skripsi pengukuran kinerja sektor publik dengan
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN
MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD PADA
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
ASET DAERAH DI KOTA MAKASSAR
WAHID NASRULLAH NASRUN
105730445113
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2017
i
SKRIPSI
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN
MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD PADA
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
ASET DAERAH DI KOTA MAKASSAR
WAHID NASRULLAH NASRUN
105730445113
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2017
ii
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah
SWT karena limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul
“Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan Balance
Scorecard Pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Di Kota
Makassar” dapat diselesaikan. Pelaksanaan penelitian skripsi ini sedikit
mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat kerja keras penulis dan adanya
bimbingan dan bantuan dari beberapa pihak akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis sadar bahwa skripsi ini dapat terselesaikan seperti sekarang ini
karena berkat bantuan dari orang-orang yang selama ini telah membantu,
mendukung dan membimbing penulis. Untuk itu penulis tak lupa menyampaikan
banyak terimah kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Abd Rahman Rahim, SE.,MM selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
beserta seluruh Staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
3. Bapak Ismail Badollahi, SE.,M.Si,Ak.CA selaku Ketua Prodi Akuntansi
beserta seluruh Dosen Akuntansi Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Bapak dan Ibu Dosen jurusan akuntansi yang telah membimbing dalam
kelancaran kegiatan perkuliahan sampai akhir penyelesaian studi.
iv
5. Bapak Dr. Abdul Rahman Rahim., MM dan Bapak Ismail Badollahi SE.
M.Si.,Ak., CA selaku Dosen Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah
banyak membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi
kesempurnaan skripsi ini.
6. Seluruh pegawai Kantor Walikota Makassar khususnya seluruh staff
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar yang telah
memberi izin meneliti sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitiannya.
7. Ibu Imtihana Rusli, SKM dan Bapak Drs. Muh Nasrun, M.Si., kedua orang
tua penulis atas segala kasih sayang, bimbingan, nasehat, doa yang tak
putus-putusnya, dan menjadi motivator utama dalam menyelesaikan
skripsi ini.
8. Adikku Azzahra Nasriana dan Lilis Karlina, serta seluruh keluarga dan
kerabat dekat yang juga tak henti-hentinya memberikan doa dan semangat
kepada penulis.
9. Sahabat-sahabatku Nabila, Sidar, Lisa, Azizah, Nana, Ardi, Samsun,
Asrullah, Latif, dan seluruh teman-teman kelas akuntansi 9 angkatan 2013
terima kasih atas dukungan dan obrolan konyolnya yang selalu menghibur
penulis selama kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
10. Para senior, junior, dan saudara seperjuangan di Himpunan Mahasiswa
Jurusan Akuntansi FEBIS UNISMUH MAKASSAR terima kasih atas
dukungan dan semangatnya kepada penulis.
v
11. Serta seluruh pihak-pihak tanpa terkecuali yang telah terlibat dalam
penyusunan skripsi ini, terima kasih atas bantuan dan dukungannya kepada
penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih
jauh dari unsur kesempurnaan, masih banyak terdapat kekeliruan dan
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan ilmu maupun minimnya
pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan
hati penulis mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan tugas akhir ini.
Semoga segala bentuk bantuan yang penulis terima dari berbagai
pihak dibalas oleh Allah SWT dan semoga tugas akhir ini dinilai ibadah di sisi-
Nya dan bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkannya, khususnya pada
lingkungan Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Akhir kata, semoga segenap aktivitas yang kita
lakukan mendapat bimbingan dan Ridho dari-Nya. Amin.
Makassar, Oktober 2017
Penulis
vi
ABSTRAK
Wahid Nasrullah Nasrun, 2017. Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Dengan Menggunakan Balance Scorecard Pada Badan Pengelolaan Keuangan
Dan Aset Daerah Di Kota Makassar, Dibimbing oleh Bapak Abdul Rahman
Rahim, dan Bapak Ismail Badollahi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Balanced Scorecard
dalam meningkatkan kinerja sektor publik pada Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Daerah di Kota Makassar. Metode analisis yang digunakan yaitu metode
statistik kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif dengan menggunakan data
wawancara dan observasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan balance scorecard dalam
mengukur kinerja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota
Makassar yang diterapkan oleh Pemerintahan Kota Makassar yang ditinjau dari
empat perspektif balance scorecard pada tahun 2016 lebih baik daripada tahun
2015.
Kata Kunci : Pengukuran Kinerja, Balance Scorecard, Perspektif Keuangan,
Perspektif Sektor Publik, Perspektif Proses Internal, Perspektif
Pertumbuhan dan Pembelajaran.
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 8
A. Definisi Kinerja ...................................................................................... 8
B. Pengukuran Kinerja ................................................................................ 9
C. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja ......................................... 10
D. Pengukuran Kinerja Sektor Publik .......................................................... 11
E. Permasalahan Pengukuran Kinerja Sektor Publik .................................... 13
F. Definisi Sektor Publik ............................................................................ 15
G. Perkembangan Balance Scorecard .......................................................... 18
H. Keuntungan Penggunaan Balance Scorecard .......................................... 20
viii
I. Balance Scorecard Pada Instansi Pemerintah ..........................................20
J. Penelitian Terdahulu ...............................................................................23
K. Kerangka Pikir .......................................................................................31
L. Hipotesis ................................................................................................31
III.METODE PENELITIAN ...........................................................................33
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................................33
B. Populasi dan Sampel ..............................................................................33
C. Jenis dan Sumber Data ...........................................................................34
D. Teknik Pengumpulan Data .....................................................................35
E. Metode Analisis Data .............................................................................36
BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................38
A. Nama dan Sejarah Singkat Tempat Penelitian .........................................38
B. Visi , Misi dan Tujuan ............................................................................39
C. Struktur Organisasi .................................................................................42
D. Job Description ......................................................................................43
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................49
A. Deskriptif Hasil Analisis Data ................................................................49
B. Pembahasan ...........................................................................................59
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ...............................................................62
A. Simpulan ................................................................................................62
B. Saran ......................................................................................................62
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................64
LAMPIRAN .....................................................................................................66
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................27
Tabel 5.1 Data Kinerja Perspektif Keuangan ......................................................52
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pikir ................................................................................ 31
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ........................................................................ 42
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Manuskrip Wawancara
Lampiran 2 Laporan Keuangan Pemerintah Kota Makassar
Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Alamat : Jalan Sultan Alauddin No. 259 Makassar, Telp : (0411) 866 972 Makassar
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Nama : Wahid Nasrullah Nasrun
Stambuk ` : 105730445113
Program Studi : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi Dan Bisnis
Dengan Judul : Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan
Balance Scorecard Pada Badan Pengelolaan Keuangan
Dan Aset Daerah Di Kota Makassar
Telah di Seminar Hasilkan Pada Hari Minggu Tanggal 8 Oktober 2017 di
Ruangan 7.1.
Disetujui Oleh :
Pembimbing I
Dr. Abdul Rahman Rahim, MM
NIDN : 09 2508 6302
Pembimbing II
Ismail Badollahi, SE.,M.Si. Ak. CA
NBM : 107 3428
Diketahui :
Dekan Fakultas Ekonomi
Ismail Rasulong, SE., MM
NBM : 903 078
Ketua Prodi Akuntansi
Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA
NBM : 107 3428
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada organisasi sektor publik Balanced Scorecard dapat digunakan untuk
memonitor dan mengevaluasi kinerja organisasi pada perspektif proses internal
(misalnya jumlah sampah yang diangkut), kepuasan pelanggan (publik dan
pemimpin politik sebagai pelanggan), keuangan (misalnya tingkat kredit, saldo
dana), dan pada perspektif lainnya. Secara umum terdapat perbedaan-perbedaan
perspektif Balanced Scorecard yang diterapkan pada organisasi bisnis yang
berorientasi laba dan pada organisasi sektor publik yang berorientasi pelayanan
pada publik (Blocher dkk., 2005:50). Meskipun organisasi publik tidakbertujuan
untuk mencari profit, organisasi ini terdiri atas unit-unit yang saling terkait yang
mempunyai misi yang sama, yaitu melayani masyarakat. Untuk itu, organisasi
publik harus dapat menerjemahkan visinya ke dalam strategi, tujuan, ukuran,
serta target yang ingin dicapai. Selanjutnya dikomunikasikan kepada unit-unit
yang ada untuk dapat dilaksanakan sehingga semua unit mempunyai tujuan yang
sama, yaitu pencapaian misi organisasi.
Pada dasarnya Balanced Scorecard merupakan sistem pengukuran
kinerja yang mencoba mengubah misi dan strategi organisasi menjadi tujuan dan
ukuran-ukuran yang lebih berwujud. Ukuran finansial dan nonfinansial yang
dirumuskan dalam perspektif Balanced Scorecard sebenarnya adalah derivasi
(penurunan) dari visi dan strategi organisasi. Dengan demikian, hasil pengukuran
dengan Balanced Scorecard ini mampu menjawab pertanyaan tentang seberapa
2
besar tingkat pencapaian organisasi atas visi dan strategi yang telah
ditetapkan. Balanced Scorecard sebagai alat akuntansi manajemen telah
berkembang dari suatu sistem pengukuran kinerja menjadi suatu sistem
manajemen strategi. Hal ini berarti organisasi swasta maupun organisasi
pemerintah yang inovatif dapat menggunakan Balanced Scorecard tidak
hanya untuk menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi, melainkan juga
untuk mengelola strateginya dalam jangka panjang. Sistem manajemen
strategis adalah proses merumuskan dan mengimplementasikan strategi untuk
mewujudkan visi secara terus menerus secara terstruktur. Strategi adalah pola
tindakan terpilih untuk mencapai tujuan tertentu. Pada mulanya, system
manajemen strategis bercirikan: mengandalkan anggaran tahunan, berjangka
panjang dan berfokus pada kinerja keuangan. Penerapan sistem manajemen
strategis yang demikian di banyak perusahaan swasta mengalami kegagalan.
Namun sistem manajemen strategis tetap diperlukan karena
perusahaan dituntut untuk berkembang secara terencana dan terukur,sehingga
memerlukan peta perjalanan menghadap imasa depan yang tidak pasti,
memerlukan langkah-langkah strategis, dan perlu mengarahkan kemampuan
dan komitmen SDM untuk mewujudkan tujuan perusahaan. Peran Balanced
Scorecard dalam sistem manajemen strategis adalah: memperluas perspektif
dalam setiap tahap sistem manajemen strategis, membuat fokus manajemen
menjadi seimbang, mengaitkan berbagai sasaran secara koheren, dan
mengukur kinerja secara kuantitatif.
3
Penilaian atau pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang
penting dalam perusahaan.Selain digunakan untuk menilai keberhasilan
perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai dasar untuk
mengevaluasi hasil kerja dari periode yang lalu. Sehubungan dengan hal itu,
pengukuran kinerja sebaiknya dilakukan secara komprehensif, sehingga
pengambilan keputusan berkaitan dengan strategi dapat dilakukan secara
menyeluruh. Dengan demikian strategi tersebut akan dapat mengakomodasi
setiap perspektif yang terlibat dalam menentukan keberhasilan perusahaan.
Balanced Scorecard merupakan hasil eksperimen yang dilakukan oleh
divisi riset kantor akuntan publik KPMG di U.S.A menjadi sangat pesat dan
luass. Penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Norton dengan judul “The
Strategy Focused Organizatin: How Balanced Scorecard Companies Thrve in
The New Business Environment” membahas bagaimana Balanced Scorecard
berhasil diterapkan di berbagai perusahaan dan organisasi (contoh organisasi
City of Charlotte) di U.S.A. Penelitian mereka berkembang dengan mengajak
beberapa partisipan penelitian dengan menerapkan Balanced Scorecard di
fasilitas percobaan di perusahaan masing-masing.
Dalam laporan yang dirangkum dalam 3 (tiga) tahapan masing-masing
dalam artikel “The Balanced Scorecard Measures That Drive Performance”
Harvard Business Review (Januari – Februari 1992), dalam artikel kedua HBR
“Putting The Balanced Scorecard to Work” yang diterbitkan dalam bulan
September – Oktober 1993, serta dalam artikel “Using the Balanced
Scorecard as a Strategic Management System” Harvard Business Review
4
(Januari – Februari 1996) menyimpulkan bahwa pentingnya menyelaraskan
berbagai tolak ukur kinerja perusahaan dengan Balanced Scorecard ke dalam
sasaran-sasaran strategis yang komprehensif, koheren, seimbang dan terukur
untuk menghasilkan outstanding financial return dalam jangka panjang.
Balanced Scorecard adalah alat bantu dalam melakukan penilaian
kinerja yang konsepnya berupa keseimbangan antara perspektif keuangan dan
perspektif non-keuangan, sebagai bagian dari strategi organisasi di masa yang
akan datang. Penerapan Balanced Scorecard membantu para manajer untuk
menilai kesuksesan unit bisnis mereka dalam melakukan aktivitas penciptaan
value pada masa kini dengan selalu memperhatikan kepentingan di periode
selanjutnya. (Budiarti, 2009: Wistawan, 2012).
Penilaian kinerja pada perusahaan sangat diperlukan jika perusahaan
ingin tetap bertahan dalam persaingan bisnis yang semakin kompetitif. Namun
saat ini penilaian kinerja perusahaan masih didominasi oleh metode-metode
konvensional atau tradisional. Pendekatan ini hanya berfokus pada perspektif
keuangan semata tanpa memperhitungkan perspektif-perspektif non-keuangan
lainnya di dalam perusahaan seperti kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan
dan inovasi (Subagyo, 2010). Penilaian kinerja yang hanya memfokuskan
pada sektor finansial juga kurang mampu membawa perusahaan kearah
perubahan demi masa depan perusahaan yang lebih baik (Kaplan dan Norton,
1992:72).
Entitas bisnis dewasa ini memerlukan sebuah pengukuran kinerja yang
multi-perspektif atau pengukuran komprehensif yang dapat merefleksikan
5
kebutuhan masing-masing pemangku kepentingan (Beard, 2009). Jika
perusahaan menerapkan pengukuran kinerja komprehensif, hal ini diharapkan
mampu membantu manajemen dalam mengukur sejauh mana tercapainya
strategi yang telah ditetapkan perusahaan. Penilaian kinerja yang
komprehensif juga sangat diperlukan dengan tujuan untuk melakukan
pengelolaan kinerja sehingga membantu mengintegrasikan tujuan perusahaan,
individu maupun kelompok kerja.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan mengambil judul “Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Dengan Menggunakan Balance Scorecard Pada Badan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Daerah Di Kota Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka penulis
mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
“bagaimana penerapan balance scorecard dalam mengukur kinerja pegawai
pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan
penelitian yang ingin dicapai yakni, untuk mengetahui penerapan Balanced
Scorecard dalam mengukur kinerja pegawai pada Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah di Kota Makassar.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a) Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai pembuktian
keefektivan penerapan Balanced Scorecard sebagai metode pengukuran
kinerja yang komprehensif, koheren dan terukur pada suatu perusahaan.
b) Memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang akuntansi sektor publik yang berkaitan dengan
pengukuran kinerja dengan analisis Balanced Scorecard.
c) Sebagai sumber referensi bagi peneliti lain yang berkeinginan
melakukan penelitian sejenis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pihak-
pihak yang membutuhkan, yaitu sebagai berikut :
a) Bagi Penulis
Penulis dapat memperoleh gambaran untuk dapat memahami lebih
lanjut mengenai penerapan Balanced Scorecard sebagai suatu
pengukuran kinerja perusahaan.
b) Bagi Instansi Pemerintahan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan
yang berguna sebagai bahan pertimbangan di masa yang akan datang
mengenai pengukuran kinerja sektor publik menggunakan Balanced
Scorecard.
7
c) Bagi Pembaca
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumber referensi
maupun tambahan informasi dalam perkembangan ilmu akuntansi
khususnya yang berkaitan dengan pengukuran kinerja sektor publik
menggunakan Balanced Scorecard.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Kinerja
Menurut Mahmudi (2010) kinerja diartikan sebagai suatu konstruksi
yang bersifat multidimensional dan pengukurannya sangat bergantung pada
kompleksitas, faktor-faktor yang membentuk dan mempengaruhinya antara
lain:
a. Faktor personal/individu, meliputi: pengetahuan, skill, kepercayaan diri,
motivasi dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu.
b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan,
semangat, arahan dan dukungan yang diberikan oleh manager atau team
leader.
c. Faktor tim, meliputi: kualitas dan semangat yang diberikan oleh rekan
dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakkan
dan keeratan anggota tim.
d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang
diberikan oleh organisasi, proses organisasi dan kultur kinerja organisasi.
e. Faktor kontekstual/situasional, meliputi: tekanan dan perubahan
lingkungan eksternal dan internal organisasi.
Menurut Moeheriono (2014:95), kinerja merupakan gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau
kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang
dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat
9
diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah
mempunyai kriteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh
organisasi.Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam
pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak
mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya.
Sedangkan menurut Wiratna Sujarweni (2015:107), kinerja
merupakan hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan
dengan tujuan untuk mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi.
B. Pengukuran Kinerja
Menurut Mardiasmo (2009:122), tujuan dilakukan sistem pengukuran
kinerja adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik.
b. Untuk mengukur kinerja financial dan non financial secara berimbang
sehingga dapat di telusuri perkembangan pencapaian strategi.
c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah
dan bawah serta memotivasi untuk mencapai good congruence.
d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual
dan kemampuan kolektif yang rasional.
Menurut Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus Andre
Purwanugraha (2015:141) pengukuran kinerja adalah suatu proses penilaian
kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan sumber daya
10
dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik
barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh
pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang
diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan. Pengukuran
kinerja adalah suatu metode atau alat yang digunakan untuk mencatat dan
menilai pencapaian pelaksanaan kegiatan berdasarkan tujuan, sasaran, dan
strategi sehingga dapat diketahui kemajuan organisasi serta meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Berdasarkan berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan elemen pokok
suatu pengukuran kinerja antara lain :
a. Menetapkan tujuan, sasaran, dan strategi organisasi
b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja
c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi
d. Evaluasi kinerja (feedback, penilaian kemajuan organisasi, meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas).
C. Pengukuran Kinerja dan Peningkatan Kinerja
Pengukuran kinerja bukanlah tujuan akhir melainkan merupakan alat
agar dihasilkan manajemen yang lebih efisien dan terjadi peningkatan
kinerja.Hasil dari pengukuran kinerja akan memberitahu kita apa yang telah
terjadi, bukan mengapa hal itu terjadi atau apa yang harus dilakukan. Suatu
organisasi harus menggunakan pengukuran kinerja secara efektif agar dapat
mengidentifikasi strategi dan perubahan operasional apa yang dibutuhkan
11
serta proses yang diperlukan dalam perubahan tersebut. Pengukuran kinerja
menyediakan dasar bagi organisasi untuk menilai :
a. Bagaimana kemajuan atas sasaran yang telah ditetapkan.
b. Membantu dalam mengenali area-area kekuatan dan kelemahan
c. Menentukan tindakan yang tepat untuk meningkatkan kinerja
d. Menunjukkan bagaimana kegiatan mendukung tujuan organisasi
e. Membantu dalam membuat keputusan-keputusan dengan langkah inisiatif.
f. Mengutamakan alokasi sumber daya
g. Meningkatkan produk-produk dan jasa-jasa kepada pelanggan.
D. Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Menurut Mardiasmo (2009:121), pengukuran kinerja sektor publik
dilakukan untuk memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja sektor
publik dimaksudkan untuk membantu memperbaiki kinerja pemerintah.
Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat membantu pemerintah berfokus
pada tujuan dan sasaran program unit kerja. Hal ini pada akhirnya akan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik dalam
pemberian pelayanan publik. Kedua, ukuran kinerja sektor publik digunakan
untuk pengalokasian sumber daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran
kinerja sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan pertanggungjawaban
publik dan memperbaiki komunikasi kelembagaan.
12
Menurut Mahsun, Firma Sulistyowati dan Heribertus Andre
Purwanugraha (2015:148), pengukuran kinerja sektor publik meliputi aspek-
aspek antara lain :
a. Kelompok masukan (input)adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran.
b. Kelompok proses (process) adalah ukuran kegiatan, baik dari segi
kecepatan, ketepatan maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan
tersebut.
c. Kelompok keluaran (output) adalah sesuatu yang diharapkan langsung
dapat dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berwujud maupun tidak
berwujud.
d. Kelompok hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah yang mempunyai
efek langsung.
e. Kelompok manfaat (benefit) adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan
akhir dari pelaksanaan kegiatan.
f. Kelompok dampak (impact) adalah pengaruh yang ditimbulkan baik
positif maupun negatif.
Manfaat pengukuran kinerja baik untuk internal maupun eksternal
organisasi sektor publik yaitu :
a. Memastikan pemahaman pada pelaksana akan ukuran yang digunakan
untuk pencapaian kinerja
b. Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
13
c. Memantau dan mengevaluasi pelakasanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kinerja.
d. Memberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atas prestasi
pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang
telah disepakati.
e. Menjadi alat komunikasi antar bawahan dan pimpinan dalam upaya
memperbaiki kinerja organisasi.
f. Mengidentifikasikan apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi.
g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.
i. Menunjukkan peningkatan yang perlu dilakukan
j. Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
E. Permasalahan Pengukuran Kinerja Sektor Publik
Menurut Moeheriono (2014:119) salah satu hal yang penting yang
perlu dikembangkan lebih lanjut dalam upaya peningkatan kinerja dan
akuntabilitas sektor publik adalah meningkatkan kemampuan setiap instansi
pemerintah dalam melaksanakan fungsi-fungsi manajemen dalam
penyelenggaraan negara dan pembangunan bangsa. Masyarakat telah lama
mengecap stereotip pada organisasi sektor publik (pemerintah), mereka hanya
menganggap sebagai sarana pemborosan keuangan saja. Akhirnya, hal itu
mendoromg parlemen dan masyarakat menuntut sektor publik selalu
14
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya dalam pengelolaan sumber daya.
Untuk itu, perlu diciptakan mandat agar sektor publik dapat melakukan
pengukuran kinerja sesuai dengan penetapan arah tujuan dan sasaran
pemerintah. Pelaksanaan suatu sistem pengukuran kinerja di instansi
pemerintah akan menciptakan perubahan dalam sumber daya manusia,
struktur organisasi, kultur organisasi, sistem infrmasi, kapabilitas organisasi
dan kapabilitas teknologi, komunikasi dan juga desain pekerjaan.
Organisasi sektor publik merupakan organisasi yang dibentuk untuk
memberikan pelayanan kepada publik dan mencari sumber pembiayaan untuk
negara. Organisasi sektor publik ini terdiri dari individu yang memiliki
perbedaan latar belakang, persepsi, atribusi, sikap dan kepribadian masing-
masing. Perbedaan-perbedaan individual tersebut juga dapat menentukan
kapasitas pembelajaran masing-masing dari individu, yang akhirnya dapat
mempengaruhi dalam kualitas pelayanan publik. Perbedaan mendasar pada
individual merupakan salah satu hambatan penghalang dalam pelaksanaan
sistem pengukuran kinerja. Misalnya, sikap tidak mau berubah dari karyawan
atau oleh persepsi individu terhadap organisasi dalam memandang sistem
pengukuran kinerja. Sikap tidak mau berubah dari individu dalam organisasi,
penyebabnya adalah bersumber dari empat hal, yaitu : (1) bias kognitif, (2)
ketidakpastian dan kegelisahan, (3) persepsi selektif dan (4) retensi atau
kebiasaan.
Pengukuran atau evaluasi kinerja dapat dipaksakan untuk diterapkan
di sektor publik melalui peraturan atau undang-undang. Praktik ini kadang-
15
kadang akan menghasilkan indikator kinerja dan informasi kinerja yang tidak
dapat digunakan untuk peningkatan atau perbaikan perencanaan tujuan dan
strategi organisasi. Hambatan-hambatan dalam penggunaan informasi kinerja
selain seperti disebutkan diatas, juga dapat disebabkan oleh beberapa hal
yaitu :
a. Kepraktisan, kinerja bukan dihasilkan dari sekumpulan ide yang koheren
dan nilai-nilai yang dihasilkan tidak sepadan dengan biaya yang sudah
dikeluarkan.
b. Politik informasi, manajemen kinerja tidak berguna secara politik karena
tidak bisa digunakan sebagai alat politik. Akibatnya pejabat yang dipilih
(misalnya Walikota, Gubernur, Anggota Parlemen dan Presiden) tidak
akan pernah peduli dengan informasi dan manajemen kinerja. Akibatnya
manajer karier atau politis juga akan tidak pernah peduli.
c. Manajerial, pemimpin organisasi pemerintahan menghadapi berbagai
tantangan dan pembatasan dalam menggunakan informasi kinerja untuk
memaksimalkan nilai atau hasil organisasi publik. Mereka harus dapat
mengatasi berbagai macam pengaruh dari regulator dan stakeholder
lainnya.
F. Definisi Balanced Scorecard
Menurut Wahyudin (2015), Balanced Scorecard merupakan sebuah
sitem manajemen (bukan sistem pengukuran semata) yang memungkinkan
organisasi menggambarkan dengan jelas visi dan strateginya dan
16
mengaplikasikan visi dan strategi tersebut dalam tindakan. Balanced
Scorecard memberikan umpan balik seputar proses bisnis internal dan
Outcome eksternal dalam rangka meningkatkan kinerja dan pencapaian
strategis secara berkelanjutan. Konsep Balanced Scorecard mengukur kinerja
organisasi melalui empat perspektif, yakni perspektif : keuangan, pelanggan,
proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Balanced Scorecard menerjemahkan misi organisasi dan strategi ke
dalam tujuan-tujuan operasional da mengukur kinerja untuk empat perspektif
berbeda (Kaplan dan Norton, 2000), yaitu :
1. Perspektif Keuangan
Tujuan finansial menjadi fokus dan ukuran di semua perspektif
Balanced Scorecard lainnya. Balanced Scorecard harus menjelaskan
strategi perusahaan, dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang,
dan kemudian mengkaitkannya dengan berbagai ukuran tindakan yang
harus diambil berkenaan dengan proses finansial, pelanggan, proses
internal, dan para pekerja serta sistem untuk menghasilkan kinerja
ekonomi jangka panjang yang diinginkan perusahaan (Kaplan dan
Norton, 2000).
2. Perspektif Pelanggan
Segmen pasar merupakan sumber yang akan menjadi komponen
penghasilan tujuan finansial perusahaan. Perspektif pelanggan
memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan
17
penting kepuasan, loyalitas, retensi, akuisisi dan profitabilitas
pelanggan dan segmen pasar sasaran (Kaplan dan Norton, 2000).
3. Perspektif Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, perusahaan melakukan pengukuran terhadap
semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun
karyawan untuk menciptakan suatu produk atau jasa yang dapat
memberikan kepuasan tertentu kepada pelanggan dan juga para
pemegang saham (Kaplan dan Norton, 2000).
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Kaplan dan Norton, mengungkapkan betapa pentingnya suatu
organisasi atau perusahaan bisnis untuk terus memperhatikan para
karyawannya, memantau kesejahteraan karyawan dan meningkatkan
pengetahuan karyawan karena dengan meningkatkan pengetahuan
karyawan akan meningkatkan kemampuan karyawan untuk
berpartisipasi dalam pencapaian hasil ketiga perspektif di atas dengan
tujuan perusahaan.
Pada awalnya Balanced Scorecard hanya digunakan oleh organisasi
bisnis untuk mengukur kinerjanya, saat ini Balanced Scorecard juga
digunakan oleh organisasi publik termasuk Pemerintah Daerah. Organisasi
publik adalah organisasi yang bertujuan menyediakan layanan pada publik,
tanpa mengejar keuntungan. Agar dapat digunakan oleh organisasi publik,
Balanced Scorecard perlu dimodifikasi.
18
G. Perkembangan Balanced Scorecard
Menurut Moeheriono (2014:158), pertama kali Balanced Scorecard
telah diciptakan dan dipopulerkan oleh Robert S. Kaplan, seorang guru besar
(profesor) dari Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor
akuntan publik KPMG (Amerika Serikat). Kedua orang tersebut
berkolaborasi dari seorang dosen perguruan tinggi dan seorang praktisi ilmu
keuangan. Pada tahun 1990-an, Nolan Norton Institute bagian riset kantor
akuntan publik KPMG di USA yang dipimpin oleh David P. Norton telah
mensponsori studi penelitian tentang pengukuran kinerja dalam organisasi
masa depan pada 12 perusahaan terkenal di AS yang menjadi objek
penelitiannya.
Konsep Balanced Scorecard ini terus berkembang sejalan dengan
perkembangan dan pengimplementasian dari konsep tersebut. Balanced
Scorecard telah mengalami beberapa kali evolusi perkembangan atau
perubahan yaitu mempunyai fungsi: (1) sebagai perbaikan atas sistem
pengukuran kinerja para eksekutif, (2) sebagai kerangka perencanaan stratejik
dan (3) sebagai basis sistem terpadu pengelolaan kinerja personel.
Permulaannya Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer
yang didesain untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipat
gandakan kinerja keuangan yang hasilnya sangat luar biasa secara
berkesinambungan, karena perusahaan itu pada dasarnya sebagai institusi
pencipta kekayaan.
19
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata, yaitu: kartu skor (Scorecard)
dan berimbang (Balanced), pada tahap eksperimen pertama kali tersebut,
Balanced Scorecard hanya merupakan kartu skor yang dimanfaatkan untuk
mencatat skor hasil kinerja para eksekutif melalui kartu skor yang hendak
diwujudkan para eksekutif tersebut sangat bermanfaat di masa depan jika
dibandingkan dengan hasil kinerja sesungguhnya.
Pada awal penerapannya, Balanced Scorecard ditujukan hanya untuk
mengatasi problematika dalam sistem manajemen stratejik di tahap
pengimplementasian dan pemantauan perusahaan saja. Dalam tahap
pelaksanaannya, kegiatan rencana tersebut dipantau melalui penggunaan
pendekatan Balanced Scorecard yang dikomunikasikan kepada para eksekutif
dan karyawan untuk memberikan umpan balik (feedback) tentang kinerja
mereka, sehingga mereka nantinya dapat mengambil keputusan atas pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya.
Penggunaan Balanced Scorecard pada awalnya merupakan
eksperimen untuk memperbaiki pengukuran kinerja para eksekutif di
perusahaan bermotif laba (profit). Namun, dalam perkembangan selanjutnya,
Balanced Scorecard dapat diterapkan secara efektif sebagai inti sistem
manajemen stratejik pada semua tipe organisasi apa saja, termasuk organisasi
yang bermotif laba, organisasi sektor publik, maupun organisasi nirlaba/sosial
(tanpa untung).
20
H. Keuntungan Penggunaan Balanced Scorecard
Dalam penggunaan sistem pengukuran kinerja pada model Balanced
Scorecard yang dipakai banyak perusahaan dapat memberikan beberapa
keuntungan, yaitu seperti berikut :
1. Memperjelas dan menerjemahkan visi, strategi organisasi, proses
perancangan manajemen kinerja dengan Balanced Scorecard diawali
dengan penerjemahan strategi organisasi ke dalam sasaran stratejik
organisasi yang lebih operasional dan mudah dipahami.
2. Mengkomunikasikan dan menghubungkan sasaran stratejik dengan
indikator, indikator kinerja dikembangkan untuk mengukur pencapaian
sasaran stratejik organisasi.
3. Merencanakan, menyiapkan target dan menyesuaikan inisiatif stratejik,
tahap awal dari proses manajemen adalah tahapan perencanaan dan
penyiapan target kinerja terhadap setiap inisiatif stratejik.
4. Meningkatkan umpan balik untuk pengambilan keputusan stratejik, sistem
pengukuran kinerja akan lebih bermanfaat apabila dapat dipakai sebagai
umpan balik dan sumber informasi yang berharga guna pengambilan
keputusan stratejik yang lebih baik di masa mendatang.
I. Balanced Scorecard Pada Instansi Pemerintah
Perbedaan penggunaan yang jelas antara Balanced Scorecard pada
perusahaan dan organisasi publik (nonprofit) tergambar pada letak visi dan
misi dalam model tersebut. Sumber visi misi ini mengalir dari perspektif
21
pelanggan atau stakeholder. Perbedaan dalam strategi yang menekankan pada
efektivitas pencapaian hasil untuk memenuhi visi dan misi organisasi,
sementara untuk perusahaan perspektif keuangan merupakan misi yang
diutamakan.
Untuk suksesnya implementasi Balanced Scorecard sebagai sistem
peningkatan kinerja pada instansi pemerintah tergantung pada beberapa faktor
penting, yaitu sebagai berikut :
1. Komitmen Pimpinan, kepemimpinan yang kuat adalah unsur yang
terpenting dalam menciptakan iklim organisasi yang positif bagi upaya
mendorong peningkatan kinerja pegawai.
2. Partisipasi Karyawan, manfaat Balanced Scorecard membentuk
partisipasi dan komunikasi sehubungan dengan visi, misi, dan strategi
organisasi. Oleh karena itu, partisipasi, khususnya oleh pejabat menengah,
diperlukan dalam proses penyusunan ukuran kinerja dan implementasinya
sebagai sebuah sistem peningkatan kinerja.
3. Hambatan Organisasi, untuk mengatasi ketakutan tak berdasar tentang
anggapan buruk dan efek pengukuran dan peningkatan kinerja, pemakaian
resmi dari Balanced Scorecard harus dijelaskan kepada pejabat dan
seluruh pegawai.
4. Budaya Organisasi, penggunaan Balanced Scorecard dapat
mempengaruhi setiap orang yang ada di suatu organisasi, maka mereka
harus berhadapan dengan budaya organisasi.
22
5. Kejelasan dan Konsistensi Indikator Kinerja, penetapan indikator kinerja
harus secara jelas didefinisikan, sehingga nantinya dapat dipahami oleh
setiap orang dalam organisasi.
6. Kebutuhan Nyata Untuk Perbaikan, kebutuhan untuk perbaikan harus
ditunjukkan secara nyata agar hasil pengukuran kinerjamemiliki efek
pengaruh yang positif.
7. Cakupan Kegiatan, jika kegiatan Balanced Scorecard terlalu luas dan
melibatkan banyak orang, maka hal ini akan menjadi rumit dan sulit
dikelola. Karena pada situasi seperti ini, mungkin lebih praktis untuk
memulai dengan satu bagian dari organisasi dan kemudian,
memperluasnya ke bagian lain pada saat pimpinan dan pegawai telah
memperoleh pengalaman yang cukup.
8. Ketersediaan Informasi Kinerja, keberhasilan sistem pengukuran kinerja
Balanced Scorecard ini tergantung pada ketersediaan informasi yang
relevan. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, pada tahap awal
Balanced Scorecard, informasi yang dibutuhkan untuk menghitung
beberapa indikator kinerja mungkin tidak tersedia.
9. Imbalan dan Penghargaan, sistem pengukuran kinerja yang tidak
diimbangi oleh sebuah sistem insentif atas kinerja yang meningkat, lama
kelamaan dapat menghancurkan sistem pengukuran kinerja itu sendiri.
Hal ini terjadi karena komitmen yang diperoleh pada saat awal
pengukuran tidak terpelihara dengan baik.
23
J. Penelitian Terdahulu
Berikut ini adalah beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Adapun penelitian-penelitian
terdahulu yang diambil adalah sebagai berikut :
Ika, Aida dan Sadikin dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang
berjudul “Perancangan Manajemen Kinerja Penyelenggaraan Pendidikan dan
Pelatihan dengan Ancangan Management By Objectives dan Perspektif
Balance Scorecard” dengan hasil penelitiannya yaitu : (1) Manajemen kinerja
yang ada saat ini belum mampu meningkatkan kinerja penyelenggaraan
diklat. (2) Persepsi terhadap ancangan MBO dan perspektif Balance
Scorecard adalah bahwa keduanya dapat digunakan diorganisasi sektor
publik dan disetujui untuk digunakan sebagai manajemen kinerja
penyelenggaraan diklat. (3) Rancangan manajemen kinerja penyelenggaraan
diklat ini merupakan integrasi dari ancangan MBO dan perspektif Balance
Scorecard, melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengukuran dan
penilaian kinerja.
Ni Putu dan I Putu, dalam penelitiannya pada tahun 2013 yang
berjudul “Penilaian Kinerja Pada PT. Adhi Karya Dengan Pendekatan
Balance Scorecard” dengan hasil penelitiannya yaitu : kinerja PT. Adhi
Karya (Persero) Tbk pada tahun 2011 lebih baik dari tahun 2010.
Nor, dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang berjudul “Penerapan
Balance Scorecard Pada Pemerintah Daerah” dengan hasil penelitiannya
yaitu : Melalui BSC, organisasi pemerintah atau sektor publik akan mampu
24
menjelaskan misinya kepada masyarakat dan dapat mengidentifikasi indikator
kepuasan masyarakat secara lebih transparan, objektif, dan terukur serta
mampu mengidentifikasi proses kerja dan kualitas sumber daya manusia yang
dibutuhkannya dalam mencapai misi dan strateginya.
Bone dan Sholihin, dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang
berjudul “Pengaruh Perspektif dan Jenis Ukuran Dalam Balance Scorecard
Terhadap Evaluasi Kinerja” dengan hasil penelitiannya yaitu : Hasil
penelitian menunjukkan bahwa partisipan lebih memperhatikan ukuran
keuangan umum dibanding ukuran nonkeuangan umum dalam mengevaluasi
kinerja.
Firdaus, dalam penelitiannya pada tahun 2014 yang berjudul
“Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balance Scorecard”
dengan hasil penelitiannya yaitu : (1) Perspektif keuangan menunjukkan
kinerja keuangan yang baik karena selama 3 tahun kondisi pendapatan
perusahaan mengalami peningkatan. (2) Perspektif pelanggan dikatakan baik
karena perusahaan dapat mempertahankan customer dan dapat membina
hubungan baik dengan cara tetap menjaga kepercayaan yang diberikan oleh
pelanggan. (3) Perspektif bisnis internal yaitu inovasi yang dilakukan oleh
perusahaan sudah baik hal tersebut terlihat dari tingkat keselamatan selama
mengikuti kegiatan arum jeram dengan tingkat kecelakaan yang dapat
diminimalkan. (4) Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran kepada
karyawan terjadi penurunan tingkat keluar masuk tenaga kerja.
25
Handayani, dalam penelitiannya pada tahun 2011 yang berjudul
“Pengukuran Kinerja Organisasi Dengan Pendekatan Balance Scorecard Pada
RSUD Kabupaten Kebumen” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan
bahwa hasil perspektif finansial dinilai baik dengan rasio efektivitas yang
sesuai target.
Limbu dan Sisdyani, dalam penelitiannya pada tahun 2016 yang
berjudul “Evaluasi Kinerja Dinas Pendapatan Daerah Kota Denpasar Berbasis
Balance Scorecard” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa
penilaian kinerja dari perspektif keuangan adalah ekonomis, efisien dan
efektif.
UU. Hasanah dan AB. Setiawan, dalam penelitiannya pada tahun
2015 yang berjudul “Analisis Pengukuran Kinerja Sebelum Dan Sesudah
Ditetapkannya Metode Balance Scorecard Sebagai Tolak Ukur Pengukuran
Kinerja” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan bahwa pengukuran
kinerja setelah diterapkannya metode Balance Scorecard lebih baik
dibandingkan dengan pengukuran kinerja sebelum penerapan Balance
Scorecard.
Frinka, Sudjana dan Dwiatmanto, dalam penelitiannya pada tahun
2016 yang berjudul “Analisis Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan
Balance Scorecard Pada PDAM Kota Malang” dengan hasil penelitiannya
dapat disimpulkan bahwa besarnya biaya operasional yang dikeluarkan
perusahaan digunakan untuk mendukung peningkatan kinerja pada ketiga
perspektif yang lain.
26
Narutomo, dalam penelitiannya pada tahun 2012 yang berjudul
“Penerapan Balance Scorecard Untuk Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kementerian Dalam Negeri” dengan hasil penelitiannya dapat disimpulkan
bahwa Balance Scorecard merupakan bagian dari sistem manajemen
strategis, yang perlu dirumuskan oleh setiap organisasi, agar dapat mencapai
visi dan misinya secara efektif.
Sukesti, dalam penelitiannya pada tahun 2010 yang berjudul “Analisis
Penggunan Balance Scorecard Sebagai Alternatif Untuk Mengukur Kinerja
Pada Universitas Muhammadiyah Semarang” dengan hasil penelitiannya
sebagai berikut : (1) Kinerja dari perspektif keuangan menunjukkan
kemampuan likuiditas dan solvabilitas baik, tetapi kemampuan menghasilkan
sisa hasil usaha masih rendah bahkan cenderung menurun disebabkan karena
biaya yang besar yang meningkat setiap tahun yang perlu dievaluasi factor
penyebabnya. (2) Kinerja UNIMUS dari perspektif pelanggan dari retensi dan
akuisisi pelanggan menunjukkan bahwa mampu mempertahankan jumlah
mahasiswanya bahkan meningkatkan jumlahnya setiap tahun pada fakultas-
fakultas tertentu sehingga perlu strategi marketing yang lebih jitu untuk
menambah jumlah mahasiswa pada fakultas lain yang kurang diminati. (3)
Kinerja UNIMUS dari perspektif proses bisnis internal menunjukkan
peningkatan kualitas pelayanan baik oleh karyawan administrasi maupun
karyawan fungsional (dosen) kepada mahasiswa. (4) Kinerja UNIMUS dari
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan secara keseluruhan baik, namun
27
perlu memfokuskan perhatian pada produktifitas karyawan yang semakin
menurun karena sisa hasil usaha juga semakin kecil.
Tabel Penelitian Terdahulu
NO. Nama Peneliti
dan Tahun
Penelitian
Judul
Penelitian
Hasil
Penelitian
1 Ika, Aida dan
Sadikin, 2012.
Perancangan Manajemen
Kinerja Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan
dengan Ancangan
Management By
Objectives dan Perspektif
Balance Scorecard.
(1) Manajemen kinerja yang
ada saat ini belum mampu
meningkatkan kinerja
penyelenggaraan diklat. (2)
Persepsi terhadap ancangan
MBO dan perspektif
Balance Scorecard adalah
bahwa keduanya dapat
digunakan diorganisasi
sektor publik dan disetujui
untuk digunakan sebagai
manajemen kinerja
penyelenggaraan diklat. (3)
Rancangan manajemen
kinerja penyelenggaraan
diklat ini merupakan
integrasi dari ancangan
MBO dan perspektif
Balance Scorecard, melalui
tahap perencanaan,
pelaksanaan, pengukuran
dan penilaian kinerja.
2 Ni Putu dan I
Putu, 2013.
Penilaian Kinerja Pada
PT. Adhi Karya Dengan
Pendekatan Balance
Scorecard.
Kinerja PT. Adhi Karya
(Persero) Tbk pada tahun
2011 lebih baik dari tahun
2010.
3 Nor, 2012. Penerapan Balance
Scorecard Pada
Pemerintah Daerah.
Melalui Balance Scorecard,
organisasi pemerintah atau
sektor publik akan mampu
menjelaskan misinya kepada
masyarakat dan dapat
mengidentifikasi indikator
kepuasan masyarakat secara
lebih transparan, objektif,
dan terukur serta mampu
mengidentifikasi proses
28
kerja dan kualitas sumber
daya manusia yang
dibutuhkannya dalam
mencapai misi dan
strateginya.
4 Bone dan
Sholihin, 2012.
Pengaruh Perspektif dan
Jenis Ukuran Dalam
Balance Scorecard
Terhadap Evaluasi
Kinerja.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
partisipan lebih
memperhatikan ukuran
keuangan umum dibanding
ukuran nonkeuangan umum
dalam mengevaluasi kinerja.
5 Firdaus, 2014. Pengukuran Kinerja
Perusahaan
Menggunakan Metode
Balance Scorecard.
(1) Perspektif keuangan
menunjukkan kinerja
keuangan yang baik karena
selama 3 tahun kondisi
pendapatan perusahaan
mengalami peningkatan. (2)
Perspektif pelanggan
dikatakan baik karena
perusahaan dapat
mempertahankan customer
dan dapat membina
hubungan baik dengan cara
tetap menjaga kepercayaan
yang diberikan oleh
pelanggan. (3) Perspektif
bisnis internal yaitu inovasi
yang dilakukan oleh
perusahaan sudah baik hal
tersebut terlihat dari tingkat
keselamatan selama
mengikuti kegiatan arum
jeram dengan tingkat
kecelakaan yang dapat
diminimalkan. (4)
Perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran kepada
karyawan terjadi penurunan
tingkat keluar masuk tenaga
kerja.
6 Handayani,
2011.
Pengukuran Kinerja
Organisasi Dengan
Pendekatan Balance
Scorecard Pada RSUD
Kabupaten Kebumen.
Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa hasil
perspektif finansial dinilai
baik dengan rasio efektivitas
yang sesuai target.
29
7 Limbu dan
Sisdyani, 2016.
Evaluasi Kinerja Dinas
Pendapatan Daerah Kota
Denpasar Berbasis
Balance Scorecard.
Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa
penilaian kinerja dari
perspektif keuangan adalah
ekonomis, efisien dan
efektif.
8 UU. Hasanah
dan AB.
Setiawan, 2015.
Analisis Pengukuran
Kinerja Sebelum Dan
Sesudah Ditetapkannya
Metode Balance
Scorecard Sebagai Tolak
Ukur Pengukuran
Kinerja.
Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa
pengukuran kinerja setelah
diterapkannya metode
Balance Scorecard lebih
baik dibandingkan dengan
pengukuran kinerja sebelum
penerapan Balance
Scorecard.
9 Frinka, Sudjana
dan
Dwiatmanto,
2016.
Analisis Kinerja
Perusahaan Dengan
Pendekatan Balance
Scorecard Pada PDAM
Kota Malang.
Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa
besarnya biaya operasional
yang dikeluarkan
perusahaan digunakan untuk
mendukung peningkatan
kinerja pada ketiga
perspektif yang lain.
10 Narutomo,
2012.
Penerapan Balance
Scorecard Untuk Badan
Penelitian Dan
Pengembangan
Kementerian Dalam
Negeri.
Hasil penelitiannya dapat
disimpulkan bahwa Balance
Scorecard merupakan
bagian dari sistem
manajemen strategis , yang
perlu dirumuskan oleh
setiap organisasi, agar dapat
mencapai visi dan misinya
secara efektif.
11 Sukesti, 2010. Analisis Penggunan
Balance Scorecard
Sebagai Alternatif Untuk
Mengukur Kinerja Pada
Universitas
Muhammadiyah
Semarang.
(1) Kinerja dari perspektif
keuangan menunjukkan
kemampuan likuiditas dan
solvabilitas baik, tetapi
kemampuan menghasilkan
sisa hasil usaha masih
rendah bahkan cenderung
menurun disebabkan karena
biaya yang besar yang
meningkat setiap tahun yang
perlu dievaluasi factor
penyebabnya. (2) Kinerja
UNIMUS dari perspektif
pelanggan dari retensi dan
30
akuisisi pelanggan
menunjukkan bahwa
mampu mempertahankan
jumlah mahasiswanya
bahkan meningkatkan
jumlahnya setiap tahun pada
fakultas-fakultas tertentu
sehingga perlu strategi
marketing yang lebih jitu
untuk menambah jumlah
mahasiswa pada fakultas
lain yang kurang diminati.
(3) Kinerja UNIMUS dari
perspektif proses bisnis
internal menunjukkan
peningkatan kualitas
pelayanan baik oleh
karyawan administrasi
maupun karyawan
fungsional (dosen) kepada
mahasiswa. (4) Kinerja
UNIMUS dari perspektif
pembelajaran dan
pertumbuhan secara
keseluruhan baik, namun
perlu memfokuskan
perhatian pada produktifitas
karyawan yang semakin
menurun karena sisa hasil
usaha juga semakin kecil.
31
K. Kerangka Pikir
L. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, pengukuran kinerja merupakan suatu
proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas : efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa
(seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai
Badan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Daerah
Di Kota Makassar
Kinerja Sektor Publik
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Sektor Publik
Perspektif
Bisnis Internal
Perspektif
Pertumbuhan dan
Pembelajaran
32
seberapa jauh pelanggan terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan
maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan.
Maka dari itu hipotesis yang diajukkan oleh peneliti yaitu :
Diduga Balance Scorecard mempunyai pengaruh signifikan terhadap
peningkatan kinerja pada Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset
Daerah di Kota Makassar.
34
berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu (Ihyaul Ulum dan Ahmad Juanda
2016;84).
Adapun kriteria untuk sampel yang akan dijadikan responden, antara lain :
1. Berstatus sebagai pegawai tetap dan aktif (tidak cuti pada saat penelitian)
pada Kantor Walikota Makassar.
2. Pegawai dengan pertimbangan mereka adalah pihak-pihak yang dapat
memberikan informasi dan mengetahui masalah mengenai Pengukuran
Kinerja Menggunakan Balance Scorecard.
C. Jenis dan Sumber Data
Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti langsung dari sumber pertama (Ihyaul Ulum dan Ahmad Juanda
2016;94). Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
berupa data hasil wawancara dan hasil observasi peneliti.
2. Data sekunder. Data sekunder adalah data yang diterbikan atau
digunakan oleh organisasi bukan pengolahnya (Ihyaul Ulum dan Ahmad
Juanda 2016;94). Dalam hal ini data sekunder yang diambil adalah
Laporan keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Sejarah umum
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar, Visi misi dan
tujuan oraganisasi, Struktur organisasi dan pembagian tugas.
35
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wawancara (Interview)
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk
mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan
informan atau subjek penelitian. Metode ini dilakukan dengan cara
mewawancarai secara langsung dan mendalam kepada pihak yang terlibat
dan terkait langsung guna mendapatkan penjelasan pada kondisi dan situasi
yang sebenarnya.
2. Observasi (Pengamatan)
Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunkan
pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah
penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek,
kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi
dilakukan untuk memperoleh ganbaran riil suatu peristiwa atau kejadian
untuk menjawab pertanyaan penelitian.
3. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh data-data yang
sudah jadi dan sudah diolah oleh orang lain. Peneliti tinggal memanfaatkan
data tersebut. Dokumentasi bisa dilakukan dengan cara mencatat ulang,
memotret, foto copy atau membeli (Ihyaul Ulum dan Ahmad Juanda
36
2016;96). Data berupa dokumen bisa dipakai untuk menggali informasi
yang terjadi di masa silam.
E. Metode Analisis Data
Dalam analisis data pada penelitian ini menggunakan dua analisis
yaitu analisis kualitatif dan analisis statistik kuantitatif.
1. Analisis kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menggunakan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
pelaku yang dapat diamati. Analisis ini digunakan dalam menilai kinerja
perspektif pelanggan, perspektif proses internal, dan perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran.
2. Analisis statistik kuantitatif adalah suatu cara analisis yang mempunyai
tugas mengorganisasi dan menganalisa data angka agar dapat memberikan
gambaran secara teratur ringkas dan jelas, mengenai suatu gejala, peristiwa
atau keadaan, sehingga dapat ditarik pengertian atau makna tertentu.
Adapun tolak ukur yang digunakan dalam penelitian untuk menilai kinerja
pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah di Kota Makasar
dalam menilai kinerja perspektif keuangan antara lain :
A. Rasio profitabilitas yang meliputi :
(1) Return on Asset (ROA)
ROA =
(2) Current Ratio (CR)
CR =
37
(3) Return on Equity (ROE)
ROE =
B. Rasio pertumbuhan yang meliputi :
(1) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Pendapatan
=
(2) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Laba Bersih
=
(3) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Biaya Operasi =
38
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. Nama dan Sejarah Singkat Tempat Penelitian
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar yang disingkat
BPKA merupakan salah satu instansi pemerintah Kota Makassar yang
menempati gedung kantor di Balaikota Makassar. BPKA awalnya merupakan
singkatan dari Bagian Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar.
Namun, pada bulan Februari 2014 BPKA (Bagian Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Makassar) resmi berubah menjadi BPKA (Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Makassar) atas dasar kesepakatan bersama yang
dilakukan Pemerintah Kota Makassar.
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar yang dibentuk
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 7 Tahun 2013 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 Tentang
Pembentukan Dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota Makassar
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pembentukan,
Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Kota Makassar (Lembaran Daerah Nomor 3 Tahun 2009) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4844).
39
B. Visi, Misi, dan Tujuan
1. Visi
Visi Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar
Periode 2014-2019 adalah sebagai berikut : “Mewujudkan APBD yang
berkualitas menuju opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2019 ”.
2. Misi
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan, maka Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar memiliki misi :
a. Menciptakan kesesuaian APBD dengan dokumen perencanaan dan
tepat waktu.
b. Meningkatkan akurasi penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana
(SP2D).
c. Meningkatkan sistem pengelolaan keuangan daerah menuju opini
BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).
d. Meningkatkan pengelolaan barang milik daerah yang profesional
dan modern.
e. Meningkatkan sarana, prasarana dan SDM dalam pengelolaan
keuangan yang trasnparan dan akuntabel.
3. Tujuan
Pada dasarnya tujuan pengelolaan keuangan daerah adalah
keinginan untuk mengelola keuangan daerah secara tertib, taat pada
perturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan, dan
40
manfaat untuk masyarakat. Ide dasar tersebut tentunya ingin
dilaksanakan melalui tata kelola pemerintahan yang baik yang memiliki 3
pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif.
Adapun tujuan untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan
adanya serangkaian Peraturan Daerah, Peraturan Walikota, dan
keputusan Walikota yang bertujuan agar memudahkan dalam
pelaksanaannya dan tidak menimbulkan multitafsir dalam penerapannya.
Peraturan dimaksud memuat berbagai kebijakan terkait dengan
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban
keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan secara tertib adalah bahwa pengelolaan
keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang
didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan. Pengelolaan keuangan yang taat pada peraturan
perundang-uandangan adalah pengelolaan keuangan daerah yang
mempedomani peraturan perundang-undangan.
Pengelolaan keuangan yang efektif merupakan pengelolaan
keuangan daerah yang menekankan pada pencapaian hasil program
dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara membandingkan
keluaran dengan hasil. Pengelolaan keuangan yang efisien merupakan
pengelolaan keuangan daerah yang menekankan pada pencapaian
keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau penggunaan
masukan terendah utnuk mencapai keluaran tertentu.
41
Pengelolaan keuangan yang ekonomis merupakan pengelolaan
keuangan daerah dimana pemerolehan masukan dengan kualitas dan
kuantitas tertentu pada tingkat harga yang terendah. Pengelolaan
keuangan yang transparan merupakan pengelolaan keuangan daerah yang
menekankan pada prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat
untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya
tentang keuangan daerah.
Pengelolaan keuangan daerah yang bertanggung jawab merupakan
perwujudan kewajiban pengelola untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan kebijakan
yang dioercayakan kepadanya dalam rangka pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan. Pengelolaan keuangan daerah yang berkeadilan adalah
pengelolaan keuangan yang menunjukaan keseimbangan distribusi
kewenangan dan pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak
dan kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
Pengelolaan keuangan yang memenuhi kepatutan adalah
pengelolaan keuangan daerah yang menekankan pada tindakan atau
suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.
42
C. Struktur Organisasi
Gambar .1
KEPALA BADAN
SEKRETARIS
SUB BAGIAN
UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
BIDANG
AKUNTANSI
BIDANG
ASET
SUB BIDANG
PEMBUKUAN
SUB BIDANG
PELAPORAN
SUB BIDANG MUTASI DAN
INVENTARISASI ASET
SUB BIDANG PENGADAAN
DAN PEMANFAATAN ASET
SUB BIDANG
PERENCANAAN DAN
PENYUSUTAN ANGGARAN
SUB BAGIAN
KEUANGAN
SUB BAGIAN
PERLENGKAPAN
UPT
BIDANG
ANGGARAN
BIDANG
PERBENDAHARAAN
SUB BIDANG
PENGENDALIAN
ANGGARAN
SUB BIDANG
PENGELOLAAN KAS
DAERAH
SUB BIDANG
PERBENDAHARAAN
DAN GAJI
KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL
43
D. Job Description
1. Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Daerah
2. Sekretaris
Sekretaris dipimpin oleh Sekretaris terdiri atas 3 (tiga) Sub Bidang
yaitu : (a) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, (b) Sub Bagian
Keuangan. (c) Sub Bagian Perlengkapan. Secara umum tugas pokok
Sekretaris mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasif bagi
seluruh satuan kerja di lingkungan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Dalam melaksanakan tugas, Sekretaris menyelenggaran fungsi :
a. Pengelolaan ketatausahaan Badan
b. Pelaksanaan urusan kepegawaian Badan
c. Pelaksanaan urusan keuangan Badan
d. Pelaksanaan urusan perlengkapan Badan
e. Pelaksanaan urusan umum dan rumah tangga Badan
f. Pelaksanaan koordinasi perumusan program kerja dan rapat kerja
Badan.
3. Kepala Bidang Anggaran
Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas dinas pendapatan pengelolaan keuangan dan aset daerah
dalam urusan penyusunan anggaran, administrasi anggaran dan
pembiayaan dan investasi yang menjadi kewenangan pemerintah Kota.
44
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Anggaran menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Anggaran.
b. Penyusunan rencana dan program kerja Bidang Anggaran
c. Pengkoordinasian penyusunan program dan kegiatan pembahasan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.
d. Pelaksanaan kebijakan penyusunan anggaran pendapatan belanja
daerah dan perubahan anggaran pendapatan belanja daerah.
e. Penyusunan KUA dan PPAS beserta perubahannya.
f. Pengkoordinasian penyusunan standar harga dan analisis standar
belanja daerah.
g. Melaksanakan pengesahan DPA-SKPD dan DPPA-SKPD
h. Penyusunan perencanaan anggaran kas dan menetapkan SPD
i. Pelaksanaan penyusunan peraturan peundangan daerah dan kebijakan
pengelolaan anggaran.
j. Pelaksanaan penyusunan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan
anggaran pendapatan belanja daerah dan pelaksanaan pembiayaan dan
investasi daerah.
k. Pelaksanaan kebijakan dan pedoman pengelolaan pembiayaan dan
investasi.
l. Pelaksanaan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan bidang tugasnya.
m. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.
45
4. Kepala Bidang Perbendaharaan
Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Badan Pengelolaan Keuangan dan Aser Daerah dalam
pengelolaan perbendaharaan umum daerah, perbendaharaan belanja dan
verifikasi bukti penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Perbendaharaan menyelenggarakan
fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Perbendaharaan.
b. Perumusan bahan/data dan informasi untuk menyusun program
pembangunan di bidang Perbendaharaan.
c. Pelaksanaan penerbitan SP2D
d. Pelaksanaan pemantauan penerimaan dan pengeluaran APBD oleh
Bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang ditunjuk.
e. Pengusahaan dan pengaturan dana yang diperlukan dalam pelaksanaan
APBD.
f. Pelaksanaan penyimpanan uang daerah dan penempatan uang daerah.
g. Pelaksanaan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat pengguna
anggaran atas beban rekening kas umum daerah.
h. Pengkoordinasian pelaksanaan kewajiban perpajakan.
i. Penyusunan kebijakan petunjuk dan petunjuk pelaksanaan pengelolan
perbendaharaan umum daerah, belanja dan verifikasi kelengkapan
penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah.
46
j. Pelaksanaan penyusunan peraturan pelaksanaan dan pengendalian
anggaran pendapatan dan belanja daerah dan perubahan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
k. Pelaksanaan verifikasi dan meneliti kelengkapan administrasi
penerimaan kas dan pengeluaran kas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
l. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.
5. Kepala Bidang Akuntansi
Kepala Bidang Akuntansi memiliki tugas pokok
menyelenggarakan akuntansi atas transaksi keuangan, aset, utang pitang
dan ekuitas dana, termasuk transaksi pembiayaan dan perhitungannya
dalam rangka menyusun laporan dan pertanggungjawaban keuangan
daerah sesuai dengan standar akuntansi pemerintah.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Akuntansi menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Akuntansi.
b. Penyusunan kebijakan dan pedoman teknis operasional
penyelenggaraan akuntansi daerah.
c. Penyelenggaraan akuntansi dan sistem informasi pengelolaan
keuangan daerah.
d. Pelaksanaan penyusunan laporan dan pertanggungjawaban keuangan
pemerintah daerah sesuai Standar Akuntansi Pemerintah.
e. Pelaksanaan pemberian pinjaman atas nama pemerintah daerah.
47
f. Melaksanakan pengelolaan hutang dan piutang daerah.
g. Penyelenggaraan evaluasi laporan keuangan dan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.
h. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.
6. Kepala Bidang Aset
Kepala Bidang Aset memiliki tugas pokok yaitu mengendalikan , dan
mengkoordinasikan perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan Badan yang meliputi mutasi aset
dan invertarisasi serta pemanfaatan dan pemberdayaan aset.
Dalam melaksanakan tugas, Bidang Aset menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) dan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) Bidang Aset.
b. Penyusunan program kerja dan rencana kegiatan Bidang.
c. Perumusan kebijakan, petunjuk teknis serta rencana strategis sesuai
lingkup bidang tugasnya.
d. Perumusan kebijakan teknis dan pelaksanaan urusan pemerintahan
yang menjadi kewenangan Badan yang meliputi mutasi aset dan
inventarisasi serta pemanfaatan dan pemberdayaan aset.
e. Pelaksanaan pengumpulan dan penyusunan bahab kebijakan umum
dan teknis rencana kebutuhan aset daerah, penelitian dan pengkajian
kebutuhan barang daerah sebagai dasar pelaksanaan pengadaan
barang, mengikuti pelaksanaan pelelangan barang dan bangunan,
48
pelaksanaan administrasi barang daerah, penilaian dan penyusutan
aset daerah, pencatatan barang milik daerah, inventarisasi data aset
daerah, penyimpanan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan daerah
serta pelaksanaan sensus barang milik daerah setiap 5 (lima) tahun
sekali.
f. Pelaksanaan penyusunan pedoman petunjuk teknis pemanfaatan dan
pengendalian kekayaan daerah, evaluasi daftar hasil pengadaan barang
daerah, pemantauan dan pengawasan kepemilikan aset daerah serta
dokumentasi kepemilikan aset berupa kendaraan, tanah, dan
bangunan.
g. Pelaksanaan hubungan kerjasama pelaksanaan tugas dengan SKPD
terkait.
h. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan dalam lingkup
tugasnya.
i. Pengelolaan administrasi urusan tertentu.
49
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Hasil Analisis Data
Balanced scorecard merupakan salah satu tools manajemen yang
cukup populer digunakan di dunia. Tidak hanya untuk organisasi profit,
balanced scorecard juga dapat diterapkan pada instansi pemerintah. Pada
prinsipnya, Balanced Scorecard merupakan tools yang digunakan untuk
memetakan strategi dan menterjemahkan strategi menjadi rencana aksi.
Sehingga, dengan balanced scorecard organisasi dapat mendefinitifkan
strategi yang bersifat normatif.
Dan ketika dilakukan proses internal, maka organisasi dapat
memenuhi harapan pelanggannya sebagai output atas tugas pokok dan
fungsi yang dibebankan kepada organisasi tersebut. Tidak jarang beberapa
Kementerian / Lembaga memiliki beberapa pelanggan dengan harapan
yang berbeda-beda. Untuk itu, maka pada perspektif ini perlu dibuat
kelompok pelanggan dengan masing-masing harapan yang harus dipenuhi
dan dituangkan dalam sasaran strategis. Dan dengan terpenuhinya
ekspektasi pelanggan, maka Kementerian / lembaga tersebut dapat
mencapai apa yang menjadi visinya kedepan. Sasaran strategis pada
perspektif stakeholder sebenarnya merupakan penjabaran dari visi yang
ingin dicapai organisasi.
Sehingga, penerapan balanced scorecard secara konsisten pada
pemerintahan kota makassar, dapat dikatakan sebagai alat untuk
50
meningkatkan kinerja pada instansi pemerintahan khususnya dalam hal
komitmen pimpinan dan partisipasi para pegawai yang ada di Pemerintahan
Kota Makassar.
1. Kinerja Perspektif Keuangan
Perspektif ini melihat kinerja dari sudut pandang penyedia sumber
daya dan ketercapaian target keuangan sebagaimana rencana organisasi.
Organisasi sektor publik tidak sekedar mengejar laba, namun organisasi
perlu memikirkan bagaimana meningkatkan pendapatan dan
mengurangi biaya secara berkelanjutan. Menurut Gaspersz (2005: 41-
47) pengukuran-pengukuran Balanced Scorecard yang pada umumnya
digunakan dalam perspektif finansial, meliputi:
1) Rasio profitabilitas yang meliputi :
a) Return on Asset (ROA) Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset yang
tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen
asset, yang berarti efisiensi manajemen. Berikut ini rumus untuk
mencari Return on total asset (ROA) (Cahyaningtyas, 2009: 59):
ROA =
=
= 2,29 %
51
b) Current Ratio (Rasio Lancar)
Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan
memenuhi hutang jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari 1
tahun) dengan menggunakan aktiva lancar. Aktiva lancar
misalnya pembeanjaan rutin. Current ratio merupakan
perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar.
Current Ratio dihitung dengan rumus (Cahyaningtyas, 2009:63):
CR =
=
= 7,77
c) Return on Equity (ROE) Profitabilitas
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan
laba berdasarkan modal saham tertentu. Pada tolak ukur ini yang
diukur adalah modal saham sehingga keberhasiannya dilihat dari
pemegang saham. Berikut ini rumus untuk mencari Return on
total equiy (ROE) (Cahyaningtyas, 2009 : 59)
ROE =
=
= 2,29 %
52
2) Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur atau melihat bagaimana tingkat pertumbuhan dari
pendapatan, laba bersih maupun tingkat kenaikan dari laba operasi
suatu perusahaan. Rasio pertumbuhan yang meliputi :
a) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Pendapatan
=
=
= 2,12 %
b) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Laba Bersih
=
=
= 75,16 %
c) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Biaya Operasi
=
=
= 8,07 %
KET 2016 2015
Asset Lancar 484.646.191.338,23 438.670.879.411,38
Asset Tetap 26.641.398.721.661,00 5.514.333.382.286,41
Hutang Lancar 62.403.218.850,84 15.778.902.613,94
Modal Saham 27.851.922.569.650,00 6.764.212.670.762,00
Pendapatan 3.546.650.155.445,00 2.952.609.910.737,00
Biaya Operasi 3.136.614.719.158,00 2.902.288.160.833,00
Laba Bersih 638.488.997.409,00 364.526.986.746,00
Tabel 5.1 Data Kinerja Perspektif Keuangan
53
1) Rasio profitabilitas
a) Return on Asset (ROA)
Jika dilihat dari laba bersih yang diperoleh oleh
Pemerintahan Kota Makassar, kemudian dibagi dengan total asset
yang dimiliki maka dapat dikatakan bahwa tingkat kemampuan
pemerintah kota makassar dalam menghasilkan laba bersih cukup
rendah (2,29%).
b) Current Ratio (Rasio Lancar)
Dengan melihat total aktiva lancar yang dimiliki, maka
kemampuan pemerintah kota makassar dalam memenuhi hutang
jangka pendeknya (jatuh tempo kurang dari 1 tahun) dapat
dikatakan mampu untuk dipenuhi.
c) Return on Equity (ROE)
Sesuai dengan modal saham yang dimiliki oleh
pemerintah kota makassar, kemampuan untuk menghasilkan laba
bersih relatif rendah.
2) Rasio pertumbuhan
a) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Pendapatan
Jumlah pendapatan yang diperoleh Pemerintah Kota
Makassar mengalami peningkatan dari periode sebelumnya.
Namun peningkatan tersebut relatf rendah jika ditinjau dari total
asset yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar.
54
b) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Laba Bersih
Laba bersih yang diperoleh oleh Pemerintah Kota
Makassar pada periode berjalan sangat jauh lebih meningkat
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
c) Tingkat Kenaikan (Pertumbuhan) Biaya Operasi
Karena pendapatan dan laba bersih pada periode berjalan
meningkat dibandingkan dengan periode sebelumnya, maka
jumlah biaya operasional yang harus dikeluarkan oleh Pemerintah
Kota Makassar juga cukup besar.
2. Kinerja Perspektif Sektor Publik
Organisasi publik harus memiliki orientasi untuk mengutamakan
kesejahteraan dan kepuasan customer dan stakeholdernya, dalam hal ini
masyarakat. Oleh karena itu, balanced scorecard menuntut para
pimpinan untuk dapat menerjemahkan misi organisasi publik mengenai
pelayanan kepada masyarakat secara umum ke dalam suatu pengukuran
spesifik yang mencerminkan faktor-faktor penting bagi masyarakat. Hal
ini sesuai dengan pemaparan yang diberikan oleh Wahyu Fadillah
selaku Staff Accounting di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Makassar. Beliau mengatakan bahwa :
Saya sangat puas dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan Kota
Makassar, salah satunya yaitu dengan sistem penggajian yang
diterapkan di Pemerintahan tersebut.
55
Tanggapan tersebut diperkuat oleh argumen yang dikeluarkan oleh
Abd. Rasyid selaku Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset
Kota Makassar. Beliau juga mengatakan bahwa :
Saya selaku Sekretaris BPKA mengaku sangat puas dengan
kebijakan yang sudah diterapkan oleh Walikota Makassar
mengenai masalah kebijakan yang ada baik dalam hal sistem
penggajian yang diterapkan maupun kebijakan-kebijakan lainnya.
Berbagai manfaat juga banyak diperoleh oleh para pegawai yang
ada di Kantor Walikota Makassar khususnya pada Badan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Makassar. Hal itu terbukti dengan pemaparan
yang dikeluarkan oleh Abd. Rasyid:
Selama saya bekerja di BPKA ini, saya merasa memperoleh
banyak manfaat khususnya selama saya diberi amanah sebagai
Sekretaris BPKA. Karena pimpinan yang ada di Pemerintahan
Kota Makassar selalu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan PP yang sudah ditetapkan.
Mengenai masalah manfaat yang diperoleh selama bekerja di
Pemerintahan Kota Makassar juga diungkapkan oleh Wahyu selaku
staff accounting. Beliau mengatakan bahwa :
Bekerja di Pemerintahan Kota Makassar sebenarnya bisa
memberikan banyak manfaat, hanya saja saya pribadi belum
mampu mempelajari dan memahami sistem kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintahan daerah khususnya Pemerintahan
Kota Makassar, karena masih kurangnya pelatihan-pelatihan yang
pernah saya ikuti.
Sedangkan dalam wawancara yang lain, Abd. Rasyid selaku
Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Makassar
mengatakan bahwa :
56
Selama saya bekerja di Pemerintahan Kota Makassar, sering
diadakan workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
informasi-informasi baru mengenai kebijakan pemerintahan. Selain
itu, kami selaku pegawai juga sering mendapatkan bimbingan dan
para konsultasi dari para senior yang ahli di bidangnya. Dengan
begitu saya pribadi terbiasa berpikir kritis, sistematis dan rasional.
3. Kinerja Perspektif Proses Internal
Dalam perspektif ini, pemerintahan melakukan pengukuran
terhadap semua aktivitas yang dilakukan oleh pemerintahan baik
pimpinan maupun bawahan untuk menciptakan sesuatu yang dapat
memberikan kepuasan tertentu bagi customer. Dalam hal ini
pemerintahan berfokus pada dua proses bisnis utama yaitu : proses
inovasi dan proses operasi. Hal ini sesuai dengan pemaparan yang
diberikan oleh Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar. Beliau mengatakan
bahwa :
Administrasi pelayanan keuangan dan umum di Pemerintahan Kota
Makassar ini, telah didukung oleh sistem informasi keuangan dan
umum dengan sistem komputer.
Sedangkan dalam hal perekrutan pegawai di Pemerintahan Kota
Makassar ini, dalam wawancara yang dilakukan bersama Abd. Rasyid
selaku Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota
Makassar. Beliau mengatakan bahwa :
Proses recruitment pegawai di Pemerintahan Kota Makassar ini
sangat selektif, karena semua pegawai yang diterima di
Pemerintahan Kota Makassar berkemampuan sesuai dengan
kebutuhan yang ada disini.
57
Mengenai masalah pegawai yang ada di Pemerintahan Kota
Makassar, Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar. Beliau memaparkan :
Semua pegawai yang ada di Pemerintahan Kota Makassar ini
mempunyai keterampilan yang sangat kompeten pada bidang
pekerjaannya. Sehingga ketika melakukan kesalahan pada
pekerjaannya, tingkat kesalahan yang biasa dilakukannya relatif
rendah.
Dalam hal proses operasi yang ada di Pemerintahan Kota
Makassar, dalam wawancara yang dilakukan bersama Wahyu Fadillah
selaku Staff Accounting di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Makassar. Beliau memaparkan bahwa :
Pegawai yang ada disini mayoritas tammatan pendidikannya itu
Strata Satu, hanya sedikit pegawai di Pemerintahan Kota Makassar
yang berpendidikan Strata Dua.
Mengenai masalah sarana dan prasarana yang ada di Pemerintahan
Kota Makassar ini, Abd. Rasyid selaku Sekretaris Badan Pengelolaan
Keuangan Dan Aset Kota Makassar. Beliau mengatakan bahwa :
Kalau masalah fasilitasnya disini, misalnya jumlah komputer yang
disediakan untuk para pegawai di setiap bagian sudah mencukupi
dan sudah disediakan software yang up to date.
Pemerintah daerah khususnya pemerintah Kota Makassar
memandang pengelolaan keuangan daerah sebagai salah satu kewajiban
yang harus dilakukan. Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di
Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar mengatakan
bahwa :
58
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah,
Pemerintahan Kota Makassar ini telah menerapkan SAP berbasis
akrual sebagai pedoman dalam kebijakan akuntansi. Dalam hal ini
Pemerintahan Kota Makassar juga selalu menggali informasi
kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar.
4. Kinerja Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif yang terakhir adalah perspektif pertumbuhan dan
pembelajaran. Dalam organisasi bisnis, betapa pentingnya suatu
organisasi bisnis untuk terus memperhatikan karyawannya, memantau
kesejahteraan karyawan dan meningkatkan pula pengetahuan karyawan
karena dengan meningkatnya tingkat pengetahuan karyawan akan
meningkatkan pula kemampuan karyawan untuk berpartisipasi dalam
pencapaian hasil ketiga perspektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
Hal ini sesuai dengan pemaparan yang diberikan oleh Abd. Rasyid
selaku Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota
Makassar. Beliau mengatakan bahwa :
Pemerintahan Kota Makassar melaksanakan sistem kompensasi
yang memadai sehingga mereka tanggap terhadap keinginan dan
kebutuhan pegawai.
Mengenai masalah kesejahteraan pegawai yang ada di
Pemerintahan Kota Makassar ini, Wahyu Fadillah selaku Staff
Accounting di Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar.
Beliau mengatakan bahwa :
Kepuasan bekerja di Pemerintahan Kota Makassar belum dirasakan
oleh para pegawai, namun rasa bangga bisa bekerja dan bergabung
di Pemerintahan Kota Makassar menjadi nilai kebanggan tersendiri.
59
Jika ditinjau dari segi pembelajaran mengenai pengembangan baru
dalam hal pemberian kontribusi bagi keberhasilan Pemerintahan dimasa
depan, maka perlu adanya peningkatan keterampilan bagi para pegawai.
Hal tersebut sesuai dengan pemaparan oleh Abd. Rasyid selaku
Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan Dan Aset Kota Makassar.
Beliau mengatakan bahwa :
Pegawai di Pemerintahan Kota Makassar sering mendapatkan
pelatihan untuk peningkatan keterampilan sekaligus selalu
diberikan motivasi untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif.
Sehingga pegawai dapat dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan.
Sedangkan dalam hal peningkatan petumbuhan dan pembelajaran
pegawai yang ada di Pemerintahan Kota Makassar dalam
wawancaranya Wahyu Fadillah selaku Staff Accounting di Badan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Makassar. Beliau mengatakan
bahwa :
Tingkat penolakan pegawai terhadap teknologi baru relatif rendah,
sehingga pegawai dapat dengan mudah mengakses semua
informasi. Hal itu membuat Pemerintah Kota Makassar
memberikan penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi
dibidangnya.
B. Pembahasan
1) Perspektif keuangan, perspektif yang tetap menjadi perhatian dalam
konsep Balanced Scorecard, karena ukuran keuangan merupakan
ikhtisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi dan disebabkan oleh
pengambilan keputusan. Pada perspektif ini menjelaskan apa yang
60
diharapkan oleh penyedia sumber daya terhadap kinerja keuangan
organisasi sektor publik (Kurnianto, 2003:37). Indikator yang
digunakan untuk mengukur kinerja pada perspektif ini adalah
pemanfaatan anggaran yang disebut sebagai rencana keuangan periodik
yang disusun berdasarkan program yang telah disahkan agar segala
kegiatan dapat terarah pada pencapaian tujuan bersama dan juga dapat
memotifasi pegawai karna ada tujuan/sasaran yang akan dicapai.
Barulah dapat diukur melalui pertumbuhan anggaran dengan
membandingkan anggaran tahun yang sedang sekarang dengan tahun
sebelumnya.
2) Perspektif sektor publik, menurut (Daily, 2010) dalam perspektif ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelanggan dalam hal ini
masyarakat melihat organisasi dalam hal menyediakan jasa layanan
publik apakah sesuai dengan keinginan masyarakat. Untuk mengukur
kepuasan pelanggan adalah dengan melihat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Makassar.
Pelanggan yang terdapat di Pemerintahan Kota Makassar ini antara lain
yaitu penduduk, pebisnis, wisatawan dan Investor. Pelanggan-
pelanggan tersebut harus bisa dipuaskan. Strategi memuaskan terhadap
keempat pelanggan tersebut harus terkonsep dalam rangka perencanaan
pariwisata yang lengkap, yang dibuat oleh Dinas Pariwisata sebagai
regulatornya. Setelah konsepnya jadi, baru didistribusikan kepada
pelaksanaan mulai dari asosiasi terkait, pengembangan bisnis wisata,
61
hingga event orgaanizernya. Pada perspektif ini indikator yang
digunakan untuk pengukuran kinerja yaitu pelayanan dan pengetahuan
pegawai.
3) Perspektif proses bisnis internal, menurut (Kurnianto, 2003:37) pada
dasarnya perspektif bisnis internal adalah membangun keunggulan
organisasi melalui perbaikan proses bisnis internal organisasi yang
berkelanjutan. Pentingnya suatu organisasi bisnis untuk mengacu pada
proses kerja yang dilakukan dalam organisasi. Apakah organisasi telah
melakukan kerja dengan baik dan terus mempertahankan pegawainya,
serta meningkatkan pengetahuan kepegawainya. Untuk mengukur
kinerja pada perspektif ini digunakan indikator : sarana dan prasarana,
proses, dan kepuasan bekerja.
4) Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, menurut (Imelda, 2004:110)
perspektif ini menggambarkan kemampuan organisasi untuk
menciptakan pertumbuhan jangka panjang. Tujuan dalam perspektif ini
adalah menyediakan infrastruktur bagi perspektif finansial, pelanggan,
dan proses bisnis internal, agar tujuan dari perspektif-perspektif tersebut
bisa tercapai.
62
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas, maka penulis
dapat menarik simpulan bahwa penerapan balance scorecard dalam
mengukur kinerja pada Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Makassar yang diterapkan oleh Pemerintahan Kota Makassar yang ditinjau
dari empat perspektif balance scorecard maka dapat disimpulkan bahwa
kinerja Pemerintahan Kota Makassar pada Badan Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Makassar pada tahun 2016 lebih baik daripada tahun 2015.
B. Saran
1. Bagi Pemerintah Kota Makassar
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap agar pemerintah
Kota Makassar dapat mengadopsi metode balance scorecard. Karena
metode ini konsisten dengan strategi yang dimiliki oleh Pemerintahan
Kota Makassar. Tiga perspektif non-keuangan pada balance scorecard
mempengaruhi secara langsung kinerja perspektif keuangan
pemerintahan. Jadi keempat perspektif yang ada saling mempengaruhi
kinerja satu sama lain. Sehingga dengan menerapkan metode ini
Pemerintahan Kota Makassar dapat meningkatkan kinerjanya.
64
DAFTAR PUSTAKA
Bestari Dwi Handayani, 2011. Pengukuran Kinerja Organisasi Dengan
Pendekatan Balance Scorecard Pada RSUD Kabupaten Kebumen. Jurnal
Dinamika Manajemen. Vol. 2 No. 1 ISSN : 2086-0668.
Defani Putri Frinka, Nengah Sudjana dan Dwiatmanto, 2016. Analisis Kinerja
Perusahaan Dengan Pendekatan Balance Scorecard Pada PDAM Kota
Malang. Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 36 No. 1.
Dzulchis Firdaus, 2014. Pengukuran Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode
Balance Scorecard. Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi. Vol. 3 No. 8.
Hariman Bone dan Mahfud Sholihin, 2012. Pengaruh Perspektif dan Jenis
Ukuran Dalam Balance Scorecard Terhadap Evaluasi Kinerja. Jurnal
Ekonomi Dan Keuangan. Vol. 16 No. 4. ISSN : 1411-0393.
Ika, Aida dan Sadikin, 2012. Perancangan Manajemen Kinerja Penyelenggaraan
Pendidikan dan Pelatihan dengan Ancangan Management By Objectives
dan Perspektif Balance Scorecard. Jurnal Manajemen & Agribisnis, Vol.
9 No. 1.
Mahsun, M., F. Sulistyowati, dan A.P. Heribertus. 2013. Akuntansi Sektor Publik.
BPFE. Yogyakarta.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. CV Andi Offset. Yogyakarta.
Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Ni Putu dan I Putu, 2013. Penilaian Kinerja Pada PT. Adhi Karya Dengan
Pendekatan Balance Scorecard. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana
ISSN : 2302-8556.
Sujawerni,. W.N. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Pustaka Baru Press.
Yogyakarta.
Sukesti, F. 2010. Analisis Penggunan Balance Scorecard Sebagai Alternatif
Untuk Mengukur Kinerja Pada Universitas Muhammadiyah Semarang.
Jurnal UNIMUS ISSBN : 978.979.704.883.9.
Teguh Narutomo, 2012. Penerapan Balance Scorecard Untuk Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kementerian Dalam Negeri. Jurnal Bina Praja. Vol.
4 No. 3.
65
UU. Hasanah dan AB. Setiawan, 2015. Analisis Pengukuran Kinerja Sebelum
Dan Sesudah Ditetapkannya Metode Balance Scorecard Sebagai Tolak
Ukur Pengukuran Kinerja. Jurnal Akuinida. Vol. 1 No.1. ISSN : 2442-
3033.
Wahyudin Nor, 2012. Penerapan Balance Scorecard Pada Pemerintah Daerah.
Jurnal Akuntansi Dan Bisnis. Vol. 7 No. 2.
Wanda Pramudani Limbu dan Eka Ardhani Sisdyani, 2016. Evaluasi Kinerja
Dinas Pendapatan Daerah Kota Denpasar Berbasis Balance Scorecard.
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. Vol. 15 No. 3 ISSN : 2302-
8556.
L A M P I R A N
MANUSKRIP
Responden : Abd. Rasyid
Jabatan : Sekretaris Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Waktu Wawancara : 17 Juni 2017 (13.15-13.36)
Peneliti : Selamat siang pak. Saya dari mahasiswa jurusan akuntansi
fakultas ekonomi dan bisnis Unismuh Makassar pak ingin meneliti
tentang pengukuran kinerja sektor publik dengan menggunakan
Balance Scorecard pada Pemerintahan Kota Makassar.
Responden : Oh, iya silahkan dek.
Peneliti : Yang pertama yang ingin saya tanyakan disini apakah bapak puas
dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan Kota Makassar ?
Responden : Saya selaku Sekretaris BPKA mengaku sangat puas dengan
kebijakan yang sudah diterapkan oleh Walikota Makassar
mengenai masalah kebijakan yang ada baik dalam hal sistem
penggajian yang diterapkan maupun kebijakan-kebijakan lainnya.
Peneliti : Oh begitu yah pak. Apakah bapak sendiri sudah merasa banyak
memperoleh manfaat dengan bekerja di Pemerintahan Kota
Makassar ?
Responden : Selama saya bekerja di BPKA ini, saya merasa memperoleh
banyak manfaat khususnya selama saya diberi amanah sebagai
Sekretaris BPKA. Karena pimpinan yang ada di Pemerintahan Kota
Makassar selalu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai
dengan PP yang sudah ditetapkan.
Penelti : Terus kalau melihat kenyataan yang seperti itu, menurut bapak
apakah di Pemerintahan Kota Makassar sering menyelenggarakan
workshop atau pelatihan-pelatihan terkait dengan informasi-
informasi baru mengenai kebijakan pemerintahan ?
Responden : Selama saya bekerja di Pemerintahan Kota Makassar, sering
diadakan workshop atau pelatihan-pelatihan yang terkait dengan
informasi-informasi baru mengenai kebijakan pemerintahan. Selain
itu, kami selaku pegawai juga sering mendapatkan bimbingan dan
para konsultasi dari para senior yang ahli di bidangnya. Dengan
begitu saya pribadi terbiasa berpikir kritis, sistematis dan rasional.
Peneliti : Kalau strateginya iya pak, maksud saya apakah proses recruitment
pegawai di Pemerintahan Kota Makassar ini sangat selektif ?
Responden : Sudah pasti, proses recruitment pegawai di Pemerintahan Kota
Makassar ini sangat selektif, karena semua pegawai yang diterima
di Pemerintahan Kota Makassar berkemampuan sesuai dengan
kebutuhan yang ada disini.
Peneliti : Maksudnya kebutuhan bagaimana itu pak ?
Responden : Pokoknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan pada saat itu,
contoh butuh ki bagian keuangan, yaa pastinya yang memiliki latar
belakang pendidikan bagian keuangan kita cari dan lain-lain.
Peneliti : Oh begitu pak dih’. Ok saya lanjutkan saja yaa pak pertanyaan
berikutnya. Masalah jumlah komputer apakah sudah tersedia untuk
para pegawai di setiap bagian mencukupi dan menyediakan
software yang up to date ?
Responden : Kalau masalah fasilitasnya disini, misalnya jumlah komputer yang
disediakan untuk para pegawai di setiap bagian sudah mencukupi
dan sudah disediakan software yang up to date.
Peneliti : Terus apakah Pemerintahan Kota Makassar telah melaksanakan
sistem kompensasi yang memadai.?
Responden : Pemerintahan Kota Makassar melaksanakan sistem kompensasi
yang memadai sehingga mereka tanggap terhadap keinginan dan
kebutuhan pegawai.
Peneliti : Lantas bagaimana dengan pegawai di Pemerintahan Kota
Makassar, apakah sering mendapatkan pelatihan peningkatan
keterampilan dan dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan ?
Responden : Pegawai di Pemerintahan Kota Makassar sering mendapatkan
pelatihan untuk peningkatan keterampilan sekaligus selalu
diberikan motivasi untuk mengembangkan kreativitas dan inisiatif.
Sehingga pegawai dapat dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan.
Peneliti : Berarti banyak ji perkembangannya pak dih’ ?
Responden : Ya begitulah.
Peneliti : Kalau begitu, makasih banyak pak atas waktunya.
Respoden : Iyah dek sama-sama.
MANUSKRIP
Responden : Wahyu Fadillah
Jabatan : Staff Accounting
Waktu Wawancara : 23 Mei 2017 (16.30-17.00)
Peneliti : Jadi yang pertama yang ingin saya tanyakan pak, apakah bapak
puas dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan Kota Makassar ?
Responden : Saya sangat puas dengan kebijakan yang ada di Pemerintahan
Kota Makassar, salah satunya yaitu dengan sistem penggajian yang
diterapkan di Pemerintahan tersebut.
Peneliti : Jadi menurut bapak sendiri apakah bapak merasa sudah banyak
memperoleh manfaat dengan bekerja di Pemerintahan Kota
Makassar ?
Responden : Bekerja di Pemerintahan Kota Makassar sebenarnya bisa
memberikan banyak manfaat, hanya saja saya pribadi belum
mampu mempelajari dan memahami sistem kebijakan yang
diterapkan oleh pemerintahan daerah khususnya Pemerintahan
Kota Makassar, karena masih kurangnya pelatihan-pelatihan yang
pernah saya ikuti.
Peneliti : Kalau masalah administrasi pelayanan keuangan dan umum di
Pemerintahan Kota Makassar, apakah telah didukung oleh sistem
informasi keuangan dan umum berkomputer pak ?
Responden : Administrasi pelayanan keuangan dan umum di Pemerintahan
Kota Makassar ini, telah didukung oleh sistem informasi keuangan
dan umum dengan sistem komputer.
Peneliti : Oh seperti itu yaa pak. Jadi semua pegawai di Pemerintahan Kota
Makassar ini mempunyai keterampilan yang kompeten pada bidang
pekerjaannya masing-masing ?
Responden : Iyalah, semua pegawai yang ada di Pemerintahan Kota Makassar
ini sudah dijamin mempunyai keterampilan yang sangat kompeten
pada bidang pekerjaannya. Sehingga ketika melakukan kesalahan
pada pekerjaannya, tingkat kesalahan yang biasa dilakukannya
relatif rendah.
Peneliti : Wah dijamin yaa pak, terus apakah sudah hampir semua pegawai
di Pemerintahan Kota Makassar ini berpendidikan minimal S2 ?
Responden : Kalau menurut saya, belum. Karena Pegawai yang ada disini
mayoritas tammatan pendidikannya itu Strata Satu, hanya sedikit
pegawai di Pemerintahan Kota Makassar yang berpendidikan Strata
Dua. Karena disini lebih diutamakan keuletan dan keahlian kinerja
pegawai.
Peneliti : Terus untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah,
apakah Pemerintahan Kota Makassar ini telah menerapkan SAP
berbasis akrual sebagai pedomana dalam kebijakan akuntansi
akrual tersebut ?
Responden : Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan daerah,
Pemerintahan Kota Makassar ini telah menerapkan SAP berbasis
akrual sebagai pedoman dalam kebijakan akuntansi. Dalam hal ini
Pemerintahan Kota Makassar juga selalu menggali informasi
kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan oleh pasar.
Penelti : Oh, seperti itu yaa pak. Kalau soal kepuasan, apakah semua
pegawai sudah merasa puas bekerja di Pemerintahan Kota
Makassar ?
Responden : Jadi kepuasan bekerja di Pemerintahan Kota Makassar belum
dirasakan oleh para pegawai, namun rasa bangga bisa bekerja dan
bergabung di Pemerintahan Kota Makassar menjadi nilai
kebanggan tersendiri.
Peneliti : Terus bagaimana dengan tingkat retensi (penolakan) pegawai
terhadap teknologi baru ?
Responden : Tingkat penolakan pegawai terhadap teknologi baru relatif
rendah, sehingga pegawai dapat dengan mudah mengakses semua
informasi. Hal itu membuat Pemerintah Kota Makassar
memberikan penghargaan kepada para pegawai yang berprestasi
dibidangnya.
Peneliti : Oh, seperti itu yaa pak. Baiklah pak, terima kasih banyak atas
informasi dan waktunya pak.
Responden : Ok dek, sama-sama.
i
SKRIPSI
PENGUKURAN KINERJA SEKTOR PUBLIK DENGAN
MENGGUNAKAN BALANCE SCORECARD PADA
BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN
ASET DAERAH DI KOTA MAKASSAR
WAHID NASRULLAH NASRUN
105730445113
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Makassar
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2017
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Wahid Nasrullah Nasrun
Nomor Stambuk : 105730445113
Jurusan : Akuntansi
Pembimbing I : Dr. Abdul Rahman Rahim, MM
Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan
Balance Scorecard Pada Pemerintahan Kota Makassar.
No Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Paraf
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi
Ismail Badollahi, SE.,M.Si,Ak.CA
NBM: 1073428
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Wahid Nasrullah Nasrun
Nomor Stambuk : 105730445113
Jurusan : Akuntansi
Pembimbing II : Ismail Badollahi, SE., M.Si. Ak. CA
Judul Skripsi : Pengukuran Kinerja Sektor Publik Dengan Menggunakan
Balance Scorecard Pada Pemerintahan Kota Makassar.
No Hari/Tanggal Uraian Perbaikan Paraf
Mengetahui
Ketua Jurusan Akuntansi
Ismail Badollahi, SE.,M.Si,Ak.CA
NBM: 1073428