solidifikasi.doc
DESCRIPTION
solidifikasiTRANSCRIPT
LAPORAN TETAP PENGENDALIAN PENCEMARANSolidifikasi
D
I
S
U
S
U
NOleh :
1. Bayu Fajri 0611 4041 14962. M. Agung Azhari 0611 4041 15023. Mulyati 0611 4041 15064. Nyayu Aisyah 0611 4041 15095. Olwan Putra Nanda 0611 4041 15106. Yandri Hadinata 0611 4041 1514
KELOMPOK 3
Dosen Pembimbing : Zulkarnain, S.T M.T
JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK ENERGIPOLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2013
SOLIDIFIKASI
I. TUJUAN
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa dapat melakukan proses solidifikasi
limbah berbahaya agar kontaminan dalam bentuk terlarut dapat larut atau
terekstrak kembali ke air dan tidak menyebar ke lingkungan.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
Pengaduk 1 buah
Wadah polytilen 12 buah
Gelas ukur 100 ml, 500 ml masing-masing 1 buah
Alat uji tekan 1 buah
pH paper universal 3 buah
Bahan yang digunakan :
Lumpur dari limbah padat 540 gram
Semen 660 gram
III. DASAR TEORI
Pembuangan limbah padat menjadi isu utama dikarenakan potensinya
untuk mengkontaminasi air permukaan dan air tanah dengan kontaminan berupa
arsenik, boron, logam berat, anion sulfat, dsb. Pengolahan yang aman terhadap
limbah padat dengan mengutamakan perlindungan terhadap pencemaran air
permukaan dan air tanah merupakan hal penting (Marinkovic et al., 2003).
Solidifikasi/stabilisasi merupakan teknik yang secara luas diterapkan untu
remediasi limbah yang mengandung konstituen berbahaya. Pengolahan ini
mencegah migrasi/penyebaran konstituen berbahaya ke lingkungan. Solidifikasi
(transformasi lumpur semi-liquid menjadi bentuk solid/padat) mengarah pada
perubahan karakteristik fisik limbah. Pengolahan ini mencakup peningkatan
kekuatan kompresi, penurunan permeabilitas, dan enkapsulasi konstituen
berbahaya (Marinkovic et al., 2003). Pengolahan limbah secara solidifikasi dapat
diterapkan pada berbagai bentuk limbah, yaitu lumpur, solid, liquid, drainase
tambang, dan pupuk. Solidifikasi digunakan untuk mengubah limbah menjadi
bentuk fisik yang sesuai dan tahan yang lebih kompatibel untuk penyimpanan,
landfill, atau reuse yaitu bentuk padat yang memiliki interitas tinggi. Bentuk ini
dapat diperoleh dengan atau tanpa fiksasi kimiawi (Goni et al., 2009; Meegoda et
al.,2003; Mater et al., 2006; Mijno et al., 2007, Jun et al., 2005). Solidifikasi
menciptakan barrier antara komponen limbah dan lingkungan dengan mereduksi
permeabilitas limbah danatau mengurangi luas area permukaan yang efektif untuk
difusi (Meegoda et al., 2003). Penelitian dari Andres et al. (2009) menyebutkan
bahwa anhydrite dapat mengimobilisasi logam berat pada sludge yang
mengandung logam berat sebanyak 90% sehingga aman untuk landfill.
Salah satu bahan yang digunakan dalam solidifikasi limbah adalah fly ash.
Penambahan fly ash dapat meningkatkan kekuatan ikatan pada limbah,
workability, buffering capacity, dan heavy metal leachability. Penambahan fly ash
secara efektif mengimobilisasi tiga jenis logam berat Pb, Cr3+, dan Cr6+.
Imobilisasi tetap terjadi secara efektif walaupun pH pada saat penambahan
bersifat asam atau basa (Dermatas dan Meng, 2003). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Marinkovic et al. (2003), solidifikasi dapat dilakukan dengan
menggunakan fly ash-FGD gypsum-lime-water dan fly ash-calcined FGD
gypsum dapat digunakan sebagai proses solidifikasi. Sistem ini meningkatkan
kekuatan kompresi (0.34 MPa). Pada limbah yang mengandung kromium dibawah
batas yang ditentukan EPA, rasio komposisi limbah dengan fly ash tidak
berpengaruh secara signifikan (Parsal et al., 1996). Teknik ini menghasilkan
limbah yang tersolidifikasi sehingga menghindarkan penyebaran konstituen pada
air permukaan atau air tanah. Karbonasi dengan menggunakan fly ash dan kapur
juga efektif dalam solidifikasi limbah organik dan inorganik (Swarnalatha et al.,
2006). Penelitian yang dilakukan oleh Arce et al. (2010) membuktikan bahwa
karbonasi menggunakan fly ash menghasilkan stabilisasi Ba yang efektif,
sedangkan untuk Cl-, SO42-, dan F-karbonasi dengan fly ash dapat mensolidifikasi
setengah dari kandungannya pada limbah, dan untuk DOC (dissolved organic
carbon) memerlukan waktu retensi yang lama untuk mengoptimalkan solidifikasi.
Selain itu fly ash juga dapat digunakan pada solidifikasi dengan teknik
geopolimer. Penelitian solidifikasi dengan menggunakan fly ash dengan teknik
geoplimerisasi telah dilakukan oleh Galiano et al. (2011) dengan menggunakan
reagen yaitu sodiumhydroxide, potassiumhydroxide, sodiumsilicate, potassium
silicate, kaolin, metakaolin dan ground blast furnace slag. Penelitian ini dilakukan
pada limbah yang mengandung logam berat yaitu Pb, Cd, Cr, Zn, dan Ba dengan
hasilnya solidifikasi yaitu kekuatan kompresi mencapai 1-9 MPa sehingga
imobilisasi logam berat sangan efektif.
Cement based technology merupakan salah satu taknik dari solidifikasi
yang menggunakan batu kapur, tanah liat, atau materi silika yang dicampur pada
suhu tinggi (Meegoda et al., 2003). Salah satu contoh penerapan teknik ini yaitu
dalam pengolahan limbah yang mengandung logam berat seperti penelitian yang
telah dilakukan oleh Anastasiadou et al. (2012) yang menggunakan fly ash
kemudian dilakukan sementasi. Limbah yang diolah mengandung logam berat Cr,
Fe, Ni, Cu, Cd dan Ba. Dengan menggunakan teknik sementasi ini hasilnya aman
untuk landfill atau digunakan sebagai material konstruksi karena pengikatan
logam berat yang cukup kuat sehingga tidak mudah terlepas ke lingkungan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Coz et al. (2009) menunjukkan bahwa
pencampuran sodium silicate pada materi semen dapat meningkatkan leachabilitas
logam berat terutama Zn, dengan konsentrasi silikat 5-25% menghasilkan
leachabilitas yang optimum pada materi semen. Voglar dan Lestan (2010)
menyatakan bahwa sementasi dapat diterapkan untuk solidifikasi berbagai jenis
logam berat yaitu Cd, Pb, Zn, Cu, Ni dan As . pada penelitian mereka
selanjutnya, Voglar dan Lestan (2011) menyatakan dalam jurnalnya bahwa
formula solidifikasi paling efisien yaitu semen kalsium aluminat ditambah dengan
acrylic polymer akrimal menghasilkan materi yang dapat mengikat sangat kuat
terhadap logam berat antara lain Cd, Pb, Zn, Cu, Ni dan As sehingga materi
tersebut dapat digunakan untuk landfill atau landcover.
Kalsium sangat berperan dalam teknik sementasi, jenis kalsium yang
sering digunakan antara lain Calcium Silicate Hydrate, Calcium Hydroxide,
Calcium Sulfoaluminate (Meegoda et al., 2003). Kalsium berperan penting dalam
teknik sementasi. Sementasi baik yang menggunakan Portlan cement (PC) atau
cement kiln dust (CDK) memanfaatkan ikatan yang terbentuk antara Ca dengan
As(III) dan As(V) untuk mengimobilisasi logam arsenit tersebut (Yoon et
al., 2010). Penelitian dari Qian et al., (2008) membuktikan bahwa teknik
sementasi dapat mengimobilisasi logam berat, terutama logam berat Zn dan Pb.
Pada penelitian ini proses solidifikasi dilakukan dengan menggunakan fly ash dan
calcium sulfoaluminate cement matrix sehingga imobilisasi logam berat yang
efektif matrix semen. Ketidakadaan kalsium dalam materi dapat menurunkan
pengikatan logam berat pada semen, atau yang disebut dengan dekalsifikasi materi
semen, dapat menurunkan luasan area pengikatan logam berat (Laforest dan
Duchesne, 2007).
Komponen organik pada limbah berpengaruh pada containment dan
karakteristik kekuatan pada limbah hasil solidifikasi. Kandungan minyak dan
fenol dalam limbah mengganggu kekuatan dan durabilitas sistem pengikatan pada
solidifikasi (Minocha et al., 2003). Kandungan bahan organik juga berpengaruh
pada lama waktu hidrasi pada semen. Penelitian Zhang et al. (2008) menunjukkan
bahwa keberadaan sukrosa dan sorbitol pada limbah yaitu semakin mempercepat
hidrasi semen, keberadaan sukrosa atau sorbitol juga mengurangi leachabilitas
semen terhadap Pb. Semakin besar kandungan bahan organik (fenol) pada limbah
maka dibutuhkan konsentrasi materi semen yang tinggi untuk mendapatkan hasil
solidifikasi yang cukup (Vipulanandan dan Krishnan, 1990). Komponen organik
ini dapat dihilangkan dengan cara pembakaran pada suhu 800oC (Swranalatha et
al.,2006). Cara lain yaitu dengan menggunakan reactivated carbon yang memiliki
daya serap tinggi terhadap fenol (Arafat et al., 1999).
Tingkat kekerasan materi semen juga berpengaruh pada kemampuan
mengimobilisasi logam berat. Sala satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
tingkat kekerasan semen adalh dengan menambahkan 2-chloroaniline yang
berfungsi untuk mempermudah penghilangan air dari tanah liat yang merupakan
materi semen (Botta et al., 2004). Selain itu materi semen juga harus diperhatikan
dalam teknik solidifikasi. Pada penelitian Mohamed dan Gamal (2011) disebutkan
bahwa cement kiln dust kurang direkomendasikan untuk solidifikasi karena tidak
stabil secara kimiawi yang kemampuan mengikat logam beratnya kurang.
Permeabilitas terhadap oksigen juga penting karena menggambarkan kualitas fisik
material limbah hasil solidifikasi (Poon et al., 1986).
Dari penjelasan diatas dapat diambil pengertian bahwa, solidifikasi adalah
proses pemadatan limbah berbahaya sedemikian rupa sehingga mempunyai sifat
fisik, kimia yang stabil sehingga aman untuk penanganan. Proses selanjutnya
mulai pengangkutan, penyimpanan sementara sampai penyimpanan lestari. Bahan
yang dapat digunakan untuk proses solidifikasi adalah semen, semen fly ash.
IV. PROSEDUR KERJA
Tahap awal melakukan pencampuran antara semen dan lumpur yang mana
kadar dari semen dan lumpur tersebut dilampirkan pada tabel berikut ini :
pH 5 pH 7 pH 9
Semen 30 gr 30 gr 30 gr
Lumpur 70 gr 70 gr 70 gr
Semen 60 gr 60 gr 60 gr
Lumpur 40 gr 40 gr 40 gr
Semen 50 gr 50 gr 50 gr
Lumpur 50 gr 50 gr 50 gr
Semen 80 gr 80 gr 80 gr
Lumpur 20 gr 20 gr 20 gr
Tabel 1. Perbandingan Komposisi Semen dan Lumpur
Setelah pencampuran semen dan lumpur maka ditambahkan ke dalam
campuran tersebut air sebanyak 20 ml dengan variasi pH 5, 7, dan 9. Lalu
diaduk hingga merata.
Kemudian hasil adukan tersebut dimasukkan ke dalam gelas polyetilen
yang tersedia (akua gelas), lalu digetarkan lebih kurang 1 menit, setelah itu
gelas polyetilen diperam selama beberapa hari.
Setelah pemeraman selesai dilakukan pengujian terhadap kuat tekan dari
12 sampel diatas.
V. DATA PENGAMATAN
Campuran Berat(gr) pada pH 5 pH 7 pH 9
Semen 30 gr + Lumpur 70 gr 107,45 107,68 106,95
Semen 60 gr + Lumpur 40 gr 106,50 120 120
Semen 50 gr + Lumpur 50 gr 108,33 100 109,37
Semen 80 gr + Lumpur 20 gr 120 120 120
*berat yang ditimbang ditambah dengan berat gelas aqua kosong
Tabel 2. Massa Tiap Sampel
Campuran pH Banyak Putaran Kondisi Fisik
Semen 30 gr +
Lumpur 70 gr
5 3,25 putaran Rapuh
7 3,25 putaran Rapuh
9 3,75 putaran Rapuh
Semen 60 gr +
Lumpur 40 gr
5 2 putaran Keras
7 0,75 putaran Keras
9 3 putaran Rapuh
Semen 50 gr +
Lumpur 50 gr
5 2 putaran Keras
7 2 putaran Keras
9 2 putaran Rapuh
Semen 80 gr +
Lumpur 20 gr
5 2 putaran Keras
7 2 putaran Keras
9 2 putaran Keras
Tabel 3. Hasil Uji Tekan dan Kekerasan
VI. TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan limbah B-3 ?
2. Apa tujuan dari solidifikasi ?
3. Selain semen bahan apa saja yang digunakan untuk solidifikasi ?
4. Apa keuntungan solidifikasi dengan semen ?
5. Pada kondisi pH berapa solidifikasi dapat dilakukan dengan baik, jelaskan
6. Bagaimana kuat tekan dari hasil solidifikasi yang dilakukan ?
Jawab :
1. Suatu limbah digolongkan sebagai B-3 bila mengandung bahan berbahaya
beracun yang sifat dan konsentrasinya baik langsung maupun tidak
langsung dapat masuk dan mencemarkan lingkungan hidup atau
membahayakan kesehatan.
2. Solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair ke
lingkungan dengan membentuk padatan sehingga lebih mudah ditangani.
3. Selain semen dapat digunakan fly ash, kaca, dan termoplastik.
4. Keutungan solidifikasi dengan semen:
Mengandung komposisi yang konsisten
Reaksi setting, pengerasan dan fiksasi berjalan lebih bagus
dibandingkan bahan lainnya.
Murah
5. Pada kondisi pH=7 (netral) karena jika proses pemadatan yang dilakukan
oleh semen berada pada pH yang asam maka hasil solidifikasi akan
mengalami keretakan sehingga dapat dikatakan solidifikasi yang dilakukan
gagal karena memungkinkan bagi limbah cair keluar dari padatan tersebut.
6. Dari hasil solidifikasi yang dilakukan sampel yang memiliki kuat tekan
yang lebih besar adalah sampel yang memiliki campuran semen yang lebih
besar denga pH netral (pH=7).
VII. ANALISA DATA
Praktikum solidifikasi bertujuan untuk mencegah penyebaran limbah cair
yang berbahaya dengan mengubahnya dalam bentuk padat sehingga akan lebih
mudah ditangani. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah semen karena
semen dianggap memiliki komposisi yang konsisten beserta struktur fisik yang
kuat. Dari hasil yang telah dilakukan, didapatkan masing-masing 12 sampel hasil
solidifikasi dengan varisi pH dan pencampuran limbah + semen. Tiap sampel
terlihat memiliki struktur fisik yang kuat namun saat dilakukan uji tekan pada tiap
sampel yang memiliki kuat tekan yang besar adalah sampel dengan kandungan
semen terbanyak yaitu 80 gr + 20 gr dan pada masing-masing pH (5,7 dan 9).
Serta pada campuran semen 60 gr + 40 gr lumpur dengan pH=7. Dari hasil
tersebut dapat dianalisa bahwa pH 7 adalah pH yang tepat untuk proses
solidifikasi, untuk pH yang terlalu asam maupun terlalu basa, hasil solidifikasi
tidak begitu baik. Karena bila kuat tekan atau kekerasan struktur fisik
campuran(hasil solidifikasi) yang kecil dapat menyebabkan masalah saat
penyimpanan dan prises penanganan limbah selanjutnya seperti landfill ataupun
reuse.
VIII. KESIMPULAN
Dari praktikum solidifikasi yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
Solidifikasi bertujuan untuk mencegah migrasi/penyebaran konstituen
berbahaya yang terdapat pada suatumlimbah cair dengan merubahnya
dalam bentuk solid sehingga mudah ditangani.
Bahan yang dapat digunakan dalam proses solidifikasi adalah semen, fly
ash, kaca, dan termoplastik. Namun semen lebih banyak digemari karena
konstituen yang ada di dalamnya lebih konsisten dan memiliki kekerasan
yang lebih baik dibandingkan bahan lainnya.
Proses solidifikasi yang baik dilakukan pada pH = 7 dengan kadar semen
dan lumpur yaitu sekitar 60 : 40
IX. DAFTAR PUSTAKA
Karakteristik hasil sementasi limbah radioaktif Cesium dengan menggunakan
abu terbang, K.A Ridwan, 1997, Tesis Program Pasca Sarjana, jurusan teknik
Lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
Jobsheet ,Pengendalian Pencemaran.2013 “Solidifikasi”.POLSRI ; Palembang.
X. GAMBAR ALAT
Gelas Ukur Neraca Analitik
Spatula Gelas Polyetilen
(aqua gelas) pH paper universal
Alat Uji Tekan
XI. LAMPIRAN
GAMBARAN UMUM PROSES
Hasil Solidifikasi dengan Berbagai Variasi Kadar Semen+LumpurDengan pH 5, 7 dan 9
Proses Uji Tekan Hasil Solidifikasi