18. rigging

15
Diktat Speleologi 2013 – ASC 208

Upload: ridho-muhari

Post on 25-Nov-2015

114 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

fff

TRANSCRIPT

PENGENALAN ASPEK-ASPEK ARKEOLOGI KARSTIK

Diktat Speleologi 2013 ASC

RIGGING

Rigging adalah teknik pemasangan lintasan tali baik vertical, horisontal maupun lintasan untuk rescue. Pemasangan lintasan ini harus selalu memperhatikan beberapa syarat agar bisa disebut sebagai rigging yang baik :

Aman

Tidak merusak peralatan

Mudah dilewati oleh semua anggota tim

Siap untuk digunakan untuk keadaan emergency (Rescue)

Anchor adalah point atau obyek yang akan dijadikan titik tambatan. Dalam pemilihan anchor perlu di memperhitungkan beberapa hal, antara lain :

a. Jenis tambatan

b. Posisi tambatan

c. Kekuatan tambatan

Berdasarkan jenisnya, anchor dibagi menjadi

A. Natural Anchor ( tambatan alam ) :

1.PohonSebelum memakai anchor jenis ini, kita harus memeriksa jenis pohon, umur pohon, tempat tumbuh, posisi tumbuh, maupun kondisi dari pohon tersebut. Penentuan jenis pohon adalah dari jenis nilai kekuatan kayu (bisa dilihat dengan melukai pohon), maupun dari jenis akarnya (serabut/tunggang). Penentuan kekuatan dari jenis akar ini dipengaruhi dari media tumbuhnya (andesit, kapur dll). Pemakaian jenis ini harus pula memperhatikan posisi tambatan yang kita pasang pada bagian pohon tersebut.

2.Lubang tembus

Sebuah lubang yang bisa kita temui di dinding, lantai maupun atap gua, bisa berbentuk vertikal maupun horisontal. Sebelum menggunakannya kita harus mengecek kelayakannya dengan memeriksa kekerasan batuan, keutuhan, dan struktur batuannya.

3.Rekahan (crack)Celah yang terbentuk dari pengikisan lapisan horisontal maupun vertikal. Untuk jenis ini kita gunakan dengan menggunakan pengaman sisip maupun paku tebing. Bentuk celah, jenis celah, lebar celah, arah penyempitan celah, kondisi permukaan bidang yang akan digunakan dan arah tarikan yang diinginkan harus selalu diperhitungkan.

4. Chock stone,

Batu yang terjepit pada celah sehingga berfungsi seperti pengaman sisip, atau biasa disebut natural chock. Sebelum digunakan terlebih dahulu periksa celah dan batu yang terjepit. Untuk celah harus diperhatikan pada, bentuk celah, jenis celah, lebar celah, arah penyempitan celah, dan kondisi permukaan bidang (bidang friksi : kekerasan, pelapis ). Untuk batu yang terjepit periksa jenis dan

kedaan dan bentuk dan posisi terjepitnya. Setelah itu tentukan arah tarikan yang akan dibuat, lalu perhatikan posisi peletakan webbing pengikatnya.

5. Tanduk (Horn), Jenis ini berupa pinggiran dinding yang menonjol hasil dari aktivitas air. Bentuk tonjolan harus selalu diperhatikan untuk menentukan arah tarikan dan tehnik pemasangan webbingnya.

6. OrnamenBiasanya hanya digunakan untuk mendapat beban horisontal (deviasi), karena ornamen ini hanya menempel pada bidang tumbuhnya. Jenis anchor ini jarang digunakan karena praktis akan merusak pertumbuhannya.

B. Anchor Buatan

Pada pembuatan lintasan jika sudah tidak dapat menemukan natural anchor yang layak digunakan, maka satu-satunya cara adalah menggunakan anchor buatan yaitu dengan menggunakan bolts/ spit/ bor tebing.

Berdasarkan posisi dan urutan penerimaan beban maka anchor dibagi menjadi :

a. Main Anchor (anchor utama), yaitu anchor yang secara langsung mendapatkan beban saat lintasan digunakan.

b. Back-Up Anchor, berfungsi sebagai cadangan jika main anchor terlepas atau jebol. Jumlah anchor ini bisa lebih dari 1, dan nilai kekuatannya harus lebih besar dari pada main anchor.

Penempatan posisi back-up anchor harus tetap memperhatikan keamanan tali dari friksi dan kerusakan lainnya ketika main anchor jebol.

Fall Factor

Fall factor adalah beban hentakan yang diterima oleh tali, back-up anchor, maupun penelusur ketika main anchor terlepas atau jebol, yang dinyatakan dengan nilai. Untuk itulah harus selalu diperhatikan posisi antara main anchor dan back-up anchor

Dalam kondisi medan tertentu kadang kita kesulitan untuk mendapatkan posisi back-up yang lebih tinggi daripada main anchor. Untuk mengatasi hal tersebut kita bisa menurunkan nilai fall factornya dengan : memendekkan panjang lengkungan talinya, memanjangkan simpul pada main anchor, maupun memanjangkan anchor main anchor.

Variasi Lintasan Rigging

Salah satu syarat rigging yang baik adalah tidak merusak alat, kerusakan yang muncul biasanya adalah pada tali karena friksi dengan tebing/batu. Untuk itu dibuat beberapa macam bentuk lintasan yang berfungsi untuk menghilangkan friksi tersebut, antara lain :

a.Intermediate

Prinsip kerja anchor ini adalah dengan membuat anchor tambahan pada titik friksi atau pada posisi lain yang lebih tinggi yang menjauhi titik friksi. Kekuatan anchor ini juga harus dipilih untuk beban vertikal. Pemasangan anchor bisa dengan Y anchor, distribution anchor, bahkan bisa ditambahkan back-up anchor. Pada waktu lintasan ini dilewati maka anchor ini berubah fungsi menjadi main anchor. Penyambungan tali pada anchor intermediete dilakukan dengan saling mengaitkan kedua loop tali dan ditambatkan pada anchor.

b.Deviation AnchorAnchor ini menghilangkan friksi dengan cara menarik arah lintasan tali ke arah luar dari titik friksinya. Panjang tarikan ke arah luar dari titik friksi, dan jarak antara main anchor dengan anchor deviasi menunjukkan besar sudut pergeseran, yang berarti menentukan beban horisontal yang akan diterima anchor deviasi. Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin dekat anchor deviasi dengan main anchor (dengan panjang tarikan yang sama) menambah gaya tarik horisontal yang diterima anchor deviasi .

C. Y AnchorAdalah anchor yang berbentuk Y dimana ada dua anchor yang selalu dibebani bersama. Selain untuk menempatkan lintasan pada posisi bebas friksi, juga untuk membagi beban pada dua anchor. Pembagian beban lebih pada satu sisi anchor, dilakukan dengan menggeser posisi jatuhnya tali mendekati anchor tersebut. Pembagian ini harus selalu memperhitungkan kekuatan tiap anchor. Yang paling perlu diperhatikan adalah besar sudut yang terbentuk oleh pertemuan dua sisi tali ( yang tertambat di anchor ).

Manajemen RiggingSelain kemampuan personal dalam teknik pemasangan lintasan, diperlukan pula suatu pengaturan kerja didalamnya. Dalam setiap kegiatan rigging minimal dilakukan oleh dua orang yaitu :

1. Rigging man (Rm), adalah orang yang bertugas memasang lintasan utama, orang ini selalu bertanggung jawab atas keamanan dan kekuatan lintasan yang telah dipasang. Rm ini harus benar-benar menguasai teknik vertikal (SRT, Climbing, rescue dll), teknik rigging, peralatan dan jam terbang yang cukup.

2. Asisten rigging (Ar), yaitu orang yang bertugas membantu rigging man untuk menyiapkan peralatan rigging dibutuhkan, dan memastikan keamanan rigging man dengan melakukan belaying.

PackingUntuk mengefisienkan proses pemasangan lintasan, packing peralatan yang digunakan harus dilakukan dengan benar :

a. Packing tali secara terpisah, jika terdiri dari banyak potongan tali, tentukan urutan tali yang dipacking pada tiap tacklebag sesuai dengan perencanaan operasional.

b. Sebisa mungkin pisahkan peralatan logam dan non logam dan kelompokkan tiap jenis sesuai dengan fungsinya. Sehingga ketika membutuhkannya mudah untuk mengambil dan menghindari tercecernya peralatan.

Prosedur pemasangan lintasan

a. Jangan berdiri terlalu dekat dengan bibir pitch, cari dan uji anchor yang akan mengamankan Rm untuk mendekati bibir pitch dan proses selanjutnya. Persiapkan peralatan yang mungkin akan digunakan Rm (webbing, carabiner, hammer, dll).

b. Dekati bibir pitch dengan di belay oleh Ar, perkirakan kedalaman pitch, perkirakan bentuk pitch dan titik friksi yang ada, cari kemungkinan letak anchor yang akan digunakan dan bentuk lintasan yang akan dibuat, jika Rm memerlukan peralatan tambahan informasikan ke Ar.

c. Cari posisi anchor yang lebih tinggi dari bibir pitch dengan tetap memperhatikan keamanan. Pada tahapan ini kecermatan, disiplin dan konsentrasi jauh lebih baik dari pada kecepatan.

d. Selalu uji dulu kondisi dan kekuatan anchor yang akan digunakan. Pasang backup dan main anchor. Setelah siap pindahlah ke lintasan utama, berdirilah di bibir pitch, perkirakan anchor tambahan yang diperlukan untuk membebaskan lintasan dari friksi.

e. Bersihkan lantai atau dinding yang dilewati dari batu yang mungkin runtuh ketika anggota tim yang lain melewati.

e. Informasikan ke Ar untuk disampaikan ke anggota tim yang lain tentang lintasan yang dibuat (intermediete, deviasi, sambungan), ataupun lintasan yang memerlukan manuver khusus untuk melewati lintasan yang ada.

f. Informasikan pula keadaan medan, kondisi yang bisa mengakibatkan kecelakaan (menghindari ornamen, binatang, lantai licin, rock fall, dll) yang perlu dicermati.

g. Gunakan kode yang disepekati untuk berkomunikasi , contoh :

1. Rope Free, kode bahwa lintasan sudah bebas/ siap untuk digunakan. Pada proses descending jika penelusur sampai di bawah, cari posisi aman, sebelum meneriakkan aba-aba ini.

2. Rock Fall, peringatan adanya batu yang terlepas dan jatuh ke pada penelusur yang ada di bawah.

3. Belay On, aba-aba riggingman kepada asisten sebagai tanda permintaan untuk di belay

4. On Belay, jawaban asisten apabila sudah siap untuk membelay riggingman.

DAFTAR REFERENSI

1. Petzl International. Petzl's Catalog. Zone Industrielle 38920 Crolles, French, 1997

2. Warild, Alan. Vertical Second Edition. The Speleology Research, Sydney, 1990

3. Judson, David. Caving Practice And Equipment. David & Charles Inc. North Pomfret, Vermont, USA.

FF=J a r a k J a t u h

Panjang Tali

EMBED CorelDraw.Graphic.11

Tabel berikut ini memperlihatkan beban yang di terima tiap-tiap sisi, dengan asumsi distribusi sudut sama besar.

Sudut Beban (kg) Beban yang di terima tiap sisi (kg)308041,411458043,295608046,188908056.5681008062,228120808015080154,54816080230,350

EMBED Word.Picture.8

209

_1201525180.unknown

_1201533573.doc