sustainability architecture
DESCRIPTION
Sustainability ArchitectureTRANSCRIPT
“Sustainable development is development that meet the needs of the present without
compromising the ability of future generations to meet their own needs” atau dengan kata
lain dapat kita terjemahkan, pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat
memenuhi kebutuhan saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi masa
depan dalam memenuhi kebutuhannya, kurang lebih itu yang dikatakan Bruntland Report
(1987) mengenai pengertian “Sustainable”. Dalam dunia arsitektur selain bentuk, seni,
struktur, faktor lain pembentuk arsitektur seperti material serta manusia sebagai USER
merupakan salah satu bagian dari terbentuknya SUSTAINABILITY itu sendiri.
Saya bukan merupakan seorang ahli atau profesional dalam dunia arsitektur, oleh
karena itu untuk mencari hubungan antara sustainability dan arsitektur kita coba
menggunakan kata kunci “pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan saat ini tanpa
harus mengorbankan generasi masa depan”, ketika kita membicarakan kebutuhan dalam
dunia pembangunan secara awam saya berpikir mengenai material, lingkungan, dan pola
hidup. 3 hal yang menurut saya paling vital dalam kehidupan manusia.
Kenapa MATERIAL? Seperti yang kita tau material pembangunan yang kita gunakan
sekarang tidak ada yang melindungi alam, campuran semen yang di hasilkan dengan
menghancurkan gunung demi mengambil bahan kapur, bekas daerah tambang biji besi
yang merusak permukaan bumi dan tidak dapat di isi kembali, menggunakan hampir semua
material yang tidak dapat diperbaharui. Setelah mencari material dan membangun
bangunan megah dan membuat kota hidup 24 jam dan hutan yang menjadi hutan beton
maka LINGKUNGAN perlahan-lahan berubah, manusia mulai membual tentang banyak hal,
seperti mengatakan minimal RTH sebuah kota 30% (UU No. 26 Tahun 2007), coba kembali
bertanya kenapa 30%? Kenapa tidak 70%? Jika memang manusia berteriak bahwa alam
harus diselamatkan, hanya karena global warming yag terjadi akibat ulah manusia sendiri,
sebuah hasil dari akumulasi kesalahan manusia yang lama berpikir ang juga mempengaruhi
POLA HIDUP manusia, yang semakin modern, menuntut kenyamanan dan kemudahan,
sehingga manusia sendiri menghasilkan 275 juta ton pada tahun 2010 untuk 192 negara.
Setiap tahun meningkat seiring dengan berkembangnya populasi dunia.
Dan dengan gampangnya para arsitek eropa dengan mudahnya men CAP karya
mereka merupakan design sustainable, seperti bangunan John & Frances Angelos Law
Center di Baltimore / Behnisch Architekten and Ayers Saint Gross yang mengartikan
sustainable merupakan bahasa dimana kita bisa mengurangi penggunaan energi pada
bangunan dan tidak memikirkan dampak yang lebih jauh.
Untungnya Indonesia masih belum seperti Amerika, dimana sejauh mata melihat
hanya bangunan tinggi dikarenakan hilangnya gunung yang digunakan untuk menghasilkan
material kebutuhan mereka, negara seperti Amerika mulai mengeruk hasil dari benua lain
demi memenuhi kebutuhan negaranya, dan kemungkinan juga Indonesia suatu saat akan
kehilangan alam dan menjadi hutan beton suatu saat nanti.
Arsitektur dan manusia memiliki sebuah simbiosis, sebagai analogi biologis dan
ekologis memadukan beragam hal yang kontradiktif, atau keragaman lain, seperti bentik
plastis dengan geometris, alam dengan teknologi, masalalu dengan masa depan, dll. Tiap
tempat, wilayah, budaya punya autonomus value dan memiliki struktur masing-masing
dengan ciri berbeda (Claude Levi Strauss). Dengan demikian mengakomodir keragaman
adalah suatu keharusan dimana perlu adanya jalan untuk menjembatani perbedaan karakter
wilayah, budaya, dll. Keharmonisan antar tiap perbedaan, merupakan intercultural, atau
dapat kita katakan sebagai hybrid architecture (arsitektur campuran).
Contoh dalam penjembatanan arsitektur, Karya Kisho Kurokawa di pemukiman Al-
Sarir, Libya 1979 – 85, kurokawa memadukan teknologi baru dengan alam padang pasir
daerah tersebut dengan memanfaatkan material pasir untuk di jadikan sand-brick di
padukan dengan materi prefabrikasiuntuk bahan atap, jua pengatuuran sirkulasi, dll. Tiap
layout dan desain di upayakan memenuhi keinginan tiap penghuni sehingga tiap rumah
memiliki bentuk yang berbeda walau dengan bahan dan struktur yang sama.namun hal ini
pun belum sampai pada tahap dia mengatakan bangunan yang dia bangun merupakan
bangunan yang sustainable.
Jadi apakah “sustainable” sebenarnya? Menurut beberapa pakar arsitektur
Indonesia, mereka memiliki pandangan terhadap isu ini, Ahmad Tardiyana, permasalahan
konstruksi berkelanjutan di Indonesia antara lain, kekuatan market dalam profesi arsitektur
yang dominan, sebagian arsitek masih mementingkan look daripada essence, belum ada
peraturan pemerintah yang mengikat, rendahnya kesadaran pengembang atau pembangun
menerapkan sustainable, minimnya pengenalan isu sustainable architecture dalam dunia
pendidikan. Sedangkan Pak Eko Prawoto yang memiliki pendapat LEBIH KRITIS
mengatakan sustainable bukan tren sesaat yang tengah di gemari, bukan sekedar UPAYA
PENGHEMATAN EKONOMI, dan sustainability terjadi bukan hanya dengan perwujudan
artefaknya, namun lebih pada adanya kepercayaan atas nilai-nilai yang mendasarinya, yaitu
PENGHARGAAN dan PEMAHAMAN untuk menjaga keselarasan ALAM.
2 pemahaman yang berbeda dari praktisi terkemuka Indonesia ini membuat kita
berpikir kembali apa sebenarnya makna dari SUSTAINABILITY. Dari pendahuluan di atas
memberikan pemahaman awal bahwa point-point penilaian terhadap bangunan yang
sustainable pada tiap negara atau tiap benua berbeda.
Indonesia memiliki permasalahan yang berbeda dengan negara-negara lainnya.
Penduduk ynag berkembang di Indonesia lebih cepat berkembang di banding negara lain,
Indonesia negara yang memiliki 2 musim yang ekstrem, Indonesia memiliki lebih banyak
bentangan laut dibandingkan darat, Indonesia juga memiliki material kayu terbanyak dan
terbaik di dunia. Berbeda dengan negara lain yang memiliki lebih dari 4 musim dan jumlah
penduduk lebih sedikit. Seperti yang di katakan oleh Claude Levi Strauss tiap negara
memiliki value, budaya dan kelebihan masing-masing dan arsitek lah yang berperan untuk
menciptakan karya dengan menjawab tantangan negara tersebut menggunakan nilai-nilai
dari daerah masing-masing.
Dikarenakan point-point penilaian sebuah karya arsitektur yang sustainable tiap
negara berbeda maka Indonesia pun memiliki point-point tertentu untuk karya yang
sustainable. Sebelum mendapatkkan arti dari sustainable khusus di Indonesia kita harus
mengetahui permasalahan yang Indonesia hadapi dan apa nilai yang dimiliki Indonesia.
Jumlah penduduk yang meledak dengan cepat menyebabkan kebutuhan akan
tempat tinggal yang meningkat dengan cepat mengakibatkan lahan Indonesia yang mulai
berkurang dan mengakibatkan RTH Indonesia berkurang dan meningkatnya jumlah rumah
tidak layak huni yang makin merusak tatanan kota di Indonesia, ditambah lagi budaya
Indonesia yang mulai bergeser dan semakin tidak menghargai alam semakin menambahkan
buruknya kehidupan Indonesia.
Sedangkan nilai atau value dari Indonesia sendiri adalah Indonesia merupakan
daerah Nusantara dimana Indonesia memiliki kebudayaan dalam berarsitektur berbeda tiap
suku dan budaya. Dengan seperti itu Indonesia secara arsitektur memiliki Estetika yang
sangat banyak dan memiliki fungsi bangunan yang sama dan sangat memiliki identitas
Nusantara, sedangkan material bangunan yang digunakan pada dasarnya bangunan
traditional Nusantara merupakan kayu. Penggunaaan material kayu lebih efektif karena
menggunakan teknologi sekarang, tidak perlu menunggu sampai puluhan tahun untuk
menggunakan kayu sebagai material bangunan. Salah satu karya pemenang Pritzker 2014,
Shigeru Ban, merupakan bangunan bentang lebar dan berlantai hampir seluruh struktur
bangunan menggunakan material kayu dari hutan produksi dimana kayu lebih mudah di
hasilkan yang membawa Shigeru Ban memenangkan penghargaan bergengsi di dunia
arsitektur. Di katakan sustainability bangunan tersebut karena bangunan tersebut mudah
mendapatkan material melalui sumberdaya yang dapat diperbaharui.
Hal ini memberikan titik terang Indonesia dalam Industri bangunan dengan material
kayu yang mungkin bisa menjadi jawaban bagi Sustainability dalam pembangunan di
Indonesia.
Melalui nilai-nilai