwawancara mendalam, diketahui bahwa Nfc merasa mengantuk jika guru sedang
menjelaskan pelajaran yang ia tidak sukai, biasanya sekitar jam setengah tiga, ia
65
merasa mengantuk karena pada saat SD sering tidur siang. In mengatakan bahwa ia
sering merasa mengantuk karena sekolah siang, setelah jam istirahat. Sedangkan Aa
menyatakan bahwa ia mengantuk pada saat guru menjelaskan pelajaran di papan tulis,
biasanya pelajaran IPS, ia merasa mengantuk karena teman-teman lainnya juga
merasa mengantuk.Kutipan jawaban dari informan adalah sebagai berikut :
“kadang-kadang…bawaannya, mau tiduuur aja…kalo lagi nerangin, pelajaran kedua..” (Nf)
“pas pelajaran kedua lah...jam tigaan..kadang-kadang guru lagi nerangin, kadang-kadang lagi ngerjain tugas..gak setiap hari lah..” (Sp)
“sama, kalo di kelas suka pengen tidur gitu…kadang-kadang juga kak..” (Is)
“itu kalo misalnya pelajaran yang ga dimengerti…enggak sih.. ngantuk kalo di sekolah..kan kalo pelajaran gak dimengerti..kimia ama fisika..matematika juga..jam pertama kalo gak jam kedua..tapi biasanya jam pertama sih..jam satuan..soalnya kan kalo jam kedua kan itu..istirahat dulu, kan ambil wudhu’..jadinya itu, gak ngantuk lagi..” (Ssa)
“Cuma kadang-kadang aja, sebelum istirahat..” (Rs)
“enggak sih.. kalo tidurnya kurang aja..” (Ta)
“suka.. kalo..guru lagi nerangin..” (Sn)
“jarang kak…” (Di)
“suka ngantuk..” (Ss)
“suka..kalo guru lagi nerangin..” (Sa)
“suka…apalagi sekolah siang…pas istirahat yaaa…abis istirahat kan mau pelajaran…tengah-tengahnya.. iya, istirahat gitu, pas mau belajarnya..pas belajarnya agak-agak lumayan, tapi Cuma sebentar..tergantung juga sih..tidurnya..jam enam suka tidur lagi” (Ms)
“suka..kalo misalnya pelajarannya ngebetein gitu..pelajaran gak disukain.. langsung..aduh males.. langsung pengen tidur gitu.. paling kalo lagi nerangin aja sih, suka nguap kayak gitu.. jarang sih.. disekolah pas..pas pelajaran kedua.. jam setengah tigaan..soalnya waktu SD suka tidur siang..” (Nfc)
66
“suka, kan sekolah siang.. paling tuh..pas mau..pas abis istirahat aja.. sering..” (In)
“suka, pas…lagi nerangin gitu... nerangin..gimana tu..lagi nerangin di papan tulis gitu..suka ngantuk aja.. pelajaran IPS.. lagi nerangin gurunya..anak-anak juga pada ngantuk..” (Aa)
Dari jawaban seluruh informan, diketahui bahwa mereka mengantuk pada saat di
sekolah, karena sekolah siang dan sebagian besar pada saat guru menjelaskan
pelajaran, sebagian informan lainnya menyatakan bahwa mengatuk karena pelajaran
sulit dimengerti ataupun pelajaran yang tidak disukai, serta karena teman-teman
mereka yang juga mengantuk. Namun dari hasil observasi, hanya sebagian kecil yang
sering terlihat mengantuk, yaitu Sa, Ss, dan Di. Hasil observasi ini juga didukung
oleh penjelasan guru mereka yang membenarkan bahwa mereka sering terlihat
mengantuk selama mengikuti pelajaran di kelas. Salah satu gejala anemia selain 5L
dan pusing adalah mudah mengantuk, dan gejala ini dirasakan oleh sebagian kecil
informan penelitian saat berada di sekolah dan ketika guru menjelaskan pelajaran.
5. Lidah
Dari seluruh informan didapatkan informasi bahwa lidah mereka kasar. Berikut
kutipannya :
“iya, kasar..” (Nf)
“Kasar apa licin ya..tunggu kak..kasar kok..” (Sp)
“kasar ya, gak licin..” (Ssa)
“sama kak..kasar juga..” (Rs)
“saya kasar kak..” (Hs)
67
“iya, kasar juga..” (Ms)
“emang kenapa kak? Kasar sih..” (Nfc)
“kasar..enggak..gak licin..” (In)
Lidah yang kasar juga merupakan salah satu tanda atau gejala anemia. Namun
gejala anemia ini tidak ditemukan pada semua informan. Walaupun seluruh informan
menyatakan bahwa lidah mereka kasar, namun gejala 5L, pusing, dan mudah
mengantuk, serta hasil pemeriksaan Hb sudah menguatkan bahwa para informan
menderita anemia.
6. Buang Air Besar (BAB)
Seluruh informan diketahui tidak memiliki kesulitan buang air besar (BAB),
karena sebagian besar menyatakan hampir setiap hari BAB. Ssa mengatakan bahwa
ia BAB setiap hari jika perutnya mulas, terutama jika ia makan pedas. Sn menyatakan
BAB setiap dua hari sekali waktunya tidak tentu, namun paling sering sesudah
sarapan, Di setiap bangun tidur, Ss sehari sekali paling sering pagi, sekitar jam tujuh,
sedangkan Ms setiap pagi setelah sarapan, Hs sering sekali sehari, namun pernah juga
dua kali sehari, waktunya tidak tentu. In mengatakan bahwa paling sering BAB dua
hari sekali, sedangkan Aa menjawab kadang-kadang sekali sehari, kadang juga tidak
BAB dalam sehari, namun paling sering sehari sekali. Berikut kutipannya :
“setiap pagi…setiap hari..kadang-kadang malem” (Nf)
“ga’ tentu, tergantung sakit perut gitu… iya, setiap hari… kalo pagi bisa…tergantung sakit perut aja…” (Sp)
“kalo lagi sakit perutnya…setiap hari” (Is)
68
“gimana kalo maunya aja…sama, setiap hari.. kalo perutnya mules aja, gitu…apalagi kalo makan pedes, langsung aja gitu..” (Ssa)
“ga’ tentu…biasanya pagi..” (Rs)
“iya, sama..suka ga’ tentu… setiap hari..” (Ta)
“dua hari sekali kak..kadang tiga kali sehari..paling sering yang dua kali..gak tentu..pagi-pagi, sesudah sarapan..” (Sn)
“setiap hari, bangun tidur..” (Di)
“sekali..gak tentu..paling sering pagi, jam tujuan..” (Ss)
“gak tentu juga kak..tergantung kalo perutnya sakit..baru gitu..” (Sa)
“enggak..dua hari sekali..kadang tiga kali sehari..paling sering yang dua kali..gak tentu..pagi-pagi, sesudah sarapan..” (Sn)
“pagi kak.. biasanya..abis sarapan…tergantung..kayak tadi gitu..tadi pagi kan..paling sering pagi gitu, BAB..udah gitu, kalo paginya enggak, siangnya tuh suka, tapi kan kalo di sini jorok, tahan aja.” (Ms)
“sehari sekali, kadang dua kali..sekali..gak tentu juga kak..” (Hs) “sekali.. enggak juga.. yaa..paling..lebih sering dua hari sekali..” (In)
“kadang satu..kadang enggak.. sering..satu hari sekali..emm..jam berapa ya? Eee.. Gak tentu..” (Aa)
Sebagian besar informan BAB setiap hari sekali, hanya dua informan yang
menyatakan BAB dua hari sekali. Salah satu gejala anemia adalah kesulitan BAB,
namun dari jawaban para informan diketahui bahwa seluruhnya tidak memiliki
kesulitan BAB, walaupun begitu gejala lain tetap dirasakan oleh para informan yang
menandakan bahwa mereka anemia, seperti 5L, pusing, dan mudah mengantuk.
7. Pucat
Gejala/tanda pucat dilihat dari bibir, kuku, dan kelopak mata. Nf, Is, Ta, Sn, dan
Ss terlihat pucat pada bibir, kuku, dan kelopak mata. Sp, Rs, dan Nfc terlihat pucat
69
pada bibir dan kelopak mata. Ssa, Hs, Ms, In, dan Aa hanya terlihat pucat pada
kelopak mata, sedangkan Di dan Sa terlihat pucat hanya pada bibir. Untuk lebih
jelasnya, dapat dilihat pada tabel 5.7 di bawah ini :
Tabel 5.7 Hasil Pengamatan Langsung
Gejala/Tanda Anemia Pada Informan Utama
No. Nama Informan Kuku Bibir Kelopak Mata
1. Nf + + +
2. Sp - + +
3. Is + + +
4. Ssa - - +
5. Rs - + +
6. Ta + + +
7. Sn + + +
8. Di - + -
9. Ss + + +
10. Sa - + -
11. Ms - - +
12. Hs - - +
13. Nfc - + +
14. In - - +
15. Aa - - +
Keterangan : ( + ) : pucat ( − ) : tidak pucat
Sebagian besar kelopak mata dan bibir informan terlihat pucat, sebagian kecil yang
terlihat pucat kukunya. Hanya lima orang informan yang bagian kuku, bibir, dan
kelopak matanya terlihat pucat. Bibir, kuku, dan kelopak mata yang pucat pada
70
informan merupakan salah satu gejala atau tanda fisik bahwa mereka menderita
anemia.
5L, pusing, mudah mengantuk, lidah licin, sulit BAB, dan pucat pada kuku, bibir
serta kelopak mata merupakan beberapa gejala atau tanda fisik anemia. Disamping
hasil dari pemeriksaan kadar Hb yang dibawah 12 gr/dl, beberapa gejala yang
dirasakan oleh informan seperti 5L, pusing, mudah mengantuk, dan pucat pada kuku,
bibir serta kelopak mata menandakan bahwa mereka menderita anemia.
5.3.2 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota
Bogor
Untuk menggambarkan perilaku sarapan pagi informan, informasi meliputi
seberapa sering informan sarapan, waktunya, dan makanan yang dimakan saat
sarapan. Seluruh informan terbiasa melakukan sarapan pagi setiap hari, dan sebagian
besar sarapan sebelum berangkat sekolah. Nf sarapan sekitar jam delapan, Is dan Rs
sarapan jam enam pagi, namun Is hanya kadang-kadang, jika tidak sarapan jam enam,
maka Is sarapan sekitar jam sepuluh, sama dengan Ssa sarapan jika merasa lapar, jika
hari sekolah ia makan sebelum berangkat sekolah, sekitar jam sepuluh. Sp dan Ta
menyatakan sarapan sekitar jam sembilan. Untuk makanan yang dimakan saat
sarapan, Nf dan Rs lebih sering makan nasi goreng yang dimasak oleh ibu mereka, Sp
lebih sering sarapan mie, Is menyatakan makan nasi dengan telur mata sapi, Ssa
makan nasi dengan lauk seadanya, biasanya ikan, sayur ataupun keduanya yang
sarapan juga sekitar jam sepuluh, sedangkan Ta lebih sering makan roti. Sn dan Ss
71
sarapan setiap hari sekitar jam sepuluh, Di dan Sa sarapan sekitar jam Sembilan, Ms
sarapan antara jam 05.30 sampai sekitar jam 08.35, sedangkan Hs antara jam tujuh
atau jam delapan. Makanan yang Sn makan pada saat sarapan adalah nasi dengan
lauk, seperti ikan, telur, tahu, ataupun tempe. Selain makan nasi Sn juga sering jajan
makanan ringan sebelum berangkat sekolah. Di kadang-kadang makan nasi, kadang-
kadang makan mie, dengan lauk biasanya adalah telur dadar. Sama halnya dengan Di,
Ss juga sarapan nasi dengan telur, Sa lebih sering sarapan roti dibandingkan mie, Ms
makan nasi dengan lauk yang dimasak hari sebelumnya, atau dengan ayam goreng,
chicken nugget, dada ayam fillet, kadang-kadang nasi goreng dengan telur mata sapi,
nasi uduk, roti tawar dengan meises, atau bubur ayam, sedangkan Hs kadang-kadang
makan nasi atau bubur. Nfc sarapan nasi dengan lauk dan sayur seperti ayam dan
sayur sop sekitar jam delapan sampai jam sembilan, selain nasi beserta lauk dan
sayur, Nfc juga kadang-kadang makan mie ataupun roti, minumnya teh manis, namun
tidak sering, kadang-kadang air putih. In mengatakan bahwa ia sarapan jika merasa
lapar, kadang makan nasi uduk, nasi dengan lauknya seperti telur, beli bakso, atau
masak mie instan, jika ada maka In makan roti tawar isi keju dan meises dan minum
susu, disamping makanan tersebut, In juga makan makanan ringan seperti biskuit atau
kue pancong. Aa sarapan antara jam delapan sampai jam setengah sepuluh, sekitar
empat hari dalam seminggu. Makanan yang dimakan oleh Aa pada saat sarapan
biasanya nasi dengan telur, mie instan, nasi goreng. Berikut ini adalah kutipan dari
jawaban informan.
“sarapan… jam delapan…kadang makan nasi, nasi goreng, ama telor, ama gorengan, gitu aja..mie jarang..paling sering nasi goreng..” (Nf)
72
“kalo sarapan, sakit perut kak…makan sih, tapi siang, jam sembilanan..pasti, makan emi, nasi, sama telor udah..paling sering mie..” (Sp)
“sama kak, tapi kadang-kadang sakit perut, kadang-kadang enggak…kadang sih sarapan.. nasi..telur ceplok..kalo jam enam sih, kadang tiga hari..kalo mau berangkat sekolah, jam sepuluh…” (Is)
“udah biasa…makannya jam sepuluhan..seadanya aja, apa yang ada di rumah gitu.. nasi..seadanya aja..iya, setiap hari, sebelum berangkat..” (Ssa)
“sarapan…jam enam..nasi goreng..” (Rs)
“gak biasa sarapan kak…paling makan roti aja jam Sembilan, kadang nasi..minum susu, jam sepuluh sebelum berangkat sekolah..” (Ta)
“setiap hari… nasi..sama..yang dimasak bunda..jam sepuluhan.. iya, kadang jam setengah delapan, kadang jam sepuluh..yang jam sepuluh..nasi..makan pake ikan, kadang pake sayur..suka..kalo ngemil sering..jajanan, makanan ringan gitu..” (Sn)
“kadang… nasi..kadang mie..pake telor dadar..sebelum berangkat sekolah, jam Sembilan..” (Di)
“sering..iya..nasi..paling telor.. jam sepuluh..” (Ss)
“kadang-kadang..mie atau gak roti..seringan roti..jam sembilanan gitu..” (Sa)
“setiap hari..karna kan disuruh mamah kalo, emmm…disuruh mamah kalo mau, eeee…pagi itu sebelum berangkat kemana-mana tuh suruh makan dulu biar kuat…biar gak lemes… makan nasi…seringnya ayam goreng..jam setengah delapan atau jam setengah Sembilanan..” (Ms)
“suka…makan nasi…iya..kalo gak bubur..kadang jam tujuh, kadang jam delapan..”(Hs)
“pasti.. jam delapan sampe jam Sembilan.. makan nasi.. paginya tuh..maksudnya tuh makanannya tuh gak kayak nasi goreng gitu..bukan… ya kayak sayur sop sama ayam kak..minum teh manis.. enggak juga, kadang-kadang air putih.. enggak..kadang-kadang suka mie..” (Nfc)
“jarang.. kalo sekolah siang, iya.. gak tentu.. kalo lagi laper aja makan.. nyari makanan..ngemil aja.. jajan jajanan anak kecil aja..pancong.. pernah, tapi jarang.. eee… apa yang ada.. emmm….kadang bikin telor, kadang beli bakso, kadang bikin emi..” (In)
73
“kadang jam delapan, kadang jam Sembilan.. makan nasi..telor dadar..mau sendiri.. makan mie. jam setengah sepuluh.. he’eh.. telor, mie, pake nasi.. kadang makan, kadang enggak.. empat hari..” (Aa)
Ibu En yang merupakan ibu dari Ssa memberikan keterangan yang sama dengan
jawaban Ssa, beliau mengatakan bahwa, sebelum berangkat sekolah Ssa biasanya
makan nasi dengan lauk ikan asin. Begitu juga dengan penjelasan Sn yang sesuai
dengan penjelasan Ibu Nh yang merupakan ibu dari Sn, diketahui bahwa Sn benar
sarapan sekitar jam sepuluh, makan nasi dengan lauk pauk atau sayur yang dimasak
ibunya, lauknya paling sering telur mata sapi ataupun ikan. Selain makan nasi
diketahui juga bahwa Sn beli wafer ataupun makanan ringan di warung. Jawaban Ms
juga didukung oleh hasil wawancara peneliti kepada ibunya, Ibu Ir mengatakan
bahwa Ms setiap pagi selalu sarapan dengan menu yang bervariasai, yaitu nasi
dengan lauk yang dimasak hari sebelumnya, atau dengan ayam goreng, chicken
nugget, dada ayam fillet, kadang-kadang nasi goreng dengan telur mata sapi, nasi
uduk, roti tawar dengan meises, atau bubur ayam. Dari seluruh makanan tersebut, Ms
paling suka Nasi goreng. Disamping itu, sebelum Ms berangkat sekolah, ia juga
minum susu dan teh, yang selalu disediakan oleh pembantunya atas permintaan Ibu
Ir. Tidak jauh berbeda dengan jawaban Nfc, dari Ibu Aap diketahui bahwa Nfc selalu
sarapan setiap hari, makanan yang dimakan kadang-kadang nasi goreng, mie instan,
atau roti, atau makan nasi jika Ibu Aap telah selesai masak. Ibu Ww yang merupakan
wali dari In mengatakan bahwa In setiap hari selalu sarapan, namun jam sarapan In
tidak tentu, tergantung kalau In merasa lapar. Kalau bangun tidur In merasa lapar,
maka ia langsung makan, jika tidak lapar, maka In makan sebelum berangkat sekolah,
74
sekaligus makan siang. Hal ini sama dengan jawaban yang diberikan In pada saat
wawancara mendalam. Makanan yang dimakan saat sarapan oleh In bervariasi,
kadang nasi uduk yang dibelikan oleh Ibu Ww, nasi dengan telur, kadang hanya
minum susu saja, atau jika ada roti, maka In makan roti tawar dengan keju dan
meises. Ibu Yn yang merupakan ibu dari Aa mengatakan bahwa saat sarapan Aa
kadang-kadang makan nasi dengan telur, bihun dan tempe goreng tepung yang Ibu
Yn beli di warung. Berikut kutipan dari Ibu En, Ibu Nh, Ibu Aap, Ibu Ww, dan Ibu
Yn .
“iya..ada yang sarapan, ada yang enggak.. Ssa juga gitu, kalo mau..sarapan, kalo enggak, ya enggak.. kan pagi kalo mau berangkat sekolah makan dulu, kan sekolahnya berangkatnya jam sebelas..suka makan dulu kalo mau sekolah mah..makan nasi.. ikan asin lah..” (Ibu En)
“Yang ibu masak..sayur itu aja..yaa…ikan, tahu..begitu aja..kadang minta ceplok telor pake kecap dia mah..paling dua kali..tiga kali.. Iya..sebelum sekolah.jam sepuluhan lah..ibu yang ngebilangin..kalo ibu gak ngebilangin dia mah mungkin sampe sore lagi gak makan..suka, ada pernah minta..tapi jarang kali..kadang ibu mah beliin donat..iya neng..dia mah suka jajan tuh, apa namanya..wafer, makanan ringan gitu dia mah..” (Ibu Nh)
“Ada roti, kadang mie instan, kadang nasi goreng..paling sering nasi goreng, pake telor..didadar..dadar dua, bagi empat..kalo ada sosis, pake sosis.. Nfc apa aja sih..indomie..enggak sih, sekarang udah jarang sih..seminggu paling dua kali....jam enem udah sarapan dia, kalo sekolah pagi..sekolah siang..bangunnya jam lapan..makannya jam sepuluh..kalo Nfc pasti makan sih..iya, kalo sayanya udah masak, ya dia makan nasi...” (Ibu Aap)
“sarapan..kan sekolah..gitu..Ya, gak tentu sih..kalo lagi dia, kalo lagi udah laper, bangun tidur dia langsung makan..kalo belum laper, ya..nanti mau berangkat sekolah..sekaligus makan siang, diparet..jam sebelas dia berangkat sekolah..Ya, kadang ada nasi uduk beli..di sini kan suka ada yang jualan..paling untuk anak-anak aja.. kadang nasi pake telor, kadang cumin minum susu aja..ya, kalo lagi gak sempet, susu sama roti..itu juga kalo lagi ada rotinya..gitu..roti beli..tawar..kan kalo In sukanya harus pake keju segala..seneng keju gitu dia mah..roti pake keju pake meses.. mie juga kadang bikin pagi..” (Ibu Ww)
75
“Iya..Itu aja, sama tempe aja..sama tempe.. tempe yang digoreng.. kadang-kadang telor aja..gitu..kalo Aa gak suka makan pagi mah..suka beliin bihun.. bihun yang pake sambel, tapi, emmm..pake itu.. tempe.. Kadang-kadang suka beli tempe yang mateng..gitu..kan ada di warung..” (Ibu Yn)
Beberapa gambar didapatkan peneliti dalam menggambarkan sarapan pagi
informan dapat dilihat pada gambar 5.1, 5.2, dan 5.3 di bawah ini.
Gambar 5.1 Contoh Menu Sarapan Pagi Ssa
Gambar 5.2 Contoh Menu Sarapan Pagi Sn
76
Gambar 5.3 Contoh Menu Sarapan Pagi Aa
Dari informan utama, informan pendukung, hasil observasi serta hasil recall,
diketahui bahwa seluruh informan terbiasa sarapan pagi setiap hari, sebelum mereka
berangkat ke sekolah. Makanan yang dimakan informan pada saat sarapan sangat
bervariasi, antara lain nasi dengan telur, ikan, ayam, tempe ataupun tahu. Selain nasi
dengan lauknya, nasi goreng, roti, bihun, dan mie instan juga merupakan makanan
yang dikonsumsi oleh informan pada saat sarapan. Sebagian besar informan lebih
sering sarapan nasi dengan telur, mie instan, ataupun nasi goreng. Walaupun seluruh
informan sarapan pagi setiap hari sebelum mereka berangkat ke sekolah, keadaan ini
tidak membuat mereka terhindar dari anemia.
5.3.3 Gambaran Perilaku Minum Teh/Kopi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota
Bogor
Perilaku minum teh informan digambarkan melalui informasi yang mencakup
frekuensi minum teh, waktu minum teh, dan jumlah teh yang dikonsumsi. Nf
mengatakan bahwa minum teh pagi sebelum sarapan, atau malam setelah makan,
sedangkan Sp hampir setiap hari minum teh saat pulang sekolah setelah makan, Is
dan Rs minum teh pagi hari setelah sarapan, Ssa jarang minum teh, karena jarang
77
tersedia teh di rumah, sedangkan Ta yang minum teh ketika bangun tidur. Hs
menyatakan bahwa biasa minum teh dengan susu. Sn menyatakan bahwa ia minum
teh empat hari dalam seminggu, namun lebih sering teh saja, tidak dicampur susu,
waktunya adalah malam hari setelah makan. Di menyatakan jarang minum teh. Sn,
Ss, Ms, dan Hs minum teh setelah makan, sedangkan Sa berbeda dengan mereka, ia
justru minum teh sebelum makan. Nfc minum teh setiap pagi setelah sarapan dan juga
malam, seminggu Nfc minum teh sebanyak lima kali. In menyatakan bahwa ia
minum teh sekali atau dua kali dalam sehari setelah makan, siang, ataupun malam. Aa
memiliki kebiasaan minum teh empat hari dalam seminggu, waktunya setiap pagi
sekitar jam tujuh, selain pagi, Aa juga pernah minum teh malam hari setelah makan.
Berikut ini adalah kutipan jawaban dari setiap informan.
“suka…kadang malem, kadang pagi..sebelum makan..jam tujuh..kalo malem jam delapanan..setelah makan..” (Nf)
“kadang-kadang itu juga..sore..emmm…pulang sekolah..enam hari ada..makan dulu, baru minum teh..” (Sp)
“abis makan pagi baru minum teh…seminggu..dibikinin..” (Ia)
“kalo misalnya ada, diminum, kalo enggak, ya enggak… kalo misalnya mau aja… biasanya pagi… kalo misalnya ada tehnya, baru bikin..enggak sih..jarang…gimana adanya aja..gimana kalo mau minum aja gitu...” (Ssa)
“minum tehnya abis makan pagi yang jam enam…” (Rs)
“setiap hari..bangun tidur, jam enam..bikin sendiri..” (Ta)
“emmm…susu dicampur teh… enggak, malem…abis makan aja.. kalo malem, baru suka..teh aja..empat kali..” (Sn)
“susu…kadang-kadang sama air putih…teh enggak… jarang…” (Di)
“suka..iya..di rumah..setelah makan..pagi…” (Ss)
“suka..suka minum teh… emmmm…cuman sekali…pagi…sebelum makan..” (Sa)
78
“iya…karna emang suka dibikinin sama mamah… iya..kan misalnya abis makan..abis minum teh biasanya minum air mineral…udah gitu…emmm…kata mamah suruh minum teh manis…kan udah disiapin…” (Ms)
“teh sama susu…minum juga..air putih…pagi abis sarapan…” (Hs)
“bangun tidur, trus minum air putih segelas kecil..udah gitu saya dikasih makan, trus saya makan…udah makan trus minum teh manis.. pas udah makan, baru minum teh manis.. segelas gede, tapi Cuma setengahnya.. malem.. paling kalo lagi nonton tv kayak gitu.. enggak sih..enggak begitu..cumannya yaa suka aja minum…maksudnya yaa..kalo lagi mood aja..yaaa..bisa sampe tiga kali..lima kali..kopi gak pernah..” (Nfc)
“pernah, kalo lagi mau bikin.. bikin sendiri.. malem, suka..kalo ada itu..sodara..itu tetangga kan masih..suka maen, jadi..teh In pengen teh manis, ya udah bikin..gitu.. emmm…banyak sih..sehari paling sekali, tapi..kadang enggak.. abis makan gitu langsung aja.. enak..enak aja..” (In)
“eee, minum teh.. jam tujuan.. bikin sendiri.. jarang.. empat hari.. pengen aja..” (Aa)
Ibu En yang merupakan Ibu dari Ssa mengatakan bahwa di rumahnya memang
jarang sekali tersedia teh, beli teh jika ayah Ssa ingin minum teh. Ibu Nh yang
mengatakan bahwa Sn hampir setiap hari minum teh pada malam hari. Ibu Ir juga
mnyampaikan hal yang sama dengan jawaban Ms, yaitu Ms setiap pagi selalu minum
teh. Kebiasaan minum teh Nfc juga diketahui dari penjelasan Ibu Aap. Ibu Ww juga
membenarkan bahwa In memiliki kebiasaan minum teh dua kali dalam sehari, namun
lebih sering beli teh dalam kemasan gelas. Kebiasaan minum teh In sudah ada sejak
In berumur tiga tahun. Jika di luar rumah, In juga lebih sering minta dibelikan teh
daripada air mineral. Yang disampaikan oleh Aa, sesuai dengan jawaban Ibu Yn.
Berikut ini adalah kutipan jawaban Ibu En, Ibu Nh, Ibu Ir, Ibu Aap, Ibu Ww, dan Ibu
Yn.
79
“Enggak sih..air putih aja..kali-kali kalo misalnya ada.. Disini mah enggak..iya, kalo bapak mau air teh..baru, kalo beli mah..” (Ibu En)
“iya…enteh mah hampir tiap malem..ibu suka bikinin..tapi kadang-kadang juga bikin sendiri sih..” (Ibu Nh)
“kalo teh iya..kopi enggak..disini kopi gak laku..tiap pagi kan disiapin susu, teh, sama air putih..teh kan buat tambah tenaga, air putih buat ginjalnya dia, kalo susu buat energi..iya, tiap hari tuh begitu…” (Ibu Ir)
“Ada..tiap pagi minum teh..teh anget..kalo pagi tante bikinin.. pas mau..paling berapa..sekali..dua kali sama malem..paling nebeng..nebeng tapi ngabisin..” (Ibu Aap)
“Kalo teh mah, kadang bikin sih, tapi gak ini..gak sering..gak setiap hari lah..gitu..teh dalam kemasan gelas merek “x”, teh dalam kemasan botol merek “y”, sering..setiap hari teh dalam kemasan gelas merek “x” mah minum..dua kali.. Paling dia dari kecil sih, ini..seneng teh manis..dari umur tiga taun..kalo dia minta aja, mah pengen teh manis..kalo dia gak minta, gak saya kasih..makanya kalo kemana-mana kan, aer abis, beli teh dalam kemasan kotak aja mah, beli teh dalam kemasan botol merek “y”..” (Ibu Ww)
“Iya..he’eh.. kalo Aa mah suka mau teh, gitu..iya..pagi jam tujuh, barengan makan bihun sama tempe.. He’eh..bu’ enteh atuh ane’ mah..gitu nyak..bilangnya gitu..he’eh terserah deh..ulah se’eur teuing gula’na..jangan banyak-banyak gula’na, gitu..secukupnya saja..kan mau manis.. Segelas sendiri.. Tapi, ibunya yang bikin, kan takut panas airnya, gitu..takut kena tangan..maklum lah, kalo masih kecil, suka ibu aja yang ngerjain...” (Ibu Yn)
Sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam
sehari setelah makan, namun tidak ada satu informanpun yang memiliki kebiasaan
minum kopi. Sebagian besar minum teh pada pagi hari, namun sebagian kecil lainnya
juga memiliki kebiasaan minum teh siang dan malam hari. Dua informan memiliki
kebiasaan minum teh dalam kemasan gelas yang mereka beli di warung dekat rumah.
Karena sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam
sehari setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, menyebabkan
penyerapan zat besi dari makanan tersebut terhambat oleh zat tannin yang terkandung
80
dalam teh. Penyerapan zat besi yang tidak sempurna inilah yang menyebabkan zat
besi yang masuk dalam tubuh tidak sesuai dengan zat besi yang dibutuhkan oleh
tubuh, hal inilah yang menyebabkan para informan menderita anemia.
5.3.4 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Untuk mendapatkan gambaran pola menstruasi informan, penelitian ini
mencakup informasi mengenai lama hari menstruasi dan lama hari saat darah keluar
banyak.
Dari seluruh informan informan, sebagian besar sudah mengalami menstruasi.
Lama hari menstruasi dari tujuh informan sangat bervariasi, antara empat sampai
sepuluh hari. Nf, Di, Sa menjawab tujuh hari atau seminggu, Ssa delapan hari, Ta
antara empat sampai enam hari, dan Hs mempunyai lam hari menstruasi terpanjang,
yaitu tujuh sampai sepuluh hari. Lama hari selama satu siklus menstruasi pada Nfc
lima sampai delapan hari, In hanya lima hari. Berikut kutipannya:
“biasanya tujuh, kak..” (Nf)
“saya sih delapan…” (Ssa)
“emm..suka empat hari kalo gak enam hari..” (Ta)
“seminggu..” (Di)
“paling seminggu…” (Sa)
“suka seminggu…paling lama sepuluh hari…” (Hs)
“lima hari paling dikit..kalo lama..paling seminggu lebih sehari..” (Nfc)
“paling banyak seminggu…lima hari sih..lima hari doang..” (In)
81
Lama hari menstruasi yang dijalani informan sangat bervariasi, antara empat
sampai sepuluh hari, namun sebagian besarnya menstruasi selama tujuh hari atau
seminggu. Menstruasi yang dialami informan dikatakan tidak normal karena lebih
dari enam hari.
Lama hari saat darah keluar terbanyak adalah antara satu sampai empat hari. Nf
dan Hs menjawab dua sampai tiga hari, Ssa tiga hari, Ta satu sampai dua hari, begitu
juga dengan Sa, darah keluar terbanyak adalah dua hari, hanya Di yang menyatakan
jika sedang menstruasi tiga sampai empat hari pertama, merupakan hari dimana darah
haid keluar lebih banyak dibandingkan hari-hari sesudahnya. Nfc dan In untuk
pertanyaan lama hari saat darah keluar lebih banyak adalah empat hari pada Nfc dan
tiga hari pada In. Berikut ini kutipan dari jawaban para informan :
“eee…kadang dua hari, kadang tiga hari..” (Nf)
“yang banyak mah biasanya hari pertama sampe hari ketiga…” (Ssa)
“satu sampai dua…” (Ta)
“kalo banyak itu pertama dapet…paling empat hari..kalo gak tiga hari…” (Di)
“sama kayak Hs.. paling banyak dua hari…” (Sa)
“pas pertama-pertama… tiga atau gak dua hari..” (Hs)
“yaaa..empat..” (Nfc)
“tiga..”(In)
Menstruasi yang tidak normal menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
pengeluaran darah pada informan, meningkatnya darah yang keluar selama
menstruasi meupakan salah satu yang penyebab informan menderita anemia.
82
5.3.5 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota
Bogor
Dalam penelitian ini, untuk mendapatkan gambaran pengetahuan siswi,
terdapat beberapa informasi meliputi; saat pertama kali mendengar istilah anemia,
definisi anemia, cara mendeteksi anemia, gejala anemia, penyebab dari anemia,
akibat yang ditimbulkan jika seseorang menderita anemia, cara mencegah ataupun
mengobati anemia, manfaat dan sumber zat besi, manfaat dan sumber vitamin C,
tablet tambah darah.
1. Pertama Kali Mendengar Istilah Anemia
Nf dan Rs mengetahui istilah anemia dari buku IPA SD Sp, Ms, Nfc, dan In
mengetahui dari televisi, Ssa dari pembina PMR saat SMP, dan Ta mengetahui dari
saudara. Sn, Di, dan Aa mengetahui saat mereka SD kelas enam, dari guru dan
teman-temannya, dan Hs mengetahui dari petugas puskesmas. Ss dan Sa belum
pernah mendengar anemia sebelumnya. Berikut ini adalah kutipan dari jawaban
informan :
“buku IPA kelas lima..” (Nf)
“pernah.. di tipi… waktuuuu…udah lama…SMP…kayaknya mah pas baru masuk, gitu..” (Sp)
“taunya di buku…buku bahasa Indonesia…eee..kelas enam…” (Ia)
“semenjak dikasih obat dari sekolah…” (Ssa)
“dari buku…buku IPA..empat SD..” (Rs)
“tau dari orang…sodara…kan dia… eeee… pernah..ini… anemia…” (Ta)
83
“pernah… waktu udah lama… kelas enam SD… dari orang-orang.. dari temen-temen yang di SD..eee..cerita-cerita aja..gak tau, lupa lagi.” (Sn)
“enggak..eee..pernah sih…waktu di SD gitu…apa sih namanya…apa gituu..guru tu nyeritain tentang anemia… kelas enam…” (Di)
“di tipi… iyaaa….tapi itu dah lama… ya, denger aja gitu… di tivi..SD, kelas lima kelas empat, di itu..di berita..kan papah lagi nonton, terus ngeliat tuh..” (Ms)
“Pernah…di puskesmas…waktuuuu…waktuuu…dua bulan…dua bulanan…periksa gigi…bukan..itu…sodara…eee…periksa darah…kurang darahnya…” (Hs)
“denger sih kak, cuman gak tau itu penyakit apa?yaa..tau dari filem-filem…iya, nonton tipi..” (Nfc)
“pernah.. emmm…di tipi aja.. tentang anemia..tapi gak ngerti.. udah lama.. masih SD..” (In)
“di sekolah.. waktu kelas enem.. dari guru.. guru..di kelas.. gak inget..” (Aa)
Sebagian besar informan telah mendengar anemia sebelumnya, antara lain dari
televise, guru saat SD, pembina PMR SMP, teman-teman, saudara, bahkan ada yang
mendengar dari petugas puskesmas.
2. Pengertian/Definisi Anemia
Menurut Nf anemia adalah kekurangan hemoglobin, Sp, Is, Ssa, Rs, Sn, Di, Ms,
Hs, Nfc, dan In mengetahui bahwa pengertian atau definisi anemia adalah kurang
darah, sedangkan Aa menjawab anemia adalah sering letih, lesu, lunglai, dan lemas.
Ta, Ss, dan Sa tidak mengetahui pengertian atau definisi anemia. Berikut kutipannya :
“kekurangan hemoglobin..dari guru..kapan ya, SMP, waktu tes darah..” (Nf)
“taunya Cuma kurang darah doang…” (Is)
“kekurangan sel darah merah…” (Rs)
84
“ga’ tau…” (Ta)
“eee…kekurangan darah… dari guru gitu…” (Di)
“gak tau kak..” (Ss)
“kekurangan…eee..apa..kurang darah merah… eee..ada sih…denger-denger… iya…anemia teh…eee…kurang darah merah…” (Ms)
“kekurangan darah…udah…” (Hs)
“kalo saya denger katanya kurang darah, cumin gak tau lengkap banget…” (Nfc)
“kurang darah ya kak? iya, taunya Cuma itu doang..” (In)
“suka itu..letih..lesu..lunglai..lemes..” (Aa)
Hanya satu informan yang menjawab dengan benar bahwa pengertian anemia
adalah kekurangan hemoglobin, sebagian besar lainnya hanya mengetahui istilah dari
anemia yaitu kekurangan darah.
3. Cara Mendeteksi Anemia
Nf, Sp, Is, Rs, Di, Sn, Hs, Ms, Nfc, dan Aa mengatakan bahwa cara untuk
mendeteksi anemia adalah dengan tes darah. Is, Ssa, dan Ta mengatakan dilihat
adalah fisik yang mudah dan sering pusing, lemas, letih, sakit-sakitan, cepat pingsan,
dan mudah lelah. Sedangkan menurut In cara mendeteksi anemia adalah dengan
melihat kelopak mata seseorang, pucat atau tidak. Ss, dan Sa tidak mengetahui cara
mendeteksi anemia. Kutipan dari jawaban informan adalah sebagai berikut :
“dari..tes darah..darah..merah..” (Nf)
“kayak waktu kemaren aja gitu disuntik, diambil darahnya..” (Sp)
“dari dirinya kak..suka lemes, sakit-sakitan.. periksa darah..” (Is)
85
“aku mah gak tau, soalnya aku kan taunya juga anemia tu baru SMP ini.. ” (Ssa)
“emm..sama deh..tes darah..” (Rs)
“cepet pingsan, mudah lemas..periksa kesehatan..ini,eee..darah sama ini, apa tu, pernafasan.. mudah lemasnya aja, gitu..mudah lelah..” (Ta)
“tes darah… tangannya…” (Di)
“iya kan darahnya di cek..udah gitu doang..” (Ms)
“sering pusing, lemes..terus..eee…capek gitu..” (Ssa)
“iya, dites darahnya, kan darahnya kurang..” (Sn)
“kan soalnya waktu itu di sekolah ada yang, apa sih..yang dites..” (Ms)
“dokter… di ini…apa sih??digitu-gituin gitu kak..set (sambil mempraktekkan cara dokter jika mengambil darah di jari)..gitu kak..terus di ambil darahnya..” (Nfc)
“kata mamah sih liat dari mata..kalo ininya gak ada darahnnya..gak tau lagi..” (In)
“eee…apa..dites darahnya..” (Aa)
Sebagian besar informan mengetahui dengan benar cara mendeteksi anemia yaitu
melakukan tes atau cek darah, namun saat peneliti menanyakan lebih lanjut mengenai
bagian darah yang dicek, mereka tidak mengetahuinya.
4. Gejala Anemia
Informasi yang didapatkan mengenai gejala anemia sangat bervariasi, Nf
menjawab cukup banyak, antara lain pusing ketika berdiri setelah jongkok,
mengantuk, lemas, tidak semangat, dan selalu merasa ingin tidur. Sp, Is dan Nfc
menjawab suka pingsan dan suka pusing, Sn mengatakan bahwa pusing, lesu, lunglai,
dan mengantuk adalah gejala anemia, Ssa mengatakan bahwa yang ia tahu dari
86
saudaranya mengenai gejala anemia adalah penglihatan tidak jelas dan pusing setelah
jongkok, Ta dan In mengatakan mudah letih, 5L dan muka pucat merupakan gejala
anemia yang diketahui oleh Ms, Hs dan Aa. Sedangkan Rs, Di, Ss, dan Sa
menyatakan tidak mengetahui gejala anemia. Berikut kutipannya :
“abis jongkok, langsung berdiri, suka pusing…ngantuk..terus,lemes..gak semangat..bawaannya pengen tidur..” (Nf)
“suka pusing…suka pingsan..gitu doang yang tau mah..” (Sp)
“kalo kata saudara ssa ya, anemia itu, apa namanya, kalo kita ngeliat orang tu gak jelas, kurang jelas..gitu katanya.. eee..apa ya? Sering pusing kalo misalnya jongkok, gitu..terus gak bisa kecapean..” (Ssa)
“mudah capek…” (Ta)
“pusing… suka lesu, lunglai, terus ngantuk..” (Sn)
“lemes…5L.. letih, lemes, lesu, trus apa lagi yaaa…lelah… pusing, sama yang termasuk 5L..” (Ms)
“lesu… mukanya pucat..” (Hs)
“pusing..trus gak tau lagi…” (Nfc)
“capek..cepet capek.. taunya itu doang..” (In)
“suka lesu, lemes, letih, lunglai..gak tau lagi..” (Aa)
Infomasi mengenai gejala atau tanda anemia sangat bervariasi, antara lain merasa
pusing jika berdiri setelah jongkok, mengantuk, tidak semangat, selalu ingin tidur,
sering pusing, sering pingsan, penglihatan tidak jelas, 5L, dan muka pucat. Sebagian
besar informan menjawab dengan benar bahwa gejala anemia adalah pusing, mudah
mengantuk, 5L, dan muka pucat.
87
5. Penyebab Anemia
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa Nf, Ssa, dan Ta hanya mengetahui bahwa
kurang vitamin merupakan penyebab dari anemia, Sp mengatakan kurang minum, Is
dan Ms menjawab kurang makan, Rs mengatakan kekurangan gizi, kurang makan
sayur adalah jawaban Sn. Selain kurang makan, Ms juga menjawab bahwa kurang
makan buah, sering jajan makanan yang kotor dan kecelakaan merupakan hal-hal
yang menyebabkan seseorang anemia, berbeda dengan jawaban Ss yang mengatakan
bahwa penyebab anemia adalah banyak mengeluarkan darah seperti keguguran, dan
Hs menambahkan dengan menjawab menstruasi dan melahirkan, Nfc dan Aa
menjawab bahwa penyebab dari anemia adalah kekurangan darah, In yang
mengatakan bahwa kurang tidur dan terlalu letih merupakan penyebab dari anemia.
Sedangkan Rs, Di, dan Sa tidak mengetahui penyebab anemia. Berikut ini adalah
kutipan jawaban dari para informan.
“kurang vitamin..vitamin A..” (Nf)
“kalau kata mamah ini mah, kurang minum, kata mamah, kalo misalkan suka pusing..”(Sp)
“sama kak, kurang makan..” (Is)
“jadi kita makannya banyak juga, gak ada vitaminnya…gitu.. kan kurang vitamin kak..” (Ssa)
“eee…kalo ga salah kekurangan gizi…” (Rs)
“kurang vitamin…” (Ta)
“kurang makan sayur..kan ada vitaminnya..iya, kurang vitamin..” (Sn)
“banyak mengeluarkan darah..keguguran..” (Ss)
88
“karna kurang makan… eee..makannya kan..eee..apa..kan kalo siang tu kan ga makan…harusnya makan siang tapi malah gak makan..trus makanannya sering jajan makanan yang kotor…eee..makan, apa..jajan sembarangan..kecelakaan… kurang makan buah..” (Ms)
“gak tau ah… dapet…melahirkan…” (Hs)
“penyebabnya??? Karna kurang darah…” (Nfc)
“eee…kurang..tidurnya tuh lebih dari jam Sembilan..kecapean..taunya itu doang..”(In)
“karna…kekurangan darah..” (Aa)
Penyebab anemia yang diketahui oleh informan sangat bervariasi, antara lain
kurang vitamin, kurang minum, kurang makan, kekurangan gizi, kurang makan sayur,
kurang makan buah, sering jajan makanan yang kotor, banyak mengeluarkan darah
seperti keguguran, kecelakaan, menstruasi, dan melahirkan, kurang darah, serta
kurang tidur. Walaupun jawaban informan sangat bervariasi, hanya sebagian kecil
yang menjawab dengan benar bahwa salah satu penyebab anemia adalah
meningkatnya pengeluaran darah seperti menstruasi.
6. Akibat atau Dampak Anemia
Nf mengetahui cukup banyak akibat atau dampak jika seseorang anemia, yaitu
lemas, mengantuk, tidak nafsu makan, pusing, dan letih. Sp mengatakan demam dan
tubuh kecil namun perut besar, Is mengatakan sakit panas, Ssa dan Rs mengatakan
kematian dan ditambahkan oleh Ssa dan In yang menjawab prestasi yang menurun.
Sn menjawab bahwa akibat atau dampak anemia adalah sakit, pusing, dan lemas, Nfc
mengatakan dengan ragu bahwa penyebab anemia adalah membuat lupa, sedangkan
89
In prestasi menurun. Di, Ss, Sa dan Aa tidak mengetahui akibat ataupun dampak dari
anemia. Kutipan dari jawaban masing-masing informan adalah sebagai berikut.
“lemes, trus ngantuk… gak nafsu makan…pusing..trus suka capek..udah..” (Nf)
“demam…demam gitu ya kak?? kalo misalnya kurang darah tu yaa.. itu..tubuhnya tu..kecil, tapi perutnya besar…” (Sp)
“sakit…sakit panas…” (Ia)
“cepet lupa…prestasinya menurun… itu yaa…kalo jangka pendek mah lupa…trus kalo jangka panjang, ya kematian…gitu.” (Ssa)
“lama kelamaan bisa meninggal…” (Rs)
“kurang ngerti pelajaran…” (Ta)
“sakit..sakit aja..jadi pusing..lemes..” (Sn)
“iya, yang tadi…kayak tadi….iya 5L, ama yang tadi di omongin…akibatnya apa sih tadi…5L, muka pucat...” (Ms)
“mukanya pucet… lemes…” (Hs)
“kata guru..katanya gini..entar tuh..apa…udah gedenya itu, hamilnya gimana gitu kak..udah gitu, apa sih namanya…emmm..bikin lupa-lupa gitu kak..” (Nfc)
“prestasinya menurun.. kecapean aja, jadi males belajar.. gak tau..yang dikasih tau itu doang.. kan dikasih obat yaa..sama Pembina PMR dijelasin gitu..kalo gak mau minum obat,prestasinya jadi menurun..” (In)
Akibat atau dampak yang terjadi bila seseorang anemia yang diketahui oleh
informan sangat bervariasi, diantaranya adalah mengantuk, tidak nafsu makan,
pusing, demam, tubuhnya kecil perutnya besar, sakit panas, cepat lupa, prestasi
menurun, kematian/meninggal, dan kurang mengerti pelajaran. Dari sekian banyak
jawaban hanya sebagian kecil yang mengetahui dampak anemia dengan benar, yaitu
kurang mengerti pelajaran, prestasi menurun, dan kematian/meninggal dunia.
90
7. Mencegah dan Mengobati Anemia
Istirahat dan minum obat atau vitamin kurang darah merupakan cara mencegegah
ataupun mengobati anemia yang diketahui oleh Nf. Karena Is mengetahui bahwa
penyebab anemia adalah kurang minum, maka cara mencegah atupun mengobati
anemia menurutnya adalah minum yang banyak. Is dan Sa memberikan jawaban yang
sama, yaitu makan makanan yang bergizi. Ssa, Di, Nfc dan Aa mengatakan untuk
mencegah atau mengobati anemia adalah dengan minum obat kurang darah. Rs
menjawab jangan jajan sembarangan, Sn mengatakan banyak makan sayur, makan
buah, dan makan nasi. Ta menjawab menjaga kesehatan dengan cara makan teratur
dan minum vitamin, tidak jauh berbeda dengan jawaban Ta, Ms juga menjawab
makan teratur ditambah makan makanan empat sehat lima sempurna yang bersih dan
minum susu, Hs menambahkan dengan banyak makan buah, In menjawab tidur yang
cukup.. Berikut ini adalah kutipannya.
“Istirahat, minum obat..obat kurang darah..sama.. makan, minum vitamin..vitamin buat kurang darah..” (Nf)
“emmm..apa ya? minum..banyak..” (Sp)
“makan makanan yang bergizi.. “ (Is)
“ya itu, makan obat yang dikasih..” (Ssa)
“jangan jajan sembarangan..” (Rs)
“menjaga kesehatan, makan teratur..minum vitamin...” (Ta)
“banyak makan sayur… makan sayur, kan banyak vitaminnya..makan buah..buah jeruk, apel, pisang, alpukat..banyak makan nasi..” (Sn)
“minum obat kekurangan darah…” (Di)
“makan yang bervitamin…” (Ss)
91
“makan makanan yang bergizi…” (Sa)
“makan makanan empat sehat lima sempurna…trus jangan makanan yang kotor…trus…makannya juga harus teratur… minum susu yang banyak..apa sih, kalo misalnya ada penyakit biar gak kena..” (Ms)
“udah..juga..dijawab sama no.5… banyak makan buah…” (Hs)
“minum obat..obat kurang darah..kayak yang dikasih sekolah kak…” (Nfc)
“tidur yang cukup aja..” (In)
“minum obat.. obat…itu, apa namanya… tambah darah..” (Aa)
Hasil menunjukkan bahwa cara mencegah ataupun mengobati anemia yang
diketahui oleh informan sangat bervariasi, antara lain banyak makan sayur, minum
obat kekurangan darah, makan yang bervitamin, makan makanan yang bergizi, makan
makanan empat sehat lima sempurna, jangan makan yang kotor, makan teratur,
minum susu, dan banyak makan buah. Sebagian besar informan menjawab dengan
benar bahwa untuk mencegah ataupun mengobati anemia yaitu dengan makan
makanan bergizi dan minum tablet tambah darah, namun saat peneliti melakukan
probing untuk mengetahui pendapat mereka mengenai hubungan antara anemia dan
makanan bergizi, semua informan tidak mengetahuinya bahwa mengkonsumsi
makanan sumber zat besi merupakan salah satu cara untuk mencegah atupun
mengobati anemia.
8. Sumber dan Kegunaan Zat Besi
Nf mengatakan pisang, papaya, dan jambu adalah sumber zat besi, dan
kegunaannya adalah agar tidak mudah lemas, sakit, dan letih. Sp, Rs, Ta, dan Hs
92
menjawab susu untuk menambah kuat, stamina, memperkuat tulang. Hs
menambahkan lauk pauk sebagai sumber zat besi. Ssa tidak mengetahui sumber zat
besi dan ia menjawab dengan ragu kegunaan zat besi adalah agar tidak mudah lemas
dan untuk menguatkan tubuh. Sn menjawab cukup banyak makanan sumber zat besi
selain nasi, yaitu buah, sayur, telur, ikan, dan ayam, sedangkan kegunaan zat besi
yang ia ketahui hanya untuk tambah darah. Sa mengatakan buah dan kegunaannya
supaya sehat. Ms menjawab nasi uduk untuk menambah kuat. Is, Di, Ss, Nfc, dan Aa
menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui sumber dan kegunaan zat besi. In
menjawab susu adalah sumber zat besi dan kegunaannya untuk menambah tenaga
dan agar tidak lemas Kutipan jawaban setiap informan adalah sebagai berikut.
“pisang…pepaya..terus jambu..udah aja.. Buat..supaya gak lemes..supaya gak gampang sakit..supaya gak gampang capek..terus, udah..” (Nf)
“taunya Cuma susu doang… Untuk menambah stamina, nambah kuat,apa lagi ya? Gak tau lagi..” (Sp)
“gak inget kak… agar tidak mudah lemes.. buat nguatin tubuh kali ya kak?” (Ssa)
“susu… memperkuat tulang..” (Ta)
“nasi.. buah, sayur, telur, ikan, ayam..udah….. untuk tambah darah…” (Sn)
“buah…supaya sehat…” (Sa)
“nasi uduk…susu..biar kuat..taunya itu aja sih..” (Ms)
“vitamin c, eh..makanan yang mengandung vitamin C..enggak..enggak..bukan… lauk-pauk…susu..biar tulangnya kuat…” (Hs)
“gak inget.. kayaknya pernah denger, tapi lupa lagi..zat besi itu gunanya…untuk..bingung kak…” (Nfc)
“susu. buat nambah tenaga kali.. biar gak lemes aja...” (In)
93
“gak tau.. enggak..pernah sih, tapi lupa..” (Aa)
Informan mengetahui bahwa makanan sumber zat besi adalah buah, susu, nasi,
sayur, dan lauk pauk, sedangkan kegunaan dari zat besi agar tidak mudah lemas,
sakit, dan letih, menambah kuat, menambah stamina, memperkuat tulang, untuk
tambah darah, agar sehat. Sebagian besar informan mengetahui dengan benar bahwa
sumber zat besi adalah lauk pauk, sayur, dan susu. Namun seluruh informan tidak
mengetahui bahwa salah satu kegunaan zat besi adalah untuk proses pembentukan sel
darah merah yang berhubungan dengan anemia.
9. Sumber dan Kegunaan Vitamin C
Sebagian besar informan menjawab secara bersamaan bahwa jeruk adalah
makanan sumber vitamin C. Selain jeruk, Nf mengatakan papaya, kegunaannya agar
sehat dan tidak mudah letih. Sp menjawab jeruk nipis, Is belimbing, Ssa mengatakan
pisang dan sayuran, Rs mangga, Ta jambu, Sn apel, Di anggur, Ms mangga dan apel.
Sp, Is, Ssa, Rs, dan Sn menjawab bahwa kegunaan vitamin C adalah untuk
menyembuhkan sariawan, dan Ssa menambahkan untuk menyembuhkan penyakit
kulit, Di dan In yang menjawab kegunaan vitamin C adalah untuk mencegah panas
dalam. Aa menyatakan bahwa ia tidak ingat kegunaan dari vitamin C. Berikut
kutipannya.
“jeruk..pepaya…apa ya? Gak tau lagi.. Supaya sehat, gak gampang capek, udah..” (Nf)
“jeruk.. jeruk nipis…buat nyembuhin sariawan..” (Sp)
“jeruk, belimbing… taunya Cuma buat sariawan..” (Is)
94
“pisang ya kak??? sayuran ya kak?? gak inget lagi kak..” (Ssa)
“jeruk, sama mangga..untuk sariawan...” (Rs)
“lemon… jambu… gak inget juga..kan pelajaran SD..” (Ta)
“jeruk, apel.. mencegah sariawan..” (Sn)
“anggur… mencegah panas dalam..” (Di)
“jeruk, mangga, apel, semangka, pir.. kayak merek “X” ya kak??buat panas dalem..” (Ms)
“vitamin C dari jeruk.. vitamin C untuk kayak sariawan gitu..biar sembuh gitu..buat gusi juga kak..” (Nfc)
“jeruk.. emmm..gak tau..lupa lagi.. emmm..apa..mencegah panas dalam.. udah..ingetnya itu doang..” (In)
“jeruk.. kurang tau lagi.. enggak inget..lupa kak..” (Aa)
Sebagian besar informan menjawab dengan yakin bahwa sumber vitamin C adalah
jeruk, selain jeruk, jawaban informan cukup bervariasi, antara lain papaya, pisang,
apel, mangga, anggur, pir, semangka, jeruk nipis, lemon, jambu, belimbing, dan
sayuran. Sebagian besar menjawab kegunaan vitamin C adalah untuk mencegah atau
mengobati sariawan serta panas dalam. Dari jawaban tersebut, diketahui bahwa
sebagian besar informan pengetahuan cukup baik mengenai sumber dan kegunaan
vitamin C, namun tidak ada satu informanpun yang mengetahui bahwa salah satu
kegunaan vitamin C adalah untuk meningkatkan penyerapan zat besi.
10. Tablet Tambah Darah
Nf, Sp, Is, Ssa, Ta, Nfc, In, dan Aa mengetahui bahwa tablet tambah darah untuk
tambah darah, mencegah, dan mengobati anemia. Dengan ragu Ssa menambahkan
bahwa tablet tambah darah berisi darah, karena baunya yang seperti darah. Hanya Rs
95
yang menjawab bahwa tablet tambah darah merupakan vitamin. Selain untuk tambah
darah, Nfc juga menjawab tablet tambah darah merupakan vitamin untuk kesehatan
dan stamin, dan Aa menambahkan tablet tambah untuk menghilangkan letih dan lesu.
Sn dan Sa mengatakan tidak mengetahui tentang tablet tambah darah. Kutipan dari
masing-masing jawaban informan sebagai berikut.
“kan dikasih buat nambah darah…buat ini apa, penyakit anemia, buat ngejauhin..”(Sp)
“buat nambah darah, trus buat nyembuhin anemianya gitu…kan nambah darah..darah kali..baunya bau darah kak..” (Ssa)
“mencegah sama mengobati anemia..vitamin..udah..” (Rs)
“supaya menurangi..mengurangi.. mengurangi kekurangan darah…” (Di)
“untuk mengobati yang kekurangan darah..” (Ss)
“buat ini…apa…buat nambah darah.. biar gak anemia…” (Ms)
“biar enggak anemia lagi kak..” (Ssa)
“Emm..buat itu, biar gak anemia..ada darah..eee..itu biar nambah darah..” (Ms)
“pernah..ibu saya pernah nawarin..cumannya waktu itu kan saya gak tau kalo saya anemia.. waktu kelas enam.. untuk nambah darah.. untuk kesehatan juga, vitamin supaya apa namanya..stamina..” (Nfc)
“obat..itu..buat nambah darah..” (In)
“buat..penambah darah.. biar darah kita tambah.. jadi ngilangin lesu, letih..” (Aa)
Sebagian besar informan mengetahui bahwa tablet tambah darah hanya untuk
menambah darah, sebagian kecilnya menjawab untuk mencegah dan mengobati
anemia, untuk kesehatan, stamina, serta menghilangkan letih dan lesu. Sebagian besar
tidak mengetahui kandungan dari tablet tersebut, dua informan mengatakan bahwa
96
tablet tersebut berisi darah, dua informan lain mengatakan bahwa tablet tersebut
merupakan vitamin. Dari jawab informan tersebut menunjukkan bahwa seluruh
informan tidak mengetahui bahwa tablet tambah darah mengandung zat besi yang
dapat mencegah ataupun mengobati anemia.
Dari sepuluh informasi untuk menggambarkan pengetahuan informan mengenai
anemia, sebagian besar hanya menjawab empat atau lima pertanyaan dengan benar.
Berdasarkan pengamatan ketika informan menjawab, seluruhnya menjawab dengan
ragu dan muka kebingungan. Menurut peneliti, seluruh informan tidak mengetahui
apakah jawaban mereka tersebut benar atau salah, padahal peneliti mengajukan
pertanyaan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan anemia.
Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan seluruh
informan kurang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan anemia. Pengetahuan
yang kurang tersebut dapat mempengaruhi perilaku mereka dalam pemilihan
makanan mereka sehari-hari. Pemilihan makanan yang tidak tepat akan berpengaruh
pada ketidakcukupan asupan zat gizi, salah satunya adalah zat besi, sehingga tidak
menutup kemungkinan anemia yang diderita oleh para informan disebabkan oleh
pemilihan makanan yang tidak tepat karena pengetahuan yang minim yang dimiliki
informan mengenai anemia ataupun zat gizi.
5.3.6 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Dalam penelitian ini, gambaran karakteristik orangtua meliputi gambaran
pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan orangtua. Pendidikan dan pekerjaan
ditanyakan melalui FGD maupun wawancara terhadap informan utama, namun untuk
97
memastikan jawaban tersebut, peneliti juga melakukan wawancara langsung kepada
informan pendukung yaitu Ibu. Sedangkan untuk pendapatan, peneliti hanya
melakukan terhadap enam informan pendukung dari enam informan yang di
wawancara.
Pendidikan ayah maupun informan utama bervariasi, dari SD hingga S2, namun
untuk pendidikan ayah sebagian besarnya adalah SMP, sedangkan pendidikan ibu
adalah SD. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah wiraswasta, sebagian
kecil lainnya adalah pegawai swasta, pedagang, buruh tani, dan buruh dagang.
Sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu rumah tangga (IRT), hanya Ibu
dari Is dan Hs yang bekerja swasta dan Ibu dari Rs sebagai pedagang. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.9 di bawah ini.
Tabel 5.8 Karakteristik Orangtua Informan
Variabel
Informan
Pendidikan Ayah
Pendidikan Ibu
Pekerjaan Ayah
Pekerjaan Ibu
Nf STM SMEA Pegawai IRT Sp SMA SMA Pegawai Swasta IRT Is SMP SMP Swasta Swasta
Ssa SD SD Buruh Tani IRT Rs STM S1 Pedagang Pedagang Ta SMA SMP Buruh Dagang IRT Sn SMP SMP Wiraswasta IRT Di SMP SD Wiraswasta IRT Ss SD SD Wiraswasta IRT Sa SMP SMP Wiraswasta IRT Ms S2 SMA Wiraswasta IRT Hs SMP SD Swasta Swasta Nfc S1 D3 Wiraswasta IRT In SMP SMA Wiraswasta IRT Aa SD SD Buruh IRT
98
Ibu En yang merupakan ibu dari Ssa mengatakan bahwa pendidikan ibu dan ayah
Ssa adalah SD, dan pekerjaan ayahnya adalah buruh tani, hal ini sesuai dengan apa
yang ditulis Ssa. Namun, untuk pekerjaan ibu, ternyata Ibu En bukan sekedar ibu
rumah tangga, ia juga bekerja sebagai buruh tani, namun hanya setengah hari. Berikut
kutipan Ibu En.
“iya…bapak juga ke sawah..ibu mah kuli..sama orang lain gitu..kuli gitu..membersihkan kebun...buat ngidupin sekolah anak-anak.. iya..berangkat dari rumah jam tujuh.. ya, jam..dua belas..bedug zuhur dah selesai..”
Informasi yang didapat dari Ibu Nh yang merupakan ibu dari Sn sama dengan
informasi yang ditulis Sn, mengenai pendidikan ayah dan ibu yang SMP, dan
pekerjaan ibu rumah tangga. Namun, saat peneliti mengajukan pertanyaan mengenai
pekerjaan ayah, didapatkan informasi yang berbeda dengan informasi dari Sn.
Pekerjaan ayanh Sn adalah supir angkutan umum setengah hari, dan angkutan umum
tersebut bukan milik ayah Sn. Kutipan jawaban Ibu Nh mengenai pekerjaan suaminya
adalah sebagai berikut.
“Euh..narik angkot neng..nol satu, ciawi – barangsiang..setengah hari..dari jam satu, sampe..paling jam..tujuh..udah pulang..emang kalo bolehna mah, sampe malem juga boleh, tapi bapaknya mah suka enggak..paling jam tujuh..paling jam lapan, paling ini teh jam Sembilan, gitu..seringnya teh jam tujuh, jam delapan pulang..” (Ibu Nh)
Informasi dari Ibu Ir mengenai pendidikan dan pekerjaan Ibu Ir dan suaminya
sesuai dengan informasi dari Ms. Diketahui bahwa ayah Ms memiliki usaha
perkebunan teh yang berada di Cianjur, Tasikmalaya, dan Medan. Sehingga peneliti
99
menyimpulkan bahwa pekerjaan ayah Ms bukan hanya sekedar wiraswasta namun
pengusaha perkebunan teh.
Ibu Aap yang merupakan ibu dari Nfc membenarkan informasi mengenai
pendidikan dan pekerjaan orangtua yang diberikan oleh Nfc. Peneliti melakukan
probing untuk mengetahui lebih dalam mengenai pekerjaan ayah informan.
Berdasarkan penjelasan Ibu Aap, didapatkan informasi bahwa suaminya bekerja di
Jakarta membantu orangtua dalam mengelola toko yang menjual sembako. Berikut ini
kutipannya.
“Ama bapaknya..kan punya..apa..kayak..toko sembako..” (Ibu Aap)
Informasi mengenai pendidikan dan pekerjaan orangtua In yang diketahui dari Ibu
Ww yang merupakan wali dari In sama dengan informasi yang diberikan In pada
peneliti. Peneliti mendapatkan informasi lebih mengenai usaha yang dijalani oleh
ayah In, yaitu berjualan nasi. Begitu juga dengan Aa, ia juga memberikan informasi
yang sesuai dengan penjelasan Ibu Yn, yang merupakan ibu dari Aa. Bahwa orangtua
Aa pendidikan terakhir adalah SD, ibunya merupakan ibu rumah tangga, dan ayahnya
buruh bangunan. Berikut ini kutipannya.
“Iya, kadang-kadang bapaknya, ngerjain itu di bangunan mah, apa aja.. bisa kan bapaknya..bisa kena kayu, bisa kena temboknya..kadang-kadang suka masang listrik..bapaknya sih gak sekolah apa..kan dari SD.. Ibu juga SD..kan ibu dulu suka sakit kan..suka sakit ini..sakit ginjal, eh itu..emmm..apa tuh..batunya..” (Ibu Yn)
100
Berdasarkan informasi yang didapat dari informan utama dan informan pendukung
(ibu/wali), diketahui bahwa pendidikan ayah informan utama bervariasi, dari SD
hingga S2, namun untuk pendidikan ayah sebagian besarnya adalah SMP, sedangkan
pendidikan ibu adalah SD. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah
wiraswasta, sebagian kecil lainnya adalah pegawai swasta, pedagang, buruh tani,
buruh dagang, supir angkutan umum, dan pengusaha kebun teh. Sedangkan sebagian
besar ibu informan adalah ibu rumah tangga (IRT), hanya empat orang ibu yang
bekerja sebagai pegawai swasta, pedagang, dan kuli/buruh ladang. Pekerjaan
orangtua informan baik tetap ataupun tidak tetap tidak dapat dijadikan suatu jaminan
untuk terhindar dari anemia.
Dari penjelasan Ibu En diketahui bahwa dari hasil bekerja membersihkan ladang
orang lain, perhari bisa mendapatkan upah Rp.7.500 – Rp.8.000. Jika di jumlahkan
sekitar Rp. 225.000 – Rp. 240.000 setiap bulan. Sedangkan untuk pendapatan ayah
Ssa dalam sebulan tidak pasti, hal ini karena pekerjaan ayah Ssa seorang buruh tani
yang bekerja di sawah orang lain. Hasil panen dibagi dua dengan pemilik sawah. Jika
sedang panen, ayah Ssa bisa mendapatkan uang Rp.300.000 – Rp.600.000, namun
tidak setiap bulan. Ketimun waktu panennya paling cepat, yaitu empat puluh hari,
kacang panjang dua bulan, jagung dua bulan setengah, dan padi tiga bulan. Jika
tanaman yang dipanen adalah padi, maka beras hasil panen tidak dijual melainkan
disimpan untuk makan beberapa bulan kedepan.
Saat peneliti berkunjung kerumah Ssa, ayah Ssa sedang panen kacang panjang,
biasanya hasil panen dijual ke pasar, uang penjualan hasil panen tersebutlah yang
101
digunakan untuk membeli lauk pauk, biasanya tempe atupun ikan tongkol. Atau hasil
panen tersebut dikonsumsi sendiri, tidak dijual. Karena penghasilan tidak pasti,
kadang-kadang keluarga ini pinjam uang untuk membeli lauk pauk. Seluruh anak
yang bersekolah tidak diberi uang jajan. Pengeluaran rumah tangga setiap bulannya
hanya untuk listrik Rp.30.000,- dan SPP kakaknya Ssa Rp.50.000. Tiga orang kakak
dari Ssa telah bekerja, namun penghasilan mereka hanya mencukupi biaya hidup
mereka sendiri. Hanya kadang-kadang jika ayah atau ibu Ssa tidak bisa membeli
beras ataupun lauk pauk, maka kakak yang pertama yang membelinya, atau jika adik-
adik mereka ada keperluan di sekolahnya seperti mengikuti ekstra kurikuler, maka
kakaknyalah yang memberikan uang. Berikut kutipan penjelasan dari Ibu En.
“Perhari ibu’ mah..ada yang..tujuh ribu setengah.. ada delapan ribu..setengah hari lah.. Bapak teh gak tau..jadi kuli di sawah orang..tergantung panen…hasilnya..dibagi dua gitu ama yang punya sawahnya gitu.. Ya itu…paling tiga ratus.. Palingan itu enam ratus..gitu.. Kan kadang-kadang, pinjem dulu gitu..nanti kalo hasil, baru dibayar.. Lima puluh ribu..tapi belum bisa bayar atuh sebulan juga..sekarang belum bayar..makanya kalo mau ambil kartu, ibu dating ke sekolah..ngambil kartu untuk itu..buat semester..katanya harus orang tua gitu..kan belum bayar SPP gitu.. Gini ngasihnya..kalo gak ada beras, paling dibeliin beras..jadi enggak ngasih duitnya, gitu..kalo ani ada..ini..apa..mau apa gitu, kadang dikasih untuk bayar..sering ikut ekskul pramuka.. kadang dikasih, gitu..” (Ibu En)
Pendapatan yang diperoleh keluarga Sn juga tidak pasti, karena ayahnya bekerja
sebagai supir angkutan umum. Jika sedang ramai paling banyak sehari ayahnya
membawa pulang uang Rp.50.000,- – Rp.100.000,- namun jarang, lebih sering antara
Rp.20.000 – Rp.30.000 dalam sehari. Untuk pengeluaran yang digunakan adalah
sekitar Rp.32.000 – Rp.35.000 dalam sehari, yaitu untuk uang jajan Sn ke sekolah
Rp.12.000 perhari, dan belanja bahan makanan sekitar Rp.20.000. setiap bulan, Ibu
102
Nh membayar listrik dan air sebesar Rp.70.000. Kutipan jawaban Ibu Nh adalah
sebagai berikut.
“Suka dapet lima puluh, gitu..udah pulang ke rumah aja, gitu..lima puluh..tapi kali-kali paling juga ya neng ya..paling seratus ribu, namanya juga supir angkot ya, kalo sekarang-sekarang ke sini, paling tiga puluh ribu, dua puluh ribu..uang dua puluh ribu itu kan, gak banyak kan ya neng.. mana ibu gak punya tabungan, gak punya apa. Sn teh sama ongkos, dua belas ribu..kalo ibu dua puluh ribu belanja aja..sehari..tiga puluh dua ribu...Perbulan itu..kadang tujuh puluh ribu..sama air..gimana pemakean yah..” (Ibu Nh)
Menurut penjelasan Ibu Ir, pendapatan keluarga Ms dalam sebulan tidak pasti,
karena tergantung harga teh yang dijual di pasaran. Beliau menjelaskan bahwa harga
teh sama seperti harga emas, kadang-kadang tinggi, kadang-kadang rendah di bawah
rata-rata. Sehingga jika mendapat penghasilan lebih, Ibu Ir menyimpannya untuk
keperluan di bulan mendatang. Kadang-kadang Ibu Ir juga mendapatkan tambahan
penghasilan dari anak-anaknya yang telah berumah tangga dan bekerja.
Untuk belanja bulanan kebutuhan rumah tangga seperti sembako dan sebagainya,
Ibu Ir menghabiskan sekitar Rp.800.000. Beras dibeli perbulan dengan harga
Rp.160.000, begitu juga dengan ayam dan daging. Setiap bulan Ibu Ir membeli ayam
sebanyak delapan ekor untuk persediaan dengan harga Rp. 200.000, daging dibeli
sebanyak tiga kilogram dengan harga sekitar Rp.200.000. Untuk sayuran Ibu Ir
membelinya sekali seminggu dan menghabiskan sekitar Rp.50.000. Gaji pembantu
sebanyak dua orang Rp.750.000. listrik dan air selama sebulan bisa mencapai
Rp.700.000 – Rp. 900.000. Karena telepon rumah tidak digunakan untuk panggilan
masuk, jadi Ibu Ir hanya bayar Abodemen setiap bulan sebesar Rp.22.000. Ms
merupakan anak paling bungsu dan satu-satunya yang masih bersekolah mendapatkan
103
uang jajan dan ongkos perminggu sebesar Rp.100.000. jika dijumlahkan, pengeluaran
keluarga Ibu Ir dalam sebulan sekitar Rp.3.632.000,-.
Menurut penjelasan Ibu Aap, pendapatan keluarga Nfc setiap bulan sekitar
Rp.3.200.000. Pengeluaran yang digunakan untuk uang jajan anak-anak sekolah
sekitar Rp.700.000, SPP kakak Nfc Rp.140.000, untuk belanja bahan makanan dan
keperluan rumah tangga sekitar Rp.1.000.000, biaya air serta listrik Rp.180.000. Jika
dijumlahkan, pengeluaran keluarga Nfc dalam sebulan sekitar Rp. 2.020.000,-. Lebih
sedikit dibandingkan penghasilan ayahnya, terdapat kemungkinan uang yang lebih
ditabung oleh ibu Aap. Berikut ini kutipan Ibu Aap.
“Sekarang-sekarang ini sih..gak lebih dari tiga juta..paling tiga koma dua..Anak aja..buat anak-anak jajan, tujuh ratus..ongkos..bayaran dillah mah enggak..kakaknya doang.. seratus empat puluh..terus..paling belanja..belanja, sejuta lah ya kalo belanja..bapaknya palingg..paling tiga juta lah..aer listrik sebulan, seratus lapan puluh, seratus tujuh lima..” (Ibu Aap)
Pendapatan yang diterima dalam sebulan oleh keluarga In menurut penjelasan Ibu
Ww sekitar Rp.600.000 – Rp.700.000. Sedangkan pengeluaran yang digunakan
dalam sehari, Ibu Ww mengatakan bahwa untuk belanja bahan makanan dan
keperluan rumah tangga serta uang jajan sekolah anak bisa mencapai Rp.50.000.
biaya listrik dan air sebulan adalah Rp.150.000. Jika dijumlahkan pengeluaran
keluarga Ibu Ww dalam sebulan sekitar Rp.1.650.000. Maka peneliti menyimpulkan
bahwa pendapatan yang diterima keluarga Ibu Ww dalam sebulan bisa lebih dari
yang dikatakan sebelumnya. Kutipan jawaban Ibu Ww adalah sebagai berikut.
“Kalo diitung penghasilan mah, kecil mungkin ya..enam ratus tujuh ratusan lah, kalo ini mah..karna jualan mungkin ya, jadi ada muter, gitu..Kalo untuk sayur
104
aja sih, paling sepuluh ribu ya..sepuluh lima belas ribuan, lah..kalo tambah pengen pake segala macem ayam gitu kan, ya habislah, sama resiko anak sekolah semua, sehari lima puluh ribu mah, gitu..ongkos sekolah kan, sehari lima puluh ribu, mah abis.. Sebulan seratus lima puluh..listrik udah sama aer..” (Ibu Ww)
Menurut penjelasan Ibu Yn, jika sedang ada borongan atau kerjaan bangunan,
ayah Aa bekerja seminggu enam hari, dan perharinya mendapat upah Rp.60.000. Jadi
jika dijumlahkan penghasilan sebulan bisa sekitar Rp. 1.500.000. sedangkan
pengeluaran yang digunakan dalam sehari untuk belanja bahan makanan seperti
beras, sayur, tahu atau tempe, dan ikan, bisa mencapai Rp.25.000. Uang jajan Aa
sehari Rp. 6.000,-. Untuk biaya air Ibu Yn mengeluarkan biaya Rp.45.000 perbulan.
Jika semua biaya tersebut dijumlahkan, selama sebulan, Ibu Yn mengeluarkan biaya
sekitar Rp. 1.000.000,-. Uang lebihnya disimpan oleh Ibu Yn untuk keperluan bulan
berikutnya, ataupun menghadapai kemungkinan ayah Aa yang tidak bekerja. Kutipan
Ibu Yn sebagai berikut.
“Kadang-kadang kalo borongan Alhamdulillah gitu lumayan gitu..ada lebihnya mah..tapi kalo harian Cuma enam puluh lah.. He’eh..kalo gak kerja mah, gak ada..gak ada pendapatan… Iya..kalo punya.. kalo gak kerja kan abis lagi..enak, kalo kerja Alhamdulillah gitu, kalo punya kita, sedikit punya, gitu..bapaknya nganggur, abis lagi neng..He’eh..cabe gitu ya, bawang..kadang-kadang habis dua belas ribu... Lima belas ribu, kadang-kadang mah..gak tentu sih..bagemana di tukang sayurnya..kan ada yang murah, mahal..gitu neng..kalo sayuran juga, segini mahal hari ini, jadi sedikit,gitu.. uangnya banyak, itunya sedikit..kalo lagi mahal, gitu..kalo lagi murah, kan banyak..itu mah..emm..sayurannya..kalo enggak, berasnya mahal.. He’eh..kalo ama beras itu mah gak cukup neng..kan beras sepuluh ribu, dua liter..sayur sepuluh ribu..dua puluh..kan ikannya..gitu..belum ituya ane..itu..emm..eta sayur..sayur itu tu..minyak sayur.. Kalo sekolah suka lima ribu, kadang-kadang enam ribu..kalo ada uang kas, dikasih enam ribu..kalo gak ada, lima ribu, empat ribu, bagemana ibu’ adanya..gak tentu.. Ibu bayar listrik sebulan, empat stengah…empat puluh lima..iya, sama aernya..kalo enggak kerja mah, dua bulan, tiga bulan baru dibayar..” (Ibu Yn)
105
Dari informan pendukung, yaitu Ibu dari informan utama diketahui bahwa
pendapatan keluarga dalam sebulan sangat bervariasi antara lain antara Rp.525.000 –
Rp.3.632.000,-. Keluarga Ssa dan Sn memiliki pendapatan yang tidak tetap karena
pekerjaan ayah Ssa adalah buruh tani tergantung pada hasil panen yang tidak selalu
ada setiap bulan, dan ayah Sn yang merupakan supir angkutan umum tergantung pada
jumlah penumpang. keluarga Ms dan Nfc memiliki pendapatan diatas Rp.3.000.000
dalam sebulan, dan keluarga In serta Aa sekitar Rp.1.500.000 perbulannya. Sama
halnya dengan pendidikan dan pekerjaan orangtua, pendapatan keluarga tidak dapat
dijadikan penyebab dari anemia yang diderita oleh para informan, karena pendapatan
keluarga sangat bervariasi.
5.3.7 Gambaran Status Gizi Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Gambaran status gizi dalam penelitian ini didapatkan dengan cara melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan pada siswi, setelah
didapatkan data berat badan dan tinggi badan masing-masing informan, kemudian
dihitung IMT, yaitu dengan membagi berat badan (kg) dengan tinggi badan (cm)
dikuadratkan, dari hasil IMT ini, barulah dibandingkan dengan baku mutu yang ada
untuk mendapatkan status gizi masing-masing informan. Gambaran status gizi
merupakan data kuantitatif, dari perhitungan IMT seluruh informan dan telah
dibandingkan dengan baku mutu yang ada, diketahui bahwa sebagian besar informan
status gizinya adalah normal, hanya satu informan yang berstatus gizi lebih, untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.10 di bawah ini :
106
Tabel 5.9 Status Gizi Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor
Sebagai Informan Utama
No. Nama Siswi
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (m)
IMT (kg/m2)
Status Gizi
1. Nf 40 1.54 16.87 Normal 2. Sp 33.5 1.395 17.21 Normal 3. Ia 34.5 1.40 17.6 Normal 4. Ssa 48 1.445 22.9 Normal 5. Rs 42.5 1.585 16.92 Normal 6. Ta 50 1.49 22.52 Normal 7. Sn 37.5 1.53 16.01 Normal 8. Di 41 1.49 18.47 Normal 9. Ss 31.5 1.40 16.07 Normal 10. Sa 52 1.40 26.53 Lebih 11. Ms 26.5 1.35 14.54 Normal 12. Hs 50 1.49 22.52 Normal 13. Nfc 37 1.445 17.72 Normal 14. In 49 1.53 20.93 Normal 15. Aa 32 1.44 15.43 Normal
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar informan memiliki status gizi
yang normal, karena tidak ada satu informanpun yang memiliki status gizi kurang,
maka status gizi bukan salah satu faktor yang menyebabkan informan menderita
anemia.
5.3.8 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Untuk mengetahui gambaran secara umum asupan zat gizi informan, peneliti
melakukan wawancara mendalam kepada enam informan, observasi, serta recall 1x24
jam yang dilakukan sebanyak dua kali. Hasil recall yang dilakukan peneliti terhadap
enam informan dapat dilihat pada tabel 5.11 di bawah ini.
107
Tabel 5.10 Gambaran Asupan Zat Gizi Informan Utama
Siswi Kelas VII SMPN 18 Kota Bogor
Nama Informan
Asupan Zat Gizi Ssa Sn Ms Nfc In Aa
Rata-rata 1099,4 1254,6 1611,3 913,2 1097,2 1479,9AKG 2350 1835 1468,2 1811,5 2398,9 1566,7Energi (Kkal)
% AKG 46,8 56,1 94,4 50,4 45,7 94,5 Rata-rata 22,5 34,7 33,9 35,2 18,6 36,7
AKG 57 45 36 43,9 58,2 38 Protein (gr) % AKG 39, 5 77,1 94,4 80,1 31,9 96,7
Rata-rata 7,9 16,1 24,9 9,9 6,7 4,8 AKG 65 51 36 50,1 66,4 43,3 Vitamin C (mg)
% AKG 12,1 31,6 69,1 19,7 10,1 10,9 Rata-rata 4,5 12,8 12,8 8,1 5,2 10,5
AKG 26 20 14 14,3 26,5 17,3 Zat besi (mg) % AKG 17,3 63,9 91,1 56,7 19,5 60,5
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa asupan energi Ssa, Sn, Nfc, dan In <
80 %, hanya Ms dan Aa yang asupan energi > 80 %, asupan protein Ms, Nfc, dan Aa
> 80 %, sedangkan Ssa, Sn, dan In < 80 %. Untuk asupan vitamin C, seluruh
informan < 80 %. Hanya Ms yang asupan zat besinya > 80 %, Ssa, Sn, Nfc, In, dan
Aa asupan zat besi mereka < 80 %.
Ssa makan hanya dua kali sehari, pagi sekitar jam sepuluh sebelum berangkat
sekolah, dan sore setelah pulang sekolah, ataupun malam hari, dan Ssa sangat jarang
sekali makan cemilan atau kudapan diantara waktu makan. Makanan yang biasa
dikonsumsi Ssa tidak sesuai dengan menu makanan seimbang, yang mana hanya
terdiri dari nasi dan salah satu dari lauk hewani, lauk nabati atau sayur. buah juga
108
sangat jarang sekali tersedia dirumah Ssa. Hal ini dikarenakan kurangnya daya beli
keluarga Ssa.
Dua kali peneliti berkunjung kerumah Ssa, makanan yang tersedia hanya tempe
dimasak dengan kecap pada kunjungan pertama, dan ikan tongkol goreng pada
kunjungan kedua. Pada kunjungan ketiga, lebih baik, karena selain terdapat ikan
tongkol, juga ada sayur kacang panjang yang ditumis. Dari frekuensi dan kualitas
makanan yang dikonsumsi, sangat wajar bila hasil recall menunjukkan bahwa asupan
Energi, protein, zat besi, dan vitamin C Ssa kurang dari 80 % AKG.
Pada hari sekolah, Ssa hanya makan dua kali dalam sehari, pagi sebelum berangkat
sekolah, dan malam hari. Jika libur, Sn makan sebanyak tiga kali. Lauk hewani yang
sering dikonsumsinya saat dirumah adalah ikan dan ayam. Setiap hari ibunya selalu
menyediakan sayur, tahu atau tempe. Sedangkan buah, tidak selalu tersedia setiap
hari. Yang disampaikan Sn sama dengan hasil wawancara peneliti kepada Ibu Nh.
Dari Ibu Nh didapat informasi baru bahwa selain ayam dan ikan, lauk lain yang
sering dikonsumsi Sn adalah telur.
Walaupun menu makanan yang disediakan oleh ibunya sudah cukup baik, namun
Sn memiliki kesulitan makan. Hal ini diketahui dari penjelasan Ibu Nh yang
mengatakan bahwa sejak berumur tiga tahun Sn sudah mengalami kesulitan makan,
dan hingga saat ini ia lebih sering makan jika diingatkan oleh ibunya. Tidak semua
makanan yang disediakan oleh Ibu Nh dikonsumsi oleh Sn. Jika tersedia lauk, pauk,
serta sayur, Sn lebih sering hanya makan nasi dengan salah satu dari tiga jenis
makanan tersebut. Keadaan Sn yang sulit makan inilah yang mengakibatkan asupan
energi, protein, zat besi, serta vitamin C kurang dari 80 %.
109
Asupan Energi, protein, dan zat besi Ms cukup baik karena > 80 % AKG. Asupan
yang cukup ini karena Ms diketahui makan tiga kali dalam sehari, baik hari sekolah
maupun hari libur. Diantara waktu makan, biasanya Ms mengkonsumsi kudapan
seperti kacang hijau dan biskuit. Selain itu, hampir setiap hari Ms minum susu, pagi
atau malam hari. Hal tersebut dibenarkan oleh Ibu Ir. Selain itu, menurut penjelasan
Ibu Ir, setiap hari selalu tersedia lauk, pauk, serta sayur di rumahnya deangan menu
yang berbeda setiap hari. Lauk yang paling sering adalah ayam dan daging. Untuk
kudapan Ibu Ir mengatakan bahwa selalu membuatnya sendiri, antara lain kacang
hijau, ketan hitam, agar-agar, kolak, dan pisang goreng/rebus. Ms mengatakan bahwa
di rumahnya jarang tersedia buah, tergantung ibunya yang membeli, hal ini karena
berdasarkan penjelasan Ibu Ir, ia membeli buah jika sedang ke Jakarta di salah satu
toko buah terkemuka disana. Asupan vitamin C Ms yang < 80 % karena kurangnya
Ms makan buah sehari-hari.
Saat berkunjung ke rumah Ms, peneliti memastikan bahwa menu makanan yang
tersedia sudah baik, yaitu daging semur, sayur sop, dan tumis buncis dengan tahu.
Nfc lebih sering makan dua kali dalam sehari karena sekolah, hanya jika libur ia
makan tiga kali sehari. Setiap hari ibunya selalu menyediakan lauk, pauk, serta sayur
dengan menu yang berbeda. Lauk yang paling sering adalah ayam. Selain ayam,
biasanya juga tersedia daging, telur, udang, atau cumi. Nfc selalu makan lauk, pauk,
serta sayur yang disediakan oleh ibunya. Yang disampaikan oleh Nfc dibenarkan oleh
Ibu Aap. Dari ibu Aap didapatkan informasi bahwa buah setiap hari juga selalu ada,
namun tidak suka jeruk. Asupan energi, zat besi, dan vitamin C yang kurang
disebabkan oleh frekuensi makan Nfc yang lebih sering dua kali dalam sehari, dan
110
tidak suka makan jeruk. Asupan protein > 80 %, karena pada hari libur, makanan
sumber protein yang dikonsumsi Nfc sangat baik, yaitu daging, sosis, ayam, telur,
hati rempela ayam, dan susu.
Saat berkunjung kerumah Nfc, peneliti melihat menu serta porsi makan Nfc, dan
diketahui bahwa ia makan semua masakan ibunya, yang terdiri dari telur dadar, sayur
sop dengan ceker, dan tahu goreng tepung serta sambal. Contoh makanan yang
dikonsumsi Nfc saat di rumah dapat dilihat pada gambar 5.4 berikut ini.
Gambar 5.4 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Rumah
In mengatakan bahwa ia makan dua kali dalam sehari dan lebih sering makan
kudapan atau makanan ringan yang dibeli di warung. Jika makan nasi, ia paling
sering makan dengan lauk ayam, jarang sekali makan sayur atau tahu tempe. Begitu
juga dengan buah, In mengatakan paling suka buah kelengkeng, selain itu, ia tidak
begitu suka. Jawaban In sesuai dengan jawaban Ibu In. Asupan energi, protein, zat
besi dan vitamin C In < 80 %, hal ini dikarenakan In hanya makan dua kali dalam
sehari dan lebih sering makan makanan ringan yang ia beli di warung dan sangat
sedikit mengandung zat gizi. Hasil observasi juga menunjukkan bahwa In hanya
111
makan dengan ayam goreng. Contoh makanan yang dikonsumsi In saat di rumah
dapat dilihat pada gambar 5.5 berikut ini.
Gambar 5.5 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi In Di Rumah
Dalam sehari Aa makan dua kali jika sekolah, dan tiga kali jika hari libur. Lauk
yang sering dikonsumsi oleh Aa adalah telur. Sedangkan sayur, ia hanya suka sayur
kangkung dan bayam. Hal ini dibenarkan oleh Ibu Yn, yang mengatakan bahwa
memang lebih sering menyediakan telur dibandingkan lauk lainnya, begitu juga
dengan sayur dan tahu tempe tidak setiap hari, buah juga sangat jarang, karena
memang daya beli keluarga Ibu Yn untuk bahan makanan sehari-hari kurang
mencukupi.
Asupan energi dan protein Aa > 80 %, karena pada hari libur, Aa makan tiga kali
dalam sehari dan terdapat makanan yang mengandung protein setiap kali makan.
Sedangkan vitamin C dan zat besi yang < 80 % AKG, karena kurangnya konsumsi
112
Aa terhadap buah dan sayur serta lauk yang mengandung tinggi zat besi. Pada salah
satu kunjungan peneliti ke rumah Aa, didapatkan hasil observasi bahwa pada siang
hari Aa makan nasi dengan lauk telur mata sapi dan bakwan jagung. Contoh makanan
yang dikonsumsi Aa saat di rumah dapat dilihat pada gambar 5.6 berikut ini.
Gambar 5.6 Contoh Menu Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Rumah
Asupan zat besi seluruh informan kurang, karena < 80 % AKG. Selain itu, asupan
vitamin C yang dapat membantu penyerapan zat besi juga < 80 % AKG. Kedua hal
ini merupakan faktor yang sangat menentukan terjadinya anemia pada seluruh
informan, yaitu kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi dan vitamin C
yang membantu penyerapan zat besi.
5.3.9 Gambaran Perilaku Jajan di Sekolah Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota
Bogor
Gambaran perilaku jajan informan mencakup informasi mengenai jenis
makanan ataupun minuman yang sering dibeli informan selama berada di sekolah,
frekuensi, serta jumlahnya. Selain lewat FGD dan wawancara, peneliti juga
113
melakukan observasi secara aktif selama empat hari berturut-turut untuk melihat jenis
makanan ataupun minuman yang dibeli informan selama berada di sekolah. Hasil
observasi dapat dilihat pada matriks hasil observasi (Lampiran 12)
Makanan yang dibeli oleh informan saat di sekolah sebagian besar adalah mie
instan. Nf kadang-kadang membawa bekal ke sekolah, sekitar dua sampai tiga kali
dalam seminggu, jika tidak membawa bekal, Nf selalu membeli coklat pasta ataupun
makanan ringan dengan minuman es mangga ataupun teh dalam kemasan gelas, jika
ia merasa lapar, maka ia membeli mie instan ataupun roti. Sp hampir sama dengan Nf
yang hanya kadang-kadang membawa bekal, namun jika tidak membawa bekal, ia
membeli nasi uduk di kantin sekolah, minuman yang ia beli adalah teh dalam
kemasan gelas dan es buah. Is mengatakan bahwa ia selalu membeli mie instan setiap
hari dan minumnya es melon, selain mie, Rs kadang-kadang juga membeli roti
dengan air mineral ataupun minuman bersoda. Ta memiliki kebiasaan jajan yang
sama dengan Rs, namun minuman yang ia beli selain air mineral adalah es mangga.
Berbeda dengan informan lainnya, Ssa justru menyatakan bahwa ia tidak pernah jajan
di sekolah ataupun membawa bekal.
Sn, Ss, dan Sa menyatakan bahwa mereka kadang-kadang jajan, kadang-kadang
membawa bekal ke sekolah, hanya Ms yang setiap hari selalu membawa bekal dan
lebih sering membawa nasi dengan lauk ayam, dan tidak pernah jajan di kantin
karena tidak di izinkan oleh ibunya dan menurutnya kantin sekolah kotor. Ms jarang
sekali jajan di kantin, lebih sering jajan saat pulang sekolah di warung yang berada di
luar sekolah yaitu membeli bolu keju dan permen kenyal. Dari jawaban seluruh
114
informan, diketahui bahwa makanan yang sering mereka beli saat di sekolah adalah
mie instan. Sedangkan minuman yang dibeli antara lain minuman rasa jeruk dalam
kemasan oleh Di, Ss membeli es buah, dan Hs membeli minuman teh dalam kemasan
botol merek “X” serta minuman bersoda rasa strawberry merek “Y”. Sedangkan Sn
dan Sa menjawab bahwa untuk minuman, mereka lebih sering membawanya dari
rumah. makanan yang biasa dibeli Sn saat berada di sekolah sangat bervariasi, yaitu
tahu bulat, keripik singkong, makanan ringan (snack) berbentuk stik, es mambo,
crackers rasa abon, pisang coklat, wafer stik rasa buah, dan minuman teh dalam
kemasan kotak. Nfc tidak pernah jajan di kantin sekolah atas alasan tidak percaya
akan kebersihan makanan yang ada di kantin. Informan lebih memilih membeli roti
yang dijual di koperasi sekolah ataupun membeli makanan ringan (snack) di warung
luar sekolah. Nfc menyatakan bahwa hanya sekali, hal ini dikarenakan waktu istirahat
tidak cukup panjang untuk makan bekal yang di bawa dari rumah, karena terpakai
untuk waktu shalat. Minuman yang sering dibeli Nfc adalah air mineral, minuman teh
dalam kotak, dan minuman nata de coco dalam kemasan gelas. In tidak pernah
membeli makanan di kantin sekolah karena menurutnya kurang bersih dan ia juga
tidak pernah membawa bekal atas alasan malas karena berat. Makanan yang ia beli di
warung luar sekolah adalah teh dalam kemasan gelas merek “x”, air mineral, coklat
pasta, keripik singkong, wafer/biskuit rasa coklat, atau teng-teng kacang, sedangkan
makanan yang ia beli di koperasi adalah roti atau talas. Selain itu, In juga pernah
membeli cireng sebelum masuk kelas. Makanan yang dibeli Aa selama berada di
sekolah adalah mie instan, cilok, talas, roti, nasi kuning, otak-otak, coklat pasta,
kacang polong, cireng, tahu bulat dan minumannya adalah teh, minuman nata de
115
coco, atau air mineral. Aa jarang membawa bekal ke sekolah atas alasan malas karena
berat, namun hampir setiap hari ia membawa air putih ke sekolah. Kutipan jawaban
masing-masing informan adalah sebagai berikut.
“suka jajan es mangga… mie.. mie rebus..teh dalam kemasan gelas X, coklat pasta X..roti, sama...makanan snack-snack kayak gitu..kadang bawa bekel, nasi goreng, mie..tiga kali..minggu kemaren dua kali, nasi goreng sama mie goreng..kalo sama ikan pernah, sama ayam enggak..ikan..mas..” (Nf)
“kalo saya mah kadang-kadang bekel… kadang-kadang nasi goreng kalo gak mie goreng.. kadang telor…jajannya es buah di belakang, teh dalam kemasan gelas X…kadang-kadang makanannya mah, nasi uduk..kalo mie mah,enggak..” (Sp)
“mie.. hampir setiap hari..es melon…” (Is)
“gak jajan.. enggak..kan udah biasa… air putih bawa dari rumah… itu juga jarang diminum..”(Ssa)
“jajan lagi… sama, roti, kalo gak mie… air mineral kalo gak minuman bersoda merek X…” (Rs)
“jajan…roti, kalo gak mie… enak aja gitu..es mangga kalo gak air mineral…”(Ta)
“kadang-kadang jajan, kadang-kadang gak…kadang-kadang bawa bekel… emi… minumnya…bawa sendiri… air putih… jajan makanan ringan..mie jarang..paling juga tiga kali..enak aja..” (Sn)
“jajan… jajan emi gitu.. es… itu..apa…minuman rasa jeruk merek “X”..” (Di)
“bekel… itu..apa…eee..jajan.. emi.. es buah” (Ss)
“bekel… enggak.. jajan. emi… bawa sendiri…” (Sa)
“aku gak jajan…kan tiap hari bawa bekel..bareng makannya ma temen. kan bawa bekel tiap hari..selalu…gak mau jajan di kantin..kan kotor kak..lagian juga gak boleh sama mama..paling jajan di warung deket mushola..permen kenyal, sama wafer... ” (Ms)
“roti, kalo gak emi.. teh kita kalo gak fanta…” (Hs)
116
“nyemil-nyemil aja..di sini makanannya mie gitu-gitu kak.. paling chiki zet kayak gitu kak, trus aqua..trus yupi…udah.. yaa..tergantung mudnya aja.. paling sering sih, yupi sama aqua.. karna saya suka aja.. enggak..sebenernya kata mamah saya beli makanan tuh yang kenyang..cumannya di sini makanan yang kenyang apaan?? nasi goreng, itu kan gak percaya kak..mendingan ibu saya yang bikin..gak percaya dapurnya entar kayak gimana?dapurnya entar kotor, atau minyaknya bekas apa? iya..kalo roti gitu kan masih percaya, rotinya yang ada sosis, abon gitu..kalo bawa bekel, saya istirahatnya sebentar kak..jadinya tuh..kan sholat, abis sholat paling lima menit doang waktunya istirahat.. pernah sih, sekali.. bawa cah kangkung, sama cumi.. soalnya waktu itu saya lagi dapet, jadinya gak sholat...” (Nfc)
“teh dalam kemasan gelas merek “x”, coklat pasta, keripik singkong, ama roti.. bukan..roti di koperasi.. enggak..kurang bersih…kan gak boleh makan mie banyak-banyak.. gak suka… enggak sih..gak..gak suka jajan di kantin aja…enggak, gak suka teh sisri..teh gelas… itu doang…air putih paling..bekel gak pernah..males aja..berat..” (In)
Po yang merupakan teman dekat Ssa membenarkan bahwa Ssa tidak pernah jajan
jika di sekolah. Dari Fb yang merupakan teman dekat Sn diketahui bahwa selain mie
instan dan makanan ringan, Sn juga pernah membeli tahu bulat, saat pulang sekolah
Sn juga sering jajan, dan biasanya ia membeli coklat pasta, es mambo, atau krakers
rasa abon. Krn membenarkan bahwa Ms selalu bawa bekal ke sekolah, dan yang
paling sering ia bawa lauknya adalah ayam goreng, selai ayam goreng Ms pernah
membawa nasi goreng, abon, telur, dan daging sapi, namun ia tidak pernah membawa
bekal dengan sayur ataupun tahu tempe. Dari penjelasan Ds, diketahui bahwa
makanan yang pernah di beli Nfc di sekolah sesuai dengan apa yang disampaikan
Nfc, yaitu permen kenyal, minuman teh dalam kemasan gelas, minuman nata de coco
dalam kemasan gelas, air mineral, cilok, dan batagor. Paling sering adalah permen
kenyal dan air mineral. Menurut Sa, makanan yang sering dibeli oleh In di koperasi
sekolah adalah talas dan roti, sedangkan di warung In membeli teh dalam kemasan
117
gelas dan biskuit rasa coklat. Dari Sa juga didapatkan informasi baru bahwa sebelum
masuk sekolah In pernah membeli cireng namun jarang. Yang disampaikan oleh Aa
tidak jauh berbeda dengan penjelasan Sv teman dekat Aa. Berikut kutipan dari Po,
Fb, Krn, Ds, Sa, dan Sv.
“kalo jajan mah enggak..ani enggak..gak jajan ani mah..baru sekali, itu air teh yang gopek di kantin..es teh..pernah bekel..itu, bawa ubi digoreng..keripik ubi gitu, yang tipis..katanya teh gak dikasih uang..pernah ciki, tapi katanya buat kakaknya nitip..” (Po)
“jarang..tapi pernah bekel..baru dua kali..bawa mie..enggak, mie doang..suka jajan tahu, makanan ringan, sama emi..suka dua kali..seringan ciki-ciki gitu..pas istirahat..pulang sekolah suka jajan coklat pasta..hampir setiap hari..kalo kemaren beli satu..sama krakers rasa abon..emm..nasi goreng gak pernah..otak-tak atau nugget juga gak pernah…” (Fb)
“kadang-kadang jajan eee…apa ya..yang pedes-pedes itu..iya, kayak macaroni gitu..di kantin..jarang sih itu juga...kadang kalo abis solat juga pernah jajan disitu..jajan permen kenyal, kadang-kadang..wafer dia mah..paling kalo beli minuman di luar, eee..minuman jeli..gak terlalu sering..jarang..paling sering bolu keju...iya, bekel..paling sering ayam goreng..nasi goreng, abon..telor pernah..di goreng..daging sapi jarang..enggak pernah sayur..tahu, tempe..gak pernah bekel..” (Krn)
“permen kenyal merek “X”, pasti itu mah..kalo gak air mineral dalam kemasan gelas merek “X”, minuman teh dalam kemasan gelas merek “X”, kalo gak teh itu, minuman nata de coco dengan serat, paling sering mah air mineral..terus waktu kemaren itu, Nfc beli cilok-cilok gitu, sakit perut dia..kadang-kadang batagor kak pulangnya.. ” (Ds)
“tales..roti..di koperasi..ke warung beli teh gelas..biskuit yang rasa coklat..bekel gak pernah..mie gak pernah..sebelum masuk sekolah, pernah makan cireng tapi jarang…” (Sa)
“pernah kayaknya..gak tau sekali gak tau dua kali..eee…mie, cilok..terus itu jajanan yang di koperasi itu..kerupuk kayak gitu..terus tales..air mineral..kadang itu kalo misalnya di sana..minuman nata de coco, teh dalam kemasan..batagor enggak..tahu bullet pernah, baru ngeliat dua kali..kadang itu es buah..nugget pernah, gak sering, kadang kalo temennya ngajakin baru ikutan..he’eh..sering..hampir setiap hari bawa minum..paling sering yang di koperasi..itu kayak kerupuk, tales..pas istirahat..” (Sv)
118
Makanan yang dikonsumsi Sn di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.7 di bawah ini.
Gambar 5.7 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Sn Di Sekolah
Makanan yang dikonsumsi Ms di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.8 di bawah ini.
Gambar 5.8 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Ms Di Sekolah
Makanan yang dikonsumsi Nfc di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.9 di bawah ini.
Gambar 5.9 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Nfc Di Sekolah
119
Makanan yang dikonsumsi In di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.10 di bawah ini.
Gambar 5.10 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi In Di Sekolah
Makanan yang dikonsumsi Aa di sekolah dapat dilihat pada gambar 5.11 di bawah
ini.
Gambar 5.11 Contoh Makanan Yang Dikonsumsi Aa Di Sekolah
Dari hasil FGD, wawancara dan observasi, diketahui bahwa sebagian besar
informan memiliki kebiasaan jajan di sekolah, hanya satu informan yang tidak pernah
jajan. Sebagian besar informan membeli makanan di kantin sekolah, hanya tiga
informan yang tidak pernah jajan dikantin atas alasan tidak percaya akan
kebersihannya. Makanan yang dibeli informan sangat bervariasi, sebagian besarnya
adalah mie instan dan makanan ringan lain yang jika dilihat dari zat gizi yang
terkandung dalam makanan tersebut sangat sedikit, terutama untuk protein, zat besi,
120
dan vitamin C. Sebagian besar informan mengatakan jarang membawa bekal ke
sekolah, alasannya antara lain malas karena berat, ataupun waktu istirahat yang tidak
cukup banyak karena harus digunakan untuk shalat. Hanya satu informan yang selalu
membawa bekal setiap hari.
Jika dilihat dari makanan yang biasa dimakan saat berada di sekolah, sangat besar
kemungkinan asupan zat gizi seluruh informan kurang dari angka kecukupan gizi
yang dianjurkan, hal ini dikarenakan selama lebih kurang tujuh jam berada di luar
rumah, hanya sedikit sekali makanan yang dikonsumsi mengandung zat gizi penting,
terutama protein, zat besi, dan vitamin C. Kekurangan asupan beberapa zat gizi
tersebut merupakan salah satu penyebab yang membuat para informan menderita
anemia.
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti tidak memasukkan variabel infeksi penyakit malaria dan variabel
kecacingan, karena di daerah tersebut bukan merupakan daerah endemik
malaria dalam penelitian ini dan untuk memperoleh informasi mengenai
kecacingan informan utama harus menjalani pemeriksaan tinja, sedangkan para
informan keberatan untuk diperiksa tinjanya serta Puskesmas terdekat tidak
memiliki fasilitas tersebut.
2. Peneliti hanya menggunakan data sekunder untuk mengetahui kadar Hb seluruh
informan utama dan observasi yang dilakukan terhadap keluhan/gejala anemia
mengenai kuku, bibir, dan mata yang pucat sangat tergantung pada subjekifitas
peneliti.
3. Jawaban informan saat FGD maupun wawancara sangat tergantung pada situasi
dan keadaan di sekitar mereka.
4. Untuk mendapatkan informasi mengenai karakteristik orangtua, khususnya
pendapatan keluarga, peneliti hanya melakukan wawancara terhadap ibu dari
enam orang informan.
5. Metode Recall 1x24 jam yang dilakukan sangat tergantung pada daya ingat
informan dan kemampuan peneliti memprediksikan berat gram bahan makanan.
121
6.2 Gambaran Kejadian Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Husaini (1989) menyatakan bahwa anemia disebabkan oleh penurunan
produksi sel darah merah dan hemoglobin, peningkatan pengrusakan sel-sel merah
(hemolisis) atau kehilangan darah karena perdarahan berat. Anemia didefinisikan
suatu keadaan yang mana nilai Hb dalam darah lebih rendah dari keadaan normal
(WHO, 2001) yang ditentukan menurut umur dan jenis kelamin. Informan utama
dalam penelitian ini berumur 12-14 tahun, kadar Hb yang normal untuk kelompok
umur tersebur adalah 12 gr/dl. Sehingga, bila kadar Hb dibawah 12 gr/dl, maka
informan tersebut menderita anemia. WHO 2001 juga melakukan klasifikasi anemia,
yaitu normal atau tidak anemia jika kadar Hb 12-14 gr/dl, anemia ringan jika Hb 11 –
11,9 gr/dl, anemia sedang Hb 8 – 10,9 gr dl, anemia berat jika Hb 5 – 7,9 gr/dl, dan
jika Hb < 5 gr/dl digolongkan anemia sangat berat.
Seluruh informan utama memiliki kadar Hb dibawah 12 gr/dl, yaitu 8,7 – 10,8
gr/dl. Tiga informan memiliki kadar Hb dibawah 10 gr/dl, 12 orang lainnya memiliki
kadar Hb 10-11 gr/dl. Hasil pemeriksaan Hb ini menunjukkan bahwa seluruh
informan menderita anemia yang tergolong anemia sedang sesuai dengan klasifikasi
anemia menurut WHO (2001).
Gejala anemia menurut Arisman (2004) biasanya tidak khas dan sering tidak
jelas seperti pucat, mudah lelah, berdebar, dan sesak nafas. Sedangkan menurut
Depkes (1998) dan Supariasa (2002), gejala/tanda-tanda anemia antara lain 5 L (lelah,
lesu, lemah, letih, lalai), bibir tampak pucat, nafas pendek, lidah licin, denyut jantung
meningkat, susah buang air besar, nafsu makan berkurang, kadang-kadang pusing,
dan mudah mengantuk.
122
Dari hasil penelitian diketahui bahwa setiap informan memiliki salah satu atau
lebih dari gejala anemia, seperti 5L, pusing, mudah mengantuk, dan pucat pada bibir,
kuku, serta kelopak mata. Gejala atau tanda fisik yang dirasakan oleh para informan
sesuai dengan gejala anemia dalam Depkes (1998), Arisman (2004), dan Supariasa
(2002).
Seluruh informan menderita anemia tingkat sedang memiliki beberapa gejala
atau tanda-tanda anemia, yaitu 5L, pusing, mudah mengantuk, pucat pada kuku, bibir,
dan kelopak mata.
Menurut WHO (1996), peningkatan angka kesakitan merupakan salah satu
dampak yang ditimbulkan akibat anemia. Anemia yang diderita oleh remaja putri
dapat menyebabkan menurunya prestasi belajar, menurunnya daya tahan tubuh
sehingga mudah terkena penyakit infeksi (Depkes, 2003). Namun hasil penelitian
menunjukkan hal yang berbeda dengan teori menurut WHO (1996) dan Depkes
(2003), karena dilihat dari absensi selama satu semester diketahui bahwa hanya
sebagian kecil informan yang sering sakit, dan tidak ada satupun informan yang
prestasinya dibawah rata-rata kelas. Hal ini dapat terjadi karena informan menderita
anemia belum dalam jangka waktu yang lama.
Namun, jika tidak segera diobati, tidak menutup kemungkinan anemia yang
diderita seluruh informan akan menjadi anemia tingkat berat dan menimbulkan
dampak yang merugikan informan, sesuai dalam WHO (1996) bahwa anemia yang
diderita oleh remaja putri akan berdampak pada perkembangan fisik dan psikis yang
terganggu, penurunan kerja fisik dan daya pendapatan, penurunan daya tahan
terhadap keletihan, peningkatan angka kesakitan dan kematian, menurunya prestasi
123
belajar, menurunnya daya tahan tubuh sehingga mudah terkena penyakit infeksi
(Depkes, 2003). Selain itu pada remaja putri yang anemia, tingkat kebugarannyapun
akan turun yang berdampak pada rendahnya produktifitas dan prestasi olahraganya
dan tidak tercapainya tinggi badan maksimal karena pada masa ini terjadi puncak
pertumbuhan tinggi badan (peak higth velcity). Oleh karena itu, untuk mencegah
dampak yang terjadi akibat anemia yang diderita, sebaiknya dari pihak sekolah
ataupun Puskesmas setempat melakukan intervensi secara berkesinambungan untuk
mengobati anemia yang diderita oleh para informan.
6.3 Gambaran Perilaku Sarapan Pagi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota
Bogor
Menurut Depkes (2001), sarapan adalah mengkonsumsi makanan yang dimakan
pada waktu pagi hari sebelum berangkat atau melakukan kegiatan disekolah.
Makanan yang dimakan terdiri dari makanan pokok dan lauk pauk atau makanan
kudapan. Jumlah yang dimakan kurang lebih 1/3 dari makanan sehari.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kebiasaan sarapan pagi setiap hari dengan kejadian anemia. Penelitian
Chusniaty (2002), Permaesih (2005), dan Wijiastuti (2006) mendapatkan hasil bahwa remaja
putri yang tidak mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap hari memiliki resiko menderita
anemia dibandingkan dengan remaja putri yang mempunyai kebiasaan sarapan pagi setiap
hari.
Dari seluruh jawaban informan utama, informan pendukung, hasil observasi
serta hasil recall, diketahui bahwa seluruh informan terbiasa sarapan pagi setiap hari
124
sebelum mereka berangkat ke sekolah. Makanan yang dimakan informan pada saat
sarapan sangat bervariasi, antara lain nasi dengan telur, ikan, ayam, tempe ataupun
tahu. Selain nasi dengan lauknya, nasi goreng, roti, bihun, dan mie instan juga
merupakan jenis makanan yang dikonsumsi oleh informan pada saat sarapan.
Sebagian besar informan lebih sering sarapan nasi dengan telur, mie instan, ataupun
nasi goreng. Walaupun seluruh informan sarapan pagi setiap hari sebelum mereka
berangkat ke sekolah, keadaan ini tidak membuat mereka terhindar dari anemia. Hal
ini menunjukkan bahwa hasil penelitian Chusniaty (2002), Permaesih (2005), dan
Wijiastuti (2006) tidak terbukti dalam penelitian ini, karena seluruh informan memiliki
kebiasaan sarapan pagi setiap hari, namun tetap saja menderita anemia.
Walaupun seluruh informan selalu sarapan setiap hari, namun yang menjadi masalah
adalah jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dilihat dari kandungan zat gizi serta
porsinya, makanan yang dimakan kurang dari 1/3 makanan sehari, hal ini tidak sesuai dengan
Depkes (2001). Selain itu juga, sebagian informan mengkonsumsi teh setelah sarapan
pagi, teh yang mengandung tannin dapat menghambat penyerapan zat besi yang
terkandung dalam makanan. Sesuai dengan Husaini (1989), bahwa tannin yang
terkandung dalam teh merupakan salah faktor yang menghambat absorbsi zat besi.
Perilaku sarapan pagi pada informan yang tergolong anemia sedang terkait
dengan ketidakcukupan asupan zat gizi yang dikonsumsi, khususnya zat besi.
Kehadiran teh dalam menu sarapan pagi informan juga membuat terhambatnya zat
besi yang dikonsumsi. Jadi, kurangnya makanan yang mengandung zat besi dan
125
kehadiran teh dalam menu sarapan pagi informan dapat dikatakan sebagai faktor yang
membuat informan menderita anemia tingkat sedang.
6.4 Gambaran Perilaku Minum Teh Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Menurut Junadi (1995), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya
anemia, yaitu : sebab langsung, sebab tidak langsung, dan sebab mendasar. Sebab
langsung yaitu karena ketidakcukupan zat besi dan infeksi penyakit. Ketidakcukupan
zat besi dalam tubuh disebabkan salah satunya oleh makanan cukup, namun
bioavailabilitas rendah, serta makanan yang dimakan mengandung zat penghambat
absorpsi besi. Absorpsi besi tergantung pada jumlah bahan makanan yang
menghambat dan meningkatkan absorpsi, sehingga absorpsi besi dari makanan yang
dikonsumsi sehari-hari bervariasi. Tanin yang merupakan polifenol dan terdapat
dalam teh, kopi, dan beberapa jenis sayuran dan buah menghambat absorbsi besi
dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum
teh atau kopi waktu makan (Almatsier, 2001). Selain itu, dari hasil penelitian
Satyaningsih (2007) didapatkan hasil bahwa remaja putri yang memiliki kebiasaan
minum teh/kopi > 1 gelas/hari memiliki resiko 2,023 menderita anemia dibandingkan
dengan remaja putri yang mengkonsumsi teh < 1 gelas/hari.
Dari hasil FGD, wawancara, observasi, maupun recall, diketahui bahwa
sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam sehari
setelah makan, namun tidak ada satu informanpun yang memiliki kebiasaan minum
kopi. Sebagian besar minum teh pada pagi hari, namun sebagian kecil lainnya juga
memiliki kebiasaan minum teh siang dan malam hari. Dua informan memiliki
126
kebiasaan minum teh dalam kemasan gelas yang mereka beli di warung dekat rumah.
Karena sebagian besar informan memiliki kebiasaan minum teh minimal sekali dalam
sehari setelah makan makanan yang mengandung zat besi, menyebabkan penyerapan
zat besi dari makanan tersebut terhambat oleh zat tannin yang terkandung dalam teh.
Penyerapan zat besi yang tidak sempurna inilah yang menyebabkan zat besi yang
masuk dalam tubuh tidak sesuai dengan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh, hal
inilah yang menyebabkan kejadian anemia.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Morck, et al (1983) yang memaparkan
bahwa minum teh paling tidak sejam sebelum atau setelah makan akan mengurangi
daya serap sel darah terhadap zat besi 64 persen. Pengurangan daya serap akibat teh
ini lebih tinggi daripada akibat sama yang ditimbulkan oleh konsumsi segelas kopi
usai makan. Kopi, mengurangi daya serap hanya 39 persen. Pada teh, pengurangan
daya serap zat besi itu diakibatkan oleh zat tanin. Selain mengandung tanin, teh juga
mengandung beberapa zat, antara lain kafein, polifenol, albumin, dan vitamin. Tanin
bisa mempengaruhi penyerapan zat besi dari makanan_terutama yang masuk kategori
heme non-iron, misalnya padi-padian, sayur-mayur, dan kacang-kacangan.
6.5 Gambaran Pola Menstruasi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Berdasarkan etiologinya, menurut Baldy (1992) anemia dapat dibagi menjadi
dua, pertama karena meningkatnya kehilangan sel darah merah, kedua karena
gangguan atau penurunan pembentukan sel. Menstruasi yang abnormal dapat
mengakibatkan meningkatnya kehilangan sel darah merah karena perdarahan. Siklus
menstruasi normal muncul satu kali dalam sebulan, karena itu dapat dikatakan
127
frekuensi atau siklus menstruasi perempuan usia reproduksi adalah satu kali sebulan.
Pola menstruasi dapat diukur berdasarkan jumlah darah, frekuensi perdarahan, dan
lama menstruasi. Bila frekuensi menstruasi lebih dari satu kali sebulan sehingga
siklus kurang dari 25 hari disebut polimenore (Depkes, 1999).
Menurut Hestiantoro (2008), haid yang normal adalah jika ritme (irama) haid
25 sampai 31 hari, lamanya darah haid yang keluar normalnya 2-5 hari. Maka,
masalah gangguan haid atau haid abnormal yang berhubungan dengan meningkatnya
kehilangan sel darah merah jika ritme haid lebih dari 31 hari dan lama darah keluar
lebih dari enam hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa delapan informan telah mengalami
menstruasi, seluruh informan memiliki siklus menstruasi yang normal sesuai dengan
Depkes (1999) karena mengalami menstruasi satu kali dalam sebulan. Lama hari
menstruasi informan antara empat sampai sepuluh hari, dan sebagian besar tujuh hari
atau seminggu, yang mana darah keluar terbanyak pada satu sampai empat hari
pertama.
Jika dibandingkan dengan Hestiantoro (2008) sebagian besar informan yang
telah mengalami menstruasi memiliki pola menstruasi yang abnormal, karena lama
darah keluar lebih dari enam hari atau disebut menoragia. Menurut Biran (1990),
suatu perdarahan haid disebut tidak normal jika perdarahan yang terjadi lebih dari
enam hari. Dibandingkan dengan Hestiantoro (2008), dan Biran (1990) tersebut,
menstruasi para informan tidak normal karena sebagian besar informan mengalami
menstruasi selama tujuh hari.
128
Menstruasi yang tidak normal pada delapan dari lima belas informan
merupakan salah satu faktor penyebab kejadian anemia yang dialami para informan,
karena menstruasi yang abnormal mengakibatkan pengeluaran sel darah merah
meningkat, dan peningkatan sel darah merah tersebut merupakan salah satu etiologi
anemia menurut Baldy (1992).
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa menstruasi yang dialami oleh
informan merupakan salah satu faktor penentu dari anemia yang mereka derita sejalan
dengan hasil penelitian Satyaningsih (2007), bahwa remaja putri dengan frekuensi
haid yang tidak normal memiliki resiko 2,6 kali menderita anemia dibandingkan
dengan remaja putri yang frekuensi haidnya normal.
6.6 Gambaran Pengetahuan Anemia Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Dalam penleitian ini, informan melakukan penginderaan terhadap beberapa objek,
antara lain televisi, buku, dan orang lain. Dari sepuluh pertanyaan yang diajukan
peneliti untuk mengetahui pengetahuan informan mengenai anemia, sebagian besar
hanya menjawab empat atau lima pertanyaan dengan benar. Berdasarkan pengamatan
peneliti, seluruh informan menjawab dengan ragu dan muka kebingungan saat
menjawab setiap pertanyaan, mereka tidak mengetahui apakah jawaban mereka
tersebut benar atau salah, padahal peneliti mengajukan pertanyaan mengenai hal-hal
yang berhubungan dengan anemia.
129
Dari hasil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pengetahuan seluruh
informan kurang terhadap hal-hal yang berhubungan dengan anemia. Menurut
Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior), salah satu tindakan
yang terbentuk adalah tindakan dalam hal pemilihan makanan sehari-hari.
Pengetahuan informan yang kurang mengenai anemia dan zat gizi tersebut
dapat menghasilkan tindakan yang kurang tepat dalam memilih makanan. Pemilihan
makanan yang tidak tepat akan berpengaruh pada ketidakcukupan asupan zat gizi,
salah satunya adalah zat besi, kurangnya asupan zat besi merupakan salah satu yang
menyebabkan seseorang menderita anemia. Hal ini sesuai dengan Irawati (1992)
yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan gizi seseorang dalam pemilihan
makanan akan berpengaruh pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Sehingga
anemia yang diderita oleh para informan dapat disebabkan salah satunya oleh
pengetahuan informan yang kurang mengenai anemia ataupun zat gizi.
Dadin (2006) dan Satyaningsih (2007) menguatkan hasil penelitian ini, dalam
penelitian mereka didapatkan hasil bahwa remaja putri dengan pengetahuan gizi
rendah memiliki resiko masing-masing 2,86 kali dan 2,857 kali menderita anemia
dibandingkan dengan remja putri yang pengetahuan gizinya baik.
Karena pengetahuan mengenai anemia dan zat gizi pada informan kurang
merupakan salah satu penentu kejadian anemia sedang yang diderita informan, maka
instansi terkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan, Puskesmas, serta pihak
sekolah setempat lebih meningkatkan pendidikan gizi dan kesehatan diintegrasikan
pada mata pelajaran seperti IPA (Biologi) dan Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan
130
Kesehatan). Selain itu juga, pemanfaatan kader remaja yang dibina melalui UKS dan
PMR dapat dijadikan sarana untuk memberikan penyuluhan tentang anemia kepada
para siswa khususnya remaja putri.
6.7 Gambaran Karakteristik Orangtua Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
6.7.1 Pendidikan Orangtua
Menurut Sariningrum (1990), ada dua kemungkinan hubungan antara tingkat
pendidikan orangtua dan pola konsumsi makanan dalam keluarganya, yaitu : tingkat
pendidikan orangtua secara langsung dan tidak langsung menentukan kondisi rumah
tangga dimana kondisi rumah tangga sangat mempengaruhi konsumsi keluarga,
kedua; pendidikan istri disamping merupakan modal utama dalam menunjang
perekonomian keluarga juga berperan dalam penyusunan pola makan keluarga.
Suhardjo (1989) mengemukakan bahwa tingkat pendidikan ibu dapat
menentukan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam menentukan makanan
keluarga. Peranan ibu biasanya paling banyak berpengaruh terhadap pembentukan
kebiasaan makan anak, karena ibulah yang mempersiapkan makanan mulai mengatur
menu, berbelanja, memasak, menyiapkan makanan, dan mendistribusikan makanan.
Pendidikan dan pengetahuan ibu sangat berpengaruh terhadap kualitas hidangan yang
disajikan, pengetahuan gizi berkembang secara bermakna dengan sikap positif
terhadap perencanaan dan persiapan makanan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ayah maupun ibu informan
utama bervariasi, dari SD hingga S2, sebagian besarnya SMP untuk pendidikan ayah
dan SD untuk pendidikan ibu. Faktor pendidikan dapat mempengaruhi status anemia
131
seseorang sehubungan dengan pemilihan makanan yang dikonsumsi. Tingkat
pendidikan yang lebih tinggi akan mempengaruhi pengetahuan dan informasi tentang
gizi yang lebih baik dibandingkan seseorang yang berpendidikan lebih rendah
(Permaesih, 2005). Hal ini dibuktikan dalam hasil penelitian analisis sekunder yang
dilakukan oleh Basuki (1996) pada remaja putri SMU di Kabupaten Bandung,
diketahui bahwa kejadian anemia lebih banyak terjadi pada responden yang
mempunyai ibu dengan pendidikan rendah. Begitu juga dengan penelitian
Gunatmaningsih (2007) yang menunjukkan bahwa remaja putri yang mempunyai ibu
dengan tingkat pendidikan rendah memiliki risiko 1,778 kali lebih besar untuk
mengalami kejadian anemia.
Dalam penelitian ini, apa yang dikemukakan dalam Permaesih (2005) dan hasil
penelitian Basuki (1996) serta Gunatmaningsih (2007) tidak dapat dibuktikan, karena
dari keseluruhan informan yang menderita anemia terdapat Sembilan informan yang
memiliki orangtua dengan pendidikan rendah (SD, SMP), dan enam informan lain
memiliki orangtua dengan pendidikan tinggi (SMA, Diploma, Sarjana, Magister).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang disediakan di rumah
informan lebih baik pada ibu dengan pendidikan rendah dibandingkan informan yang
memiliki ibu berpendidikan tinggi. Selain itu, kebiasaan makan anak lebih baik pada
informan dengan ibu yang pendidikannya rendah. Hasil penelitian tersebut tidak
sesuai dengan pendapat Suhardjo (1989) yang mengemukakan bahwa tingkat
pendidikan ibu dapat menentukan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam
menentukan makanan keluarga serta peranan ibu biasanya paling banyak berpengaruh
terhadap pembentukan kebiasaan makan anak.
132
6.7.2 Pekerjaan Orangtua
Pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi besarnya pendapatan, selain itu juga
lamanya waktu yang dipergunakan seseorang ibu untuk bekerja di dalam dan di luar
rumah, jarak tempat kerja dapat mempengaruhi makanan dalam keluarganya
(Khumaidi, 1989).
Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah wiraswasta, sebagian kecil
lainnya adalah pegawai swasta, pedagang, buruh tani, buruh dagang, supir angkutan
umum, dan pengusaha kebun teh. Sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu
rumah tangga (IRT), hanya empat orang ibu yang bekerja antara lain sebagai pegawai
swasta, pedagang, dan kuli/buruh ladang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Khumaidi
(1989) tersebut, yang mana pendapatan keluarga sangat tergantung pada pekerjaan
orangtua. Terbukti pada keluarga informan yang bekerja sebagai buruh tani atau supir
angkutan umum, pendapatan keluarga tersebut kurang dari Rp.1.000.000,- setiap
bulan, berbeda dengan informan yang ayahnya bekerja sebagai wiraswasta,
pendapatan yang diperoleh lebih dari Rp. 1.000.000,- perbulan.
Kunanto (1992) mengemukakan bahwa orangtua dengan mata pencaharian
tetap, sekalipun rendah jumlahnya tetapi setidaknya memberikan jaminan sosial
keluarga yang lebih aman jika dibandingkan dengan pekerjaan tidak tetap dengan
penghasilan tidak tetap. Namun dalam penelitian ini, hal yang disampaikan dalam
Kunanto (1992) tidak terbukti, walaupun pekerjaan ayah maupun ibu informan tetap
133
dengan penghasilan tetap, tidak menutup kemungkinan anak mereka menderita
anemia.
6.7.3 Pendapatan Orangtua
Menurut Soekirman (1993) pola konsumsi pangan secara makro berhubungan
dengan hukum ekonomi, semakin meningat pendapatan keluarga maka semakin
beraneka ragam pola konsumsinya. Suhardjo (1989) menyatakan bahwa pekerjaan
yang berhubungan dengan pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan
kualitas dan kuantitas makanan. apabila penghasilan meningkat, biasanya penyediaan
lauk pauk yang bermutu akan meningkat juga.
Hasil wawancara terhadap enam informan pendukung yang merupakan Ibu dari
informan utama diketahui bahwa, pendapatan keluarga dalam sebulan sangat
bervariasi antara lain antara Rp.525.000 – Rp. Rp.3.632.000,-. Keluarga Ssa dan Sn
memiliki pendapatan yang tidak tetap, tidak lebih dari Rp.1.000.000 setiap bulan.
Karena pekerjaan ayah Ssa adalah buruh tani tergantung pada hasil panen yang tidak
selalu ada setiap bulan, dan ayah Sn yang merupakan supir angkutan umum
tergantung pada jumlah penumpang. keluarga Ms dan Nfc memiliki pendapatan
diatas Rp.3.000.000 dalam sebulan, dan keluarga In serta Aa sekitar Rp.1.500.000
perbulannya.
Hasil penelitian tersebut sejalan dengan Soekirman (1993) dan Suhardjo
(1989), karena dilihat dari keaneka ragaman, kualitas dan kuantitas makanan, lebih
baik pada keluarga dengan pendapatan yang lebih dari Rp.3.000.000,- dibandingkan
dengan keluarga dengan pendapatan Rp.1.500.000,- atau dibawahnya.
134
Namun, hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian Rani (2004) dan
Gunatmaningsih (2007) yang mendapatkan hasil bahwa remaja putri yang pendapatan
orangtuanya rendah, memiliki resiko menderita anemia dibandingkan remaja putri
yang pendapatan orantuanya tinggi, yang mana masing-masing risiko adalah 2,729
kali dan 1,707 kali. Karena dalam penelitian ini, seluruh informan yang menderita
anemia sedang memiliki orangtua dengan pendapatan rendah ataupun tinggi.
Jadi, jika dilihat dari pendidikan, dan pendapatan yang bervariasi, rendah
maupun tinggi, serta pekerjaan tetap ataupun tidak tetap dari orangtua informan,
karakteristik orangtua tidak dapat dijadikan sebagai salah satu faktor yang
menentukan seseorang menderita anemia tingkat sedang.
6.8 Gambaran Status Gizi Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk memantau
status gizi (Supariasa, 2002). Menurut Riyadi (2003), IMT merupakan indeks berat
badan seseorang dalam hubungannya dengan tinggi badan, yang ditentukan dengan
membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi dalam satuan
meter kuadrat. Dalam penelitian ini gambaran status gizi merupakan data kuantitatif,
dan telah dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan untuk
mendapatkan IMT sesuai dengan Riyadi (2003). Dari perhitungan IMT seluruh
informan, kemudian dibandingkan dengan standar penentuan kurus dan berat badan
lebih menurut nilai rerata IMT untuk perempuan umur 10-14 tahun WHO (2007).
135
Diketahui bahwa sebagian besar informan status gizinya adalah normal, hanya satu
orang yang berstatus gizi lebih.
Menurut Thompson (2007) dalam Arumsari (2008), status gizi mempunyai
korelasi positif dengan konsentrasi Hemoglobin, artinya semakin buruk status gizi
seseorang maka semakin rendah kadar Hbnya. Disamping itu, berdasarkan penelitian
Permaesih (2005), ditemukan hasil bahwa remaja putri dengan IMT tergolong kurus
memiliki resiko 1,4 kali menderita anemia dibandingkan remaja putri dengan IMT
normal. Begitu pula dengan penelitian Gunatmaningsih (2007) yang menunjukkan
bahwa remaja putri di SMA Negeri 1 Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Brebes
dengan status gizi tidak normal mempunyai risiko 2,175 kali lebih besar untuk
mengalami kejadian anemia. Namun hal yang dikemukakan oleh Thomphson (2007)
serta penelitian Permaesih (2005) dan Gunatmaningsih (2007) tersebut tidak terbukti
dalam penelitian ini. Jadi, status gizi bukan merupakan salah satu faktor penentu
informan menderita anemia tingkat sedang, karena tidak ada satu informanpun yang
memiliki status gizi kurang.
6.9 Gambaran Asupan Zat Gizi Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota Bogor
6.9.1 Energi
Krummel (1996), menyatakan bahwa energi merupakan zat gizi utama, jika
asupan energi tidak terpenuhi sesuai kebutuhan maka kebutuhan akan zat gizi lainnya
seperti protein, vitamin, mineral juga sulit terpenuhi. Begitu pula menurut Khumaidi
(1989), untuk menilai kecukupan konsumsi pangan adalah dengan menilai kecukupan
konsumsi energi dan protein. Pada umumnya jika kecukupan energi dan protein
136
sudah terpenuhi dan dikonsumsi dari beragam jenis pangan, maka kecukupan zat gizi
lainnya biasanya juga akan terpenuhi.
Hasil recall 1x24 jam yang dilakukan dua kali menunjukkan bahwa empat dari
enam informan memiliki asupan energi jika dibandingkan dengan AKG masing-
masing adalah < 60 % dan dua informan lain > 90 %. Jika dibandingkan dengan cut
of points menurut Depkes (1992) dalam Supariasa (2002), maka empat informan
tingkat konsumsi energinya defisit, dan dua lainnya sedang. Hasil penelitian sejalan
dengan pendapat Krummel (1996) dan Khumaidi (1989), tidak terpenuhinya asupan
energi, juga diikuti oleh ketidakcukupan zat gizi lain.
Pengaruh asupan energi terhadap kejadian anemia dibuktikan dalam beberapa
penelitian, yang mana remaja putri dengan asupan energi < 100 % AKG memiliki
resiko mengalami anemia 3,13 (Lestari, 1996), 3,2 (Safyanti, 2002), 6,962 (Kwatrin,
2007), 5,066 (Satyaningsih, 2007) kali lebih tinggi dibandingkan remaja putri yang
konsumsi energinya cukup. Beberapa hasil penelitian sebelumnya, terbukti dalam
penelitian ini, yang mana seluruh informan memiliki tingkat konsumsi energi kurang
dari 100 % AKG, sehingga ketidakcukupan energi merupakan salah satu faktor yang
penyebab terjadinya anemia.
6.9.2 Protein
Protein dalam darah mempunyai mekanisme yang spesifik sebagai carrier bagi
transportasi zat besi pada sel mukosa. Protein itu disebut transferrin yang disintesa di
dalam hati dan transferin akan membawa zat besi dalam darah untuk digunakan pada
sintesa hemoglobin. Dengan berkurangnya asupan protein dalam makanan, sintesa
137
transferrin akan terganggu sehingga kadar dalam darah akan turun. Rendahnya kadar
transferrin dapat menyebabkan transportasi zat besi tidak dapat berjalan dengan baik,
akibatnya kadar Hb akan menurun (Hallberg, 1988).
Selain itu, Bridges (2008) juga menyatakan hal yang sama bahwa protein
mempunyai peranan penting dalam transportasi zat besi dalam tubuh. Kurangnya
asupan protein akan mengakibatkan transportasi zat besi terlambat sehingga akan
terjadi defisiensi zat besi, disamping itu makanan yang tinggi protein terutama berasal
dari daging, ikan dan unggas juga banyak mengandung zat besi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa asupan protein seluruh informan < 100 %
AKG. Dibandingkan dengan Supariasa (2002), tingkat konsumsi protein tiga
informan tergolong sedang, satu informan tergolong kurang, dan dua informan
defisit. Karena tidak ada satupun informan yang memiliki tingkat konsumsi protein
yang baik, maka hal ini dapat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya anemia
yang mereka derita. Hasil penelitian ini, sesuai dengan Hallberg (1988) dan Bridges
(2008), yang menyatakan bahwa kurangnya asupan protein dapat mengakibatkan
transportasi zat besi dalam tubuh menjadi terlambat dan tidak berjalan baik, sehingga
akan menyebabkan timbulnya defisiensi zat besi, dari defisiensi zat besi tersebut
menyebabkan kadar Hb dalam darah menurun, Kadar Hb yang turun merupakan salah
satu indicator untuk menentukan seseorang anemia.
Bebarapa penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Safyanti (2002), Dadin
(2006), Satyaningsih (2007), dan Kwatrin (2007) juga mendapatkan hasil yang sama,
yaitu remaja putri yang asupan proteinnya kurang dari AKG memiliki resiko lebih
138
tinggi terkena anemia dibandingkan dengan remaja putri yang asupannya cukup atau
memenuhi AKG. Hasil penelitian tersebut terbukti dalam penelitian ini.
6.9.3 Vitamin C
Vitamin C dapat meningkatkan absorpsi zat besi non hem sampai empat kali
lipat, yaitu dengan merubah besi feri menjadi fero dalam usus halus sehingga mudah
diabsorpsi. Vitamin C menghambat pembentukan hemosiderin yang sukar
dimobilisasi untuk membebaskan besi bila diperlukan. Vitamin C pada umumnya
hanya terdapat pada pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam seperti
jeruk, nenas, rambutan, papaya, gandaria, dan tomat (Almatsier, 2001).
Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa asupan vitamin C seluruh
informan < 60 % atau digolongkan defisit. Hal ini dikarenakan kebiasaan informan
yang jarang makan sayur dan buah, padahal menurut Almatsier (2001), vitamin C
banyak terkandung dalam sayur dan buah. Selain itu, konsumsi makanan yang
menagndung zat besi pada informan juga jarang diikuti oleh konsumsi makanan
sumber vitamin C. tingkat konsumsi vitamin C yang tergolong defisit pada seluruh
informan, merupakan salah satu faktor yang merupakan penyebab dari kejadian
anemia, karena menurut Almatsier (2001), vitamin C merupakan salah satu faktor
yang dapat meningkatkan absorpsi zat besi dal;am tubuh.
Beberapa penelitian membuktikan pengaruh konsumsi vitamin C terhadap
kejadian anemia, yaitu pada tahun 2001, Safyanti menemukan remaja putri yang
konsumsi Vitamin C kurang dari 100 % AKG memiliki resiko 3,5 kali lebih tinggi
mengalami anemia dibandingkan dengan remaja putri yang mengkonsumsi vitamin C
139
> 100 % AKG. Satyaningsih (2007) dan Kwatrin (2007) juga menemukan hal yang
sama, yaitu resiko mengalami anemia lebih tinggi 4 kali pada remaja putri yang
konsumsi Vitamin C kurang dari AKG. Hasil yang didapat dalam penelitian ini
sejalan dengan hasil bebrapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya oleh
Safyanti (2001), Satyaningsih (2007) dan Kwatrin (2007).
6.9.4 Zat besi
Zat besi adalah salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah
merah. Selain itu zat besi mempunyai beberapa fungsi esensial dalam tubuh, yaitu:
sebagai alat angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh, sebagai alat angkut
elektron di dalam sel, dan sebagai bagian terpadu berbagai reaksi enzim di dalam
jaringan tubuh (Almatsier, 2003).
Kekurangan satu atau lebih zat gizi esensial yang digunakan untuk
pembentukan sel darah seperti zat besi, merupakan penyebab sebagan besar anemi
baik di Negara barat maupun di Negara timur, dengan prevalensi tertinggi di Negara-
negara berkembang (Husaini, 1989).
Menurut Hallberg (1988), anemia disebabkan karena defisiensi zat besi ekstrim
dengan karakteristik sel darah merah berkurang dan kadar Hb yang rendah. Salah satu
etiologi anemia menurut Baldy (1992), adalah karena gangguan atau penurunan
pembentukan sel, kekurangan zat besi juga dapat mengakibatkan pembentukan sel
darah merah tidak efektif sehingga menimbulkan anemia. Selain itu, Junadi (1995)
juga mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya anemia,
140
yaitu ketidakcukupan zat besi, ketidakcukupan zat besi dalam tubuh disebabkan
karena kurangnya asupan makanan yang mengandung zat besi.
Sama dengan asupan vitamin C, dalam penelitian ini juga di dapatkan hasil
bahwa asupan zat besi seluruh informan tergolong defisit karena < 60 %. Asupan zat
besi yang defisit merupakan faktor yang paling mennetukan seluruh informan
menderita anemia. Hasil penelitian tersebut seuai dengan Husaini (1989), Hallberg
(1988), Baldy (1992), dan Junadi (1995) yang mengatakan bahwa anemia disebabkan
oleh ketidakcukupan zat besi, karena zat besi merupakan salah satu zat besi adalah
salah satu unsur penting dalam proses pembentukan sel darah merah (Almatsier,
2003).
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan bebarapa penelitian yang dilakukan oleh
Feriani (2004), Safyanti (2001), Satyaningsih (2007), dan Kwatrin (2007), yang
mana mereka mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara asupan zat besi
dengan anemia pada remaja putri.
Salah satu etiologi anemia adalah kurangnya zat besi yang mengakibatkan
pembentukan sel darah merah tidak efektif, sehingga asupan beberapa zat gizi seperti
Energi, protein, dan vitamin C yang kurang dari AKG serta asupan zat besi yang
deficit pada masing-masing informan merupakan faktor utama yang menentukan
informan menderita anemia tingkat sedang. Jadi, untuk mengantisipasi kekurangan
asupan zat gizi pada informan, sebaiknya dilakukan komunikasi antara guru dengan
orang tua siswi agar memperhatikan makanan, status gizi dan kesehatan putra-
putrinya.
141
6.10 Gambaran Perilaku Jajan Di Sekolah Pada Remaja Putri SMPN 18 Kota
Bogor
Dari hasil FGD, wawancara dan observasi, diketahui bahwa sebagian besar
informan memiliki kebiasaan jajan di sekolah, hanya satu informan yang tidak pernah
jajan. Sebagian besar informan membeli makanan di kantin sekolah, hanya tiga
informan yang tidak pernah jajan dikantin atas alasan tidak percaya akan
kebersihannya. Makanan yang dibeli informan sangat bervariasi, sebagian besarnya
adalah mie instan dan makanan ringan lain. Sebagian besar informan mengatakan
jarang membawa bekal ke sekolah, alasannya antara lain malas karena berat, ataupun
waktu istirahat yang tidak cukup banyak karena harus digunakan untuk shalat. Hanya
satu informan yang selalu membawa bekal setiap hari.
Jika dilihat dari jenis makanan yang biasa dibeli informan selama berada di
sekolah, zat gizi yang terkandung dalam makanan tersebut sangat sedikit, terutama
untuk protein, zat besi, dan vitamin C. Sehingga sangat besar kemungkinan asupan
zat gizi seluruh informan kurang dari angka kecukupan gizi yang dianjurkan. Dan hal
ini terbukti dari hasil recall 1x24 yang dilakukan selama dua kali, seluruh informan
memiliki asupan energi, protein, vitamin C, dan zat besi < 100 % AKG. Hal ini
dikarenakan selama lebih kurang tujuh jam berada di sekolah, hanya sedikit sekali
makanan yang dikonsumsi dan mengandung zat gizi penting, terutama protein, zat
besi, dan vitamin C. Kurangnya asupan energi, protein, vitamin C, dan zat besi
merupakan faktor yang mengakibatkan seseorang menderita anemia.
142
143
Jadi, perilaku jajan informan selama berada di sekolah secara tidak langsung
merupakan faktor yang menentukan para informan menderita anemia sedang. Karena
hal tersebut, sebaiknya pihak sekolah lebih memperhatikan, membina, dan
mengarahkan kualitas makanan yang dijual di kantin sekolah, agar tercapainya
pemenuhan asupan zat gizi para siswa khususnya remaja putri.
144
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
1. Seluruh informan menderita anemia tingkat sedang dengan kadar Hb antara
8,7 gr/dl sampai 10,8 gr/dl memiliki beberapa gejala atau tanda-tanda anemia,
yaitu 5L, pusing, mudah mengantuk, pucat pada kuku, bibir, dan kelopak
mata.
2. Seluruh informan memiliki perilaku sarapan pagi setiap hari, tetapi kenyataannya
semua informan menderita anemia tingkat sedang, kurangnya makanan yang
mengandung zat besi dan kehadiran teh dalam menu sarapan pagi informan
merupakan salah satu faktor yang membuat informan menderita anemia.
3. Sebagian besar informan memiliki perilaku minum teh minimal satu kali
dalam sehari setelah makan pada pagi hari, perilaku minum teh pada informan
merupakan salah satu penyebab informan menderita anemia, karena
terganggunya penyerapan zat besi oleh zat tanin yang terkandung dalam teh.
4. Delapan dari lima belas informan telah mengalami menstruasi, sebagian besar
informan memiliki pola menstruasi yang abnormal, karena lama darah keluar
lebih dari enam hari. Menstruasi yang tidak normal merupakan salah satu
faktor penentu kejadian anemia yang dialami para informan.
5. Sebagian besar informan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai
anemia dan zat gizi, pengetahuan yang kurang membuat informan kurang
145
tepat dalam memilih makanan yang mengandung zat gizi, dan pada akhirnya
menyebabkan ketidakcukupan zat gizi khususnya zat besi.
6. Pendidikan orangtua informan bervariasi, baik rendah maupun tinggi antara
SD sampai dengan S2. Sebagian besar pekerjaan ayah informan adalah
wiraswasta, sedangkan sebagian besar ibu informan adalah ibu rumah tangga
(IRT). Pendapatan orangtua informan setiap bulannya bervariasi, antara
Rp.525.000 – Rp. Rp.3.632.000,-.
7. Pendidikan dan pendapatan yang bervariasi, rendah maupun tinggi, serta
pekerjaan tetap ataupun tidak tetap dari orangtua informan menunjukkan
bahwa dalam karakteristik orangtua tidak dapat dijadikan sebagai salah satu
faktor yang menentukan seseorang menderita anemia tingkat sedang.
8. Sebagian besar informan memiliki status gizi normal, hanya satu informan
status gizinya lebih. Karena tidak ada satu informanpun yang memiliki status
gizi kurang, maka status gizi bukan merupakan salah satu faktor penentu
informan menderita anemia.
9. Asupan beberapa zat gizi seperti energi, protein, dan vitamin C yang kurang
dari AKG serta asupan zat besi yang defisit pada masing-masing informan
merupakan faktor utama yang menentukan informan menderita anemia tingkat
sedang.
10. Sebagian besar informan memiliki perilaku jajan makanan yang tidak
memenuhi kecukupan zat gizi, secara tidak langsung perilaku jajan tersebut
merupakan penyebab para informan menderita anemia karena kurangnya
asupan beberapa zat gizi, khususnya zat besi.
146
7.2 Saran
1. Sebaiknya instansi terkait seperti dinas pendidikan, dinas kesehatan,
Puskesmas, serta pihak sekolah setempat lebih meningkatkan pendidikan gizi
dan kesehatan, yang diintegrasikan pada mata pelajaran seperti IPA (Biologi)
dan Penjaskes (Pendidikan Jasmani dan Kesehatan).
2. Sebaiknya UKS dan PMR melalui kader remaja dapat dijadikan sarana untuk
memberikan penyuluhan tentang anemia kepada para siswa khususnya remaja
putri.
3. Untuk mengantisipasi ketidakcukupan asupan zat gizi pada siswa khususnya
remaja putri, sebaiknya dilakukan komunikasi antara guru dengan orang tua
siswa agar memperhatikan makanan, status gizi dan kesehatan putra-putrinya.
4. Pihak sekolah sebaiknya lebih memperhatikan, membina, dan mengarahkan
kualitas makanan yang dijual di kantin sekolah, agar tercapainya pemenuhan
asupan zat gizi para siswa khususnya remaja putri.
147
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, Faruk. 2000. “Anaemia in Bangladesh: A Review of Prevalence and
Aetiology”. Public Health Nutrition [Online]. 3(4), [Accesed 8th October 2009],
p.385-393. Available from World Wide Web : http://www.journal.cambridge.org/
Almatsier, Sunita. 2001. “Prinsip Dasar Ilmu Gizi”. Jakarta : Gramedia.
Amaliah, Lili. 2002. “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada
Remaja Putrid Mahasiswa Akademi Keperawatan Pemerintah Kabupaten Serang
Tahun 2002”. Depok : skripsi FKMUI.
Apriadji. 1986. “Gizi keluarga”. Jakarta : Penebar Swadaya.
Arimurti, Ida. 2009. “Makan Bersama Keluarga Membentuk Pola Makan Remaja Lebih
Baik”. Diakses pada tanggal 8 November 2009 dalam situs http://www.mail-
archive.com/[email protected]/msg05063.html.
Arisman. 2004. “Gizi dalam Daur Kehidupan”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Arumsari, E. 2008. “Faktor Risiko Anemia Pada emaja Putri Peserta Program
Pencegahan dan Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) di Kota Bekasi”.
Bogor : Skripsi GMSK IPB.
Ayustaningwarno, Fitriyono. 2009. “Tontonan Televisi Mempengaruhi Pola Makan
Remaja”. Diakses pada tanggal 8 November 2009 dalam situs
http://doktersehat.com
Baldy CM. 1992. “Sel Darah Merah”. Dalam Patofisiologi Jilid 1. Alih Bahasa :
Dr.Peter Anugerah. Jakarta : EGC.
148
Biran. 1990. “Gangguan Haid Pada Remaja dan Dewasa”. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Besral, dkk. 2007. “Pengaruh Minum The Terhadap Kejadian Anemia Pada Usila Di
Kota Bandung”. Makara Seri Kesehatan Volume 11 No.1.
Bridges, Kenneth R, at al. 2008. “Anemias and Other Red Cell Disorder ”. New York :
Mc. Graw Hill.
Casey, GJ, et al. 2009. “A Free Weekly Iron-Folic Acid Supplementation and Regular
Deworming Program is Associated with Improved Hemoglobin and Iron Status
Indicators in Vietnamese Women”. BioMed Central Public Health Journal
[Online]. 55(5), [Accesed 8th October 2009], p.985-988. Available from World
Wide Web : http://www.biomedcentral.com/
Chang, Mei Ciu, et al. 2006. “A study of prevalence of anaemia in adolescent girls and
reproductive-age women in Kuala Lumpur”. Diakses pada tanggal 22 November
2009 dalam situs http://www.termedia.pl/magazine.php.
Creswell, J. W. 1998. “Qualitatif Inquiry and Research Design”. Sage Publications, Inc:
California. Diakses dalam situs : http://www.penalaran-unm.org/index.php/artikel-
nalar/penelitian/116-metode-penelitian-kualitatif.html
Depkes, RI. 1998. “Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi untuk Remaja Putrid dan
WUS”. Jakarta : Depkes RI.
Depkes, RI. 2001. “Buku Pintar Konseling Keluarga Mandiri Sadar Gizi (Kadarzi)”.
Jakarta : Depkes RI.
Depkes, RI. 2003. “Program Penanggulangan Anemia Gizi Pada Wanita Usia Subur
(WUS)”. Jakarta : Depkes RI.
Depkes RI. 2008. “Gizi Dalam Angka Sampai Dengan Tahun 2007”. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.
149
Depkes, RI. 2008. “Kita Bisa Lebih Berprestasi Tanpa Anemia”. Jakarta : Depkes RI.
Feriani, Rani. 2004. “Perbedaan Pola Konsumsi Makan, Status Menstruasi, dan Sosial
Ekonomi Terhadap Status Anemia Gizi Pada Siswa Remaja Putri Di SLTPN 5
Tarogong Kabupaten Garut Tahun 2004”. Depok : Skripsi FKM UI.
Guthrie, H.A. 1989. “Introductory Nutrition”. USA : Mosby Colledge Publishing.
Hallberg, Leif. 1988. “Besi. Dalam Pengetahuan Gizi Mutakhir Mineral”. Alih bahasa
Nasoetion, dkk. Jakarta : PT.Gramedia.
Hestiantoro, dkk. 2008. “Masalah Gangguan Haid dan Infertilitas”. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
Husaini, dkk. 1980. “Anemi Gizi. Penetapan Masalah Pencegahan dan Pengobatan”.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.
Husaini, dkk. . 1989. “Anemia Gizi Suatu Studi Kompilasi Informasi dalam Menunjang
Kebijaksanaan Nasional dan Pengembangan Program”. Bogor : Pusat Penelitian
dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI.
Hurlock, Elizabeth B. 1999. “Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan”. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga.
Irawati, A, dkk. 1992. “Pengetahuan Gizi Murid SD dan SMP di Kodya Bogor”. Bogor :
Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI.
Junadi, P. 1995. “Strategi Operasional Penanggulangan Anemia Gizi di Indonesia”.
Depok : FKM UI.
Kartono, Kartini. 1990. “Psikologi Anak”. Bandung : Mandar Maju.
150
Khumaidi, M. 1989. “Gizi Masyarakat”. Bogor : Pusat Antar Universitas Pangan dan
Gizi IPB.
Kinabo, Joyce L, et al. 2003. “The Prevalence Of Anaemia Among Adolescents Girls In
Morogoro Municipality, Tanzania”. Diakses pada tanggal 22 November 2009
dalam situs http://foodafrica.nri.org/nutrition/nutritionabstracts/JoyceKinabo.pdf.
Koblinsky, Marge, et al. 1996. “Kesehatan Wanita Sebuah Perspektif Global”.
Penerjemah : Dr.Adi Utarini. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Kresno, Sudarti. 2000. “Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan”.
Depok : FKMUI.
Krummel, et al. 1996. “Nutrition in Women’s Health”. Gaithersburg, Maryland : An
Aspen Publication.
Kwatrin, Eva. 2007. “Fakor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada siswi SMUN
Bayah Kabupaten Lebak Propinsi Banten Tahun 2007”. Depok : Thesis FKMUI.
Leenstra, Tjalling. 2003. “Anemia In Adolescent Schoolgirls In Western Kenya;
Epidemiology And Prevention”. Amsterdam : PhD Thesis of University Of
Amsterdam. Diakses pada tanggal 22 November 2009 dalam situs
http://www.parasitologie.nl/assets/files/theses/a2003leenstrathesis.pdf.
Lestari, Sri Basuki Dwi. 1996. “Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Kejadian
Anemia Gizi Remaja Putri SMU di Kabupaten Bandung”. Depok : Thesis FKMUI.
Lunandi, A. G. Pendidikan Orang dewasa. Jakarta : PT. Gramedia. 1984.
McLean, Erin, et al. 2008. “Worldwide Prevalence of Anaemia, WHO Vitamin and
mineral Nutrition Information System, 1993-2005”. Public Health Nutrition
[Online]. 12(4), [Accesed 8th October 2009], p.444-454. Available from World
Wide Web : http://www.journal.cambridge.org/
151
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT.Remaja
Rosdakarya.
Monks, F.J. 1999. “Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya”.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Morck, et al. 1983. “Inhibition of Food Iron Absorption By Coffee”. The American
Jornal of Clinical Nutrition [Online]. Vol.37, [Accesed 30th November 2009],
p.416-420. Available from World Wide Web : http://www.ajcn.org/
Muhilal, 2004. “Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan. Dalam Widyakarya Nasional
Pangan dan Gizi VI”. Jakarta : LIPI.
Neuman, WL. 2000. “Social Research Methods Qualitative and Quantitative Approach.”
Boston: Allyn and Bacon.
Notoatmodjo, Soekitdjo. 2002. “Metodologi Penelitian Kesehatan”. Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Pande, Rohini, et al. 2004. “Reducing Iron-Deficiency Anemia and Changing Dietary
Behaviors among Adolescent Girls in Maharashtra, India”. Diakses pada tanggal
22 November 2009 dalam situs
http://www.icrw.org/docs/2004indiareprohealth8.pdf.
Permaesih, dkk. 2005. “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja”.
Buletin Penelitian Kesehatan Volume 33 Nomor 4.
Safyanti, 2002. “Faktor-faktor yang berhubungan dengan Anemia Pada Remaja Putri
SMUN 3 Padang Provinsi Sum-Bar Tahun 2001 (Analisis Data Sekunder)”.
Depok : Thesis FKMUI
Saidin, S, dkk. 1991. “Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Konsentrasi Belajar”.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.
152
Sakti, Hastaningsih, dkk. 2003. “Pengaruh Suplementasi Tablet Fe Dan Pendidikan Gizi
Terhadap Pengetahuan, Sikap, Praktek Tentang Anemia Dan Kadar Hemoglobin
(Hb) Pada Remaja Putri”. Media Medika Indonesia Tahun 2003 Volume 31
Nomor 1.
Saraswati, Edwi, dkk. 1997. “Perbedaan Tingkat Pengetahuan Anemia Remaja Putri
Sekolah Menengah Umum Anemia dan Non Anemia Di Enam Dati II Propinsi
Jawa Barat”. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan
Departemen Kesehatan RI.
Sariningrum, I. 1990. “Tingkat Pendapatan dan Pengetahuan Gizi”. Jakarta : Akademi
Gizi Departemen Kesehatan RI.
Satyaningsih, Elsa. 2007. “Anemia Gizi Pada Remaja Putri Smk Amaliyah Sekadau
Kalimantan Barat Tahun 2007”. Depok : Thesis FKMUI.
Sayogo, Savitri. 2006. “Gizi Remaja Putri”. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Scholl, TO, et al. 1992. “Anemia vs Iron Deficiency: Increased Risk of Pertern Delivery
In A Prospective Study”. The American Jornal of Clinical Nutrition [Online].
55(5), [Accesed 8th October 2009], p.985-988. Available from World Wide Web :
http://www.ajcn.org/
Sediaoetama. 2006. “Ilmu Gizi Untuk Mahasiswa dan Profesi”. Jakarta : Dian Rakyat.
Siswanto, Hadi. 2001. “Berapa Besar Masalah Gizi Di Indonesia dan Bagaimana
Menanggulanginya?”. Jurnal Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta : Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Siswono. 2008. “30 Persen Penduduk Dunia Menderita Anemia”. Diakses pada tanggal
28 Juli 2009 dalam situs http://www.gizinet.com
153
Suharno, D. 1983. “Anemi dilihat dari segi klinis dan masalah kesehatan masyarakat”.
Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen
Kesehatan RI.
Sulaeman. 2007. “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Angka Kejadian
Anemia Remaja Putri Smu N I Yogyakarta Tahun 2007”. Diakses pada tanggal 24
Juli 2009 dalam situs http://one.indoskripsi.com/node/8347.
Supariasa, dkk. 2002. “Penilaian Status Gizi”. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Wirakusumah, E.S. 1996. “Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi”. Jakarta : Trubus
Agriwidya.
WHO, 1996. “Guidelines For The Control Of Iron Deficiency In Countries Of The
Eastern Mediterranean Middle East And North Africa”. Geneva : WHO.
WHO. 2001. “Iron Deficiency Anemia. Assessment, Prevention and Control. A Guide
for Programe Managers”. Geneva : WHO.
WHO. 2008. “Worldwide Prevalence of Anaemia 1993-2005; WHO Global Database on
Anaemia”. Geneva : WHO.
Lampiran 1
PEDOMAN FGD BAGI SISWI
A. PENGETAHUAN ANEMIA
1. Kapankah kamu mendengar istilah anemia sebelumnya? Sumber dari mana?
2. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang pengertian/definisi anemia?
3. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mendeteksi anemia?
4. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang gejala anemia?
5. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang penyebab dari anemia?
6. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang akibat yang ditimbulkan
jika seseorang menderita anemia?
7. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mencegah ataupun
mengobati anemia?
8. Tahukah kamu manfaat zat besi, sumber bahan makanan yang mengandung zat
besi? Coba ceritakan..
9. Tahukah kamu kegunaan dari vitamin C? bisakah kamu sebutkan bahan
makanan yang tinggi akan kandungan vitamin C?
10. Apakah yang kamu ketahui tentang tablet tambah darah?
B. KEJADIAN ANEMIA
1. Coba kamu ceritakan, kapan kamu merasakan lelah, letih, lemas, lesu, ataupun
lalai? Jika ya, pada keadaan seperti apa? Seberapa sering?
2. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa pusing dan berkunang-kunang saat
bangun dari tidur ataupun duduk ? Seberapa sering?
3. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa mengantuk ? jika ya, pada kondisi
apakah setiap hari merasa seperti itu? Biasanya jam berapa kamu mulai
mengantuk?
4. Berapa hari sekali kamu buang air besar? Menurut kamu, apakah buang air
besar kamu teratur? Jika ya/tidak, kenapa?
C. MENSTRUASI
1. Sudahkah kamu mengalami menstruasi? Kapan?
2. Biasanya berapa hari kamu mengalami menstruasi?
3. Dari setiap menstruasi, berapa harikah kamu merasa darah yang keluar paling
banyak?
4. Berapa kali dalam sehari kamu ganti pembalut jika menstruasi?
D. PERILAKU MAKAN DAN MINUM
1. Kalau pagi hari sebelum berangkat sekolah, apakah kamu makan? Jenis
makanan?
2. Dalam sehari, berapa kali kamu minum teh/kopi? Waktunya? Seberapa banyak?
3. Apakah kamu minum teh sebelum, saat, atau setelah makan?
4. Saat disekolah, apakah kamu selalu jajan? Alasannya?
5. Jenis makanan dan minuman apa yang biasa kamu beli? Apakah setiap hari
selalu membeli jenis makanan/minuman yang sama? Bisa tolong kamu
ceritakan kenapa?
6. Pernahkah kamu membawa bekal ke sekolah? Jenis makanannya? Kenapa?
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI SISWI
A. PENGETAHUAN ANEMIA
1. Kapankah kamu mendengar istilah anemia sebelumnya? Sumber dari mana?
2. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang pengertian/definisi anemia?
3. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mendeteksi anemia?
4. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang gejala anemia?
5. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang penyebab dari anemia?
6. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang akibat yang ditimbulkan
jika seseorang menderita anemia?
7. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang cara mencegah ataupun
mengobati anemia?
8. Tahukah kamu manfaat zat besi, sumber bahan makanan yang mengandung zat
besi? Coba ceritakan..
9. Tahukah kamu kegunaan dari vitamin C? bisakah kamu sebutkan bahan
makanan yang tinggi akan kandungan vitamin C?
10. Apakah yang kamu ketahui tentang tablet tambah darah?
B. KEJADIAN ANEMIA
1. Coba kamu ceritakan, kapan kamu merasakan lelah, letih, lemas, lesu, ataupun
lalai? Jika ya, pada keadaan seperti apa? Seberapa sering?
2. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa pusing dan berkunang-kunang saat
bangun dari tidur ataupun duduk ? Seberapa sering?
3. Coba kamu ceritakan kapan kamu merasa mengantuk ? jika ya, pada kondisi
apakah setiap hari merasa seperti itu? Biasanya jam berapa kamu mulai
mengantuk?
4. Berapa hari sekali kamu buang air besar? Menurut kamu, apakah buang air
besar kamu teratur? Jika ya/tidak, kenapa?
C. ASUPAN ZAT GIZI
1. Bisakah kamu ceritakan makanan yang kamu makan tadi pagi hingga saat ini?
Jam berapa kamu makan? Jenis makanan? Jumlahnya ?
2. Bisakah kamu ceritakan berapa kali kamu makan dalam sehari? Atas alasan
apa?
3. Bisakah kamu ceritakan, bagaimana makanan yang disediakan dirumah? Dari
mulai makanan pokok, lauk, pauk, sayuran, serta buah? Siapakah yang
menyediakannya?
4. Bisakah kamu ceritakan apakah kamu selalu mengkonsumsi makanan yang
disediakan dirumah? Alasannya? Jika tidak, apakah kamu jajan? Makanan
apa?
5. Apakah menurut kamu makanan yang tersedia dirumah sudah cukup? Bisakah
kamu ceritakan kenapa?
6. Adakah jenis2 makanan tertentu yang jarang kamu makan? Bisakah tolong
kamu ceritakan alasannya?
D. PERILAKU MAKAN DAN MINUM
1. Apakah kamu makan pagi sebelum berangkat sekolah?
2. Jika ya, apakah setiap hari, atau hanya kadang-kadang? Alasannya? Jenis
makanan apa yang biasa kamu makan saat makan pagi?
3. Jika tidak, alasan apa yang membuat kamu tidak makan pagi?
4. Kalau tidak makan pagi, apakah biasanya kamu jajan di sekolah sebelum
mulai pelajaran?
5. Jika ya, apa jenis makanan yang biasa kamu beli? Kenapa?
6. Jika tidak jajan, kenapa? Apakah kamu tidak merasa lapar?
7. Apakah kamu suka minum teh atau kopi? Kenapa bisa suka ataupun tidak?
8. Biasanya berapa kali kamu minum teh/kopi dalam sehari ataupun seminggu?
Waktunya?
9. Apakah kamu minum teh sebelum, saat, atau setelah makan?
10. Saat disekolah, apakah kamu selalu jajan? Alasannya?
11. Jenis makanan dan minuman apa yang biasa kamu beli? Apakah setiap hari
selalu membeli jenis makanan/minuman yang sama? Bisa tolong kamu
ceritakan kenapa?
12. Pernahkah kamu membawa bekal ke sekolah? Jenis makanannya? Kenapa?
E. MENSTRUASI
1. Apakah kamu sudah menstruasi?
2. Umur berapa kamu pertama kali mengalami menstruasi?
3. Menurut kamu, apakah siklus menstruasi kamu cukup teratur? Kenapa ?
4. Biasanya berapa hari kamu mengalami menstruasi?
5. Setiap siklus menstruasi, berapa banyak pembalut yang kamu gunakan?
6. Berapa kali biasanya kamu mengganti pembalut dalam sehari jika sedang
menstruasi? Waktunya? Kenapa?
7. Sebelum, saat, ataupun sesudah menstruasi, bisakah kamu ceritakan apakah
ada perubahan yang terjadi dengan kondisi tubuh kamu?
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI TEMAN SEBAYA
1. Bagaimana kebiasaan sarapan teman kamu? Bisa tolong kamu ceritakan yang
kamu ketahui tentang makanan yang dimakan dan alasan temanmu itu?
2. Pernahkah teman kamu membawa bekal ke sekolah? Seberapa sering? Jenis
makanan yang biasa dibawa?
3. Jika tidak sarapan di rumah, Apakah ia pernah sarapan disekolah ? Seberapa
sering? Jenis makanan yang dibeli?
4. Bisakah kamu ceritakan yang kamu ketahui tentang kebiasaan jajan temanmu ?
beli dimana ? Biasanya kapan temanmu jajan ?
5. Tahukah kamu makanan apa yang paling disukai dan tidak disukai temannmu?
Tahukah kamu alasannya? Tolong ceritakan.
Lampiran 4
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM BAGI KELUARGA
1. Apakah ibu bekerja? Jika ya, pekerjaannya? Berangkat dan pulang jam
berapa?
2. Jika tidak, apa kegiatan ibu dirumah sehari-hari?
3. Berapa kali memasak dalam sehari? Jam berapa?
4. Bagaimanakah menu masakan dirumah sehari-hari? Lauk, pauk, sayuran,
buah, apakah tersedia setiap hari? Alasannya?
5. Apakah pendidikan terakhir yang pernah ibu jalani?
6. Berapakah pendapatan keluarga dalam sebulan?
7. Bisakah ibu tolong ceritakan pengeluaran yang digunakan dalam sehari?
8. Berapakah uang saku yang diberikan kepada anak ibu? Atas alasan apa?
9. Dalam keluarga ibu, berapa kali sehari biasanya makan? Apakah bersama-
sama? Waktunya?
10. Apakah anak ibu memiliki kebiasaan makan pagi? Ya/tidak, Kenapa?
11. Jika ya, makanan apa yang dimakan saat makan pagi?
12. Pernahkah anak ibu membawa bekal ke sekolah? Jenis makanan? Seberapa
sering?
13. Jika dirumah, apakah anak ibu masih suka jajan? Jenis jajanan?
14. Apakah makanan yang paling disukai anak ibu? Kenapa?
15. Adakah makanan yang tidak disukai anak ibu? Kenapa?
16. Apakah anak ibu mempunyai kebiasaan minum teh/kopi? Ya/tidak, kenapa?
Jika ya, seberapa sering?
Lampiran 5
FORMULIR RECALL 1x24 JAM
Nama :
Kelas :
Tanggal :
Total Konsumsi Waktu
Makan
Tempat
Makan
Nama
Hidangan
Bahan
Makanan URT Berat (gr)
Lampiran 6
PEDOMAN OBSERVASI
Nama :
Kelas :
Tanggal :
WAKTU JENIS MAKANAN PORSI Ket.
Lokasi
Lampiran 7
MATRIKS FGD PERTAMA PADA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR
VARIABEL Nf Sp Is Ssa Rs Ta KARAKTERISTIK INFORMAN
Umur 13 Tahun 12 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 13 Tahun 13 Tahun Kelas VII - i VII - i VII - c VII - h VII - d VII - h Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Hb (gr/dl) 10,6 10,5 9,2 10,1 10,6 10,3 BB (kg) 40 33,5 34,5 48 42,5 50 TB (cm) 154 139,5 140 144,5 158,5 149 IMT 16,87 17,21 17,6 22,99 16,92 22,52 Status Gizi Normal Normal Normal Normal Normal Normal Pendidikan Ayah STM SMA SMP SD STM SMA Pendidikan Ibu SMEA SMA SMP SD S1 SMP Pekerjaan Ayah Pegawai Pegawai swasta Swasta Buruh tani Pedagang Buruh dagang Pekerjaan Ibu IRT IRT Swasta IRT Pedagang IRT Besar Uang Jajan (tidak termasuk ongkos)
Rp. 4.000,- Rp. 4.000,- Rp. 5.000,- - Rp. 20.000,- Rp. 3.000,-
KEJADIAN ANEMIA 5L Sejak kelas enam,
merasa ingin tidur.
Hanya ketika pusing belajar.
Tidak. Dari masuk SMP, sampai sekarang.
Dari kelas enam sampai sekarang.
Dari masuk SMP.
Pusing Ketika berdiri setelah jongkok.
Ketika bangun dari tidur dan berdiri setelah jongkok.
Ketika bangun dari tidur.
Ketika berdiri setelah jongkok.
Ketika bangun dari tidur.
Ketika bangun dari tidur.
Mengantuk di kelas
Kadang-kadang, ketika guru menjelaskan
Pelajaran kedua, sekitar jam tiga, kadang-kadang
Kadang-kadang ketika di kelas merasa ingin
Jika pelajaran sulit dimengerti.
Kadang-kadang sebelum istirahat.
Jika kurang tidur.
pelajaran, pelajaran kedua.
ketika sedang mengerjakan tugas.
tidur.
Lidah Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. BAB Setiap hari, pagi,
kaang-kadang malam.
Setiap hari, jika sakit perut.
Setiap hari, jika sakit perut.
Setiap hari, jika merasa mau BAB.
Tidak tentu, biasanya pagi..
Setiap hari, waktu tidak tentu.
Pucat Kuku, bibir, kelopak mata.
Bibir, kelopak mata.
Kuku, bibir, kelopak mata.
Kelopak mata. Bibir, kelopak mata.
Kuku, bibir, kelopak mata.
KEBIASAAN SARAPAN, MAKAN DI RUMAH, JAJAN, MINUM TEH Kebiasaan Sarapan
Setiap hari sarapan, sekitar jam delapan, nasi dengan telur atau gorengan, paling sering nasi goring, mie jarang.
Setiap hari, jam Sembilan, nasi dengan telur, paling sering mie.
Kadang-kadang jam delapan atau jam sepuluh, makan nasi dengan telur.
Setiap hari jam sepuluh, makan nasi dengan lauk seadanya.
Setiap hari, jam enam, paling sering nasi goring.
Makan roti atau nasi jam Sembilan, jam sepuluh minum susu.
Kebiasaan Jajan Kadang bawa bekal, tiga hari dalam seminggu, nasi goring atau mie, pernah bawa nasi dengan ayam. Jajan mie, atau roti, makanan ringan, coklat pasta, minum es mangga atau teh dalam kemasan gelas.
Kadang-kadang bawa bekal, nasi goring atau mie goring, ataunnasi dengan telur, jika jajan beli nasi uduk atau mie, minumnya es buah atau teh dalam kemasan gelas.
Setiap hari jajan, mie dan es melon.
Tidak pernah jajan.
Mie atau roti,minumnya air mineral atau minuman bersoda.
Mie atau roti,minumnya es mangga atau air mineral.
Kebiasaan minum Sebelum makan Pulang sekolah, Setelah makan Hanya jika Setelah makan Setiap hari,
teh pagi jam tujuh atau malasetelah makan jam delapan.
m setelah makan. pagi, setiap hari. tersedia di
rumah, namun jarang.
pagi, jam enam. bangun tidur jam enam.
MENSTRUASI Lama hari Tujuh hari - - Delapan hari - Empat sampai
enam hari. Darah keluar terbanyak
Dua atau tiga hari.
- - Tiga hari pertama
- Satu atau dua hari.
PENGETAHUAN ANEMIA DAN GIZI Pertama kali mendengar anemia
Kelas V SD dari buku IPA.
Dari televisi, sejak masuk SMP.
Kelas enam, dari buku Bahasa Indonesia.
Dari sekolah, waktu dikasih obat.
Kelas IV SD, dari buku IPA.
Dari saudara.
Definisi/pengertian anemia
Kekurangan hemoglobin.
Kurang darah. Kurang darah. Kurang darah. Kekurangan sel darah merah.
Tidak tahu.
Cara mendeteksi anemia
Tes darah. Tes darah. Periksa darah, dan fisik yang lemas dan suka sakit-sakitan.
Tidak tahu. Tes darah. Dilihat fisiknya yang cepat pingsan, mudah lemas, mudah lelah, pernafasannya, dan dites darah,
Gejala anemia Pusing ketika berdiri setelah jongkok, mengantuk, lemas, tidak semangat, merasa ingin tidur.
Sering Pusing dan pingsan.
Sering Pingsan. Penglihatan tidak jelas.
Tidak Tahu. Mudah letih.
Penyebab anemia Kurang vitamin. Kurang minum. Kurang makan. Kurang vitamin. Kekurangan gizi. Kurang vitamin. Akibat/Dampak anemia
Lemas, ngantuk, tidak nafsu makan, letih.
Demam, tubuh kecil, tetapi perut besar
Sakit panas. Cepat lupa, prestasi menurun,
Meninggal. Kurang mengerti pelajaran.
kematian. Cara mencegah atau mengobati anemia
Istirahat, minum obat atau vitamin kurang darah.
Minum yang banyak.
Makan makanan yang bergizi.
Minum obat kurang darah.
Jangan jajan sembarangan.
Menjaga kesehatan, makan teratur, minum vitamin.
Fungsi Zat besi Agar tidak mudah lemas, letih, sakit,
Menambah stamina damenambah kuat.
n Tidak tahu. Agar tidak
mudah lemas. Menambah kuat. Memperkuat
tulang.
Sumber zat besi Pisang, papaya, jambu.
Susu Tidak tahu Tidak ingat Susu Susu
Fungsi Vitamin C Agar sehat dan tidak mudah sakit.
Menyembuhkan sariawan.
Untuk sariawan. Tidak ingat. Untuk sariawan. Tidak ingat.
Sumber Vitamin C Jeruk, papaya Jeruk, jeruk nipis Jeruk, belimbing. Pisang, sayuran. Jeruk, Mangga Lemon, jambu. Tablet Tambah darah
Untuk tambah darah.
Untuk tambah darah, mengobati anemia.
Untuk tambah darah.
Untuk tambah darah dan menyembuhkan anemia.
Mencegah dan mengobati anemia,vitamin
Mencegah anemia.
Lampiran 8
MATRIKS FGD KEDUA PADA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR
VARIABEL Sn Di Ss Sa Ms Hs KARAKTERISTIK INFORMAN
Umur 12 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 12 Tahun 12 Tahun 12 Tahun Kelas VII - i VII - i VII - g VII - g VII - d VII - a Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Hb (gr/dl) 10,6 10,6 10,6 10,8 10,5 BB (kg) 37,5 41 31,5 52 26,5 50 TB (cm) 153 149 140 140 135 149 IMT 16,01 18,47 16,07 26.53 14,54 22,52 Status Gizi Normal Normal Normal Normal Normal Normal Pendidikan Ayah SMP SMP SD S2 SMP Pendidikan Ibu SMP SD SD SMA SD Pekerjaan Ayah Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Wiraswasta Swasta Pekerjaan Ibu IRT IRT IRT IRT IRT Swasta Besar Uang Jajan tanpa ongkos
Rp. 6.000,- Rp. 5.000,- Rp. 3.500,- Rp. 3.000,- Rp. 2.000,- Rp. 14.000,-
KEJADIAN ANEMIA 5L Jarang, hanya
jika sakit. Jarang, jika banyak kegiatan.
Jarang. 5L jika sedang sakit.
Jarang. jika kurang tidur dan sakit.
Jarang. Hanya jika sangat letih.
Hanya ketika menjelang menstruasi.
Pusing Dari masuk SMP.
Tidak pernah. Tidak pernah. Tidak pernah. Jika sedang sakit. Tidak pernah.
Mengantuk Iya, saat guru menerangkan.
Jarang. Iya,saat guru menerangkan.
Iya,saat guru menerangkan.
Iya, pelajaran setelah jam istirahat.
Iya, saat guru menerangkan.
Lidah Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar.
BAB Dua kali sehari, pagi setelah sarapan.
Setiap hari, bangun tidur.
Sekali sehari, pagi sekitar jam tujuh.
Tidak tentu, tergantung jika sakit perut.
Setiap hari, pagi.
Satu atau dua hari sekali.
Kuku,bibir,kelopak mata pucat
Kuku, bibir, kelopak mata.
Bibir. Kuku, bibir, kelopak mata.
Bibir. Kelopak mata. Kelopak mata.
KEBIASAAN SARAPAN, MAKAN DI RUMAH, JAJAN, MINUM TEH Kebiasaan Sarapan Setiap hari nasi,
sekitar jam sepuluh.
Nasi dengan telur dadar atau mie, jam sembilan.
Sering, nasi dengan telur, jam sepuluh.
Mie atau roti, sekitar jam Sembilan.
Setiap hari, nasi dengan lauk, paling sering ayam goring, jam setengah delapan atau setengah Sembilan.
Sering, nasi atau bubur, jam tujuh atau jam delapan.
Kebiasaan Jajan Kadang jajan. Kadang bawa bekal. Jajan mie, air putih bawa sendiri.
Jajan mie, minuman rasa jeruk.
Kadang bekal, kalau jajan mie dan es buah.
Kadang bekal, kadang jajan mie, minum bawa sendiri.
Setiap hari bawa bekal.
Jajan roti atau mie, minumnya teh atau minuman bersoda.
Kebiasaan minum teh
Susu dicampur teh, setiap malam.
Tidak suka. Suka, dirumah, setelah makan pagi.
Suka minum teh, sehari sekali, sebelum makan pagi.
Iya, setiap pagi setelah makan.
Iya, teh dan susu, setelah sarapan.
MENSTRUASI Lama hari - Seminggu. - Seminggu. - Seminggu
sampai sepuluh hari.
Darah keluar terbanyak
- Tiga sampai empat hari.
- Dua hari. - Dua atau tiga hari.
PENGETAHUAN ANEMIA DAN GIZI Pertama kali kelas enam SD Kelas enam SD Belum pernah. Belum pernah. Dari televisi Sekitar bulan
mendengar anemia dari orang-orang. dari guru. oktober, dari saudara
Definisi/pengertian anemia
Tidak tahu. Kekurangan darah.
Tidak tahu. Tidak tahu. Kekurangan darah merah.
Kekurangan darah.
Cara mendeteksi anemia
Tidak tahu. Tes darah. Tidak tahu. Tidak tahu. Tes darah. Tes darah.
Gejala anemia Pusing Tidak tahu Tidak tahu Tidak tahu 5L. Lesu, muka pucat.
Penyebab anemia Kurang makan sayur.
Tidak tahu. Banyak mengeluarkan darah, keguguran.
Tidak tahu. Kurang/tidak makan, jajan makanan yang kotor, kurang makan buah, kecelakaan.
Menstruasi, melahirkan.
Akibat/Dampak anemia
Tidak tahu. Tidak tahu. Tidak tahu. Tidak tahu. 5L, mukanya pucat.
Muka pucat, lemas.
Cara mencegah anemia
Banyak makan sayur.
Minum obat kekurangan darah.
Makan makanan yang bervitamin.
Makan makanan bergizi.
Makan makanan empat sehat lima sempurna, makan teratur.
Banyak makan buah.
Fungsi Zat besi Tambah darah Tidak tahu. Tidak tahu. Agar sehat. Agar kuat. Agar tulangnya kuat.
Sumber zat besi Nasi. Tidak tahu. Tidak tahu. Buah. Nasi uduk. Vitamin C, lauk pauk, susu.
Fungsi Vitamin C Mencegah sariawan.
Mencegah panas dalam.
Untuk sariawan. Untuk sariawan. Menyebutkan produk
Untuk sariawan.
Sumber Vitamin C Jeruk, apel. Anggur. Jeruk, apel, anggur.
Mangga. Jeruk, mangga, apel.
Jeruk.
Tablet Tambah darah
Tidak tahu. Mengurangi kekurangan darah.
Mengobati yang kekurangan darah.
Tidak tahu. Untuk tambah darah, agar tidak anemia.
Untuk tambah darah.
Lampiran 9
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR
VARIABEL Nfc In Aa Ssa Sn Ms KARAKTERISTIK INFORMAN
Umur 13 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 14 Tahun 12 Tahun 12 Tahun Kelas VII - a VII - g VII - g VII - h VII - i VII - d Agama Islam Islam Islam Islam Islam Islam Hb (gr/dl) 8,7 10,3 9,5 10,1 10,6 10,8 BB (kg) 37 49 32 48 37,5 26,5 TB (cm) 144,5 153 144 144,5 153 135 IMT 17,72 20,93 15,43 22,99 16,01 14,54 Status Gizi Normal Normal Normal Normal Normal Normal Pendidikan Ayah
S1 SMP SD SD SMP S2
Pendidikan Ibu
D3 SMA SD SD SMP SMA
Pekerjaan Ayah
Wiraswasta Wiraswasta Buruh Buruh tani Wiraswasta
Pekerjaan Ibu IRT IRT IRT Buruh tani IRT IRT Besar Uang Jajan
Rp. 5.500,- Rp. 5.000,- Rp. 7.000,- - Rp. 6.000,- Rp. 2.000,-
KEJADIAN ANEMIA 5L Sering, merasa
capek, dan malas gerak, dari SMP.
Setlah latihan basket.
Setelah main, tapi jarang.
Sekarang jarang, hanya merasa 5L jika pulang sekolah.
Saat baru masuk SMP, terutama sebelum ujian, saat ini jarang.
Jarang. Hanya jika letih.
Pusing Sering, dari kelas enam SD sampai sekarang.
Tidak pernah. Tidak pernah. Iya, jika berdiri dari jongkok ataupun dari
Dari masuk SMP, saat ini
Tidak pernah, hanya jika sakit.
tiduran, kemudian tiba-tiba bangun sering merasa pusing..
jarang.
Mengantuk Jika pelajaran yang tidak disukai, jika guru sedang menerangkn pelajaran, jam pelajaran kedua.
Sering, karena sekolah siang, biasanya pelajaran setelah istirahat.
Ya, saat guru menerangkan pelajaran, biasanya pelajaran IPS.
Jika pelajaran sulit dimengerti, seperti pelajaran matematika, kimia dan fisika. Biasanya sebelum istirahat kira-kira jam satu, setelah istirahat, karena sholat dan kena air wudu’ jadi ngantuknya hilang.
Iya, saat guru menerangkan, sekitar jam dua.
Iya, pelajaran setelah jam istirahat, tapi tergantung kualitas tidur sebelumnya.
Lidah Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. Kasar. BAB Setiap hari, satu
kali. Pernah sampai tiga hari sekali baru BAB, paling sering dua kali sehari.
Pernah dua hari sekali, tapi lebih sering sehari sekali.
Setiap hari, jika perut terasa sakit.
Dua atau tiga hari sekali, paling sering dua hari sekali, pagi setelah sarapan.
Setiap hari, paling sering pagi.
Kuku, bibir, kelopak mata pucat
Bibir, kelopak mata.
Kelopak mata. Kelopak mata. Kelopak mata. Kuku, bibir, kelopak mata.
Kelopak mata.
KEBIASAAN SARAPAN, MINUM TEH, JAJAN Kebiasaan Sarapan
Setiap hari, waktunya tidak tentu, sesuai kemauan, antara jam delapan s/d jam sepuluh,
Iya, sebelum berangkat sekolah, waktunya tidak tentu, makan jika merasa lapar. Biasanya jam
Sarapan biasanya empat kali dalam seminggu, antara jam delapan sampai jam setengah sepuluh, biasa
Setiap hari, sebelum berangkat sekolah, sekitar jam sepuluh, makan nasi
Setiap hari, jam setengah delapan atau jam sepuluh, makan nasi dengan ikan
Setiap hari, jika libur jam setengah delapan, jika sekolah jam
makan nasi, kadang mie, minum kadang teh manis.
sepuluhan, makan nasi dengan telur, mie, atau beli bakso.
makan nasi pake tempe goring, telur, atau mie.
dengan lauk seadanya saja.
atau sayur. selain itu, juga sering ngemil makanan ringan yang dibeli di warung.
setengah Sembilan, makan nasi dengan ayam atau chicken nugget.
Kebiasaan Jajan atau bawa bekal.
Permen kenyal, air mineral, roti sosis/abon, karna suka. Tidak pernah jajan di kantin karena alasan tidak percaya dengan kebersihan makanannya. Membawa bekal Hanya sekali, bawa nasi, cumi, kangkung. Selain itu tidak pernah, dengan alasan waktu istirahat hanya sedikit.
Teh dalam kemasan gelas plastik, coklat pasta, keripik singkong, roti. Tidak pernah membawa bekal.
Jika tidak sarapan di rumah, biasanya sebelum masuk kelas beli keripik talas, saat istirahat jajan mie, roti, atau cilok. Minum yang biasa dibeli air mineral, teh dalam kemasan gelas, ataupun es buah. Jika pulang sekolah merasa lapar, beli cireng. Tidak pernah bawa bekal, atas alasan malas karna berat.
Tidak pernah jajan, karena jarang diberi uang jajan, kalaupun ada, pulang sekolah hanya beli es. Tidak Pernah membawa bekal. Waktu istirahat tidak cukup.
Jajan mie tiga hari dalam seminggu, selain itu jajan makanan ringan.
Setiap hari bawa bekal, Tidak pernah jajan di kantin karena kotor. Hanya jajan di warung luar sekolah membeli wafer ataupun permen kenyal.
Kebiasaan minum teh
Hampir setiap hari, seminggu bisa sampai lima kali. Pagi, disediakan ibu, kadang juga malam, sambil nonton TV, buat sendiri jika lagi
Sehari bisa sekali, pagi atau malam, seminggu bisa lima kali.
Empat kali seminggu, biasanya jam tujuh pagi.
Jarang, jika ada teh, baru minum.
Malam, minum teh, empat kali dalam seminggu.
Iya, setiap pagi setelah makan.
mau.
MENSTRUASI Lama hari Lima sampai
tujuh hari. Lima hari. - Delapan hari. - -
Darah keluar terbanyak
Empat hari pertama
Tiga hari. - Tiga hari pertama
- -
PENGETAHUAN ANEMIA DAN GIZI Pertama kali mendengar anemia
Dari kelas dua SD, pernah dirawat di RS, dan dinyatakan anemia.
Dari televise, saat SD.
Dari guru kelas enam SD.
Waktu dikasih obat dari sekolah.
kelas enam SD dari teman-teman yang sedang bercerita.
Nonton berita dari televise, SD kelas empat atau kelas lima.
Definisi/pengertian anemia
Kurang darah. Kurang darah. Suka letih, lesu, lemas, lunglai.
Kurang darah. Kekurangan darah.
Kekurangan darah.
Cara mendeteksi anemia
Ke dokter, di ambil darahnya.
Dilihat bagian bawah kelopak mata.
Tes darah. Sering merasa pusing, lemas, letih.
Tes Tes darah.
Gejala anemia Pusing. Cepat letih. lesu, lemes, letih, lunglai.
Sering pusing setelah jongkok, tidak bisa merasa letih.
Lesu, lunglai, ngantuk.
Pusing dan 5L.
Penyebab anemia
Kekurangan darah.
Kurang tidur, dan terlalu letih.
Kekurangan darah. Kurang vitamin. Kurang vitamin karena kurang makan sayur.
Jajan sembarangan dan kotor.
Akibat/Dampak anemia
Jika hamil, jadi bermasalah, dan membuat lupa.
Prestasi menurun, karena terlalu letih dan jadi malas belajar.
Tidak tahu. Cepat lupa, prestasi menurun, kematian.
Sakit, pusing, lemas.
5L, mukanya pucat.
Cara mencegah dan mengobati
Minum obat kurang darah.
Untuk mencegah Tidur yang cukup. Mengobati dengan
Minum obat penambah darah
Mengobatinya dengan minum obat tambah
Banyak makan sayur karena banyak vitamin,
Banyak minum susu, agar tidak mudah terserang
anemia minum obat untuk tambah darah.
darah. makan buah, jeruk, pisang, alpukat, dan banyak makan nasi.
penyakit.
Fungsi Zat besi Tidak ingat. Untuk menambah tenaga, dan tidak lemas.
Tidak ingat. Untuk menguatkan tubuh.
Tambah darah Agar kuat.
Sumber zat besi
Tidak ingat. Susu. Tidak ingat. Tidak ingat. Buah, sayur, telur, ikan, ayam
Susu.
Fungsi Vitamin C
Untuk menyembuhkan sariawan dan juga untuk gusi.
Mencegah panas dalam.
Tidak ingat. Untuk mengobati sariawan dan penyakit kulit.
Untuk sariawan. Untuk panas dalam.
Sumber vitamin C
Jeruk. Jeruk. Jeruk. Jeruk, papaya. Jeruk, apel. Anggur, apel, semangka, pir.
TTD untuk tambah darah, vitamin untuk stamina.
Untuk tambah darah.
Penambah darah, menghilangkan lesu dan letih.
Untuk tambah darah dan menyembuhkan anemia, isinya darah.
Untuk penambah darah.
Untuk tambah darah, agar tidak anemia.
Lampiran 10
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA KELUARGA SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR
Variabel Aap Ww Yn En Nh Ir Karakteristik informan
Hubungan dgn informan Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu Ibu
Sosial ekonomi (utama) Pendidikan D3 SMA SD SD SMP SMA Pekerjaan IRT IRT IRT Buruh tani IRT IRT
Pendidikan suami SMP SD SD SMP S2 Pekerjaan suami Wiraswasta Wiraswasta Buruh Buruh tani Supir angkutan
umum Pengusaha kebun the.
Pendapatan Rp.3.200.000. Rp.600.000 – Rp.700.000
Rp. 1.500.000 Rp. 525.000 – Rp. 840.000
Rp.600.000 – Rp. 900.000.
Tidak pasti, karena harga the sama dengan harga emas, kadang naik, kadang juga turun.
Pengeluaran Rp. 2.020.000,-. Rp.1.650.000 Rp. 1.000.000,- Listrik Rp.30.000,- dan SPP kakaknya Ssa Rp.50.000. untuk makan sehari-hari tidak pasti.
Rp. 1.030.000 – Rp. 1.120.000.
Rp.3.632.000,-.
Kebiasaan Makan dan Minum Anak Ketersediaan Lauk yang Karena keadaan Makanan yang Makanan yang Menu makanan Makanan yang
makanan di rumah
tersedia cukup bervarisi, ayam, daging, udang, cumi, telur. Paling sering ayam. Tahu atau tempe selalu ada setiap hari, paling sering tahu digoreng tepung. Sayur juga bervariasi, antara lain sayur sop, sayur asem, sayur toge, sayur kangkung, sayur bayem, gitu. Buah yang sering tersedia mangga, papaya, apel, atau anggur.
Ibu Ww yang sedang hamil, membuat ia jarang masak. Jadi, untuk makan di rumah lebih sering beli lauk, dan yang paling sering adalah ayam. Sehingga jarang sekali tersedia tahu tempe ataupun sayur. Jarang tersedia buah, karena In dan kakaknya kurang suka buah.
tersedia di rumah Aa kurang bervariasi, hanya dengan satu macam, lauk ataupun sayur. jika ada sayur, maka lauk tidak ada. Lauk yang paling sering adalah telur karena murah, mudah memasaknya dan tahan lama. Ibu Yn jarang membeli buah, karena alasan harus menghemat uang belanja.
tersedia di rumah Ssa sangat terbatas, lauk seadanya, paling sering ikan asin ataupun ikan tongkol, tahu atau tempe jarang, sayur jika ada hasil panen. Jarang sekali ada lauk, sayur, dan tahu tempe setiap makan. Buah jarang beli, hanya rambutan karena punya pohonnya.
yang tersedia sudah cukup baik, tersedia lauk seperti ikan, telur, cumi asin, tahu atau tempe, dan sayur setiap hari, antara lain sayur wortel, kacang panjang, kangkung, bayam, paling sering sayur sop. Buah jarang tersedia, jika ada hanya pisang.
tersedia cukup bervariasi, terdiri dari lauk seperti ayam, daging, udang, cumi-cumi, sayur, tahu atau tempe yang menunya selalu ganti setiap hari. Buah tersedia jika ibu Ir ke Jakarta, karena Ibu Ir selalu membeli buah di toko buah terkenal di Jakarta.
Kebiasaan sarapan pagi
Setiap hari, roti, atau mie instan, nasi goring. paling sering nasi goring, dengan telur dadar. mie seminggu dua kali. Jika sekolah pagi,
Setiap hari In sarapan, namun tidak pasti jamnya, tergantung jika ia merasa lapar. Biasa In makan nasi uduk, nasi dengan telur, jika ada roti, In
Aa setiap hari sarapan, paling sering makan bihun dengan tempe goring yang dibeli di warung dekat rumah jam tujuh pagi. Atau makan nasi goring,nasi dengan telur,
Tergantung Ssa mau makan apa tidak, tapi biasanya makan sebelum berangkat ke sekolah, makan nasi dengan lauk seadanya.
Setiap hari sebelum berangkat sekolah, sekitar jam sepuluh, makan nasi dengan sayur ataupun ikan yang Ibu Nh masak, ataupun dengan telur dadar atau telur mata sapi.
Setiap hari Ms selalu sarapan, jika sekolah pagi sarapan jam enam, jika sekolah siang sarapan jam tujuh. Makanan yang dikonsumsi saat sarapan antara lain nasi
sarapan jam enam, jika siang, sarapan jam sepuluh.
makan roti dengan keju dan meises serta minum susu.
yang dimasak oleh Ibu Yn sebelum Aa berangkat ke sekolah.
goring, nasi uduk,roti dengan meises, bubur ayam, nasi dengan lauk hari sebelumnya, atau dengan ayam goring, chicken nugget.
Bekal ke sekolah Jarang. sebulan hanya dua kali.
Tidak pernah membawa bekal ke sekolah, karena In tidak mau dibawakan bekal.
Aa jarang sekali membawa bekal ke sekolah, karena tidak mau dibawakan bekal.
Tidak pernah membawa bekal ke sekolah.
Sn jarang membawa bekal ke sekolah.
Ms selalu membawa bekal ke sekolah setiap hari, karena alasan hemat dan juga tidak percaya dengan kebersihan makanan yang dijual di kantin sekolah. biasanya Ms membawa nasi dengan ayam goring, chicken nugget,
Kebiasaan minum teh
Tiap pagi, dibuatkan oleh Ibu Aap. Malam kadang-kadang minta the Ibu Aap.
Lebih sering beli the dalam kemasan gelas di warung depan rumah, dua kali sehari.
Setiap hari jam tujuh pagi, setelah sarapan.
Minum the jika ayah Ssa meminta untuk dibuatkan the, namun jarang.
Setiap pagi, selalu disediakan oleh Ibu Nh untuk Sn.
Setiap hari, setelah sarapan, dengan alasan agar memiliki kekuatan.
Lampiran 11
MATRIKS WAWANCARA MENDALAM PADA TEMAN DEKAT SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR
Variabel Ds Sa Sv Po Fb Krn Umur 12 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 13 Tahun 12 Tahun
Perilaku Jajan ataupun membawa bekal
Nfc paling sering membeli permen kenyal, minumannya air mineral dalam kemasan gelas,minuman teh dalam kemasan gelas,minuman nata de coco, paling sering air mineral. Hanya satu kali membawa bekal ke sekolah.
In tidak pernah jajan di kantin, hanya membeli talesatau roti di koperasi. beli teh dalam kemasan gelas, biskuit rasa coklat di warung luar sekolah. tidak pernah membawa bekal. Sebelum masuk sekolah, pernah makan cireng tapi jarang.
Aa pernah membawa bekal,hanya satu atau dua kali. Makanan yang dibeli Aa antara lain mie, cilok, tahu bulat, nugget, minumnya air mineral, minuman nata de coco, the dalam kemasan gelas, dan es buah. Paling sering membeli kerupuk atau talas di koperasi dan membawa minum dari rumah.
Ssa tidak pernah membeli makanan di sekolah untuk dirinya, hany satu kali membeli makanan ringan untuk kakaknya. Beli es the hanya sekali. Tidak pernah membawa bekal nasi, hanya pernah membawa keripik ubi.
Hanya dua klai membawa bekal mie.makanan yang dibeli saat di sekolah antara laintahu, makanan ringan, mie instan. Pulang sekolah membeli coklat pasta..atau krakers rasa abon. Minum lebih sering bawa dari rumah.
Pernah membeli macaroni di kantgin, namun jarang. setelah shalat juga pernah membeli permen kenyal, wafer, minuman jeli.paling sering bolu keju. Setiap hari membawa bekal nasi dengan ayam goring, nasi goreng, abon, atau telur dan juga membawa air putih setiap hari.
Lampiran 12
MATRIKS OBSERVASI PERILAKU JAJAN SISWI SMPN 18 KOTA BOGOR
Ssa Sn Ms Nfc In Aa
Tidak jajan.
Rabu, 13 Januari 2010
15.15 : Tahu bulat 3 buah + serbuk cabe.
15.20 Keripik singkong dua bungkus, makanan ringan (snack) berbentuk stik dua bungkus, bawa air putih dari rumah..
Rabu, 13 Januari 2010
15.10 : Nasi 1 ½ centong, ayam goreng bagian paha dua potong + sambal, bawa air putih dari rumah.
Rabu, 13 Januari 2010
15.20 : Minuman teh dalam kemasan kotak 250 ml.
Rabu, 13 Januari 2010
15.20 : Coklat pasta 1 bungkus, wafer rasa coklat satu bungkus.
Rabu, 13 Januari 2010
15.15 : Nasi kuning (150 gr), bawa air putih dari rumah.
Tidak jajan.
Kamis, 14 Januari 2010
15.10 : Tahu bulat 3 buah + serbuk cabe, bawa air putih dari rumah.
16.50 : Es mambo rasa kacang hijau satu bungkus, crackers rasa abon dua keping.
Kamis, 14 Januari 2010
15.10 : Nasi 1 ½ centong, ikan tongkol dicabein satu potong sedang, dendeng satu potong kecil, bawa air putih dari rumah.
Kamis, 14 Januari 2010
15.20 : Minuman teh dalam kemasan kotak 250 ml, permen kenyal berbentuk sapi satu bungkus.
Kamis, 14 Januari 2010
12.20 : Coklat pasta 1 bungkus, wafer rasa coklat satu bungkus.
Kamis, 14 Januari 2010
15.15 : Mie instan rasa soto pedas satu bungkus, bawa air putih dari rumah.
Tidak jajan.
Jum’at, 15 Januari 2010
12.15 : Makanan ringan (snack) berbentuk stik dua bungkus, pisang coklat tiga buah.
14.00 : Mie instan rebus rasa soto pedas + potongan sawi + potongan cabe rawit, bawa air putih dari rumah.
15.40 : Wafer stik rasa buah dua bungkus (@ bungkus = dua buah)
Jum’at, 15 Januari 2010
14.10 : Burger isi daging, mustard, mayonaise, bawa air putih dari rumah..
Jum’at, 15 Januari 2010
11.50 : Minuman nata de coco dengan serat dalam kemasan gelas.
15.30 : Es mambo rasa jeruk satu bungkus.
Jum’at, 15 Januari 2010
14.15 : Coklat pasta satu bungkus.
15.35 : Minuman teh dalam kemasan gelas 190 ml, kacang.
Jum’at, 15 Januari 2010
14.05 Cilok dua buah + saos, otak-otak satu bungkus + saos, bawa air putih dari rumah.
Tidak jajan.
Sabtu, 16 Januari 2010
14.20 : Minuman teh dalam kemasan botol kaca satu botol, Makanan ringan (snack) berbentuk stik satu bungkus.
Sabtu, 16 Januari 2010
14.10 Nasi uduk 1 ½ centong, ayam goreng bagian dada dua potong ukuran kecil, ketimun satu potong irisan kecil, telur dadar di iris tipis + satu sendok makan, bawa air
Sabtu, 16 Januari 2010
14.00 Minuman teh dalam kemasan kotak 250 ml, permen kenyal berbentuk burger satu bungkus
Sabtu, 16 Januari 2010
12.30 Coklat pasta dua bungkus, wafer rasa coklat dua bungkus, cireng rasa bakso dua buah.
Sabtu, 16 Januari 2010
09.30: Coklat pasta satu bungkus, kacang polong dalam kemasan kecil satu bungkus .
14.15 Mie goreng instan satu bungkus
putih dari rumah.