skripsi lengkap

82
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang berkesinambungan, terjadi terus menerus sejak seseorang lahir ke dunia. Proses menua adalah proses alami yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lanjut usia (lansia). Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dan masih banyak lagi. Secara umum kondisi fisik seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat ganda.

Upload: yenniwindasari

Post on 17-Jan-2016

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

guguf

TRANSCRIPT

Page 1: Skripsi Lengkap

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menjadi tua adalah suatu proses alamiah yang berkesinambungan, terjadi

terus menerus sejak seseorang lahir ke dunia. Proses menua adalah proses alami

yang disertai adanya penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang

saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi

menimbulkan masalah kesehatan secara umum maupun kesehatan jiwa secara

khusus pada lanjut usia (lansia). Setelah orang memasuki masa lansia umumnya

mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda,

misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi makin

rontok, tulang makin rapuh, dan masih banyak lagi. Secara umum kondisi fisik

seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara

berlipat ganda. Jumlah orang lansia di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan

mencapai 28,8 juta atau 11% dari total populasi penduduk. Namun, ada sekitar

74% dari lansia usia 60 tahun ke atas menderita penyakit kronis yang harus

makan obat terus-menerus selama hidup mereka. 1

Proses menua terjadi degenerasi, penipisan mukosa, hiposalivasi,

penurunan aktivitas dan massa otot, serta terjadi kemunduran pada banyak

fungsi tubuh dan salah satu di antaranya adalah fungsi sendi temporomandibular

(TMJ) untuk mengunyah. TMJ mengalami artritis dan osteoporosis akibat

1

Page 2: Skripsi Lengkap

2

beban berlebihan, sehingga terjadi kelainan temporomandibular atau

temporomandibular disorders (TMD). TMD adalah kejadian yang kompleks dan

disebabkan oleh banyak faktor. Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan

bila faktor-faktor penyebab tersebut dapat dikenali dan dikendalikan. Untuk itu

seorang dokter gigi harus melakukan anamnesa yang seksama untuk mencari

penyebab utama terjadinya TMD, sebelum melakukan perawatan.2

Umumnya individu lansia akan mengalami pengurangan jumlah gigi.

Berkurangnya gigi, terutama gigi posterior telah diindikasikan sebagai penyebab

TMD. Kelainan oklusal akibat hilangnya gigi menghasilkan stress melalui sendi

dan menyebabkan gangguan fungsi sendi.

Terjadinya TMD pada lansia menyebabkan berkurangnya asupan

makanan yang menjadi sumber gizi, padahal pemberian nutrisi yang baik dan

cukup sangat diperlukan lansia. Hal tersebut juga dilakukan dengan

pertimbangan bahwa lansia memerlukan nutrisi yang adekuat untuk mendukung

dan mempertahankan kesehatan.2,3

Page 3: Skripsi Lengkap

3

1.2. Tujuan Penulisan

1.2.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pervalensi TMD yang terjadi pada lansia.

1.2.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan TMD yang terjadi pada

lansia.

2. Mengetahui prevalensi TMD yang terjadi pada lansia.

3. Mengetahui seberapa besar pengaruh lansia terhadap TMD.

1.3. Manfaat Penelitian

1. Adanya hasil dari penelitian tersebut, diharapkan dapat diketahui seberapa

besar prevalensi TMD yang terjadi pada lansia.

2. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan yang

berguna dan dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya.

3. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi acuan/data bagi penelitian

selanjutnya.

1.4. Hipotesa

1. Terdapat prevalensi TMD pada lansia dimana kelompok umur yang tertinggi

memiliki prevalensi TMD yang paling berat, serta kelompok umur terendah

memiliki prevalensi TMD yang paling ringan.

2. Terdapat perbedaan prevalensi TMD antara sampel laki-laki dan sampel

perempuan.

Page 4: Skripsi Lengkap

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lansia

Populasi lansia kini lebih banyak dibandingkan dengan populasinya di

masa lalu. Meningkatnya populasi lansia ini pun terjadi di seluruh dunia.4

Populasi penduduk lansia di Indonesia mengalami peningkatan signifikan.

Berdasarkan data di Komisi Nasional Lanjut Usia (Komnas Lansia) dan

Departemen Sosial, pada tahun 2000 tercatat sekitar 7,18% penduduk Indonesia

berLansia atau setara dengan 14,4 juta orang, hingga Mei 2009 jumlah lansia

mencapai lebih kurang 20 juta orang atau terbesar keempat di dunia setelah

Amerika Serikat, China, dan India, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlahnya

akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia atau setara dengan 28,8

juta orang.5

2.1.1. Definisi

Umumnya seseorang digolongkan ke kelompok lansia

berpedoman pada usia kalendernya, dan lazimnya bila dia menginjak

usia 50-60 tahun. Usia kalender tidak selalu dihayati secara sama oleh

semua orang. Seseorang merasa dirinya tua tergantung berbagai keadaan,

kesehatan tubuh dan jiwanya maupun cara orang lain memperlakukan

serta norma sosial budaya terhadap proses menjadi tua, jadi dapat

4

Page 5: Skripsi Lengkap

5

disimpulkan bahwa usia mental dan penghayatan subyektif mengenai diri

sendiri lebih menentukan ketuaan seseorang. 6

Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai

kemasakan dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan

kemunduran sejalan dengan waktu. 3

2.1.2. Penggolongan Lansia

Di Indonesia, batasan lansia menurut undang-undang No.12

tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia adalah seseorang yang telah

mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999). Batasan ini sama dengan

yang dikemukakan oleh Burnside dkk.7

Menurut WHO, lansia dibagi menjadi tiga kriteria, yaitu:7

- Elderly (64-74 tahun)

- Older (75-90 tahun)

- Very Old ( > 90 tahun)

Berdasarkan kesehatan individu lansia, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:6

- Golongan lansia yang masih dapat mengurus dan memelihara diri

serta rumah tangganya dalam kehidupan sehari-hari.

- Golongan lansia yang keadaan fisik, mental, rohaninya tidak

sepenuhnya lagi sehat.

Page 6: Skripsi Lengkap

6

- Golongan lansia yang sakit dan tidak dapat meninggalkan rumah

atau tempat tidurnya.

2.1.3. Keadaan Umum Lansia

a. Keadaan Fisiologis

Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai

dihinggapi adanya kondisi fisik yang bersifat patologis berganda,

misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin keriput, gigi

makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik

seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan

secara berlipat ganda. Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan

atau kelainan fungsi fisik, psikologik maupun sosial, yang

selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan

kepada orang lain. Dalam kehidupan lansia agar dapat tetap menjaga

kondisi fisik yang sehat, maka perlu menyelaraskan kebutuhan-

kebutuhan fisik dengan kondisi psikologik maupun sosial, sehingga

mau tidak mau harus ada usaha untuk mengurangi kegiatan yang

bersifat memforsir fisiknya. Seorang lansia harus mampu mengatur

cara hidupnya dengan baik, misalnya makan, tidur, istirahat dan

bekerja secara seimbang.1

Adanya penurunan daya tahan tubuh dan mulai dihinggapi

berbagai macam penyakit, lansia akan memerlukan obat yang jumlah

Page 7: Skripsi Lengkap

7

atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin

banyak penyakit pada lansia, semakin banyak jenis obat yang

diperlukan. Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara

lain kemungkinan memerlukan ketaatan atau menimbulkan

kebingungan dalam menggunakan atau cara minum obat, serta dapat

meningkatkan resiko efek samping obat atau interaksi obat.

Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan

lansia dan hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan bahwa lansia

memerlukan nutrisi yang adekuat untuk mendukung dan

mempertahankan kesehatan. Beberapa faktor yang mempengaruhi

kebutuhan gizi seperti berkurangnya kemampuan mencerna

makanan, berkurangnya cita rasa, dan faktor penyerapan makanan.

Keadaan lansia dengan adanya penurunan kesehatan dan

keterbatasan fisik maka diperlukan perawatan sehari-hari yang

cukup. Perawatan tersebut dimaksudkan agar lansia mampu mandiri

atau mendapat bantuan yang minimal. Perawatan yang diberikan

berupa kebersihan perorangan seperti kebersihan gigi dan mulut,

kebersihan kulit dan badan serta rambut. Selain itu pemberian

informasi pelayanan kesehatan yang memadai juga sangat diperlukan

bagi lansia agar dapat mendapatkan pelayanan kesehatan yang

memadai.3

Page 8: Skripsi Lengkap

8

Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi ketika memasuki

masa lansia adalah :8

- Perubahan pada panca indera terutama rasa

Sekresi saliva berkurang mengakibatkan pengeringan rongga

mulut. Papil-papil pada permukaan lidah mengalami atrofi

sehingga terjadi penurunan sensitivitas terhadap rasa terutama

rasa manis dan asin. Keadaan ini akan mempengaruhi nafsu

makan, dan dengan demikian asupan gizi juga akan terpengaruh.

Keadaan ini mulai pada usia 70 tahun. Perubahan indera

penciuman, penglihatan dan pendengaran juga mengalami

penurunan fungsi seiring dengan bertambahnya usia.

- Esofagus

Lapisan otot polos esofagus dan sfingter gastro esofageal mulai

melemah yang akan menyebabkan gangguan kontraksi dan refluk

gastrointestinal spontan sehingga terjadi kesulitan menelan dan

makan menjadi tidak nyaman.

- Lambung

Pengosongan lambung lebih lambat, sehingga orang akan makan

lebih sedikit karena lambung terasa penuh, terjadilah anoreksia.

Penyerapan zat gizi berkurang dan produksi asam lambung

menjadi lebih sedikit untuk mencerna makanan. Diatas umur 60

Page 9: Skripsi Lengkap

9

tahun, sekresi HCl dan pepsin berkurang, akibatnya absorpsi

protein, vitamin dan zat besi menjadi berkurang dan adanya

kolonisasi bakteri sehingga terjadi penurunan faktor intrinsik

yang juga membatasi absorbsi vitamin B12. Penurunan sekresi

asam lambung dan enzym pankreas, fungsi asam empedu

menurun menghambat pencernaan lemak dan protein, sehingga

terjadi malabsorbsi lemak dan diare.

- Tulang

Kepadatan tulang akan menurun, dengan bertambahnya usia.

Kehilangan massa tulang terjadi secara perlahan pada pria dan

wanita dimulai pada usia 35 tahun yaitu usia dimana massa tulang

puncak tercapai. Dampaknya tulang akan mudah rapuh dan patah,

mengalami cedera, dan trauma yang kecil saja dapat

menyebabkan fraktur.

- Otot

Penurunan berat badan sebagai akibat hilangnya jaringan otot dan

jaringan lemak tubuh. Presentasi lemak tubuh meningkat pada

usia 40 tahun dan berkurang setelah usia 70 tahun. Penurunan

massa otot, organ tubuh, tulang, serta metabolisme dalam sel-sel

otot berkurang sesuai dengan usia. Penurunan kekuatan otot

mengakibatkan orang sering merasa letih dan merasa lemah, daya

Page 10: Skripsi Lengkap

10

tahan tubuh menurun karena terjadi atrofi. Berkurangnya protein

tubuh akan menambah lemak tubuh. Perubahan metabolisme

lemak ditandai dengan naiknya kadar kolesterol total dan

trigliserida.

- Ginjal

Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia 35 – 80 tahun.

Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju

filtrasi, ekskresi, dan reabsorbsi oleh ginjal. Reaksi asam basa

terhadap perubahan metabolisme melambat. Pembuangan sisa-

sisa metabolisme protein dan elektrolit yang harus dilakukan

ginjal menjadi beban tersendiri.

- Jantung dan Pembuluh darah

Perubahan yang terkait dengan ketuaan sulit dibedakan dengan

perubahan yang diakibatkan oleh penyakit. Adanya jumlah

jaringan ikat pada jantung (baik katup maupun ventrikel)

meningkat sehingga efisien fungsi pompa jantung berkurang pada

lansia. Pembuluh darah besar terutama aorta menebal dan

menjadi fibrosis. Pengerasan ini, selain mengurangi aliran darah

dan meningkatkan kerja ventrikel kiri, juga mengakibatkan

ketidakefisienan baroreseptor tertanam pada dinding aorta, arteri

Page 11: Skripsi Lengkap

11

pulmonalis, sinus karotikus. Kemampuan tubuh untuk mengatur

tekanan darah berkurang.

- Paru-paru

Elastisitas jaringan paru dan dinding dada berkurang, kekuatan

kontraksi otot pernapasan menurun sehingga konsumsi oksigen

akan menurun pada lansia. Perubahan ini berujung pada

penurunan fungsi paru.

- Kelenjar endokrin

Terjadi perubahan dalam kecepatan dan jumlah sekresi, respon

terhadap stimulasi serta struktur kelenjar endokrin, dan pada usia

diatas 60 tahun terjadi penurunan sekresi testosteron,estrogen,dan

progesteron.

- Kulit dan rambut

Kulit berubah menjadi tipis, kering, keriput dan tidak elastis lagi.

Rambut rontok dan berwarna putih, kering dan tidak mengkilat.

- Fungsi imunologik

Penurunan fungsi imunologik sesuai dengan umur yang berakibat

tingginya kemungkinan terjadinya infeksi dan keganasan.

Kemungkinan jika terjadi peningkatan pemasukan vitamin dan

mineral termasuk zinc, dapat meniadakan reaksi ini.

Page 12: Skripsi Lengkap

12

Adapun beberapa penyakit syaraf yang sering dijumpai pada

kelompok lansia adalah:9

- Sindrom Parkinson

- Tremor

- Sinkop

- Vertigo

- Demensia

- Stroke

- Depresi

Nyeri pada Lansia9

Lansia disertai oleh berbagai proses degeneratif. Disamping itu

frekuensi penyakit kronis dan akut juga meningkat. Kelainan ini dapat

mengakibatkan rasa nyeri. Penanganan rasa nyeri pada lansia umumnya

kurang adekuat. Dokter sering memberikan dosis yang kurang adekuat karena

takut terjadi efek samping yang lebih merugikan, dan dengan demikian

banyak lansia yang menderita rasa nyeri yang refrakter, seperti pada

osteoporosis, nyeri pinggang, neuralgia trigeminal, neuralgia pasca herpes

zoster.

Adapun beberapa jenis nyeri yang ada pada kelompok lansia adalah:9

- Nyeri kepala, nyeri kepala biasanya timbul akibat adanya:

1. Hipertensi

2. Pengkosumsian obat-obatan

3. Stroke

Page 13: Skripsi Lengkap

13

4. Penyakit vertebra servikal

5. Cervical spondylosis (50% dijumpai pada kelompok usia diatas 50

tahun dan 75% pada kelompok usia diatas 65 tahun).

- Nyeri pinggang

Bertambahnya usia, secara statistik, hernia discus menjadi lebih

jarang, sedang osteoporosis, osteoarthritis dan penyakit metastasi menjadi

lebih sering.

- Osteoporosis

Sepanjang hidup, tulang secara tetap dibentuk dan diserap.

Umumnya, usia sekitar 35 tahun pada wanita dan 45 tahun pada pria,

massa tulang mencapai maksimum. Setelah titik itu, tulang lebih banyak

yang hilang daripada yang dibentuk. Wanita pada umumnya memilki

tulang yang lebih kecil dan kurang padat dibandingkan dengan pria, maka

wanita cenderung mengalami osteoporosis.10

Wanita saat menjelang senja merupakan ancaman yang serius

dalam bidang seksualitas. Menopause atau terhentinya haid, bagi banyak

wanita dapat menimbulkan gejala-gejala kejiwaan tertentu, didahului oleh

prasangka yang salah tentang seksualitasnya, sehingga mereka akhirnya

depresi.6

Page 14: Skripsi Lengkap

14

Gambar 2.1 : Penurunan Kondisi fisikSumber:http://pusdiknakes.or.id/persinew/images/news/content/gadistua.jpg

b. Keadaan Psikologis

Setelah seseorang memasuki lansia maka akan mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi

proses belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-

lain, sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin

lambat. Fungsi psikomotorik meliputi hal-hal yang berhubungan

dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang

berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.1

Adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami

perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan

kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan

berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia sebagai berikut:1

Page 15: Skripsi Lengkap

15

- Tipe kepribadian konstruktif (construction personality), biasanya

tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap

sampai sangat tua.

- Tipe kepribadian mandiri (independent personality), pada tipe ini

ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi jika

pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat

memberikan otonomi pada dirinya

- Tipe kepribadian tergantung (dependent personality), pada tipe ini

biasanya sangat dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila

kehidupan keluarga selalu harmonis maka pada masa lansia tidak

bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan

yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera

bangkit dari kedukaannya.

- Tipe kepribadian bermusuhan (hostility personality), pada tipe ini

setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan

kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak

diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi

ekonominya menjadi terganggu.

- Tipe kepribadian kritik diri (self hate personality), pada lansia tipe

ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit

dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

Page 16: Skripsi Lengkap

16

Secara umum dapat diamati keinginan para lansia untuk lebih

diperhatikan, diberi waktu dan lebih dimengerti, ingin agar

kehadirannya tidak membebani anak-anaknya. Sama seperti individu

lain, para lansia baru merasa bahagia bila ia merasa benar-benar

dihargai, dicintai dan diinginkan kehadirannya. Mereka amat sensitif

pada reaksi orang lain yang bersifat penolakan, penghinaan atau rasa

kasihan yang tidak pada tempatnya. Para lansia ingin agar tidak terlalu

tergantung pada orang lain, jadi sedapat mungkin mereka ingin

mempunyai sumber dana sendiri dan pekerjaan yang dapat

menghasilkan uang. Sekalipun demikian, jaminan keuangan dan biaya

hidup belum dapat sepenuhnya mengisi kebutuhan para lansia. Lansia

ingin bisa hidup bermakna dan tetap bermanfaat bagi orang lain di

masa tuanya. Lansia seringkali pelupa, cerewet, tidak puas dan sering

berkeluh kesah, mereka akan merasa tertampung bila anak, cucu,

keluarganya dapat menerima kekurangan tersebut.6

Faktanya bahwa ini adalah permintaan yang sulit, tetapi

dengan pemahaman bahwa setiap orang, bila sudah menjadi tua akan

menunjukkan perangai seperti itu, kekurangan para lansia ini mungkin

lebih mudah diterima, begitu pula halnya dengan sikap mereka yang

kaku dan berkurangnya kelenturan dalam menghadapi perubahan-

perubahan yang ada. 6

Page 17: Skripsi Lengkap

17

Perkembangan lansia makin jelas terlihat tumbuhnya

kebutuhan untuk mendekatkan diri pada agama dan pada Tuhan Yang

Maha Kuasa. Nampaknya kebutuhan biologik dan self survival

digantikan oleh kebutuhan lain yang tadinya menduduki peringkat

bawah, yakni kebutuhan religius. Para lansia sangat mendambakan

kasih sayang dan penerimaan sosial. Sementara itu, bagi kebanyakan

para lansia dirasakan pula adanya kebutuhan ketenangan untuk dapat

beribadah, beramal dan berbuat baik.6

Teori tentang proses menua dari Erickson (1963) mengatakan

bahwa keberhasilan seseorang pada masa tuanya amat tergantung dari

cara lansia menyelesaikan konflik yang dihadapi pada periode

perkembangan sebelumnya. Menjadi lansia macam bagaimana,

sebagian ditentukan oleh pengalaman seeorang sewaktu menjalani

masa anak, remaja dan dewasa. Teori bidirectional dari Erickson

mengatakan bahwa dari kecil manusia sudah mulai menghadapi

berbagai macam pilihan dan alternatif yang tersedia dalam hidupnya,

baik lingkungan, fisik maupun non-fisik. Kemungkinan itu terpecah

menjadi dua arah, membentuk dikotomi baik dan buruk. Apabila saat

menghadapi konflik, lansia mengambil pilihan yang buruk atau salah,

maka akan terhalang menyelesaikan tugas perkembangannya.

Sebaliknya bila lansia mengambil pilihan yang benar, maka akan

Page 18: Skripsi Lengkap

18

berkembang ke taraf ego integrity yang lebih mantap, jadi sebenarnya

lansia, jika mengalami proses perkembangan yang menuju pada ego

integrity, maka lansia akan menjadi individu yang pada hari tuanya

tetap memiliki harga diri dan konsepsi diri yang akurat dan realistic,

dan dalam tingkah lakunya sehari-hari, nampaknya lansia dapat

menerima keadaan, tetap aktif dan menikmati hidup. Gaya hidup yang

ada pada lansia tersebut akan dapat mengatasi ancaman dan keadaan

lingkungan yang kurang menguntungkan.6

Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan, pada umumnya

perubahan ini diawali ketika masa pensiun. Meskipun tujuan ideal

pensiun adalah agar para lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan

hari tua, namun dalam kenyataannya sering diartikan sebaliknya,

karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan,

kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri. Reaksi

setelah orang memasuki masa pensiun lebih tergantung dari model

kepribadiannya.

Gambar 2.2 : Potret Lansia BahagiaSumber: http://matanews.com/wp-content/uploads/Lansia.jpg

Page 19: Skripsi Lengkap

19

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban

mental setelah lansia? Jawabannya sangat tergantung pada sikap

mental individu dalam menghadapi masa pensiun. Dalam kenyataan

ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada yang merasa senang

memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah pasrah

terhadap pensiun. Masing-masing sikap tersebut sebenarnya punya

dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun negatif.

Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif

akan mengganggu kesejahteraan hidup lansia. Agar pensiun lebih

berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan pensiun yang benar-

benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan diri, bukan

hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh

gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana,

terorganisasi dan terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun

dan jika perlu dilakukan pembicaraan untuk menentukan arah

minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang jelas dan positif.

Merencanakan kegiatan setelah pensiun dan memasuki masa lansia

dapat dilakukan pelatihan yang sifatnya memantapkan arah minatnya

masing-masing, misalnya cara berwiraswasta, cara membuka usaha

sendiri yang sangat banyak jenis dan macamnya. Model pelatihan

hendaknya bersifat praktis dan langsung terlihat hasilnya sehingga

Page 20: Skripsi Lengkap

20

menumbuhkan keyakinan pada lansia bahwa disamping pekerjaan

yang selama ini ditekuninya, masih ada alternatif lain yang cukup

menjanjikan dalam menghadapi masa tua, sehingga lansia tidak

membayangkan bahwa setelah pensiun mereka menjadi tidak berguna,

menganggur, penghasilan berkurang dan sebagainya.1

Menghadapi berbagai permasalahan di atas pada umumnya

lansia yang memiliki keluarga masih sangat beruntung karena anggota

keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak saudara bahkan kerabat

umumnya ikut membantu memelihara dengan penuh kesabaran dan

pengorbanan. Akan tetapi, mereka yang tidak punya keluarga atau

sanak saudara karena hidup membujang, atau punya pasangan hidup

namun tidak punya anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi

hidup dalam perantauan sendiri, seringkali menjadi terlantar. Disinilah

pentingnya adanya Panti Werdha sebagai tempat untuk pemeliharaan

dan perawatan bagi lansia di samping sebagai tempat menetap yang

tetap memelihara kehidupan bermasyarakat. Disisi lain perlu

dilakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa hidup dan kehidupan

dalam lingkungan sosial Panti Werdha adalah lebih baik dari pada

hidup sendirian dalam masyarakat sebagai seorang lansia.1

2.1.4. Keadaan Rongga Mulut Lansia

Page 21: Skripsi Lengkap

21

Kehilangan gigi atau edentulisme memiliki prevalensi yang

tinggi pada lansia di seluruh dunia dan berkaitan erat dengan status

sosial ekonomi. Studi epidemologis menunjukkan bahwa individu

dengan status sosial ekonomi bawah dan individu dengan sedikit

menerima pendidikan lebih sering mengalami edentulisme daripada

individu status ekonomi lebih tinggi. Di Indonesia, prevalensi

edentulisme pada lansia usia 65 tahun ke atas mencapai 24%, lebih

rendah presentase Malaysia dan Srilangka, tetapi lebih tinggi dari

persentase Singapura, Kamboja dan Thailand.11

a. Keadaan Gigi

Umumnya para lansia akan mengalami pengurangan

jumlah gigi. Berkurangnya gigi, terutama gigi posterior telah

diindikasikan sebagai penyebab TMD karena kondil mandibula

akan mencari posisi yang nyaman pada saat menutup mulut. Hal

inil memicu perubahan letak condilus pada fossa glenoid dan

menyebabkan TMD, serta kelainan oklusal akibat hilangnya gigi

menghasilkan stres melalui sendi dan menyebabkan ganguan

fungsi sendi. Griffin (1979)2 sebagaimana yang dikutip oleh

Soikkonen menulis bahwa degenerasi TMJ berhubungan dengan

hilangnya gigi, terutama gigi-gigi molar.

Page 22: Skripsi Lengkap

22

Perubahan gigi geligi pada proses penuaan menjadi faktor

yang memicu terjadinya TMD dan berkaitan dengan proses

fisiologis normal, dan proses patologis akibat tekanan fungsional

dan lingkungan. Gigi geligi mengalami diskolorisasi menjadi lebih

gelap dan kehilangan email akibat atrisi, abrasi dan erosi. Secara

umum ruang pulpa menyempit dan sensitivitas berkurang karena

adanya deposisi dentin sekunder. Resesi gingiva, hilangnya

perlekatan periodontal dan tulang alveolar merupakan perubahan

jaringan periodontal yang umum ditemukan pada lansia.

Degenerasi tulang alveolar menyebabkan gigi geligi tampak lebih

panjang daripada sebelumnya. Resesi gingiva yang terjadi secara

signifikan tidak diikuti oleh peningkatan kedalaman poket

periodontal. Massa tulang, baik pada tulang alveolar dan sendi

rahang menurun pada lansia akibat menurunnya asupan kalsium

dan hilangnya mineral tulang..11

Gambar II.3: Gigi Geligi pada Pasien Lansia

Page 23: Skripsi Lengkap

23

Sumber: Burket’s 2003b. Keadaan Saliva dan Mukosa Mulut

Diketahui bahwa fungsi kelenjar saliva yang mengalami

penurunan merupakan suatu keadaan normal pada proses penuaan

manusia. Lansia mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit

pada keadaan istirahat, saat berbicara, maupun saat makan.

Keluhan berupa xerostomia atau mulut kering sering ditemukan

pada orang tua daripada orang muda yang disebabkan perubahan

karena usia pada kelenjar itu sendiri. Fungsi utama dari saliva

adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak

dan keras pada rongga mulut. Jadi, perubahan aliran saliva akan

mempersulit fungsi bicara dan penelanan serta menaikkan jumlah

karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma

mekanis dan infeksi microbial.

Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva,

atrofi, hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan

keparahan yang meningkat dengan meningkatnya usia. Secara

umum dapat dikatakan bahwa saliva nonstimulasi secara

keseluruhan berkurang volumenya pada lansia.12

Gambaran klinis jaringan mukosa mulut lansia sehat tidak

berbeda jauh dibandingkan dengan individu muda, meski demikian

riwayat adanya trauma, penyakit mukosa, kebiasaan merokok dan

Page 24: Skripsi Lengkap

24

adanya gangguan pada kelenjar ludah dapat merubah gambaran

klinis dan karakter histologis jaringan mulut lansia. Kesehatan

umum dan kesehatan rongga mulut saling berkaitan. Sebagai

contoh, penyakit periodontal parah diasosiasikan dengan diabetes

mellitus, penyakit jantung sistemik dan penyakit paru-paru kronis.

Kehilangan gigi juga dikaitkan dengan peningkatan resiko stroke

dan kesehatan mental yang buruk.11

Perubahan pada mukosa mulut dengan bertambahnya usia

dapat menimbulkan kesalahan penetapan diagnosis. Varikositas

pada ventral lidah akan tampak jelas pada lansia. Berkurangnya

jumlah gigi geligi seiring dengan proses penuaan menyebabkan

lidah terlihat lebih besar atau macroglosia, tampak bercelah dan

beralur dikenal dengan fissured tongue atau dapat pula tampak

berambut dikenal dengan hairy tongue. Beberapa kondisi mukosa

mulut yang sering ditemukan pada lansia adalah keratoris

friksional akibat trauma gigitan kronis, makula melanotik,

amalgam tattoo, torus, fissured tongue dan geographic tongue.11

2.2. Keadaan TMJ pada Lansia

Proses menua, terjadi kemunduran banyak fungsi tubuh. Salah satu di

antaranya adalah fungsi TMJ untuk mengunyah. Adanya gangguan pada fungsi

Page 25: Skripsi Lengkap

25

TMJ untuk mengunyah mengakibatkan berkurangnya asupan makanan sebagai

sumber gizi.2

TMJ merupakan sendi yang paling kompleks, sendi ini membuka dan

menutup seperti sebuah engsel dan bergeser ke depan, ke belakang dan dari sisi

yang satu ke sisi yang lainnya. Selama proses mengunyah, sendi ini menopang

sejumlah besar tekanan. Sendi ini memiliki sebuah kartilago atau tulang rawan

khusus yang disebut cakram, yang mencegah gesekan antara tulang rahang

bawah dan tulang tengkorak.13

Gambar 2.4: Letak TMJ Sumber:http://www.humanillnesses.com/original/images/hdc_0001_0003_0_img0263.jpg

2.2.1. Definisi TMJ

TMJ adalah sendi antara rahang bawah dan cranium. Sendi ini

dibentuk oleh condyl mandibula dan fossa glenoid, kiri dan kanan. Kedua

komponen tersebut dipisahkan oleh meniskus sendi, yang merupakan

jaringan fibrosa padat, menjadi ruang sendi atas dan bawah. Ruang sendi

atas terjadi gerakan meluncur dan bagian bawah berfungsi sebagai sendi

Page 26: Skripsi Lengkap

26

engsel. Selain itu juga terdapat kapsul dan ligamen sendi yang membatasi

pergerakan sendi ke depan dan ke bawah. Permukaan sendi ini dilapisi

oleh jaringan ikat fibrosa padat dan avaskuler. Hal ini menyebabkan sendi

tidak dapat memikul beban karena tidak dilapisi oleh kartilago hialin.2

Gambar 2.5: TMJ a.mulut tertutup b. mulut terbuka

Sumber: http://www.suncitydentalcare.com/l9.html

2.2.2. Perubahan TMJ

a. Proses perubahan TMJ

Struktur dan fungsi jaringan konektif mengalami sintesis dan

degradasi makromolekul sel dan ekstraseluler secara terus-menerus.

Proses remodeling ini adalah adaptasi biologis terhadap lingkungan,

yaitu respon stres biomekanis. Adaptasi morfologi akan

meminimalkan stres biomekanis. Sejak usia dewasa muda, tulang

rahang terus mengalami remodeling. Remodeling dianggap

Page 27: Skripsi Lengkap

27

menyebabkan penebalan jaringan pada permukaan sendi, misalnya

produksi osteosit, sebagai respon terhadap perubahan lingkungan,

misalnya sebagai kompensasi gigi yang telah dicabut. Sedangkan

kegagalan menahan stres biomekanis menyebabkan degenerasi

prematur jaringan fibrosa sendi seperti resorpsi tulang subartikular.

Akibat proses menua, jaringan sendi mengalami reduksi sel yang

progresif sehingga hanya tersisa sedikit kondrosit dan fibroblas yang

kemudian menjadi fibrokartilago. Akibatnya terjadi penipisan

meniskus sendi dan dapat mengalami arthritis remodeling terjadi pada

bagian anterior dan posterior condyl, medial dan lateral eminensia

sendi, dan atap fossa glenoid. Derajat remodeling tidak berhubungan

dengan usia tetapi sangat berhubungan dengan kehilangan gigi.

Terdapat lebih dari 95% individu memberikan gambaran osteoartritis.

Gambaran radiografik condyl yang utama adalah sklerosis subkondral

sehingga permukaan sendi menjadi rata karena erosi dan celah sendi

menjadi sempit. Secara histologis, terlihat bahwa stres mekanis

menyebabkan pemanjangan ligamen posterior meniskus, diikuti

pergeseran ventromedial yang menyebabkan tidak adekuatnya aliran

darah sehingga terjadi iskemia di daerah tersebut dan terjadi resorpsi

tulang.2

Page 28: Skripsi Lengkap

28

TMD bisa mengenai sendi dan otot-otot yang berada di

sekitarnya. Sebagian besar penyebab dari TMD adalah gabungan dari

ketegangan otot dan kelainan anatomis pada sendi, kadang disertai

faktor psikis.13

Tabel 2.1 Perubahan- perubahan Pada Mandibula Sesuai Umur 14

Bagian Pada Kelahiran Dewasa Usia Tua1. Simpisis

mentiAda. Kedua belahan di satukan oleh jaringan ikat, Sinostosis terjadi pada tahun ke 2 dewasa

Tidak ada.Sebuah gigi median pada setengah bagian atas melukiskan simpisis.

tidak ada.Rigi median diabsorpsi.

2. Angulus Tumpul Sudut kanan mendekati angulus dekstra.

Tumpul 140°

3. Foramen mentale

Di dekat pinggir bawah.

Di tengah di antara pinggir atas dan bawah

Di dekat pinggir atas.

4. Kanalis mandibulais

Berjalan dekat pinggir bawah.

Berjalan sejajar linea milohyoidea.

Berjalan dekat pinggir atas,

5. Prosesus Prosesus koronoideus besar dan posisi lebihtinggi dari padaprosesus kondiloideus.

Prosesus kondiloideus tinggi di atas prosesus koronoideus.

Prosesus kondiloideus sangat di belakang pada Lansia.

6. Pinggir alveolaris

Berkembang, menyelubungi lubang-lubang gigi yang belum tumbuh

Baik bagian alveolaris maupun sub alveolaris tidak berkembang.

Bagian alveolaris diabsorpsi akibat rontoknya gigi-gigi dan berubah menjadi rugi.

b. Gejala TMD

TMD umumnya terjadi karena aktivitas yang tidak berimbang

dari otot-otot rahang atau spasme otot rahang dan pemakaian

Page 29: Skripsi Lengkap

29

berlebihan. Gejala-gejala bertendensi menjadi kronis dan perawatan

ditujukan pada eliminasi faktor-faktor yang mempercepatnya. Banyak

gejala-gejala mungkin terlihat tidak berhubungan dengan TMJ sendiri.

Tanda-tanda dan gejala TMD adalah :15

Sakit atau perih di sekitar TMJ

Rasa sakit di sekitar telinga

Kesulitan menelan atau perasaan tidak nyaman ketika menelan

Rasa sakit di wajah

Suara clicking atau perasaan tidak mulus ketika mengunyah

atau membuka mulut anda.

Rahang terkunci, kaku, sehingga mulut sulit dibuka atau

ditutup.

Sakit kepala

Gigitan yang rasanya tidak pas

Gigi-gigi yang tidak mengalami perlekatan yang sama karena

ada sebagian gigi yang mengalami kontak prematur.

2.2.3. Perawatan TMD

Page 30: Skripsi Lengkap

30

- Tanpa bedah

Beberapa kasus TMD akan berhasil dengan perawatan biasa

yang bahkan memungkinkan untuk tidak melibatkan kehadiran dokter

gigi. Di antaranya:16

Mengubah kebiasaan buruk

Penderita sebaiknya lebih memperhatikan kebiasaan-

kebiasaan sehari-hari. Misalnya kebiasaan menggemertakkan gigi,

bruxism, atau menggigit-gigit sesuatu. Kebiasaan ini harus

digantikan dengan kebiasaan baik seperti membiarkan otot mulut

dalam kondisi tenang dengan gigi atas dan bawah tidak terlalu

rapat, lidah menyentuh palatum dan berada tepat di belakang gigi

maksila.

Mengurangi kelelahan TMJ

Sebaiknya tidak membuka mulut terlalu lebar dalam

berbagai kesempatan. Contohnya jangan tertawa berlebihan.

Kompres panas atau dingin

Mengompres kedua sisi wajah baik dengan kompres panas

atau dingin akan membantu relaksasi TMJ.

Obat anti inflamasi

Page 31: Skripsi Lengkap

31

Seorang dokter gigi akan menyarankan obat anti inflamasi

nonsteroid lainnya, misalkan ibuprofen. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi inflamasi dan rasa sakit.

Biteplate

TMJ mengalami kelainan pada posisi mengunyah, sebuah

biteplate akan diberikan. Biteplate dipasang di gigi untuk

menyesuaikan maksila dengan mandibula. Posisi mengunyah yang

benar tentunya akan membantu mengurangi tekanan di struktur

TMJ.

Penggunaan night guard

Alat ini berguna untuk mengatasi kebiasaan bruxism di

malam hari.

Terapi kognitif

TMJ mengalami gangguan karena stres atau kecemasan,

dokter gigi akan menyarankan menemui psikiatri untuk

mengatasinya.

Adapun perawatan lanjutan jika perawatan non bedah tidak

berhasil mengurangi gejala TMD, sebagai berikut :

Perawatan gigi

Dokter gigi akan memperbaiki gigitan dengan

menyeimbangkan permukaan gigi. Caranya bisa dengan mengganti

Page 32: Skripsi Lengkap

32

gigi yang hilang atau tanggal, memperbaiki restorasi atau membuat

mahkota tiruan baru.

Obat kortikosteroid

Untuk sakit dan peradangan pada sendi, obat kortikosteroid

akan diinjeksikan ke dalam TMJ.

Page 33: Skripsi Lengkap

33

Arthrocentesis

Prosedur ini dilakukan dengan jalan menyuntikan cairan ke

dalam TMJ untuk membuang kotoran atau sisa peradangan yang

mengganggu TMJ.

Pembedahan

Apabila semua perawatan tidak berhasil juga, dokter gigi

akan merujuk ke dokter gigi spesialis bedah mulut.

Adapun beberapa teknik untuk mengurangi gangguan TMJ,

sebagai berikut:

Bernafas dalam

Orang dewasa kebanyakan bernafas dengan dada. Sementara itu

anak-anak kebanyakan bernafas dengan diafragma. Diafragma

adalah lapisan tipis yang memisahkan dada dengan perut anda.

Teknik pernafasan ini akan membantu anda lebih tenang.

Meditas

Musik atau terapi seni

Faktor – faktor sistemik seperti status kesehatan umum,

gangguan fungsional, ingatan yang mulai memburuk, pengobatan

dan fungsi biologis sebaiknya dievaluasi. Sikap dan harapan pasien

juga harus dipertimbangkan. Kesuksesan perawatan membutuhkan

kerjasama dari pasien. Evaluasi terhadap sikap dan kemampuan

fungsional juga penting untuk diperhatikan.15

Page 34: Skripsi Lengkap

34

2.2.4. Faktor yang Mempengaruhi Kelainan TMJ

- Usia

- Edentulous

- Tekanan fungsional

- Faktor psikologis

- Faktor fisikolofis

- Lingkungan

Page 35: Skripsi Lengkap

35

BAB III

KERANGKA KONSEP

KETERANGAN :

= Variabel bebas

= Variabel akibat

= Variabel antara

= Variabel sebab

LANSIA YANG BERUSIA DIATAS

60TAHUN

LANSIA YANG BERUSIA DIATAS

60TAHUN

UsiaEdentulousTekanan fungsionalFaktor fisikologisFaktor PsikologisLingkungan

UsiaEdentulousTekanan fungsionalFaktor fisikologisFaktor PsikologisLingkunganJoint clicking

Sering sakit kepalaNyeri di sekitar Telinga Tooth grindingSering GugupSulit membuka mulutNyeri pada leher belakangSulit menelanNyeri pada rahangArtikulasi buruk

Joint clickingSering sakit kepalaNyeri di sekitar Telinga Tooth grindingSering GugupSulit membuka mulutNyeri pada leher belakangSulit menelanNyeri pada rahangArtikulasi buruk

KELAINAN PADA TEMPOROMANDIBULAR

JOINT

KELAINAN PADA TEMPOROMANDIBULAR

JOINT

Page 36: Skripsi Lengkap

36

34

Page 37: Skripsi Lengkap

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Alur Penelitian

4.2. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan jenis penelitian survey deskriptif yang dimana

penelitian ini berguna untuk mengetahui seberapa besar TMD yang terjadi

pada lansia yang tidak menggunakan gigitiruan.

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada lansia yang bertempat di Panti Tresna

Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Penelitian tersebut

diselenggarakan pada tanggal 04 Desember 2009, pukul 10.00 wita.

35

LANSIA BERUSIA DIATAS 60 TAHUN

LANSIA BERUSIA DIATAS 60 TAHUN

LEMBAR KUISIONER(FONSECA’S QUESTIONNAIRE)

LEMBAR KUISIONER(FONSECA’S QUESTIONNAIRE)

ANALISA DATAANALISA DATA

HASILHASIL

Page 38: Skripsi Lengkap

38

4.4. Populasi dan Sampel Penelitian

4.4.1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian tersebut adalah para lansia yang

menghuni dan menetap di Panti Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten

Gowa, Sulawesi Selatan.

4.4.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian tersebut adalah lansia yang menghuni

dan menetap di Panti Tresna werdha Gau Mabaji yang berumur diatas 60

tahun yang tidak mengguanakan gigitiruan serta menunjukkan sikap

kooperatif untuk mengikuti penelitian.

Kriteria Seleksi:

1. Kriteria inklusi:

Seluruh penghuni Panti Tresna Werdha Gau Mabaji yang

berusia diatas 60 tahun, dan tidak menggunakan gigitiruan serta

kooperatif untuk mengikuti penelitian.

2. Kriteria eksklusi:

Seluruh penghuni Panti Tresna Werdha Gau Mabaji yang

berusia kurang dari 60 tahun, menggunakan gigitiruan serta tidak

kooperatif untuk mengikuti penelitian.

Page 39: Skripsi Lengkap

39

4.5. Metode sampling

Sampel dalam penelitian ini menggunakan metode secara purposive

sampling. Pengambilan sampel dilakukan atas dasar kriteria yang telah

ditentukan oleh peneliti, yaitu seseorang yang berusia diatas 60 tahun dan yang

tidak menggunakan gigitiruan. Dari pertimbangan tersebut, peneliti mengambil

sampel pada lansia yang menghuni Panti Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten

Gowa yang berusia diatas 60 tahun dan yang tidak menggunakan gigitiruan, dan

menunjukkan sikap kooperatif pada penelitian ini.

4.6. Metode pengumpulan data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data

primer diperoleh dari lembar kuisioner, kuisioner tersebut berdasar pada

referensi yang digunakan oleh peneliti.17 Kuisioner tersebut diisi oleh responden

yaitu lansia yang menghuni Panti Tresna Werdha Gau Mabaji, yang berumur

diatas 60 tahun dan kooperatif mengikuti penelitian, dan pengisiannya dibantu

oleh peneliti dan rekan.

4.7. Definisi Operasional

- Prevalensi

Bagian dari keseluruhan.

- TMD

TMD dalam penelitian ini adalah kelainan yang terjadi pada TMJ yang

berasal dari ketegangan otot dan kelainan anatomis pada sendi, keadaan ini

Page 40: Skripsi Lengkap

40

didukung oleh faktor usia, yang pada proses menua, terjadi kemunduran pada

banyak fungsi tubuh. 2,3

- Lansia

Lansia yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seseorang yang

telah mencapai usia diatas 60 tahun (Depsos, 1999) seperti yang tercantum

dalam undang-undang No.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan Lansia.7

4.8. Pelaksanaan Penelitian

Tanggal 04 Desember 2009 pukul 10.00 wita, peneliti dan rekan-rekan

berkunjung ke Panti Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa untuk

melakukan penelitian dengan cara pengisian lembar kuisioner. Pertanyaan yang

ada pada lembar tersebut diajukan kepada sampel yaitu lansia. Oleh karena

keterbatasan fisik dari sampel, maka lembar kuisioner tersebut diisi oleh peneliti

dan rekan berdasar atas jawaban dari sampel. Peneliti dan rekan menjelaskan

maksud dari setiap pertanyaan yang ada dalam kuisioner secara terperinci agar

sampel dapat mengerti dan memahami serta dapat menghasilkan jawaban yang

akurat. Kuisioner yang terkumpul sebanyak 50 lembar yang terdiri dari 50

sampel, kuisioner tersebut terdiri dari sepuluh pertanyaan mengenai sulit atau

tidaknya membuka mulut, frekuensi sakit kepala, nyeri leher, sakit pada sendi

craniomandibular, adanya bunyi pada sendi, artikulasi, serta perasaaan gugup

atau tegang yang dialami oleh lansia dan untuk selanjutnya dilakukan tabulasi

data.

Page 41: Skripsi Lengkap

41

4.9. Kriteria Penilaian

Setiap pertanyaan pada kuisioner ini terdiri atas 3 pilihan jawaban yaitu;

tidak mengalami kelaianan, kadang-kadang, dan sering mengalami kelainan.

Adapun nilai untuk penilaian dari ketiga pilihan jawaban tersebut menurut

Fonseca’s Questionnaire17 sebagai berikut:

- Tidak : 0

- Kadang-kadang : 5

- Sering : 10

Setiap nilai yang terkumpul dari pilihan jawaban dalam pertanyaan

tersebut dilakukan penjumlahan, sehingga setiap lembar kuisioner yang dijawab

oleh sampel yaitu lansia, akan menghasilkan kriteria kelainan, yang dibagi

dalam 4 kriteria kelainan. Adapun nilai untuk kritria kelainan menurut Fonseca’s

Questionnaire17, sebagai berikut:

- Tidak ada TMD : 0 − 15

- TMD ringan : 20 − 40

- TMD sedang : 45 − 65

- TMD berat : 70 − 100

Page 42: Skripsi Lengkap

42

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai prevalensi TMD pada lansia telah dilakukan.

Pengambilan data dari penelitian ini ditujukan pada lansia yang menghuni Panti

Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa yang berusia 60 tahun keatas yang

tidak menggunakan gigitiruan serta bersikap kooperatif. Penelitian ini

diselenggarakan pada tanggal 04 Desember 2009.

Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 50 orang. Sampel yang diambil

menggunakan teknik purposive sampling. Pengumpulan data primer dilakukan

dengan cara pembagian kuisioner yang pengisiannya sendiri dikakukan oleh peneliti

dan rekan berdasar atas jawaban dari sampel. Setelah data terkumpul, dilakukan

perhitungan dan selanjutnya disusun dalam tabel induk. Data hasil penelitian ini

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 5.1. Penggolongan Lansia Menurut Umur

IdentitasJumlah (Orang) Persen% Umur (tahun)

60 – 70 21 42

71 – 80 19 38

81 – 90 9 18

91 – 100 1 2

TOTAL 50 100

Sumber : Data Primer

40

Page 43: Skripsi Lengkap

43

Terlihat pada tabel V.1 terlihat data mengenai penggolongan sampel menurut

umur, terbagi dalam 4 interval umur antara lain, umur 60-70 tahun, 71-80 tahun, 81-

90 tahun, dan 91-100 tahun. Sampel lansia yang tidak menggunakan gigitiruan serta

menunjukkan sikap kooperatif dengan umur 60-70 tahun terdapat 21 orang (42%),

umur 71-80 tahun terdapat 19 orang (38%), umur 81-90 tahun terdapat 9 orang

(18%), dan umur 91-100 tahun terdapat 1 orang (2%).

Tabel 5.2. Penggolongan Lansia Menurut Jenis Kelamin

IdentitasJumlah (Orang) Persen%

Jenis Kelamin

Laki - laki ♂ 21 42

Perempuan ♀ 29 58

TOTAL 50 100

Sumber : Data Primer

Terlihat pada tabel V.2 terlihat data menengenai penggolongan sampel

menurut jenis kelamin. Terdapat sampel dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 21

orang (42%), sedangkan sampel dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 29 orang

(58%) yang tidak memakai gigitiruan serta menunjukkan sikap kooperatif.

Page 44: Skripsi Lengkap

44

Tabel 5.3. Penggolongan Umur Terhadap TMD

Umur (tahun)

Tidak ada TMD

TMD RinganTMD

SedangTMD Berat Total

n % n % n % n % n %

60 – 70 4 8 9 18 5 10 3 6 21 42

71 – 80 - - 4 8 10 20 5 10 19 38

81 – 90 - - 2 4 4 8 3 6 9 18

91 – 100 - - - - - - 1 2 1 2

TOTAL 4 8 15 30 19 38 12 24 50 100

Sumber : Data Primer

Terlihat pada tabel V.3 terlihat data yang menggambarkan adanya TMD yang

digolongkan berdasarkan kategori umur. TMD tersebut juga dibagi dalam 4 taraf

kelainan, yaitu tidak ada TMD, TMD ringan, TMD sedang, serta TMD berat.

Penggolongan ini mengacu pada referensi yang digunakan oleh peneliti.17 Pada

interval umur 60-70 tahun sebanyak 4 orang (8%) yang tidak mengalami TMD. 9

orang (18%) mengalami TMD ringan, 5 orang (10%) mengalami TMD sedang, serta

3 orang (6%) mengalami TMD berat. Pada interval umur 71-80 tahun, tidak terdapat

sampel yang tidak mengalami TMD. 4 orang (8%) yang mengalami TMD ringan, 10

orang (20%) mengalami TMD sedang, serta 5 orang (10%) mengalami TMD berat.

Pada interval umur 81-90 tahun, tidak terdapat sampel yang tidak mengalami TMD. 2

orang (4%) yang mengalami TMD ringan, 4 orang (8%) yang mengalami TMD

sedang, serta 3 orang (6%) mengalami TMD berat. Pada interval umur 91-100 tahun

Page 45: Skripsi Lengkap

45

tidak terdapat sampel yang tidak mengalami TMD. Demikian juga dengan yang

mengalami TMD ringan dan sedang, sedangkan yang mengalami TMD berat dengan

interval usia ini sebanyak 1 orang (2%).

Tabel 5.4. Penggolongan Jenis Kelamin Terhadap TMD

Jenis Kelamin

Tidak ada TMD

TMD Ringan

TMD Sedang

TMD Berat

Total

n % n % n % n % n %

Laki-Laki ♂ 3 6 4 8 7 14 7 14 21 42

Perempuan ♀ 1 2 11 22 12 24 5 10 29 58

TOTAL 4 8 15 30 19 38 12 24 50 100

Sumber : Data Primer

Terlihat pada tabel V.4 terlihat data yang menggambarkan adanya TMD

berdasarkan kategori jenis kelamin. TMD juga dibagi dalam 4 taraf kelainan, yaitu

tidak ada TMD, TMD ringan, TMD sedang, dan TMD berat. Pada sampel laki-laki

terdapat 3 orang (6%) yang tidak mengalami TMD, 4 orang (8%) mengalami TMD

ringan, 7 orang (14%) mengalami TMD sedang , serta 7 orang (14%) mengalami

TMD berat. Dilihat dari sampel perempuan terdapat 1 orang (2%) yang tidak

mengalami TMD, 11 orang (22%) mengalami TMD ringan, 12 orang (24%)

mengalami TMD sedang, serta 5 orang (10%) mengalami TMD berat.

BAB VI

Page 46: Skripsi Lengkap

46

PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian ini, banyak hal yang dapat memicu terjadinya kelainan

pada TMJ seperti usia, adanya gangguan fisiologis, gangguan psikologis, tekanan

fungsional, serta lingkungan yang kurang mendukung.

Responden dari hasil pengambilan data dalam penelitian ini sebanyak 50

orang, dan diperoleh data bahwa prevalensi jenis kelamin perempuan lebih banyak

dari pada laki-laki. Yaitu pada perempuan sebanyak 29 orang (58%) dan laki-laki

sebanyak 21 orang (42%).

Hal tersebut terjadi dikarenakan umumnya perempuan lebih rentan terhadap

penurunan kondisi fisik. Seperti yang kita ketahui, disaat menjelang senja merupakan

ancaman yang serius bagi para lansia khususnya perempuan dalam bidang

seksualitas. Menopause atau terhentinya haid, bagi banyak perempuan dapat

menimbulkan gejala-gejala kejiwaan tertentu, didahului oleh prasangka yang salah

tentang seksualitasnya, hingga mereka depresi.6 Dari kebanyakan kasus yang terjadi,

pada akhirnya mereka di tempatkan di panti werdha hal ini disebabkan para anggota

keluarga seperti anak, cucu, dan saudara tidak mampu lagi untuk merawat dan

memelihara dengan penuh kesabaran.1

Penggolongan sampel dalam penelitian ini, menurut interval umur 60-70

tahun sebanyak 21 orang (42%), umur 71-80 tahun sebanyak 19 orang (38%), umur

81-90 tahun sebanyak 9 orang (18%), dan umur 90-100 tahun sebanyak 1 orang (2%).

44

Page 47: Skripsi Lengkap

47

Dilihat dari hasil diatas, bahwa sampel yang terbanyak adalah pada umur 60-

70 tahun dan sampel yang terkecil pada umur 91-100 tahun. Hakikatnya, setelah

manusia memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi fisik yang

bersifat patologis berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit makin

keriput, gigi makin rontok, tulang makin rapuh, dsb. Secara umum kondisi fisik

seseorang yang sudah memasuki masa lansia mengalami penurunan secara berlipat

ganda. Hal ini dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik

maupun sosial.1 Secara tidak langsung peluang harapan hidup akan menjadi semakin

menurun. Faktor-faktor penyebab diatas membuat peneliti cenderung mengalami

kesulitan untuk melakukan pendekatan serta berinteraksi dengan baik.

Hasil penelitian mengenai TMD yang terdapat pada lansia dengan

penggolongan jenis kelamin, diperoleh hasil sebanyak 3 orang (6%) pada responden

laki-laki dan 4 orang (8%) pada perempuan yang tidak mengalami TMD. 4 orang

(8%) pada laki-laki dan 11 orang (22%) pada perempuan yang mengalami kelainan

ringan. 7 orang (14%) pada laki-laki dan 12 orang (22%) pada perempuan yang

mengalami kelainan sedang, dan sebanyak 7 orang (14%) pada laki-laki, dan 5 orang

(10%) pada perempuan yang mengalami TMD berat.

Responden perempuan lebih banyak yang mengalami TMD, seperti yang telah

dijelaskan diatas bahwa perempuan lebih rentan terhadap penurunan kondisi fisik

diawali dengan adanya perubahan hormon yang terjadi pada perempuan dan pada

akhirnya mengalami menopause yang selanjutnya akan berdampak pada keadaan

Page 48: Skripsi Lengkap

48

psikologis. Akan tetapi, dari hasil diatas juga terlihat bahwa responden laki-laki lebih

banyak mengalami TMD yang berat. Seperti pada penjelasan sebelumnya, salah satu

faktor yang dapat memicu terjadinya kelainan adalah adanya gangguan psikologis.

Berdasarkan hal tesebut kasus yang terjadi pada laki-laki diawali pada perubahan

ketika memasuki masa pensiun. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para

lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya

sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan

penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.6

Hasil penelitian kelainan TMD berdasarkan penggolongan umur, diperoleh

hasil yang tidak mengalami TMD terdapat pada interval umur 60-70 tahun,

sedangkan yang mengalami kelainan ringan yang terbanyak juga terdapat pada

interval umur 60-70 tahun. Kelainan sedang yang terbanyak pada umur 71-80 tahun,

dan kelaian berat yang terbanyak juga pada interval umur 71-80 tahun. Hal ini sesuai

dengan jumlah responden yang ada pada penelitian ini, yaitu responden terbanyak

pada interval umur 60-70 tahun, dan 71-80 tahun. Peneliti banyak mengambil sampel

dengan interval umur demikian dikarenakan sampel dalam hal ini para lansia masih

dapat berkomunikasi dengan baik, serta menunjukkan sikap yang kooperatif untuk

mengikuti penelitian ini. Namun demikian, kelompok umur 91 – 100 tahun memiliki

prevalensi TMD yang paling berat, dilihat dari banyak sampel yang terdapat pada

kelompok umur tersebut keseluruhannya menempati tingkat TMD berat.

Page 49: Skripsi Lengkap

49

Proses menua, terjadi kemunduran banyak fungsi tubuh. Salah satu di

antaranya adalah fungsi TMJ untuk mengunyah, sehingga akan mengakibatkan

berkurangnya asupan makanan sebagai sumber gizi. Sehingga pemberian nutrisi yang

baik dan cukup sangat diperlukan lansia. Hal tersebut juga dilakukan dengan

pertimbangan bahwa lansia memerlukan nutrisi yang adekuat untuk mendukung dan

mempertahankan kesehatan.2,3

Individu Lansia umumnya akan mengalami pengurangan jumlah gigi.

Degenerasi sendi TMJ berhubungan dengan hilangnya gigi.2 Perubahan pada gigi

geligi pada proses penuaan berkaitan dengan proses fisiologis normal, dan proses

patologis akibat tekanan fungsional dan lingkungan.11

Page 50: Skripsi Lengkap

50

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Simpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan :

1. Prevalensi TMD yang cukup besar terjadi pada lansia, dimana kelompok umur

91-100 tahun memiliki prevalensi kelainan TMD yang paling berat sebesar

2%, sedangkan kelompok umur 60-70 tahun memiliki prevalensi kelainan

TMD yang paling ringan sebesar 18%.

2. Prevalensi TMD pada lansia menunjukkan bahwa jenis kelamin perempuan

lebih banyak yang mengalami TMD sebesar 58% dibanding jenis kelamin

laki-laki sebesar 42%.

7.2. Saran

1. Para lansia selayaknya diberi perhatian, diberi waktu dan lebih dimengerti,

sehingga mereka tidak merasa terbebani oleh lingkungan yang dapat

berdampak negatif pada faktor psikologisnya.

2. Seorang lansia harus mampu mengatur cara hidupnya dengan baik, misalnya

makan, tidur, istirahat dan bekerja secara seimbang.

3. Perawatan TMD dapat mencapai keberhasilan bila faktor-faktor penyebabnya

dapat dikenali dan dikendalikan, dan untuk itulah seorang dokter gigi harus

melakukan anamnesa yang seksama untuk mencari penyebab utama terjadinya

TMD, sebelum melakukan perawatan.

48

Page 51: Skripsi Lengkap

51

DAFTAR PUSTAKA

1. Kuntjoro ZS. Masalah Kesehatan Jiwa Lansia. [Internet]. Available from: URL: http://www.e-psikologi.com/epsi/lanjutusia_detail.asp?id=182. Accesed October 28, 2009

2. Jubhari EH. Proses Menua Sendi Temporomandibula pada Pemakai Gigitiruan Lengkap. Cermin Dunia Kedokteran. No. 137. 2002. Hal: 142,143,144. Available from: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/15_ProsesMenuaSendiTemporomandibula.pdf/15_ProsesMenuaSendiTemporomandibula.html Accesed October 28, 2009

3. Akhmadi. Permasalahan Lanjut Usia. [Internet]. Available from: URL: http://www.rajawana.com/artikel/kesehatan/326-permasalahan-lanjut-usia-lansia.html Accesed October 28, 2009

4. Spackman SS, Janet GB. Periodontal Treatment for Older Adults, in Carranza’s Clinical Periodontology. 10th ed. St.louis: WB Saunders Company; 2006. p.93

5. Parjiyono Y. 2,7 Juta Lansia Rawan Bermasalah Sosial. [Internet]. Available from: URL: http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=228285 Accesed October 28, 2009

6. Achir YA. Memahami Makna Lansia. [Internet]. Available from: URL: http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/03_MemahamiMaknaUsiaLanjut.pdf/03_MemahamiMaknaUsiaLanjut.html. Accesed October 28, 2009

7. Yenni. Depresi Lansia, Ayo Kita Atasi. [Internet]. Available from: URL: http://www.tanyadokteranda.com/artikel/umum/2008/06/depresi-lansia-ayo-kita-atasi. Accesed October 28, 2009

8. Perubahan Fisiologis Pada Lansia. [Internet]. Available from: URL: http://www.smallcrab.com/lanjut-usia/470-perubahan-fisiologis-pada-usia-lanjut-. Accesed October 28, 2009

9. Lumbantobing. Neurogeriatri. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2001. Hal : 1,135-138

10. Moore MC. Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi II. Alih bahasa: Oswari LD. Jakarta: Hipokrates;1997. Hal : 76-84

Page 52: Skripsi Lengkap

52

11. Oral Manifestation of Geriatric Dental Patient. [Internet]. Available from: URL: http://yukiicettea.blogspot.com/2009/08/oral-manifestation-of-geriatric-dental.html Accesed November 11, 2009

12. Damayanti S. Respon Jaringan Terhadap Gigitiruan Lengkap Pada Pasien Lansia. Universitas Padjadjaran [serial online] 2009. [Internet]. Available from: URL: http://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:RSIpZ4S6asJ:pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/11/respon_jaringan_terhadap_gigi_tiruan_lengkap.pdfAccesed October 19, 2009

13. Kelainan Sendi TMJ. [Internet]. Available from: URL: http://medicastore.com/penyakit/123/Kelainan_Sendi_Temporomandibuler.html Accesed November 11, 2009

14. Bajpai. Osteologi Tubuh Manusia. Alih bahasa: Harrianto R. Jakarta: Binarupa Aksara; 1991. Hal: 142

15. Kesehatan Tim. Gangguan Sendi Rahang (TMJ). [Internet]. Available from: URL: http://assep.wordpress.com/2008/07/05/gangguan-sendi-rahang-tmj/Accesed November 11, 2009

16. TMJ Disorders Prevention and Treatment. Available from: http://www.wellness.com/reference/conditions/TMJ-joint-tmj-disorders/prevention-and-treatment accesed November 11, 2009

17. Nomura K, Vitti M, Hallak JEC. Use of Fonseca’s Questionnaire to Assess the Prevalence and Severity of TMJ Disorders in Brazilian Dental Undergraduates. Brazil Dental Journal. Vol.18/No.2/2007.p.163-167

Page 53: Skripsi Lengkap

53

Lampiran 1.

Lembar Kuesioner (Fonseca’s Questionnaire)

Name :

Age :

Address :

Sex : ♀ / ♂

No Questions No Sometimes Yes1 Apakah sulit bagi anda untuk membuka mulut ?2 Apakah sulit bagi anda untuk menggerakkan

mandibula anda ke dari satu sisi ke sisi yang lain3 Apakah terasa lelah jika anda sedang mengunyah ?4 Apakah anda sering sakit kepala ?5 Apakah anda memiliki rasa sakit atau nyeri pada

leher ?6 Apakah ada rasa nyeri yang anda rasakan dari sendi

craniomandibular ?7 Apakah anda merasakan bunyi pada saat membuka

mulut pada sendir temporomandibular ?8 Apakah anda sering menggerutu ?9 Apakah anda merasa tidak memiliki aktikulasi yang

baik ?10 Apakah anda sering gugup/tegang ?

Page 54: Skripsi Lengkap

54

Lampiran 2

Identitas responden pada penelitian “Prevalensi Kelainan Sendi Temporomandibular

Pada Lanjut Usia Di Panti Jompo Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa.”

Sampel : Penghuni Panti Tresna Werdha, Kabupaten Gowa Sulsel

No Nama Jenis Kelamin Umur (Tahun)12345678910111213141516171819202122232425262728293031323334

Maipa AwingBasoBakriHayongWarabang Abdul Hamid LukmanDg. BundaAtengDekaAbdul MajidMinggus ManuhutuMaludinIsmailAzisSutejoBacco Dg. SarroNassaWilliamAbdul RasyidAniMunaDg. BalloTakuKhadijahQamariaBaisahSiti AmaliahCoraPajaMariamaCiciLasmini

♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♂♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀

65806498776273728480796062716468797568628968707685708082688081656860

Page 55: Skripsi Lengkap

55

35363738394041424344454647484950

JidoLintangDg. BolongMate SalifahWenangSannangSabariaCara’PujiatiMeldaRiaBarcelina BambaSatturang Dg. PajangMuadjiBerlian

♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀♀

80657678838265808669767075827074