substance abuse

8
Substance Abuse Pada Remaja Fitri Hartanto,dr, SpA Sub Bagian Tumbuh Kembang Anak Bagian IKA FK UNDIP/SMF Kesehatan Anak RS.Dr. Kariadi Semarang. Remaja cenderung energetik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak dan mengukur segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berfikir yang tidak logis. Kadang remaja melakukan hal-hal diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang keberadaan dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah melakukan tindakan penyalahgunaan obat/zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah ini bukan hanya berakibat negatif terhadap diri penyandang masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap keluarga, lingkungan sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan dapat mengancam dan membahayakan masa depan bangsa dan negara. DEFINISI Penyalahgunaan zat atau bahan lainnya (NAPZA) yaitu penggunaan zat/obat yang dapat menyebabkan ketergantungan dan efek non- terapeutik atau non-medis pada individu sendiri sehingga menimbulkan masalah pada kesehatan fisik / mental, atau kesejahteraan orang lain. NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /psikologi seseorang (pikiran,perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi. Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-fungsi fisiologis, psikologis, emosi, kecerdasan, dan lain-lain akibat penggunaan dosis obat yang berlebihan. Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatan penggunaan obat meskipun terjadi kerusakan fisik, psikologis maupun sosial pada pengguna. Ketergantungan psikologis adalah keinginan untuk mengkonsumsi obat untuk memperoleh efek positif atau menghindari efek negatif akibat tidak mengkonsumsinya. Ketergantungan fisik adalah adaptasi fisiologis terhadap obat yang ditandai dengan timbulnya toleransi terhadap efek obat dan sindroma putus obat bila dihentikan. KLASIFIKASI Zat yang disalahgunakan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu : 1. Narkotik, menurut UU RI No 22 / 1997 yang disebut narkotika adalah: Zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi 1

Upload: zoraya-febriana-syahnaz

Post on 07-Dec-2014

18 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Substance Abuse

Substance Abuse Pada Remaja

Fitri Hartanto,dr, SpASub Bagian Tumbuh Kembang Anak

Bagian IKA FK UNDIP/SMF Kesehatan Anak RS.Dr. Kariadi Semarang.

Remaja cenderung energetik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak dan mengukur segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berfikir yang tidak logis. Kadang remaja melakukan hal-hal diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang keberadaan dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah melakukan tindakan penyalahgunaan obat/zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah ini bukan hanya berakibat negatif terhadap diri penyandang masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap keluarga, lingkungan sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan dapat mengancam dan membahayakan masa depan bangsa dan negara.

DEFINISI Penyalahgunaan zat atau bahan lainnya (NAPZA) yaitu penggunaan zat/obat yang

dapat menyebabkan ketergantungan dan efek non-terapeutik atau non-medis pada individu sendiri sehingga menimbulkan masalah pada kesehatan fisik / mental, atau kesejahteraan orang lain.

NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /psikologi seseorang (pikiran,perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.

Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-fungsi fisiologis, psikologis, emosi, kecerdasan, dan lain-lain akibat penggunaan dosis obat yang berlebihan.

Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatan penggunaan obat meskipun terjadi kerusakan fisik, psikologis maupun sosial pada pengguna.

Ketergantungan psikologis adalah keinginan untuk mengkonsumsi obat untuk memperoleh efek positif atau menghindari efek negatif akibat tidak mengkonsumsinya.

Ketergantungan fisik adalah adaptasi fisiologis terhadap obat yang ditandai dengan timbulnya toleransi terhadap efek obat dan sindroma putus obat bila dihentikan.

KLASIFIKASI Zat yang disalahgunakan dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :1. Narkotik, menurut UU RI No 22 / 1997 yang disebut narkotika adalah: Zat atau obat yang

berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan• Golongan I : Heroin / putauw, ganja atau kanabis, marijuana, kokain • Golongan II : Morfin, petidin • Golongan III : Kodein

2. Psikotropika menurut UU RI No 5 / 1997 adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada SSP yang menyebabkan perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku• Golongan I : Ektasi • Golongan II : Amfetamin, metilfenidat atau ritalin • Golongan III : Fentobarbital, flunitrazepam • Golongan IV : Diazepam, klordiazepoxide, nitrazepam ( pil BK, pil koplo)

3. Zat adiktif adalah bahan / zat yang berpengaruh psikoaktif diluar Narkotika dan Psikotropika • Minuman beralkohol • Inhalasi ( gas yang dihirup ) dan solven ( zat pelarut ) mudah menguap • Tembakau/rokok

1

Page 2: Substance Abuse

EPIDEMIOLOGIBerdasarkan data yang dihimpun Badan Narkotika Nasional, jumlah kasus narkoba meningkat dari sebanyak 3.478 kasus pada tahun 2000 menjadi 8.401 pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,9% pertahun. Jumlah tersangka tindak kejahatan Narkoba pun meningkat dari 4.955 orang pada tahun 2000 menjadi 11.315 kasus pada tahun 2004, atau meningkat rata-rata 28,6% pertahun. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Puslitbang Info BNN, menyebutkan jumlah penyalahguna narkoba yang teratur pakai dan pecandu di Indonesia tahun 2004 sekitar 3,2 juta orang dengan kisaran 2,9 sampai 3,6 juta orang. Data dari Rumah Sakit ketergantungan obat tahun 1999, 80% pasien berusia antara 16-24 tahun. Angka kematian pecandu 1,5% per tahun.

FAKTOR RISIKOBeberapa faktor yang menyebabkan penyalahgunaan zat di kalangan remaja antara lain:

Faktor risiko genetik, apabila orang tua atau saudara kembar laki-laki pengguna obat terlarang.

Faktor kepribadian dan perilaku. Beberapa keadaan psikopatologik misalnya ansietas, perilaku menyimpang, kepribadian antisosial, gangguan afektif atau attention deficit disorders/hyperactivity telah diketahui merupakan faktor risiko. Penyandang kelainan ini seringkali menggunakan obat untuk mengurangi gejala psikiatrik (self medication hypothesis). Kurangnya rasa percaya diri dan perilaku mencari risiko juga berpengaruh.

Faktor lingkungan. Lingkungan rumah dan sekolah merupakan lingkungan terdekat dari remaja. Anak yang mempunyai orang tua dengan kepribadian antisosial lebih berisiko. Kemampuan orang tua untuk mengasuh anak juga menentukan faktor risiko, terutama pada masa adolesen, saat anak mencari jati dirinya. Keluarga yang terlalu kaya, terlalu miskin, atau keluarga yang tidak mempunyai norma yang jelas juga berpengaruh. Anak tidak menyukai sekolahnya, tidak mempunyai teman banyak atau berkawan dengan pengguna, tidak aktif mengikuti aktivitas ekstrakurikulum, sering membolos, dan lain-lain.

Faktor kawan, misalnya berkawan dengan perokok, pengguna narkotika, dengan kelompok yang menganggap bahwa penggunaan narkotika adalah hal biasa, berkawan dengan teman yang mempunyai kepribadian dan perilaku buruk sehingga sering melakukan kekerasan dan melawan hukum.

Faktor protektif membuat seseorang cenderung tidak menggunakan obat, misalnya intelegensi yang tinggi, adanya penilaian untuk kesehatan dan pencapaian tujuan, sekolah yang baik, hubungan antar keluarga yang erat, dan orang tua yang sangat berminat membantu anak.

GEJALA KLINISGejala klinis yang dapat terjadi pada pengguna substance abuse sangat tergantung dari golongan zat yang dipakai yaitu:1. Golongan Depresan (Downer)

Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktifitas fungsional tubuh. Jenis ini menbuat pemakaiannya merasa tenang, pendiam dan bahkan membuatnya tertidur dan tidak sadarkan diri. Golongan ini termasuk Opioida (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), hipnotik (otot tidur), dan tranquilizer (anti cemas) dan lain-lain.

2. Golongan Stimulan(Upper)Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan kegairahan kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi lebih aktif, segar dan bersemangat. Zat yang termasuk golongan ini adalah : Amfetamin (shabu, esktasi), Kafein, Kokain

3. Golongan Halusinogen

2

Page 3: Substance Abuse

Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi yang bersifat merubah perasaan dan pikiran sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis, misal: (Kanabis /ganja), LSD, Mescalin

Secara umum gejala klinis yang akan nampak adalah sebagai berikut:1. Perubahan Fisik,

Pada saat menggunakan NAPZA : jalan sempoyongan, bicara pelo, apatis, mengantuk, agresif, curigaBila kelebihan dosis (overdosis) : nafas sesak,denyut jantung dan nadi lambat, kulit teraba dingin, nafas lambat/berhenti, meninggal.Bila sedang ketagihan (putus zat/sakau) : mata dan hidung berair,menguap terus menerus,diare,rasa sakit diseluruh tubuh,takut air sehingga malas mandi,kejang, kesadaran menurun.Pengaruh jangka panjang : penampilan tidak sehat,tidak peduli terhadap kesehatan dan kebersihan, gigi tidak terawat dan kropos, terdapat bekas suntikan pada lengan atau bagian tubuh lain (pada pengguna dengan jarum suntik)

2. Perubahan Sikap dan Perilaku, misalnya :Prestasi sekolah menurun, sering membolos, pemalas, kurang bertanggung jawab. Pola tidur berubah, begadang, sulit dibangunkan pagi hari, mengantuk dikelas atau tempat kerja. Sering mengurung diri, berlama-lama dikamar mandi, menghindar bertemu dengan anggota keluarga lain dirumah, minta banyak uang dengan berbagai alasan tapi tak jelas penggunaannya, mengambil dan menjual barang berharga milik sendiri atau milik keluarga, mencuri, mengompas, terlibat tindak kekerasan atau berurusan dengan polisi. Sering bersikap emosional, mudah tersinggung, marah, kasar sikap bermusuhan, pencuriga, tertutup dan penuh rahasia.

PEMERIKSAAN PENUNJANGSebagian besar pemeriksaan laboratorium tergantung dari kemungkinan target organ yang terkena efek dari zat/obat yang dipakai (contoh: gangguan fungsi liver, kelainan hematologi). Pemeriksaan rambut, saliva, urin , dan darah dapat dilakukan untuk mengetahui apakah remaja tersebut menggunakan obat/zat tersebut tetapi pemeriksaan urin untuk penyalahgunaan zat lebih dapat membatu karena lebih cepat hasilnya walaupun false positif atau negatif kadang terjadi.

DIAGNOSISBerdasarkan DSM IV dibedakan antara substance abuse dengan Substance dependent.Substance abuse / penyalahgunaan zat: suatu pola maladaptasi dari penggunaan zat yang membawa kearah gangguan klinis yang bermakna sebagai akibat dari satu atau lebih dari hal dibawah ini yang timbul dalam periode 12 bulan, yaitu:

1. Penggunaan obat secara berkala yang menyebabkan orang tersebut gagal melaksanaan tugas di lingkungan pekerjaan, sekolah atau di rumah.

2. Pada situasi dimana hal tersebut dapat membahayakan fisiknya3. Yang berkaitan dengan masalah legalsasi4. Terus menerus dan orang tersebut mempunyai masalah interpersonal dan social

sementara atau menetap, yang dicetuskan kembali efek zat tersebutSubstance dependent/ketergantungan zat: suatu pola maladaptasi dari penyalahgunaan zat yang membawa kepada gangguan klinis yang bermakna , sebagai akibat dari tiga atau lebih hal dibawah ini yang terjadi kapan saja dalam periode 12 bulan yang sama, yaitu:

1. Toleransi , didefinisikan sebagai berikut:a. Peningkatan kebutuhan yang bermakna untuk mencapai intoksikasi atau efek

yang diinginkanb. Tidak adanya reaksi yang bermakna dengan penggunaan berkelanjutan dalam

jumlah yang sama.2. Withdrawal, didefinisikan sebagai berikut:

3

Page 4: Substance Abuse

a. Adanya karakteristik sindroma ketergantunganb. Zat yang sama atau berkaita digunakan untuk menghilangkan atau mencegah

gejala yang timbul.3. Zat yang sering digunakan dalam jumlah lebih besar atau over dosis dalam jangka

waktu yang lebih singkat.4. Terdapat keinginan untuk memutus atau mengontrol substance abuse tetapi usaha

itu gagal5. Jangka waktu yang lama dibutuhkan dalam usaha untuk sembuh dari efek substance

abuse6. Aktivitas social, pekerjaan atau rekreasi menjadi terhenti atau berkurang karena

pemakaian zat itu.7. Pemakaian zat tersebut tetap dilanjutkan walaupun terdapat masalah fisik sementara

atau menetap, atau masalah psikologis yang disebabkan zat tersebut.

TATA LAKSANATerapi dan rehabilitasi, dengan tujuan:1. Abstinensia atau menghentikan sama sekali penggunaan NAPZA. Tujuan ini tergolong

sangat ideal, namun banyak orang tidak mampu atau mempunyai motivasi untuk mencapai tujuan ini. Rehabilitasi ini diberikan terutama kalau ia baru menggunakan NAPZA pada fase-fase awal.

2. Pengurangan frekuensi dan keparahan relaps Sasaran utamanya adalah pencegahan relaps. Bila pasien pernah menggunakan satu kali saja setelah “clean” maka ia disebut “slip”. Bila ia menyadari kekeliruannya, dan ia memang telah dibekali ketrampilan untuk mencegah pengulangan penggunaan kembali, pasien akan tetap mencoba bertahan untuk selalu abstinensia. Pelatihan relapse prevention programe, Program terapi kognitif, Opiate antagonist maintenance therapy dengan naltreson merupakan beberapa alternatif untuk mencegah relaps.

3. Memperbaiki fungsi psikologi dan fungsi adaptasi sosial. Dalam kelompok ini,abstinensia bukan merupakan sasaran utama. Terapi rumatan (maintence) metadon merupakan pilihan untuk mencapai sasaran terapi golongan ini.

Sedangkan tahap penanganan secara umum adalah:• Penanganan kegawatan : tatalaksana ABC (airway, brathing, circulation)• Pemberian antidotum • Detoksifikasi:

– Detoksifikasi dengan pemutusan segera (abrupt withdrawal) – Detoksifikasi simptomatik – Detoksifikasi substitusi

• Terapi rumatan penyalahgunaan– Psikoterapi individu – Psikoterapi kelompok

• Rehabilitasi – Rehabilitasi di rumah / keluarga – Rehabilitasi di institusi/lembaga

PROGNOSISKeberhasilan dari penatalaksanaan penyalahgunaan obat/zat memerlukan proses yang sangat panjang. Resiko tinggi untuk relaps selama terapi hampir selalu ada.

PENCEGAHANTidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat diterapkan untuk seluruh populasi. Populasi yang berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode pencegahan adalah sebagai berikut:1.Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga maupun anak.

4

Page 5: Substance Abuse

2.Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko tersebut dapat berupa risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.3.Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor risiko dalam suatu keluarga yang disfungsional.

Semua upaya pencegahan pada umumnya ditujukan untuk memperbaiki/mengurangi faktor risiko dan memperkuat faktor protektif dari individu, keluarga dan lingkungannya. Faktor risiko mempermudah seseorang untuk menjadi pengguna sedangkan faktor protektif membuat seseorang cenderung tidak menggunakan obat. Tugas dari seorang dokter anak adalah mengawasi terhadap faktor risiko tersebut, mengatasinya atau merujuknya kepada ahli lain. Dengan menggunakan alat Skrining penyalahgunaan zat pada remaja dalam bentuk kuesener seperti CRAFFT screening test yang cukup sederhana dan relevan dapat untuk mengenali risiko terjadinya penyalahgunaan zat/obat.Kuesioner CRAFFT : C:Apakah pernah berkendaraan (car) dengan atau tanpa seseorang dalam keadaan mabuk

atau setelah memakai obat-obatan ? R: Apakah minum alkohol atau memakai obat untuk relaks, merasa diri lebih baik (fit in)? A: Apakah pernah minum alkohol atau memakai obat saat sendirian (alone)? F: Apakah ada teman dekat (friend) yang minum alkohol atau memakai obat juga? F: Apakah keluarga (family) mempunyai masalah dengan alkohol atau obat-obatan? T: Apakah terlibat masalah (trouble) akibat minum alkohol atau memakai obat? Bila didapatkan dua atau lebih jawaban “ya”, maka remaja mempunyai masalah yang serius dalam penyalahgunaan zat

DAFTAR PUSTAKA1. Iyus Y. Mengenal Jenis Dan Faktor Penyebab Penyalahgunaan Napza. Diunduh Dari

: Http://Resources.Unpad.Ac.Id/Unpadcontent/Uploads/Publikasi_Dosen.2. Schwartz RH, Silber TJ, Heyman RB, Sheridan MJ, Estabrook. Urine Testing For

Drugs Of Abuse A Survey Of Suburban Parent–Adolescent Dyads. Arch Pediatr Adolesc Med. 2003;157:158–161

3. Kulig JW, Commitee On Substance Abuse. Tobacco, Alcohol, And Other Drugs: The Role Of The Pediatrician In Prevention, Identification And Management Of Substance Abuse. Pediatrics. 2005;3:816–20

4. Carroll KM, Onken LS. Behavioral Therapies For Drug Abuse. Focus The Journal Of Life Learning In Psychiatry.2007;5(2):240–47

5. Pusponegoro HD. Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika Dan Obat Terlarang. Sari Pediatri 2001;3:157–162

6. Hollman D, Alderman E, Adam HM, Substance Abuse Counseling. Pediatr. Rev. 2007;28;355-357. Di Unduh Dari: Http://Pedsinreview.Aappublications.Org

7. Drug Abuse And Addiction. Diunduh dari : http://www.helpguide.org/mental/drug_substance_abuse_addiction_signs_effects_treatment.htm

8. Soelaiman H, Komunikasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Badan Narkotik Nasional (BNN) RI. 2006

9. Sidiartha IGL, Westa W. Penyalahgunaan Obat Pada Remaja Dalam Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Penyunting: Soetjiningsih. Jakarta : Sagung Seto, 2004, Hal 219-31

10. Ashery R, Robertson EB, Kumpfer KL. Drug Abuse Prevention Through Family Interventions.NIDA Research Monograph 177.1998

5