skripsi perbedaan terapi bermain origami dengan …repository.stikes-bhm.ac.id/128/1/17.pdf ·...
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI
BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI
DI RSUD Dr. SOEROTO NGAWI
Oleh:
SHOLIKHATUN UMMAH
NIM: 201402103
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
ii
SKRIPSI
PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI
BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI
DI RSUD Dr. SOEROTO NGAWI
Diajukan untuk memenuhi
Salah satu persyaratan dalam mencapai gelar
Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Oleh:
SHOLIKHATUN UMMAH
NIM: 201402103
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN
2018
iii
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing dan telah dinyatakan layak
mengikuti Ujian Sidang.
SKRIPSI
PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI
BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI
DI RSUD Dr. SOEROTO NGAWI
Menyetujui,
Pembimbing I
(Dian Anisia W,S.Kep, Ns, M.Kep)
NIS.20130100
Menyetujui,
Pembimbing II
( Hariyadi, S.Kp, M.Pd)
NIP. 196811092005011001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Keperawatan
(Mega Arianti Putri, S.Kep, Ns, M.Kep)
NIS.20130092
iv
PENGESAHAN
Telah dipertahankan didepan dewan Penguji Tugas Akhir ( Skripsi ) dan
dinyatakan telah memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar ( S.Kep )
pada Tanggal .........................
Dewan Penguji :
1. Heni Eka Puji Lestari, S.ST., M.Kes :
(Ketua Dewan Penguji)
..................................
2. Dian Anisia Widyaningrum, S.Kep., Ns., M.Kep :
(Dewan Penguji 1)
.....................................
3. Hariyadi, S.Kp., M.Pd :
(Dewan Penguji 2)
.....................................
Mengesahkan,
STIKES Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Ketua,
Zaenal Abidin, S. KM, M. Kes (Epid)
NIS 20160130
v
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Sholikhatun Ummah
NIM : 2014020103
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan dalam
memperoleh gelar (sarjana) di suatu perguruan tinggi dan lembaga pendidikan
lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan baik yang sudah mauun
belum/ tidak dipublikasikan, sumbernya dijelaskan dalam tulisan dan daftar
pustaka.
Madiun, Juli 2018
Sholikhatun Ummah
NIM. 201402013
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Dengan segala puji dan rasa syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan kesehatan dan jalan dalam menyusun skripsi ini. Sholawat serta
salam untukmu Nabi Muhammad SAW yang selalu saya nantikan syafaatnya.
Ucapan terima kasih dan tugas akhir ini saya persembahkan kepada:
1. Skripsi ini saya persembahkan untuk kedua orang tuaku Bapak Komari & Ibu
Sutini, adikku Muhammad Yahya Al-Fathir. Tak lupa teruntuk kakak tercinta
Almh. Binti Munfaridatul Kholishoh yang saya rindukan nasihat serta kasih
sayangnya.Untuk Mas Kohari Bagus Abriyanto semoga selalu dalam
lindunganNya, terima kasih atas doa dan dukungan kalian hingga aku dapat
menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Terima kasih kepada Dosen Pengajar dan Dosen Pembimbing yang senantiasa
membimbing dalam penyusunan tugas akhir. Semoga apa yang kalian
sampaikan mendapat pahala yang berlimpah dari Allah SWT.
3. Terima kasih kepada STIKES BHM Madiun, semoga menjadi institusi yang
lebih bermanfaat dan lebih maju.
4. Terima kasih untuk sahabat-sahabatku Senja Nur Hamidah, Muhim Matun
Nafiah yang selalu memberi semangat dalam menyusun tugas akhir ini.
Kepada teman-teman seperjuangan Keperawatan 8B semoga kita menjadi
tenaga yang profesional dan bermanfaat.
vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Sholikhatun Ummah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat dan Tanggal Lahir : Ngawi, 28 Januari 1996
Agama : Islam
Alamat : RT.003/RW.004, Ds. Kersoharjo, Kec. Geneng,
Kab. Ngawi
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
Lulus Dari Taman Kanak-kanak Roudlotul Athfal
Dempel Tahun 2002
Lulus Dari Madrasah Ibtidaiyah Dempel Tahun
2008
Lulus Dari Madrasah Tsanawiyah Negeri Ngawi
Tahun 2011
Lulus Dari Madrasah Aliyah Darussalam Nganjuk
Tahun 2014
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun 2014- sekarang
Riwayat Pekerjaan : Bekerja di Apotik Ahsana Ngawi Desember 2017
viii
ABSTRAK
Sholikhatun Ummah
PERBEDAAN TERAPI BERMAIN ORIGAMI DENGAN TERAPI
BERMAIN PUZZLE TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN)
DALAM MENGHADAPI HOSPITALISASI
DI RSUD dr. SOEROTO NGAWI
117 Halaman + 8 Tabel + 23 Lampiran
Hospitalisasi merupakan proses alasan tertentu yang mengharuskan
seseorang dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang
menyebabkan perubahan psikis pada anak.Upaya menurunkan kecemasan dengan
memberikan terapi bermain origami dan puzzle. Permainan yang memberikan
kesempatan anak bebas berekspresi dan sangat terapeutik. Penelitian ini bertujuan
mengetahui perbedaan terapi bermain origami dengan puzzle terhadap tingkat
kecemasan anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di
RSUD dr. Soeroto Ngawi.
Desain penelitian Quasy- experiment rancangan two group pra-post test
design. Sampel 22 anak, 11 anak kelompok origami, 11 anak kelompok puzzle.
Tehnik sampling Purposive sampling, alat ukur kuesioner. Analisa data
menggunakan Uji Statistik Independent t-testdengan derajat kemaknaan α = 0.05.
Hasil penelitian tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara terapi
bermian origami dengan puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto
Ngawi.
Diharapkan perawat memberikan terapi bermain origami dan puzzle untuk
menurunkan tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami
hospitalisasi.
Kata kunci : Terapi bermain origami dan puzzle, tingkat kecemasan, anak
prasekolah
ix
ABSTRACT
Sholikhatun Ummah
DIFFERENCES THERAPY PLAY ORIGAMI WITH THERAPY
PLAYING PUZZLE TO THE LEVEL OF ANXIETYIN
CHILDREN AGE OF PRESCHOOL (3-6 YEARS)
IN FACING HOSPITALIZATION
IN dr. SOEROTONGAWI
Pages 117 + 8 Tables + 23 Appendix
Hospitalization is a process of certain reasons that require a person to be
hospitalized for treatment that causes psychic changes in children. Efforts to
lower anxiety by providing origami and puzzle play therapy. Games that give
children a free expression and are highly therapeutic. This study aimed to know
the difference of origami play therapy with puzzle to anxiety level of preschool
age children (3-6 years) in facing hospitalization in dr. Soeroto Ngawi.
Quasy-experiment research design of two pre-post test design group design.
Sample 22 children, 11 children origami group, 11 children puzzle group.
Purposive sampling technique, questionnaire. Data analysis using Independent
Statistical Test t-test with degree of significance α = 0.05.
The resultsthere is no significant difference between origami play therapy
with puzzle to anxiety level in preschool children (3-6 years) in facing
hospitalization in dr. Soeroto Ngawi.
It is expected that nurses provide origami and puzzle therapy to reduce
anxiety levels of preschoolers who are hospitalized.
Keywords: origami and puzzle playing therapy, anxiety level, preschooler
x
DAFTAR ISI
Sampul Depan .................................................................................................. i
Sampul Dalam .................................................................................................. ii
Lembar Persetujuan .......................................................................................... iii
Lembar Pengesahan ......................................................................................... iv
Lembar Pernyataan........................................................................................... v
Lembar Persembahan ....................................................................................... vi
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... vii
Abstrak ............................................................................................................. viii
AbtractI ............................................................................................................ ix
Daftar Isi........................................................................................................... x
Daftar Tabel ..................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................. xiv
Daftar Lampiran ............................................................................................... xv
Daftar Istilah..................................................................................................... xvi
Daftar Singkatan............................................................................................... xviii
Kata Pengantar ................................................................................................. xix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 4
1.3.1 Tujuan Umum ........................................................................ 4
1.3.2 Tujuan Khusus ....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 5
1.4.1 Manfaat Teoritis ..................................................................... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ...................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Prasekolah ............................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah ................................................... 7
2.1.2 Ciri- ciri Anak Prasekolah ...................................................... 7
2.1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah .................................... 8
2.2 Kecemasan ........................................................................................ 11
2.2.1 Pengertian Kecemasan ............................................................ 11
2.2.2 Penyebab Kecemasan ............................................................. 11
2.2.3 Tingkat Kecemasan ................................................................ 13
2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Anak ............ 14
2.2.5 Alat Ukur Kecemasan ............................................................. 15
2.3 Konsep Hospitalisasi ........................................................................ 17
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi ......................................................... 17
2.3.2 Perubahan yang Terjadi Akibat Hospitalisasi ........................ 17
2.3.3 Stressor dan Respon Anak terhadap Hospitalisasi ................. 18
2.3.4 Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah ................ 19
2.4 Terapi Bermain ................................................................................ 20
xi
2.4.1 Pengertian Terapi Bermain ..................................................... 20
2.4.2 Tujuan Terapi Bermain ........................................................... 20
2.4.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit ............................................ 21
2.4.4 Tipe Permainan ....................................................................... 22
2.4.5 Pengertian Terapi Bermain Origami....................................... 23
2.4.6 Pengertian Terapi Bermain Puzzle ......................................... 24
2.4.7 Prosedur Terapi Bermain Origami ......................................... 25
2.4.8 Prosedur Terapi Bermain Puzzle ............................................ 26
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual........................................................................ 28
3.2 Hipotesa Penelitian ........................................................................... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ........................................................................................ 30
4.2 Populasi dan Sampel ......................................................................... 31
4.2.1 Populasi .................................................................................. 31
4.2.2 Sampel .................................................................................... 31
4.2.3 Kriteria Sampel ....................................................................... 32
4.3 Tehnik Sampling ............................................................................... 33
4.4 Kerangka Kerja Penelitian ................................................................ 34
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional................................... 35
4.5.1 Identifikasi Variabel ............................................................... 35
4.5.2 Definisi Operasional Variabel ................................................ 35
4.6 Instrumen Penelitian ......................................................................... 36
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ...................................................... 37
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 38
4.9 Prosedur Pengumpulan Data ............................................................ 38
4.10 Pengolahan Data dan Analisis Data ................................................ 39
4.10.1 Pengolahan Data ................................................................... 39
4.10.2 Analisis Data......................................................................... 41
4.11 Etika Penelitian ............................................................................... 43
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian .......................................... 45
5.2 Hasil Penelitian ................................................................................ 45
5.2.1 Karakteristik Responden......................................................... 45
5.2.2 Data Umum ............................................................................ 46
5.2.3 Data Khusus ........................................................................... 47
5.2.3.1 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi
Sebelum Sesudah Diberikan Terapi Bermain Origami........ 48
5.2.3.2 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi
Sebelum Sesudah Diberika Terapi Bermain Puzzle ............ 49
5.2.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain
Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia
Prasekolah(3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi .. 49
xii
5.3 Pembahasan ...................................................................................... 50
5.3.1 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum
dan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Origami .................. 50
5.3.2 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum
dan Sesudah Diberikan Terapi Bermain Puzzle ..................... 52
5.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain
Puzzle Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun)............................................................................. 54
5.3.4 Keterbatasan Penelitian .......................................................... 56
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ....................................................................................... 57
6.2 Saran ............................................................................................. 57
Daftar Pustaka ......................................................................................... 59
Lampiran- lampiran ................................................................................ 62
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Skema Rancangan .......................................................................... 30
Tabel 4.5 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 35
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Anak Usia Prasekolah Kelompok
Terapi Bermain Origami Dengan Terapi Bermain Puzzle
Berdasarkan Jenis Kelamin di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto
Ngawi .............................................................................................. 46
Tabel 5.2 Deskripsi Tendensi Sentral Usia Responden Kelompok Terapi
Bermain Origami dan Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang
Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi ........................................... 47
Tabel 5.3 Tendensi Sentral Responden Kelompok Terapi Bermain Origami
dan Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang Bougenvile RSUD
dr. Soeroto Ngawi ........................................................................... 47
Tabel 5.4 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Bermain Origami pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto
Ngawi .............................................................................................. 48
Tabel 5.5 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Bermain Puzzle pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto
Ngawi .............................................................................................. 49
Tabel 5.6 Hasil Uji Independent t-test Tingkat Kecemasan pada Anak Usia
Prasekolah di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi .......... 50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang perbedaan terapi bermain
origami dengan terapi bermain puzzle terhadap
tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6
tahun) dalam menghadapi hospitalisasi ............................ 28
Gambar 4.1 Kerangka Kerja Penelitian ................................................ 34
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Pencarian Data Awal .................................................. 49
Lampiran 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden .................................. 50
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ................................... 51
Lampiran 4 Lembar Profil Responden ............................................................ 52
Lampiran 5 Kisi-kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak ........................... 55
Lampiran 6 SAB Terapi Bermain Origami ..................................................... 56
Lampiran 7 SAB Terapi Bermain Puzzle ........................................................ 58
Lampiran 8 Lembar Konsul ........................................................................... 60
Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 75
Lampiran 10 Surat Keterangan Selesai Penelitian ........................................... 76
Lampiran 11 Lembar Observasi Kelompok Origami....................................... 77
Lampiran 12 Lembar Observasi Kelompok Puzzle ......................................... 78
Lampiran 13 Tabulasi Data Kelompok Origami .............................................. 79
Lampiran 14 Tabulasi Data Kelompok Puzzle ................................................ 80
Lampiran 15 Tendensi Sentral Usia Anak PrasekolahKelompok Origami dan
Kelompok Puzzle ....................................................................... 81
Lampiran 16 Tendensi Sentral Pada Hari Rawat Anak Prasekolah Kelompok
Origami dan Kelompok Puzzle .................................................. 83
Lampiran 17 Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin Kelompok Origami dan
Kelompok Puzzle ....................................................................... 85
Lampiran 18 Hasil Penghitungan SPSSUji Paired t-test.................................. 86
Lampiran 19 Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-tes 88
Lampiran 20 Hasil Penghitungan SPSSUji Independent t-test ........................ 91
Lampiran 21 Lembar Revisi Skripsi ................................................................ 93
Lampiran 22 Dokumentasi Penelitian ............................................................. 96
Lampiran 23 Jadwal Kegiatan Penelitian ......................................................... 98
xvi
DAFTAR ISTILAH
Ansietas : Kecemasan
Benefit : Bentuk imbal jasa atau dasar kebutuhan yang
berguna untuk memperlancar proses kerja
Benzodiazepin : Jenis obat yang memiliki efek sedatif atau
menenangkan
Coding : .Penyuntingan data
Confidentiality : Aspek yang menjamin kerahasiaan data atau
informasi
Editing : Penyuntingan data
Gastrointestinal : Berkaitan dengan sistem pencernaan
Hamilton Anxiety
Rating Scale (HARS)
: Alat ukur kecemasan HARS
Independent T- Test : Uji komparatif ( uji beda) untuk mengetahui
adakah perbedaan mean yang bermakna antara 2
kelompok bebas yang berskala data interval atau
rasio
Inform consent : Persetujuan atas dasar informasi dalam pelayanan
kesehatan
Nonprobability
Sampling
: Tehnik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang sama bagi setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel
Origami : Permainan seni lipat
Pra-post test design : Desain penelitian sebelum- sesudah
Preschool Anxiety
Scale
: Alat ukur kecemasan PAS
Purposive Sampling : Teknik penetapan sampel dengan cara memilih
sampel diantara populasi sesuai dengan yang
dikehendaki peneliti
Puzzle : Permainan bongkar pasang
Qasy- experiment : Rancangan penelitian yang mengungkapkan
hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
kelompok kontrol disamping kelompok
eksperimental.
Respect for Justice and
Inclusiveness
: Prinsip keadilan dan keterbukaan
Scientific attitude : Perilaku keseharian yang ditunjukkan oleh seorang
peneliti atau ilmuwan dalam proses mempelajari,
melaksanakan dan mengembangkan ilmu
pengetahuan
Scoring : Pemberian skor
Tabulating : Pengulangan
xvii
Two group pra-post
test design
: Rancangan pra – pasca tes dengan dua grup
Uji Mann- Whitney : Uji komparatif 2 sampel bebas non parametris
Uji T-2 Sampel Bebas : Uji yang digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan nilai 2 sampel yang diberi perlakuan
yang berbeda
Variabel Dependen : Variabel terikat
Variabel Independen : Variabel bebas
Zung Self Rating
Anxiety Scale (ZSRAS)
: Alat ukur kecemasan ZSRAS
xviii
DAFTAR SINGKATAN
NHDS : National Hospital Discharge Survey
GABA : Gamma Amino Butiric Acid
HARS : Hamilton Anxiety Rating Scale
PAS : Preschool Anxiety Scale
RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah
xix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Skripsi dengan
judul “Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain Puzzle
terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) dalam
Menghadapi Hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi”. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan di
Progam Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Husada
Mulia Madiun.
Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa dalam kegiatan penyusunan
skripsi tidak akan terlaksana sebagaimana yang diharapkan tanpa adanya bantuan
dari berbagai pihak yang telah memberikan banyak bimbingan, arahan dan
motivasi pada penulis. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Yudono, M. M.Kes selaku Direktur Utama RSUD Dr. Soeroto Ngawi
2. Bapak Zaenal Abidin, S.KM, M.Kes (Epid) sebagai Ketua STIKES Bhakti
Husada Mulia Madiun.
3. Ibu Mega Arianti Putri, S.Kep,Ns, M.Kep sebagai Ketua Prodi S-1
Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
4. Ibu Heni Eka Puji Lestari, SST, M. Kes sebagai dewan penguji skripsi ini
5. Ibu Dian Anisia, S.Kep., Ns, M.Kep sebagai pembimbing 1 yang telah
memberi petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi ini.
xx
6. Bapak Hariyadi, S.Kp, M. Pd sebagai pembimbing II yang telah memberi
petunjuk, koreksi dan saran sehingga terwujudnya skripsi ini.
7. Keluarga dan teman-teman yang selalu bersama dalam suka dan duka
dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Kepala Ruang Bougenvile beserta perawat RSUD dr. Soeroto Ngawi yang
telah membantu saya dalam penelitian dan responden yang telah
meluangkan waktunya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu diharapkan
demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperanserta dalam penyusunan skripsi ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Wassalamu’alaikumWr.Wb.
Madiun, Juli 2018
Sholikhatun Ummah
NIM. 201402013
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak usia prasekolah merupakan anak dengan berusia 3 sampai 6 tahun
yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan sosial dan lingkungannya sebagai
tahap menuju perkembangan selanjutnya (Astarani, 2017). Pada masa usia
prasekolah aktifitas anak yang meningkat menyebabkan anak kelelahan sehingga
rentan terhadap penyakit akibat daya tahan tubuh yang lemah hingga anak
diharuskan menjalani hospitalisasi (Alini, 2017).
Hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan tertentu yang mengharuskan
anak dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang menyebabkan
perubahan psikis pada anak (Astarani, 2017). Peralatan medis yang terlihat bersih
dan prosedur medis dianggap anak menyakitkan dan membahayakan karena dapat
melukai bagian tubuhnya. Hal inilah yang dapat menimbulkan terjadinya
kecemasan pada anak.Hospitalisasi dapat menimbulkan respon yang kurang
menyenangkan bagi anak, dapat menimbulkan takut , stres atau cemas ( Astarani,
2017).
Kecemasan adalah perasaan samar-samar takut yang merupakan respon
terhadap rangsangan eksternal atau internal berupa gejala perilaku, emosi, kognitif
dan fisik (Videbeck, 2008; Fitriani, 2017). Anak yang mengalami kecemasan
selama hospitalisasi berusaha untuk menolak makan, minum dan sulit tidur,
sehingga membuat kondisi anak menjadi lebih buruk (Wong, 2008 ; Sa’diah,
2014).Di Amerika Serikat diperkirakan lebih dari 5 juta anak mengalami
2
hosptalisasi karena prosedur pembedahan dan lebih dari 50 % dari jumlah tersebut
anak mengalami kecemasan dan stresNational Hospital Discharge Survey
(NHDS), 2004 dalam Apriliawati (2011). Berdasarkan data Survey Kesehatan
Nasional (SUSENAS) tahun 2014 jumlah anak usia prasekolah di Indonesia
sebesar 20,72 % dari jumlah total penduduk Indonesia, berdasarkan data tersebut
diperkirakan 35 per 100 anak menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya
mengalami kecemasan (Alini, 2017). Hasil survey Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) tahun 2013 didapatkan data rata-rata anak yang menjalani rawat
inap di rumah sakit seluruh Indonesia adalah 2,8 % dari total jumlah anak 82.666
orang. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, data tahun
2013 menunjukkan jumlah anak usia prasekolah di Jawa Timur sebesar 2.485.218
dengan angka kesakitan 1.475.197 mengalami kecemasan saat menjalani
perawatan sebanyak 85% (Dinkes Provinsi Jawa Timur, 2014). Berdasarkan data
dari rumah sakit RSUD Dr. Soeroto Ngawi jumlah pasien anak pada tahun 2017
sebesar 889 anak.
Dampak dari kecemasan pada anak yang menjalani perawatan apabila tidak
segera ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan
perawatan dan pengobatan yang diberikan sehingga akan berpengaruh terhadap
lamanya hari rawat anak dan dapat memperberat kondisi penyakit yang diderita
anak (Widianti, 2011; Dayani, 2015). Permasalahan terkait respon anak terhadap
hospitalisasi adalah anak menolak menjalani perawatan di rumah sakit karena
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah sakit yang asing, dan
menjalani rawat inap yang lama (Rahmawati, 2009; Alini, 2017). Kecemasan
3
yang terus menerus dapat menghasilkan hormon yang menyebabkan kerusakan
pada seluruh tubuh terhadap termasuk menurunkan kemampuan sistem imun
(Putra, 2011; Sa’diah, 2014).
Mengingat banyaknya dampak dari kecemasan pada anak usia prasekolah
dalam menghadapi hospitalisasi, maka diperlukan suatu media yang dapat
mengungkapkan rasa cemasnya, yaitu terapi bermain (Sujatmiko, 2013; Dayani,
2015). Menurut Wong (2008), dalam Sa’diah (2014) intervensi keperawatan yang
dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan pada anak prasekolah adalah terapi
bermain.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
didapatkan data pada periode bulan Oktober sampai bulan Desember 2017,
jumlah anak yang dirawat di rumah sakit tersebut mencapai 267 anak, sedangkan
jumlah anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang dirawat mencapai 102 anak.
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada 9 orang tua dari pasien anak,
didapatkan 6 (66,7%) orang tua menyatakan bahwa anaknya baru pertama kali
masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan mengalami kecemasan, menangis
jika ditinggal orang tua sebentar,minta pulang dan 9 pasien anak tersebut belum
pernah mendapatkan terapi bermain origami dan puzzle.
Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang dan hasil studi pendahuluan
diatas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang perbedaan
terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD
Dr. Soeroto Ngawi.
4
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada perbedaan terapi bermain origami dan puzzle terhadap tingkat
kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi
di RSUD Dr. Soeroto Ngawi ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui perbedaan terapi bermain origami dan terapi bermainpuzzle
terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam
menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6
tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
sebelum dan setelah diberikan terapi bermain origami.
2. Menganalisis perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6
tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
sebelum dan setelah diberikan terapi bermain puzzle.
3. Menganalisis perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain
puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)
dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi.
5
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan ilmu keperawatan anak terkait dengan hospitalisasi, khususnya
dalam meningkatkan asuhan keperawatan pada anak usia prasekolah.
1.4.2 Manfaat praktis
1. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan yang berguna
bagi perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan keperawatan.
2. Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini bermanfaat dalam memberikan alternatif terapi untuk
anak yang mengalami kecemasan dalam menghadapi hospitalisasi pada
anak usia prasekolah dan memberikan pengetahuan bahwa terapi bermain
origami dengan terapi bermain puzzle perlu dilaksanakan untuk membantu
proses penyembuhan.
3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai data dasar untuk penelitian
selanjutnya, dan menambah literatur tentang terapi bermain origami dengan
terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan dalam menghadapi
hospitalisasi pada anak usia prasekolah di ruang perawatan anak.
6
4. Bagi masyarakat dan orang tua
Diharapkan dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang pengaruh
terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat
kecemasandalam menghadapi hospitalisasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Prasekolah
2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah
Anak usia prasekolah merupakan anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang
memiliki kemampuan berinteraksi dengan sosial dan lingkungannya sebagai tahap
menuju perkembangan selanjutnya ( Astarani, 2017). Anak prasekolah adalah
anak yang berusia 3 sampai 5 tahun yang pada masa ini anak memiliki
kemampuan mengontrol diri, berinteraksi dengan orang lain dan sebagai modal
awal menuju tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap sekolah (Wong, 2008;
Astarani, 2017).
Jadi, anak usia prasekolah adalah anak usia 3 sampai 6 tahun yang memiliki
kemampuan dalam mengontrol dirinya, mampu berinteraksi dengan orang lain,
bersosialisasi dengan lingkungannya.
2.1.2 Ciri- ciri Anak Prasekolah
Menurut Patmonodewo (2008), mengemukakan ciri- ciri anak prasekolah
(3-6 tahun) meliputi aspek fisik, emosi, sosial dan kognitif anak yaitu:
1. Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan maupun gerak gerik
prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang berada dalam tahapan
sebelumnya yaitu umumnya anak sangat aktif, mereka telah memiliki penguasaan
(kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri
seperti memberikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat dan melompat.
8
2. Ciri sosial anak prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang
disekitarnya. Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,
tetapi sahabat ini cepat berganti, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat
yang dipilih biasanya sama jenis kelaminnya. Tetapi kemudian berkembang
sahabat yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.
3. Ciri emosional anak prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan
dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia
tersebut, dan iri hati sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian
guru.
4. Ciri kognitif anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa.
Sebagian besar dari mereka senang bicara, khususnya dalam kelompoknya.
Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka perlu dilatih
untuk menjadi pendengar yang baik.
2.1.3 Perkembangan Anak Usia Prasekolah
1. Perkembangan fisik
Pada pertumbuhan masa prasekolah pada anak pertumbuhan fisik khususnya
berat badan mengalami kenaikan pertahunnya rata-rata 2 kg, kelihatan kurus akan
tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan
seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan khususnya ukuran
tinggi badan anak akan bertambah rata-rata 6,75 – 7,5 meter setiap tahunya
(Alimul Hidayat, 2005).
9
2. Perkembangan motorik
Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan halus.
Motorik halus adalah pengorganisasian penggunana otot-otot kecil seperti jari-
jemari dan tangan yang sering menumbuhkan kecermatan dan koordinasi dengan
tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alat-alat untuk
menggunakan suatu objek. Motorik kasar merupakan gerakan fisik yang
membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan
menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh (Nursalam,
2005).
Keterampilan motorik kasar pada anak usia 3-6 tahun sudah dapat melompat
dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar, mengembangkan
kemampuan olah raga seperti meluncur dan berenang, anak usia prasekolah dapat
mengendarai sepeda roda 3, menaiki dan menuruni tangga dengan kaki
bergantian, berdiri dengan satu kaki selama beberapa menit, melompat dengan
satu kaki. Pada usia 4 tahun dapat melompati tali, dan berdiri seimbang dengan
satu kaki dan mata tertutup pada usia 5 tahun. Keterampilan motorik halus dapat
merekatkan sepatu, dapat membuat jembatan dengan tiga balok, menggambar
tanda silang, mengancingkan baju sendiri, makan sendiri, dapat makan
menggunakan sendok dan garpu, mengoleskan selai ke roti dengan menggunakan
pisau, menuangkan air kedalam gelas, mandi sendiri, menggunakan gayung saat
mandi, dan dapat ke toilet sendiri (Muscari, 2005).
10
3. Perkembangan bahasa anak prasekolah
Perkembangan bahasa anak mampu menyebutkan hingga empat gambar,
empat warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, menggunakan bunyi
untuk mengidentifikasi objek, orang atau aktivitas, meniru berbagai bunyi kata,
memahami arti larangan, berespon terhadap panggilan dan orang-orang anggota
keluarga terdekat (Alimul Hidayat, 2005).
Rata-rata anak usia 3 tahun mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat
dengan 3-4 kata dan berbicara terus menerus. Rata-rata usia 4 tahun mengucapkan
1500 kata, mangatakan cerita yang berlebihan, dan bernyanyi yang sederhana.
Rata-rata anak usia 5 tahun dapat mengucapkan 2100 kata, mengetahui 4 warna
atau lebih dan dapat nenamakan hari-hari dalam 1 minggu dan bulan (Muscari,
2005).
4. Perkembangan adaptasi sosial
Perkembangan adaptasi sosial dapat bermain dengan permainan sederhana.
Menagis jika dimarahi, membuat permainan sederhana, membuat permintaan
sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadap
perpisahan, mengenali anggota keluarga (Alimul Hidayat, 2005).
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
perkembangan anak selanjutnya. Pada masa ini perkembangan kemampuan
berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial, kesadaran emosional dan inteligensia
berjalan sangat cepat. Perkembangan psiko-sosial sangat dipengaruhi oleh
lingkungan dan interaksi antara anak dengan orang tuanya. Perkembangan anak
11
akan optimal bila interaksi sosial diusahakan sesuai dengan kebutuhan anak pada
berbagai tahap perkembangan (Alimul Hidayat, 2005).
2.2 Kecemasan
2.2.1 Pengertian Kecemasan
Kecemasan atau ansietas merupakan penilaian dan respon emosional
terhadap sesuatu yang berbahaya, kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Kondisi dialami secara subjektif dan dikondisikan
dalam hubungan interpersonal (Stuart, 2006; Astarani, 2017). Cemas merupakan
reaksi atas situasi baru dan berbeda terhadap suatu ketidakpastian dan
ketidakberdayaan. Perasaan cemas dan takut merupakan suatu yang normal,
namun perlu menjadi perhatian bila rasa cemas semakin kuat dan terjadi lebih
sering dengan konteks yang berbeda (Astarani, 2017).
Jadi, kecemasan adalah suatu keadaan dimana rasa gugup, cemas,
kekhawatiran yang berlebihan. Kecemasan dapat dirasakan oleh semua orang.
Kecemasan menyebabkan gangguan psikologis yang disebabkan karena adanya
faktor stres, ketakutan yang dialaminya.
2.2.2 Penyebab Kecemasan
Menurut Stuart dan Sundeen (2007), terdapat beberapa teori yang dapat
menjelaskan ansietas, diantaranya:
1. Pandangan Psikoanalitik
Teori ini beranggapan bahwa ansietas terjadi apabila konflik emosinal yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan super ego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani
12
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, sedangkan fungsi ansietas
adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Pandangan Interpersonal
Teori ini beranggapan bahwa ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan yang
menimbulkan kelemahan spesifik.
3. Pandangan Perilaku
Teori ini beranggapan bahwa ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan
yang diinginkan.
4. Kajian Keluarga
Teori ini beranggapan bahwa ansietas merupakan hal biasa ditemui dalam
keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
5. Kajian Biologis
Otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepine. Reseptor ini
membantu mengatur ansietas. Penghambat GABA juga berperan utama dalam
mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya dengan
endorfin. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
13
2.2.3 Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2006) tingkat kecemasan dibedakan menjadi empat yaitu:
1. Kecemasan Ringan
Pada tingkat ini seseorang mengalami ketegangan yang dirasakan setiap hari
sehingga menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Seseorang akan lebih tanggap dan bersikap positif terhadap
peningkatan minat dan motivasi. Tanda-tanda kecemasan ringan berupa gelisah,
mudah marah dan perilaku mencari perhatian.
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
perhatian yang selektif, namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Pada
kecemasan tingkat sedang, seseorang akan kelihatan serius dalam memperhatikan
sesuatu. Tanda-tanda kecemasan sedang berupa suara bergetar, perubahan dalam
nada suara takikardi, gemetaran dan peningkatan ketegangan otot.
3. Kecemasan Berat
Pada tingkat kecemasan berat, lahan persepsi menjadi berkurang, cenderung
memusatkan pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan
fokus pada kegiatan lain menjadi berkurang. Tanda-tanda kecemasan berat berupa
perasaan terancam, ketegangan otot berlebihan, perubahan pernapasan, perubahan
gastrointestinal (mual, muntah, rasa terbakar pada ulu hati, sendawa, anoreksia
dan diare, perubahan kardiovaskuler dan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi.
14
4. Panik
Pada tingkat kecemasan ini, seseorang kehilangan kendali diri dan detail
perhatian yang hilang. Hilangnya kontrol seseorang tidak mampu melakukan
apapun meskipun dengan perintah.
2.2.4 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kecemasan Anak
Menurut Hockenberry & Wilson (2009), dalam Astarani (2017), faktor yang
mempengaruhi kecemasan antara lain:
1. Usia
Anak usia prasekolah belum mampu menerima dan mempersepsikan
penyakit dan pengalaman baru dengan lingkungan asing (Wong, 2009).
2. Karakteristik Saudara (Anak ke-)
Karakteristik saudara dapat mempengaruhi kecemasan pada anak yang
dirawat di rumah sakit. Anak yang dilahirkan sebagai anak pertama dapat
menunjukkan rasa cemas yang berlebihan dibandingkan anak kedua (Ilmiasih,
2012).
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin dapat mempengaruhi tingkat stres hospitalisasi, dimana anak
perempuan yang menjalani hospitalisasi memiliki tingkat kecemasan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki.
4. Pengalaman terhadap sakit dan perawatan di rumah sakit
Anak yang mempunyai pengalaman hospitalisasi sebelumnya akan memiliki
kecemasan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang belum memiliki
pengalaman sama sekali. Respon anak menunjukkan sensitivitas terhadap
15
lingkungan dan mengingat dengan detail kejadian yang dialaminya dan
lingkungan disekitarnya.
5. Jumlah anggota keluarga dalam satu rumah
Menurut Hockenberry & Wilson (2009), jumlah anggota keluarga dalam
satu rumah dikaitkan dengan dukungan keluarga. Semakin tinggi dukungan
keluarga pada anak usia pasekolah yang menjalani hospitalisasi, maka semakin
rendah tingkat kecemasan anak.
6. Persepsi anak terhadap sakit
Small , et all (2009), menyatakan bahwa anak usia prasekolah selama
hospitalisasi dapat menyebabkan dampak bagi orang tua. Munculnya dampak
tersebut karena kemampuan pemilihan koping yang belum baik dan stres karena
pengobatan.
Kecemasan anak saat hospitalisasi juga disebabkan oleh perpisahan, hilang
kendali, cidera tubuh. Anak mengalami perpisahan dengan lingkungan tempat
tinggal dan tempat bermain, menyesuaikan dengan lingkungan baru rumah sakit
serta berbagai tindakan perawatan di rumah sakit (Nelson, 2003; Basford dan
Lynn, 2006).
2.2.5 Alat Ukur Kecemasan
1. Zung Self Rating Anxiety Scale
Merupakan skala yang berfokus pada kecemasan secara umum dan koping
dalam mengatasi stres. Skala ini terdiri dari 20 pertanyaan dengan 15 pertanyaan
tentang peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan tentang penurunan kecemasan.
16
2. Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)
Disebut juga dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), pertama kali
dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956 untuk mengukur semua tanda
kecemasan baik kecemasan psikis maupun kecemasan somatik. HARS terdiri dari
16 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan
orang dewasa.
3. Preschool Anxiety Scale
Dikembangkan oleh Spence et al,merupakan pengukuran skala kecemasan
pada anak berdasarkan dari laporan orang tuanya, yang terdiri dari 34 pertanyaan
yang menggunakan pernyataan tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering dan
selalu.
Dalam penelitian kali ini, alat ukur kecemasan yang akan digunakan
adalahHamilton Anxiety Rating Scale (HARS)Alat ukur ini terdiri dari 16item
pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang
dewasa.Masing-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (skore) antara 0-3,
yang artinya adalah :
Nilai 0 = tidak ada gejala (keluhan)
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
17
Masing-masing nilai angka (skore) dari ke 16 kelompok gejala tersebut
dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat
kecemasan seseorang, yaitu :
Nilai (Skore) : kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14 – 20 = kecemasan ringan
21 – 27 = kecemasan sedang
28 – 41 = kecemasan berat
42 – 56 = kecemasan berat sekali
2.3 Konsep Hospitalisasi
2.3.1 Pengertian Hospitalisasi
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga kondisi
anak tersebut menjadi stressor baik terhadap anak maupun orang tua dan keluarga
(Wong, 2008).
Jadi, hospitalisasi adalah suatu proses karena alasan tertentu sehingga
megharuskan seseorang dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan
yang menyebabkan perubahan pssikis pada anak.
2.3.2 Perubahan yang Terjadi Akibat Hospitalisasi
1. Perubahan Konsep Diri
Akibat penyakit yang diderita atau tindakan seperti pembedahan dan
perubahan citra tubuh.
18
2. Regresi
Klien mengalami kemunduran ke tingkat perkembangan sebelumnya atau
lebih rendah dalam fungsi fisik, mental, perilaku dan intelektual.
3.Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada oran lain.
4. Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak
realistis, tidak dapat menyesuaikan denngnan lingkungan dan sulit bekerja sama
mengatasi masalahnnya.
5. Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadap
penyakitnya.
6. Kehilangan dan perpisahan
Kehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan
yang asing dan jauh dari suasana kekeluargaan.
2.3.3 Stressor dan Respon Anak terhadap Hospitalisasi
Menurut Hockenberry dan Wilson (2009) ada beberapa hal yang menjadi
stressor pada anak, sehingga anak tidak mampu mengatasi krisis yang dialaminya
saat hosppitalisasi, yaitu:
19
1. Cemas karena perpisahan
Respon anak terhadap perpisahan sendiri dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu:
a. Tahap protes (phase of protest)
Tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit dan
memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif.
b. Tahap putus asa (phase of despair)
Pada tahap ini anak tampak tegang, tangisannya berkurang, kurang
berminat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri.
c. Tahap menolak (phase of denial)
Pada tahap ini anak samar-samar menerima perpisahan, mulai tertarik
dengan apa yang ada disekitarnya.
2. Kehilangan kendali
Kehilangan kendali terjadi karena ketidakmampuan menyadari keterbatasan
dan perilaku yang dihasilkan (Wong, 2008). Hal ini terlihat pada perilaku mereka
dalam hal kemampuan motorik, bermain, melakukan hubungan interpersonal dan
melakukan aktifitas sehari-hari (activity of daily living).
3. Luka pada tubuh dan rasa sakit (nyeri)
Anak prasekolah memandang nyeri sebagai hukuman akibat kesalahan yang
dilakukannya. Hal ini berkaitan dengan pemikiran magis anak.
2.3.4 Dampak Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah
Pengaruh Hospitalisasi pada perkembangan anak tergantung pada faktor-
faktor yang saling berhubungan seperti sifat anak, keadaan perawatan dan
keluarga. Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan yang tidak segera
20
ditangani akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan
keperawatan yang berpengaruh terhadap lamanya hari rawat. Sedangkan dampak
jangka panjangnya, jika tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan dalam
kemampuan membaca, gangguan bahasa dan perkembangan kognitif.
2.4 Terapi Bermain
2.4.1 Pengertian Terapi Bermain
Bermain merupakan kegiatan atau simulasi yang sangat tepat untuk anak.
Bermain dapat meningkatkan daya pikir anak untuk mendayagunakan aspek
emosional, sosial, fisik, serta dapat meningkatkan kemampuan fisik, pengalaman,
dan pengetahuan serta keseimbangan mental anak (Andriana, 2011).
Jadi, terapi bermain merupakan salah satu intervensi yang dapat diberikan
kepada anak ketika dirawat dirumah sakit. Saat hospitalisasi, anak cenderung
mengalami stres yang berlebihan. Melalui terapi bermain anak dapat
mengeluarkan rasa takut, cemas yang mereka alami serta terapi bermain sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembang anak.
2.4.2 Tujuan Terapi Bermain
Menurut Zellawati (2011), dalam Astarani (2017), tujuan terapi bermain
adalah untuk menciptakan suasana aman bagi anak-anak dalam mengekspresikan
diri mereka, memahami bagaimana sesuatu dapat terjadi, mempelajari aturan
sosial dan mengatasi masalah mereka serta memberikan kesempatan bagi anak-
anak untuk berekspresi dan mencoba sesuatu yang baru. Tujuan terapi bermain
dirumah sakit untuk melanjutkan fase tumbuh kembang secara optimal,
21
mengembangkan kreativitas anak sehingga anak dapat beradaptasi lebih efektif
terhadap stres (Susilaningrum, 2013; Astarani, 2017).
2.4.3 Prinsip Bermain di Rumah Sakit
Menurut Andriana (2011), dalam Astarani (2017), prinsip-prinsip bermain
di rumah sakit yang perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Waktu bermain
Waktu yang diperlukan untuk terapi bermain pada anak yang dirawat di
rumah sakit adalah 15-20 menit. Waktu tersebut dapat membuat kedekatan antara
orang tua dan anak serta tidak menyebabkan anak kelelahan akibat bermain
(Vanfleet, 2010).
2. Mainan harus relatif aman dan terhindar dari infeksi silang
Permainan harus memperhatikan keamanan dan kenyamanan. Anak kecil
perlu rasa aman dan yakin terhadap benda-benda yang dikenalinya, Seperti
boneka yang dipeluk anak untuk memberi rasa nyaman dan dibawa ke tempat
tidur di malam hari.
3. Sesuai kelompok usia
Perlu dibuatkan jadwal dan dikelompokkan sesuai usia karena kebutuhan
bermain berbeda antara usia yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Pada rumah
sakit yang ada tempat bermainnya perlu lebih diperhatikan agar dapat
dimanfaatkan dengan baik.
4. Tidak bertentangan dengan terapi
Terapi bermain harus memperhatikan kondisi anak. Permainan tidak boleh
bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila
22
anakharus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan diatas
tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat
bermain khusus yang ada di ruang rawat (Supartini, 2004 ).
5. Perlu keterlibatan orang tua dan keluarga
Keterlibatan orang tua sangatlah dibutuhkan anak dalam menjalani rawat
inap, dimana dengan keterlibatan orang tua tidak hanya mendorong ketrampilan
dan kemampuan tetapi dapat juga memberikan dukungan bagi perkembangan
emosi anak. Dukungan keluarga dan teman sebaya dapat memfasilitasi anak
terhadap lingkungan asing yang menyebabkan kecemasan pada anak. Selain itu,
terapi bermain dengan keterlibatan orang tua dapat memberikan rasa tenang,
nyaman, merasa disayang dan diperhatikan, sehingga anak dapat lebih dapat
mengelola emosinya dan memungkinkan anak berespon lebih efektif terhadap
situasi selama hospitalisasi.
2.4.4 Tipe Permainan
Menurut Wong (2009), dalam Astarani (2017), ada beberapa tipe permainan
ditinjau dari karakter sosial yaitu :
1. Permainan Pengamat
Tipe permainan ini, anak memperhatikan apa yang dilakukan anak lain,
tetapi tidak terlibat dalam aktivitas bermain tersebut.
2. Permainan Tunggal
Tipe permainan ini, anak bermain sendiri dengan mainan yang berbeda
dengan mainan yang digunakan oleh anak lain ditempat yang sama.
23
3. Permainan Paralel
Tipe permainan ini, anak bermain secara mandiri diantara anak-anak lain.
4. Permainan Asosiatif
Tipe permainan ini, bermain bersama, mengerjakan aktivitas serupa atau
bahkan sama, tetapi tidak ada organisasi, pembagian kerja, penetapan
kepemimpinan atau tujuan bersama.
5. Permainan Kooperatif
Tipe permainan ini, permainan bersifat teratur, dan anak bermian dalam
kelompok dengan anak lain.
2.4.5 Pengertian Terapi Bermain Origami
Bermain origami adalah kegiatan melipat kertas menjadi suatu bentuk atau
gambaran dengan menggerakkan tangan sambil berfikir (Kobayashi, 2008;
Sa’diah, 2014). Bermain origami merupakan salah satu intervensi yang diterapkan
pada anak dalam menghadapi hospitalisasi karena tidak perlu membutuhkan
banyak tenaga dan dapat dilakukan di tempat tidur pasien, sehingga pasien tetap
merasa nyaman dan tidak mudah lelah. Selain itu, bermain origami juga berkaitan
dengan tahap perkembangan anak (Hurlock, 2000; Sa’diah, 2014). Manfaat dari
terapi bermain origami adalah sebagai berikut:
1. Melatih motorik halus pada anak sekaligus sarana bermain yang aman,
murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
2. Melalui origami, anak belajar membuat mainannya sendiri sehingga tercipta
kepuasan tersendiri.
24
3. Membentuk karakter anak menjadi sabar dan disiplin dalam mencapai
bentuk yang diinginkan.
4. Dapat menambah wawasan anak, anak bebas berkarya sesuai keinginan.
5. Melalui origami anak berpikir matematis serta perbandingan lewat bentuk-
bentuk yang dibuat.
2.4.6 Pengertian Terapi Bermain Puzzle
Puzzle merupakan alat bermain yang dapat membantu perkembangan
psikososial pada anak (Ball, et all, 2012; Fitriani, 2017). Puzzle merupakan
permainan yang dapat memfasilitasi permainan asosiatif dimana pada usia
prasekolah anak senang bermain dengan anak lain sehingga puzzle dapat dijadikan
sarana bermain anak sambil bersosialisasi (Ball, et all, 2012; Fitriani, 2017).
Pemilihan puzzle sebagai terapi bermain juga dikarenakan bermain puzzle tidak
memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga anak tidak mudak lelah.
Manfaat Terapi Bermain Puzzle sebagai berikut:
1. Meningkatkan Ketrampilan Kognitif
Ketrampilan kogntif berhubungan dengan kemampuan dalam belajar dan
memecahkan masalah. Dengan bermain puzzle anak akan mencoba
memecahkan masalah yaitu menyusun gambar.
2. Meningkatkan Ketrampilan Motorik Halus
Ketrampilan motorik halus berkaitan dengan kemampuan anak
menggunakan otot-otot kecilnya khususnya tangan dan jari-jari tangan.
3. Meningkatkan Ketrampilan Sosial
25
Ketrampilan sosial berkaitan dengan kemampuan berinteraksi dengan orang
lain. Bermain puzzle dapat dilakukan secara individu namun dapat juga
dilakukan secara kelompok atau bersama.
4. Melatih Koordinasi Mata dan Tangan
Anak menjadi belajar mencocokkan keping-keping puzzle dan menyusunnya
menjadi satu gambar. Ini merupakan langkah penting menuju
pengembangan ketrampilan membaca.
5. Melatih Logika
Melalui puzzle anak dilatih menggunakan logikanya. Misalnya puzzle
bergambar manusia, anak akan dilatih menyimpulkan dimana letak kepala,
tangan dan kaki sesuai logika.
6. Melatih Kesabaran
Bermain puzzle membutuhkan kesabaran, ketekunan dan memerlukan waktu
untuk berfikir dalam menyelesaikan tantangan.
7. Memperluas Pengetahuan
Anak akan belajar banyak hal, warna, bentuk, angka, huruf. Pengetahuan
yang diperoleh dari cara ini mengesankan bagi anak dibandingkan yang
dihafalkan. Anak dapat belajar konsep dasar, binatang, alam sekitar, buah-
buahan, alfabet dan lain-lain.
2.4.7 Prosedur Terapi Bermain Origami
Persiapan
a. Siapkan kertas lipat origami yang akan digunakan sebagai alat terapi
bermain
26
b. Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain
Cara bermain
a. Siapkan kertas origami, lipat menjadi 2 bagian sama besar secara
mendatar (horizontal).
b. Buka lipatan kertas hasil langkah pertama, balik kertas, kemudian lipat
kembali secara mendatar pada sisi lainnya.
c. Buka lipatan hasil langkah ke 2, balik kertas, kemudian lipat kertas
menjadi 2 bagian sama besar secara diagonal.
d. Buka lipatan kertas hasil langkah ke 3, lipat kembali kertas secara
diagonal pada sisi lainnya.
e. Buka lipatan kertas dari langkah ke 4. Lipat kertas mengikuti garis
lipatan yang terbentuk.
f. Beri tanda “X” dan “Y”, lalu lipat dan pastikan sejajar antara garis
lipatan “X” dan “Y”.
g. Beri tanda “A” dan “B” pada sisi lainnya, kemudian lipat dan pastikan
sejajar .
h. Perhatikan tanda “X” dan “Y” kemudian lipat kembali dan pastikan sisi
“X” sejajar dengan garis lipatan “Y”.
i. Lipat kembali kertas (sisi “A” kearah kiri) dengan batasan sisi “B”.
j. Balik kertas origami lalu beri lukisan agar terlihat lebih cantik dan jelas.
2.4.8 Prosedur Terapi Bermain Puzzle
Persiapan
a. Siapkan puzzle yang akan digunakan sebagai alat terapi bermain
27
b. Siapkan tempat yang akan digunakan untuk terapi bermain
Cara bermain
a. Letakkan puzzle di depan anak
b. Pisahkan setiap kepingan atau potongan puzzle
c. Beri contoh pada anak cara menyusun puzzle
d. Mintalah pada anak untuk mencobanya
e. Berikan pujian apabila anak berhasil dalam menyusun puzzle
f. Apabila anak masih ingin bermain, ulangi lagi permainan dengan puzzle
yang lain.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dayani (2015), “ Terapi Bermain
Clay Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang
Menjalani Hospitalisasi Di RSUD Banjarbaru”, Pelaksanaan terapi bermain clay
dilakukan setiap 20 menit ditempat tidur anak sebanyak 2 kali pertemuan. Setelah
kegiatan terapi bermain clay pada hari kedua selesai, peneliti melakukan
pengambilan data kecemasan sesudah (post test) yang diisi oleh orang tua
responden.
28
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA PENELITIAN
3.1 Kerangka Konseptual
Input Proses Output
Keterangan :
: Diukur
: Tidak diukur
: Berhubungan
: Berpengaruh
Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang perbedaan terapi bermain origami dengan
terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi.
Kecemasan
Dampak
hospitalisasi pada
anak usia
prasekolah:
a. Takut
b. Stres
c. Cemas
Terapi
BermainOri
gami
Terapi
BermainPu
zzle
Kecemasan
Ringan
Sedang
Berat
Panik
Faktor- faktor Kecemasan dalam hospitalisasi:
a. Usia
b. Karakteristik saudara
c. Jenis kelamin
d. Pengalaman sakit dan perawatan di rumah sakit
e. Jumlah anggota dalam satu rumah
f. Persepsi anak terhadap sakit
g. Hilang kendali
h. Cidera tubuh
i. Perpisahan dengan tempat tinggal dan tempat bermain
j. Penyesuaian di lingkungan baru rumah sakit
29
Dari gambar 3.1 dapat dijelaskan bahwa hospitalisasi pada anak prasekolah
menyebabkan dampak seperti, takut, stres dan cemas. Kecemasan itu sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, usia, karakteristik saudara (anak ke-
), jenis kelamin, pengalaman sakit dan perawatan di rumah sakit, jumlah anggota
keluarga dalam satu rumah, persepsi anak terhadap sakit. Dampak dari
hospitalisasi dapat diberikan terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle
dengan harapan tingkat kecemasan dari panik, berat, sedang menjadi ringan atau
kecemasan dapat dikendalikan.
Dengan demikian diharapkan adanya pemberian terapi bermain origami
dengan terapi bermain puzzle pada anak usia prasekolah yang mengalami
perawatan di rumah sakit atau hospitalisasi kecemasan dapat teratasi atau
berkurang.
3.2 Hipotesa Penelitian
Hipotesa penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
pernyataan (Sugiyono, 2011).
Hipotesa dalam penelitian ini yaitu :
Ha : Ada perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle
terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam
menghadapi hospitalisasi di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
30
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan jenis penelitian
Quasy- experiment. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah two group
pra-post test design. Ciri dari penelitian ini adalah mengungkapkan hubungan
sebab akibat dengan cara melibatkan dua kelompok subjek. Kelompok subjek
diobservasi sebelum dilakukan intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah
intervensi (Nursalam, 2013). Tujuan penelitian ini untuk menganalisa perbedaan
terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan
pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD
Dr. Soeroto Ngawi.
4.1 Skema Rancangan Penelitian
Kelompok Pre test Perlakuan Post test
Terapi bermain
origami
A¹ I¹ A²
Terapi bermain
puzzle
B¹ I² B²
31
Keterangan :
A¹ : Tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain origami (pre test)
A² : Tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi bermain origami (post test)
B¹ : Tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain puzzle (pre test)
B²: Tingkat kecemasan sesudah diberikan terapi puzzle (post test)
I¹ : Perlakuan terapi bermain origami
I² : Perlakuan terapi bermain puzzle
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh pasien anak prasekolah (3-6 tahun) di
ruang perawatan anak (rawat inap) RSUD Dr. Soeroto Ngawi dengan jumlah 34
responden. Jumlah 34 tersebut didapatkan dari rata-rata jumlah pasien anak usia
prasekolah (3-6 tahun) selama 3 bulan terakhir dengan rincian di bulan Oktober
sejumlah 23 anak, November sejumlah 35 anak dan bulan Desember sejumlah 44
anak.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian pasien anak prasekolah (3-6
tahun) di ruang perawatan anak (rawat inap) RSUD Dr. Soeroto Ngawi. Rumus
sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Lemeshow(1990).
32
n = Z²ıª̸². P (1-P). N
d² (N-1) + Z²ıª̸². P (1-P)
n = (1,96)². 0,5 (1- 0,5). 34
(0,25)² (34-1) + (1,96)². 0,5 (1-0,5)
n = 3,8. 8,5
2,0625 + 0,95
n = 32,3
3,0125
n = 10,7219 dibulatkan menjadi 11
Berdasarkan rumus diatas, maka besar sampel yang diperlukan untuk
setiap kelompok perlakuan adalah n = 11 sampel. Jadi, jumlah total sampel adalah
22 responden.
4.2.3 Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu
populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah :
a. Responden anak usia prasekolah (3-6 tahun)
b. Responden dan orang tua dapat diajak berkomunikasi secara verbal
c. Responden anak usia prasekolah yang diijinkan orang tuanya dan bersedia
menjadi responden
33
d. Responden anak usia prasekolah yang mampu atau bersedia berperan serta
dalam pemberian terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle yang
pada hari rawat 1-3 hari di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subjek yang
memenuhi kriteria inklusi. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :
a. Responden anak usia prasekolah yang tidak mampu atau tidak dapat
mengikuti ( kontra indikasi) kegiatan terapi bermain origami dengan terapi
bermain puzzle
4.3 Tehnik Sampling
Tehnik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Purposive
sampling merupakan jenis Nonprobability sampling yang metode penetapan
sampelnya dengan cara memilih sampel diantara populasi sesuai yang
dikehendaki oleh peneliti, sehingga sampel tersebut mewakili karakteristik
populasi yang dikenal sebelumnya (Nursalam, 2013).
34
4.4 Kerangka Kerja Penelitian
Gambar 4.2 Kerangka Kerja Penelitian
Populasi
Seluruh pasien anak prasekolah (3-6 tahun) di ruang perawatan anak (rawat inap)
RSUD Dr. Soeroto Ngawi dengan jumlah 34 responden
Sampel
Sebagian pasien anak prasekolah (3-6 tahun) di ruang perawatan anak (rawat inap)
RSUD Dr. Soeroto Ngawi dengan jumlah 22 responden sesuai kriteria inklusi
Tehnik Sampling : Purposive sampling
Desain Penelitian :Quasy-experiment (two group pra-post test design)
Pengumpulan Data : Kuesioner
Kelompok perlakuan I
Pengukuran kecemasan I
Terapi bermain origami
Pengukuran kecemasan II
Kelompok perlakuan II
Pengukuran kecemasan 1
Terapi bermain puzzle
Pengukuran kecemasan II
Pengolahan Data : Editing, Coding, Scoring, Tabulating
Analisis Uji Statistik : Uji Dependent T-Test, Uji Independent T-
Test
Hasil dan kesimpulan
Penyajian
Publikasi
35
4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
4.5.1 Identifikasi Variabel
1. Variabel independen ( Variabel bebas)
Variabel Independen dalam penelitian ini adalah terapi bermain origami dengan
terapi bermain puzzle
2. Variabel dependen ( Variabel terikat)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan pada anak usia
prasekolah (3-6 tahun)
4.5.2 Definisi Operasional Variabel
Gambar 4.5 Definisi operasional tentang perbedaan terapi bermain origami
dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada
anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
Variabel
penelitian
Definisi
operasoinal
Parameter Alat ukur Skala Skor Kriteria
Variabel
Bebas:
Terapi
bermain
origami
Metode terapi
bermain
origami yang
diberikan pada
anak usia
prasekolah (3-6
tahun) yang
mengalami
kecemasan
dalam
menghadapi
hospitalisasi di
RSUD Dr.
Soeroto Ngawi
Anak mampu
menyelesaikan terapi
bermain origami 75
% dari alat
permainan yang telah
disediakan
- - - -
36
Terapi
bermain
puzzle
Metode terapi
bermain
puzzle yang
diberikan pada
anak usia
prasekolah (3-6
tahun) yang
mengalami
kecemasan
dalam
menghadapi
hospitalisasi di
RSUD Dr.
Soeroto Ngawi
Anak mampu
menyelesaikan terapi
bermain origami 75
% dari alat
permainan yang telah
disediakan
- - - -
Variabel
Terikat:
Tingkat
kecemasan
pada anak
usia
prasekolah
(3-6 tahun)
Kecemasan
adalah suatu
keadaan
dimana rasa
gugup, cemas
dan khawatir
yang
berlebihan
Gejala sikap: takut,
gelisah, sedih, sulit
konsentrasi, gugup,
tegang.
Gejala somatis:
gangguan tidur,
gemetar, wajah
pucat, hilang nafsu
makan dan keringat
dingin
Kuesioner
kecemasan
anak
HARSdari
Nur Aidar
(2011)
Rasio Tidak
pernah=
0
Kadang-
kadang=
1
Sering=
2
Kecemasa
nRingan
Kecemasa
n Sedang
Kecemasa
n Berat
Kecemasa
n Berat
37
4.6 Instrumen Penelitian
Instrumen untuk terapi bermain origami adalah kertas lipat (origami) dan
spidol. Sedangkan instrumen untuk terapi bermain puzzle adalah berupa alat
puzzle (bongkar pasang). Instrumen yang akan digunakan untuk mengukur
kecemasan anak prasekolah yaitumenggunakan kuesioner kecemasan anak dari
Nur Aidar (2011).Kuesioner ini akan diisi oleh keluarga pasien dan terdiri dari
16pertanyaan dengan kriteria jawaban :
a. Tidak Pernah : Dinilai 0
b. Kadang-kadang : Dinilai 1
c. Sering : Dinilai 2
d. Selalu : Dinilai 3
Rentang penilaian adalah :
Kecemasan Ringan : 14- 20
Kecemasan Sedang : 21- 27
Kecemasan Berat : 28- 41
Selalu= 3
Sekali
38
Kecemasan Berat Sekali : 42- 56
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas
1. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dapat mengungkapkan data dari variabel yang ditelitisetelah penelitian
ini dilakukan uji validitas yang tepat (Arikunto, 2010).
Penelitian ini menggunakan kuesioner kecemasan anak dari Nur Aidar
(2011) yang sudah dilakukan uji validitas, dengan nilai r hitung pada 16
pertanyaan kecemasan adalah antara 0,4606 – 0,7448 lebih besar dari r tabel
(0,444). Sehingga 16 pertanyaan tersebut valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah
instrumen yang digunakan telah reliabel. Suatu alat yang dikatakan reliabel alat
itu mengukur suatu gejala dalam waktu berlainan senantiasa menunjukan hasil
yang sama (Notoatmodjo, 2012). Uji reabilitas kuesioner kecemasan anak,
diperoleh bahwa nilai alpha untuk kecemasan adalah 0,8898. Nilai alpha tersebut
lebih besar dari 0,600 sehingga kuesioner tersebut reliabel dan dapat digunakan
dalam penelitian.
4.8 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
39
Lokasi penelitian telah dilakukan di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian telah dilakukan pada Januari – Juli 2018
4.9 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam melakukan penelitian ini prosedur yang ditetapkan adalah sebagai
berikut :
1. Tahap persiapan :
a. Melakukan pendataan pada pasien anak usia prasekolah sesuai dengan
kriteria inklusi pada 28 Mei- 28 Juni 2018
b. Responden dipilih sesuai kehendak peneliti berdasarkan kriteria inklusi
yang telah ditetapkan
c. Meminta ijin dan memberikan penjelasan kepada orang tua tentang
prosedur dan tujuan dari penelitian
d. Membagi responden menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan
origami sejumlah 11 anak dan kelompok perlakuan puzzle sejumlah
11anak
2. Tahap pengambilan Data
a. Pengumpulan data yang pertama pada kelompok perlakuan origami dan
kelompok perlakuan puzzle dilakukan pada 28 Mei- 28 Juni 2018
b. Pengumpulan data dan pengukuran kecemasan dilakukan pada anak
(responden) yang mengalami hospitalisasi menggunakan kuesioner tingkat
kecemasan anak yang diisi oleh keluarga atau orang tua responden.
40
c. Setelah data diperoleh, peneliti memberikan intervensi kepada kelompok
perlakuan berupa terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle.
d. Terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle diberikan 2 kali
selama 2 hari, setelah hari kedua selesai peneliti mengukur tingkat
kecemasan (post test) menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua
responden.
4.10 Pengolahan Data dan Analisis Data
4.10.1 Pengolahan Data
Dalam penelitian ini pengolah data dilakukan menggunakan software
statistik. Menurut Notoatmodjo (2012), pengolahan data meliputi :
1. Editing
Hasil data dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih
dahulu. Secara umum editing merupakan kegiatan untuk pengecekan dan
perbaikan. Apabila ada data-data yang belum lengkap, jika memungkinkan
perlu dilakukan pengambilan data ulang melengkapi data-data tersebut. Tetapi
apabila tidak memungkinkan, maka data yang tidak lengkap tersebut tidak
diolah atau dimasukan dalam pengolahan “data missing” .
2. Coding
Setelah data diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau
coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka
atau bilangan.
Coding pada penelitian ini adalah :
41
a. Jenis kelamin:
- Laki- laki : diberi kode 1
- Perempuan : diberi kode 2
b. Usia :
- 3 tahun : diberi kode 1
- 4 tahun : diberi kode 2
- 5 tahun : diberi kode 3
- 6 tahun : diberi kode 4
c. Pada hari rawat:
- Pada hari rawat 1 : diberi kode 1
- Pada hari rawat 2 : diberi kode 2
- Pada hari rawat 3 : diberi kode 3
3. Scoring
Scoring yaitu menentukan skor atau nilai untuk tiap item pertanyaan dan
menentukan nilai terendah dan tertinggi (Satiadi, 2007). Tahapan ini dilakukan
setelah ditetapkan kode jawaban atau hasil observasi sehingga setiap jawaban
responden atau hasil observasi dapat diberikan skor.
Scoring pada penelitian ini adalah :
a. Tidak ada gejala (keluhan) : diberi kode 0
b. Gejala ringan :diberi kode 1
c. Gejala sedang :diberi kode 2
d. Gejala berat :diberi kode 3
e. Gejala berat sekali :diberi kode 4
42
4. Tabulating
Tabulating adalah membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan
penelitian atau yang diinginkan peneliti (Notoatmodjo, 2012).
4.10.2 Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini meliputi :
1. Analisa Univariat
Pada penelitian ini, peneliti menganalisa tingkat kecemasan pada anak
sebelum dan sesudah dilakukan aktifitas bermain origami dengan puzzle. Semua
karakteristik responden dalam penelitian ini seperti : usia, jenis kelamin, pada hari
rawat, tingkat kecemasan yaitu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan
berat , kecemasan berat sekali berbentuk kategori yang dianalisis menggunakan
analisa proporsi dan dituangkan dalam tabel distribusi frekuensi.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan
terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan
anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi. Akan dilakukan uji normalitas
data. Apabila data berdistribusi normal memakai Uji Dependent T-Test
danIndependent T-Test. Apabila data berdistribusi tidak normal memakai Uji
Wilcoxon dan Uji Mann Whitney.
1. Untuk menganalisa perbedaan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6
tahun) sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain origami digunakan Uji
Dependent T-Test
43
2. Untuk menganalisa perbedaan tingkat kecemasan anak usia prasekolah (3-6
tahun) sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain puzzle digunakan Uji
Dependent T-Test
3. Untuk menganalisis perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain
puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)
digunakan Uji Independent T-Test
Interpretasi data dapat dilihat dari nilai signifikansi yaitu jika nilai
signifikansi < 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikansi antara sebelum dan
sesudah perlakuan, sebaliknya jika nilai signifikansi > 0,05 berarti tidak ada
perbedaan yang signifikansi antara sebelum dan sesudah perlakuan. Itu berarti dari
hasil statistik akan didapatkan nilai signifikansi yang menunjukan bahwa jika nilai
signifikansi > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak dan sebaliknya jika nilai
signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak Ha diterima (Dahlan, 2011). Syarat distribusi
normal dengan melakukan uji normalitas di SPSS.Statistik nonparametrik
digunakan jika pengujian data menunjukkan bahwa salah satu atau beberapa
asumsi yang mendasari uji statistik parametrik tidak terpenuhi (misalnya sifat
distribusi data).
4.11 Etika Penelitian
Dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan atau kelompok apapun, manusia
tidak terlepas dari etika atau moral. Demikian juga dalam kegiatan keilmuan yang
berupa penelitian, manusia sebagai pelaku penelitian dengan manusia lain sebagai
objek penelitian juga tidak terlepas dari etika atau sopan santun. Dalam
44
hubungannya antara kedua belah pihak, masing-masing terikat dalam hak dan
kewajibannya. Pelaku penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugas meneliti
atau melakukan penelitian hendaknya memegang teguh sikap ilmiah (scientific
attitude) serta berpegang teguh pada etika penelitian meskipun mungkin
penelitian yang dilakukan tidak akan merugikan atau membahayakan bagi subjek
penelitian.
1. Prinsip Kerahasiaan (Confidentiality)
Setiap orang mempunyai hak-hak dasar individu termasuk privasi dan
kebebasan indivudu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak untuk
tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh sebab itu,
peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas dan kerahasiaan
identitas subjek. Peneliti cukup menggunakan coding sebagai pengganti identitas
responden.
2. Prinsip Keadilan dan Keterbukaan (Respect for Justice and inclusiveness)
Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga dengan kejujuran, keterbukaan,
dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan perlu dikondisikan, sehingga memenuhi
prinsip keterbukaan, yaitu dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip
keadilan ini menjamin bahwa semua subjek peneliti memperoleh perlakuan dan
keuntungan yang sama, tanpa membedakan jender, agama, etnis, dan sebagainya.
3. Prinsip Manfaat (Benefit)
Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin
bagi masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Peneliti
berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subjek. Oleh sebab itu,
45
pelaksanaan penelitian ini harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi
rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.
46
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD dr. Soeroto Ngawi yang terletak di Jl.
Dr. Wahidin No. 27, Kecamatan Geneng, Kabupaten Ngawi. Penelitian ini
dilakukan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Seoroto Ngawi. Ruang Bougenvile
adalah ruang rawat inap anak yang terletak disebelah kanan Ruang Teratai dan
sebelah kiri Ruang Melati. Ruang Bougenvile memiliki kapasitas 10 ruangan
dengan 28 tempat tidur dan di desain bernuansa menyenangkan, karena terdapat
bermacam-macam gambar animasi atau kartun favorit anak sehingga Ruang
Bougenvile cocok untuk pasien anak. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28
Mei – 26 Juni . Pada periode tanggal 28 Mei – 26 Juni jumlah pasien anak yang
dirawat di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi mencapai 57 anak,
sedangkan jumlah anak usia prasekolah yang dirawat mencapai 38 anak. Dalam
penelitian ini peneliti menyaring dari 38 anak usia prasekolah menjadi 22 anak
untuk menjadi sampel dalam penelitian.
5.2 Hasil Penelitian
5.2.1 Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 22 responden yang terdiri dari 11
responden kelompok terapi bermain origami dan 11 responden kelompok terapi
bermain puzzle. Pemilihan responden dilaksanakan dengan memilih responden
sesuai dengan kriteria inklusi, kemudian meminta izin kepada keluarga atau orang
tua pasien, dan diberikan penjelasan tentang penelitian meliputi tujuan dan
47
manfaat dari penelitian yang akan dilakukan, apabila keluarga atau orang tua anak
tersebut bersedia memberikan ijin untuk anaknya menjadi responden dalam
penelitian ini maka keluarga atau orang tua pasien menandatangani lembar
persetujuan (inform consent). Dalam penelitian ini peneliti memberikan intervensi
berupa terapi bermain origami dan terapi bermain puzzle untuk responden yang
menjalani hospitalisasi, terapi bermain origam diberikan selama 2 kali dalam 2
hari untuk menurunkan tingkat kecemasan anak. Begitu juga dengan terapi
bermain puzzle. Adapun hasil penelitian disajikan dalam deskriptif data, tabel
yang meliputi karakteristik responden, analisa univariat dan hasil analisa bivariat
sebagai berikut :
5.2.2 Data Umum
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Anak Usia Prasekolah Kelompok
Terapi Bermain Origami Dengan Terapi Bermain Puzzle Berdasarkan
Jenis Kelamin di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi Bulan
Mei-Juni 2018 (n = 22)
Jenis
Kelamin
Kelompok Terapi Bermain
Origami
Kelompok Terapi Bermain
Puzzle
Frekuensi (f) Prosentase(%) Frekuensi (f) Prosentase (%)
Laki-laki 5 45.5 6 54.5
Perempuan 6 54.5 5 45.5
Total 11 100 11 100
Sumber : Data Penelitian 2018
Tabel 5.1 menunjukkan bahwa dari 11 responden kelompok terapi bermain
origami sebagian besar adalah berjenis kelamin perempuan sejumlah 6 orang (
54,5%). Sedangkan pada kelompok terapi bermain puzzle sebagian besar berjenis
kelamin laki-laki dengan jumlah 6 orang (54,5%).
48
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Deskripsi Tendensi Sentral Usia Responden Kelompok Terapi Bermain
Origami dan Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang Bougenvile
RSUD dr. Soeroto Ngawi Bulan Mei-Juni 2018 (n = 22)
Kelompok Mean Median Modus Min – Max SD CI – 95%
Origami 4.00 4.00 4 3 – 5 0.774 3.47 – 4.52
Puzzle 4.81 5.00 6 3 – 6 1.167 4.03 – 5.60
Sumber : Data Penelitian 2018
Berdasarkan data tabel 5.2 diatas dapat dilihat usia anak pada kelompok
origami dan kelompok puzzle rata-rata usianya 4 tahun dan 5 tahun. Pada
kelompok origami usia terbanyak adalah 4 tahun dan 6 tahun untuk kelompok
puzzle.
3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pada Hari Rawat
Tabel 5.3 Tendensi Sentral Responden Kelompok Terapi Bermain Origami dan
Kelompok Terapi Bermain Puzzle di Ruang Bougenvile RSUD dr.
Soeroto Ngawi 2018 (n = 22)
Pada Hari
Rawat
Mean Median Modus Min – Max SD CI – 95%
Kelompok
Origami 1.00 2.00 1.00 1– 3 1.000 1.32 – 2.67
Kelompok
Puzzle 1.45 1.00 1.45 1– 3 0.687 .99 – 1.19
Sumber : Data Penelitian 2018
Berdasarkan data tabel 5.3 diatas dapat dilihat berdasarkan pada hari rawat,
pasien anak paling banyak dirawat pada hari ke 1 untuk kelompok origami dan
juga kelompok puzzle .
5.2.3 Data Khusus
Setelah dilakukan uji normalitas data diketahui data berdistribusi normal,
sehingga dalam menganalisis data menggunakan uji parametrik yaitu dengan
menggunakan uji Paired t test untuk mengetahui perbedaan tingkat kecemasan
pada anak prasekolah dalam menghadapi hospitalisasi yang telah diberikan terapi
49
bermain origami dan puzzle serta menggunakan uji Independent t test untuk
mengetahui perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle
terhadap tingkat kecemasan anak prasekolah dalam menghadapi hospitaslisasi.
5.2.3.1 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Bermain Origami
Tabel 5.4 Analisa perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan
terapi bermain origami pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam
menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
Tingkat
kecemasan
Mean Min – Max SD CI-95% P- value
Pre – test 27.36 22-35 4.105 24.60-30.12 .000
Post – test 20.27 14-26 3.875 17.66-22.87
Sumber : Data Penelitian 2018
Berdasarkan data tabel 5.4 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan
pada kelompok origami mengalami penurunan tingkat kecemasan sebelum
diberikan terapi bermain origami didapatkan mean 27.36 (kecemasan sedang),
sesudah diberikan intervensi didapatkan mean 20.27 (kecemasan ringan).
Diperoleh p-value = .000 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak, yang artinya terdapat
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain origami
terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
50
5.2.3.2 Analisa Perbedaan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah
(3-6 Tahun) Dalam Menghadapi Hospitalisasi Sebelum dan Sesudah
Diberikan Terapi Bermain Puzzle
Tabel 5.5 Analisa perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah diberikan
terapi bermain puzzle pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam
menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
Tingkat
kecemasan
Mean Min – Max SD CI-95% P- value
Pre – test 26.54 21-36 5.164 23.07-30.01 .001
Post – test 20.09 14-27 3.935 17.44-22.73
Sumber : Data Penelitian 2018
Berdasarkan data tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa tingkat kecemasan
pada kelompok puzzle mengalami penurunan tingkat kecemasan sebelum
diberikan terapi bermain puzzle didapatkan mean 26.54 (kecemasan sedang),
sesudah diberikan intervensi didapatkan mean 20.09 (kecemasan ringan).
Diperoleh p-value = .001 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak, yang artinya terdapat
perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain puzzle
terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
5.2.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain Puzzle
Terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
dalam Menghadapi Hospitalisasi
Untuk mengetahui ada perbedaan mean yang bermakna antara kelompok
origami dan kelompok puzzle selanjutnya dilakukan uji Independent t-test. Hasil
uji Independent t-tes perbedaan terapi bemain origami dengan terapi bermain
puzzle di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi dijelaskan pada tabel
dibawah ini :
51
Tabel 5.6 Hasil Uji independent t-test Tingkat Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi
Selisih Mean SD Tes Levene Tingkat kecemasan antara 2
kelompok Equal Variances
Not Assumed Sig (2-tailed)
Kelompok
Origami
7.09 3.360
0.129 0.317 Kelompok
Puzzle
6.45 4.655
Sumber : Data Penelitian 2018
Berdasarkan data tabel 5.5 diatas dapat dilihat bahwa p-value= 0.317 (p> α
0.05) sehingga H0 diterima, yang artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle terhadap penurunan
tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi
hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
5.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan kuesioner terhadap responden
pada bulan Mei sampai Juni 2018 dan setelah diolah, maka peneliti akan
membahas mengenai perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain
puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) dalam
menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
5.3.1 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Bermain Origami
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat bahwa hasil uji statistik menggunakan
uji Paired t-test didapatkan p-value= 0.000 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak.
Artinya terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi
bermain origami terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia
52
prasekolah (3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto
Ngawi. Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilaksanakan oleh Ririn
Halimatus Sa’diah (2014) yang berjudul “Pengaruh Terapi Bermain Origami
terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di
Ruang Aster RSD dr. Soebandi Jember”.
Stressor utama kecemasan pada anak prasekolah selama hospitaliasi adalah
perpisahan, kehilangan kendali, cidera tubuh dan nyeri. Kecemasan menimbulkan
respon fisiologis dan psikologis. Kecemasan yang dialami anak prasekolah selama
hospitalisasi jika tidak segera ditangani akan menghambat proses kesembuhan
anak. Proses kesembuhan terhambat karena anak menolak perawatan dan
pengobatan yang sedang dijalani (tidak kooperatif). Anak yang mengalami
kecemasan selama hospitalisasi akan berusaha menolak makan, minum dan sulit
tidur sehingga membuat kondisi anak menjadi lebih buruk. Kecemasan yang terus
menerus mengakibatkan tubuh menghasilkan hormon yang menyebabkan
kerusakan pada seluruh tubuh termasuk menurunkan sistem imun (Putra, 2011).
Hasil penelitian ini diketahui anak usia prasekolah yang mengalami
kecemasan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngaawi adalah anak yang
berusia 3 sampai 6 tahun. Reaksi anak terhadap cemas dipengaruhi oleh usia
perkembangan (Wong, 2008). Seseorang yang mempunyai usia lebih muda
ternyata lebih mudah mengalami gangguan kecemasan daripada seseorang yang
lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya (Stuart, 2006). Hasil dari
tabel 5.4 bahwa rentang kecemasan sebelum diberikan terapi bermain origami
53
didapatkan mean 27.36 (kecemasan sedang). Sedangkan setelah diberikan terapi
bermain origami didapatkan mean 20.27 (kecemasan ringan).
Penelitian ini sejalan dengan teori Stuart (2006) yang menyatakan bahwa
peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak prasekolah sangatlah
diperlukan agar anak berperilaku kooperatif. Jika anak tidak kooperatif (menolak
tindakan) dapat menghambat proses kesembuhan. Intervensi keperawatan yang
dapat diberikan untuk mengurangi kecemasan pada anak prasekolah dapat berupa
terapi bermain origami. Terapi bermain origami merupakan terapi yang efektif
untuk menurunkan kecemasan, merupakan suatu kegiatan melipat kertas menjadi
suatu bentuk atau gambaran dengan menggerakkan tangan sambil berfikir
(Kobayashi, 2008). Terapi bermain origami dapat menurunkan kecemasan
dikarenakan melalui terapi bermain origami anak dapat membuat berbagai bentuk
dari hasil melipat kertas, anak akan merasa bangga dan puas dengan apa yang
dihasilkannya.
5.3.2 Tingkat Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Sebelum dan
Sesudah Diberikan Terapi Bermain Puzzle
Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat bahwa hasil uji statistik menggunakan
uji Paired t-test didapatkan p-value= 0.001 (p< α 0.05) sehingga H0 ditolak.
Artinya terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan terapi
bermain puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah
(3-6 tahun) dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
54
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda
Fitriani (2017) dengan judul “Terapi Bermain Puzzle Terhadap Penurunan
Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Praseolah (3-6 Tahun) yang Menjalani
Kemoterapi di Ruang Hematologi Onkologi Anak” yang rata-rata dari 14
responden yang mengalami kecemasan sedang sebanyak 10 responden (71,4%)
setelah diberikan terapi bermain puzzle menjadi 4 responden (28,6%) dengan
kecemasan ringan.
Anak usia prasekolah biasanya mengalami separation anxiety atau
kecemasan karena perpisahan karena harus berpisah dengan lingkungan rumah,
permainan dan teman sepermainannya. Kecemasan terbesar pada anak usia
prasekolah adalah terjadinya perlukaan dibagian tubuhnya. Hal ini disebabkan
karena keterbatasan pemahaman anak mengenai tubuh. Dampaknya jika tidak
segera ditangani akan membuat anak menolak perawatan sehingga berpengaruh
terhadap lamanya hari rawat dan memperberat kondisi penyakit anak (Widianti,
2011).
Dalam penelitian ini diketahui bahwa sebagian besar anak usia prasekolah
yang mengalami kecemasan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi
adalah anak yang dirawat pada hari ke 1 sejumlah 12 anak. Pada hari pertama
perawatan, anak tersebut belum dapat beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit
dan membutuhkan cukup waktu untuk menyesuaikan dengan lingkungan yang
baru. Hasil dari tabel 5.5 bahwa rentang kecemasan sebelum diberikan terapi
bermain puzzle didapatkan mean 26.54 (kecemasan sedang). Sedangkan setelah
diberikan terapi bermain puzzle didapatkan mean 20.09 (kecemasan ringan).
55
Penelitian ini sejalan dengan teori Ball (2012) yang menyatakan bahwa
puzzle merupakan permainan yang dapat memfasilitasi permainan asosiatif
dimana pada usia prasekolah anak senang bermain dengan anak lain sehingga
puzzle dapat dijadikan sarana bermain anak sambil bersosialisasi. Saat anak
bermain, maka perhatian anak akan teralihkan dari kecemasan yang dirasakannya.
Bermain puzzle juga bermanfaat untuk membantu meningkatkan ketrampilan
motorik halus pada anak (Mutiah, 2015).
Terapi bermain puzzle dapat menurunkan kecemasan dikarenakan melalui
terapi bermain puzzle anak akan lebih nyaman dan rileks ketika berada di rumah
sakit. Anak juga dapat mengekspresikan perasaannya seperti, cemas, takut, tegang
dan sedih.
5.3.3 Perbedaan Terapi Bermain Origami dengan Terapi Bermain Puzzle
terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun)
Berdasarkan data tabel 5.6 Hasil analisis bivariat dengan menggunakan uji
statistik Independent t-testuntuk melihat perbedaan antara kelompok terapi
bermain origami dan terapi bermain puzzle. Hasil tes Levene menunjukkan p value
= 0.129 yang berarti varian data tidak homogen (p = 0.129 > α 0,05), sedangkan
perbedaan antara kelompok terapi bermain origami dan kelompok terapi bermain
puzzle menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan di antara dua kelompok
(p = 0.317 > α 0,05) sehingga H1 ditolak, berarti tidak terdapat perbedaan untuk
tingkat kecemasan responden yang mendapatkan terapi bermain origami dan
terapi bermain puzzle.
56
Tidak adanya perbedaan terapi bermain origami dengan terapi bermain
puzzle terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekola (3-6 tahun), hal ini
disebabkan karena kedua terapi tersebut sama – sama efektif untuk menurunkan
tingkat kecemasan anak prasekolah (3-6 tahun). Kedua terapi tersebut sama-sama
membuat anak merasa nyaman dimana tubuh akan mengeluarkan hormon
endorphin yang mempengaruhi suasana hati. Hormon endorphin adalah hormon
yang diproduksi oleh bagian hipotalamus di otak. Hormon ini menyebabkan otot
menjadi rileks sehingga pasien menjadi tenang, stressor kecemasan anak
prasekolah dapat diatasi maka kecemasan dapat menurun. Bermain di rumah sakit
bermanfaat sebagai peralihan (distraksi) dan relaksasi sehingga anak merasa lebih
aman ketika berada dilingkungan asing (Wong, 2004). Selain itu,dengan kedua
terapi bermain tersebut anak dapat mengekspresikan perasaan cemas, takut,
tegang dan sedih yang dialaminya.
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ririn Halimatus Sa’diah
(2014) “Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan pada
Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Raung Aster RSD dr. Soebandi Jember”
dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Winda Fitriani (2017) “Terapi
Bermain Puzzle terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) yang Menjalani Kemoterapi di Ruang Hematologi
Onkologi Anak”. Secara umum, hasil penelitan ini sejalan dengan teori Astarani
(2017) dalam bukunya yang berjudul “Hospitalisasi dan Terapi Bermain Anak”
yang menyatakan bahwa terapi bermain merupakan salah satu aspek penting dari
kehidupan anak dan salah satu alat paling efektif untuk mengatasi stres anak
57
ketika dirawat di rumah sakit. Anak- anak perlu bermain untuk mengeluarkan rasa
takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam menghadapi stres.
5.3.4 Keterbatasan Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti mengakui banyak adanya
kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum
optimal atau bisa dikatakan belum sempurna. Setiap penelitian pasti memiliki
hambatan dalam proses pelaksanaannya, dalam penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan yaitu :
1. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak usia prasekolah (3–6 tahun),
dimana dalam kondisi tertentu tingkat emosional anak dapat berubah-ubah, dan
ada saatnya kondisi gawat darurat seperti saat anak menangis atau kondisi anak
yang gawat sehingga kegiatan penelitian harus segera diakhiri, sikap kooperatif
anak sangat dibutuhkan karena hal tersebut akan sangat mempengaruhi hasil dari
penelitian.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Ruang Bougenvile RSUD dr. Soeroto Ngawi,
dimana pada Ruang Bougenvile tidak terdapat ruangan untuk bermain anak.
Sehingga saat pemberian intervensi untuk responden, peneliti harus memberikan
intervensi di dalam ruangan atau di bagian luar kamar pasien yang mengakibatkan
tidak efektif dalam pemberian intervensi. Sehingga diharapkan rumah sakit dapat
menyediakan tempat atau ruangan bermain sendiri untuk pasien anak yang
mengalami hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi.
58
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang, tujuan penelitian, pengujian hipotesis serta hasil
penelitian yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini
peneliti menarik kesimpulan dari penelitian ini yaitu :
1. Rata- rata tingkat kecemasan anak sebelum diberikan terapi bermain origami di
RSUD dr. Soeroto Ngawi adalah 27.36 (kecemasa sedang) dan setelah
diberikan terapi bermain origami adalah 20.27 (kecemasan ringan). Ada
pengaruh atau perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah
sebelum dan sesudah diberikan terapi bermain origami (p-value=0.000).
2. Rata-rata tingkat kecemasan sebelum diberikan terapi bermain puzzle di RSUD
dr. Soeroto Ngawi adalah 26.54 (kecemasan sedang) dan setelah diberikan
terapi bermain origami adalah 20.09 (kecemassan ringan). Ada pengaruh atau
perbedaan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah sebelum dan sesudah
diberikan terapi bermain puzzle (p-value=0.001).
3. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara terapi bermain origami dengan
terapi bermain puzzle dalam menurunkan tingkat kecemasan pada anak
prasekolah dalam menghadapi hospitalisasi di RSUD dr. Soeroto Ngawi (p-
value= 0. 317)
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang penulis lakukan, maka penulis ingin
menyampaikan beberapa saran sebagai berikut :
59
1. Bagi Perawat Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif terapi untuk menurunkan
kecemasan akibat hospitalisasi pada anak usia pra sekolah dan memberikan
pengetahuan bahwa terapi bermain origami dengan terapi bermain puzzle perlu
dilaksanakan untuk mendukung proses penyembuhan.
2. Bagi Mahasiswa Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi yang ada dan
meningkatkan pengetahuan mahasiswa di bidang keperawatan anak khususnya
mahasiswa program studi ilmu keperawatan Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat dijadikan sebagai data dasar dan pembanding untuk penelitian
selanjutnya dalam melaksanakan penelitian yang berhubungan dengan terapi
bermain dalam mengatasi kecemasan pada anak akibat hospitalisasi.
4. Bagi Orang Tua dan Masyarakat
Dapat dijadikan sebagai alternatif untuk mengatasi masalah kecemasan anak
saat menjalani perawatan di rumah sakit maupun saat sakit dirumah.
60
DAFTAR PUSTAKA
Alini. 2017. Pengaruh Terapi Bermain Plastisin (Playdought) Terhadap
Kecemasan Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Mengalami
Hospitalisasi Di Ruang Perawatan Anak RSUD Bangkinang Tahun 2017.
Jurnal. Fakultas Ilmu Kedokteran. Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai.
Diakses 23 Desember 2017 (16:04).
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Astarani, K. 2017. Hospitalisasi & Terapi Bermain Pada Anak. Nganjuk : Adjie
Media Nusantara.
Ball. 2012. Principles of Pediatric Nursing Caring for Children fifth edition. New
Jersey: Pearson.
Basford, L. 2006. Teori dan Praktik Keperawatan: Pendekatan Integral pada
Asuhan Pasien. Jakarta: EGC.
Dahlan. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi 5. Jakarta :
Salemba Medika.
Dayani,N. E . 2015.Terapi Bermain Clay Terhadap Kecemasan Pada Anak Usia
Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani Hospitalisasi Di RSUD
Banjarbaru, (DK Vol.3, No. 2, September 2015). Jurnal. Fakultas
Kedokteran. Universitas Lambung Mangkurat. Diakses 7 Desember 2017
(13:00).
Fitriani, W. 2017. Terapi Bermain Puzzle Terhadap Penurunan Tingkat
Kecemasan Pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Yang Menjalani
Kemoterapi Di Ruang Hematologi Onkologi Anak. Jurnal. Fakultas
Kedokteran. Universitas Lambung Mangkurat. Diakses 22 Desember 2017
(17:00).
Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Hockenberry& Wilson. 2009. Wong’s Essential Pediatric Nursing (Ninth ed).
Misouri: Elsevier Mosby.
Hurlock. 2000. Perkembangan Anak. Jilid 1. Jakarta: EGC.
61
Ilmiasih. 2012. Pengaruh Seragam Perawat: Rompi Bergambar terhadap
Kecemasan Anak Prasekolah Akibat Hospitalisasi. Tesis. Fakultas Ilmu
Keperawatan. Program Magister Ilmu Keperawatan. Universitas Indonesia.
Diakses 1 Januari 2018 (23:30).
Kobayashi. 2008. Membuat Pintar: Latihan Origami. Jakarta: PT. Grasindo.
Murniasih dan Rahmawati. 2007. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kecemasan Akibat Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di Bangsal L
RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten. Jurnal Kesehatan Surya Medika
Yogyakarta. Diakses 1 Januari 2018 (20:00)
Muscari. 2005. Panduan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
Mutiah. 2015. Psikolog Bermain Anak Usia Dini. Jakarta : Prenada Media.
Nelson. 2003. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika.
. . 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
Patmonodewo, Soemiarti. 2008.Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka
Cipta.
Putra. 2011. Psikoneuroimunologi Kedokteran. Surabaya: AUP.
Rahmawati.2009. Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Tingkat Kooperatif
Selama Menjalani Perawatan pada Anak Usia Prasekolah (3-5 Tahun) di
Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Surya Medika
Yogyakarta. Diakses 28 November 2017 (14:45).
Riyadi, S. 2009. Asuhan Keperawatan pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Satiadi. 2007. Konsep dan Penulisa Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha.
Sa’diah. 2014. Pengaruh Terapi Bermain Origami terhadap Tingkat Kecemasan
Anak Prasekolah dengan Hospitalisasi di Ruang Aster RSD dr. Soebandi
Jember ( The Effect of Origami Play Therapy toward Anxiety Level on
Preschool Age Children Hospitalization in Aster’s Room of RSD dr.
Soebandi Jember). Jurnal. Program Studi Ilmu Keperawatan. Universitas
Jember. Diakses 28 November 2017 (17:50).
62
Small, L., Melynk, B, M., dan Arcoleo, K. S. 2009. The Effect of Gender on the
Coping Outcomes of Young Children Following an Unanticipated Critical
Care Hospitalization. Journal for Specialist in Pediatric Nursing, Vol 14
Issue 2, Pages 112-122. Diakses 28 November 2017 (17:45).
Sugiono. 2011. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta.
Sujatmiko. 2013. Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar terhadap Efek
Hospitalisasi pada Anak Usia Prasekolah di Ruang Bougenvile RSUD Dr.
Soeroto Ngawi. Jurnal Kesehatan AIPTINAKES Jatim. Diakses 28
November 2017 (11:00).
Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Susilaningrum. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat dan
Bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
Suyanto. 2010. Menghitung Besar Sampel Penelitian Kesehatan Masyarakat.
Universitas Diponegoro.
Stuart dan Sundeen, J. S. 2006. Buku Saku Keperawtan Jiwa. Jakarta: EGC.
Stuart dan Sudden. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Tsai. 2011. The Effect of Animal Assisted Therapy on Children’s Stress during
Hospitalization. Doctoral Disertasi of Phylosopy.
Vanfleet, Sywulak, dan Sniscak. 2010. Child- Centered Play Therapy. New York:
A Division of Guilford Publication., Inc.
Videbeck. 2008. Psychiatric Mental Health Nursing (Fourth ed). USA: Lippincott
Williams Wilkins.
Widianti. 2011. Pengaruh Senam Otak terhadap Kecemasan Akibat Hospitalisasi
pada Anak Usia Prasekolah di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Tesis.
Depok: Universitas Indonesia, 2011. Diakses 30 Desember 2017 (13:00).
Wong danWhaley. 1998. Essentials of Pediatric Nursing Fifth Edition. St. Louis:
Mosby Inc.
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.
. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik (Volume 11). Jakarta: EGC.
Zellawati. 2011. Terapi Bermain Untuk Mengatasi Permasalahan pada Anak.
Majalah Ilmiah INFORMATIKA, 3. Diakses 1 Januari 2018 (09:30)
63
63
Lampiran 1
64
Lampiran 2
Surat Ijin Penelitian
65
Lampiran 3
Surat Keterangan Selesai Penelitian
66
Lampiran 4
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
Saya sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia Madiun,
Nama : Sholikhatun Ummah
NIM : 201402013
Bermaksud melakukan penelitian tentang “Perbedaan Terapi Bermain
Origami dengan Terapi Bermain Puzzle terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD Dr.
Soeroto Ngawi ”. Sehubungan dengan ini, saya memohon kesediaan bapak/ ibu/
saudara/ saudari untuk menjadi responden dalam penelitian yang akan saya
lakukan. Kerahasiaan data bapak/ ibu/ saudara/ saudari akan sangat kami jaga dan
informasi yang kami dapatkan akan saya gunakan untuk kepentingan penelitian
ini.
Demikian permohonan saya, atas perhatian dan kesediaan saudara saya
ucapkan terima kasih.
Madiun, Juni 2018
Peneliti
Sholikhatun Ummah
NIM. 201402013
67
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama :
Umur :
Setelah saya mendapatkan penjelasan mengenai tujuan, manfaat, jaminan
kerahasiaan dan tidak adanya resiko dalam penelitian yang akan dilakukan oleh
mahasiswa Program Studi Keperawatan STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
yang bernama Sholikhatun Ummah mengenai “Perbedaan Terapi Bermain
Origami dengan Terapi Bermain Puzzle terhadap Tingkat Kecemasan pada Anak
Usia Prasekolah (3-6 Tahun) dalam Menghadapi Hospitalisasi di RSUD Dr.
Soeroto Ngawi” saya mengetahui bahwa informasi yang akan saya berikan ini
sangan bermanfaat bagi pengetahuan keperawatan di Indonesia. Untuk itu saya
akan memberikan data yang diperlukan dengan sebenar-benarnya. Demikian
pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sesuai keperluan.
Ngawi,Juni 2018
Orang Tua Responden
(.................................)
68
Lampiran 6
Lembar Profil Responden
Petunjuk pengisian : Isilah data dibawah ini dengan lengkap dan berilah tanda
cek (√) pada kotak pilihan yang tersedia.
1. Nama :
2. Nomor Responden :
3. Jenis kelamin :
1. Laki-laki
2. Perempuan
4. Umur :
5. Lama perawatan :
Pengalaman masuk rumah sakit : Belum pernah
Sudah pernah ( ) sebutkan berapa
Kali
69
Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak
Petunjuk : Berilah tanda ( √ ) pada setiap kolom jawaban yang tersedia dibawah
ini dengan kondisi dan situasi yang anak anda alami berkaitan dengan selama
dirumah sakit.
Keterangan :
TP : Tidak Pernah : Nilai 0
KK : Kadang-kadang : Nilai 1
SR : Sering : Nilai 2
SL : Selalu : Nilai 3
NO Gejala Kecemasan TP KK SR SL
1. Saya melihat anak saya ketakutan
ketika berada di ruangan ini
2. Anak saya sering menangis dan
berteriak saat perawat mendekatinya
3. Saya melihat anak saya gemetar dan
gelisah menghadapi perawat di
ruangan ini
4. Saya melihat wajah anak saya pucat
ketika perawat menghampirinya
5. Saya melihat anak saya sedih saat
saya pergi meninggalkan dia dari
ruangan ini
6. Saya melihat anak saya takut saat
saya pergi dan tidak ada yang
melindunginya
7. Saya melihat anak saya merasa tidak
nyaman karena harus menginap dan
berada diruangan ini
8. Saya melihat anak saya tidak selera
makan ketika berada di ruangan ini
9. Saya merasa tangan anak saya dingin
dan lembab saat dia berada diruangan
ini
70
10. Saya melihat anak saya lemas dan
tidak berdaya selama berada di
ruangan ini
11. Saya merasa anak saya sulit
berkonsentrasi selama berada
diruangan ini
12. Saya melihat anak saya gugup saat
berbicara dengan orang asing bagi
dirinya
13. Saya melihat anak saya sering
berkeringat dingin selama menjalani
perawatan diruangan ini
14. Saya melihat anak saya enggan dan
takutbersosialisasi dan berinteraksi
dengan teman sekamarnya
15. Saya melihat anak saya sering
terbangun saat malam hari karena
mimpi buruk
16. Saya melihat anak saya sering
terbangun dan sukar tidur kembali
Kuesioner oleh : Nur Aidar (2011) Total:
71
Lampiran 7
Kisi- kisi Kuesioner Tingkat Kecemasan Anak
No. Parameter Soal Jumlah
Soal
1. Gejala sikap: takut, gelisah, sedih,
sulit konsentrasi, gugup, tegang.
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 14
9
2. Somatis: gangguan tidur, gemetar,
wajah pucat, hilang nafsu makan,
keringat dingin
9, 10, 11, 12, 13, 15, 16 7
Jumlah Total Soal 16
72
Lampiran 8
SATUAN ACARA BERMAIN
TERAPI BERMAIN ORIGAMI
Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada
anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi dengan cara
memberikan terapi bermain origami.
Tujuan 1. Tujuan umum :
Setelah mengikuti kegiatan bermain, anak dapat
menunjukan rasa percaya diri serta mengurangi
kecemasan, stress dan kebebasan anak selama di rumah
sakit.
2. Tujuan khusus :
a. Mengatasi kecemasan pada anak usia prasekolah yang
mengalami hospitalisasi
b. Dapat mengembangkan imajinasi anak
c. Dapat meningkatkan kreaktivitas anak
d. Meningkatkan kemampuan motorik halus melalui
bermain origami
e. Membina sosialisasi anak dengan teman sebaya,
perawat dan orang tua
Indikasi 1. Anak yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi
2. Anak yang menjalani perawatan pada hari rawat 1, 2, 3
hari
Langkah-langkah
I. Tahap Pra Interaksi
Persiapan Alat :
1. Kertas lipat (origami)
2. Spidol
II. Tahap Interaksi
Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga responden
2. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
kepada responden dan keluarga responden
73
3. Melakukan kontrak waktu
III. Tahap Kerja :
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
2. Membagikan kertas lipat, spidol kepada responden dan memberi
petunjuk cara bermain origami seperti dibawah ini :
a. Siapkan kertas origami, lipat menjadi 2 bagian sama besar
secara mendatar (horizontal).
b. Buka lipatan kertas hasil langkah pertama, balik kertas,
kemudian lipat kembali secara mendatar pada sisi lainnya.
c. Buka lipatan hasil langkah ke 2, balik kertas, kemudian
lipat kertas menjadi 2 bagian sama besar secara diagonal.
d. Buka lipatan kertas hasil langkah ke 3, lipat kembali kertas
secara diagonal pada sisi lainnya.
e. Buka lipatan kertas dari langkah ke 4. Lipat kertas
mengikuti garis lipatan yang terbentuk.
f. Beri tanda “X” dan “Y”, lalu lipat dan pastikan sejajar
antara garis lipatan “X” dan “Y”.
g. Beri tanda “A” dan “B” pada sisi lainnya, kemudian lipat
dan pastikan sejajar .
h. Perhatikan tanda “X” dan “Y” kemudian lipat kembali dan
pastikan sisi “X” sejajar dengan garis lipatan “Y”.
i. Lipat kembali kertas (sisi “A” kearah kiri) dengan batasan
sisi “B”.
j. Balik kertas origami lalu beri lukisan agar terlihat lebih
cantik dan jelas
3. Mempersilahkan klien (anak) untuk melakukan permainan sendiri
atau dibantu (bermain dilakukan selama 20 menit)
4. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
5. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan kegiatan
6. Mengobservasi emosi dan tingkat kecemasan responden
7. Meminta responden menceritakan apa yang dilakukan / dibuatnya
8. Menanyakan perasaan responden setelah bermain
9. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
IV. Tahap Terminasi :
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Menutup kegiatan dengan memberikan reward kepada responden
3. Salam penutup
74
Lampiran 9
SATUAN ACARA BERMAIN
TERAPI BERMAIN PUZZLE
Pengertian Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan pada
anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi dengan cara
memberikan terapi bermain puzzle.
Tujuan 1. Tujuan umum :
Setelah mengikuti kegiatan bermain, anak dapat
menunjukan rasa percaya diri serta mengurangikecemasan,
stress dan kebebasan anak selama di rumah sakit.
2. Tujuan khusus :
f. Mengatasi kecemasan pada anak usia prasekolah yang
mengalami hospitalisasi
g. Dapat mengembangkan imajinasi anak
h. Dapat meningkatkan kreaktivitas anak
i. Meningkatkan kemampuan motorikhalus melalui
bermain puzzle
j. Membina sosialisasi anak dengan teman sebaya,
perawat dan orang tua
Indikasi 1. Anak yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi
2. Anak yang menjalani perawatan pada hari rawat 1, 2, 3
hari
Langkah-langkah
I. Tahap Pra Interaksi
Persiapan Alat :
1. Alat permainan puzzle (bongkar pasang)
II. Tahap Interaksi
Persiapan Pasien :
1. Memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga responden
2. Memberikan penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan
kepada responden dan keluarga responden
3. Melakukan kontrak waktu
75
III. Tahap Kerja :
1. Membuka kegiatan dengan mengucapkan salam.
2. Membagikan alat permainan puzzle (bongkar pasang)
3. Letakkan puzzle di depan responden (bermian dilakukan selama
20 menit)
4. Pisahkan setiap kepingan atau potongan puzzle
5. Memberi contoh pada responden cara menyusun puzzle
6. Apabila responden masih ingin bermain, ulangi lagi permainan
dengan puzzle yang lain
7. Memotivasi keterlibatan klien dan keluarga
8. Memberi pujian pada anak bila dapat melakukan kegiatan
9. Mengobservasi emosi dan tingkat kecemasan responden
10. Meminta responden menceritakan apa yang dilakukan / dibuatnya
11. Menanyakan perasaan responden setelah bermain
12. Menanyakan perasaan dan pendapat keluarga tentang permainan
IV. Tahap Terminasi :
1. Melakukan evaluasi sesuai dengan tujuan
2. Menutup kegiatan dengan memberikan reward kepada responden
3. Salam penutup
76
Lampiran 10
Lembar Konsul
Lampiran 11 LEMBAR OBSERVASI
KELOMPOK ORIGAMI
No. Nama Usia Jenis
kelamin
Hari
perawatan
Skala kecemasan
sebelum
diberikan
perlakuan
Perlakuan I Perlakuan II
Skala kecemasan
sesudah diberikan
perlakuan ke II
1 An. S 4 thn L Ke 3 28 √ √ 21
2 An. P 3 thn P Ke 2 25 √ √ 16
3 An. P 4 thn L Ke 1 22 √ √ 20
4 An. R 4 thn L Ke 1 27 √ √ 20
5 An. H 3 thn L Ke 1 33 √ √ 26
6 An. A 5 thn P Ke 1 22 √ √ 17
7 An. P 4 thn P Ke 1 28 √ √ 22
8 An. H 3 thn L Ke 3 35 √ √ 25
9 An. A 4 thn P Ke 3 29 √ √ 27
10 An. P 5 thn P Ke 3 24 √ √ 20
11 An. D 5 thn P Ke 3 28 √ √ 24
78
Lampiran 12
LEMBAR OBSERVASI
KELOMPOK PUZZLE
No. Nama Usia Jenis
kelamin
Hari
perawatan
Skala kecemasan
sebelum
diberikan
perlakuan
Perlakuan I Perlakuan II
Skala kecemasan
sesudah diberikan
perlakuan ke II
1 An. I 3 thn L Ke 3 26 √ √ 20
2 An. L 3 thn P Ke 1 21 √ √ 18
3 An. K 4 thn L Ke 1 30 √ √ 26
4 An. J 4 thn L Ke 1 36 √ √ 21
5 An. H 5 thn L Ke 1 27 √ √ 16
6 An. A 5 thn L Ke 1 28 √ √ 27
7 An. P 5 thn P Ke 1 21 √ √ 14
8 An. I 6 thn L Ke 1 25 √ √ 17
9 An. M 6 thn P Ke 2 23 √ √ 20
10 An. H 6 thn P Ke 2 34 √ √ 22
11 An. S 6 thn P Ke 1 21 √ √ 20
79
Lampiran 13
Tabulasi Data Kelompok Origami
Pre-test
Nama Usia jenis
kelamin
hari
perawatan
pengalaman
mrs
frekuensi
mrs
soal
1
soal
2
soal
3
soal
4
soal
5
soal
6
soal
7
soal
8
soal
9
soal
10
soal
11
soal
12
soal
13
soal
14
soal
15
soal
16
Pre-
test Keterangan
An. S 4 thn laki-laki Ke 3 tidak pernah 0 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 1 1 1 1 28 cemas berat
An. P 3 thn perempuan Ke 2 tidak pernah 0 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 25 cemas sedang
An. P 4 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 22 cemas sedang
An. R 4 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 1 1 1 2 2 2 3 2 3 1 2 1 2 1 1 1 27 cemas sedang
An. H 3 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 1 1 33 cemas berat
An. A 5 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 22 cemas sedang
An. P 4 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 28 cemas berat
An. H 3 thn laki-laki Ke 3 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 3 2 2 3 2 3 1 3 1 3 3 35 cemas berat
An. A 4 thn perempuan Ke 3 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 29 cemas berat
An. P 5 thn perempuan Ke 3 Pernah 1 3 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 1 24 cemas sedang
An. D 5 thn perempuan Ke 3 tidak pernah 0 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 28 cemas berat
80
Post-test
Nama Usia jenis
kelamin
hari
perawatan
pengalaman
mrs
frekuensi
mrs
soal
1
soal
2
soal
3
soal
4
soal
5
soal
6
soal
7
soal
8
soal
9
soal
10
soal
11
soal
12
soal
13
soal
14
soal
15
soal
16
Post-
test Keterangan
An. S 4 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 0 0 1 1 1 1 2 2 0 3 0 3 2 0 2 3 21 cemas sedang
An. P 3 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 1 1 2 2 0 0 0 0 2 1 2 1 1 1 1 1 16 cemas ringan
An. P 4 thn laki-laki 4 hari tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 0 1 2 1 1 1 2 2 0 20 cemas ringan
An. R 4 thn laki-laki 4 hari tidak pernah 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 20 cemas ringan
An. H 3 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 0 26 cemas sedang
An. A 5 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 0 1 1 1 2 2 1 1 0 0 2 2 2 0 2 0 17 cemas ringan
An. P 4 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 0 2 0 0 0 22 cemas sedang
An. H 3 thn laki-laki 3 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 25 cemas sedang
An. A 4 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 27 cemas sedang
An. P 5 thn perempuan 2 hari Pernah 1 1 1 0 1 2 2 2 2 2 2 1 0 1 0 0 0 20 cemas ringan
An. D 5 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 0 1 24 cemas sedang
81
Lampiran 14
Tabulasi Data Kelompok Puzzle
Pre-test
Nama Usia jenis
kelamin
hari
perawatan
pengalaman
mrs
frekuensi
mrs
soal
1
soal
2
soal
3
soal
4
soal
5
soal
6
soal
7
soal
8
soal
9
soal
10
soal
11
soal
12
soal
13
soal
14
soal
15
soal
16
Pre-
test Keterangan
An. I 3 thn laki-laki Ke 3 tidak pernah 0 3 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 26 cemas sedang
An. L 3 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 21 cemas sedang
An. K 4 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 30 cemas berat
An. J 4 thn laki-laki Ke 1 pernah 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 1 2 3 1 3 36 cemas berat
An. H 5 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 27 cemas sedang
An. A 5 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 3 2 1 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 28 cemas berat
An. P 5 thn perempuan Ke 1 pernah 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 21 cemas sedang
An. I 6 thn laki-laki Ke 1 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 25 cemas sedang
An. M 6 thn perempuan Ke 2 tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 23 cemas sedang
An. H 6 thn perempuan Ke 2 tidak pernah 0 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 34 cemas berat
An. S 6 thn perempuan Ke 1 tidak pernah 0 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 21 cemas sedang
82
Post-test
Nama Usia jenis
kelamin
hari
perawatan
pengalaman
mrs
frekuensi
mrs
soal
1
soal
2
soal
3
soal
4
soal
5
soal
6
soal
7
soal
8
soal
9
soal
10
soal
11
soal
12
soal
13
soal
14
soal
15
soal
16
Post-
test Keterangan
An. I 3 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 0 1 1 2 3 3 2 0 2 0 2 0 2 0 2 0 20 cemas ringan
An. L 3 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 28 cemas berat
An. K 4 thn laki-laki 4 hari tidak pernah 0 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 26 cemas sedang
An. J 4 thn laki-laki 4 hari pernah 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 21 cemas sedang
An. H 5 thn laki-laki 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 0 2 2 0 0 0 2 1 2 1 1 1 1 16 cemas ringan
An. A 5 thn Laki-laki 2 hari tidak pernah 0 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 0 27 cemas sedang
An. P 5 thn perempuan 2 hari pernah 1 1 1 1 1 2 1 2 0 0 0 2 2 0 1 0 0 14 cemas ringan
An. I 6 thn laki-laki 3 hari tidak pernah 0 1 1 0 2 1 2 0 2 1 0 1 1 1 1 2 0 17 cemas ringan
An. M 6 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 0 0 0 2 1 1 1 20 cemas sedang
An. H 6 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 0 0 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 0 1 22 cemas sedang
An. S 6 thn perempuan 2 hari tidak pernah 0 2 2 2 1 2 0 2 2 1 0 2 2 0 0 2 0 20 cemas sedang
83
Lampiran 15
Tendensi Sentral Usia Anak Prasekolah
Kelompok Origami dan Kelompok Puzzle
Case Processing Summary
kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
usia_responden origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
usia_responden origami Mean 4.0000 .23355
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.4796
Upper Bound 4.5204
5% Trimmed Mean 4.0000
Median 4.0000
Variance .600
Std. Deviation .77460
Minimum 3.00
Maximum 5.00
Range 2.00
Interquartile Range 2.00
Skewness .000 .661
Kurtosis -1.111 1.279
puzzle Mean 4.8182 .35209
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 4.0337
Upper Bound 5.6027
84
5% Trimmed Mean 4.8535
Median 5.0000
Variance 1.364
Std. Deviation 1.16775
Minimum 3.00
Maximum 6.00
Range 3.00
Interquartile Range 2.00
Skewness -.499 .661
Kurtosis -1.154 1.279
85
Lampiran 16
Tendensi Sentral Pada Hari Rawat Anak Prasekolah
Kelompok Origami dan Kelompok Puzzle
Case Processing Summary
kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pada_hari_rawat origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
pada_hari_rawat origami Mean 2.0000 .30151
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 1.3282
Upper Bound 2.6718
5% Trimmed Mean 2.0000
Median 2.0000
Variance 1.000
Std. Deviation 1.00000
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Range 2.00
Interquartile Range 2.00
Skewness .000 .661
Kurtosis -2.333 1.279
puzzle Mean 1.4545 .20730
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound .9926
Upper Bound 1.9164
5% Trimmed Mean 1.3939
86
Median 1.0000
Variance .473
Std. Deviation .68755
Minimum 1.00
Maximum 3.00
Range 2.00
Interquartile Range 1.00
Skewness 1.324 .661
Kurtosis .976 1.279
87
Lampiran 17
Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin
Kelompok Origami dan Kelompok Puzzle
Statistics
kelompok terapi
bermain origami
kelompok terapi
bermain puzzle
N Valid 11 11
Missing 0 0
kelompok terapi bermain origami
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 5 45.5 45.5 45.5
perempuan 6 54.5 54.5 100.0
Total 11 100.0 100.0
kelompok terapi bermain puzzle
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid laki-laki 6 54.5 54.5 54.5
perempuan 5 45.5 45.5 100.0
Total 11 100.0 100.0
88
Lampiran 18
Hasil Uji Normalitas Tingkat Kecemasan Pre-test dan Post-test
1. Pre-test
Case Processing Summary
kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pre Origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
Pre Origami Mean 27.3636 1.23783
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 24.6056
Upper Bound 30.1217
5% Trimmed Mean 27.2374
Median 28.0000
Variance 16.855
Std. Deviation 4.10543
Minimum 22.00
Maximum 35.00
Range 13.00
Interquartile Range 5.00
Skewness .476 .661
Kurtosis -.145 1.279
Puzzle Mean 26.5455 1.55717
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 23.0759
Upper Bound 30.0151
5% Trimmed Mean 26.3283
89
Median 26.0000
Variance 26.673
Std. Deviation 5.16456
Minimum 21.00
Maximum 36.00
Range 15.00
Interquartile Range 9.00
Skewness .660 .661
Kurtosis -.501 1.279
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre Origami .166 11 .200* .935 11 .469
Puzzle .141 11 .200* .912 11 .260
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
2. Post-test
Case Processing Summary
kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
post Origami 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
Puzzle 11 100.0% 0 .0% 11 100.0%
90
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
post Origami Mean 20.2727 1.16846
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 17.6692
Upper Bound 22.8762
5% Trimmed Mean 20.3030
Median 20.0000
Variance 15.018
Std. Deviation 3.87533
Minimum 14.00
Maximum 26.00
Range 12.00
Interquartile Range 7.00
Skewness -.164 .661
Kurtosis -.742 1.279
Puzzle Mean 20.0909 1.18670
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 17.4468
Upper Bound 22.7350
5% Trimmed Mean 20.0455
Median 20.0000
Variance 15.491
Std. Deviation 3.93585
Minimum 14.00
Maximum 27.00
Range 13.00
Interquartile Range 5.00
Skewness .422 .661
Kurtosis -.134 1.279
91
Tests of Normality
kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
post Origami .199 11 .200* .944 11 .563
Puzzle .146 11 .200* .954 11 .693
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
92
Lampiran 19
Hasil Penghitungan SPSSUji Paired t-test
1. Kelompok Origami
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pre_orgami 27.3636 11 4.10543 1.23783
Kelompok 1.0000 11 .00000 .00000
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 pre_orgami & kelompok 11 . .
93
2. Kelompok Puzzle
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 pre_puzzle 26.5455 11 5.16456 1.55717
post_puzzle 20.0909 11 3.93585 1.18670
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 pre_puzzle & post_puzzle 11 .504 .114
94
Lampiran 20
Hasil Penghitungan SPSSUji Independent t-test
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Selisih origami 11 7.0909 3.36019 1.01314
Puzzle 11 5.5455 3.69767 1.11489
95
Lampiran 21
Lembar Revisi Skripsi
96
97
98
Lampiran 22
Dokumentasi Penelitian
1. Kelompok Origami
99
2. Kelompok Puzzle